Makalah i Pendahuluan Topik Ham

40
HAK ASASI MANUSIA (HAM) (Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan) OLEH NAMA : LENSI FELIPUS SUEK NPM : 18211189 KELAS : 2EA27 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI 0

Transcript of Makalah i Pendahuluan Topik Ham

Page 1: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

HAK ASASI MANUSIA (HAM)

(Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan)

OLEH

NAMA : LENSI FELIPUS SUEK

NPM : 18211189

KELAS : 2EA27

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS GUNADARMA

2013

0

Page 2: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul “Hak Asasi Manusia (HAM)” ini, ditulis untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

HAM adalah hak yang secara mutlak dimiliki setiap orang sejak lahir sebagai karunia dari Tuhan Yang Maha Kuasa. HAM merupakan suatu hal yang pada saat ini sangat membutuhkan perhatian mengingat semakin tipisnya pengakuan HAM dalam praktek kehidupan sehari-hari. Sangat banyak pelanggaran HAM yang terjadi khususnya di Indonesia. Mulai dari kasus penipuan, deskriminasi ras, agama, dan status sosial, pencemaran nama baik, sampai pembunuhan sekarang ini sangat sering terjadi di Indonesia seakan tidak memperdulikan lagi kenyamanan atau hak-hak lain dari setiap orang. Kasus-kasus ini sangat bertentangan dengan HAM. Untuk itulah penulis mengambil judul Hak Asasi Manusia (HAM) ini dengan memperhatikan dan mempertimbangkan situasi saat ini khususnya di Indonesia. Dengan para pembaca dapat lebih mengerti apa sebenarnya HAM itu, apa saja kasus yang termasuk pelanggaran HAM, dan bagaimana pengadilannya, penulis sangat berharap para pembaca juga menjadi lebih menjunjung tinggi dan lebih mengakui dan menghormati hak dan kebebasan asasi orang lain. Hal ini bisa dilakukan dengan contoh kecil tidak mengusik/mengganggu kenyamanan dan keamanan orang lain serta saling menghargai perbedaan masing-masing individu.

Penulis menyadari makalah ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis berharap para pembaca dapat memaklumi segala kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, baik dalam bentuk penulisan, pengejaan, dan diksi yang kurang tepat. Penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif dan membangun untuk perbaikan selanjutnya. Demikianlah makalah ini dapat disajikan oleh penulis semoga bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Penulis,

Lensi Felipus Suek

i

Page 3: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………… ii

BAB I : PENDAHULUAN

1. Latar Belakang…………………………………………………………………………………… 1

2. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………... 2

3. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………………… 2

BAB II : RUMUSAN MASALAH

1. Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM) Di Indonesia……………………………………………… 3

2. Landasan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia…………………………………………… 9

a. Pancasila……………………………………………………………………………………….. 9

b. UUD tahun 1945………………………………………………………………………………. 10

c. Peraturan perundang-undangan…………………………………………………………….. 10

d. Pasal-pasal yang menyangkut Tentang Hak Asasi Manusia

dalam Bab 10 A UUD 1945…………………………………………………………………… 11

3. Tokoh-tokoh Pejuang HAM……………………………………………………………………... 12

1) Marthin Luther King………………………………………………………………………….. 12

2) Malcolm X dan Gandhi……………………………………………………………………….. 13

3) Munir Said Thalib ( Munir)…………………………………………………………………... 13

4) Yap Thiam Hien……………………………………………………………………………….. 14

5) Abdul Hakim Garuda Nusantara…………………………………………………………….. 14

6) Asmara Nababan……………………………………………………………………………… 15

7) Adnan Buyung Nasution…………………………………………………………………….... 16

4. Macam-Macam Hak Asasi Manusia…………………………………………………………….. 19

5. Pelanggaran HAM Di Indonesia………………………………………………………………… 20

6. Pengadilan HAM…………………………………………………………………………………. 21

BAB III : PENUTUP

1. Kesimpulan……………………………………………………………………………………….. 22

2. Saran……………………………………………………………………………………………… 22

REFERENSI………………………………………………………………………………………… 23

ii

Page 4: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Secara umum Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap pribadi manusia

sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dibawa sejak lahir. Oleh karena itu, setiap manusia

memiliki Hak-hak asasi yang diantaranya adalah Hak untuk merasa aman, hak untuk bahagia, dan hak-hak

lain.

Menurut UU No 39 Tahun 1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada manusia sebagai

makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan

dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat

dan martabat manusia. Dengan akal budinya dan nuraninya, manusia memiliki kebebasan untuk

memutuskan sendiri perbuatannya. Disamping itu, untuk mengimbangi kebebasannya tersebut manusia

memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

Kebebasan dasar dan hak-hak dasar itulah yang disebut Hak Asasi Manusia yang secara kodratnya

melekat pada diri manusia sejak manusia dalam kandungan yang membuat manusia sadar akan jati dirinya

dan membuat manusia hidup bahagia. Setiap manusia dalam kenyataannya lahir dan hidup di masyarakat.

Dalam perkembangan sejarah tampak bahwa Hak Asasi Manusia memperoleh maknanya dan berkembang

setelah kehidupan masyarakat semakin berkembang. Kenyataan tersebut mengakibatkan munculnya

kesadaran akan perlunya Hak Asasi Manusia dipertahankan terhadap bahaya-bahaya yang melanggar hak-

hak dasar tersebut.

Berdasarkan penelitian hak manusia itu tumbuh dan berkembang pada waktu Hak Asasi Manusia itu

oleh manusia mulai diperhatikan terhadap serangan atau bahaya yang timbul dari kekuasaan yang dimiliki

oleh Negara. Negara Indonesia menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dan kewajiban dasar manusia. Hak

secara kodrati melekat dan tidak dapat dipisahkan dari manusia, karena tanpanya manusia kehilangan harkat

dan kemanusiaan. Oleh karena itu, Republik Indonesia termasuk pemerintah Republik Indonesia

berkewajiban secara hukum, politik, ekonomi, sosial dan moral untuk melindungi, memajukan dan

mengambil langkah-langkah konkret demi tegaknya Hak Asasi Manusia dan kebebasan dasar manusia.

1

Page 5: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain :

1. Untuk memenuhi salah satu Tugas Softskill Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Universitas

Gunadarma

2. Untuk menambah wawasan para pembaca mengenai Hak Asasi Manusia

3. Untuk menumbuhkan kesadaran para pembaca mengenai arti pentingnya Hak Asasi Manusia dalam

kehidupan bermasyarakat dan menjunjung tinggi HAM tersebut sebagai anugerah dari Tuhan Yang

Maha Esa demi terciptanya perdamaian dan tingkat kehidupan sosial tinggi.

3. Rumusan Masalah

Beberapa rumusan masalah yang penulis ambil dan diulas dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana Sejarah HAM Di Indonesia ?

