STATUS GIZI+KERANGKA KONSEP

7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Balita (1 – 5 Tahun) Anak balita adalah anak yang berusia 1-5 tahun. Pada kelompok usia ini, pertumbuhan anak tidak sepesat masa bayi, tapi aktifitasnya lebih banyak (Azwar, 2000). Masalah gizi balita sangat banyak. Namun yang paling rawan adalah masalah kekurangan gizi, termasuk KEP, yang disebabkan konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu atau gangguan pencernaan (Supariasa, 2002). Sebagian besar kejadian gizi buruk pada balita disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang pola dan cara pemeliharaan gizi termasuk pengaturan makan untuk anaknya. B. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan seseorang yang dapat memberikan petunjuk apakah seseorang itu menderita gizi kurang atau lebih (Soekirman, 2000). 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ada dua, yaitu: faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yang mempengaruhi adalah asupan makan dan penyakit infeksi. Sedangkan faktor yang tidak langsung yaitu : pendidikan, pengetahuan ibu, ketersediaan pangan, pola asuh, sanitasi lingkungan dan sarana kesehatan serta pendapatan keluarga (Soekirman, 2000). 3. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan cara pengukuran langsung yang meliputi antropometri, klinis, biokimia, dan biofisis. Sedangkan pengukuran dengan cara tidak langsung yaitu dengan cara survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2002). a. Pengukuran secara langsung 4

description

gizi

Transcript of STATUS GIZI+KERANGKA KONSEP

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Anak Balita (1 5 Tahun) Anak balita adalah anak yang berusia 1-5 tahun. Pada kelompok usia ini,

    pertumbuhan anak tidak sepesat masa bayi, tapi aktifitasnya lebih banyak (Azwar,

    2000).

    Masalah gizi balita sangat banyak. Namun yang paling rawan adalah masalah

    kekurangan gizi, termasuk KEP, yang disebabkan konsumsi energi dan protein dalam

    makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu atau gangguan pencernaan

    (Supariasa, 2002).

    Sebagian besar kejadian gizi buruk pada balita disebabkan karena kurangnya

    pengetahuan ibu tentang pola dan cara pemeliharaan gizi termasuk pengaturan makan

    untuk anaknya.

    B. Status Gizi

    1. Pengertian Status Gizi

    Status gizi adalah keadaan seseorang yang dapat memberikan petunjuk

    apakah seseorang itu menderita gizi kurang atau lebih (Soekirman, 2000).

    2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

    Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ada dua, yaitu: faktor

    langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yang mempengaruhi adalah asupan

    makan dan penyakit infeksi. Sedangkan faktor yang tidak langsung yaitu :

    pendidikan, pengetahuan ibu, ketersediaan pangan, pola asuh, sanitasi lingkungan

    dan sarana kesehatan serta pendapatan keluarga (Soekirman, 2000).

    3. Penilaian Status Gizi

    Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan cara pengukuran langsung

    yang meliputi antropometri, klinis, biokimia, dan biofisis. Sedangkan pengukuran

    dengan cara tidak langsung yaitu dengan cara survei konsumsi makanan, statistik

    vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2002).

    a. Pengukuran secara langsung

    4

  • 1. Klinis : metode yang didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi

    yang dihubungkan ketidakcukupan zat gizi (Supariasa, 2002).

    2. Biokimia : pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang

    dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh (Supariasa, 2002).

    3. Biofisik : metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan

    fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan

    (Supariasa, 2002).

    4. Antropometri : merupakan pengukuran status gizi yang mudah dan

    murah, tetapi dengan syarat tersedianya alat ukur yang baik serta

    ketrampilan dalam pengukuran (Supariasa, 2002).

    - Indeks BB/U (Berat Badan Menurut Umur)

    Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan massa

    tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan

    yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi,

    menurunnya nafsu makan, atau menurunnya jumlah makanan yang

    dikonsumsi. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks

    BB/U menggambarkan status gizi seseorang saat ini.

