fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II....

104
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERBANKAN PADA UMUMNYA 1. Pengertian Bank Kata bank berasal dari bahasa Italia banco yang artinya bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan populer menjadi bank. 8 Pengertian perbankan terdapat pada Pasal 1 angka 1 Undang-undang Perbankan yang menyebutkan bahwa Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya, sedangkan menurut Pasal 1 angka 2 bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau 8 Malayu S.P. Hasibuan, Op. Cit., hal. 1.

Transcript of fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II....

Page 1: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERBANKAN PADA UMUMNYA

1. Pengertian Bank

Kata bank berasal dari bahasa Italia banco yang artinya bangku. Bangku

inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya

kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan populer menjadi bank.8

Pengertian perbankan terdapat pada Pasal 1 angka 1 Undang-undang

Perbankan yang menyebutkan bahwa Perbankan adalah segala sesuatu yang

menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara

dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya, sedangkan menurut Pasal 1

angka 2 bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak.

Dari pengertian tersebut diatas, maka bank mempunyai fungsi yang sangat

penting dalam mendorong pertumbuhan suatu bangsa, yaitu:

1. Menghimpun dana masyarakat;

2. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk lainnya;

3. Memberikan pelayanan jasa lainnya dalam lalu lintas uang.

Beberapa definisi mengenai bank yang dikemukakan oleh para ahli:

8 Malayu S.P. Hasibuan, Op. Cit., hal. 1.

Page 2: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

11

- Malayu S.P. Hasibuan

Bank adalah lembaga keuangan berarti bank adalah badan usaha yang

kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta

bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan

saja.9

- G.M. Verryn Stuart

Bank is a company who satisfied other people by giving a credit with the money they accept as a gamble to the other, eventhough they should supply the new money (Bank adalah badan usaha yang wujudnya memuaskan keperluan orang lain, dengan memberikan kredit berupa uang yang diterimanya dari orang lain sekalipun dengan jalan mengeluarkan uang baru kertas atau logam).10

- B.N. Ajuha

Bank provided means by which capital is transferred from those who cannot use it profitable to those who can use it productively for the society as whole. Bank provided which channel to invest without any risk and at a good rate of interest. (Bank menyalurkan modal dari mereka yang tidak dapat menggunakan secara menguntungkan kepada mereka yang dapat membuatnya lebih produktif untuk keuntungan masyarakat. Bank juga berarti saluran untuk menginvestasikan tabungan secara aman dan dengan tingkat bunga yang sangat menarik.)11

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Bank diartikan sebagai lembaga

keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa di lalu lintas

pembayaran dan peredaran uang.

Berdasarkan pengertian undang-undang, pendapat sarjana atau doktrin, dan

kamus dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang

menjalankan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya

kembali kepada pihak-pihak yang membutuhkan dalam bentuk kredit dan

9 Ibid., hal. 2.10 Ibid. 11 Ibid.

Page 3: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

12

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.12

2. Pengaturan Bank

Mengingat peranan lembaga perbankan yang demikian strategis dalam

mencapai tujuan pembangunan nasional, maka perlu adanya suatu peraturan

perundang-undangan yang lengkap dan jelas mengatur mengenai kegiatan

perbankan guna memberikan jaminan perlindungan yang baik terhadap dana

masyarakat yang telah dipercayakan kepada lembaga tersebut. Peraturan

perundang-undangan yang khusus mengatur mengenai kegiatan perbankan di

Indonesia yang berlaku saat ini adalah:

1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004.

Peraturan terbaru mengenai Bank Indonesia adalah Undang-undang Nomor

6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-

undang, yang selanjutnya disebut Undang-undang Bank Indonesia

2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Undang-

undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang

nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, yang selanjutnya disebut dengan

Undang-undang Perbankan.

3. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,

12 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hal. 18.

Page 4: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

13

selanjutnya disebut Undang-undang Perbankan Syariah.

Bank Indonesia selaku bank sentral mengeluarkan peraturan pelaksana

sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan undang-undang tersebut berupa

Peraturan Bank Indonesia (PBI), sebagai berikut:

1. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/1/PBI/2009 tentang Bank Umum.

2. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum

Syariah.

3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/26/PBI/2006 tentang Bank Perkreditan

Rakyat.

4. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/PBI/2009 tentang Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah.

3. Jenis Bank

Dari sejarah perkembangan perbankan di Indonesia yang telah beberapa

kali mengalami perubahan perundang-undangannya, maka jenis bank dapat

dilihat dari berbagai aspek. Pembagian jenis bank dapat dilihat dari aspek

fungsi, kepemilikan, status atau kedudukan, dan cara menentukan harga.13

3.1. Jenis Bank Berdasarkan Fungsi

a. Bank Sentral

Menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank

Indonesia, Bank Sentral adalah lembaga negara yang mempunyai

wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu

negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur

dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi 13 Martono, Op. Cit., hal. 28.

Page 5: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

14

perbankan serta menjalankan fungsi sebagai lender of last resort.

Pengertian bank sentral menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) adalah bank yang tugas pokoknya membantu pemerintah dalam

hal mengatur, menjaga, dan memelihara kestabilan nilai mata uang

negara, dan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan, serta

memperluas kesempatan kerja.

Pengaturan lebih lanjut mengenai Bank Indonesia terdapat dalam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah

menjadi Undang-undang Nomor 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia.

Dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 ditentukan bahwa

Bank Indonesia bertugas untuk:

- Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

- Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

- Mengatur dan mengawasi bank.

b. Bank Umum

Pengertian bank umum menurut Pasal 1 angka 3 Undang-undang

Perbankan adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Pengertian bank umum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) adalah bank yang bidang usahanya secara umum mengumpulkan

dana terutama dari uang bunga deposito yang diterimanya, disamping itu

juga memberikan kredit jangka pendek.

Page 6: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

15

Bank Umum merupakan agent of development yang bertujuan

meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional

ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Pendirian bank umum dapat dilakukan oleh:

- Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia.

- WNI dan atau badan hukum Indonesia dengan warga negara asing dan

atau badan hukum asing secara kemitraan.14

c. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR jauh

lebih sempit jika dibandingkan dengan bank umum.

