stimulansia ssp

6
1 Tujuan Tujuan praktikun ini adalah untuk mengetahui prinsip kerja dari obat stimulansia SSP dan gejala klinis yang menyertainya. Latar Belakang Stimulansia merupakan zat yang merangsang sistem saraf pusat (SSP). Pada hewan  percobaan, obat ini dapat meningkatkan aktivitas motorik dan kesadaran. Daya kerja stimulansia SSP berdasarkan lokasi dan titik tangkap kerjanya dapat dibagi menjadi stimulansia cortex cerebri, medulla oblongata, dan medulla spinalis. Obat stimulansia cortex cerebri mampu meningkatkan persepsi, respon, tremor, gelisah, dan delerium. Konvulsi yang ditimbulkan bersifat aspontan, simetris, dan klonis. Konvusi aspontan terjadi apabila ada ransangan terlebih dahulu. Simetris ditandai dengan tremor yang terjadi bersamaan pada anggota tubuh kanan dan kiri, sedangkan klonis terjadi apabila kontraksi ada fase istirahatn ya. Contohnya yaitu caffein. Obat stimulansia medulla oblongata dapat menyebabkan hiperaktivitas, peningkatan frekuensi pernapasan dan jantung serta tremor. Konvulsi yang ditimbulkan adalah spontan (tanpa ransangan), asimetris, dan klonis. Contoh stimulansia medulla oblongata yaitu cardiazol. Obat stimulansia medula spinalis dapat merangsang medulla spinalis dan bagian lain SSP. Obat ini biasanya juga mempengaruhi reflek. Sifat konvulsinya adalah aspontan, simetris, dan tetanis. Contoh dari stimulansia medulla spinalis adalah striknin. Tinjauan Pustaka Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks otak-depan oleh se-nyawa stimulan SSP akan meningkatkan kewaspadaan, pengurangan kelelahan pikiran dan semangat  bertambah. Obat stimulan saraf pusat dibagi menjadi tiga yaitu stimulant cortex cerebri, stimulant medulla oblongata, dan stimulant medulla spinalis. Stimulant cortex cerebri adalah stimulant yang bekerja pada cortex cerebri yang  bekerja meningkatkan persepsi, respon, tremor, gelisah dan delitium. Salah satu obat stimulant cortex cerebri adalah caffeine dan amphetamine. Kafein adalah stimulan yang ditemukan dalam banyak makanan dan minuman. Kafein juga ditemukan dalam resep dan obat tanpa resep. Kafein adalah zat alami yang ditemukan dalam daun, biji, dan buah-buahan lebih dari 60 tanaman. Efek utama kafein meningkat kewaspadaan. Dalam 1 jam konsumsi

description

laporan farmakologi

Transcript of stimulansia ssp

Page 1: stimulansia ssp

7/16/2019 stimulansia ssp

http://slidepdf.com/reader/full/stimulansia-ssp 1/6

1

Tujuan

Tujuan praktikun ini adalah untuk mengetahui prinsip kerja dari obat stimulansia SSP

dan gejala klinis yang menyertainya.

Latar Belakang

Stimulansia merupakan zat yang merangsang sistem saraf pusat (SSP). Pada hewan

 percobaan, obat ini dapat meningkatkan aktivitas motorik dan kesadaran. Daya kerja

stimulansia SSP berdasarkan lokasi dan titik tangkap kerjanya dapat dibagi menjadi

stimulansia cortex cerebri, medulla oblongata, dan medulla spinalis.

Obat stimulansia cortex cerebri mampu meningkatkan persepsi, respon, tremor,

gelisah, dan delerium. Konvulsi yang ditimbulkan bersifat aspontan, simetris, dan klonis.

Konvusi aspontan terjadi apabila ada ransangan terlebih dahulu. Simetris ditandai dengan

tremor yang terjadi bersamaan pada anggota tubuh kanan dan kiri, sedangkan klonis terjadi

apabila kontraksi ada fase istirahatnya. Contohnya yaitu caffein.

Obat stimulansia medulla oblongata dapat menyebabkan hiperaktivitas, peningkatan

frekuensi pernapasan dan jantung serta tremor. Konvulsi yang ditimbulkan adalah spontan

(tanpa ransangan), asimetris, dan klonis. Contoh stimulansia medulla oblongata yaitu

cardiazol.

Obat stimulansia medula spinalis dapat merangsang medulla spinalis dan bagian lainSSP. Obat ini biasanya juga mempengaruhi reflek. Sifat konvulsinya adalah aspontan,

simetris, dan tetanis. Contoh dari stimulansia medulla spinalis adalah striknin.

