Makalah Ham Kel 8

21
BAB I PENDAHULUAN Di dalam praktek kedokteran terdapat aspek etik dan aspek hukum yang sangat luas. Etik profesi kedokteran mulai dikenal sejak 1800 SM dalam bentuk Code of Hammurabi dan Code of Hittites, yang penegakannya dilaksanakan oleh penguasa pada waktu itu. Selanjutnya etik kedokteran muncul dalam bentuk lain, yaitu dalam bentuk sumpah dokter yang bunyinya bermacam-macam, tetapi yang paling banyak dikenal adalah sumpah Hippocrates yang hidup sekitar 460-370 tahun SM. Sumpah tersebut berisikan kewajiban-kewajiban dokter dalam berperilaku dan bersikap, atau semacam code of conduct bagi dokter. (1) World Medical Association dalam Deklarasi Geneva pada tahun 1968 mengeluarkan sumpah dokter (dunia) dan Kode Etik Kedokteran Internasional. Kode Etik Kedokteran Internasional berisikan tentang kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap sesama dan kewajiban terhadap diri sendiri. Selanjutnya, Kode Etik Kedokteran Indonesia dibuat dengan mengacu kepada Kode Etik Kedokteran Internasional. (1) Selain Kode Etik Profesi, praktek kedokteran juga berpegang kepada prinsip-prinsip moral kedokteran yang dijadikan arahan dalam membuat keputusan dan bertindak, arahan dalam menilai baik-buruknya atau benar-salahnya suatu keputusan atau tindakan medis dilihat dari segi moral. Pengetahuan etika ini dalam perkembangannya kemudian disebut sebagai etika biomedis. Etika biomedis memberi pedoman bagi

Transcript of Makalah Ham Kel 8

Page 1: Makalah Ham Kel 8

BAB I

PENDAHULUAN

Di dalam praktek kedokteran terdapat aspek etik dan aspek hukum yang sangat luas.

Etik profesi kedokteran mulai dikenal sejak 1800 SM dalam bentuk Code of

Hammurabi dan Code of Hittites, yang penegakannya dilaksanakan oleh penguasa pada

waktu itu. Selanjutnya etik kedokteran muncul dalam bentuk lain, yaitu dalam bentuk sumpah

dokter yang bunyinya bermacam-macam, tetapi yang paling banyak dikenal adalah sumpah

Hippocrates yang hidup sekitar 460-370 tahun SM. Sumpah tersebut berisikan kewajiban-

kewajiban dokter dalam berperilaku dan bersikap, atau semacam code of conduct bagi dokter.(1)

World Medical Association dalam Deklarasi Geneva pada tahun 1968 mengeluarkan

sumpah dokter (dunia) dan Kode Etik Kedokteran Internasional. Kode Etik Kedokteran

Internasional berisikan tentang kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien, kewajiban

terhadap sesama dan kewajiban terhadap diri sendiri. Selanjutnya, Kode Etik Kedokteran

Indonesia dibuat dengan mengacu kepada Kode Etik Kedokteran Internasional. (1)

Selain Kode Etik Profesi, praktek kedokteran juga berpegang kepada prinsip-prinsip

moral kedokteran yang dijadikan arahan dalam membuat keputusan dan bertindak, arahan

dalam menilai baik-buruknya atau benar-salahnya suatu keputusan atau tindakan medis

dilihat dari segi moral. Pengetahuan etika ini dalam perkembangannya kemudian disebut

sebagai etika biomedis. Etika biomedis memberi pedoman bagi para tenaga medis dalam

membuat keputusan klinis yang etis (clinical ethics) dan pedoman dalam melakukan

penelitian di bidang medis. (1)

Pada dasarnya, suatu norma etik adalah norma yang apabila dilanggar “hanya” akan

membawa akibat sanksi moral bagi pelanggarnya. Namun suatu pelanggaran etik profesi

dapat dikenai sanksi disiplin profesi, dalam bentuk peringatan hingga ke bentuk yang lebih

berat seperti kewajiban menjalani pendidikan / pelatihan tertentu (bila akibat kurang

kompeten) dan pencabutan haknya berpraktik profesi. (1)

Page 2: Makalah Ham Kel 8

BAB II

LAPORAN KASUS

Skenario 1. Ny. S, 35 tahun, datang berobat ke sebuah klinik bedah dengan keluhan utama

tidak dapat buang air kecil. Setipa kali ingin bak, perlu ditolong dengan memakai kateter.

