STRATEGI KOMUNIKASI GURU DAN ORANGTUA DALAM …
Transcript of STRATEGI KOMUNIKASI GURU DAN ORANGTUA DALAM …
1
STRATEGI KOMUNIKASI GURU DAN ORANGTUA DALAM
MEMBINA AKHLAK SISWA SD INPRES PAKU
KECAMATAN PALLANGGA
KABUPATEN GOWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
HALFIA ULI
105191102116
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H / 2020 M
vi
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Halfia Uli
NIM : 105191102116
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Agama Islam
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini,
saya menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)
2. Penulis tidak melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi
3. Apabila penulis melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 9 Muharram 1442 H
28 Agustus 2020 M
Yang Membuat Pernyataan
Halfia Uli
NIM:105191102116
vii
ABSTRAK
HALFIA ULI. 105191102116. Strategi Komunikasi Guru dan Orangtua
dalam membina Akhlak siswa SD Inpres Paku Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa. Dibimbing oleh Amirah Mawardi dan Samsuriadi.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui akhlak siswa di SD Inpres
Paku Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, strategi komunikasi guru dan
orangtua dalam membina akhlak siswa, dan faktor pendukung dan penghambat
strategi komunikasi guru dan orangtua dalam membina akhlak siswa di SD Inpres
Paku Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Sumber data
dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru serta orangtua siswa. Instrument
penelitian yang digunakan yaitu pedoman observasi, pedoman wawancara, dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik reduksi data,
penyajian data, dan verifikasi data.
Hasil penelitian dapat dirangkum sebagai berikut : 1) Akhlak siswa di SD Inpres
Paku Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa yaitu cukup baik walaupun ada satu
dua orang siswa yang jika diberitahu dan dinasehati tidak mendengar kata gurunya
akan tetapi di sekolah SD Inpres Paku menerapkan, menanamkan dan
membiasakan siswa selalu bersikap jujur, menghargai, disiplin waktu dan
menghormati sesama dalam hal ini selalu membiasakan siswa membaca doa
sebelum memulai pelajaran dan mengakhiri pelajaran serta sebelum masuk ke
ruang kelas berjabat tangan dengan guru. 2) Strategi komunikasi guru dan
orangtua dalam membina akhlak siswa di SD Inpres Paku yaitu memasukan
muatan ajaran mengenai akhlak, pemberian contoh-contoh yang baik, memberi
contoh kedisiplinan waktu, mengarahkan tingkah laku siswa yang tidak
mencerminkan akhlak yang baik, mengontrol sikap dan tingkah laku siswa selama
berada dalam lingkungan sekolah maupun di rumah. Dalam hal ini guru dan
orangtua saling bekerjasama melalui bentuk alat komunikasi handphone dan
kunjungan kerumah orangtua siswa untuk membicarakan atau mendiskusikan
tingkah, perilaku dan hasil belajar siswa. 3) faktor-faktor pendukung dan
penghambat strategi komunikasi guru dan orangtua dalam membina akhlak siswa
yaitu faktor yang menghambat kurangnya perhatian orangtua terhadap anak
karena kesibukan pekerjaan orangtua diluar rumah dan terbatasnya alat
komunikasi yang digunakan orangtua siswa yang dikarenakan ekonomi keluarga
siswa tersebut tidak bisa memiliki handphone. Sedangkan yang mendukung yaitu
guru selalu memberitahu atau menginformasikan mengenai tingkah, perilaku dan
hasil belajar siswa ke orangtua melalui handphone ataupun langsung ke rumah
orangtua siswa tersebut.
Kata kunci : Komunikasi Guru dan Orangtua, dan Membina Akhlak siswa
viii
KATA PENGANTAR
ب ٱللله س م ب ٱللله ب يب يب ٱلله ب س
Alhamdulillah segala puji dan syukur terpanjatkan kehadirat Allah SWT.
Tuhan pencipta segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini dan seluruh isi alam
semesta yang telah memberikan kenikmatan kepada kita, baik itu secara jasmani
maupun rohani. Berkat rahmat dan petunjuk-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam tercurah kepada pimpinan Islam yang
telah membawa sinar kecemerlangan Islam yaitu Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah membimbing umat kearah jalan yang
benar.
Tentunya penulis tidak terlepas dari dukungan dan sumbangan pemikiran
dari segenap pihak yang penulis rasakan selama ini atas jasa-jasanya yang diberikan
secara tulus ikhlas, baik material maupun spiritual dalam usaha mencari
kesempurnaan dan manfaat dari penulisan skripsi ini, tak lupa penulis ungkapkan
rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada.
1. Kedua orang tua tercinta, La Uli dan Harifa, yang selalu memberikan cinta
dan kasih sayang, dorongan semangat dan motivasinya, setiap waktu bersujud
dan berdoa demi kelancaran penulisan skripsi ini hingga tercapainya cita-cita
penulis.
2. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar. Yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga
ix
terselesainya skripsi ini.
3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag., M.Si sebagai Ketua Prodi Pendidikan Agama
Islam di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Dr. Amirah Mawardi, S. Ag., M.Si dan Drs. Samsuriadi, M.A. selaku
pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing serta
memberikan pengarahan, sehingga skripsi ini dapat tersusun.
6. Bapak/Ibu para dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar.
7. Hj. Hadiah, S. Pd. selaku kepala sekolah SD Inpres Paku, yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian.
8. Bapak/Ibu guru SD Inpres Paku Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
9. Peserta didik SD Inpres Paku Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
10. Teman dan sahabat penulis, yang selalu memberikan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11. Terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada mereka yang namanya
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tetapi banyak menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak
x
yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan
berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca. Terutama bagi diri pribadi penulis.
Amiiin.
Makassar, 19 Dzulhijah 1441 H 09 Agustus 2020 M
Halfia Uli
NIM:105191102116
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................................... iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH .................................................................... iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN TEORITIS .............................................................................. 9
A. Strategi Komunikasi ................................................................................ 9
1. Pengertian Strategi Komunikasi ......................................................... 9
2. Dasar dan Tujuan Komunikasi ......................................................... 11
3. Etika Komunikasi ............................................................................. 13
4. Unsur-unsur Komunikasi .................................................................. 19
xi
5. Bentuk Komunikasi Guru dan Orangtua Siswa ................................. 21
B. Membina Akhlak .................................................................................. 30
1. Pengertian Membina Akhlak ............................................................ 30
2. Dasar dan Tujuan Membina Akhlak ................................................. 33
3. Macam-macam Akhlak ..................................................................... 35
4. Strategi Komunikasi Guru dan Orangtua dalam Membina Akhlak
Siswa ................................................................................................. 37
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 41
A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 41
B. Lokasi dan Objek Penelitian .................................................................. 41
C. Fokus Penelitian dan Deksripsi Penelitian ............................................ 42
D. Sumber Data .......................................................................................... 42
E. Instrumen Penelitian .............................................................................. 43
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 43
G. Teknik Analisis Data ............................................................................. 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 47
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...................................................... 47
B. Akhlak Siswa Di SD Inpres Paku Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa ...................................................................................................... 50
C. Strategi komunikasi Guru dan Orangtua dalam Membina Akhlak
Siswa SD Inpres Paku Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa .......... 52
xii
D. Faktor Pendukung Dan Penghambat Strategi Komunikasi Guru dan
Orangtua dalam Membina Akhlak Siswa di SD Inpres Paku
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa................................................ 58
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 63
A. Kesimpulan ............................................................................................ 63
B. Saran ................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Sarana Dan Prasarana ....................................................................... 48
Tabel 2 Data Guru ................................................................................................. 49
Tabel 3 Data Siswa................................................................................................. 49
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan
makhluk lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu inilah yang memaksa
manusia perlu berkomunikasi.
Komunikasi di dunia pendidikan merupakan dunia yang juga memerlukan
kegiatan dan proses komunikasi. Ada komunikasi guru dan siswa di ruang kelas,
komunikasi diantara sesama guru, komunikasi lembaga pendidikan dan orangtua
siswa atau warga masyarakat secara umum.1
Komunikasi guru dalam proses belajar mengajar di sekolah yang
merupakan tahapan pada ranah pendidikan rumah tangga, sekolah dan
masyarakat. Lembaga pendidikan formal, dalam hal ini sekolah merupakan salah
satu wadah yang dinilai efektif untuk membina budi pekerti anak sehingga
sebagian masyarakat memberikan kepercayaan penuh kepada pendidikan formal
untuk membina dan mendidik anak-anak mereka. Kuantitas waktu keberadaan
anak lebih banyak di rumah dan masyarakat. Kegiatan pembelajaran bukan saja
tanggung jawab guru di sekolah tetapi juga merupakan tanggung jawab semua
pihak termasuk orang tua peserta didik.
1Yosal Iriantara, dkk, Komunikasi pendidikan, (Bandung : Simbiosa Rekatama
Media 2013), h. 4
2
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi peserta didik,
karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Sekolah dan guru
hanyalah sekedar membantu orang tua dalam mendidik anaknya.
Dalam melakukan komunikasi didalam keluarga dan di lingkungan
sekolah, kita perlu mengetahui strategi menggunakan pendekatan yang berkaitan
dengan strategi komunikasi dan telah direncanakan untuk jangka waktu tertentu.
Komunikasi manusia pada hakikatnya berlangsung dalam lingkungan
tertentu yang termasuk komunikasi pendidikan. Komunikasi pendidikan tidak
hanya berlangsung dalam lingkungan dan latar sosial, budaya, ekonomi, dan
politik tetapi juga berlangsung dalam lingkungan dan latar komunikasi tertentu.
Didalam lingkungan komunikasi sendiri, terjadi saling mempengaruhi dan bersaing
diantara berbagai komunikasi seperti komunikasi pendidikan dan komunikasi
politik atau komunikasi sosial, baik yang bermedia maupun tanpa media.
Di dunia milenial saat ini dengan media baru, yaitu media digital yang
memudahkan manusia untuk berkomunikasi di mana pun dan kapan pun. Media
baru ini muncul melengkapi media konvensional atau media tradisional yang
biasa dinamakan media cetak dan media elektronik. 2
SD Inpres Paku di Kecamatan Palangga Kabupaten Gowa, ini merupakan
salah satu lembaga negeri yang mempunyai peran penting dalam mengembangkan
bakat yang dimiliki anak-anak sekolah dalam proses pembelajaran dan berbagai
macam ekstrakulikuler. Dalam proses pembelajaran terdapat banyak bidang
pembelajaran yang dikembangkan, baik itu pelajaran umum maupun pelajaran
2Ibid., h. 26
3
khusus seperti pendidikan agama islam. Akan tetapi peneliti hanya berfokus pada
strategi komunikasi yang digunakan guru dan orang tua SD Inpres Paku dalam
membina akhlak siswa.
Pada era globalisasi dipenghujung melinium, telah membuka wawasan dan
kesadaran masyarakat yang diikuti dengan munculnya sejumlah harapan dan
kecemasan. Banyaknya perubahan yang tidak terduga datang dari dua sisi
kekuatan dunia yang saat ini sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan
masyarakat, yaitu kegiatan ekonomi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dengan meningkatnya kompetensi dan persaingan global, berarti
untuk mempertahankan standar hidup yang layak, generasi orang tua saat ini harus
bekerja lebih keras dan lebih lama jika dibandingkan dengan generasi orang tua
sendiri.3
Globalisasi sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia
terlebih lagi anak-anak di masa kini maupun di masa depan, hal ini mengakibatkan
krisis moral dan akhlak pada anak. Jauhnya kehidupan anak-anak dari nilai-nilai
agama merupakan salah satu dampak nyata perkembangan dan akses global yang
demikian deras tanpa adanya filter yang dapat menjadi perekat identitas yang
cukup kuat.
Pada tataran lain, timbul pula tataran tingkah laku anak yang tidak sesuai
dengan tujuan pendidikan agama dan harapan serta budaya masyarakat setempat.
Fenomena ini jelas merupakan suatu indikasi dari kegagalan sekolah dalam
melaksanakan fungsinya sebagai agen pendidikan.
3Maurice J. Ellis , dkk., cara-cara efektif mengasuh anak dengan EQ, Ter. M . jauharul
fuad (bandung: kalifa, 2000), h. 27
4
Perilaku anak harus diarahkan sedemikian rupa sehingga dapat
memayunginya dalam kehidupan sehari-hari. Budi pekerti yang mulia menurut
ajaran Islam bangkit dari kesucian hati, hati yang memancarkan cahaya
kecerdasan dan budi pekerti mulia.4
Pembinaan akhlak adalah dasar dari setiap pendidikan yang merupakan
pondasi sebagai benteng dari pengaruh perkembangan zaman yang tidak lepas
dari budaya luar. Dengan demikian, pembinaan akhlak sangatlah penting dalam
membangun kecerdasan dan perilaku manusia untuk mendapatkan kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Menurut Imam al-Ghazali, akhlak adalah keadaan jiwa yang mantap dan
biasa melahirkan tindakan dengan mudah, tanpa membutuhkan pemikiran dan
perenungan. Jika tingkah laku yang lahir dari keadaan jiwa tersebut adalah baik
menurut ukuran akal dan agama, maka keadaan tersebut disebut akhlak yang baik.