Pendirian bank perkreditan rakyat dapat dilakukan oleh:

- Warga Negara Indonesia;

- Badan Hukum Indonesia yang seluruh kepemilikannya oleh WNI;

- Pemerintah Daerah; atau

- Dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam tiga poin

sebelumnya.

3.2. Jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya

Apabila ditinjau dari segi kepemilikannya, jenis bank terdiri atas bank

14 Malayu S.P. Hasibuan, Op. Cit., hal. 37.

Page 7: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

16

milik pemerintah, bank milik swasta nasional, bank milik koperasi, bank

milik asing, dan bank milik campuran.

a. Bank Milik Pemerintah

Bank pemerintah adalah bank dimana baik akta pendirian maupun

modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank

dimiliki oleh pemerintah pula. Yang termasuk ke dalam bank milik

pemerintah yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri. Selain itu

ada juga bank milik pemerintah, contohnya Bank DKI, Bank Jateng, dan

sebagainya.

b. Bank Milik Swasta Nasional

Bank swasta nasional adalah bank yang seluruh atau sebagian besar

modalnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun

didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya juga

diperuntukkan untuk swasta pula. Yang termasuk dalam bank milik

swasta nasional adalah Bank Muamalat, Bank Danamon, Bank Central

Asia, dan lain-lain.

c. Bank Milik Koperasi

Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh badan hukum

koperasi, contohnya adalah Bank Umum Koperasi Indonesia.

d. Bank Milik Asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri,

Page 8: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

17

baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki

oleh pihak luar negeri. Yang termasuk dalam bank milik asing adalah

City bank, dan lain-lain.

e. Bank Milik Campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan

pihak swasta nasional. Saham bank campuran secara mayoritas dimiliki

oleh warga negara Indonesia. Contoh bank campuran antara lain:

Sumitono Niaga Bank, Bank Merincop, Bank Sakura Swadarma, Bank

Finconesia, Mitsubishi Buana Bank, Inter Pacifik Bank, Paribas BBD

Indonesia, Ing Bank, Sanwa Indonesia Bank, dan Bank PDFCI.

3.3. Jenis Bank Berdasarkan status atau kedudukan

Jenis bank berdasarkan status atau kedudukan dibagi menjadi bank

devisa dan bank non-devisa.

a. Bank Devisa

Bank devisa adalah bank yang memperoleh surat penunjukkan dari

Bank Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha perbankan dalam

valuta asing. Bank devisa dapat menawarkan jasa-jasa bank yang

berkaitan dengan mata uang asing tersebut seperti transfer ke luar negeri,

jual beli valuta asing, transaksi ekspor import, dan jasa-jasa valuta asing

lainnya.

Tugas dan usaha dari bank devisa antara lain:

1) Melayani lalu lintas pembayaran dalam dan luar negeri;2) Melayani pembukaan dan pembayaran L/C;

Page 9: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

18

3) Melakukan jual beli valuta asing atau valas;4) Mengirim dan menerima transfer dan inkaso valas;5) Membuka atau membayar Traveller Cheque atau TC;6) Menerima tabungan valas. 15

Tugas dan usahanya ini baru dapat dilakukan jika bank devisa

tersebut mempunyai bank koresponden atau dikenal dengan istilah

Correspondency Relationship di negara yang bersangkutan. Bank

Koresponden adalah bank devisa yang ditunjuk oleh bank responden

untuk mewakili dan melaksanakan tugas-tugasnya di negara

bersangkutan.

b. Bank non-devisa

Bank non-devisa adalah bank yang belum mempunyai izin untuk

melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat

melaksanakan kegiatan seperti halnya bank devisa. Jadi bank non-devisa

hanya dapat melakukan transaksi dalam batas-batas negara.16

3.4. Jenis Bank Berdasarkan Cara Menentukan Harga

a. Bank Konvensional

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, konvensional berarti

menurut apa yang sudah menjadi kebiasaan, sedangkan menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian kata konvensional adalah

berdasarkan kesepakatan umum seperti adat, kebiasaan, kelaziman.

Berdasarkan pengertian tersebut, bank konvensional adalah bank yang

dalam operasionalnya menggunakan sistem bunga, karena sitem bunga

sudah ada terlebih dahulu, menjadi kebiasaan, dan telah digunakan secara

15 Ibid., hal. 44.16 Jenis dan Kepemilikan Bank, http://artikelekonomi.com/jenis-dan-kepemilikan-bank.html (online_), tanggal 14 Agustus 2011, diakses tanggal 3 Oktober 2011.

Page 10: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

19

meluas dibandingkan sistem bagi hasil.

Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah

bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas

dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia

dibawa oleh kolonial Belanda.

Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga bagi para

nasabahnya, bank konvensional menggunakan metode:

a) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti

giro, tabungan, maupun deposito. Demikian pula, harga untuk produk

pinjaman kredit juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga

tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based.

Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi dari suku bunga pinjaman,

dikenal dengan istilah negative spread. Kondisi ini telah terjadi pada

akhir tahun 1998 dan sepanjang tahun 1999.

b) Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak perbankan dapat menggunakan

atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau prosentase

tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.

b. Bank Syariah

Bank syariah muncul di Indonesia pada awal tahun 1990-an.

Pendirian bank syariah di Indonesia diprakarsai oleh Majelis Ulama

Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990.

Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-

prinsip syariah Islam, maksudnya adalah bank yang dalam operasinya

Page 11: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

20

mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang

menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam.

Bagi bank syariah, penentuan harga produk sangat berbeda dengan

bank konvensional. Bank syariah menerapkan aturan perjanjian

berdasarkan hukum Islam dengan pihak lain yang ingin menyimpan dana

atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

Penentuan harga atau keuntungan pada bank syariah dilakukan dengan

cara:

(a)Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil yang berbentuk

mudharabah

(b)Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal yang berbentuk

musyarakah

(c)Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan yang

berbentuk murabahah

(d)Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan yang

berbentuk ijarah

(e)Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang

yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain yang berbentuk ijarah wa

iqtina.

Penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank syariah juga

dilakukan sesuai Syariat Islam. Sumber penentuan harga atau

pelaksanaan kegiatan bank syariah dasar hukumnya adalah Al-Qur’an

Page 12: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

21

dan Hadist. Jenis bank ini mengharamkan penetapan harga produknya

dengan bunga tertentu. Bagi bank syariah, bunga adalah riba.

