Makalah HAM

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak kasus pelanggaran hak asasi manusia terhadap para tenaga kerja Indonesia (TKI) terjadi. TKI tersebut hanya menanggung sendiri beban hukumannya atas kesalahan yang tidak sepadan. Banyak TKI disiksa oleh majikannya, baik diperkosa, bahkan dibunuh. Secara kasat mata, ini merupakan tanggung jawab negara dan institusi nasionalnya dalam melindungi hak-hak setiap warga negaranya. Satu standar yang diterima secara universal bahwa negara memikul tanggung jawab utama dalam pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia. Oleh karena itu pemahaman tanggung jawab negara merupakan isu yang mendesak untuk dikaji secara konseptual maupun secara praktis, sehingga di satu pihak pelanggaran yang terjadi semakin berkurang dan di pihak lain negara lebih bersungguh-sungguh dalam pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia. Langkah- langkah strategi siapakah yang perlu dilakukan negara untuk memperbaiki kondisi hak asasi manusia para TKI yang terampas, merupakan pertanyaan yang harus dijawab mengingat krisis ketenagakerjaan yang dihadapi Indonesia saat ini. 1

description

Makalah hak asasi manusia

Transcript of Makalah HAM

Page 1: Makalah HAM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, banyak kasus pelanggaran hak asasi manusia terhadap para

tenaga kerja Indonesia (TKI) terjadi. TKI tersebut hanya menanggung sendiri

beban hukumannya atas kesalahan yang tidak sepadan. Banyak TKI disiksa oleh

majikannya, baik diperkosa, bahkan dibunuh. Secara kasat mata, ini merupakan

tanggung jawab negara dan institusi nasionalnya dalam melindungi hak-hak setiap

warga negaranya. Satu standar yang diterima secara universal bahwa negara

memikul tanggung jawab utama dalam pemajuan dan perlindungan hak asasi

manusia.

Oleh karena itu pemahaman tanggung jawab negara merupakan isu yang

mendesak untuk dikaji secara konseptual maupun secara praktis, sehingga di satu

pihak pelanggaran yang terjadi semakin berkurang dan di pihak lain negara lebih

bersungguh-sungguh dalam pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia.

Langkah-langkah strategi siapakah yang perlu dilakukan negara untuk

memperbaiki kondisi hak asasi manusia para TKI yang terampas, merupakan

pertanyaan yang harus dijawab mengingat krisis ketenagakerjaan yang dihadapi

Indonesia saat ini.

Kesuliatan pokok dalam pelaksanaan perlindungan hak asasi manusia di

Indonesia adalah lemahnya instrumen minimal dari birokrasi pemerintah guna

menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM yang dialami TKI. Untuk itu,

Indonesia membutuhkan negara yang kut dan peduli agar mampu memberi

perlindungan hak asasi manusia. Hal ini merupakan kebalikan dari asumsi-asumsi

yang dimiliki oleh negara maju bahwa peran negara harus dibatasi.

Hak asasi manusia merupakan hak yang melekat dengan kuat dalam diri

manusia, begitu juga para TKI yang terampas haknya. Keberadaannya diyakini

sebagai bagian dari kehidupan manusia. Negara wajib membela hak-hak setiap

warga negaranya. Negara yang baik adalah negara yang mengedepankan

terjaminnya kelangsungan hidup rakyatnya agar sejahtera. Sayangnya, belum ada

1

Page 2: Makalah HAM

usaha secara penuh oleh pemerintah dalam menunjukkan kewajibannya dalam

melindungi hak para TKI yang bekerja di luar negeri.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya pelanggran hak asasi

manusia terhadap TKI.

2. Mengetahui pelanggaran HAM yang dialami TKI.

3. Mengetahui peranan pemerintah dalam menuntaskan kasus pelanggaran

HAM yang dialami TKI.

1.3 Identifikasi Masalah

1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran hak

asasi manusia terhadap TKI?

2. Bagaimana bentuk-bentuk pelanggaran hak asasi manusia terhadap TKI?

3. Bagaimana proses yang sah sesuai ketentuan untuk menjadi TKI yang

legal?

1.4 Alasan Memilih Judul

Bentuk apresiasi kelompok kami mengenai peran dan kerja keras para

Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang selama ini dirasa masih belum cukup

mendapat perhatian dari masyarakat umum. Konteks perhatian dalam hal ini baik

dari segi positif maupun dari segi negatifnya. Ditinjau dari segi positif dari peran

TKI dalam meningkatkan pengahsilan devisa negara, meningkatkan kesejahteraan

bangsa Indonesia, dan wujud kompetensi sumber daya manusia bangsa Indonesia

yang berkualitas hingga diakui kemampuannya untuk bekerja di luar negeri.

Banyaknya permintaan tenaga kerja dari Indonesia oleh negara-negara lain

menunjukkan tingginya kebutuhan negara lain dengan kualitas dan kompetensi

sumber daya manusia bangsa Indonesia.

Lebih dari segi positifnya, kami menaruh perhatian khusus pada segi

negatifnya. Kenyataan yang beredar hingga saat ini, masih banyak kasus-kasus

yang menyangkut permasalahan TKI terutama dalam hal pelanggaran hak

seseorang atau hak asasi manusia. Padahal sejak dideklarasikannya piagam

Magna Charta, semua negara berbondong-bondong berjuang untuk menegakkan

2

Page 3: Makalah HAM

dan menjamin terpenuhi dan terlindunginya hak asasi manusia. Kasus pelanggaran

hak asasi manusia yang banyak dialam TKI di luar negeri merupakan

penyimpangan yang fatal, karena peraturan dan penegakan hak asasi manusia

yang sudah bersifat global. Artinya peraturan ini berlaku secra universal di

seluruh dunia. Meski bersifat universal sangat disayangkan peraturan ini tidak

dapat mencegah frekuensi pelanggaran hak asasi manusia yang marak.

