SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf ·...

120
SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) DALAM MENGHADAPI HOSPITALISASI DI RSUD Dr. SOEROTO NGAWI Oleh: SHOLIKHATUN UMMAH NIM: 201402103 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2018

Transcript of SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf ·...

Page 1: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

SKRIPSI

PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN TERAPI

BERMAIN PUZZLE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN

PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN)

DALAM MENGHADAPI HOSPITALISASI

DI RSUD Dr. SOEROTO NGAWI

Oleh:

SHOLIKHATUN UMMAH

NIM: 201402103

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2018

Page 2: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

ii

SKRIPSI

PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN TERAPI

BERMAIN PUZZLE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN

PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN)

DALAM MENGHADAPI HOSPITALISASI

DI RSUD Dr. SOEROTO NGAWI

Diajukan untuk memenuhi

Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Oleh:

SHOLIKHATUN UMMAH

NIM: 201402103

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2018

Page 3: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak

mengikuti Ujian Sidang.

SKRIPSI

PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN TERAPI

BERMAIN PUZZLE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN

PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN)

DALAM MENGHADAPI HOSPITALISASI

DI RSUD Dr. SOEROTO NGAWI

Menyetujui,

Pembimbing I

(Dian Anisia W,S.Kep, Ns, M.Kep)

NIS.20130100

Menyetujui,

Pembimbing II

( Hariyadi, S.Kp, M.Pd)

NIP. 196811092005011001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Keperawatan

(Mega Arianti Putri, S.Kep, Ns, M.Kep)

NIS.20130092

Page 4: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

iv

PENGESAHAN

Telah dipertahankan didepan dewan Penguji Tugas Akhir ( Skripsi ) dan

dinyatakan telah memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar ( S.Kep )

pada Tanggal .........................

Dewan Penguji :

1. Heni Eka Puji Lestari, S.ST., M.Kes :

(Ketua Dewan Penguji)

..................................

2. Dian Anisia Widyaningrum, S.Kep., Ns., M.Kep :

(Dewan Penguji 1)

.....................................

3. Hariyadi, S.Kp., M.Pd :

(Dewan Penguji 2)

.....................................

Mengesahkan,

STIKES Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Ketua,

Zaenal Abidin, S. KM, M. Kes (Epid)

NIS 20160130

Page 5: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

v

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Sholikhatun Ummah

NIM : 2014020103

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya

sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam

memperoleh gelar (sarjana) di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan

lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah mauun

belum/ tidak dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar

pustaka.

Madiun, Juli 2018

Sholikhatun Ummah

NIM. 201402013

Page 6: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

vi

LEMBAR PERSEMBAHAN

Dengan segala puji dan rasa syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang

telah memberikan kesehatan dan jalan dalam menyusun skripsi ini. Sholawat serta

salam untukmu Nabi Muhammad SAW yang selalu saya nantikan syafaatnya.

Ucapan terima kasih dan tugas akhir ini saya persembahkan kepada:

1. Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tuaku Bapak Komari & Ibu

Sutini, adikku Muhammad Yahya Al-Fathir. Tak lupa teruntuk kakak tercinta

Almh. Binti Munfaridatul Kholishoh yang saya rindukan nasihat serta kasih

sayangnya.Untuk Mas Kohari Bagus Abriyanto semoga selalu dalam

lindunganNya, terima kasih atas doa dan dukungan kalian hingga aku dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Terima kasih kepada Dosen Pengajar dan Dosen Pembimbing yang senantiasa

membimbing dalam penyusunan tugas akhir. Semoga apa yang kalian

sampaikan mendapat pahala yang berlimpah dari Allah SWT.

3. Terima kasih kepada STIKES BHM Madiun, semoga menjadi institusi yang

lebih bermanfaat dan lebih maju.

4. Terima kasih untuk sahabat-sahabatku Senja Nur Hamidah, Muhim Matun

Nafiah yang selalu memberi semangat dalam menyusun tugas akhir ini.

Kepada teman-teman seperjuangan Keperawatan 8B semoga kita menjadi

tenaga yang profesional dan bermanfaat.

Page 7: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sholikhatun Ummah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Ngawi, 28 Januari 1996

Agama : Islam

Alamat : RT.003/RW.004, Ds. Kersoharjo, Kec. Geneng,

Kab. Ngawi

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

Lulus Dari Taman Kanak-kanak Roudlotul Athfal

Dempel Tahun 2002

Lulus Dari Madrasah Ibtidaiyah Dempel Tahun

2008

Lulus Dari Madrasah Tsanawiyah Negeri Ngawi

Tahun 2011

Lulus Dari Madrasah Aliyah Darussalam Nganjuk

Tahun 2014

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada

Mulia Madiun 2014- sekarang

Riwayat Pekerjaan : Bekerja di Apotik Ahsana Ngawi Desember 2017

Page 8: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

viii

ABSTRAK

Sholikhatun Ummah

PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN TERAPI

BERMAIN PUZZLE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN

PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN)

DALAM MENGHADAPI HOSPITALISASI

DI RSUD dr. SOEROTO NGAWI

117 Halaman + 8 Tabel + 23 Lampiran

Hospitalisasi merupakan proses alasan tertentu yang mengharuskan

seseorang dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang

menyebabkan perubahan psikis pada anak.Upaya menurunkan kecemasan dengan

memberikan terapi bermain origami dan puzzle. Permainan yang memberikan

kesempatan anak bebas berekspresi dan sangat terapeutik. Penelitian ini bertujuan

mengetahui perbedaan terapi bermain origami dengan puzzle terhadap tingkat

kecemasan anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam menghadapi hospitalisasi di

RSUD dr. Soeroto Ngawi.

Desain penelitian Quasy- experiment rancangan two group pra-post test

design. Sampel 22 anak, 11 anak kelompok origami, 11 anak kelompok puzzle.

Tehnik sampling Purposive sampling, alat ukur kuesioner. Analisa data

menggunakan Uji Statistik Independent t-testdengan derajat kemaknaan α = 0.05.

Hasil penelitian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara terapi

bermian origami dengan puzzle terhadap tingkat kecemasan pada anak usia

prasekolah (3-6 tahun) dalam menghadapi hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto

Ngawi.

Diharapkan perawat memberikan terapi bermain origami dan puzzle untuk

menurunkan tingkat kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami

hospitalisasi.

Kata kunci : Terapi bermain origami dan puzzle, tingkat kecemasan, anak

prasekolah

Page 9: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

ix

ABSTRACT

Sholikhatun Ummah

DIFFERENCES THERAPY PLAY ORIGAMI WITH THERAPY

PLAYING PUZZLE TO THE LEVEL OF ANXIETYIN

CHILDREN AGE OF PRESCHOOL (3-6 YEARS)

IN FACING HOSPITALIZATION

IN dr. SOEROTONGAWI

Pages 117 + 8 Tables + 23 Appendix

Hospitalization is a process of certain reasons that require a person to be

hospitalized for treatment that causes psychic changes in children. Efforts to

lower anxiety by providing origami and puzzle play therapy. Games that give

children a free expression and are highly therapeutic. This study aimed to know

the difference of origami play therapy with puzzle to anxiety level of preschool

age children (3-6 years) in facing hospitalization in dr. Soeroto Ngawi.

Quasy-experiment research design of two pre-post test design group design.

Sample 22 children, 11 children origami group, 11 children puzzle group.

Purposive sampling technique, questionnaire. Data analysis using Independent

Statistical Test t-test with degree of significance α = 0.05.

The resultsthere is no significant difference between origami play therapy

with puzzle to anxiety level in preschool children (3-6 years) in facing

hospitalization in dr. Soeroto Ngawi.

It is expected that nurses provide origami and puzzle therapy to reduce

anxiety levels of preschoolers who are hospitalized.

Keywords: origami and puzzle playing therapy, anxiety level, preschooler

Page 10: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

x

DAFTAR ISI

Sampul Depan .................................................................................................. i

Sampul Dalam .................................................................................................. ii

Lembar Persetujuan .......................................................................................... iii

Lembar Pengesahan ......................................................................................... iv

Lembar Pernyataan........................................................................................... v

Lembar Persembahan ....................................................................................... vi

Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... vii

Abstrak ............................................................................................................. viii

AbtractI ............................................................................................................ ix

Daftar Isi........................................................................................................... x

Daftar Tabel ..................................................................................................... xiii

Daftar Gambar .................................................................................................. xiv

Daftar Lampiran ............................................................................................... xv

Daftar Istilah..................................................................................................... xvi

Daftar Singkatan............................................................................................... xviii

Kata Pengantar ................................................................................................. xix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 4

1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................ 4

1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 5

1.4.1 Manfaat Teoritis ..................................................................... 5

1.4.2 Manfaat Praktis ...................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Prasekolah ............................................................................... 7

2.1.1 Pengertian Anak Prasekolah ................................................... 7

2.1.2 Ciri- ciri Anak Prasekolah ...................................................... 7

2.1.3 Perkembangan Anak Usia Prasekolah .................................... 8

2.2 Kecemasan ........................................................................................ 11

2.2.1 Pengertian Kecemasan ............................................................ 11

2.2.2 Penyebab Kecemasan ............................................................. 11

2.2.3 Tingkat Kecemasan ................................................................ 13

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Anak ............ 14

2.2.5 Alat Ukur Kecemasan ............................................................. 15

2.3 Konsep Hospitalisasi ........................................................................ 17

2.3.1 Pengertian Hospitalisasi ......................................................... 17

2.3.2 Perubahan yang Terjadi Akibat Hospitalisasi ........................ 17

2.3.3 Stressor dan Respon Anak terhadap Hospitalisasi ................. 18

2.3.4 Dampak Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah ................ 19

2.4 Terapi Bermain ................................................................................ 20

Page 11: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

xi

2.4.1 Pengertian Terapi Bermain ..................................................... 20

2.4.2 Tujuan Terapi Bermain ........................................................... 20

2.4.3 Prinsip Bermain di Rumah Sakit ............................................ 21

2.4.4 Tipe Permainan ....................................................................... 22

2.4.5 Pengertian Terapi Bermain Origami....................................... 23

2.4.6 Pengertian Terapi Bermain Puzzle ......................................... 24

2.4.7 Prosedur Terapi Bermain Origami ......................................... 25

2.4.8 Prosedur Terapi Bermain Puzzle ............................................ 26

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual........................................................................ 28

3.2 Hipotesa Penelitian ........................................................................... 29

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 30

4.2 Populasi dan Sampel ......................................................................... 31

4.2.1 Populasi .................................................................................. 31

4.2.2 Sampel .................................................................................... 31

4.2.3 Kriteria Sampel ....................................................................... 32

4.3 Tehnik Sampling ............................................................................... 33

4.4 Kerangka Kerja Penelitian ................................................................ 34

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional................................... 35

4.5.1 Identifikasi Variabel ............................................................... 35

4.5.2 Definisi Operasional Variabel ................................................ 35

4.6 Instrumen Penelitian ......................................................................... 36

4.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ...................................................... 37

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 38

4.9 Prosedur Pengumpulan Data ............................................................ 38

4.10 Pengolahan Data dan Analisis Data ................................................ 39

4.10.1 Pengolahan Data ................................................................... 39

4.10.2 Analisis Data......................................................................... 41

4.11 Etika Penelitian ............................................................................... 43

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian .......................................... 45

5.2 Hasil Penelitian ................................................................................ 45

5.2.1 Karakteristik Responden......................................................... 45

5.2.2 Data Umum ............................................................................ 46

5.2.3 Data Khusus ........................................................................... 47

5.2.3.1 Analisa Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Anak Usia

Prasekolah (3-6 Tahun) Dalam Menghadapi Hospitalisasi

Sebelum Sesudah Diberikan Terapi Bermain Origami........ 48

5.2.3.2 Analisa Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Anak Usia

Prasekolah (3-6 Tahun) Dalam Menghadapi Hospitalisasi

Sebelum Sesudah Diberika Terapi Bermain Puzzle ............ 49

5.2.3.3 Perbedaan Terapi Bermain Origami dengan Terapi Bermain

Puzzle Terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak Usia

Prasekolah(3-6 Tahun) Dalam Menghadapi Hospitalisasi .. 49

Page 12: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

xii

5.3 Pembahasan ...................................................................................... 50

5.3.1 Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Sebelum

dan Sesudah Diberikan Terapi Bermain Origami .................. 50

5.3.2 Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Sebelum

dan Sesudah Diberikan Terapi Bermain Puzzle ..................... 52

5.3.3 Perbedaan Terapi Bermain Origami dengan Terapi Bermain

Puzzle Terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah

(3-6 Tahun)............................................................................. 54

5.3.4 Keterbatasan Penelitian .......................................................... 56

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 57

6.2 Saran ............................................................................................. 57

Daftar Pustaka ......................................................................................... 59

Lampiran- lampiran ................................................................................ 62

Page 13: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Skema Rancangan .......................................................................... 30

Tabel 4.5 Definisi Operasional Variabel ....................................................... 35

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Anak Usia Prasekolah Kelompok

Terapi Bermain Origami Dengan Terapi Bermain Puzzle

Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Bougenvile RSUD dr. Soeroto

Ngawi .............................................................................................. 46

Tabel 5.2 Deskripsi Tendensi Sentral Usia Responden Kelompok Terapi

Bermain Origami dan Kelompok Terapi Bermain Puzzle di Ruang

Bougenvile RSUD dr. Soeroto Ngawi ........................................... 47

Tabel 5.3 Tendensi Sentral Responden Kelompok Terapi Bermain Origami

dan Kelompok Terapi Bermain Puzzle di Ruang Bougenvile RSUD

dr. Soeroto Ngawi ........................................................................... 47

Tabel 5.4 Analisa Perbedaan Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah

Diberikan Terapi Bermain Origami pada Anak Usia Prasekolah

(3-6 Tahun) dalam Menghadapi Hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto

Ngawi .............................................................................................. 48

Tabel 5.5 Analisa Perbedaan Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah

Diberikan Terapi Bermain Puzzle pada Anak Usia Prasekolah

(3-6 Tahun) dalam Menghadapi Hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto

Ngawi .............................................................................................. 49

Tabel 5.6 Hasil Uji Independent t-test Tingkat Kecemasan pada Anak Usia

Prasekolah di Ruang Bougenvile RSUD dr. Soeroto Ngawi .......... 50

Page 14: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka konsep tentang perbedaan terapi bermain

origami dengan terapi bermain puzzle terhadap

tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6

tahun) dalam menghadapi hospitalisasi ............................ 28

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ................................................ 34

Page 15: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pencarian Data Awal .................................................. 49

Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden .................................. 50

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ................................... 51

Lampiran 4 Lembar Profil Responden ............................................................ 52

Lampiran 5 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Kecemasan Anak ........................... 55

Lampiran 6 SAB Terapi Bermain Origami ..................................................... 56

Lampiran 7 SAB Terapi Bermain Puzzle ........................................................ 58

Lampiran 8 Lembar Konsul ........................................................................... 60

Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian ..................................................................... 75

Lampiran 10 Surat Keterangan Selesai Penelitian ........................................... 76

Lampiran 11 Lembar Observasi Kelompok Origami....................................... 77

Lampiran 12 Lembar Observasi Kelompok Puzzle ......................................... 78

Lampiran 13 Tabulasi Data Kelompok Origami .............................................. 79

Lampiran 14 Tabulasi Data Kelompok Puzzle ................................................ 80