Selain itu, Bank dapat dilihat dari segi Bentuk Hukumnya yang terdiri dari:

- Bank Berbentuk Hukum Perusahaan Daerah;

- Bank Berbentuk Hukum Perseroan atau PERSERO;

- Bank Berbentuk Hukum Perseroan Terbatas atau PT;

- Bank Berbentuk Hukum Koperasi. 17

B. PERBANKAN SYARIAH

1. Islam dan Perbankan

Islam berasal dari bahasa Arab, akar katanya adalah salama yang berarti

keselamatan. Ada pula yang mengartikan sebagai berserah diri. Dalam konteks

ini Islam berarti keselamatan dengan berserah diri pada kehendak Tuhan Yang

Maha Esa.

Islam sebagai agama merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia

secara komprehensif dan universal baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta

(HabluminAllah) maupun dalam hubungan sesama manusia

(Hablumminannas). Ada tiga pilar pokok dalam ajaran Islam yaitu :

Aqidah: komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas

keberadaan dan kekuasaan Allah sehingga harus menjadi keimanan seorang

muslim manakala melakukan berbagai aktivitas dimuka bumi semata-mata

untuk mendapatkan keridlaan Allah sebagai khalifah yang mendapat amanah

dari Allah.17 Malayu S.P. hasibuan, Op. Cit., hal. 27.

Page 13: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

22

Akhlaq: landasan perilaku dan kepribadian yang akan mencirikan dirinya

sebagai seorang muslim yang taat berdasarkan syariah dan aqidah yang

menjadi pedoman hidupnya sehingga disebut memiliki akhlaqul karimah

sebagaimana hadis nabi yang menyatakan

"Tidaklah sekiranya Aku diutus kecuali untuk menjadikan akhlaqul karimah"

Syariah: komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan seorang

muslim baik dalam bidang ibadah (habluminAllah) maupun dalam bidang

muamalah (hablumminannas) yang merupakan aktualisasi dari akidah yang

menjadi keyakinannya. Sedangkan muamalah sendiri meliputi berbagai bidang

kehidupan antara lain yang menyangkut ekonomi atau harta dan perniagaan

disebut muamalah maliyah.

Mahmud syaltut mengemukakan definisi syariah sebagai berikut:

Syariah itu ialah peraturan-peraturan yang diciptakan Allah atau yang diciptakan pokok-pokoknya supaya manusia berpegang kepadanya di dalam hubungannya dengan Tuhan, hubungannya dengan saudaranya sesama muslim, hubungannya dengan saudaranya sesama manusia, hubungannya dengan alam seluruhnya, dan hubungannya dengan kehidupan”. (Nasruddin Razak, 1989: 249).

Arti syariah telah dijelaskan sendiri oleh Quran, sehingga dengan demikian

kita dapat menemukan maksudnya yang asli.

Firman Allah swt:

“Kemudian kami jadikan engkau pada suatu syari’at (peraturan) dalam setiap

urusan; maka turutilah ketentuan itu, dan janganlah engkau turuti keinginan

orang-orang yang tidak tahu”. (QS. Al Jaatsiah: 18)

Page 14: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

23

Oleh karena syariah itu adalah hukum Tuhan dan perundang-undangan yang

datangnya dari Allah, Tuhan Yang Maha Sempurna, maka pasti pula hukum

dan perundang-undanganNya teratur dan tertib kehidupannya.

Prinsip-prinsip Syariah, yaitu:

Pertama, tidak memberatkan. Sesuai dengan misi Islam sebagai rahmat bagi manusia, maka Islam datang untuk membebaskan manusia dari segala rupa hal yang memberatkan dan mengacaukan hidupnya. Manusia adalah makhluk dha’if atau lemah, memiliki kadar kemampuan yang terbatas. Sebab itu hukum Tuhan tidak akan memaksa manusia sampai melampaui batas kemampuannya. Kedua, sangat sedikit mengadakan kewajiban secara terperinci, yaitu memerintah dan melarang. Perintah-perintah dan larangan-larangan itu sangat sedikit, sehubungan dengan prinsip pertama dimuka, karena banyak kewajiban berarti memberi beban dan memberatkan manusia. Ketiga, syariah datang dengan prinsip graduasi atau berangsur-angsur, bukan secara sekaligus. Allah pencipta hukum adalah maha tahu dan maha bijaksana. Sistem ini secara psikologis sesuai dengan fitrah manusia sendiri. Adalah sangat sulit dilaksanakan sekiranya hukum-hukum yang datang itu sekaligus demikian banyak, tentu menimbulkan kebingungan dalam melaksanakannya. Andaikata ketentuan-ketentuan itu datangnya secara sekaligus, secara radikal dan revolusioner untuk merombak orde jahiliyah ke orde Islam, akan berat diterima oleh manusia. Bahkan sistem itu hanya mengundang perlawanan manusia saja. Itulah sebabnya saat awal perkembangan Islam, ada beberapa adat kebiasaan yang bersifat dibiarkan bagi yang dianggap tidak membahayakan tertib masyarakat ramai. Ada yang perlu dirubah, untuk ini dilaksanakan perubahan secara berangsur-angsur. Dirubah dengan jalan sambil menerangkan hikmahnya, atau dengan penjelasan-penjelasan dan penginsafan-penginsafan yang sangat bijaksana terhadap masyarakat.18

Cukup banyak tuntunan Islam yang mengatur tentang kehidupan ekonomi

umat yang antara lain secara garis besar adalah sebagai berikut :

- Islam menempatkan fungsi uang semata-mata sebagai alat tukar dan bukan sebagai komoditi, sehingga tidak layak untuk diperdagangkan apalagi mengandung unsur ketidakpastian atau spekulasi (gharar) sehingga yang ada adalah bukan harga uang apalagi dikaitkan dengan berlalunya waktu tetapi nilai uang untuk menukar dengan barang.

- Riba dalam segala bentuknya dilarang bahkan dalam ayat Alquran tentang pelarangan riba yang terakhir yaitu surat Al Baqarah ayat 278-279 secara tegas dinyatakan sebagai berikut:

18 Mukhsinun, dkk., Hukum Islam, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, 2008, hal. 55-58.

Page 15: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

24

“Hai orang-orang yang beriman takutlah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa-sisa riba itu jika kamu orang beriman. Kalau kamu tiada memperbuatnya ketahuilah ada peperangan dari Allah dan RasulNya terhadapmu dan jika kamu bertobat maka untukmu pokok-pokok hartamu kamu tidak menganiaya dan tidak pula teraniaya.”

