Stimulan SSP

35
PERCOBAAN 9 STIMULAN SISTEM SARAF PUSAT DAN ANTIEPILEPTIKA 1. Tujuan Percobaan Mahasiswa mengerti dan memahami manifestasi stimulan sistem saraf pusat secara berlebih- lebihan pada makhluk hidup (tikus). Mahasiswa memperoleh gambaran bagaimana manifestasi stimulasi berlebih-lebihan ini dapat diatasi dan konsep farmakodinamik yang melandasinya. Mahasiswa sanggup mendiagnosa sebab kematian hewan percobaan. 2. Tinjauan Pustaka Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat luas. Obat tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktivitas susunan saraf pusat secara spesifik atau secara umum. Alkohol adalah penghambat susunan saraf pusat tetapi dapat memperlihatkan efek perangsangan, sebaliknya perangsangan susunan saraf pusat dosis besar selalu disertai depresi pasca perangsangan. Klasifikasi Sistem Saraf Pusat 1

Transcript of Stimulan SSP

Page 1: Stimulan SSP

PERCOBAAN 9

STIMULAN SISTEM SARAF PUSAT DAN ANTIEPILEPTIKA

1. Tujuan Percobaan

Mahasiswa mengerti dan memahami manifestasi stimulan sistem saraf

pusat secara berlebih-lebihan pada makhluk hidup (tikus).

Mahasiswa memperoleh gambaran bagaimana manifestasi stimulasi

berlebih-lebihan ini dapat diatasi dan konsep farmakodinamik yang

melandasinya.

Mahasiswa sanggup mendiagnosa sebab kematian hewan percobaan.

2. Tinjauan Pustaka

Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang

sangat luas. Obat tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktivitas

susunan saraf pusat secara spesifik atau secara umum. Alkohol adalah

penghambat susunan saraf pusat tetapi dapat memperlihatkan efek perangsangan,

sebaliknya perangsangan susunan saraf pusat dosis besar selalu disertai depresi

pasca perangsangan.

Klasifikasi Sistem Saraf Pusat

Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa golongan besar,

yaitu :

Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi Psikoleptika (menekan atau

menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti hipnotika, sedativa dan

tranquillizers, dan antipsikotika); Psiko-analeptika (menstimulasi seluruh

SSP, yakni antidepresiva dan psikostimulansia (wekamin).

Untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple sclerosis),

dan penyakit Parkinson.

Jenis yang memblokir perasaan sakit: analgetika, anestetika umum, dan lokal.

1

Page 2: Stimulan SSP

Jenis obat vertigo dan obat migrain (Tjay, 2002).

Umumnya semua obat yang bekerja pada SSP menimbulkan efeknya

dengan mengubah sejumlah tahapan dalam hantaran kimia sinap (tergantung kerja

transmitter). Pembagian obat susunan syaraf pusat :

Anestetika

Hipnotiv sedativ

Antikonvulsan

Antipartinson

Analeptika

Obat yang efek utamanya terhadap susunan saraf pusat yaitu:

a) Stimulan susunan saraf pusat

Perangsangan sistem saraf pusat oleh obat pada umumnya melalui dua

mekanisme yaitu mengadakan blokade sistem penghambatan dan meninggikan

perangsangan sinaps. Dalam sistem saraf pusat dikenal sistem penghambatan

pasca sinaps dan penghambatan prasinaps. Striknin merupakan prototip obat yang

mengadakan blokade selektif terhadap sistem penghambatan pasca sinaps

sedangkan pikrotoksin mengadakan blokade terhadap sisitem penghambatan

prasinaps dan kedua obat ini penting dalam bidang penilitian untuk mempelajari

berbagai macam jenis reseptor dan antagonisnya. Analeptik lain tidak

berpengaruh terhadap sistem penghambatan dan mungkin bekerja dengan

meninggikan perangsangan sinaps.

Perangsangan nafas ada beberapa mekanisme faalan yang dapat merangsang

nafas, yaitu perangsangan langsung pada pusat nafas baik oleh obat atau karena

adanya perubahan pH darah, perangsangan dari impuls sensorik yang berasal dari

kemoreseptor di badan karotis, perangasangan dari impuls aferen terhadap pusat

nafas misalnya impuls yang datang dari tendo dan sendi, dan pengaturan dari

pusat yang lebih tinggi.

2

Page 3: Stimulan SSP

Perangsangan vasomotor belum ada obat yang selektif dapat merangsang

pusat vasomotor. Bagian ini ikut terangsang bila ada rangsangan pada medula

oblongata oleh obat perangsang nafas dan analeptik.