2. Siapa Sajakah Tokoh-Tokoh Pejuang HAM?

3. Apa Sajakah Macam-macam HAM ?

4. Apa Sajakah Pelanggaran HAM Yang Pernah Terjadi Di Indonesia ?

5. Bagaimana Pengadilan HAM ?

2

Page 6: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

BAB II

RUMUSAN MASALAH

1. Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM) Di Indonesia

Hak Asasi Manusia (HAM) dirumuskan sepanjang abad ke XVII dan XVIII yang dipengaruhi

oleh gagasan hukum alam (Natural Law) seperti dirumuskan oleh John Lock (1632 – 1778), J.J

Rouseau (1712 - 1778) yang hanya membatasi kebebasan dalam bidang politik saja. Timbulnya

gagasan mengenai HAM ini pada dasarnya merupakan akibat dari berkembangnya aliran

rasionalisme. Dalam bidang politik, pemikiran rasionalisme ingin mencari dasar – dasar yang

rasional bagi kekuasaan. Rasionalisme menolak dasar pemikiran absolutisme, bahwa kekuasaan raja

berdasarkan agama (Devine Right of Kings). Sebaliknya, rasionalisme berpendapat hubungan antara

raja dengan rakyat berdasarkan pertimbangan rasional. Untuk ini mereka kembangkan teori kontrak

sosial. Dalam teori ini manusia dianggap mempunyai beberapa hak alami yang perlu dilindungi jika

manusia tersebut ingin hidup secara beradab dan bermasyarakat. Untuk memperoleh perlindungan

tersebut, manusia bersedia menyerahkan sebagian dari hak itu kepada raja atau pemimpin atas dasar

semacam kontrak dengan ketentuan, bahwa manusia bersedia mentaati raja dan sebaliknya raja

melindungi hak – hak rakyat. Akibat pemikiran ini mempengaruhi kebanyakan konstitusi pada abad

ke XIX dan XX dengan mencantum hak - hak manusia dalam UUD sebagai jaminan dalam

pelaksanaannya.

Pada abad XX hak - hak politik di atas di anggap kurang sempurna, dan mulai dicetuskan hak-

hak lain yang cakupannya lebih luas. Salah satu diantaranya yang terkenal adalah 4 hak yang

dirumuskan oleh presiden Amerika Serikat F.D Roosevelt, pada awal PD II yang dikenal nama The

Four Freedoms (empat kebebesan) yaitu :

1. Kebebasan beragama,

2. Kebebasan dari ketakutan,

3. Kebebasan dari kemelaratan,

4. Kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat.

Selain dari pemikiran itu, maka PBB memprakarsai berdirinya sebuah komisi HAM yang

diberikan nama Commission of Human Right pada tahun 1946. Komisi inilah yang kemudian

menetapkan secara rinci beberapa hak – hak ekonomi dan sosial selain hak – hak politik yang

dituangkan ke dalam Universal Declaration of Human Right (pernyataan dunia tentang HAM) yang

di deklarasikan pada tanggal 10 Desember 1948. Hak – hak tersebut yaitu :

1. Hak atas harta benda,

2. Larangan perbudakan,

3. Larangan penganiayaan,

3

Page 7: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

4. Hak atas kebebasan bergerak,

i

Page 8: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

5. Hak hidup bebas dan keamanan pribadi,

6. Hak atas turut serta dalam pemerintahan,

7. Hak atas pemeriksaan pengadilan yang jujur,

8. Hak atas kebebasan berkumpul dan berserikat,

9. Hak atas pengemukakan pendapat dan mencurahkan pikiran,

10. Hak atas kebebasan berpikir menyuarakan hati nurani dan beragama,

11. Larangan penangkapan, penahanan atau pengasingan yang sewenang-wenang.

Sejarah perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia sudah ada sejak lama.

Indonesia adalah negara berdasarkan hukum bukan berdasarkan atas kekuasaan, hal ini dapat kita

lihat dengan tegas di dalam penjelasan UUD tahun 1945. Dalam negara hukum mengandung

pengertian setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama di hadapan hukum, tidak ada satu

pun yang mempunyai kekebalan dan keistimewaan terhadap hukum.

Salah satu tujuan hukum adalah untuk menciptakan keadilan di tengah-tengah pergaulan

masyarakat, sedangkan keadilan adalah salah satu refleksi dari pelaksanaan hak asasi manusia dan

hukum adalah keterkaitan yang erat, karena dalam pelaksanaan hak asasi manusia. Keterkaitan

antara hak asasi manusia dan hukum adalah keterkaitan yang erat, karena dalam pelaksanaan hak

asasi manusia adalah masuk ke dalam persoalan hukum dan harus diatur melalui ketentuan hukum.

Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sumber dari tertib hukum adalah

Pancasila, artinya dalam pembuatan suatu produk hukum haruslah berlandaskan dan sesuai dengan

kaedah Pancasila. Sebagai suatu falsafah bangsa Pancasila juga memberikan warna dan arah,

bagaimana seharusnya hukum itu diterapkan pada masyarakat sehingga terciptanya suatu pola hidup

bermasyarkat sesuai dengan hukum dan Pancasila.

Mengenai persoalan hak asasi manusia dalam pandangan Pancasila bahwa manusia sebagai

mahkluk Tuhan ditempatkan dalam keluhuran harkat dan martabatnya dengan kesadaran

mengemban kodrat sebagai mahluk individu dan mahkluk sosial yang dikaruniai hak, kebebasan dan

kewajiban asasi di dalam kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat haruslah mewujudkan

keselarasan hubungan sebagai berikut :

1. Antara manusia dengan penciptanya. 

2. Antara manusia dengan manusia. 

3. Antara manusia dengan masyarakat dan negara. 

4. Antara manusia dengan lingkungannya. 

5. Antara manusia dalam hubungan antar bangsa.

Maka dapat dilihat kriteria Hak Asasi Manusia menurut Pancasila adalah hak dan kewajiban

asasi manusia, dimana hak dan kewajiban asasi ini melekat pada manusia sebagai karunia Tuhan

yang mutlak diperlukan dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara berdasrkan

Pancasila dan UUD tahun 1945.

4

Page 9: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

Di samping Pancasila sebagai landasan filosofis, perlu dilihat UUD tahun 1945 sebagai

landasan konstitusional. Dalam membicarakan UUD tahun 1945 haruslah melihat secara

keseluruhan artinya melihat UUD tahun 1945 dari pembukaan, batang tubuh dan penjelasannya.

Pembukaan UUD tahun 1945 merupakan sumber motivasi, sumber inspirasi cita-cita hukum, cita-

cita moral sebagai staats fundamental norm Indonesia.

Thomas Hobbes mengatakan bahwa “setiap bangsa cenderung mempertahankan kehidupannya,

sehinggga semua kegiatan manusia dan masyarakat manusia digerakkan oleh naluri dasar untuk

mempertahankan hidup serta harkat dan martabatnya sebagai manusia dan bangsa”. Pandangannya ini

sesuai dengan bangsa Indonesia yang telah menentukan jalan hidupnya sendiri sejak tanggal 17 Agustus

1945 sebagai tonggak sejarah dan indikasi bahwa Indonesia telah melaksanakan prinsip-prinsip HAM,

bahkan Indonesia telah melaksanakan prinsip-prinsip HAM, bahkan berperan aktif dalam kancah

internasional baik di dalam maupun di luar forum PBB.

Peran Indonesia dalam perjuangan hak asasi internasional sejalan dengan tekad bangsa Inodnesia yang

tertuang dalam Pembukaan UUD tahun 1945 untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia, Indonesia telah

aktif dalam usaha menegakkan penghormatan hak-hak asasi manusia di forum internasional sesuai dengan

prinsip-prinsip PBB.