Setelah dilakukan pemeriksaan lengkap, termasuk kolonoskopi, ditemukan adanya tumor

pada daerah kolon yang mendesak vesika urinaria sehingga menyebabkan kesulitan bak.

Dokter mengan-jurkan untuk dilakukan tindakan bedah pengangkatan tumor mengingat

tumornya belum seberapa besar. Ny.S dan keluarganya setuju saran dokter dan

menandatangani informed consent.

Skenario 2. Saat pembedahan dilakukan, dokter menemukan banyak terjadi perlengketan dan

ternyata karsinoma primernya ada pada ovarium kiri. Dihadapkan pada kenyataan yang ada

saat itu dan kondisi pasien yang melemah, dokter segera memutuskan untuk melakukan

reseksi kolon dan mengangkat ovariumnya tanpa konsultasi dulu dengan dokter obgyn.

Setelah operasi, kondisi pasien tampak membaik dan dokter segera memberikan kemoterapi

serta penyinaran. Akibat efek samping kemoterapi dan penyinaran itu, Ny.S, merasakan

penderitaan yang luar biasa, tidak bisa makan karena sangat mual dan nyeri yang tidak

tertahankan. Ny. S akhirnya mengambil keputusan untuk menolak terapi apapun dan mamilih

tinggal dirumah bersama keluarganya. Ia menyadari bahwa penyakitnya tidak bisa diobati

dan hidupnya tidak akan lama lagi.

Skenario 3. Sikap Ny. S, yang menolak semua terapi dari dokter, berdampak pada kondisi

fisiknya yang semakin kurus. Atas saran teman-temannya dan juga desakan dari keluarga,

Ny.S lalu mencoba berobat ke pengobatan alternative. Ramuan ‘’jamu’’ dari pengobatan

alternative, ternyata tidak memberikan perbaikan pada kondisi kesehatannya. Kondisi ny. S

semakin parah dan sekarang malah sering merasakan sakit yang luar biasa yang hampir tidak

tertahankan. Melihat keadaan Ny. S suaminya lalu minta bantuan dokter didekat rumah nya

untuk mengatasi rasa sakitnya. Dokter lalu memberikan suntikan morfin, akibat suntikan

morfin itu, Ny.S tertidur dan kelihatannya rasa sakitnya bisa diredakan. Namun setelah efek

morfin itu hilang, Ny.S tampak kesakitan kembali sehingga dokter terpaksa harus

memberikan suntikan morfin beberapa kali dengan dosis yang semakin bertambah. Pada

akhirnya nyawa Ny.S tidak dapat dipertahankan, ia akhirnya meninggal.

Page 3: Makalah Ham Kel 8

BAB III

PEMBAHASAN

Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 35 tahun

Alamat : -

Skenario 1

Tindakan yang dilakukan oleh dokter terhadap Ny.S sudah tepat karena sesuai dengan

standar medis. Berdasarkan hukum kedokteran, tujuan tindakan medis yang utama, yaitu

menegakkan diagnosis berupa ditemukan adanya tumor pada daerah kolon yang mendesak

vesika urinaria sehingga menyebabkan kesulitan bak dan merencanakan serta melaksanakan

terapi yaitu berupa menganjurkan untuk dilakukan tindakan pembedahan pengangkatan

tumor.

Untuk menegakkan diagnosis, dokter harus melakukan pemeriksaan secara lengkap dan

menyeluruh serta harus teliti, agar tidak terjadi kesalahan dalam mendiagnosis berupa

underdiagnosis atau overdiagnosis dan misdiagnosis. Diagnosis yang tepat sangat

berpengaruh pada rencana dan tindakan terapi yang akan dilakukan.

Sikap dokter yang “menganjurkan” untuk dilakukan pembedahan pengangkatan tumor,

menunjukan bahwa dokter memegang prinsip menghormati otonomi pasien dimana pasien

berhak untuk memilih dan menolak terapi yang akan dilakukan oleh dokter.