- Larangan riba juga terdapat dalam ajaran kristen baik perjanjian lama maupun perjanjian baru yang pada intinya menghendaki pemberian pinjaman pada orang lain tanpa meminta bunga sebagai imbalan.

- Meskipun masih ada sementara pendapat khususnya di Indonesia yang masih meragukan apakah bunga bank termasuk riba atau bukan, maka sesungguhnya telah menjadi kesepakatan ulama, ahli fiqih dan Islamic banker dikalangan dunia Islam yang menyatakan bahwa bunga bank adalah riba dan riba diharamkan.

- Tidak memperkenankan berbagai bentuk kegiatan yang mengandung unsur spekulasi dan perjudian termasuk didalamnya aktivitas ekonomi yang diyakini akan mendatangkan kerugian bagi masyarakat.

- Bekerja dan atau mencari nafkah adalah ibadah dan wajib dilakukan sehingga tidak seorang pun tanpa bekerja - yang berarti siap menghadapi risiko – dapat memperoleh keuntungan atau manfaat (bandingkan dengan perolehan bunga bank dari deposito yang bersifat tetap dan hampir tanpa risiko).

- Adanya kewajiban untuk melakukan pencatatan atas setiap transaksi khususnya yang tidak bersifat tunai dan adanya saksi yang bisa dipercaya atau simetri dengan profesi akuntan dan notaris.19

2. Pengertian Bank Syariah

Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem  perbankan

yang dikembangkan berdasarkan syariah atau hukum Islam. Usaha

pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama Islam untuk

memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba

serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram, misal:

usaha yang berkaitan dengan produksi makanan atau minuman haram, usaha

media yang tidak Islami, dll, dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem

perbankan konvensional.

19 Konsep Dasar Ekonomi Islam, http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/ (online_), tanggal 20 Maret 2010, Diakses tanggal 20 Maret 2011.

Page 16: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

25

Menurut Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Perbankan Syariah, Bank Syariah

adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah

dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah.

Dibawah ini dapat dikemukakan pengertian Bank Islam, yaitu:

- Karnaen Perwataatmaja dan Muhamad Syafi’i Antonio mengatakan yang dimaksud dengan bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, yakni bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam khususnya yang mengatur tata cara bermuamalat secara Islam dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.

- Senada dengan itu, Warkum Sumitro mengatakan Bank Islam berarti bank

yang tata cara beroperasinya didasarkan pada al-Quran dan Al-Hadits.

- Menurut M. Amin Aziz yang dimaksud dengan Bank Islam atau Bank berdasarkan syariah Islam adalah lembaga perbankan yang menggunakan dan sistem operasinya berdasarkan syariah Islam. Ini berarti operasi perbankan mengikuti tata cara berusaha maupun perjanjian berusaha berdasarkan Al-Quran dan Sunah Rasul Muhammad SAW.

- Demikian pula Cholil Umam mengartikan yang dimaksud dengan Bank Islam adalah sebuah lembaga keuangan yang menjalankan operasinya menurut hukum Islam. Sudah tentu Bank Islam tidak memakai sistem bunga, sebab bunga dilarang oleh Islam. Sedangkan bank non-Islam adalah sebuah lembaga keuangan yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan kepada yang memerlukan dana guna investasi dalam usaha-usaha yang produktif dan lain-lain dengan sistem bunga.20

Perbankan syariah berbeda dengan bank konvensional, dilihat dari segi

partisipasinya yang sangat aktif dalam proses pengembangan sosio-ekonomis

negara-negara Islam. Sehingga lembaga keuangan Islam bukan ditujukan untuk

memaksimumkan keuntungannya sebagaimana halnya sistem perbankan yang

20 Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan Islam di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hal. 10-11.

Page 17: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

26

berdasarkan bunga, melainkan untuk memberikan keuntungan-keuntungan

sosio-ekonomis bagi orang-orang muslim. Pembiayaan perbankan Islam yang

termasuk di dalam kegiatan usaha bank syariah harus disediakan untuk

meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan

nilai-nilai Islam. Tujuan dari pembiayaan dalam Perbankan Islam adalah agar

pembiayaan sebagai kegiatan usaha bank syariah tersedia dalam jumlah yang

wajar bagi sebanyak-banyaknya pengusaha. Bank Syariah mempunyai ciri-ciri

berbeda dengan bank konvensional, adapun ciri-ciri bank syariah adalah:

a. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan sampai batas waktu kesepakatan dalam kontrak.

b. Penggunaan prosentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu dihindari, karena prosentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir.

c. Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti yang ditetapkan di muka, karena pada hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah Allah semata.

d. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk tabungan oleh penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah sehingga pada penyimpanan tidak dijanjikan imbalan yang pasti.

e. Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari sudut syariahnya. Selain itu manajer dan pimpinan bank Islam harus menguasai dasar-dasar muamalah Islam.

f. Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi amanah, artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang disimpan dan siap sewaktu-waktu apabila dana diambil pemiliknya.21

3. Pengaturan dan Pengawasan Bank Syariah

21 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, hal. 32-33 dalam Warkum Sumitro, Azas-azas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga terkait BMUI dan Takaful di Indonesia, PT. Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hal. 20-22.

Page 18: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

27

3.1. Pengaturan Bank Syariah

Keberadaan bank syariah semakin tegas di dunia perekonomian nasional

setelah disahkannya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah.

Sebagai tindak lanjut atas dikeluarkannya Undang-undang yang mengatur

mengenai berlakunya bank syariah tersebut, maka Bank Indonesia

mengeluarkan peraturan-peraturan pelaksana mengenai bank syariah.