    Kriteria status gizi menurut BB/U yaitu:

    Gizi lebih > 2,0 SD baku WHO-NCHS

    Gizi baik -2,0 SD s/d +2SD baku WHO-NCHS

    Gizi kurang

  • 1. Survei konsumsi makanan

    Metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah

    zat gizi yang dikonsumsi, melalui metode recall 24 jam yang lalu

    (Supariasa, 2002).

    2. Statistik vital

    Pengukuran status gizi dengan menganalisis data beberapa statistik

    kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan

    kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan

    dengan gizi (Supariasa, 2002).

    3. Faktor ekologi

    Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah

    ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan

    lingkungan budaya (Supariasa, 2002).

    C. Pendidikan Ibu

    Pendidikan merupakan dasar atau landasan bagi segala ilmu pengetahuan,

    serta merupakan dasar yang penting untuk dimiliki semua orang. Karena pendidikan

    pada hakekatnya adalah usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

    di dalam dan di luar sekolah serta berlangsung seumur hidup (Suhardjo, 1989).

    Proses pendidikan seseorang mampu mempelajari sesuatu kalau mempunyai

    perhatian terhadap materi pendidikan tersebut ada kaitannya dengan kebutuhan.

    Dalam proses pelaksanaannya, pendidikan dapat dibedakan menjadi pendidikan

    formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal adalah yang dikenal dengan

    pendidikan sekolah yang teratur, bertingkat mengikuti syarat-syarat yang jelas dan

    ketat. Sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang dengan sadar

    dilakukan, tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat dan tetap. Pendidikan

    formal dapat digolongkan menurut jenjangnya, yaitu:

    - Pendidikan dasar atau SD dan sekolah lanjutan tingkat pertama

    - Pendidikan menengah atau sekolah lanjutan atas.

    - Pendidikan tinggi atau akademi atau universitas. (Tim Pengembangan MKDK

    IKIP Semarang, 1989).

  • Tingkat pendidikan formal membentuk nilai-nilai progresif bagi seseorang

    terutama dalam menilai hal-hal baru. Tingkat pendidikan formal merupakan faktor

    yang ikut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami

    pengetahuan yang diperoleh (Sarif T, 1985).

    Tingkat pendidikan ibu banyak menentukan sikap tindak tanduknya dalam

    menghadapi berbagai masalah. Seorang ibu mempunyai peran cukup penting dalam

    kesehatan dan pertumbuhan anak. Hal ini dapat ditunjukkan oleh kenyataan antara

    lain anak-anak dari ibu yang memiliki latar belakang pendidikan lebih tinggi akan

    mendapatkan kesempatan hidup serta tumbuh lebih baik, dan mudah menerima

    wawasan lebih luas mengenai gizi (Sri Kardjati, dkk., 1985).

    D. Pengetahuan Gizi Ibu

    Tingkat pengetahuan menentukan perilaku konsumsi pangan. Salah satunya

    melalui pendidikan gizi (Suhardjo, 1996).

    Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari

    berbagai macam sumber. Misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk,

    dan kerabat dekat. Pengetahuan ini membentuk keyakinan tertentu, sehingga

    seseorang berperilaku sesuai kenyataan tersebut.

    Pengetahuan gizi sangat penting dengan didasari pada tiga kenyataan,yaitu:

    1. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.

    2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu

    menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal,

    pemeliharaan, dan energi.

    3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu. Sehingga masyarakat dapat belajar

    menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi (Suhardjo, 1989).

    Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang, akan semakin memperhitungkan

    jenis dan jumlah makanan yang dipilih untuk dikonsumsi. Orang yang pengetahuan

    gizinya rendah akan berperilaku memilih makanan yang menarik panca indra dan

    tidak mengadakan pemilihan berdasarkan nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka

    yang semakin tinggi pengetahuan gizinya, lebih banyak menggunakan pertimbangn

    rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan tersebut. Sehingga seorang ibu

  • dapat menyusun dan mengolah makanan yang bergizi bagi keluarga (Sediaoetama,

    1989).

