Solusi Makalah 3 HAM

2
Solusi Pada kasus ditemukan underdiagnose dimana dokter yang memeriksa pasien tidak mendiagnosis pasien menderita kanker ovarium yang merupakan penyakit utamanya, yang terdiagnosis oleh dokter hanya kanker colon yang mana pada kasus ini merupakan metastasis dari kanker ovarium yang diderita pasien. Ini menunjukkan bahwa dokter tersebut lalai atau bahkan mungkin tidak kompeten. Sebaiknya untuk selanjutnya agar hal seperti ini tidak terjadi lagi dokter tersebut harus lebih teliti dan tidak ceroboh. Pada saat tindakan pembedahan dokter memutuskan untuk melakukan pengangkatan ovarium tanpa konsultasi dengan dokter spesialis obstetri dan tanpa memberitahu terlebih dahulu keluarga pasien. Hal ini tidak dapat dibenarkan karena melanggar hukum. Sebaiknya pada kondisi seperti ini dokter memberitahu keluarga pasien terlebih dahulu. Bahkan akan lebih baik lagi apabila pada saat melakukan informed consent untuk tindakan bedah pengangkatan kanker colon dokter sebaiknya juga meminta izin untuk melakukan tindakan operasi lainnya apabila ditemukan hal baru (pada kasus ini kanker ovarium). Namun apabila hal tersebut dilaksanakan, sebelum tindakan tersebut dilakukan keluarga pasien juga harus diberikan pemberitahuan terlebih dahulu. Pada kasus pasien menolak pengobatan dengan alasan tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan oleh keomterapi dan radioterapi. Walaupun secara etika dapat dibenarkan karena

description

mo ham

Transcript of Solusi Makalah 3 HAM

Solusi

Pada kasus ditemukan underdiagnose dimana dokter yang memeriksa pasien tidak

mendiagnosis pasien menderita kanker ovarium yang merupakan penyakit utamanya, yang

terdiagnosis oleh dokter hanya kanker colon yang mana pada kasus ini merupakan metastasis

dari kanker ovarium yang diderita pasien. Ini menunjukkan bahwa dokter tersebut lalai atau

bahkan mungkin tidak kompeten. Sebaiknya untuk selanjutnya agar hal seperti ini tidak

terjadi lagi dokter tersebut harus lebih teliti dan tidak ceroboh.

Pada saat tindakan pembedahan dokter memutuskan untuk melakukan pengangkatan

ovarium tanpa konsultasi dengan dokter spesialis obstetri dan tanpa memberitahu terlebih

dahulu keluarga pasien. Hal ini tidak dapat dibenarkan karena melanggar hukum. Sebaiknya

pada kondisi seperti ini dokter memberitahu keluarga pasien terlebih dahulu. Bahkan akan

lebih baik lagi apabila pada saat melakukan informed consent untuk tindakan bedah

pengangkatan kanker colon dokter sebaiknya juga meminta izin untuk melakukan tindakan

operasi lainnya apabila ditemukan hal baru (pada kasus ini kanker ovarium). Namun apabila

hal tersebut dilaksanakan, sebelum tindakan tersebut dilakukan keluarga pasien juga harus

diberikan pemberitahuan terlebih dahulu.

Pada kasus pasien menolak pengobatan dengan alasan tidak tahan dengan rasa sakit

yang ditimbulkan oleh keomterapi dan radioterapi. Walaupun secara etika dapat dibenarkan

karena pasien memiliki hak otonomi jadi dokter tidak bisa memaksakan tindakan medis,

namun secara agama pasien tidak boleh putus asa. Pada kondisi seperti ini apabila masih

memungkinkan seharusnya pasien tetap harus berupaya untuk berobat dengan harapan dapat

sembuh. Untuk itu dibutuhkan dukungan dari keluarga pasien serta dokter juga diharapkan

dapat melakukan pendekatan yang persuasif dan dapat mengembalikan semangat hidup

pasien. Selain itu perlu juga dilakukan pendekatan dari segi agama agar pasien didekatkan

kepada Tuhan sesuai dengan agama yang dianutnya.

Setelah menolak pengobatan, pasien memilih untuk berobat alternatif namun ternyata

tidak efektif. Masalah seperti ini menurut kelompok kami timbul karena kurangnya edukasi

terhadap masyarakat. Seharusnya masyarakat diberikan informasi agar sadara bahwa

pengobatan alternatif bukan merupakan suatu pengobatan. Mungkin memang ada yang benar,

tetapi sebagian besar belum teruji dan terbukti secara evidence base. Maka dari itu untuk

selanjutnya hendaknya lebih berhati-hati dalam memilih pengobatan.