Permasalahan hak asasi manusia ini menyangkut hubungan diplomatik antar

negara dan kesejahteraan TKI itu sendiri. Berbagai pemaparan di atas menjadi

landasan kami dalam mengangkat judul ini dalam makalah kami dengan harapan

adanya perhatian khusus masyarakat maupun pemerintah terhadap berbagai

polemik yang dialami TKI saat ini. Lebih jelasnya lagi kami mengambil subjek

pemerintah dalam sisi perannya karena pemerintah sebagai pihak yang

bertanggung jawab dengan ketenagakerjaan di Indonesia terutama

kesejahteraannya. Selain itu masalah pelanggaran HAM pada TKI sudah

melibatkan faktor eksternal maupun internal. Eksternal maksudnya permasalahan

ini menyangkut hubungan diplomatik atau hubungan internasional dengan negara

yang bersangkutan, sedangkan masalah internal adalah investigasi terhadap

adanya kemungkinan penyimpangan dalam persiapan dan penempatan TKI ke

luar negeri.

3

Page 4: Makalah HAM

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

2.1.1 Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia (HAM) merupakan hak-hak yang melekat pada diri

manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat

diganggu gugat oleh siapa pun (Rangkuti 2007). HAM pada dasarnya ada bukan

karena diberikan oleh masyarakat atau dari kebaikan negara, melainkan

berdasarkan martabatnya sebagai manusia patut memperoleh apresiasi secara

positif (EL-Muntajdan Hum 2005).

Secra etimologis, hak asasi manusia terbentuk dalam tiga kata yaitu hak,

asasi, dan manusia. Dua kata pertama, hak dan asasi berasal dari bahasa Arab,

sementara kata “manusia” adalah kata dalam bahasa Indonesia. Kata haqq diambil

dari akar kata haqqa, yahiqqu, dan haqqaan yang memiliki arti benar, nyata,

pasti, tetap, dan wajib. Berdasarkan pengertian tersebut, maka haqq adalah

kewenangan atau kewajiban untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan

sesuatu. Kata asasiy berasal dari akar kata asaa, yaussu, dan asasaan yang artinya

membangun, mendirikan, dan meletakkan. Daat juga berarti asal, pangkal, asas,

dasar dari segala sesuatu. Dengan demikian dapat disimpulakn asasi artinya segala

sesuatau yang bersifat mendasar dan fundamental yang selalu melekat pada

objeknya (Ba’al Bahi 1979). Hak asasi manusia dalam bahasa Indonesia dapat

diartikan sebagai hak-hak mendasar pada diri manusia (DEPDIKBUD 1994).

HAM dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu hak persamaan dan kebebasan,

hak hidup, hak memperoleh perlindungan, hak penghormatan pribadi, hak

menikah dan berkeluarga, hak wanita sederajat dengan pria, hak anak dari orang

tua, hak memperoleh pendidikan, hak memilih agama, hak memperoleh

kesempatan yang sama, hak milik pribadi, hak menikmati hasil produk, serta hak

narapidana. Pemikiran HAM yang sesuai konteks ruang dan jamannya terus

berlangsung.

Nilai- nilai Ham dapat berlaku secra universal di semua negara atau nilai-

nilai HAM pada suatu negara sangat kontekstual, yaitu mempunyai kekhususan

4

Page 5: Makalah HAM

(partikular) dan tidak berlaku untuk setiap negara karena danya keterkaitan

dengan nilai-nilai kultural yang tumbuh dan berkembang pada suatu negara.

Dalam perkembangannya sekarang ini HAM sudah dapat diterima secra universal

sebgai sebuah moral yang merupakan kerangka acuan yang sah dalam

membangun dunia yang damai dan bebas dari ketakutan, penindasan, serta

ketidakadilan. Selain itu di dalam UUD 1945 telah banyak yang menjelaskan

tentang HAM.

Akan tetapi, pada praktiknya banyak pelanggaran-pelanggaran HAM yang

terjadi di dalam negeri maupun di luar negeri. Salah satu permasalahan vital yang

sampai sekarang belum dapat diselesaikan secara tuntas adalah mengenai maslah

ekspor Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri khususnya tenaga kerja

nonformal. Tidak sedikit pemberitaan yang muncul di media massa baik cetak

maupun elektronik yang mengungkap malangnya nasib para TKI yang mendapat

perlakuan dari majikanmereka di luar negeri yang dapat dikatakan tidak

manusiawi dan melanggar hak asasi mereka sebagai manusia.

2.1.2 Tenaga Kerja Indonesia

Pengertian dari TKI adalah tenaga kerja berkewarganegaraan Indonesia

yang bekerja di negra tujuan dengan menggunakan syarat-syarat serta ketentuan.

Menilik dari namanya tenaga kerja bukan berarti mereka mempertaruhkan hak-

hak yang dia miliki sebagaimana ciptaan Tuhan Yng Maha Esa.

Pasal 1 UU No. 39 Tahun 2004 dijelaskan tentang beberapa istilah mngenai

Tenaga Kerja Indonesia, yaitu:

1. Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut TKI adalah setiap

warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar

negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan

menerima upah.

2. Calon Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut calon TKI

adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagau

pencari kerja yang akan bekerja di luar negeri dan terdaftar di instansi

5

Page 6: Makalah HAM

pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang

ketenagakeerjaan.