Lampiran 15 Tendensi Sentral Usia Anak PrasekolahKelompok Origami dan

Kelompok Puzzle ....................................................................... 81

Lampiran 16 Tendensi Sentral Pada Hari Rawat Anak Prasekolah Kelompok

Origami dan Kelompok Puzzle .................................................. 83

Lampiran 17 Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Kelompok Origami dan

Kelompok Puzzle ....................................................................... 85

Lampiran 18 Hasil Penghitungan SPSSUji Paired t-test.................................. 86

Lampiran 19 Hasil Uji Normalitas Tingkat Kecemasan Pre-test dan Post-tes 88

Lampiran 20 Hasil Penghitungan SPSSUji Independent t-test ........................ 91

Lampiran 21 Lembar Revisi Skripsi ................................................................ 93

Lampiran 22 Dokumentasi Penelitian ............................................................. 96

Lampiran 23 Jadwal Kegiatan Penelitian ......................................................... 98

Page 16: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

xvi

DAFTAR ISTILAH

Ansietas : Kecemasan

Benefit : Bentuk imbal jasa atau dasar kebutuhan yang

berguna untuk memperlancar proses kerja

Benzodiazepin : Jenis obat yang memiliki efek sedatif atau

menenangkan

Coding : .Penyuntingan data

Confidentiality : Aspek yang menjamin kerahasiaan data atau

informasi

Editing : Penyuntingan data

Gastrointestinal : Berkaitan dengan sistem pencernaan

Hamilton Anxiety

Rating Scale (HARS)

: Alat ukur kecemasan HARS

Independent T- Test : Uji komparatif ( uji beda) untuk mengetahui

adakah perbedaan mean yang bermakna antara 2

kelompok bebas yang berskala data interval atau

rasio

Inform consent : Persetujuan atas dasar informasi dalam pelayanan

kesehatan

Nonprobability

Sampling

: Tehnik pengambilan sampel yang tidak memberi

peluang sama bagi setiap anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel

Origami : Permainan seni lipat

Pra-post test design : Desain penelitian sebelum- sesudah

Preschool Anxiety

Scale

: Alat ukur kecemasan PAS

Purposive Sampling : Teknik penetapan sampel dengan cara memilih

sampel diantara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti

Puzzle : Permainan bongkar pasang

Qasy- experiment : Rancangan penelitian yang mengungkapkan

hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan

kelompok kontrol disamping kelompok

eksperimental.

Respect for Justice and

Inclusiveness

: Prinsip keadilan dan keterbukaan

Scientific attitude : Perilaku keseharian yang ditunjukkan oleh seorang

peneliti atau ilmuwan dalam proses mempelajari,

melaksanakan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan

Scoring : Pemberian skor

Tabulating : Pengulangan

Page 17: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

xvii

Two group pra-post

test design

: Rancangan pra – pasca tes dengan dua grup

Uji Mann- Whitney : Uji komparatif 2 sampel bebas non parametris

Uji T-2 Sampel Bebas : Uji yang digunakan untuk mengetahui apakah ada

perbedaan nilai 2 sampel yang diberi perlakuan

yang berbeda

Variabel Dependen : Variabel terikat

Variabel Independen : Variabel bebas

Zung Self Rating

Anxiety Scale (ZSRAS)

: Alat ukur kecemasan ZSRAS

Page 18: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

xviii

DAFTAR SINGKATAN

NHDS : National Hospital Discharge Survey

GABA : Gamma Amino Butiric Acid

HARS : Hamilton Anxiety Rating Scale

PAS : Preschool Anxiety Scale

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

Page 19: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

xix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi dengan

judul “Perbedaan Terapi Bermain Origami dengan Terapi Bermain Puzzle

terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) dalam

Menghadapi Hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto Ngawi”. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan di

Progam Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada

Mulia Madiun.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam kegiatan penyusunan

skripsi tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya bantuan

dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan dan

motivasi pada penulis. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. dr. Yudono, M. M.Kes selaku Direktur Utama RSUD Dr. Soeroto Ngawi

2. Bapak Zaenal Abidin, S.KM, M.Kes (Epid) sebagai Ketua STIKES Bhakti

Husada Mulia Madiun.

3. Ibu Mega Arianti Putri, S.Kep,Ns, M.Kep sebagai Ketua Prodi S-1

Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

4. Ibu Heni Eka Puji Lestari, SST, M. Kes sebagai dewan penguji skripsi ini

5. Ibu Dian Anisia, S.Kep., Ns, M.Kep sebagai pembimbing 1 yang telah

memberi petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya skripsi ini.

Page 20: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

xx

6. Bapak Hariyadi, S.Kp, M. Pd sebagai pembimbing II yang telah memberi

petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya skripsi ini.

7. Keluarga dan teman-teman yang selalu bersama dalam suka dan duka

dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Kepala Ruang Bougenvile beserta perawat RSUD dr. Soeroto Ngawi yang

telah membantu saya dalam penelitian dan responden yang telah

meluangkan waktunya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan

demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, Penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperanserta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah

SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Wassalamu’alaikumWr.Wb.

Madiun, Juli 2018

Sholikhatun Ummah

NIM. 201402013

Page 21: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak usia prasekolah merupakan anak dengan berusia 3 sampai 6 tahun

yang memiliki kemampuan berinteraksi dengan sosial dan lingkungannya sebagai

tahap menuju perkembangan selanjutnya (Astarani, 2017). Pada masa usia

prasekolah aktifitas anak yang meningkat menyebabkan anak kelelahan sehingga

rentan terhadap penyakit akibat daya tahan tubuh yang lemah hingga anak

diharuskan menjalani hospitalisasi (Alini, 2017).

Hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan tertentu yang mengharuskan

anak dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang menyebabkan

perubahan psikis pada anak (Astarani, 2017). Peralatan medis yang terlihat bersih

dan prosedur medis dianggap anak menyakitkan dan membahayakan karena dapat

melukai bagian tubuhnya. Hal inilah yang dapat menimbulkan terjadinya

kecemasan pada anak.Hospitalisasi dapat menimbulkan respon yang kurang

menyenangkan bagi anak, dapat menimbulkan takut , stres atau cemas ( Astarani,

2017).

Kecemasan adalah perasaan samar-samar takut yang merupakan respon

terhadap rangsangan eksternal atau internal berupa gejala perilaku, emosi, kognitif

dan fisik (Videbeck, 2008; Fitriani, 2017). Anak yang mengalami kecemasan

selama hospitalisasi berusaha untuk menolak makan, minum dan sulit tidur,

sehingga membuat kondisi anak menjadi lebih buruk (Wong, 2008 ; Sa’diah,

2014).Di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 5 juta anak mengalami

Page 22: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

2

hosptalisasi karena prosedur pembedahan dan lebih dari 50 % dari jumlah tersebut

anak mengalami kecemasan dan stresNational Hospital Discharge Survey

(NHDS), 2004 dalam Apriliawati (2011). Berdasarkan data Survey Kesehatan

Nasional (SUSENAS) tahun 2014 jumlah anak usia prasekolah di Indonesia

sebesar 20,72 % dari jumlah total penduduk Indonesia, berdasarkan data tersebut

diperkirakan 35 per 100 anak menjalani hospitalisasi dan 45% diantaranya

mengalami kecemasan (Alini, 2017). Hasil survey Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) tahun 2013 didapatkan data rata-rata anak yang menjalani rawat

inap di rumah sakit seluruh Indonesia adalah 2,8 % dari total jumlah anak 82.666

orang. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, data tahun

2013 menunjukkan jumlah anak usia prasekolah di Jawa Timur sebesar 2.485.218

dengan angka kesakitan 1.475.197 mengalami kecemasan saat menjalani

perawatan sebanyak 85% (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2014). Berdasarkan data

dari rumah sakit RSUD Dr. Soeroto Ngawi jumlah pasien anak pada tahun 2017

sebesar 889 anak.

Dampak dari kecemasan pada anak yang menjalani perawatan apabila tidak

segera ditangani akan membuat anak melakukan penolakan terhadap tindakan

perawatan dan pengobatan yang diberikan sehingga akan berpengaruh terhadap

lamanya hari rawat anak dan dapat memperberat kondisi penyakit yang diderita

anak (Widianti, 2011; Dayani, 2015). Permasalahan terkait respon anak terhadap

hospitalisasi adalah anak menolak menjalani perawatan di rumah sakit karena

harus menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit yang asing, dan

menjalani rawat inap yang lama (Rahmawati, 2009; Alini, 2017). Kecemasan

Page 23: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

3

yang terus menerus dapat menghasilkan hormon yang menyebabkan kerusakan

pada seluruh tubuh terhadap termasuk menurunkan kemampuan sistem imun

(Putra, 2011; Sa’diah, 2014).

Mengingat banyaknya dampak dari kecemasan pada anak usia prasekolah

dalam menghadapi hospitalisasi, maka diperlukan suatu media yang dapat

mengungkapkan rasa cemasnya, yaitu terapi bermain (Sujatmiko, 2013; Dayani,

2015). Menurut Wong (2008), dalam Sa’diah (2014) intervensi keperawatan yang

dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan pada anak prasekolah adalah terapi

bermain.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

didapatkan data pada periode bulan Oktober sampai bulan Desember 2017,

jumlah anak yang dirawat di rumah sakit tersebut mencapai 267 anak, sedangkan

jumlah anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang dirawat mencapai 102 anak.

Menurut hasil wawancara yang dilakukan kepada 9 orang tua dari pasien anak,

didapatkan 6 (66,7%) orang tua menyatakan bahwa anaknya baru pertama kali

masuk rumah sakit untuk menjalani perawatan mengalami kecemasan, menangis

jika ditinggal orang tua sebentar,minta pulang dan 9 pasien anak tersebut belum

pernah mendapatkan terapi bermain origami dan puzzle.

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang dan hasil studi pendahuluan

diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang perbedaan

terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan

pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam menghadapi hospitalisasi di RSUD

Dr. Soeroto Ngawi.

Page 24: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

4

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan terapi bermain origami dan puzzle terhadap tingkat

kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam menghadapi hospitalisasi

di RSUD Dr. Soeroto Ngawi ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan terapi bermain origami dan terapi bermainpuzzle

terhadap tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam

menghadapi hospitalisasi di RSUD Dr. Soeroto Ngawi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis perbedaan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6

tahun) dalam menghadapi hospitalisasi di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

sebelum dan setelah diberikan terapi bermain origami.

2. Menganalisis perbedaan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6

tahun) dalam menghadapi hospitalisasi di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

sebelum dan setelah diberikan terapi bermain puzzle.

3. Menganalisis perbedaan terapi bermain origami dengan terapi bermain

puzzle terhadap tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun)

dalam menghadapi hospitalisasi di RSUD Dr. Soeroto Ngawi.

Page 25: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu keperawatan anak terkait dengan hospitalisasi, khususnya

dalam meningkatkan asuhan keperawatan pada anak usia prasekolah.

1.4.2 Manfaat praktis

1. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang berguna

bagi perkembangan ilmu pendidikan khususnya pendidikan keperawatan.

2. Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini bermanfaat dalam memberikan alternatif terapi untuk

anak yang mengalami kecemasan dalam menghadapi hospitalisasi pada

anak usia prasekolah dan memberikan pengetahuan bahwa terapi bermain

origami dengan terapi bermain puzzle perlu dilaksanakan untuk membantu

proses penyembuhan.

3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai data dasar untuk penelitian

selanjutnya, dan menambah literatur tentang terapi bermain origami dengan

terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan dalam menghadapi

hospitalisasi pada anak usia prasekolah di ruang perawatan anak.

Page 26: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

6

4. Bagi masyarakat dan orang tua

Diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang pengaruh

terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle terhadap tingkat

kecemasandalam menghadapi hospitalisasi.

Page 27: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Prasekolah

2.1.1 Pengertian Anak Prasekolah

Anak usia prasekolah merupakan anak yang berusia 3 sampai 6 tahun yang

memiliki kemampuan berinteraksi dengan sosial dan lingkungannya sebagai tahap

menuju perkembangan selanjutnya ( Astarani, 2017). Anak prasekolah adalah

anak yang berusia 3 sampai 5 tahun yang pada masa ini anak memiliki

kemampuan mengontrol diri, berinteraksi dengan orang lain dan sebagai modal

awal menuju tahap perkembangan selanjutnya, yaitu tahap sekolah (Wong, 2008;

Astarani, 2017).

Jadi, anak usia prasekolah adalah anak usia 3 sampai 6 tahun yang memiliki

kemampuan dalam mengontrol dirinya, mampu berinteraksi dengan orang lain,

bersosialisasi dengan lingkungannya.

2.1.2 Ciri- ciri Anak Prasekolah

Menurut Patmonodewo (2008), mengemukakan ciri- ciri anak prasekolah

(3-6 tahun) meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan kognitif anak yaitu:

1. Ciri fisik anak prasekolah dalam penampilan maupun gerak gerik

prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan

sebelumnya yaitu umumnya anak sangat aktif, mereka telah memiliki penguasaan

(kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri

seperti memberikan kesempatan kepada anak untuk lari, memanjat dan melompat.

Page 28: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

8

2. Ciri sosial anak prasekolah biasanya bersosialisasi dengan orang

disekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat,

tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat

yang dipilih biasanya sama jenis kelaminnya. Tetapi kemudian berkembang

sahabat yang terdiri dari jenis kelamin yang berbeda.

3. Ciri emosional anak prasekolah yaitu cenderung mengekspresikan

dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia

tersebut, dan iri hati sering terjadi. Mereka sering kali memperebutkan perhatian

guru.

4. Ciri kognitif anak prasekolah umumnya telah terampil dalam bahasa.

Sebagian besar dari mereka senang bicara, khususnya dalam kelompoknya.

Sebaiknya anak diberi kesempatan untuk bicara. Sebagian mereka perlu dilatih

untuk menjadi pendengar yang baik.

2.1.3 Perkembangan Anak Usia Prasekolah

1. Perkembangan fisik

Pada pertumbuhan masa prasekolah pada anak pertumbuhan fisik khususnya

berat badan mengalami kenaikan pertahunnya rata-rata 2 kg, kelihatan kurus akan

tetapi aktivitas motorik tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan

seperti berjalan, melompat, dan lain-lain. Pada pertumbuhan khususnya ukuran

tinggi badan anak akan bertambah rata-rata 6,75 – 7,5 meter setiap tahunya

(Alimul Hidayat, 2005).

Page 29: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

9

2. Perkembangan motorik

Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan halus.

Motorik halus adalah pengorganisasian penggunana otot-otot kecil seperti jari-

jemari dan tangan yang sering menumbuhkan kecermatan dan koordinasi dengan

tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk

menggunakan suatu objek. Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang

membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan

menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh (Nursalam,

2005).

Keterampilan motorik kasar pada anak usia 3-6 tahun sudah dapat melompat

dengan satu kaki, melompat dan berlari lebih lancar, mengembangkan

kemampuan olah raga seperti meluncur dan berenang, anak usia prasekolah dapat

mengendarai sepeda roda 3, menaiki dan menuruni tangga dengan kaki

bergantian, berdiri dengan satu kaki selama beberapa menit, melompat dengan

satu kaki. Pada usia 4 tahun dapat melompati tali, dan berdiri seimbang dengan

satu kaki dan mata tertutup pada usia 5 tahun. Keterampilan motorik halus dapat

merekatkan sepatu, dapat membuat jembatan dengan tiga balok, menggambar

tanda silang, mengancingkan baju sendiri, makan sendiri, dapat makan

menggunakan sendok dan garpu, mengoleskan selai ke roti dengan menggunakan

pisau, menuangkan air kedalam gelas, mandi sendiri, menggunakan gayung saat

mandi, dan dapat ke toilet sendiri (Muscari, 2005).

