SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf ·...

100
TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA SMK BINA TEKNOLOGI PURWOKERTO DENGAN BIRO PERJALANAN WISATA CV. TRISTA ALFA WISATA SKRIPSI Oleh: INTAN NUR LATIFAH E1A006079 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2012

Transcript of SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf ·...

Page 1: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA SMK BINA TEKNOLOGI PURWOKERTO DENGAN BIRO PERJALANAN

WISATA CV. TRISTA ALFA WISATA

 

 

 

 

SKRIPSI

 

 

Oleh:

INTAN NUR LATIFAH

E1A006079

 

 

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2012

Page 2: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA SMK BINA TEKNOLOGI PURWOKERTO DENGAN BIRO

PERJALANAN WISATA CV. TRISTA ALVA WISATA

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman

Oleh :

INTAN NUR LATIFAH

E1A006079

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2012

Page 3: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA SMK BINA TEKNOLOGI PURWOKERTO DENGAN BIRO

PERJALANAN WISATA CV. TRISTA ALVA WISATA.

Disusun Oleh :

INTAN NUR LATIFAH

E1A006079

Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman

Diterima dan disahkan

Pada tanggal Februari 2012

Pembimbing I Pembimbing II Penguji

Edi Waluyo, SH.,MH.

19581222 198810 1 001

Nur Wakhid,SH.,MH.

19621225 198903 1 003 

Budiman Setyo Haryanto,SH.,MH.

19630620 198901 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman

Page 4: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Hj. Rochani Urip Salami,SH.,MS.

NIP.19520603 198003 2 001

Page 5: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : INTAN NUR LATIFAH

NIM : E1A006079

Judul Skripsi : TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERJANJIAN

PAKET WISATA ANTARA SMK BINA

TEKNOLOGI PURWOKERTO DENGAN BIRO

PERJALANAN WISATA CV.TRISTA ALVA

WISATA.

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini adalah betul-betul hasil karya saya

sendiri dan tidak menjiplak hasil karya orang lain maupun dibuatkan oleh orang

lain.

Dan apabila ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran sebagaimana tersebut

diatas, maka saya bersedia dikenakan sanksi apapun dari fakultas.

Purwokerto, Februari 2012

Intan Nur Latifah

E1A006079

Page 6: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : TINJAUAN YURIDIS

TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA SMK BINA

TEKNOLOGI PURWOKERTO DENGAN BIRO PERJALANAN WISATA

CV. TRISTA ALVA WISATA. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan

dalam memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Jenderal Soedirman.

Berbagai kesulitan dan hambatan penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini.

Namun berkat bimbingan, bantuan dan moril serta pengarahan dari berbagai

pihak, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis

ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Ibu Hj. Rochani Urip Salami, S.H,M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman.

2. Bapak Edi Waluyo,S.H.,M.H., selaku dosen pembimbing I Skripsi, atas

segala bantuan, arahan, dukungan, waktu dan masukan selama penulisan

skripsi ini.

3. Bapak Nur Wakhid,S.H.,M.H., selaku dosen Pembimbing II Skripsi, atas

segala bantuan, arahan dukungan, masukan, menyediakan waktu dan

kebaikan yang telah diberikan selama penulisan skripsi ini.

4. Bapak Budiman Setyo Haryanto, S.H.,M.H., Selaku dosen penguji Skripsi

yang telah memberi saran dan perbaikan pada skripsi penulis.

Page 7: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

5. Bapak Edi Waluyo, S.H.,M.H., selaku Kepala Bagian Hukum Keperdataan

atas semua bantuannya.

6. Bapak Saryono Hanadi, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing

Akademik atas kebaikannya kepada penulis selama berproses kuliah di

Fakultas Hukum.

7. Seluruh dosen dan staf akademik di Fakultas Hukum Universitas Jenderal

Soedirman.

8. Ibu Dewi Paraswati S.E,S.H., yang telah meluangkan waktu untuk

membagi ilmunya dalam penelitian penulis di CV.Trista Alva Wisata

Purwokerto.

9. Kedua orang tua, adik dan seluruh keluarga besar yang telah mendukung

dan selalu memberi semangat kepada penulis.

10. Teman-teman penulis dimanapun yang selalu memberi dukungan.

11. Semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan mendapat balasan

dari Allah SWT. Skripsi ini hanya karya manusia biasa yang memiliki banyak

kekurangan oleh karenanya kritik dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini

sangat penulis harapkan.

Purwokerto, 20 Februari 2012

Intan Nur Latifah

E1A006079

Page 8: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

ABSTRAK

Perjalanan wisata,” atau “pariwisata” atau “Tour,” yaitu perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan perjalanan wisata atau pariwisata atau tour selalu dilakukan untuk mengunjungi “obyek wisata” atau “atraksi wisata,” yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu.

Biro Perjalanan Wisata merupakan sarana yang dibutuhkan orang dalam melakukan perjalanan wisata karena memberikan keuntungan yaitu menghemat biaya, menghemat waktu, memberikan informasi yang lengkap dan dapat dipercaya menjamin keamanan selama berlangsungnya perjalanan wisata.

Perjanjian Paket Wisata dimana Biro Perjalanan Wisata mengikatkan diri untuk melakukan jasa-jasa atau pekerjaan pengangkutan, akomodasi, makan/minum dan menikmati obyek dan atau atraksi wisata dalam rangka penyelenggaraan wisata, dan pihak yang lain untuk membayar upah yang telah dijanjikan.”

Kata Kunci : 1. Perjalanan Wisata

2. Biro Perjalanan Wisata

3. Perjanjian Paket Wisata,

Page 9: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

ABSTRACT

Travel, "or" tourism "or" Tour, "the journey or part of these activities are carried out voluntarily and to enjoy the temporary objects and attractions. This indicates that the activities of a travel or tourism or to visit the tour is always done "tourist attraction" or "tourist attraction", ie everything that appeals to people to visit a particular area

Travel Bureau is a tool that takes people in the leisure traveler as it gives the advantage of saving costs, save time, provide complete and reliable guarantee security during the trip.

Agreement Package Travel Agency which committed themselves to perform the services or work transport, accommodation, food / drink and enjoy the object and or tourist attractions in the course of the tour, and the other party to pay the promised wages. "

Key word :1. Travel tourism

2. Travel bureau

3. Agreement Package Travel Agency.

Page 10: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia mulai melakukan perjalanan sejak berada di planet bumi ini.

Secara sederhana perjalanan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas seseorang

yang berpindah tempat dari suatu tempat ke tempat yang lain yang mempunyai

tujuan atas perpindahan tersebut. Dari suatu perjalanan akan mengakibatkan

adanya dimensi perjalanan, yaitu jarak dari perjalanan, tempat asal dari orang

yang melakukan perjalanan, tempat tujuan dari perjalanan dan lamanya tinggal

ditempat tujuan. Sedangkan suatu perjalanan baru dapat dilaksanakan apabila

timbul keinginan untuk mengadakan perjalanan, mempunyai biaya untuk

mengadakan perjalanan dan tersedianya waktu untuk mengadakan perjalanan.1

Banyak bentuk-bentuk kegiatan perjalanan yang dilakukan orang, apabila

kegiatan perjalanan mempunyai ciri-ciri bersifat santai, gembira, dan untuk

bersenang-senang, perjalanan yang demikian disebut ”perjalanan wisata,” atau

yang kini populer lazim disebut “pariwisata” atau “Tour” (dalam istilah kata

bahasa Inggris). Orang yang melakukan perjalanan wisata disebut “wisatawan.”

Oka A Yoeti mengemukakan ada empat kriteria suatu perjalanan dapat

dikategorikan sebagai ”perjalanan wisata,” atau “pariwisata” atau “Tour,” yaitu :

pertama perjalanan itu tujuannya semata-mata untuk bersenang-senang; kedua

perjalanan itu harus dilakukan dari suatu tempat di mana orang itu tinggal

                                                            1 http: //www.google.co.id/search=kepariwisataanIndonesia/.Dari Internet, diakses

tanggal 17 Desember 2011  

Page 11: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

berdiam, ke tempat lain yang bukan kota atau negara di mana ia biasa tinggal;

ketiga, Perjalanan itu dilakukan minimal selama 24 jam; keempat, perjalanan itu

tidak dikaitkan dengan mencari nafkah di tempat yang dikunjungi dan orang yang

melakukan perjalanan itu semata-mata sebagai konsumen di tempat yang

dikunjungi.2

Tercatat dalam sejarah bangsa yang pertama dianggap sebagai orang yang

melakukan perjalanan untuk tujuan bersenang-senang (travel for plesasure)

adalah bangsa Romawi. Pada waktu mereka telah melakukan perjalanan beratus-

ratus mil dengan menunggang kuda untuk melihat candi-candi dan piramid

peninggalan Mesir kuno. Pada saat itu Yunani di Asia Kecil sudah dianggap

sebagai daerah tujuan wisata yang populer seperti halnya daerah-daerah di bagian

Timur Laut Tengah lainnya. Bangsa Romawi dalam melakukan perjalanan ke

Yunani, selain untuk menyaksikan pertandingan olahraga Olympiade, mereka

juga mencari sumber-sumber air panas untuk tujuan kesehatan. Dalam perjalanan

tersebut mereka juga menyaksikan atraksi kesenian rakyat dan festival yang

jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat-tempat peristirahatan di mana mereka

menginap.3

Berdasarkan fenomena tersebut Fandeli memberikan definisi yang luas

tentang ”perjalanan wisata,” atau “pariwisata” atau “Tour,” yaitu perjalanan atau

sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat

sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.4 Hal ini menunjukkan

bahwa kegiatan perjalanan wisata atau pariwisata atau tour selalu dilakukan untuk

                                                             2 Oka A Yoeti, 2006. Ilmu Pariwisata, Sejarah, Perkembangan dan Prospeknya, PT.

Perca, hal. 10. 3 Oka A Yoeti, 1987, Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa, Bandung, hal. 3. 4 http://fielduphly.multiply.com/journal/item/6. Diakses yanggal 15 Desember 2011.

Page 12: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

mengunjungi “obyek wisata” atau “atraksi wisata,” yaitu segala sesuatu yang

menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu.

Obyek wisata atau atraksi wisata yang dapat menarik orang untuk

berkunjung ke suatu tempat daerah tujuan wisata pada pinsipnya harus memenuhi

tiga persyaratan yaitu ada yang dilihat (something to see), ada yang dikerjakan

(something to do) dan ada yang dibeli (something to buy), diantaranya5 :

1. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta (Natural

Amenities), meliputi Iklim, misalnya cuaca cerah banyak cahaya

matahari, sejuk, panas, hujan, dan sebagainya; Fauna dan flora seperti

tanaman-tanaman yang aneh (uncommon vegetation), burung-burung,

ikan, binatang buas (wild life), taman nasional (national park), daerah

perburuan dan sebagainya; Pusat-pusat kesehatan (health center), sumber

air mineral (natural spring of mineral water), sumber air panas (hot

spring).

2. Hasil ciptaan manusia (man-made suppty) yaitu benda-benda yang

bersejarah, kebudayaan dan keagamaan, seperti monumen bersejarah, dan

sisa peradaban masa lampau, museum, art gallery, perpustakaan, kesenian

rakyat, handi craft, Acara tradisional, pameran, festival, upacara

perkawinan dan lain-lain, Rumah-rumah beribadah, seperti mesjid, gereja,

kuil atau candi maupun pura.

3. Tata Cara Hidup Masyarakat (The way of life) tradisional dari suatu

masyarakat merupakan salah satu sumber yang amat panting untuk

ditawarkan kepada para masyarakat. Hal semacam ini sudah terbukti,                                                             

5http:// www.google.co.id//pengertian pariwisata secara umum dan source//, Diakses yanggal 15 Desember 2011. 

Page 13: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

betapa besar pengaruhnya dalam bidang ekonomi sehingga dapat

dijadikan events yang dijual. Contoh yang terkenal diantarannya adalah

pembakaran mayat (ngaben) di Bali, upacara pemakaman mayat di Tanah

Toraja, upacara Batagak penghulu di Minangkabau I, upacara khitanan di

daerah Parahyangan, upacara Sekaten di Yogyakarta, upacara Waisyak di

Candi mendut dan Borobudur.

(Sesuatu disebut “obyek wisata,” bila untuk melihat obyek itu tidak ada kesiapan dilakukan terlebih dahulu, tanpa bantuan orang lain misalnya : pemandangan, gunung, danau, lembah dan lain-lain sedangkan disebut “atraksi wisata” ialah sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat, dinikmati, dan yang termasuk dalam hal ini : tari-tarian, nyanyian, kesenian rakyat tradisonal, upacara adat dan lain-lain).

Sesuai dengan potensi yang dimiliki atau warisan yang ditinggalkan nenek

moyang pada suatu daerah, maka timbulah bermacam-macam jenis pariwisata

berdasarkan obyeknya diantaranya6 :

1. Wisata Budaya (Cultural Tourism), yaitu jenis wisata di mana motivasi

orang untuk melakukan perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik

seni budaya suatu tempat yang merupakan warisan nenek moyang dan

benda-benda kuno. Biasanya perjalanan semacam ini pengunjung diberi

kesempatan untuk mengambil bagian dalam suatu kegiatan kebudayaan.

2. Wisata Kebudayaan (Recuperasional Tourism), yaitu jenis wisata di

mana motivasi orang untuk melakukan perjalanan untuk menyembuhkan

penyakit, seperti mandi di sumber air panas, mandi lumpur atau mandi

susu (Eropa) atau mandi kopi (Jepang).

                                                            6 Oka A Yoeti, 1987. Op.cit. hal 116. 

Page 14: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

3. Wisata Perdagangan (Commercial Torism), yaitu perjalanan wisata yang

dikaitkan dengan kegiatan perdagangan nasional atau internasional pada

umumnya berupa kegiatan expo, fair atau exhibition.

4. Wisata Olah Raga (Sport Tourism), yaitu jenis wisata di mana tujuan

perjalanan adalah untuk melihat atau menyaksikan suatu pesta olah raga

di suatu tempat atau Negara tertentu seperti Olympiade, All England,

pertandingan tinju, sepak bola. Atau ikut berpartipasi dalam kegiatan itu

sendiri.

5. Wisata Keagamaan (Religion Tourism), yaitu jenis wisata di mana tujuan

perjalanan yang dilakukan adalah untuk melihat atau menyaksikan

upacara-upacara keagamaan, seperti kunjungan ke Lourders bagi yang

beragama Katolik, atau ke Muntilan pusat pengembangan agama Kristen

di Jawa Tengah, ikut Umroh atau Haji bagi orang Islam atau upacara

Agama Hindu di Sakenan Bali.

6. Wisata Industri (Industrial Tourism), yaitu jenis perjalanan wisata yang

dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa atau orang awam ke

suatu kompleks atau daerah perindustrian, dimana terdapat pabrik-pabrik

atau bengkel-bengkel besar dengan maksud dan tujuan untuk

mengadakan peninjauan atau penelitian.

Apapun jenis “perjalanan wisata” atau “pariwisata” atau “Tour” tersebut

pada hakikatnya adalah peristiwa “perpindahan” orang dari tempat dimana biasa

tinggal ke tempat tujuan wisata dan sebaliknya, yang hanya akan terjadi karena

adanya fasilitas “pengangkutan” (transportasi), karena pengangkutan

(transportasi) lah yang dapat menggerakkan orang dari satu daerah ke daerah lain,

Page 15: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

dari satu kota ke kota lain atau dari suatu Negara ke Negara lain. Tidak dapat

disangkal lagi bahwa fungsi utama pengangkutan (transportasi) sangat erat

hubungannya dengan accessibility, dalam arti frekuensi penggunaannya dan

kecepatannya menjadikan jarak yang jauh, bahkan harus menyeberangi sungai,

laut atau samudra, sehingga tidak mungkin dilakukan dengan berjalan kaki,

seolah-olah menjadi dekat, sehingga mempersingkat waktu dan memudahkan

orang untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.

Dalam kepariwisataan dikenal tiga macam pengangkutan (transportasi)

yaitu pengangkutan laut, pengangkutan udara dan pengangkutan darat, yang

dalam pemakaiannya biasanya hampir selalu merupakan kombinasi tergantung

pada kondisi tempat atau daerah tujuan wisata. Berdasarkan alat pengangkutan

(transportasi) yang digunakan, “perjalanan wisata” atau “pariwisata” atau “Tour,”

dibedakan menjadi tiga jenis wisata7 :

1. Wisata Darat (Land Torism), yaitu kegiatan kepariwisataan yang

penyelenggaraan pengangkutan dari dan ke daerah tujuan wisata

menggunakan sarana pengangkutan darat seperti kendaraan bus, taxi atau

kereta api.

2. Wisata Laut dan Sungai (Sea and River Tourism), yaitu kegiatan

kepariwisataan yang penyelenggaraan pengangkutan dari dan ke daerah

tujuan wisata menggunakan sarana pengangkutan laut dan sungai seperti

kapal dan perahu.

                                                            7 Oka A Yoeti, 1987. Op.cit. hal 118. 

 

Page 16: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

3. Wisata Udara (Air Tourism), yaitu kegiatan kepariwisataan yang

penyelenggaraan pengangkutan dari dan ke daerah tujuan wisata

menggunakan sarana pengangkutan udara yaitu pesawat terbang.

Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada pengangkutan

(transportasi), karena faktor jarak dan waktu sangat mempengaruhi keinginan

orang untuk melakukan perjalanan wisata. Pengangkutan (transportasi)

menyebabkan pertumbuhan pariwisata sangat pesat sekali, kemajuan fasilitas

transportasi mendorong kemajuan kepariwisataan dan sebaliknya ekspansi dalam

industri pariwisata dapat menciptakan permintaan akan transportasi yang dapat

memenuhi kebutuhan wisatawan. Dalam kepariwisataan peranan sarana

pengangkutan tidak hanya sebagai alat angkut untuk membawa wisatawan ke

tujuan wisata, melainkan juga sebagai sarana untuk menikmati suatu obyek atau

daya tarik wisata dan alat angkut itu sendiri menjadi daya tarik wisata.

Fakta tentang perkembangan kemajuan transportasi mendorong banyaknya

orang melakukan perjalanan wisata dari suatu kota ke kota lain, dimulai pada abad

XIX ketika Thomas Cook melihat perkembangan jaringan kereta api dan

perkembangan transportasi pada umumnya. Pada tanggal 5 Juli 1841 ia secara

iseng-iseng merencanakan, mengorganisasi serta menyelenggarakan perjalanan

wisata dengan kereta api. Pada waktu itu, Thomas Cook mampu mengorganisir

570 orang dari kota Leicester ke kota Loughborough. Tour ini diberinya nama “a

round trip excursion.” Tour yang diselenggarakan itu mendapat sambutan hangat

sehingga pada tahun 1851 atas permintaan orang banyak ia menyelenggarakan

paket wisata kapal laut dengan akomodasi untuk mengunjungi “World

Page 17: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Exhibition” yang diadakan di Perancis dengan jumlah peserta sebanyak 150.000

orang.