Perangsangan pusat muntah beberapa obat secara selektif dapat merangsang

pusat muntah melalui chemoreceptor trigger zone (CTZ) di medula oblongata,

misalnya apomorfin.

b) Antikonvulsi atau antiepileptika

Antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan

epilepsi. Golongan obat ini lebih tepat dinamakan antiepilepsi sebab obat ini

jarang digunakan untuk gejala konfulsi penyakit lain. Epilepsi adalah nama umum

sekelompok gangguan atau penyakit susunan saraf pusat yang timbul spontan

dengan episode singkat, dengan gejala utama kesadaran menurun sampai hilang.

Bangkitan ini biasanya disertai kejang (konvulsi), hiperaktifitas otonomik,

gangguan sensorik atau psikis dan selalu disertai gambaran letupan EEG abnormal

dan ekasesif. Berdasarkan gambaran EEG, epilepsi dapat dinamakan distritmia

serebral yang bersifat paroksismal.

Pada dasarnya epilepsi dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu :

1) Bangkitan umum (epilepsi umum) yang terdiri dari :

Bangkitan tonik klonik (epilepsi grand mal)

Bangkitan iena (epilepsi petit mal atau absences)

Bangkitan lena tidak khas (atypical absences)

Bangkitan mioklonik (epilepsi mioklonik)

Bangkitan klonik

Bangkitan tonik

Bangkitan atonik

Bangkitan infantil (spasme infantil)

3

Page 4: Stimulan SSP

2) Bangkitan parsial atau fokal atau lokal (epilepsi parsial atau fokal)

Bangkitan parsial sederhana

Bangkitan parsial kompleks

Bangkitan parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum misalnya

bangkitan tonik klonik, bangkitan tonik atau bangkitan klonik saja.

Epilepsi psikomotor atau epilepsi lobus temporalis merupakan bangkitan

parsial kompleks atau bangkitan parsial yang berkembang menjadi epilepsi

umum bila fokusnya terletak dilobus temporalis anterior.

3) Bangkitan lain-lain (tidak termasuk golongan I atau II)

Mekanisme terjadinya bangkitan epilepsi :

Pada fokus epilepsi dikorteks serebri terjadi letupan yang timbul kadang-

kadang, secara tiba-tiba, berlebihan dan cepat; letupan ini menjadi

bangkitan umum bila neuron normal disekitarnya terkena pengaruh

letupan tersebut. Konsep ini masih tetap dianut dengan beberapa

perubahan kecil. Adanya letupan depolarisasi abnormal yang menjadi

dasar diagnosis diferensial epilepsi memang dapat dibuktikan. Fokus

epilepsi dapat tetap tenang selama masa yang cukup panjang, sehingga

tidak timbul gejala apapun; tetapi dalam masa tenang pun dengan EEG,

akan terekam letupan listrik yang bersifat intermiten. Sekalipun letupan

depolarisasi yang menyebabkan bangkitan dapat terjadi spontan, berbagai

perubahan fisiologis dapat menjadi pencetus letupan depolarisasi.

Penjalaran letupan depolarisasi keluar daerah fokus, biasanya dihambat

oleh mekanisme inhibisi normal, tetapi perjalanan ini dapat diperlancar

dengan perubahan fisiologis.

Mekanisme kerja antiepilepsi :

Terdapat 2 mekanisme antikonvulsi yang penting yaitu dengan mencegah

timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron epileptik dalam fokus epilepsi,

dengan mencegah terjadinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat

4

Page 5: Stimulan SSP

pengaruh dari fokus epilepsi. Bagian terbesar antiepilepsi yang dikenal termasuk

golongan terakhir ini.

Mekanisme kerja antiepilepsi hanya sedikit yang dimengerti secara baik.

Berbagai obat antiepilepsi diketahui mempengaruhi berbagai fungsi

neurufisiologik otak, terutama yang mempengaruhi sistem inhibisi yang

melibatkan GABA dalam mekanisme kerja berbagai antiepilepsi.

DIAZEPAM

Diazepam adalah obat anti cemas dari golongan benzodiazepin, satu

golongan dengan alprazolam (Xanax), klonazepam, lorazepam, flurazepam, dll.

Diazepam dan benzodiazepin lainnya bekerja dengan meningkatkan efek

GABA (gamma aminobutyric acid) di otak. GABA adalah neurotransmitter (suatu

senyawa yang digunakan oleh sel saraf untuk saling berkomunikasi) yang

menghambat aktifitas di otak. Diyakini bahwa aktifitas otak yang berlebihan dapat

menyebabkan kecemasan dan gangguan jiwa lainnya.Diazepam tidak boleh dijual

bebas, tetapi harus melalui resep dokter.

Diazepam terutama digunakan untuk terapi konvulsi rekuren, misalnya

status epileptikus. Obat ini juga bermanfaat untuk terapi bangkitan parsial

sederhana misalnya bangkitan klonik fokal dan hipsaritmia yang refrakter

terhadap terapi lazim. Diazepam dapat efektif pada bangkitan lena karena

menekan 3 gelombang paku dan ombak yang terjadi dalam 1 detik.

