status fungsional pada lansia

20
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIZAR, MATARAM SEMESTER VII TA. 2013/2014 MODUL : GERIATRI KULIAH : STATUS FUNGSIONAL DAN KOGNITIF PADA LANSIA DOSEN : dr. INDRADJID, MS. HARI/TGL : SEP 2013

description

fungsional dana kognitif

Transcript of status fungsional pada lansia

Page 1: status fungsional pada lansia

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIZAR, MATARAM

SEMESTER VII TA. 2013/2014MODUL : GERIATRIKULIAH : STATUS FUNGSIONAL DAN

KOGNITIF PADA LANSIADOSEN : dr. INDRADJID, MS.HARI/TGL : SEP 2013

Page 2: status fungsional pada lansia

I. PENDAHULUAN LANSIA = LANJUT USIA

WHO – SEARO → berusia 60 tahun keatas GERONTOLOGI DAN GERIATRI1. GERONTOLOGI (Gerontos – Logos)

- Semua ilmu yang mempelajari kehidupan warga Lansia (sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, dll

2. GERIATRI (Gerontos – iatros)- Bagian ilmu gerontologi dan ilmu kedokteran yang khusus mempelajari kesehatan dan penyakit pada Lansia.

KARAKTERISTIK PASIEN GERIATRI1. MULTIPATOLOGI

- memiliki lebih dari satu penyakit pada saat yang sama dan biasanya merupakan akumulasi penyakit degeneratif yang diderita selama bertahun-tahun dan karena suatu kondisi tertentu mengakibatkan yang bersangkutan harus dirawat dirumah sakit atau terpaksa terbaring dirumah (bedridden).

2. SIGN and SYMPTOM BIASANYA TIDAK KHASGejala yang acapkali muncul adalah hilang nafsu makan, kelemahan umum, apatis atau delivium.

Page 3: status fungsional pada lansia

3. PERJALANAN FUNGSI ORGAN CENDERUNG MENURUN Contoh : penurunan jumlah glomerulus ginjal harus menjadi

pertimbangan dalam pemberian obat-obatan. terjadi

Penurunan status fungsional dan kognitif Gangguan status gizi Dehidrasi lebih sering terjadi Fungsi silia dan refleks batuk yang menurun menyebabkan retensi

sputum yang memudahkan terjadi pneumonia. Gangguan keseimbangan Gangguan penglihatan, pendengaran Konstipasi dan inkontinensia urin Hipertensi sistolik karena kekakuan dan aterosklerosis dll

Page 4: status fungsional pada lansia

4. Proses Menua Pada Berbagai Organ(Perubahan fisik dan fungsi)

1) SELa. Jumlah sel lebih sedikitb. Ukuran sel lebih besarc. Jumlah cairan intra sel dan ekstra sel berkurangd. Jumlah sel otak menurun (5-10%)2) SISTEM PERSARAFANa. Penurunan hantaran sarafb. Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stres.c. Penglihatan berkurang, pendengaran berkurang, sensitif terhadap perubahan suhu.d. Kurang sensitif terhadap sentuhane. Defisit memori.3) SISTEM KARDIOVASKULERa. Katub jantung menebal / kakub. Elastisitas dinding aorta menurunc. Kemampuan memompa dari jantung menurun sesudah umur 20 tahun→ 1% setiap

tahun→ kontraksi dan volume darah yang dipompa menurun.d. Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehitrasi dan pendarahane. Tekanan darah meninggi akibat tahanan perifer pembuluh darah meningkat.4) PENGATURAN SUHU TUBUH OLEH HIPOTALAMUS MENURUN :a. Hipotermia (±35EC)b. Merasa kedinginan 1 menggigil, pucatc. Keterbatasan reflex menggigil untuk memproduksi panas

Page 5: status fungsional pada lansia

5. SISTEM PERNAPASANa. Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan

kekuatan, dan menjadi kakub. Aktivitas silia menurun c. Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, meningkat

napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun dengan kedalaman bernapas menurun.

d. Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah berkurang

e. Berkurangnya elastisitas bronkusf. Oksigen pada arteri menururn menjadi 75mmHgg. Karbon dioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas tergangguh. Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurangi. Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurunj. Sering terjadi emfisema senilisk. Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernapasan

menurun seiring pertambahan usia.

Page 6: status fungsional pada lansia

6. SISTEM PENCERNAANa. Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasanya

terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi dan gizi yang bururk.

b. Indra pengecap menururn, adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi indra pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah, terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam, dan pahit

c. Esofagus melebard. Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun,

motilitas dan waktu pengosongan lambung menurune. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasif. Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu, terutama karbohidrat)g. Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun aliran darah

berkurang.

7. SISTEM REPRODUKSI WANITAa. Vagina mengalami kontraktur dan mengecilb. Ovari menciut, uterus mengalami atrofic. Atrofi payudarad. Atrofi vulvae. Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi

berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna.