Di luar pembicaraan tentang perkembangan sarana pengangkutan

(transportasi) sebagai awal mulainya banyak orang melakukan perjalanan wisata,

semua kegiatan yang dilakukan oleh Thomas Cook itu juga dianggap sebagai awal

dari kegiatan usaha dibidang perjalanan wisata yang terorganisir yang dikenal

dengan istilah Biro Perjalanan Wisata (Travel Agency).8 Menurut M.A. Desky

kegiatan yang dilakukan oleh Thomas Cook ini merupakan tonggak sejarah

perjalanan wisata modern karena telah memenuhi unsur-unsur perjalanan wisata :

tersedianya sarana transportasi, obyek wisata yaitu pameran, adanya jadwal yang

ketat dan adanya pihak penyelenggara.9

Di Indonesia, Biro Perjalanan Wisata pertama kali muncul pada jaman

Hindia Belanda, yang pertama kali didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda

pada tahun 1926 di Jakarta bernama Lissone Lindeman (LISLIND). Kemudian

pada tahun 1936 LISLIND ini diubah namanya menjadi Nederland Indische

Touristen Bureau (NITOUR) yang pada waktu itu berfungsi melayani perjalanan

orang-orang Belanda.10 Setelah kemedekaan, perkembangan Biro Perjalanan

Wisata di Indonesia terasa lamban. Baru pada permulaan Orde Baru dengan

keluarnya Inpres No. 9 th. 1969 dan dengan mantapnya stabilitas keamanan yang

disertai kemajuan di bidang ekonomi bisnis usaha biro perjalanan wisata

                                                            8 Oka A Yoeti, 1987. Op.cit. hal 13-15. 9 M.A. Desky, 2001. Pengantar Bisnis Biro Perjalanan Wisata. AdiCitia Karya Nusa

Yogyakarta, hal. 8. 10 Ibid.hal.8

Page 18: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

berkembang sangat pesat dengan ditandai munculnya biro perjalanan seperti Pacto

dan Vaya Tour.11

Dalam pengertian yang sederhana Biro Perjalanan Wisata (Travel Agency),

adalah perusahaan atau badan usaha yang memberikan pelayanan lengkap

terhadap seseorang ataupun kelompok orang yang ingin melakukan perjalanan

baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Pelayanan ini meliputi transportasi

dan akomodasi lainnya selama perjalanan maupun di tempat tujuan.12 Aktifitas

usaha Biro Perjalanan Wisata (Travel Agency) membuat Paket Perjalanan Wisata

(Package Tour), yang mencakup unsur : obyek wisata/daya tarik wisata,

transportasi (darat, laut, udara), penyediaan jasa makanan-minuman, penyediaan

akomodasi, penyediaan tempat konvensi, penyediaan jasa pramuwisata dan

pengurusan dokumen perjalanan (passport /visa). Hal terakhir adalah memberikan

kenyamanan dan keamanan terhadap orang atau kelompok orang yang

menggunakan jasa biro perjalanan wisata tersebut.13

Biro Perjalanan Wisata (travel agents) merupakan sarana yang

dibutuhkan orang dalam melakukan perjalanan wisata karena memberikan

keuntungan yaitu menghemat biaya, menghemat waktu, memberikan informasi

yang lengkap dan dapat dipercaya menjamin keamanan selama berlangsungnya

perjalanan wisata. Masyarakat Indonesia saat ini juga sudah mulai tumbuh

kesadaran berwisata dengan menggunakan jasa Biro Perjalanan Wisata (Travel

Agent). Kebanyakan para wisatawan menggunakan jasa Biro Perjalanan Wisata

untuk menentukan suatu rencana perjalanan bila ingin berlibur ke suatu tempat.                                                             

11 Ibid. hal. 9. 12 http://www.thegrizaonline.com/ Diakses tanggal 17 Desember 2011. 13http://asitajakarta.org/pipermail/pengurus_asitajakarta.org/attachments/20100106/a431c

e12/attachment.html. Diakses tanggal 17 Desember 2011.

Page 19: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Dengan demikian calon wisatawan yang semula tidak tertarik, akhirnya

memutuskan untuk berkunjung dan membayar paket wisata yang ditawarkan.14

Dari apa yang telah diuraikan menunjukkan bahwa “perjalanan wisata”

atau “pariwisata” atau “Tour” adalah merupakan fenomena yang sangat kompleks

dan unik, karena bersifat multidimensi, baik fisik, social, ekonomi maupun

budaya. Namun demikian yang belum nampak dalam uraian tersebut adalah

dimensi hukum yang memandang “perjalanan wisata” atau “pariwisata” atau

“Tour,” sebagai fenomena hukum.

Sebagaimana telah diuraikan bahwa hakikat dari “perjalanan wisata”

adalah perpindahan orang dari suatu tempat ke tempat lain yang digerakkan oleh

sarana pengangkutan (transportasi), sehingga “perjalanan wisata” adalah kegiatan

yang utamanya berhubungan dengan pengangkutan dari tempat asal wisatawan

sampai ke tempat tujuan, selama di tempat tujuan dan kembali ke tempat

asalnya.15 Berdasarkan jenis fasilitas pengangkutannya, “perjalanan wisata”

muncul dalam bentuk Wisata Darat (Land Torism), yang penyelenggaraannya

menggunakan sarana pengakutan darat seperti kendaraan bus, taxi atau kereta api;

Wisata Laut dan Sungai (Sea and River Tourism), yang penyelenggaraan

menggunakan sarana pengangkutan laut yaitu kapal dan Wisata Udara (Air

Tourism), yang penyelenggaraan pengangkutan menggunakan sarana kapal dan

perahu.

Dalam ranah hukum, pembicaraan tentang pengangkutan, termasuk dalam

bidang Hukum Pengangkutan, yang di dalamnya mengatur mengenai

                                                            14 http://www.hosting24.com/. Diakses tanggal 17 Desember 2011. 15 http://raymondfrans63.wordpress.com/2011/10/13/dasar-dasar-pariwisata/. Diakses

tanggal 17 Desember 2011.

Page 20: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Pengangkutan Udara, Pengangkutan Laut dan Pengangkutan Darat. Dengan

demikian memandang “perjalanan wisata” sebagai fenomena hukum berarti

adalah memandang “perjalanan wisata” dari sudut pandang Hukum

Pengangkutan.

Menurut kepustakaan Hukum, yang dimaksud dengan “Pengangkutan”

adalah : perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana

pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang

dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat,

sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.16 Dalam

pengertian tersebut obyek pengangkutan meliputi orang dan barang, sehingga

dalam Hukum Pengangkutan dibedakan ada pengangkutan orang dan

pengangkutan barang. Berdasarkan jenis alat pengangkutannya, pengangkutan

dibedakan ke dalam tiga jenis pengangkutan yaitu pengangkutan udara, laut dan

darat. Dengan demikian berdasarkan alat pengangkutan dan obyeknya, dalam

Hukum Pengangkutan dibedakan ada Hukum Pengangkutan Udara tentang orang

dan barang, Hukum Pengangkutan Laut tentang orang dan barang serta Hukum

Pengangkutan Darat tentang orang dan barang.

Apabila pembidangan Hukum Pengangkutan tersebut dihubungkan dengan

“perjalanan wisata,” yang berdasarkan alat pengangkutnya dibedakan ke dalam

Wisata Udara, Wisata Laut dan Wisata Darat, maka dapat dinyatakan bahwa

ketiga jenis “perjalanan wisata” tersebut adalah merupakan fenomena hukum yang

masing-masing termasuk dalam kategori peristiwa hukum Pengangkutan Udara,

Laut dan Darat tentang pengkutan orang.                                                             

16HMN Purwosutjipto, 1991, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3, Cetakan keempat Djambatan, Jakarta hal 2.

Page 21: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Pada kesempatan ini penulis bermaksud menyoroti satu jenis perjalanan

wisata yaitu mengenai Wisata Darat yang nota bene adalah merupakan fenomena

hukum Pengangkutan Darat tentang pengangkutan orang.

Dari hasil penelitian pendahuluan diperoleh data awal bahwa pada tanggal

pada 23 Juni 2008, Biro Perjalanan Wisata (Travel Agent) yang ada di Kabupaten

Banyumas yaitu CV. Trista Alfa Wisata yang berkedudukan di Jl. Pahlawan VI/18

Tanjung Purwokerto, menyelenggarakan Paket Kunjungan Industri ke Jakarta

selama tiga hari dengan peserta siswa SMK Bina Teknologi Purwokerto.

Transportasi yang disediakan adalah angkutan pariwisata berupa Bus Pariwisata

Tristar dan akomodasi berupa makanan-minuman, tiket obyek wisata Taman

Impian Jaya Ancol, Musium Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta satu tempat

kunjungan industri.

Untuk menyoroti aspek hukum dari penyelenggaraan Paket Kunjungan

Industri ke Jakarta dengan fasilitas kendaraan Bus Pariwisata tersebut pertama-

tama perlu dikemukakan pernyataan HMN Purwosutjipto mengatakan bahwa :

1. Mengenai pengangkutan orang di darat tidak diatur dalam Kitab Undang-

undang Hukum Dagang (KUHD) dan satu-satunya peraturan yang

mengatur tentang pengangkutan orang didarat, adalah peraturan tentang

pengangkutan orang dengan Kereta Api dalam (Bepalingen Vervoer

Spoorwegen) S.1927 – 262.17

2. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata juga tidak ada peraturan

umum tentang pengangkutan orang didarat, oleh karena itu mengenai

perjanjian pengangkutan orang di darat didasarkan atas Buku II Kitab

                                                             17 Ibid.

Page 22: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Bab I sampai dengan Bab

IV.18

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Paket Kunjungan Industri ke Jakarta

dengan fasilitas kendaraan Bus ternyata tidak diatur dalam KUH Perdata maupun

KUHD.

Berdasarkan kenyataan tersebut apabila ditinjau dalam Kitab Undang-

undang Hukum Perdata khususnya Buku III yang mengatur tentang Perjanjian

Bernama maupun dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang yang mengatur

tentang Hukum Pengangkutan, ternyata di dalamnya tidak mengenal bentuk

perjanjian mengenai Perjalanan Wisata Darat yang menggunakan fasilitas

kendaraan darat berupa bus. Dengan demikian permasalahan yang muncul disini

adalah mengenai konstruksi hukum dari Paket Kunjungan Industri ke Jakarta

dengan fasilitas kendaraan Bus Pariwisata.

Sehubungan dengan dengan hal tersebut Soerjono Soekanto mengatakan

bahwa :

“Tugas hukum adalah menjamin kepastian hukum, yang berarti suatu kepastian bahwa setiap orang dapat mengharapkan sesuatu menurut hukum dalam perbuatan tertentu, atau dengan kata lain, harus ada hukum tertentu yang pasti bagi suatu peristiwa konkrit. Hakekatnya adalah suatu kepastian, bagaimana peranan dan kegunaan lembaga hukum bagi masyarakat serta apakah hak dan kewajiban warga masyarakat.”19

Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, penulis merasa perlu untuk

melakukan penelitian mengenai penyelenggaraan Paket Wisata yang

menggunakan fasilitas sarana pengangkutan bus. Hal ini penting karena dengan

                                                            18 Ibid. hal 51. 19 Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, Bina Cipta, Bandung, 1983, hal.42.

Page 23: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

mengetahui isi dari paket wisata yang mencakup unsur : obyek wisata/daya tarik

wisata, transportasi darat, penyediaan jasa makanan-minuman, penyediaan

akomodasi dan penyediaan jasa pramuwisata, maka akan dapat diketahui

konstruksi hukumnya, sehingga ada kepastian hukum bagi masyarakat yang

melakukan perjalanan wisata.

Dengan demikian dalam penyelenggaraan Paket Wisata para pihak akan

dapat mengetahui hak-hak dan kewajiban apakah yang ada dalam hubungan

hukum tersebut. Hal ini penting mengingat dewasa ini perjalanan wisata dalam

bentuk paket-paket wisata yang dilakukan oleh pihak Sekolah pada akhir masa

studi selalu dilakukan baik oleh Sekolah Menengah Kejuruan maupun sekolah-

sekolah lainnya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diambil suatu

permasalahan yaitu :

1. Bagaimana konstruksi hukum dari hubungan yang diadakan oleh CV.Trista

Alfa Wisata sebagai biro perjalanan wisata?

2. Apakah hak-hak dan kewajiban yang timbul bagi para pihak dalam Perjanjian

Paket Kunjungan Industri Jakarta dan bagaimana tanggung jawab hukum Biro

Perjalanan Wisata di CV.Trista Alfa Wisata Purwokerto apabila terjadi

wanprestasi ?

Page 24: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui konstruksi hukum dari hubungan yang diadakan oleh

CV.Trista Alfa Wisata sebagai biro perjalanan wisata.

2. Untuk mengetahui hak-hak dan kewajiban yang timbul bagi para pihak dalam

Perjanjian Paket Kunjungan Industri Jakarta dan bagaimana tanggung jawab

hukum Biro Perjalanan Wisata di CV.Trista Alfa Wisata Purwokerto apabila

terjadi wanprestasi.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

ataupun secara praktis sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Memberikan informasi yang berguna dan memberikan masukan bagi

pengembangan disiplin ilmu hukum Perdata pada umumnya dan hukum

Perjanjian.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah

wawasan yang berguna bagi masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada

khususnya terkait dengan hukum perjanjian (pengangkutan, jual beli,

pelayanan berkala) dalam perjanjian paket wisata.

Page 25: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk memberikan gambaran tentang apa dan bagaimana konstruksi

hukum perjanjian Paket Wisata, pertama-tama akan dilakukan peninjauan

terhadap aspek ekonomi kepariwisataan yang dikenal dengan industri wisata dan

selanjutnya mengenai aspek hukumnya. Industri pariwisata berkaitan dengan

paket wisata dan Biro Perjalanan Wisata sebagai perusahaan ataupun badan usaha

yang memberikan pelayanan lengkap terhadap seseorang ataupun kelompok orang

yang ingin melakukan perjalanan baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.

Sedangkan aspek hukum dari perjanjian Paket Wisata adalah mengenai konstruksi

hukum dari hubungan kontraktual perjanjian Paket Wisata antara Biro Perjalanan

Wisata dengan wisatawan.

A. Kepariwisataan 1. Pariwisata dan Wisatawan

Pariwisata atau perjalanan wisata berkembang karena adanya gerakan

manusia dalam mencari sesuatu yang belum diketahui, menjelajahi wilayah

yang baru, mencari perubahan suasana, atau untuk mendapatkan perjalanan

baru.

Sesungguhnya pariwisata telah dimulai sejak peradaban manusia itu

sendiri, ditandai oleh gerakan manusia yang melakukan ziarah dan perjalanan

agama lainnya. Sebagai fenomena moderen tonggak-tonggak bersejarah dalam

pariwisata dapat ditelusuri dari perjalanan Marcopolo (1254-1324) yang

menjelajahi Eropa sampai Tiongkok, untuk kemudian kembali lagi ke

Venesia, kemudian disusul perjalanan Cristopher Columbus (1451-1506) dan

Page 26: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Vasco da Gama (akhir abad XV. Namun sebagai industri internasional

pariwisata dimulai tahun 1869).20

Meskipun pariwisata telah lama menjadi perhatian, baik dari segi

ekonomi, politik maupun sosiologis, sampai saat ini belum ada kesepakatan

secara akademis mengenai apa pariwisata dan wisatawan. Kata “pariwisata”

secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata

yaitu “pari” dan “wisata;” “Pari” berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar,

atau berkeliling, sedangkan kata “wisata,” berarti perjalanan atau berpergian

yang dalam hal ini bersinonim dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris.

Jadi secara harfiah pariwisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan

secara berkali-kali ke suatu tempat atau daerah yang ingin dikunjungi yang

dalam bahasa Inggris bersinonim dengan kata “tour.” Pengertian jamak dari

pariwisata adalah “kepariwisataan” yang diartikan sebagai hal-hal yang

berhubungan dengan pariwisata, yang dalam bahasa Inggris istilahnya

tourism.21

Dalam kepustakaan kepariwisataan salah satu pengertian pariwisata

dikemukakan oleh Oka A. Yoeti bahwa22 :

“Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam."

Orang yang melakukan perjalanan wisata disebut “wisatawan” atau tourist.

Batasan terhadap pengertian wisatawan juga sangat bervariasi, mulai dari yang                                                             

20 I Gede Pitana dan Putu G Gayatri, 2004, Sosiologi Pariwisata, Andi, Yogayakarta. hal 40.

 21 Oka A Yoeti, 1987. Op.cit. hal 102- 103.  22 Ibid.

Page 27: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

umum sampai dengan yang sangat teknis spesifik, namun yang diterima secara

umum dalam pariwisata internasional adalah sebagai berikut :

1. Traveller yaitu orang yang melakukan perjalanan antara dua tempat atau lebih .

2. Visitor, yaitu orang yang melakukan perjalanan ke daerah yang bukan merupakan tempat tinggalnya, kurang dari 12 bulan, dan tujuan perjalannya bukan untuk terlibat dalam kegiatan untuk mencari nafkah, pendapat atau penghidupan di tempat tujuan.

3. Tourist, yaitu bagian dari visitor yang menghabiskan waktu paling tidak 24 jam di daerah yang dikunjungi.23

Dalam hukum positif Indonesia (Undang-Undang Nomor 10 Tahun

2009 tentang Kepariwisataan pada Pasal 1 angka 1) istilah pariwisata diganti

dengan “wisata” dengan batasan pengertian :

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Orang yang melakukan wisata disebut wisatawan (Pasal 1 angka 2 Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 2009).

Semua definisi yang dikemukakan tentang “pariwisata” atau “wisata”

meskipun berbeda dalam penekanannya, selalu mengandung tiga unsur ciri-

ciri pokok yaitu :

1. Perjalanan, yakni pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain,

2. Tinggal sementara di tempat yang bukan merupakan tempat tinggal

biasanya, dan

3. Tujuan utama bukan untuk mencari penghidupan/pekerjaan di tempat

yang dituju.

                                                            23 I Gede Pitana dan Putu G Gayatri. Op.cit hal 47. 

Page 28: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Aktivitas wisata selalu merupakan perjalanan yang menempuh jarak

yang jauh dan waktu yang relatif lama, sehingga sejak berangkat, selama

dalam perjalanan, sesampai ke tujuan wisata dan kembali ke tempat tinggal

biasanya, pada umumnya wisatawan membutuhkan berbagai fasilitas yaitu24 :

1. Transportasi yang akan membawa wisatawan ke daerah tujuan wisata, baik

berupa angkutan darat, udara maupun laut.

2. Akomodasi yang merupakan tempat tinggal sementara bagi wisatawan di

tempat tujuan, penginapan dari berbagai jenis dan tarif, antara lain hotel,

losmen dan jenis penginapan lainnya.

3. Tempat makan dan minum yang menyediakan makanan spesifik daerah

setempat (local food) maupun makanan tempat asal wisatawan. Sarana

yang harus tersedia adalah bar dan restoran, rumah makan dan lain-lain.

4. Obyek wisata atau atraksi wisata yang menjadi daya tarik bagi wisatawan

untuk mengunjungi tempat tersebut.