Syarat legal dilakukannya tindakan medis harus mencakup tiga hal :

1. Izin pasien berupa informed consent. Materi yang terdapat dalam informed consent

mencakup prosedur tindakan medis berupa alat-alat yang diperlukan, bagian tubuh yang

terkena, kemungkinan nyeri yang timbul, dan kemungkinan terjadinya perluasan operasi

Page 4: Makalah Ham Kel 8

(setelah operasi baru diberitahukan kepada pasien dan keluarganya), risiko yang mungkin

terjadi, manfaat tindakan, alternatif tindakan, prognosis bila tidak dilakukan operasi ini,

perkiraan biaya dan tujuan tindakan medis.

Dasar hukum Informed Consent:

a. Undang-undang no. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran : “Informed consent

adalah persetujuan pasien untuk menjalani tindakan medis setelah dia memahami

rencana tindakan tersebut.”

b. PERMENKES 585/ 89 : Persetujuan bisa secara lisan/ tertulis. Setelah pasien

mendapatkan informasi yang adekuat tentang tindakan dan faktor risikonya.

Kegunaan informed consent :

1. Sebagai bukti tertulis persetujuan tindakan medis

2. Memacu ketelitian dan kehati-hatian dokter

3. Meningkatkan pengambilan keputusan yang rasional

4. Menghindari penipuan dan pemerasan

5. Dokter terhindar secara hukum dari kegagalan yang bukan kelalaian

Setiap tindakan invasif harus ada informed consent tertulis dan pasien harus sudah

memahami risiko dan efek samping. Dokter perlu menjelaskan secara singkat dan jelas

serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien mengenai semua perincian

terapi, mulai dari pre-operasi sampai post-operasi. Hal ini telah disebutkan dalam

PERMENKES 585 pasal 6 bahwa informasi harus diberikan oleh dokter yang melakukan

operasi.

Yang dapat memberikan persetujuan informed consent :

1. Persetujuan oleh pasien dewasa yang sehat mental, minimal 21 tahun atau telah

menikah.

2. Jika pasien tidak sehat secara mental dapat diwakilkan oleh wali.

3. Keluarga terdekat apabila pasien belum 21 tahun.

4. Jika dokter melakukan tindakan medis invasif tanpa informed consent maka

dianggap menganiaya.

Page 5: Makalah Ham Kel 8

2. Alasan menurut ilmu kedokteran : Indikasi medis. (dalam hal ini ditemukan tumor yang

menekan Vesika Urinaria sehingga mengakibatkan kesulitan bak, yang merupakan

indikasi dilakukannya pengangkatan tumor melalui pembedahan)

3. Cara yang baku/ standar menurut ilmu kedokteran : Standar medis.

Tindakan medis harus didasari prinsip moral :

a. Otonomi

b. Beneficence

c. Non-maleficience

d. Justifikasi

Skenario 2

Pro dan kontra terhadap tindakan operasi yang dilakukan oleh dokter :

PRO KONTRA

1. Tindakan dokter yang melakukan reseksi

kolon dan mengangkat ovarium kiri pasien

dapat dibenarkan apabila di informed

consent telah diinformasikan mengenai

tindakan lain yang mungkin akan

diperlukan sewaktu-waktu. Reseksi kolon

dan pengangkatan ovarium dapat

dimasukkan ke dalam kemungkinan

perluasan operasi.

Pasal 7 Permenkes RI No 585:

‘Informasi juga harus diberikan jika ada

kemungkinan perluasan operasi. Perluasan

yangtidak dapat diduga sebelumnya, dapat

dilakukan untuk menyelamatkan jiwa

pasien. Setelah perluasan operasi tersebut

dilakukan, dokter harus memberikan

informasi kepada pasien nya’

1. Dokter melakukan kesalahan dalam

mendiagnosis penyakit pasien atau

underdiagnosis berupa adanya tumor

primer yang telah bermetastasis dan tidak

terdiagnosis oleh dokter.