Salah satu peran aktif di Indonesia yang penting, setelah diterimanya Universal Declaration of Human

Rights oleh negara-negara yang tergabung dalam PBB tahun 1948, adalah diselengarakannya Konferensi

Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955 yang menghasilkan Deklarasi Bandung yang memuat pernyataan

sikap negara-negara peserta bertekad untuk menjunjung tinggi hal-hal berikut :

1. Penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia yang sesuai dengan tujuan dan prinsip-prinsip

Piagam PBB,

2. Penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas teritorial semua Negara,

3. Pengakuan atas persamaan derajat semua ras dan semua bangsa besar dan kecil,

4. Tidak akan melakukan intervensi dan mempengaruhi urusan dalam negari lain,

5. Penghormatan atas hak setiap bangsa untuk mempertahankan dirinya baik secara sendiri-sendiri

maupun kolektif sesuai dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Piagam PBB,

6. Menghindarkan diri dari penggunaan cara pertahanan kolektif untuk kepentingan tertentu dari sikap

kekuatan besar dan menghindarkan diri dari tindak melakukan tekanan terhadap negara lain,

7. Menahan diri dari tindakan-tindakan atau penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau

kemerdekaan politik setiap Negara,

8. Menyelesaikan segala sengketa internasional dengan cara damai seperti negoisasi, konsiliasi,

arbitrase atau pengadilan serta cara-cara lain yang dipilih oleh para pihak sesuai dengan ketentuam

Piagam PBB,

9. Menjunjung tinggi kepentingan timbal balik dan kerjasama internasional,

10. Menghormati prinsip keadilan dan kewajiban-kewajiban internasional.

5

Page 10: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

Bagi bangsa Indonesia pelaksanaan HAM telah tercermin di dalam Pembukaan UUD tahun 1945 dan

batang tubuhnya yang menjadi hukum dasar tertulis dan acuan untuk setiap peraturan hukum yang di

Indonesia. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pembukaan UUD tahun 1945 telah digali dari akar

budaya bangsa yang hidup jauh sebelum lahirnya Deklarasi HAM Internasional (The Universal Declaration

of Human Rights 1948).

Dalam konteks Pembukaan UUD tahun 1945 dapat dililhat bahwa berdirinya Negara Kesatuan

Republik Indonesia adalah hasil perjuangan untuk menegakkan HAM Bangsa Indonesia menjadi bangsa

yang merdeka. Pembukaan UUD tahun 1945 dengan jelas mencerminkan tekad bangsa Indonesia untuk

menjunjung tinggi HAM dari penindasan penjajah “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala

bangsa dan sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan

perikemanusiaan dan perikeadilan”.

Sesuai dengan rumusan yang tertulis secara eksplisit dan berdasarkan pandangan hidup dalam

masyarakat Indonesia tekad melepaskan diri dari penjajahan itu akan diisi dengan upaya-upaya

mempertahankan eksistensi bangsa dengan:

1. Membentuk pemerintahan Negara Indonesia yang melilndungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia,

2. Memajukan kesejahteraan umum,

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa,

4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial.

Tujuan tersebut dilandasi oleh falsafah hukum yang menjadi landasan hak dan kewajiban asasi seluruh

warga negara Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila adalah dasar yang melandasi segala hukum dan

kebijaksanaan yang berlaku di negara Republik Indonesia. Hal ini berarti Pancasila menjadi titik tolak pikir

dan tindakan termasuk dalam merumuskan semua peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi HAM.

Karena Pancasila merupakan akar filosofis jiwa dan budaya bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai

macam suku yang memiliki berbagai macam corak budaya. Dasar-dasar pemikiran dan orientasi Pancasila

pada hakekatnya bertumpu pada dan nilai-nilai yang terdapat dalam budaya bangsa. Kebudayaan bangsa

tersebar di seluruh kepulauan Indonesia yang terdiri dari kebudayaan tradisional yang telah hidup berabad-

abad, maupun kebudayaan yang sudah modern yang telah berakulturasi dengan kebudayaan lain. Selain itu,

Pancasila juga mempunyai nilai historis yang mencerminkan perjuangan bangsa Indonesia yang panjang

dengan pengorbanan baik harta maupun jiwa sejak berdirinya Budi Utomo pada permulaan abad XX (tahun

1908)yang diikuti dengnan berbagai peristiwa sejarah dalam upaya melepaskan diri dari belunggu

penjajahan. Perjuangan yang memperlihatkan dinamika bangsa yang memberikan corak yang khas bagi

Pancasila sebagai pencerminan bangsa yang ingin kemerdekaan dan kemandirian, maka Pancasila harus

dipegang teguh sebagai prinsip utama.

6

Page 11: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

Kebebasan dasar dan hak-hak dasar yang disebut HAM yang melekat pada manusia secara kodrati

sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak tersebut tidak dapat diingkari. Dilihat dari pilihan yang telah

ditetapkan bersama terutama dari Bapak Pendiri Bangsa (The Founding Father) yang bercita-cita

terbentuknya negara hukum yang demokratik, maka jiwa atau roh negara hukum demokratik tersebut ada

sejauh mana hak asasi itu dijalani dan dihormati. Apabila dilihat UUD sebelum diamandemen, hak asasi

tidak tercantum dalam suatu piagam yang terpisah melainkan tersebar dalam beberapa pasal. Jumlahnya

terbatas dan diumumkan secara singkat. Karena situasi yang mendesak pada pendudukan Jepang tidak ada

waktu untuk membicarakan HAM lebih dalam. Lagipula, waktu UUD 1945 dibuat Deklarasi Hak Asasi

Manusia PBB belum lahir, HAM diatur di Pembukaan UUD 1945 yang kemudian dijabarkan dalam Batang

Tubuh yaitu pasal 26, pasal 27, pasal 28, pasal 29, pasal 30, pasal 31, pasal 33, dan pasal 34.

Dari kajian pasal-pasal tersebut dikemukakan bahwa :

1. HAM itu meliputi baik yang bersifat klasik maupun yang bersifat sosial. HAM/ warganegara yang

bersifat klasik terdapat dalam pasal 27 ayat (1), pasal 28, pasal 29 ayat (2). Yang bersifat sosial

dirumuskan dalam pasal 27 ayat (2), pasal 31 ayat (1) dan pasal 24. Sedangkan rumusan dalam

pasal 30 tidak termasuk dalam HAM yang klasik maupun yang sosial. Dengan demikian HAM

yang timbul karena hukum (legal rights). 

2. HAM yang berkenaan dengan semua orang yang berkedudukan sebagai penduduk tidak dirumuskan

dengan hak melainkan dengan kemerdekaan. Contohnya bunyi pasal 28 dan pasal 29 ayat (2). 

3. HAM yang berkenaan dengan warga negara Indonesia dengan tegas dikatakan “tidak”. Hal ini dapat

dibaca dalam pasal 27 ayat (2), pasal 30 ayat (1) dan pasal 31 ayat (1). 

4. Sebagian besar rakyat masih dalam keadaan serba kurang (pendidikan dan kebutuhan hidup) 

5. Belum/tidak adanya hukum atau peraturan positif aplikasi dalam kehidupan bernegara.

HAM di Indonesia sebagai pemikiran paradigma tidaklah lahir bersamaan dengan Deklarasi HAM

PBB 1948. Bahwa HAM bagi bangsa Indonesia bukan barang asing terbukti dengan terjadinya perdebatan

yang terjadi dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Sidang periode pertama BPUPKI terbagai dua yaitu, pertama berlangsung dari tanggal 19 Mei 1945 hingga

1 Juni 1945. Sidang periode kedua diselenggarakan pada tanggal 10 sampai 16 Juli 1945. Sidang I BPUPKI

mendengar pidato Soekarno, Mohammad Yamin, Soepomo, dan Mohammad Hatta terlihat perbedaan

pandangan mereka mengenai konsep-konsep “kebebasan” seperti di negara Barat.

