Yeni Poernamasari Yeni Poernamasari : E-mail

14
Knee chest, spell hipoksik Tetralogy of fallot 1 PENGARUH POSISI KNEE CHEST TERHADAP KEJADIAN SPELL HIPOKSIK PADA TODLER DENGAN TETRALOGY OF FALLOT DI RUANG RAWAT ANAK RS JANTUNG HARAPAN KITA Yeni Poernamasari Yeni Poernamasari : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, FIK UMJ, Jl. Cempaka Putih Jakarta Pusat 10510 E-mail: [email protected] ABSTRAK Spell Hipoksik yang terjadi pada klien dengan Tetralogy Of Fallot (TOF) merupakan penyebab utama terjadinya kematian yang diakibatkan karena suatu sindrom yang ditandai dengan gelisah, menangis berkepanjangan, hiperventilasi, sianosis dan terjadi penurunan kesadaran yang disertai kejang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Posisi Knee Chest Terhadap Kejadian Spell Hipoksik Pada Anak Dengan Tetralogy Of Fallot Di Ruang Rawat Anak RS Jantung Harapan Kita. Desain yang digunakan adalah quasi experimen, dengan rancangan pre and post with control test. Jumlah responden sebanyak 18 todler. Terdapat perbedaan bermakna saturasi oksigen, frekuensi napas dan frekuensi nadi terhadap todler yang dilakukan posisi knee chest (p value < 0,05). Pemberian posisi knee chest dapat digunakan sebagai salah satu bentuk intervensi keperawatan Kata kunci : knee chest, spell hipoksik, tetralogy of fallot PENDAHULUAN Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, ditandai dengan kelainan pada struktur atau fungsi sirkulasi jantung yang terjadi akibat gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin (Park, MK 2007).. Penyebab TOF tidak diketahui dengan pasti, namun pada 25% pasien ditemukan dengan kelainan kromosom 22 delesi dan DiGeorge syndrome yang dihubungkan dengan defisiensi imun atau velocardiofacial syndrome dan juga submucous cleft palate (American Heart Association, 2010). Gejala utama dari TOF adalah terdapat sianosis pada mukosa mulut dan kuku jari (clubbing finger) serta dapat disertai spell hipoksik, spell terjadi karena penurunan mendadak aliran darah

Transcript of Yeni Poernamasari Yeni Poernamasari : E-mail

Page 1: Yeni Poernamasari Yeni Poernamasari : E-mail

Knee chest, spell hipoksik Tetralogy of fallot

1

PENGARUH POSISI KNEE CHEST TERHADAP KEJADIAN SPELL HIPOKSIK PADA

TODLER DENGAN TETRALOGY OF FALLOT DI RUANG RAWAT ANAK RS JANTUNG

HARAPAN KITA

Yeni Poernamasari

Yeni Poernamasari : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta,

FIK UMJ, Jl. Cempaka Putih Jakarta Pusat 10510

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Spell Hipoksik yang terjadi pada klien dengan Tetralogy Of Fallot (TOF) merupakan penyebab utama

terjadinya kematian yang diakibatkan karena suatu sindrom yang ditandai dengan gelisah, menangis

berkepanjangan, hiperventilasi, sianosis dan terjadi penurunan kesadaran yang disertai kejang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Posisi Knee Chest Terhadap Kejadian Spell

Hipoksik Pada Anak Dengan Tetralogy Of Fallot Di Ruang Rawat Anak RS Jantung Harapan Kita.

Desain yang digunakan adalah quasi experimen, dengan rancangan pre and post with control test.

Jumlah responden sebanyak 18 todler. Terdapat perbedaan bermakna saturasi oksigen, frekuensi napas

dan frekuensi nadi terhadap todler yang dilakukan posisi knee chest (p value < 0,05). Pemberian posisi

knee chest dapat digunakan sebagai salah satu bentuk intervensi keperawatan

Kata kunci : knee chest, spell hipoksik, tetralogy of fallot

PENDAHULUAN

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah

penyakit jantung yang dibawa sejak lahir,

ditandai dengan kelainan pada struktur atau

fungsi sirkulasi jantung yang terjadi akibat

gangguan atau kegagalan perkembangan

struktur jantung pada fase awal perkembangan

janin (Park, MK 2007)..

Penyebab TOF tidak diketahui dengan pasti,

namun pada 25% pasien ditemukan dengan

kelainan kromosom 22 delesi dan DiGeorge

syndrome yang dihubungkan dengan defisiensi

imun atau velocardiofacial syndrome dan juga

submucous cleft palate (American Heart

Association, 2010).