Page 30: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

10

3. Perkembangan bahasa anak prasekolah

Perkembangan bahasa anak mampu menyebutkan hingga empat gambar,

empat warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, menggunakan bunyi

untuk mengidentifikasi objek, orang atau aktivitas, meniru berbagai bunyi kata,

memahami arti larangan, berespon terhadap panggilan dan orang-orang anggota

keluarga terdekat (Alimul Hidayat, 2005).

Rata-rata anak usia 3 tahun mengucapkan 900 kata, berbicara kalimat

dengan 3-4 kata dan berbicara terus menerus. Rata-rata usia 4 tahun mengucapkan

1500 kata, mangatakan cerita yang berlebihan, dan bernyanyi yang sederhana.

Rata-rata anak usia 5 tahun dapat mengucapkan 2100 kata, mengetahui 4 warna

atau lebih dan dapat nenamakan hari-hari dalam 1 minggu dan bulan (Muscari,

2005).

4. Perkembangan adaptasi sosial

Perkembangan adaptasi sosial dapat bermain dengan permainan sederhana.

Menagis jika dimarahi, membuat permainan sederhana, membuat permintaan

sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan kecemasan terhadap

perpisahan, mengenali anggota keluarga (Alimul Hidayat, 2005).

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena

pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan

berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia

berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi oleh

lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak

Page 31: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

11

akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada

berbagai tahap perkembangan (Alimul Hidayat, 2005).

2.2 Kecemasan

2.2.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan atau ansietas merupakan penilaian dan respon emosional

terhadap sesuatu yang berbahaya, kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan

tidak pasti dan tidak berdaya. Kondisi dialami secara subjektif dan dikondisikan

dalam hubungan interpersonal (Stuart, 2006; Astarani, 2017). Cemas merupakan

reaksi atas situasi baru dan berbeda terhadap suatu ketidakpastian dan

ketidakberdayaan. Perasaan cemas dan takut merupakan suatu yang normal,

namun perlu menjadi perhatian bila rasa cemas semakin kuat dan terjadi lebih

sering dengan konteks yang berbeda (Astarani, 2017).

Jadi, kecemasan adalah suatu keadaan dimana rasa gugup, cemas,

kekhawatiran yang berlebihan. Kecemasan dapat dirasakan oleh semua orang.

Kecemasan menyebabkan gangguan psikologis yang disebabkan karena adanya

faktor stres, ketakutan yang dialaminya.

2.2.2 Penyebab Kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen (2007), terdapat beberapa teori yang dapat

menjelaskan ansietas, diantaranya:

1. Pandangan Psikoanalitik

Teori ini beranggapan bahwa ansietas terjadi apabila konflik emosinal yang

terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan super ego. Id mewakili dorongan

insting dan impuls primitive, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani

Page 32: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

12

seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi

menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, sedangkan fungsi ansietas

adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya.

2. Pandangan Interpersonal

Teori ini beranggapan bahwa ansietas timbul dari perasaan takut terhadap

tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan

dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang

menimbulkan kelemahan spesifik.

3. Pandangan Perilaku

Teori ini beranggapan bahwa ansietas merupakan produk frustasi yaitu

segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan

yang diinginkan.

4. Kajian Keluarga

Teori ini beranggapan bahwa ansietas merupakan hal biasa ditemui dalam

keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan

ansietas dengan depresi.

5. Kajian Biologis

Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini

membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam

mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan

endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya

menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

Page 33: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

13

2.2.3 Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2006) tingkat kecemasan dibedakan menjadi empat yaitu:

1. Kecemasan Ringan

Pada tingkat ini seseorang mengalami ketegangan yang dirasakan setiap hari

sehingga menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan

persepsinya. Seseorang akan lebih tanggap dan bersikap positif terhadap

peningkatan minat dan motivasi. Tanda-tanda kecemasan ringan berupa gelisah,

mudah marah dan perilaku mencari perhatian.

2. Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal

penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami

perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Pada

kecemasan tingkat sedang, seseorang akan kelihatan serius dalam memperhatikan

sesuatu. Tanda-tanda kecemasan sedang berupa suara bergetar, perubahan dalam

nada suara takikardi, gemetaran dan peningkatan ketegangan otot.

3. Kecemasan Berat

Pada tingkat kecemasan berat, lahan persepsi menjadi berkurang, cenderung

memusatkan pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir

tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk menurunkan kecemasan dan

fokus pada kegiatan lain menjadi berkurang. Tanda-tanda kecemasan berat berupa

perasaan terancam, ketegangan otot berlebihan, perubahan pernapasan, perubahan

gastrointestinal (mual, muntah, rasa terbakar pada ulu hati, sendawa, anoreksia

dan diare, perubahan kardiovaskuler dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.

Page 34: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

14

4. Panik

Pada tingkat kecemasan ini, seseorang kehilangan kendali diri dan detail

perhatian yang hilang. Hilangnya kontrol seseorang tidak mampu melakukan

apapun meskipun dengan perintah.

2.2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecemasan Anak

Menurut Hockenberry & Wilson (2009), dalam Astarani (2017), faktor yang

mempengaruhi kecemasan antara lain:

1. Usia

Anak usia prasekolah belum mampu menerima dan mempersepsikan

penyakit dan pengalaman baru dengan lingkungan asing (Wong, 2009).

2. Karakteristik Saudara (Anak ke-)

Karakteristik saudara dapat mempengaruhi kecemasan pada anak yang

dirawat di rumah sakit. Anak yang dilahirkan sebagai anak pertama dapat

menunjukkan rasa cemas yang berlebihan dibandingkan anak kedua (Ilmiasih,

2012).

3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin dapat mempengaruhi tingkat stres hospitalisasi, dimana anak

perempuan yang menjalani hospitalisasi memiliki tingkat kecemasan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki.

4. Pengalaman terhadap sakit dan perawatan di rumah sakit

Anak yang mempunyai pengalaman hospitalisasi sebelumnya akan memiliki

kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang belum memiliki

pengalaman sama sekali. Respon anak menunjukkan sensitivitas terhadap

Page 35: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

15

lingkungan dan mengingat dengan detail kejadian yang dialaminya dan

lingkungan disekitarnya.

5. Jumlah anggota keluarga dalam satu rumah

Menurut Hockenberry & Wilson (2009), jumlah anggota keluarga dalam

satu rumah dikaitkan dengan dukungan keluarga. Semakin tinggi dukungan

keluarga pada anak usia pasekolah yang menjalani hospitalisasi, maka semakin

rendah tingkat kecemasan anak.

6. Persepsi anak terhadap sakit

Small , et all (2009), menyatakan bahwa anak usia prasekolah selama

hospitalisasi dapat menyebabkan dampak bagi orang tua. Munculnya dampak

tersebut karena kemampuan pemilihan koping yang belum baik dan stres karena

pengobatan.

Kecemasan anak saat hospitalisasi juga disebabkan oleh perpisahan, hilang

kendali, cidera tubuh. Anak mengalami perpisahan dengan lingkungan tempat

tinggal dan tempat bermain, menyesuaikan dengan lingkungan baru rumah sakit

serta berbagai tindakan perawatan di rumah sakit (Nelson, 2003; Basford dan

Lynn, 2006).

2.2.5 Alat Ukur Kecemasan

1. Zung Self Rating Anxiety Scale

Merupakan skala yang berfokus pada kecemasan secara umum dan koping

dalam mengatasi stres. Skala ini terdiri dari 20 pertanyaan dengan 15 pertanyaan

tentang peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan tentang penurunan kecemasan.

Page 36: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

16

2. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Disebut juga dengan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), pertama kali

dikembangkan oleh Max Hamilton pada tahun 1956 untuk mengukur semua tanda

kecemasan baik kecemasan psikis maupun kecemasan somatik. HARS terdiri dari

16 item pertanyaan untuk mengukur tanda adanya kecemasan pada anak dan

orang dewasa.

3. Preschool Anxiety Scale

Dikembangkan oleh Spence et al,merupakan pengukuran skala kecemasan

pada anak berdasarkan dari laporan orang tuanya, yang terdiri dari 34 pertanyaan

yang menggunakan pernyataan tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering dan

selalu.

Dalam penelitian kali ini, alat ukur kecemasan yang akan digunakan

adalahHamilton Anxiety Rating Scale (HARS)Alat ukur ini terdiri dari 16item

pertanyaan untuk mengukur tanda adanya kecemasan pada anak dan orang

dewasa.Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (skore) antara 0-3,

yang artinya adalah :

Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan)

1 = gejala ringan

2 = gejala sedang

3 = gejala berat

Page 37: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

17

Masing-masing nilai angka (skore) dari ke 16 kelompok gejala tersebut

dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat

kecemasan seseorang, yaitu :

Nilai (Skore) : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan

14 – 20 = kecemasan ringan

21 – 27 = kecemasan sedang

28 – 41 = kecemasan berat

42 – 56 = kecemasan berat sekali

2.3 Konsep Hospitalisasi

2.3.1 Pengertian Hospitalisasi

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan

dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk

beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi

anak tersebut menjadi stressor baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga

(Wong, 2008).

Jadi, hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan tertentu sehingga

megharuskan seseorang dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan

yang menyebabkan perubahan pssikis pada anak.

2.3.2 Perubahan yang Terjadi Akibat Hospitalisasi

1. Perubahan Konsep Diri

Akibat penyakit yang diderita atau tindakan seperti pembedahan dan

perubahan citra tubuh.

Page 38: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

18

2. Regresi

Klien mengalami kemunduran ke tingkat perkembangan sebelumnya atau

lebih rendah dalam fungsi fisik, mental, perilaku dan intelektual.

3.Dependensi

Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada oran lain.

4. Dipersonalisasi

Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak

realistis, tidak dapat menyesuaikan denngnan lingkungan dan sulit bekerja sama

mengatasi masalahnnya.

5. Takut dan Ansietas

Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap

penyakitnya.

6. Kehilangan dan perpisahan

Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena lingkungan

yang asing dan jauh dari suasana kekeluargaan.

2.3.3 Stressor dan Respon Anak terhadap Hospitalisasi

Menurut Hockenberry dan Wilson (2009) ada beberapa hal yang menjadi

stressor pada anak, sehingga anak tidak mampu mengatasi krisis yang dialaminya

saat hosppitalisasi, yaitu:

Page 39: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

19

1. Cemas karena perpisahan

Respon anak terhadap perpisahan sendiri dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:

a. Tahap protes (phase of protest)

Tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit dan

memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif.

b. Tahap putus asa (phase of despair)

Pada tahap ini anak tampak tegang, tangisannya berkurang, kurang

berminat untuk bermain, tidak nafsu makan, menarik diri.

c. Tahap menolak (phase of denial)

Pada tahap ini anak samar-samar menerima perpisahan, mulai tertarik

dengan apa yang ada disekitarnya.

2. Kehilangan kendali

Kehilangan kendali terjadi karena ketidakmampuan menyadari keterbatasan

dan perilaku yang dihasilkan (Wong, 2008). Hal ini terlihat pada perilaku mereka

dalam hal kemampuan motorik, bermain, melakukan hubungan interpersonal dan

melakukan aktifitas sehari-hari (activity of daily living).

3. Luka pada tubuh dan rasa sakit (nyeri)

Anak prasekolah memandang nyeri sebagai hukuman akibat kesalahan yang

dilakukannya. Hal ini berkaitan dengan pemikiran magis anak.

2.3.4 Dampak Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah

Pengaruh Hospitalisasi pada perkembangan anak tergantung pada faktor-

faktor yang saling berhubungan seperti sifat anak, keadaan perawatan dan

keluarga. Dampak jangka pendek dari kecemasan dan ketakutan yang tidak segera

Page 40: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

20

ditangani akan membuat anak melakukan penolakan terhadap tindakan

keperawatan yang berpengaruh terhadap lamanya hari rawat. Sedangkan dampak

jangka panjangnya, jika tidak segera ditangani akan menyebabkan kesulitan dalam

kemampuan membaca, gangguan bahasa dan perkembangan kognitif.

2.4 Terapi Bermain

2.4.1 Pengertian Terapi Bermain

Bermain merupakan kegiatan atau simulasi yang sangat tepat untuk anak.

Bermain dapat meningkatkan daya pikir anak untuk mendayagunakan aspek

emosional, sosial, fisik, serta dapat meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman,

dan pengetahuan serta keseimbangan mental anak (Andriana, 2011).

Jadi, terapi bermain merupakan salah satu intervensi yang dapat diberikan

kepada anak ketika dirawat dirumah sakit. Saat hospitalisasi, anak cenderung

mengalami stres yang berlebihan. Melalui terapi bermain anak dapat

mengeluarkan rasa takut, cemas yang mereka alami serta terapi bermain sesuai

dengan kebutuhan tumbuh kembang anak.

2.4.2 Tujuan Terapi Bermain

Menurut Zellawati (2011), dalam Astarani (2017), tujuan terapi bermain

adalah untuk menciptakan suasana aman bagi anak-anak dalam mengekspresikan

diri mereka, memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan

sosial dan mengatasi masalah mereka serta memberikan kesempatan bagi anak-

anak untuk berekspresi dan mencoba sesuatu yang baru. Tujuan terapi bermain

dirumah sakit untuk melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal,

Page 41: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

21

mengembangkan kreativitas anak sehingga anak dapat beradaptasi lebih efektif

terhadap stres (Susilaningrum, 2013; Astarani, 2017).

2.4.3 Prinsip Bermain di Rumah Sakit

Menurut Andriana (2011), dalam Astarani (2017), prinsip-prinsip bermain

di rumah sakit yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

1. Waktu bermain

Waktu yang diperlukan untuk terapi bermain pada anak yang dirawat di

rumah sakit adalah 15-20 menit. Waktu tersebut dapat membuat kedekatan antara

orang tua dan anak serta tidak menyebabkan anak kelelahan akibat bermain

(Vanfleet, 2010).

2. Mainan harus relatif aman dan terhindar dari infeksi silang

Permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil

perlu rasa aman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalinya, Seperti

boneka yang dipeluk anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa ke tempat

tidur di malam hari.

3. Sesuai kelompok usia

Perlu dibuatkan jadwal dan dikelompokkan sesuai usia karena kebutuhan

bermain berbeda antara usia yang lebih rendah dan yang lebih tinggi. Pada rumah

sakit yang ada tempat bermainnya perlu lebih diperhatikan agar dapat

dimanfaatkan dengan baik.

4. Tidak bertentangan dengan terapi

Terapi bermain harus memperhatikan kondisi anak. Permainan tidak boleh

bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan pada anak. Apabila

Page 42: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

22

anakharus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan diatas

tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat

bermain khusus yang ada di ruang rawat (Supartini, 2004 ).