Bila tingkah laku yang dihasilkan adalah buruk, maka keadaan sumbernya disebut
akhlak yang buruk. Yang dimaksud dalam definisi ini adalah penekanan pada
stabilitas keadaan jiwa dan spontanitas tingkah laku yang dihasilkan keadaan
tersebut, konsekuensinya adalah bahwa tingkah laku yang baik namun jarang
terjadi, atau didasarkan pada syarat-syarat tertentu, tidak dapat dianggap sebagai
hasil dari akhlak yang baik dalam arti yang sesungguhnya.5
4Al Mandari Syafinuddin, Rumahku sekolahku,(Jakarta: Pustaka Zahra, 2004), h. 9
5Hasan Asari, Nukilan Pemikiran Islam Klasik Gagasan Pemikiran Imam AL-
Ghazali, (Yogyakarta: Tiara Wacana 1990), h. 86
5
Setiap orang dalam kehidupannya bertemu dengan salah satu diantara
mereka yang terjebak dalam belenggu ketamakan, hawa nafsu, dan permusuhan.
Kebebasan yang tidak terkendali dari tiap kualitas adalah penghancuran diri. Islam
mengajarkan pembiasaan anak untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban dan
nilai-nilai luhur serta mencegah mereka dari pelanggaran maupun sifat-sifat buruk.
Pembiasaan itu merupakan sebuah sarana yang sangat hebat untuk menciptakan
pondasi keimanan serta kesholehan yang kokoh dan stabil dalam diri mereka.
Pelaksanaan sebuah program pendidikan agar mencapai inti tujuan kemanusiaan
ini Insyaallah dapat mencegah dampak berbahaya bagi lingkungan di masa
mendatang. Itulah sebabnya Nabi Muhammad saw, menekankan untuk
mengajarkan dan membiasakan anak untuk shalat sejak usia tujuh tahun, berkata
jujur, menepati janji, memegang teguh kesepakatan dengan orang lain dan tidak
melanggarnya, penanaman dan pengajaran akhlak juga harus ditanamkan sejak
dini.6 Yang paling berkepentingan terhadap keberhasilan pendidikan anak, bukan
pemerintah, sekolah, maupun guru melainkan orang tua anak itu sendiri.
Prinsip inilah lebih penting dalam pelaksanaan pendidikan keimanan.
Memang hanya sedikit yang dapat dilakukan di sekolah. Padahal penanaman ilmu
itu adalah inti pendidikan agama dan iman inti agama. Maka jelaslah bahwa orang
tua harus menyelenggarakan pendidikan keimanan di rumah tangga. Dalam hal
penanaman iman ini, sekalipun guru ingin berperan banyak, ia tidak akan mungkin
6 Al Mandari Syafinuddin, op. Cit. h. 11
6
mampu memainkan peran itu. Ini pun menjadi dasar yang kuat perlunya kerjasama
antara orang tua di rumah dan guru di sekolah.
Terkadang orang tua terlambat menyadari perlunya kerja sama ini maka
sekolah diharapkan mengambil inisiatif untuk menjalin kinerja kerja sama itu.
Setelah kerjasama terjalin, selanjutnya mengenai apa yang mesti dilakukan dapat
dirancang bersama orang tua dan guru.7
Dapat kita ketahui bahwa keluarga dan pihak sekolah merupakan pihak
yang saling berpengaruh terhadap pendidikan dan pembentukan akhlak sehingga
perlu adanya komunikasi yang baik diantara keduanya.
Melihat fenomena tersebut cukup penting strategi komunikasi guru dan
orang tua dalam pembinaan akhlak anak. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian di SD Inpres Paku Kecamatan pallangga Kabupaten Gowa
dengan judul “Strategi Komunikasi Guru Dan Orang Tua Dalam Membina
Akhlak Siswa SD Inpres Paku Kecamatan pallangga Kabupaten Gowa”.
7Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 2007), h. 128.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diperoleh rumusan masalah terkait
yang dilakukan oleh peneliti, yaitu :
1. Bagaimana akhlak siswa SD Inpres Paku Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa ?
2. Bagaimana strategi komunikasi guru dan orangtua dalam membina akhlak siswa
SD Inpres Paku Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa ?
3. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat strategi
komunikasi guru dan orang tua dalam membina akhlak siswa SD Inpres
Paku Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.?
C. Tujuan penelitian
Dari uraian yang dipaparkan di atas maka tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui akhlak siswa di SD Inpres Paku Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa
2. Untuk mengetahui strategi komunikasi guru dan orang tua dalam membina
akhlak siswa SD Inpres Paku Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat strategi komunikasi
guru dan orang tua dalam membina akhlak siswa SD Inpres Paku
Kecamatan pallangga Kabupaten Gowa
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
keilmuan bagi ilmu pendidikan terutama mengenai strategi komunikasi
antara guru dan orang tua dalam membina akhlak siswa SD Inpres Paku
Kecamatan pallangga Kabupaten Gowa
8
2. Praktis
a) Bagi Sekolah
Dengan penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi lembaga
pendidikan terkait umumnya dan SD Inpres Paku Kecamatan pallangga
Kabupaten Gowa khususnya. Dalam usaha peningkatan kualitas dan
penyempurnaan kegiatan berupa strategi komunikasi antara orangtua dengan
guru demi tercapainya peningkatan kualitas pembinaan akhlak siswa.
b) Bagi Lembaga Pendidikan
Dengan penelitian ini diharapkan semua komponen Universitas
Muhammadiyah Makassar, terutama fakultas agama islam jurusan
Pendidikan Agama Islam, dapat menjadi masukan dan bahan koreksi bagi
masing-masing mahasiswa agar berakhlak yang baik di manapun berada.
c) Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini diharapkan memperkaya wawasan dan
pengalaman yang berarti tentang bentuk dan hasil dari komunikasi orangtua
dengan guru dalam proses membina akhlak siswa di SD Inpres Paku
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Sehingga dapat dijadikan
pengalaman, latihan serta pengembangan pelaksanaan belajar mengajar.
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A . Strategi Komunikasi
1. Pengertian Strategi Komunikasi
Dalam kehidupan sehari-hari kita menemukan peristiwa komunikasi di
mana-mana. Istilah komunikasi kian hari kian populer, begitu populernya sampai
muncul berbagai macam istilah komunikasi. Ada komunikasi timbal balik,
komunikasi tatap muka, komunikasi langsung, komunikasi kelompok dan
sebagainya. Dalam perspektif agama, manusia mengetahui bahwa tuhanlah yang
mengajari kita berkomunikasi, menggunakan akal dan kemampuan bahasa yang
baik dan benar. Seperti firman Allah Swt dalam QS. Taha/20:44, sebagai berikut :
Terjemahnya :
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‟aun) dengan kata-kata
yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut”.8
Strategi dalam komunikasi adalah cara mengatur pelaksanaan operasi
komunikasi agar berhasil. Sebelum mengemukakan mengenai pengertian strategi
komunikasi, maka terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian strategi dan
komunikasi. Secara etimologi strategi berasal dari bahasa Yunani strategos, di
ambil dari kata stratos yang berarti militer dan Ag yang berarti memimpin. Jadi
8 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya(Surabaya, Halim publishing dan
distributing,2013), h.281
10
strategi dalam konteks awalnya diartikan sebagai general ship yang artinya
sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal pada zaman demokrasi Athena, dalam
membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan perang.
Sedangkan secara terminology strategi adalah suatu cara yang ditempuh dalam
penyampaian pesan yang erat kaitannya dengan perencanaan dan manajemen
untuk mencapai suatu sasaran tertentu.9
Secara etimologi komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communicare
yang berarti memberitahukan. Sedangkan dalam bahasa inggris adalah coomon
dari kata dasar tersebut menjadi Communication yang mempunyai makna
hubungan, berita, dan pemberitahuan. Sedangkan secara terminology komunikasi
adalah suatu proses melalui seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus
(biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan merubah atau membentuk
perilaku orang lain (khalayak).10
Menurut Brent D. Ruben dalam Arni Muhammad bahwa komunikasi
adalah suatu proses melalui individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam
organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan
informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.11
Dapat diberi kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian
suatu pernyataan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).
Komunikasi juga merupakan alat percakapan yang sangat penting dalam setiap
aspek kehidupan. Dan tidak bisa dipungkiri khazanah keilmuan komunikasi
9 Arifuddin Tike, Dasar-Dasar Komunikasi (cet. I, Yogyakarta: Kota Kembang, Agustus
12009) h. 57 10
Mastoni Sani, dasar-dasar komunikasi penyuluhan, (Jakarta : 1994) cet. 1, h. 4 11
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (cet. I, Jakarta: PT Bumi Aksara, April 1992),
h. 3
11
dipengaruhi oleh ilmu-ilmu sosial, yang merupakan sebagai induk dari
komunikasi serta didukung oleh disiplin ilmu lainnya.12 Manusia dalam
berkomunikasi tidak hanya bertujuan untuk memberikan informasi saja, tapi juga
memberikan hiburan, pendidikan dan memberikan pengaruh kepada orang lain
agar mau melaksanakan pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Dari beberapa pengertian di atas mengenai strategi dan komunikasi, maka
dapat diberi kesimpulan bahwa strategi komunikasi adalah cara dari perencanaan
komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat
menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya secara praktis harus dilakukan.
Dan strategi komunikasi juga menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan
komunikasi secara efektif.
2. Dasar dan Tujuan Komunikasi
a. Dasar Komunikasi
Ilmu komunikasi pada hakikatnya adalah ilmu tentang mengirim dan
menerima pesan, baik secara lisan, tulisan maupun anggota tubuh. Manusia patut
bersyukur kepada Allah Yang maha pencipta karena seluruh komponen pengirim
dan penerima pesan sudah ada setelah manusia dilahirkan bahkan sebelum
dilahirkan di dunia.
Dapat diketahui bahwa Adam adalah manusia pertama yang diciptakan
Allah di muka bumi ini. Sejak awal keberadaannya, Allah sudah menyiapkan
untuk Adam perangkat-perangkat yang memungkinkannya untuk berkomunikasi.
12
Meisil B. Wulur, Ilmu Komunikasi dan Dakwah, (cet. I, Makassar: Leisyah Publishing,
April 2016) h. 77
12
Perangkat itu adalah lidah dan segala pendukungnya, pendengaran, penglihatan,
dan hati. Allah menciptakan telinga agar manusia bisa mendengar, Allah
menciptakan mata agar bisa melihat dan Allah menciptakan hati agar manusia bisa
berpikir dan merasa serta bisa berkomunikasi dengannya, Allah SWT.13
Allah
SWT berfirman dalam QS. As-sajadah/32:7-9, sebagai berikut:
Terjemahnya :
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan
Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya
dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi)
kamu sedikit sekali bersyukur.”14
Berdasarkan ayat di atas bahwa Adam maupun anak keturunannya
termasuk kita diciptakan oleh Allah SWT. dengan perangkat komunikasi yang
sama dalam petunjuk yang diisyaratkan Al-Qur‟an dan As-sunah.
b. Tujuan Komunikasi
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, jelas bahwa komunikasi
antara manusia hanya bisa terjadi, jika seseorang yang menyampaikan pesan
kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Artinya komunikasi hanya terjadi jika
13
Harjani Hefni, Komunikasi islam (Jakarta:prenadamedia Group, 2015), h. 19
14
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya(Surabaya, Halim publishing dan
distributing,2013), h. 32
13
didukung oleh adanya sumber, pesan media, penerima, efek, yang merupakan
persyaratan terjadinya komunikasi. Adapun tujuan komunikasi, sebagai berikut :
a) Hal yang disampaikan komunikator dapat dimengerti oleh komunikan
b) Setiap individu dapat memahami individu lainnya dengan kemampuan
mendengar tentang suatu hal yang sedang dibicarakan orang lain.
c) Agar apa yang disampaikan dapat diterima orang lain
d) Bertujuan menggerakkan orang lain untuk melakukan suatu hal sesuai
dengan keinginan komunikator.
3. Etika Komunikasi
Etika/Ethos (Yunani) Watak Kesusilaan atau adat, Menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia (KUBI) etika merupakan ilmu pengetahuan tentang azas-azas
akhlak, dapat dipahami Etika. (Upaya menentukan tingkah laku manusia).
Menurut sebagian ulama etika adalah ilmu yang menjelaskan baik buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia, menyatakan tujuan yang
harus dituju oleh manusia didalam perbuatan mereka.15
Karena komunikasi berlangsung dalam latar dan lingkungan tertentu,
dengan sendirinya ada juga ikatan etika dalam berkomunikasi.16
Biasanya, etika komunikasi itu akan berkaitan dengan etika komunikator
saat menyampaikan pesan, etika pesan, dan etika komunikasi dalam
menyampaikan pesan. Etika komunikator berkaitan dengan perilaku komunikasi
yang etis atau yang beradab yang diperhatikan komunikator. Sedangkan etika
pesan berkaitan dengan kualitas kandungan pesan dan tujuan penyampaian pesan.
15
Nasrul, Akhlak Tasawuf, (Pekanbaru: Aswaja Pressido, 2015), h. 4 16
Yosal Iriantara, op. Cit. h. 34
14
Adapun etika komunikan berkaitan dengan bagaimana komunikan menerima
pesan dan memandang komunikator sebagai sumber pesan.