Untuk mengatasi bangkitan status epileptikus, disuntikkan 5-20 mg

diazepam IV secara lambat. Dosis ini dapat diulang seperlunya dengan tenggang

waktu 15-20 menit sampai beberapa jam. Diazepam dapat mengendalikan 80-90

% pasien bangkitan rekuren.

Efek samping diazepam yang paling sering adalah mengantuk, lelah, dan

ataksia (kehilangan keseimbangan). Walaupun jarang, diazepam dapat

5

Page 6: Stimulan SSP

menyebabkan reaksi paradoksikal, kejang otot, kurang tidur, dan mudah

tersinggung. Bingung, depresi, gangguan berbicara, dan penglihatan ganda juga

merupakan efek yang jarang dari diazepam. Efek samping obat ini berat dan

berbahaya yang menyertai penggunaan diazepam IV ialah obstruksi saluran nafas

oleh lidah, akibat relaksasi otot. Disamping ini dapat terjadi depresi nafas sampai

henti nafas, hipotensi , henti jantung, dan kantuk.

Diazepam dapat menyebabkan ketergantungan, terutama jika digunakan

dalam dosis tinggi dan dalam jangka waktu lama. Pada orang yang mempunyai

ketergantungan terhadap diazepam, penghentian diazepam secara tiba-tiba dapat

menimbulkan sakau (sulit tidur, sakit kepala, mual, muntah, rasa melayang,

berkeringat, cemas, atau lelah). Bahkan pada kasus yang lebih berat, dapat timbul

kejang.

Oleh karena itu, setelah penggunaan yang lama, diazepam sebaiknya

dihentikan secara bertahap, dan sebaiknya di bawah pengawasan dokter.

AMFETAMIN

Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut sistem

saraf pusat (SSP) stimulants. Amfetamin merupakan satu jenis narkoba yang

dibuat secara sintetis dan kini terkenal di wilayah Asia Tenggara. Amfetamin

dapat berupa bubuk putih, kuning, maupun coklat, atau bubuk putih kristal kecil.

Senyawa ini memiliki nama kimia α–methylphenethylamine merupakan

suatu senyawa yang telah digunakan secara terapetik untuk mengatasi obesitas,

attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan narkolepsi. Amfetamin

meningkatkan pelepasan katekolamin yang mengakibatkan jumlah

neurotransmiter golongan monoamine (dopamin, norepinefrin, dan serotonin) dari

saraf pra-sinapsis meningkat. Amfetamin memiliki banyak efek stimulan

diantaranya meningkatkan aktivitas dan gairah hidup, menurunkan rasa lelah,

6

Page 7: Stimulan SSP

meningkatkan mood, meningkatkan konsentrasi, menekan nafsu makan, dan

menurunkan keinginan untuk tidur. Akan tetapi, dalam keadaan overdosis, efek-

efek tersebut menjadi berlebihan.

Secara klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan kokain, tetapi

amfetamin memiliki waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan kokain

(waktu paruh amfetamin 10 – 15 jam) dan durasi yang memberikan efek

euforianya 4 – 8 kali lebih lama dibandingkan kokain. Hal ini disebabkan oleh

stimulator-stimulator tersebut mengaktivasi “reserve powers” yang ada di dalam

tubuh manusia dan ketika efek yang ditimbulkan oleh amfetamin melemah, tubuh

memberikan “signal” bahwa tubuh membutuhkan senyawa-senyawa itu lagi.

Berdasarkan ICD-10 (The International Statistical Classification of Diseases and

Related Health Problems), kelainan mental dan tingkah laku yang disebabkan oleh

amfetamin diklasifikasikan ke dalam golongan F15 (Amfetamin yang

menyebabkan ketergantungan psikologis).

Cara yang paling umum dalam menggunakan amfetamin adalah dihirup

melalui tabung. Zat tersebut mempunyai mempunyai beberapa nama lain: ATS,

SS, ubas, ice, Shabu, Speed, Glass, Quartz, Hirropon dan lain sebagainya.

Amfetamin terdiri dari dua senyawa yang berbeda: dextroamphetamine murni and

pure levoamphetamine.dan levoamphetamine murni. Since dextroamphetamine is

more potent than levoamphetamine, pure Karena dextroamphetamine lebih kuat

daripada levoamphetamine, dextroamphetamine juga lebih kuat daripada

campuran amfetamin.

Amfetamin dapat membuat seseorang merasa energik. Efek amfetamin

termasuk rasa kesejahteraan, dan membuat seseorang merasa lebih percaya diri.

