Skripsi_Dasa - Copy

download Skripsi_Dasa - Copy

of 66

Transcript of Skripsi_Dasa - Copy

TUGAS AKHIR

OPTIMALISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DENGAN CRASH PROGRAM

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Bidang Ilmu Teknik Sipil Program Studi Teknik Sipil

DISUSUN OLEH :

NAMA NO. POKOK

: DASA APRISANDI : 2007410009

JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2012

1

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIRSaya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir dengan judul OPTIMALISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DENGAN CRASH PROGRAM yang dibuat untuk melengkapi persyaratan menjadi sarjana teknik pada Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta. Sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari Tugas Akhir yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapat gelar sarjana Teknik di lingkungan Universitas Muhammadiyah Jakarta maupun Perguruan Tinggi atau Instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya. Jakarta, 1 Maret 2012 Penyusun

Dasa Aprisandi

2

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

NAMA NO. POKOK

: DASA APRISANDI : 2007410009

OPTIMALISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DENGAN CRASH PROGRAM

Disetujui Oleh : Pembimbing I

Disetujui Oleh : Pembimbing II

(Ir. Trijeti, MT) MM)

(Ir. Endy Arif Budyanto,

Mengetahui / Menyetujui Ketua Jurusan Teknik Sipil FT- UMJ

( Ir. Aripurnomo Kartohardjono, DMS, Dipl.TRE)

3

ABSTRAKDalam Keberhasilan kegiatan atau suatu proyek dari proses perencanaan dapat hingga pengendalian proyek merupakan kegiatan penting dari suatu proyek. kegagalan suatu proyek disebabkan perencanaan yang tidak matang serta pengendalian yang kurang efektif, sehingga kegiatan proyek tidak efisien. Hal tersebut akan mengakibatkan keterlambatan, menurunnya kualitas,dan meningkatnya biaya pelaksanaan. Waktu kerja manajemen proyek dibatasi oleh jadwal yang ditentukan sehingga pimpinan yang terlibat dalam proyek harus dapat mengantisipasi perubahan kondisi yang terjadi. Untuk dapat mempercepat pekerjaan proyek dapat diusulkan proses crashing dengan dua alternatif pengendalian; (i) penambahan tenaga kerja, (ii) kerja lembur. Percepatan durasi dilakukan pada pekerjaan-pekerjaan yang ada di lintasan kritis dan jumlah pemendekkan durasi tiap pekerjaan pada masing-masing alternatif disamakan. Hasil penelitian menunjukkan percepatan pekerjaan yang normalnya 196 hari menjadi 171 hari atau terjadi percepatan sebesar 12,755%

Kata kunci : penjadwalan, percepatan, tenaga kerja, waktu kerja

4

KATA PENGANTARAssalamualaikum, Wr. Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas akhir ini dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini yang berjudul Optimalisasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan Crash Program masih jauh dari sempurna, walaupun penulis telah berusaha sebaik mungkin. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan serta kerjasama yang baik dari berbagai pihak tidak akan bisa mewujudkan Tugas Akhir ini.

Jakarta, 11 April 2012

Dasa Aprisandi

5

UCAPAN TERIMA KASIHPenulis merasa selayaknya apabila dalam kesempatan ini dengan segala rasa untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat : 1. Bapak Ir. Aripurnomo Kartohardjono, DMS, Dipl.TRE, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta. 2. Ibu Ir. Nadia Prayitno, MT, selaku Pembimbing Akademik dan Dosen Penguji dalam ujian seminar. 3. Ibu Ir. Trijeti, MT, selaku Pembimbing Satu yang telah memberikan bantuan dan pengarahan kepada penulis. 4. Bapak Ir. Endy Arif Budyanto, MM, selaku Pembimbing Dua yang telah memberikan bantuan dan pengarahan kepada penulis. 5. Bapak Ir. Haryo Koco Buwono, MT, selaku Kepala Laboratorium Teknik Sipil UMJ dan Dosen Penguji dalam ujian praktikum 6. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan selama penulis belajar di Universitas Muhammadiyah Jakarta. 7. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang tiada henti-hentinya mendoakan dan mendidik ananda, serta adik-adik yang aku banggakan, terima kasih untuk doa dan restunya juga kehangatan keluarga ini. Semoga ananda bisa menjadi anak dan kakak yang baik untuk kalian. 8. Istriku tercinta, Devi Aprilla dan calon anaku Khalid Misyal Al Ghiffari, terima kasih atas dukungan dan pengabdiannya selama ini hingga akhir hayat. 9. Teman-teman seperjuangan selama menempuh gelar sarjana di UMJ, Bapak Hendri Oza, Bapak Muhammad Taufik, Mas Ngadino, Mas Andri Andria dan Uda Nofirman Tuska, tanpa dukungan kalian aku tak mungkin dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Dan untuk semua persahabatan kita yang indah dan tak terlupakan.

6

10. Teman-teman kuliah selama praktikum baik kelompok Ahmad Gofar n friends maupun kelompok dari kelas reguler, terus jaga kebersamaan kita! 11. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Tugas Akhir ini, semoga amal baik kalian mendapat balasan dari Allah SWT. Akhirnya harapan penulis semoga tersusunnya dengan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Jakarta, 11 April 2012

Dasa Aprisandi

7

DAFTAR TABELHALAMAN Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Perbedaan Manajemen Proyek dengan . 9 Manajemen Klasik Daftar Kebutuhan Tiang Spun Pile .............. 23 Jadwal Pekerjaan Pondasi Mesin ............. 31 Hasil Pekerjaan Pondasi Mesin sampai 31 Mei 2011............ 32 Hasil Analisis Perhitungan Percepatan Pekerjaan.................. 35 Bekisting Pondasi Mesin Hasil Analisis Perhitungan Percepatan Pekerjaan.................. 38 Pembesian Pondasi Mesin Hasil Analisis Perhitungan Percepatan Pekerjaan.................. 42 Pengecoran Pondasi Mesin Daftar Penambahan Jumlah Pekerja untuk Pekerjaan........... 42 Pondasi Mesin Durasi Pekerjaan dan Biaya................................................... 43 Daftar Upah Tenaga Kerja untuk Pekerjaan Pondasi............. 44 Mesin dengan Durasi Normal Daftar Upah Tenaga Kerja untuk Pekerjaan Pondasi............ 45 Mesin sampai dengan 31 Mei 2011 Perbandingan Biaya Upah...................................................... 45 Perbandingan Biaya Pekerjaan Pondasi Mesin..................... 46

8

DAFTAR GAMBARHALAMAN Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Hubungan Keperluan Sumber Daya Terhadap ... 6 Waktu dalam Siklus Proyek Hubungan antara Waktu dan Biaya pada Keadaan . 15 Normal dan Crash Bagan Alir Penulisan.......... 20 Pemancangan Tiang Spunpile.......... 25 Siklus Pemancangan Spunpile.......... 29 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Sipil dalam .......... 47 Durasi Normal Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Sipil setelah .......... 48 Ada Percepatan

DAFTAR LAMPIRAN9

Lampiran 1. Lintasan Kritis Pekerjaan Sipil Durasi Normal Lampiran 2. Lintasan Kritis Pekerjaan Sipil Setelah Crash Program Lampiran 3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Sipil Durasi Normal Lampiran 4. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Sipil Durasi Setelah Crash Program Lampiran 5. Laporan Bulanan Bulan Mei 2011 Lampiran 6. Metode Pelaksanaan Pondasi Lampiran 7. Contoh Gambar Detail Pondasi