Komunikator yang bermutu atau menyebarkan kebaikan memiliki ciri
berbicara kebenaran, rendah hati, baik, adil, jujur, ikhlas, niat untuk
mengembangkan kebaikan dan mencegah kesalahan, kejujuran dan ketetapan
kandungan pesan yang disampaikan.17
Komunikasi itu etis bila dilandasi pada prinsip-prinsip komunikasi yang
menunjang keluhuran manusia dan memandang komunikasi sebagai bagian dari
proses meningkatkan kemuliaan manusia. Prinsip komunikasi yang bersumber
dari al-Qur‟an yang menjadi acuan komunikasi kita. Prinsip-prinsip tersebut
adalah sebagai berikut :18
a. Qawlan sadidan(perkataan yang benar dan jujur)
Qawlan sadidan dapat diartikan sebagai pembicaraan yang benar, jujur,
tidak bohong, lurus dan tidak berbelit-belit. Menurut pakar bahasa Ibnu Faris yang
di kutip oleh Wahyu Ilahi, kata sadidan terdiri dari huruf Sin dan Dal yang
menunjukkan pada makna meruntuhkan sesuatu kemudian memperbaikinya.
Maksudnya adalah kritik yang disampaikan hendaknya merupakan kritik yang
membangun atau dalam arti informasi yang disampaikan harus mendidik. Sadidan
juga bisa berarti istiqamah atau konsisten. Kata ini juga digunakan untuk
menunjuk sasarannya. Seseorang yang menyampaikan sesuatu atau ucapan yang
benar dan mengena tepat pada sasarannya, juga dapat dilukiskan dengan kata ini.
Allah berfirman dalam QS. An-nisa/4:9, sebagai berikut :
17 Ibid., h. 34-35 18
Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010) h. 172-
188
15
Terjemahnya :
“Dan hendaklah takut (kepada allah) orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”.19
b. Qawlan Balighan (tepat sasaran dan mudah dimengerti)
Dalam bahasa Arab, kata balighan diartikan sampai, mengenai sasaran
atau mencapai tujuan. Jika dikaitkan dengan kata-kata qawl (ucapan atau
komunikasi) baligh berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat mengungkapkan
apa yang dikehendaki. Akan tetapi, ada juga yang mengartikan sebagai perkataan
yang membekas dijiwa. Oleh karena itu, apabila dikaitkan dengan prinsip
komunikasi qawlan balighan, menurut Jalaluddin Rahmat dapat diartikan sebagai
prinsip komunikasi yang efektif. Allah berfirman dalam QS. An-nisa/4:63,
sebagai berikut :
Terjemahnya :
“Mereka itu adalah orang-orang yang (sesungguhnya) Allah mengetahui
apa yang ada di dalam hatinya. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka,
19
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya(Surabaya, Halim publishing dan
distributing,2013), h. 32
16
dan berilah mereka nasihat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
membekas pada jiwanya”20
.
c. Qawlan Maisuran (perkataan yang ringan)
Secara terminologi qawlan maisuran berarti mudah. Lebih lanjut dalam
komunikasi dakwah dengan menggunakan qawlan maisura dapat diartikan bahwa
dalam menyampaikan pesan dakwah, Da‟i harus menggunakan bahasa yang
ringan, sederhana, pantas atau yang mudah diterima oleh mad‟u secara spontan
tanpa harus melalui pemikiran yang berat. Allah Swt berfirman dalam QS. Al-
Isra‟/17:28, sebagai berikut :
Terjemahnya :
“Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari
Tuhanmu yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan
yang lemah lembut”.21
d. Qawlan layyinan (perkataan yang lembut)
Qawlan layyinan dapat dimaknai sebagai ucapan lemah lembut,
menyentuh hati, dan baik. Berkata dengan lemah lembut merupakan strategi
untuk membuat komunikan atau khalayak tertarik dan tersentuh hatinya. Dampak
kelemah lembutan itu membawa isi pembicaraan yang mudah memengaruhi dan
menggerakkan hati orang yang diajak bicara. Allah Swt berfirman dalam QS.
Taha/20:44, sebagai berikut :
20 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya(Surabaya, Halim publishing dan
distributing,2013), h. 32 21
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya(Surabaya, Halim publishing dan
distributing,2013)
17
terjemahnya :
“maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir„aun) dengan kata-kata
yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut”.22
e. Qawlan Kariman (perkataan yang mulia)
Komunikasi dilakukan dengan menyampaikan ucapan yang memuliakan,
menghormati, mengagungkan, menghargai, dan lemah lembut. Perkataan yang
mulia mengandung pesan yang mulia untuk menghargai dan menghormati lawan
komunikasi. Allah Swt berfirman dalam QS. Al-Isra‟/17:23, sebagai berikut :
Terjemahnya :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik”.23
f. Qawlan Ma‟rufan (perkataan yang baik)
Komunikasi disampaikan dengan menyampaikan isi pesan dan proses
komunikasi yang sopan, halus, baik, indah, benar, penghargaan, menyenangkan,
baku, dan logis. Bisa juga secara khusus dimaknai, ma‟ruf di sini adalah nilai-nilai
22 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya(Surabaya, Halim publishing dan
distributing,2013), h. 32 23
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya(Surabaya, Halim publishing dan
distributing,2013), h. 32
18
baik yang di terima dan diakui oleh masyarakat. Oleh karena itu, kita
berkomunikasi dengan baik, sopan, indah, halus, penuh penghargaan,
menyenangkan, dan sesuai dengan kaidah hukum dan logika. Perkataan yang
baik itu bisa juga karena sesuai dengan status dan latar belakang lawan
komunikasinya. Allah Swt berfirman dalam QS. Al-Ahzab/33:32, sebagai berikut :
Terjemahnya :
“Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang
lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemah
lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada
penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik”.24
Dengan demikian, komunikasi manusia bukan semata perkara teknis
menyusun pesan dan menyampaikannya pada komunikasi atau khalayak etika.
Komunikasi membutuhkan kemampuan berkomunikasi bahkan kecerdasan
komunikasi. Karena komunikasi berkaitan dengan berbagai hal seperti konteks,
situasi dan kondisi serta etika disamping isi pesan dan teknik pengemasan
pesannya.25
4. Unsur-unsur Komunikasi
Komunikasi dilakukan oleh pihak yang memberitahukan (komunikator)
kepada pihak penerima (komunikan). Komunikasi efektif terjadi apabila sesuatu
24
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya(Surabaya, Halim publishing dan
distributing,2013), h. 32 25
Yosal Iriantara, op. Cit. h.38
19
(pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik oleh
komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi.
Selanjutnya unsur-unsur proses komunikasi menurut Philip Kotler dalam
Onong Uchjana yaitu :
a) Sender adalah komunikasi yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau
sejumlah orang.
b) Encoding adalah penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam
bentuk lambang.
c) Message adalah pesan yang merupakan seperangkat lambang nermakna yang
disampaikan oleh komunikator.
d) Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator
kepada komunikan.
e) Decoding adalah pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan
menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator
kepadanya.
f) Receiver adalah komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
g) Response adalah tanggapan, seperangkat komunikasi pada komunikan
setelah di terpa pesan.
h) Feedback adalah umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila
tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.
20
i) Noise adalah gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi
sebagai akibat diterimanya pesan yang disampaikan oleh komunikator
kepadanya.26
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami unsur-
unsur komunikasi, antara lain:
1) Komunikator
Komunikator adalah orang yang mempunyai motif komunikasi dan
komunikator yang mempunyai 3 unsur yaitu manusia, yang menyampaikan
pesan,dan untuk mewujudkan motif komunikanya.
2) Pesan
Pesan adalah informasi yang hendak disampaikan komunikator kepada
komunikan. Pesan bisa berupa perintah, informasi, ide, kritik, saran, kemarahan
ataupun perhatian.
3) Saluran
Saluran adalah alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator
(sumber) kepada komunikan (penerima) baik secara langsung (tatap muka),
maupun tidak langsung(melalui media cetak/elektronik dll).
4) Komunikan
Komunikan adalah Penerima (receiver) yang menerima pesan dari
komunikator, kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi
respon. Komunikan dalam menerima pesan melakukan dua kegiatan yaitu
menginterpretasikan pesan atau penafsiran pesan dan melakukan tindakan atau
26 Onong Uchjana efendy, ilmu komunikasi : Teori dan praktek (cet 1, Bandung : PT.
Remaja rosakarya), h. 18
21
reaksi setelah pesan tersebut dimengerti. Proses penafsiran ini disebut
decoding.
5. Bentuk Komunikasi Orangtua dan Guru
Guru menjalin komunikasi dengan wali peserta didik biasanya ketika guru
hendak menyampaikan rencana kegiatan pendidikan, menyampaikan hasil belajar
peserta didik, menyampaikan masalah belajar maupun pergaulan peserta didik di
sekolah, menanyakan kemungkinan penyebab masalah peserta didik,
menyampaikan perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan harapan dan lain
sebagainya.
Berikut adalah beberapa cara tradisional yang bisa digunakan untuk
memfasilitasi komunikasi antara sekolah dan orang tua:
a. Mengenali wali peserta didik untuk kepentingan pendidikan
Wali peserta didik menyerahkan anak-anaknya ke sekolah untuk di didik
oleh guru. Ini berarti, wali peserta didik percaya bahwa guru dapat menggantikan
perannya sebagai orangtua yang mendidik anak-anak mereka untuk kepentingan
masa depan anak-anak mereka.
Dalam hal pergaulan, sesorang pada dasarnya bisa percaya dengan orang
lain manakalah setidaknya ia telah mengenal orang tersebut. Namun berbeda
dalam hal pendidikan, orang tua yang belum mengenal seorang guru atau
sejumlah guru disuatu sekolah bisa percaya begitu saja kepada para guru dan
menyerahkan anak-anaknya ke mereka. Ketika mengenal, itupun sebatas
mengetahui nama guru saja.
Faktanya memang wali peserta didik setidaknya lebih banyak mengenali
22
nama guru anak-anaknya saja. Mereka belum mengenal guru anak-anaknya lebih
dalam lagi. Itu dikarenakan hal-hal berikut :
1) Wali peserta didik tidak menyadari akan urgensi mengenal guru anak-
anaknya
2) Wali peserta didik tidak bisa menyempatkan waktu untuk menjalin
silaturahmi dengan guru
3) Wali peserta didik belum mendapatkan kesempatan untuk mengenal guru
anak-anaknya lebih lanjut
4) Wali peserta didik tidak memiliki alat komunikasi untuk mengenal guru
anak-anaknya lebih lanjut
5) Wali peserta didik merasa canggung berkomunikasi dengan guru anak-
anaknya.
6) Wali peserta didik enggan berurusan dengan guru anak-anaknya karena
pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Sebenarnya ada beberapa manfaat yang bisa didapat oleh guru manakala ia
bisa mengenali wali peserta didik dari peserta didiknya, yaitu:
a) Guru mendapatkan informasi dari wali peserta didik mengenai latar
belakang kehidupan keluarga peserta didik.
b) Guru mendapatkan informasi dari wali peserta didik mengenai kepribadian
peserta didiknya.
c) Guru mendapatkan informasi dari wali peserta didik mengenai harapan
mereka terhadap anak-anaknya.
d) Guru mendapatkan informasi dari wali peserta didik mengenai problem anak-
23
anaknya dalam hal belajar
e) Guru mendapatkan lampu hijau untuk menjalin komunikasi dan
bekerjasama dengan wali peserta didik.
Informasi-informasi yang didapat oleh guru dari wali peserta didik di atas
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk memberikan
pelayanan pendidikan terhadap peserta didik yang sesuai dengan latar belakang
keluarga, kepribadian, dan harapan orangtuanya.
Bersamaan guru akan mendapatkan lampu hijau dari wali peserta didik
untuk berkomunikasi dan bekerjasama dengan mereka untuk kepentingan
pendidikan peserta didik.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru agar ia bisa mengenali
wali peserta didik, yaitu :
1) Mengumpulkan wali peserta didik di awal tahun pelajaran baru dalam
acara sosialisasi rencana kegiatan pendidikan sekolah untuk satu tahun
pelajaran. Kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh guru bekerjasama
dengan wali kelas maupun kepala sekolah.
2) Meminta alamat dan nomor hp wali pesera didik. Hal itu bisa di lakukan
dengan cara menuliskan kolom alamat dan kolom nomor HP pada daftar
hadir sosialisasi rencana kegiatan pendidikan sekolah.
3) Menyusun agenda kunjungan rumah (home visit) wali peserta didik.
4) Menyiapkan lembar pertanyaan bagi wali peserta didik untuk mengetahui
informasi tentang :
a) Latar belakang keluarga peserta didik
24
b) Kepribadian peserta didik
c) Harapan wali peserta didik terhadap anak-anaknya
5) Menghubungi wali peserta didik terlebih dahulu sebelum guru berkunjung
ke rumahnya
6) Melakukan kunjungan rumah (home visit) wali peserta didik sesuai agenda
yang telah disusun.
7) Menindaklanjuti dengan segera temuan informasi yang didapat gurusaat
melakukan kunjungan rumah (home visit) wali peserta didik. Upaya tindak
lanjut tersebut diwujudkan melalui tiga hal, yaitu :
a) Memberikan layanan pendidikan bagi peserta didik yang sesuai dengan
latar belakang keluarga peserta didik, kepribadian peserta didik, dan
harapan wali peserta didik terhadap anak-anaknya
b) Menjalin komunikasi dengan wali peserta didik untuk kepentingan
pendidikan secara intensif
Upaya di atas dapat berjalan dengan optimal manakala dijadikan sebagai
program sekolah. Program tersebutlah yang dapat memumgkinkan para guru
berupaya mengenali wali peserta didiknya. Sebagai sebuah program, sudah barang
tentu program tersebut harus dibarengi dengan upaya pemberian fasilitas bagi guru
oleh sekolah dalam rangka mengenal wali peserta didiknya.