3. Penempatan TKI adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukn TKI

sesuai bakat, minat, dan kemampuannya dengan pemberi kerja di luar

negeri yang meliputi seluruh proses perekrutan, pengurus dokumen,

pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan keberangkatan,

pemberangkatan sampai ke tempat tujuan, dan pemulangan dari negara

tujuan.

4. Perlindungan TKI adalah segala upaya untuk melindungi kepentingan

calon TKI/TKI dalam mewujudkan terjaminnya pemenuhan hak-

haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, baik sebelum,

selama, maupun sesudah bekerja.

Dalam definisi tersebut seharusnya seseorang yang berprofesi sebagai TKI

diperakukan selayaknya pekerja lainnya dalam negeri, bahkan kalau bisa para TKI

lebih “dispesialkan”. Apalagi melihat peran TKI untuk negeri sendiri yang sangat

memberikan keuntungan negara cukup besar, antar lain TKI berperan sebagai

penghasil devisa bagai negara. Selain itu TKI juga dapat berperan sebagai

“jembatan penyambung” silaturahmi antar negara. Melihat peranannya yang

sangat besar, seharusnya pemerintah Indonesia bertindak secara nyata untuk

melindungi hak-hak asasi manusia para TKI. Selama ini perlindungan tentang

HAM di Indonesia terkesan hanya tampak sebatas tulisan peraturan perundang-

undangan yang kurang aksi nyata. Hal itu yang perlu dibenahi dan ditata ulang

dalam negara ini. Pemerintah harus mampu lebih tegas dalam menegakkan

perlindungan HAM dalam negeri agar warga negara lain tidak semena-mena

memperlakukan warga negara Indonesia yang menjaid TKI di luar negeri.

2.2. Permasalahan

2.2.1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM

terhadap TKI

1. Pemahaman belum merata tentang HAM

Masih belum adanya kesepahaman pada tataran konsep hak asasi

manusia antara paham yang memandang HAM bersifat universal dan

6

Page 7: Makalah HAM

paham yang memandang bangsa memiliki paham HAM tersendiri berbeda

dengan paham yang lain terutama dalam pelaksanaanya.

2. Telah terjadi krisis moral

Krisis moral jauh lebih berbahaya dari krisis lainnya. Krisis moral

dapat melumpuhkan segala aspek atau sendi dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. Selain itu, krisis moral ini juga disebabkan

oleh masih rendahnya kesadaran akan rasa kemanusiaan di dalam

masyarakat oleh karena itu, manusia harus dapat juga menghargai dan

menghormati manusia lainnya. Hal ini dapat diterapkan dengan tidak

berlaku seenaknya, apalagi sampai melanggar hak asasi manusia lainnya.

3. Adanya oknum-oknum PJTKI

Masih banyaknya Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia

(PJTKI) yang tidak mendapat izin dari Departemen Tenaga Kerja

(Depnaker), sehingga menyebabkan aliran TKI tidak terkontrol.

Akibatnya, banyak kasus-kasus pemulangan TKI yang tidak lengkap surat-

suratnya alias ilegal.

4. Aparat hukum yang berlaku bertindak sewenang-wenang

Di dalam masyarakat terdapat banyak kekuasaan yang berlaku.

Kekuasaan disini tidak hanya menunjuk pada kekuasaan pemerintah, tetapi

juga bentuk-bentuk kekuasaan lain yang terdapat di dalam masyarakat.

Salah satu contohnya adalah kekuasaan di dalam perusahaan. Para

pengusaha yang tidak mempedulikan hak-hak buruhnya jelas melanggar

hak asasi manusia. Oleh karena itu, dapat kita lihat bahwa setiap elemen di

dalam masyarakat yang memiliki kekuasaan cenderung menyalahgunakan

kekuasaannya tersebut. Kekuasaan-kekuasaan yang mereka miliki

seharusnya dibatasi sehingga tetap menghormati hak orang lain dan tidak

melanggarnya. Penegak hukum yang bersikap tidak adil akan membuat

masyarakat pun bertindak sewenang- wenang. Pemerintah harus bisa

bertindak tegas dalam menyelesaikan masalah ini. Pelanggar HAM

seharusnya diberi hukuman yang tegas.

5. Tingkat pendidikan TKI di luar negeri yang rendah

7

Page 8: Makalah HAM

Kondisi ini kurang memberikan daya tawar (bargaining position)

yang tinggi terhadap majikan di luar negeri yang akan mempekerjakannya.

Keterbatasan pengetahuan tersebut meliputi tata kerja dan budaya

masyarakat setempat. Tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap

penguasaan bahasa, akses informasi teknologi dan budaya tempat TKI

bekerja. Sebagai TKI, bukan hanya bermodal skill atau keahlian teknis

semata tetapi juga pemahaman terhadap budaya masyarakat tempat

mereka bekerja. Karena kualitas tenaga kerja dan pendidikan selalu

memiliki keterkaitan. Sinergisme tersebut bagi TKI, khususnya yang

bekerja di luar negeri masih kurang. Hal ini terbukti dari hasil survey yang

dilakukan oleh  The Political and Economic Risk Consultancy yang

memosisikan kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat ke-12

setelah Vietnam dengan skor 6.56.