5. Tempat hiburan untuk kegiatan rekreasi diwaktu senggang, seperti

lapangan golf, kolam renang dan lain-lain.

6. Tempat perbelanjaan sebagai tempat membeli barang-barang cenderamata

yang spesifik dan khas buatan masyarakat setempat, untuk kenang-

kenangan perjalanannya atau untuk oleh-oleh.

Secara sosiologis, pariwisata atau wisata (untuk selanjutnya ditulis

wisata) adalah aktivitas bersantai atau aktivitas waktu luang, dan pada

umumnya dilakukan pada saat seseorang bebas dari pekerjaan yang wajib

dilakukan, yaitu pada saat cuti atau libur. Dalam pemahaman masyarakat                                                             

24 http://raymondfrans63.wordpress.com/2011/10/13/dasar-dasar-pariwisata/ Diakses tanggal 17 Desember 2011. 

Page 29: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

pada umumnya wisata diidentikan dengan “berlibur di daerah lain.” Berlibur

di daerah lain, atau menggunakan waktu luang dengan melakukan wisata,

dewasa ini merupakan salah satu ciri masyarakat modern.

2. Industri Pariwisata

Bila orang mendengar kata industri, gambaran dari kebanyakan orang

adalah suatu bangunan pabrik dengan segala perlengkapannya yang

mempunyai cerobong asap dengan menggunakan mesin dalam proses

produksinya. Pengertian yang umum dari kata “industri” adalah segala proses

yang tujuan akhirnya menghasilkan produk berupa barang dan jasa (goods and

service) yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan guna memenuhi

kebutuhan manusia.

Wisata sebenarnya adalah suatu aktivitas atau kegiatan, jadi bukan

industri, tetapi dari sudut ekonomi aktivitas wisata menciptakan permintaan

produk barang dan jasa (goods and service) yang dihasilkan oleh banyak

perusahaan yang masing-masing terpisah sama sekali satu sama lainnya, tetapi

saling melengkapi, mulai dari transportasi, akomodasi, catering, entertainment

dan pelayanan lainnya.25

Dipandang dari aspek ekonomi, yakni dari segi permintaan (demand)

dan penawaran (supply), sebagai akibat adanya orang yang melakukan wisata

dengan berbagai macam tujuan, akan menciptakan permintaan barang dan

jasa-jasa yang dihasilkan oleh macam-macam perusahaan yang berbeda secara

bersama-sama. Kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara

                                                            25 Oka A Yoeti, 1987. Op.cit. hal 135. 

Page 30: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

bersama-sama menghasilkan barang dan jasa (good and service) yang

dibutuhkan wisatawan inilah yang disebut dengan “Industri Pariwisata.” 26

Dengan perumusan lain R.S. Darmaji memberikan pengertian :

“Industri pariwisata, merupakan rangkuman dari pada berbagai macam bidang usaha, yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk mapun jasa-jasa/layanan-layanan atau service, yang nantinya baik secara langsung ataupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perlawatannya.” 27

Kusudianto Hadiroto memberikan pengertian :

Industri Pariwisata adalah suatu organisasi baik pemerintah maupun

swasta yang terkait dalam pengembangan produk suatu layanan untuk

memenuhi kebutuhan orang-orang yang berpergian (wisatawan)28

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut menurut penulis :

“Industri Pariwisata” adalah rangkuman dari berbagai macam perusahaan

(baik perusahaan pemerintah maupun swasta) yang secara bersama

menghasilkan produk barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang

saling terkait, baik secara langsung atau tidak langsung dibutuhkan

wisatawan.

Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri pariwisata

yang menghasilkan produk pariwisata berupa barang dan jasa, yang diterima

oleh wisatawan semenjak ia meninggalkan daerah asalnya, sampai di tempat

tujuan, dan kembali ke daerah asalnya kembali, terdiri dari bermacam-macam

perusahaan yang berbeda, baik ukurannya, bentuk organisasinya, maupun

                                                             26 Oka A Yoeti, 1987. Op.cit. hal 140 -141.  27 R.S. Darmaji dalam Oka A Yoeti, 1987. Loc.cit. 28 http://repository.usu.ac.id/bitstream/pariwisata-arwina.pdf/. Diakses tanggal 20

Desember 2011

Page 31: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

lokasi dan tempat kedudukannya, adalah :

1. Perusahaan Angkutan Wisata, yaitu perusahaan yang memberikan

pelayanan jasa-jasa angkutan bagi wisatawan yang membutuhkan.

2. Perusahaan Akomodasi, yaitu perusahaan yang menyediakan jasa

penginapan bagi wisatawan selama melakukan perjalanan di daerah objek

wisata, seperti hotel, motel, wisma, pondok wisata, villa, apartemen,

karavan, perkemahan, kapal pesiar, pondok remaja dan sebagainya;

3. Perusahaan Bar dan Restaurant, yaitu perusahaan yang menyediakan

pelayanan makanan dan minuman bagi wisatawan selama berada di daerah

wisata.

4. Perusahaan Hiburan, yaitu perusahaan yang menyediakan barang-barang

berupa kerajinan tangan yang dapat menjadi kenang-kenangan bagi

wisatawan untuk dibawa pulang.

5. Perusahaan Souvenir dan Handicraft yaitu perusahaan yang menyediakan

barang-barang berupa kerajinan tangan yang dapat menjadi kenang-

kenangan bagi wisatawan tersebut.

Dewasa ini industri pariwisata telah membuktikan diri sebagai sebuah

alternatif kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan sebagai salah satu upaya

dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mendapatkan kondisi

yang ideal maka industri pariwisata dituntut untuk berkembang dengan baik

dan menghasilkan produk yang unggul dan dapat diandalkan.

Page 32: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

3. Paket Wisata

Dalam ilmu ekonomi, produk adalah sesuatu yang dihasilkan melalui

proses produksi atau “industri,” dengan tujuan akhir menghasilkan barang atau

jasa (goods and service). Sebagaimana telah diuraikan bahwa proses produksi

atau industri dalam kepariwisataan disebut “industri pariwisata,” yaitu

rangkuman dari berbagai macam perusahaan (baik perusahaan pemerintah

maupun swasta) yang secara bersama menghasilkan produk barang-barang

dan jasa-jasa (goods and service) yang saling terkait, baik secara langsung

atau tidak langsung dibutuhkan wisatawan.

Hasil produksi dari “Industri pariwisata,” yang berupa barang-barang

dan jasa-jasa (goods and service) disebut “produk wisata,” yang berupa

rangkaian dari berbagai jasa atau pelayanan yang dihasilkan berbagai

perusahaan, jasa masyarakat dan jasa alam, dimana tiap-tiap unsur jasa

tersebut dipersiapkan oleh masing-masing perusahaan dan ditawarkan secara

terpisah.

Jasa yang disediakan perusahaan antara lain jasa angkutan, akomodasi,

pelayanan makan-minum, jasa hiburan dan lain-lain. Jasa yang disediakan

masyarakat dan pemerintah antara lain berbagai prasarana umum, kemudahan,

keramahan, adat istiadat, seni budaya dan sebagainya. Jasa yang disediakan

alam antara lain pemandangan alam, pegunungan, pantai, gua alam, taman laut

dan sebagainya.29

Sekalipun kesemua produk wisata tersebut terpisah sama sekali satu

dengan lainnya namun karena saling melengkapi sedemikian rupa, maka

                                                            29 Gamal Suwantoro, 2004, Dasar-dasar Priwisata, Andi, Yogyakarta, hal. 48.

Page 33: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

produk-produk wisata tersebut dapat digabungkan dalam satu kesatuan yang

disebut paket wisata (package tour). Itulah sebabnya dalam kalangan

kepariwisataan dikenal istilah “paket wisata” yang berarti adalah suatu wisata

yang disusun dengan biaya tertentu, dimana di dalamnya telah termasuk biaya-

biaya untuk pengangkutan, menginap, makam-minum, hiburan, menyaksikan

obyek/atraksi wisata dan lain-lain yang dibuat khusus untuk itu.

Beberapa penulis menjelaskan tentang pengertian paket wisata sebagai

berikut :

M.A. Desky

Paket wisata adalah perpaduan beberapa (produk) jasa pariwisata,

minimal terdiri dari dua (produk) jasa wisata yang dikemas menjadi

satu kesatuan harga yang tidak dapat dipisahkan.30

Oka A Yoeti

Paket wisata adalah perjalanan wisata yang dijual, dimana harganya

sudah termasuk biaya jasa-jasa untuk transportasi ke dan dari daerah

tujuan wisata, akomodasi di tempat yang dikunjungi, makan dan minum

selama perjalanan, menyaksikan obyek dan atraksi wisata di tempat-

tempat yang dikunjungi.31

Penjualan paket wisata sangat menguntungkan bagi wisatawan sebagai

konsumen, karena menghemat waktu, harga relatif rendah dibanding kalau

mengurus sendiri, perjalanan dilakukan tanpa keraguan hati, program

perjalanan sudah pasti. Tentu saja ada kelemahan dalam paket wisata, tetapi

                                                             30 M.A. Desky. Op.cit. 23.  31 Oka A Yoeti, 1987. Op.cit. hal 325-326. 

Page 34: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

bila dibanding dengan kerugian bila mengurus sendiri, keuntungan yang

diperoleh jauh lebih banyak. 32

B. Biro Perjalanan Wisata

Dalam dunia kepariwisataan, dijumpai beberapa istilah yaitu operator

wisata (tour operator), agen perjalanan (travel agency) dan biro perjalanan

(travel bureau). Istilah tersebut dipadankan dengan Biro Perjalanan Wisata di

Indonesia.33 Menurut M.A. Desky istilah-istilah tersebut nampaknya berbeda,

akan tetapi jika menilik pada maknanya, semua istilah tersebut mempunyai

arti yang sama. Semua istilah tersebut sebenarnya merupakan fungsi dari Biro

Perjalanan Wisata.34

Mengenai pengertian Biro Perjalanan Wisata beberapa penulis

menyatakan :

1. Nyoman S. Pendit

Biro Perjalanan Wisata adalah perusahaan yang memiliki tujuan untuk

menyiapkan suatu perjalanan bagi seseorang yang merencanakan untuk

mengadakannya.35

2. R. S. Damardjati

Biro Perjalanan Wisata adalah perusahaan yang khusus mengatur dan

menyelenggarakan perjalanan dan persinggahan orang – orang termasuk

kelengkapan perjalanannya, dari suatu tempat ke tempat lain, baik di

                                                            32 M.A. Desky. Op.cit. 23. 33 http://raymondfrans63.wordpreess.com/biro-perjalanan-wisata-aktvitasnya/.Diakses

tanggal 17 Desember 2011  34 M.A. Desky. Op.cit. hal. 3.  35http://wartawarga.gunadarma.ac.id/Diakses tanggal 27 Desember 2011. 

Page 35: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

dalam negeri, dari dalam negeri, ke luar negri atau dalam negeri itu

sendiri.36

Biro Perjalanan Wisata menurut Peraturan Pemerintah RI No. 67

Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan, sebagaimana diatur

dalam BAB II Paragraf 1 tentang Usaha Jasa Biro Perjalanan Wisata Pasal 7

sampai Pasal 12, adalah :

1. Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi yang

melakukan kegiatan usaha Perjalanan Wisata yang meliputi tiga usaha

pokok yang wajib diselenggarakan yaitu37 :

a) Perencanaan dan pengemasan komponen-komponen perjalanan wisata, yang meliputi sarana wisata, obyek dan daya tarik wisata dan jasa pariwisata lainnya terutama yang terdapat di wilayah Indonesia dalam bentuk paket wisata.

b) Penyelenggaraan dan penjualan paket wisata dengan cara menyalurkan melalui Agen Perjalanan Wisata dan atau menjualnya langsung kepada wisatawan atau konsumen.

c) Penyediaan layanan pramuwisata yang berhubungan dengan paket wisata yang dijual.

Sedangkan kegiatan usaha yang tidak wajib adalah38 :

a) Penyediaan angkutan layanan wisata, b) Pemesanan akomodasi, restoran, tempat konvensi dan tiket

pertunjukan seni budaya serta kunjungan ke obyek dan daya tarik wisata,

c) Pengurusan dokumen perjalanan berupa paspor dan visa atau dokumen lain yang dipersamakan,

d) Penyelenggaraan ibadah agama, e) Penyeleggaraan perjalanan insentif.

2. Kewajiban Biro Perjalanan Wisata adalah39 :

a) Memenuhi jenis dan kualitas komponen perjalanan wisata yang dikemas dan/atau dijanjikan dalam paket wisata; dan

                                                             36 Ibid. 37 Pasal 5 yis Pasal 6 dan Pasal 7 P P No. 67 Tahun 1996  38 Pasal 9 P P No. 67 Tahun 1996 39 Pasal 10 P P No. 67 Tahun 1996 

Page 36: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

b) Memberikan pelayanan secara optimal bagi wisatawan yang melakukan pemesanan, pengurusan dokumen dan penyelenggaraan perjalanan melalui Biro Perjalanan Wisata.

3. Tanggungjawab Biro Perjalanan Wisata40 : Biro Perjalanan Wisata bertanggung jawab atas keselamatan wisatawan yang melakukan perjalanan wisata berdasarkan paket wisata yang dijualnya.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut, secara ringkas dapat dinyatakan

bahwa beberapa aktifitas usaha yang dapat dilakukan oleh Biro Perjalanan

Wisata dalam pengertiannya sebagai industri wisata antara lain :

a) Biro perjalanan wisata adalah perusahaan atau badan usaha yang

mempunyai kewenangan untuk membuat paket wisata dan berhak

untuk menjual dan menyelenggarakan paket wisata tersebut.

b) Biro perjalanan wisata juga menyediakan transportasi bagi orang atau

kelompok orang yang menggunakan jasa atau pelayanan paket wisata

dari biro perjalanan wisata tersebut.

c) Biro perjalanan wisata juga berhak melayani pemesanan dari orang

atau kelompok orang tentang penginapan, rumah makan, ataupun

sarana wisata lain yang dibutuhkan.

d) Mengurus surat-surat dari suatu perjalanan wisata dan juga berhak

untuk menyelenggarakan pemanduan terhadap suatu perjalanan

wisata.

e) Hal terakhir yang dilakukan oleh biro perjalanan wisata dalam

menyelenggarakan paket wisata adalah memberikan kenyamanan dan

                                                             40 Pasal 10 PP No. 67 Tahun 1996 

Page 37: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

keamanan terhadap orang atau kelompok orang yang menggunakan

jasa biro perjalanan wisata tersebut.

Menurut Oka A. Yoeti berdasarkan kegiatan usaha yang dilakukan

Biro Perjalanan Wisata sebagaimana telah diuraikan menyimpulkan bahwa

kegiatan usaha pokoknya Biro perjalanan wisata pada hakikatnya ada dua yaitu

: pertama, merencanakan dan kedua, menyelenggarakan perjalanan orang-

orang untuk tujuan wisata (tour) atas inisiatip dan risiko sendiri, dengan tujuan

mengambil keuntungan dari penyelenggaraan perjalanan tersebut.41

Sebagai perencana dan penyelenggara kegiatan wisata maka dalam

industri pariwisata, Biro Perjalanan Wisata memiliki dua fungsi yaitu 42:

1. Fungsi Umum :

Dalam hal ini biro perjalanan wisata merupakan suatu perusahaan atau

badan usaha yang memberikan penerangan atau informasi tentang segala

sesuatu yang berhubungan dengan dunia perjalanan pada umumnya dan

perjalanan wisata pada khususnya.

2. Fungsi khusus :

a) Biro perjalanan wisata sebagai perantara (intermediary) antara

wisatawan dan perusahaan-perusahaan penyedia fasilitas perjalanan

wisata, yang diperlukan wisatawan untuk mencapai tujuan wisata.

Dalam kegiatannya ia bertindak atas nama perusahaan lain dan

menjual jasa-jasa perusahaan yang diwakilinya.

                                                             41 Oka A Yoeti, 1987. Op.cit. hal 222. 42 File://localhost/K:/viever.php%2011.htm. Diakses tanggal 27 Desember 2011.

Page 38: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

b) Biro perjalanan wisata sebagai perusahaan atau badan usaha yang

merencanakan dan menyelenggarakan wisata dengan tanggung jawab

dan resikonya sendiri.

c) Biro perjalanan wisata sebagai pengorganisasi yaitu ia berada di

tengah-tengah industri pariwisata menggiatkan usaha, aktif menjalin

kerjasama dengan perusahaan lain baik dalam dan luar negeri, untuk

membuat perjanjian khusus yang mengatur hubungan kerja dengan

persahaan-perusahaan wisata agar jelas tugas, kewajiban dan hak

masing-masing pihak.

Di antara perusahaan-perusahaan atau pihak-pihak yang dijalin

hubungan kerjanya antara lain : Perusahaan angkutan wisata baik dalam negeri

atau luar negeri, Hotel ataupun penginapan baik di dalam maupun di luar

negeri, Rumah makan ataupun restoran, Pemandu wisata, Perusahaan-

perusahaan maupun instansi-instansi yang mengurus dokumen perjalanan,

Pimpinan rombongan untuk setiap perjalanan wisata, Porter yang bertugas

memindahkan barang milik peserta dari tempat yang satu ke tempat yang lain.

Di Indonesia Biro Perjalanan Wisata berada di bawah kepemimpinan

Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Seluruh Indonesia atau ASITA (Association of

the Indonesia Tour and Travel Agencies) yang mempunyai perwakilan di

masing-masing daerah.43

Dengan keberadaan Biro Perjalanan Wisata dalam industri wisata,

banyak memberi keuntungan bagi wisatawan yang menggunakan paket wisata

yang ditawarkan Biro Perjalanan Wisata, antara lain adanya kepastian, efisiensi                                                             

43 M.A. Desky, ibid. Hal.13.

Page 39: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

waktu dan informasi yang akurat. Dengan menggunakan jasa Biro Perjalanan

Wisata, perjalanan menjadi serba pasti dan terencana. Sebelum berangkat

seseorang dapat mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan

perjalanannya, seperti obyek wisata yang akan dikunjungi, angkutan yang

digunakan, hotel tempat menginap dan lain sebagainya. Dengan menggunakan

jasa Biro Perjalanan Wisata, seseorang tidak perlu bersusah payah

menghubungi semua pihak yang berkaitan dengan perjalananya. Dengan

menggunakan jasa Biro Perjalanan Wisata, seseorang akan memperoleh semua

informasi tentang seluruh fasilitas perjalanan yang sesuai dengan keinginan

dan kemampuannya.

Demikianlah tinjauan kritis tentang aspek ekonomi kepariwisataan yang

didalamnya membahas tentang “industri pariwisata” yang menghasilkan

“produk wisata” berupa barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang

dibutuhkan wisatawan. Selanjutnya produk wisata dimaksud oleh Biro

Perjalanan Wisata digabungkan dalam satu kemasan yang disebut “paket

wisata” (package tour), untuk dijual kepada masyarakat yang akan melakukan

perjalanan wisata. Mekanisme penjualan paket wisata tersebut terjadi dalam

transaksi yang berupa perjanjian Paket Wisata.

