Soal Tentang Nata de Coco.docx
-
Upload
sepadyawan-kavasivii -
Category
Documents
-
view
414 -
download
21
description
Transcript of Soal Tentang Nata de Coco.docx
Nata de coco merupakan salah satu produk makanan yang dibuat dari air kelapa lewat
proses fermentasi dengan menggunakan starter dari bakteri Acetobacter xylinum. Nata de coco
mengandung polisakarida, dekstrosa dan gula sebanyak 7-10% (Setyamijaya, 1991). A. xylinum
dalam proses fermentasi nata mengubah glukosa menjadi selulosa secara ekstraseluler. Menurut
Atih (1979) nata merupakan produk fermentasi oleh bakteri A. xylinum pada medium yang
mengandung gula, kondisi asam, dan membutuhkan sumber nitrogen untuk aktivitasnya. Proses
terbentuknya pelikel selulosa merupakan rangkaian aktivitas bakteri A. xylinum dengan nutrien
yang ada pada media cair. Karena A. xylinum adalah bakteri yang memproduksi selulosa, maka
nutrien yang berperan adalah nutrien yang mengandung glukosa. Glukosa yang berperan dalam
pembentukan selulosa adalah glukosa dalam bentuk β-glukosa sehingga semua glukosa dalam
bentuk α-glukosa akan diubah dalam bentuk β-glukosa melalui enzim isomerase yang berada
pada bakteri A. xylinum. Tahap berikutnya glukosa berikatan dengan glukosa yang lain melalui
ikatan 1,4 β-glikosida. Tahap terakhir adalah tahap polimerisasi yaitu pembentukan selulosa
(Piluharto, 2003).
Semakin banyak kadar nutrisi dalam media, semakin besar 2 kemampuan A. xylinum
membentuk selulosa. Selain itu, ketersediaan sumber karbon erat sekali dengan kandungan
karbohidrat. Dengan demikian biosintesis selulosa akan meningkat seiring meningkatnya jumlah
karbohidrat
yang tersedia. Karbohidrat pada medium akan dipecah menjadi glukosa yang kemudian berikatan
dengan asam lemak (guanosin trifosfat) membentuk prekursor penciri selulosa oleh enzim
selulosa sintetase, kemudian dikeluarkan ke media membentuk jalinan selulosa pada
permukaannya.
Khamir memiliki peranan penting dalam produksi nata, bukan hanya dipengaruhi oleh
penurunan pH saja tetapi karena adanya aktivitas khamir yang mengubah sukrosa menjadi
glukosa dan fruktosa yang selanjutnya digunakan oleh A. xylinum untuk mengkonversi glukosa
menjadi selulosa (Piluharto, 2003).
Dengan adanya khamir dalam proses fermentasi diharapkan pemecahan sukrosa menjadi
monosakarida lebih optimal. Oleh karena itu, dari berbagai sumber seperti bibit nata, air kelapa,
ragi tape, limbah tahu, dan ragi tempe diharapkan dapat diperoleh isolat khamir yang nantinya
dapat digunakan sebagai kultur campuran dalam membantu proses fermentasi nata de coco.
Dalam fermentasinya bakteri ini dapat mengubah glukosa menjadi selulosa secara
ekstraseluler sehingga terbentuk lapisan tebal, gelembun-gelembung udara yang terbentuk adalah
akibat dari metabolisme berupa gas CO2 mempunyai kecendrungan melekat pada jaringan
selulosa, sehingga struktur permukaaan menjadi naik dan hal ini ternyata membantu persediaaan
oksigen untuk mikroba. Nata de coco merupakan salah satu produk hasil olahan air kelapa
dengan menggunakan proses fregmentasi . Air kelapa yang digunakan alasanya adalah air kelapa
yang sudah tua karena air kelapa dikategorikan sebagai limbah yang dibuang sedangkan air
kelapa yang masih muda dapat digunakan secara langsung tanpa diolah misalnya sebagai
minuman segar.
Mutu nata de coco yang sangat baik diperoleh dari pertumbuhan Acetobacter xylinum di
dalam skim santan (sisa pemisahan cream dari santan). Menurut Tibayan (1967) komposisi kimia
air kelapa dan skim santan adalah hampir sama, hanya jumlah kandungan masing-masing
unsurnya berbeda.
