Steril2 Fix
-
Upload
dinitha-maulida -
Category
Documents
-
view
69 -
download
2
description
Transcript of Steril2 Fix
LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN STERIL
“Strerilasasi Ruang”
Kelompok Senin Siang:Febrina Amelia S. - 260110070002Adam - 260110070003Devi Agustian - 260110070004Imam Adi - 260110070005M. Gilang - 260110070006Asep N. - 260110070007Lia Amalia - 260110070010Yusrina Amalina - 260110070011Kristiani Kartika - 260110070012Eva Kartika - 260110070013Rachma Rahayu - 260110070014Gesha Kalista - 260110070015Lestari R. A. - 260110070016Aryo Genta - 260110070017Julia Hermawati - 260110070018Ratih Komalasari - 260110070019Esti Friska - 260110070020
UNIVERSITAS PADJADJARANBANDUNG
2010
STERILISASI RUANG
I. TujuanUntuk mengetahui adanya jasad renik hidup atau yang mempunyai daya hidup di
dalam suatu ruangan aseptis.
II. Ruang LingkupDilakukan terhadap ruangan aseptis yang akan digunakan sebagai ruang pembuatan
sediaan yang dibuat secara aseptis maupun dalam pembuatan sediaan injeksi kering.
III.Teori
Biol cal Safety Cabinet merupakan kabinet kerja yang sterilkan untuk kerja
mikrobiologi. BSC memiliki suatu pengatur aliran udara yang menciptakan aliran udara
kotor (dimungkinkan ada kontaminan) untuk disaring dan diresirkulasi melalui filter
(Ahmad,2010).
BSC juga disebut biosafety hood, dan juga dikenal dengan Laminar flow hood atau
Class II vertical flow cabinet yang menyediakan alat filtrasi dan aliran udara yang
bersirkulasi didalam ruang kerja. Aliran udara diatur untuk menghambat udara luar
masuk dan udara di dalam keluar, untuk mencegah kontaminasi dari luar dan
pencemaran bakteri dari ruang BSC. Udara yang keluar disaring melewati penyaring
sehingga sel-sel yang berbahaya tidak lepas keluar ke ruangan lain (Ahmad,2010).
Berbagai kelas Biological Safety Cabinet.
BSC yang dimiliki Lab mikrobiologi merupakan BSC kelas
II yang memiliki konfigurasi udara seperti gambar disamping ini.
Udara yang berasal dari luar kabinet akan langsung terserap masuk
kesaluran bawah yang bergabung dengan udara dari meja kerja
yang dimungkinkan mengandung bakteri yang digunakan untuk
kerja. Udara dari meja kerja disedot dari depan meja kerja.
Kemudian udara kotor ini disaring oleh penyaring HEPA dan
disirkulasikan keluar kabinet atau kembali lagi ke meja kerja
sebagai udara bersih (Rahmat,2010 )(Ahmad,2010).
Sterilisasi Secara Fisika
Panas lembab
Uap bertekanan
Stelisisasi termal menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf.
Merupakan metode sterilisasi yang biasa digunakan dalam industri farmasi, karena dapat
diprediksi dan menghasilkan efek dekstruksi bakteri, dan parameter-parameter sterilisasi
seperti waktu dan suhu dapat dengan mudah dikontrol dan monitoring dilakukan sekali
dalam satu siklus yang divalidasi (Ahmad,2010).
Secara umum, sterilisasi panas lembab dilakukan pada suhu 121°C dibawah
tekanan 15 psig. Pada suhu ini konsep letal dilakukan dengan F0 yang juga dilakukan
bila suhu sterilisasi berbeda dari 121°C. F0 dari proses ini tidak jauh pada 121°C dengan
waktu yang dibutuhkan, dalam menit, untuk menghasilkan kematian yang setara dengan
hasil pada 121°C pada waktu tertentu (Ahmad,2010).
Penggunanaan uap bertekanan atau metode sterilisasi yang paling umum
memuaskan dan efektif yang ada. Ini adalah metode yang diinginkan untuk sterilisasi
larutan yang ditujukan untuk infeksi pada tubuh, pembawa pada sediaan mata, bahan-
bahan gelas. Untuk penggunaan darurat, pakaian dan alat kesehatan dan benda-benda
karet. Kerugian yang paling prinsip dan penggunaan uap ini adalah ketidaksesuaiannya
untuk penggunaan pada bahan sensitif terhadap panas dan kelembaban (Rahmat,2010).