Selanjutnya untuk mengkaji aspek hukum dari Perjanjian Paket Wisata,

maka dalam uraian berikut akan dibahas kajian teoritis tentang Perjanjian

sebagaimana diatur dalam Hukum Perdata, yang di dalamnya mencakup

tentang pengertian Perjanjian dan beberapa aspeknya dan perbedaan-perbedaan

jenis perjanjian yang salah satu diantaranya adalah tentang Perjanjian Tak

Bernama.

Page 40: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

C. Perjanjian pada umumnya

1. Pengertian Perjanjian

Dalam undang-undang, hukum perjanjian diatur di dalam Buku III

KUH Perdata yang mengatur tentang perikatan. Hal ini karena perjanjian

merupakan salah satu peristiwa yang melahirkan hubungan hukum dalam

lapangan harta kekayaan antara dua pihak yang disatu pihak ada hak dan di

lain pihak ada kewajiban (perikatan).

Pasal 1313 KUH Perdata merumuskan perjanjian sebagai :

“Suatu perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

Dengan pertimbangan agar perbuatan-perbuatan yang tidak

mengandung unsur kehendak atas akibatnya tidak masuk dalam cakupan

perumusan, seperti perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad),

perwakilan sukarela (zaakwarneming) dan agar perjanjian timbal balik bisa

tercakup dalam perumusan tersebut, J. Satrio merevisi perumusan tersebut

menjadi demikian :

“Perjanjian adalah perbuatan hukum dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih atau dimana

satu orang lain atau lebih saling mengikatkan dirinya.”44

Suatu perjanjian tidak terjadi seketika atau serta merta dan perjanjian dibuat

untuk dilaksanakan, oleh karena itu dalam suatu perjanjian yang dibuat selalu

terdapat tiga tahapan, yaitu45 :

                                                             44 J. Satrio, 1995, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Buku

Kesatu, Citra Aditya Bakti, Bandung.hal. 23 – 27.

Page 41: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

a). Pra-contractual, yaitu perbuatan-perbuatan yang tercakup dalam

negosiasi dengan kajian tentang penawaran dan penerimaan;

b). Contractual, yaitu tentang bertemunya dua pernyataan kehendak yang

saling mengisi dan mengikat kedua belah pihak;

c). Post-contractual, yaitu tahap pada pelaksanaan hak-hak dan kewajiban-

kewajiban yang hendak diwujudkan melalui perjanjian tersebut.

2. Asas-asas Perjanjian

KUH Perdata menentukan dengan jelas mengenai beberapa asas-asas

perjanjian, diantaranya dalam Pasal 1315 menentukan asas personalia

perjanjian; Pasal 1337 menentukan asas kesusilaan dan ketertiban umum;

Pasal 1338 ayat (1) menentukan asas mengikatnya perjanjian; Pasal 1338 ayat

(3) menentukan asas iktikad baik; sedangkan Pasal 1339 menentukan asas

kepatutan dan kebiasaan. Namun menurut Rutten, hanya ada tiga asas yang

paling pokok dalam hukum perjanjian, yaitu asas konsensualisme, asas

kekuatan mengikatnya perjanjian dan asas kebebasan berkontrak. 46

a. Asas kebebasan berkontrak

Asas kebebasan berkontrak (contacts vrijheid atau partij-autonomie)

adalah suatu asas yang menetapkan bahwa setiap orang bebas untuk

mengadakan perjanjian apa saja, bebas untuk menentukan isi, luas dan

bentuk perjanjian. Asas ini disimpulkan juga dari Pasal 1338 ayat (1) KUH

Perdata yang menyatakan : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah

                                                                                                                                                                   45Salim HS, 2003, Perkembangan Hukum Kontrak innominaat di Indonesia, Sinar

Grafika, Jakarta, hal. 16. 46 Purwakhid Patrik, 1982. Asas Iktikad Baik dan Kepatutan dalam Perjanjian, Fakultas

Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, hal.3.

Page 42: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Subekti

mengatakan, bahwa dengan menekankan pada kata “semua”, maka

ketentuan tersebut seolah-olah berisikan pernyataan pada masyarakat

bahwa, setiap orang diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan

berisi apa saja baik yang sudah diatur ataupun yang belum diatur dalam

undang-undang.47

b. Asas konsensualisme

Asas konsensualisme adalah suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian

telah terjadi atau lahir sejak tercapainya sepakat para pihak, artinya suatu

perjanjian telah ada dan mempunyai akibat hukum dengan tercapainya

kata sepakat dari para pihak mengenai hal-hal pokok dan tidaklah

diperlukan suatu formalitas.48 Asas kesepakatan ini disimpulkan dari Pasal

1320 KUH Perdata yang menyatakan, bahwa untuk sahnya suatu

perjanjian diperlukan empat syarat yaitu : sepakat mereka yang

mengikatkan diri, kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, suatu hal

tertentu dan suatu sebab yang halal. Pada saat ini ada kecenderungan

mewujudkan perjanjian konsensuil dalam bentuk perjanjian tertulis, baik

dibawah tangan maupun dengan akta otentik. Hal ini dimaksudkan untuk

mempermudah pembuktian jika dalam pelaksanaannya nanti salah satu

pihak melakukan pelangggaran.

                                                             47 Subekti, 1983, Hukum Perjanjian, PT. Internusa, Jakarta, hal. 14. 48 Ibid. hal. 15.

Page 43: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

c. Asas mengikatnya perjanjian (pacta sunt servanda)

Asas mengikatnya perjanjian adalah suatu asas yang menyatakan bahwa

perjanjian yang dibuat secara sah, mengikat mereka yang membuat

sebagai undang-undang. Dengan demikian para pihak terikat dan harus

melaksanakan perjanjian yang telah disepakati bersama, seperti hal

keharusan untuk mentaati undang-undang.49 Asas kekuatan mengikatnya

perjanjian ini disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang

menyatakan “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Dijelaskan oleh Sudikno

Mertokusumo, bahwa bunyi lengkap adagium tersebut adalah Pacta nuda

servanda sunt, yang mempunyai arti bahwa kata sepakat tidak perlu

dirumuskan dalam bentuk sumpah, perbuatan atau formalitas tertentu agar

menjadi kewajiban yang mengikat.50

3. Jenis Perjanjian

Dalam Hukum Perjanjian, perjanjian dibedakan ke dalam beberapa

kelompok pembedaan berdasarkan kriteria-kriteri tertentu, beberapa

pembedaan pembedaan dimaksud akan diuraikan dalam uraian berikut.

a. Perjanjian Konsensuil dan Riil

Berdasarkan cara lahirnya perjanjian dibedakan atas perjanjian konsensuil

dan perjanjian riil. Perjanjian konsensuil adalah perjanjian dimana adanya

kata sepakat antara para pihak saja sudah cukup untuk timbulnya

perjanjian yang bersangkutan, dan timbulnya perjanjian tersebut                                                             

49 J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian Buku I, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal. 142.

50 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1986, hal. 97.

Page 44: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

ditentukan sejak detik tercapainya kesepakatan.51 Akibat hukum dari

timbulnya perjanjian adalah lahirnya kewajiban bagi salah satu atau kedua

belah pihak, oleh karena itu perjanjian yang bersifat konsensuil juga

merupakan perjanjian “obligatoir” (baru melahirkan kewajiban), sehingga

sering dikenal dengan perjanjian yang konsensuil obligatoir. Perjanjian riil

adalah perjanjian yang baru lahir kalau barang yang menjadi pokok

prestasi telah diserahkan,52 artinya dengan tercapainya sepakat para pihak

saja belum cukup untuk melahirkan perjanjian riil, sehingga untuk adanya

perjanjian riil harus terpenuhi adanya dua unsur yaitu sepakat dan

penyerahan benda pokok perjanjian. Contohnya : pinjam meminjam,

pinjam pakai dan penitipan barang. Pada umumnya, perjanjian-perjanjian

khusus yang diatur dalam Buku III KUH Perdata bersifat konsensuil

obligatoir, kecuali beberapa perjanjian tertentu yang bersifat riil.

b. Perjanjian Sepihak dan Timbal-balik

Berdasarkan perikatan yang timbul dari suatu perjanjian, mengikat satu

pihak saja ataukah mengikat kedua belah pihak, perjanjian dapat

dibedakan atas perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik, yakni

“Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pada

salah satu pihak saja sedangkan pada pihak yang lain hanya ada hak saja,

seperti : hibah, pinjam pakai, perjanjian pinjam mengganti, penitipan

barang cuma-cuma; Sedangkan Perjanjian timbal balik adalah perjanjian

yang menimbulkan kewajiban dan hak kepada kedua belah pihak, dengan

                                                            51 Subekti, Op.cit.hal. 48 52 Ibid.hal. 49

Page 45: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

mana hak dan kewajiban itu mempunyai hubungan satu sama lainnya,

seperti : perjanjian jual beli, sewa menyewa, tukar menukar dan lain-lain.53

4. Syarat Sahnya Perjanjian

Setiap orang yang mengadakan perjanjian selalu dimaksudkan untuk

menimbulkan akibat hukum yang dikehendaki atau yang dianggap

dikehendaki. Agar maksud itu tercapai dan bila perlu pelaksanaannya dapat

dipaksakan melalui pengadilan, maka perjanjian yang dibuat harus perjanjian

yang memenuhi syarat sahnya perjanjian. Melalui Pasal 1320 KUH Perdata,

pembuat undang-undang telah menetapkan syarat-syarat pokok yang harus

dipenuhi agar perjanjian yang mereka adakan menjadi perjanjian yang sah,

yakni :

a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri;

b. Kecakapan untuk membuat perjanjian,

c. Suatu hal tertentu,

d. Suatu sebab yang halal.

Kata sepakat merupakan dasar lahirnya suatu perjanjian. Suatu

perjanjian dianggap lahir atau terjadi pada saat dicapainya kata sepakat antara

para pihak yang mengadakan perjanjian. Sepakat atau konsensus mengandung

pengertian bahwa para pihak saling menyatakan kehendak masing-masing

untuk menutup sebuah perjanjian dan kehendak pihak yang satu sesuai secara

timbal balik dengan kehendak pihak lainnya. Pernyataan kehendak tersebut

tidak harus dinyatakan secara tegas dengan kata-kata, tetapi dapat juga

                                                            53 Ibid, hal. 42

Page 46: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

dilakukan dengan perbuatan atau sikap yang mencerminkan adanya kehendak

untuk mengadakan perjanjian. Pernyataan kehendak yang menghasilkan

kesepakatan dapat dibedakan antara pernyataan kehendak untuk menawarkan

dan pernyataan kehendak untuk melakukan penerimaan.

Syarat kedua untuk sah perjanjian adalah kecakapan para pihak untuk

membuat perjanjian. Menurut Pasal 1329 KUH Perdata, “Setiap orang adalah

cakap untuk membuat perikatan-perikatan, jika ia oleh undang-undang tidak

dinyatakan tidak cakap”. Dari ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa

menurut undang-undang pada asasnya setiap orang adalah cakap untuk

membuat perjanjian. Ketidakcakapan merupakan suatu perkecualian atas asas

tersebut dan orang hanya tidak cakap kalau undang-undang menentukan

demikian. Perkecualian atas prinsip tersebut terdapat dalam Pasal 1330 KUH

Perdata yang menyebutkan secara berturut-turut bahwa tidak cakap untuk

membuat suatu perjanjian adalah :

1). Orang-orang belum dewasa,

2). Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan,

3). Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-

undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang

telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.

Syarat ketiga untuk sahnya perjanjian adalah adanya suatu hal tertentu.

Suatu hal tertentu harus ditafsirkan bahwa obyek perjanjian harus “tertentu”.

Sekalipun masing-masing obyek tidak harus individual tertentu. Mengenai

syarat bahwa obyeknya harus tertentu, Pasal 1333 ayat (2) menyatakan bahwa

jumlahnya semula boleh belum tertentu asal kemudian hari dapat ditentukan.

Page 47: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Tetapi jika pada saat perjanjian ditutup obyek sama sekali tidak tertentu atau

tidak ada adalah tidak boleh. Jadi yang dimaksud dengan “suatu hal tertentu”

adalah bahwa paling tidak macam atau jenis benda dalam perjanjian sudah

ditentukan pada saat lahirnya perjanjian.54

Syarat keempat untuk sahnya perjanjian adalah adanya suatu “sebab

(Latin : causa) yang halal (Geoorloofde orzaak). KUH perdata tidak

memberikan perumusan mengenai apa yang dimaksud dengan “sebab yang

halal.” Hanya dijelaskan dalam Pasal 1337 KUH Perdata bahwa “suatu sebab

adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila

berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum.” Dari penjelasan

tersebut dapat ditarik pengertian bahwa untuk sahnya suatu perjanjian

causanya harus diperbolehkan, dan sebaliknya causa yang tidak diperbolehkan

adalah apabila dilarang oleh undang-undang atau bertentangan dengan

kesusilaan dan ketertiban umum.

Menurut pendapat Hamaker dan Hofman serta Hoge Raad dalam

Arrestnya tanggal 17 November 1922, yang dimaksud dengan causa

perjanjian adalah tujuan perjanjian, yakni apa yang menjadi tujuan bersama

para pihak dalam membuat perjanjian. Dengan demikian maka yang dimaksud

dengan sebab atau causa yang halal adalah bahwa tujuan perjanjian tidak

bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.55

Dikatakan bertentangan dengan undang-undang apabila tujuan para

pihak mengadakan perjanjian secara jelas melanggar ketentuan undang-

                                                             54J. Satrio, Hukum Perikatan Buku II, op.cit., hal. 31. 55 Ibid. hal. 60-72.

Page 48: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

undang; Dan dikatakan bertentangan dengan kesusilaan adalah apabila tujuan

para pihak mengadakan perjanjian bertentangan dengan nilai-nilai positif yang

hidup dalam masyarakat; Sedangkan dikatakan bertentangan dengan

ketertiban umum adalah apabila tujuan para pihak dalam mengadakan

perjanjian bertentangan dengan hal-hal yang berkaitan dengan masalah

kepentingan umum yakni kedamaian, ketentraman dan keamanan hidup

bermasyarakat.56

Dua syarat yang pertama, dinamakan syarat subyektif, karena

mengenai orang-orangnya atau subyeknya yang mengadakan perjanjian,

sedangkan dua syarat yang terakhir dinamakan syarat-syarat obyektif, karena

mengenai obyek dari perbuatan hukum yang dilakukan itu. Tidak

terpenuhinya syarat-syarat tersebut atau salah satu syarat dari syarat tersebut

adalah perjanjian tidak sah atau batal. Dalam hal syarat obyektif tidak

terpenuhi, perjanjian adalah itu batal demi hukum; artinya sejak semula

tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada perikatan.

Tujuan para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut untuk melahirkan

suatu perikatan hukum adalah gagal. Sedangkan dalam hal syarat subyektif

tidak terpenuhi, perjanjian tidak batal demi hukum, tetapi dapat dibatalkan,

artinya perjanjian itu oleh hukum dianggap ada sampai salah satu pihak yang

tidak cakap atau yang memberikan sepakat secara tidak bebas meminta

pembatalan.57

                                                             56 Ibid. hal. 98-127. 57 Subekti, Hukum Perjanjian, op.cit., hal. 20. 

Page 49: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

5. Prestasi dalam suatu Perjanjian

a. Prestasi dan Wanprestasi dalam Perjanjian

Perjanjian obligator senantiasa terdapat kewajiban yang harus

dipenuhi oleh salah satu pihak dan kewajiban tersebut merupakan hak

yang pemenuhannya dapat dituntut oleh pihak yang lain. Pihak yang

berhak menuntut disebut pihak berpiutang atau kreditur dan pihak yang

wajib memenuhi tuntutan disebut sebagai pihak berutang atau debitur,

sedang apa yang menjadi hak dari kreditur dan kewajiban bagi debitur

dinamakan prestasi.

Dalam perjanjian prestasi dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

1) Memberikan sesuatu,

2) Melakukan suatu perbuatan,

3) Tidak melakukan suatu perbuatan.

Jika seorang debitur telah melaksanakan kewajibannya dengan

sempurna, tepat sesuai dengan apa yang diperjanjikan oleh kedua belah

pihak, maka dikatakan bahwa debitur telah menunaikan prestasi atau

berprestasi. Sebaliknya jika debitur tidak memenuhi kewajibannya dengan

sempurna tepat sesuai dengan apa yang diperjanjikan oleh kedua belah

pihak, menurut hukum debitur tersebut dikatakan wanprestasi atau cidera

janji.

Ada tiga kemungkinan bentuk-bentuk tindakan wanprestasi

sebagaimana dikatakan oleh J. Satrio, yaitu jika :

1) Debitur sama sekali tidak berprestasi;

Page 50: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

2) Debitur keliru berprestasi;

3) Debitur terlambat berprestasi. 58

Wanprestasi ini ada kalau debitur tidak dapat membuktikan

bahwa tidak terlaksananya prestasi sebagaimana yang diperjanjikan adalah

diluar kesalahannya, jadi wanprestasi itu terjadi karena debitur mempunyai

kesalahan.59

Kesalahan dapat berupa kesengajaan dan kelalaian; kesengajaan

terjadi jika ada niat dan kehendak pada debitur untuk tidak memenuhi

prestasi, sedangkan kelalaian ada jika debitur dapat menghindari penyebab

tidak terjadi prestasi dan ia dapat dipersalahkan karena ia tidak

menghindarinya. Dengan demikian, seorang debitur dapat dinyatakan

wanprestasi manakala ia tidak melaksanakan kewajibannya untuk

memenuhi prestasi, dan tidak terlaksananya kewajiban tersebut

dikarenakan faktor kesengajaan atau kelalaian.

Apabila terjadi wanprestasi, maka kreditur mempunyai beberapa

pilihan atas berbagai macam kemungkinan tuntutan. Kemungkinan

pilihan tersebut adalah berupa tuntutan 60:

1) Pemenuhan perjanjian;

2) Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi;

3) Ganti rugi saja;

4) Pembatalan perjanjian;

                                                            58 J. Satrio, 1993, opcit., hal. 122. 59 A. Qirom Syamsudin Meliala, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta

Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta, 1985, hal. 26. 60 Subekti, op.cit., hal. 53.

Page 51: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

5) pembatalan perjanjian disertai ganti rugi.

Tuntutan-tuntutan tersebut tidak lain dimaksudkan untuk

memberikan perlindungan bagi kreditur, agar dapat mempertahankan

kepentingannya terhadap debitur yang tidak jujur. Namun demikian,

hukum juga memperhatikan dan memberikan perlindungan bagi debitur

yang tidak memenuhi kewajibannya, jika hal itu terjadi bukan karena

kesalahan atau akibat kelalaiannya.

