Fitra Yeni (96888)

16
KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI PBL DENGAN EKSPOSITORI DALAM PEMBELAJARAN IPA FISIKA KELAS VIII SMP N 15 PADANG Artikel Ilmiah Oleh: FITRA YENI 96888/2009 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA

description

E journal

Transcript of Fitra Yeni (96888)

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI PBL

DENGAN EKSPOSITORI DALAM PEMBELAJARAN IPA FISIKA

KELAS VIII SMP N 15 PADANG

Artikel Ilmiah

Oleh:

FITRA YENI96888/2009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2014

2

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI PBL DENGAN EKSPOSITORI DALAM PEMBELAJARAN IPA FISIKA

KELAS VIII SMP N 15 PADANG

Fitra Yeni1) Amran Hasra2) Hufri 2)

1)Mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA UNP, email : [email protected] 2)Staf Pengajar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang

ABSTRACT

This research is motivated by not optimal student learning outcomes, teachers have used a variety of strategies and approaches, with hopes to improve student learning outcomes. This research aimed to determine differences of student learning outcomes using PBL strategies and Expository strategies in Physics on grade VIII of SMP N 15 Padang . The type of this research is a quasi - experimental research with design models Randomized Control Group Posttest Only Design. The population was students grade VIII of SMP N 15 Padang . Sampling was done by a purposive sampling technique, thus take class VIII.2 as a first experimental class and class VIII.2 as a second experimental class. The data of this research are the result of cognitive and affective research. The results of this research showed similarities using two test average , cognitive and affective domains using the t test , finding that - t ( 1-1/2α ) <th> t ( 1-1/2α ) . So , There is a significant difference in learning outcomes between the use of PBL strategies and Expository strategies in Physics on grade VIII of SMP N 15 Padang.

Keywords : PBL strategy, strategy Expository, Comparative

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi memungkinkan semua pihak dapat mencari informasi dengan lebih banyak, cepat dan mudah serta berbagai sumber di dunia. Dengan demikian siswa perlu mengelola informasi serta memiliki kemampuan memperoleh dalam keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi dasar siswa agar berani menghadapi berbagai problema tanpa rasa tertekan, mau, mampu dan senang meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi.

IPA adalah pengetahuan yang telah diuji kebenarannya melalui metode ilmiah serta berhubungan dengan bagaimana cara mengetahui tentang alam dengan sistematis, sehingga IPA bukanlah hanya berupa kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep dan prinsip tetapi juga merupakan proses penemuan. Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman secara mendalam tentang alam atau alam sekitar[1].

IPA Fisika telah banyak memberikan kontribusi nyata dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). IPA Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat dan gejala benda-benda di alam, meliputi materi, energi, dan

fenomena alam yang berinteraksi, baik yang bersifat makroskopis (seperti gerak bumi mengelilingi matahari) maupun yang bersifat mikroskopis (seperti gerak elektron mengelilingi inti). Mengingat pentingnya IPA Fisika dalam kehidupan sehari-hari sangat diharapkan para siswa mampu memahami IPA Fisika dengan tingkat pencapaian kompetensi yang baik.

IPA Fisika berperan sangat penting dalam menjawab tantangan global dan penunjang teknologi, maka dituntut adanya perubahan ke arah yang lebih baik pada pembelajaran IPA Fisika. Perubahan ini dapat dilakukan dengan memvariasikan metode, menggunakan metoda pembelajaran yang efektif, dan menggunakan bahan ajar yang tepat, sehingga mutu pendidikan diharapkan dapat lebih meningkat serta guru mempunyai peranan yang penting dalam mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran Fisika.

Pengembangan kurikulum yang telah dilakukan pemerintah dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP bertujuan meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber daya yang tersedia[2]. Pemerintah juga telah melakukan upaya untuk menyempurnakan kurikulum pendidikan dari Kurikulum Tingkat Satuan

1

Pendidikan (KTSP) dikembangkan menjadi kurikulum 2013.

