Steril2 Fix

31
LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN STERIL “Strerilasasi Ruang” Kelompok Senin Siang: Febrina Amelia S. - 260110070002 Adam - 260110070003 Devi Agustian - 260110070004 Imam Adi - 260110070005 M. Gilang - 260110070006 Asep N. - 260110070007 Lia Amalia - 260110070010 Yusrina Amalina - 260110070011 Kristiani Kartika - 260110070012 Eva Kartika - 260110070013 Rachma Rahayu - 260110070014 Gesha Kalista - 260110070015 Lestari R. A. - 260110070016 Aryo Genta - 260110070017 Julia Hermawati - 260110070018 Ratih Komalasari - 260110070019 Esti Friska - 260110070020 UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2010

description

tugas

Transcript of Steril2 Fix

Page 1: Steril2 Fix

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN STERIL

“Strerilasasi Ruang”

Kelompok Senin Siang:Febrina Amelia S. - 260110070002Adam - 260110070003Devi Agustian - 260110070004Imam Adi - 260110070005M. Gilang - 260110070006Asep N. - 260110070007Lia Amalia - 260110070010Yusrina Amalina - 260110070011Kristiani Kartika - 260110070012Eva Kartika - 260110070013Rachma Rahayu - 260110070014Gesha Kalista - 260110070015Lestari R. A. - 260110070016Aryo Genta - 260110070017Julia Hermawati - 260110070018Ratih Komalasari - 260110070019Esti Friska - 260110070020

UNIVERSITAS PADJADJARANBANDUNG

2010

Page 2: Steril2 Fix

STERILISASI RUANG

I. TujuanUntuk mengetahui adanya jasad renik hidup atau yang mempunyai daya hidup di

dalam suatu ruangan aseptis.

II. Ruang LingkupDilakukan terhadap ruangan aseptis yang akan digunakan sebagai ruang pembuatan

sediaan yang dibuat secara aseptis maupun dalam pembuatan sediaan injeksi kering.

III.Teori

Biol cal Safety Cabinet merupakan kabinet kerja yang sterilkan untuk kerja

mikrobiologi. BSC memiliki suatu pengatur aliran udara yang menciptakan aliran udara

kotor (dimungkinkan ada kontaminan) untuk disaring dan diresirkulasi melalui filter

(Ahmad,2010).

BSC juga disebut biosafety hood, dan juga dikenal dengan Laminar flow hood atau

Class II vertical flow cabinet yang menyediakan alat filtrasi dan aliran udara yang

bersirkulasi didalam ruang kerja. Aliran udara diatur untuk menghambat udara luar

masuk dan udara di dalam keluar, untuk mencegah kontaminasi dari luar dan

pencemaran bakteri dari ruang BSC. Udara yang keluar disaring melewati penyaring

sehingga sel-sel yang berbahaya tidak lepas keluar ke ruangan lain (Ahmad,2010).

Page 3: Steril2 Fix

Berbagai kelas Biological Safety Cabinet.

BSC yang dimiliki Lab mikrobiologi merupakan BSC kelas

II yang memiliki konfigurasi udara seperti gambar disamping ini.

Udara yang berasal dari luar kabinet akan langsung terserap masuk

kesaluran bawah yang bergabung dengan udara dari meja kerja

yang dimungkinkan mengandung bakteri yang digunakan untuk

kerja. Udara dari meja kerja disedot dari depan meja kerja.

Kemudian udara kotor ini disaring oleh penyaring HEPA dan

disirkulasikan keluar kabinet atau kembali lagi ke meja kerja

sebagai udara bersih (Rahmat,2010 )(Ahmad,2010).

Page 4: Steril2 Fix

Sterilisasi Secara Fisika

Panas lembab

Uap bertekanan

Stelisisasi termal menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf.

Merupakan metode sterilisasi yang biasa digunakan dalam industri farmasi, karena dapat

diprediksi dan menghasilkan efek dekstruksi bakteri, dan parameter-parameter sterilisasi

seperti waktu dan suhu dapat dengan mudah dikontrol dan monitoring dilakukan sekali

dalam satu siklus yang divalidasi (Ahmad,2010).

Secara umum, sterilisasi panas lembab dilakukan pada suhu 121°C dibawah

tekanan 15 psig. Pada suhu ini konsep letal dilakukan dengan F0 yang juga dilakukan

bila suhu sterilisasi berbeda dari 121°C. F0 dari proses ini tidak jauh pada 121°C dengan

waktu yang dibutuhkan, dalam menit, untuk menghasilkan kematian yang setara dengan

hasil pada 121°C pada waktu tertentu (Ahmad,2010).

