Sri Yeni Oktanovia 18441 Makalah
-
Upload
sriyeni-neo-na-hamkke -
Category
Documents
-
view
139 -
download
9
Transcript of Sri Yeni Oktanovia 18441 Makalah
Makalah
Ikan Teri dapat Meningkatkan Ketahanan Email
Gigi
Oleh
SRI YENI OKTANOVIA
NIM. 18441/2010
Pendidikan Kimia
Dosen : 1. Dra. Iryani, M.S
2. Edi Nasra, S.Si, M.Si
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Padang
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah seminar kimia yang
berjudul “Ikan Teri dapat Meningkatkan Ketahanan Email Gigi”
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Kimia
yang merupakan mata kuliah wajib untuk mahasiswa program studi Pendidikan
Kimia. Saran, bimbingan dan bantuan senantiasa datang secara moril maupun
materil, secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan makalah ini.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Iryani, M.S, dan Bapak Edi Nasra, S.Si, M.Si sebagai Dosen
Pembimbing.
2. Rekan-rekan mahasiswa pendidikan kimia yang telah memberikan
masukan dalam penulisan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian makalah
ini.
Penulis sudah mengupayakan sedemikian rupa agar makalah ini sempurna
dengan berpedoman kepada beberapa buku sumber dan konsultasi dengan dosen
yang menguasai bidang makalah ini. Tetapi, tak ada gading yang tak retak.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat dijadikan acuan atau pedoman untuk
penulisan makalah lanjutan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Batasan Masalah...........................................................................................1
C. Perumusan Masalah......................................................................................2
D. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
E. Manfaat Penulisan.........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
A. Struktur Gigi.................................................................................................3
B. Email Gigi...................................................................................................11
1. Komposisi Email Gigi.............................................................................11
2. Struktur Email.........................................................................................12
3. Sifat Fisik Email.....................................................................................14
4. Penyakit yang Berhubungan dengan Email Gigi....................................15
C. Ikan Teri......................................................................................................17
D. Hidroksiapatit..............................................................................................20
1. Pengertian Hidroksiapatit........................................................................20
2. Karakteristik Hidroksiapatit....................................................................20
3. Kelebihan dan Kelemahan Hidroksiapatit...............................................21
4. Aplikasi Hidroksiapatit dalam dunia medis sebagai bahan implan tulang...................................................................................................................22
ii
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................26
BAB IV PENUTUP..............................................................................................35
A. Simpulan.....................................................................................................35
B. Saran dan Rekomendasi..............................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Dentin.....................................................................................................5
Gambar 2. Anatomi Gigi dan Bagiannya.................................................................6
Gambar 3. Batang email dari permukaan email dengan etsa asam........................13
Gambar 4. Line of Retzius dan Dentino Enamel Junction....................................14
Gambar 5. Struktur Kristal email...........................................................................14
Gambar 6. Struktur Hidroksiapatit Scaffold.........................................................23
Gambar 7. Struktur matriks tulang........................................................................24
Gambar 8. Struktur Kristal apatite.........................................................................25
Gambar 9. Struktur mikro dengan (PO4)3- (ungu-merah), Ca2+ (hijau), OH- (merah
putih)......................................................................................................................25
Gambar 10. Reaksi penggantian OH- dengan flour...............................................27
Gambar 11. Reaksi kimia pelepasan kalsium dari email gigi................................28
Gambar 12. Wujud fluorapatite.............................................................................29
Gambar 13. Grafik XRD dari kristal HA dari kelompok pH 7.0...........................32
Gambar 14. A : elektromikrograf kristal HA, (bar = 100 nm) (Gunawan)4........33
B : skematik unit sel kristal HA, bentuk heksagonal. (Gunawan)4.......................33
C : penampang unit sel kristal dengan kedudukan OH di sumbu c (Eastoe)15.....33
Gambar 15. Pada gambar kiri skematik kedudukan ion OH dalam kolom sumbu c Pada gambar kanan, substitusi F akan menyebabkan elongasi c, namun a
mengecil, sehingga kolom menjadi kompak. (Calderý´n L)17.............................33
Gambar 16. Skema proses ikan teri sehingga dapat meningkatkan ketahanan email gigi.........................................................................................................................34
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kandungan gizi ikan teri basah, ikan teri kering tawar dan ikan teri asin / 100 g ikan teri..............................................................................................18
Tabel 2. Kandungan nutrisi ikan teri segar dalam 85 gram...................................19
Tabel 3. Hasil pengkuran panjang a dan c serta besar kelarutan apatit dalam asam................................................................................................................................30
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Email gigi merupakan suatu jaringan paling keras pada tubuh
manusia, dimana unsur anorganiknya terutama tersusun dari kristal
hidroksi apatit : Ca10(PO4)6.(OH)2. Salah satu kelemahan email adalah
bahwa email tidak tahan terhadap asam. Penyakit karies email dapat terjadi
karena pelarutan jaringan email oleh asam yang dihasilkan oleh mikroba
rongga mulut. Tingkat penyakit karies di Indonesia sangat tinggi,
berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1997
didapatkan angka prevalensi karies sebesar 90,05%.
Salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan email terhadap
asam adalah dengan fluoridasi, baik secara sistemik maupun secara
topikal. Pada fluoridasi dilakukan pemberian ion fluor dengan tujuan
mengubah kristal hidroksi apatit (HA) dari email akan menjadi fluoroapatit
(FA) atau fluorohidroksi apatit (FHA). Biasanya kita memakai pasta gigi
yang mengandung flour untuk mempertahankan email gigi. Ternyata
selain flour pada pasta gigi, ada bahan alam yang mengandung fluor cukup
tinggi, salah satunya adalah ikan teri (Stolephorus sp) yang banyak
terdapat di Indoneisa dan umum dikonsumsi oleh masyarakat. Ikan teri
mengandung fluor sebanyak 15,7 – 38,3 ppm yang terutama berbentuk
senyawa CaF2.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk membuat karya tulis
yang berjudul, “Ikan Teri dapat Meningkatkan Ketahanan Email Gigi”.
B. Batasan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka masalah pada makalah ini
dibatasi pada:
1
2
1. Mekanisme senyawa flouroapatit sehingga dapat
mempertahankan email gigi.
2. Hal-hal yang dapat menyebabkan ikan teri dapat meningkatkan
ketahanan email gigi.
C. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana mekanisme fluoroapatit sehingga dapat meningkatkan
ketahanan email gigi?
2. Apa yang dapat menyebabkan ikan teri dapat meningkatkan
ketahanan email gigi?
D. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimana flour pada ikan teri dapat meningkatkan
ketahanan email gigi
2. Menginformasikan kepada pembaca tentang manfaat ikan teri
E. Manfaat Penulisan
Untuk memberikan informasi pada masyarakat agar melakukan upaya
menjaga ketahanan email gigi, salah satunya dengan mengkonsumsi ikan
teri.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Struktur Gigi
Gigi didukung oleh suatu jaringan yang disebut periodonsium.
Periodonsium terdiri dari gingiva, tulang alveolar, ligament periodontal,
dan sementum, inilah yang dikenal dengan gusi. Gambaran dari anatomi
gigi dan bagiannya dapat dilihat pada gambar 2.
Macam-macam gigi yang dimiliki manusia adalah gigi seri
(Incicivus = I), gigi taring (Caninus = C), gigi geraham pertama (Premolar
= P) dan gigi geraham tetap (Molar = M). Gigi terdiri atas 3 bagian yaitu
mahkota gigi (Korona), leher gigi dan akar gigi (Radilis). Bagian terluar
mahkota gigi dilapisi oleh email atau glazur (Enamel). Dari bagian dalam
email terdapat tulang gigi (dentin) dan pada bagian yang paling dalam
terdapat sumsum gigi (Pulpa). Email merupakan lapisan keras yang
menutupi mahkota gigi. Kekerasan email gigi ini dimungkinkan oleh
bahan pembentuk email itu sendiri yang berupa struktur kristalin (kristal
hidroksiapatit) dimana 96% terdiri dari bahan anorganik, 1% organik dan
sisanya adalah air. Kandungan pembentuk tersebut membuat sifat dari
email gigi mendekati sifat keramik yang kita ketahui biasa digunakan
sebagai pelapis terluar dari pesawat ulang alik luar angkasa. Dentin
merupakan jaringan yang berwarna kekuningan yang membentuk gigi.