Perasaan ini bisa bertahan sampai 12 jam, dan beberapa orang terus menggunakan

untuk menghindari turun dari obat

7

Page 8: Stimulan SSP

Obat-obat yang termasuk ke dalam golongan amfetamin adalah :

Amfetamin

Metamfetamin

Metilendioksimetamfetamin (MDMA, ecstasy atau Adam).

ANTIKONVULSAN (ANTIEPILEPTIKA)

Antikonvulsan adalah sebuah obat yang mencegah atau mengurangi kejang-

kejang atau konvulsan atau obat yang dapat menghentikan penyakit ayan, yaitu

suatu penyakit gangguan syaraf yang ditimbul secara tiba-tiba dan berkala,

adakalanya disertai perubahan-perubahan kesadaran. Digunakan terutama untuk

mencegah dan mengobati epilepsi. Golongan obat ini lebih tepat dinamakan Anti

Epilepsi, sebab obat ini jarang digunabkan untuk gejala konvulsi penyakit lain.

Epilepsi adalah nama umum untuk sekelompok gangguan atau penyakit

susunan saraf pusat yang timbul spontan dengan episode singkat (disebut

Bangkitan atau Seizure), dengan gejala utama kesadaran menurun sampai hilang.

Bangkitan ini biasanya disertai kejang (Konvulsi), hiperaktifitas otonomik,

gangguan sensorik atau psikis dan selalu disertai gambaran letupan EEG obsormal

dan eksesif. Berdasarkan gambaran EEG, apilepsi dapat dinamakan disritmia

serebral yang bersifat paroksimal. Jenis – Jenis Epilepsi yaitu :

a) Grand mal (tonik-tonik umum ) Timbul serangan-serangan yang dimulai

dengan kejang-kejang otot hebat dengan pergerakan kaki tangan tak sadar

yang disertai jeritan, mulut berbusa,mata membeliak dan disusul dengan

pingsan dan sadar kembali.

b) Petit mal Serangannya hanya singkat sekali tanpa disertai kejang.

c) Psikomotor (serangan parsial kompleks) Kesadaran terganggu hanya sebagian

tanoa hilangnya ingatan dengan memperlihatkan perilaku otomatis seperti

gerakan menelan atau berjalan dalam lingkaran.

8

Page 9: Stimulan SSP

Sifat obat konvulsan

Hablur kecil atau serbuk hablur putih berkilat tidak berbau,tidak berasa, dapat

terjadi polimorfisma. Stabil diudara;ph larutan jenuh lbh kurang 5.sngat sukar

larut dalm air,larut dlam etanol,eter,dan dalam larutan alkali hidroksida,alkali

karbonat.agak sukar laryt dalam kloroform (FI 4).

Mekanisme Kerja Antiepilepsi (Anti Konvulsi)

Terdapat dua mekanisme antikonvulsi yang penting, yaitu :

Dengan mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron

epileptik dalam fokus epilepsi.

Dengan mencegah terjasinya letupan depolarisasi pada neuron normal

akibat pengaruh dari fokus epilepsi.

Bagian terbesar antiepilepsi yang dikenal termasuk dalam golongan kedua

diatas.

Penggunaan Antiepilepsi (Anti Konvulsi)

Antiepilepsi umunya memiliki lebar terapi yang sempit, seperti Fenitoin, harus

dengan teratur dan kontinu, agar kadar obat dalam darah terpelihara sekonstan

mungkin. Umumnya pengobatan dilakukan dengan dosis rendah dulu kemudian

dinaikan secara berangsur sampai efek maksimal tercapai dan kadar plasma

menjadi tetap. Jangka waktu terapi umumnya bertahun-tahun bahkan bisa seumur

hidup. Bila dalam 2-3 tahun tidak terjadi serangan maka dosis dapat diturunkan

berangsur sehingga pengobatan dapat dihentikan sama sekali.

Penggolongan Antiepilepsi

9

Page 10: Stimulan SSP

Kebanyakan obat epilepsi bersifat antikonvulsif, yaitu dapat meredakan konvulsi,

dan sedatif (meredakan). Obat-obat ini dapat dibagi dalam beberapa kelompok sbb

:

a) Barbital-barbital, misalnya Fenobarbital, Mefobarbital, dan Heptobarbital.

Obat tidur ini bersifat mnenginduksi enzim, hingga biotransformasi

enzimatisnya dipercepat, juga penguraian zat-zat lain, antara lain

penguraian vitamin D sehingga menyebabkan rachitis, khususnya pada

anak kecil.

b) Hidantoin-hidantoin, misalnya Fenitoin,strukturnya mirip fenobarbital

tetapi dengan cincin “lima hidantoin”.

c) Suksinimida-suksinimida, misalnya Metilfenilsuksinimida dan

Etosuksinimida.Obat ini terutama digunakan pada serangan psikomotor.

d) Oksazolidin-oksazolidin, misalnya Etadion dan Trimetadion, tetapi jarang

digunakan mengingat efek sampingnya berbahaya terhadap hati dan limpa.

e) Serba-serbi, misalnya Diazapam dan turunannya, Karbamazepin,

Asetazolamid, dan Asam Valproat.