Komposisi kimia air kelapa dan skim santan untuk menanam mikroorganisme nata de
coco adalah sebagai berikut:
Spesifikasi Air Kelapa Skim SantanPh 5,59 6,48Refraksi indeks 1,3382 1,3352Titrasi keasaman 0,85 0,20Bahan padat 3,54 1,04Abu 0,24 0,09Gula 1,79 0,35Lemak 0,02 0,046,25 N (protein) 0,07 0,14
Reaksi-Reaksi Kimia yang terjadi pada Pembuatan Nata De Coco
Nata de coco dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan yang
mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa spesies yang termasuk bakteri
asam asetat dapat membentuk selulosa, namun selama ini yang paling banyak dipelajari
adalah Acetobacter xylinum. Bakteri Acetobacter xylinum termasuk genus Acetobacter.
Bakteri Acetobacter xylinum bersifat Gram negatip artinya memiliki lapisan luar dari
lipopolisakarida: terdiri dari membran dan lapisan peptidoglikan yang tipis dan terletak pada
periplasma (di antara lapisan luar dan membran sitoplasma)., aerob, berbentuk batang pendek
atau kokus.
Bakteri ini secara alami dapat ditemukan pada sari tanaman bergula yang telah mengalami
fermentasi atau pada sayuran dan buah-buahan bergula yang sudah membusuk. Bila mikroba ini
ditumbuhkan pada media yang mengandung gula, organisme ini dapat mengubah 19% gula
menjadi selulosa. Selulosa yang dikeluarkan ke dalam media berupa benang-benang yang
bersama dengan polisakarida berlendir membentuk jalinan yang terus menebal menjadi lapisan
nata. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan bakteri axetobacter xylinum adalah
tingkat keasaman medium, lama fermentasi, sumber karbon, sumber nitrogen, suhu dan
konsentrasi bibit (starter). Pada dasarnya proses pembuatan biakan murni bakteri axetobacter
xylinum dapat dilakukan secara laboratoris maupun secara sederhana
Bakteri Acetobacter xylinum akan dapat membentuk nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa
yang sudah diperkaya dengan karbon (C) dan nitrogen (N), melalui proses yang terkontrol.
Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat
menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa, dari jutaan renik yang tumbuh pada
air kelapa tersebut akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak
padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata.
Adanya gula sukrosa dalam air kelapa akan dimanfaatkan oleh Acetobacter xylinum sebagai
sumber energi, maupun sumber karbon untuk membentuk senyawa metabolit diantaranya adalah
selulosa yang membentuk Nata de Coco. Senyawa peningkat pertumbuhan mikroba (growth
promoting factor) akan meningkatkan pertumbuhan mikroba, sedangkan adanya mineral dalam
substrat akan membantu meningkatkan aktifitas enzim kinase dalam metabolisme di dalam sel
Acetobacter xylinum untuk menghasilkan selulosa.
Sumber nitrogen yang dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan aktivitas bakteri nata
dapat berasal dari nitrogen organik, seperti misalnya protein dan ekstrak yeast, maupun nitrogen
anorganik seperti misalnya ammonium fosfat, urea, dan ammonium sulfat. Namun, sumber
nitrogen anorganik sangat murah dan fungsinya tidak kalah jika dibandingkan dengan sumber
nitrogen organik, bahkan diantara sumber nitrogen anorganik ada yang mempunyai sifat lebih
yaitu ammonium sulfat. Kelebihan yang dimaksud adalah murah, mudah larut, dan selektif bagi
mikroorganisme lain.
Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pembuatan nata de coco yaitu kondisi
peralatan serta ruangan yang cukup steril. Apabila kondisi ruangan kurang steril sehingga
memungkinkan sirkulasi udara berjalan seperti biasa maka peluang untuk terjadinya kontaminasi
pada nata yang diproduksi cukup besar, begitu pula jika peralatan yang digunakan kurang steril
maka juga dapat menimbulkan kontaminasi kerusakan pada lapisan nata yang diproduksi.