Seorang guru bukan hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun guru harus mampu menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan pembelajaran berlangsung secara aktif. Salah satunya dengan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi, dan dapat menampilkannya dengan baik dipilih serta bahan ajar yang menarik sebagai salah satu sumber belajar yang merupakan proses perubahan tingkah laku, perubahan tingkah laku berhubungan dengan perubahan sistem syaraf dan perubahan energi yang sulit dilihat dan diraba.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan pembelajaran IPA Fisika di SMP N 15 Negeri Padang hasil belajarnya belum optimal, seperti tercantum di Tabel 1, memperlihatkan nilai rata-rata Ujian Semester II mata pelajaran IPA Fisika siswa kelas VIII SMP N 15 Padang tahun ajaran 2012/2013.

Tabel 1Nilai Rata-Rata Ujian Semester II Mata Pelajaran IPA Fisika Kelas VIII IPA SMP N 15 Padang tahun ajaran 2012/2013.

NO KELAS NILAI1 VIII. 1 76,032 VIII. 2 68,623 VIII. 3 67,944 VIII. 4 65,035 VIII. 5 68,43

Sumber : Guru Bidang Studi Fisika SMP N 15 Padang

Pada Tabel 1 terlihat nilai rata-rata kelas VIII. 1 lebih tinggi dan KKM yang ditetapkan yaitu 75, sedangkan kelas lainnya dibawah KKM. Kelas VIII. 1 adalah kelas unggul.

Penggunaan metode, strategi dan model pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami, dan monoton sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. Kebanyakan siswa lebih banyak menghafal rumus untuk menjawab soal. Siswa tidak memahami dari mana datangnya, hanya di berikan rumus buat dihafal. Oleh sebab itu, perlu diterapkan kepada siswa strategi pembelajaran yang mendukung siswa sehingga dapat memahami dari mana turunan rumus tersebut.

Namun kenyataannya berbagai strategi yang telah di terapkan oleh guru supaya pembelajaran IPA Fisika menjadi lebih menyenangkan, diantara strategi Ekspositori (ceramah) dan strategi Problem Based Learning (PBL). Yang sering terlihat dipakai guru adalah strategi Ekspositori (ceramah), yang mana materi pelajarannya disampaikan oleh guru secara langsung, siswa tidak dituntut untuk menemukan atau berfikir. Keberhasilan pada strategi ekspositori

tergantung pada kemampuan guru untuk bertutur saat menyampaikan materi pelajaran[4]. Ada beberapa langkah pada saat pembelajaran dalam penerapan strategi ekspositori, yaitu :1. Persiapan

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersipakan siswa untuk menerima pelajaran. Keberhasilan pada saat melaksanakan pembelajaran menggunakan strategi ekspositori tergantung pada langkah persiapan.

2. PenyajianLangkah penyajian merupakan langkah penyampaian materi pada saat pembelajaran sesuai pada persiapan yang telah dilakukan. Serta harus dipikirkan oleh guru langkah dalam penyajian ini yaitu bagaimana cara materi pelajaran dengan mudah ditangkap serta dipahami oleh siswa.

3. KorelasiLangkah kolerasi yaitu langkah bagaimana cara menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa, dengan hal-hal yang memungkinkan siswa menangkap keterkaitan pengalaman siswadengan struktur pengetahuaan yang telah dimiliki siswa.

4. MenyimpulkanMenyimpulkan adalah tahapan dengan memahami inti pada materi pelajaran yang telah disajikan. Dalam menyimpulkan merupakan langkah pembelajaran sangat penting pada strategi ekspositori, karena dengan langkah menyimpulkan siswa dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.

5. MengaplikasikanLangkah aplikasi adalah langkah dari kemampuan siswa setalah mereka mendengarkan penjelasan dari guru. Langkah ini merupakan langkah sangat penting pada proses pembelajaran ekspositori, sebab dengan langkah ini guru dapat mengumpulkan informasi tentang sampai dimana penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa.

Problem Based Learning strategi pembelajaran yang dirancang dalam bentuk masalah-masalah yang menuntut siswa mendapat pengetahuan yang penting, membuat siswa mahir dalam memecahan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim[5]. PBL dapat memberikan pemahaman pada siswa lebih mendalam baik dalam segi analisis teori maupun praktek, sedangkan guru hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator. Siswa yang berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuannya berdasarkan tahap-

2

tahap yang telah ditetapkan oleh guru seperti pada Tabel 2[5] :

Tabel 2.Tahap-tahap Problem Based Learning

Sebelum melakukan proses pembelajaran guru akan membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Kemudian siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang bardasarkan dari 4-6 orang siswa yang berkemampuan, sederajat tetapi heterogen, suku/ras ,jenis kelamin, suku/ras dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuk kelompok tersebut yaitu memberikan kesempatan kepada semua siswa serta dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar[6].