Tinjauan Pustaka

Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang serebrum

medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks otak-depan oleh se-nyawa

stimulan SSP akan meningkatkan kewaspadaan, pengurangan kelelahan pikiran dan semangat

 bertambah. Obat stimulan saraf pusat dibagi menjadi tiga yaitu stimulant cortex cerebri,

stimulant medulla oblongata, dan stimulant medulla spinalis.

Stimulant cortex cerebri adalah stimulant yang bekerja pada cortex cerebri yang

 bekerja meningkatkan persepsi, respon, tremor, gelisah dan delitium. Salah satu obat

stimulant cortex cerebri adalah caffeine dan amphetamine. Kafein adalah stimulan yang

ditemukan dalam banyak makanan dan minuman. Kafein juga ditemukan dalam resep dan

obat tanpa resep. Kafein adalah zat alami yang ditemukan dalam daun, biji, dan buah-buahan

lebih dari 60 tanaman. Efek utama kafein meningkat kewaspadaan. Dalam 1 jam konsumsi

Page 2: stimulansia ssp

7/16/2019 stimulansia ssp

http://slidepdf.com/reader/full/stimulansia-ssp 2/6

2

kopi, kafein biasanya mencapai tingkat puncaknya dalam aliran darah dan tetap di sana

selama 4-6 jam. Kafein juga merangsang pelepasan asam dalam perut, kadang-kadang

menyebabkan sakit perut. Kafein juga merupakan diuretik, yang berarti membantu

menghilangkan cairan dari tubuh dan dapat menyebabkan hilangnya air dan kalsium (Savitz,

DA, et al. 2008).

Obat yang kedua yaitu amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang

disebut stimulan sistem saraf pusat (SSP). Obat yang termasuk dalam golongan amfetamin

adalah amfetamin, dextroamphetamine, dan methamphetamine. Amfetamin terdiri dari dua

senyawa yang berbeda: dextroamphetamine murni dan levoamphetamine murni. Karena

dextroamphetamine lebih kuat daripada levoamphetamine, dextroamphetamine murni juga

lebih kuat daripada campuran amfetamin. Obat-obatan yang mengandung amfetamin

diresepkan untuk narkolepsi, obesitas, dan perhatian eficit / hyperactivity disorder. Nama

resep untuk obat-obat ini termasuk Adderall, Dexedrine, DextroStat, dan Desoxyn (Brands,

B., et al. 1998).

Stimulan medulla spinalis adalah obat-obat yang bekerja pada medulla spinalis yang

mampengaruhi reflek. Contoh obat ini adalah striknin. Stiknin adalah bubuk kristal putih

tidak berbau, pahit yang dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut, dihirup melalui hidung,

atau dicampur dalam larutan dan diberikan secara intravena (disuntikkan langsung ke

 pembuluh darah).Striknin adalah racun yang kuat, hanya sejumlah kecil diperlukan untuk 

menghasilkan efek yang parah pada orang. Keracunan striknin dapat menimbulkan efek 

kesehatan yang sangat serius yang merugikan, termasuk kematian (Mistretta, 2010).

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah spuid 1 mL, jam dan kandang hewan. Bahan yang

digunakan yaitu, katak, mencit, caffein, striknin, cardiazol, dan amphetamin.

Metodologi

A.  Stimulansia Cortex Cerebri

Dilakukan pemeriksaan fisiologis katak normal (posisi tubuh, reflek, rasa

nyeri, tonus, frekuensi napas dan jantung). Setelah itu, caffein disuntikan secara

subcutan (SC) pada daerah abdominal melalui saccus limphaticus femoralis dengan

dosis bertingkat mulai 0,05 mL, 0,1 mL, 0,2 mL dan seterusnya. Setiap 10 menit

diamati perubahan pada setiap dosis penyuntikan. Pemberian obat dan pengamatan

dihentikan setelah terjadi konvulsi pada katak. Kemudian bagian otak dari katak 

Page 3: stimulansia ssp

7/16/2019 stimulansia ssp

http://slidepdf.com/reader/full/stimulansia-ssp 3/6

3

dirusak satu per satu mulai dari cortex cerebri, medulla oblongata, dan medulla

spinalis untuk mengetahui titik tangkap kerja obat tersebut.

B.  Stimulansia Cortex Cerebri

Dilakukan pemeriksaan fisiologis mencit normal (aktivitas motorik tubuh,

reflek, saliva, defekasi, tonus otot, frekuensi napas dan jantung). Setelah itu,

disuntikan amphetamin secara SC pada daerah punggung dengan dosis bertingkat

mulai 0,05 mL, 0,1 mL, 0,2 mL dan seterusnya. Setiap 10 menit diamati perubahan

 pada setiap dosis penyuntikan. Pemberian obat dan pengamatan dihentikan setelah

terjadi konvulsi pada mencit.