Di lain pihak, Mohammad Hatta khawatir jika jaminan kebebasan tidak dicantumkan dalam UUD,

hak-hak masyarakat tidak akan ada artinya dihadapan negara. Kemudian masih pada masa sidang II, terjadi

perdebatan langsung antara para tokoh tersebut. Dalam rancangan undang-undang dasar yang sedang

dibahas pada waktu itu Mohammad Hatta tidak menemukan pasal tentang HAM dan kebebasan, karena itu

beliau angkat bicara,” Saya menginginkan pasal-pasal yang mengakui HAM”.

i

Page 12: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

Namun Soepomo menampik, pasal-pasal tersebut tidak perlu ada karena hanya akan memberikan

peluang kepada paHAM individualisme, perseorangan, padahal kita ingin kekeluargaan, katanya. Dalam

perdebatan ini, Soepomo didukung oleh Soekarno sedangkan Mohammad Hatta didukung oleh Mohammad

Yamin.

Akhirnya para pendiri Republik Indonesia dengan jiwa besar setuju untuk kompromi. Maka lahirlah

pasal 27, pasal 28 dan pasal 29 UUD tahun 1945. Proses perumusan tersebut sekaligus menunjukkan bahwa

sejak awal pendekatan musyawarah mufakat sudah muncul sebagai fakta-fakta sejarah yang menyangkut

proses penyusunan pasal 28 UUD tahun 1945 diungkapkan oleh Mohammad Yamin.

Di Indonesia HAM telah mendapat tempat dan diatur di dalam :

1. UUD tahun 1945 

2. Tap MPR No XVII/MPR/1998 tentang HAM 

3. Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang HAM 

4. Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 

5. Undang-Undang No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM 

6. Konvensi Internasional Anti Apartheid dalam Olahraga yang diratifikasi dengan Keputusan Presiden

No. 48 tahun 1993 tanggal 26 Mei 1993 

7. Konvensi tentang Hak-Hak Anak tahun 19998 yang diratifikasi dengan Keputusan Presiden No. 36

tahun 1990 tanggal 25 Agustus 1990 

8. Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan tahun 1979 yang

diratifikasi dengan Undang-Undang No. 7 tahun 1984 tanggal 24 Juli 1984. 

9. Konvensi tentang Hak-Hak Politik Kaum Wanita tahun 1953 yang diratifikasi dengan Undang-

Undang No. 68 tahun 1998. 

10. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman yang Kejam secara Tidak

Manusiawi dalam Merendahkan Martabat Manusia Lainnya tahun 1984 yang diratifikasi dengan

Undang-Undang No. 5 tanggal 24 September 1998. 

11. Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial yang diratifikasi

dengan Undang-Undang No. 29 tanggal 25 Mei 1999.

8

Page 13: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

2. Landasan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia

Bangsa Indonesia mempunyai pandangan dan sikap mengenai Hak Asasi Manusia yang

bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, dan nilai luhur budaya bangsa, serta berdasarkan

pada Pancasila dan Undang-undang dasar 1945. Pengakuan, jaminan, dan perlindungan Hak Asasi

Manusia tersebut diatur dalam beberapa peraturan perundangan berikut :

a. Pancasila 

1. Ketuhanan Yang Maha Esa. Kesadaran masyarakat Indonesia akan perbedaan agama yang terdapat

dalam kesehariannya dikembangkan dengan adanya toleransi antar umat beragama dan juga hormat

menghormati antara pemeluk agama aliran kepercayaan yang berbeda-beda. 

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Dengan sila ini, manusia diakui dan diperlakukan sesuai

dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang sama derajat yang

sama hak dan kewajibannya tanpa membedakan suku, agama dan kepercayaan dan jenis kelamin. 

3. Persatuan Indonesia. Dalam sila ini manusia menempatkan persatuan dan kesatuan serta kepentingan

bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan. 

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Dalam

sila ini manusia Indonesia sebagai warga negara mempunyai kedudukan hak dan kewajiban yang

sama. Hal ini tampak jelas dari sistem perwakilan rakyat. 

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dengan sila ini maka mansuia Indonesia menyadari

hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial.

b. UUD tahun 1945

UUD tahun 1945 sudah memuat beberapa hak asasi manusai baik dalam Pembukaan maupun

dalam Batang Tubuh. Di dalam pembukanya yaitu mulai dari alinea I sampai alinea IV semuanya

mengatur tentang HAM, sedangkan dalam Batang Tubuh UUD tahun 1945 HAM diatur dalam

pasal-pasal berikut :

1. Dalam pasal 1 ayat (1) dikatakan bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan

sepenuhnya oleh MPR. Ketentuan ini mengandung pengertian bahwa negara kita adalah negara

yang demokratik negara yang tidak mengakui absolutisme yaitu bersifat sewenang-wenang oleh

sebab itu ketentuan ini mengakui hak manusia. 

2. Dalam pasal 27 ayat (1) yaitu pasal yang menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia. Pasal ini

menentukan persamaan hak di depan hukum dan pemerintahan, persamaan untuk memperoleh

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. 

3. Pasal 28 yaitu yang mengatur kebebasan untuk berkumpul, berserikat dan mengeluarkan pendapat.

9

Page 14: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

c. Peraturan perundang-undangan

1. Dalam KUHP yaitu hak manusia tercantum dengan dianutnya asas legalitas. 

2. Dalam BW yang terdapat dalam pasal 1 ayat (2) anak yang di dalam kandungan seorang perempuan

dianggap telah dilahirkan bilamana kepentingan si anak menghendakinya. 

3. UU No. 14 tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman 

4. UU No. 8 tahun 1981 yaitu KUHAP yang mengatur tentang perlindungan HAM misalnya bantuan

hukum, ganti ruhi maupun rehabilitasi. 

5. UU No 9 tahun 1986 yaitu Pengadilan Tata Usaha Negara, di dalam undang-undang ini pengakuan

dan perlindungan hak-hak asasi juga terdapat pengaturan dalam pasal 4 yang menyatakan bahwa

PTUN adalah salah satu pelaksanaan kekuasaan bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa

TUN (Tata Usaha Negara). 

6. UU No 39 tahun 1999 tentang HAM .

7. UU No. 26 tahun 2000 tentang Peradilan terhadap Pelanggaran HAM.

d. Pasal-pasal yang menyangkut Tentang Hak Asasi Manusia dalam Bab 10 A UUD 1945

Dalam UUD 1945 terdapat pasal-pasal yang juga menyangkut tentang Hak Asasi Manusia sebagai

berikut :

1. Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya (Pasal 28 A).

2. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah (Pasal 28

B Ayat 1).

3. Hak anak untuk kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta hak atas perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi (Pasal 28 B Ayat 2).

4. Hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar (Pasal 28 C Ayat 1).

5. Hak untuk mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan

teknologi, seni, dan budaya (Pasal 28 C Ayat 1).

6. Hak untuk mengajukan diri dalam memperjuangkan haknya secara kolektif (Pasal 28 C Ayat 2).

7. Hak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil dan perlakuan yang

sama di depan hukum (Pasal 28 D Ayat 1).

8. Hak untuk bekerja dan mendapat imbalan serta perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan

kerja (Pasal 28 D Ayat 3).