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk membandingkan hasil belajar siswa menggunakan strategi PBL dengan strategi Ekspositori yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA Fisika, dengan judul “Komparasi Hasil Belajar Siswa Menggunakan Strategi PBL dengan Ekspositori Dalam Pembelajaran IPA Fisika Kelas VIII SMP N 15 Padang”. Hasil belajar yang diteliti adalah aspek kognitif dalam bentuk tes yang diberikan kepada siswa dan aspek afektif melalui lembar observasi. Materi pembelajaran yang diberikan sesuai dengan materi yang tercantum pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan kelas VIII yaitu Gaya, Hukum Newton, Usaha dan Energi.

METODE PENELITIANSesuai dengan permasalahan serta tujuan yang

telah dikemukakan, maka jenis penelitian ini adalah eksperimen semu, yang tujuannya memperoleh informasi serta merupakan perkiraan bagi informasi

dengan keadaan yang tidak memungkinkan untuk memanipulasi atau mengontrol semua variabel yang relevan[7], dengan rancangan penelitian randomized control group posttest only design, seperti pada Tabel 3.

Tabel. 3Rancangan Penelitian

GroupPretest

TreatmentPosTest

Eksperimen 1 - X1 TEksperimen 2 - X2 T

Dimana X1 adalah perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen 1 yaitu pembelajaran menggunakan strategi PBL dan perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen 2 yaitu pembelajaran menggunakan strategi ekspositori. Pada akhir pembelajaran diberikan tes akhir (T) untuk kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Pada penelitian ini populasinya semua siswa kelas VIII SMP N 15 Padang terdaftar pada semester I Tahun Pelajaran 2013/2014. Pengambilan sampel secara purposive yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk diamati sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya[8], pada penelitian ini mempunyai tiga variabel yaitu variabel bebas, kontrol, dan terikat. Sebagai variabel bebas adalah perlakuan berupa pembelajaran strategi dengan PBL dan pembelajaran strategi dengan ekspositori, variabel terikat hasil belajar fisika siswa, dan varibel kontrol, guru, buku teks yang digunakan, materi pelajaran, dan alokasi waktu yang sama. Data dalam penelitian ini yaitu data berupa hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP N 15 Padang setelah perlakuan diberikan.

Prosedur dalam penelitian yang terdiri atas tiga tahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian.

a. Tahap PersiapanKegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan

menetapkan tempat dan jadwal penelitian serta mempersiapkan surat izin penelitian, menetapkan sampel penelitian yaitu kelas VIII. 2 merupakan kelas eksperimen 1 dan kelas VIII. 3 merupakan kelas eksperimen 2, mempersiapkan perangkat pembelajaran yang disusun atas berdasarkan program semester seperti silabus dan program tahunan.

Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk masing-masing kelas

3

eksperimen dan kontrol, mempersiapkan instrumen penelitian yaitu membuat kisi-kisi soal uji coba serta menyusun soal uji coba sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat. Saat membuat soal tes akhir sesuai hasil uji coba, lembar observasi ranah afektif dan membagi kelompok siswa.

b. Tahap PelaksanaanStrategi dalam proses pembelajaran yang

diterapkan pada kelas VIII. 2 adalah strategi PBL dan pada kelas VIII. 3 adalah strategi ekspositori, dengan kelas VIII. 2 merupakan kelas eksperimen 1 dan kelas VIII. 2 merupakan kelas eksperimen 2.

c. Tahap Evaluasi Melakukan uji coba pada soal tes akhir yang

disiapkan sebelumnya, menganalisis butir soal hasil uji coba dengan cara menentukan reliabilitas soal, indeks kesukaran soal, dan daya beda soal, melakukan tes akhir pada kedua kelas sampel. Tes dilakukan untuk mendapatkan nilai ranah kognitif, mengumpulkan data hasil belajar afektif siswa melalui format penilaian ranah afektif, dan menganalisis hasil belajar kognitif dan afektif melalui uji statistik.

Instrumen penilaian ranah kognitif adalah berupa tes objektif dengan empat pilihan jawaban yang dilaksanakan diakhir penelitian.