Upaya guru untuk mengenali wali peserta didik harus murni dilakukan
untuk kepentingan pendidikan, bukan untuk kepentingan lainnya, apalagi
25
kepentingan pribadi. Hal itu dilakukan agar guru tetap menjalankan tugasnya
sebagai pendidik secara proprosional dan profesional.27
Dari uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa mengenali orangtua
wali peserta didik adalah cara terbaik untuk tercapainya sebuah program sekolah
yang memang pada kenyataannya jarang sekali sekolah yang benar-benar
menjalin silaturahmi dengan wali murid. Untuk itu upaya guru mengenali wali
peserta didik sangatlah penting.
b. Melakukan kerjasama dengan wali peserta didik untuk kepentingan pendidikan
Setelah guru dapat mengenali wali peserta didik dan saling berkomunikasi
dengan wali peserta didik, maka sebaiknya guru melakukan kerjasama dengan
wali peserta didik untuk kepentingan pendidikan peserta didik.
Mendidik peserta didik di sekolah memang sudah menjadi tugas guru,
namun bukan berarti tugas tersebut diserahkan sepenuhnya kepada guru karena
untuk melakukan tugas-tugas tertentu guru dituntut harus dapat bekerjasama
dengan wali peserta didik. Misalnya guru memerlukan kerjasama dengan wali
peserta didik dalam hal pembiasaan perilaku positif, pengawasan dan
pendampingan kegiatan belajar peserta didik di rumah, pengawasan jam tidur
peserta didik di malam hari, kesiapan peserta didik bersekolah, pemenuhan
kebutuhan belajar peserta didik di sekolah, dan lain sebagainya.28
Pada dasarnya cukup banyak cara yang dapat ditempuh untuk menjalin
kerjasama antara keluarga dengan sekolah, contohnya seperti sekolah mengadakan
kunjungan ke rumah anak didik agar anak didik merasa selalu diperhatikan dan
27
Novan Ardy wiyani, Etika profesi keguruan, (cet 1, Yogyakarta: Gava media, 2015) h.
171-174 28
Ibid., h. 176-177
26
diawasi oleh sekolah, pihak sekolah mengundang orangtua dalam kegiatan-
kegiatan tertentu, sekolah membentuk suatu organisasi yang didalamnya
melibatkan orang tua anak didik, dan sebagainya. Singkatnya, sekolah senantiasa
selalu melibatkan peran orangrtua terkait dengan pengalaman belajar anak didik di
sekolah. Sebaliknya, apabila orangtua merasa ada permasalahan sehubungan
dengan pendidikan anaknya di lingkungan keluarga, sudah sepantasnya apabila
orangtua melibatkan sekolah untuk menangani permasalahan tersebut.29
Kemudian jika dibandingkan dengan kegiatan peserta didik di lingkungan
sekolah, kegiatan peserta didik lebih banyak dihabiskan di lingkungan keluarga.
Dengan demikian, proses pendidikan yang ditunjuk kepada peserta didik akan
lebih maksimal lagi manakala guru dapat bekerjasama dengan wali peserta didik
untuk menyelenggarakan kegiatan pendidikan bagi peserta didiknya di lingkungan
keluarga.30
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada bab IV bagian kedua pasal 7 dinyatakan bahwa :
“orangtua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan
dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya dan
orangtua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan
pendidikan dasar kepada anaknya”.31
Dari uraian diatas, keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama (utama) bagi anak dan sekolah hanya bersifat membantu kelanjutan
pendidikan keluarga. Agar pendidikan anak di sekolah dapat berlangsung dengan
29
M. Zubad Nurul Yaqin, Al-Qur‟an Sebagai Media Pembelajaran Bahasa Indonesia
Upaya Mencetak Anak Didik yang Islami, (Malang: UIN Malang Press, 2009), h. 28
30
Novan Ardy Wiyani, op. Cit. h. 177 31
Undang-undang Republik Indonesia, Tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003 (Jakarta, focus media 2003), h. 7
27
baik, kepercayaan orangtua terhadap sekolah sangat diperlukan. Dalam hal ini,
orangtua harus memperhatikan sekolah anaknya (memperhatikan pengalaman-
pengalaman dan menghargai segala usaha anaknya di sekolah), orangtua harus
menunjukan kerjasama dalam mengarahkan cara belajar anaknya di rumah, serta
orangtua harus berusaha memotivasi dan membimbing anaknya dalam belajar.
Bagaimanapun juga, kerjasama yang baik antara orangtua (keluarga) dengan
pendidik (sekolah) dapat membantu proses pendidikan anak didik.32
Dapatlah disimpulkan bahwa guru dituntut untuk dapat bekerjasama
dengan wali peserta didik karena hal-hal berikut ini :
1) Ada tugas guru yang harus dilakukan dengan cara bekerja sama dengan
wali peserta didik, terutama untuk tugas-tugas yang berhubungan dengan
kegiatan pendampingan kegiatan peserta didik dan pembiasaan prilaku
positif yang ditampilkan oleh peserta didik di lingkungan keluarga yang
relavan dengan kegiatan pembiasaan di lingkungan sekolah.
2) Keterbatasan waktu dalam mendidik peserta didik di lingkungan sekolah
dapat diatasi dengan menyelenggarakan kegiatan pendidikan di
lingkungan keluarga. Hal itu dapat terwujud manakala ada kerjasama
antara guru dengan wali peserta didik.
c. Membantu wali peserta didik dalam mendidik peserta didik di lingkungan
keluarga
32
M. Zubad Nurul Yaqin, op. cit. h. 27-28
28
Sama seperti penyelenggaraan pendidikan di lingkungan sekolah,
penyelenggaraan pendidikan di lingkungan keluarga juga tidak luput dari
permasalahan.
Permasalahan yang umumnya dihadapi oleh orangtua atau wali peserta
didik dalam menyelenggarakan pendidikan di lingkungan keluarga anatara lain:
1) Keterbatasan keilmuan
Keterbatasan keilmuan menjadi masalah yang umum dialami oleh wali
peserta didik dalam mendidik anak-anaknya di lingkungan keluarga. Keterbatasan
keilmuan tersebut bisa dikarenakan faktor latar belakang pendidikannya. Masalah
keterbatasan keilmuan ini dapat diatasi oleh guru dengan melaksanakan kegiatan
helping program (HP). HP merupakan program kegiatan yang ditunjukan kepada
wali peserta didik yang peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
mempelajari dan mengajarkan suatu materi pelajaran. Agar lebih efesien, program
kegiatan ini dapat dilakukan secara klasikal pada waktu-waktu yang telah
ditentukan. Jika kesulitan wali peserta didik adalah dalam hal mempelajari dan
mengajarkan materi pelajaran matematika, maka guru matematikalah yang
mengatakan program kegiatan ini.
2) Keterbatasan kemampuan mendidik
Keterbatasan kemampuan mendidik bisa dialami oleh wali peserta didik
dalam mendidik anak-anaknya di lingkungan keluarga karena faktor pengalaman
dalam mengasuh dan mendidik anak serta karena faktor latar belakang pendidikan.
Guru dapat mengatasi maslah kemampuan mendidik yang dialami oleh wali
peserta didik dengan mengadakan kegiatan-kegiatan seperti seminar dan
29
pelatihan terkait dengan metode mendidik anak, serta bimbingan konseling bagi
wali peserta. Program kegiatan bimbingan konseling peserta didik dapat
dilakukan secara klasikal maupun personal. Bisa dilaksanakan secara langsung,
maupun tak langsung, misalnya melalui pemanfaatan call center, SMS center, dan
chatting via group facebook.
3) Keterbatsan fasilitas pendidikan
Keterbatasan fasilitas pendidikan bisa dikarenakan faktor kemampuan
ekonomi wali peserta didik. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru dapat
mengadakan program kegiatan parenting day dan family day. Pada kegiatan
parenting day, guru mengadakan pelatihan pemanfaatan fasilitas di sekolah
seperti laboratorium bahasa, laboratorium MIPA, laboratorium komputer, dan
lainnya bagi wali peserta didik. Kemudian kegiatan family day, guru memberikan
kesempatan kepada wali peserta didik untuk menyelenggarakan kegiatan belajar
bagi anak-anaknya dengan memanfaatkan berbagai fasilitas pendidikan yang
dimiliki oleh sekolah. Pada kegiatan family day, guru berperan sebagai dimiliki
oleh sekolah. Pada kegiatan family day, guru berperan sebagai pendamping wali
peserta didik.33
Jadi dapat peneliti simpulkan bahwasannya guru membantu wali
peserta didik di lingkungan keluarga sangatlah penting. Hal tersebut juga
merupakan solusi bagi orangtua wali peserta didik yang mempunyai keterbatasan
dalam hal mendidik anaknya di lingkungan keluarga.
33
Novan Ardy Wiyani, op. cit. h. 182-183
30
B. Membina Akhlak
1. Pengertian Membina Akhlak
Berakhlak Islamiah berarti melaksanakan ajaran Islam dengan jalan yang
lurus terdiri dari iman, Islam, dan ihsan. Kedudukan akhlak dalam kehidupan
manusia menempati tempat yang penting sebagai individu, sebab jatuh bangunnya
seseorang tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik,
maka sejahteralah lahir dan batinnya, begitupun sebaliknya. Nabi memiliki akhlak
yang agung, disebut sebagai suri teladan yang baik. Allah swt. berfirman dalam
Q.S. Al-Ahzab/ 33:21, sebagai berikut:
Terjemahnya:
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.34
Secara etimologis (lughatan) akhlak (Bahasa Arab) adalah bentuk jamak
dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Berakar
dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (pencipta),
makhluq (yang diciptakan) dan khalq (penciptaan). Kesamaan akar kata tersebut
mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan
antara kehendak khaliq (Tuhan) dengan perilaku makhluq (Manusia). Atau
34
Kementerian Agama RI, Al Qur’an dan terjemahnya (Surabaya, Halim Publishing dan
Distributing, 2013), h. 420
31
dengan kata lain, tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya
baru mengandung nilai akhlak yang hakiki manakala tindakan atau perilaku
tersebut didasarkan kepada kehendak khaliq (Tuhan). Dari pengertian secara
etimologis ini, akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang
mengatur hubungan antar sesame manusia, tetapi juga norma yang mengatur
hubungan antara manusia dengan tuhan dan bahkan dengan alam semesta
sekalipun.35
Adapun secara terminologis, akhlak mengandung beberapa pengertian
yang berbeda-beda, namun intinya sama yaitu tentang perilaku manusia. Menurut
pendapat beberapa ahli mengenai akhlak, yaitu:
a) Menurut Abdul Karim Zaidan dalam Yunahar Ilyas mengatakan bahwa
akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya
baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau
meninggalkannya.36
Berdasarkan pendapat di atas, maksudnya adalah ilmu pengetahuan
yang memberikan pengertian tentang hal-hal baik dan buruk yang harus
dihindari sehingga perkataan dan perbuatannya bersih dari segala bentuk
kejahatan.
b) Menurut Abdullah Dirroz dalam Zahruddin AR mengatakan bahwa
akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan
dan kehendak berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan
35
Yunahar Ilyas, kuliah Akhlaq (cet. 1 Yogyakarta: LPPI, 2001). h. 1 36
Ibid., h. 2
32
pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat
(dalam hal akhlak yang jahat).37
Maksud pendapat di atas, akhlak adalah suatu kehendak yang
sudah kuat dan pasti, kekuatan dan kepastian tersebut untuk memilih
pihak yang benar dan pihak yang salah.
c) Menurut Imam al-Ghazali dalam Yunahar Ilyas mengatakan bahwa
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.38
Berdasarkan pendapat di atas, maksudnya adalah satu sifat
yang sudah terpendam kuat dalam jiwa yang darinya terlahir
perbuatan-perbuatan dengan spontan tanpa dibuat-buat sehingga
menjadi kepribadiannya dan tanpa memikirkan atau merenungkan
terlebih dahulu.
Pada hakikatnya khuluq (budi pekerti) atau akhlak adalah suatu kondisi
atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Akhlak
dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas secara individu untuk
hidup dan bekerja sama dalam lingkup keluarga, pendidikan dan lainnya.
Membina akhlak merupakan gabungan dari kata yang berkaitan yaitu
membina dan akhlak. Menurut Zakiah Darajat menjelaskan bahwa :
“Arti dari membina adalah upaya pendidikan baik formal maupun
nonformal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terancang teratur,
dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menambahkan,
37
Zahruddin AR, Pengantar Studi Akhlak (cet. 1, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004), h. 7 38
Yunahar Ilyas, op.cit. h. 1-2
33
mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang dan utuh dan
seluas pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat keinginan serta
prakarsa sendiri”.39
Dapat dirumuskan bahwa membina akhlak adalah ilmu yang mengajarkan
manusia berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat dalam pergaulannya dengan
Tuhan, manusia, dan makhluk sekelilingnya.
2. Dasar dan Tujuan Akhlak
a. Dasar Akhlak
Dalam ajaran Islam yang menjadi dasar-dasar akhlak adalah al-Quran dan
As-sunnah, melalui kedua dasar tersebut kita dapat memahami bahwa sifat sabar,
tawakkal, syukur, dan pemurah termasuk sifat-sifat yang baik dan mulia.