9. Hak untuk dapat memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan (Pasal 28 D Ayat 3).

10. Hak atas status kewarganegaraan (Pasal 28 D Ayat 4).

11. Hak kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya (Pasal

28 E ayat 1).

i

Page 15: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

12. Hak untuk memilih pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya (Pasal 28 E

Ayat 1).

13. Hak memilih kewarganegaraan (Pasal 28 E Ayat 1).

14. Hak memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak untuk kembali

(Pasal 28 E Ayat 1).

15. Hak kebebasan untuk meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai hati nuraninya

(Pasal 28 E Ayat 2).

16. Hak kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat (Pasal 28 E ayat 3).

17. Hak untuk berkomunikasi dan memeperoleh informasi (Pasal 28 F).

18. Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda (Pasal 28 G

Ayat 1)

19. Hak atas rasa aman dan mendapat perlindungan dari gangguan dan ancaman ketakutan untuk

berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi manusia (Pasal 28 G Ayat 1).

20. Hak untuk bebas dari penyiksaan (torture) dan perlakuan yang merendahkan derajat martabat

manusia (Pasal 28 G Ayat 2).

21. Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup

yang baik dan sehat (Pasal 28 H Ayat 1)

22. Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan (Pasal 28 H Ayat 1).

23. Hak untuk mendapat kemudahan dan perlakuan khusus guna mencapai persamaan dan keadilan

(Pasal 28 H Ayat 2).

24. Hak atas jaminan sosial (Pasal 28 H Ayat 3).

25. Hak atas milik pribadi yang tidak boleh diambil alih sewenang-wenang oleh siapa pun (Pasal 28 H

Ayat 4).

26. Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut atau retroaktif (Pasal 28 I Ayat 1).

27. Hak untuk bebas dari perlakuan diskriminasi atas dasar apa pun dan berhak mendapat perlindungan

dari perlakuan diskriminatif (Pasal 28 I Ayat 2).

28. Hak atas identitas budaya dan hak masyarakat tradisional (Pasal 28 I Ayat 3).

3. Tokoh-tokoh Pejuang HAM

Dalam pengaplikasiannya dalam praktek kehidupan nyata, HAM tidak dapat diterima dengan mudah

oleh banyak kalangan. HAM banyak ditolak dan dianggap pengganggu dalam menjalankan aktivitas dengan

normal. Banyak orang dan kalangan yang mengatakan bahwa HAM itu tidak seluruhnya layak untuk

diterima karena bertentangan dengan hukum yang mengatakan orang bersalah harus dihukum. Mereka

kurang memahami maksud dari pengertian tersebut. Menurut kasus mereka, dalam hukum orang yang

memiliki hutang dan tidak membayarnya harus mendapatkan hukuman sebagai ganjarannya. Dan

kesewenangan dan penindasanlah yang sering mereka buat untuk menghukum orang tersebut.

i

Page 16: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

Kesewenangan dan penindasan inilah yang bertentangan dengan Teori HAM. Namun dalam

penegakannya HAM mendapat perhatian dari banyak Tokoh. Tokoh-tokoh ini berjuang dan harus siap

untuk mempertaruhkan nyawa mereka demi membela hak dan kebebasan banyak orang. Beberapa tokoh

tersebut adalah :

1) Marthin Luther King

Martin Luther King lahir tanggal 15 Januari 1929 di Atlanta, Georgia. Martin termasuk

seorang murid yang cerdas karenanya ia selalu mendapatkan rangking 1 di kelasnya. Ketika berumur

15 tahun ia diterima di Morehouse College. 4 tahun kemudian ia lulus, kemudian bersekolah di dua

tempat lagi. Martin sangat kagum pada pemikiran Gandhi yang berasal dari India mengenai aksi

tanpa kekerasan.

Pada tanggal 28 Agustus 1963, sekitar 250 ribu orang berkumpul mendengarkan pidato yang

disampaikan oleh Martin Luther King. Setelah itu mereka memulai longmarch (berjalan kaki) dari

Washington Monument menuju ke Lincoln Memorial dengan satu tujuan, yaitu membangkitkan

kesadaran bangsa atas keadaan menyedihkan yang menimpa orang-orang kulit hitam.

Walaupun sempat beberapa kali ditangkap dan mendapat perlakuan kasar, Martin tetap

menjalankan aksinya tanpa memakai kekerasan. Martin selalu diingat orang karena selama hidupnya

ia selalu menentang adanya perbedaan (rasial) antara kulit hitam dan kulit putih. Hasil dari

perjuangan Martin adalah munculnya Undang-undang hak asasi manusia yang ditandatangani

Presiden Lyndon B Johnson tanggal 2 Juli 1964.

Pada tahun yang sama ia menerima hadiah Nobel perdamaian dan menjadi orang Amerika ke-

8 yang meraih Nobel. Martin Luther King meninggal dunia akibat ditembak oleh orang tak dikenal

pada tanggal 4 April 1968 ketika ia sedang berdiri di balkon hotel.

2) Malcolm X dan Gandhi

Selain Martin Luther King, tokoh Hak Asasi Manusia lainnya adalah Malcolm X yang lahir

tahun 1925. Nenek moyangnya adalah budak yang didatangkan ke Amerika. Dan seorang lagi adalah

Gandhi yang berasal dari India. Gandhi terkenal sebagai seorang yang selalu menentang dan ingin

menghapus adanya perbedaan perlakuan. Ia juga memimpin pergerakan kemerdekaan India tanpa

menggunakan kekerasan dan selalu berusaha menyatukan umat Hindu dan Islam yang sering bertikai

di India.

3) Munir Said Thalib ( Munir)

Dengan nama lengkap Munir Said Thalib, (alm) Munir lahir di Malang, Jawa Timur pada 8

Desember 1965 dan meninggal pada 7 September 2004 di pesawat Garuda Jakarta-Amsterdam yang

transit di Singapura. Ia meninggal karena terkonsumsi racun arsenik dalam penerbangan menuju

i

Page 17: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

Belanda untuk melanjutkan studi masternya di bidang hukum. Pria keturunan Arab lulusan Fakultas

Hukum Universitas Brawijaya ini merupakan seorang aktivis dan pejuang HAM Indonesia. Ia

dihormati oleh para aktivitis, LSM, hingga dunia internasional.

Tanggal 16 April 1996, Munir mendirikan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan

(KontraS) serta menjadi Koordinator Badan Pekerja di LSM ini. Di lembaga inilah nama Munir

mulai bersinar, saat dia melakukan advokasi terhadap para aktifis yang menjadi korban penculikan

rejim penguasa Soeharto. Perjuangan Munir tentunya tak luput dari berbagai teror berupa ancaman

kekerasan dan pembunuhan terhadap diri dan keluarganya. Usai kepengurusannya di KontraS, Munir

ikut mendirikan Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia, Imparsial, di mana ia menjabat

sebagai Direktur Eksekutif.

Saat menjabat Koordinator KontraS namanya melambung sebagai seorang pejuang bagi orang-orang

hilang yang diculik pada masa itu. Ketika itu dia membela para aktifis yang menjadi korban penculikan Tim

Mawar dari Kopassus yang dipimpin oleh Prabowo Subianto (Ketum GERINDRA). Setelah Suharto jatuh,

penculikan itu menjadi alasan pencopotan Danjen Kopassus (waktu itu) Prabowo Subianto dan diadilinya

para anggota Tim Mawar.