Sementum merupakan jaringan semacam tulang yang menutupi akar gigi.
Pulpa merupakan suatu rongga pada bagian tengah gigi yang berisi serabut
saraf dan pembuluh darah.
Email menutupi mahkota anatomis gigi dengan ketebalan yang
berbeda-beda di daerah-daerah tertentu, email paling tebal di daerah
permukaan kunyah gigi (di insisal gigi insisif dan oklusal gigi molar), dan
semakin kebawah makin menipis. Ketebalan juga berbeda-beda pada jenis
gigi yang berbeda, yaitu:
- Incisal ridge insisif = ± 2 mm
3
4
- Cusp premolar = 2.3 – 2.5 mm
- Cusp molar = 2.5 – 3 mm
Komposisi dentin juga berbanding terbalik dengan email dimana
dentin terdiri dari 85% material organik, ini sebabnya dentin bersifat
sedikit lebih lunak dari email. Bentuk dentin yang “berpori” karena
tersusun dari tubuli dentin menyebabkan dentin lebih sensitif terhadap
rangsang suhu (panas – dingin) maupun kimia. Inilah sebabnya dentin
menjadi lapisan kedua gigi dan memiliki pelapis sekaligus pelindung. Pada
bagian mahkota gigi, dentin dibatasi dan dilapisi oleh email, sedangkan
pada bagian akar gigi maka dentin dibatasi oleh lapisan tipis sementum.
Pada sumsum tulang gigi terdapat kapiler arteri dan vena serta
saraf. Bagian terluar akar gigi tidak memiliki email tetapi memiliki lapisan
semen. Bagian akar gigi tertanam dalam tulang rahang yang ditutupi oleh
gusi (Gingiva).
Struktur dentin hampir sama dengan tulang, pada bagian mahkota
gigi diselubungi oleh email dan pada bagian akar oleh semen. Ada
beberapa jenis dentin yaitu primer dentin, adalah dentin yang dibentuk
waktu masih dalam kandungan. Sekunder dentin (Irregular dentin), yaitu
dentin yang terbentuk karena pacuan-pacuan yang dialami oleh
odontoblast misalnya oleh rangsangan: mekanis, panas, dan kimia. Tertier
dentin, terbentuk karena adanya rangsangan terhadap odontoblast pada
perawatan endodonti. Pembentukan dentin dikenal sebagai dentinogenesis.
Bahan warna kuning tersusun atas 70% bahan anorganik, 20% bahan
organik, dan 10% air. Karena lebih lembut daripada email, dentin
membusuk lebih cepat dan menjadi sasaran lubang hebat jika tak dirawat
sebagaimana mestinya. Namun tetap berlaku sebagai lapisan protektif dan
menyokong mahkota gigi.
5
Dentin merupakan jaringan konektif termineralisasi dengan matrik
organik protein berkolagen. Komponen anorganik dentin terdiri atas
dahllite. Dentin mengandung struktur mikroskopis yang disebut pipa
dentin yang merupakan kanal berukuran kecil yang menyebar ke luar
melalui dentin dari lubang pulpa pada batas semen luar. Kanal-kanal itu
memiliki konfigurasi berbeda antara lain dalam jarak diameter antara 0,8
dan 2,2 mikrometer. Panjangnya tergantung radius gigi. Gambar dentin
yang terdiri dari berbagai tubulus dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Dentin
Pulpa gigi adalah suatu jaringan lunak yang terletak di daerah
tengah pulpa yang merupakan saraf gigi. Jaringan pulpa membentuk,
mendukung, dan dikelilingi oleh dentin. Fungsi utamanya adalah untuk
membentuk odontoblast yang akan membentuk dentin dan fungsi
sekundernya berkaitan dengan sensitivitas gigi, hidrasi dan pertahanan.
Cedera terhadap pulpa akan mengakibatkan ketidaknyamanan.
6
Gambar 2. Anatomi Gigi dan Bagiannya
Pembentukan struktur gigi yang sehat dan sempurna
didukung oleh terpenuhinya zat-zat makanan berupa protein,
kalsium, fosfat, dan vitamin (seperti vitamin C dan vitamin D).
a) Protein
Protein merupakan zat pembangun jaringan tubuh. Pada
gigi protein digunakan untuk pembentukan keratin yang
terdapat dalam email gigi. Protein berasal dari sumber-sumber
makanan hewan dan tumbuhan. Daging, ikan, susu serta
produk olahan susu memiliki kandungan protein sangat tinggi.
Buah dan sayuran tertentu juga ada yang mengandung protein
tetapi dalam jumlah yang sedikit. Polong- polongan, padi-
padian, dan kacang-kacangan bisa membantu Anda memenuhi
kebutuhan protein yang dibutuhkan oleh tubuh Anda.
Protein juga berperan dalam perkembangan tubuh yaitu
penting bagi pertumbuhan, pemulihan dan memelihara
struktur tubuh. Kebutuhan protein perharinya adalah sekitar
0,8 g/kg berat badan/hari.
7
b) Kalsium
Kalsium adalah bahan penting untuk pembentukan
gigi, terutama pembentukan dentin (bagian tengah gigi) dan
email (bagian luar gigi). Selain itu, kalsium berguna untuk
pertumbuhan mahkota gigi tetap. Asupan kalsium yang kurang
pada masa pertumbuhan (bayi dan anak) dapat mengganggu
pertumbuhan gigi. Bisa juga, gigi yang terbentuk menjadi
tidak kokoh atau rapuh. Adapun bahan makanan yang
mengandung sumber kalsium adalah susu, keju, teri kering,
udang kering, kacang kedelai, sayuran berdaun hijau, rumput
laut, tahu, sarden, salmon, almond, dan biji-bijian, telur, ikan
teri, ikan pepes yang dimakan sama tulangnya. Setiap hari,
tubuh memerlukan paling tidak 1000 mg kalsium. Sehingga
sangatlah penting mengkonsumsi makanan-makanan tersebut
karena didalamnya terdapat banyak kalsium yang diperlukan
gigi.
Para pakar penelitian mengatakan bahwa air liur
mengandung kalsium yang dapat membentengi email dari
kerusakan gigi. Itulah yang menjadi pertimbangan lain para
pakar peneliti menyarankan untuk banyak mengunyah.
Karena semakin banyak mengunyah, semakin banyak pula
air liur yang yang keluar. Dalam 5 menit mengunyah,
air liur yang tertinggal di mulut jumlahnya ratusan kali
lebih banyak dibandingkan saat diam (tidak mengunyah)
sehingga kesehatan gigi akan lebih terjaga.
c) Magnesium
Magnesium termasuk di dalam kelompok makromi-
neral yang merupakan komponen dari gigi, berfungsi mence-
gah kerusakan gigi dengan cara menahan kalsium di dalam
8
email gigi. Angka kecukupan yang dianjurkan adalah 4,5
mg/kg BB atau untuk orang dewasa pria sebanyak 280
mg/hari dan wanita 250 mg/hari. Namun ada pula yang
mengatakan bahwa tubuh memerlukan paling tidak 320 mg
magnesium setiap harinya. Makanan yang mengandung
magnesium di antaranya kacang-kacangan, ikan tuna, bayam,
oatmeal, pisang, jeruk atau stroberi, sayuran hijau, serealia,
biji-bijian, daging, dan susu.
d) Fosfor
Sama halnya seperti kalsium, fosfor juga sangat diperlu-
kan dalam pembentukan gigi. Zat ini banyak ditemukan pada
susu. Asupan fosfor yang kurang akan mengganggu proses
pembentukan gigi. Akibat asupan fosfor yang kurang pula,
gigi akan mudah keropos dan gampang terkena karies.