Peraturan-peraturan pelaksana tersebut dapat juga dijadikan sebagai dasar

hukum berlakunya bank syariah di Indonesia, diantaranya adalah:

a. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum

Syariah.

b. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank

Syariah dan Unit Usaha Syariah.

c. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/23/PBI/2008 tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/21/PBI/2004 tentang Giro

Wajib Minimum dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Yang

Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.

d. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/32/PBI/2008 tentang Komite

Perbankan Syariah.

e. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/16/PBI/2008 tentang Perubahan Atas

Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan

Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran

Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

Page 19: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

28

f. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/14/DPbs/2008 tentang

Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan

Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

g. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/31/PBI/2009 tentang Uji

Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Syariah dan Unit

Usaha Syariah.

h. Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/3/PBI/2011 tentang Penetapan Status

dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank.

i. Peraturan pendukung lainnya.

3.2. Pengawasan Bank Syariah

Disamping ketentuan-ketentuan di atas, dalam menjalankan fungsi

kelembagaan agar operasional bank syariah tidak menyimpang dari ketentuan

syariah Islam, maka operasional bank syariah dibatasi oleh pengawasan yang

dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah yang tidak terdapat di dalam bank-

bank konvensional.

Pengawasan terhadap bank syariah dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Pengawasan UmumPengawasan umum terhadap bank syariah dilakukan oleh Bank Indonesia sama seperti bank konvensional pada umumnya. Bank Indonesia bertindak mengawasi bank syariah selaku pemegang otoritas pembina dan pengawas bank. Di samping itu, secara internal bank syariah diawasi pula oleh Dewan Komisaris, Dewan Pengawas atau pengawas bank yang bersangkutan.

2. Pengawasan KhususPengawasan khusus terhadap bank syariah dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional dan Dewan Pengawas Syariah yang ada pada setiap bank yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Dewan Syariah Nasional dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia yang bertugas dan memiliki kewenangan untuk memastikan kesesuaian produk, jasa, dan

Page 20: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

29

kegiatan usaha bank dengan prinsip syariah. Sedangkan Dewan Pengawas Syariah berkedudukan di kantor pusat bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Dengan demikian Dewan Pengawas syariah ini:a. Berfungsi untuk mengawasi kegiatan usaha bank syariah agar sesuai

dengan prinsip syariah;b. Dalam melaksanakan fungsi tersebut, Dewan Pengawas Syariah wajib

mengikuti fatwa Dewan Syariah nasional;c. Kedudukan Dewan Pengawas Syariah bersifat independen, yang

dibentuk oleh Dewan Syariah Nasional, dengan tugas yang diatur oleh dewan syariah;

d. Dewan Pengawas Syariah wajib dimiliki oleh setiap bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.22

Fungsi Dewan Pengawas Syariah adalah sebagai berikut:

1. Mengawasi jalannya operasionalisasi bank sehari-hari, agar sesuai dengan ketentuan syariah.

2. Membuat pernyataan secara berkala (biasanya tiap tahun) bahwa bank yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan syariah.

3. Meneliti dan membuat rekomendasi produk baru dari bank yang diawasinya.23

Fungsi Dewan Syariah Nasional adalah sebagai berikut:

1. Mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariah.

2. Meneliti dan memberi fatwa bagi produk-produk yang dikembangkan oleh lembaga keuangan syariah.

3. Memberikan rekomendasi para ulama yang akan ditugaskan sebagai DSN pada suatu lembaga keuangan syariah.

4. Memberi teguran kepada Lembaga Keuangan Syariah jika lembaga yang bersangkutan menyimpang dari garis panduan yang telah ditetapkan.24

4. Tujuan Bank Syariah

Ada beberapa tujuan dari perbankan Islam. Diantara para ilmuwan dan para

professional Muslim berbeda pendapat mengenai tujuan tersebut.

Menurut Handbook of Islamic Banking, perbankan Islam ialah menyediakan 22 Rachmadi Usman, Op. Cit., hal. 57-58.23 Heri Sudarsono, Op.Cit., hal. 34.24 Ibid., hal.35.

Page 21: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

30

fasilitas keuangan dengan cara mengupayakan instrumen-instrumen keuangan

atau dikenal dengan istilah Finansial Instrumen yang sesuai dengan ketentuan

dan norma syariah. Menurut Handbook of Islamic Banking, bank Islam berbeda

dengan bank konvensional dilihat dari segi partisipasinya yang aktif dalam

proses pengembangan sosial ekonomi negara-negara Islam, perbankan Islam

bukan ditujukan terutama untuk memaksimalkan keuntungannya sebagaimana

halnya sistem perbankan yang berdasarkan bunga, melainkan untuk

memberikan keuntungan sosial ekonomi bagi orang-orang muslim.

Bank syariah mempunyai beberapa tujuan diantaranya:

a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara Islam,

khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan. Agar terhindar

dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha atau perdagangan lain yang

mengandung unsur gharar atau tipuan. Dimana jenis-jenis usaha tersebut

selain dilarang dalam Islam juga dapat menimbulkan dampak negatif

terhadap kehidupan ekonomi rakyat.

b. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan

meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi. Gunanya agar tidak

terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak

yang membutuhkan dana.

c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang

berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan

kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian

usaha.

Page 22: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

31

d. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya

merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang.

Upaya bank syariah di dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa

pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha

yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan

pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program

pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama.

e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank

syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi diakibatkan adanya

inflasi, menghindari persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan.

f. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam kepada bank non-

syariah.

5. Produk Bank Syariah

Produk Bank Syariah terbagi menjadi produk Bank Syariah di bidang

penghimpunan dana dari masyarakat atau funding, produk Bank Syariah di

bidang penyaluran dana kepada masyarakat atau lending, produk Bank Syariah

di bidang jasa atau fee based income product.

5.1. Produk Bank Syariah di Bidang Penghimpunan Dana Dari Masyarakat atau

funding

Proses penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan oleh bank

syariah pada prinsipnya hampir sama dengan proses penghimpunan dana

Page 23: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

32

dari masyarakat yang dilakukan oleh bank konvensional, artinya dalam bank

syariah juga dikenal produk-produk seperti giro atau demand deposit,

tabungan atau saving deposit, dan deposito atau time deposit sebagai sarana

untuk menghimpun dana dari masyarakat. Perbedaannya pada bank syariah

tidak dikenal bunga sebagai kontraprestasi terhadap nasabah deposan,

melainkan melalui mekanisme bagi hasil dan bonus yang bergantung pada

jenis produk apa yang dipilih oleh nasabah.