Atas perjuangannya yang tak kenal lelah, dia pun memperoleh The Right Livelihood Award di Swedia

(2000), sebuah penghargaan prestisius yang disebut sebagai Nobel alternatif dari Yayasan The Right

Livelihood Award Jacob von Uexkull, Stockholm, Swedia di bidang pemajuan HAM dan Kontrol Sipil

terhadap Militer di Indonesia. Sebelumnya, Majalah Asiaweek (Oktober 1999) menobatkannya menjadi

salah seorang dari 20 pemimpin politik muda Asia pada milenium baru dan Man of The Year versi majalah

Ummat (1998).

4) Yap Thiam Hien

Yap Thiam Hien (lahir di Koeta Radja, Aceh, 25 Mei 1913 – wafat di Brusel, Belgia, 25 April 1989

pada umur 75 tahun) adalah seorang pengacara Indonesia keturunan Tionghoa. Ia mengabdikan seluruh

hidupnya berjuang demi menegakkan keadilan dan hak asasi manusia (HAM). Namanya diabadikan sebagai

nama sebuah penghargaan yang diberikan kepada orang-orang yang berjasa besar bagi penegakan hak asasi

manusia di Indonesia.

5) Abdul Hakim Garuda Nusantara

Hampir sepanjang karier dia mengabdi dalam bidang advokasi dan hak asasi manusia. Mantan Ketua

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) terpilih menjadi Ketua Komisi Nasional Hak Asasi

Manusia (Komnas HAM) periode 2002-2007). Pria bernama lengkap Abdul Hakim Garuda Nusantara

kelahiran Pekalongan, 12 Desember 1954, ini bertekad mewujudkan misi Komnas HAM.

Dalam pemilihan Ketua Komnas HAM pada rapat pleno khusus Komnas HAM di Jakarta, Kamis

12/9/02, dia meraih 12 suara. Ia mengalahkan pesaingnya mantan Ketua Komnas HAM Djoko Soegianto

i

Page 18: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

meraih enam suara, KH Salahuddin Wahid tiga suara, dan ahli hukum Prof Dr Achmad Ali dua suara.

Tokoh sipil yang selama ini dikenal sebagai aktivis organisasi nonpemerintah (ornop) itu memimpin

Komnas HAM selama lima tahun (2002-2007).

Sementara untuk jabatan wakil ketua, juga terpilih tokoh sipil yakni Zoemrotin K Susilo (Wakil Ketua

I), dan KH Salahuddin Wahid (Wakil Ketua II). Rapat pleno khusus yang berlangsung maraton sampai

pukul 19.30 juga memilih empat Ketua Sub-Komisi. MM Billah menjadi Ketua Sub-Komisi Pemantauan,

Lies Soegondo sebagai Ketua Sub-Komisi Pengkajian dan Penelitian, Mansour Fakih menjadi Ketua Sub-

Komisi Pendidikan dan Penyuluhan, serta Amidhan sebagai Ketua Sub-Komisi Mediasi.

Abdul Hakim adalah Ketua Komnas HAM kelima. Sebelumnya adalah Ali Said, Munawir Sjadzali,

Marzuki Darusman, dan Djoko Soegianto. Bedanya, terpilihnya Abdul Hakim sebagai anggota dan Ketua

Komnas HAM adalah berdasarkan pilihan DPR sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 39 Tahun

1999. Sedang empat ketua sebelumnya, berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) No 50/1993.

6) Asmara Nababan

Asmara Nababan lahir di Siborong-borong pada 2 September 1946 dan menghembuskan nafas

terakhir di Guangzhou, China, pada usia 64 tahun. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah di Medan,

dia ke Jakarta, menempuh kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, hingga lulus, meskipun gelar

SH tak pernah terlihat di belakang namanya.

Asmara Nababan meninggal dunia pada hari yang seakan menjadi keinginannya sendiri yaitu pada

tanggal 28 Oktober 2010 (tepat pada “Hari Sumpah Pemuda”), setelah lebih dari setahun menderita kanker

paru-paru.

Gejala pertama yang sempat diceritakannya adalah ketika dia kembali ke kampung halamannya di

Siborong-borong, Tapanuli Utara,  Desember 2008, untuk merayakan Natal di sana. Suatu pagi ketika dia

sedang melakukan jogging, tiba-tiba saja dia kena serangan yang membuatnya tak sadarkan diri dan harus

ditolong orang dengan membawanya ke rumah sakit. Kembali ke Jakarta, dia terlihat segar kembali dan

menceritakan kejadian di Siborong-borong seakan suatu peristiwa kecil yang tak seberapa pengaruhnya

terhadap kesehatan dan kegiatannya. Ternyata setahun kemudian, pada hari-hari menjelang Natal dan pada

hari raya Natal tahun 2009, dia harus dirawat di Rumah Sakit Darmais, Jakarta, dan menjalani operasi besar

yang menyebabkan dia kehilangan sepertiga paru-parunya.

Keluar dari rumah sakit, dia bekerja kembali seperti biasa, antara lain mengikuti secara teratur rapat

Badan Pengurus Harian di Komunitas Indonesia untuk Demokrasi sebulan sekali, selain kegiatannya di

Demos dan keterlibatannya dalam beberapa LSM lainnya. Semenjak operasi itulah dia tidak pulih benar dari

sakitnya dan lambat laun wajahnya menjadi agak sembab. Dengan keadaan seperti itu, kegembiraan

hidupnya tak kelihatan berkurang. Hanya saja beliau lebih sering meminta waktu untuk mengontrol

kesehatannya. Selera makannya stabil meskipun langkahnya berjalan tidak semantap seperti semula kami

mengenalnya.

i

Page 19: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

Asmara Nababan dengan sadar memilih bekerja sebagai tokoh organisasi masyarakat sipil tanpa

tergoda untuk masuk suatu partai politik atau mendapat suatu jabatan dalam pemerintahan meskipun

perhatian dan pengetahuannya tentang politik nasional dan perkembangan negerinya tak kurang dari politisi

mana pun. Berbagai kegiatan telah dijalankannya sebelum namanya mencuat secara nasional dan

internasional ketika dia menjadi Sekretaris Jenderal Komnas HAM untuk periode 1993-1998, yaitu pada

puncak transisi politik menuju reformasi, dengan berbagai ketegangan, pertentangan, serta kekerasan politik

yang harus dihadapi.

Lepas dari Komnas HAM, dia menjadi anggota Tim Pencari Fakta Kerusuhan Mei 1998, kemudian

bersama beberapa rekannya mendirikan Demos, suatu lembaga yang mengkhususkan dirinya dalam

penelitian tentang demokrasi dan proses demokratisasi. Hingga saat meninggalnya, dia adalah Ketua Dewan

Pengurus Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam) dan anggota Badan Pengurus Komunitas

Indonesia untuk Demokrasi (KID). Dengan demikian, pusat perhatian dan tema perjuangannya adalah hak

asasi manusia dan demokrasi.

Asmara Nababan bukanlah tokoh yang menonjol atau menonjolkan diri dalam kelompok tempat dia

bekerja, tetapi tanpa disadarinya dia selalu membuat kehadirannya terasa. Dia tidak mempunyai kefasihan

bicara yang membuat orang terpukau, tidak juga tampil dengan gagasan yang gilang-gemilang, tetapi

kesungguhannya mendengar dan memerhatikan pembicaraan orang mendatangkan suatu wibawa khusus

pada dirinya.

Siapa yang mengenalnya hanya sepintas lalu akan merasa bahwa dia hanya seorang dengan kapasitas

rata-rata dan tidak istimewa. Akan tetapi, semakin lama mengenalnya, orang akan diyakinkan bahwa ada

suatu yang khusus dan khas dalam kepribadiannya.