Metode ini tidak dapat digunakan untuk sterilisasi produk yang dibuat dari basis
minyak dan serbuk. Uap jenih pada 120°C mampu membunuh secara cepat semua
bentuk vegetatif mikroorganisme hidup dalam waktu ½ menit. Uap jenuh ini dapat
menghancurkan spora vegetatif yang tahan terhadap pemanasan tinggi. Keefektifan
sterilisasi uap bertekanan tergantung pada 4 sifat dari uap jenuh kering yaitu :
1. Suhu
2. Panas tersembunyi yang berlimpah
3. Kemapuan untuk membentuk kondensasi air
4. Kontraksi volume yang timbul selama kondensasi (Ahmad,2010).
Waktu yang dibutuhkan untuk mensterilkan larutan saat suhu 121°C selama 12
menit, ditambah waktu tambahan untuk larutan dalam wadah untuk mencapai 121°C
setelah termometer pensteril menunjukkan suhu ini. Secara umum larutan dalam botol
100-200 ml akan membutuhkan kurang 5 menit botol 500 ml antara 10-15 menit
(Ahmad,2010).
Panas lembab merupakan bentuk uap jenuh di bawah tekanan yang merupakan cara
sterilisasi yang paling banyak digunakan. Penyebab kematian dengan cara sterilisasi
panas terhadap lembab berbeda dengan cara panas kering, kematian mikroorganisme
oleh panas lembab adalah hasil koagulasi protein sel, berbeda dengan cara panas kering,
kematian mikroorganisme yang paling penting adalah proses oksidasi (Rahmat,2010).
Prinsip Cara Kerja Autoklaf
Autoklaf adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang
menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 1210C. Untuk cara kerja penggunaan
autoklaf telah disampaikan di depan. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat
dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel
dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 1210C
dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C
atau 249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15
psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada
suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama,
menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 1210C. Ingat kejadian
ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu,
maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada
ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu
1210C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada
suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15 menit (Rahmat,2010).
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf
lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk
mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara
dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara
ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada
saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses
sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu
mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan
turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan
mencapai 0 psi (Rahmat,2010).
Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba
pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus
stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore
strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses
sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan
autoklaf telah bekerja dengan baik (Ahmad,2010).
Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :
1. Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim
2. Paelarut organik, seperti fenol
3. Buffer engan kandungan detergen, seperti SDS (Ahmad,2010).
Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan
hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut :
1. Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa
fosfat
2. Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau
senyawa garam mineral lain.
3. Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar
4. Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf
5. Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0
6. Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya, sisa
ruang dibirkan kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada erlenmeyer 2L
maka sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit.
(Ahmad,2010)
Pemanasan Kering
Udara Panas Oven
Bahan yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi dengan uap
destilasi dalam udara panas-oven. Yang termasuk dalam bahan ini adalah minyak lemak,
paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen glikol. Serbuk steril seperti talk, kaolin dan
ZnO, dan beberapa obat yang lain. Sebagai tambahan sterilisasi panas kering adalah
metode yang paling efektif untuk alat-alat gelas dan banyak alat-alat bedah (Ahmad,2010).
Minyak lemak, petrolatum, serbuk kering dan bahan yang sama tidak dapat disterilisasi
dalam autoklaf. Salah satu elemen penting dalam sterilisasi dengan menggunakan uap
autoklaf. Atau dengan adanya lembab dan penembusannya ke dalam bahan yang telah
disterilkan (Ahmad,2010).
Sebagai contoh, organisme pembentuk spora dalam medium anhidrat tidak dibunuh
oleh suhu sampai 121 °C (suhu yang biasanya digunakan dalam autoklaf bahkan setelah
pemanasan sampai 45 menit). Untik alasan ini, autoklaf merupakan metode yang tidak
cocok untuk mensterilkan minyak, produk yang dibuat dengan basis minyak, atau bahan-
bahan lain yang mempunyai sedikit lembab atau tidak sama sekali. (Rahmat,2010).
Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi. Ini berlawanan
dengan penyebab kematian oleh koagulasi protein pada sel bakteri yang terjadi dengan
sterilisasi uap panas. Pada umumnya suhu yang lebih tinggi dan waktu pemaparan yang
dibutuhkan saat proses dilakukan dengan uap di bawah tekanan. Saat sterilisasi di bawah
uap panas dipaparkan pada suhu 121°C selama 12 menit adalah efektif. Sterilisasi panas
kering membutuhkan pemaparan pada suhu 150°C sampai 170°C selama 1-4 jam
(Ahmad,2010).
Suhu yang biasa digunakan pada sterilisasi panas kering 160°C paling cepat 1 jam,
tapi lebih baik 2 jam. Suhu ini digunakan secara khusus untuk sterilisasi minyak lemak
atau cairan anhidrat lainnya. Bagaimanapun juga range 150-170°C digunakan untuk
streilisasi panas kering dan lain-lain, sebagai contoh : bahan-bahan gelas, dapat
disterilkan pada suhu 170oC. dimana beberapa serbuk seperti sulfonilamid harus
disterilkan pada suhu rendah dan waktu yang lebih lama (Ahmad,2010).
Secara umum, panas kering digunakan untuk sterilisasi bahan – bahan melalui
proses pengabuan dari mikroorganisme. Proses ini merupakan kelanjutan atau
sekumpulan proses yang dilakukan dalam sebuah oven dengan temperatur sekelilingnya
170°C untuk sterilisasi atau 250°C untuk depirogenisasi. Panas kering digunakan untuk
sterilisasi/depirogenisasi alat-alat gelas yang akan digunakan untuk proses produksi
secara aseptik (Rahmat,2010).
Suhu yang digunakan ini, terlalu tinggi untuk wadah-wadah plastik. Sama seperti
sterilisasi uap air, prosesnya dapat diprediksi dan hasilnya dapat dikontrol. Sterilisasi
panas kering biasa digunakan untuk depirogenisasi alat-alat gelas dan bahan-bahan lain
yang memiliki kemampuan bertahan pada suhu yang digunakan. Secara umum, validasi
untuk alur depirogenisasi untuk proses panas kering selalu termasuk proses sterilisasinya
(Rahmat,2010).
Panas kering pada temperatur lebih 160°C efektif menghancurkan mikroorganisme
hidup dengan sebuah proses kehilangan kelembaban secara inversible. Proses ini berjalan
relatif lambat, mengisyaratkan sedikitnya 1 jam pada suhu 160°C tetapi lebih cepat pada
temperatur yang tinggi. Panas kering ini sering merugikan beberapa produk
(Rahmat,2010).
Penerapan panas dengan keberadaan lembab lebih fektif untuk pembunuhan
mikroorganisme diisyaratkan 15 menit pada suhu 121°C (Ahmad,2010).
Beberapa bahan yang tidak dapat disterilkan dengan uap, paling baik disterilkan
dengan panas kering,. Misalnya petrolatum jelly, minyak mineral, lilin, wax, serbuk talk.
Karena panas kering kurang efisien dibanding panas lembab, pemaparan lama dan
temperatur tinggi dibutuhkan. Range luas waktu inaktivasi dalam temperatur bervariasi
telah diterapkan berdasarkan tipe indikator steril yang digunakan, kondisi kelembaban
dan faktor lain (Ahmad,2010).
Jumlah air dalam sel mikroba diketahui mempengaruhi resistensinya terhadap
destruksi panas kering. Umumnya, ini diterima bahwa sel mikroba dalam daerah yang
betul-betul kering menunjukkan resistensi terhadap inaktivasi panas kering. Ini jelas
bahwa perhatian harus diberi untuk mendisain siklus sterilisasi panas kering untuk
produk-produk rumah sakit dan validasi sistematis sterilisasi dengan metode sterilisasi
standar (Rahmat,2010).
Oven digunakan untuk sterilisasi panas kering biasanya secara panas dikontrol dan
mungkin gas atau elektrik gas (Rahmat,2010).
Beberapa waktu dan suhu yang umum digunakan pada oven :
170°C(340F)sampai1jam
160°C(320F)sampai2jam
150°C(300F)sampai2,5jam
140°C (285 F) sampai 3 jam
(Ahmad,2010).
Sterilisasi Cara Bukan Panas
Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi kontaminasi di
udara dan pemusnahan selama proses di lingkungan. Sinar yang bersifat membunuh
mikroorganisme (germisida) diproduksi oleh lampu kabut merkuri yang dipancarkan
secara eksklusif pada 253,7 nm (Zaeniz,2010).