Angka kecukupan asupan fosfor adalah 200-250 mg/hari
untuk bayi, 250-400 mg/hari untuk anak-anak, sedangkan
remaja dan orang dewasa dianjurkan mengonsumsi 400-500
mg/hari, dan untuk ibu hamil/menyusui ditambah 200-300
mg/hr. Bahan-bahan makanan lain yang mengandung fosfor
antara lain: susu, keju, ikan teri, sarden, dan kacang-kacangan.
e) Fluor
Fluor termasuk golongan mikromineral yang berperan
dalam proses mineralisasi dan pengerasan email gigi.
Dalam hal ini, fluor juga merupakan unsur penting dalam
pembentukan gigi dan tulang. Ada beberapa peran fluor
dalam gigi, yaitu untuk pembentukan email gigi, memperkuat
struktur gigi hingga membuat gigi lebih tahan terhadap
pengikisan oleh asam. Flour berperan mengurangi kemampuan
9
bakteri di gigi membentuk asam. Oleh karena itu, penggunaan
flour diperlukan untuk mengurangi timbulnya kerusakan gigi
dan mencegah karies. Kandungan flour banyak terdapat di
semua sumber air, termasuk laut apabila terjadi perubahan
warna gigi, itu merupakan pertanda giginya kekurangan flour.
Kondisi semacam ini biasanya terjadi di daerah yang airnya
mengandung sedikit fluor.
Pada saat gigi dibentuk, yang pertama kali terbentuk
adalah hidroksiapatit yang terdiri dari kalsium dan fosfor.
Tahap berikutnya adalah fluor akan menggantikan gugus
hidroksi (OH) pada kristal tersebut dan membentuk
fluoroapatit yang menjadikan gigi tahan terhadap kerusakan.
Paparan fluor dalam dosis rendah yang terjadi terus-
menerus akan mencegah terjadinya kerusakan atau karies
gigi. Sumber utama dari fluor adalah air minum. Sementara
angka kecukupan yang dianjurkan dan aman adalah 1,5-4
mg/hari.
Fluor yang (tidak sengaja) masuk dan terakumulasi
dalam tubuh, bisa menyebabkan keracunan yang ditandai
dengan gejala pusing, mual, muntah, bahkan kejang-kejang.
Untuk penanganan awal, sebaiknya segera minum susu
karena kandungan susu bisa menghambat dampak lebih jauh
dari keracunan fluor. Tentu saja penanganan selanjutnya
adalah segera ke dokter.
f) Vitamin
Vitamin adalah zat yang dalam jumlah kecil diperlukan
untuk kesehatan tubuh. Kekurangan zat ini tentu dapat
menghambat metabolisme, memyebabkan kelelahan, dan
masalah kesehatan lainnya. Defisiensi vitamin tertentu dapat
10
menimbulkan penyakit yang hanya dapat sembuh dengan
pemberian vitamin. Vitamin memiliki fungsi yang sangat
bervariasi dan berperan dalam pertumbuhan, melahirkan
keturunan yang sehat serta menjaga kesehatan. Vitamin sangat
penting dalam metabolisme tubuh, yang memungkinkan
tubuh menggunakan zat nutrisi penting seperti karbohidrat,
lemak, protein dan mineral. Beberapa vitamin dapat juga
meningkatkan nafsu makan, membantu pencernaan dan
sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri. Vitamin
sangat penting karena berbagai alasan. Mereka mempertahan-
kan semuanya, mulai dari sistem kekebalan dan pencernaan
yang sehat sampai kulit yang bagus. Adapun beberapa vitamin
yang menunjang kesehatan gigi, diantaranya:
Vitamin C
Pada area gigi dan mulut, vitamin C berguna untuk memben-
tuk kolagen, serat, struktur protein. Kolagen dibutuhkan untuk
pembentukan tulang dan gigi dan juga untuk membentuk jari-
ngan bekas luka. Vitamin C juga meningkatkan ketahanan tu-
buh terhadap infeksi dan membantu tubuh menyerap zat be-
si. Fungsi lain dari vitamin C adalah: mempengaruhi pembu-
atan trombosit, mengaktifkan perombakan lemak dan protein,
berperan dalam oksidasi dan dehidrasi sel. Defisiensi vitamin
C dapat menyebabkan pendarahan disekitar gigi, pendarahan di
bawah kulit, merendahkan hipertensi dan menambah permi-
bialitas dinding pembuluh darah, mudah infeksi pada luka, gusi
berdarah, rasa nyeri pada persendian, dan lain-lain. Jeruk me-
rupakan sumber utama vitamin C. Brokoli, sayuran berwarna
hijau, kol (kubis), melon dan strawberi mengandung vitamin C
11
bermutu tinggi. Sumber lain juga banyak diperoleh dari
jambu klutuk atau jambu batu, tomat, nanas,sayur segar, dan
lain sebagainya.
Vitamin D
Konsumsi vitamin D bermanfaat untuk menunjang proses
metabolisme dari mineral, terutama kalsium dan fosfor.
Vitamin D bekerja pada mineralisasi tulang dan gigi dengan
meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfor di dalam sistem
pencernaan. Penyebab kekurangan vitamin D sama dengan
gejala kekurangan kalsium. Pada gigi, penyakit yang
ditimbulkan akibat kekurangan vitamin D adalah gigi akan
lebih mudah rusak. Untuk mencegah hal tersebut, sebaiknya
mengkonsumsi minyak ikan, susu, telur, keju, dan margarine
yang diperkaya dengan vitamin D (Daniel M. Laskin, 1985).
B. Email Gigi
1. Komposisi Email Gigi
Email yang berasal dari lapisan epitel ektodermal adalah lapisan
terluar gigi yang hanya menyelubungi mahkota gigi, dan merupakan
struktur terkeras dari tubuh. Email mengandung lebih sedikit bahan
organik dibanding jaringan lain dalam tubuh, 96% nya terdiri dari bahan
inorganik, sedangkan 4% sisanya terdiri dari air dan materi organik
fibrosa. Komponen inorganik email terdiri dari PO4-9, Ca2+, CO2, Na+, dan
lain-lain. Persentase kandungan kalsium dalam email adalah 35,8%,
sedangkan kandungan fosfatnya berjumlah 17,4%. Kalsium dan fosfat
membentuk Kristal hidroksiapatit (Crystals of hydroxyapatite,
(Ca10(PO4)6.(OH)2)) yang juga ditemukan pada tulang, kartilago
12
terkalsifikasi, dentin, dan cementum. Materi organik email tidak
mengandung kolagen, melainkan suatu protein bermolekul tinggi yaitu
enamelin yang terdiri dari asam aspartat, serin, glisin, prolin dan asam
glutamat. Enamelin mengelilingi kristal, mengisi ruangan yang ada di
antara kristal-kristal tersebut, dan terus menetap pada email yang telah
dewasa.
Komposisi mineral anorganik dalam jumlah terbesar yaitu Ca2+,
PO49-, CO2, Na+, Mg2+, Cl- dan K+ sedangkan dalam jumlah kecil yaitu F-,
Fe2+, Mn2+, Ag+, Zn2+. Ion kalsium dan fosfat merupakan komponen
anorganik yang penting dalam kr istal hidroksiapatit.
Email (ename) merupakan bahan yang paling keras yang melapisi
korona detis. Bagian ini mengandung kalsium, fosfat dan florida. Lapisan
ename melindungi permukaan gigi yang digunakan untuk menggigit dan
mengunyah.
2. Struktur Email
a. Enamel Rod ( Batang Email )
Unit dasar email disebut enamel rod, berdiameter 4-8 m,
merupakan massa kristal-kristal hidrosiapatit yang terkemas rapat dalam
pola yang terorganisir. Arah kristal hidroksiapatit yang menyusun batang
email mempengaruhi beberapa sifat email, seperti kekuatan, daya tahan
terhadap asam,dan lain-lain. Pada potongan melintang, batang email
terlihat seperti lubang kunci, dimana kepalanya mengarah ke mahkota gigi,
sedangkan bagian bawahnya mengarah ke akar gigi. Batang email berjalan
dari perlekatan email-dentin ( Dentinoenamel Junction atau DEJ ) sampai
ke permukaan gigi dengan interrod substance diantaranya. Gambaran dari
batangan email ini dapat dilihat pada gambar 3.