Penggunanaan uap bertekanan atau metode sterilisasi yang paling umum

memuaskan dan efektif yang ada. Ini adalah metode yang diinginkan untuk sterilisasi

larutan yang ditujukan untuk infeksi pada tubuh, pembawa pada sediaan mata, bahan-

bahan gelas. Untuk penggunaan darurat, pakaian dan alat kesehatan dan benda-benda

karet. Kerugian yang paling prinsip dan penggunaan uap ini adalah ketidaksesuaiannya

untuk penggunaan pada bahan sensitif terhadap panas dan kelembaban (Rahmat,2010).

Metode ini tidak dapat digunakan untuk sterilisasi produk yang dibuat dari basis

minyak dan serbuk. Uap jenih pada 120°C mampu membunuh secara cepat semua

bentuk vegetatif mikroorganisme hidup dalam waktu ½ menit. Uap jenuh ini dapat

menghancurkan spora vegetatif yang tahan terhadap pemanasan tinggi. Keefektifan

sterilisasi uap bertekanan tergantung pada 4 sifat dari uap jenuh kering yaitu :

1. Suhu

2. Panas tersembunyi yang berlimpah

3. Kemapuan untuk membentuk kondensasi air

4. Kontraksi volume yang timbul selama kondensasi (Ahmad,2010).

Waktu yang dibutuhkan untuk mensterilkan larutan saat suhu 121°C selama 12

menit, ditambah waktu tambahan untuk larutan dalam wadah untuk mencapai 121°C

setelah termometer pensteril menunjukkan suhu ini. Secara umum larutan dalam botol

Page 5: Steril2 Fix

100-200 ml akan membutuhkan kurang 5 menit botol 500 ml antara 10-15 menit

(Ahmad,2010).

Panas lembab merupakan bentuk uap jenuh di bawah tekanan yang merupakan cara

sterilisasi yang paling banyak digunakan. Penyebab kematian dengan cara sterilisasi

panas terhadap lembab berbeda dengan cara panas kering, kematian mikroorganisme

oleh panas lembab adalah hasil koagulasi protein sel, berbeda dengan cara panas kering,

kematian mikroorganisme yang paling penting adalah proses oksidasi (Rahmat,2010).

Prinsip Cara Kerja Autoklaf

Autoklaf adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang

menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 1210C. Untuk cara kerja penggunaan

autoklaf telah disampaikan di depan. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat

dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel

dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 1210C

dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C

atau 249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15

psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada

suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama,

menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 1210C. Ingat kejadian

ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu,

maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada

ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu

1210C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada

suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15 menit (Rahmat,2010).

Page 6: Steril2 Fix

Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf

lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk

mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara

dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara

ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada

saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses

sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu

mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan

turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan

mencapai 0 psi (Rahmat,2010).

Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba

pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus

stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore

strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses

sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan

autoklaf telah bekerja dengan baik (Ahmad,2010).

Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :

1. Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim

2. Paelarut organik, seperti fenol

3. Buffer engan kandungan detergen, seperti SDS (Ahmad,2010).

Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan

hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut :

1. Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa

fosfat

2. Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau

senyawa garam mineral lain.

3. Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar

4. Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf

5. Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0

Page 7: Steril2 Fix

6. Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya, sisa

ruang dibirkan kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada erlenmeyer 2L

maka sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit.

(Ahmad,2010)

Pemanasan Kering

Udara Panas Oven

Bahan yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi dengan uap

destilasi dalam udara panas-oven. Yang termasuk dalam bahan ini adalah minyak lemak,

paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen glikol. Serbuk steril seperti talk, kaolin dan

ZnO, dan beberapa obat yang lain. Sebagai tambahan sterilisasi panas kering adalah

metode yang paling efektif untuk alat-alat gelas dan banyak alat-alat bedah (Ahmad,2010).

Minyak lemak, petrolatum, serbuk kering dan bahan yang sama tidak dapat disterilisasi

dalam autoklaf. Salah satu elemen penting dalam sterilisasi dengan menggunakan uap

autoklaf. Atau dengan adanya lembab dan penembusannya ke dalam bahan yang telah

disterilkan (Ahmad,2010).

Sebagai contoh, organisme pembentuk spora dalam medium anhidrat tidak dibunuh

oleh suhu sampai 121 °C (suhu yang biasanya digunakan dalam autoklaf bahkan setelah

pemanasan sampai 45 menit). Untik alasan ini, autoklaf merupakan metode yang tidak

cocok untuk mensterilkan minyak, produk yang dibuat dengan basis minyak, atau bahan-

bahan lain yang mempunyai sedikit lembab atau tidak sama sekali. (Rahmat,2010).

Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi. Ini berlawanan

dengan penyebab kematian oleh koagulasi protein pada sel bakteri yang terjadi dengan

sterilisasi uap panas. Pada umumnya suhu yang lebih tinggi dan waktu pemaparan yang

dibutuhkan saat proses dilakukan dengan uap di bawah tekanan. Saat sterilisasi di bawah

uap panas dipaparkan pada suhu 121°C selama 12 menit adalah efektif. Sterilisasi panas

kering membutuhkan pemaparan pada suhu 150°C sampai 170°C selama 1-4 jam

(Ahmad,2010).

Suhu yang biasa digunakan pada sterilisasi panas kering 160°C paling cepat 1 jam,

tapi lebih baik 2 jam. Suhu ini digunakan secara khusus untuk sterilisasi minyak lemak

atau cairan anhidrat lainnya. Bagaimanapun juga range 150-170°C digunakan untuk

streilisasi panas kering dan lain-lain, sebagai contoh : bahan-bahan gelas, dapat

Page 8: Steril2 Fix

disterilkan pada suhu 170oC. dimana beberapa serbuk seperti sulfonilamid harus

disterilkan pada suhu rendah dan waktu yang lebih lama (Ahmad,2010).

Secara umum, panas kering digunakan untuk sterilisasi bahan – bahan melalui

proses pengabuan dari mikroorganisme. Proses ini merupakan kelanjutan atau

sekumpulan proses yang dilakukan dalam sebuah oven dengan temperatur sekelilingnya

170°C untuk sterilisasi atau 250°C untuk depirogenisasi. Panas kering digunakan untuk

sterilisasi/depirogenisasi alat-alat gelas yang akan digunakan untuk proses produksi

secara aseptik (Rahmat,2010).

Suhu yang digunakan ini, terlalu tinggi untuk wadah-wadah plastik. Sama seperti

sterilisasi uap air, prosesnya dapat diprediksi dan hasilnya dapat dikontrol. Sterilisasi

panas kering biasa digunakan untuk depirogenisasi alat-alat gelas dan bahan-bahan lain

yang memiliki kemampuan bertahan pada suhu yang digunakan. Secara umum, validasi

untuk alur depirogenisasi untuk proses panas kering selalu termasuk proses sterilisasinya

(Rahmat,2010).

Panas kering pada temperatur lebih 160°C efektif menghancurkan mikroorganisme

hidup dengan sebuah proses kehilangan kelembaban secara inversible. Proses ini berjalan

relatif lambat, mengisyaratkan sedikitnya 1 jam pada suhu 160°C tetapi lebih cepat pada

temperatur yang tinggi. Panas kering ini sering merugikan beberapa produk

(Rahmat,2010).

Penerapan panas dengan keberadaan lembab lebih fektif untuk pembunuhan

mikroorganisme diisyaratkan 15 menit pada suhu 121°C (Ahmad,2010).

Beberapa bahan yang tidak dapat disterilkan dengan uap, paling baik disterilkan

dengan panas kering,. Misalnya petrolatum jelly, minyak mineral, lilin, wax, serbuk talk.

Karena panas kering kurang efisien dibanding panas lembab, pemaparan lama dan

temperatur tinggi dibutuhkan. Range luas waktu inaktivasi dalam temperatur bervariasi

telah diterapkan berdasarkan tipe indikator steril yang digunakan, kondisi kelembaban

dan faktor lain (Ahmad,2010).

Jumlah air dalam sel mikroba diketahui mempengaruhi resistensinya terhadap

destruksi panas kering. Umumnya, ini diterima bahwa sel mikroba dalam daerah yang

betul-betul kering menunjukkan resistensi terhadap inaktivasi panas kering. Ini jelas

bahwa perhatian harus diberi untuk mendisain siklus sterilisasi panas kering untuk

produk-produk rumah sakit dan validasi sistematis sterilisasi dengan metode sterilisasi

standar (Rahmat,2010).

Page 9: Steril2 Fix

Oven digunakan untuk sterilisasi panas kering biasanya secara panas dikontrol dan

mungkin gas atau elektrik gas (Rahmat,2010).

Beberapa waktu dan suhu yang umum digunakan pada oven :

170°C(340F)sampai1jam

160°C(320F)sampai2jam

150°C(300F)sampai2,5jam

140°C (285 F) sampai 3 jam

(Ahmad,2010).