2. Dokter mengangkat ovarium kiri tanpa

persetujuan dari pasien dimana mengingat

usia pasien masih produktif. Ini akan

berpengaruh besar terhadap kemampuan

reproduksi. Dokter dianggap melanggar

prinsip otonomi pasien.

3. Dokter seharusnya meminta izin kepada

keluarga pasien atau berkonsultasi dahulu

dengan dokter obgyn yang ahli.

4. Dokter ini mungkin berkompetensi untuk

mengangkat ovarium kiri, tapi tidak

berwenang untuk melakukannya karena

itu merupakan kompetensi dokter obgyn.

Page 6: Makalah Ham Kel 8

2. Dengan melihat kondisi pasien yang

tampak melemah, dokter segera

memutuskan untuk melakukan reseksi

kolon dan mengangkat ovarium tanpa

konsultasi dengan dokter obgyn, hal ini

menunjukan bahwa dokter melaksanakan

prinsip beneficence (untuk kepentingan

pasien), dimana jika tindakan tersebut

tidak dilakukan segera, dikhawatirkan

akan memperburuk keadaan pasien.

5. Berdasarkan standar operasional medis

dokter dianggap melanggar karena tidak

melakukan biopsi terlebih dahulu untuk

pemeriksaan lebih lanjut untuk

mengetahui stadium Ca.

Dikatakan bahwa akibat efek samping kemoterapi dan penyinaran itu, Ny.S, merasakan

penderitaan yang luar biasa sehingga Ny.S mengambil keputusan untuk menolak terapi

apapun dan mamilih tinggal dirumah bersama keluarganya. Ia menyadari bahwa penyakitnya

tidak bisa diobati dan hidupnya tidak akan lama lagi.

PRO Ny.S KONTRA Ny.S

1. Pengobatan dengan kemoterapi selain sakit

juga mengeluarkan biaya yang besar dan

hasilnya pun belum tentu dapat sembuh.

2. Menolak semua pengobatan adalah hak

Ny.S.

1. Ny. S masih muda (35 tahun), seharusnya

tidak berputus asa, lagipula setelah operasi

dilakukan kondisi pasien tampak membaik.

2. Hidup dan mati, sakit dan sembuh adalah

Tuhan yang menentukan, manusia harus

berusaha.

3. Menolak segala macam pengobatan

termasuk bunuh diri secara tidak langsung.

Peran dokter dalam menghadap Ny.S yang menolak semua terapi :

1. Dokter tidak dapat memaksa pasien untuk melakukan terapi karena menolak terapi

adalah hak pasien dan dokter harus menghormatinya.

2. Menjelaskan tujuan dilakukan terapi atau pengobatan.

Page 7: Makalah Ham Kel 8

3. Menjelaskan kemungkinan yang akan terjadi apabila tidak dilakukan terapi.

4. Dokter harus memikirkan kemungkinan bahwa pasien akan mencari pengobatan lain

(terapi alternatif) sehingga dokter harus menjelaskan perbedaan pengobatan alternatif

dan terapi medis serta efek yang mungkin akan terjadi dari pengobatan alternatif yang

tidak benar atau sembarangan.

Pandangan agama tentang hal yang harus dilakukan dalam menghadapi sakit penyakit:

1. ISLAM

Islam memerintahkan seluruh umatnya untuk melakukan pengobatan, dan sebaliknya

melarang mereka bersikap pasrah dengan kondisi negatif tanpa melakukan tindakan

usaha apapun.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dan perawi lain disebutkan bahwa

Rasululluah bersabda bahwa setiap penyakit memiliki penawar. Jika obat penawar itu

sudah dikonsumsi, maka penyakitnya akan sembuh dengan izin Allah.

Dalam hadits tersebut juga dijelaskan prinsip-prinsip dalam pengobatan, yakni

menentukan jenis obat dengan cermat terlebih dahulu, memahami betul jenis obat

tersebut dengan mengkonsultasikan kepada ahlinya (dokter spesialis).