Gejala utama dari TOF adalah terdapat sianosis

pada mukosa mulut dan kuku jari (clubbing

finger) serta dapat disertai spell hipoksik, spell

terjadi karena penurunan mendadak aliran darah

Page 2: Yeni Poernamasari Yeni Poernamasari : E-mail

Knee chest, spell hipoksik

Tetralogy of fallot 2

ke pulmonal akibat spasme otot infundibuler

yang disebabkan karena beratnya derajat

obstruksi aliran darah keluar ventrikel kanan

(Pulmonal Stenosis). Obstruksi sirkulasi ini

juga akan menyebakan pirau dari ventrikel

kanan ke ventrikel kiri sehingga terjadi

percampuran darah yang kaya oksigen (O2) dan

karbondioksida (CO2) yang dialirkan ke

seluruh tubuh (Park MK, 2007).

Penderita dengan TOF yang belum mendapat

tindakan pembedahan sering mengalami spell

hipoksik. Spell hipoksik adalah serangan

sianosis, cyanotic spells, atau disebut juga tet

spell. Insiden spell sering terjadi pada usia 3

tahun pertama kehidupan pada penderita TOF,

dengan insiden tertinggi terjadi pada usia 2

sampai 4 bulan (Ontoseno, Teddy. 2007).

Therapy konservative non medikamentosa

seperti pemberian posisi knee chest tidak boleh

diabaikan sebelum tindakan pembedahan

dilakukan. Penatalaksanaan pertama kali yang

dapat dilakukan oleh perawat terhadap pasien

spell hipoksik adalah dengan memberikan

posisi knee chest yaitu posisi lutut di dekatkan

ke arah dada disertai dengan atau tanpa lengan

bawah dibelakang lutut, pegang bayi sambil

menekuk kaki bayi (Li et all, 2009).

Posisi knee chest ini juga dapat meningkatkan

Sistemik Vaskular Resisten (SVR) untuk

mengurangi pirau dari kanan ke kiri sehingga

menahan darah vena sistemik kembali ke

jantung dan menjaga bayi tetap tenang

(Guntheroth Dalam Sri Endah, 2009).

Penanganan pasien spell hipoksik dengan posisi

knee chest tersebut juga merupakan salah satu

manajemen palliative terhadap serangan spell

yang bertujuan untuk mencegah dan mengatasi

komplikasi yang terjadi (Rahayoe, A.U 2007).

Data yang didapat dari medical record RS

Jantung Harapan Kita Jakarta pada tahun 2015

dari bulan januari sampai november pasien

penderita TOF sebanyak 263 pasien dari

seluruh angka kejadian PJB sebanyak 871

pasien atau dengan persentase 30,2%.

Sedangkan data statistik dari angka kejadian

spell hipoksik pada todler dengan TOF di RS

Jantung Harapan Kita tahun 2015 didapatkan

195 pasien dari 263 keseluruhan penderita

TOF.

Fenomena yang terjadi di ruang perawatan anak

RS Jantung Harapan Kita menunjukkan bahwa

sering dilakukan penatalaksanaan posisi knee

chest pada pasien anak yang mengalami spell

hipoksik dengan TOF pada fase awal kegawatan

atau pre spell, hal tersebut dapat membuat anak

merasa nyaman dan tenang sehingga tidak

terjadi sianotik yang bertambah parah. Melihat

fenomena tersebut peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh posisi knee

chest terhadap kejadian spell hipoksik pada

Page 3: Yeni Poernamasari Yeni Poernamasari : E-mail

Knee chest, spell hipoksik

Tetralogy of fallot 3

todler dengan Tetralogy Of Fallot di ruang

rawat anak RS Jantung Harapan Kita “.

METODE

Desain yang digunakan dalam penelitian ini

adalah quasi eksperimen. Rancangan penelitian

ini menggunakan Pre-postest with Control

Group, yaitu terdapat dua kelompok (intervensi

dan kontrol) dimana dilakukan pretest (01) pada

kedua kelompok dan dilakukan intervensi (X)

pada kelompok eskperimen, sedangkan pada

kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi.

Setelah beberapa waktu kemudian dilakukan

postest (02) dilakukan pada kedua kelompok

tersebut (Notoadmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini dilakukan terhadap sample

berupa, pada kelompok intervensi pemberian

posisi knee chest selama 15 - 30 menit. Dalam

penelitian ini dilakukan untuk menilai pengaruh

posisi knee chest pada perubahan saturasi

oksigen, nadi dan pernafasan

Untuk menentukan besar sampel digunakan

rumus:

n = ( Zα + Zβ) x SD ) ²

ԁ

n : Besar sampel / jumlah sampel

d : Selisih rerata kedua kelompok

yang bermakna = 5 *

SD : Standar deviasi = 5

Zα : Nilai standar normal yang

besarnya tergantung α

α = Tingkat kemaknaan bila α

= 5% Z = 1,96

Zβ : Nilai tergantung β yang

ditentukan

β = Power test bila β = 8%

Z = 0,84

n = ( Zα + Zβ) x SD ) ²

ԁ

n = ( 1,96 + 0,84 ) x 5 ²

5

= 14 ² = (2,8)² = 7,84

5

n = 8 Responden

Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan dalam

penelitian ini adalah sebanyak 8 responden

dengan antisipasi 10% maka menjadi 9

responden. Total jumlah responden yang

dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 18

responden, dimana sampel untuk kelompok

intervensi sebanyak 9 responden dan sampel

untuk kelompok kontrol sebanyak 9 responden.