Contoh sediaan obat

Fenitoin (Ditalin, Dilantin)

Zat hipnotik ini terutama efektif pada grand mal dan serangan psikomotor, tidak

untuk serangan-serangan kecil karena dapat memprofokasi serangan.

DS : oral 1-2x sehari @ 100-300 mg.

Indikasi : semua jenis epilepsi,kecuali petit mal, status epileptikus

Kontraindikasi : gangguan hati, wanita hamil dan menyusui

Efek samping : gangguan saluran cerna, pusing nyeri kepala tremor, insomnia.

10

Page 11: Stimulan SSP

Penobarbital

Zat hipnotik ini terutama digunakan pada serangan epilepsi Grand mal / besar,

biasanya dalam kombinasi dengan kafein atau efedrin guna melawan efek

hipnotisnya.

DS : oral 3 x sehari@ 25 – 75 mg maksimal 400 mg (dalam 2 dosis).

Indikasi : semua jenis epilepsi kecuali petit mal, status epileptikus

Kontraindikasi : depresi pernafasan berat, porifiria

Efek samping : mengantuk, depresi mental

Karbamazepin

Indikasi : epilepsi semua jenis kecuali petit mal neuralgia trigeminus

Kontraindikasi : gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi sumsum tulang

Efek samping : mual,muntah,pusing, mengantuk, ataksia,bingung

Klobazam

Indikasi : terapi tambahan pada epilepsy penggunaan jangka pendek

ansietas.

Kontraindikasi : depresi pernafasan

Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, amnesia ketergantungan

kadang-kadang nyeri kepala, vertigo hipotensi.

Diazepam (valium)

Selain bersifat sebagai anksiolitika, relaksan otot, hipnotik, juga berkhasiat

antikonvulsi. Maka digunakan sebagai obat status epileptikus dalam bentuk

injeksi.

DS : oral 2 – 3 x sehari @ 2 – 5 mg

11

Page 12: Stimulan SSP

Indikasi : status epileptikus, konvulsi akibat keracunan

Kontraindikasi : depresi pernafasan

Efek samping : mengantuk, pandangan kabur, bingung, antaksia, amnesia,

ketergantungan, kadang nyeri kepala.

Primidon(Mysolin)

Strukturnya mirip dengan fenobarbital dan di dalam hati akan dibiotrasformasi

menjado fenobarbital, tetapi kurang sedatif dan sangat efektif terhadap serangan

grand mal dan psikomotor.

DS : dimulai 4 x sehari @ 500 mg, hari ke 4 250 mg dan hari ke 11

25 mg

Karbamazepin (Tegretol)

Senyawa trisiklik ini mirip imipramin, Digunakan pada epilepsi grand mal dan

psikomotor dengan efektifitasnya sama dengan fenitoin tetapi efek sampingnya

lebih ringan.

DS : dimimun dengan dosis rendah dan dinaikan berangsur-angsur

sampai 2-3 x sehari @ 200-400 mg.

3. Alat dan Bahan

a) Alat

Alat suntik

Timbangan tikus/mencit

Meja bedah

Stopwatch

12

Page 13: Stimulan SSP

b) Bahan

Larutan amfetamin

Larutan diazepam

Larutan luminal

NaCl fisiologis (kontrol)

4. Prosedur Kerja

1) Timbang tikus

2) Hitung dosis VAO

3) Tikus diberi penginduksi amfetamin sebanyak 0,3 ml diberi secara IP.

Dan tunggu selama 5 menit setelah pemberian penginduksi.

4) Setelah 5 menit, tikus diberi obat diazepam/luminal secara IP.

5) Amati perubahan yang terjadi pada tikus tersebut.

6) Amati parameter

Aktivitas meningkat

Tremor

Respirasi meningkat

Fasikulasi

Gerak berputar

Ekor bergelombang

Gerak jalan mundur

5. Hasil dan Pembahasan

a) Hasil

Perhitungan

Amfetamin (penginduksi) = 0,3 ml

BB = 184 g

13

Page 14: Stimulan SSP

Dosis = 0,56 mg/200 g = 0,0028 mg/gBB = 2,8 mg/kgBB

VAO = Dosis( mg

kgBB )x BB(kg)

Konsentrasi ( mgml

)

= 2,8 mg

kgBBx0,184 kg

1 mg /ml

= 0,515 ml

Tebel pengamatan :