Subekti61 mengemukakan bahwa seorang debitur yang dinyatakan

wanprestasi masih dimungkinkan untuk melakukan pembelaan berupa :

1) Mengajukan tuntutan adanya keadaan memaksa (overmacht atau force

majeur);

2) Mengajukan bahwa si kreditur sendiri juga telah lalai (exeptio non

adimpleti contractus);

3) Mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut

ganti rugi (rechtsverwerking).

b. Keadaan memaksa (overmacht atau force majeur)

Sebagaimana dikemukakan bahwa wanprestasi adalah tidak

terlaksananya prestasi sebagaimana mestinya karena adanya faktor

kesalahan pada debitur. Dengan ini berarti, ada kemungkinan tidak

terlaksananya prestasi tanpa ada kesalahan pada debitur, tetapi

dikarenakan adanya suatu sebab di luar diri debitur yang menghalang-

halangi pemenuhan prestasi.

                                                             61 Subekti, op.cit., hlm. 53.

Page 52: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Tentang sebab yang menghalang-halangi pemenuhan prestasi

yang demikian itu, disebut “keadaan memaksa” (overmacht atau force

majeur) yang didalam KUH Perdata diatur dalam Pasal 1244 dan Pasal

1245.

Pasal 1244 KUH Perdata :

“Jika ada alasan untuk itu, si berhutang harus dihukum mengganti biaya, rugi dan bunga apabila ia tidak dapat membuktikan, bahwa hal tidak atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakan perikatan itu, disebabkan karena suatu hal yang tak terduga, pun tak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya, kesemuanya itupun jika iktikad buruk tidaklah ada pada pihaknya.”

Pasal 1245 KUH Perdata :

“Tidaklah biaya, rugi dan bunga, harus digantinya, apabila lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadian tak disengaja si berhutang berhalangan memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang.”

Dari kedua Pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa : keadaan

memaksa (overmacht) adalah suatu keadaan atau kejadian yang tak

dapat diduga-duga terjadinya, sehingga menghalangi seorang debitur

untuk melakukan prestasinya sebelum ia lalai dan keadaan mana tidak

dapat dipersalahkan kepadanya.

Dari batasan tersebut dapat diketahui adanya bebarapa unsur dari

keadaan memaksa yaitu :

1) Hal tidak dapat diduga sebelumnya;

2) Diluar kesalahan debitur;

3) Menghalangi debitur untuk berprestasi;

Page 53: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

4) debitur belum lalai.

Keadaan memaksa dapat bersifat tetap dan dapat bersifat

sementara. Keadaan memaksa adalah bersifat tetap manakala keadaan

yang mengakibatkan terhalangnya prestasi berlangsung untuk selamanya;

contohnya benda yang menjadi obyek prestasi terbakar diluar salahnya

debitur. Sebaliknya keadaan memaksa adalah bersifat sementara jika

keadaan yang menyebabkan terhalangnya prestasi hanya berlangsung

dalam jangka waktu tertentu saja; contohnya banjir.

Akibat dari adanya keadaan memaksa ditentukan dalam Pasal

1245 KUH Perdata, yaitu menghapuskan atau meniadakan kewajiban

debitur membayar ganti rugi. Hal itu berarti bahwa debitur tidak wajib

membayar ganti rugi, bilamana ia terhalang oleh keadaan memaksa dalam

melaksanakan prestasi.

Hapusnya kewajiban membayar ganti rugi hanyalah merupakan

konsekuensi lebih lanjut dari pada hapusnya kewajiban prestasi, oleh

karena itu akibat dari adanya keadaan memaksa, yang paling pokok

sebenarnya adalah menghapuskan kewajiban prestasi debitur.

Dengan mengingat adanya dua macam bentuk keadaan memaksa

yang bersifat tetap dan sementara, maka harus disimpulkan bahwa akibat

adanya keadaan memaksa adalah : debitur tidak diwajibkan melaksanakan

prestasi jika keadaan memaksanya bersifat tetap atau debitur hanya

diwajibkan menunda pelaksanaan prestasi sampai keadaan memaksanya

yang bersifat sementara itu selesai.

Page 54: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

6. Akibat Hukum Perjanjian

KUH Perdata Buku III titel 2 bagian 3 yang berjudul tentang

akibat hukum perjanjian, dibuka dengan Pasal 1338 yang menyatakan : “

semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang

bagi mereka yang membuatnya.“

Dengan demikian setiap perjanjian yang dibuat “ secara sah “

berarti memenuhi syarat untuk sahnya perjanjian yaitu ada kesepakatan

untuk membuat perjanjian, mereka yang bersepakat adalah orang yang

cakap untuk membuat perjanjian, prestasinya tertentu dan tujuan para

pihak mengadakan perjanjian secara jelas tidak melanggar ketentuan

undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum, maka perjanjian

mengikat para pihak yang membuat perjanjian, seperti undang-undang

yang mengikat orang terhadap siapa undang-undang berlaku.

Perjanjian yang dibuat secara sah tidak dapat dibatalkan secara

sepihak. Pembatalan hanya dapat dilakukan atas dasar kesepakatan antara

para pihak yang membuatnya untuk membatalkan perjanjian yang telah

ada tersebut. Dengan demikian perjanjian yang dibuat secara sah berlaku

mengikat dan para pihak wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan yang

ada dalam perjanjian.

Sampai kapankah perjanjian mengikat atau sampai kapan suatu

perjanjian itu berakhir ? Pada asasnya perjanjian berakhir kalau akibat-

akibat hukum yang dituju telah selesai terpenuhi.

Page 55: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

7. Risiko

Yang dimaksud dengan risiko adalah suatu kewajiban untuk

menanggung kerugian sebagai akibat dari adanya suatu peristiwa atau

kejadian yang menimpa obyek perjanjian dan bukan karena kesalahan dari

salah satu pihak.62 Hal itu berarti risiko berpokok pangkal pada suatu

peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak yang mengadakan perjanjian,

atau dengan kata lain berpokok pangkal pada kejadian yang didalam

hukum dinamakan : keadaan memaksa. Dengan demikian maka risiko

adalah merupakan kelanjutan dari keadaan memaksa.

a. Resiko pada Perjanjian Sepihak

Pasal 1237 KUH Perdata : “Dalam hal adanya perikatan untuk

memberikan sesuatu kebendaan tertentu, kebendaan itu semenjak

perikatan dilahirkan, adalah atas tanggungan si berpiutang”. Ketentuan ini

terletak pada bab tentang perikatan pada umumnya; jadi disini diatur

tentang perikatan dalam bentuk dasarnya yaitu hubungan dalam lapangan

hukum kekayaan, dimana disatu pihak ada hak (kreditur) dan dilain pihak

ada kewajiban (debitur). Bentuk perikatan seperti ini muncul pada

perjanjian sepihak, seperti pada hibah.

Berdasarkan ketentuan tersebut benda yang harus diserahkan

menjadi tanggungan kreditur. Disini tidak dibicarakan siapa yang bersalah,

tetapi hanya dikatakan yang menanggung kerugian adalah kreditur; maka -

--ditafsirkan bahwa--- kalau terjadi kerugian pada benda tertentu yang

                                                             62 A. Qirom Syamsudin Meliala, op.cit, hlm. 49.

Page 56: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

harus diserahkan dan tidak ada yang bersalah atas kerugian itu, yang

menanggung adalah kreditur. Dengan begitu, dalam perikatan untuk

memberikan suatu barang tertentu, jika barang ini sebelum diserahkan,

musnah atau rusak karena suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu

pihak, kerugian ini harus dipikul oleh “si berpiutang” (kreditur), yaitu

pihak yang berhak menerima barang itu. Dalam bahasa hukum dikatakan

pada perikatan untuk memberikan suatu barang tertentu, yang timbul dari

suatu perjanjian yang sepihak resiko ada pada kreditur.

b. Resiko pada Perjanjian Timbal Balik

Dalam perjanjian timbal balik prestasi yang satu berkaitan erat

sekali dengan prestasi yang lain; dijanjikannya prestasi yang satu adalah

dengan memperhitungkan akan diterimanya prestasi yang lain. Pengaturan

resiko dalam perjanjian timbal-balik, dimana kedua belah pihak sama-

sama berkewajiban memenuhi prestasi, dapat kita simpulkan dari

pengaturan yang terdapat dalam Pasal 1444 ayat (1) KUH Perdata yang

menyatakan :

“Jika barang tertentu yang menjadi bahan persetujuan, musnah, tak lagi dapat diperdagangkan, atau hilang, sedemikian hingga samasekali tak diketahui apakah barang itu masih ada, maka hapuslah perikatannya, asal barang itu musnah atau hilang di luar salahnya si berutang, dan sebelum ia lalai menyerahkannya.”

Disini ditentukan, apabila suatu barang tertentu yang menjadi

bahan perjanjian musnah tak dapat lagi diperdagangkan atau hilang diluar

salahnya si berutang maka perikatan antara pihak-pihak yang membuat

perjanjian menjadi hapus; dan karena seluruh perikatan hapus, maka

Page 57: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

dengan sendirinya pihak yang membuat perjanjian tidak dapat menuntut

sesuatu apapun antara yang satu terhadap yang lain.

Hal itu berarti apabila barang yang menjadi obyek perjanjian

timbal-balik selama belum diserahkan telah musnah tak lagi dapat

diperdagangkan atau hilang diluar salahnya salah satu pihak, maka

risikonya ditanggung oleh pemilik; Karena terhadap barang miliknya,

pemilik yang harus menyerahkan barangnya, berkedudukan sebagai

debitur, maka disini dikatakan risiko kerugian dipikul oleh debitur.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Pasal 1444 KUH

Perdata, resiko pada perjanjian timbal-balik ditanggung oleh pemilik atau

debitur.

Karena Pasal 1444 KUH Perdata ini termuat dalam Bagian Umum

Buku III KUH Perdata, maka pasal tersebut merupakan ketentuan umum

tentang resiko yang menjadi pedoman bagi perjanjian-perjanjian pada

umumnya. Pasal 1237 KUH Perdata sebagai pedoman tentang resiko bagi

perjanjian sepihak. Sedangkan Pasal 1444 KUH Perdata sebagai pedoman

tentang resiko bagi perjanjian timbal-balik.

Kecuali perihal resiko ini diatur dalam pasal-pasal Bagian Umum

Buku III KUH Perdata yang menjadi pedoman bagi perjanjian pada

umumnya, yang dirasakan mengatur tentang resiko itu sudah seadilnya,

perihal resiko juga diatur dalam pasal-pasal Bagian Khusus Buku III KUH

Perdata tentang perjanjian-perjanjian tertentu pada pasal-pasal tertentu

pula. Misalnya dalam perjanjian jual-beli resikonya diatur pada Pasal

1460, 1461 dan 1462 KUH Perdata, dalam perjanjian tukar-menukar

Page 58: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

resikonya diatur pada Pasal 1545 KUH Perdata, selanjutnya dalam

perjanjian sewa-menyewa resikonya diatur dalam Pasal 1553 KUH

Perdata dan lain sebagainya.

Pasal-pasal KUH Perdata yang megatur resiko dalam perjanjian-

perjanjian jual-beli, tukar-menukar, dan sewa-mnyewa itu dirasakan

sebagai sudah seadilnya sesuai dengan Pasal 1444 KUH Perdata. Kecuali

Pasal 1460 KUH Perdata yang mengatur resiko secara tidak adil, sehingga

Mahkamah Agung dengan Surat Edarannya No. 3 tahun 1963 menyatakan

Pasal 1460 tersebut tidak berlaku lagi.

Kemudian bilamana ketentuan mengenai resiko ini kita hubungkan

dengan asas kebebasan berkontrak yang menentukan bahwa semua orang

dapat membuat perjanjian yang bagaimanapun isinya asal tidak

bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum,

maka dapat dikatakan bahwa pengaturan mengenai resiko ini inkonkreto

diserahkan kepada para pihak yang membuat perjanjian untuk mengatur

dan menentukan sendiri sedemikian rupa, bagaimana perihal resiko itu

diinginkan mereka.

D. Unsur-Unsur Perjanjian

1. Unsur Essensialia

Menurut J. Satrio, unsur essensialia adalah unsur perjanjian yang selalu

harus ada dalam suatu perjanjian, unsur mutlak, yang tanpa adanya unsur

Page 59: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

tersebut perjanjian tidak mungkin ada.63 Kausa yang halal merupakan unsur

essensialia untuk adanya perjanjian64.

Pembicaraan tentang unsur essensialia terhadap adanya perjanjian

dalam uraian di atas adalah pembicaraan perjanjian dalam pengertian pada

umumnya, yang bisa berlaku terhadap perjanjian khusus (bernama) maupun

perjanjian tidak bernama secara umum. Dengan mendasarkan pemahaman

pada ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata maka unsur essensialia yang

menjadikan adanya perjanjian secara umum adalah : sepakat para pihak baik

sepakat itu sah atau tidak sah; adanya para pihak baik cakap atau tidak cakap;

obyek prestasi yang tertentu atau dapat ditentukan; kausa yang halal, yang

kesemuanya merupakan sekelompok unsur essensialia yang harus ada secara

komulatif. Selanjutnya J. Satrio menjelaskan bahwa pada perjanjian riil,

syarat penyerahan obyek prestasi perjanjian merupakan essensialia; sama

seperti bentuk tertentu merupakan essensialia dari perjanjian formil; demikian

pula harga dan barang merupakan unsur essensialia dari perjanjian jual beli65.

Berdasarkan penjelasan diatas dapatlah di deskripsikan bahwa

essensialia suatu perjanjian secara umum akan membedakan terhadap suatu

perbuatan itu sebagai suatu perjanjian atau bukan; sedangkan essensialia

suatu perjanjian tertentu akan membedakan terhadap keberadaan antara

perjanjian khusus tertentu dengan perjanjian tertentu yang lain.

Pada umumnya, meskipun tidak dinyatakan secara tegas, unsur

essensialia seperti tersebut di atur dalam Buku III KUH Perdata melalui

pengaturan yang bersifat memaksa (dwigend recth) yang dapat dikenali                                                             

63 J. Satrio, Buku Kedua, Op.Cit., hal. 67 64 Ibid., hal. 68. 65 Ibid. 

Page 60: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

dengan ciri, apabila ketentuan tersebut tidak dipenuhi akan berakibat batal

demi hukum atas perjanjian yang bersangkutan.

2. Unsur Naturalia

Unsur Naturalia adalah unsur perjanjian yang oleh undang-undang di

atur tetapi yang oleh para pihak dapat di singkirkan atau di ganti 66. Unsur ini

sebenarnya merupakan bagian-bagian isi perjanjian yang secara umum patut,

dan adil bagi para pihak karena merupakan konsekuensi logis dari perjanjian

yang bersangkutan. Dalam keadaan normal orang pada umumnya pun akan

menghendaki pengaturan demikian sebagaimana logisnya.

Unsur naturalia ini oleh undang-undang diatur dengan hukum yang

bersifat mengatur atau menambah (regelend rech atau aanvullend rech). Jadi,

melalui aturan yang bersifat menambah ini pembuat undang-undang telah

menfiksikan kehendak para pihak rata-rata umumnya orang dalam membuat

perjanjian. Secara logis (natural) seseorang yang dalam suatu perjanjian misal

nya jual beli diwajibkan untuk menyerahkan hak milik atas kebendaan

tertentu, sebagai konsekuensi logisnya ia diwajibkan pula untuk menjamin

bahwa kebendaan yang diserahkan tersebut aman dari tuntutan pihak ketiga

dan bebas dari cacat tersembunyi ( Pasal 1491 KUH Perdata). Tanpa

memperjanjikan hal ini pun ketentuan pasal tersebut berlaku secara otomatis

menambah isi perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Namun demikian

ketentuan tersebut dapat disingkirkan dengan mengaturnya secara lain

melalui kesepakatan kedua belah pihak.

                                                             66 Ibid. 

Page 61: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

3. Unsur Accidentalia

Unsur Accidentalia adalah unsur perjanjian yang ditambahkan oleh para

pihak karena undang-undang tidak mengatur tentang hal tersebut67. Semua

janji-janji dalam suatu perjanjian yang sengaja dibuat untuk menyimpangi

ketentuan hukum yang menambah merupakan unsur accidentalia68.

Pemahaman tentang unsur accidentalia ini akan menjadi jelas bila

dikaitkan dengan perjanjian khusus atau perjanjian bernama yang umumnya

telah mendapatkan pengaturan secara relatif lengkap melalui ketentuan yang

bersifat menambah. Meskipun demikian kadang-kadang terkandung hal-hal

tertentu undang-undang tidak atau lupa mengaturnya sehingga diserahkan

kepada para pihak untuk mengaturnya sendiri. Dengan demikian unsur

accidentalia ini dapat berupa janji-janji yang dibuat oleh para pihak karena

undang-undang (yang bersifat menambah) tidak mengaturnya atau berupa

janji-janji yang dibuat para pihak dalam hal mereka menyimpangi ketentuan

yang bersifat menambah tersebut.

E. Perjanjian Bernama dan Perjanjian Tak Bernama

Pasal 1319 KUH Perdata menyebutkan dua kelompok perjanjian, yaitu

perjanjian yang oleh undang-undang diberikan suatu nama khusus disebut

perjanjian bernama (benoemde atau nominaat contracten) dan perjanjian yang

dalam undang-undang tak dikenal dengan suatu nama tertentu yang disebut

perjanjian tak bernama (onbenoemde atau innominaat contracten).

                                                            67 Ibid. 68 Ibid., hal 73. 

Page 62: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Perjanjian bernama adalah perjanjian-perjanjian yang diberi nama dan

pengaturan secara khusus dalam titel V sampai dengan titel XIX Buku III

KUH Perdata, dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) dan di

dalam peraturan perundang-undangan yang lain, atau ringkasnya perjanjian

bernama adalah perjanjian yang dikenal dengan nama tertentu dan mempunyai

pengaturan secara khusus dalam Undang-Undang. A’ contrario perjanjian tak

bernama adalah perjanjian yang belum mendapat pengaturan secara khusus

dalam Undang-Undang.69

Yang termasuk Perjanjian Bernama yang diatur dalam KUH Perdata

adalah : Jual-beli (Bab V), Tukar-menukar (Bab VI), Sewa-menyewa (Bab

VII), Perjanjian untuk Melakukan Pekerjaan (Bab VIII), Persekutuan (Bab

IX), Hibah (Bab X), Penitipan Barang (Bab XI), Pinjam Pakai (Bab XII),

Pinjam-meminjam (Bab XIII), Bunga Tetap atau Bunga Abadi (Bab XIV),

Perjanjian Untung-untungan (Bab XV), Pemberian Kuasa (Bab XVI),

Penanggungan (Bab XVII) dan Perdamain (Bab XVIII). Sedangkan Perjanjian

Bernama yang diatur dalam KUHD antara lain Perjanjian Pengangkutan.