Page 4: Yeni Poernamasari Yeni Poernamasari : E-mail

Knee chest, spell hipoksik

Tetralogy of fallot 4

kriteria sampel dapat dibedakan menjadi 2

bagian yaitu:

1. Kriteria inklusi

Karakteristik sampel yang dapat dimasukan

dalam kriteria inklusi pada penelitian ini

adalah:

a. Anak usia 1-3 tahun dengan TOF

b. Anak yang tidak mengalami fraktur

tulang pada ekstremitas bawah

c. Orangtua bersedia anaknya menjadi

responden

d. Orangtua tidak buta huruf mampu

membaca dan menulis untuk

menyetujui inform consent

2. Kriteria eksklusi

Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini

adalah:

a. Anak yang menujukkan perburukan

status kesehatan

b. Anak yang sering dilakukan prosedur

invasif

Pengumpulan data dari responden dilakukan

dengan melalui beberapa tahap antara lain:

1. Prosedur Administrasi

Tahap persiapan diawali dengan mengurus

surat ijin penelitian di kampus Universitas

Muhammadiyah Jakarta untuk dilanjutkan

ke bagian pusat pendidikan dan penelitian

RS Jantung Harapan Kita dalam rangka

memperoleh ijin penelitian, kemudian

peneliti menyampaikan ijin penelitian

kepada kepala instalasi kardiologi pediatrik

Rs Jantung Harapan Kita. Peneliti meminta

izin dengan kepala ruangan rawat anak RS

Jantung Harapan Kita, untuk kemudian

menentukan perawat yang dilibatkan dalam

pengambilan data dan intervensi posisi knee

chest. Peneliti memberikan informasi

tentang pengisian lembar instrumen

pengkajian dan observasi tanda-tanda vital

kepada perawat ruangan yang dilibatkan

dalam pelaksanaan posisi knee chest

sebagai langkah awal persamaan tindakan

untuk pengambilan data, melakukan

intervensi, dan melakukan evaluasi

pengambilan data

2. Pemilihan Asisten Peneliti

a. Asisten peneliti adalah perawat

ruangan yang telah mempunyai

pengalaman merawat anak yang

mengalami spell hipoksia pada TOF

b. Melakukan sosialisasi kepada

asisten peneliti guna didapatkan

persamaan persepsi dalam proses

pengambilan data dan pengisian

lembar instrumen pengkajian dan

observasi tanda-tanda vital..

c. Pelaksanan

Peneliti dan perawat ruangan yang

berperan sebagai asisten peneliti

menentukan responden berdasarkan

Page 5: Yeni Poernamasari Yeni Poernamasari : E-mail

Knee chest, spell hipoksik

Tetralogy of fallot 5

kriteria inklusi kemudian

memperkenalkan diri dan

menanyakan kesediaan responden

untuk ikut dalam penelitian. Orang

tua yang mau untuk berpartisipasi

segera diberikan lembar inform

consent.

Pengolahan data dimulai pada saat

pengumpulan data selesai. Daftar

pertanyaan yang telah diisi,

dikumpulkan dan dilakukan prosedur

analisa data meliputi : 1. Editing, 2.

Coding, 3. Processing, 4. Cleaning

HASIL

A. Analisa Univariat

Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Karakteristik Usia dan

Kesetaraan Responden

Januari -Maret 2016

Di RS Jantung dan Pembuluh

DarahHarapan Kita

Varia

bel

Kelo

mpok

M

ea

n

Me

dia

n

S

D

M

in-

M

ax

95

%

CI

p

Va

lue

Usia

Resp

onden

Kontr

ol

Inter

vensi

25,

89

22,

4

29

24

9,0

06

6,8

39

14

-

36

12

-

31

18,

97-

32,

81

17,

19-

27,

70

0,2

00

0,2

00

Tabel 5.1 dapat diamati rerata usia responden

pada kelompok kontrol yaitu 25,89 bulan dan

22,4 bulan pada kelompok intervensi. Hasil uji

kesetaraan didapatkan usia responden pada

kelompok ini setara dengan p value > 0,05.

Nilai mean pada kelompok kontrol dan

intervensi sama dengan nilai median, hal ini

berarti distribusi bersifat normal.

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin

Januari - Maret 2016

Di RS Jantung Dan Pembuluh Darah

Harapan Kita

Pada tabel 5.2 dapat diketahui bahwa jumlah

responden adalah 18, baik pada kelompok

kontrol ataupun kelompok intervensi,

sementara jumlah responden laki-laki lebih

banyak dibanding anak perempuan baik pada

kelompok kontrol ataupun kelompok intervensi.