Page 7: status fungsional pada lansia

PRIAa. Testis masih dapat memproduksai spermatozoa, meskipun ada

penurunan secara berangsur-angsurb. Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun, asal kondisi

kesehatannya baik, yaitu:• Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai pada masa lanjut usia• Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan

kemampuan seksual• Tidak perlu cemas karena prosesnya alamiah• Sebanyak ±75% pria diatas 65 tahun mengalami pembesaran prostat.7. SISTEM GENITOURINARIAGinjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui

urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus). Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah keginjal menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang. Akibatnya kemampuan mengonsentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun, proteinuria (biasanya+1), BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa menigkat.

Keseimbangan elektrolit dan asam mudah terganggu bila dibandingkn dengan usia muda. Renal plasma flow (RPF) dan glomerular filtration rate (GFR) atau klirens kreatinin menurun secara linier sejak usia 30 tahun. Jumlah darah yang difiltrasi oleh ginjal berkurang.

Page 8: status fungsional pada lansia

Vesika urinaria. Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuansi buang air seni meningkat. Pada pria lanjut usia, vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga mengakibatkan retensi urine meningkat.

Pembesaran prostat kurang lebih 755 dialami oleg pria di atas usia 65 tahun

Atrofi vulvaVagina. Seseorang yang semakin menua, kebutuhan

hubungan seksualnya masih ada. Tidak ada batasan umur tertentu kapan fungsi seksual seseorang berhenti. Frekuensi hubungan seksual cenderung menurun secara bertahap setiap tahun, tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmatinya berjalan terus sampai tua.

8.SISTEM ENDOKRINKelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia

yang memproduksi hormon. Hormon pertumbuhan berperan sangat penting dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan, dan metabolisme organ tubuh yang termasuk hormon kelamin adalah:

a.Estrogen, progesteron, dan testosteron yang memelihara alat reproduksi dan gairah seks. Hormon ini mengalami penurunan.

b.Kelenjar pankreas (yang memproduksi insulin dangat penting dalam pengaturan gula darah)

c.Kelenjar adrenal/anak ginjal yang memproduksi adrenalin. Kelenjar yang berkaitan dengan hormon pria/wanita. Salah satu kelenjar endokrin dalam tubuh yang mengatur agara arus darah ke organ tertentu berjalan dengan baik, dengan jalan mengatur suhu vasokonstriksi pembuluh darah. Kegiatan kelenjar anak ginjal ini berkurang pada lanjut usia.

Page 9: status fungsional pada lansia

d. produksi hampir semua hormon menurun e. fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubahf. Hipofisis: pertumbuhan hormon ada, tetpai lebih rendah dan hanya

dalam pembuluh darah; berkurangnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH

g.Aktivitas tiroid, MBR (basal metabolic rate). Dan daya pertukaran zat menurun

h.Produksi aldosteron menuruni. Sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan

testosteron, menurun

9.SISTEM INTEGUMENa.Kulit mengerut atau keriput kehilangan jaringan lemakb.Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (karena

kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis)

c. Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik-bintik atau noda cokelat.

d.Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-kerut halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis.

e.Respons terhadap trauma menurun

Page 10: status fungsional pada lansia

f. mekanisme proteksi kulit menurun:• Produksi serum menurun• Produksi vitamin D menurun• Pigmentasi kulit terganggu.g. Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabuh. Rambut dalam hidung dan telinga menebali. Berkurangnya elastisitas akibat menurunyya cairan dan vaskularisasij. Pertumbuhan kuku lebih lambatk. Kuku jari menjadi keras dan rapuhl. Kuku menjadi pudar, kurag bercahayam. Kuku kaki tumbu secara berlebihan dan seperti tandukn. Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.

10. SISTEM MUSKULOSKELETALa. Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuhb. Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasic. Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra,

pergelangan dan paha,. Insiiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang tersebut

d. Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan aus

e. Kifosis.

Page 11: status fungsional pada lansia

f. Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatasg. Gangguan gaya berjalanh. Kekakuan jaringan penghubungi. Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya

berkurang)j. Persendian membesar dan menjadi kakuk. Tendon mengerut dan mengalami sklerosisl. Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan

menjadi lamban, otot kram, dan menjadi tremor (perubahan pada otot cukup rumit dan sulit dipahami)

m. Komposisi otot berubah sepanjang waktu (miofibril digantikan oleh lemak, kolagen, dan jaringan parut)

n. Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menuao. Otot polos tidak begitu berpengaruh.

Page 12: status fungsional pada lansia

II. PENGELOLAAN PASIEN GERIATRI Komponen pengelolaan meliputi1) Anamnesis :- Identitas pribadi dan orang terdekat (keluarga).- Keluhan utama- Riwayat penyakit secara rinci2) Pemeriksaan :- Tanda vital- Status fungsional dan kognitif- Status gizi- Pemeriksaan fisik regio / sistem3) Pemeriksaan penunjang4) Penatalaksanaan .

Page 13: status fungsional pada lansia

III. STATUS FUNGSIONAL Adalah status / derajat kemampuan seseorang untuk melakukan

aktivitas hidup sehari-hari (Activity of Daily Living = ADL), yang meliputi bangun dari posisi berbaring, duduk, berjalan, mandi, beerkemih, berpakaian, bersolek, makan-minum, naik-turun tangga dan buang air besar.