(1) GIRO atau DEMAND DEPOSIT

Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008, giro adalah

simpanan berdasarkan akad wadiah atau akad lain yang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya dapat

dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana

perintah pembayaran lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan.

Giro yang dikenal dalam perbankan konvensional dapat

diaplikasikan dalam perbankan syariah dengan menghilangkan unsur

bunga. Giro yang sesuai dengan prinsip Islam ada dua macam yaitu giro

wadiah atau berdasarkan prinsip titipan dan giro mudharabah atau

berdasarkan prinsip bagi hasil. Walaupun demikian dalam praktiknya

prinsip wadiah yang paling banyak dipakai, mengingat motivasi utama

nasabah memilih produk giro adalah untuk kemudahan dalam lalu lintas

pembayaran, bukan untuk mendapat keuntungan. Disamping itu juga

apabila prinsip mudharabah yang dipakai, maka penarikan sewaktu-

waktu akan sulit dilakukan mengingat sifat dari akad mudharabah yang

Page 24: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

33

memerlukan jangka waktu untuk menentukan untung atau rugi.

Sehingga hanya produk berupa giro wadiah yang dikenal dalam sistem

perbankan syariah.

Giro wadiah dapat diartikan sebagai bentuk simpanan yang

penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek,

bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara

pemindahbukuan yang didasarkan pada prinsip titipan, sehingga

nasabah tidak mendapat keuntungan berupa bunga, melainkan bonus

yang nilainya tidak boleh diperjanjikan diawal akad.

Ketentuan hukum mengenai wadiah dapat kita temukan dalam Al

Quran, Hadis, dan Ijma. Ketentuan Al-quran mengenai prinsip wadiah

terdapat dalam surat an-Nisa ayat 58 yang artinya:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat

(titipan), kepada yang berhak menerimanya....”

Ketentuan Hadis mengenai wadiah dapat kita baca dalam sebuah

hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud yang artinya:

“Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. Bersabda,

“sampaikanlah (tunaikanlah) amanat kepada yang berhak

menerimanya dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah

mengkhianatimu.”

Dalam Islam mengenai titipan atau wadiah ini dapat dibedakan

menjadi dua macam, yaitu:

- Wadiah yad Amanah

Page 25: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

34

Adalah titipan (wadiah) dimana barang yang dititipkan sama sekali

tidak boleh digunakan oleh pihak yang menerima titipan.

- Wadiah yad Dhamanah

Adalah titipan (wadiah) yang mana terhadap barang yang dititipkan

tersebut dapat digunakan atau dimanfaatkan oleh penerima titipan.

Selain ketentuan hukum diatas giro wadiah mengacu pada ketentuan

Undang-undang Perbankan Syariah dan Peraturan Bank Indonesia

(PBI) Nomor 10/16/PBI/2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank

Indonesia (PBI) Nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip

Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana

Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

(2) TABUNGAN atau SAVING DEPOSIT

Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008, tabungan adalah

simpanan berdasarkan akad wadiah atau investasi dana berdasarkan

akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan

Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut

syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik

dengan cek, bilyet giro, atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Nasabah jika hendak mengambil simpanannya dapat datang langsung

ke bank dengan membawa buku tabungan, slip penarikan, atau melalui

fasilitas ATM.

Dua prinsip perjanjian Islam yang sesuai dengan produk bank

syariah berupa tabungan adalah wadiah dan mudharabah. Pilihan

Page 26: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

35

terhadap produk ini tergantung motif nasabah, jika motifnya hanya

menyimpan saja maka bisa dipakai produk tabungan wadiah, sedangkan

untuk memenuhi nasabah yang bermotif investasi atau mencari

keuntungan maka tabungan mudharabah yang sesuai.

Ketentuan hukum dari akad mudharabah terdapat dalam Al-Quran,

Hadis, dan Ijma. Ketentuan hukum tentang mudharabah terdapat dalam

surat al-Muzzamil ayat 20 yang artinya: “....dan dari orang-orang yang

berjalan di muka bumi sebagian mencari karunia Allah SWT....”. pada

intinya adalah berisi dorongan bagi setiap manusia untuk melakukan

perjalanan usaha.

Ketentuan dalam Hadis dapat dijumpai dalam hadis yang

diriwayatkan oleh Thabrani yang artinya: ”diriwayatkan dari Ibnu

Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan

dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar

dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang

berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut,

yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut.

Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW dan

Rasulullahpun membolehkannya”.

Dari hadist di atas menunjukkan bahwa dalam mudharabah pihak

shahibul maal yang menyediakan dana 100% akan menanggung risiko

kehilangan modal, sehingga pihak mudharib selaku pengelola dana

harus benar hati-hati dan selalu melaksanakan akad mudharabah

Page 27: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

36

dengan penuh itikad baik.

Selain ketentuan hukum diatas tabungan mengacu pada ketentuan

Undang-undang Perbankan Syariah dan Peraturan Bank Indonesia

(PBI) Nomor 10/16/PBI/2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank

Indonesia (PBI) Nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip

Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana

Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

(3) DEPOSITO atau TIME DEPOSIT

Berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 deposito

didefinisikan sebagai investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau

akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang

penarikannya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad

antara Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah dan atau Unit Usaha

Syariah.

Ketentuan hukum dari akad mudharabah terdapat dalam Al-Quran,

Hadis, dan Ijma. Ketentuan hukum tentang mudharabah terdapat dalam

surat al-Muzzamil ayat 20 yang artinya: “....dan dari orang-orang yang

berjalan di muka bumi sebagian mencari karunia Allah SWT....”. pada

intinya adalah berisi dorongan bagi setiap manusia untuk melakukan

perjalanan usaha.

Ketentuan dalam Hadist dapat dijumpai dalam hadis yang

diriwayatkan oleh Thabrani yang artinya: ”diriwayatkan dari Ibnu

Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan

Page 28: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

37

dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar

dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang

berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut,

yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut.

Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW dan

Rasulullahpun membolehkannya”.

Dari hadis di atas menunjukkan bahwa dalam mudharabah pihak

shahibul maal yang menyediakan dana 100% akan menanggung risiko

kehilangan modal, sehingga pihak mudharib selaku pengelola dana

harus benar hati-hati dan selalu melaksanakan akad mudharabah

dengan penuh itikad baik.