BAB I10

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG Berkembangnya industri perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit, mendorong para pengusaha besar untuk berkecimpung dalam usaha perkebunan kelapa sawit. Pada tahun 2003, total devisa yang dihasilkan industri kelapa sawit sebesar US$ 2,6 miliar atau 4,3% dari total ekspor yang dilakukan oleh negara Indonesia (Sumber : www.bni.co.id). Produk utama dari pohon kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan adalah tandan buahnya yang menghasilkan minyak dari daging buah dan kernel (inti sawit). Dari minyak tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembuatan minyak goreng, mentega, kosmetik, bahan industri tekstil, gliserin, dan sebagainya. Sedangkan ampas tandan kelapa sawit merupakan sumber pupuk kaliun dan berportensi untuk diproses menjadi pupuk organik melalui fermentasi (pengomposan) aerob dengan menambahkan mikroba alami yang akan memperkaya pupuk yang dihasilkan. Ampas inti sawit (bungkil) dapat juga digunakan sebagai makanan ternak, sedangkan batang dan pelepah daun merupakan bahan pembuat particle board. Di Indonesia sudah banyak perusahaan-perusahan yang bergerak dalam agribisnis kelapa sawit, salah satunya adalah PT Banyu Kahuripan Indonesia (BKI) yang merupakan anak perusahaan dari PT Matahari Kahuripan Group (MAKIN Group). PT BKI membuka lahan perkebunan kelapa sawit dan membuat proyek pembangunan pabrik kelapa sawit. Dalam pengelolaan proyek tersebut masalah sumber daya menjadi masalah yang krusial. Salah satu masalah sumber daya tersebut adalah tenaga kerja, seperti terbatasnya tenaga kerja menyebabkan pekerjaan konstruksi di daerah tersebut tidak dapat dilakukan bersamaan. Masalah selanjutnya adalah sulitnya melakukan mobilisasi (dan juga demobilisasi) peralatan, terutama alat-alat berat seperti mobil crane, dump truck, excavator yang

11

harus didatangkan dari luar wilayah Banyulincir melalui jalan darat yang sulit dilalui, terutama saat hujan di wilayah itu. Masalah material juga dialami selama berlangsungnya proyek, karena material seperti pasir, kerikil, semen, baja dan yang lain harus didatangkan dari luar wilayah Banyulincir dengan kapal tongkang melalui jalur sungai sehingga sering terjadi keterlambatan pengiriman akibat muka air sungai yang surut. Selain itu masalah modal juga menjadi masalah bagi subkontraktor dalam mengerjakan proyek tersebut. Aktifitas proyek pembangunan pabrik kelapa sawit PT BKI meliputi empat aktifitas besar, yakni kegiatan persiapan, pekerjaan struktur, pekerjaan mekanikal dan elektrikal serta pekerjaan arsitektur. PT Nipindo Primatama merupakan perusahaan jasa kontraktor yang mengerjakan proyek pembangunan pabrik kelapa sawit milik PT BKI. Proyek ini direncanakan selesai pada tanggal 30 November 2011 dengan 352 hari kerja, namun dalam pelaksanaannya proyek mengalami keterlambatan pada bulan Mei 2011 (Berdasarkan pada laporan kemajuan pekerjaan bulan Mei 2011). Pada bulan Mei 2011 sedang dilaksanakan pekerjaan pondasi mesin dengan menggunakan material beton bertulang. Pondasi mesin menggunakan pondasi tiang pancang yakni spun pile berdiameter 300mm dengan kedalaman 24 meter dan digabungkan dengan pilecap. Masih banyak pekerjaan pondasi mesin yang belum diselesaikan sehingga dapat mempengaruhi untuk pekerjaan lainnya seperti pekerjaan lantai composting, pekerjaan mekanikal dan pekerjaan finishing. Untuk mengatasi agar tidak terjadi keterlambatan durasi pekerjaan di bulan berikutnya diperlukan optimalisasi pelaksanaan pekerjaan yang merupakan suatu upaya percepatan durasi pekerjaan (Crash Program) walaupun akan diikuti meningkatnya biaya proyek. Oleh karena itu diperlukan analisis optimalisasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan metode menambah tenaga dan jam kerja sehingga dapat diketahui durasi pekerjaan yang diperlukan dan biaya optimal yang harus disiapkan.

12

I.2. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan pada laporan kemajuan pekerjaan bulan Mei 2011 terjadi keterlambatan pekerjaan sipil sebesar 8.29%. Juga adanya keterlambatan dalam pengiriman material yang akan dikirim ke lokasi proyek pembangunan pabrik kelapa sawit milik PT BKI. I.3. BATASAN MASALAH 1. Proyek yang ditinjau pada pembangunan pabrik kelapa sawit PT Banyu Kahuripan Indonesia (BKI). 2. Metode penjadwalan menggunakan Diagram Balok dan Network Diagram dengan bantuan software Microsoft Project. 3. Progress kemajuan pekerjaan sipil bulan Mei 2011. 4. Optimalisasi dilakukan melalui penambahan jumlah tenaga kerja dan jam kerja dalam satu shift kerja, tidak meninjau dari segi metode kerja dan peralatan. 5. Pekerjaan yang ditinjau hanya pekerjaan pondasi mesin. 6. Lintasan kritis diketahui dengan Presedence Diagram Method dengan bantuan software Microsoft Project. 7. Upah tenaga kerja dan upah lembur hanya untuk pekerjaan pondasi mesin. I.4. PERUMUSAN MASALAH Analisis ini adalah untuk mendapatkan durasi dan biaya optimal yang akan diperoleh untuk mengerjakan pondasi mesin. Pekerjaan yang dipercepat hanya pekerjaan pondasi mesin dikarenakan pekerjaan tersebut merupakan kegiatan kritis.

13

I.5. MAKSUD DAN TUJUAN Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mendapatkan durasi dan biaya yang optimal akibat dari penambahan tenaga kerja dan jam lembur kerja selama tiga (3) jam pada proyek pembangunan pabrik kelapa sawit PT BKI agar proyek tetap dapat diselesaikan pada tanggal 30 November 2011 sesuai dengan skedul.

14

BAB II LANDASAN TEORIII.1. Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Tugas tersebut dapat berupa membangun pabrik, adalah: 1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir. 2. Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria, mutu dalam proses mencapai tujuan diatas telah ditentukan. 3. Bersifat sementara. Dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas. 4. Non rutin, tidak berulang-ulang. Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung. II.1.1 Jenis-jenis Proyek Menurut Soeharto (1999), proyek dapat dikelompokkan menjadi : a. Proyek Engineering-Konstruksi Terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan, dan konstruksi. b. Proyek Engineering-Manufaktur Dimaksudkan untuk membuat produk baru, meliputi pengembangan produk, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan. membuat produk baru atau melakukan penelitian dan pengembangan. Dari pengertian ini dapat terlihat bahwa ciri pokok proyek

15

c. Proyek Penelitian dan Pengembangan Bertujuan untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam rangka menghasilkan produk tertentu. d. Proyek Pelayanan Manajemen Proyek pelayanan manajemen tidak memberikan hasil dalam bentuk fisik, tetapi laporan akhir, misalnya merancang sistem informasi manajemen. e. Proyek Kapital Proyek kapital merupakan proyek yang berkaitan dengan penggunaan dana kapital untuk investasi. f. Proyek Radio-Telekomunikasi Bertujuan untuk membangun jaringan telekomunikasi yang dapat menjangkau area yang luas dengan biaya minimal. g. Proyek Konservasi Bio-Diversity Proyek konservasi bio-diversity merupakan proyek yang berkaitan dengan usaha pelestarian lingkungan. II.1.2. Tahap Siklus Proyek Kegiatan-kegiatan dalam sebuah proyek berlangsung dari titik awal, kemudian jenis dan intensitas kegiatannya meningkat hingga ke titik puncak, turun, dan berakhir, seperti ditunjukkan dalam Gambar 1. Kegiatan-kegiatan tersebut memerlukan sumber daya yang berupa jam-orang (man-hour), dana,material atau peralatan (Soeharto, 1999). Gambar 1. Hubungan Keperluan Sumber Daya Terhadap Waktu dalam Siklus Proyek

16

Menurut Soeharto (1999), salah satu sistematika penahapan yang disusun oleh PMI (Project Management Institute) terdiri dari tahap-tahap konseptual, perencanaan dan pengembangan (PP/Definisi), implementasi, dan terminasi. a. Tahap Konseptual Dalam tahap konseptual, dilakukan penyusunan dan perumusan gagasan, analisis pendahuluan, dan pengkajian kelayakan. Deliverable akhir pada tahap ini adalah dokumen hasil studi kelayakan. b. Tahap PP/Definisi Kegiatan utama dalam tahap PP/Definisi adalah melanjutkan evaluasi hasil kegiatan tahap konseptual, menyiapkan perangkat (berupa data, spesifikasiteknik, engineering, dan komersial), menyusun perencanaan dan membuat keputusan strategis, serta memilih peserta proyek. Deliverable akhir pada tahap ini adalah dokumen hasil analisis lanjutan kelayakan proyek, dokumen rencana strategis dan operasional proyek, dokumen anggaran biaya, jadwa induk, dan garis besar kriteria mutu proyek. c. Tahap Implementasi Pada umumnya, tahap implementasi terdiri dari kegiatan desainengineering yang rinci dari fasilitas yang hendak dibangun, pengadaan material danperalatan, manufaktur atau pabrikasi, dan instalasi atau konstruksi. Deliverable akhir pada tahap ini adalah produk atau instalasi proyek yang telah selesai. d. Tahap Terminasi Kegiatan pada tahap terminasi antara lain mempersiapkan instalasi atau produk beroperasi (uji coba), penyelesaian administrasi dan keuangan lainnya.