Menurut ajaran Islam, ada beberapa hal yang harus dilakukan orang yang sakit, yaitu

antara lain:

- Orang sakit harus bersabar dan jangan banyak berkeluh kesah

- Memperbanyak permohonan kepada Tuhan

- Berusaha berobat dengan sikap tawakal kepada Allah

2. KRISTEN

Memandang manusia bukan sebagai objek / materi

Tidak hanya penyembuhan etiologi medis

Diberikan pengobatan agar pasien merasa lebih nyaman

3. KHATOLIK

Meskipun nyatanya kematian sudah dekat, perawatan yang biasanya diberikan kepada

orang sakit, tidak boleh dihentikan. Memakai cara untuk mengurangkan rasa sakit, untuk

meringankan penderitaan orang yang sakit parah, malahan dengan bahaya memperpendek

Page 8: Makalah Ham Kel 8

kehidupannya, secara moral dapat dipandang sesuai dengan martabat manusia, kalau

kematian tidak dikehendaki sebagai tujuan atau sebagai sarana, tetapi hanya diterima dan

ditolerir sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindarkan. Perawatan orang yang menghadapi

ajalnya adalah satu bentuk cinta kasih tanpa pamrih yang patut dicontoh. Karena alasan

ini, perawatan harus digalakkan.

4. HINDU

Kalau sakit, hendaklah diusahakan pengobatannya.

Laksanakanlah dharma itu sebab dharma itulah yang akan melindungi dari bahaya.

Pasien, pakar pengobatan dan keluarga pasien hendaknya sabar dan mengusahakan

penyembuhannya.

Pasien hendaknya berdoa (sembahyang).

Memandang sakitnya bukan kutukan Tuhan (Sang Hyang Widhi Wasa), tetapi ada

hubungannya dengan hukum karma.

Dokter serta petugas kesehatan hendaknya berusaha melaksanakan tugas

kewajibannya dengan memberikan bantuan pengobatan serta perawatan dengan sabar.

5. BUDDHA

Setiap orang boleh berusaha untuk sembuh, untuk mengurangi penderitaannya, itu

adalah hak sebagai manusia.

Cara menolong

- Berusaha mengurangi/meringankan penderitaan makhluk lain

- Anjurkan agar rela menerima segala yang datang, namun tetap optimis

- Tidak memberikan beban tambahan

- Mencegah lebih baik dari menyembuhkan

Skenario 3

PERMENKES RI No 1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang batasan terapi alternatif :

Terapi alternatif merupakan terapi non-konvensional untuk meningkatkan kesehatan pasien

yang bersifat promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan harus dilandasi pengetahuan

biomedik. Individu yang menjalankan usaha terapi altrernatif seyogyanya memiliki izin dari

pemerintah untuk menjalankan praktik di bidang kesehatan.

Page 9: Makalah Ham Kel 8

Pro dan kontra tentang pengobatan alternatif :

Pro Pengobatan alternatif Kontra Pengobatan alternatif

1. Pada umumnya biaya untuk terapi

alternatif lebih murah.

2. Efek samping lebih sedikit.

3. Pada umumnya tidak invasif.

4. Menggunakan bahan alamiah.

5. Tujuan : meningkatkan derajat kesehatan.

1. Tidak ada pembuktian atau tidak

berdasarkan evidence based.

2. Belum diakui secara medis

3. Tidak jelas bahan-bahan yang digunakan

dalam pengobatan alternatif.

4. Tidak melaporkan praktek kepada dinas

kesehatan sehingga tidak memiliki surat

ijin

5. Membuka peluang untuk penipuan.

Pandangan bioetika tentang pengobatan alternatif :

1. Menghormati otonomi

2. Melindungi agar pasien tidak dirugikan

3. Harus hati-hati dan teliti dalam memilih terapi alternatif

4. Harus didasarkan atas evidence based

Pandangan Agama tentang Terapi Alternatif

1. Agama Islam : Diperbolehkan selama tidak melanggar syariat Islam, pengobatan

berdasarkan dengan dalil-dalil yang kuat, dan tidak tercampur dengan kesyirikan.

Contohnya pengobatan herbal yang halal dan tidak merusak tubuh.

2. Agama Kristen : Tidak menolak dan tidak menelan mentah-mentah dan perlu memahami

konsep dibalik praktik penyembuhan alternatif tersebut berdasarkan kebenaran.