6. Regulasi atau peraturan pemerintah yang kurang berpihak pada TKI di luar

negeri khususnya sektor PRT

Hukum yang berlaku di daerah tujuan penempatan TKI yang

kurang memberikan perlindungan. Hal ini sudah jelas terlihat dengan

maraknya kasus penganiayaan yang terjadi terutama pada PRT. Ketika

terjadi masalah para TKI harus mengadu dulu pada duta besar negara

Indonesia atau ketika sudah disorot oleh media baru ada respon untuk

melindungi hak mereka. Hal yang selama ini dipertanyakan mengenai

perjanjian tertulis antara Indonesia dengan negara tujuan karena

banyaknya kasus penganiayaan yang masih terjadi. Hal tersebut ternyata

telah diatur dalam Pasal 27 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004

mengatur tentang penempatan TKI di luar negeri hanya dapat dilakukan ke

negara tujuan yang pemerintahnya telah membuat perjanjian tertulis

dengan Pemerintah Republik Indonesia atau ke negara tujuan yang

mempunyai peraturan perundang-undangan yang melindungi tenaga kerja

asing.

2.2.2. Bentuk Pelanggaran Hak Asasi Manusia Terhadap TKI

8

Page 9: Makalah HAM

Pasar Kerja Luar Negeri sudah sejak lama dikenal oleh Warga Negara Indonesia

melalui hubungan tradisional antar penduduk seperti lintas batas dengan Malaysia dan

Singapura yang didasari atas kedekatan wilayah, hubungan keagamaan dengan Saudi

Arabia dan Negara-negara lain di Timur Tengah, dan hubungan sosial dengan negara-

negara dikawasan Asia Pasifik, Eropa dan Afrika, Australia dan negara-negara di

Kawasan Amerika. Pada tahap awalnya luput dari perhatian Pemerintah dan masyarakat,

setelah pemerintah menyadari dan menyerahkan pengelolaannya kepada pihak swasta

penempatan TKI menjadi lebih marak dan permasalahannya pun terus meningkat.

Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain:

a. Pra Penempatan.

Berdasarkan data dan berita-berita yang pernah dipublikasikan oleh

media massa, baik cetak maupun elekronik maupun kasus-kasus yang

ditangani oleh BNP2TKI, permasalahan-permasalahan yang menimpa

Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI) adalah:

1. Pemotongan gaji terlalu besar oleh PPTKIS (Perusahaan Pengerah

Tenaga Kerja Indonesia Swasta) bekerjasama dengan Agency-nya di

luar negeri.

2. Di penampungan oleh PPTKIS disuruh menanda tangani surat, apabila

batal berangkat CTKI harus membayar ganti rugi yang cukup besar

(pemerasan ketika membatalkan diri berangkat).

3. Penyekapan di penampungan karena dijadikan stok manusia.

4. Kondisi penampungan yang buruk yaitu:

a) kotor, sanitasi buruk, tanpa tempat tidur (tidur di lantai dengan

tikar atau karpet.

b) makanan yang tidak memenuhi standar kesehatan dan kelayakan.

5. Selama ditampung dipekerjakan pada rumah pemilik PPTKIS atau

rumah perorangan dan tidak dibayar dengan alasan praktek kerja

lapangan (PKL).

6. Kekerasan psikis dan intimidasi di penampungan.

7. Kekerasan fisik di penampungan.

8. Pelecehan seksual di penampungan.

9. Diansuransikan, tetapi bila ada masalah tidak bisa diklaim asuransinya.

10. Sakit tak terawat sehingga meninggal di penampungan.

9

Page 10: Makalah HAM

b. Masa Penempatan

Pada umumnya Tenaga Kerja Indonesia (TKI), di negara-negara

tujuan penempatan bekerja pada sector-sektor pekerjaan yang sudah

ditinggalkan atau tidak diminati oleh Warga Negara pemberi kerja karena

kondisi kerja yang keras, upah, status rendah dan perlindungan minim.

Memperhatikan kondisi demikian, maka TKI menghadapi berbagai

permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain:

1. Dijebak menjadi pelacur di daerah transit.

2. Dilarang menjalankan ibadah, dipaksa memasak dan makan makanan

haram (daging babi).

3. Gaji tidak dibayar.

4. Disiksa, dianiaya, makan makanan basi dan bekas, diperkosa oleh

majikan atau oleh pegawai Agency.

5. Dipenjara dengan berbagai rekayasa tuduhan.

6. Bunuh diri karena putus asa akibat perlakuan buruk majikan/Agency.

7. Disekap oleh majikan atau Agency.

8. Di PHK sepihak dan dipulangkan majikan tanpa diberikan hak-haknya.

9. Dipulangkan sepihak oleh Agency setelah usai masa pemotongan gaji

oleh Agency, sehingga tak pernah menerima gaji penuh.

c. Purna Penempatan

Keberadaan terminal IV Sepanjang Bandara Sorkarno-Hatta,

dimaksudkan untuk memberikan perlindungan dan pelayanan kepada

para TKI sejak dari terminal 2 dan terminal IV, dipilihnya terminal IV

sebagai tempat proses pemberian pelayanan dalam rangka

perlindungan kepulangan TKI menuju kampung halamannya, Tetapi

sangat disesalkan justru dalam proses pemberian pelayanan dalam

rangka perlindungan inilah telah terjadi berbagai pelanggaran hukum,

aturan, etika, moral sampai penghilangan nyawa TKI telah terjadi,

yang membuat rasa keadilan dan terkesan orang kecil dan miskin dari

10

Page 11: Makalah HAM

kampung tidak ada tempat untuk hidup di negeri yang tercinta ini.

Masalah-masalah tersebut antara lain:

1. Pemerasan dan perlakuan diskriminatif.

2. Kekerasan fisik dan psikis (dibentak dan sikap tidak ramah).

3. Pelecehan seksual.

4. Luka ringan bahkan cacat akibat penganiyaan dan atau ketika

mencoba melarikan diri dari majikan.

d. TKI Deportasi

Pasang surut hubungan ke dua negara bertetangga dekat ini telah

mewarnai penanganan TKI illegal. Sebagai contoh: hampir setiap

bulan pemerintah Malaysia mendeportasi ribuan TKI illegal ke

Indonesia melalui pelabuhan-pelabuhan laut debarkasi. Pelabuhan

debarkasi Sri Bintan Pura yang terletak di Tanjung Pinang Provinsi

KEPRI merupakan salah satu pelabuhan laut yang digunakan sebagai

tempat deportasi TKI illegal.