Sebaliknya, kita juga memahami bahwa sifat syirik, kufur, takabur, dan hasad
merupakan sifat-sifat tercela. Jika kedua dasar itu tidak menegaskan mengenai
nilai dari sifat-sifat tersebut, maka akal manusia akan memberikan nilai yang
berbeda-beda. Namun demikian, islam tidak menafikan adanya standar lain selain
Al-Qur‟an dan sunnah untuk menentukan baik dan buruknya akhlak manusia.
Akhlak merupakan bagian integral dalam setiap sendi kehidupan umat
Islam, bahkan Nabi Muhammad SAW di turunkan kebumi menjadi Rasul. Salah
satu tujuannya adalah menyempurnakan akhlak manusia. Hal itu ditegaskan
dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah r.a, ia berkata : Rasulullah shallallahu
„alayhi wa sallam bersabda :40
اربمم الأمخلاقب كم يم مم ثت لأتم ا عب إبنلله م
Artinya :
39
Zakiah darajat, ilmu jiwa dan agama (Jakarta: bulan bintang,1976), h. 36 40
Sayyid quthub, Tafsir fi zhilalil-Qur‟an( Jakarta: gema insani press, 2002), h.9
34
“Sesungguhnya aku(Muhammad) diutus menjadi rasul ke dunia ini tidak
lain adalah untuk menyempurnakan akhlak”. (HR. Ahmad)
Adapun di jelaskan dalam QS. Al-Qalam/68:4, sebagai berikut :
إبنلله م ٱمعم م خ ق م ب يق م
Terjemahnya :
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur”.
b. Tujuan akhlak
Pada dasarnya setiap proses pembelajaran tidak terlepas dari adanya
sebuah tujuan yang hendak dicapai. Begitu pula dalam proses pembinaan akhlak
di sekolah juga tidak terlepas dari adanya tujuan yang hendak dicapai pada diri
siswa.
Menurut Ibnu maskawaih merumuskan tujuan akhlak adalah :
“Terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara
spontan untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik, sehingga
mecapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan. Tujuan
pembinaan akhlak bersifat menyeluruh yakni mencakup kebahagiaan
hidup manusia dalam arti yang seluas-luasnya.41
Tujuan akhlak secara umum adalah membantu seseorang untuk
meningkatkan keimanan, pemahaman, dan penghayatan serta pengalaman tentang
agama islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
yang maha esa, berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi ataupun masyarakat.
Adapun tujuan akhlak secara khusus yaitu :
a) Mensucikan jiwa insaniyah dari sifat iri dan dengki
b) Agar membiasakan diri untuk berakhlak mulia
41
Muhammad azmi, pembinaan akhlak anak usia pra sekolah(Yogyakarta:
belukar,2006), h.61
35
3. Macam-macam Akhlak
a. Akhlak tercela (Akhlaqul Madzmumah)
Akhlak tercela adalah segala tingkah laku pada tutur kata yang tercermin
pada diri manusia, cenderung melekat dalam bentuk yang tidak menyenangkan
orang lain dan tidak benar menurut syariat Islam.42
Sifat-sifat akhlak tercela
adalah dengki, iri hati, dan angkuh (sombong). Untuk menghilangkan akhlak
tercela pada manusia, sejak kecil harus di tanamkan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah swt.
Menurut Imam al-Ghazali dalam oleh Zahruddin AR bahwa akhlak
tercela ini dikenal dengan sifat-sifat muhlikat, yaitu :
”segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya kepada
kebinasaan dan kehancuran diri, yang tentu saja bertentangan dengan
fitrahnya untuk selalu mengarah kepada kebaikan”.43
Adapun jenis-jenis akhlak tercela yaitu :
a) Dusta, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tidak benar
perkataannya.44
Dusta atau bohong adalah pernyataan (perkataan dan
perbuatan) tentang suatu hal yang tidak sesuai dengan keaadaan yang
sesungguhnya.
b) Dzalim, berarti berbuat aniaya tidak adil dalam memutuskan perkara.
Keputusannya tidak didasarkan pada kebenaran akan tetapi dapat
menguntungkan pihak-pihak tertentu.
42
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Quran (Jakarta : Amzah, 2007), h.
56
43
Zahruddin AR, op.cit. h.153
44
Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. IV; Jakarta: Media Pustaka
Phoenix, 2009), h. 201.
36
c) Takabbur, merasa dan mengaku dirinya lebih (muliah, pandai, cakap dan
lain sebagainya). Perasaan lebih karena melihat dirinya pada waktunya
bukan pada waktu yang lalu dan akan yang akan datang.
d) Putus Asa, hilang harapan hidup atau ketidakmampuan seseorang
menanggung derita atas musibah dan kesedihan
e) Pengecut, sifat ini selalu membuat orang ragu sebelum memulai
mengerjakan sesuatu, ia mearasa tidak mampu atau kadang berbuat atau
berjuang.
b. Ahklak terpuji (Akhlaqul Mahmudah)
Akhlak terpuji adalah segala tingkah laku yang baik merupakan tanda
kesempurnaan iman manusia kepada Allah swt dan benar menurut syariat Islam.45
Adapun jenis-jenis akhlak terpuji yaitu:46
1. Al-Amanah (sifat jujur dan dapat dipercaya)
2. Al-Aliyah (sifat yang disenangi)
3. Al-„Afwu (sifat pemaaf)
4. Anie Satun (sifat manis muka)
5. Al- Khairu (kebaikan atau berbuat baik)
6. Al-Khusyu‟ (tekun bekerja sambil menundukkan diri)
7. Shidiq (bersifat benar atau jujur)47
8. tawadhu (rendah hati)48
45
Yatimin Abdullah, op.cit h. 40 46
Ibid., h. 12-13 47
Yunahar Ilyas, op.cit h.81 48
Ibid., h, 123
37
4. Strategi Komunikasi Guru dan Orangtua dalam Membina Akhlak Siswa
SD Inpres Paku
a. Strategi komunikasi guru dalam membina akhlak siswa
Dalam kehidupan ditengah-tengah masyarakat terlihat jelas seolah-olah
terjadi dua hal yang sangat paradoks. Pada satu sisi terlihat kehidupan beragama,
tetapi disisi lain dengan mudah disaksikan akhlak masyarakat berubah makin jauh
dari ajaran Islam. Rendahnya kualitas akhlak serta lemahnya iman seseorang
merupakan faktor utama penyebab terjadinya kekerasan, kriminal, tindakan
maksiat, dan lain sebagainya.
Strategi membina akhlak bukanlah hal yang mudah ditengah-tengah
perkembangan masyarakat yang semakin dinamis ini. Perubahan sosial dan
cepatnya arus informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan berkembangnya
masyarakat industri modern, tidak selalu sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Dengan demikian, strategi membina akhlak merupakan keharusan mutlak dan
tuntutan yang tidak bisa ditawar lagi. Keharusan mutlak ini harus menjadi
kepedulian semua pihak, sebab akhlak sangat penting dalam berkembangnya
peradaban suatu bangsa.49
Ada beberapa metode yang dapat diterapkan guru dalam strategi
membina akhlak di sekolah, yaitu:
1) Metode dialog atau diskusi
Metode dialog adalah metode menggunakan tanya jawab, apakah
pembicaraan itu antara dua orang atau lebih, dalam pembicaaan tersebut
49
H. Said Agil Husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’an: dalam Sistem
Pendidikan Islam (cet. I, Jakarta: Ciputat Press, 2003), h. 38
38
mempunyai tujuan dan topik pembicaraan tertentu. Metode dialog berusaha
menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain, serta mempunyai
manfaat bagi pelaku dan pendengarnya.50 Metode dialog atau tanya jawab ialah
penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan siswa
menjawab atau suatu metode didalam pendidikan di mana guru bertanya
sedangkan siswa menjawab tentang materi yang ingin di peroehnya.51
2) Metode teladan
Metode teladan adalah sebuah metode pendidikan Islam yang sangat
efektif diterapkan oleh seorang guru dalam proses pendidikan. Karena pada
dasarnya pendidikan merupakan usaha sadar oleh pendidikan terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terciptanya kepribadian
yang utama.52
Dengan demikian, keteladanan menjadi titik sentral dalam mendidik dan
membina akhlak siswa, kalau guru berakhlak baik ada kemungkinan siswanya
juga berakhlak baik, karena siswa meniru gurunya, akan tetapi sebaliknya jika
guru berakhlak buruk ada kemungkinan siswanya juga berakhlak buruk.
3) Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan atau kebiasaan mempunyai peranan penting dalam
kehidupan manusia. Islam mempergunakan kebiasaan itu sebagai teknik
pendidikan, lalu merubah semua sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa
50
Abdurrahman An-Nahlawi, Ushulut Tarbiyah Islamiah Wa Asalibiha fii Baiti wal
Madrasati wal Mujtama’ Penerjemah. Shihabuddin (Jakarta: Gema Insani Press,1996), h. 205 51
Zuhairini, Metode Khusus Pendidikan Agama (cet. VIII, Surabaya: Usaha Nasional,
1983), h. 86 52
Muhammad Qutb, Sistem Pendidikan Islam, Penerjemah, Salman Harun (Bandung: PT.
Al-Ma‟arif), h. 326
39
dapat menunaikan kebiasaan tanpa terlalu payah, tanpa kehilangan banyak tenaga
dan tanpa menemukan banyak kesulitan. Imam Ghazali mengatakan anak adalah
amanah bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang suci adalah permata yang sangat
mahal harganya. Jika dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan seperti
dibiarkannya binatang, dia akan celaka dan binasa. Sedangkan memeliharanya
adalah dengan upaya membina dan mengajari akhlak yang baik.53
4) Metode Nasehat
Metode nasehat adalah suatu cara yang bertujuan untuk mengingatkan
seseorang bahwa segala macam bentuk perbuatan pasti ada sanksi serta akibatnya.
b. Strategi orang tua dalam membina akhlak siswa
Islam dengan keuniversalan prinsip dan peraturannya yang abadi,
memerintah para guru dan orang tua untuk memperhatikan dan senantiasa
mengikuti dan mengawasi siswa (anaknya) dalam segala segi kehidupan dan
pendidikan yang universal. Setiap anak membutuhkan perhatian dari orang-orang
disekitarnya tanpa terkecuali orang tua.
Untuk memberikan perhatian pada anak, perlu melakukan pendekatan
pada anak yang diciptakan dalam lingkungan rumah tangga maupun sekolah,
pendekatan maksudnya adalah mencurahkan, memperhatikan, dan senantiasa
mengikuti perkembangan anak dalam membina akhlak dan moralnya, persiapan
spiritual dan sosial, disamping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani
daya hasil ilmiahnya.
Berikut hal yang dapat dilakukan dengan adanya pendekatan atau
53
Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Maal Muallimin, Penerjemah, Ahmad Syaikhu
(Jakarta: Darul Haq, 2002), h. 28
40
perhatian yang diberikan orang tua terhadap anak, diantaranya:54
1) Dalam keadaan anak makan bersama keluarga akan tertanam rasa bersatu
antara keluarga dan rasa hormat kepada orang yang lebih dewasa serta rasa
diperhatikan dan memiliki satu sama lainnya.
2) Membuat anak lebih disiplin, karena orang tua akan lebih memperhatikan
pengaturan waktu belajar dan bermain bagi sang anak.
54
Ibid., h.30
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok.55
Tujuan penelitian kualitatif ada dua, yaitu menggambarkan dan
mengungkapkan (to describe and explore), dan menggambarkan serta
menjelaskan (to describeand explain).56 Sedangkan tipe penelitian ini
menggunakan tipe deskriptif, tipe penelitian ini bertujuan membuat deskripsi
secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi
atau objek tertentu.57
B. Lokasi dan Objek Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini bertempat di sekolah SD Inpres Paku Kecamatan
Pallangga Kabupaten Gowa dijalan Limbung No. 01 Kecamatan Pallangga
Kabupaten Gowa. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini berkisar 1
bulan, terhitung sejak penerbitan surat rekomendasi penelitian, hingga tahap
pengujian hasil riset.
55
Ariesto Hadi Sutopo dan Adrianus Arief, Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan
NVivo (ed. I, cet. I, Jakarta: Kencana, Juli 2010), h. 1 56
Ibid., h. 2 57
Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi (ed. I, cet. 4, Jakarta: Kencana
2009), h. 67
42
2. Objek penelitian
Objek penelitian adalah apa yang menjadi titik perhatian suatu peneliti.58
Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah guru dan orangtua siswa SD
Inpres Paku Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah :
1. Strategi komunikasi guru dan orangtua siswa
2. Membina akhlak siswa.
D. Deskripsi Fokus Penelitian
Untuk menghindar dari berbagai argumentasi dan penafsitran-penafsiran
yag berbeda-berbeda yang akan timbul setelah membaca tulisan ini serta untuk
mencegah kesimpangsiuaran penjelasan dan pokok perrmasalahan yang terdapat
didalam judul adalah sebagai berikut:
1. Strategi komunikasi guru dan orang tua terhadap anak didik (siswa)
Strategi komunikasi guru dan orang tua terhadap siswa yang dimaksud
pada penelitian ini adalah strategi atau taktik komunikasi yang digunakan guru
dan orang tua dalam membina akhlak siswa, yang dapat dilihat dari tingkah laku,
pola pikir anak serta dapat dipahami dan diterima dengan baik.
2. Membina akhlak siswa
Membina akhlak atau karakter yang dimaksud pada penelitian ini adalah
mengenai proses membina atau mendidik sikap dan perilaku anak didik agar tidak
bertentangan dengan aturan serta tata tertib yang sudah diterapkan di sekolah.