Page 6: Yeni Poernamasari Yeni Poernamasari : E-mail

Knee chest, spell hipoksik

Tetralogy of fallot 6

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Saturasi

Oksigen Frekuensi Napas

Frekuensi Nadi dan Kesetaraan Sebelum

Tindakan (Data Awal Sebelum

Terjadi Spell Hipoksik) pada Kelompok

Kontrol dan Kelompok Intervensi

Januari - Maret 2016

Di RS Jantung Dan Pembuluh Darah

Harapan Kita

Pada tabel 5.3 didapatkan rerata saturasi

oksigen sebelum tindakan mempunyai nilai

yang agak berbeda antara kelompok kontrol

dan kelompok intervensi yaitu 71,67% pada

kelompok kontrol dan 71,33% pada

kelompok intervensi, namun nilai saturasi

berada dalam rentang stabil baik pada

kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

Tabel 5.3 didapatkan rerata frekuensi napas

sebelum tindakan mempunyai nilai yang

berbeda antara kelompok kontrol dan

kelompok intervensi yaitu 27,78 kali/menit

pada kelompok kontrol dan 27,22 kali/menit

pada kelompok intervensi.

Pada tabel 5.3 juga didapatkan rerata

frekuensi nadi sebelum tindakan mempunyai

nilai yang agak berbeda antara kelompok

kontrol dan kelompok intervensi yaitu

132,89 kali/menit pada kelompok kontrol

dan 128,22 kali/menit pada kelompok

intervensi.

B. Uji Homogenitas

Tabel 5.4

Test of Homogenity of Variance

Variabel Levene´s

Statistik (F)

p Value

Saturasi

Oksigen

Frekuensi

Napas

Frekuensi

Nadi

0,016

0,381

0,313

0,110

0,546

0,583

Page 7: Yeni Poernamasari Yeni Poernamasari : E-mail

Knee chest, spell hipoksik

Tetralogy of fallot 7

Hasil uji levene´s test menunjukkan bahwa

pada variabel saturasi oksigen kedua

kelompok ini setara dengan nilai F = 0,016

dengan signifikansi sebesar 0,110, pada

variabel frekuensi napas kedua kelompok ini

setara dengan nilai F = 0,381 dengan

signifikansi sebesar 0,546, dan pada variabel

frekuensi nadi kedua kelompok ini setara

dengan nilai F = 0,313 dengan signifikansi

sebesar 0,583 dan dikatakan tidak signifikan

pada 0,005 dimana (p > 0,05) berarti

hipotesis nol diterima yang menyatakan

varian tiap kelompok sama (homogen)

sehingga dapat disimpulkan homogenitas

variansi terpenuhi.

C. Analisa Bivariat

Tabel 5.5

Distribusi Responden berdasarkan Saturasi

Oksigen, Frekuensi Napas dan

Frekuensi Nadi Sebelum dan Sesudah

Diberikan Posisi Knee Chest pada

Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Januari - Maret 2016

Di RS Jantung Dan Pembuluh Darah

Harapan Kita

Varia

bel

Kelo

mpok

Fase Me

an

SD SE p

Val

ue

Satur

asi

Oksig

en

Interv

ensi

Sebe

lum

Sesu

dah

52,

44

66,

22

2,7

44

2,6

35

0,9

15

0,8

78

0,0

00

Kontr

ol

Sebe

lum

Sesu

dah

53,

00

52,

44

5,6

12

5,5

25

1,8

71

1,8

42

0,1

79

Freku

ensi

Nafas

Interv

ensi

Sebe

lum

Sesu

dah

39,

00

27,

67

3,5

36

4,7

70

1,1

79

1,5

90

0,0

00

Kontr

ol

Sebe

lum

Sesu

dah

44,

44

44,

22

6,2

27

6,1

40

2,0

76

2,0

47

0,7

60

Freku

ensi

Nadi

Interv

ensi

Sebe

lum

Sesu

dah

146

,00

130

,89

10,

863

9,1

85

3,6

21

3,0

62

0,0

01

Kontr

ol

Sebe

lum

Sesu

dah

167

,00

167

,56

7,5

50

8,1

41

2,5

17

2,7

14

0,4

68

Pada tabel 5.5 diatas menunjukkan

peningkatan rerata saturasi oksigen pada todler

dengan TOF yang mengalami spell hipoksik di

ruang rawat anak sebelum dilakukan posisi

knee chest dan sesudahnya yaitu dari 52,44%

menjadi 66,22%. Terlihat nilai selisih mean

antara pengukuran sebelum dengan setelah

intervensi yaitu 13,78% dengan standar deviasi

sebelum tindakan yaitu 2,744 dan setelah

Page 8: Yeni Poernamasari Yeni Poernamasari : E-mail

Knee chest, spell hipoksik

Tetralogy of fallot 8

tindakan 2,635. Hasil uji statistik menunjukkan

nilai p = 0,000 (α < 0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna

saturasi oksigen antara sebelum dan sesudah

pada kelompok intervensi. Sedangkan pada

kelompok kontrol terdapat p = 0,179 (α > 0,05)

maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan bermakna saturasi oksigen sebelum

dan sesudah pada kelompok kontrol.