Analisis statistik hasil uji coba tes, adalah sebagai berikut:

1) Validitas Pada penelitian ini yang dilihat adalah

validitas isi (content validity) dan validitas konstruksi. Vadilitas isi adalah validitas yang dilihat dari segi tes sebagai alat mengukur kemampuan hasil belajar siswa, isinya telah dapat secara langsung mewakili representatif terhadap keseluruhan materi serta bahan pelajaran yang seharusnya diujikan kepada siswa.

Instrumentes yang benar-benar valid dapat diperoleh jika instrument tes dibuat berdasarkan kurikulum. Adapun soal yang akan disusun berpedoman pada ketercapaian indicator untuk mata pelajaran IPA Fisika kelas VIII semester 1 Tahun Ajaran 2013/2014.

2) ReliabilitasReliabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila

digunakan untuk subjek yang sama. Untuk menentukan reliabel ini dipakai rumus Kuder-Richaderson (KR-21) [9]:

Berdasarkan dengan dilihat hasil tes uji coba yang t dilakukan, didapatkan dengan besar reliabilitas soal sebesar 0,63 dengan kriteria tinggi.

3) Indeks KesukaranBilangan yang menunjukkan suatu soal sukar

atau mudahnya disebut indeks kesukaran (difficult index). Tingkat kesukaran ini dapat digunakan sebagai suatu indikator dalam menentukan adanya perbedaan kemampuan peserta yang ikut tes.

Hasil analisis didapatkan 7 soal kriteria mudah, 27 soal kriteria sedang, dan 6 soal kriteria sukar. Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang mempunyai rentang antara 0,31 s/d 0,63.

4) Daya PembedaDaya pembeda soal yaitu kemampuan untuk

membedakan soal kepada siswa yang berkemampuan rendah dengan siswa yang berkemampuan tinggi dengan[10]. Indeks yang digunakan saat membedakannya yaitu indeks daya pembeda. Daya pembeda soal dihitung dengan mengurut seluruh pengikut tes mulai dari skor tertinggi sampai terendah, kemudian diambil dua kelompok sama besar, yaitu 50 % kelompok atas dan 50 % kelompok bawah.Dari 40 item diperoleh 15 item memiliki daya beda sebesar 0,00-0,20 dengan kriteria jelek, 9 item memiliki daya beda sebesar 0,20-0,40 dengan kriteria cukup, 14 item memiliki daya beda sebesar 0,40-0,70 dengan kriteria baik, 1 item memilki daya beda sebesar 0,70-1,00 dengan kriteria baik sekali, dan 1 item memiliki daya beda bernilai negatif denga kriteria tidak baik.

Setelah dilakukan analisis terhadap 40 butir soal uji coba diperoleh 22 butir soal yang dapat digunakan langsung dan 2 soal harus direvisi karena soal kurang bisa membedakan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siwa yang memiliki kemampuan rendah.

Instrumen penilaian ranah afektif adalah penilaian yang dilakukan dalam bentuk format penilaiaan ranah afektif, maka dapat dilihat hasil penelitian pada grafik perbandingan hasil belajar kelas menggunakan strategi PBL dan kelas menggunakan strategi ekspositori berikut :

4

Keterangan indikator:

1. Sikap Menerima

2. Interaksi siswa dengan guru

3. Sikap menanggapi

4. Kerjasama

5. Aktivitas peserta didik dalam kelompok

6. Partisipasi peserta didik dalam menyimpulkan

hasil pembahasan

Gambar 1. Grafik perbandingan hasil belajar menggunakan strategi PBL dan strategi ekspositori pada aspek afektif.

Analisis data bertujuan untuk menguji apakah hipotesis dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Berikut ini akan di bahas teknik analisis data hasil belajar pada masing-masing ranah:

1. Hasil Belajar Ranah KognitifUji hipotesis pada ranah kognitif dilakukan

menggunakan uji kesamaan dua rata-rata berdasarkan kemungkinan yang diperoleh dari uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji NormalitasBertujuan mengetahui sampel yang berasal

dari populasi yang terdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors Kriteria pengujian Jika L0 < Lt, maka sampel terdistribusi normal dan sebaliknya.

b. Uji HomogenitasUji homogenitas bertujuan untuk melihat

apakah kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dapat dilakukan menggunakan uji F melalui tahapan sebagai berikut:

1) Menghitung varians masing-masing kelompok data setelah itu baru dihitung harga F sesuai dengan rumus.