17

e. Tahap Operasi atau Utilitas Dalam tahap ini, kegiatan proyek berhenti dan organisasi operasi mulai bertanggung jawab atas operasi dan pemeliharaan instalasi atau produk hasil proyek. II.2. Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Lebih jauh, manajemen proyek menggunakan pendekatan sistem dan hirarki (arus kegiatan) vertikal maupun horizontal. Dari definisi diatas terlihat bahwa konsep manajemen proyek mengandung hal-hal pokok berikut: 1. Menggunakan pengertian manajemen berdasarkan fungsinya, yaitu, merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan yang berupa manusia, dana dan material. 2. Kegiatan yang dikelola berjangka pendek, dengan sasaran yang telah digariskan secara spesifik. Ini memerlukan teknik dan metode pengeloaan pengendalian. 3. Memakai pendekatan sistem (System approach to management) 4. Mempunyai hirarki (arus kegiatan) horisontal disamping hirarki vertikal. Penjelasan diatas menunjukan bahwa manajemen proyek tidak bermaksud meniadakan arus kegiatan vertikal atau mengadakan perubahan total terhadap manajemen klasik, tetapi ingin memasukkan (incorporated) pendekatan, teknik serta metode yang spesifik untuk menanggapi tuntutan yang khusus terutama aspek perencanaan dan

18

dan tantangan yang dihadapi, yang sifatnya juga spesifik, yaitu kegiatan proyek.

Berikut ini perbedaan manajemen proyek dengan manajemen klasik menurut D.I. Cleland dan W.R. King (dikutip oleh Soeharto, 1999) : Tabel 1. Perbedaan Manajemen Proyek dengan Manajemen Klasik

II.3. Teknik Penjadwalan

19

Penjadwalan merupakan fase menterjemahkan suatu perencanaan kedalam diagram diagram yang sesuai dengan skala waktu. Penjadwalan menentukan kapan aktivitas dimulai, ditunda dan diselesaikan, sehingga pengendalian sumber-sumber daya akan disesuaikan waktunya menurut kebutuhan yang telah ditentukan. Fungsi penjadwalan adalah : 1. Menentukan durasi proyek 2. Menentukan jalur dan kegiatan kritis (CPM Critical Path Method) 3. Menentukan progress pelaksanaan (Kurva S) 4. Dasar untuk menghitung aliran kas 5. Pengendalian proyek. Sedangkan data yang diperlukan adalah : 1. Proyek konstruksi yang akan dilaksanakan 2. Metode pelaksanaan 3. Membuat list semua kegiatan yang sudah dilakukan untuk proyek tersebut, serta perkiraan waktu yang diperlukan. 4. Urutan pelaksanaan kegiatan 5. Ketergantungan pelaksanaan antara kegiatan satu dan lainya Jenis-jenis penjadwalan yaitu : 1. Diagram jaring panah (Arrow Diagram) kegiatan diletakkan pada anak panah 2. Diagram jaring Preseden (PDM Presedence Diagram Method) kegiatan terletak pada titik node 3. Kesetimbangan garis (LOB Line of Balance), metode penjadwalan untuk proyek atau subproyek yang mempunyai kegiatan identik. Misalkan suatu proyek pembuatan rumah induk gardu lsitrik yang terdiri dari beberapa rumah gardu yang sama tetapi terletak dibeberapa tempat, jadi kegiatan berulang tetapi proyeknya tetap. 4. Penjadwalan probabilistik (PERT Probability Evaluation Review Technique), metode penjadwalan dimana durasi kegiatan tidak pasti, hal ini disebabkan karakteristik kegiatan memang memberikan kemungkinan (Probabilistic) yang diperhitungkan secara statistik.

20

II.3. Penjadwalan dengan Diagram Balok Diagram balok ditemukan oleh H.L Gantt pada tahun 1917. diagram balok sebenarnya adalah teknik penjadwalan yang sudah terlebih dahulu daripada diagram jaring. Diagram balok disusun dengan maksud mengidentifikasi unsur waktu dari urutan merencanakan suatu kegiatan yang terdiri dari saat mulai dan saat penyelesaian. Diagram ini masih dipergunakan secara luas disebabkan karena diagram balok lebih mudah dibuat dan dipahami oleh setiap level manajemen, sehingga amat berguna sebagai alat komunikasi dalam pelaksanaan proyek. Data yang dipergunakan dalam diagram balok adalah: 1. Proyek yang akan dilaksanakan 2. Daftar semua kegiatan yang akan dikerjakan untuk menyelesaikan proyek 3. Hubungan antar masing-masing kegiatan 4. Diagram jaring yang sudah dihitung II.4. Network Planning Network planning adalah sebuah cara atau teknik yang sangat membantu dalam sebuah perencanaan, penjadwalan, dan pengawasan sebuah pekerjaan proyek. Prinsip dasar Network Planning yakni mengelola sebuah proyek mencakup banyak manajemen dan koordinasi berbagai macam bentuk kegiatan. Ketika beberapa tugas yang harus diselesaikan sudah berada di atas meja kerja, maka hal ini menjadi suatu tantangan untuk menjaga semua aspek proyek agar semuanya tetap berjalan dengan lancar. Untuk memudahkan pelaksanaan sebuah proyek konstruksi, maka diperlukan adanya sebuah perencanaan yang baik agar seluruh kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Perencanaan jaringan kerja pada sebuah proyek lebih dikenal dengan istilah network planning (NWP).

21

Sebuah network planning adalah gambaran kejadian-kejadian dan kegiatan yang diharapkan akan terjadi dan dibuat secara kronologis serta dengan kaitan yang logis dan berhubungan antara sebuah kejadian atau kegiatan dengan yang lainnya. Ini juga merupakan teknik dalam perencanaan kegiatan atau proyek yang dapat menjawab pertanyaan bagaimana mengelola suatu proyek. Semenjak dikenalkan pada tahun 1950 di Amerika oleh Du Pont Company secara independen, network planning mulai berkembang di negara-negara lain. Dua metode awal pada network planning yang dikenal yaitu CPM (Critical Path Method) dan PERT (Probability Evaluation Review Technique). CPM bergantung pada PERT yang dapat mengatasi masalah penjadwalan kerja. CPM lebih banyak mengarah pada bagian permasalahan biaya dan waktu. Karakteristik umum dari dua metode ini adalah:- Sebuah proyek bisa menjadi diubah menjadi paket pekerjaan atau paket kegiatan yang terdefinisi dengan baik. Sebuah pekerjaan harus dilaksanakan pada urutan kerja tertentu. Dengan sebuah urutan kerja berbentuk S, kegiatan dapat ditentukan awal proyek dan akhir proyek. Pada CPM, yang dilakukan adalah menentukan dan mengoptimalkan terjadinya garis kritis. Sebuah pekerjaan yang dilakukan tanpa memiliki garis kritis dapat dilaksanakan lebih cepat atau lebih lambat tanpa mempengaruhi pelaksanaan keseluruhan sebuah proyek. Pada metode PERT, pelaksanaan berdasarkan pada perkiraan yang tidak tentu. Didominasi oleh kecenderungan yakin akan waktu yang akan dikerjakan (optimis), berdasarkan pelaksanaan yang paling sering digunakan (most likely) dan tidak yakin akan waktu yang direncanakan (pesimis). Maka diambil rata-rata dari ketiga elemen tersebut. Oleh karena itu, metoda ini menggunakan range untuk menentukan durasi pekerjaan. Bisa juga dilakukan perhitungan untuk menentukan durasi yang diinginkan. II.5. Mempercepat Waktu Pekerjaan

22

Tujuan pokok untuk mempercepat waktu penyelesaian adalah memperpendek waktu penyelesaian proyek dengan kenaikan biaya yang seminimal mungkin. Proses mempercepat waktu penyelesaian proyek dinamakan Crash Program. Akan tetapi, terdapat batas waktu percepatan (crash time) yaitu suatu batas dimana dilakukan pengurangan waktu melewati batas waktu ini akan tidak efektif lagi. Dengan menggunakan crash schedule, tentu saja biayanya akan jauh lebih besar dibandingkan dengan normal schedule. Dalam crash schedule akan dipilih kegiatan-kegiatan kritis dengan tingkat kemiringan terkecil untuk mempercepat pelaksanaannya. Langkah ini dilakukan sampai seluruh kegiatan mencapai nilai crash time-nya. Perhitungan yang dilakukan untuk menentukan sudut kemiringan (waktu dan biaya suatu kegiatan) atau lebih dikenal dengan slope adalah:

Biaya Dipercepat Biaya Normal Slope Biaya = Waktu Normal Waktu Dipercepat II.6. Precedence Diagram Method Precedence Diagram Method adalah metode jaringan kerja yang termasuk dalam klasifikasi AON (Activity On Node). Dalam metode ini kegiatan dituliskan didalam node yang umumnya berbentuk segi empat/kotak, sedangkan anak panahnya sebagai penunjuk hubungan antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Dengan demikian dummy yang merupakan tanda penting untuk menunjukkan hubungan ketergantungan, didalam PDM tidak diperlukan. PDM pada dasarnya menitikberatkan pada persoalan keseimbangan antara biaya dan waktu penyelesaian proyek. PDM menekankan pada hubungan antara pemakaian sejumlah tenaga kerja atau sumber-sumber daya untuk mempersingkat wkatu pelaksanaan suatu proyek dan kenaikan biaya sebagai akibat penambahan sumber-sumber daya tersebut.

23

Dalam

metode

PDM,

jumlah

waktu

yang

diperlukan

untuk

menyelesaikan berbagai tahapan dari proyek konstruksi dianggap diketahui dengan pasti. Selain itu juga hubungan antara jumlah sumber-sumber daya yang dipergunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek juga dianggap diketahui. Dalam PDM juga terdapat bagian vital, yaitu analisis jalur kritis (critical path analysis). Jalur kritis adalah rangkaian aktivitas yang tidak memiliki keleluasaan dalam start time dan finish time. Dengan kata lain, aktivitas kritis tidak mempunyai waktu tenggang/jeda. Setiap aktivitas kritis harus dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Adanya perubahan waktu pelaksanaan dari aktivitas kritis, percepatan atau perlambatan, akan mengakibatkan perubahan durasi proyek secara keseluruhan. Penjadwalan pada PDM mempertimbangkan hubungan ketergantungan antar aktivitas dan durasi setiap aktivitas. Penerapan metode PDM dalam penulisan tugas akhir ini menggunakan bantuan Software Microsoft Project. II.7. Hubungan antar Waktu dan Biaya Suatu proyek menggambarkan

hubungan

antara

waktu

terhadap biaya. Perlu dicatat bahwa, biaya disini merupakan biaya langsung misalnya biaya tenaga kerja, pembelian material dan peralatan) tanpa memasukkan biaya tidak langsung seperti biaya administrasi, dan lain-lain. Adapun istilah-istilah dari hubungan antara waktu penyelesaian proyek dengan biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut: 1. Waktu Normal Adalah waktu yang diperlukan bagi sebuah proyek untuk melakukan rangkaian kegiatan sampai selesai tanpa ada pertimbangan terhadap penggunaan sumber daya. 2. Biaya Normal Adalah biaya langsung yang dikeluarkan selama penyelesaian kegiatankegiatan proyek sesuai dengan waktu normalnya.

24

3. Waktu Dipercepat Waktu dipercepat atau lebih dikenal dengan Crash Time adalah waktu paling singkat untuk menyelesaikan seluruh kegiatan yang secara teknis pelaksanaannnya masing mungkin dilakukan. Dalam hal ini penggunaan sumber daya bukan hambatan. 4. Biaya untuk Waktu Dipercepat Atau Crash Cost merupakan biaya langsung yang dikeluarkan untuk menyelesaikan kegiatan dengan waktu yang dipercepat. Gambar 2. Hubungan antara waktu dan biaya pada keadaan normal dan crash

BiayaBiaya untuk waktu dipercepat

B Titik Dipercepat

Biaya Normal

A Titik Normal

Waktu Dipercepat

Waktu Normal

Waktu

II.8. Produktivitas Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik dengan masukan sebenarnya. Misalnya saja, produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara output dan input, masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk mental.

25

Produktivitas

juga diartikan atau jasa.

sebagai L.

tingkatan Greenberg

efisiensi

dalam

memproduksi barang

mendefinisikan

produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut. Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, produktivitas tenaga kerja selalu Efektif menjadi biasanya perhatian untuk menunjang keberhasilan proyek. dimana Produktivitas yang baik akan membuat setiap pekerjaan menjadi efektif. digunakan sebagai perbandingan/tingkatan sasaran yang dikemukakan dapat dianggap tercapai. Ketidak efisiensian terjadi karena manajemen yang kurang baik atau kurangnya pengawasan dari manajer. Ketidak efisiensian tertentu (Oglesby, 1989 :172). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan faktor-faktor tenaga kerja ialah : 1. motivasi pengabdian, disiplin, etos kerja produktivitas dan masa depannya. 2. Hubungan industrial yang serasi dan harmonis dalam suasana keterbukaan II.9. Pengertian Tenaga Kerja, dan Upah II.9.1. Tenaga Kerja Dalam penyelenggaraan proyek, salah satu sumber daya yang menjadi penentu keberhasilannya adalah tenaga kerja. Jenis dan intensitas kegiatan proyek berubah sepanjang jumlah tenaga, jenis ketrampilan siklusnya, sehingga harus penyediaan mengikuti dan keahliannya itu dapat diketahui melalui analisa dari hasil pengamatan terhadap aktivitas tiap pekerjaan dalam jangka waktu

tuntutan perubahan kegiatan yang sedang berlangsung. Bertolak dari kenyataan tersebut, maka suatu perencanaan tenaga kerja proyek yang menyeluruh dan terperinci harus meliputi perkiraan jenis dan kapan tenaga kerja dibutuhkan. Dengan mengetahui perkiraan angka dan jadwal kebutuhannya, maka dapat dimulai kegiatan pengumpulan

26

informasi perihal sumber penyediaan, baik Dalam terbesar pelaksanaan adalah proyek, jumlah tenaga kerja

kualitas

maupun

kuantitas. yang

kebutuhan tenaga kerja

lapangan. Tenaga kerja

lapangan ini

berhubungan langsung dengan pekerjaan fisik konstruksi di lapangan. Tenaga konstruksi dapat digolongkan menjadi 2 macam : a. Penyelia atau pengawas, bertugas untuk mengawasi dan mengarahkan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja/buruh lapangan. Setiap pengawas membawahi sejumlah pekerja lapangan. b. Pekerja atau buruh lapangan (craft labour), terdiri dari berbagai macam tukang yang memiliki keahlian tertentu, seperti : tukang kayu, tukang besi, tukang batu, tukang alumunium dan tukang cat. Dalam melaksanakan pekerjaan biasanya mereka dibantu oleh pembantu tukang atau pekerja (buruh terlatih, buruh semi terlatih, dan buruh tak terlatih). Jumlah tenaga penyelia jauh lebih sedikit (5-10%) dibandingkan dengan pekerja yang diawasi. Kebutuhan tenaga penyelia tergantung pada besar kecilnya proyek, analisa kebutuhanya tidak dapat ditentukan secara pasti, biasanya didasarkan pada kemampuan dan pengalamanya dalam melaksanakan proyek. Bila dilihat dari bentuk hubungan kerja antara pihak yang bersangkutan, maka tenaga kerja proyek khususnya tenaga kerja konstruksi dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Tenaga kerja borongan, tenaga kerja berdasarkan ikatan kerja yang ada antara perusahaan penyedia tenaga kerja (labour supplier) dengan kontraktor untuk jangka waktu tertentu. 2. Tenaga kerja langsung (direct hire), tenaga kerja yang direkrut dan menandatangani ikatan kerja perorangan dengan perusahaan kecakapan dasar. kontraktor. Umumnya diikuti dengan

latihan, sampai dianggap cukup memiliki kemampuan dan

27

II.9.2. Upah Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerja dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Kep. 102/MEN/VI/2004 tentang waktu kerja lembur dan upah kerja lembur, pada pasal 11 disebutkan bahwa : Cara perhitungan kerja lembur sebagai berikut : Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja : a.1 untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah sebesar 1,5 (satu setengah) kali upah sejam a.2 untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar 2 (dua) kali upah sejam