5. Perlu keterlibatan orang tua dan keluarga

Keterlibatan orang tua sangatlah dibutuhkan anak dalam menjalani rawat

inap, dimana dengan keterlibatan orang tua tidak hanya mendorong ketrampilan

dan kemampuan tetapi dapat juga memberikan dukungan bagi perkembangan

emosi anak. Dukungan keluarga dan teman sebaya dapat memfasilitasi anak

terhadap lingkungan asing yang menyebabkan kecemasan pada anak. Selain itu,

terapi bermain dengan keterlibatan orang tua dapat memberikan rasa tenang,

nyaman, merasa disayang dan diperhatikan, sehingga anak dapat lebih dapat

mengelola emosinya dan memungkinkan anak berespon lebih efektif terhadap

situasi selama hospitalisasi.

2.4.4 Tipe Permainan

Menurut Wong (2009), dalam Astarani (2017), ada beberapa tipe permainan

ditinjau dari karakter sosial yaitu :

1. Permainan Pengamat

Tipe permainan ini, anak memperhatikan apa yang dilakukan anak lain,

tetapi tidak terlibat dalam aktivitas bermain tersebut.

2. Permainan Tunggal

Tipe permainan ini, anak bermain sendiri dengan mainan yang berbeda

dengan mainan yang digunakan oleh anak lain ditempat yang sama.

Page 43: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

23

3. Permainan Paralel

Tipe permainan ini, anak bermain secara mandiri diantara anak-anak lain.

4. Permainan Asosiatif

Tipe permainan ini, bermain bersama, mengerjakan aktivitas serupa atau

bahkan sama, tetapi tidak ada organisasi, pembagian kerja, penetapan

kepemimpinan atau tujuan bersama.

5. Permainan Kooperatif

Tipe permainan ini, permainan bersifat teratur, dan anak bermian dalam

kelompok dengan anak lain.

2.4.5 Pengertian Terapi Bermain Origami

Bermain origami adalah kegiatan melipat kertas menjadi suatu bentuk atau

gambaran dengan menggerakkan tangan sambil berfikir (Kobayashi, 2008;

Sa’diah, 2014). Bermain origami merupakan salah satu intervensi yang diterapkan

pada anak dalam menghadapi hospitalisasi karena tidak perlu membutuhkan

banyak tenaga dan dapat dilakukan di tempat tidur pasien, sehingga pasien tetap

merasa nyaman dan tidak mudah lelah. Selain itu, bermain origami juga berkaitan

dengan tahap perkembangan anak (Hurlock, 2000; Sa’diah, 2014). Manfaat dari

terapi bermain origami adalah sebagai berikut:

1. Melatih motorik halus pada anak sekaligus sarana bermain yang aman,

murah, menyenangkan dan kaya manfaat.

2. Melalui origami, anak belajar membuat mainannya sendiri sehingga tercipta

kepuasan tersendiri.

Page 44: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

24

3. Membentuk karakter anak menjadi sabar dan disiplin dalam mencapai

bentuk yang diinginkan.

4. Dapat menambah wawasan anak, anak bebas berkarya sesuai keinginan.

5. Melalui origami anak berpikir matematis serta perbandingan lewat bentuk-

bentuk yang dibuat.

2.4.6 Pengertian Terapi Bermain Puzzle

Puzzle merupakan alat bermain yang dapat membantu perkembangan

psikososial pada anak (Ball, et all, 2012; Fitriani, 2017). Puzzle merupakan

permainan yang dapat memfasilitasi permainan asosiatif dimana pada usia

prasekolah anak senang bermain dengan anak lain sehingga puzzle dapat dijadikan

sarana bermain anak sambil bersosialisasi (Ball, et all, 2012; Fitriani, 2017).

Pemilihan puzzle sebagai terapi bermain juga dikarenakan bermain puzzle tidak

memerlukan tenaga yang berlebihan sehingga anak tidak mudak lelah.

Manfaat Terapi Bermain Puzzle sebagai berikut:

1. Meningkatkan Ketrampilan Kognitif

Ketrampilan kogntif berhubungan dengan kemampuan dalam belajar dan

memecahkan masalah. Dengan bermain puzzle anak akan mencoba

memecahkan masalah yaitu menyusun gambar.

2. Meningkatkan Ketrampilan Motorik Halus

Ketrampilan motorik halus berkaitan dengan kemampuan anak

menggunakan otot-otot kecilnya khususnya tangan dan jari-jari tangan.

3. Meningkatkan Ketrampilan Sosial

Page 45: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

25

Ketrampilan sosial berkaitan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang

lain. Bermain puzzle dapat dilakukan secara individu namun dapat juga

dilakukan secara kelompok atau bersama.

4. Melatih Koordinasi Mata dan Tangan

Anak menjadi belajar mencocokkan keping-keping puzzle dan menyusunnya

menjadi satu gambar. Ini merupakan langkah penting menuju

pengembangan ketrampilan membaca.

5. Melatih Logika

Melalui puzzle anak dilatih menggunakan logikanya. Misalnya puzzle

bergambar manusia, anak akan dilatih menyimpulkan dimana letak kepala,

tangan dan kaki sesuai logika.

6. Melatih Kesabaran

Bermain puzzle membutuhkan kesabaran, ketekunan dan memerlukan waktu

untuk berfikir dalam menyelesaikan tantangan.

7. Memperluas Pengetahuan

Anak akan belajar banyak hal, warna, bentuk, angka, huruf. Pengetahuan

yang diperoleh dari cara ini mengesankan bagi anak dibandingkan yang

dihafalkan. Anak dapat belajar konsep dasar, binatang, alam sekitar, buah-

buahan, alfabet dan lain-lain.

2.4.7 Prosedur Terapi Bermain Origami

Persiapan

a. Siapkan kertas lipat origami yang akan digunakan sebagai alat terapi

bermain

Page 46: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

26

b. Siapkan tempat yang akan digunakan untuk terapi bermain

Cara bermain

a. Siapkan kertas origami, lipat menjadi 2 bagian sama besar secara

mendatar (horizontal).

b. Buka lipatan kertas hasil langkah pertama, balik kertas, kemudian lipat

kembali secara mendatar pada sisi lainnya.

c. Buka lipatan hasil langkah ke 2, balik kertas, kemudian lipat kertas

menjadi 2 bagian sama besar secara diagonal.

d. Buka lipatan kertas hasil langkah ke 3, lipat kembali kertas secara

diagonal pada sisi lainnya.

e. Buka lipatan kertas dari langkah ke 4. Lipat kertas mengikuti garis

lipatan yang terbentuk.

f. Beri tanda “X” dan “Y”, lalu lipat dan pastikan sejajar antara garis

lipatan “X” dan “Y”.

g. Beri tanda “A” dan “B” pada sisi lainnya, kemudian lipat dan pastikan

sejajar .

h. Perhatikan tanda “X” dan “Y” kemudian lipat kembali dan pastikan sisi

“X” sejajar dengan garis lipatan “Y”.

i. Lipat kembali kertas (sisi “A” kearah kiri) dengan batasan sisi “B”.

j. Balik kertas origami lalu beri lukisan agar terlihat lebih cantik dan jelas.

2.4.8 Prosedur Terapi Bermain Puzzle

Persiapan

a. Siapkan puzzle yang akan digunakan sebagai alat terapi bermain

Page 47: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

27

b. Siapkan tempat yang akan digunakan untuk terapi bermain

Cara bermain

a. Letakkan puzzle di depan anak

b. Pisahkan setiap kepingan atau potongan puzzle

c. Beri contoh pada anak cara menyusun puzzle

d. Mintalah pada anak untuk mencobanya

e. Berikan pujian apabila anak berhasil dalam menyusun puzzle

f. Apabila anak masih ingin bermain, ulangi lagi permainan dengan puzzle

yang lain.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dayani (2015), “ Terapi Bermain

Clay Terhadap Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Yang

Menjalani Hospitalisasi Di RSUD Banjarbaru”, Pelaksanaan terapi bermain clay

dilakukan setiap 20 menit ditempat tidur anak sebanyak 2 kali pertemuan. Setelah

kegiatan terapi bermain clay pada hari kedua selesai, peneliti melakukan

pengambilan data kecemasan sesudah (post test) yang diisi oleh orang tua

responden.

Page 48: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

28

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Input Proses Output

Keterangan :

: Diukur

: Tidak diukur

: Berhubungan

: Berpengaruh

Gambar 3.1 Kerangka konsep tentang perbedaan terapi bermain origami dengan

terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan pada anak usia

prasekolah (3-6 tahun) dalam menghadapi hospitalisasi.

Kecemasan

Dampak

hospitalisasi pada

anak usia

prasekolah:

a. Takut

b. Stres

c. Cemas

Terapi

BermainOri

gami

Terapi

BermainPu

zzle

Kecemasan

Ringan

Sedang

Berat

Panik

Faktor- faktor Kecemasan dalam hospitalisasi:

a. Usia

b. Karakteristik saudara

c. Jenis kelamin

d. Pengalaman sakit dan perawatan di rumah sakit

e. Jumlah anggota dalam satu rumah

f. Persepsi anak terhadap sakit

g. Hilang kendali

h. Cidera tubuh

i. Perpisahan dengan tempat tinggal dan tempat bermain

j. Penyesuaian di lingkungan baru rumah sakit

Page 49: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

29

Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa hospitalisasi pada anak prasekolah

menyebabkan dampak seperti, takut, stres dan cemas. Kecemasan itu sendiri

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, usia, karakteristik saudara (anak ke-

), jenis kelamin, pengalaman sakit dan perawatan di rumah sakit, jumlah anggota

keluarga dalam satu rumah, persepsi anak terhadap sakit. Dampak dari

hospitalisasi dapat diberikan terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle

dengan harapan tingkat kecemasan dari panik, berat, sedang menjadi ringan atau

kecemasan dapat dikendalikan.

Dengan demikian diharapkan adanya pemberian terapi bermain origami

dengan terapi bermain puzzle pada anak usia prasekolah yang mengalami

perawatan di rumah sakit atau hospitalisasi kecemasan dapat teratasi atau

berkurang.

3.2 Hipotesa Penelitian

Hipotesa penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

pernyataan (Sugiyono, 2011).

Hipotesa dalam penelitian ini yaitu :

Ha : Ada perbedaan terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle

terhadap tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam

menghadapi hospitalisasi di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

Page 50: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

30

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan jenis penelitian

Quasy- experiment. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah two group

pra-post test design. Ciri dari penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan

sebab akibat dengan cara melibatkan dua kelompok subjek. Kelompok subjek

diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah

intervensi (Nursalam, 2013). Tujuan penelitian ini untuk menganalisa perbedaan

terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan

pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam menghadapi hospitalisasi di RSUD

Dr. Soeroto Ngawi.

4.1 Skema Rancangan Penelitian

Kelompok Pre test Perlakuan Post test

Terapi bermain

origami

A¹ I¹ A²

Terapi bermain

puzzle

B¹ I² B²

Page 51: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

31

Keterangan :

A¹ : Tingkat kecemasan sebelum diberikan terapi bermain origami (pre test)

A² : Tingkat kecemasan sesudah diberikan terapi bermain origami (post test)

B¹ : Tingkat kecemasan sebelum diberikan terapi bermain puzzle (pre test)

B²: Tingkat kecemasan sesudah diberikan terapi puzzle (post test)

I¹ : Perlakuan terapi bermain origami

I² : Perlakuan terapi bermain puzzle

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pasien anak prasekolah (3-6 tahun) di

ruang perawatan anak (rawat inap) RSUD Dr. Soeroto Ngawi dengan jumlah 34

responden. Jumlah 34 tersebut didapatkan dari rata-rata jumlah pasien anak usia

prasekolah (3-6 tahun) selama 3 bulan terakhir dengan rincian di bulan Oktober

sejumlah 23 anak, November sejumlah 35 anak dan bulan Desember sejumlah 44

anak.

4.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien anak prasekolah (3-6

tahun) di ruang perawatan anak (rawat inap) RSUD Dr. Soeroto Ngawi. Rumus

sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Lemeshow(1990).

Page 52: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

32

n = Z²ı­ª̸². P (1-P). N

d² (N-1) + Z²ıª̸². P (1-P)

n = (1,96)². 0,5 (1- 0,5). 34

(0,25)² (34-1) + (1,96)². 0,5 (1-0,5)

n = 3,8. 8,5

2,0625 + 0,95

n = 32,3

3,0125

n = 10,7219 dibulatkan menjadi 11

Berdasarkan rumus diatas, maka besar sampel yang diperlukan untuk

setiap kelompok perlakuan adalah n = 11 sampel. Jadi, jumlah total sampel adalah

22 responden.

4.2.3 Kriteria Sampel

1. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian

ini adalah :

a. Responden anak usia prasekolah (3-6 tahun)

b. Responden dan orang tua dapat diajak berkomunikasi secara verbal

c. Responden anak usia prasekolah yang diijinkan orang tuanya dan bersedia

menjadi responden

Page 53: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

33

d. Responden anak usia prasekolah yang mampu atau bersedia berperan serta

dalam pemberian terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle yang

pada hari rawat 1-3 hari di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Responden anak usia prasekolah yang tidak mampu atau tidak dapat

mengikuti ( kontra indikasi) kegiatan terapi bermain origami dengan terapi

bermain puzzle

4.3 Tehnik Sampling

Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Purposive

sampling merupakan jenis Nonprobability sampling yang metode penetapan

sampelnya dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai yang

dikehendaki oleh peneliti, sehingga sampel tersebut mewakili karakteristik

populasi yang dikenal sebelumnya (Nursalam, 2013).

Page 54: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

34

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian

Populasi

Seluruh pasien anak prasekolah (3-6 tahun) di ruang perawatan anak (rawat inap)

RSUD Dr. Soeroto Ngawi dengan jumlah 34 responden

Sampel

Sebagian pasien anak prasekolah (3-6 tahun) di ruang perawatan anak (rawat inap)

RSUD Dr. Soeroto Ngawi dengan jumlah 22 responden sesuai kriteria inklusi

Tehnik Sampling : Purposive sampling

Desain Penelitian :Quasy-experiment (two group pra-post test design)

Pengumpulan Data : Kuesioner

Kelompok perlakuan I

Pengukuran kecemasan I

Terapi bermain origami

Pengukuran kecemasan II

Kelompok perlakuan II

Pengukuran kecemasan 1

Terapi bermain puzzle

Pengukuran kecemasan II

Pengolahan Data : Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Analisis Uji Statistik : Uji Dependent T-Test, Uji Independent T-

Test

Hasil dan kesimpulan

Penyajian

Publikasi

Page 55: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

35

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.5.1 Identifikasi Variabel

1. Variabel independen ( Variabel bebas)

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah terapi bermain origami dengan

terapi bermain puzzle

2. Variabel dependen ( Variabel terikat)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan pada anak usia

prasekolah (3-6 tahun)

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

Gambar 4.5 Definisi operasional tentang perbedaan terapi bermain origami

dengan terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan pada

anak usia prasekolah (3-6 tahun) di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

Variabel

penelitian

Definisi

operasoinal

Parameter Alat ukur Skala Skor Kriteria

Variabel

Bebas:

Terapi

bermain

origami

Metode terapi

bermain

origami yang

diberikan pada

anak usia

prasekolah (3-6

tahun) yang

mengalami

kecemasan

dalam

menghadapi

hospitalisasi di

RSUD Dr.

Soeroto Ngawi

Anak mampu

menyelesaikan terapi

bermain origami 75

% dari alat

permainan yang telah

disediakan

- - - -

Page 56: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

36

Terapi

bermain

puzzle

Metode terapi

bermain

puzzle yang

diberikan pada

anak usia

prasekolah (3-6

tahun) yang

mengalami

kecemasan

dalam

menghadapi

hospitalisasi di

RSUD Dr.