13
Kristal-kristal pada batang email dan interrod enamel dipisahkan
oleh sarung batang ( Rod Sheath ). Pembatas atau sarung ini mengandung
lebih banyak protein email. Setiap batang dibentuk oleh satu ameloblas.
Ameloblas berbentuk silindris tinggi, puncaknya ( ke arah dentin )
memanjang sebagai prosesus Tomes.
Gambar 3. Batang email dari permukaan email dengan etsa asam.
Gambar diambil dengan SEM. ( h t t p : // www. i o b . u i o . n o)
b. Striae of Retzius ( Garis retzius )
Merupakan garis pertumbuhan incremental atau bertambah.
Secara longitudinal terlihat sebagai pita-pita gelap yang merefleksikan
bidang berbentuk email yang berturut-turut. Secara melintang terlihat
seperti cincin konsentris. Struktur dari garis Retzius ini masih
belum jelas. Garis ini terlihat secara jelas pada gigi permanen, tetapi
kurang jelas pada gigi susu setelah lahir dan jarang pada gigi susu
sebelum lahir. Gambaran dari struktur kristal email dapat dilihat pada
gambar 5 dan gambaran dari garis retzius dapat dilihat pada gambar 4.
c. Bands of Hunter-Schreger ( Garis Hunter-Schreger )
Merupakan fenomena optis yang disebabkan pergantian
arah batang-batang email. Garis ini terlihat sebagai garis terang
gelap.
14
Gambar 4. Line of Retzius dan Dentino Enamel Junction
Gambar 5. Struktur Kristal email
3. Sifat Fisik Email
Sifat fisik email berkaitan dengan susunan kimiawi email dan
derajat mineralisasinya. Besarnya jumlah mineral pada email berpengaruh
pada kekuatannya, membuat email bersifat sangat keras. Kekerasannya
sangat tinggi, kekuatan tarik rata-rata 100 kg/cm, tahanan kompresi
mencapai 2110-3500 kg/cm. Semakin ke arah dentin, kekerasan email
semakin berkurang.
Selain itu, sifat fisik email juga dipengaruhi struktur mikro
dan orientasi batang email. Kekerasan dan modulus elastis lebih rendah
pada indentasi uji kekerasan yang dibuat tegak lurus terhadap sumbu
batang email. Kekerasan dan modulus elastis semakin meningkat dari
DEJ ke arah permukaan gigi. Kekerasan email juga dipengaruhi faktor
15
usia, dimana email orang muda lebih lunak daripada orang tua. Adanya
difusi ion-ion pada saliva ke dalam email juga dapat meningkatkan
kekerasannya.
Terdapat dua proses terkait usia yang mempengaruhi email, yang
pertama yaitu berkurangnya matriks berprotein disepanjang batas batang
karena maturasi dan konsumsi bahan-bahan yang menurunkan pH mulut.
Kedua, pajanan terus-menerus terhadap ion- ion mineral dan fluoride
dalam lingkungan mulut dapat meningkatkan penggantian matriks
oleh fluoroapatit, menyebabkan peningkatan kepadatan jaringan serta
penurunan permeabilitas email.
Faktor-faktor seperti pH, lingkungan cair, dan temperatur juga
mempengaruhi sifat-sifat fisik, misalnya modulus elastis, kekerasan, serta
kekasaran permukaan dari email.
Email bersifat semitranslusen, dan warna normalnya bervariasi
dari kuning terang sampai putih keabu-abuan. Hal ini dipengaruhi oleh
variasi ketebalan email yang merefleksikan warna dentin di bawahnya.
Email paling tebal terdapat pada cusp dan tertipis terdapat pada bagian
cemento-enamell junction (CEJ).
4. Penyakit yang Berhubungan dengan Email Gigi
Penyakit yang berhubungan dengan email gigi adalah karies gigi
dan gingivitis. Caries gigi (gigi berlubang) merupakan kerusakan enamel,
dentil dan semen yang berlangsung secara progresif. Insiden pembentukan
caries gigi yang paling tinggi terdapat pada usia kanak-kanak. Setelah usia
25 tahun jarak terbentuk caries yang baru sekalipun lubang-lubang lama
akan melebar.
Terdapat beberapa stadium caries menurut Syamsul Adam, 1995, yaitu :
I. Email menjadi menipis
16
II. Email menjadi keropos, lubang yang dalam, di mana bakteri bisa
berkembang
III. Kadang-kadang dari luar kelihatan bagus, tapi sudah merasa
sakit, ini suatu tanda pengrusakan sudah sampai di urat saraf gigi
(pulpis)
IV. Urat saraf mati, menjadi busuk yang disebut gangren. Baunya
sangat busuk, terjadi pembengkakan yang sakit.
Tanda dan gejala caries berdasarkan stadium pembentukan dapat
digolongkan menjadi dua golongan. Dalam stadium I/II gigi belum
menunjukkan gejala sakit, terasa sakit sewaktu minum es, minum yang
panas, atau masuknya sisa makanan ke dalam lubang gigi tersebut.
Sedangkan untuk stadium II/IV trerdapat gejala gigi terasa sakit sekali,
pipi bengkak, panas, keadaan umum lemah (terjadi pepsi/keracunan
darah), nanah menjadi jalan keluar, dapat melalui gigi menembus tulang
rahang dan gusi.
Walaupun caries gigi merupakan penyakit yang 98% menyerang
manusia, tetapi timbul caries dapat dicegah antara lain dengan pemberian
fluorisasi untuk menguatkan gigi, sikat gigi yang efisien untuk melepaskan
dental plaugue/plag gigi, perubahan diet (mengurangi jumlah maupun
frekuensi gula pasir) dan perawatan gigi yang terakhir.
Gingivitis adalah suatu inflamasi pada jaringan gusi, merupakan
penyakit penyangga gigi yang paling ringan.
Faktor-faktor penyebab :
a. faktor lokal adalah plag, impaksi makanan, karies dan tambalan yang
berlebihan.
b. Faktor Sistemik adalah penurunan daya tahan tubuh seseorang
17
C. Ikan Teri
Ikan teri atau disebut juga anchovy (Engraulis sp) adalah ikan
berukuran kecil yang mudah dikumpulkan dengan cahaya lampu. Menurut
Hardenberg (1934) dalam buku Pendidikan Keterampilan Perikanan II
karangan Karwapi,1979 di Indonesia terdapat Sembilan jenis ikan teri
yaitu Stolephorus baganensis, S. tri, S. insularis, S. indicus, S. comersonii,
S. heterolobus, S. pseudoheterolobus, S. celebicus, dan S. Zollingeri. Pada
siang hari ikan teri tinggal pada perairan yang dalam sedangkan sore hari
dan menjelang malam mereka berenang ke daerah permukaan. Jika di
malam hari dipasang lampu, ikan teri biasanya menjadi sangat aktif
terutama di sekitar cahaya berintensitas tinggi.
Ikan yang mula-mula datang ke sekitar lampu adalah ikan julung-
julung, kemudian diikuti ikan cumi-cumi, ikan lemuru, dan ikan teri.
Kemungkinan berkumpulnya di daerah sumber cahaya bergantung kepada
jenis ikan terinya sendiri, lamanya penyinaran, intensitas cahaya, dan letak
pemasangan lampu. Sifat phototaksis ikan teri ini biasanya makin lama
makin menurun. Setelah beberapa saat pemasangan lampu, ikan akan
segera menjauh kembali dari sumber cahaya. Hal ini terbukti dari hasil
penelitian dengan mempergunakan alat bagan yang makin lama makin
menurun. Ikan teri pada umumnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Ikan teri akan tertarik cahaya lampu secara maksimum pada waktu
sebelum tengah malam
b. Ikan teri lebih aktif pada waktu sebelum tengah malam
c. Ikan teri berkumpul di sekitar lampu untuk mencari makanan
d. Phototaksis positif dari ikan teri hanya berlangsung dalam waktu
yang terbatas (sementara).