Perhitungan upah kerja lembur : Mengenai upah lembur mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Kep. 102/MEN/VI/2004 tentang waktu kerja lembur dan upah kerja lembur. Dalam 1 bulan, hari kerja dihitung sebanyak 25 hari kerja. Perhitungan Lembur Tenaga Kerja Mandor = Rp. 70,000,00 x 25 hari = Rp.1,750,000 : 173 = Rp.10115.61 /jam

28

Kepala tukang= Rp. 75,000,00 x 25 hari = Rp.1,875,000 : 173 = Rp.10838.15/jam Tukang = Rp. 70,000,00 x 25 hari = Rp.1,750,000 : 173 = Rp.10115.61 /jamPekerja = Rp. 65,000,00 x 25 hari = Rp.1,625,000 : 173 = Rp.9393.06 /jam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Lokasi Studi Lokasi studi adalah proyek pembangunan pabrik kelapa sawit PT. Banyu Kahuripan Indonesia yang terletak di Banyulincir Kabupaten Musi Banyu Asin Propinsi Sumatera Selatan. III.2. Pekerjaan Persiapan III.2.1. Survey Lapangan Survey lapangan dilakukan bertujuan untuk peninjauan dan identifikasi awal dari permasalahan dengan mengamati langsung kegiatan pekerjaan di lokasi proyek. III.2.2. Pengumpulan Data Untuk keperluan analisis diperlukan dengan mengumpulkan informasi dan mempelajari laporan bulanan proyek, gambar kerja, buku, dan literatur lain yang berhubungan dengan judul yang dibahas. Data yang diambil antara lain Laporan mingguan, Laporan bulanan, Laporan cuaca, daftar alat, dan jumlah tenaga kerja.

29

III.3. Metode Analisis Keadaan yang dihadapi disini adalah adanya perbedaan umur pelaksanaan proyek dengan umur rencana proyek yang telah ditetapkan. Umur rencana proyek biasanya lebih pendek daripada umur pelaksanaan proyek. Optimalisasi waktu dan biaya yang akan dilakukan adalah mempercepat durasi proyek dengan penambahan biaya yang seminimal mungkin. Salah satu cara untuk mempercepat durasi proyek dalam istilah asingnya adalah crash program. III.4. Diagram Alir Kegiatan Pembuatan Tugas Akhir ini memiliki langkah-langkah awal dalam menentukan permasalahan sampai dengan kesimpulan. Langkah-langkah tersebut ditampilkan melalui flowchart pada gambar 3 Gambar 3. Bagan alir penulisan

LATAR BELAKANG

IDENTIFIKASI MASALAH

PENGUMPULAN DATA : Data Primer 1. Jadwal Pelaksanaan 2. Jumlah Tenaga Kerja 3. Laporan Kemajuan Pekerjaan Data Sekunder 1. Harga Satuan Upah Pekerja

ANALISIS DATA : 1. Mencari durasi pekerjaan yang optimal 2. Mencari biaya yang optimal

30

KESIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS OPTIMALISASI PELAKSANAAN PEKERJAANIV.1. Objek Penelitian IV.1.1. Data Umum 1. Nama Proyek : PT. BANYU KAHURIPAN INDONESIA PALM OIL MILL CAP. 60 TON/H FFB

2. Pemilik

: PT. Matahari Kahuripan Indonesia

3. Manajemen Konstruksi : PT. Banyu Kahuripan Indonesia 4. Konsultan Struktur 5. Kontraktor6. Sub Kontraktor Baja

: Samuel Kalalo , ST : PT. Nipindo Primatama : PT. Cipta Baja Trimatra : LUMPSUMP : 12 Bulan : November 2010

7. Sifat Kontrak 8. Waktu Pelaksanaan 9. Awal Pelaksanaan

31

10. Akhir Pelaksanaan 11. Sistem Pembayaran

: Oktober 2011 : Monthly Progress Payment

IV.1.2. GAMBARAN UMUM PROYEK Proyek PT BKI Palm Oil terletak di Desa Karang Agung Kecamatan Banyulincir Kabupaten Musi Banyu Asin Sumatera Selatan. Berada di tengah perkebunan kelapa sawit milik PT BKI dengan jalan akses milik perkebunan. Adapun batas-batas geografis dari proyek BKI adalah sebagai berikut : a. Batas utara : Selat bangka b. Batas selatan: Kabupaten Muara Enim c. Batas barat : Propinsi Jambi d. Batas timur : Kabupaten Musi Banyu Asin Dengan hasil panen yang terus meningkat serta permintaan pasar yang tinggi menjadi alasan dilaksanakannya proyek pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit ini disekitar perkebunan kelapa sawit, agar menjadi efisien dan menjaga kualitas kelapa sawit yang sudah dipanen. Pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit ini diharapkan dapat memproduksi minyak kelapa sawit (CPO) sebesar 60 ton dalam setiap jamnya. Untuk menjangkau lokasi proyek ini bisa dilalui melewati jalan sungai dengan menggunakan perahu, dan jalan darat yang hanya bisa dilalui oleh kendaraan kecil dengan kondisi jalan yang tidak beraspal. Cuaca disekitar proyek yang tidak menentu, juga menjadi hambatan dalam menjagkau proyek tersebut. Terkadang terjadi hujan yang menyebabkan jalan darat menjadi sulit dilewati oleh kendaraan, terkadang juga terjadi kemarau yang menyebabkan muka air sungai menjadi surut, sehingga sungai tidak dapat dilalui oleh perahu.

32

IV.2. Pembahasan Pondasi Mesin Proyek pembangunan pabrik kelapa sawit milik PT BKI terdapat beberapa jenis pondasi mesin. Pondasi mesin ini menggunakan tiang pancang jenis spunpile diameter 300 mm dengan kedalaman 24 meter. Tiang pancang spunpile ini berupa beton precast yang merupakan produk dari WIKA Beton. Berikut jumlah tiang pancang spunpile pada pondasi mesin:

Tabel 2. Daftar Kebutuhan Tiang Spunpile

LOKASI Weight Bridge Sterilizer Foundation Boiler Foundation Oil Storage Tank 2000 T Oil Storage tank 3000 T Water Tower Blow Down Treshing 12 32 64 130 98 12 1 12

JUMLAH SPUNPILE (Titik)

33

Pressing Continuous Oil Tank Kernel Storage Water Clarifier Tank Sterilizer Control Room Fuel Storage Tank Steam Turbin Diesel Engine Bunch Press Polishing Drum Panel Room Structure Clarification Decanter Structure LTDS Structure Kernel Silo Fibre Cyclone Stucture Nut Hopper Nut Elevator Back Pressure Vasel Boiler Feed Tank Deaerator Kernel Elevator Sparating Kolom Fruit Elevator TOTAL

18 12 24 9 8 4 8 6 8 4 8 14 4 4 16 15 6 1 6 5 6 2 2 2 553

34

IV.2.1. Metode Pelaksanaan Pondasi Mesin 1. Pekerjaan Pemancangan a. Pekerjaan persiapan 1. Penentuan alat pancang yang digunakan; peralatan pancang yang dipakai harus mempunyai efisiensi dan energi yang memadai. Catatan :. Pemilihan jenis hammer secara tepat harus memperhitungkan panjang tiang, daya dukung tiang, dan kondisi tanah. 2. Rencanakan set tiang final; Untuk menentukan pada kedalaman mana pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir (final set) 3. Rencanakan urutan pemancangan dengan mempertimbangkan kemudahan manuver alat. Lokasi stok material ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi pemancangannya. 4. Tentukan letak titik pancang dengan theodolit dan ditandai dengan patok. 5. Penentuan titik pancang oleh surveyor, dibuat bowplank untuk kedudukan as titik pancang. Untuk titik pancang di outsite keluar dengan dibuat patok semi permanent, tidak mudah berubah

Gambar 4. Pemancangan tiang spunpile

35

EL. -24.000

b.

Proses Pemancangan

1) Kedudukan lower pile diletakkan pada titik pancang 2) Pemancangan dilaksanakan, lower pile elevasi bottom -24.000 ; elevasi top +0.000. Pemancangan dihentikan. 3) Pekerjaan pengelasan pada joint pile, setelah dicek pengelasan selesai dan hasilnya memenuhi syarat pemancangan dilanjutkan. 4) Pancang sambung dengan Doli, 5) Pemancangan dilanjutkan. Pada sepuluh pukulan terakhir hasilnya sesuai perhitungan, pemancangan dihentikan 6) Doli dicabut 7) Pada saat pemancangan untuk kontrol tegaknya fondasi tiang pancang selalu di kontrol oleh surveyor dengan teodolit dan menggunakan untingunting

c. Quality Control 1. Kondisi fisik tiang : a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak. b. Umur beton telah memenuhi persyaratan. c. Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan.