A GT A GT A GT A GT T F T F T F T F EG RIT EG RIT EG RIT EG RIT A R A R A ET A K T F T RIT F JM R EG EG RIT GP R ET MATIGP A − R A − R A R A R T GP T − GP − T − GP − T − GP F − EG − F − EG F − EG F − EG A AG A AG A AG A AG T F T F T F T F −GP TN GP TN GP TN GP TN EG RIT EG RIT EG − RIT EG − RIT Ag R Ag R Ag R Ag R RIT GP RIT GP RIT GP RIT GP A GJM A GJM A GJM A GJM T BD T BD T BD T BD A GP A GP A GP A GP RIT R RIT R RIT R RIT R T F T F T F T F CG CG CG CG

Diazepam 0,84 mg/200 g5 181 g 0,76 ml

6 Kontrol 169 g 1,69 ml

4 Diazepam 0,7 mg/200 g 156 g 0,55 ml

Luminal 3,5 mg/200 g 170 g 0,51 ml

3 Diazepam 0,56 mg/200 g 184 g 0,515 ml

WaktuKelompok Dosis BB VAO

2

1

15 menit 30 menit 45 menit 60 menit

Luminal 3,5 mg/200 g 156 g 0,39 ml

14

Page 15: Stimulan SSP

Keterangan :

A : Aktivitas R : Respirasi

RIT : Rasa ingin tahu F : Fasikulasi

T : Tremor GP : Gerak putar

EG : Ekor gelombang GJM : Gerak jalan mundur

TN : Tonus

b) Pembahasan

Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan tentang stimulasi

sistem saraf pusat dan antiepileptika dengan menggunakan obat diazepam

dan luminal. Tujuan praktikum ini adalah memperoleh gambaran bagaimana

manifestasi stimulasi berlebih-lebihan ini dapat diatasi dan konsep

farmakodinamik yang melandasinya.

Hal yang pertama sekali dilakukan adalah menimbang berat badan

tikus. Berat badan tikus yang kami timbang adalah 184 gram. Setelah

menimbang berat badan tikus kami langsung menandainya. Setelah ditandai,

dihitung dosis untuk tikus. VAO kelompok 3 adalah 0,515 ml.

Lalu, tikus diberi penginduksi berupa obat amfetamin. Guna pemberian

ini adalah agar membuat tikus tersebut memiliki aktivitas meningkat atau

agresif. Pemberian amfetamin dilakukan untuk semua kelompok. Dosis

yang diberikan kepada masing-masing tikus adalah 0,3 ml secara

intraperitoneal. Setelah pemberian penginduksi (amfetamin) biarkan selama

5 menit. Setelah pemberian amfetamin tikus memberikan reaksi seperti

aktivitas meningkat.

Amphetamin adalah senyawa yang termasuk psikostimulansia,

yangdapat menghilangkan rasa , serta meningkatkan daya konsentrasi dan

kapasitasyang bersangkutan. Senyawa ini tidak memiliki khasiat

15

Page 16: Stimulan SSP

antipsikotik. Pada dosisyang berlebih malah menjadikan racun disertai

kejang.

Obat-obat dari kelompok dari amphetamin terutama memicu pelepasan

noradrenalin dan menghambat re-uptakenya. Akibatnya terjadi peningkatan

frekuensi jantung dan tekanan darah. Euphoria terutama disebabkan

olehmeningkatnya dopamine bebas yang disusul dengan perasaan lelah serta

depresidan dapat berlangsung berminggu-minggu. Peningkatan juga dapat

menyebabkangejala ketagihan dan perubahan perilaku

Setelah 5 menit kemudian, suntikkan tikus atau hewan percobaan

dengan obat yang telah ditentukan. Kelompok kami mendapatkan obat

diazepam 0,56 mg/200 g yang telah dihitung dosisnya. Lalu, suntikkan

hewan tersebut secara intraperitoneal. Amati perubahan tikus dengan

parameter aktivitas meningkat, respirasi meningkat, tremor, fasikulasi, ekor

bergelombang, gerak berputar, dan jalan mundurnya.

Pada mencit kelompok kami setelah pemberian obat tikus mengalami

aktivitas memberikan reaksi seperti aktivitasnya menurun, tremor menurun,

dan fasikulasi menurun. Ini berarti bahwa kerja obat diazepam bekerja

dengan baik.

Tetapi pada kelompok 4 dan 5 setalah pemberian diazepam dosis 0,7

mg/200 g dan 0,84 mg/200 g memberikan reaksi yang berbanding terbalik

dengan kelompok kami. Dimana pada kelompok mereka, tikus tetap

memberikan aktivitas meningkat bahkan lebih agresif. Seharusnya setelah

pemberian diazepam tikus tersebut memberikan aktivitas yang normal. Hal

ini mungkin disebabkan karena faktor kesalahan dalam penyuntikan.