Soeroto Ngawi

Anak mampu

menyelesaikan terapi

bermain origami 75

% dari alat

permainan yang telah

disediakan

- - - -

Variabel

Terikat:

Tingkat

kecemasan

pada anak

usia

prasekolah

(3-6 tahun)

Kecemasan

adalah suatu

keadaan

dimana rasa

gugup, cemas

dan khawatir

yang

berlebihan

Gejala sikap: takut,

gelisah, sedih, sulit

konsentrasi, gugup,

tegang.

Gejala somatis:

gangguan tidur,

gemetar, wajah

pucat, hilang nafsu

makan dan keringat

dingin

Kuesioner

kecemasan

anak

HARSdari

Nur Aidar

(2011)

Rasio Tidak

pernah=

0

Kadang-

kadang=

1

Sering=

2

Kecemasa

nRingan

Kecemasa

n Sedang

Kecemasa

n Berat

Kecemasa

n Berat

Page 57: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

37

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen untuk terapi bermain origami adalah kertas lipat (origami) dan

spidol. Sedangkan instrumen untuk terapi bermain puzzle adalah berupa alat

puzzle (bongkar pasang). Instrumen yang akan digunakan untuk mengukur

kecemasan anak prasekolah yaitumenggunakan kuesioner kecemasan anak dari

Nur Aidar (2011).Kuesioner ini akan diisi oleh keluarga pasien dan terdiri dari

16pertanyaan dengan kriteria jawaban :

a. Tidak Pernah : Dinilai 0

b. Kadang-kadang : Dinilai 1

c. Sering : Dinilai 2

d. Selalu : Dinilai 3

Rentang penilaian adalah :

Kecemasan Ringan : 14- 20

Kecemasan Sedang : 21- 27

Kecemasan Berat : 28- 41

Selalu= 3

Sekali

Page 58: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

38

Kecemasan Berat Sekali : 42- 56

4.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

1. Uji Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan dapat mengungkapkan data dari variabel yang ditelitisetelah penelitian

ini dilakukan uji validitas yang tepat (Arikunto, 2010).

Penelitian ini menggunakan kuesioner kecemasan anak dari Nur Aidar

(2011) yang sudah dilakukan uji validitas, dengan nilai r hitung pada 16

pertanyaan kecemasan adalah antara 0,4606 – 0,7448 lebih besar dari r tabel

(0,444). Sehingga 16 pertanyaan tersebut valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah

instrumen yang digunakan telah reliabel. Suatu alat yang dikatakan reliabel alat

itu mengukur suatu gejala dalam waktu berlainan senantiasa menunjukan hasil

yang sama (Notoatmodjo, 2012). Uji reabilitas kuesioner kecemasan anak,

diperoleh bahwa nilai alpha untuk kecemasan adalah 0,8898. Nilai alpha tersebut

lebih besar dari 0,600 sehingga kuesioner tersebut reliabel dan dapat digunakan

dalam penelitian.

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Page 59: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

39

Lokasi penelitian telah dilakukan di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian telah dilakukan pada Januari – Juli 2018

4.9 Prosedur Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini prosedur yang ditetapkan adalah sebagai

berikut :

1. Tahap persiapan :

a. Melakukan pendataan pada pasien anak usia prasekolah sesuai dengan

kriteria inklusi pada 28 Mei- 28 Juni 2018

b. Responden dipilih sesuai kehendak peneliti berdasarkan kriteria inklusi

yang telah ditetapkan

c. Meminta ijin dan memberikan penjelasan kepada orang tua tentang

prosedur dan tujuan dari penelitian

d. Membagi responden menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan

origami sejumlah 11 anak dan kelompok perlakuan puzzle sejumlah

11anak

2. Tahap pengambilan Data

a. Pengumpulan data yang pertama pada kelompok perlakuan origami dan

kelompok perlakuan puzzle dilakukan pada 28 Mei- 28 Juni 2018

b. Pengumpulan data dan pengukuran kecemasan dilakukan pada anak

(responden) yang mengalami hospitalisasi menggunakan kuesioner tingkat

kecemasan anak yang diisi oleh keluarga atau orang tua responden.

Page 60: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

40

c. Setelah data diperoleh, peneliti memberikan intervensi kepada kelompok

perlakuan berupa terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle.

d. Terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle diberikan 2 kali

selama 2 hari, setelah hari kedua selesai peneliti mengukur tingkat

kecemasan (post test) menggunakan kuesioner yang diisi oleh orang tua

responden.

4.10 Pengolahan Data dan Analisis Data

4.10.1 Pengolahan Data

Dalam penelitian ini pengolah data dilakukan menggunakan software

statistik. Menurut Notoatmodjo (2012), pengolahan data meliputi :

1. Editing

Hasil data dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih

dahulu. Secara umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan

perbaikan. Apabila ada data-data yang belum lengkap, jika memungkinkan

perlu dilakukan pengambilan data ulang melengkapi data-data tersebut. Tetapi

apabila tidak memungkinkan, maka data yang tidak lengkap tersebut tidak

diolah atau dimasukan dalam pengolahan “data missing” .

2. Coding

Setelah data diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean atau

coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka

atau bilangan.

Coding pada penelitian ini adalah :

Page 61: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

41

a. Jenis kelamin:

- Laki- laki : diberi kode 1

- Perempuan : diberi kode 2

b. Usia :

- 3 tahun : diberi kode 1

- 4 tahun : diberi kode 2

- 5 tahun : diberi kode 3

- 6 tahun : diberi kode 4

c. Pada hari rawat:

- Pada hari rawat 1 : diberi kode 1

- Pada hari rawat 2 : diberi kode 2

- Pada hari rawat 3 : diberi kode 3

3. Scoring

Scoring yaitu menentukan skor atau nilai untuk tiap item pertanyaan dan

menentukan nilai terendah dan tertinggi (Satiadi, 2007). Tahapan ini dilakukan

setelah ditetapkan kode jawaban atau hasil observasi sehingga setiap jawaban

responden atau hasil observasi dapat diberikan skor.

Scoring pada penelitian ini adalah :

a. Tidak ada gejala (keluhan) : diberi kode 0

b. Gejala ringan :diberi kode 1

c. Gejala sedang :diberi kode 2

d. Gejala berat :diberi kode 3

e. Gejala berat sekali :diberi kode 4

Page 62: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

42

4. Tabulating

Tabulating adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan peneliti (Notoatmodjo, 2012).

4.10.2 Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini meliputi :

1. Analisa Univariat

Pada penelitian ini, peneliti menganalisa tingkat kecemasan pada anak

sebelum dan sesudah dilakukan aktifitas bermain origami dengan puzzle. Semua

karakteristik responden dalam penelitian ini seperti : usia, jenis kelamin, pada hari

rawat, tingkat kecemasan yaitu kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan

berat , kecemasan berat sekali berbentuk kategori yang dianalisis menggunakan

analisa proporsi dan dituangkan dalam tabel distribusi frekuensi.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan

terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan

anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi. Akan dilakukan uji normalitas

data. Apabila data berdistribusi normal memakai Uji Dependent T-Test

danIndependent T-Test. Apabila data berdistribusi tidak normal memakai Uji

Wilcoxon dan Uji Mann Whitney.

1. Untuk menganalisa perbedaan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6

tahun) sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain origami digunakan Uji

Dependent T-Test

Page 63: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

43

2. Untuk menganalisa perbedaan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6

tahun) sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain puzzle digunakan Uji

Dependent T-Test

3. Untuk menganalisis perbedaan terapi bermain origami dengan terapi bermain

puzzle terhadap tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun)

digunakan Uji Independent T-Test

Interpretasi data dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu jika nilai

signifikansi < 0,05 berarti ada perbedaan yang signifikansi antara sebelum dan

sesudah perlakuan, sebaliknya jika nilai signifikansi > 0,05 berarti tidak ada

perbedaan yang signifikansi antara sebelum dan sesudah perlakuan. Itu berarti dari

hasil statistik akan didapatkan nilai signifikansi yang menunjukan bahwa jika nilai

signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak dan sebaliknya jika nilai

signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak Ha diterima (Dahlan, 2011). Syarat distribusi

normal dengan melakukan uji normalitas di SPSS.Statistik nonparametrik

digunakan jika pengujian data menunjukkan bahwa salah satu atau beberapa

asumsi yang mendasari uji statistik parametrik tidak terpenuhi (misalnya sifat

distribusi data).

4.11 Etika Penelitian

Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan atau kelompok apapun, manusia

tidak terlepas dari etika atau moral. Demikian juga dalam kegiatan keilmuan yang

berupa penelitian, manusia sebagai pelaku penelitian dengan manusia lain sebagai

objek penelitian juga tidak terlepas dari etika atau sopan santun. Dalam

Page 64: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

44

hubungannya antara kedua belah pihak, masing-masing terikat dalam hak dan

kewajibannya. Pelaku penelitian atau peneliti dalam menjalankan tugas meneliti

atau melakukan penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah (scientific

attitude) serta berpegang teguh pada etika penelitian meskipun mungkin

penelitian yang dilakukan tidak akan merugikan atau membahayakan bagi subjek

penelitian.

1. Prinsip Kerahasiaan (Confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan indivudu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk

tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu,

peneliti tidak menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan

identitas subjek. Peneliti cukup menggunakan coding sebagai pengganti identitas

responden.

2. Prinsip Keadilan dan Keterbukaan (Respect for Justice and inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga dengan kejujuran, keterbukaan,

dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan perlu dikondisikan, sehingga memenuhi

prinsip keterbukaan, yaitu dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip

keadilan ini menjamin bahwa semua subjek peneliti memperoleh perlakuan dan

keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis, dan sebagainya.

3. Prinsip Manfaat (Benefit)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin

bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti

berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek. Oleh sebab itu,

Page 65: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

45

pelaksanaan penelitian ini harus dapat mencegah atau paling tidak mengurangi

rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian subjek penelitian.

Page 66: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

46

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD dr. Soeroto Ngawi yang terletak di Jl.

Dr. Wahidin No. 27, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi. Penelitian ini

dilakukan di Ruang Bougenvile RSUD dr. Seoroto Ngawi. Ruang Bougenvile

adalah ruang rawat inap anak yang terletak disebelah kanan Ruang Teratai dan

sebelah kiri Ruang Melati. Ruang Bougenvile memiliki kapasitas 10 ruangan

dengan 28 tempat tidur dan di desain bernuansa menyenangkan, karena terdapat

bermacam-macam gambar animasi atau kartun favorit anak sehingga Ruang

Bougenvile cocok untuk pasien anak. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 28

Mei – 26 Juni . Pada periode tanggal 28 Mei – 26 Juni jumlah pasien anak yang

dirawat di Ruang Bougenvile RSUD dr. Soeroto Ngawi mencapai 57 anak,

sedangkan jumlah anak usia prasekolah yang dirawat mencapai 38 anak. Dalam

penelitian ini peneliti menyaring dari 38 anak usia prasekolah menjadi 22 anak

untuk menjadi sampel dalam penelitian.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini jumlah sampel adalah 22 responden yang terdiri dari 11

responden kelompok terapi bermain origami dan 11 responden kelompok terapi

bermain puzzle. Pemilihan responden dilaksanakan dengan memilih responden

sesuai dengan kriteria inklusi, kemudian meminta izin kepada keluarga atau orang

tua pasien, dan diberikan penjelasan tentang penelitian meliputi tujuan dan

Page 67: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

47

manfaat dari penelitian yang akan dilakukan, apabila keluarga atau orang tua anak

tersebut bersedia memberikan ijin untuk anaknya menjadi responden dalam

penelitian ini maka keluarga atau orang tua pasien menandatangani lembar

persetujuan (inform consent). Dalam penelitian ini peneliti memberikan intervensi

berupa terapi bermain origami dan terapi bermain puzzle untuk responden yang

menjalani hospitalisasi, terapi bermain origam diberikan selama 2 kali dalam 2

hari untuk menurunkan tingkat kecemasan anak. Begitu juga dengan terapi

bermain puzzle. Adapun hasil penelitian disajikan dalam deskriptif data, tabel

yang meliputi karakteristik responden, analisa univariat dan hasil analisa bivariat

sebagai berikut :

5.2.2 Data Umum

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Anak Usia Prasekolah Kelompok

Terapi Bermain Origami Dengan Terapi Bermain Puzzle Berdasarkan

Jenis Kelamin di Ruang Bougenvile RSUD dr. Soeroto Ngawi Bulan

Mei-Juni 2018 (n = 22)

Jenis

Kelamin

Kelompok Terapi Bermain

Origami

Kelompok Terapi Bermain

Puzzle

Frekuensi (f) Prosentase(%) Frekuensi (f) Prosentase (%)

Laki-laki 5 45.5 6 54.5

Perempuan 6 54.5 5 45.5

Total 11 100 11 100

Sumber : Data Penelitian 2018

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 11 responden kelompok terapi bermain

origami sebagian besar adalah berjenis kelamin perempuan sejumlah 6 orang (

54,5%). Sedangkan pada kelompok terapi bermain puzzle sebagian besar berjenis

kelamin laki-laki dengan jumlah 6 orang (54,5%).

Page 68: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

48

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.2 Deskripsi Tendensi Sentral Usia Responden Kelompok Terapi Bermain

Origami dan Kelompok Terapi Bermain Puzzle di Ruang Bougenvile

RSUD dr. Soeroto Ngawi Bulan Mei-Juni 2018 (n = 22)

Kelompok Mean Median Modus Min – Max SD CI – 95%

Origami 4.00 4.00 4 3 – 5 0.774 3.47 – 4.52

Puzzle 4.81 5.00 6 3 – 6 1.167 4.03 – 5.60

Sumber : Data Penelitian 2018

Berdasarkan data tabel 5.2 diatas dapat dilihat usia anak pada kelompok

origami dan kelompok puzzle rata-rata usianya 4 tahun dan 5 tahun. Pada

kelompok origami usia terbanyak adalah 4 tahun dan 6 tahun untuk kelompok

puzzle.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pada Hari Rawat

Tabel 5.3 Tendensi Sentral Responden Kelompok Terapi Bermain Origami dan

Kelompok Terapi Bermain Puzzle di Ruang Bougenvile RSUD dr.

Soeroto Ngawi 2018 (n = 22)

Pada Hari

Rawat

Mean Median Modus Min – Max SD CI – 95%

Kelompok

Origami 1.00 2.00 1.00 1– 3 1.000 1.32 – 2.67

Kelompok

Puzzle 1.45 1.00 1.45 1– 3 0.687 .99 – 1.19

Sumber : Data Penelitian 2018

Berdasarkan data tabel 5.3 diatas dapat dilihat berdasarkan pada hari rawat,

pasien anak paling banyak dirawat pada hari ke 1 untuk kelompok origami dan

juga kelompok puzzle .

5.2.3 Data Khusus

Setelah dilakukan uji normalitas data diketahui data berdistribusi normal,

sehingga dalam menganalisis data menggunakan uji parametrik yaitu dengan

menggunakan uji Paired t test untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan

pada anak prasekolah dalam menghadapi hospitalisasi yang telah diberikan terapi

Page 69: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

49

bermain origami dan puzzle serta menggunakan uji Independent t test untuk

mengetahui perbedaan terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle

terhadap tingkat kecemasan anak prasekolah dalam menghadapi hospitaslisasi.