58
Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002), h. 96
43
E. Sumber Data
1. Sumber data primer
Sumber data primer yang dimaksud adalah data dalam penelitian ini
diperoleh secara langsung dari informan atau sumber yang akan diteliti, baik yang
dilakukan melalui wawancara, observasi dan alat lainnya. Dalam penelitian ini
yang menjadi informan adalah Kepala sekolah, guru, dan orangtua siswa.
2. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder yang dimaksud yaitu pustaka yang memiliki
relevansi dan bisa menunjang penelitian ini, yaitu dapat berupa buku, majalah
Koran, internet, serta sumber data lain yang dapat dijadikan sebagai data
pelengkap.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.59
Untuk mengumpulkan data dari sumber informasi, peneliti sebagai
instrumen utama penelitian memerlukan instrumen bantuan. Ada dua macam
instrumen bantuan bagi peneliti yang lazim digunakan.
1. Pedoman Observasi
Yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mengadakan komunikasi langsung dengan sumber informasi
59
Ibid., h. 203
44
tentang kondisi penelitian di SD Inpres Paku Kecamatan Pallangga Kabupaten
Gowa.
2. Pedoman Wawancara
Yaitu peneliti mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara melakukan
Tanya jawab atau percakapan dengan informan untuk memperoleh data yang
diperlukan, baik dengan menggunakan daftar pertanyaan ataupun percakapan
bebas yang berhubungan dengan permasalahan yang dirumuskan sebelumnya.
3. Catatan Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
biasa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang
.Dokumentasi yaitu, peninggalan tertulis dalam berbagai kegiatan atau kejadian
yang dari segi waktu relative, belum terlalu lama. Suharsimi Arikunto
mengemukakan bahwa dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan hal-
hal atau yang berupa catatan, transkripsi, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen, agenda dan sebagainya. Melalui teknik dokumentasi ini peneliti
mengumpulkan data-data yang diperlukan yang ada ditempat atau lokasi peneliti.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan peneliti untuk
mengungkap dan menjaring informasi kualitatif dari responden sesuai lingkup
penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Observasi, adalah aktifitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara
sistematis, dimana jenis penelitian yang melibatkan peneliti dalam kegiatan
45
orang yang menjadi sasaran penelitian, tanpa mengakibatkan perubahan pada
kegiatan atau aktifitas yang bersangkutan dan tentu saja dalam hal ini peneliti
tidak menutupi dirinya sebagai peneliti.60 Dalam hal ini, peneliti akan
menggunakan teknik observasi partisipasi, yaitu peneliti akan ikut terlibat
dalam kegiatan yang diamatinya, atau dapat dikatakan peneliti ikut serta
sebagai pemain.
2. Wawancara, adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang
yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.61
Wawancara ini
merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh
informasi langsung dari sumbernya.
3. Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data kualitatif sejumlah besar fakta
dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar
data berbentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cinderamata jurnal
kegiatan dan lainnya. Data jenis ini mempunyai sifat utama yang tak terbatas
pada ruang dan waktu sehingga bisa dipakai untuk menggali informasi yang
terjadi dimasa silam.62
H. Teknik Analisis Data
Analisis data disebut juga pemgolahan data dan penafsiran data. Analisis
data adalah rangkaian kegiatan penelaan data, agar sebuah fenomena memiliki
60
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (cet. 2, Jakarta: Kencana, 2007), h. 120
61 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (cet. I, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2001), h. 180 62
V.Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Pustakabaru Press,2014),
h.33
46
nilai sosial, akademis dan ilmiah.63 Tujuan analisis data adalah untuk
menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan
diimplementasikan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
pendekatan deskripsi kualitatif yang merupakan suatu proses menggambarkan
keadaan sasaran yang sebenarnya. Pada analisis data kualitatif kata-kata dibangun
dari hasil wawancara atau pengamatan terhadap data yang dibutuhkan untuk
dirangkum. Adapun analisis data dalam penelitian ini meliputi tiga alur kegiatan,
yaitu:64
1. Reduksi data, yaitu data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data
yang terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh,
direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal
yang penting.
2. Penyajian data, yaitu data yang diperoleh dikategorikan menurut pokok
permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti
untuk melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya.
3. Penyimpulan dan verifikasi data, yaitu langkah lebih lanjut dari kegiatan
reduksi dan penyajian data. Data yang sudah direduksi dan disajikan secara
sistematis akan disimpulkan sementara. Kesimpulan yang diperoleh pada tahap
awal biasanya kurang jelas, tetapi pada tahap-tahap selanjutnya akan semakin
tegas dan memiliki dasar yang kuat.
63
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (cet. I, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 191 64
V.Wiratna Sujarweni, op.cit. h. 35
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Identitas Sekolah
Nama sekolah : SD Inpres Paku
Nomor statistic/NIS : 101190304029
Provinsi : Sulawesi selatan
Otonomi daerah : Kabupaten Gowa
Kecamatan : Pallangga
Desa / kelurahan : Julubori
Jalan dan nomor : Limbung No. 01
Kode pos : 92161
Telepon : 04115258064
Status sekolah : Negeri
Akreditasi : B
Tahun berdiri : 1979
Kegiatan belajar mengajar : Pagi
Lokasi sekolah : Dusun paku
2. Visi dan Misi
a. Visi
“Mewujudkan anak didik yang terampil, cerdas dan berbudi
pekerti yang luhur dilandasi dengan IMTAQ”
48
b. Misi
1) Meningkatkan profesionalisme guru
2) Meningkatkan sistem pembelajaran TAKEM
3) Menjalin kerja sama yang baik dengan masyarakat
4) Menumbuhkan dan mempertebal kadar keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan yang maha Esa
3. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasana adalah salah satu faktor penunjang dan pendukung
serta penentu keberhasilan suatu lembaga pendidikan formal. Jumlah peserta didik
yang banyak serta keadaan pendidik yang berkualitas, bukan merupakan jaminan
akan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan pada suatu lembaga, melainkan
juga sangat di tentukan oleh dukungan sarana dan prasarana yang lengkap. Sarana
yang peneliti maksud adalah bagian dari alat pendidikan yang turut menunjang
terlaksananya pendidikan secara umum. Sesuai dengan hasil observasi peneliti,
maka sarana yang ada di SD Inpres Paku, yakni :
Tabel 1 keadaan sarana dan prasarana :
No Fasilitas Jumlah Ket.
1 Ruang kelas 6 Buah
2 Ruang TU 1 Buah
3 Kantor 1 Buah
4 Perpustakaan 1 Buah
5 Kantin 1 Buah
6 Toilet 2 Buah
7 Musholah 1 Buah
8 Lapangan sekolah 1 Buah
9 Ruang guru 1 Buah
Sumber Data: Kantor TU SD Inpres Paku Kec. Pallangga Kab. Gowa
49
5. Keadaan Guru
Mengenai keberadaan guru di sekolah SD Inpres Paku , peneliti memberi
gambaran sebagaimana tercantum dalam tabel 2 berikut ini :
Tabel 2 keadaan guru :
No Nama Jabatan Status Guru
1 Hj. Hadiah, S.Pd Kepala sekolah PNS
2 Mar‟atul fitrah, Amd., kom Operator sekolah HONOR
3 Akbar hamid, S.Pd Guru bahasa PNS
4 Magfirah,S.Pd Guru PPKN PNS
5 Muliati, S.Pd Guru walikelas VI PNS
6 Murniati, S.Pd Guru walikelas IV PNS
7 Muslimin, S.Pd.i Guru agama PNS
8 Nurmalasari, S.Pd Guru mulok HONOR
9 Nur ekawati, S.Pd Guru walikelas III HONOR
10 Nurul hidayah, S.Pd Guru seni budaya HONOR
11 Rohani, S.Pd Guru walikelas I HONOR
12 Ruslan, S.Pd Guru walikelas V HONOR
13 Rusmin, S.Pd Guru PJOK PNS
14 Sitti salmiyah, S.Pd Guru walikelas II HONOR
15 Sitti nasriah, S.Ag Guru Agama HONOR
Sumber Data: Kantor TU SD Inpres Paku Kec. Pallangga Kab. Gowa
6. Keadaan Siswa
Peserta didik yang bersekolah di SD Inpres Paku Kecamatan Palangga
Kabupaten Gowa rata-rata bertempat tinggal disekitar lokasi sekolah, sehingga
tidak menyulitkan mereka dari segi jarak dari tempat tinggal mereka ke sekolah.
Untuk mengetahui keadaan siswa sekolah SD Inpres Paku yakni pada tabel 3 :
50
Tabel 3 Keadaan Siswa :
NO KELAS JUMLAH
TOTAL L P
1 I 15 30 45
2 II 28 26 54
3 III 26 20 46
4 IV 32 27 59
5 V 25 29 54
6 VI 27 31 58
TOTAL JUMLAH 153 163 316
Sumber Data: Kantor TU SD Inpres Paku Kec. Pallangga Kab. Gowa
B. Akhlak siswa di SD Inpres Paku Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
Akhlak merupakan perilaku yang baik sebagai hasil dari perbuatan
manusia yang tidak dipikirkan atau dilakukan secara spontanitas sebagai wujud
keimanan kepada sang pencipta .
Diketahui bahwasanya gambaran umum tentang akhlak siswa di SD Inpres
Paku adalah hal positif dilingkungan sekolah yaitu selalu sebelum memulai
pelajaran dan mengakhiri pelajaran selalu membaca doa, dan ketika diluar kelas
bertemu guru di SD Inpres Paku memberikan hormat dengan cara berjabat tangan
dengan guru tersebut.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara oleh bapak Muslimin selaku
guru pendidikan agama islam, beliau mengatakan :
“Alhamdulillah akhlak siswa di SD Inpres Paku ini cukup baik, baik dalam proses pembelajaran maupun diluar ruangan walaupun ada satu dua orang
siswa jika di nasehati atau di beritahu ke hal-hal yang baik tidak
memperdulikan kata gurunya, akan tetapi kami dari pihak sekolah selalu
menanamkan hal-hal positif ke setiap siswa dengan cara membiasakan
sebelum dan mengakhiri pelajaran membaca doa dan setiap bertemu
dengan guru memberi salam dan berjabat tangan dengan guru tersebut”.65
65
Muslimin, S.Pd.i., guru pendidikan agama islam (wawancara daring, 26-07-2020)
51
Pernyataan yang hampir sama di kemukakan oleh ibu Sitti Nasriah S.Ag :
“akhlak siswa di SD Inpres Paku ini cukup baik, karena di sekolah yang diutamakan kedisiplinan siswa, sehingga setiap siswa sebelum memulai
dan mengakhiri pelajaran selalu membaca doa secara bersama-sama.
Kemudian setiap hari senin setelah upacara, sebelum memasuki ruang
kelas siswa berjabat tangan dengan guru-guru dilapangan upacara SD
Inpres Paku.”66
Dari kedua hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak siswa
di SD Inpres Paku cukup baik walaupun ada beberapa siswa tidak menuruti kata
gurunya. Namun, guru harus tetap memberikan contoh perilaku yang baik
terhadap siswanya walaupun siswa tersebut tidak menerima nasehat-nasehat
gurunya akan tetapi sebagai guru tetap memperlihatkan contoh perilaku baik atau
suri tauladan kepada siswa tersebut, agar siswa bisa mencontohi sikap atau
perilaku yang ada pada guru karena setiap individu tidak bisa menerima nasehat
atau teguran dari seseorang. Namun setiap individu itu bisa mengubah dirinya
dengan cara melihat tingkah laku yang dilakukan oleh orang lain.
Di lihat dari segi gambaran perilaku siswa di sekolah dan di rumah
sangatlah jelas perbedaannya karena peneliti melihat perilaku siswa pada guru
sangat mematuhi perintah gurunya berbeda dengan perilaku di rumah yang tidak
patuh kepada kedua orangtuanya. Sebab siswa baru mengenal guru sehingga dia
patuh pada guru dibandingkan orangtuanya yang sudah megenalnya sejak lahir.
Hal ini dapat diperkuat dengan hasil wawancara ibu Sunarsi, selaku
orangtua siswa :
“akhlak anak saya dirumah, menurut saya sebenarnya baik, akan tetapi disebabkan pergaulannya bersama teman-teman bermainnya, misalnya
anak saya lebih nurut pada gurunya daripada orangtuanya sendiri, jika
66
Sitti Nasriah, S.Ag., guru pendidikan agama islam (wawancara, 27-07-2020)
52
disuruh belajar atau mengerjakan tugas oleh guru maka anak saya
langsung mengerjakan tugasnya berbeda dengan orangtuanya dirumah
ketika disuruh belajar ia bermalas-malasan lebih memilih bermain bersama
teman-temanya.”67
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa akhlak setiap individu
itu tergantung pada faktor lingkungannya namun tidak semua siswa yang bisa
bersikap penurut kepada guru dan orangtua atau sebaliknya.
C. Strategi komunikasi guru dan orangtua dalam membina akhlak siswa di
SD Inpres paku Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa
Pembinaan akhlak tidak dapat dilakukan secara spontanitas sebagaimana
terbentuknya perilaku berakhlak, namun memerlukan perencanaan, pembinaan,
pengevaluasian dan perhatian secara kontinu oleh seluruh komponen pembina
tingkah laku. Orangtua, dalam hal ini yang berada dalam lingkungan rumah
tangga merupakan orang yang memberikan dan meletakkan pendidikan yang
pertama bagi seseorang. Dengan demikian, orangtua atau rumah tangga sering
dikatakan sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Pertama
mengandung pengertian bahwa setiap peserta didik yang lahir yang dibesarkan
selalu dimulai dari lingkungan rumah tangga, dalam hal ini adalah orangtua.