Analisis berikutnya adalah rerata frekuensi

napas pada pengukuran sebelum dilakukan

posisi knee chest yaitu 39 kali/menit dengan

standar deviasi 3,536 kali/menit. Pada

pengukuran setelah intervensi yaitu 27,67

kali/menit dengan standar deviasi 4,770

kali/menit. Terlihat nilai perbedaan nilai mean

antara sebelum dan sesudah intervensi selisih

11,33 kali/menit dengan standar deviasi

sebelum intervensi 3,536 kali/menit dan setelah

intervensi 4,770 kali/menit. Hasil uji statistik

menunjukkan nilai p = 0,000 (α < 0,05), maka

dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan

bermakna frekuensi napas antara sebelum dan

sesudah pada kelompok intervensi. Sedangkan

pada kelompok kontrol p = 0,760 (α > 0,05)

maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan bermakna frekuensi napas antara

sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol.

Analisis berikutnya adalah rerata frekuensi nadi

pada pengukuran sebelum dilakukan posisi knee

chest yaitu 146 kali/menit dengan standar

deviasi 10,863 kali/menit. Pada pengukuran

setelah intervensi yaitu 130,89 kali/menit

dengan standar deviasi 9,185 kali/menit.

Terlihat nilai perbedaan nilai mean antara

sebelum dan sesudah intervensi selisih 15,11

kali/menit dengan standar deviasi sebelum

intervensi 10,863 kali/menit dan setelah

intervensi 9,185 kali/menit. Hasil uji statistik

menunjukkan nilai p = 0,001 (α < 0,05) maka

dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan

bermakna terhadap frekuensi nadi antara

sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi.

Sedangkan pada kelompok kontrol p = 0,468 (α

> 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak

ada perbedaan bermakna frekuensi nadi antara

sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol.

Tabel 5.6

Distribusi Perbedaan Saturasi Oksigen,

Frekuensi Napas dan Frekuensi Nadi pada

Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol

Variabel Kelomp

ok

Mea

n

SD SE P

Val

ue

Saturasi

Oksigen

Interven

si

Kontrol

66,2

2

52,4

4

2,63

5

5,52

5

0,87

8

1,84

2

0,00

0

Page 9: Yeni Poernamasari Yeni Poernamasari : E-mail

Knee chest, spell hipoksik

Tetralogy of fallot 9

Frekuen

si

Pernafa

san

Interven

si

Kontrol

27,6

7

44,2

2

4,77

0

6,14

0

1,59

0

2,04

7

0,00

0

Frekuen

si Nadi

Interven

si

Kontrol

130,

89

167,

56

9,18

5

8,14

1

3,06

2

2,71

4

0,00

0

Pada tabel 5.6 diatas menunjukkan nilai rerata

saturasi oksigen responden yang diberikan

posisi knee chest pada kelompok intervensi

adalah 66,22% dengan standar deviasi 2,635.

Responden yang tidak diberikan posisi knee

chest pada kelompok kontrol rata-rata saturasi

yang dihasilkan adalah 52,44% dengan standar

deviasi 5,525. Hasil uji statistik Uji T

Independent diperoleh nilai p = 0,000 dengan

nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan p < α

dimana Ho ditolak, maka dapat disimpulkan

bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata

saturasi oksigen antara responden yang

dilakukan posisi knee chest pada kelompok

intervensi dengan responden yang tidak

dilakukan posisi knee chest pada kelompok

kontrol.

Analisa selanjutnya pada tabel 5.6 diatas

menunjukkan nilai rata-rata frekuensi napas

responden yang diberikan posisi knee chest

pada kelompok intervensi adalah 27,67

kali/menit dengan standar deviasi 4,770.

Responden yang tidak diberikan posisi knee

chest pada kelompok kontrol rata-rata frekuensi

napas yang dihasilkan adalah 44,22 kali/menit

dengan standar deviasi 6,140. Hasil uji statistik

Uji T Independent diperoleh nilai p = 0,000

dengan nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan p

< α dimana Ho ditolak, maka dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan yang

signifikan rata-rata frekuensi nafas antara

responden yang diberi posisi knee chest pada

kelompok intervensi dengan responden yang

tidak diberi posisi knee chest pada kelompok

kontrol kontrol.

Analisa berikutnya pada tabel 5.6 diatas

menunjukkan nilai rata-rata frekuensi nadi

responden yang diberikan posisi knee chest

pada kelompok intervensi adalah 130,89

kali/menit dengan standar deviasi 9,185.