3. Agama Hindu : Diperbolehkan, salah satunya ayuverda. Dalam hindu, terjadinya sakit

karena ketidakseimbangan antara kapha, pitta, vantha, sedangkan ayuverda

menyeimbangkan 3 unsur tersebut.

4. Agama Buddha : Tidak masalah selama tidak melanggar sila dan dhamma serta dilakukan

secara sadar dan sukarela.

Pro dan Kontra atas tindakan dokter dengan memberikan suntikan morfin pada pasien

Page 10: Makalah Ham Kel 8

Pro Kontra

1. Bioetika :

Tidak bertentangan dengan prinsip

beneficence dimana tujuan dokter

menyuntikan morfin adalah untuk

meringankan rasa sakit yang diderita

oleh pasien.

2. Penyakit Ny.S adalah stadium terminal,

sehingga pengobatan yang dapat

diberikan hanyalah pengobatan yang

bersifat simptomatik, dalam hal ini

adalah dengan memberikan suntikan

morfin untuk menghilangkan rasa sakit

pasien.

1. Apakah dokter ini berkompeten untuk

memberikan suntikan morfin kepada

pasien.

2. Merupakan suatu pasif eutanasia yaitu

pasien dibiarkan meninggal secara

natural, dan morfin hanya diberikan untuk

menunggu sampai pasien meninggal.

Page 11: Makalah Ham Kel 8

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

TERAPI ALTERNATIF

Menurut  National Center for Complementary and Alternative Medicine

(NCCAM) Pengobatan alternative dapat dikategorikan menjadi 5 kategori yang kadangkala

satu jenis pengobatan bisa mencakup beberapa kategori5) :

1. Alternative Medical System/ Healing System – non medis

Terdiri dari Homeopathy, Naturopathy, Ayurveda dan Traditional Chinese Medicine

(selanjutnya disingkat TCM).

2. Mind Body Intervention

Terdiri atas Meditasi, Autogenics, Relaksasi Progresif, Terapi Kreatif, Visualisasi

Kreatif, Hypnotherapy, Neurolinguistik Programming (NLP), Brain Gym, dan Bach

Flower Remedy.

3. Terapi Biologis

Terdiri dari Terapi Herbal, Terapi Nutrisi, Food Combining, Terapi Jus, Makrobiotik,

Terapi Urine, Colon Hydrotherapy.

4. Manipulasi Anggota Tubuh

Terdiri atas Pijat/Massage, Aromatherapy, Hydrotherapy, Pilates, Chiropractic, Yoga,

Terapi Craniosacral, Teknik Buteyko.

5. Terapi Energi

Terdiri dari Akupunktur, Akupressur, Refleksiologi, Chi Kung, Tai Chi, Reiki, dan Prana

healing.

PERSETUJUAN DAN PENOLAKAN TERHADAP TINDAKAN MEDIS

Tindakan Medis telah ditetapkan bahwa dalam keadaan tidak darurat, seorang dokter

harus meminta persetujuan pasien terhadap terapi sebelum terapi diberikan. Terdapat dua

teori tentang persetujuan pasien; teori tradisional berdasarkan hukum penganiayaan dan teori

baru yang berdasarkan hukum kelalaian. Dalam beberapa wilayah hukum, kurangnya

persetujuan medis dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak walaupun tidak terjadinya

Page 12: Makalah Ham Kel 8

suatu kelalaian. Hukum melindungi hak seseorang untuk mengambil keputusan menerima

atau menolak terapi, terlepas dari bijaksana atau tidaknya keputusan tersebut. Prinsip dasar

dalam hukum kita adalah setiap orang memiliki hak untuk memutuskan hal-hal yang

menyangkut tubuh mereka. Hubungan dokter pasien dikenal sebagai “fiduciary relationship”

yang berarti hubungan yang berlandaskan kepercayaan.

INFORMED CONSENT

Tujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapat informasi yang cukup untuk

dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan. Informed consent juga

berarti mengambil keputusan bersama. Hak pasien untuk menentukan nasibnya dapat

terpenuhi dengan sempurna apabila pasien telah menerima semua informasi yang ia perlukan

sehingga ia dapat mengambil keputusan yang tepat. Kekecualian dapat dibuat apabila

informasi yang diberikan dapat menyebabkan guncangan psikis pada pasien.