18
Adapun sistematika dan klasifikasi ikan teri jengki menurut Saanin
(1984) adalah sebagai berikut:
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Malacopterygii
Famili : Clupeidae
Genus : Stolephorus
Spesies : S insularis
Berikut akan digambarkan kandungan gizi ikan teri basah, ikan teri
kering tawar, dan ikan teri asin/ 100 g ikan teri seperti terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kandungan gizi ikan teri basah, ikan teri kering tawar dan ikan teri asin
/ 100 g ikan teri :
Kandungan gizi Ikan Teri Basah Ikan Teri Kering
Tawar
Ikan Teri Asin
Energi (Kkal) 77 331 193
Protein (gr) 16 68,7 42
Lemak (gr) 1 4,2 1.5
Karbohidrat (gr) 0 0 0
Kalsium (mg) 500 2381 2000
Besi (mr) 1 23,40 2,5
Fosfor (mg) 500 1500 300
Vit A (RE) 47 62 -
Vit B (mg) 0,05 0,10 0,01
Vit C (mg) 80 16,70 0
19
Sedangkan menurut sumber yang lainnya kandungan nutrisi dalam
85 gram ikan teri segar ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2. Kandungan nutrisi ikan teri segar dalam 85 gram
Komponen Kandungan (85 gram)
Calories 111.35
Total Fat 4.114 g
Saturated Fat 1.09 g
Monounsaturated Fat 1.005 g
Polyunsaturated Fat 1.391 g
Cholesterol 51 mg
Sodium 88.4 mg
Total Carbohydrate 0 g
Dietary Fiber 0 g
Sugars 0 g
Protein 17.298 g
Vitamin A 42.5 IU
Vitamin C 0 mg
Calcium 124.95 mg
Iron 2.763 mg
Adanya variasi dalam komposisi kimia maupun komposisi penyusun-
nya disebabkan karena faktor biologis dan alami. Faktor biologis antara lain
jenis ikan, umur dan jenis kelamin. Faktor alami yaitu faktor luar yang tidak
berasal dari ikan, yang dapat mempengaruhi komposisi daging ikan. Golongan
faktor ini terdiri atas daerah kehidupannya, musim dan jenis makanan yang
tersedia.
20
D. Hidroksiapatit
1. Pengertian Hidroksiapatit
Hidroksiapatit (HA), Ca10(PO4)6(OH)2 merupakan komponen mineral
utama bagi tulang manusia dan gigi. Hidroksiapatit merupakan suatu kalsium
fosfat keramik yang terdiri atas kalsium (Ca) dan fosfat (P) dan berasal dari
rangka sejenis binatang karang dan melalui proses hidrotermal. Oleh karena
itu Hidroksiapatit tidak mengalami permasalahan dari segi kesesuaian biologi
dan Hidroksiapatit juga bersifat bioaktif yakni, dapat membentuk ikatan
langsung dengan tulang. Karena itu hidroksiapatit dapat digunakan sebagai
bahan pengganti tulang misalnya untuk mengisi dan membangun kembali
tulang yang cacat.
2. Karakteristik Hidroksiapatit
Hidroksiapatit yang berbasis senyawa kalsium fosfat yang mempunyai
rumus kimia Ca10(PO4)6(OH)2 merupakan bagian keluarga apatit (struktur
kimia sama tetapi komposisi kimia yang berbeda). HA dapat diproduksi dalam
2 metode utama yaitu menggunakan bahan mentah dari bahan alami (tulang
sapi dan karang) dan secara sintetis. Menurut Willmann (1996), bahan alami
sesuai karena memiliki koneksi pori-pori yang sama seperti tulang manusia,
namun masalah pencemaran dan benda asing yang ada telah membatasi
penggunaannya. Dengan demikian, produksi HA sintetis telah diberi fokus
secara meluas untuk mengatasi masalah tersebut.
Sifat mekanis merupakan faktor yang membatasi penggunaan
Hidroksiapatit (HA) sebagai implan pada bagian yang menanggung beban
tinggi. HA yang memiliki sifat mekanis yang baik perlu diperluas lagi
penggunaannya dalam bidang kedokteran pada masa depan. Umumnya faktor
yang mempengaruhi sifat mekanis HA adalah bentuk serbuk, pori-pori dan
besar butir. Serbuk HA yang memiliki stoikiometri yang tepat yaitu rasio
21
molar Ca/P sebanyak 1,67 dapat menghasilkan sifat mekanis HA yang unggul.
Pori-pori HA yang letaknya tidak teratur dan tidak saling berhubungan satu
sama lain (tidak rekat) menyebabkan pori-pori menjadi faktor yang
melemahkan kekuatan bahan HA. Ukuran butir juga menurunkan kekuatan
bahan HA dengan mempengaruhi ikatan antara butir.
Hidroksiapatit merupakan suatu kalsium fosfat yang banyak digunakan
sebagai material pengganti tulang atau untuk bone filler (pengisi tulang)
karena kemiripannya dengan struktur kimia tulang dan jaringan keras pada
mamalia. Material ini dapat mendorong pertumbuhan tulang baru, serta
mempercepat proses penyatuan tulang. Dengan sifat-sifat mekanik dan
struktur kimia yang dimiliki sehingga HA banyak digunakan sebagai implan
tulang femur (paha) manusia dan dalam aplikasi bidang medis lainnya.
1. Kelebihan dan Kelemahan Hidroksiapatit
Kelebihan dari hidroksiapatit sehingga cukup aman di gunakan sebagai
bahan implan adalah karena sifatnya yang non toxic, cepat membangun ikatan
dengan tulang (bioaktif), memiliki biokompatibilitas dengan jaringan sekitar
dan dapat mendorong pertumbuhan tulang baru dalam strukturnya yang
berpori. Namun, pori-pori Hidroksiapatit ini tidak teratur dalam bentuk dan
ukuran serta tidak sepenuhnya saling berhubungan satu sama lain. Hal ini
menyebabkan porositas hidroksiapatit yang dihasilkan rendah, akibatnya
struktur keramik hidroksiapatit tidak kompak sehingga apabila digunakan
sebagai implant ortopedik karakteristiknya rapuh atau mudah patah.
Karena hal tersebut, dikembangkanlah IP-CHA (Interconnecte Porous
Hydroxypatite Ceramics) yaitu hidroksiapatit yang memiliki pori-pori yang
letaknya teratur dan ukurannya seragam sehingga dapat meningkatkan
kekerasannya ketika digunakan sebagai material implan.
22
2. Aplikasi Hidroksiapatit dalam dunia medis sebagai bahan implan
tulang
Umumnya tulang manusia terdiri dari 2 komponen utama yaitu
dua pertiga fasa non-organik dan sepertiga fasa organik. Sebagian besar
fasa organik tersusun dari kolagen berukuran nano, dan penyusun yang
lain yaitu protein, lemak dan polisakarida yang memberikan sifat fleksibel,
elastis dan kuat. Sebagian besar fasa non-organik terdiri dari hidroksiapatit
dalam bentuk jarum berukuran panjang 40 nm, lebar 20 nm dan tebal 5
nm. Selain itu, juga tersusun dari mineral- mineral yaitu karbonat, sodium,
magnesium, fluorida, klorida, kalium dan pirofosfat. Kandungan mineral
ini memberikan kekerasan dan melindungi tulang dari patah. Apabila tahap
mineral meningkat maka ia akan meningkatkan kekuatan dan kekakuan
tulang. Karena hidroksiapatit mempunyai komposisi kimia dan struktur
campuran yang hampir sama dengan tulang manusia, maka hidroksiapatit
sangat sesuai digunakan untuk penggantian dan perbaikan jaringan tulang
manusia yang rusak.
