Laporan Penelitian Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Lansia
-
Upload
jemima-viita-devika -
Category
Documents
-
view
160 -
download
1
description
Transcript of Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Lansia
PENGARUH POLA AKTIVITAS DAN PENYAKIT DEGENERATIF (DIABETES MELITUS) TERHADAP STATUS GIZI
LANSIA DI KECAMATAN KLOJEN, KOTA MALANGOLEH :
KELOMPOK 6
BAB III KERANGKA KONSEP
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Faktor Langsung1.Tingkat Konsumsi2.Penyakit Infeksi / Degeneratif (Diabetes Melitus)
Keterangan :Text : diteliti
Status Gizi (IMT)
Usia Harapan HidupFaktor Tidak Langsung1.Umur 2.Tingkat Pendidikan3.Tingkat Pendapatan4.Tingkat Pengetahuan5.Aktivitas Fisik
A. KERANGKA KONSEP
B. HIPOTESIS PENELITIAN
1. Ada pengaruh pola aktivitas fisik terhadap status gizi lansia di Kecamatan Klojen, Kota Malang
2. Ada pengaruh penyakit degenerative (diabetes mellitus) terhadap status gizi lansia di Kecamatan Klojen, Kota Malang
BAB IVMETODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif analitik yaitu menjelaskan pengaruh pola aktivitas dan penyakit infeksi / degeneratif (diabetes mellitus) terhadap status gizi lansia. Pendekatan yang digunakan adalah cross-sectional karena penelitian ini diambil pada satu periode.
B. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang ada di Kecamatan Klojen, Kota Malang yang berjumlah 150 orang.
2. Sampel
C. VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel Bebas
Dalam penelitian ini yang termasuk variable bebas yaitu pola aktivitas dan penyakit infeksi/degenerative (diabetes mellitus)
2. Variabel Terikat
Dalam penelitian ini yang termasuk variable terikat yairu status gizi lansia.
D. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Klojen, Kota Malang
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Desember 2013
E. ALAT INSTRUMENT PENELITIAN
Alat / instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
•Timbangan injak dengan merk “chamry” dengan kapasitas 120 kg dan ketelitian 0,5 kg untuk mengukur berat badan.
•Microtoice dengan merk “One Med” kapasitas 200 cm dan ketelitian 0,1 cm untuk mengukur tinggi badan.
•Form WFR untuk mencatat berat makanan yang dikonsumsi
•Timbangan makanan untuk menimbang makanan yang akan dikonsumsi dan sisa makanan yang telah dikonsumsi.
F. DEFINISI OPERASIONALVariabel Indikator Metode Referensi
Status Gizi IMT< 18,5 (underweight)18,5 – < 23 (healthyweight)23 - < 25 (overweight)25 - < 30 (obese class I)≥ 30 (obese class II)
Antropometri WHO for Asian
Tingkat Konsumsi AKG100% AKG (baik)80 – 99% AKG (sedang)70 – 80% AKG (kurang)< 70% AKG (defisit)
Food Record(WFR)
Depkes RI 1990
Penyakit Infeksi / Degeneratif (Diabetes Melitus)
NormalLebih dari normal
Biokimia Hb A1C Harper
Aktivitas Fisik In active = 0Moderate In Active = 1Moderate Active = 2Active = 3
Questionnaire yang di scoring
GPPAQ 2009
Tingkat Pendapatan Diatas UMRDibawah UMR
Questionnaire Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989
G. PROSEDUR PENELITIAN / PENGUMPULAN DATA
Data primer
1)Data identitas sampel dan riwayat personal diperoleh melalui wawancara langsung dengan sampel dengan menggunakan form identitas.
2)Data pola makan diperoleh dengan menggunakan metode food record (WFR) sebanyak 2 kali tidak berturut-turut, dikumpulkan dengan menggunakan form WFR.
3)Data antropometri meliputi data berat badan diperoleh dengan menimbang sampel secara langsung dengan menggunakan timbangan injak, data tinggi badan diperoleh dengan mengukur tinggi badan sampel dengan menggunakan microtoice.
4)Data pola aktivitas fisik dengan melakukan wawancara.
Data sekunder
•Data tentang jumlah keseluruhan lansia dikumpulkan dengan cara pencatatan maupun mengutip dari laporan demografi kecamatan klojen, kota malang.
•Pengumpulan data akan dilakukan oleh peneliti dan enumerator berjumlah 12 orang mahasiswa Program Studi Gizi Kesehatan semester I. Enumerator sebelumnya akan diberikan pelatihan dalam melakukan pengumpulan data penelitian ini.
H. ANALISIS DATA
Data yang telah dikumpulkan tersebut, kemudian diolah dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Untuk mengetahui pengaruh pola aktivitas dan penyakit infeksi/degenerative (diabetes mellitus) terhadap status gizi lansia di kecamatan klojen, kota malang, akan dianalisis dengan menggunakan uji spearman.
DIRECT DAN PROXY INDIKATOR
Direct indicator atau indikator langsung adalah variable langsung atau merupakan point utama dari penelitian yang dapat atau biasanya diukur secara langsung, oleh karena itu sulit untuk mengukurnya.
Proxy indikator atau indikator tidak langsung adalah variabel tidak langsung yang dianggap representative untuk suatu pengukuran indikator dalam penelitian, digunakan untuk mengukur perubahan atau hasil dimana pengukuran langsung tidak memungkinkan/layak diperoleh indikatornya agar lebih memudahkan untuk menilai.
Mengapa menggunakan proxy indikator: Subyek sulit diukur secara langsung. Umumnya terjadi pada subyek-subyek yang kualitatif sifatnya, seperti perubahan perilaku, kondisi hidup, tata kelola yang baik, dll. Subyek bisa diukur secara langsung, namun terlalu sensitif untuk dilakukan. Misalnya, untuk mengukurpendapatan, intervensi HIVAIDS, pemberdayaan perempuan di kesehatan reproduksi, dll.
Penggunaan proxy indicator dapat lebih cost effective daripada penggunaan direct indicator. Dalam konteks ini, biasanya proxy indicator digunakan tidak untuk mencari scientifically reliable data, namun untuk kebutuhan informasi manajemen.indikator ini lebih baik dalam mempresentasikan informasi dan upaya yang dibutuhkan dalam memperoleh data
DAFTAR PUSTAKA
Fauzian, Nurhakim Ramdani dkk.2013. Indikator Pengukuran Potensi Wilayah dan Daerah Di Indonesia. http://nurhakimramdani.blogspot.com/2013/06/indikator-pengukuran-potensi-wilayah.html diakses pada 28 Oktober 2013
________ MDF Tool: Indicators. 2013. http://www.undg.org/docs/11652/MDF-Indicators-Brief-%282005%29.pdf diakses pada tanggal 28 Oktober 2013