Dokter harus menyadari bahwa informed consent memiliki dasar moral dan etik yang

kuat. Menurut American College of Physicians’ Ethics Manual, pasien harus mendapat

informasi dan mengerti tentang kondisinya sebelum mengambil keputusan. Berbeda dengan

teori terdahulu yang memandang tidak adanya informed consent menurut hukum

penganiayaan, kini hal ini dianggap sebagai kelalaian. Informasi yang diberikan harus

lengkap, tidak hanya berupa jawaban atas pertanyaan pasien.

Suatu informed consent harus meliputi :

1. Dokter harus menjelaskan pada pasien mengenai tindakan, terapi dan penyakitnya

2. Pasien harus diberitahu tentang hasil terapi yang diharapkan dan seberapa besar

kemungkinan keberhasilannya

3. Pasien harus diberitahu mengenai beberapa alternatif yang ada dan akibat apabila

penyakit tidak diobati

4. Pasien harus diberitahu mengenai risiko apabila menerima atau menolak terapi

Risiko yang harus disampaikan meliputi efek samping yang mungkin terjadi dalam

penggunaan obat atau tindakan pemeriksaan dan operasi yang dilakukan.

Page 13: Makalah Ham Kel 8

HAL HAL YANG DIINFORMASIKAN

Hasil Pemeriksaan

Pasien memiliki hak untuk mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

Misalnya perubahan keganasan pada hasil Pap smear. Apabila infomasi sudah diberikan,

maka keputusan selanjutnya berada di tangan pasien.

 Risiko

Risiko yang mungkin terjadi dalam terapi harus diungkapkan disertai upaya antisipasi

yang dilakukan dokter untuk terjadinya hal tersebut. Reaksi alergi idiosinkratik dan kematian

yang tak terduga akibat pengobatan selama ini jarang diungkapkan dokter. Sebagian kalangan

berpendapat bahwa kemungkinan tersebut juga harus diberitahu pada pasien. Jika seorang

dokter mengetahui bahwa tindakan pengobatannya berisiko dan terdapat alternatif

pengobatan lain yang lebih aman, ia harus memberitahukannya pada pasien. Jika seorang

dokter tidak yakin pada kemampuannya untuk melakukan suatu prosedur terapi dan terdapat

dokter lain yang dapat melakukannya, ia wajib memberitahukan pada pasien.

 Alternatif

Dokter harus mengungkapkan beberapa alternatif dalam proses diagnosis dan terapi.

Ia harus dapat menjelaskan prosedur, manfaat, kerugian dan bahaya yang ditimbulkan dari

beberapa pilihan tersebut. Sebagai contoh adalah terapi hipertiroidisme. Terdapat tiga pilihan

terapi yaitu obat, iodium radioaktif, dan subtotal tiroidektomi. Dokter harus menjelaskan

prosedur, keberhasilan dan kerugian serta komplikasi yang mungkin timbul.

 Rujukan/ konsultasi

Dokter berkewajiban melakukan rujukan apabila ia menyadari bahwa kemampuan

dan pengetahuan yang ia miliki kurang untuk melaksanakan terapi pada pasien-pasien

tertentu. Pengadilan menyatakan bahwa dokter harus merujuk saat ia merasa tidak mampu

melaksanakan terapi karena keterbatasan kemampuannya dan ia mengetahui adanya dokter

lain yang dapat menangani pasien tersebut lebih baik darinya.

Page 14: Makalah Ham Kel 8

 Prognosis

            Pasien berhak mengetahui semua prognosis, komplikasi, sekuele, ketidaknyamanan,

biaya, kesulitan dan risiko dari setiap pilihan termasuk tidak mendapat pengobatan atau tidak

mendapat tindakan apapun. Pasien juga berhak mengetahui apa yang diharapkan dari dan apa

yang terjadi dengan mereka. Semua ini berdasarkan atas kejadian-kejadian beralasan yang

dapat diduga oleh dokter. Kejadian yang jarang atau tidak biasa bukan merupakan bagian

dari informed consent. 

Page 15: Makalah Ham Kel 8