5.2.3.1 Analisa Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah

(3-6 Tahun) Dalam Menghadapi Hospitalisasi Sebelum dan Sesudah

Diberikan Terapi Bermain Origami

Tabel 5.4 Analisa perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan

terapi bermain origami pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam

menghadapi hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto Ngawi.

Tingkat

kecemasan

Mean Min – Max SD CI-95% P- value

Pre – test 27.36 22-35 4.105 24.60-30.12 .000

Post – test 20.27 14-26 3.875 17.66-22.87

Sumber : Data Penelitian 2018

Berdasarkan data tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa tingkat kecemasan

pada kelompok origami mengalami penurunan tingkat kecemasan sebelum

diberikan terapi bermain origami didapatkan mean 27.36 (kecemasan sedang),

sesudah diberikan intervensi didapatkan mean 20.27 (kecemasan ringan).

Diperoleh p-value = .000 (p< α 0.05) sehingga H0 ditolak, yang artinya terdapat

perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain origami

terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah di RSUD dr. Soeroto Ngawi.

Page 70: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

50

5.2.3.2 Analisa Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah

(3-6 Tahun) Dalam Menghadapi Hospitalisasi Sebelum dan Sesudah

Diberikan Terapi Bermain Puzzle

Tabel 5.5 Analisa perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan

terapi bermain puzzle pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam

menghadapi hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto Ngawi.

Tingkat

kecemasan

Mean Min – Max SD CI-95% P- value

Pre – test 26.54 21-36 5.164 23.07-30.01 .001

Post – test 20.09 14-27 3.935 17.44-22.73

Sumber : Data Penelitian 2018

Berdasarkan data tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa tingkat kecemasan

pada kelompok puzzle mengalami penurunan tingkat kecemasan sebelum

diberikan terapi bermain puzzle didapatkan mean 26.54 (kecemasan sedang),

sesudah diberikan intervensi didapatkan mean 20.09 (kecemasan ringan).

Diperoleh p-value = .001 (p< α 0.05) sehingga H0 ditolak, yang artinya terdapat

perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain puzzle

terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah di RSUD dr. Soeroto Ngawi.

5.2.3.3 Perbedaan Terapi Bermain Origami dengan Terapi Bermain Puzzle

Terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun)

dalam Menghadapi Hospitalisasi

Untuk mengetahui ada perbedaan mean yang bermakna antara kelompok

origami dan kelompok puzzle selanjutnya dilakukan uji Independent t-test. Hasil

uji Independent t-tes perbedaan terapi bemain origami dengan terapi bermain

puzzle di Ruang Bougenvile RSUD dr. Soeroto Ngawi dijelaskan pada tabel

dibawah ini :

Page 71: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

51

Tabel 5.6 Hasil Uji independent t-test Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia

Prasekolah di Ruang Bougenvile RSUD dr. Soeroto Ngawi

Selisih Mean SD Tes Levene Tingkat kecemasan antara 2

kelompok Equal Variances

Not Assumed Sig (2-tailed)

Kelompok

Origami

7.09 3.360

0.129 0.317 Kelompok

Puzzle

6.45 4.655

Sumber : Data Penelitian 2018

Berdasarkan data tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa p-value= 0.317 (p> α

0.05) sehingga H0 diterima, yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle terhadap penurunan

tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam menghadapi

hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto Ngawi.

5.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan kuesioner terhadap responden

pada bulan Mei sampai Juni 2018 dan setelah diolah, maka peneliti akan

membahas mengenai perbedaan terapi bermain origami dengan terapi bermain

puzzle terhadap tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam

menghadapi hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto Ngawi.

5.3.1 Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Sebelum dan

Sesudah Diberikan Terapi Bermain Origami

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa hasil uji statistik menggunakan

uji Paired t-test didapatkan p-value= 0.000 (p< α 0.05) sehingga H0 ditolak.

Artinya terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan terapi

bermain origami terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia

Page 72: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

52

prasekolah (3-6 tahun) dalam menghadapi hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto

Ngawi. Penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Ririn

Halimatus Sa’diah (2014) yang berjudul “Pengaruh Terapi Bermain Origami

terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak Prasekolah dengan Hospitalisasi di

Ruang Aster RSD dr. Soebandi Jember”.

Stressor utama kecemasan pada anak prasekolah selama hospitaliasi adalah

perpisahan, kehilangan kendali, cidera tubuh dan nyeri. Kecemasan menimbulkan

respon fisiologis dan psikologis. Kecemasan yang dialami anak prasekolah selama

hospitalisasi jika tidak segera ditangani akan menghambat proses kesembuhan

anak. Proses kesembuhan terhambat karena anak menolak perawatan dan

pengobatan yang sedang dijalani (tidak kooperatif). Anak yang mengalami

kecemasan selama hospitalisasi akan berusaha menolak makan, minum dan sulit

tidur sehingga membuat kondisi anak menjadi lebih buruk. Kecemasan yang terus

menerus mengakibatkan tubuh menghasilkan hormon yang menyebabkan

kerusakan pada seluruh tubuh termasuk menurunkan sistem imun (Putra, 2011).

Hasil penelitian ini diketahui anak usia prasekolah yang mengalami

kecemasan di Ruang Bougenvile RSUD dr. Soeroto Ngaawi adalah anak yang

berusia 3 sampai 6 tahun. Reaksi anak terhadap cemas dipengaruhi oleh usia

perkembangan (Wong, 2008). Seseorang yang mempunyai usia lebih muda

ternyata lebih mudah mengalami gangguan kecemasan daripada seseorang yang

lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya (Stuart, 2006). Hasil dari

tabel 5.4 bahwa rentang kecemasan sebelum diberikan terapi bermain origami

Page 73: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

53

didapatkan mean 27.36 (kecemasan sedang). Sedangkan setelah diberikan terapi

bermain origami didapatkan mean 20.27 (kecemasan ringan).

Penelitian ini sejalan dengan teori Stuart (2006) yang menyatakan bahwa

peran perawat dalam meminimalkan kecemasan pada anak prasekolah sangatlah

diperlukan agar anak berperilaku kooperatif. Jika anak tidak kooperatif (menolak

tindakan) dapat menghambat proses kesembuhan. Intervensi keperawatan yang

dapat diberikan untuk mengurangi kecemasan pada anak prasekolah dapat berupa

terapi bermain origami. Terapi bermain origami merupakan terapi yang efektif

untuk menurunkan kecemasan, merupakan suatu kegiatan melipat kertas menjadi

suatu bentuk atau gambaran dengan menggerakkan tangan sambil berfikir

(Kobayashi, 2008). Terapi bermain origami dapat menurunkan kecemasan

dikarenakan melalui terapi bermain origami anak dapat membuat berbagai bentuk

dari hasil melipat kertas, anak akan merasa bangga dan puas dengan apa yang

dihasilkannya.

5.3.2 Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Sebelum dan

Sesudah Diberikan Terapi Bermain Puzzle

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa hasil uji statistik menggunakan

uji Paired t-test didapatkan p-value= 0.001 (p< α 0.05) sehingga H0 ditolak.

Artinya terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan terapi

bermain puzzle terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah

(3-6 tahun) dalam menghadapi hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto Ngawi.

Page 74: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

54

Penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Winda

Fitriani (2017) dengan judul “Terapi Bermain Puzzle Terhadap Penurunan

Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Praseolah (3-6 Tahun) yang Menjalani

Kemoterapi di Ruang Hematologi Onkologi Anak” yang rata-rata dari 14

responden yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 10 responden (71,4%)

setelah diberikan terapi bermain puzzle menjadi 4 responden (28,6%) dengan

kecemasan ringan.

Anak usia prasekolah biasanya mengalami separation anxiety atau

kecemasan karena perpisahan karena harus berpisah dengan lingkungan rumah,

permainan dan teman sepermainannya. Kecemasan terbesar pada anak usia

prasekolah adalah terjadinya perlukaan dibagian tubuhnya. Hal ini disebabkan

karena keterbatasan pemahaman anak mengenai tubuh. Dampaknya jika tidak

segera ditangani akan membuat anak menolak perawatan sehingga berpengaruh

terhadap lamanya hari rawat dan memperberat kondisi penyakit anak (Widianti,

2011).

Dalam penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar anak usia prasekolah

yang mengalami kecemasan di Ruang Bougenvile RSUD dr. Soeroto Ngawi

adalah anak yang dirawat pada hari ke 1 sejumlah 12 anak. Pada hari pertama

perawatan, anak tersebut belum dapat beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit

dan membutuhkan cukup waktu untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang

baru. Hasil dari tabel 5.5 bahwa rentang kecemasan sebelum diberikan terapi

bermain puzzle didapatkan mean 26.54 (kecemasan sedang). Sedangkan setelah

diberikan terapi bermain puzzle didapatkan mean 20.09 (kecemasan ringan).

Page 75: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

55

Penelitian ini sejalan dengan teori Ball (2012) yang menyatakan bahwa

puzzle merupakan permainan yang dapat memfasilitasi permainan asosiatif

dimana pada usia prasekolah anak senang bermain dengan anak lain sehingga

puzzle dapat dijadikan sarana bermain anak sambil bersosialisasi. Saat anak

bermain, maka perhatian anak akan teralihkan dari kecemasan yang dirasakannya.

Bermain puzzle juga bermanfaat untuk membantu meningkatkan ketrampilan

motorik halus pada anak (Mutiah, 2015).

Terapi bermain puzzle dapat menurunkan kecemasan dikarenakan melalui

terapi bermain puzzle anak akan lebih nyaman dan rileks ketika berada di rumah

sakit. Anak juga dapat mengekspresikan perasaannya seperti, cemas, takut, tegang

dan sedih.

5.3.3 Perbedaan Terapi Bermain Origami dengan Terapi Bermain Puzzle

terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun)

Berdasarkan data tabel 5.6 Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji

statistik Independent t-testuntuk melihat perbedaan antara kelompok terapi

bermain origami dan terapi bermain puzzle. Hasil tes Levene menunjukkan p value

= 0.129 yang berarti varian data tidak homogen (p = 0.129 > α 0,05), sedangkan

perbedaan antara kelompok terapi bermain origami dan kelompok terapi bermain

puzzle menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan di antara dua kelompok

(p = 0.317 > α 0,05) sehingga H1 ditolak, berarti tidak terdapat perbedaan untuk

tingkat kecemasan responden yang mendapatkan terapi bermain origami dan

terapi bermain puzzle.

Page 76: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

56

Tidak adanya perbedaan terapi bermain origami dengan terapi bermain

puzzle terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekola (3-6 tahun), hal ini

disebabkan karena kedua terapi tersebut sama – sama efektif untuk menurunkan

tingkat kecemasan anak prasekolah (3-6 tahun). Kedua terapi tersebut sama-sama

membuat anak merasa nyaman dimana tubuh akan mengeluarkan hormon

endorphin yang mempengaruhi suasana hati. Hormon endorphin adalah hormon

yang diproduksi oleh bagian hipotalamus di otak. Hormon ini menyebabkan otot

menjadi rileks sehingga pasien menjadi tenang, stressor kecemasan anak

prasekolah dapat diatasi maka kecemasan dapat menurun. Bermain di rumah sakit

bermanfaat sebagai peralihan (distraksi) dan relaksasi sehingga anak merasa lebih

aman ketika berada dilingkungan asing (Wong, 2004). Selain itu,dengan kedua

terapi bermain tersebut anak dapat mengekspresikan perasaan cemas, takut,

tegang dan sedih yang dialaminya.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ririn Halimatus Sa’diah

(2014) “Pengaruh Terapi Bermain Origami terhadap Tingkat Kecemasan pada

Anak Prasekolah dengan Hospitalisasi di Raung Aster RSD dr. Soebandi Jember”

dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Winda Fitriani (2017) “Terapi

Bermain Puzzle terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Anak Usia

Prasekolah (3-6 Tahun) yang Menjalani Kemoterapi di Ruang Hematologi

Onkologi Anak”. Secara umum, hasil penelitan ini sejalan dengan teori Astarani

(2017) dalam bukunya yang berjudul “Hospitalisasi dan Terapi Bermain Anak”

yang menyatakan bahwa terapi bermain merupakan salah satu aspek penting dari

kehidupan anak dan salah satu alat paling efektif untuk mengatasi stres anak

Page 77: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

57

ketika dirawat di rumah sakit. Anak- anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa

takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stres.

5.3.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengakui banyak adanya

kelemahan dan kekurangan sehingga memungkinkan hasil yang ada belum

optimal atau bisa dikatakan belum sempurna. Setiap penelitian pasti memiliki

hambatan dalam proses pelaksanaannya, dalam penelitian ini memiliki beberapa

keterbatasan yaitu :

1. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien anak usia prasekolah (3–6 tahun),

dimana dalam kondisi tertentu tingkat emosional anak dapat berubah-ubah, dan

ada saatnya kondisi gawat darurat seperti saat anak menangis atau kondisi anak

yang gawat sehingga kegiatan penelitian harus segera diakhiri, sikap kooperatif

anak sangat dibutuhkan karena hal tersebut akan sangat mempengaruhi hasil dari

penelitian.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Bougenvile RSUD dr. Soeroto Ngawi,

dimana pada Ruang Bougenvile tidak terdapat ruangan untuk bermain anak.

Sehingga saat pemberian intervensi untuk responden, peneliti harus memberikan

intervensi di dalam ruangan atau di bagian luar kamar pasien yang mengakibatkan

tidak efektif dalam pemberian intervensi. Sehingga diharapkan rumah sakit dapat

menyediakan tempat atau ruangan bermain sendiri untuk pasien anak yang

mengalami hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto Ngawi.

Page 78: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

58

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian, pengujian hipotesis serta hasil

penelitian yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini

peneliti menarik kesimpulan dari penelitian ini yaitu :

1. Rata- rata tingkat kecemasan anak sebelum diberikan terapi bermain origami di

RSUD dr. Soeroto Ngawi adalah 27.36 (kecemasa sedang) dan setelah

diberikan terapi bermain origami adalah 20.27 (kecemasan ringan). Ada

pengaruh atau perbedaan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah

sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain origami (p-value=0.000).

2. Rata-rata tingkat kecemasan sebelum diberikan terapi bermain puzzle di RSUD

dr. Soeroto Ngawi adalah 26.54 (kecemasan sedang) dan setelah diberikan

terapi bermain origami adalah 20.09 (kecemassan ringan). Ada pengaruh atau

perbedaan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah sebelum dan sesudah

diberikan terapi bermain puzzle (p-value=0.001).

3. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara terapi bermain origami dengan

terapi bermain puzzle dalam menurunkan tingkat kecemasan pada anak

prasekolah dalam menghadapi hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto Ngawi (p-

value= 0. 317)

6.2 Saran

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, maka penulis ingin

menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :

Page 79: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

59

1. Bagi Perawat Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif terapi untuk menurunkan

kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia pra sekolah dan memberikan

pengetahuan bahwa terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle perlu

dilaksanakan untuk mendukung proses penyembuhan.

2. Bagi Mahasiswa Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi yang ada dan

meningkatkan pengetahuan mahasiswa di bidang keperawatan anak khususnya

mahasiswa program studi ilmu keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai data dasar dan pembanding untuk penelitian

selanjutnya dalam melaksanakan penelitian yang berhubungan dengan terapi

bermain dalam mengatasi kecemasan pada anak akibat hospitalisasi.