Sedangkan, pendidikan utama mengandung makna bahwa orangtua menjadi
peletak dasar-dasar pendidikan akhlak bagi peserta didik.
Disamping orangtua di rumah, guru di SD Inpres Paku juga memegang
peranan penting dalam strategi membina akhlak siswa di sekolah. Guru yang
melanjutkan dan mengembangkan dasar-dasar akhlak yang telah diperoleh siswa
di lingkungan keluarga. Norma-norma, aturan-aturan dan berbagai bentuk adat
67
Ibu Sunarsi, Orangtua Siswa SD Inpres Paku (wawancara, 27-07-2020)
53
dan kebudayaan yang telah diperoleh peserta didik didalam lingkungan
pendidikan siswa yang pertama, dalam hal ini rumah tangga seyogyanya
dilanjutkan dan dikembangkan pembinaannya di lingkungan sekolah.
Ada berbagai peranan yang ditanamkan guru dalam strategi membina
akhlak siswa, antara lain memasukan muatan ajaran mengenai akhlak, pemberian
contoh-contoh yang baik, memberi contoh kedisiplinan waktu, mengarahkan
dalam arti memodifikasi tingkah laku siswa yang tidak mencerminkan akhlak
yang baik, mengontrol sikap dan tingkah laku siswa selama berada dalam
lingkungan sekolah.
Adapun strategi komunikasi guru dan orangtua dalam mebina akhlak siswa
di SD Inpres Paku :
1. Harus ada komunikasi antara di rumah dan di sekolah yaitu apabila di sekolah
anak didik dibangun, sedangkan di rumah diruntuhkan lagi, atau sebaliknya,
maka tidak ada hasil yang diharapkan akan tercapai. Oleh karena itu, harus ada
komunikasi terhadap orangtua atau wali murid. Misalnya, jika seorang guru
menganjurkan agar siswa menjaga shalatnya, maka hendaknya diikuti dengan
memonitor keluarga terhadap anak tersebut dan memperingatkan mereka
tentang waktu shalat.
2. Fokus pada pendidikan keimanan dan menguatkan naluri keimanan pada diri
sang anak.
3. Mendidik dengan cerita yaitu dengan cerita-cerita para nabi, orang-orang saleh,
para sahabat tabi'in serta mengajarkan untuk mengikuti jejak mereka. Metode
ini sangat besar pengaruhnya terhadap anak didik.
54
4. Mendidik dengan teladan yaitu keteladanan menjadi titik sentral dalam
mendidik dan membina akhlak siswa, jika guru berakhlak baik ada
kemungkinan siswanya juga berakhlak baik, karena siswa meniru gurunya,
akan tetapi sebaliknya jika guru berakhlak buruk ada kemungkinan siswanya
juga berakhlak buruk.
5. Mendidik secara praktis, misalnya dengan melaksanakan shalat di depan
mereka, sehingga sang anak akan merekam pelaksanaan ibadah tersebut
langsung dalam perbuatannya.
Uraian di atas dapat diperkuat dengan hasil wawancara bapak Muslimin
selaku guru pendidikan agama islam :
“strategi yang saya gunakan dalam membina akhlak siswa yaitu guru selalu bekerjasama dengan orangtua dalam mengontrol akhlak siswa baik
di lingkungan sekolah maupun di rumah dengan cara membiasakan atau
menanamkan sikap kejujuran, kedisiplinan waktu, dan saling menghormati
sesama.”68
Adapun hasil wawancara dengan ibu sitti nasriah :
“dalam membina akhlak siswa di SD Inpres Paku, strategi yang digunakan yaitu memberikan contoh suri tauladan nabi Muhammad SAW,
menerapkan kedisiplinan waktu siswa, membiasakan shalat 5 waktu,
memberitahu serta menasehati jika tingkah laku siswa tidak sesuai dengan
tata tertib sekolah.”69
Dari kedua hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa strategi
dalam membina akhlak siswa di SD Inpres Paku ini, guru pendidikan agama islam
selalu menanamkan hal positif pada siswa dan menasehati jika tingkah laku atau
perilaku siswa tidak sesuai dengan tata tertib sekolah serta saling berkomunikasi
dengan orangtua siswa dalam hal saling bekerjasama dalam membina akhlak
68
Muslimin, S.Pd.i., guru pendidikan agama islam (wawancara daring, 26-07-2020) 69
Sitti Nasriah, S.Ag., guru pendidikan agama islam (wawancara, 27-07-2020)
55
siswa.
Sebagian orangtua mendidik anak dengan harapan agar tumbuh menjadi
anak yang baik, penurut, dan hormat kepada orangtua. Namun, tidak semua anak
gampang diatur. Sebagian anak, lebih suka menuruti keinginannya yang terkadang
melanggar aturan atau diluar kebiasaan, anak seperti inilah dikatakan anak bandel
atau nakal.
Mendidik anak tidak mudah dan harus butuh kesabaran. Namun, orangtua
juga tidak dianjurkan menggunakan kekerasan untuk mendidik anak yang nakal.
Akan tetapi dengan cara memberikan contoh yang baik, tidak mencapnya dengan
sebutan anak nakal, tidak membentak anak didepan umum, memberikan aturan
dan sanksi yang tegas, serta tidak terlalu sering memberi toleransi.
Uraian di atas dapat diperkuat dengan wawancara oleh ibu sunarsi, selaku
orangtua siswa terkait strategi komunikasi yang digunakan dalam membina akhlak
anak dirumah :
“dengan memberikan contoh, pemahaman dan membiasakan untuk selalu menunaikan shalat 5 waktu, serta membiasakan anak lebih banyak belajar
dibanding bermain bersama teman-temannya diluar rumah.”70
Hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa ibu sunarsi sebagai
orangtua siswa untuk membina akhlak seorang anak dengan cara memberi contoh,
pemahaman, dan pembiasaan terhadap anak.
Adapun strategi komunikasi antara orangtua dan guru siswa di SD Inpres
Paku yaitu :
a. Komunikasi melalui handphone
70
Ibu Sunarsi, orangtua siswa SD Inpres Paku (wawancara, 27-07-2020)
56
komunikasi yang dilakukan oleh pihak sekolah SD Inpres Paku yaitu guru
dengan orangtua siswa melakukan komunikasi melalui handphone, baik dalam
bentuk via telpon seluler atau via chat whatsapp membicarakan atau
mendiskusikan hal yang penting mengenai akademik atau non akademik siswa.
Bukan hanya itu, mengenai pembinaan akhlak atau perilaku siswa di sekolah juga
penting untuk dikomunikasikan antara guru dan orangtua siswa.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan ibu Hj. Hadiah, S.Pd
selaku kepala SD Inpres Paku :
“Strategi komunikasi antara guru dan orangtua melalui handphone dan jika ada hal penting tentang perilaku atau prestasi siswa disekolah
guru langsung menghubungi orangtua siswa tersebut, dan jika ada
kebutuhan guru dan orangtua seperti paket data atau pulsa, sekolah siap
memenuhi. Dan di SD Inpres Paku ini sebagian orangtua siswa tidak
memiliki alat komunikasi, sehingga kami dari pihak sekolah mengunjungi
rumah orangtua siswa yang tidak memiliki alat komunikasi untuk
menyampaikan hal penting tersebut, karena jarak rumah orangtua dan
sekolah cukup dekat.”71
Komunikasi merupakan satu hal yang tidak terlepas dari kehidupan
manusia, apalagi didunia pendidikan, jika tidak ada komunikasi maka tujuan
pendidikan tidak akan tercapai sesuai dengan harapan. Oleh karena itu, bahwa di
SD Inpres Paku ini merupakan sekolah yang menunjukan komunikasi yang baik
antara orangtua dan guru. Dimana pihak sekolah selalu memberitahukan setiap
perkembangan anak didiknya melalui via telpon ataupun langsung mengunjungi
rumah orangtua siswa misalnya siswa kelas 4 atas nama Andika selalu tidak
mengerjakan tugas yang diberikan guru atau jika dinasehati tidak mau mendengar
maka walikelas akan memberitahukan langsung lewat via telpon atau langsung ke
71
Hj. Hadiah, S.Pd., Kepala sekolah SD Inpres Paku (wawancara, 24-07-2020)
57
rumah siswa tersebut .
Adapun hasil wawancara dengan ibu Sitti Nasriah :
“berkomunikasi dengan orangtua siswa menggunakan alat komunikasi
handphone dan surat menyurat antara guru wali kelas dan orangtua siswa
seperti halnya jika kami tidak memiliki nomor handphone orangtua siswa
begitupun sebaliknya orangtua tidak memiliki nomor handphone guru
walikelas anaknya, maka dari pihak sekolah mengirim surat ke rumah
orangtua siswa tersebut untuk memenuhi panggilan ke sekolah agar
menyelesaikan atau mendiskusikan permasalahan tentang anaknya secara
bersama-sama”72
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa strategi komunikasi
antara orangtua dan guru siswa di SD Inpres Paku menggunakan alat komunikasi
dalam hal ini handphone baik secara panggilan seluler ataupun via chat whatsapp,
adapun guru tidak memiliki nomor handphone orangtua siswa, maka dari pihak
sekolah sendiri, mengirim surat panggilan ke rumah orangtua siswa tersebut untuk
menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama di sekolah.
b. Kunjungan ke rumah orangtua siswa
Komunikasi yang dilakukan oleh pihak sekolah SD Inpres Paku yaitu guru
walikelas mengunjungi langsung rumah orangtua siswa dan menyatakan atau
mendiskusikan langsung dengan orangtua wali siswa tentang perlunya pembinaan
akhlak anaknya. Kunjungan ke rumah orangtua wali siswa ini dilakukan hanya
pada saat tertentu saja, apabila orangtua siswa tidak memenuhi surat panggilan ke
sekolah karena sesuatu hal, maka pihak sekolah bersedia ke rumah orangtua siswa
tersebut.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara oleh bapak Muslimin selaku
72 Sitti Nasriah, S.Ag., guru pendidikan agama islam (wawancara, 27-07-2020)
58
guru pendidikan agama islam di SD Inpres Paku, beliau mengatakan :
“untuk bentuk strategi komunikasi guru dan orangtua siswa melalui handphone adapun sebagian orangtua wali siswa tidak memiliki alat
komunikasi, kami pihak sekolah akan memberi surat ke orangtua siswa
dengan maksud untuk ke sekolah membicarakan atau mendiskusikan
perihal anaknya, dan biasanya sebagian orangtua tidak memenuhi
panggilan sekolah karena kesibukan pekerjaannya sehingga tidak bisa ke
sekolah, pada akhirnya kami pun dari pihak sekolah berkunjung ke rumah
orangtua siswa tersebut untuk membicarakan perihal akhlak atau perilaku
anaknya disekolah.”73
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa sekolah SD
Inpres paku ini sangat memperhatikan situasi terhadap proses pembelajaran
ataupun perilaku dan tingkah laku siswa, adapun ketika ada orangtua siswa yang
tidak memiliki alat komunikasi, maka pihak sekolah sangat bertanggung jawab
dalam memberikan informasi pada orangtua siswa dengan strategi mengunjungi
rumah orangtua siswa tersebut.
D. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat strategi komunikasi
guru dan orangtua dalam membina akhlak siswa SD Inpres Paku
Adapun faktor yang mendukung dan yang menghambat stratetgi
komunikasi guru dan orangtua dalam membina akhlak siswa yaitu:
a. Faktor pendukung
1) komunikator (guru)
Ada berbagai cara bagaimana guru dapat membantu orangtua dalam
mendidik anaknya, para guru harus mengetahui kebutuhan dan harapan anak,
guru harus merencanakan suatu pengalaman yang baru sehingga anak-anak
terdorong untuk mengembangkan minat mereka, seorang guru juga harus bisa
memahami sikap dan perilaku anak selama di sekolah, sehingga guru dapat
73
Muslimin, S.Pd.i., Guru Pendidikan Agama Islam (wawancara daring, 26-07-2020)
59
memberitahukan tentang perkembangan anaknya di sekolah, sehingga apabila
ada masalah dengan anak maka seorang guru dapat menyampaikan masalah
tersebut kepada orangtuanya melalui alat komunikasi, bertemu langsung di
sekolah ataupun mengunjungi rumah orangtua siswa dan secara bersama-sama
mencari penyelesaian masalah anak tersebut. Maka terciptalah komunikasi
yang baik antara guru dengan orangtua.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara bapak Muslimin, beliau
mengatakan :
“faktor yang mendukung strategi komunikasi antara guru dan orangtua dalam membina akhlak siswa yaitu rata-rata jarak antara sekolah dan
rumah siswa cukup dekat sehingga memudahkan bagi guru untuk
berkomunikasi dengan orangtua siswa, membicarakan perihal
perkembangan anak mereka disekolah.”74
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa guru tidak akan
merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan orangtua siswa, jika orangtua
siswa tersebut tidak memiliki alat komunikasi dan jika disurati untuk meminta
kehadirannya di sekolah. akan tetapi orangtua tersebut tidak memenuhi surat
tersebut karena sesuatu hal, maka dari pihak sekolahlah yang langsung ke
rumah orangtua tersebut untuk menyelesaikan permasalahannya.