Sterilisasi Cara Bukan Panas

Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi kontaminasi di

udara dan pemusnahan selama proses di lingkungan. Sinar yang bersifat membunuh

mikroorganisme (germisida) diproduksi oleh lampu kabut merkuri yang dipancarkan

secara eksklusif pada 253,7 nm (Zaeniz,2010).

Sinar UV menembus udara bersih dan air murni dengan baik, tetapi suatu

penambahan garam atau bahan tersuspensi dalam air atau udara menyebabakan

penurunan derajat penetrasi dengan cepat. Untuk kebanyakan pemakaian lama penetrasi

dihindarkan dan setiap tindakan membunuh mikroorganisme dibatasi pada permukaan

yang dipaparkan ( Zaeniz,2010).

Secara kimia

Sterilisasi secara kimia dilakukan dengan menggunakan larutan disinfektan, seperti

alkohol 70 % (Rahmat,2010).

Page 10: Steril2 Fix

(Rahmat,2010).

Page 11: Steril2 Fix

(Rahmat,2010).

Kultivasi Bakteri

Kulturisasi bakteri untuk keperluan yang bermanfaat, pada umumnya dilakukan

dengan biakan murni. Biakan murni hanya mengandung satu jenis. Untuk mengisolasi

bakteri dalam biakan murni, umumnya digunakan dua prosedur yaitu: metode agar

cawan dengan goresan dan metode agar tuang (Gerson, 2010).

Biakan adalah medium yang mengandung organisme hidup. Medium itu menye-

diakan zat makanan untuk pertumbuhan bakteri. Berbagai resep ramuan untuk membuat

media telah dibuat untuk memungkinkan tumbuhnya jenis-jenis tertentu. Medium pilihan

dan diferensial bermaafaat untuk memisahkan beberapa jenis (Gerson, 2010).

Identifikasi jenis menggunakan semua sifat yang berkaitan dengan jenis. Hal ini

mencakup morfologi, daya gerak, sifat biokimianya, kebutuhan akan oksigen, reaksi

pewarnaan Gram, dan beberapa diantaranya sifat kekebalan.

Page 12: Steril2 Fix

Dalam pemeliharaan kultur terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sehingga

tidak hanya mempertahankan sel agar tetap hidup, tetapi dapat juga memperta-hankan

sifat-sifat genotip dan fenotipnya (Gerson, 2010).

Terdapat 3 metode dalam pemeliharaan kultur, antara lain penyimpanan kultur

dengan cara pengeringan; metabolisme terbatas; dan penyimpanan kultur dengan cara

liofilisasi. Metode yang sering digunakan adalah pengeringan beku.

Untuk keperluan penelitian, bakteri yang akan dipelajari harus dipisahkan (diisolasi) dari

lingklungan aslinya dan bakteri atau mikroorganisme yang lain dan kemudian

ditumbuhkan pada suatu medium yang steril. Untuk mengisolasi bakteri diperlukan suatu

kultur pengayaan untuk menambah jumlah bakteri yang akan diteliti karena dari sumber

alaminya, bakteri yang akan diisolasi biasanya hanya ada pada jumlah yang kecil. Kultur

pengayaan ini juga berfungsi untuk mengurangi jumlah bakteri lain yang tidak

dibutuhkan (Gerson, 2010).

Kultur pengayaan dapat disediakan dengan penggunaan media yang selektif,

penggunaan kondisi inkubasi yang selektif, dan pre-treatment bakteri yang selektif.

Metode penyediaan kultur pengayaan disesuaikan dengan sifat bakteri yang akan

diisolasi, baik secara fisika maupun kimia, sehingga bakteri yang akan diisolasi dapat

tumbuh dan berkembang dengan baik dan walaupun mikroorganisme lain masih dapat

hidup, pertumbuhan dan perkembangannya tidak akan maksimal.

Kultur pengayaan dapat menghasilkan suatu koloni bakteri sehingga dapat diidentifikasi.

Uji-uji untuk identifikasi bakteri ada beberapa macam diantaranya adalah uji pewarnaan

Gram, sporulasi, motilitas, reduksi nitrat, hidrolisis pati dan kasein, hidrolisis gelatin, tes

Voges-Proskauer, penggunaan sitrat, uji katalase, oksidase, denitrifikasi, produksi urease,

pembentukan senyawa indol, tes suhu, tes pH, dan pengamatan penampakan fisik

bakteri. Apabila identifikasi menunjukkan hasil yang sesuai dengan ciri-ciri bakteri yang

akan diteliti, maka koloni tersebut diisolasi dan selanjutnya dikembangbiakkan pada

media biakan yang steril dan terjaga dari pencemaran (Gerson, 2010).