Berdasarkan data yang ada yang dilaporkan oleh SP3TKI Tanjung

Pinang kepada BNP2TKI, selama tahun 2007 jumlah TKI illegal yang

dideportasi melalui Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjung Pinang

sebanyak 30.574 orang dengan rincian bulan April 2007 sebanyak

3343 Orang, bulan Mei 2007 sebanyak 3714 Orang, bulan Juli 2007

sebanyak 2322 Orang, bulan September 2007 sebanyak 6244 Orang,

bulan Oktober 2007 sebanyak 3289 Orang, bulan Nopember sebanyak

3061 dan bulan Desember sebanyak 2594 Orang.

e. Trafiking

Di samping permasalahan-permasalahan tersebut diatas, yang

dialami oleh TKI Perempuan, juga kerapkali menjadi korban trafiking

dengan dalih penempatan. Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun

2007 trafiking adalah tindakan perekrutan, pengangkutan,

penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang,

dengan ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan, penculikan,

11

Page 12: Makalah HAM

penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau

posisi rentan, penjeratan utang atau memberi pembayaran atau manfaat

sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali

atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun

antara negara untuk tujuan eksplotasi atau mengakibatkan orang lain

tereksploitasi dan trafiking menurut Protocol PBB, adalah Perekrutan,

pengiriman, pemindahan, penampungan atau penerimaan seseorang,

dengan ancaman atau penggunaan kekerasan, atau bentuk-bentuk lain

dari kekerasan, penculikan, penipuan, kebohongan atau

penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, atau memberi atau

menerima pembayaran, memperoleh keuntungan agar dapat

memperoleh persetujuan dari seseorang yang berkuasa atas orang lain,

untuk tujuan eksplotasi. Ekplotasi untuk melacurkan orang lain, atau

bentuk-bentuk lain dari eksplotasi seksual, kerja atau pelayanan paksa,

perbudakan atau praktek-praktek serupa perbudakan, penghambatan

atau pengambilan organ tubuh. Kedua definisi tersebut di atas tidak

hanya untuk kasus trafiking pekerja seks saja, tapi juga termasuk kerja

paksa dan bentuk-bentuk eksplotasi lainnya yaitu lebih

mengedepankan pencegahan trafiking, melindungi dan mendampingi

korban, dan untuk menghukum pelakunya (trafiker).

Penting untuk diingat bahwa, orang yang telah ditipu atau yang

tidak menerima gaji, dari pekerjaannya atau yang disiksa bisa

dikategorikan sebagai korban trafiking. Trafiking adalah kejahatan di

mana pelakunya menerima uang atau menarik keuntungan lainnya dari

orang yang dieksplotasi secara terus menerus. Pelaku trafiking

cenderung mengarah pada orang-orang yang berbeda pada posisi

rentan, yaitu mereka yang dengan mudah dapat ditipu dengan janji-

janji kerja.

2.2.3. Proses Perekrutan Tenaga Kerja Indonesia yang Legal

Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk mengadu nasib di negeri

orang memang rentan terhadap tindak kriminal, kekerasan dan sebagainya.

12

Page 13: Makalah HAM

Maka disetiap TKI yang berada di luar negeri perlu kewaspadaan tinggi

dengan berbekal skill dan pengetahuan yang memadai sehingga perlindungan

diri dan keamanan dapat dicapai. Ada tahapan yang harus diketahui, manakala

seseorang ingin bekerja ke luar negeri yang legal, antara lain :

1. Harus memahami prosedur bekerja ke luar negeri yang dapat diperoleh

di dinas atau kantor yang membidangi ketenagakerjaan setempat.

Informasi yang perlu diketahui tentunya berkaitan dengan penempatan

TKI ke luar negeri seperti : jenis, jabatan atau pekerjaan, negara

tujuan, gaji atau upah, biaya penempatan, syarat, tata caranya, PPTKIS

(Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta) resmi yang

memiliki job order, dan lain-lain,semakin lengkap informasi, semakin

baik.

2. Melengkapi persyaratan administrasi sebagaimana tertuang di Pasal 51

UU 39 tahun 2004 antara lain seperti KTP, Kartu Keluarga, Surat Ijin

OrangTua/wali/suami/istri, Surat Keterangan status perkawinan, akte

kelahiran/surat kenal lahir, ijazah, pendidikan terakhir, surat

keterangan sehat, sertifikat keterampilan dan keahlian bila memiliki.

Ada baiknya Calon TKI juga mengetahui dokumen keberangkatan

keluar negeri, seperti perjanjian penempatan, paspor dan visa kerja,

tiket perjalanan, perjanjian kerja, rekening bank, KTKLN (Kartu

Tenaga Kerja Luar Negeri), kartu kepersertaan asuransi, rekomendasi

bebas fiskal luar negeri.

3. Mendaftar ke Dinas Ketenagakerjaan setempat atau PPTKIS

(Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta) resmi, dengan

membawa persyaratan administrasi yang sudah ditentukan. Tata cara

yang harus ditempuh oleh Calon TKI untuk bekerja di luar negeri

sebagai berikut :

A. Calon TKI mengikuti penyuluhan tentang kerja di luar

negeri, mendaftar dan menyerahkan persyaratan administrasi, dan

kesehatan yang dilakukan oleh dinas ketenagakerjaan bersama

dengan PPTKIS (Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia

Swasta).