Sinar UV menembus udara bersih dan air murni dengan baik, tetapi suatu
penambahan garam atau bahan tersuspensi dalam air atau udara menyebabakan
penurunan derajat penetrasi dengan cepat. Untuk kebanyakan pemakaian lama penetrasi
dihindarkan dan setiap tindakan membunuh mikroorganisme dibatasi pada permukaan
yang dipaparkan ( Zaeniz,2010).
Secara kimia
Sterilisasi secara kimia dilakukan dengan menggunakan larutan disinfektan, seperti
alkohol 70 % (Rahmat,2010).
(Rahmat,2010).
(Rahmat,2010).
Kultivasi Bakteri
Kulturisasi bakteri untuk keperluan yang bermanfaat, pada umumnya dilakukan
dengan biakan murni. Biakan murni hanya mengandung satu jenis. Untuk mengisolasi
bakteri dalam biakan murni, umumnya digunakan dua prosedur yaitu: metode agar
cawan dengan goresan dan metode agar tuang (Gerson, 2010).
Biakan adalah medium yang mengandung organisme hidup. Medium itu menye-
diakan zat makanan untuk pertumbuhan bakteri. Berbagai resep ramuan untuk membuat
media telah dibuat untuk memungkinkan tumbuhnya jenis-jenis tertentu. Medium pilihan
dan diferensial bermaafaat untuk memisahkan beberapa jenis (Gerson, 2010).
Identifikasi jenis menggunakan semua sifat yang berkaitan dengan jenis. Hal ini
mencakup morfologi, daya gerak, sifat biokimianya, kebutuhan akan oksigen, reaksi
pewarnaan Gram, dan beberapa diantaranya sifat kekebalan.
Dalam pemeliharaan kultur terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sehingga
tidak hanya mempertahankan sel agar tetap hidup, tetapi dapat juga memperta-hankan
sifat-sifat genotip dan fenotipnya (Gerson, 2010).
Terdapat 3 metode dalam pemeliharaan kultur, antara lain penyimpanan kultur
dengan cara pengeringan; metabolisme terbatas; dan penyimpanan kultur dengan cara
liofilisasi. Metode yang sering digunakan adalah pengeringan beku.
Untuk keperluan penelitian, bakteri yang akan dipelajari harus dipisahkan (diisolasi) dari
lingklungan aslinya dan bakteri atau mikroorganisme yang lain dan kemudian
ditumbuhkan pada suatu medium yang steril. Untuk mengisolasi bakteri diperlukan suatu
kultur pengayaan untuk menambah jumlah bakteri yang akan diteliti karena dari sumber
alaminya, bakteri yang akan diisolasi biasanya hanya ada pada jumlah yang kecil. Kultur
pengayaan ini juga berfungsi untuk mengurangi jumlah bakteri lain yang tidak
dibutuhkan (Gerson, 2010).
Kultur pengayaan dapat disediakan dengan penggunaan media yang selektif,
penggunaan kondisi inkubasi yang selektif, dan pre-treatment bakteri yang selektif.
Metode penyediaan kultur pengayaan disesuaikan dengan sifat bakteri yang akan
diisolasi, baik secara fisika maupun kimia, sehingga bakteri yang akan diisolasi dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik dan walaupun mikroorganisme lain masih dapat
hidup, pertumbuhan dan perkembangannya tidak akan maksimal.
Kultur pengayaan dapat menghasilkan suatu koloni bakteri sehingga dapat diidentifikasi.
Uji-uji untuk identifikasi bakteri ada beberapa macam diantaranya adalah uji pewarnaan
Gram, sporulasi, motilitas, reduksi nitrat, hidrolisis pati dan kasein, hidrolisis gelatin, tes
Voges-Proskauer, penggunaan sitrat, uji katalase, oksidase, denitrifikasi, produksi urease,
pembentukan senyawa indol, tes suhu, tes pH, dan pengamatan penampakan fisik
bakteri. Apabila identifikasi menunjukkan hasil yang sesuai dengan ciri-ciri bakteri yang
akan diteliti, maka koloni tersebut diisolasi dan selanjutnya dikembangbiakkan pada
media biakan yang steril dan terjaga dari pencemaran (Gerson, 2010).