Media biakan yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri terdapat dalam bentuk

padat, semi-padat, dan cair. Media biakan harus berisi zat hara dan mempunyai keadaan

fisik yang sesuai pertumbuhan bakteri. Nutrisi yang berada di dalam media biakan

digunakan untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan

pergerakan. Pada umumnya nutrisi atau kandungan unsur dalam media biakan yang

dibutuhkan oleh bakteri adalah sumber energi, karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, unsur-

unsur logam, vitamin dan air. Macam kondisi fisik lingkungan yang dibutuhkan untuk

Page 13: Steril2 Fix

pertumbuhan optimum bakteri adalah suhu, gas atmosfer, dan pH. Untuk berhasilnya

kultivasi bakteri, dibutuhkan suatu kombinasi nutrisi serta lingkungan fisik yang

sesuai(Gerson, 2010).

IV. PERALATAN DAN REAGENSIA Peralatan Uji

a. Cawan Petri 4 buahb. Erlenmeyer 500 mlc. Alat Swabbd. Oven dan Inkubatore. Gelas Ukur 100 mlf. Ottoklaf

Reagensiaa. Aquadest Sterilb. Alkohol 70%

Nutrient Agar

V. PROSEDUR

Langkah pertama yang perlu dilakukan sebelum melakukan pengujian sterilisasi

ruang ini adalah melakukan sanitasi ruang. Sebelum masuk ke ruang LAF, kaki dan

tangan praktikan disemprot dengan desinfektan. Kemudian bersihkan ruang LAF dengan

menggunakan alkohol 70% dan memakai kanebo bersih. Lalu lampu UV dinyalakan

selama 1 jam. Sambil menunggu LAF steril, alat-alat gelas/kaca yang akan digunakan

dicuci dahulu. Setelah itu dikeringkan dan dibungkus dengan kertas koran. Lalu

disterilkan dengan otoklaf selama 20 menit dengan suhu 121°C. Setelah alat-alatnya

steril, kelima cawan petri diisi dengan nutrient agar yang sudah dibuat sebelumnya.

Cawan petri itu didiamkan beberapa saat sampai nutrient agarnya memadat/ mengeras.

Dari kelima cawan petri itu, dua diantaranya akan digunakan untuk pengujian sterilitas

ruangan, dua cawan petri lagi akan digunakan untuk pengujian sterilitas LAF, dan cawan

petri yang terakhir digunakan sebagai blangko. Untuk sterilisasi ruangan, cawan petri

yang pertama dibiarkan terbuka selama 15 menit. Lalu cawan petri kedua, dioleskan

dengan alat swabb yang sebelumnya sudah disapukan ke salah satu bagian ruangan.

Ketika akan melakukan pengujian sterilisasi LAF, lampu UV dimatikan. Lalu lampu neon

dan aliran udara dinyalakan. Kemudian cawan petri yang pertama dibiarkan terbuka

selama 15 menit di LAF, cawan petri yang kedua dioleskan dengan alat swabb yang

sebelumnya sudah disapukan ke salah satu kaca LAF. Cawan petri yang terakhir tidak

Page 14: Steril2 Fix

diberikan perlakuan apapun karena sebagai blangko. Setelah semua selesai, kelima cawan

petri tersebut dibungkus lagi dengan koran lalu diinkubasi selama 18 jam dengan suhu

37°C. Setelah 18 jam, diperhatikan apakah ada pertumbuhan mikroorganisme di cawan

petri.

VI. Persiapan Untuk Pengujian1. Sanitasi ruangan untuk pengujian

Sebelum melakukan pengujian, bersihkan ruangan dengan menggunakan fenol

dan suci hamakan LAF dengan alcohol 70% kemudian nyalakan lampu UV di LAF

selama 1 jam. Ketika akan melakukan pengujian, matikan lampu UV dan nyalakan

lampu neon dan aliran udara. LAF siap digunakan.

2. Persiapan peralatan

Masing-masing alat yang sudah disiapkan dibungkus dengan kertas roti atau

kertas biasa lalu disterilkan di oven, pada temperature 180°C, selama 1 jam dan

otoklaf 121°C, selama 20 menit.