C.  Stimulansia Medulla oblongata

Dilakukan pemeriksaan fisiologis katak normal (posisi tubuh, reflek, rasa

nyeri, tonus, frekuensi napas dan jantung). Setelah itu, cardiazol disuntikan secara

subcutan (SC) pada daerah abdominal melalui saccus limphaticus femoralis dengan

dosis bertingkat mulai 0,05 mL, 0,1 mL, 0,2 mL dan seterusnya. Setiap 10 menit

diamati perubahan pada setiap dosis penyuntikan. Pemberian obat dan pengamatan

dihentikan setelah terjadi konvulsi pada katak. Kemudian bagian otak dari katak 

dirusak satu per satu mulai dari cortex cerebri, medulla oblongata, dan medulla

spinalis untuk mengetahui titik tangkap kerja obat tersebut.

D.  Stimulansia Medulla spinalis

Dilakukan pemeriksaan fisiologis katak normal (posisi tubuh, reflek, rasa

nyeri, tonus, frekuensi napas dan jantung). Setelah itu, striknin disuntikan secara

subcutan (SC) pada daerah abdominal melalui saccus limphaticus femoralis dengan

dosis bertingkat mulai 0,05 mL, 0,1 mL, 0,2 mL dan seterusnya. Setiap 10 menit

diamati perubahan pada setiap dosis penyuntikan. Pemberian obat dan pengamatan

dihentikan setelah terjadi konvulsi pada katak. Kemudian bagian otak dari katak 

dirusak satu per satu mulai dari cortex cerebri, medulla oblongata, dan medulla

spinalis untuk mengetahui titik tangkap kerja obat tersebut.

Hasil dan Pembahasan

Tabel 1. Stimulansia Cortex Cerebri pada Katak (caffein)Menit Dosis

(mL)PosisiTubuh

Reflek Rasanyeri

Tonus Frek.napas

Frek. jantung

Konvulsi

0 0,05 40o

+ + + 64 60 -5 0,1 40

o+ ++ + 72 64 -

10 0,2 45o

++ ++ ++ 72 64 -

15 0,4 45o ++ ++ +++ 72 64 -20 0,8 60

o+++ ++ ++++ - - +++

Page 4: stimulansia ssp

7/16/2019 stimulansia ssp

http://slidepdf.com/reader/full/stimulansia-ssp 4/6

4

Tabel 2. Stimulasia Cortex Cerebri pada Mencit (Amphetamin)Menit Dosis

(mL)Aktivitastubuh

Reflek Salivasi/defekasi/urinasi

Tonusotot

Frek.napas

Frek. jantung

Konvulsi

0 0,05 +++ ++ +++ ++ 200 104 -

5 0,1 ++++ ++ ++++ +++ 236 112 +++10 0,2 - - - - - - -

Tabel 3. Stimulansia Medulla Oblongata pada Katak (Cardiazol)Menit Dosis

(mL)

Posisi

Tubuh

Reflek Rasa

nyeri

Tonus Frek.

napas

Frek.

 jantung

Konvulsi

0 0,05 45o

+++ +++ +++ 124 108 -5 0,1 40o ++++ ++++ ++++ 126 108 -

10 0,2 40o

++++ ++++ ++++ 96 80 -15 0,4 35

o++++ ++++ ++++ 100 80 -

20 0,8 35o

+++ +++ +++ 104 100 -25 1,6 - - - - - - +++

Tabel 4. Stimulansia Medulla Spinalis pada Katak (Striknin)Menit Dosis

(mL)PosisiTubuh

Reflek Rasanyeri

Tonus Frek.napas

Frek. jantung

Konvulsi

0 0,05 45o

++ ++ ++ 65 61 -5 0,1 45o ++ ++ +++ 124 104 -

10 0,2 40o

+++ ++ +++ 140 108 +++15 0,4 - - - - - - -

Caffein yang disuntikkan secara SC pada daerah abdominal melalui  saccus

limphaticus femoralis dengan dosis bertingkat bekerja dengan menstimulasi pada daerah

cortex cerebri. Hal ini dibuktikan saat katak mengalami konvulsi dengan ciri-ciri kaki katak 

mengalami kekejangan secara simetris pada dosis 0,8 mL. Setelah kejang, maka dimulailah

 pengrusakan otak katak pada bagian cerebrum dan didapatkan hasil bahwa kaki katak tidak 

mengalami kekejangan lagi dan hal ini membuktikan bahwa caffein bekerja dengan

menstimulasi bagian cortex cerebri katak yang menyebabkan konvulsi. Bila konvulsi

diteruskan tanpa penanggulangan, maka katak tersebut akan mengalami sesak nafas yang

mengakibatkan kifosis pada punggung katak.