Media biakan yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri terdapat dalam bentuk
padat, semi-padat, dan cair. Media biakan harus berisi zat hara dan mempunyai keadaan
fisik yang sesuai pertumbuhan bakteri. Nutrisi yang berada di dalam media biakan
digunakan untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan
pergerakan. Pada umumnya nutrisi atau kandungan unsur dalam media biakan yang
dibutuhkan oleh bakteri adalah sumber energi, karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, unsur-
unsur logam, vitamin dan air. Macam kondisi fisik lingkungan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan optimum bakteri adalah suhu, gas atmosfer, dan pH. Untuk berhasilnya
kultivasi bakteri, dibutuhkan suatu kombinasi nutrisi serta lingkungan fisik yang
sesuai(Gerson, 2010).
IV. PERALATAN DAN REAGENSIA Peralatan Uji
a. Cawan Petri 4 buahb. Erlenmeyer 500 mlc. Alat Swabbd. Oven dan Inkubatore. Gelas Ukur 100 mlf. Ottoklaf
Reagensiaa. Aquadest Sterilb. Alkohol 70%
Nutrient Agar
V. PROSEDUR
Langkah pertama yang perlu dilakukan sebelum melakukan pengujian sterilisasi
ruang ini adalah melakukan sanitasi ruang. Sebelum masuk ke ruang LAF, kaki dan
tangan praktikan disemprot dengan desinfektan. Kemudian bersihkan ruang LAF dengan
menggunakan alkohol 70% dan memakai kanebo bersih. Lalu lampu UV dinyalakan
selama 1 jam. Sambil menunggu LAF steril, alat-alat gelas/kaca yang akan digunakan
dicuci dahulu. Setelah itu dikeringkan dan dibungkus dengan kertas koran. Lalu
disterilkan dengan otoklaf selama 20 menit dengan suhu 121°C. Setelah alat-alatnya
steril, kelima cawan petri diisi dengan nutrient agar yang sudah dibuat sebelumnya.
Cawan petri itu didiamkan beberapa saat sampai nutrient agarnya memadat/ mengeras.
Dari kelima cawan petri itu, dua diantaranya akan digunakan untuk pengujian sterilitas
ruangan, dua cawan petri lagi akan digunakan untuk pengujian sterilitas LAF, dan cawan
petri yang terakhir digunakan sebagai blangko. Untuk sterilisasi ruangan, cawan petri
yang pertama dibiarkan terbuka selama 15 menit. Lalu cawan petri kedua, dioleskan
dengan alat swabb yang sebelumnya sudah disapukan ke salah satu bagian ruangan.
Ketika akan melakukan pengujian sterilisasi LAF, lampu UV dimatikan. Lalu lampu neon
dan aliran udara dinyalakan. Kemudian cawan petri yang pertama dibiarkan terbuka
selama 15 menit di LAF, cawan petri yang kedua dioleskan dengan alat swabb yang
sebelumnya sudah disapukan ke salah satu kaca LAF. Cawan petri yang terakhir tidak
diberikan perlakuan apapun karena sebagai blangko. Setelah semua selesai, kelima cawan
petri tersebut dibungkus lagi dengan koran lalu diinkubasi selama 18 jam dengan suhu
37°C. Setelah 18 jam, diperhatikan apakah ada pertumbuhan mikroorganisme di cawan
petri.
VI. Persiapan Untuk Pengujian1. Sanitasi ruangan untuk pengujian
Sebelum melakukan pengujian, bersihkan ruangan dengan menggunakan fenol
dan suci hamakan LAF dengan alcohol 70% kemudian nyalakan lampu UV di LAF
selama 1 jam. Ketika akan melakukan pengujian, matikan lampu UV dan nyalakan
lampu neon dan aliran udara. LAF siap digunakan.
2. Persiapan peralatan
Masing-masing alat yang sudah disiapkan dibungkus dengan kertas roti atau
kertas biasa lalu disterilkan di oven, pada temperature 180°C, selama 1 jam dan
otoklaf 121°C, selama 20 menit.
VII. Cara Pengujian
Disiapkan alat-alat yang akan digunakan, lalu alat-alat tersebut di sterilkan
dalam otoklaf dan oven. Disiapkan semua reagensia yang diperlukan untuk uji
cemaran mikroorganisme. Dilakukan pemantauan lingkungan dengan menempatkan
cawan media yang berisi nutrient agar untuk bakteri dan jamur didalam LAF dan di
luar LAF lalu tutup cawan media dan kemudian di inkubasi pada temperature 37°C
selama 24 jam.