Responden yang tidak diberikan posisi knee

chest pada kelompok kontrol rata-rata frekuensi

nadi yang dihasilkan adalah 167,56 kali/menit

dengan standar deviasi 8,141. Hasil uji statistik

Uji T Independent diperoleh nilai p = 0,000

dengan nilai α = 0,05 maka dapat disimpulkan p

< α dimana Ho ditolak, maka dapat

disimpulkan bahwa ada perbedaan yang

signifikan rata-rata frekuensi nadi antara

responden yang diberi posisi knee chest pada

Page 10: Yeni Poernamasari Yeni Poernamasari : E-mail

Knee chest, spell hipoksik

Tetralogy of fallot 10

kelompok intervensi dengan responden yang

tidak diberi posisi knee chest pada kelompok

kontrol kontrol.

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Dari analisa data didapatkan rerata usia

responden pada penelitian ini di

kelompok intervensi yaitu adalah 22,4

bulan dengan rentang usia 12 hingga 31

bulan. Sedangkan pada kelompok

kontrol rerata usia responden yaitu

adalah 25,89 bulan dengan rentang usia

14 hingga 36 bulan. Karakteristik

responden bila dilihat dari rentang usia

pada penelitian ini telah sesuai dengan

kriteria peneliti yaitu usia todler yang

berada pada usia 1 sampai 3 tahun. Hal

tersebut sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Ontoseno, Teddy

2007 yaitu insiden spell hipoksik sering

terjadi pada usia 3 tahun pertama

kehidupan penderita TOF, hal ini

dikarenakan anak pada usia todler

dengan TOF belum mengerti dan belum

mempunyai inisiatif kemampuan untuk

melakukan squating untuk mengatasi

insiden spell hipoksik seperti hal nya

yang dilakukan anak pada usia sekolah.

Mengamati jenis kelamin pada

penelitian ini paling banyak adalah laki-

laki Karakteristik jenis kelamin ini

sejalan dengan teori yang dikemukakan

oleh American Heart Association, 2010

dimana penderita yang mengalami TOF

dengan kejadian spell hipoksik sekitar 1-

5% dan lebih sering terjadi pada laki-

laki dari pada perempuan. Jumlah anak

laki-laki yang ada dalam penelitian ini

dimungkinkan terjadi karena pemilihan

responden penelitian yang tidak

berdasarkan jenis kelamin tetapi

berdasarkan kriteria inklusi yang

ditetapkan oleh peneliti. Mayoritas

responden adalah laki-laki kemungkinan

akan mempengaruhi nilai fisiologis

yang ada, seperti frekuensi napas dan

nadi, karena menurut Merenstein dan

Gardner (2002) dikatakan bahwa

frekuensi nafas dan frekuensi nadi dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya usia, jenis kelamin,

aktivitas, demam, status cairan, posisi

dan obat-obatan. Pada penelitian ini

frekuensi napas dan frekuensi nadi

bervariasi baik pada responden laki-laki

ataupun perempuan namun masih

rentang batas normal.

B. Pengaruh Pemberian Posisi Knee

Chest terhadap Kejadian Spell

Hipoksik dengan indikator Saturasi

Page 11: Yeni Poernamasari Yeni Poernamasari : E-mail

Knee chest, spell hipoksik

Tetralogy of fallot 11

Oksigen, Frekuensi Napas dan

Frekuensi Nadi.

Hasil analisis pada penelitian terdapat

perbedaan yang signifikan terhadap

saturasi oksigen antara pemberian posisi

knee chest pada kelompok intervensi

dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Hal ini dikarenakan posisi knee chest

dapat mengurangi aliran pirau dari

kanan ke kiri sehingga mengurangi

aliran balik vena sistemik dan dapat

meningkatkan sistemic vascular

resistence yang berakibat aliran darah

ke paru bartambah dan aliran darah

sistemik membawa oksigen ke seluruh

tubuh juga meningkat, sehingga saturasi

darah arterial pun meningkat, lalu

terjadi juga peningkatan saturasi

oksigen di perifer hal ini sejalan dengan

teori yang dikemukakan oleh Park MK

(2007) bahwa pemberian posisi knee

chest dapat memutus mata rantai dari

sirkulus vitious yaitu terjadi peningkatan

systemic vascular resistence sehingga

menyebabkan penurunan dari systemic

venous return sehingga shunt dari kanan

ke kiri berkurang yang menyebabkan

terjadinya peningkatan tekanan O2 dan

penurunan tekanan CO2 di arteri

pulmonalis (PaO2). Hasil ini juga

sebanding dengan penelitian yang

dilakukan oleh Li et all (2009) diadopsi

dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Jean-Cristhope Philip

(2000) yang menyatakan bahwa

pemberian posisi knee chest yang di

adopsi dari posisi squating pada

penderita TOF yang mengalami spell

hipoksik dapat meningkatkan saturasi

oksigen arteri sebanyak 5 % dengan p

value 0,001. Adapun bentuk intervensi

yang dilakukan oleh Li et all (2009)

adalah pemberian posisi knee chest

selama 30 menit dengan masa

pengamatan saturasi oksigen selama 10

menit dibandingkan dengan posisi

supine pada klien dengan TOF yang

mengalami spell hipoksik.