4. Bagi Orang Tua dan Masyarakat

Dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mengatasi masalah kecemasan anak

saat menjalani perawatan di rumah sakit maupun saat sakit dirumah.

Page 80: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

60

DAFTAR PUSTAKA

Alini. 2017. Pengaruh Terapi Bermain Plastisin (Playdought) Terhadap

Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Yang Mengalami

Hospitalisasi Di Ruang Perawatan Anak RSUD Bangkinang Tahun 2017.

Jurnal. Fakultas Ilmu Kedokteran. Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

Diakses 23 Desember 2017 (16:04).

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Astarani, K. 2017. Hospitalisasi & Terapi Bermain Pada Anak. Nganjuk : Adjie

Media Nusantara.

Ball. 2012. Principles of Pediatric Nursing Caring for Children fifth edition. New

Jersey: Pearson.

Basford, L. 2006. Teori dan Praktik Keperawatan: Pendekatan Integral pada

Asuhan Pasien. Jakarta: EGC.

Dahlan. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5. Jakarta :

Salemba Medika.

Dayani,N. E . 2015.Terapi Bermain Clay Terhadap Kecemasan Pada Anak Usia

Prasekolah (3-6 Tahun) Yang Menjalani Hospitalisasi Di RSUD

Banjarbaru, (DK Vol.3, No. 2, September 2015). Jurnal. Fakultas

Kedokteran. Universitas Lambung Mangkurat. Diakses 7 Desember 2017

(13:00).

Fitriani, W. 2017. Terapi Bermain Puzzle Terhadap Penurunan Tingkat

Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Yang Menjalani

Kemoterapi Di Ruang Hematologi Onkologi Anak. Jurnal. Fakultas

Kedokteran. Universitas Lambung Mangkurat. Diakses 22 Desember 2017

(17:00).

Hidayat, A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba

Medika.

Hockenberry& Wilson. 2009. Wong’s Essential Pediatric Nursing (Ninth ed).

Misouri: Elsevier Mosby.

Hurlock. 2000. Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta: EGC.

Page 81: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

61

Ilmiasih. 2012. Pengaruh Seragam Perawat: Rompi Bergambar terhadap

Kecemasan Anak Prasekolah Akibat Hospitalisasi. Tesis. Fakultas Ilmu

Keperawatan. Program Magister Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia.

Diakses 1 Januari 2018 (23:30).

Kobayashi. 2008. Membuat Pintar: Latihan Origami. Jakarta: PT. Grasindo.

Murniasih dan Rahmawati. 2007. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat

Kecemasan Akibat Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah di Bangsal L

RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jurnal Kesehatan Surya Medika

Yogyakarta. Diakses 1 Januari 2018 (20:00)

Muscari. 2005. Panduan Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Mutiah. 2015. Psikolog Bermain Anak Usia Dini. Jakarta : Prenada Media.

Nelson. 2003. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak Edisi 1. Jakarta: Salemba

Medika.

. . 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika.

Patmonodewo, Soemiarti. 2008.Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka

Cipta.

Putra. 2011. Psikoneuroimunologi Kedokteran. Surabaya: AUP.

Rahmawati.2009. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kooperatif

Selama Menjalani Perawatan pada Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) di

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Surya Medika

Yogyakarta. Diakses 28 November 2017 (14:45).

Riyadi, S. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Satiadi. 2007. Konsep dan Penulisa Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha.

Sa’diah. 2014. Pengaruh Terapi Bermain Origami terhadap Tingkat Kecemasan

Anak Prasekolah dengan Hospitalisasi di Ruang Aster RSD dr. Soebandi

Jember ( The Effect of Origami Play Therapy toward Anxiety Level on

Preschool Age Children Hospitalization in Aster’s Room of RSD dr.

Soebandi Jember). Jurnal. Program Studi Ilmu Keperawatan. Universitas

Jember. Diakses 28 November 2017 (17:50).

Page 82: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

62

Small, L., Melynk, B, M., dan Arcoleo, K. S. 2009. The Effect of Gender on the

Coping Outcomes of Young Children Following an Unanticipated Critical

Care Hospitalization. Journal for Specialist in Pediatric Nursing, Vol 14

Issue 2, Pages 112-122. Diakses 28 November 2017 (17:45).

Sugiono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Sujatmiko. 2013. Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar terhadap Efek

Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah di Ruang Bougenvile RSUD Dr.

Soeroto Ngawi. Jurnal Kesehatan AIPTINAKES Jatim. Diakses 28

November 2017 (11:00).

Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Susilaningrum. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan

Bidan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Suyanto. 2010. Menghitung Besar Sampel Penelitian Kesehatan Masyarakat.

Universitas Diponegoro.

Stuart dan Sundeen, J. S. 2006. Buku Saku Keperawtan Jiwa. Jakarta: EGC.

Stuart dan Sudden. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Tsai. 2011. The Effect of Animal Assisted Therapy on Children’s Stress during

Hospitalization. Doctoral Disertasi of Phylosopy.

Vanfleet, Sywulak, dan Sniscak. 2010. Child- Centered Play Therapy. New York:

A Division of Guilford Publication., Inc.

Videbeck. 2008. Psychiatric Mental Health Nursing (Fourth ed). USA: Lippincott

Williams Wilkins.

Widianti. 2011. Pengaruh Senam Otak terhadap Kecemasan Akibat Hospitalisasi

pada Anak Usia Prasekolah di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Tesis.

Depok: Universitas Indonesia, 2011. Diakses 30 Desember 2017 (13:00).

Wong danWhaley. 1998. Essentials of Pediatric Nursing Fifth Edition. St. Louis:

Mosby Inc.

Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Volume 11). Jakarta: EGC.

Zellawati. 2011. Terapi Bermain Untuk Mengatasi Permasalahan pada Anak.

Majalah Ilmiah INFORMATIKA, 3. Diakses 1 Januari 2018 (09:30)

Page 83: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

63

Page 84: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

63

Lampiran 1

Page 85: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

64

Lampiran 2

Surat Ijin Penelitian

Page 86: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

65

Lampiran 3

Surat Keterangan Selesai Penelitian

Page 87: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

66

Lampiran 4

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,

Saya sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES

Bhakti Husada Mulia Madiun,

Nama : Sholikhatun Ummah

NIM : 201402013

Bermaksud melakukan penelitian tentang “Perbedaan Terapi Bermain

Origami dengan Terapi Bermain Puzzle terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak

Usia Prasekolah (3-6 Tahun) dalam Menghadapi Hospitalisasi di RSUD Dr.

Soeroto Ngawi ”. Sehubungan dengan ini, saya memohon kesediaan bapak/ ibu/

saudara/ saudari untuk menjadi responden dalam penelitian yang akan saya

lakukan. Kerahasiaan data bapak/ ibu/ saudara/ saudari akan sangat kami jaga dan

informasi yang kami dapatkan akan saya gunakan untuk kepentingan penelitian

ini.

Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya

ucapkan terima kasih.

Madiun, Juni 2018

Peneliti

Sholikhatun Ummah

NIM. 201402013

Page 88: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

67

Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, jaminan

kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang akan dilakukan oleh

mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

yang bernama Sholikhatun Ummah mengenai “Perbedaan Terapi Bermain

Origami dengan Terapi Bermain Puzzle terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak

Usia Prasekolah (3-6 Tahun) dalam Menghadapi Hospitalisasi di RSUD Dr.

Soeroto Ngawi” saya mengetahui bahwa informasi yang akan saya berikan ini

sangan bermanfaat bagi pengetahuan keperawatan di Indonesia. Untuk itu saya

akan memberikan data yang diperlukan dengan sebenar-benarnya. Demikian

pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sesuai keperluan.

Ngawi,Juni 2018

Orang Tua Responden

(.................................)

Page 89: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

68

Lampiran 6

Lembar Profil Responden

Petunjuk pengisian : Isilah data dibawah ini dengan lengkap dan berilah tanda

cek (√) pada kotak pilihan yang tersedia.

1. Nama :

2. Nomor Responden :

3. Jenis kelamin :

1. Laki-laki

2. Perempuan

4. Umur :

5. Lama perawatan :

Pengalaman masuk rumah sakit : Belum pernah

Sudah pernah ( ) sebutkan berapa

Kali

Page 90: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

69

Kuesioner Tingkat Kecemasan Anak

Petunjuk : Berilah tanda ( √ ) pada setiap kolom jawaban yang tersedia dibawah

ini dengan kondisi dan situasi yang anak anda alami berkaitan dengan selama

dirumah sakit.

Keterangan :

TP : Tidak Pernah : Nilai 0

KK : Kadang-kadang : Nilai 1

SR : Sering : Nilai 2

SL : Selalu : Nilai 3

NO Gejala Kecemasan TP KK SR SL

1. Saya melihat anak saya ketakutan

ketika berada di ruangan ini

2. Anak saya sering menangis dan

berteriak saat perawat mendekatinya

3. Saya melihat anak saya gemetar dan

gelisah menghadapi perawat di

ruangan ini

4. Saya melihat wajah anak saya pucat

ketika perawat menghampirinya

5. Saya melihat anak saya sedih saat

saya pergi meninggalkan dia dari

ruangan ini

6. Saya melihat anak saya takut saat

saya pergi dan tidak ada yang

melindunginya

7. Saya melihat anak saya merasa tidak

nyaman karena harus menginap dan

berada diruangan ini

8. Saya melihat anak saya tidak selera

makan ketika berada di ruangan ini

9. Saya merasa tangan anak saya dingin

dan lembab saat dia berada diruangan

ini

Page 91: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

70

10. Saya melihat anak saya lemas dan

tidak berdaya selama berada di

ruangan ini

11. Saya merasa anak saya sulit

berkonsentrasi selama berada

diruangan ini

12. Saya melihat anak saya gugup saat

berbicara dengan orang asing bagi

dirinya

13. Saya melihat anak saya sering

berkeringat dingin selama menjalani

perawatan diruangan ini

14. Saya melihat anak saya enggan dan

takutbersosialisasi dan berinteraksi

dengan teman sekamarnya

15. Saya melihat anak saya sering

terbangun saat malam hari karena

mimpi buruk

16. Saya melihat anak saya sering

terbangun dan sukar tidur kembali

Kuesioner oleh : Nur Aidar (2011) Total:

Page 92: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

71

Lampiran 7

Kisi- kisi Kuesioner Tingkat Kecemasan Anak

No. Parameter Soal Jumlah

Soal

1. Gejala sikap: takut, gelisah, sedih,

sulit konsentrasi, gugup, tegang.

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 14

9

2. Somatis: gangguan tidur, gemetar,

wajah pucat, hilang nafsu makan,

keringat dingin

9, 10, 11, 12, 13, 15, 16 7

Jumlah Total Soal 16

Page 93: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

72

Lampiran 8

SATUAN ACARA BERMAIN

TERAPI BERMAIN ORIGAMI

Pengertian Suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi kecemasan pada

anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi dengan cara

memberikan terapi bermain origami.

Tujuan 1. Tujuan umum :

Setelah mengikuti kegiatan bermain, anak dapat

menunjukan rasa percaya diri serta mengurangi

kecemasan, stress dan kebebasan anak selama di rumah

sakit.

2. Tujuan khusus :

a. Mengatasi kecemasan pada anak usia prasekolah yang

mengalami hospitalisasi

b. Dapat mengembangkan imajinasi anak

c. Dapat meningkatkan kreaktivitas anak

d. Meningkatkan kemampuan motorik halus melalui

bermain origami

e. Membina sosialisasi anak dengan teman sebaya,

perawat dan orang tua

Indikasi 1. Anak yang mengalami kecemasan akibat hospitalisasi

2. Anak yang menjalani perawatan pada hari rawat 1, 2, 3

hari

Langkah-langkah

I. Tahap Pra Interaksi

Persiapan Alat :

1. Kertas lipat (origami)

2. Spidol

II. Tahap Interaksi

Persiapan Pasien :

1. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga responden

2. Memberikan penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan

kepada responden dan keluarga responden

Page 94: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

73

3. Melakukan kontrak waktu

III. Tahap Kerja :

1. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.

2. Membagikan kertas lipat, spidol kepada responden dan memberi

petunjuk cara bermain origami seperti dibawah ini :

a. Siapkan kertas origami, lipat menjadi 2 bagian sama besar

secara mendatar (horizontal).

b. Buka lipatan kertas hasil langkah pertama, balik kertas,

kemudian lipat kembali secara mendatar pada sisi lainnya.

c. Buka lipatan hasil langkah ke 2, balik kertas, kemudian

lipat kertas menjadi 2 bagian sama besar secara diagonal.

d. Buka lipatan kertas hasil langkah ke 3, lipat kembali kertas

secara diagonal pada sisi lainnya.

e. Buka lipatan kertas dari langkah ke 4. Lipat kertas

mengikuti garis lipatan yang terbentuk.

f. Beri tanda “X” dan “Y”, lalu lipat dan pastikan sejajar

antara garis lipatan “X” dan “Y”.

g. Beri tanda “A” dan “B” pada sisi lainnya, kemudian lipat

dan pastikan sejajar .

h. Perhatikan tanda “X” dan “Y” kemudian lipat kembali dan

pastikan sisi “X” sejajar dengan garis lipatan “Y”.

i. Lipat kembali kertas (sisi “A” kearah kiri) dengan batasan

sisi “B”.

j. Balik kertas origami lalu beri lukisan agar terlihat lebih

cantik dan jelas

3. Mempersilahkan klien (anak) untuk melakukan permainan sendiri

atau dibantu (bermain dilakukan selama 20 menit)

4. Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga

5. Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan kegiatan

6. Mengobservasi emosi dan tingkat kecemasan responden

7. Meminta responden menceritakan apa yang dilakukan / dibuatnya

8. Menanyakan perasaan responden setelah bermain

9. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga tentang permainan

IV. Tahap Terminasi :

1. Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan

2. Menutup kegiatan dengan memberikan reward kepada responden

3. Salam penutup

Page 95: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

74

Lampiran 9

SATUAN ACARA BERMAIN

TERAPI BERMAIN PUZZLE

Pengertian Suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi kecemasan pada

anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi dengan cara

memberikan terapi bermain puzzle.

Tujuan 1. Tujuan umum :

Setelah mengikuti kegiatan bermain, anak dapat

menunjukan rasa percaya diri serta mengurangikecemasan,

stress dan kebebasan anak selama di rumah sakit.

2. Tujuan khusus :

f. Mengatasi kecemasan pada anak usia prasekolah yang

mengalami hospitalisasi

g. Dapat mengembangkan imajinasi anak

h. Dapat meningkatkan kreaktivitas anak

i. Meningkatkan kemampuan motorikhalus melalui

bermain puzzle

j. Membina sosialisasi anak dengan teman sebaya,

perawat dan orang tua

Indikasi 1. Anak yang mengalami kecemasan akibat hospitalisasi

2. Anak yang menjalani perawatan pada hari rawat 1, 2, 3

hari

Langkah-langkah

I. Tahap Pra Interaksi

Persiapan Alat :

1. Alat permainan puzzle (bongkar pasang)

II. Tahap Interaksi

Persiapan Pasien :

1. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga responden

2. Memberikan penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan

kepada responden dan keluarga responden

3. Melakukan kontrak waktu

Page 96: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

75

III. Tahap Kerja :

1. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.