J. Satrio memberikan patokan bahwa dalam menentukan suatu

perjanjian tertentu termasuk perjanjian bernama atau perjanjian tidak bernama,

caranya adalah dengan melihat apakah semua unsur-unsur pokok essensialia

perjanjian yang bersangkutan memenuhi unsur pokok perjanjian bernama atau

tidak.70

                                                             69 J. Satrio 1992, Hukum Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal 115-117. 70 Ibid. hal. 118.

Page 63: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Selanjutnya beliau mengingatkan bahwa di samping perjanjian

bernama dan perjanjian tak bernama, dikenal ada perjanjian-perjanjian yang

tidak diatur dalam Undang-Undang, tetapi dalam praktik mempunyai nama

sendiri yang unsur-unsurnya mirip atau sama dengan unsur-unsur perjanjian

bernama, tetapi terjalin menjadi satu sedemikian rupa sehingga perjanjian

yang demikian itu tak dapat dipisah-pisahkan sebagai perjanjian yang berdiri

sendiri sendiri. Dalam kepustakaan hukum perjanjian yang demikian disebut

dengan istilah “Perjanjian Campuran” dan di dalam praktik banyak terjadi

dalam bentuk :

1. Perjanjian in de kost antara anak kost dengan induk semangnya,

2. Perjanjian untuk melakukan pekerjaan tertentu,

3. Perjanjian pemborongan pekerjaan (menyediakan makanan),

4. Perjanjian sewa-beli.

Dengan demikian perjanjian campuran adalah perjanjian yang mempunyai

ciri-ciri dari dua atau lebih perjanjian bernama (onbenoemde atau innominaat

contracten).

Di luar Perjanjian-perjanjian Campuran yang sudah dikenal dalam

praktik sebagaimana disebutkan, sebenarnya ada bentuk lain yang dewasa ini

banyak terjadi dalam masyarakat, namun belum disinggung dalam

kepustakaan hukum adalah “Perjanjian Paket Wisata,” yang di dalamnya

berisi unsur-unsur perjanjian bernama, tetapi terjalin menjadi satu sedemikian

rupa sehingga perjanjian yang demikian itu tak dapat dipisah-pisahkan.

Page 64: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Bagaimana pemecahannya kalau suatu perjanjian memuat beberapa

unsur yang mirip/sama dengan unsur-unsur beberapa perjanjian bernama,

tetapi yang terjalin menjadi satu, sehingga tidak dapat dipisahkan seperti

halnya “Perjanjian Paket Wisata” ?

Dalam menghadapi masalah yang demikian para sarjana mempunyai

pandangan yang berbeda-beda yang menimbulkan tiga teori, yaitu71 :

1). Teori Absorpsi

Menurut teori ini, Perjanjian tersebut dilihat terlebih dulu unsur mana

dalam perjanjian tersebut yang paling menonjol, lalu diterapkan peraturan

perjanjian yang sesuai dengan unsur-unsur yang paling menonjol

(dominan) tersebut. Di sini unsur-unsur yang lain dikalahkan seakan-akan

unsur-unsur yang lain dihisap atau terhisap. Itulah sebabnya teori ini

disebut teori absorpsi.

2) Teori Suigeneris

Menurut teori ini kalau ada perjanjian campuran, yang terjalin menjadi

satu sehingga tidak dapat dipisahkan, perjanjian yang demikian dipandang

sebagai perjanjian yang tersendiri, sebagai perjanjian khusus yang

mempunyai ciri tersendiri, sehingga peraturan perjanjian bernama yang

unsur-unsurnya muncul dalam perjanjian tersebut diterapkan secara

analogis.

3) Teori Kombinasi atau Kumulasi

Menurut teori ini kalau ada perjanjian campuran, yang terjalin menjadi

satu sehingga tidak dapat dipisahkan, unsur-unsur perjanjian dipisah-

                                                            71 J. Satrio, Hukum Perjanjian, Op.cit. hal 118-124.

Page 65: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

pisahkan dulu, kemudian untuk masing-masing diterapkan ketentuan

perjanjian yang cocok untuk tiap-tiap unsur tersebut. Itulah sebabnya teori

ini dinamakam teori kombinasi.

Page 66: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode

pendekatan yuridis normatif, yaitu pendekatan yang menggunakan konsepsi

legistis positivistis. Konsepsi ini memandang hukum identik dengan norma-norma

tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat negara yang

berwenang. Selain itu konsepsi legistis positivistis juga memandang hukum

sebagai sistem normatif yang bersifat otonom, tertutup dan terlepas dari

kehidupan masyarakat. Berdasarkan konsepsi ini pada tahap kegiatan berikutnya

dikumpulkan hukum perundang-undangan dan peraturan tertulis saja ke dalam

koleksinya dan menyampingkan norma-norma lain sebagai bukan norma hukum.72

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan adalah studi kasus (case study)

sebagai pendekatan yang bertujuan mempertahankan keutuhan dalam gejala yang

akan diteliti sehingga data yang dikumpulkan merupakan data yang menyeluruh

dan terintegrasi. Dengan demikian penelitian studi kasus diharapkan dapat

mengembangkan pengetahuan yang mendalam tentang gejala-gejala yang akan

diteliti.73

                                                             72 Ronny Hanitijo Soemitro, 1985, Metologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia,

Jakarta , hal. 11. 73 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,

hal. 16.

Page 67: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

3. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif,

yang menggambarkan in concreto yang dikonsultasikan pada seperangkat

peraturan hukum positif yang berlaku dan ada kaitannya dengan masalah yang

menjadi obyek penelitian.74

4. Jenis Data

a. Data Sekunder

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder, karena pendekatan yang akan dilakukan adalah pendekatan yuridis normatif. Data sekunder di bidang hukum dipandang dari kekuatan mengikatnya meliputi :

1). Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari :

a. Norma Dasar Pancasila;

b. Peraturan Dasar; Batang Tubuh UUD 1945;

c. Peraturan perundang-undangan;

d. Bahan hukum yang tidak dikodifikasikan;

e. Yurisprudensi;

f. Traktat;

g. Bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih

berlaku, seperti Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang

merupakan terjemahan, secara yuridis formal bersifat tidak

resmi dari Burgerlijk Wetbook)

                                                             74 Ronny Hanitijo Soemitro, op.cit., hlm. 11.

Page 68: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

2). Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer, yang berupa :

a. Rancangan peraturan perundang-undangan;

b. Hasil karya ilmiah para sarjana;

c. Hasil-hasil penelitian.

3). Bahan hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan sekunder, misalnya :

a. Bibliografi;

b. Indeks komulatif.75

Data sekunder yang akan digunakan dalam penelitian ini

meliputi bahan-bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang

berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.

Khusus yang akan diteliti adalah bahan hukum primer

berupa Surat Perjanjian Paket wisata antara SMK Bina Teknologi

Purwokerto dengan Biro Perjalanan Wisata CV. Trista Alva

Wisata.

b. Data Primer

Dalam penelitian ini juga diperlukan data primer yang berfungsi

sebagai pelengkap/pendukung data sekunder. Data primer diperoleh dengan

cara melakukan wawancara yang bersumber dari keterangan-keterangan

pimpinan, staf dan karyawan CV. Trista Alfa Wisata Purwokerto.

                                                            75Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, CV. Rajawali

Jakarta, 1985, hal. 14-15.

Page 69: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

5. Metode Pengumpulan Data

a. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara melakukan studi pustaka dan studi

dokumen terhadap bahan-bahan hukum sekunder yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti yaitu Surat Perjanjian Paket Kunjungan Industri

Jakarta SMK Bina Teknologi Perwokerto dengan CV. Trista Alfa Wisata.

b. Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara dengan

pimpinan, staf dan karyawan CV Trista Alfa Wisata Purwokerto.

6. Metode Penyajian Data

Data yang diperoleh selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian yang disusun

secara sistematis, maksudnya bahwa data sekunder yang diperoleh akan

dihubungkan satu dengan yang lainnya dan disesuaikan dengan pokok

permasalahan sehingga tercipta satu kesatuan yang utuh.

7. Metode Analisis Data

Untuk memperoleh suatu kesimpulan yang diharapkan, data yang diperoleh

akan dianalisa dengan menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu

penjabaran dan pembahasan data temuan berdasarkan pada norma-norma

hukum,76 peraturan perundang-undangan dan teori hukum perdata, khususnya

dalam bidang Hukum Perjanjian.

                                                            

76 Soerjono Soekanto, op.cit., hal. 93.  

Page 70: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Sejarah Perkembangan Biro Pariwisata CV. Trista Alfa Wisata77

Perusahaan CV. Trista Alfa Wisata berkedudukan di Jl. Overste

Isdiman No. 26 Purwokerto adalah perusahaan yang bergerak di bidang Biro

Wisata dan Transportasi Wisata serta jasa pelayanan wisata inbound dan

outbound. CV. Trista Alfa Wisata merupakan pengembangan usaha dari Cv.

PO Tri Kusuma, yang bergerak di bidang transportasi darat, meliputi angkutan

bus antar kota antar propinsi dan antar kota dalam provinsi, serta armada

travel antar jemput. Dalam pengembangannya, prospek transportasi pariwisata

dan biro perjalanan wisata dipandang cerah sehingga CV. PO Tri Kusuma

membentuk divisi transportasi dan biro wisata untuk melayani permintaan

konsumen.

Dengan maksud untuk melayani konsumen lebih profesional, maka

divisi transportasi dan biro wisata dijadikan perusahaan terpisah dengan nama

CV. Tri Kusuma Wisata pada tanggal 3 Oktober 2003 yang kemudian pada

tanggal 22 Nopember 2005 berganti nama menjadi CV. Trista Alfa Wisata.

Tujuan pergantian nama tersebut adalah untuk mempertegas komitmen

perusahaan untuk total bergerak di bidang Biro Perjalanan dan Transportasi

Wisata.

                                                            77 Company Profile CV. Trista Alfa Wisata

Page 71: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Visi CV. Trista Alfa Wisata adalah menjadi perusahaan yang terbesar

dan terbaik serta menjadi perusahaan yang menyediakan jasa wisata

terlengkap di Purwokerto, sedangkan misi CV. Trista Alfa Wisata adalah

melayani konsumen dengan sebaik-baiknya, mengantarkan konsumen sampai

di tempat tujuan dengan selamat dan nyaman. Kepuasan dan kenyamanan

konsumen adalah prioritas dari CV. Trista Alfa Wisata.

Obyek usaha CV. Trista Alfa Wisata meliputi Pelayanan Jasa

Perjalanan Wisata, Kunjungan Studi, Kunjungan Industri, Paket-paket Wisata

Internasional dan Domestik, Sewa Bus Pariwisata, Tiketing Pesawat udara,

Kapal laut dan Kereta api serta Perwakilan resmi Taman Impian Jaya Ancol.

Paket wisata domestik yang ditawarkan sampai saat ini adalah :

a) Pesona Bali Dewata

Paket wisata ini diselenggarakan dalam waktu lima hari empat malam,

dengan tujuan wisata ke pulau Bali untuk mengunjungi obyek wisata atau

atraksi wisata Tanah Lot, Joger, Pantai Kuta, Krisna, Tari Barong, Pusat

Jajan Bali, Sokawati, Tanjung B enoa, Pura Luhur Uluwatu, Garuda

Wisnu Kencana, Pantai Sanur dan Danau Beratan Bedugul; Dengan

fasilitas : Bus Pariwisata AC Seat 2-2, Ferry penyeberangan pergi-pulang

dan shutel bus pantai Kuta; menginap dua malam di Hotel AC (1 kamar 4

orang), 12 kali makan dan snack. Wisata dipandu oleh Tour Leader dan

Guide Lokal.

b) One Day Tour Fun Jakarta

Paket wisata ini diselenggarakan dalam waktu lima hari empat malam,

dengan tujuan wisata ke Jakarta untuk mengunjungi obyek wisata atau

Page 72: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

atraksi wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Monumen Nasional

(Monas), Taman Impian Jaya Ancol, Ocean Dream Samudra dan Dunia

Fantasi; Dengan fasilitas : Bus Pariwisata AC Tristar, Tunggal Daya dan

Karya Jasa, makan dua kali prasmanan satu kali box, tiket obyek atau

atraksi wisata, asuransi jiwa, Guide Lokal dan Tour Leader.

c) Road to Jakarta

Paket wisata ini diselenggarakan dalam waktu tiga hari, dengan tujuan

wisata ke Jakarta, untuk mengunjungi obyek wisata atau atraksi wisata

Planetarium, Monumen Nasional (Monas) Taman Mini Indonesia Indah

(TMII), menyaksikan film di Theatre Imex Keong Mas, PP Iptek dan

jalan-jalan di TMII, Ocean Dream Samudra Ancol, Dunia Fantasi, belanja

di Cibaduyut; Dengan fasilitas : Bus Pariwisata AC Teguh, Efisiensi,

Tunggal Daya dan Karya Jasa, menginap satu malam di Graha Wisata

Ragunan, makan sesuai program, tiket obyek wisata, Guide Lokal dan

Tour Leader, Asuransi Jiwa dan Dokumentasi.

d) Bromo Tour

Paket wisata ini diselenggarakan dalam waktu empat hari, dengan tujuan

wisata ke Probolinggo, untuk mengunjungi obyek wisata atau atraksi

wisata Puncak Bromo, Puncak Penanjakan, Taman Safari Prigen, Jatim

Park, Wisata Agro; Dengan fasilitas : Bus Pariwisata AC, Hotel AC satu

malam (1 kamar dua orang), makan, tiket obyek wisata, Guide Lokal dan

Tour Leader, Asuransi Jiwa dan Dokumentasi.

Page 73: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

e) Bandung Tour

Paket wisata ini diselenggarakan dalam waktu empat hari, dengan tujuan

wisata ke Bandung, untuk mengunjungi obyek wisata atau atraksi wisata

Situ Patenan, Kawah Putih, Belanja di Cihampelas, Ciater, Kawah Ratu

Gunung Tangkuban Perahu, dan belanja di Cibaduyut; Dengan fasilitas :

Bus Pariwisata AC, Menginap satu malam di Wisma Diklat PPFNI

Lembang, makan enam kali, Tiket Obyek Wisata, Guide Lokal dan Tour

Leader, Asuransi Jiwa dan Dokumentasi.

f) Pesona Pengandaran

Paket wisata ini diselenggarakan dalam waktu dua hari, dengan tujuan

wisata ke Pengandaran, untuk mengunjungi obyek wisata atau atraksi

wisata Pantai Pengandaran Barat, Batu Hiu, Green Canyon; Dengan

fasilitas : Bus Pariwisata AC, Snack perjalanan dan makan (3 kali

prasmanan dan 1 kali box), Menginap satu malam, Tiket Obyek Wisata,

Tour Leader, Asuransi Jiwa dan Dokumentasi.

g) Visit to Nagyogyakarto

Paket wisata ini diselenggarakan dalam waktu dua hari, dengan tujuan

wisata ke Yogyakarta untuk mengunjungi obyek wisata atau atraksi wisata

Prambanan, Keraton Yogyakarta, Gembira Loka, Malioboro; Dengan

fasilitas : Bus Pariwisata AC seat 2-3 kapasitas 59 tempat duduk (Tristar,

Tunggal Daya, Karya Jasa), makan (2 kali prasmanan dan 1 kali box),

Tiket Obyek Wisata, Tour Leader dan Guide Lokal, Asuransi Jiwa dan

Dokumentasi.

Page 74: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

2. Data sekunder berwujud bahan hukum primer, yaitu “Surat Perjanjian Paket Kunjungan Industri Jakarta SMK Bina Teknologi Purwokerto dengan CV. Trista Alfa Wisata

2.1. Para Pihak

2.1.1 Pihak I : SURATMAN

Guru SMK Bina Teknologi Purwokerto, bertindak

untuk dan atas nama Kepala Sekolah SMK Bina

Teknologi Purwokerto, yang berkedudukan di Jl.

Pahlawan VI/18 Tanjung Purwokerto.

2.1.2 Pihak II : INDRA SETIAWAN

Direktur CV. Trista Alfa Wisata berkedudukan di Jl.

Suparjo Rustam No. 1A Purwokerto, bertindak

dalam jabatan sebagai Direktur CV. Trista Alfa

Wisata.

2.2. Premissa

Pada tanggal lima belas bulan April tahun dua ribu delapan, pihak

panitia bertemu dengan Pihak II untuk membicarakan kunjungan

industri ke Jakarta. Kemudian pada tanggal dua April tahun dua

ribu delapan terjadi pembicaraan yang intinya, Pihak I setuju untuk

menggunakan jasa pelayanan Paket Wisata dari Pihak II bagi siswa

dan siswi SMK Bina Teknologi Purwokerto, yang akan

dilaksanakan pada tanggal dua puluh lima sampai dengan dua

puluh delapan bulan Juni tahun dua ribu delapan.

Page 75: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

2.3. Tempat Tujuan Wisata

Wisata Industri ini bertujuan ke Jakarta dengan kunjungan ke

obyek wisata atau atraksi wisata satu tempat Kunjungan Industri,

Museum Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Taman Impian Jaya

Ancol, Dunia Fantasi, Taman Mini Indonesia Indah.

2.4. Transportasi

Armada yang digunakan adalah empat unit Bus Pariwisata

TRISTAR dan dua unit Bus Pariwisata Selera Masa dengan

fasilitas air condisioner, tape, video compact disc, televisi, dengan

tempat duduk lima puluh sembilan tiap bus.

2.5. Akomodasi

Pihak II menyediakan :

2.5.1.Makanan sebanyak empat kali prasmanan dan dua kali

lunch box.

2.5.2. Tiket obyek wisata dan biaya parkir di tempat obyek

wisata.

2.5.3. Tour leader satu orang dalam setiap bus.

2.5.4. Asuransi Jiwa untuk setiap orang.

2.5.5. Dokumentasi dalam bentuk VCD hasil rekaman kegiatan

sebanyak satu keping untuk group.

2.6. Harga Paket Wisata

Biaya tour disepakati oleh kedua pihak Rp. 406.000,- (empat ratus

enam ribu rupiah) per orang untuk jumlah peserta sebanyak 310

Page 76: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

siswa/ siswi dan 24 guru pendamping.

2.7. Mekanisme Pembayaran

Pembayaran pertama sebesar 30 % dari total nilai kontrak di bayar

pada saat penandatangan perjanjian, kedua, 60 % dari total nilai

kontrak dilakukan pada tanggal empat bulan April tahun dua ribu

delapan dan ketiga, pelunasan sebesar 10 % dari total nilai kontrak

dilakukan satu hari setelah pelaksanaan.

B. Pembahasan

Untuk mendapatkan kesimpulan terhadap perumusan masalah yang diteliti

yaitu tentang bentuk konstruksi hukum dari hubungan yang diadakan oleh

CV.Trista Alfa Wisata sebagai biro perjalanan wisata dan mengenai hak-hak dan

kewajiban yang timbul bagi para pihak dalam Perjanjian Paket Kunjungan

Industri Jakarta serta tanggung jawab hukum Biro Perjalanan Wisata di CV.Trista

Alfa Wisata Purwokerto apabila terjadi wanprestasi, maka disajikan pembahasan

akan dibagi menjadi dua yaitu pembahasan umum yang membahas kajian teoritis

tentang konstruksi hukum perjanjian paket wisata dan kedua mengenai akibat

hukum dari perjanjian paket wisata.

1. Pembahasan Umum

Untuk mengetahui secara teoritis tentang konstruksi hukum perjanjian

paket wisata, maka pembahasan akan dilakukan dengan menyajikan hal-hal

tentang kepariwisataan dan aspek hukum perjalanan wisata dalam hubungan

dengan peraturan hukum dan doktrin yang mengatur dan menjelaskan Hukum

Page 77: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Perjanjian sebagaimana diatur dalam KUH Perdata dalam hubungannya

dengan kepariwisataan.