Hasil analisis yang lain adalah

membandingkan frekuensi napas

dengan pemberian posisi knee chest

pada anak usia todler, hasil yang

didapatkan adalah ada perbedaan yang

signifikan antara frekuensi napas

dengan pemberian pemberian posisi

knee chest dengan nilai p value sebesar

0,000 dan 0,000.

Hasil analisis berikutnya yaitu

membandingkan frekuensi nadi dengan

pemberian posisi knee chest pada anak

usia todler dengan TOF yang

mengalami spell hipoksik, hasil yang

Page 12: Yeni Poernamasari Yeni Poernamasari : E-mail

Knee chest, spell hipoksik

Tetralogy of fallot 12

didapat yaitu ada perbedaan yang

signifikan antara frekuensi nadi dengan

pemberian posisi knee chest dengan p

value sebesar 0,001 dan 0,000. Hal ini

juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Maynard, Bignall dan

Kotchen (2000) yang melakukan

penelitian pada bayi dengan TOF yang

mengalami spell hipoksik dilakukan

posisi knee chest jika dibandingkan

dengan posisi supine nilai rata-ratanya

yaitu 161,94 kali/menit pada posisi knee

chest menjadi 157,51 kali/menit pada

posisi supine.

KESIMPULAN

1. Mayoritas anak usia todler dengan TOF

yang mengalami spell hipoksik berjenis

kelamin laki-laki dengan rerata usia 24

sampai 35 bulan.

2. Nilai saturasi oksigen pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol

sifatnya setara, hal ini memudahkan

dalam menentukan hipotesa yang

didapatkan karena perbedaan perlakuan

antara kelompok intervensi dengan

kelompok kontrol sehingga dapat

ditentukan pengaruh atau tidaknya

intervensi yang dilakukan pada

kelompok intervensi.

3. Frekuensi napas pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol juga

sifatnya setara yang juga akan

mempermudah penegakkan hipotesa

jika dikaitkan dengan intervensi yang

dilakukan.

4. Pada Frekuensi nadi kelompok

intervensi dan kelompok kontrol juga

mempunyai sifatnya yang setara

sehingga mempermudah penegakkan

hipotesa jika dikaitkan dengan

intervensi yang dilakukan.

5. Terdapat perbedaan yang signifikan

saturasi oksigen pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol dengan

p value < alpha. Peneliti menyimpulkan

bahwa pemberian posisi knee chest pada

klien dengan TOF yang mengalami

spell hipoksik efektif mempengaruhi

saturasi oksigen.

6. Pemberian posisi kneee chest dalam

penelitian ini memberikan perbedaan

yang signifikan terhadap frekuensi nafas

terbukti p value < alpha. Peneliti

menyimpulkan bahwa pemberian posisi

knee chest pada klien dengan TOF yang

mengalami spell hipoksik efektif

mempengaruhi frekuensi nafas.

7. Untuk frekuensi nadi terdapat perbedaan

yang signifikan pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol dengan

Page 13: Yeni Poernamasari Yeni Poernamasari : E-mail

Knee chest, spell hipoksik

Tetralogy of fallot 13

p value < alpha. Peneliti menyimpulkan

bahwa pemberian posisi knee chest pada

klien dengan TOF yang mengalami

spell hipoksik efektif mempengaruhi

frekuensi nadi.

SARAN

1. Pelayanan Keperawatan

Perawat dapat mengaplikasikan pemberian

posisi knee chest sebagai intervensi

mandiri dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien dengan TOF yang

mengalami spell hipoksik. Selain itu

perawatan juga dapat memberikan

penyuluhan kesehatan kepada orang tua

klien dalam merawat anaknya dengan TOF

terkait pemberian posisi knee chest bila

anaknya mengalami spell hipoksik dirumah,

karena selain aman juga mudah dilakukan.

2. Pendidikan Keperawatan

Pembekalan ilmu yang kuat pada masa

pendidikan akan memberikan pengaruh

terhadap kualitas dan keahlian seseorang,

karenanya pemberian pendidikan dan

pelatihan terhadap ilmu terkini pada dunia

keperawatan khususnya tentang cardiologi

pediatrik hendaknya lebih dikembangkan.

Ilmu tentang pemberian posisi knee chest

pada klien TOF yang mengalami spell

hipoksik hendaknya dipaparkan lebih luas

pada berbagai seminar, pendidikan

pelatihan khususnya keperawatan pediatrik,

agar para perawat mampu menerapkan

tatalaksana tersebut ketika mendapatkan

klien dengan TOF yang mengalami spell

hipoksik.