Biasanya pasien geriatri akan mengalami penurunan status fungsional ini dari mandiri menjadi ketergantungan ringan, sedang atau sampai berat.

Page 14: status fungsional pada lansia

Penentuan status fungsional menggunakan Indeks ADL’s Barthel, seyogyanya mengikut sertakan keluarga, dilakukan beberapa kali untuk mengevaluasi kemajuan atau kemunduran.INDEKS ADL’S Barthel

NO AKTIVITAS KEMAMPUAN SKOR1 Berbaring → duduk Mandiri 3

Dibantu satu orang 2

Dibantu dua orang 1

Tak mampu 0

2 Berjalan Mandiri 3

Dibantu satu orang/walker 2

Dengan kursi roda 1

Tak mampu 0

3 Penggunaan Toilet ke/dari WC, melepas / mengenakan celana, menyeka, menyiram

Mandiri 2

Perlu pertolongan(sebagian) 1

Tergantung orang lain 0

4 Membersihkan diri (lap muka, sisir rambut, sikat gigi)

Mandiri 1

Perlu pertolongan 0

5 Mengontrol BAB Kontinen teratur 2

Kadang-kadang inkontinen 1

inkontinen 0

Page 15: status fungsional pada lansia

6 Mengontrol BAK mandiri 2

Kadang-kadang inkontinen 1

Inkontinen / kateter 0

7 mandi Mandiri 1

Tergantung orang lain 0

8 Berpakaian Mandiri 2

Sebagian dibantu 1

Tergantung orang lain 0

9 Makan Mandiri 2

Perlu pertolongan(sebagian) 1

Tergantung orang lain 0

10 Naik – turun tangga Mandiri 2

Perlu pertolongan 1

Tak mampu 0

SKOR TOTAL

Page 16: status fungsional pada lansia

PENILAIAN SKOR 20 = Mandiri 12 – 19 = Ketergantungan ringan

9 – 11 = Ketergantungan sedang 5 - 8 = Ketergantungan berat 0 – 4 = Ketergantungan total

Page 17: status fungsional pada lansia

IV. STATUS KOGNITIFPemeriksaan status kognitif merupakan penapisan utuk pikun (demensia) dengan menggunakan “Abbreviated Mental Test” (AMT)dan dikatagorikan menjadi gangguan kognitif berat, sedang dan normal

NO PERTANYAAN SKOR

SALAH BENAR

1 Umur berapa………….(tahun) 0 1

2 Waktu / jam berapa sekarang? 0 1

3 Alamat tempat tinggal 0 1

4 Tahun sekarang ? 0 1

5 Saat ini berada dimana? 0 1

6 Mengenali orang lain di RS (dokter, perawat,dll) 0 1

7 Tahun kemerdekan RI 0 1

8 Nama Presiden RI 0 1

9 Tahun kelahiran pasien / anak 0 1

10 Menghitung terbalik (20s/d1) 0 1

SKOR TOTAL

Page 18: status fungsional pada lansia

SKOR AMT 0 – 3 = Gangguan kognitif berat 4 – 7 = Gangguan kognitif sedang 8 – 10 = Normal

V. STATUS GIZI Beberapa parameter perlu diukur yaitu :1) Antropometrik, yang utama adalah yang terkait dengan BMI = IMT- Rumus IMT = BB (kg)

TB² (m²)- Nilai normal :

laki – laki = 18 – 25perempuan = 17 – 23

- Pengukuran TB pada lansia perlu lebih cermat karena sering mengalami penurunan TB yang disebabkan :

a. Komponen cairan tubuh berkurang → diskusi inter vertebralis lebih pipihb. Kifosis → tegak kerasnya tulang punggung berkurangc. Osteoporosis terutama vertebrae → mudah fraktur → tinggi berkurang.

Page 19: status fungsional pada lansia

- Dianjurkan mengukur tinggi lutut (TL) untuk menentukan TB dengan rumus;

o TB pria = 59,01 + (2,08 x TL)o TB wanita = 75,00 + (1,91 x TL) – (0,17 x U)- TL dalam cm- U = umur dalam tahuno Penurunan TB akan meningkatkan IMT2. Parameter lain adalah melakukan anamnesis makanan yang dikonsumsi

sehari-hari untuk memperkirakan kecukupan konsumsi KH, Lemak, Protein, serat dan cairan

3. Parameter laboratorium :- Nilai Hb- Albumin serum

Page 20: status fungsional pada lansia

REFERENSI :

Hartono, A (2012) : Geriatri dalam praktek sehari-hari. Binarupa Aksara, Jakarta.

Nugroho, Wahyudi (2006) : Keperawatan Gerontik dan Geriatrik; Penerbit EGC, Jakarta.

Sediaoetama, AD (2000) : Ilmu Gizi, jilid I, cetakan IV. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.

Soejono, C.H dkk (2000) : Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri. Pusat Informasi dan Penerbitan FK-UI, Jakarta.