Dimana mekanisme kerja obat diazepam adalah bekerja pada sistem

GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan neuron GABA.

16

Page 17: Stimulan SSP

Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf pusat, terdapat dengan

kerapatan yang tinggi terutama dalam korteks otak frontal dan oksipital, di

hipokampus dan dalam otak kecil. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan

bekerja sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas farmakologi

berbagai benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan. Dengan

adanya interaksi benzodiazepin, afinitas GABA terhadap reseptornya akan

meningkat, dan dengan ini kerja GABA akan meningkat. Dengan aktifnya

reseptor GABA, saluran ion klorida akan terbuka sehingga ion klorida akan

lebih banyak yang mengalir masuk ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion

klorida menyebabkan hiperpolarisasi sel bersangkutan dan sebagai

akibatnya, kemampuan sel untuk dirangsang berkurang.

Pemberian diazepam merupakan relaksan otot yang bekerja sentral

khususnya refleks polisinaptik disumsum tulang belakang dan mengurangi

aktivitas neuron sistem retikular dimesenfalon, dan juga dapat digunakan

untuk mengatasi kejang.

Pada tikus kelompok 6 (kontrol) setelah diberikan amfetamin 0,3 ml

yang disuntikkan secara intraperitonial (IP) tikus tidak kehilangan kesadaran

(kematian) hanya menunjukkan aktivitas meningkat dari bagian badan atau

kelompok otot tertentu seperti pernapasannya cepat, kaki kejang yang biasa

disebut dengan kejang parsial.

Kejang parsial ini tidak menimbulkan kematian karena kejang yang

terjadi hanya tremor saja. Amfetamin memiliki sifat adiktif dan secara

tipikal digunakan untuk meningkatkan daya kerja serta untuk menginduksi

perasaan euforik.

Pada mencit kelompok 2 disuntikkan luminal 4,2 mg/200 g secara

intraperitoneal. Pada menit pertama tikus mengalami kejang parsial pada

kaki belakang dan pada menit ke 60 tikusnya mengalami kematian. Hal ini

17

Page 18: Stimulan SSP

terjadi karena kesalahan penyuntikan, kemungkinan pada saat penyuntikan

terlalu dalam atau pada posisi yang salah sehingga terkena organ dalam

pada mencit tersebut. Hal ini dapat kami simpulkan karena dapat dilihat

pada kontrol, mencitnya tidak mengalami kematian.

18

Page 19: Stimulan SSP

6. Kesimpulan

Tujuan praktikum ini adalah memperoleh gambaran bagaimana

manifestasi stimulasi berlebih-lebihan ini dapat diatasi dan konsep

farmakodinamik yang melandasinya.

Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang

serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah

korteks otak-depan oleh se-nyawa stimulan SSP akan meningkatkan

kewaspadaan, pengurangan kelelahan pikiran dan semangat bertambah.

Contoh senyawa stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin.

Antikonvulsan adalah sebuah obat yang mencegah atau mengurangi

kejang-kejang atau konvulsan atau obat yang dapat menghentikan

penyakit ayan, yaitu suatu penyakit gangguan syaraf yang ditimbul

secara tiba-tiba dan berkala, adakalanya disertai perubahan-perubahan

kesadaran.

Pemberian diazepam merupakan relaksan otot yang bekerja sentral

khususnya refleks polisinaptik disumsum tulang belakang dan

mengurangi aktivitas neuron sistem retikular dimesenfalon, dan juga

dapat digunakan untuk mengatasi kejang.

Pada tikus kelompok 6 (kontrol) setelah diberikan amfetamin 0,3 ml

tidak mengalami kematian hanya menunjukkan aktivitas meningkat dari

bagian badan atau kelompok otot tertentu seperti pernapasannya cepat,

kaki kejang yang biasa disebut dengan kejang parsial.

Kejang parsial ini tidak menimbulkan kematian karena kejang yang

terjadi hanya tremor saja.

Amfetamin memiliki sifat adiktif dan secara tipikal digunakan untuk

meningkatkan daya kerja serta untuk menginduksi perasaan euforik.

Amfetamin bekerja merangsang susunan saraf pusat melepaskan

katekolamin (epineprin, norepineprin, dan dopamin) dalam sinaps pusat

dan menghambat dengan meningkatkan rilis neurotransmiter

entecholamin, termasuk dopamin. Sehingga neurotransmiter tetap

berada dalam sinaps dengan konsentrasi lebih tinggi dalam jangka

19

Page 20: Stimulan SSP

waktu yang lebih lama dari biasanya. Semua sistem saraf akan

berpengaruh terhadap perangsangan yang diberikanel.