2) Setelah harga Fhitung sudah didapatkan dan Fhitung dibandingkan dengan FTabel yang ada pada daftar distribusi dalam taraf signifikan 5% dan dkpembilang

= n1 – 1 dan dkpenyebut = n2 – 1. Bila harga FTabel > Fhitung, berarti kedua kelas sampel tersebut mempunyai varians yang homogen. Sebaliknya jika FTabel < Fhitung, berarti kedua kelas sampel tidak mempunyai varians yang homogen.

c. Uji HipotesisHasil perhitungan menunjukkan bahwa sampel

berasal dari populasi terdistribusi normal dan homogen, sehingga uji kesamaan dua rata-rata pada ranah kognitif menggunakan uji t, dengan σ1 = σ2 = σ sedangkan σ tidak diketahui harganya. Jika populasi Jika populasi kedua sampel berasal dari populasi terdistribusi normal namun tidak homogen, maka uji kesamaan rata-rata menggunakan uji t’.

Harga thitung dibandingkan dengan harga tTabel

pada Tabel distribusi t. Kriteria tidak terdapat perbedaan berarti jika - t1- α/2 < thitung < t1- α/2 dan terdapat perbedaan berarti dalam harga lain pada taraf signifikasi 0,05. Hal ini bermakna perbedaan yang berarti pada ranah kognitif dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh terhadap pencapaian kompetensi siswa pada ranah kognitif.

2. Hasil Belajar Ranah AfektifData hasil belajar ranah afektif dianalisis

dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut [9]:a. Menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh siswa

dari pengamatan pada setiap pertemuan. b. Mengkonversikan skor total yang diperoleh

menjadi nilai. Pada penelitian ini jika satu indikator muncul bernilai 1, sehingga skor maksimum yang dapat diperoleh siswa setiap pertemuan adalah 20 dan skor minimum adalah 0. Skor yang diperoleh siswa dikonversikan ke nilai. Analisis selanjutnya sama dengan analisis hasil belajar pada ranah kognitif.Analisis data untuk hasil belajar ranah afektif meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis.

c. Skor yang diperoleh siswa lalu dikonversi ke dalam bentuk nilai, untuk analisis yang kemudian sama dengan analisis hasil belaja ranah kognitif. Analisis data hasil belajar ranah afektif meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

5

1. Deskripsi dan Analisis Data Hasil Belajar Fisika Ranah KognitifHasil perhitungan secara statistik digambarkan

pada Tabel 4:

Tabel 4Simpangan Baku, Nilai Rata-Rata dan Varians Kelas

SampelKelas N S2 S

Eksperimen 1 31 90,97 76,77 8,76

Eksperimen 2 31 86,71 71,88 8,48

Tabel 4 menampilkan nilai rata-rata hasil belajar siswa di ranah kognitif yang mana lebih tinggi kelas eksperimen 1 dibandingkan dengan kelas eksperimen 2. Hasil uji normalitas yang diujikan didapat harga Lo

dan LTabel pada taraf nyata 0,05 seperti terlihat pada Tabel 5:

Tabel 5Hasil Uji Normalitas Data Tes Akhir Kedua Kelas

Sampel Ranah Kognitif

Kelas Α N Lo Lt Distribusi

Ekspe-rimen 1

0,0531 0,1515 0,1591 Normal

Ekspe-rimen 2

31 0,1333 0,1591 Normal

Tabel 5 menunjukkan bahwa kedua kelas sampel mempunyai nilai Lo < Lt pada taraf nyata 0,05. Berarti dalam hal ini menyatakan bahwa data hasil tes akhir pada kedua kelas sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal.

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan menggunakan Uji F. Hasil uji homogenitas kedua kelas sampel digambarkan di Tabel 6.

Tabel 6Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Ranah Kognitif

Kelas N S2 Fh FtKete-rangan

Ekspe-rimen 1

31 76,771,07 1,84

Homo-genEkspe-

rimen 231 71,88

Dari Tabel 6 dapat dilihat Fh < Ft. Dalam hal ini menyatakan bahwa hasil belajar yang terdapat pada ranah kognitif kedua kelas sampel bersifat homogen.