Hidroksiapatit telah mengalami perkembangan. Dahulu digunakan
metode konvensional untuk memproduksi hidroksiapatit sintetik yaitu
dengan cara mencampur bubur hidroksiapatit dengan butiran polimer
organik. Saat proses pembuatan Hiroksiapatit, butiran–butiran polimer
mencair dan menguap selama proses berlangsung sehingga menyebabkan
timbulnya pori-pori di keramik hidroksiapatit. Namun pori-pori yang
dihasilkan dari proses ini tidak teratur dalam bentuk dan ukuran serta tidak
sepenuhnya saling berhubungan satu sama lain. Hal ini menyebabkan
porositas hidroksiapatit yang dihasilkan rendah, akibatnya struktur
keramik hidroksiapatit tidak kompak sehingga apabila digunakan sebagai
implan ortopedik karakteristiknya rapuh atau mudah patah. Oleh karena
itu, dikembangkanlah pembuatan hidroksiapatit dengan teknik busa gel
yang menghasilkan hidroksiapatit dengan struktur pori-pori lebih teratur
sehingga apabila digunakan sebagai material implan tulang akan
23
meningkatkan kekerasan tulang yang dikenal dengan nama Interconnecte
Porous Hydroxypatite Ceramics (IP-CHA). IP-CHA memiliki porositas
75%, ukuran rata-rata pori 150 mm dan rata-rata koneksi antarpori 40 mm,
sehingga karakteristiknya lebih padat atau kompak.
IP-CHA banyak dimanfaatkan dalam bidang bedah ortophedi
diantaranya untuk mengisi cacat tulang pada penderita tumor tulang.
Sebuah enchondroma di pertengahan falang pada pria dewasa 28
tahun. Pada tulang yang terkena tumor, setelah diberi IP-CHA tulangnya
kembali terbentuk dan radiodensity meningkat.
Hidroksiapatit mempunyai dua struktur kristal, yaitu heksagonal
dan monoklinik. Hidroksiapatit yang terdapat dalam gigi dan tulang serta
mineral hidroksiapatit menunjukkan struktur heksagonal, sedangkan
hidroksiapatit dalam enamel gigi memiliki struktur monoklinik. Struktur
dari hidroksiapatit sintetis bergantung pada metode pembuatannya.
Hidroksiapatit Scaffold
Hidroksiapatit memiliki beberapa macam bentuk, antara lain
hidroksiapatit berbentuk serbuk dan juga dalam bentuk scaffold atau foam.
Hidroksiapatit scaffold adalah hidroksiapatit yang memiliki matriks
berpori. Ukuran pori-pori dalam hidroksiapatit scaffold dapat bervariasi,
bergantung pada volume scaffold yang diproduksi. Berikut adalah
gambaran struktur hidorksiapatit scaffold (gambar 6) dan gambaran
struktur matriks tulang (gambar 7) yang memiliki kemiripan struktur.
Gambar 6. Struktur Hidroksiapatit Scaffold
24
Gambar 7. Struktur matriks tulang
Hidroksiapatit yang berpori dapat berikatan dengan kuat pada
jaringan tulang. Struktur hidroksiapatit dengan porositas teratur mirip
dengan struktur alami jaringan tulang. Hal ini membuat hidroksiapatit
scaffold lebih mudah diimplan ke dalam jaringan tulang. Hidroksi-
apatit scaffold yang diinduksi ke dalam jaringan tulang tidak
menghambat pertumbuhan jaringan tulang alami, dan dapat mencegah
pergeseran dan kehilangan implan yang sudah diinduksikan ke dalam
tubuh. Scaffold atau pori-pori dalam hidroksiapatit dapat dibentuk dari
berbagai macam bahan, termasuk polimer, keramik, logam, dan komposit-
komposit lainnya. Pori-pori tersebut memiliki struktur yang terbuka dan
permu-kaannya yang biokompatibel mempunyai kondisi ideal untuk
pertumbuhan sel dan diferensiasi jaringan. Pori-pori yang terdapat di
dalam hidroksi-apatit ini dapat digunakan sebagai matriks untuk
penggantian jaringan tulang.
Pori-pori tersebut juga dapat ditingkatkan respon biologinya
dengan menambahkan molekul-molekul seperti collagen dan chitosan.
Ada beberapa metode yang pernah dilakukan para peneliti untuk
membu-at pori-pori di dalam hidroksiapatit, di antaranya adalah
metode repli-kasi polimer, gel casting (pembentukan gel), gas
scaffolding (pem-buatan scaffold dengan menggunakan gas), slip casting,
fiber compacting (pemadatan serat), solid free form fabrication
(pembentukan padatan bebas), dan freeze casting (pembekuan). Metode
25
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode replikasi polimer.
Polimer yang digunakan adalah polyurethane. Polyurethane bisa
didapatkan dari spons. Spons polyurethane digunakan sebagai cetakan
untuk membentuk pori-pori tersebut nantinya. Pada metode ini, ukuran
pori-pori yang terbentuk bergantung dari ukuran pori-pori yang terdapat
di dalam polimer pence-taknya. Gambaran struktur kristal apatit dapat
dilihat pada gambar 8 dan gambaran struktur mikronya dapat dilihat pada
gambar 9.
Gambar 8. Struktur Kristal apatite
Gambar 9. Struktur mikro dengan (PO4)3- (ungu-merah), Ca2+
(hijau), OH- (merah putih)
BAB III PEMBAHASAN
Sebagaimana diketahui bahwa email sebagian besar terdiri dari
hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2) atau fluoroapatit (Ca10(PO4)6F2), kedua
unsur tersebut dalam suasana asam akan larut menjadi Ca2+,PO4-9,F-, dan
OH-. Ion H+ akan bereaksi dengan gugus PO4-9, F-, atau OH- membentuk
HSO4-, H2SO4
-, HF, atau H2O, sedangkan yang kompleks terbentuk CaHSO4,
CaPO4, dan CaHPO4. Kecepatan melarutnya email dipengaruhi oleh derajat
keasaman (pH), konsentrasi asam, waktu melarut, dan ada tidaknya kalsium
atau fosfat.
Fluoride diabsorpsi oleh lambung. Jumlah dan kecepatan absorpsi
fluoride dalam tubuh dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi makanan di
dalam lambung. Jika lambung pada waktu pencernaan berisi makanan yang
bisa terikat kuat dengan fluoride, maka fluoride akan diekskresikan
bersama-sama dengan feces, dan tidak akan diabsorpsi. Apabila sebagian
besar senyawa fluoride masuk ke dalam perut yang kosong, biasanya akan
diabsorpsi sempurna. Fluoride diekskresikan melalui feces, urine, keringat,
sebagian kecil melalui air ludah dan air susu ibu. Fluoride yang diekskresi
melalui air ludah sangat sedikit tetapi penting artinya untuk penimbunan
fluoride pada permukaan email gigi karena dapat menghambat beberapa
proses enzim sehingga mengurangi jumlah asam yang dihasilkan oleh
bakteri yang terdapat dalam air ludah dan plak.
Adanya kemampuan fluor untuk meningkatkan resistensi terhadap
asam menunjukkan bahwa email yang mengandung fluor kristalnya lebih
kuat, lebih tahan terhadap penetrasi asam, dan lebih tahan terhadap
perkembangan karies. Hal ini terjadi karena fluor yang berupa fluoroapatit
lebih resisten terhadap asam bila dibandingkan dengan hidroksiapatit yang
tidak mengandung fluor. Kristal-kristal email pada hidroksiapatit kurang
stabil dan lebih mudah terpengaruh oleh asam karena adanya ruang-ruang
kosong pada jala atau prisma emailnya. Fluor yang masuk akan mengisi
ruang kosong tersebut, sehingga kristal apatit menjadi lebih stabil.
26
27
Kemampuan fluor untuk mengadakan remineralisasi dijelaskan
sebagai berikut, setelah kita mengkonsumsi karbohidrat maka akan terjadi
penurunan pH yang disebabkan oleh pembentukan asam yang akan
menyebabkan terjadinya demineralisasi. Di antara interval waktu makan
terjadi kenaikan pH yang disebabkan oleh remineralisasi karena penggunaan
fluor dengan konsentrasi tinggi. Dengan terjadinya remineralisasi, maka
proses karies akan terhenti. Fluor mempunyai kemampuan untuk
menghambat kerja beberapa enzim seperti enzim enolase yang berperan
dalam metabolisme karbohidrat. Fluor juga menghambat efek glikolisis,
sehingga sel-sel bakteri dalam plak tidak mendapat energi dan kemudian
mati.