13

Page 14: Makalah HAM

B. Mengikuti pelatihan teknis/keterampilan dan bahasa negara

tujuan penempatan yang disiapkan oleh PPTKIS (Perusahaan

Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta) sesuai waktu/jam yang

sudah ditentukan. Sekaligus pelaksanaan uji kompetensi dari

Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) melalu lembaga

Sertifikasi sesuai bidangnya. Selanjutnya PPTKIS (Perusahaan

Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta) membantu calon TKI untuk

mengurus dokumen yang diperlukan yaitu paspor dan visa kerja,

rekening bank, kartu peserta asuransi,tiket perjalanan, rekomendasi

bebas fiskal luar negeri dan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri

(KTKLN)

C. Calon TKI menandatangani perjanjian kerja dan mengikuti

pembekalan akhir pemberangkatan (PAP). Untuk memantapkan

keinginan dan tekad calon TKI ke luar negeri. Pembekalan itu

mencakup tentang pembinaan mental kerohanian, situasi dan

kondisi kerja, budaya, adat-istiadat, dan hukum negara setempat,

hak dan kewajiban, cara mengatasi permasalahan, tata cara

perjalanan dan kepulangan,program tabungan dan pengiriman

uang, penjelasan kelengkapan dokumen yang harus dibawa oleh

TKI dan lain-lain yang terkait dengan perlindungan TKI.

D. Calon TKI diberangkatkan ke negara tujuan penempatan.

7. Penyelesaian Masalah

Pemaparan di atas merupakan bentuk permasalahan yang mayoritas terjadi

dan dialami oleh Tenaga Kerja Indonesia. Banyak pihak yang terlibat langsung

dalam permaslahan ini terutama dari pihak negara asal TKI tersebut. Konteks

pihak negara asal dalam hal ini adlaah pemerintah sebagai wadah yang

mengayomikesejahteraan para TKI. Setelah kami menelaah dan menganalisis,

ternyata berbagai permasalahan yang kami paparkan di atas dapat diusahakan

solusinya. Pemerintahlah sendiri yang memainkan peran utama sebagai aktor yang

menerapkan solusi untuk mencegah dan mengatasi masalah pelanggaran hak asasi

manusia TKI. Menurut pendapat kami, dalam melakssanakan solusi tersebut

14

Page 15: Makalah HAM

pemerintah dapat melakukan berbagai upaya yang kami rangkum dalam beberapa

poin.

2.3.1. Upaya Peningkatan Perlindungan

Sinonim dengan upaya pencegahan oleh pemerintah. Peran ini lebih

ditekankan saat pengadaan Tenaga Kerja Indonesia. Pengadaan tenaga kerja yang

dimaksud adalah tahap-tahap yang dikaji dalam menyiapkan nominasi tenaga

kerja yang akan dipekerjakan di luar negeri. Pemerintah dan lembaga terkait

memberikan pembekalan untuk calon-calon tenaga kerja Indonesia agar mereka

memiliki kompetensi dan kualitas yang tinggi sehingga mendapat pekerjaan yang

setara dengan kualitas yang dimiliknya. Upaya upgrading ini meliputi sosialisasi,

penyesuaian budaya, fokus keterampilan, dan penguasaan TI.

2.3.3.1. Sosialisasi

Sosialisasi diadakan oleh lembaga pemerintah yaitu Badan

Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

(BNP2TKI) atau Dinas Tenaga Kerja (Disnaker). Sosialisasi kami

anggap sebagai upaya yang vital dalam pembekalan Tenaga Kerja

Indonesia. Melalui sosialisasi calon Tenaga Kerja Indonesia dapat

menerima informasi mengenai negara tujuan, prospek kerja, dan

pengetahuan-pengetahuan umum mengenai ketenagakerjaan.

Informasi ini penting untuk memberi pandangan kepada calon tenaga

kerja mengenai profesi yang akan diambil dan profil negara yang akan

dituju. Sudut pandang lain mengenai pengetahuan umum

ketenagakerjaan memaparkan tentang tenaga kerja yang kompeten di

bidangnya, bermoral, dan profesional. Penjelasannya disampaikan

standar kompetensi tenaga kerja pada masing-masing sektor profesi,

pendidikan karakter untuk mencetak tenaga kerja yang bermoral dan

mampu beradaptasi, dan sosialisasi pelatihan-pelatihan yang

dilakukan untuk meningkatkan kualitas keprofesionalan dari tenaga

kerja.

15

Page 16: Makalah HAM

Materi tentang resiko dalam ketenagakerjaan perlu

disosialisasikan mengingat maraknya kasus kriminal yang dialami

Tenaga Kerja Indonesia. Perlu ditekankan bahwa materi ini digunakan

sebagai sara peningkatan kewaspadaan dan seleksi bagi calon tenaga

kerja, bukan sebagai penghalang untuk bekerja di luar negeri.

Pemerintah juga perlu menyampaikan standart operational procedure

(SOP) untuk menjadi TKI seperti kelengkapan dokumen-dokumen

visa kerja, paspor, KTP, perjanjian kontrak kerja, dan memiliki kartu

tenaga kerja luar negeri. Tujuan diadakannya sosialisasi tersebut guna

memberikan pemahaman yang jelas dan menyeluruh kepada calon

TKI mengenai tata cara, mekanisme, dan prosedur menjadi TKI yang

legal. TKI yang legal lebih mudah dikontrol dan dikoordinasi oleh

pemerintah daripada TKI ilegal. Hal ini terkait dengan entry data-data

TKI legal dimiliki pemerintah sehingga berdampak pada kemudahan

dalam kontrol dan pengawasan oleh pemerintah terhadap TKI

tersebut.