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji t. Hasil uji hipotesis kedua kelas sampel dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7Hasil Uji t Ranah Kognitif

Kelas N Mean S2 th tt

Eksperimen 1 31 90,97 76,772,02 2,00

Eksperimen 2 31 86,71 71,88Tabel 7 memperlihatkan bahwa thitung = 2,02 sedangkan tTabel = 2,00 dengan kriteria pengujian tidak terdapat perbedaan yang berarti jika -t(1-1/2α)< th< t(1-

1/2α) dan terdapat perbedaan yang berarti jika harga lain pada taraf signifikan adalah 0,05 dengan derajat kebebasan dk= 60. Hasil perhitungan diperoleh harga -2,00 < 2,02 >2,00, ini memperlihatkan keberartian, bahwa adanya perbedaan perlakuan setalah diberikan pada kedua kelas sampel memberikan pengaruh. Perbedaan perlakuan itu, adalah penggunaan LKS PBI pada kelas eksperimen 1. Jadi, hipotesis kerja berbunyi terdapat perbedaan hasil belajar yang berarti antara penggunaan strategi PBL dengan strategi ekspositori dalam pembelajaran IPA Fisika kelas VIII SMP N 15 Padang terhadap pencapaian kompetensi siswa ranah kognitif dapat diterima pada taraf signifikan 0,05.

2. Deskripsi dan Analisis Data Hasil Belajar Fisika Ranah AfektifDari penelitian ini didapatkan bahwa hasil belajar

ranah afektif siswa kelas eksperimen 1 lebih baik dibandingkan dengan kelas eksperimen 2. Perolehan nilai kedua kelas sampel digambarkan di Tabel 8:

Tabel 8 Nilai Simpangan Baku, Nilai Rata-Rata, dan Varians

Kelas SampelKelas N S2 SEkspe-rimen 1

31 62,87 281,449 16,78

Ekspe-rimen 2

31 52,39 185,845 13,63

Tabel 8 memperlihatkan bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. harga Lo dan LTabel dari hasil uji normalitas didapatkan pada taraf nyata 0,05 seperti terlihat pada Tabel 9:

Tabel 9Hasil Uji Normalitas Kedua Kelas Sampel Ranah Afektif

Kelas α N Lo Lt Distribusi

6

Ekspe-rimen 1

0,0531 0,0838 0,1591 Normal

Ekspe-rimen 2

31 0,0882 0,1591 Normal

Tabel 9 menunjukkan bahwa kedua kelas sampel mempunyai nilai Lo < Lt pada taraf nyata 0,05. Hal ini berarti data hasil belajar kedua kelas sampel berasal dari populasi terdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan melalui Uji F. Tabel 10 memperlihatkan hasil uji homogenitas kedua kelas sampel.

Tabel 10Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Ranah Afektif

Kelas N S2 Fh FtKete-rangan

Ekspe-rimen 1

31281,44

9 1,514

1,84 HomogenEkspe-rimen 2

31185,84

5Dari Tabel 10 nilai Fh < Ft. Hal ini berarti bahwa hasil belajar pada ranah afektif kedua kelas sampel homogen. Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas, didapatkan bahwa kedua kelas sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal serta mempunyai varians yang homogen. Maka, digunakan statistik uji t. Hasil uji statistik kedua kelas sampel diperlihatkan pada Tabel 11:

Tabel 11Hasil Uji t Ranah Afektif

Kelas N Mean S2 th tt

Ekspe-rimen 1

31 79,87 31,9552,7 2,00

Ekspe-rimen 2

31 70,39 13,435

Hasil perhitungan diperoleh harga -2,0 < 2,7 > 2,00, dimana t’hitung berada di luar daerah penerimaan Ho sehingga Hi diterima yang menyatakan terdapat perbedaan yang berarti perlakuan pada kedua kelas sampel memberikan perbandingan yang berbeda. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang berarti dengan menggunakan perbandingan strategi PBL dengan strategi ekspositori dalam proses pembelajaran terhadap pencapaian kompetensi ranah afektif siswa kelas VIII. 2 dan VIII. 3 SMP N 15 Padang.

B. PembahasanHasil penelitian menunjukan bahwa adanya

perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi PBL dan menggunakan strategi Ekspositori memiliki pengaruh terhadap pencapaian kompetensi siswa. Hasil ini dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi PBL

dibandingkan dengan hasil belajar siswa menggunakan strategi Ekspositori.