VII. Cara Pengujian

Disiapkan alat-alat yang akan digunakan, lalu alat-alat tersebut di sterilkan

dalam otoklaf dan oven. Disiapkan semua reagensia yang diperlukan untuk uji

cemaran mikroorganisme. Dilakukan pemantauan lingkungan dengan menempatkan

cawan media yang berisi nutrient agar untuk bakteri dan jamur didalam LAF dan di

luar LAF lalu tutup cawan media dan kemudian di inkubasi pada temperature 37°C

selama 24 jam.

Page 15: Steril2 Fix

VIII. Data Pengamatan

Cawan Pertumbuhan BakteriPetri Metode Swabb Metode Rodeck

Kontrol -LAF √ -

Ruang Produksi √ √

Keterangan GambarCawan Petri Kontrol Cawan Petri Metode Swabb pada LAF

Cawan Petri Metode Redock pada LAF Cawan Petri Metode Swabb pada Ruang Produksi

Cawan Petri Metode Redock pada Ruang Produksi

Page 16: Steril2 Fix

IX. PembahasanPada percobaan kali ini, praktikan melakukan sterilisasi ruang. Tujuan dari

percobaan kali ini adalah untuk mengetahui adanya jasad renik hidup atau yang

mempunyai daya hidup di dalam suatu ruangan aseptis. Pengerjaan praktikum ini

dilakukan terhadap ruangan aseptis yang akan digunakan sebagai ruang pembuatan

sediaan yang dibuat secara aseptis maupun dalam pembuatan sediaan injeksi kering.

Sebelum memulai praktikum, praktikan diharuskan menggunakan jas lab, headcap,

sarung tangan, masker, dan sendal jepit. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir

kontaminan yang ada.

Mula-mula praktikan melakukan pembersihan alat-alat yang akan digunakan

dengan cara mencucinya dengan bersih. Setelah itu alat-alat tersebut dibungkus dengan

kertas koran dan di masukkan ke dalam autoklaf untuk disterilisasi. Kemudian tutup

autoklaf dengan rapat lalu baut pengaman dikencangkan agar tidak ada uap yang keluar

dari bibir autoklaf. Autoklaf dinyalakan dan diatur timer dengan waktu minimal 15 menit

pada suhu 1210C dna ditunggu sampai air mendidih sehibgga uapnya memenuhi

kompartemen autoklaf dan terdesak keluar. Kemudian klep pengaman ditutup

(dikencangkan0 dan ditunggu sampai selesai. Perhitungan waktu 15 menit dimulai sejak

tekanan mencapai 2 atm. Setelah alarm tanda selesai berbunyi, maka ditunggu tekanan

dalam kompartemennya turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum

pada preisure gauge menunjuk ke angka nol). Hal ini dilakukan agar tidak terjadi ledakan

yang dapat membahayakan praktikan. Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan

dikeluarkan alat-alat yang digunakan dari autoklaf dengan hati-hati.

Setelah alat disterilisasi, pekerjaan selanjutnya dilakukan diruang Laminar Air

Flow Cabinet. Laminar Air Flow adalah alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis

karena LAF mempunyai pola pengaturan dan pengaring aliran udara sehingga menjadi

steril. Kemudian bagian interior dari Laminar Air Flow Cabinet dibersihkan

menggunakan alkohol 70%. Alkohol 70% ini berfungsi untuk mensterilkan LAF. Alat ini

diberi nama Laminar Air Flow Cabinet, karena meniupkan udara steril secara kontinue

melewati tempat kerja sehingga tempat kerja bebas dari debu dan spora-spora yang

mungkin jatuh kedalam media. Aliran udara berasal dari udara ruangan yang ditarik ke

dalam alat melalui filter pertama (pre-filter), yang kemudian ditiupkan keluar melalui

filter yang sangat halus yang disebut HEPA (High efficiency Particulate Air Filter),

dengan menggunakan blower.

Page 17: Steril2 Fix

Sebelum masuk ruang LAF praktikan harus membersihkan tangan dan kaki dengan

menyemprotkan alkohol 70% ke masing-masing kaki dan tangan. Hal ini dilakukan untuk

mengurangi kontaminan yang ada. Setelah bagian interior dibersihkan, lampu UV

dihidupkan selama minimal 30 menit. Fungsi dari lampu UV sendiri adalah membunuh

semua organisme serta mikroba yang dapat mengganggu pengerjaan sterilisasi. Setelah 30

menit dilakukan penyiapan media agar dalam cawan petri di ruang LAF. Pembuatan

media agar telah dilakukan oleh kelompok praktikumsebelumnya. Agar yang dimasukkan

dalam cawan petri harus benar-benar cair dengan cara memanaskan agar tersebut. Setelah

agar benar-benar cair barulah agar dimasukkan ke dalam cawan petri di dalam ruang

LAF. Saat melakukan penuangan agar ke dalam cawan petri dilakukan oleh dua orang

dan tidak boleh lebih hal ini dikarenakan agar pengerjaan sesteril mungkin. Ketika

laminar air flow sedang digunakan, lampu UV harus dimatikan, sedangkan blower

dijalankan dan lampu neon dihidupkan.