2.3.3.2. Penyesuaian Budaya

Pelatihan ini lebih difokuskan untuk kemampuan TKI dalam

beradaptasi dengan kebudayaan masyarakat di negara tujuan.

Didasari dengan beragamnya kebudayaan dalam masing-masing

negara tujuan, perlu adanya pelatihan untuk memahami kebudayaan

negara tujuan. Pelatihan ini memudahkan calon tenaga kerja untuk

masuk dalam sistem kebudayaan masyarakat di negara tujuan.

Penyesuaian kebudayaan dianggap hal yang urgent karena kebudyaan

adalah faktor utama bagi TKI untuk dapat diterima dalam lingkungan

masyarakat dan kemudahan dalam bersosialisasi di negara tujuan. TKI

yang mudah menerima dan meradaptasi dengan budaya negara tujuan

lebih kecil peluangnya dalam menerima tindakan pelecehan atau

kriminalitas yang berbau pelanggaran hak asasi manusia.

Hubungannya, TKI yang mudah beradaptasi dengan kebudayaan

negara tujuan memiliki sikap hormat dan menghargai terhadap

16

Page 17: Makalah HAM

maasyarakat sekitar. Hal ini secara otomatis memberikan respek

positif dari masyarakat. Sehingga tercipta hubungan yang harmonis

saling menghargai budaya masing-masing. TKI tersebut juga mudah

diterima oleh masyarakat baik di lingkungan tempat tinggal maupun

di lingkungan kerja. Bentuk penerimaan ini menumbuhkan mental

toleransi yang besar sehingga dapat mencegah terjadinya pelecehan

dan tindak kriminal tehadap TKI. Pembinaan penyesuaian kebudayaan

ini juga dapat dijadikan tolak ukur bagi calon TKI dala menentukan

destinasi negara yang akan dituju. Diharapkan mereka mendapat

pandangan tentang kehidupan dan analisa perbandingan antara

kebudayaan negara tujuan dengan kepribadiannya.

Mengambil conyoh dari kebudayaan negara di Timur Tengah.

Masyarakat Timur Tengah lebih menggunakan sistem bebas memiliki,

maksudnya seoran TKI di sana bukan diperlakukan hanya sebagai

seorang pekerja saja tetapi mereka menggunakan sistem seperti

“membeli”. Sehingga posisi TKI bebas diperlakukan oleh atasannya.

Kebudayaan seperti ini jika ditelaah ke belakang sebenarnya berasal

dari nenek moyang Jazirah Arab yang memberlakukan perbudakan.

Meski dalam wujud konkretnya bukan lagi menunjukkan hubungan

antara budak dengan majikan, tetapi unsur-unsur perbudakan masih

terasa terutama jika terdapat perbedaan strata yang terlalu mencolok.

Budaya seperti ini dapat diolah dan disesuaikan dengan mengirim

tenaga kerja yang memiliki kualitas tinggi ke negara Timur Tengah

sehingga dalam negara tersebut TKI tersebut menduduki strata yang

tinggi.

2.3.3.3. Fokus Skill

Esensi dari pelatihan calon Tenagan Kerja Indonesia adalah

peningkatan skill atau keterampilan calon Tenaga Kerja Indonesia

sesuai bidang keahliannya. Pemerintah bertanggung jawab penuh atas

pelatihan ini, karena pentingnya pelatihan ini menentukan kualitas

dari tenaga kerja itu sendiri. Sasarannya adalah semua calon Tenaga

17

Page 18: Makalah HAM

Kerja Indonesia dari berbagai lapisan terutama yang memiliki

pendidikan rendah. Tenaga Kerja Indonesia yang memiliki pendidikan

rendah lebih rentan terhadap tindak pelanggaran HAM. Untuk alon

Tenaga Kerja Indonesia yang berpendidikan rendah, peningkatan skill

disesuaikan dengan bakat atau minat yang dimiliki dengan intensitas

tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk mendongkrak kualitas calon

Tenaga Kerja Indonesia berpendidikan rendah menjadi tenaga kerja

handal yang berkompetensi tinggi di bidangnya, bukan hanya sebagai

tenaga kerja yang digaji rendah dan dipandang remeh. Pemerintah

perlu mengkaji secara detail mengenai kemampuan yang dimiliki para

calon Tenaga Kerja Indonesia agar pelatihan skill dapat difokuskan

pada bidang yang menjadi kelebihannya sehingga pelatihan berjalan

efektif dan efisien.

Selaain fokus pelatihan skill fisik, pemerintah juga perlu

memberikan pelatihan skill linguistik secara intensif. Kemampuan

berbahasa asing menjadi penting karena bahasa adalah sarana

komunikasi utama bagi Tenaga Kerja Indonesia saat bekerja di luar

negeri. Kemampuan berbahasa asing dapat mempermudah TKI dalam

bersosialisasi dan mencegah kesalahpahaman dalam berinteraksi di

lapangan. Berbagai pelanggaran HAM dan tindak kriminalitas yang

menyangkut TKI di luar negeri bermula dari kesalahpahaman dalam

komunikasi, maka kemampuan berbahasa dapat dijadikan standar

kelayakan TKI untuk dikirim ke negara tujuan. Kemampuan linguistik

juga daat mencerminkan tingkat intelektualitas TKI sehingga dapat

dihormati kedudukannya dan berdampak pada peningkatan kualitas

kompetens sesuai profesinya.