Selain itu fluor dapat menurunkan energi atau tegangan permukaan
pada permukaan gigi sehingga perlekatan bakteri dan pembentukan plak
sulit terjadi. Fluor juga mampu melepaskan dan membuang bakteri dari
kristal hidroksiapatit karena fluor dapat terikat lebih kuat pada hidroksiapatit
dibandingkan ikatan bakteri pada hidroksiapatit.
Adapun mekanisme pertukaran ion F- dan OH- dari hidroksiapatit
adalah sebagai berikut :
Sebuah prisma email dibentuk oleh sel ameloblast. Sel-sel
ameloblast ini menganyam suatu matriks organik dimana dapat diendapkan
senyawa-senyawa kalsium fosfat. Pada tahap akhir pembentukan prisma
email ini, kalsium fosfat berubah menjadi hidroksiapatit yang memerlukan
fluor untuk memperoleh bentuk kristal yang baik. Dengan adanya
penambahan fluor sampai 1 ppm, hidroksiapatit akan membentuk ikatan
yang kaya akan fluor, tidak mudah larut dan lebih tahan terhadap asam,
yaitu fluoroapatit.
Ca10 (PO4)6(OH)2 + F → Ca10(PO4)6(OH.F)
Gambar 10. Reaksi penggantian OH- dengan flour
Sebelum penggantian OH- dengan flour ini terjadi, CaF terlebih
dahulu terurai menjadi Ca2+ dan F-. Kemudian ion F- akan masuk
mengganggu ikatan hidroksiapatit seperti terlihat pada gambar 10.
28
Pada reaksi ini terjadi pertukaran langsung antara ion OH- dan ion
F-. Jumlah fluoroapatit yang terbentuk tidak banyak, dan pertukaran ini
tergantung dari pH. Pada pH yang asam (pH 4), reaksi akan berlangsung
100 kali lebih cepat dibandingkan dengan pH normal (pH 7). Hal ini bukan
disebabkan oleh pertukaran ion yang lebih cepat, tetapi pada pH yang
rendah akan terbentuk suatu hasil antara, yaitu ikatan kalsium fosfat yang
disebut brushit.
Brushit merupakan ikatan kalsium fosfat yang paling stabil dalam
lingkungan dengan pH yang lebih rendah dari 4,3. Selain itu brushit juga
bereaksi dengan fluor dan membentuk senyawa fluoroapatit. Reaksi
persenyawaan ini terjadi lebih cepat dibandingkan dengan reaksi pertukaran
ion yang disebut sebelumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa mekanisme
utama yang menghambat terjadinya karies adalah reaksi brushit dengan
fluor.
Reaksi kimia terlepasnya kalsium dari email gigi pada medium yang
bersifat asam, yaitu pada pH 4,5-6 merupakan reaksi orde nol. Adapun
pengaruh pH terhadap koefisien laju reaksi menunjukkan bahwa semakin
kecil atau semakin asam suatu media maka semakin cepat laju reaksi
terlepasnya kalsium dari permukaan email gigi. Reaksi kimia terlepasnya
kalsium dari email gigi dalam suasana asam ditunjukkan dengan persamaan
reaksi berikut:
Ca10(PO4)6F2 Ca10(PO4)6F2 + 2n H+ n Ca2+ + Ca(10-n) – nH2 – 2n(PO4)6F2
padat terlarut terlepas padat
Gambar 11. Reaksi kimia pelepasan kalsium dari email gigi.
Sumber: Prasetyo EA.
Keterangan : n adalah koefisiwn yang menunjukkan berapa jumlah
ion H+ yang masuk dan berapa jumlah ion Ca2+ yang akan dikeluarkan
akibat masuknya ion H+ tadi.
Mengingat bahwa kalsium merupakan komponen utama dalam
struktur gigi dan proses demineralisasi email terjadi akibat lepasnya ion
29
kalsium dari email gigi maka pengaruh asam pada email gigi merupakan
reaksi penguraian. Demineralisasi yang terjadi secara terus-menerus akan
menyebabkan terjadinya porositas pada permukaan email.
Proses demineralisasi dapat terjadi apabila email berada dalam
suatu lingkungan pH di bawah 5,5. Derajat keasaman berperan pada proses
demineralisasi karena pH yang rendah akan meningkatkan konsentrasi ion
hidrogen yang selanjutnya akan merusak kristal hidroksiapatit email gigi.
Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi proses demineralisasi yaitu
jenis dan konsentrasi asam minuman yang tidak berdisosiasi, kandungan
karbohidrat dalam minuman, pH dan kapasitas dapar minuman serta
kandungan fosfat dan f1uor yang ada dalam minuman. Gambar 12
merupakan wujud dari fluoroapatit yang kita bicarakan.
Gambar 12. Wujud fluorapatite
Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Harun A. Gunawan, yang
melakukan pengukuran panjang sisi a dan sumbu c serta kelarutan Kristal
apatit dari masing-masing kelompok pH pada larutan ikan teri (yang
diperoleh dari ikan teri jengki) didapatkan hasil seperti tercantum dalam
tabel 3 di bawah ini. Kelarutan apatit dalam tabel ini didapatkan dari
aplikasi larutan teri pada permukaan 8 spesimen apatit selama 10 menit.
Untuk setiap tingkat pH dilakukan aplikasi terhadap 2 buah spesimen. 2
30
buah spesimen kristal lainnya tidak diaplikasi dan digunakan sebagai
kontrol.
Empat (4) buah spesimen perlakuan dan 1 buah spesimen kontrol
kemudian dianalisis untuk panjang sisi a dan sumbu c dari kristal dengan
menggunakan X-ray diffraction. Pemeriksaan X-ray Diffraction (XRD)
dilakukan pada Diffractometer Philips PW370 menggunakan Cu-tube, =
1,54060 Å, tegangan 40 kV, 30 mA, dan 2 = 20 – 60 O, besar step = 0,02
pada 1,9 sekon/step. Analisa hasil dikontrol dengan data O ICDD 1998.
Hasil pengukuran adalah panjang sisi a dan sumbu c kristal apatit (dalam
Å).
Empat (4) spesimen perlakuan dan 1 spesimen kontrol yang lain
kemudian dimasukkan masing-masing dalam 50 ml larutan asam fosfat
10% selama 30 menit untuk melarutkan kalsium dari spesimen. Larutan
asam fosfat kemudian diuji dengan menggunakan Ion Selective Electrode
Metrohm 692 (ISE) khusus untuk kalsium. Hasil pengukuran didapat
dalam ppm Ca yang menunjukkan tingkat kelarutan spesimen. Semakin
tinggi kadar kalsium terlarut, semakin tinggi tingkat kelarutan spesimen.
Uji statistik 1-way ANOVA dilakukan untuk mengetahui perbedaan
panjang sisi a dan sumbu c, serta perbedaan kelarutan dari masing-masing
kelompok. Untuk mengetahui adanya hubungan antara perubahan dimensi
kristal dengan kelarutan kristal digunakan uji Pearson.
Tabel 3. Hasil pengkuran panjang a dan c serta besar kelarutan apatit dalam
asam
Kontrol pH 5.5 pH 6.0 pH 6.5 pH 7.0
sisi a (Å) 9.4207±0.0017 9.3899±0.015 9.3901 ±0.0008 9.4012±0.0008 9.4023±0.0011
c axis (Å) 6.8683±0.009 6.8898±0.0017 6.8867±0.004 6.8863±0.023 6.8714±0.015
ppm Ca 82.7±1.6 53.3±0.8 56.1±1.4 62.5±1.7 64.2±0.4
Dari tabel 3. tersebut terlihat bahwa terdapat perbedaan bermakna
panjang sisi a di antara kelompok pH, dan untuk panjang sisi c tidak
31
terdapat perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan. Namun terdapat
perbedaan bermakna antara panjang sisi c pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan.