Blower pada laminar air flow cabinet yang dilengkapi dengan lampu UV hanya

dijalankan pada saat laminar air flow sedang digunakan. Pada laminar air flow cabinet

yang tidak dilengkapi dengan lampu UV, blower harus dijalankan terus menerus

walaupun laminar air flow cabinet tersebut sedang tidak dipergunakan. Hal ini dilakukan

untuk menjaga kebersihan ruang kerja didalam laminar air flow tersebut. Saat

memasukkan nutrien agar ke dalam cawan petri yang dilakukan di dalam ruang LAF,

kaca LAF tidak boleh dibuka lebar-lebar, hanya sedikit saja sampai tangan bisa masuk.

Setelah itu barulah nutrien agar dimasukkan kedalam cawan petri secara perlahan-lahan,

pengerjaan ini dilakukan sebanyak 4 kali untuk 4 cawan petri. Setiap selesai penuangan,

jendela LAF ditutup kemudian neon dan blower dimatikan

Dalam pengerjaan sterilisasi dilakukan dengan dua metode yaitu metode Swab

(apus) dan metode Rodac. Uji swab dilakukan dengan menggunakan swab kit, yang

dibuat dengan memasukkan batang apus ke dalam cawan petri bertutup yang berisi

nutrien agar. Swab test dilakukan dengan menswab area kritikal pada ruang produksi dan

ruang LAF. Baik metode Swab dan metode Rodac ini dilakukan pada cawan petri di

ruang LAF dan di ruang produksi. Prosedur pengerjaaan dengan metode Swab yaitu

dengan cara mengapus bagian permukaan yang akan di cek kesterilannya sebanyak tiga

kali dengan menggunakan lidi kapas steril dan cawan petri langsung ditutup. Kemudian

cawan petri dimasukkan ke dalam inkubator selama 18 jam. Inkubator adalah alat untuk

menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang terkontrol. Setelah diinkubator

selama 18 jam, cawan petri dilihat pertumbuhan bakterinya bagaimana. Hal ini dilakukan

Page 18: Steril2 Fix

juga pada cawan petri untuk di ruang produksi. Hasil yang didapatkan dibandingkan

dengan cawan petri kontrol yang telah disediakan oleh asisten, ternyata pada cawan petri

pada LAF dan ruang produksi terdapat pertumbuhan bakteri. Ini berarti bahwa ruang

produksi dan LAF tidak memenuhi standar kesterilan.

Untuk metode Rodac, cawan petri dibiarkan terbuka selama 15 menit di dalam

ruang produksi dan ruang LAF. Setelah 15 menit, cawan petri ditutup dan diinkubasi

selama 18 jam. Kemudian diamati pertumbuhan bakterinya. Hasil yang didapatkan

dibandingkan dengan cawan petri kontrol yang telah disediakan oleh asisten. Hasilnya

yaitu pada ruang produksi terdapat pertumbuhan bakteri sedangkan pada LAF tidak

terdapat pertumbuhan bakteri. Ini berarti ruang produksi tidak memenuhi standar

kesterilan, sedangkan LAF memenuhi standar kesterilan pada metode Rodac.

Alasan adanya pertumbuhan bakteri ini dikarenakan :

a. Praktikan

Praktikan merupakan salah satu sumber kontaminan terbesar pada produksi aseptis.

Sel skuamosa di tubuh manusia bahkan mengekupas dari tubuh dengan kecepatan 106/

jam. Personel pada produksi aseptis harus sangat memperhatikan prosedur cleaning

dan gowning. Pakaian yang dikenakan tidak boleh melepaskan partikel, tidak boleh

memakai kosmetik dan perhiasan, memperhatikan higienitas tangan, mengenakan

masker, hair cover dan shoes covers dan memakai sarung tangan steril yang tidak

melepaskan partikel/ serbuk.

b. Fasilitas

Bangunan yang digunakan untuk produksi sediaan steril harus memenuhi persyaratan

ISO (tabel 2), atau persyaratan CPOB (tabel 3, persyaratan partikel dan tabel 4,

persyaratan mikroorganisme)