2. Membagikan alat permainan puzzle (bongkar pasang)

3. Letakkan puzzle di depan responden (bermian dilakukan selama

20 menit)

4. Pisahkan setiap kepingan atau potongan puzzle

5. Memberi contoh pada responden cara menyusun puzzle

6. Apabila responden masih ingin bermain, ulangi lagi permainan

dengan puzzle yang lain

7. Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga

8. Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan kegiatan

9. Mengobservasi emosi dan tingkat kecemasan responden

10. Meminta responden menceritakan apa yang dilakukan / dibuatnya

11. Menanyakan perasaan responden setelah bermain

12. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga tentang permainan

IV. Tahap Terminasi :

1. Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan

2. Menutup kegiatan dengan memberikan reward kepada responden

3. Salam penutup

Page 97: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

76

Lampiran 10

Lembar Konsul

Page 98: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

Lampiran 11 LEMBAR OBSERVASI

KELOMPOK ORIGAMI

No. Nama Usia Jenis

kelamin

Hari

perawatan

Skala kecemasan

sebelum

diberikan

perlakuan

Perlakuan I Perlakuan II

Skala kecemasan

sesudah diberikan

perlakuan ke II

1 An. S 4 thn L Ke 3 28 √ √ 21

2 An. P 3 thn P Ke 2 25 √ √ 16

3 An. P 4 thn L Ke 1 22 √ √ 20

4 An. R 4 thn L Ke 1 27 √ √ 20

5 An. H 3 thn L Ke 1 33 √ √ 26

6 An. A 5 thn P Ke 1 22 √ √ 17

7 An. P 4 thn P Ke 1 28 √ √ 22

8 An. H 3 thn L Ke 3 35 √ √ 25

9 An. A 4 thn P Ke 3 29 √ √ 27

10 An. P 5 thn P Ke 3 24 √ √ 20

11 An. D 5 thn P Ke 3 28 √ √ 24

Page 99: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

78

Lampiran 12

LEMBAR OBSERVASI

KELOMPOK PUZZLE

No. Nama Usia Jenis

kelamin

Hari

perawatan

Skala kecemasan

sebelum

diberikan

perlakuan

Perlakuan I Perlakuan II

Skala kecemasan

sesudah diberikan

perlakuan ke II

1 An. I 3 thn L Ke 3 26 √ √ 20

2 An. L 3 thn P Ke 1 21 √ √ 18

3 An. K 4 thn L Ke 1 30 √ √ 26

4 An. J 4 thn L Ke 1 36 √ √ 21

5 An. H 5 thn L Ke 1 27 √ √ 16

6 An. A 5 thn L Ke 1 28 √ √ 27

7 An. P 5 thn P Ke 1 21 √ √ 14

8 An. I 6 thn L Ke 1 25 √ √ 17

9 An. M 6 thn P Ke 2 23 √ √ 20

10 An. H 6 thn P Ke 2 34 √ √ 22

11 An. S 6 thn P Ke 1 21 √ √ 20

Page 100: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

79

Lampiran 13

Tabulasi Data Kelompok Origami

Pre-test

Nama Usia jenis

kelamin

hari

perawatan

pengalaman

mrs

frekuensi

mrs

soal

1

soal

2

soal

3

soal

4

soal

5

soal

6

soal

7

soal

8

soal

9

soal

10

soal

11

soal

12

soal

13

soal

14

soal

15

soal

16

Pre-

test Keterangan

An. S 4 thn laki-laki Ke 3 tidak pernah 0 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 1 1 28 cemas berat

An. P 3 thn perempuan Ke 2 tidak pernah 0 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 3 2 2 25 cemas sedang

An. P 4 thn laki-laki Ke 1 tidak pernah 0 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 22 cemas sedang

An. R 4 thn laki-laki Ke 1 tidak pernah 0 1 1 1 2 2 2 3 2 3 1 2 1 2 1 1 1 27 cemas sedang

An. H 3 thn laki-laki Ke 1 tidak pernah 0 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 1 1 33 cemas berat

An. A 5 thn perempuan Ke 1 tidak pernah 0 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 22 cemas sedang

An. P 4 thn perempuan Ke 1 tidak pernah 0 3 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 28 cemas berat

An. H 3 thn laki-laki Ke 3 tidak pernah 0 2 2 2 1 1 3 2 2 3 2 3 1 3 1 3 3 35 cemas berat

An. A 4 thn perempuan Ke 3 tidak pernah 0 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 29 cemas berat

An. P 5 thn perempuan Ke 3 Pernah 1 3 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 24 cemas sedang

An. D 5 thn perempuan Ke 3 tidak pernah 0 2 2 2 1 2 3 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 28 cemas berat

Page 101: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

80

Post-test

Nama Usia jenis

kelamin

hari

perawatan

pengalaman

mrs

frekuensi

mrs

soal

1

soal

2

soal

3

soal

4

soal

5

soal

6

soal

7

soal

8

soal

9

soal

10

soal

11

soal

12

soal

13

soal

14

soal

15

soal

16

Post-

test Keterangan

An. S 4 thn laki-laki 2 hari tidak pernah 0 0 0 1 1 1 1 2 2 0 3 0 3 2 0 2 3 21 cemas sedang

An. P 3 thn perempuan 2 hari tidak pernah 0 1 1 2 2 0 0 0 0 2 1 2 1 1 1 1 1 16 cemas ringan

An. P 4 thn laki-laki 4 hari tidak pernah 0 1 2 1 1 2 2 2 0 1 2 1 1 1 2 2 0 20 cemas ringan

An. R 4 thn laki-laki 4 hari tidak pernah 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 20 cemas ringan

An. H 3 thn laki-laki 2 hari tidak pernah 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 26 cemas sedang

An. A 5 thn perempuan 2 hari tidak pernah 0 0 1 1 1 2 2 1 1 0 0 2 2 2 0 2 0 17 cemas ringan

An. P 4 thn perempuan 2 hari tidak pernah 0 1 2 2 1 2 2 1 2 2 3 2 0 2 0 0 0 22 cemas sedang

An. H 3 thn laki-laki 3 hari tidak pernah 0 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 25 cemas sedang

An. A 4 thn perempuan 2 hari tidak pernah 0 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 27 cemas sedang

An. P 5 thn perempuan 2 hari Pernah 1 1 1 0 1 2 2 2 2 2 2 1 0 1 0 0 0 20 cemas ringan

An. D 5 thn perempuan 2 hari tidak pernah 0 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 0 1 24 cemas sedang

Page 102: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

81

Lampiran 14

Tabulasi Data Kelompok Puzzle

Pre-test

Nama Usia jenis

kelamin

hari

perawatan

pengalaman

mrs

frekuensi

mrs

soal

1

soal

2

soal

3

soal

4

soal

5

soal

6

soal

7

soal

8

soal

9

soal

10

soal

11

soal

12

soal

13

soal

14

soal

15

soal

16

Pre-

test Keterangan

An. I 3 thn laki-laki Ke 3 tidak pernah 0 3 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 26 cemas sedang

An. L 3 thn perempuan Ke 1 tidak pernah 0 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 21 cemas sedang

An. K 4 thn laki-laki Ke 1 tidak pernah 0 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 1 3 2 2 2 30 cemas berat

An. J 4 thn laki-laki Ke 1 pernah 1 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1 2 3 1 3 36 cemas berat

An. H 5 thn laki-laki Ke 1 tidak pernah 0 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 27 cemas sedang

An. A 5 thn laki-laki Ke 1 tidak pernah 0 3 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 28 cemas berat

An. P 5 thn perempuan Ke 1 pernah 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 21 cemas sedang

An. I 6 thn laki-laki Ke 1 tidak pernah 0 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 25 cemas sedang

An. M 6 thn perempuan Ke 2 tidak pernah 0 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 23 cemas sedang

An. H 6 thn perempuan Ke 2 tidak pernah 0 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 34 cemas berat

An. S 6 thn perempuan Ke 1 tidak pernah 0 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 21 cemas sedang

Page 103: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

82

Post-test

Nama Usia jenis

kelamin

hari

perawatan

pengalaman

mrs

frekuensi

mrs

soal

1

soal

2

soal

3

soal

4

soal

5

soal

6

soal

7

soal

8

soal

9

soal

10

soal

11

soal

12

soal

13

soal

14

soal

15

soal

16

Post-

test Keterangan

An. I 3 thn laki-laki 2 hari tidak pernah 0 0 1 1 2 3 3 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 20 cemas ringan

An. L 3 thn perempuan 2 hari tidak pernah 0 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 3 2 2 2 2 28 cemas berat

An. K 4 thn laki-laki 4 hari tidak pernah 0 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 26 cemas sedang

An. J 4 thn laki-laki 4 hari pernah 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 21 cemas sedang

An. H 5 thn laki-laki 2 hari tidak pernah 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 1 2 1 1 1 1 16 cemas ringan

An. A 5 thn Laki-laki 2 hari tidak pernah 0 1 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 0 27 cemas sedang

An. P 5 thn perempuan 2 hari pernah 1 1 1 1 1 2 1 2 0 0 0 2 2 0 1 0 0 14 cemas ringan

An. I 6 thn laki-laki 3 hari tidak pernah 0 1 1 0 2 1 2 0 2 1 0 1 1 1 1 2 0 17 cemas ringan

An. M 6 thn perempuan 2 hari tidak pernah 0 2 2 2 1 1 2 2 2 1 0 0 0 2 1 1 1 20 cemas sedang

An. H 6 thn perempuan 2 hari tidak pernah 0 0 0 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 0 1 22 cemas sedang

An. S 6 thn perempuan 2 hari tidak pernah 0 2 2 2 1 2 0 2 2 1 0 2 2 0 0 2 0 20 cemas sedang

Page 104: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

83

Lampiran 15

Tendensi Sentral Usia Anak Prasekolah

Kelompok Origami dan Kelompok Puzzle

Case Processing Summary

kelompok

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

usia_responden origami 11 100.0% 0 .0% 11 100.0%

puzzle 11 100.0% 0 .0% 11 100.0%

Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

usia_responden origami Mean 4.0000 .23355

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 3.4796

Upper Bound 4.5204

5% Trimmed Mean 4.0000

Median 4.0000

Variance .600

Std. Deviation .77460

Minimum 3.00

Maximum 5.00

Range 2.00

Interquartile Range 2.00

Skewness .000 .661

Kurtosis -1.111 1.279

puzzle Mean 4.8182 .35209

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 4.0337

Upper Bound 5.6027

Page 105: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

84

5% Trimmed Mean 4.8535

Median 5.0000

Variance 1.364

Std. Deviation 1.16775

Minimum 3.00

Maximum 6.00

Range 3.00

Interquartile Range 2.00

Skewness -.499 .661

Kurtosis -1.154 1.279

Page 106: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

85

Lampiran 16

Tendensi Sentral Pada Hari Rawat Anak Prasekolah

Kelompok Origami dan Kelompok Puzzle

Case Processing Summary

kelompok

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pada_hari_rawat origami 11 100.0% 0 .0% 11 100.0%

puzzle 11 100.0% 0 .0% 11 100.0%

Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

pada_hari_rawat origami Mean 2.0000 .30151

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1.3282

Upper Bound 2.6718

5% Trimmed Mean 2.0000

Median 2.0000

Variance 1.000

Std. Deviation 1.00000

Minimum 1.00

Maximum 3.00

Range 2.00

Interquartile Range 2.00

Skewness .000 .661

Kurtosis -2.333 1.279

puzzle Mean 1.4545 .20730

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound .9926

Upper Bound 1.9164

5% Trimmed Mean 1.3939

Page 107: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

86

Median 1.0000

Variance .473

Std. Deviation .68755

Minimum 1.00

Maximum 3.00

Range 2.00

Interquartile Range 1.00

Skewness 1.324 .661

Kurtosis .976 1.279

Page 108: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

87

Lampiran 17

Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Kelompok Origami dan Kelompok Puzzle

Statistics

kelompok terapi

bermain origami

kelompok terapi

bermain puzzle

N Valid 11 11

Missing 0 0

kelompok terapi bermain origami

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 5 45.5 45.5 45.5

perempuan 6 54.5 54.5 100.0

Total 11 100.0 100.0

kelompok terapi bermain puzzle

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 6 54.5 54.5 54.5

perempuan 5 45.5 45.5 100.0

Total 11 100.0 100.0

Page 109: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

88

Lampiran 18

Hasil Uji Normalitas Tingkat Kecemasan Pre-test dan Post-test

1. Pre-test

Case Processing Summary

kelompok

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pre Origami 11 100.0% 0 .0% 11 100.0%

Puzzle 11 100.0% 0 .0% 11 100.0%

Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

Pre Origami Mean 27.3636 1.23783

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 24.6056

Upper Bound 30.1217

5% Trimmed Mean 27.2374

Median 28.0000

Variance 16.855

Std. Deviation 4.10543

Minimum 22.00

Maximum 35.00

Range 13.00

Interquartile Range 5.00

Skewness .476 .661

Kurtosis -.145 1.279

Puzzle Mean 26.5455 1.55717

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 23.0759

Upper Bound 30.0151

5% Trimmed Mean 26.3283

Page 110: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

89

Median 26.0000

Variance 26.673

Std. Deviation 5.16456

Minimum 21.00

Maximum 36.00

Range 15.00

Interquartile Range 9.00

Skewness .660 .661

Kurtosis -.501 1.279

Tests of Normality

kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pre Origami .166 11 .200* .935 11 .469

Puzzle .141 11 .200* .912 11 .260

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

2. Post-test

Case Processing Summary

kelompok

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

post Origami 11 100.0% 0 .0% 11 100.0%

Puzzle 11 100.0% 0 .0% 11 100.0%

Page 111: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

90

Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

post Origami Mean 20.2727 1.16846

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 17.6692

Upper Bound 22.8762

5% Trimmed Mean 20.3030

Median 20.0000

Variance 15.018

Std. Deviation 3.87533

Minimum 14.00

Maximum 26.00

Range 12.00

Interquartile Range 7.00

Skewness -.164 .661

Kurtosis -.742 1.279

Puzzle Mean 20.0909 1.18670

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 17.4468

Upper Bound 22.7350

5% Trimmed Mean 20.0455

Median 20.0000

Variance 15.491

Std. Deviation 3.93585

Minimum 14.00

Maximum 27.00

Range 13.00

Interquartile Range 5.00

Skewness .422 .661

Kurtosis -.134 1.279

Page 112: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

91

Tests of Normality

kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

post Origami .199 11 .200* .944 11 .563

Puzzle .146 11 .200* .954 11 .693

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 113: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

92

Lampiran 19

Hasil Penghitungan SPSSUji Paired t-test

1. Kelompok Origami

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 pre_orgami 27.3636 11 4.10543 1.23783

Kelompok 1.0000 11 .00000 .00000

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 pre_orgami & kelompok 11 . .

Page 114: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

93

2. Kelompok Puzzle

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 pre_puzzle 26.5455 11 5.16456 1.55717

post_puzzle 20.0909 11 3.93585 1.18670

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 pre_puzzle & post_puzzle 11 .504 .114

Page 115: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

94

Lampiran 20

Hasil Penghitungan SPSSUji Independent t-test

Group Statistics

kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Selisih origami 11 7.0909 3.36019 1.01314

Puzzle 11 5.5455 3.69767 1.11489

Page 116: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

95

Lampiran 21

Lembar Revisi Skripsi

Page 117: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

96

Page 118: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

97

Page 119: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

98

Lampiran 22

Dokumentasi Penelitian

1. Kelompok Origami

Page 120: SKRIPSI PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf · Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak mengikuti Ujian

99

2. Kelompok Puzzle