Ketentuan hukum mengenai deposito mengacu pada ketentuan

Undang-undang Perbankan Syariah dan Peraturan Bank Indonesia

(PBI) Nomor 10/16/PBI/2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank

Indonesia (PBI) Nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip

Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana

Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

5.2. Produk Bank Syariah di Bidang Penyaluran Dana Kepada Masyarakat atau

lending

Penyaluran dana bank syariah terdiri dari jual beli, bagi hasil,

pembiayaan, pinjaman dan investasi khusus. Dalam penyaluran dana pada

Page 29: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

38

nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam

tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:

Pembiayaan dalam Bank Syariah terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

1) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual-beli.

2) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa.

3) Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil. 25

1) Prinsip Jual Beli

Implementasi akad jual beli merupakan salah satu cara yang ditempuh

bank dalam rangka menyalurkan dana kepada masyarakat. Produk dari

bank yang didasarkan pada akad jual beli ini terdiri dari murabahah,

salam, dan istishna.

Jual beli sebagai perbuatan hukum mempunyai konsekuensi terjadinya

peralihan hak atas sesuatu barang dari pihak penjual kepada kepada pihak

pembeli mempunyai landasan hukum yang dapat kita jumpai dalam Al-

Qur’an, Sunah, dan Ijma, yaitu sebagai berikut:

Al-Qur’an

Dasar hukum jual beli dapat kita jumpai dalam Surat An-Nisa ayat 29

yang artinya:

25 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, hal. 32-33 dalam Biro Perbankan Syariah, Produk Perbankan Syariah, Karim Bussiness Consulting dan Bank Indonesia, Jakarta, 2001, hal. 1.

Page 30: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

39

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan

yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu”.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 257 juga dikatakan bahwa “Allah

menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.

Sunah

Kegiatan jual beli merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan oleh

Nabi Muhammad SAW. Dimana sejak masa kecil Beliau telah ikut

pamannya untuk melakukan perniagaan.

Ijma

Para ulama telah bersepakat mengenai kehalalan jual beli sebagai

transaksi riil yang sangat dianjurkan dan merupakan sunah Rasulullah. 26

a. Murabahah

Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan

tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah.

Rukun Murabahah terdiri dari Penjual atau Ba’i, Pembeli atau

Musytari, Objek Jual Beli atau Mabi’, Harga atau Tsaman, dan Ijab

Qabul. Landasan hukum murabahah terdapat dalam Pasal 1 angka 25

Undang-undang Perbankan Syariah.

b. Salam

Salam adalah akad jual-beli suatu barang atau komoditi dimana

harganya dibayar dengan segera yaitu pada saat akad disepakati,

26 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2007, hal. 101.

Page 31: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

40

sedang barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka waktu

yang disepakati. Rukun salam terdiri dari Pembeli atau Muslim atau

Salam, Penjual atau Muslam Ilaih, Hasil Produksi atau Barang yang

akan diserahkan atau Muslam Fiih, Harga atau Ra’su Al Maali as

Salam, dan Ijab Qabul. Landasan hukum salam terdapat dalam Pasal 1

angka 25 Undang-undang Perbankan Syariah.

c. Istishna

Istishna’ adalah jual beli dalam bentuk pembuatan barang tertentu

dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang telah disepakati antara

pesanan atau pembeli atau mustashni’ dan penjual atau pembuat atau

shani’. Landasan hukum istishna’ terdapat dalam Pasal 1 angka 25

Undang-undang Perbankan Syariah.

2) Prinsip Sewa

Pembiayaan yang berdasarkan akad sewa menyewa disebut juga

ijarah. Ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau

upah mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran

sewa atau imbalan jasa.

Rukun dan syarat Ijarah yaitu pernyataan ijab dan qabul, Pihak-pihak

yang berakad atau berkontrak: terdiri atas pemberi sewa atau lessor atau

pemilik aset atau LKS dan penyewa atau lessee atau pihak yang

mengambil manfaat dari pengguna aset nasabah, obyek kontrak:

pembayaran atau sewa dan manfaat dari penggunaan aset, manfaat dari

penggunaan aset dalam ijarah adalah obyek kontrak yang harus dijamin,

Page 32: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

41

karena ia rukun yang harus dipenuhi sebagai ganti dari sewa dan bukan

aset itu sendiri, sighat ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua belah

pihak yang berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain yang

equivalent, dengan cara penawaran dari pemilik aset atau LKS dan

penerimaan yang dinyatakan oleh penyewa atau nasabah.

Aspek Syariah Ijarah

Ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam

memenuhi kebutuhan hidup manusia, seperti sewa menyewa, atau

kontrak. Ulama fiqih membolehkan adanya akad ijarah muntahiya

bittamlik.

Al-Qur’an Surat Al Baqarah ayat 233

“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain maka tidak ada

dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang

patut. Bertaqwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah

mengetahui apa yang kamu perbuat.”

Hadist

Ahmad, Abu Daud, dan An Nasa’I meriwayatkan dari Saad bin Abi

Waqqash r.a., berkata: “Dahulu kami menyewa tanah dengan jalan

membayar dari tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah melarang kami

cara itu dan memerintahkan kami membayarnya dengan uang emas atau

perak.”

Landasan Hukum positif

Landasan hukum ijarah terdapat dalam Pasal 1 angka 25 Undang-

Page 33: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

42

undang Perbankan Syariah.

3) Prinsip Bagi Hasil

Bentuk penyaluran dana yang ditujukan untuk kepentingan investasi

dalam perbankan Islam dapat dilakukan berdasarkan akad bagi hasil

yang terdiri dari mudharabah dan musyarakah.

a. Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana

pihak pertama atau dikenal dengan istilah shahibul maal menyediakan

seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.

Mudharabah terdiri dari dua jenis yaitu mudharabah muthlaqah atau

investasi tidak terikat dan mudharabah muqayyadah atau investasi

terikat.

Rukun mudharabah terdiri dari shahibul maal atau pemilik modal,

mudharib atau pelaksana atau usahawan, modal atau maal, kerja atau

usaha, keuntungan, dan ijab qabul.