Menurut hukum positif Indonesia,78 istilah pariwisata diganti dengan

“wisata” yang pengertiannya adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk

tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik

wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Orang yang

melakukan wisata disebut wisatawan. Ciri pokok “wisata” ada tiga yaitu :

pertama, perjalanan yaitu pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain;

kedua, tinggal sementara di tempat yang bukan merupakan tempat tinggal

biasanya; ketiga, tujuan untuk bersenang-senang di tempat yang dituju.

Aktivitas wisata yang demikian membutuhkan berbagai fasilitas yaitu79 :

Transportasi, Akomodasi, Makan dan minum, Obyek wisata atau atraksi

wisata, Tempat hiburan dan Tempat perbelanjaan.

Secara sosiologis, wisata adalah aktivitas bersantai atau aktivitas

waktu luang, yang dilakukan pada saat seseorang bebas dari pekerjaan yaitu

pada saat cuti atau libur, sehingga wisata diidentikan dengan “berlibur di

daerah lain.” Berlibur di daerah lain, atau menggunakan waktu luang dengan

melakukan wisata adalah salah satu ciri masyarakat modern.

Dari aspek ekonomi wisata adalah aktivitas pelayanan yang dilakukan

oleh bermacam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan

                                                             78 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pada Pasal 1 angka 1

dan Pasal 1 angka 2. 79 http://raymondfrans63.wordpress.com/2011/10/13/dasar-dasar-pariwisata/ Diakses

tanggal 17 Desember 2011. 

Page 78: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

barang dan jasa (good and service) yang dibutuhkan wisatawan yang disebut

dengan “Industri Pariwisata.” 80 Hasil produksi dari “Industri pariwisata,”

yang berupa barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) disebut

“produk wisata,” yang berupa rangkaian dari berbagai jasa atau pelayanan

yang dihasilkan berbagai perusahaan seperti jasa : transportasi, akomodasi,

pelayanan makan-minum, jasa hiburan dan lain-lain yang ditawarkan oleh

masing-masing perusahaan secara terpisah. Dalam hal kesemua produk wisata

tersebut yang terpisah sama sekali namun saling terkait dan saling

melengkapi sedemikian digabungkan dalam satu kesatuan maka produk-

produk wisata tersebut dinamakan paket wisata (package tour). Secara ketat

istilah “paket wisata” adalah suatu wisata yang disusun dengan biaya

tertentu, dimana di dalamnya telah termasuk biaya-biaya untuk

pengangkutan, menginap, makam-minum, hiburan, menyaksikan

obyek/atraksi wisata dan lain-lain yang dibuat khusus untuk itu. Dalam dunia

kepariwisataan, perusahaan yang khusus mengatur dan menyelenggarakan

perjalanan dalam bentuk paket wisata disebut Biro Perjalanan Wisata.

Dengan demikian secara ringkas dapat dinyatakan bahwa dari aspek

ekonomi kepariwisataan dipandang sebagai “industri pariwisata” yang

menghasilkan “produk wisata” berupa barang-barang dan jasa-jasa (goods and

service) yang dibutuhkan wisatawan. Keseluruhan dari produk wisata tersebut

digabungkan dan dikemas dalam satu paket menjadi “paket wisata” (package

tour) oleh untuk dijual kepada wisatawan, oleh Biro Perjalanan Wisata dalam

bentuk Perjanjian Paket Wisata.

                                                            80 Oka A Yoeti, 1987. Op.cit. hal 140 -141. 

Page 79: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Apabila pembahasan mengenai kepariwisataan dari aspek ekonomi pada

akhirnya berujung pada perjanjian Paket Wisata, yang mewadahi pola

penyelenggaraan wisata, maka terbukalah suatu dimensi baru dalam

pembahasan kepariwisataan ini mengenai aspek hukum dari kegiatan wisata.

Kehadiran hukum dalam masyarakat di antaranya adalah untuk

mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan orang

dalam masyarakat. Pengintegrasian kepentingan dimaksudkan untuk

menghindari tabrakan kepentingan sedangkan pengkoordinasian kepentingan

dilakukan dengan cara mambatasi dan melindungi kepentingan tersebut.

Hukum melindungi kepentingan orang dengan cara mengatribusi dan

mendistribusi hak dan kewajiban setiap hubungan hukum yang terjadi dalam

masyarakat.

Perlindungan paling nyata oleh hukum terhadap setiap hubungan hukum

tertuang dalam Hukum Perjanjian, dimana hukum secara seksama mengatur

tentang bagaimana kepentingan-kepentingan orang dapat terselenggara dan

terpenuhi. Dalam Hukum Kodifikasi pada dasarnya semua hubungan hukum

yang terjadi dan populer dalam masyarakat ketika kodifikasi dibuat sebenarnya

telah diatur dalam Hukum Perdata khususnya Hukum Perjanjian.

Perjanjian-perjanjian yang telah diatur secara khusus dan diberi nama

tertentu, disebut perjanjian bernama (onbenoemde atau innominaat contracten),

adalah : Jual-beli, Tukar-menukar, Sewa-menyewa, Perjanjian untuk

Melakukan Pekerjaan, Persekutuan, Hibah, Penitipan Barang, Pinjam Pakai,

Pinjam-meminjam, Bunga Tetap atau Bunga Abadi, Perjanjian Untung-

untungan, Pemberian Kuasa, Penanggungan dan Perdamaian, sedangkan

Page 80: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Perjanjian Bernama yang diatur dalam KUHD antara lain Perjanjian

Pengangkutan.

Subekti mengatakan bahwa dengan dianutnya asas kebebasan

berkontrak (contacts vrijheid atau partij-autonomie) dalam Hukum Perjanjian

yang menetapkan bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian apa

saja, bebas untuk menentukan isi, luas dan bentuk perjanjian (Pasal 1338 ayat 1

KUH Perdata), maka setiap orang diperbolehkan membuat perjanjian yang

berupa dan berisi apa saja baik yang sudah diatur ataupun yang belum diatur

dalam undang-undang.81

Salah satu perjanjian yang dikenal dalam praktik yang tidak diatur

dalam undang-undang selain perjanjian in de kost, pemborongan pekerjaan

(menyediakan makanan) dan sewa-beli, adalah Perjanjian Paket Wisata, yang

di dalamnya berisi unsur-unsur pelayanan jasa tetapi terjalin menjadi satu

sedemikian rupa sehingga perjanjian yang demikian itu tak dapat dipisah-

pisahkan.

Dalam ranah Hukum Perjanjian sebagaimana dikemukakan J.Satrio,

perjanjian yang demikian dimana di dalamnya mengandung unsur-unsur

perjanjian bernama, tetapi terjalin menjadi satu sedemikian rupa sehingga

perjanjian yang demikian itu tak dapat dipisah-pisahkan sebagai perjanjian

yang berdiri sendiri sendiri, disebut “Perjanjian Campuran.” Ciri dari

perjanjian campuran adalah yang mempunyai dua atau atau lebih perjanjian

bernama (onbenoemde atau innominaat contracten).82

                                                             81 Subekti, 1983, Op.cit. hal. 14. 82 Ibid. hal. 118.

Page 81: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Beberapa unsur perjanjian bernama yang terdapat dalam perjanjian

Paket Wisata adalah perjanjian pengangkutan (transportasi), perjanjian sewa-

menyewa kamar hotel (akomodasi), perjanjian jual-beli makanan dan

minuman, perjanjian untuk menikmati obyek wisata dan hiburan (entertaiment)

dan perjanjian pelayanan lain-lain. Menurut menurut M.A. Desky, Paket

Wisata minimal harus berisi dua pelayanan jasa saja,83 sehingga dalam

perjanjian Paket Wisata dapat hanya terdiri dari dua unsur perjanjian yaitu

paling tidak perjanjian pengangkutan dan perjanjian pelayanan untuk

menikmati obyek wisata.

Pertanyaan yang muncul adalah apakah konstruksi hukum perjanjian

campuran seperti halnya perjanjian paket wisata yang demikian ?

Permasalahan tentang Konstruksi perjanjiian campuran akan dibahas dengan

mengemukakan teori-teori hukum yang dibuat oleh para penulis ketika

dihadapkan pada permasalahan mengenai peraturan hukum perjanjian bernama

manakah yang harus diterapkan pada perjanjian campuran, dalam uraian

berikut.

Di kemukakan oleh J. Satrio, ada tiga teori hukum mengenai cara

menerapkan peraturan-peraturan hukum perjanjian bernama pada perjanjian

campuran yaitu84 :

1) Teori Absorpsi

Menyatakan bahwa perjanjian campuran tersebut dilihat terlebih dulu

unsur mana perjanjian bernama yang paling menonjol, lalu diterapkan

                                                             83 M.A. Desky, Op.cit. hal 23.  84 J. Satrio, Hukum Perjanjian, Op.cit. hal 118-124.

Page 82: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

peraturan perjanjian bernama yang paling menonjol (dominan) tersebut.

Keberatan terhadap teori ini adalah tidak patokan untuk memutuskan mana

yang dianggap paling pokok.

2) Teori Kombinasi atau Kumulasi

Menyatakan, unsur perjanjian-perjanjian bernama yang terjalin menjadi

satu dalam perjanjian campuran dipisah-pisahkan, kemudian untuk

masing-masing diterapkan ketentuan perjanjian yang cocok untuk tiap-tiap

unsur tersebut.

Menurut Hofman, teori ini tidak benar, karena undang-undang sendiri

tidak mengenal perjanjian campuran, paling-paling ketentuan-ketetntuan

perjanjian bernama diterapkan secara analogis.

3) Teori Suigeneris

Menyatakan, dalam perjanjian campuran, perjanjian-perjanjian bernama

yang terjalin menjadi satu tidaklah dapat dipisahkan, sehingga perjanjian

yang demikian dipandang sebagai perjanjian yang tersendiri, sebagai

perjanjian khusus yang mempunyai ciri tersendiri, sehingga peraturan

perjanjian bernama yang unsur-unsurnya muncul dalam perjanjian tersebut

diterapkan secara analogis.

Dari ketiga teori tersebut Teori Absorpsi menghasilkan konstruksi

hukum perjanjian campuran, adalah sama dengan konstruksi hukum perjanjian

bernama yang dominan. Namun karena adanya keberatan terhadap teori ini

yaitu tidak adanya patokan untuk memutuskan mana yang dianggap paling

pokok, maka teori ini tidak dipakai. Teori Kombinasi atau Kumulasi tidak

Page 83: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

menghasilkan konstruksi hukum karena undang-undang memang tidak

mengenal perjanjian campuran. Sedangkan Teori Suigeneris mengarahkan

konstruksi hukum perjanjian campuran ke Perjanjian untuk Melakukan

Pekerjaan.

Menurut undang-undang yang dimaksud dengan “perjanjian

melakukan pekerjaan” adalah perjanjian dimana pihak yang satu mengikatkan

diri untuk melakukan kerja dengan imbalan suatu upah atau kontra prestasi

dari pihak lainnya. Di dalam sistematik KUH Perdata, “perjanjian melakukan

pekerjaan“ (verichten van arbeid) diatur dalam Bab VII A yang berjudul

“Tentang perjanjian-perjanjian untuk melakukan pekerjaan” (Overeenkomsten

tot het verrichten van arbeid), Pasal 1601 sampai dengan Pasal 1616.

Dalam Pasal 1601 KUH Perdata dinyatakan :

“Selainnya perjanjian-perjanjian untuk melakukan sementara jasa-jasa, yang diatur oleh ketentuan-ketentuan khusus untuk itu dan oleh syarat-syarat yang diperjanjikan, dan jika itu tidak ada, oleh kebiasaan, maka adalah dua macam perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk melakukan pekerjaan bagi pihak yang lainnya dengan menerima upah : perjanjian perburuhan dan pemborongan pekerjaan.”

Berdasarkan ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa undang-undang

membagi perjanjian untuk melakukan pekerjaan dalam tiga macam perjanjian,

yaitu :

a) Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu;

b) Perjanjian kerja/perburuhan;

c) Perjanjian pemborongan-pekerjaan.

Page 84: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Dari ketiga jenis “Perjanjian untuk melakukan pekerjaan” tersebut, KUH

Perdata yang mengatur Perjanjian kerja/perburuhan dan Perjanjian

pemborongan-pekerjaan, sedangkan Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa

tertentu oleh undang-undang tidak diatur lebih lanjut.

Menurut Subekti, tidak diaturnya “perjanjian untuk melakukan jasa-

jasa tertentu” dalam Buku III KUH Perdata sebagai suatu bentuk “perjanjian

khusus” adalah didasarkan alasan bahwa “perjanjian untuk melakukan jasa-

jasa tertentu” sudah diatur oleh ketentuan-ketentuan khusus untuk itu, yaitu

dalam perjanjian pemberian perintah (kuasa) dan oleh syarat-syarat yang

diperjanjikan oleh kebiasaan.85

Menurut Hartono Soerjopratiknjo, “perjanjian untuk melakukan

jasa-jasa tertentu” dibedakan menjadi dua yaitu : Perjanjian untuk melakukan

jasa-jasa tertentu yang menimbulkan perwakilan dan yang tidak menimbulkan

perwakilan. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu yang menimbulkan

perwakilan diatur dalam Buku III Bab XVI tentang Lastgeving atau

Perjanjian Pemberian Perintah yang mengandung kuasa.86

Sedangkan H.F.A. Vollmar menegaskan bahwa apabila “perjanjian

untuk melakukan pekerjaan,” tidak termasuk dalam pengertian “perjanjian

kerja/perburuhan,” ataupun tidak pula termasuk dalam pengertian “perjanjian

pemborongan,” maka itu adalah “perjanjian melakukan jasa-jasa tertentu.”87

Dengan demikian menurut penulis, pada hakikatnya yang dimaksud

                                                            85 Subekti, op.cit., hal. 57. 86 Hartono Soerjopratiknjo, 1982, Perwakilan Berdasarkan Kehendak, Seksi Notariat

Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hal 42. 87 H.F.A. Vollmar, H.F.A. Volmar, 1984, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid II

Cetakan I, Rajawali Pers, Jakarta. hal. 340.

Page 85: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

dengan Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu, adalah perjanjian yang

bukan “perjanjian kerja/perburuhan,” bukan “perjanjian pemborongan,” dan

bukan pula “perjanjian pemberian perintah (kuasa).

Dalam hal ini terdapat penjelasan dari penulis hukum yaitu :

a. Wirjono Prodjodikoro mengatakan bahwa “perjanjian untuk melakukan

jasa-jasa tertentu” adalah perjanjian untuk melakukan satu dua pekerjaan

tertentu (verrichten van enkele diensten).88

b. Subekti mengatakan bahwa “perjanjian untuk melakukan jasa-jasa

tertentu” adalah perjanjian dimana suatu pihak menghendaki dari pihak

lawannya dilakukannya suatu pekerjaan untuk mencapai sesuatu tujuan,

untuk mana ia bersedia membayar upah, sedang apa yang akan dilakukan

untuk mencapai tujuan tersebut sama sekali terserah kepada pihak lawan

itu.89

Dari kedua pendapat tersebut kiranya dapat dinyatakan bahwa yang

dimaksud dengan “perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu” adalah

perjanjian dimana suatu pihak menghendaki dari pihak lawannya

dilakukannya beberapa pekerjaan tertentu untuk mencapai sesuatu tujuan,

untuk mana ia bersedia membayar upah, sedang apa yang akan dilakukan

untuk mencapai tujuan tersebut sama sekali terserah kepada pihak lawan itu.

Karena yang dimaksud dengan perjanjian adalah perbuatan hukum

dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang

                                                            88 Wirjono Prodjodikoro, 1981, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan

Tertentu, Sumur, Bandung, hal. 67. 89 Subekti, 1981, Aneka Perjanjian, Alumni Bandung, hal.70.

Page 86: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

atau lebih, atau dimana kedua belah pihak saling mengikatkan diri,90 maka

dapat disimpulkan bahwa Konstruksi Hukum “perjanjian untuk melakukan

jasa-jasa tertentu” (verrichten van enkele diensten) dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu adalah perjanjian

dimana suatu pihak mengikatkan diri untuk melakukan beberapa

pekerjaan tertentu untuk mencapai sesuatu tujuan, dan pihak yang

lain untuk membayar upah yang telah dijanjikan.

Apabila pengertian tersebut dihubungkan dengan Perjanjian Paket Wisata

yang berisi kesepakatan tentang penyelenggaraan perjalanan wisata yang di

dalamnya berisi minimal dua pelayanan jasa atau lebih maka dapat

disimpulkan dapat lebih lanjut bahwa konstruksi perjanjian paket wisata dapat

dirumuskan :

Perjanjian Paket Wisata adalah perjanjian dimana Biro Perjalanan

Wisata mengikatkan diri untuk melakukan jasa-jasa atau pekerjaan

pengangkutan,akomodasi, makan/minum dan menikmati obyek/atraksi

wisata dalam rangka penyelenggaraan wisata, dan pihak yang lain

untuk membayar upah yang telah dijanjikan.

Perjanjian Paket Wisata sebagai spesies dari genus “perjanjian melakukan

jasa-jasa tertentu,” tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata, oleh karena

itu perjanjian tersebut tunduk pada Ketentuan Umum Buku III KUH Perdata

dan berdasarkan Teori Suigeneris tunduk pada peraturan perjanjian bernama

yang secara analogis.                                                             

90 J. Satrio, 1992. Op.cit hal. 20-23.

Page 87: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

2. Tentang konstruksi hukum dari hubungan yang diadakan oleh CV.Trista Alfa Wisata sebagai biro perjalanan wisata.

Sebelum membahas tentang konstruksi hukum dari hubungan yang

diadakan oleh CV.Trista Alfa Wisata sebagai biro perjalanan wisata, terlebih

dahulu dideskripsikan konstruksi hukum perjanjian Paket Wisata hasil dari

Pembahasan Umum, sebagai dasar hukum yang dijadikan sebagai hukum in

abstracto mengenai Perjanjian Paket Kunjungan Industri yang

diselenggarakan oleh CV.Trista Alfa Wisata.

Telah disimpulkan bahwa konstruksi hukum Perjanjian Paket Wisata

secara umum adalah sebagai berikut :

Perjanjian Paket Wisata adalah perjanjian dimana Biro Perjalanan

Wisata mengikatkan diri untuk melakukan jasa-jasa atau pekerjaan

pengangkutan,akomodasi, makan/minum dan menikmati obyek dan

atau atraksi wisata dalam rangka penyelenggaraan wisata, dan pihak

yang lain untuk membayar upah yang telah dijanjikan.

Dalam “perjanjian melakukan jasa-jasa tertentu,” pihak-pihaknya disebut

pemberi pekerjaan dan penerima pekerjaan, dalam hal Perjanjian Paket Wisata

maka pihak pemberi perjanjian adalah wisatawan dan pihak penerima

pekerjaan adalah Biro Perjalanan Wisata.