Berdasarkan analisis data yang didapatkan menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada siswa kelas eksperimen dengan menggunakan strategi PBL adalah 90,97 sedangkan rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas kontrol dengan menggunakan strategi ekspositori adalah 86,71 dari hasil ini terlihat bahwa dengan menggunakan strategi PBL menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan strategi ekspositori.

Pada saat melaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi PBL, seorang guru diusahakan bisa menjadi pembimbing dan fasilitator yang baik bagi siswa agar suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan strategi PBL siswa merasa bersemangat dengan diawali pembelajaran dengan pemberian masalah, masalah yang disajikan dalam pembelajaran adalah masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata. Semakin dekat dengan dunia nyata, akan semakin baik pengaruhnya pada peningkatan kecakapan siswa.

Pada strategi ekspositori pembelajaran disampaikan secara langsung oleh guru, siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang guru sampaikan. Keberhasilan penggunaan strategi ekspositori sangat tergantung kepada kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan materi pembelajaran. Dengan demikian menggunakan strategi ekspositori sulit untuk mengembangkan kemampuan pada siswa dalam hal kemampuan sosialisasi dan kemampuan berpikir.

Berdasarkan hasil belajar ranah kognitif kedua kelas sampel didapatkan bahwa dengan menggunakan strategi PBL nilai siswa lebih meningkat. Tingginya hasil belajar siswa kelas eksperimen 1 yang menggunakan strategi PBL pada saat proses pembelajaran di kelas titik awalnya siswa diberikan pembelajaran berdasarkan masalah sehingga siswa dirangsang untuk berfikir serta lebih percaya diri dan mandiri dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Semua usaha tersebut dilakukan semata-semata hanya untuk mendapatkan hasil yang baik dalam pencapaian ranah kognitif dan ranah afektif siswa.

Hasil pengamatan pada ranah afektif saat proses pembelajaran, sikap menerima, interaksi siswa dengan guru, sikap menanggapi, kerjasama, aktivitas peserta didik dalam kelompok dan partisipasi peserta didik dalam menyimpulkan hasil pembahasan diperoleh gambaran bahwa siswa kelas eksperimen 1 dengan menggunakan strategi PBL lebih baik dari pada kelas eksperimen 2 dengan menggunakan starategi ekspositori. Pada kelas eksperimen 1 dengan menggunakan strategi PBL siswa lebih percaya diri

7

buat bertanya, serta aktif dalam berdiskusi, membuat siswa lebih mandiri,mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif. Dengan adanya pemberian strategi PBL dalam pembelajaran IPA Fisika membuat siswa lebih kreatif dan tidak malu mengeluarkan pendapatnya pada saat diskusi.

PENUTUPA. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian terhadap perbedaan hasil belajar siswa menggunakan strategi PBL dengan ekspositori dalam pembelajaran IPA Fisika kelas VIII SMP N 15 Padang, kemudian melakukanan alisis data, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan strategi PBL memberikan pengaruh terhadap pencapaian hasil belajar yang lebih baik dibandingkan penggunaan strategi ekspositori pada siswa kelas VIII di SMP N 15 Padang. Hal ini ditandai dari hasil perhitungan ranah kognitif dan afektif yang mengunakan uji t, diperoleh thitung berada di luar daerah penerimaan H0, sehingga Hi diterima pada taraf signifikan 0,05.

B. SaranBerdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan

pada penelitian, penulis dapat menyarankan hal-hal sebagai berikut :1. Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru

untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan strategi PBL agar proses pembelajaran IPA Fisika akan menjadi lebih menyenangkan dan mudah dipahami.

2. Penelitian ini hanya dilakukan pada materi Gaya, Hukum Newton, Usaha dan Energi, sehingga diharapkan ada penelitian lanjutan materi yang lebih kompleks dan untuk permasalahannya serta ruang lingkup yang lebih luas agar sehingga apat lebih dikembangkan.

DAFTAR RUJUKAN

[1] Haryono. 2013. Pembelajaran IPA yang menarik dan Mengasyikkan. Yogyakarta : Kepel Press

[2] Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulun dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

[3] Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

[4] Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana

[5] Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UMPRESS) Rosdakarya.

[6] Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

[7] Suryabrata, S. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gravindo Persada.

[8] Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

[9] Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: Tristo.

[10] Depdiknas. 2008. Perancangan Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Depdiknas.

8