2.3.3.4. Penguasaan Teknologi Informasi

Berada di zaman modern seperti sekarang sudah menjadi

kewajiban bagi setiap orang untuk memiliki kemampuan dalam

memanfaatkan teknologi, terutama teknologi informasi (TI).

Kemajuan teknologi yang paling pesat adalah teknologi informasi.

18

Page 19: Makalah HAM

Oleh sebab itu penguasaan dasar TI perlu diajarkan kepada calon TKI

agar tidak terkesan kuno dan gagap teknologi. Pemanfaatan teknologi

informasi juga telah merambah ke segala ranah kehidupan manusia

bahkan fasilitas yang tersedia semakin canggih. Kemampuan dasar

dalam menggunakan dan memnfaatkan TI dapat dijadikan sarana bagi

calon TKI dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya dan

kuaitasnya sebagai tenaga kerja. Banyak sektor perusahaan

memanfaatkan TI dalam operasionalnya serta bidang TI menawarkan

peluang kerja yang melimpah dan fleksibel. Maksudnya, TKI yang

menguasai TI lebih mudah dalam mendapatkan dan memilih

pekerjaan yang layak.

Penguasaan TI juga memudahkan TKI dalam menjalin

komunikasi dengan berbagai pihak, terutama kepada keluarga. Selain

itu juga memudahkan pemerintah dalam melakukan kontrol terhadap

TKI. Terjadi transaransi antara ihak negara tujuan, TKI, dan

pemerintah akibat pemanfaatan TI diharapkan dapat mengurangi

adanya pelanggarana HAM kepada TKI. Informasi yang semakin

lancar dapat memudahkan pemerinth dalam menindaklanjuti perkara

pelanggaran terhadap TKI dengan cepat.

2.3.3.5. Seleksi Negara Tujuan

Calon TKI dalam menentukan negara tujuan sebaiknya haurus

dilakukan dengan teliti. Peran pemerintah dalam mebantu TKI sebagai

konselor untuk memberikan pertimbangan dalam menentukan negara

tujuan. Kenyataannya tidak semua negara di dunia layak menjadi

destinasi penempatan TKI, maka perlu analisa cerdas dari pemerintah

untuk membantu TKI dalam menentukan negara tujuan. Beberapa

faktor dapat dijadikan fokus untuk ditelaah untuk seleksi dalam

menentukan destinasi negara bagi calon TKI. Faktor-faktor tersebut

antara lain peluang kerja, keamanan, dan standar upah di negara

tujuan.

19

Page 20: Makalah HAM

Pemerintah perlu melakukan analisa terhadap peluang kerja

yang tersedia dalam negara-negara yang menjadi tujuan penempatan

calon TKI. Analisa berdasarkan kuota tawaran pekerjaan di negara-

negara lain dengan menyesuaikan jenis pekerjaan yang ditawarkan.

Kesalahan dalam menganalisa dan mengarahkan calon TKI dalam

penempatannya malah menimbulkan permasalahan baru, yaitu

pengangguran. Parahnya lagi pengangguran tersebut berada di negara

lain sehingga dalam mengatasinya masih melewati birokrasi yang

rumit dan panjang. Jenis pekerjaan juga perlu dianalisa, jangan sampai

pemerintah menempatkan TKI sebagai tenaga kerja rendahan yang

berarti membuka peluang terjadinya pelanggaran HAM.

Segi keamanan maksudnya frekuensi terjadinya kasus-kasus

pelanggaran HAM kepada TKI di berbagai negara. Pemerintah perlu

menangani nay dengan serius mengingat ini menyangkut

kesejahteraan dan terjaminnya pemenuhan hak asasi manusia TKI.

Menrut data BNP2TKI tahun 2010, negara dengan kasus pelanggaran

HAM terhadap TKI adalah Arab Saudi dengan kisaran 22.000 kasus.

Mengacu pada data BNP2TKI tersebut, pemerintah perlu melakukan

pemilihan secara tepat dan hati-hati dalam menempatkan TKI di

negara tersebut. Selain itu segi keamanan lain yang perlu dianalisa

adalah kemampuan negara tujuan dalam menjunjung dan penegakan

HAM. Negara yang menjunjung HAM akan memberikan rasa aman

dan jaminan kesejahteraan bagi TKI yang ditempatkan di negara

tersebut. Intinya, analisa dari segi keamanan adalah mencegah

bertambahnya kasus pelanggaran HAM kepada TKI.

Tentu dalam ketenagakerjaan hal yang menjadi obsesi adalah

besarnya upah yang diterima dari pekerjaan tersebut. Untuk

memenuhi obsesi tersebut pemerintah perlu mengkaji standar upah

minimum dari masing-masing negara tujuan TKI. Pengkajian dapat

dari perbandingan nominal yang diperoleh dengan bobot pekerjaan.

Umumnya pekerjaan yang menyangkut skill tinggi memiliki

perbandingan yang besar. Artinya dari bobot pekerjaan yang relatif

20

Page 21: Makalah HAM

ringan secara fisik mendapat upah yang tinggi. Berbeda dengan

pekerja kasar yang bobot pekerjaannya berat mendapat upah yang

relatif rendah. Untuk itu kembali lagi pentingnya peningkatan kualitas

TKI untuk mendapatkan upah yang layak. Analisa yang lain dapat

diambil dari nilai tukar mata uang negara tujuan dengan kurs rupiah.

Lebih menguntungkan dengan bobot pekerjaan yang sama tetapi

dengan upah yang nilai tukar rupiahnya lebih tinggi. Misalnya antara

negara Malaysia dengan Arab Saudi. Nilai tukar mata uang dinar lebih

tinggi dari ringgit, sehingga lebih menguntungkan bekerja di Arab

Saudi daripada di Malaysia.

21