Pada mencit kelompok 2 disuntikkan luminal 4,2 mg/200 g tikusnya

mengalami kematian. Hal ini terjadi karena kesalahan penyuntikan,

kemungkinan pada saat penyuntikan terlalu dalam atau pada posisi yang

salah sehingga terkena organ dalam pada mencit tersebut. Hal ini dapat

kami simpulkan karena dapat dilihat pada kontrol, mencitnya tidak

mengalami kematian.

20

Page 21: Stimulan SSP

Jawaban pertanyaan :

1. Diskusikan tipe kejangan yang diamati ?

Jawaban :

Tipe kejangan yang diamati adalah kejangan tonik dan klonik. Dimana

kematian terjadi apabila kejangan tonik yang meliputi pola keseluruhan otot

kerangka, termasuk otot pernafasan, sehingga kematian makhluk hidup

terjadi sebagai akibat tidak bernafas.

Kesukaran bernafas merupakan kejangan apabila ikut terlibat otot otot

pernafasan.

2. Diskusikan apakah menurut saudara barbital sama efektif dengan diazepam

untuk mengatasi stimulant SSP oleh pentetrazol?

Jawaban :

Golongan barbiturat, sangat efektif sebagi anti konvulsi, paling sering

digunakan pada serangan grand mal. Contoh fenobarbital dan piramidon.  

Grand mal (tonik-tonik umum ) Timbul serangan-serangan yang dimulai

dengan kejang-kejang otot hebat dengan pergerakan kaki tangan tak sadar

yang disertai jeritan, mulut berbusa,mata membeliak dan disusul dengan

pingsan dan sadar kembali.

Berdasarkan efek kejang yang dapat diatasi oleh barbital maka barbital

dapat dikatakan sama efektif dengan diazepam dalam mengatasi kejang,

terutama kejang yang bermula pada otot ataupun yang disebabkan oleh

pentetrazol.

3. Obat obat lain apa sajakah yang dapat menggantikan peranan diazepam

dalam eksperimen ini?

Jawaban :

Golongan hidantoin, adalah obat utama yang digunakan pada hamper

semua jenis epilepsi. Contoh fenitoin.

21

Page 22: Stimulan SSP

Golongan barbiturat, sangat efektif sebagi anti konvulsi, paling sering

digunakan pada serangan grand mal. Contoh fenobarbital dan

piramidon.

Golongan karbamazepin, senyawa trisiklis ini berkhasiat antidepresif

dan anti konvulsif.

Golongan benzodiazepine, memiliki khasiat relaksasi otot, hipnotika

dan antikonvulsiv yang termasuk golongan ini adalah desmetildiazepam

yang aktif,klorazepam, klobazepam.

Golongan asam valproat, terutama efektif untuk terapi epilepsy umum

tetapi kurang efektif terhadap serangan psikomotor. Efek anti konvulsi

asam valproat didasarkan meningkatkan kadar asam gama amino butirat

acid.

4. Diskusikan apa saja criteria farmakodinamik untuk suatu obat antiepileptic.

Sehubungan dengan isu apakah diazepam cukup baik sebagai antiepileptika.

Jawaban :

Kriteria farmakodinamik untuk obat antiepileptika adalah memberikan efek

antikonvulsi tanpa menyebabkan depresi pada system SSP. Obat

antiepileptika hendaknya bisa berefek ketika digunakan dalam dosis yang

rendah dan terendah.

5. Diskusikan cara lain untuk mengevaluasi efek suatu antiepileptika

prospektif.

Jawaban :

Cara untuk mengevaluasi efek suatu antiepileptika adalah dengan

mencobakan pada hewan percobaan yang telah diinduksi dengan pentetrazol

(obat yang dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kejang) ataupun seperti

dalam praktikum menggunakan amphetamine sebagai penginduksi kejang

sehingga didapat hasil bahwa obat tersebut dalam dosis yang telah

ditentukan memberikan efek yang diinginkan.

22

Page 23: Stimulan SSP

Sehingga didapatkan perbandingan efektivitas obat dengan berbagai

konsentrasi dan dosis, dan juga untuk pemakain dalam jangka waktu lama.

23

Page 24: Stimulan SSP

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2008. caffeine .[terhubung berkala]. http://medical-

dictionary.thefreedictionary.com/_/dict.aspx?word=caffein.(23maret2013)

Ganiswara, Silistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi (Basic

TherapyPharmacology). Alih Bahasa: Bagian Farmakologi FK UI. Jakarta.

Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi Dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya

Baru

Louisa, Melva dan Hedi R. D . (2007). Perangsang Susunan Saraf

Pusat.Farmakologi dan Terapi. Editor: Gunawan, S.G. Edisi ke-5.

Jakarta :Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hal. 247-248

Tim Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005. Farmakologi dan

Terapi. Jakarta: Gaya Baru.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex

Media Komputindo.

24