Proses bagaimana sebenarnnya aktivitas dari Acetobacter xylinum dalam memproduksi nata de
coco seperti diuraikan dibawah ini. Proses terbentuk-nya nata de coco adalah sel-selAcetobacter
xylinum mengambil glukosa dari larutan gula, kemudian digabungkan dengan asam lemak
membentuk prekursor pada membran sel, dan keluar bersama-sama enzim yang
mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa diluar sel. Prekursor dari polisakarida tersebut
adalah GDP-glukosa. Pembentukan prekursor ini distimulir oleh adanya katalisator seperti Ca2+,
Mg2+. Prekursor ini kemudian mengalami polimerisasi dan berikatan dengan aseptor
membentuk selulosa.
Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5–7,5, namun akan tumbuh optimal bila pH nya
4,3, sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum pada suhu 28°–31°C.
Bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk
menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam
asetat glasial (99,8%). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk
mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5–5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak.
Selain asam asetat, asam-asam organik dan anorganik lain bisa digunakan.
Nutrisi yang terkandung dalam air kelapa antara lain : gula sukrosa 1,28%, sumber mineral yang
beragam antara lain Mg2+ 3,54 gr/L, serta adanya faktor pendukung pertumbuhan merupakan
senyawa yang mampu meningkatkan pertumbuhan bakteri penghasil nata (Acetobacter xylinum).
Kandungan gizi nata yang dihidangkan dengan sirup adalah sebagai berikut: 67,7 persen air, 0,2
persen lemak, 12 mg kalsium, 5 mg zat besi, 2 mg fosfor, sedikit vitamin B1, sedikit protein,
serta hanya 0,01 mikrogram riboflavin per 100 gramnya.
Reaksi yang terjadi pada fermentasi nata de coco oleh bakteri Acetobacter xylinum yang
dikatalisis oleh enzim kinase yaitu:
Manfaat Nata De Coco
Nata de Coco adalah makanan yang banyak mengandung serat, mengandung selulosa kadar
tinggi yang bermanfaat bagi kesehatan dalam membantu pencernaan. Nata de Coco yang
diperkaya dengan vitamin dan mineral akan mempertinggi nilai gizi dari produk ini. Daya tarik
nata de coco terletak pada warnanya yang bening, teksturnya yang kenyal, dan rasanya yang
sangat khas. Oleh karena itu, campuran nata di dalam berbagai minuman dingin sangat digemari
oleh masyarakat luas. Terutama di daerah-daerah tropis, seperti di Tanah Air. Karena kandungan
gizi (khususnya energi) yang sangat rendah, produk ini aman untuk dimakan oleh siapa saja.
Produk ini tidak akan menyebabkan gemuk, sehingga sangat dianjurkan bagi mereka yang
sedang diet rendah kalori untuk menurunkan berat badan. Keunggulan lain dari nata de coco
adalah kandungan serat (dietary fiber)-nya yang cukup tinggi, terutama selulosa. Tanpa adanya
serat dalam makanan, kita akan mudah mengalami gejala sembelit atau konstipasi (susah buang
air besar), wasir, penyakit divertikulosis, kanker usus besar, radang apendiks, kencing manis,
jantung koroner, dan kegemukan (obesitas). Dengan adanya serat dari nata de coco atau bahan
pangan lainnya, proses buang air besar menjadi teratur dan berbagai penyakit tersebut dapat
dihindari.
ISU PUPUK ZA PADA NATA DE COCO
Amonium sulfat sendiri dalam jumlah kecil yaitu sebanyak 0,2% atau 2 gr/liter digunakan
sebagai sumber nitrogen bagi bakteri A.xylinum dan senyawa tersebut akan habis dikonsumsi
bakteri untuk pertumbuhan. Pencucian berulang-ulang, pengecilan ukuran, dan perendaman
merupakan tahapan proses bertujuan untuk menghilangkan sisa substrat fermentasi,
menghilangkan asam, menghilangkan sisa mikroba dan komponen lain yang tidak dikehendaki,
dan menghasilkan aroma khas Nata. Nata de Coco selanjutnya direbus mendidih minimal selama
10 menit untuk menghilangkan rasa asam maupun sisa mikroba hidup, sehingga dihasilkan
produk Nata dengan rasa tawar, kenyal, tidak berbau, bebas residu, dan aman untuk dikonsumsi.