    E. Ketersediaan Pangan

    Bila persediaan pangan jauh lebih rendah dari perkiraan kebutuhan, dapat

    menyebabkan masalah gizi kurang yang berat (Suhardjo, 1989).

    Ketersediaan pangan dalam keluarga penting diperhatikan karena konsumsi

    makanan sehari-hari harus selalu ada untuk kelangsungan hidup dan ketahanan tubuh

    seluruh anggota keluarga terutama balita dan anak-anak (Soekirman, 2000).

    F. Pola Asuh

    Pola asuh adalah praktek di rumah tangga yang diwujudkan dengan

    tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber lainnya untuk

    kelangsungan pangan, pertumbuhan, dan perkembangan anak. Pola asuh yang baik

    akan mempengaruhi keadaan kesehatan dan keadaan gizi pada anak (Soekirman,

    2000).

    G. Sanitasi Lingkungan dan Sarana Kesehatan.

    Sanitasi lingkungan dan pelayanan kesehatan adalah tersedianya air bersih dan

    saran kesehatan yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

    Makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan,

    ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, maka makin kecil resiko anak

    terkena penyakit dan kekurangan gizi. Semakin tinggi pengetahuan masyarakat

    tentang pentingnya sanitasi lingkungan, akan meningkatkan usaha masyarakat untuk

    menjaga kesehatan individu, keluarga dan lingkungan. Apabila sanitasi lingkungan

    terjaga dengan baik, maka kemungkinan timbulnya penyakit infeksi dapat dikurangi

    (Soekirman, 2000).

    Pelayanan kesehatan adalah akses atau jangkauan anak dan keluarga terhadap

    upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan seperti imunisasai,

    penimbangan anak balita, penyuluhan kesehatan dan gizi, serta sarana kesehatan yang

    baik seperti : Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit dan tersedianya air bersih.

    Ketidakjangkauan pelayanan kesehatan (karena jauh atau tidak mampu membayar),

  • kurangnya pendidikan dan pengetahuan merupakan kendala masyarakat dan keluarga

    memanfaatkan secara baik pelayanan kesehatan yang tersedia. Hal ini dapat

    berdampak juga pada status gizi.

    H. Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga adalah semua pemasukan, baik uang maupun barang,

    yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

    Makanan kita sehari-hari harus mencukupi kebutuhan zat gizi salah satunya

    adalah sumber tenaga (energi) yang seimbang untuk dapat mempertahankan

    kesehatan. Tubuh menggunakan kesehatan sebagian besar energinya untuk aktivitas

    dan bentuk kegiatan fisik lainnya. Selain itu tingkat pendaptan juga mempengaruhi

    karena dengan tingginya tingkat pendapatan maka tingkat konsumsi energi dan

    proteinnya terjamin sehingga apabila pendapatan rendah maka tingkat konsumsinya

    juga rendah (Suhardjo, 1989).

    I. Kerangka Teori

    Kekurangan Gizi Anak

    Penyakit Infeksi Makan Tidak Seimbang

  • Pola Asuh Anak Tidak Memadai Ketersediaan

    Pangan Keluarga Sanitasi dan Air Bersih/

    Pelayanan Kesehatan Dasar tidak memadai

    Kurang Pendidikan, Pengetahuan, dan Ketrampilan masyarakat

    Kurang Pemberdayaan Wanita & Keluarga, kurang pemanfaatan sumber daya masyarakat

    Sumber: Soekirman, 2000.

    Pengangguran, inflasi, kurang pangan, dan kemiskinan

    Krisis Ekonomi, Politik, dan Sosial

    J. Kerangka Konsep

    Tingkat Pendidikan Ibu Status Gizi Balita

    Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu

    K. Hipotesa 1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita.

    2. Ada hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi balita.

    Kerangka TeoriKerangka KonsepHipotesa