36

2. Toleransi : Vertikalitas tiang pancang secara periodik selama proses pemancangan berlangsung. Penyimpangan arah vertical dibatasi tidak lebih dari 1 : 75 dan penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak lebih dari 75 mm. 3. Penetrasi : Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah pukulan untuk penetrasi setiap setengah meter (pembacaan calendar) 4. Final set : Pemancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai perhitungan d. Alat yang digunakan 1. Crawler crane 2. Hammer K25 3. Genset 4. Mesin las 5. Chain block/manual Kontrol 6. Theodolit/waterpass 7. Alat bantu e. Material 1. Concrete pile K500, spunpile diameter 300MM 2. Kawat las 3. Material bantu lainnya

2.

Pekerjaan Galian Pile cap

a. Pekerjaan persiapan

37

Sebelum

proses

peggalian

dilaksanakan,

hal-hal

yang

perlu

diperhatikan adalah : 1. Kedalaman galian : Cek stabilitas lereng, apakah dapat digali secara open cut dengan membentuk slope Sand bedding, lean concrete pile cap and slab pada galian tanah 2. Pengaturan arah maneuver alat berat dan dump truck yang baik yang dilakukan dengan memperhatikan site installation yang ada. 3. Pemilihan, jumlah, dan komposisi alat gali yang digunakan berdasarkan waktu pelaksanaan dan lokasi proyek. 4. Jalan kerja yang memenuhi syarat. 5. Pemeliharaan lingkungan sekitar proyek (debu, lumpur bekas material galian, dll). b. Proses Pekerjaan Galian Galian tanah dilakukan setelah pekerjaan pancang concrete spunpile selesai 1. Penggalian dilakukan excavator dan material langsung di muat/dumping ke dump truck 2. Lereng hasil galian harus diproteksi dari gerusan air hujan dengan menggunakan terpal plastik (plastic sheet). 3. Penggalian dilakukan sampai dengan elevasi rencana, untuk penggalian dibawah permukaan air tanah dilakukan pekerjaan dewatering dengan summersible pump Dia 6-2BH

3.Pekerjaan Pengecoran 1. Memasang bekisting dengan pasangan batako 2. Memasang pembesian tulangan sesuai gambar kerja 3. Memasang beton deking 4. Persiapan pengecoran

38

A. Tahapan Pengecoran Siapkan checklist untuk pengecoran Tentukan elevasi dan batas-batas pengecoran dengan menggunakan waterpass Bersihkan lokasi cor dengan menggunakan compesor Tes slump, buat benda uji kubus beton atau silinder Tuangkan adukan beton dari alat angkut menuju bekisting, pada pekerjaan tangga dimulai dari anak tangga terbawah Padatkan beton dengan alat vibrator Ratakan permukaan beton dengan alat garuk dan jidar

Gambar 5. Siklus Pemancangan Tiang Spunpile

39

40

IV.3. Analisis Percepatan Pekerjaan Dalam penulisan ini, usaha percepatan pekerjaan dengan melakukan penambahan tenaga kerja, dan penambahan jam kerja (lembur). Dengan demikian akan didapat biaya yang akan dikeluarkan oleh pihak kontraktor. Pada awalnya untuk pekerjaan sipil dikerjakan oleh 280 orang pekerja dan untuk pekerjaan pondasi mesin dikerjakan oleh 70 orang. Untuk mempercepat pekerjaan maka jumlah pekerja untuk pekerjaan pondasi mesin perlu ditambah dan juga dilakukan penambahan jam kerja. Langkah-langkah dalam analisis ini adalah :

IV.3.1. Identifikasi Jalur Kritis Identifikasi jalur kritis dilakukan dengan metode PDM menggunakan bantuan software Microsoft Project 2007. berdasarkan metode tersebut diketahui bahwa yang teridentifikasi pekerjaan kritis adalah pekerjaan pondasi mesin dan lantai composting (lihat lamp. 1). Namun untuk pekerjaan yang dipercepat hanya pekerjaan untuk pekerjaan pondasi mesin.

IV.3.2. Analisis Produktivitas Pekerjaan Pada pekerjaan pondasi mesin terdapat uraian pekerjaan sebagai berikut :

41

1. Pemancangan 2. Galian 3. Bekisting 4. Pembesian 5. Pengecoran

= 92 hari = 69 hari = 89 hari = 79 hari = 100 hari

Sampai tanggal 31 Mei 2011 untuk pekerjaan pemancangan dan galian sudah selesai dikerjakan, sehingga pekerjaan yang belum terselesaikan adalah pekerjaan bekisting, pembesian, dan pengecoran (lihat Tabel 3.).

Tabel 3. Jadwal Pekerjaan Pondasi Mesin

42

Tabel 4. Hasil Pekerjaan Pondasi Mesin sampai 31 Mei 2011

43

No. 1. 2.

Item

Hasil Volume % 100 100

Sisa Hari Volume 0 0 0 0 350,2 m2 85,72 ton 726,19 m3 % 0 0

Total Volume 553 titik 1500 m3 1360 m2 270,94 ton 1320,64 m3 % 100 100

Pemancangan 553 titik Galian 1500 m3 1009,8 m2 185,22 ton 594,45 m3

3.

Bekisting

74,25

23

25,75

4.

Pembesian

68,36

25

31,64

5.

Pengecoran

54,99

55

45,01

Produktivitas dan percepatan yang akan dihitung hanya uraian pekerjaan bekisting, pembesian, dan pengecoran.

1. Pekerjaan bekisting Bekisting untuk pilecap menggunakan pasangan batu bata yang diletakan pada sisi luar pilecap. Pekerja yang dibutuhkan adalah 15 orang dengan total volume 1360 m2 ,dengan durasi 89 hari untuk waktu kerja 8 jam/hari.

Produktivitas harian sebelum percepatan : - Jumlah orang yang bekerja - Durasi normal - Volume pekerjaan = 15 orang = 89 hari = 1360 m2

44

Produktivitas normal perhari

= volume / hari = 1360 m2 / 89 hari = 15.28 m2/hari

Produktivitas tiap pekerja

= 15,28 m2 / 15 orang = 1,02 m2 / orang

Produktivitas tiap jam/orang

= 1,02 m2 / 8 jam = 0,13 m2/jam

Produktivitas harian setelah percepatan dengan penambahan 3 pekerja dan 3 jam kerja: - Jumlah orang yang bekerja - Produktivitas tiap pekerja - Jumlah orang yang ditambahkan - Produktivitas/hari = 15 orang = 1,02 m2 / orang = 3 orang = 18 orang x 1,02 m2 = 18,36 m2 -Produktivitas 3 jam kerja = 0,13 m2 x 3 jam x 18 orang = 7.02 m2 Produktivitas percepatan/hari = produktivitas/hari + produktivitas 3 jam - Produktivitas percepatan/hari = 18,36 m2 + 7,.02 m2 = 25,38 m2 - Sisa durasi normal = 23 hari

45

- Sisa volume yang belum dikerjakan - Durasi setelah dipercepat

= 350,2 m2 = 350,2 m2 / 25,38 m2 = 13,8 ~ 14 hari

Produktivitas harian setelah percepatan dengan penambahan 4 pekerja dan 3 jam kerja: - Jumlah orang yang bekerja - Produktivitas tiap pekerja - Jumlah orang yang ditambahkan - Produktivitas/hari = 15 orang = 1,02 m2 / orang = 4 orang = 19 orang x 1,02 m2 = 19,38 m2 -Produktivitas 3 jam kerja = 0,13 m2 x 3 jam x 19 orang = 7,41 m2 Produktivitas percepatan/hari = produktivitas/hari + produktivitas 3 jam - Produktivitas percepatan/hari = 19,38 m2 + 7,41 m2 = 26,79 m2 - Sisa durasi normal - Sisa volume yang belum dikerjakan - Durasi setelah dipercepat = 23 hari = 350,2 m2 = 350,2 m2 / 26,79 m2 = 13,07 ~ 14 hari

46

Produktivitas harian setelah percepatan dengan penambahan 5 pekerja dan 3 jam kerja: - Jumlah orang yang bekerja - Produktivitas tiap pekerja - Jumlah orang yang ditambahkan - Produktivitas/hari = 15 orang = 1,02 m2 / orang = 5 orang = 20 orang x 1,02 m2 = 20,4 m2 -Produktivitas 3 jam kerja = 0,13 m2 x 3 jam x 20 orang = 7,8 m2 Produktivitas percepatan/hari = produktivitas/hari + produktivitas 3 jam - Produktivitas percepatan/hari = 20,4 m2 + 7,8 m2 = 28,2 m2 - Sisa durasi normal - Sisa volume yang belum dikerjakan - Durasi setelah dipercepat = 23 hari = 350,2 m2 = 350,2 m2 / 28,2 m2 = 12,4 ~ 13 hari

Tabel 5. Hasil analisis perhitungan percepatan pekerjaan bekisting pondasi mesin Jumlah pekerja Upah Harian (08:00 -17:00) Upah Lembur (19:00-22:00) Durasi percepatan

No.