Dari uji kelarutan terdapat perbedaan antara kelompok kontrol
dengan kelompok perlakuan, (p<0,02) sedang diantara kelompok
perlakuan terdapat perbedaan antara kelompok pH 5,5 dengan kelompok
perlakuan lainnya. Perbedaan kelarutan antara kelompok pH 7 dengan
pH 6.0 tidak berbeda bermakna (p>0,05).
Uji Pearson menunjukkan adanya korelasi cukup kuat antara
perubahan panjang sisi a dengan kelarutan kristal apatit dalam asam,
namun tidak cukup kuat antara panjang sumbu c dengan kelarutan
kristal.
Ion F¯ pada substitusi HA menjadi FA akan menempati posisi ion
OH¯ yang terletak di sumbu c. Penurunan panjang sisi a dapat terjadi
karena sifat elektronegatif F¯ yang kuat sehingga meningkatkan binding
force diantara unsur pembentuk kristal FA. Disamping itu ukuran ion F¯
berbeda dengan OH¯sehingga menyebabkan perubahan jarak atom. Bentuk
dari kristal HA, unit sel kristal HA dan penampang unit sel kristal dengan
kedudukan OH- di sumbu c dapat dilihat pada gambar 14.
Penurunan pH akan menyebabkan terjadinya protonisasi pada
kristal HA, keadaan ini akan mengakibatkan adanya peningkatan
penarikan ion OH. Pada pH 7,0 atau 6,5 protonisasi yang terjadi belum
sempurna sehingga pada substitusi OH¯ dengan F¯ sebagian besar kristal
HA belum berubah menjadi FA, namun berubah menjadi FHA.
Pada pH 5,5 tersedia cukup banyak ion H+, dengan demikian
protonisasi terjadi dengan baik, dan hal ini menyebabkan peningkatan
pembentukan FA. Dengan semakin banyaknya pembentukan FA, pada
penurunan pH, maka pada analisa XRD (lihat gambar 13) akan tampak
sebagai semakin banyaknya penurunan panjang sisi a.
Pada beberapa keadaan penarikan ion OH¯ yang cepat akan
menyebabkan terbentuknya brush- ite (CaHPO4.2H2O) atau monetite
32
(CaHPO4).
Peningkatan panjang sumbu c terjadi karena kedudukan F¯ pada
sumbu c (posisi z) terletak lebih tinggi (1¼z) dibandingkan kedudukan
OH¯ pada sumbu c. Dengan demikian substitusi OH¯ oleh F¯ akan
menyebabkan elongasi sumbu c. (perhatikan gambar 15)
Penurunan panjang sisi a akan menyebabkan kristal FA akan lebih
kompak dibandingkan dengan kristal HA. Hal tersebut, menyebabkan
peningkatan binding force diantara ion Ca2+ karena jarak antar atom
mengecil. Keadaan ini akan membuat pemecahan kristal FA menjadi
lebih sulit. Pada pemecahan kristal dalam asam (ion H+) kristal FA
menjadi lebih tidak reaktif. Hal ini menyebabkan kelarutan kristal FA
menurun dibandingkan dengan HA. Semakin banyak kristal HA berubah
menjadi FA, akan menyebabkan kelarutannya spesimen semakin
menurun. Pada kelompok pH 7,0 dengan pH 6,5 perubahan HA menjadi
FA belum banyak terjadi, sehingga kelarutan spesimen tidak berbeda
bermakna.
Senyawa CaF2 yang terdapat pada ikan teri mudah terurai dalam
bentuk cair, sehingga dapat menyediakan ion F- dalam jumlah cukup pada
lingkungannya. Dengan demikian penggunaan larutan teri yang
mengandung senyawa CaF2 akan menguntungkan dalam aplikasi topikal
flour.
Gambar 13. Grafik XRD dari kristal HA dari kelompok pH 7.0
33
Gambar 14. A : elektromikrograf kristal HA, (bar = 100 nm)
(Gunawan)4
B : skematik unit sel kristal HA, bentuk heksagonal. (Gunawan)4
C : penampang unit sel kristal dengan kedudukan OH di sumbu c
(Eastoe)15
Gambar 15. Pada gambar kiri skematik kedudukan ion OH dalam
kolom sumbu c Pada gambar kanan, substitusi F akan menyebabkan
elongasi c, namun a mengecil, sehingga kolom menjadi kompak. (Calderý
´n L)17
Gambar 16 adalah skema yang menggambarkan bagaimana ikan
teri dapat mempertahankan email gigi.
34
Gambar 16. Skema proses ikan teri sehingga dapat meningkatkan
ketahanan email gigi
Ikan teriIkan teri
protonisasi
protonisasi
Pembentukan FA meningkatPembentukan FA meningkat
Pemecahan kristal FA sulitPemecahan
kristal FA sulitKelarutan FA
menurunKelarutan FA
menurun
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
Ikan teri dapat meningkatkan ketahanan email gigi karena ikan teri
mengandung banyak flour (khusus ikan teri jengki mengandung 15,7-38,3
ppm flour). Flour ini nantinya yang akan menggantikan ion OH- pada
hidroksiapatit membentuk flouroapatit. Ikatan FA ini lebih kompak
dibandingkan HA sehingga email gigi tahan terhadap asam. Akibatnya
kerusakan email gigi dapat diminimalisir atau bahkan dikurangi.
B. Saran dan Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan penulis di atas, makalah ini seyogyanya
bisa menjadi acuan untuk pengembangan terhadap pencegahan kerusakan
email gigi sehingga dapat dimanfaatkan lebih baik. Pembaca diharapkan
untuk mengkomsumsi ikan teri sebanyak 50 gr perhari. Agar karies gigi
dapat dikurangi dan ketahanan email terhadap asampun dapat diting-
katkan. Diharapkan juga ada pembaca yang dapat melanjutkan penelitian
dengan pembahasan menjadikan ikan teri jengki sebagai bahan untuk
pembuatan odol, karena berdasarkan literature yang ada dan telah
dijelaskan pada pembahasan bahwa ikan teri menguntungkan dalam
aplikasi topikal flour.
35
DAFTAR PUSTAKA
A.Gunawan,Harun.2006.Pengaruh Tingkat pH Larutan Teri terhadap
Perubahan Dimensi dan Kelarutan Kristal Apatit.Jurnal anatomi
Indonesia volume 01 halaman 25-29.Jakarta:UI.
Apatite-Wikipedia.co.id tanggal akses 21 Februari 2013
Dwi Palupi,Istiari.2004.Status Kesehatan Gigi pada Anak dan Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi di SDN Karangsoko III
Trenggalek.Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
http://arindharenipramesti.blog.com/2010/12/24/hidroksiapatit/ tanggal
akses 28 Februari 2013
http://denpasar dentist.wordpress.com/2012/12/07/bagian-anatomi-gigi/
tanggal akses 8 April 2013
http://www.klikdokter.com/gigimulut/read/2010/07/05/50/email-gigi#
tanggal akses 28 Februari 2013
http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2012/09/26/kandungan-nutrisi-
ikan-teri-496909.html tanggal akses 28 Februari 2013
http://id.answers.yahoo.com/question/index?
qid=20100328020811AAastx9 tanggal akses 28 Februari 2013
http://sikkahoder.blogspot.com/2012/04/penyebab-karang-gigi-dan-pena-nganannya.html diakses tanggal 20 Mei 2013
Jusiana Indrani,Decky.2012.Komposit Hidroksiapatit Kalsinasi Suhu
Rendah dengan Alginat sargassum duplicatum atau Sargassum
crassifolium sebagai Material Scaffold untuk Pertumbuhan Sel
Punca mesenkimal. Disertasi.Jakarta: FMIPA UI.
Karwapi,E.1979.Pendidikan Keterampilan Perikanan II.
Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Soejoko, Djarwani S.2002.Spektroskopi Inframerah Senyawa Kalsium
Fosfat Hasil Presipitasi.Makara sains volume 6 no. 3 Desember
2002.Depok:UI
[email protected] tanggal akses 28 Februari 2013
36