Adapun hasil wawancara dengan ibu sitti nasriah :
“siswa di SD Inpres Paku ini patuh pada guru-gurunya, selalu mengikuti tata tertib di sekolah, adapun yang mendukung
komunikasi antara guru dan orangtua siswa yaitu adanya alat
komunikasi yang memudahkan guru dan orangtua saling
bekerjasama dalam membina akhlak siswa”75
Dari hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa yang
74 Muslimin, S.Pd.i., guru pendidikan agama islam (wawancara daring, 26-07-2020)
75 Sitti Nasriah, S.Ag., guru pendidikan agama islam (wawancara, 27-07-2020)
60
mendukung strategi komunikasi antara guru dan orangtua siswa yaitu adanya
alat komunikasi sehingga memudahkan para guru untuk bekerjasama dalam
membina akhlak siswa walaupun ada sebagian orangtua siswa tidak memiliki
alat komunikasi akan tetapi dari pihak sekolah sangat bertanggung jawab
dalam tugasnya ia mengunjungi rumah orangtua tersebut untuk membicarakan
mengenai anaknya
2) Komunikan (orangtua)
Telah diketahui bahwa keterlibatan orangtua di sekolah akan
meringankan tugas guru dalam membina akhlak siswa dan sudah jelas bahwa
orangtua berperan sebagai penerima pesan yang disampaikan guru yang
bertindak sebagai komunikator, bahwasanya keterlibatan orangtua dalam
kegiatan belajar atau membina akhlak menunjukan minat mereka terhadap
pendidikan anak didalam kelas maupun di rumah. Sehingga peran orangtua
dalam perkembangan belajar dan akhlak anak di rumah dapat membantu tugas
guru yang memberikan materi selama di sekolah.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara ibu Sunarsi :
“Yang mendukung komunikasi dengan guru yaitu selalu berkomunikasi dengan guru untuk menanyakan perihal anak saya disekolah dan guru
juga selalu memberikan informasi tentang tingkah laku dan hasil belajar
anak saya melalui alat komunikasi.”76
Dari hasi wawancara di atas dapat dipahami bahwa yang menjadi faktor
pendukung komunikasi antara orangtua siswa dan guru yaitu guru SD Inpres
Paku selalu memberikan informasi tentang siswa di sekolah, terutama tentang
hasil belajar siswa bahwa tugas atau hasil ujian siswa tersebut rendah, maka
76
Ibu Sunarsi, orangtua siswa SD Inpres Paku (wawancara, 27-07-2020)
61
guru dapat menginformasikan kepada orangtua siswa untuk lebih membimbing
anak di rumah lebih giat lagi, sama halnya dengan akhlak anak.
b. Faktor penghambat
Kendala merupakan salah satu masalah yang sering terjadi dalam setiap
kegiatan. Ini menjadi salah satu faktor penghambat yang sangat dirasakan.
Adapun faktor-faktor yang menghambat strategi komunikasi guru dan orangtua
dalam membina akhlak siswa yaitu :
1. Kurangnya perhatian orangtua, kendala ini sering ditemui, dikarenakan
kesibukan pekerjaan kedua orangtua diluar rumah sering menjadi alassan.
2. Orangtua menyerahkan sepenuhnya pendidikan agama kepada pengajar atau
guru di sekolah, tanpa memikirkan bahwa tanggung jawab dalam pendidkan
agama anak, orangtualah yang paling utama.
3. Orangtua siswa tidak memiliki ilmu pengetahuan tentang agama atau
pengetahuan agama mereka memanglah sangat terbatas.
4. Hambatan dari anak-anak yang kadang-kadang bermalas-malasan dan tidak
mau mengikuti perintah orang tua dan guru.
5. Kondisi lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi akhlak anak.
Uraian di atas dapat diperkuat dengan hasil wawancara oleh ibu sitti
nasriah, beliau mengatakan :
“kurangnya perhatian orangtua dikarenakan kesibukan pekerjaan kedua orangtua siswa tersebut. Sehingga untuk berkomunikasi dengan orangtua
siswa mengenai anaknya susah dan adapula sebagian orangtua siswa tidak
memiliki alat komunikasi sehingga hal ini juga salah satu penghambat
komunikasi antara guru dan orangtua.”77
Pernyataan yang hampir sama dikemukakan oleh bapak Muslimin :
“terkadang sebagian orangtua siswa acuh tak acuh terhadap apa yang
77
Sitti Nasriah, S.Ag., guru pendidikan agama islam (wawancara, 27-07-2020)
62
disampaikan pihak sekolah karena sebagian orangtua siswa lebih
mementingkan pekerjaannya sehingga untuk membicarakan perihal
perilaku atau prestasi anaknya sangatlah susah.”78
Dari kedua hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa yang selalu
menjadi hambatan guru di SD Inpres Paku, untuk berkomunikasi dengan orangtua
siswa yaitu sebagian orangtua tidak memiliki alat komunikasi hal ini dikarenakan
ekonomi dari keluarga tersebut terbilang kekurangan sehingga tidak dapat
memiliki alat komunikasi dan adapula yang menjadi hambatan untuk
berkomunikasi yaitu kesibukan dalam pekerjaan orangtua siswa sehingga anak
kurang dapat perhatian di rumah. Akan tetapi, guru di sekolah SD Inpres Paku ini
selalu berusaha untuk menjadikan siswa-siswa SD Inpres Paku yang berakhlak
baik.
78
Muslimin, S.Pd.i., guru pendidikan agama islam (wawancara daring, 26-07-2020)
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian di atas tentang Strategi Komunikasi Guru dan
Orangtua dalam Membina Akhlak Siswa SD Inpres Paku, maka peneliti dapat
simpulkan sebagai berikut :
1. Akhlak siswa di SD Inpres Paku cukup baik walaupun ada satu dua
orang siswa yang jika di beritahu dan di nasehati tidak mendengar kata
gurunya akan tetapi di sekolah SD Inpres Paku menerapkan,
menanamkan dan membiasakan siswa selalu bersikap jujur, menghargai,
disiplin waktu dan menghormati sesama dalam hal ini selalu
membiasakan siswa membaca doa sebelum memulai pelajaran dan
mengakhiri pelajaran serta sebelum masuk ke ruang kelas berjabat tangan
dengan guru.
2. Strategi komunikasi guru dan orangtua dalam membina akhlak siswa di
SD Inpres Paku yaitu memasukan muatan ajaran mengenai akhlak,
pemberian contoh-contoh yang baik, memberi contoh kedisiplinan
waktu, mengarahkan dalam arti memodifikasi tingkah laku siswa yang
tidak mencerminkan akhlak yang baik, mengontrol sikap dan tingkah
laku siswa selama berada dalam lingkungan sekolah maupun di rumah.
Dalam hal ini guru dan orangtua saling bekerjasama melalui bentuk alat
komunikasi handphone dan kunjungan kerumah orangtua siswa untuk
64
membicarakan atau mendiskusikan tingkah, perilaku dan hasil belajar
siswa.
3. Faktor yang menghambat dan yang mendukung strategi komunikasi guru
dan orangtua dalam membina akhlak siswa di SD Inpres Paku yaitu
faktor yang menghambat kurangnya perhatian orangtua terhadap anak
karena kesibukan pekerjaan orangtua diluar rumah dan terbatasnya alat
komunikasi yang di gunakan orangtua siswa yang di karenakan ekonomi
keluarga siswa tersebut tidak bisa memiliki handphone. Sedangkan yang
mendukung yaitu guru selalu memberitahu atau menginformasikan
mengenai tingkah, perilaku dan hasil belajar siswa ke orangtua melalui
handphone ataupun langsung ke rumah orangtua siswa tersebut,
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti hendak memberikan saran
kepada pihak-pihak yang terkait dengan hasil penelitian ini guna perbaikan
kualitas dimasa yang akan datang. Saran-saran tersebut antara lain sebagai
berikut:
1. Untuk orangtua wali siswa
Di harapkan untuk meluangkan waktunya untuk datang ke sekolah
memenuhi panggilan dari pihak sekolah, karena ini merupakan
kesempatan terbaik bagi sekolah untuk menjalankan komunikasi secara
langsung dengan guru di sekolah.
2. Untuk siswa
Lebih pandai mengatur waktu untuk belajar dan rajin, patuh, ta‟at dengan
apa yang di katakan guru di sekolah serta orangtua di rumah.
65
3. Untuk kepala sekolah
Bisa lebih memanfaatkan lagi keberadaan media masa untuk
berkomunikasi dengan guru, dan orangtua siswa serta di harapkan pihak
sekolah dapat mengunggah berbagai informasi tentang sekolah.
66
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Yatimin. 2006. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Pekanbaru: Amzah
Ahmad. 2008. Kobstribusi Pendidikan Agama Islam dalam Membina Prilaku Siswa SMPN 11 Tangerang Ciledung Larang Selatan. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ahmadi, Abu dan Noor Salimi. 2008. MKDU Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara
Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Pradigma Baru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Arikunto, Suharismi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Asari, Hasan. 1990. Nukilan Pemikiran Islam Klasik Gagasan Pemikiran Imam AL- Ghazali. Yogyakarta: Tiara Wacana
Darajat, Zakiah. 1995. Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah. Jakarta: CV Ruhama
Ellias, Maurice J. Dkk .2000. Cara-cara Efektif Mengasuh Anak dengan EQ, Ter. M. Jauharul Fuad. Bandung: Kaifa
Fauzi. 2013. Pendidikan Komunikasi Anak Usia Dini; Berbasis Kecerdasan Bahasa dan Kecerdasan Sosia. Purwokerto: STAIN Press
HS, Nasrul. 2015. Akhlak Tasawuf. Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Ilyas. H. Yunahar. 2001. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI)
Iriantara, Yosal dkk. 2013. Komunikasi Pendidikan. Bandung: Simbiosa Rekatama
Juwariyah. 2010. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Dalam Al-Qur’an. Yogyakarta: Teras
Khomariyah, Siti Nur. 2013. Strategi Guru PAI dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di SMPN 1 Soko Kabupaten Tuban. Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Majid Abdul. 2012. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung:PT Remaja Rosda
Manasur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mangali. 2012. Upaya Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di SMK Widya Dharma Turen Malang. Skrpsi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
67
Yudistira. Margono, S. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta Mukhtar. 2013. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: CV Misaka Ghaliza
Nurfuadi. 2012. Profesinalisme Guru. Purwokerto: STAIN Press
Saondi, Ondi dkk. 2015. Etika Profesi Keguruan. Bandung: PT Refika Aditama Sugiono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metode Penelitian Lengkap Praktis dan Mudah Dipahami. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru
Syafinuddin, Al Mandari. 2004. Rumahku sekolahku. Jakarta: Pustaka Zahra
Tafsir, Ahmad. 2007. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Wiyani, Novan Ardy. 2015. Etika Profesi Keguruan. Yogyakarta: Gava Media Yaqin, Zubad Nurul. 2009. Al-Qur’an Sbagai Media Pembelajaran Bahasa Indonesia; Upaya Mncetak Anak Didik yang Islami. Malang: UIN-Malang Press
Zulkarnaian. 2008. Transformasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)
68
L A M P I R A N
69
KEGIATAN WAWANCARA
PEDOMAN WAWANCARA
Kepala sekolah dan guru SD Inpres Paku :
1. Bagaimana komunikasi antara guru dan orangtua dalam membina akhlak
siswa?
2. Bagaimana akhlak siswa di sekolah SD Inpres Paku ?
3. Bagaimana bentuk komunikasi guru dan orangtua dalam membina akhlak
siswa?
4. Bagaimana strategi komunikasi yang digunakan guru dan orangtua dalam
membina akhlak siswa?
5. Faktor apa yang mendukung strategi komunikasi guru dan orangtua dalam
membina akhlak siswa ?
6. faktor apa yang menghambat strategi komuikasi guru dan orangtua dalam
membina akhlak siswa ?
Orangtua wali siswa SD Inpres Paku :
1. Bagaimana komunikasi ibu dan guru dalam membina akhlak anak ?
2. Bagaimana akhlak anak ibu di rumah ?
3. Bagaimana strategi komunikasi yang digunakan ibu dalam membina akhlak
anak dirumah ?
4. Bagaimana bentuk komunikasi ibu dan guru siswa dalam membina akhlak
anak?
5. Faktor-faktor apa yang menghambat dan mendukung komunikasi ibu dan guru
dalam membina akhlak siswa ?
70
DOKUMENTASI WAWANCARA
Gambar 1 : Pengantaran surat izin penelitian dan wawancara dengan ibu Hj.
Hadiah, S.Pd, Kepala sekolah SD Inpres Paku. (Jumat, 24 juli 2020)
71
Gambar 2 : wawancara dengan ibu Sitti Nasriah, S.Ag., guru pendidikan agama islam (senin, 27-07-2020)
Gambar 3 : wawancara dengan ibu Sunarsi, orangtua siswa SD Inpres Paku(senin, 27-07-2020)
72
Gambar 4 : wawancara daring dengan bapak Muslimin, S.Pd.i., guru pendidikan
agama islam (Minggu, 26-07-2020)
73
RIWAYAT HIDUP
Halfia Uli. Dilahirkan di Doda Bahari pada tanggal 11 Februari
1997, penulis adalah anak kelima dari 6 bersaudara buah hati
dari Bapak La Uli dan Ibu Harifa, mulai memasuki jenjang
pendidikan formal di SDN 1 Doda Bahari, kemudian
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Sangia Wambulu, kemudian penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 02 Bombana, penulis melanjutkan
pendidikan kejenjang perguruan tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar
dan mengambil Jurusan Pendidikan Agama Islam fakultas Agama Islam pada
tahun 2016.