Salah satu standar yang digunakan untuk bahan baku makanan adalah standar FCC (Food
Chemical Codex). FCC menyebutkan bahwa ammonium sulfat yang boleh digunakan sebagai
bahan pangan disyaratkan tidak boleh mengandung logam berat arsenik (lebih dari 0.5 ppm),
besi (15 ppm), dan selenium (5 ppm). Secara komersial, ammonium sulfat tersebut tersedia
dalam dua kategori: untuk makanan (food grade) dan bukan untuk makanan (non food grade).
Yang food grade berstatusGenerally Recognized As Safe (GRAS) dalam batasan tertentu,
sedangkan yang non food grade tentu saja tidak boleh dipakai dalam makanan.
Permasalahannya adalah amonium sulfat dalam bentuk pupuk ini murah dan banyak tersedia.
Ancaman penggunaan urea atau ZA yang berkualifikasi bukan untuk makanan (non-food grade)
tetap ada. Jika dikonsumsi, pupuk urea memiliki tingkat toksisitas yang cukup tinggi. Efek dari
terkonsumsinya urea adalah mual-mual, muntah-muntah, dan iritasi. Akan tetapi, keberadaan
urea di produk akhir Nata de Coco adalah sangat debatable. Secara logika, urea semestinya tidak
akan terdapat dalam produk nata de coco, karena urea dimanfaatkan bakteria sebagai sumber
nitrogen. Kalaupun bersisa, ZA/urea akan sangat mungkin terbuang melalui proses pemanasan
maupun pencucian berulang.
Berkaitan dengan kasus penggunaan pupuk ZA pada produksi nata de coco, beberapa langkah
perbaikan yang perlu dilakukan antara lain: (1) Penggalakan penggunaan amonium sulfat murni
(Food Grade) perlu dilakukan. Diakui bahwa bahan ini merupakan produk impor dengan harga
yang relatif lebih mahal. Namun demikian, aspek ketersediaan nampaknya merupakan titik kritis
penggunaan bahan tersebut. (2) Agar sedapat mungkin dihindari penggunaan bahan non food
grade, mengingat kadar ketidak-murnian yang tinggi pada amonium sulfat non food grade,
misalnya pada kandungan logam berat yang jauh lebih tinggi; (3) pencucian berulang dalam
proses produksi nata de coco adalah titik kritis keamanan pangan, dimana boleh jadi komponen-
komponen berbahaya seperti logam berat akan larut ke dalam air pencuci; (4) sebaiknya
dilakukan pengukuran kadar logam berat pada produk nata de coco yang saat ini beredar.
Kasus pupuk ZA pada produksi nata de coco sangat mungkin berimplikasi pada ekonomi rakyat.
Regulasi yang pasti dan solusi yang ditawarkan perlu segera disiapkan dan disosialisasikan agar
pelarangan penggunaan bahan berbahaya dapat dihindari tanpa menimbulkan gejolak. Secara
teknis, pemenuhan sumber N untuk bakteri pada produksi nata de coco juga perlu diantisipasi.
Badan Litbang Pertanian juga telah mengembangkan potensi bahan lain pengganti amonium
sulfat seperti air sisa pengolahan tahu atau sari kecambah kacang hijau.
KUISIONER
1. Apakah bahan dasar utama dalam pembuatan nata de coco?
Jawab:
1. Air Kelapa
2. Gula pasir sebagai sumber karbohidrat
3. Asam cuka glasial/cuka untuk membantu mengatur tingkat keasaman (pH)
4. Pupuk ZA sebagai sumber nitrogen
5. Garam inggris untuk membantu pembentukan lapisan nata de coco
6. Asam sitrat (zitrun zuur)
7. Bibit nata de coco
8. Air
9. Jelaskan secara umum cara memproduksi nata de coco.
Jawab :
Proses pembuatan nata de coco terdiri dari enam tahap, yaitu: penyaringan; pemasakan dan
pencampuran bahan pembantu; penempatan dalam nampan dan pendinginan; inokulasi
(penanaman/penebaran) bibit (starter); pemeraman (fermentasi); panen dan pasca panen
(pengolahan lanjut sampai setengah jadi atau siap konsumsi).
3. Alat apa sajakah yang digunakan dalam pembuatan nata de coco? Sebutkan fungsinya.
Jawab :
Botol bekas syrup untuk tempat menyiapkan starter atau bibit.
Jerigen untuk mengumpulkan air kelapa dari sumber: petani kopra, pasar dll.