Total Biaya

47

1 2 3

18 19 20

Rp 65.000 Rp 65.000 Rp 65.000

Rp 56.358.38 Rp 56.358.38 Rp 56.358.38

14 14 13

Rp 30.582.311,76 Rp 32.281.329,08 Rp 31.553.178,80

Berdasarkan analisis diatas dipilih pada penambahan 5 orang pekerja, karena biaya optimum yang didapat sebesar Rp 31.553.178,80 dan durasi yang dapat dicapai adalah 13 hari.

2. Pekerjaan Pembesian Dalam pekerjaan pembesian pekerja berjumlah 15 orang, ada yang bertugas memotong besi, menbengkokkan besi dan memasang besi. Jumlah besi yang diperlukan adalah 270,94 ton dengan durasi 79 hari untuk waktu kerja 8 jam/hari.

Produktivitas harian sebelum percepatan : - Jumlah orang yang bekerja - Durasi normal - Volume pekerjaan Produktivitas normal perhari = 15 orang = 79 hari = 270,94 ton = volume / hari = 270.94 ton / 79 hari = 3,43 ton/hari Produktivitas tiap pekerja = 3,43 ton / 15 orang = 0,23 ton / orang

48

Produktivitas tiap jam/orang

= 0,23 ton / 8 jam = 0,029 ton/jam

Produktivitas harian setelah percepatan dengan penambahan 3 pekerja dan 3 jam kerja: - Jumlah orang yang bekerja - Produktivitas tiap pekerja - Jumlah orang yang ditambahkan - Produktivitas/hari = 15 orang = 0,23 ton / orang = 3 orang = 18 orang x 0,23 ton = 4,14 ton -Produktivitas 3 jam kerja = 0,029 ton x 3 jam x 18 orang = 1,566 ton Produktivitas percepatan/hari = produktivitas/hari + produktivitas 3 jam - Produktivitas percepatan/hari = 4,14 ton + 1,566 ton = 5,706 ton - Sisa durasi normal - Sisa volume yang belum dikerjakan - Durasi setelah dipercepat = 25 hari = 85,72 ton = 85,72 ton / 5,706 ton = 15,023 ~ 16 hari

49

Produktivitas harian setelah percepatan dengan penambahan 4 pekerja dan 3 jam kerja: - Jumlah orang yang bekerja - Produktivitas tiap pekerja - Jumlah orang yang ditambahkan - Produktivitas/hari = 15 orang = 0,23 ton / orang = 4 orang = 19 orang x 0,23 ton = 4,37 ton -Produktivitas 3 jam kerja = 0,029 ton x 3 jam x 19 orang = 1,653 ton Produktivitas percepatan/hari = produktivitas/hari + produktivitas 3 jam - Produktivitas percepatan/hari = 4,37 ton + 1,653 ton = 6,023 ton - Sisa durasi normal - Sisa volume yang belum dikerjakan - Durasi setelah dipercepat = 25 hari = 85,72 ton = 85,72 ton / 6,023 ton = 14,23 ~ 15 hari

Produktivitas harian setelah percepatan dengan penambahan 5 pekerja dan 3 jam kerja: - Jumlah orang yang bekerja - Produktivitas tiap pekerja = 15 orang = 0,23 ton / orang

50

- Jumlah orang yang ditambahkan - Produktivitas/hari

= 5 orang = 20 orang x 0,23 ton = 4,6 ton

-Produktivitas 3 jam kerja

= 0,029 ton x 3 jam x 20 orang = 1,74 ton

Produktivitas percepatan/hari = produktivitas/hari + produktivitas 3 jam - Produktivitas percepatan/hari = 4,6 ton + 1,74 ton = 6,34 ton - Sisa durasi normal - Sisa volume yang belum dikerjakan - Durasi setelah dipercepat = 25 hari = 85,72 ton = 85,72 ton / 6,34 ton = 13,52 ~ 14 hari

Produktivitas harian setelah percepatan dengan penambahan 6 pekerja dan 3 jam kerja: - Jumlah orang yang bekerja - Produktivitas tiap pekerja - Jumlah orang yang ditambahkan - Produktivitas/hari = 15 orang = 0,23 ton / orang = 5 orang = 21 orang x 0,23 ton = 4,83 ton

51

-Produktivitas 3 jam kerja

= 0,029 ton x 3 jam x 21 orang = 1,827 ton

Produktivitas percepatan/hari = produktivitas/hari + produktivitas 3 jam - Produktivitas percepatan/hari = 4,83 ton + 1,827 ton = 6,657 ton - Sisa durasi normal - Sisa volume yang belum dikerjakan - Durasi setelah dipercepat = 25 hari = 85,72 ton = 85,72 ton / 6,657 ton = 12,88 ~ 13 hari

Tabel 6. Hasil analisis perhitungan percepatan pekerjaan pembesian pondasi mesin Jumlah pekerja 18 19 20 21 Upah Harian (08:00 -17:00) Rp 65.000 Rp 65.000 Rp 65.000 Rp 65.000 Upah Lembur (19:00-22:00) Rp 56.358.38 Rp 56.358.38 Rp 56.358.38 Rp 56.358.38 Durasi percepatan 16 15 14 13

No. 1 2 3 4

Total Biaya Rp 34.951.213,44 Rp 34.587.138,30 Rp 33.980.346,40 Rp 33.130.837,74

52

Berdasarkan analisis diatas dipilih pada penambahan 6 orang pekerja, karena biaya optimum yang didapat sebesar Rp 33.130.837,74 dan durasi yang dapat dicapai adalah 13 hari.

3. Pekerjaan Pengecoran Pekerjaan pengecoran dilakukan jika pekerjaan diatas selesai dilakukan. Total volume beton yang dibutuhkan adalah 1320,64 m3. Dalam pekerjaan pengecoran dilakukan oleh 10 orang dengan beton sitemix. Durasi yang dibutuhkan untuk pekerjaan pengecoran adalah 100 hari untuk waktu kerja 8 jam/hari.

Produktivitas harian sebelum percepatan : - Jumlah orang yang bekerja - Durasi normal - Volume pekerjaan Produktivitas normal perhari = 10 orang = 100 hari = 1320,64 m3 = volume / hari = 1320,64 m3 / 100 hari = 13,2064 m3/hari Produktivitas tiap pekerja = 13,2064 m3 / 10 orang = 1,32064 m3 / orang Produktivitas tiap jam/orang = 1,32064 m3 / 8 jam = 0.165 m3/jam

53

Produktivitas harian setelah percepatan dengan penambahan 4 pekerja dan 3 jam kerja: - Jumlah orang yang bekerja - Produktivitas tiap pekerja - Jumlah orang yang ditambahkan - Produktivitas/hari = 10 orang = 1,32064 m3 / orang = 4 orang = 14 orang x 1,32064 m3 = 18,489 m3 -Produktivitas 3 jam kerja = 0.165 m3 x 3 jam x 14 orang = 6,93 m3 Produktivitas percepatan/hari = produktivitas/hari + produktivitas 3 jam - Produktivitas percepatan/hari = 18,489 m3+ 6,93 m3 = 25,419 m3 - Sisa durasi normal - Sisa volume yang belum dikerjakan - Durasi setelah dipercepat = 56 hari = 726,19 m3 = 726,19 m3/ 25,419 m3 = 28,57 hari ~ 29 hari

Produktivitas harian setelah percepatan dengan penambahan 5 pekerja dan 3 jam kerja: - Jumlah orang yang bekerja = 10 orang

54

- Produktivitas tiap pekerja - Jumlah orang yang ditambahkan - Produktivitas/hari