Tabel Persyaratan Kelas Partikel pada Produksi Steril menurut ISO

Clean Air Classification ISO Designation ≥ 0.5 µm particles/m3

100 5 3,520

1,000 6 35,200

10,000 7 352,000

100,000 8 3,520,000

Page 19: Steril2 Fix

Tabel Persyaratan Kelas Partikel pada Produksi Steril menurut PICS

Partikulat at rest operational

0.5 µm 5 µm 0.5 µm 5 µm

A 3520 20 3520 20

B 3520 29 352000 2900

C 352000 2900 3520000 29000

D 3520000 29000 Tidak

didefinisikan

Tidak

didefinisikan

Tabel Persyaratan Mikrooranisme pada Produksi Steril menurut PICS

Level Air sample cfu/m3 settling plates

(diam. 90 mm)

cfu/4 jam

cawan kontak

(diam. 55 mm),

cfu/plate

Glove print 5 jari

cfu/glove

A <1 <1 <1 <1

B 10 5 5 5

C 100 50 25 -

D 200 100 50 -

c. Proses aseptic

Proses aseptik harus dapat memberikan produk bebas kontaminan

d. Alur proses

Alur dari proses mencakup beberapa hal, misalnya flow personil, flow material dan lay

out dari bangunan.

e. HVAC (Heat Ventilating and Air Conditioner)

Sistem HVAC merupakan pensupply udara pada fasilitas produksi. Udara merupakan

fasilitas penunjang yang dapat menjadi salah satu sumber terbesar kontaminan, baik

mikroorganisme maupun partikel. System HVAC harus telah terkualifikasi sebelum

dilakukannya media fill.

f. Repon terhadap deviasi dan Monitoring ruangan

Monitoring ruangan dilakukan secara rutin. Parameter yang diuji dalam monitoring

ruangan antara lain tekanan, jumlah partikel, jumlah mikroba, monitoring

pembersihan ruangan.

g. Prosedur desinfeksi dan pembersihan

Page 20: Steril2 Fix

Prosedur desinfeksi dan pembersihan pun perlu divalidasi terlebih dahulu. validasi

pembersihan dilakukan dengan metode swab atau metode final rinsing. Ada beberapa

hal yang perlu dipertimbangkan dalam validasi pembersihan, antara lain sifat material,

tingkat kemudahan dibersihkan, dan jenis peralatan produksi.

h. QA/QC sebagai bagian integral sebagai pelaku penjaminan kualitas produk.

i. Media Fill

Media Fill merupakan suatu validasi proses aseptis untuk menghasilkan prosuk steril

secara konsisten. Validasi dari proses aseptik telah menjadi subyek atau topik utama

pada industri parenteral selama 15 tahun ini. Validasi merupakan suatu program

terdokumentasi yang menjamin bahwa suatu prosees yang spesifik akan secara

konsisten menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi dan kualitas yang

ditetapkan. Sementara itu teknik aseptik merupakan suatu rangkaian prosedur dan

praktek yang spesifik yang dilakukan di bawah kondisi terkontrol untuk mencapai

tujuannya yaitu meminimalisir kontaminasi dari patogen atau kontaminan lainnya

X. Kesimpulan

Pada metode swab, baik di di cawan petri di ruang LAF dan di ruang

produksiterdapat pertumbuhan bakteri, hal ini menandakan bahwa di ruang LAF dan ruang

produksi tidak memenuhi standar kesterilan. Pada metode rodac, cawan petri pada ruang

LAFtidak terdapat pertumbuhan bakteri, sedangkan di ruang produksi terdapat

pertumbuhan bakteri, hal ini menandakan bahwa pada ruang LAF memenuhi standar

kesterilan sedangkan di ruang produksi tidak memenuhi standar kesterilan.

Page 21: Steril2 Fix

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad,2010.Macam-macam Sterilisasi dan Sterilisasi Ruang.

Http://eshomor.com/2010/07/@2/macam-macam,sterilisasi sterilisasiruang/[akses:5

Maret 2010].

Gerson, Scott. 2010. Isolasi Bakteri. http://id.tahitianonijuice.com/cara-mengisolasi bakteri-

dan-jelaskan [akses:4 Maret 2010].

Rahmat.2010.Proses Sterilisasi Ruang.Http://ekmon-saurus.com/2010/02/Proses-sterilisasi-

ruang/ [akses:5 Maret 2010].

Zaeniz.2010.Sterilisasi dengan Sinar Uv.Http://zae_wan.com/20@9?/Sterilisasi-sinarUv/

[akses: 5 Maret 2010].