Hand refractometer untuk mengukur kandungan padatan air kelapa.
Ember untuk menampung air kelapa dan membersihkan lembaran nata de coco.
Penyaring digunakan untuk memisahkan material lain (seperti serabut, pecahan tempurung, dll)
dari air kelapa
Panci/Dandang Perebus sebaiknya terbuat dari stainless steel untuk menghindari reaksi dengan
media maupun produk nata de coco yang dihasilkan. Panci ini digunakan untuk memasak air
kelapa dan juga nata de coco.
Kompor (minyak atau gas) ataupun tungku (kayu bakar). Jenis kompor bisa dengan kompor
spiral yang dilengkapi dengan selenoid.
Pengaduk sebaiknya dari kayu atau stainless steel.
Lori (kereta dorong) digunakan untuk sarana mengangkut/ memindahkan.
Gayung plastik (gelas ukur/alat pengukur volume) digunakan untuk menuangkan bahan air
kelapa yang sudah di masak ke dalam baki plastik.
Meja panjang untuk menempatkan baki/nampan fermentasi.
Baki/nampan plastik digunakan untuk tempat media fermentasi.
Kain saring atau kertas koran sebagai penutup baki/nampan plastik selama proses fermentasi.
Tali karet (elastik) untuk mengikat kain/koran penutup baki/nampan.
Ember pencuci.
Pisau dan talenan digunakan untuk mengiris nata de coco yang semula berbentuk lembaran agar
menjadi bentuk kubus. Pisau mesin dapat digunakan untuk menjaga standarisasi bentuk kubus
nata de coco.
Rak untuk fermentasi dan pengeringan alat
Sepatu plastik
Sarung tangan
Timbangan
Mesin pres
4. Berapa lama proses pembuatan nata de coco?
Jawab:
Proses pembuatan nata de coco ini berlangsung dalam satu minggu
5. Apakah ada langkah-langkah khusus untuk membuat nata de coco?
Jawab :
Langkah-langkah khusus dalam pembuatan nata de coco ini tidak ada. Namun yang perlu di
perhatikan adalah kondisi peralatan serta ruangan yang cukup steril. Apabila kondisi ruangan
kurang steril sehingga memungkinkan sirkulasi udara berjalan seperti biasa maka peluang untuk
terjadinya kontaminasi pada nata yang diproduksi cukup besar, begitu pula jika peralatan yang
digunakan kurang steril maka juga dapat menimbulkan kontaminasi (kerusakan pada lapisan nata
yang diproduksi).
6. Apakah fungsi pupuk ZA dalam pembuatan nata de coco?
Jawab :
Pada prinsipnya bakteri memerlukan makanan atau nutrien untuk pertumbuhannya, yakni
meliputi unsur karbon dan nitrogen. Unsur karbon dapat dipenuhi dari bahan gula. Unsur
nitrogen diperoleh dari urea. Jadi urea ditambahkan sebagai salah satu pemasok nutrien guna
pertumbuhan dan perkembangbiakan nata.
Urea untuk pemenuhan kebutuhan nitrogen mungkin bisa diganti dari sumber lain, seperti
protein. Akan tetapi harganya jauh lebih mahal. Kebutuhan protein dapat dipenuhi dari
penggunaan air rebusan kecambah kacang hijau atau limbah proses pembuatan tahu.
7. Berbahayakah penggunaan pupuk ZA dalam yang produksi nata de coco?
Jawab :
Penggunaan urea pada media tumbuh bakteri nata dari sisi safety pada dasarnya tidak masalah.
Dosis yang digunakan pun relatif sangat kecil, jauh lebih banyak dosis asam cuka yang
digunakan. Perlu diingat bahwa yang nantinya dikonsumsi adalah nata yang merupakan produk
metabolisme pertumbuhan bakteri, bukan media pertumbuhan natanya. Juga dalam proses
akhirnya, nata itu dicuci sampai bersih dari media pertumbuhan. Ciri nata yang sudah bersih dan
aman dikonsumsi adalah sudah tidak asam lagi.
Sebagai penutup sekali lagi saya menegaskan bahwa meskipun dalam pembuatan nata
menggunakan urea, namun produk nata de coco dipastikan aman untuk dikonsumsi. Urea
tersebut sudah habis dimakan bakteri untuk menghasilkan nata itu.