Banyak orang yang membutuhkan suatu informasi penting atau pemikiran untuk mengatasi

kebuntuan, Asmara mengusulkan sesuatu yang justru dibutuhkan untuk mendapatkan jalan keluar, entah

menyangkut masalah hukum, organisasi, atau manajemen. Dia mempunyai stock of knowledge at hand yang

tidak diumbar sebarang waktu, tetapi yang siap digunakannya untuk melayani suatu kebutuhan.

7) Adnan Buyung Nasution

Jiwa aktivisnya tak pernah padam, dia akan menyeruak tampil ke depan ketika hukum yang menjadi

pilar utama demokrasi dipermainkan. Rasa empatinya yang besar bagi orang-orang yang tak beruntung,

yang dizalimi kekuasaan, menjadikannya ikon bagi penegakan HAM di Indonesia. Sikapnya yang konsisten,

komitmen yang tinggi dan hasratnya yang luar biasa besar bagi pembangunan hukum yang berkeadilan

membuatnya menjadi legenda hidup bagi penegakan HAM dan demokrasi. Dialah Adnan Buyung Nasution

(ABN), suaranya yang lantang tanpa rasa takut seakan menjadi “teror” bagi aparat penguasa yang

membungkus kezaliman mereka dengan hukum kekuasaan.

Dia bukan orang yang mendadak terkenal karena keberanian sesaat, ketokohannya dibangun melalui

proses panjang, penuh tantangan dan pengorbanan. Lahir di Jakarta tanggal 20 Juli 1934, jiwa aktivisnya

i

Page 20: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

mulai tampak ketika sekolah SMP di Yogyakarta ABD ikut Mopel (Mobilisasi Pelajar) dan melakukan

protes pendirian sekolah NICA, ikut merusak sekolah dan melempari guru-guru di sekolah tersebut.

Sikap patriotis itu diakuinya, menurun dari ayahnya yang begitu dia banggakan, H. Rachmat

Nasution. Sang ayah, H. Rachmat Nasution, adalah pejuang kemerdekaan yang aktif dalam perang gerilya

membela Republik. Tidak hanya dengan senjata, Rachmat Nasution juga aktif dalam kewartawanan, tercatat

sebagai salah satu pendiri kantor berita Antara dan harian Kedaulatan Rakyat. Setelah hanya setahun

bertahan di Teknik Sipil ITB dan sempat kuliah di Fakultas Gabungan Hukum, Ekonomi dan Sosial Politik

UGM, tahun ajaran 1954/1955 ABN memilih kuliah di Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Masyarakat

UI.

Lulus sarjana muda tahun 1957, sambil meneruskan kuliah, ia bekerja sebagai jaksa di Kejaksaan

Negeri Istimewa Jakarta. Keputusan masuk kejaksaan karena jiwanya merasa terpanggil oleh adanya

gerakan anti korupsi yang pada waktu itu dipimpin oleh Kolonel Zulkifli Lubis (Pendiri/Kepala Intelijen)

dan didukung oleh Panglima Siliwangi Kolonel Kawilarang. Ketika itu Kejaksaan membutuhkan tenaga-

tenaga muda untuk turut membantu dalam proses penuntutan terhadap para tertuduh koruptor, seperti antara

lain: Lie Hok Tai, Piet de Quelyu (Direktur Percetakan Negara), Mr. Djodi (Menteri Kehakiman)

Gondokoesoemo, Mr. Syamsudin Sutan Makmur (Menteri Penerangan), dll.

Meski sudah menjadi jaksa, tetapi semangatnya sebagai aktivis tidak pudar. Tahun 1964 ia sempat

mendirikan sekaligus menjadi ketua Gerakan Pelaksana Ampera. Selain itu, dia juga mendirikan Kesatuan

Aksi Sarjana Indonesia (KASI) serta menjadi anggota Komando Aksi Penggayangan Gestapu. Bersama

Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dia ikut turun ke jalan sehingga diinterogasi oleh atasannya.

Dia dituduh antirevolusi, anti-Manipol-Usdek. Hingga akhirnya ABN memilih berhenti sebagai jaksa.

Pengalamannya sebagai jaksa menyadarkannya, menggugah keprihatinnya, atas nasib rakyat kecil

yang tak berdaya di hadapan hukum. Saat bertugas di daerah-daerah terpencil, dia melihat ornag-orang yang

menjadi Terdakwa pasrah saja menerima dakwaan yang ditimpakan kepadanya. Dari sana ia berpikir, orang-

orang kecil yang buta hukum itu perlu dibantu.

Tetapi niat itu dipendamnya. Dia memilih kuliah Universitas Melbourne, Australia, dan melihat

bahwa di negeri Kanguru itu terdapat lembaga bantuan hukum yang pola, model, dan bentuknya sendiri.

Segera setelah pulang ke tanah air, ABN menyampaikan gagasan pendirian LBH ke rekan-rekannya,

diantaranya Gubernur DKI Ali Sadikin.

Tahun 1970, berdirilah LBH Jakarta yang digagasnya dan ABN ditunjuk sebagai ketua yang pertama.

Sejak itu, ABD berdiri di garda terdepan untuk mengontrol pelaksanaan hukum, memberi bantuan hukum

bagi siapapun yang membutuhkan tanpa pandang bulu---mulai dari korban penggusuran yang menuntut hak

mereka, para buruh di-PHK secara sepihak, hingga kasus-kasus HAM dan politik yang para pengacara

umumnya tak berani menyentuh.

i

Page 21: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

LBH yang dipimpinnya tetap independen, konsisten dan memiliki komitemen kuat dalam penegakan

hukum. Bahkan pemerintah DKI Jakarta, yang atas prakarsa Ali Sadikin, memberi subsidi untuk operasional

LBH, tercatat lebih dari 200 kali digugat LBH---kenyataan yang membuat Bang Ali geleng-geleng kepala.

Pernah ditahan selama 2 tahun tanpa melalui proses hukum atas Tuduhan subversive karena terlibat

Peristiwa Malari 1974, ABN tak pernah surut langkah. Sebagai pengacara, kegigihannya terus diuji, hingga

puncaknya ketika dia membela tokoh oposisi HR Dharsono tahun 1986-1987. Dituduh melakukan contempt

of court, hak ijin advokatnya dicabut pemerintah yang memaksanya mengasingkan diri ke Belanda dan baru

kembali ke tanah air tahun 1993 setelah berhasil meraih gelar Doktor Ilmu Hukum Tata Negara (PhD) dari

Universitas Utrecht.

LBH yang dia dirikan pun menjadi “kawah candradimuka” yang berhasil melahirkan aktivis-aktivis

militant, akademisi, pengacara profesional, politisi, maupun birokrat: diantaranya adalah Abdul Rahman

Saleh, Abdul Hakim Garuda Nusantara, Bambang Widjojanto, Benny K. Harman, Prof. Erman Rajagukguk,

Fauzi Abdullah, Hotma Sitompoel, Luhut Pangaribuan, Mohammad Assegaf, Munir, Nazaruddin Nasution,

Nursyahbani Katjasungkana, Rita Serena Kalibonso, Syamsul Rakan Chaniago, Todung Mulya Lubis, Tuti

Hutagalung, Prof. Zaidun, Prof. Zen Umar Purba, dan masih banyak lagi lainnya yang tidak kurang

kontribusinya, namun sayangnya tidak dapat disebut satu per satu namanya disini.