VIII. Data Pengamatan
Cawan Pertumbuhan BakteriPetri Metode Swabb Metode Rodeck
Kontrol -LAF √ -
Ruang Produksi √ √
Keterangan GambarCawan Petri Kontrol Cawan Petri Metode Swabb pada LAF
Cawan Petri Metode Redock pada LAF Cawan Petri Metode Swabb pada Ruang Produksi
Cawan Petri Metode Redock pada Ruang Produksi
IX. PembahasanPada percobaan kali ini, praktikan melakukan sterilisasi ruang. Tujuan dari
percobaan kali ini adalah untuk mengetahui adanya jasad renik hidup atau yang
mempunyai daya hidup di dalam suatu ruangan aseptis. Pengerjaan praktikum ini
dilakukan terhadap ruangan aseptis yang akan digunakan sebagai ruang pembuatan
sediaan yang dibuat secara aseptis maupun dalam pembuatan sediaan injeksi kering.
Sebelum memulai praktikum, praktikan diharuskan menggunakan jas lab, headcap,
sarung tangan, masker, dan sendal jepit. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir
kontaminan yang ada.
Mula-mula praktikan melakukan pembersihan alat-alat yang akan digunakan
dengan cara mencucinya dengan bersih. Setelah itu alat-alat tersebut dibungkus dengan
kertas koran dan di masukkan ke dalam autoklaf untuk disterilisasi. Kemudian tutup
autoklaf dengan rapat lalu baut pengaman dikencangkan agar tidak ada uap yang keluar
dari bibir autoklaf. Autoklaf dinyalakan dan diatur timer dengan waktu minimal 15 menit
pada suhu 1210C dna ditunggu sampai air mendidih sehibgga uapnya memenuhi
kompartemen autoklaf dan terdesak keluar. Kemudian klep pengaman ditutup
(dikencangkan0 dan ditunggu sampai selesai. Perhitungan waktu 15 menit dimulai sejak
tekanan mencapai 2 atm. Setelah alarm tanda selesai berbunyi, maka ditunggu tekanan
dalam kompartemennya turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum
pada preisure gauge menunjuk ke angka nol). Hal ini dilakukan agar tidak terjadi ledakan
yang dapat membahayakan praktikan. Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan
dikeluarkan alat-alat yang digunakan dari autoklaf dengan hati-hati.
Setelah alat disterilisasi, pekerjaan selanjutnya dilakukan diruang Laminar Air
Flow Cabinet. Laminar Air Flow adalah alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis
karena LAF mempunyai pola pengaturan dan pengaring aliran udara sehingga menjadi
steril. Kemudian bagian interior dari Laminar Air Flow Cabinet dibersihkan
menggunakan alkohol 70%. Alkohol 70% ini berfungsi untuk mensterilkan LAF. Alat ini
diberi nama Laminar Air Flow Cabinet, karena meniupkan udara steril secara kontinue
melewati tempat kerja sehingga tempat kerja bebas dari debu dan spora-spora yang
mungkin jatuh kedalam media. Aliran udara berasal dari udara ruangan yang ditarik ke
dalam alat melalui filter pertama (pre-filter), yang kemudian ditiupkan keluar melalui
filter yang sangat halus yang disebut HEPA (High efficiency Particulate Air Filter),
dengan menggunakan blower.
Sebelum masuk ruang LAF praktikan harus membersihkan tangan dan kaki dengan
menyemprotkan alkohol 70% ke masing-masing kaki dan tangan. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi kontaminan yang ada. Setelah bagian interior dibersihkan, lampu UV
dihidupkan selama minimal 30 menit. Fungsi dari lampu UV sendiri adalah membunuh
semua organisme serta mikroba yang dapat mengganggu pengerjaan sterilisasi. Setelah 30
menit dilakukan penyiapan media agar dalam cawan petri di ruang LAF. Pembuatan
media agar telah dilakukan oleh kelompok praktikumsebelumnya. Agar yang dimasukkan
dalam cawan petri harus benar-benar cair dengan cara memanaskan agar tersebut. Setelah
agar benar-benar cair barulah agar dimasukkan ke dalam cawan petri di dalam ruang
LAF. Saat melakukan penuangan agar ke dalam cawan petri dilakukan oleh dua orang
dan tidak boleh lebih hal ini dikarenakan agar pengerjaan sesteril mungkin. Ketika
laminar air flow sedang digunakan, lampu UV harus dimatikan, sedangkan blower
dijalankan dan lampu neon dihidupkan.