Dari data 1 dan 2 dapat dideskripsikan bahwa CV. Trista Alfa Wisata

adalah Biro Perjalanan Wisata, yaitu perusahaan atau badan usaha yang

merencanakan dan menyelenggarakan perjalanan wisata sebagaimana tertuang

dalam “Surat Perjanjian Paket Kunjungan Industri Jakarta antara SMK Bina

Page 88: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Teknologi Purwokerto dengan CV. Trista Alfa Wisata.

Dari data 2.1. dan 2.6 dapat dideskripsikan bahwa wisatawannya adalah

rombongan SMK Bina Teknologi Purwokerto, yang terdiri dari 310 siswa-

siswi dan 24 guru pendamping dan kegiatan wisata dilaksanakan selama tiga

malam dua hari mulai tanggal 25 sampai dengan 28 Juni 2008.

Dari data 2.3. dapat dideskripsikan bahwa Wisata Industri ini bertujuan

ke Jakarta dengan kunjungan ke obyek/atraksi wisata : satu tempat Kunjungan

Industri, Museum Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Taman Impian Jaya

Ancol, Dunia Fantasi, Taman Mini Indonesia Indah.

Dikemukakan oleh Oka A Yoeti, bahwa yang disebut dengan Wisata

Industri (Industrial Tourism), yaitu jenis perjalanan wisata yang dilakukan oleh

rombongan pelajar atau mahasiswa atau orang awam ke suatu kompleks atau

daerah perindustrian, dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel

besar dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau

penelitian.91

Berdasarkan data-data tersebut setelah dihubungkan dengan pengertian

Perjanjian Paket Wisata serta pengertian Wisata Industri maka dapat

dinyatakan bahwa :

a. Subyek Perjanjian (Pihak-pihak dalam perjanjian)

1) Pihak pemberi pekerjaan adalah SMK Bina Teknologi Purwokerto.

2) Pihak penerima pekerjaan adalah CV. Trista Alfa Wisata.

                                                            91 Oka A Yoeti, 1987. Op.cit. hal 116.

Page 89: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

b. Obyek Perjanjian (Jenis pekerjaan)

Menyelenggarakan perjalanan Wisata Industri. Tujuan Jakarta dengan

maksud untuk meninjau atau melakukan penelitian di satu tempat

Kunjungan Industri dan untuk menikmati obyek/atraksi wisata : Museum

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Taman Impian Jaya Ancol, Dunia

Fantasi, Taman Mini Indonesia Indah.

Selanjutnya dari data-data berikut ini dapat dinyatakan beberapa hal :

1. Data 2.4. dan 2.5. dapat dideskripsikan bahwa fasilitas jasa yang

disediakan meliputi : Transportasi : Armada yang digunakan adalah empat

unit Bus Pariwisata TRISTAR dan dua unit Bus Pariwisata “Selera Masa”

air condisioner, tape, video compact disc, televisi, dengan tempat duduk

lima puluh sembilan tiap bus; Akomodasi : tidak ada; Makan sebanyak

empat kali prasmanan dan dua kali lunch box; Tiket obyek wisata dan

biaya parkir di tempat obyek wisata; Tour leader satu orang dalam setiap

bus; Asuransi Jiwa untuk setiap orang; Dokumentasi dalam bentuk VCD

hasil rekaman kegiatan sebanyak satu keping untuk group.

2. Dari data 2.6. dapat dideskripsikan bahwa biaya tour disepakati oleh kedua

pihak adalah Rp. 406.000,- (empat ratus enam ribu rupiah) per orang untuk

jumlah peserta sebanyak 310 siswa/ siswi dan 24 guru pendamping.

3. Dari data 2.7. dapat dideskripsikan bahwa mekanisme pembayaran

dilakukan tiga tahap yaitu pertama sebesar 30 % dari total nilai kontrak di

bayar pada saat penandatangan perjanjian, kedua, 60 % dari total nilai

Page 90: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

kontrak, pelunasan sebesar 10 % dari totoal nilai kontrak dilakukan satu

hari setelah pelaksanaan.

Berdasarkan data-data tersebut dapat dinyatakan bahwa substansi

dari pekerjaan yang harus dilakukan oleh pihak penerima pekerjaan adalah :

1) Melakukan pengangkutan dengan menggunakan empat unit Bus Pariwisata

TRISTAR dan dua unit Bus Pariwisata “Selera Masa” dengan perlengkapan

air condisioner, tape, video compact disc, televisi, dengan tempat duduk

lima puluh sembilan tiap bus.

2) Memberi makan sebanyak empat kali prasmanan dan dua kali lunch box.

3) Memberi Tiket obyek wisata dan biaya parkir di tempat obyek wisata.

4) Menyertakan satu orang Tour leader dalam setiap bus.

5) Membayar premi Asuransi Jiwa untuk setiap orang.

6) Memberi Dokumentasi dalam bentuk VCD hasil rekaman kegiatan

sebanyak satu keping untuk group.

Atas pelayanan jasa-jasa dari penerima pekerjaan, pemberi pekerjaan

dikenakan biaya berdasarkan perhitungan penjumlahan satuan biaya

perorangan yaitu : 334 x Rp. 406.000,- = Rp. 135.604.000,- yang dibayar tiga

kali yaitu tahap pertama tanggal 23 Juni 2008 sebesar 30 % x Rp.

135.604.000,- = Rp. 40.681.200,- kedua tanggal 4 April 2008 sebesar Rp. 60 %

x Rp. 135.604.000,- = Rp. 81.362.400,- dan pada tanggal 29 Juni sebesar 10 %

x Rp. 135.604.000,- = Rp. 13.560.400,-

Dalam kaitannya dengan perihal “perjanjian,” J. Satrio mengemukakan

beberapa pernyataan bahwa :

Page 91: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

1) Perjanjian adalah perbuatan hukum dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih, atau dimana kedua

belah pihak saling mengikatkan diri.92

2) Perjanjian menimbulkan dan berisi ketentuan-ketentuan hak dan

kewajiban yang disebut perikatan, dan satu perjanjian menimbulkan

banyak perikatan.

Apabila data-data tersebut dan dihubungkan dengan pernyataan J. Satrio

mengenai pengertian dan isi perjanjian, maka dapat dinyatakan bahwa :

1. CV. Trista Alfa Wisata pihak penerima pekerjaan mengikatkan diri untuk

melakukan pekerjaan menyelenggarakan perjalanan Wisata Industri.

2. SMK Bina Teknologi Purwokerto pihak pemberi pekerjaan mengikatkan

diri untuk membayar upah.

Berdasarkan kesepakatan tersebut terjadilah Perjanjian Paket Wisata Industri

antara CV. Trista Alfa Wisata dengan SMK Bina Teknologi Purwokerto, dan

dengan lahirnya perjanjian tersebut menimbulkan akibat hukum lahirnya

perikatan yaitu hubungan hak dan kewajiban diantara para pihak.

Dari keseluruhan uraian tersebut maka dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut :

1) Konstruksi hukum

Konstruksi dari hubungan yang diadakan oleh CV.Trista Alfa Wisata

dengan SMK Bina Teknologi Purwokerto adalah berupa Perjanjian Paket

Wisata Industri. Dengan lahirnya Perjanjian Paket Wisata Industri tersebut

                                                            92 J. Satrio, 1992. Op.cit hal. 20-23.

Page 92: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

menimbulkan akibat hukum berupa lahirnya seperangkat perikatan yang

berisi hak dan kewajiban diantara kedua belah pihak.

2) Hak dan Kewajiban para pihak

a. Seperangkat kewajiban pokok pada penerima pekerjaan yaitu meliputi:

1. Melakukan pengangkutan dengan menggunakan empat unit Bus

Pariwisata TRISTAR dan dua unit Bus Pariwisata “Selera Masa”

dengan perlengkapan air condisioner, tape, video compact disc,

televisi, dengan tempat duduk lima puluh sembilan tiap bus;

Memberi makan sebanyak empat kali prasmanan dan dua kali lunch

box.

2. Memberi Tiket obyek wisata dan biaya parkir di tempat obyek

wisata.

3. Menyertakan satu orang Tour leader dalam setiap bus.

4. Membayar premi Asuransi Jiwa untuk setiap orang.

5. Memberi Dokumentasi dalam bentuk VCD hasil rekaman kegiatan

sebanyak satu keping untuk group.

b. Satu kewajiban pokok pada pemberi pekerjaan yaitu membayar upah

pekerjaan sebesar = Rp. 135.604.000,- secara bertahap yaitu tahap

pertama (30 %) = Rp. 40.681.200,- kedua (60 %) = Rp. 81.362.400,-

dan ketiga (10 %) = Rp. 13.560.400,-

Sehubungan dengan perumusan perjanjian J.Satrio mengatakan bahwa

suatu perumusan perjanjian selalu menonjolkkan ciri-ciri khas yang terkandung

dalam apa yang hendak dirumuskan dan perumusan perjanjian selalu

Page 93: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

menonjolkan isi prestasi pokok dari salah satu atau kedua belah pihak; seperti

pada perjanjian jual-beli, pasti menyebutkan pihak satu berkewajiban

membayar sejumlah uang dan kontra prestasi yang lain menyerahkan barang.93

Apabila pernyataan tersebut dihubungkan dengan perumusan Perjanjian

Paket Wisata khusunya Perjanjian Paket Wisata Industri sebagai telah

dideskripsikan, maka mengingat bahwa perjanjian tersebut adalah merupakan

perjanjian campuran, maka ciri-ciri khas yang terkandung dalam perjanjian

Perjanjian Paket Wisata Industri ini adalah ditonjolkannya seperangkat prestasi

melakukan pekerjaan pada pihak yang satu sedangkan dan satu kontra prestasi

yang lain yaitu membayar upah.

3. Tentang tanggung jawab hukum Biro Perjalanan Wisata di CV.Trista Alfa Wisata Purwokerto apabila terjadi wanprestasi

Untuk membahas tentang tanggungjawab pihak yang wanprestasi, maka

pertama akan dibahas mengenai pengertian dan bentuk-bentuk wanprestasi

menurut KUH Perdata dan Doktrin Hukum Perdata.

Perjanjian obligator senantiasa terdapat kewajiban yang harus dipenuhi

oleh salah satu pihak dan kewajiban tersebut merupakan hak yang

pemenuhannya dapat dituntut oleh pihak yang lain. Pihak yang berhak

menuntut disebut pihak berpiutang atau kreditur dan pihak yang wajib

memenuhi tuntutan disebut sebagai pihak berutang atau debitur, sedang apa

yang menjadi hak dari kreditur dan kewajiban bagi debitur dinamakan prestasi.

                                                            93 J. Satrio, 1996, Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Pribadi Penanggungan

(Borgtocht) dan Perikatan tanggung Menanggung, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 11.

Page 94: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

Berdasarkan Pasal 1234 KUH Perdata, prestasi dalam perjanjian

dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : memberikan sesuatu, melakukan suatu

perbuatan dan tidak melakukan suatu perbuatan.

Jika seorang debitur telah melaksanakan kewajibannya dengan

sempurna, tepat sesuai dengan apa yang diperjanjikan oleh kedua belah pihak,

maka dikatakan bahwa debitur telah menunaikan prestasi atau berprestasi.

Sebaliknya jika debitur tidak memenuhi kewajibannya dengan sempurna tepat

sesuai dengan apa yang diperjanjikan oleh kedua belah pihak, menurut hukum

debitur tersebut dikatakan wanprestasi atau cidera janji.

J. Satrio menjelaskan ada tiga kemungkinan bentuk-bentuk tindakan

wanprestasi yaitu jika : debitur sama sekali tidak berprestasi; debitur keliru

berprestasi atau debitur terlambat berprestasi. 94 Wanprestasi ini ada kalau

debitur tidak dapat membuktikan bahwa tidak terlaksananya prestasi

sebagaimana yang diperjanjikan adalah diluar kesalahannya, jadi wanprestasi

itu terjadi karena debitur mempunyai kesalahan.95

Subekti menyatakan, apabila terjadi wanprestasi, maka kreditur

mempunyai beberapa pilihan atas berbagai macam kemungkinan tuntutan.

Kemungkinan pilihan tersebut adalah berupa tuntutan pemenuhan perjanjian

meliputi : pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi; ganti rugi saja; pembatalan

perjanjian; pembatalan perjanjian disertai ganti rugi. 96

Bahwa yang dimaksud dengan tanggungjawab dalam wanprestasi

adalah tentang apa yang dapat dituntut terhadap seorang debitur yang telah

                                                            94 J. Satrio, 1993, op.cit., hal. 122. 95 A. Qirom Syamsudin Meliala,op.cit, hal. 26. 96 Subekti, op.cit., hal. 53. 

Page 95: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

berada dalam keadaan wanprestasi. Berdasarkan pengertian tersebut apabila

dihubungkan dengan beberapa kemungkinan pilihan tuntutan sebagaimana

disebut, maka dapat dinyatakan bahwa tanggungjawab seorang debitur bila

telah berada dalam keadaan wanprestasi adalah : 1) Tetap melaksanakan

pemenuhan perjanjian; 2) Tetap melaksanakan pemenuhan perjanjian disertai

ganti rugi; 3) Membayar ganti rugi saja; 4) Pembatalan perjanjian; atau 5)

Pembatalan perjanjian disertai ganti rugi.

Apabila jenis-jenis tanggungjawab debitur dalam hal wanprestasi

tersebut dihubungkan dengan Perjanjian Paket Wisata Industri antara oleh

CV.Trista Alfa Wisata dengan SMK Bina Teknologi Purwokerto, dengan

didasarkan atas ada seperangkat kewajiban pada CV.Trista Alfa Wisata sebagai

pihak penerima pekerjaan, maka dapat dinyatakan bahwa ada beberapa

kemungkinan bentuk tanggungjawabnya, yaitu :

1) Tetap menyelenggarakan perjalanan wisata tanpa atau dibebani ganti rugi.

2) Pembatalan perjanjian tanpa atau dengan dibebani ganti rugi.

Page 96: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Secara teoritis konstruksi hukum dari hubungan yang diadakan oleh

CV.Trista Alfa Wisata sebagai Biro Perjalanan Wisata adalah termasuk dalam

genus “perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu” (verrichten van enkele

diensten) dengan species Perjanjian Paket Wisata yang perumusannya :

“Perjanjian Paket Wisata dimana Biro Perjalanan Wisata mengikatkan

diri untuk melakukan jasa-jasa atau pekerjaan pengangkutan, akomodasi,

makan/minum dan menikmati obyek dan atau atraksi wisata dalam rangka

penyelenggaraan wisata, dan pihak yang lain untuk membayar upah yang

telah dijanjikan.”

2. Hak dan kewajiban para dapat dirinci sebagai berikut :

a. Kewajiban pokok Biro Perjalanan Wisata CV.Trista Alfa Wisata sebagai

penerima pekerjaan adalah melakukan seperangkat pelayanan jasa-jasa

pengangkutan, akomodasi, makan/minum dan menikmati obyek/atraksi

wisata dalam rangka penyelenggaraan wisata.

b. Kewajiban SMK Bina Teknologi Purwokerto sebagai pemberi pekerjaan

adalah membayar upah.

Terdapat kemungkinan beberapa bentuk tanggungjawab Biro Perjalanan

Wisata CV.Trista Alfa Wisata apabila melakukan wanprestasi yaitu : tetap

menyelenggarakan perjalanan wisata tanpa atau dibebani ganti rugi serta

pembatalan perjanjian tanpa atau dengan dibebani ganti rugi.

Page 97: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

B. Saran

Format perjanjian paket wisata pada Biro Perjalanan Wisata CV.Trista Alfa

Wisata sebaiknya disempurnakan agar tidak berupa pernyataan penawaran

(aanbod), melainkan berupa rincian hak dan kewajiban para pihak. agar lebih

jelas dan mudah dipahami lawan pihak (wisatawan).

Page 98: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Desky, M.A, 2001. Pengantar Bisnis Biro Perjalanan. Jogjakarta : Adi Cita.

HS, Salim. 2003. Perkembangan Hukum Kontrak innominaat di Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika.

Meliala, Qirom Syamsudin, A. 1985. Pokok-pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya.Yogyakarta : Liberty.

Mertokusumo, Sudikno. 1986. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar). Liberty : Yogyakarta.

Patrik, Purwakhid. 1982. Asas Iktikad Baik dan Kepatutan dalam Perjanjian, Semarang : Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.

Pitana, Gede, I dan Putu G Gayatri. 2004. Sosiologi Pariwisata. Andi:Yogyakarta.

Prodjodikoro, Wirjono. 1981. Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu. Bandung : Sumur.

Purwosutjipto, HMN. 1991. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3, Cetakan keempat Jakarta : Djambatan.

Ronny Hanity Soemitro, 1987. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Satrio, J. 1992. Hukum Perjanjian.Bandung : . PT. Citra Aditya Bakti.

-----------1995. Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian Buku I, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Soerjopratiknjo, Hartono. 1982. Perwakilan Berdasarkan Kehendak. Yogyakarta: Seksi Notariat Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 1985. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: CV. Rajawali.

Soekanto, Soerjono. 1983 Penegakan Hukum, Bandung : Bina Cipta.

------------------------ 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Universitas Indonesia.

Subekti, 1983. Hukum Perjanjian. Jakarta : PT. Internusa. ---------, 1981. Aneka Perjanjian. Bandung : Alumni Bandung. Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-dasar Pariwisata, Andi : Yogyakarta. Volmar, H.F.A. 1984, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid II Cetakan I,

Jakarta:Rajawali Pers. Yoeti, Oka A, 2006. Ilmu Pariwisata, Sejarah, Perkembangan dan Prospeknya,

Jakarta : PT. Perca.  ‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐1987, Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung : Angkasa.

Page 99: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA

B. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisaataan.

C. Internet

http: //www.google.co.id/search=kepariwisataanIndonesia.Dari Internet, diakses tanggal 17 Desember 2011.

http://fielduphly.multiply.com/journal/item/6.Diakses tanggal15 Desember 2011.

http://www.thegrizaonline.com/ Diakses tanggal 17 Desember 2011.Diakses tanggal 17 Desember 2011.

http://raymondfrans63.wordpress.com/2011/10/13/dasar-dasar-pariwisata/ Diakses tanggal 17 Desember 2011.

File://localhost/K:/viever.php%2011.htm. Diakses tanggal 27 Desember 2011. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/Diakses tanggal 27 Desember 2011.

http://raymondfrans63.wordpreess.com/biro-perjalanan-wisata aktvitasnya/.Diakses tanggal 17 Desember 2011.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/pariwisata-arwina.pdf/. Diakses tanggal 20 Desember 2011.

http://www.hosting24.com/. Diakses tanggal 17 Desember 2011.

http:// www.google.co.id//pengertian pariwisata secara umum dan source//, Diakses yanggal 15 Desember 2011.

http: //www.google.co.id/search=kepariwisataanIndonesia/.Dari Internet, diakses tanggal 17 Desember 2011.

D. Sumber Lain

Company Profile CV. Trista Alfa Wisata

====================

Page 100: SKRIPSI Oleh - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/skripsi intan.pdf · Latar Belakang Lembar Pengesahan Skripsi ... TENTANG PERJANJIAN PAKET WISATA ANTARA