Dibawah ini pernyataan Mochtar Pakpahan, menanggapi cibiran Ruhut Sitompul atas kritik tajam

ABN terhadap Presiden SBY, menggambarkan bagaimana kesan para aktivis HAM dan demokrasi terhadap

kiprah ABN:

“Jutaan orang yang dizalimi oleh Orde Baru merasakan sejuknya kehadiran ABN Cs dan kehadiran

YLBHI. ABN adalah sinar bagi kegelapan hati nurani selama Orde Baru. Setiap orang yang merasakan

gelapnya pemerintah Orde Baru akan merasakan secercah terang bila datang ke YLBHI. Sebutlah tanah

orang dirampas demi pembangunan; aktivis yang menyatakan pikirannya yang berbeda dengan Orde Baru;

akan mengalami kezaliman, dibunuh, dianiaya, dan dipenjarakan. Buruh yang di-PHK dengan mudah tanpa

alasan dan kasus hukum lainnya.”

Bulan Juli 2011, atas segala komitmen dan pengabdiannya, ABN diangkat sebagai Professor of

Constitutional Law di Melbourne Law School, University of Melbourne, Australia.

4. Macam-Macam Hak Asasi Manusia

Berikut ini adalah macam-macam Hak Asasi Manusia :

1. Hak asasi pribadi / personal Right

a. Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat.

b. Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.

c. Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan.

d. Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan yang

diyakini masing-masing.

i

Page 22: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

2. Hak asasi politik / Political Right

a. Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan.

b. Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.

c. Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya.

d. Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.

3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right

a. Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.

b. Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns.

c. Hak mendapat layanan dan perlindungan hokum.

4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths

a. Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.

b. Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.

c. Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang, dll.

d. Hak kebebasan untuk memiliki susuatu.

e. Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.

5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights

a. Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.

b. Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan penyelidikan di

mata hukum.

6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right

a. Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan.

b. Hak mendapatkan pengajaran.

c. Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat.

5. Pelanggaran HAM Di Indonesia

Menurut pakar hukum yang juga Tokoh HAM Indonesia Adnan Buyung Nasution, pelanggaran

HAM dapat dikelompoan menjadi 4 golongan, yaitu :

1. Kejahatan Terhadap Kemanusiaan

a. Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh,

b. Gerakan 30 September / PKI tahun 1965,

c. Kasus Timor – Timur pada tahun 1971 – 1977 dan 1982 – 1997,

i

Page 23: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

d. Penembakan terhadap mahasiswa pada peristiwa Semanggi I dan II tahun 1998,

e. Peristiwa Tanjung Priok tahun 1984 dengan pembunuhan terhadap kelompok umat Islam,

f. P

g. enembakan terhadap mahasiswa Universitas Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998 dengan gugur

4 orang pahlawan Revolusi.

2. Kejahatan Terhadap Integritas Orang

a. Penembakan misterius tahun 1982 – 1983,

c. Penghilangan orang (Timor – Timur) tahun 1977 – 1982,

d. Arbritory arrest dan dentemtion (komunis) tahun 1965 – 1971,

e. Arbritory arrest dan dentemtion (Peristiwa Malari) tahun 1971 – 1977,

f. Peristiwa 27 Juli 1996 yaitu penyerbuan, perusakan dan pembunuhan pada markas PDI.

3. Tindakan Kekekrasan Terhadap Hak Sipil dan Politik

a. Kebijakan kemerdekaan berpendapat yang dilanggar,

b. Kemerdekaan berserikat dan berkelompok yang secara stematik dilanggar,

c. Kebijakan dari lembaga ekstra yudisial yang mencampai fungsi kehakiman.

4. Tindak Kekekrasan Terhadap Hak Sosial Ekonomi dan Budaya

a. Proses kemiskinan,

b. Pelanggaran terhadap lingkungan hidup,

c. Pelanggaran terhadap hak – hak masyarakat adat.

6. Pengadilan HAM

Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM yang berat. Pengadilan

HAM meliputi :

1. Kejahatan Genosida

Adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau

memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama

dengan cara :

a. Membunuh anggota kelompok,

b. Memindahkan secara paksa anak – anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.

c. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota kelompok,

d. Memaksakan tindakan – tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok,

e. Menciptakan kondisi ketidaknyamanan kehidupan kelompok yang mengakibatkan

kemusnahan kelompok secara fisik baik seluruh atau sebagiannya.

i

Page 24: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

2. Kejahatan Terhadap Kemanusiaan

Adalah perbuatan yang dilakukan sebagian dari serangan yang meluas atau sistematik dan

diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa :

a. Penyiksaan,

b. Perbudakan,

c. Pemusnahan,

d. Pembunuhan,

e. Kejahatan apartheid,

f. Penghilangan orang secara paksa,

g. Pengusiran penduduk secara paksa,

h. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang – wenang,

i. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan

atau sterilisasi secara paksa,

j. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan

paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang

telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional.

i

Page 25: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang dimiliki oleh manusia sejak lahir sebagai pemberian dari

Tuhan sebagai kebebasan yang harus di hargi oleh stiap orang. Hak Asasi Manusia berkembang sejak abad

XVII hingga perkembangannya pernyataan dunia tentang HAM yang di deklarasikan pada tanggal 10

Desember 1948.

Dalam praktek pelaksanaan dan penegakannya, HAM banyak mendapat perlawanan dari berbagai

pihak yang merasa HAM dapat mengganggu pekerjaan mereka. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat

dari para tokoh pejuang HAM. Mereka rela mempertaruhkan nyawanya demi membela Hak-hak Asasi

banyak orang. Bahkan kasus Munir yang diduga tewas karena diracuni dalam pesawat Garuda saat transit di

Sigapura, belum dapat dipecahkan sampai saat ini.

2. Saran

Untuk dapat menjadi suatu Negara yang benar-benar berlandaskan hukum, maka kita sebagai warga

Negara yang baik harus terlebih dulu mnghargai dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM). Jika

semua itu sudah dilakukan oleh warga Negara Indonesia, maka hukum akan lebih mudah untuk ditegakkan.

Dengan menghargai Hak Asasi Manusia kita juga ikut meneruskan perjuangan tokoh-tokoh pejuang

HAM untuk menjunjung tinggi HAM tersebut. Untuk itu, sebagai makhluk ciptaan Tuhan kita harus saling

menghargai hak-hak tersebut karena hak asasi merupakan hak mutlak setiap orang yang sudah dimiliki sejak

lahir.

i

Page 26: Makalah i Pendahuluan Topik Ham

REFERENSI

Buku 'Satu Abad Kelulusan RS-RHS-FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA. 2012

Dimyati, Dedi dkk. 2004. Kewarganegaraan untuk SMP/MTS kelas VII. Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa.

http://aanborneo.blogspot.com/2012/07/makalah-ham.html

http://gurupkn.wordpress.com/2008/02/22/pengertian-pengertian-hak-asasi-manusia/

http://id.iluni-fhui.com/index.php/sites/profile_alumni_detail/id/10

http://kewarganegaraan.wordpress.com/2007/11/28/pengertian-dan-macam%E2%93-macam-ham/

http://melisa07.blogspot.com/2011/02/pengertian-ham-menurut-para-ahli.html

http://nasional.kompas.com/read/2010/11/01/08292633/

http://unknown-mboh.blogspot.com/2012/11/pengertian-dan-macam-macam-HAM-hak.html#ixzz2UCKpFHQ0

i