Blower pada laminar air flow cabinet yang dilengkapi dengan lampu UV hanya
dijalankan pada saat laminar air flow sedang digunakan. Pada laminar air flow cabinet
yang tidak dilengkapi dengan lampu UV, blower harus dijalankan terus menerus
walaupun laminar air flow cabinet tersebut sedang tidak dipergunakan. Hal ini dilakukan
untuk menjaga kebersihan ruang kerja didalam laminar air flow tersebut. Saat
memasukkan nutrien agar ke dalam cawan petri yang dilakukan di dalam ruang LAF,
kaca LAF tidak boleh dibuka lebar-lebar, hanya sedikit saja sampai tangan bisa masuk.
Setelah itu barulah nutrien agar dimasukkan kedalam cawan petri secara perlahan-lahan,
pengerjaan ini dilakukan sebanyak 4 kali untuk 4 cawan petri. Setiap selesai penuangan,
jendela LAF ditutup kemudian neon dan blower dimatikan
Dalam pengerjaan sterilisasi dilakukan dengan dua metode yaitu metode Swab
(apus) dan metode Rodac. Uji swab dilakukan dengan menggunakan swab kit, yang
dibuat dengan memasukkan batang apus ke dalam cawan petri bertutup yang berisi
nutrien agar. Swab test dilakukan dengan menswab area kritikal pada ruang produksi dan
ruang LAF. Baik metode Swab dan metode Rodac ini dilakukan pada cawan petri di
ruang LAF dan di ruang produksi. Prosedur pengerjaaan dengan metode Swab yaitu
dengan cara mengapus bagian permukaan yang akan di cek kesterilannya sebanyak tiga
kali dengan menggunakan lidi kapas steril dan cawan petri langsung ditutup. Kemudian
cawan petri dimasukkan ke dalam inkubator selama 18 jam. Inkubator adalah alat untuk
menginkubasi atau memeram mikroba pada suhu yang terkontrol. Setelah diinkubator
selama 18 jam, cawan petri dilihat pertumbuhan bakterinya bagaimana. Hal ini dilakukan
juga pada cawan petri untuk di ruang produksi. Hasil yang didapatkan dibandingkan
dengan cawan petri kontrol yang telah disediakan oleh asisten, ternyata pada cawan petri
pada LAF dan ruang produksi terdapat pertumbuhan bakteri. Ini berarti bahwa ruang
produksi dan LAF tidak memenuhi standar kesterilan.
Untuk metode Rodac, cawan petri dibiarkan terbuka selama 15 menit di dalam
ruang produksi dan ruang LAF. Setelah 15 menit, cawan petri ditutup dan diinkubasi
selama 18 jam. Kemudian diamati pertumbuhan bakterinya. Hasil yang didapatkan
dibandingkan dengan cawan petri kontrol yang telah disediakan oleh asisten. Hasilnya
yaitu pada ruang produksi terdapat pertumbuhan bakteri sedangkan pada LAF tidak
terdapat pertumbuhan bakteri. Ini berarti ruang produksi tidak memenuhi standar
kesterilan, sedangkan LAF memenuhi standar kesterilan pada metode Rodac.
Alasan adanya pertumbuhan bakteri ini dikarenakan :
a. Praktikan
Praktikan merupakan salah satu sumber kontaminan terbesar pada produksi aseptis.
Sel skuamosa di tubuh manusia bahkan mengekupas dari tubuh dengan kecepatan 106/
jam. Personel pada produksi aseptis harus sangat memperhatikan prosedur cleaning
dan gowning. Pakaian yang dikenakan tidak boleh melepaskan partikel, tidak boleh
memakai kosmetik dan perhiasan, memperhatikan higienitas tangan, mengenakan
masker, hair cover dan shoes covers dan memakai sarung tangan steril yang tidak
melepaskan partikel/ serbuk.