Katak yang disuntikan cardiazol mengalami konvulsi spontan, tidak seperti konvulsi

yang terjadi pada pemberian striknin dan caffein. Konvulsi yang terjadi berbentuk asimetris

dan klonis. Konvusi tampak saat pemberian dosis cardiazole 1,6 mL. Setelah dibandingkan

dengan kelompok lain, semua katak mengalami konvulsi pada dosis yang sama.hal ini dapa

disebabkan karena bobot badan yang hampir sama. Cardiazol termasuk dalam obat

analeptika yang mampu menstimulasi bagian sistem saraf tertentu, terutama pusat pernapasan

dan pusat vasomotor dalam medulla oblongata. Oleh sebab itu, saat terjadi konvulsi dan

Page 5: stimulansia ssp

7/16/2019 stimulansia ssp

http://slidepdf.com/reader/full/stimulansia-ssp 5/6

5

 bagian otak di rusak satu per satu, konvulsi berhenti saat bagian medulla oblongata katak 

dihilangkan.

Pada katak yang disuntikan striknin secara subcutan, reaksi yang terjadi adalah

 penurunan posisi tubuh, peningkatan gerak refleks, peningkatan tonus otot, peningkatan

frekuensi nafas, peningkatan frekuensi jantung serta terjadi konvulsi. Pada pemakaian obat

ini konvulsi terjadi sangat cepat yaitu pada menit ke 10. Hal tersebut menandakan bahwa

striknin merupakan obat-obatan stimulansia yang kuat. Konvulsi yang terjadi adalah simetris

aspontan dan tetanis, dimana katak mengalami konvulsi hebat ketika disentuh atau

dirangsang bagian tubuhnya dan tremor bersamaan antara anggota tubuh kanan dan kiri

secara terus menerus. Setelah terjadi konvulsi kemudian otak katak dirusak berturut-turut dari

cotex cerebri, medula oblongata, dan medula spinalis untuk melihat titik tangkap kerja

striknin. Ketika dirusak cotex cerebri dan medulla oblongata, konvulsi masih terjadi tetapi

setelah dirusak medula spinalis konvulsi langsung berhenti dan ekstremitas katak langsung

lemas sampai akhirnya katak mati. Hal tersebut menandakan jika titik tangkap dari striknin

adalah di medula spinalis. Frekuensi konvulsi akan bertambah hebat dengan adanya

 perangsangan sensorik yang menimbulkan rasa nyeri hebat dan pasien takut mati pada

rangsangan berikutnya.

Striknin bekerja dengan cara mengadakan antagonisme kompetitif terhadap transmiter 

 penghambatan yaitu glisin di daerah pascasinaps. Striknin menyebabkan perangsangan pada

semua bagian SSP. Striknin mudah diserap oleh saluran cerna dan tempat suntikan, lalu

dengan cepat meningggalkan sirkulasi dan masuk ke jaringan. Striknin akan segera

dimetabolisme oleh mikrosom sel hati dan diekskresikan melalui urin. Walaupun katak tidak 

dirusak bagian-bagian otaknya, katak akan mati secara perlahan-lahan. Striknin biasanya

digunakan untuk euthanasi anjing yang terkena rabies. Tetapi sekarang ini penggunaannya

sudah dilarang karena striknin memiliki efek yang sangat toksik (Gunawan 2007).

Simpulan

Pada percobaan ini, diketahui bahwa obat stimulansia SSP bekerja pada bagian  –  

 bagian tertentu di sistem saraf pusat. Caffein mempunyai titik tangkap di bagian cortex

cerebri. Efek yang ditampilkan pada katak yaitu adanya konvulsi yang aspontan, asimetri dan

klonis. Cardiazol mempunyai titik tangkap di bagian medulla oblongata dan mempunyai efek 

konvulsi spontan, asimetris, dan klonis. Sedangkan striknin mempunyai titik tangkap di

 bagian medulla spinalis dan mempunyai efek konvulsi aspontan, simetri, dan tetani.

Page 6: stimulansia ssp

7/16/2019 stimulansia ssp

http://slidepdf.com/reader/full/stimulansia-ssp 6/6

6

Daftar Pustaka

Brands, B., Sproule, B., and Marshman, J. (Eds.). (1998). Drugs & Drug Abuse (3rd ed.).

Addiction Research Foundation.

Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi Dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru.

Mistretta, Paul. 2010. Strychnine Human Health and Ecological Risk Assessment. New York:

Syracuse Environmental Research Associates, Inc.

Savitz, DA, et al. 2008. Caffeine and miscarriage risk. Epidemiology 19(1):55-62.