= 1,32064 m3 / orang = 5 orang = 15 orang x 1,32064 m3 = 19,81 m3

-Produktivitas 3 jam kerja

= 0.165 m3 x 3 jam x 15 orang = 7,425 m3

Produktivitas percepatan/hari = produktivitas/hari + produktivitas 3 jam - Produktivitas percepatan/hari = 19,81 m3+ 7,425 m3 = 27,235 m3 - Sisa durasi normal - Sisa volume yang belum dikerjakan - Durasi setelah dipercepat = 56 hari = 726,19 m3 = 726,19 m3/ 27,235 m3 = 26,67 hari ~ 27 hari

Produktivitas harian setelah percepatan dengan penambahan 6 pekerja dan 3 jam kerja: - Jumlah orang yang bekerja - Produktivitas tiap pekerja - Jumlah orang yang ditambahkan - Produktivitas/hari = 10 orang = 1,32064 m3 / orang = 6 orang = 16 orang x 1,32064 m3 = 21,13 m3

55

-Produktivitas 3 jam kerja

= 0.165 m3 x 3 jam x 16 orang = 7,92 m3

Produktivitas percepatan/hari = produktivitas/hari + produktivitas 3 jam - Produktivitas percepatan/hari = 21,13 m3+ 7,92 m3 = 29,05 m3 - Sisa durasi normal - Sisa volume yang belum dikerjakan - Durasi setelah dipercepat = 56 hari = 726,19 m3 = 726,19 m3/ 29,05 m3 = 25 hari

Produktivitas harian setelah percepatan dengan penambahan 7 pekerja dan 3 jam kerja: - Jumlah orang yang bekerja - Produktivitas tiap pekerja - Jumlah orang yang ditambahkan - Produktivitas/hari = 10 orang = 1,32064 m3 / orang = 7 orang = 17 orang x 1,32064 m3 = 22,45 m3 -Produktivitas 3 jam kerja = 0.165 m3 x 3 jam x 17 orang = 8,415 m3 Produktivitas percepatan/hari = produktivitas/hari + produktivitas 3 jam

56

- Produktivitas percepatan/hari

= 22,45 m3 + 8,415 m3 = 30,865 m3

- Sisa durasi normal - Sisa volume yang belum dikerjakan - Durasi setelah dipercepat

= 56 hari = 726,19 m3 = 726,19 m3/ 30,865 m3 = 23,5 hari ~ 24 hari

Tabel 7. Hasil analisis perhitungan percepatan pekerjaan pengecoran pondasi mesin Jumlah pekerja 14 15 16 17 Upah Harian (08:00 -17:00) Rp 65.000 Rp 65.000 Rp 65.000 Rp 65.000 Upah Lembur (19:00-22:00) Rp 56.358.38 Rp 56.358.38 Rp 56.358.38 Rp 56.358.38 Durasi percepatan 29 27 25 24

No. 1 2 3 4

Total Biaya Rp 49.271.502,28 Rp 49.150.143,90 Rp 48.543.352,00 Rp 49.514.219,04

Berdasarkan analisis diatas dipilih pada penambahan 6 orang pekerja, karena biaya optimum yang didapat sebesar Rp 48.543.352,00 dan durasi yang dapat dicapai adalah 25 hari.

57

Tabel 8. Daftar Penambahan Jumlah Pekerja untuk Pekerjaan Pondasi Mesin ITEM PEKERJAAN JUMLAH AWAL (Orang) Pemancangan Pembesian bender, Installer) Galian Pile cap Bekisting Pile cap Pengecoran TOTAL 20 15 10 70 0 5 6 17 10 (Cutter, 15 0 6 SETELAH DITAMBAH (Orang)

Tabel 9. Durasi pekerjaan dan biaya No. Uraian Pekerjaan 1. 2. 3. Bekisting Pembesian Durasi normal 23 hari 25 hari Rp 22.425.000 Rp 24.375.000 Rp 36.400.000 Total Biaya Normal Durasi percepatan 13 hari 13 hari 25 hari Rp 31.553.178,80 Rp 33.130.837,74 Rp 48.543.352,00 Rp 113.227.368,50 Biaya langsung

Pengecoran 56 hari

IV.3.3. Perhitungan Biaya Tidak Langsung Biaya tidak langsung ini dibedakan menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost).

58

-

Biaya Tetap (fixed cost)

Tempat tinggal sementara tenaga kerja = Rp 7.000.000, 00 Biaya Tidak Tetap (variable cost)

Biaya overhead : - Proyek Manager (1 orang) - Pelaksana Sipil (1 orang) - Administrasi (1 orang) - Juru ukur (1 orang) = Rp 5.000.000,00 = Rp 2.500.000,00 = Rp 2.000.000,00 = Rp 2.000.000,00 = Rp 1.500.000,00 = Rp 40.000.000,00 = Rp 53.000.000,00 = Rp 53.000.000,00 : 25 hari = Rp 2.120.000,00

- Ahli Mekanik (1 orang) Biaya Listrik (Generator) 25 hari Total Biaya perhari

Biaya tak langsung seiring dengan bertambahnya waktu pelaksanaan proyek dapat ditulis dengan persamaan : Biaya Tak Langsung aktivitas) Biaya Tak Langsung = Rp 7.000.000, 00 + (Rp 2.120.000,00 x 25 hari) = Rp 60.000.000 = biaya tetap + (biaya tidak tetap perhari x durasi

IV.3.4. Perhitungan Biaya Setelah Percepatan Biaya percepatan Biaya percepatan = Biaya langsung + Biaya Tidak langsung = Rp 113.227.368,50 + Rp 60.000.000

59

= Rp 173.227.368,50

Tabel 10. Daftar Upah Tenaga kerja untuk Pekerjaan Pondasi Mesin dengan Durasi Normal

60

Tabel 11. Daftar Upah Tenaga kerja untuk Pekerjaan Pondasi Mesin sampai dengan 31 Mei 2011

Berdasarkan tabel-tabel diatas diketahui bahwa biaya upah normal dalam mengerjakan pondasi mesin untuk durasi normal (196 hari) diperlukan Rp 378,300,000.00. sedangkan untuk percepatan pekerjaan dengan menambah tenaga dan waktu kerja adalah sebesar Rp 330,200,000.00 (sampai 31 Mei 2011) ditambah Rp 173.227.368,50 sehingga totalnya Rp 503.427.368,50 Tabel 12. Perbandingan Biaya Upah Biaya pada durasi normal Biaya upah setelah ada penambahan tenaga dan waktu kerja Rp 378,300,000.00 Rp 503.427.368,50

61

Tabel 13. Perbandingan Biaya Pekerjaan Pondasi Mesin Biaya normal Biaya Percepatan setelah ada penambahan tenaga dan waktu kerja Rp 4.821.408.592,00 Rp 5.324.835.961,50

Jadi berdasarkan analisis yang telah dilakukan didapat penambahan biaya sebesar Rp 503.427.368,50 dari biaya normal untuk pekerjaan pondasi mesin sehingga menjadi Rp 5.324.835.961,50. Dengan biaya sebesar itu terjadi percepatan durasi pekerjaan pondasi mesin menjadi 171 hari.

62

Gambar 6. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Sipil dalam Durasi Normal

63

Gambar 7. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Sipil setelah ada Percepatan

64

BAB V PENUTUP

V.1. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya maka kesimpulan yang dapat diambil adalah : 1. Pekerjaan pembangunan pabrik kelapa sawit PT BKI, dapat diselesaikan sesuai jadual dengan optimasi penambahan tenaga kerja sebanyak 17 orang dan optimasi penambahan waktu kerja 3 jam perhari selama sisa pekerjaan. Biaya tambahan yang diperlukan untuk optimalisasi tersebut adalah sebesar Rp 5.324.835.961,50 atau 9,45% dari rencana biaya awal. 2. Percepatan waktu pekerjaan pondasi mesin akibat dari adanya penambahan jumlah pekerja dan waktu kerja tersebut pada poin 1, adalah 12,755% atau 25 hari.

65

DAFTAR PUSTAKAOberlender Garold D, Project Construction, Oklahama, 1993. Ahuja hira N, Project Management, Toronto, 1994. Soeharto Iman, Manajemen Proyek : Dari Konseptual sampai Operasional, Jakarta, 1995. Tim Penulis Dosen Perguruan Tinggi Swasta,Ilmu Manajemen Konstruksi untuk Perguruan Tinggi , Jakarta, 1998 Danyyanti Eka, Optimalisasi Pelaksanaan Proyek dengan Metode PERT & CPM, Diakses tanggal 20 Desember 2011, dari google search Engine. www.ilmu-sipil.com Management for Engineering and

66