b. Fasilitas
Bangunan yang digunakan untuk produksi sediaan steril harus memenuhi persyaratan
ISO (tabel 2), atau persyaratan CPOB (tabel 3, persyaratan partikel dan tabel 4,
persyaratan mikroorganisme)
Tabel Persyaratan Kelas Partikel pada Produksi Steril menurut ISO
Clean Air Classification ISO Designation ≥ 0.5 µm particles/m3
100 5 3,520
1,000 6 35,200
10,000 7 352,000
100,000 8 3,520,000
Tabel Persyaratan Kelas Partikel pada Produksi Steril menurut PICS
Partikulat at rest operational
0.5 µm 5 µm 0.5 µm 5 µm
A 3520 20 3520 20
B 3520 29 352000 2900
C 352000 2900 3520000 29000
D 3520000 29000 Tidak
didefinisikan
Tidak
didefinisikan
Tabel Persyaratan Mikrooranisme pada Produksi Steril menurut PICS
Level Air sample cfu/m3 settling plates
(diam. 90 mm)
cfu/4 jam
cawan kontak
(diam. 55 mm),
cfu/plate
Glove print 5 jari
cfu/glove
A <1 <1 <1 <1
B 10 5 5 5
C 100 50 25 -
D 200 100 50 -
c. Proses aseptic
Proses aseptik harus dapat memberikan produk bebas kontaminan
d. Alur proses
Alur dari proses mencakup beberapa hal, misalnya flow personil, flow material dan lay
out dari bangunan.
e. HVAC (Heat Ventilating and Air Conditioner)
Sistem HVAC merupakan pensupply udara pada fasilitas produksi. Udara merupakan
fasilitas penunjang yang dapat menjadi salah satu sumber terbesar kontaminan, baik
mikroorganisme maupun partikel. System HVAC harus telah terkualifikasi sebelum
dilakukannya media fill.
f. Repon terhadap deviasi dan Monitoring ruangan
Monitoring ruangan dilakukan secara rutin. Parameter yang diuji dalam monitoring
ruangan antara lain tekanan, jumlah partikel, jumlah mikroba, monitoring
pembersihan ruangan.
g. Prosedur desinfeksi dan pembersihan
Prosedur desinfeksi dan pembersihan pun perlu divalidasi terlebih dahulu. validasi
pembersihan dilakukan dengan metode swab atau metode final rinsing. Ada beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan dalam validasi pembersihan, antara lain sifat material,
tingkat kemudahan dibersihkan, dan jenis peralatan produksi.
h. QA/QC sebagai bagian integral sebagai pelaku penjaminan kualitas produk.
i. Media Fill
Media Fill merupakan suatu validasi proses aseptis untuk menghasilkan prosuk steril
secara konsisten. Validasi dari proses aseptik telah menjadi subyek atau topik utama
pada industri parenteral selama 15 tahun ini. Validasi merupakan suatu program
terdokumentasi yang menjamin bahwa suatu prosees yang spesifik akan secara
konsisten menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi dan kualitas yang
ditetapkan. Sementara itu teknik aseptik merupakan suatu rangkaian prosedur dan
praktek yang spesifik yang dilakukan di bawah kondisi terkontrol untuk mencapai
tujuannya yaitu meminimalisir kontaminasi dari patogen atau kontaminan lainnya
X. Kesimpulan
Pada metode swab, baik di di cawan petri di ruang LAF dan di ruang
produksiterdapat pertumbuhan bakteri, hal ini menandakan bahwa di ruang LAF dan ruang
produksi tidak memenuhi standar kesterilan. Pada metode rodac, cawan petri pada ruang
LAFtidak terdapat pertumbuhan bakteri, sedangkan di ruang produksi terdapat
pertumbuhan bakteri, hal ini menandakan bahwa pada ruang LAF memenuhi standar
kesterilan sedangkan di ruang produksi tidak memenuhi standar kesterilan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,2010.Macam-macam Sterilisasi dan Sterilisasi Ruang.
Http://eshomor.com/2010/07/@2/macam-macam,sterilisasi sterilisasiruang/[akses:5
Maret 2010].
Gerson, Scott. 2010. Isolasi Bakteri. http://id.tahitianonijuice.com/cara-mengisolasi bakteri-
dan-jelaskan [akses:4 Maret 2010].
Rahmat.2010.Proses Sterilisasi Ruang.Http://ekmon-saurus.com/2010/02/Proses-sterilisasi-
ruang/ [akses:5 Maret 2010].
Zaeniz.2010.Sterilisasi dengan Sinar Uv.Http://zae_wan.com/20@9?/Sterilisasi-sinarUv/
[akses: 5 Maret 2010].