3. Penelitian Selanjutnya

a. Hendaknya jumlah responden lebih

banyak dengan tehnik acak agar

generalisasi hasil lebih luas.

b. Pengamatan sebaiknya dilakukan secara

berseri atau dalam kurun waktu beberapa

hari agar dapat diketahui fluktuasi nilai

saturasi oksigen, frekuensi napas dan

frekuensi nadi lebih bervariasi.

c. Faktor perancu yang mempengaruhi

saturasi oksigen yang dipilih dalam

penelitian ini sebaiknya mendekati

konsep teori yaitu kadar Hb, kadar

bilirubin ataupun kadar oksigen dalam

darah agar tidak terdapat hasil yang bias.

DAFTAR PUSTAKA

Apitz, C., Webb, G.D., Redington, A.N.,

(2009). Tetralogy of fallot. Lancet 374,

1462-1471 Di dapat dari:

http//www.proquest.com Diakses tanggal

29 Oktober 2015

American Heart Association. (2010).

Congenital heart disease. Didapat dari

http://www.americanheart.org. diakses

tangal 27 November 2015

Page 14: Yeni Poernamasari Yeni Poernamasari : E-mail

Knee chest, spell hipoksik

Tetralogy of fallot 14

Atiq M, Ahmed US, Allana SS, Chisti KN,

(2006) Clinical features and outcomes of

cerebral abcess in congenital heart

disease. J Ayub Med Coll Abbottabad

18(2);21-4 Di dapat dari:

http//www.proquest.com Diakses tanggal

29 Oktober 2015

Arief I. (2007). Faktor resiko dan tanda-tanda

anak dengan penyakit jantung bawaan.

Didapat dari: http//www.cyntiasari.com

Diakses Tanggal 1 November 2015

Madiyono B , Sri Endah R, (2005) Penanganan

penyakit jantung pada bayi dan anak,

Jakarta, Fakultas Kedokteran UI

Bernstein D. Congenital heart disease. (2007)

Dalam: Kliegman RM, Behrman RE,

Jenson HB, Stanton BF, penyunting,

Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-

18. Philadelphia: Saunder Elsevier.

h.1878-81

British Heart Foundation Statistics. (2009).

Incidence of congenital heart disease.

Didapat dari: http://www.heartstat.org.

diakses tanggal 10 November 2015

Centers for Disease Control and Prevention.

(2006). Improved national prevalence

estimates for 18 selected major birth

defects-United States, 2000-2004.

MMWR Morb Mortal Wkly Rep 54 1301

Costello, John M. (2007) Emergency care for

infants and children with acute cardiac

disease Chidren Hospital Boston 8.3 Am

J Cardiol;145-155 Di dapat dari:

http//www.proquest.com Diakses tanggal

29 Oktober 2015

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2013)

Profil kesehatan provinsi jawa barat.

Bandung : Departemen Kesehatan

Provinsi Jawa Barat Fyler DC. (2003).

Tetralogy of fallot In: Fyler DC, editor.

Kardiologi Anak Nadas. Yogyakarta;

Gadjah Mada University

Guntheroth, W.G., Mortan, B. C., Mullins, G.L,

Baum, D., (1968). Venous return with

knee chest position and squating in

tetralogyof fallot. Am Heart J. 75, 313-

318

Heru Samudro. (2012). Tumbuh kembang anak

dengan penyakit jantung bawaan.

Majalah kedokteran UKI Vol XXVIII No.

1 Jakarta. Didapat dari:

http//www.academia.edu Diakses tanggal

1 Desember 2015

Jean-Cristophe Philip, Andre J. Scheen (2000)

Squatting test : A Posture to study and

counteract cardiovaskular abnormalities

associated with autonomic dysfungtion.

Departemen of Medicine, CHU Liege,

Belgium Didapat dari:

http//www.studyblue.com Diakses

tanggal 1 Desember 2015.

Kaemmer H, Bauer U, Pensl U, Oechslin E,

Gravenhorst V, Franke A (2008).

Management of emergencies in adults

with congenital cardiac disease. Am J

Cardiol 101 (4): 521-525, Didapat dari:

http//www.proquest.com Diakses tanggal

1 November 2015.

Kozier, et al., Alih bahasa Esty Wahyuni, dkk.

(2011). Buku ajar fundamental

keperawatan konsep, proses & praktik.

Edisi 7. Jakarta: EGC

Li, Q., Zhang, J., Li, B., Wang, W., Liu, J.,

Zhu, H., Wang H., Yu, S., Cui, Q., Sun,

G., Wu, X., Yi, D., (2009). Pulse oxygen

saturation measured in supine and knee

chest position may be useful in evaluating

tetralogy of fallot. Heart Surg. Forum 12,

E35-E38 Didapat dari:

http//www.studyblue.com Diakses

tanggal 1 Desember 2015