Aspek Syariah mudharabah

Akad mudharabah diperbolehkan dalam Islam, karena bertujuan

untuk saling membantu antara pemilik modal dan seseorang yang ahli

dalam memutarkan uang atau usaha atau dagang.

Al-Qur’an Surat Al Baqarah ayat 198

“Tidak ada dosa bagi kamu untuk mencari karunia (rezeki hasil

perniagaan Tuhanmu...”

Hadist

Page 34: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

43

Dari Syu’aib r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Tiga perkara di dalamnya terdapat keberkahan, (1) menjual dengan

pembayaran secara kredit, (2) Muqaradah (nama lain dari

Mudharabah), (3) mencampur gandum dengan tepung untuk

keperluan rumah dan bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah)

Landasan Hukum Positif

Landasan hukum mudharabah terdapat dalam Pasal 1 angka 25

Undang-undang Perbankan Syariah.

b. Musyarakah

Musyarakah asal kata dari syirkah yang berarti percampuran.

Musyarakah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak atau lebih

untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan

kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko

akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Dalam Pasal 1 angka 6 Peraturan Bank Indonesia Nomor

13/13/PBI/2011 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum

Syariah dan Unit Usaha Syariah, disebutkan bahwa pembiayaan atas

dasar akad musyarakah, yang selanjutnya disebut Pembiayaan

Musyarakah, adalah pembiayaan dalam bentuk kerjasama antara Bank

dengan nasabah untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak

memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan

dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung

sesuai porsi dana masing-masing.

Page 35: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

44

Aspek Syariah Musyarakah

Al-Qur’an

“... Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat

itu sebagian mereka berbuat zhalim kepada sebagian lain kecuali

orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh...” (QS. Shad : 24)

“Hai orang yang beriman, Penuhilah akad-akad itu...” (QS. Al-

Maidah :1)

Hadist

“Sesungguhnya orang-orang yang mengelola harta Allah dengan

tidak benar, maka bagi mereka api neraka pada hari kiamat”. (HR.

Bukhari)

Hadis riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah, Rasulullah berkata:

“Allah swt berfiman: ‘Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang

bersyarikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang

lain. Jika salah satu pihak telah berkhianat, aku keluar dari mereka.’

(HR. Abu Daud, yang dishahihkan oleh al-Hakim dari Abu Hurairah).

Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf: “Perdamaian dapat

dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum

muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

Landasan Hukum Positif

Landasan hukum musyarakah terdapat dalam Pasal 1 angka 25

Page 36: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

45

Undang-undang Perbankan Syariah.

Aplikasi musyarakah dalam perbankan

Musyarakah dalam perbankan dapat diaplikasikan menjadi:

1) Pembiayaan ProyekMusyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.

2) Modal VenturaPada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap. 27

5.3. Produk Bank Syariah di Bidang Jasa atau fee based income product

(1) HIWALAH

Hiwalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada

orang lain yang wajib menanggungnya atau dalam istilah Islam

merupakan pemindahan beban hutang dari muhil atau orang yang

berutang menjadi tanggungan muhal ‘alaih atau orang yang

berkewajiban membayar hutang.

Hiwalah dibedakan menjadi beberapa jenis. Hanafi membedakan

hiwalah menjadi dua jenis, yaitu:

- Hiwalah mutlaqah, yaitu seseorang memindahkan hutangnya kepada orang lain dan tidak mengaitkan dengan hutang yang ada pada orang itu. Menurut ketiga mazhab lain kalau muhal ‘alaih tidak punya hutang kepada muhil, maka hal ini sama dengan kafalah, dan ini harus dengan keridhaan tiga pihak.

- Hiwalah muqayyadah, seseorang memindahkan utang dan mengaitkan

27 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, Gema Insani Press, Jakarta, 2001, hal. 93.

Page 37: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

46

dengan piutang yang ada padanya. Inilah hiwalah yang boleh atau jaiz berdasarkan kesepakatan para ulama.28

Dasar hukum mengenai Hiwalah terdapat dalam Hadist Imam Bukhari

dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW

bersabda, “menunda pembayaran bagi orang mampu adalah suatu

kezaliman. Dan, jika salah seorang dari kamu diikuti (di-hiwalah-kan)

kepada orang yang mampu/kaya, terimalah hiwalah itu”.

Dasar hukum hiwalah terdapat dalam Pasal 19 ayat (1) huruf g

Undang-undang Perbankan Syariah.

Implementasi akad hiwalah dalam perbankan syariah terdapat

beberapa produk:

- Factoring atau anjak piutang, dimana para nasabah yang memiliki piutang terhadap pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, bank lalu membayar piutang tersebut bank menagihnya dari pihak ketiga itu.

- Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.

- Bill discounting. Secara prinsip, bill discounting serupa dengan hiwalah. Hanya saja dalam bill discounting, nasabah harus membayar fee, sedangkan pembahasan fee tidak didapati dalam kontrak hiwalah.29

(2) KAFALAH

Menurut M. Syafi’i Antonio Al-kafalah merupakan jaminan yang

diberikan oleh penanggung atau kafil kepada pihak ketiga untuk

memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam

pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab

seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang

28 Abdul Ghofur Anshori, Op. Cit., hal. 146.29 ibid., hal 148.

Page 38: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

47

lain sebagai penjamin.

Dasar hukum kafalah terdapat dalam Al-Quran Surat Yusuf ayat 72

yang artinya “Penyeru-penyeru itu berseru, Kami kehilangan piala raja

dan barangsiapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh

makanan (seberat) beban unta dan aku menjamin terhadapnya”.

Dasar hukum kafalah terdapat dalam Pasal 19 ayat (1) huruf i

Undang-undang Perbankan Syariah.

Secara fiqih terdapat tiga macam kafalah yang padanya dapat

diimplementasikan dalam produk bank syariah yaitu:

- Kafalah bi nafs, yaitu jaminan dari diri si peminjam (personal guarantee).

- Kafalah bil maal, yaitu jaminan pembayaran hutang atau pelunasan hutang. Aplikasinya dalam perbankan dapat berbentuk jaminan uang muka (advance payment) atau jaminan pembayaran (payment bond).

- Kafalah muallaqah, yaitu jaminan mutlak yang dibatasi oleh kurun tertentu dan untuk tujuan tertentu. Dalam perbankan modern hal ini dapat diterapkan untuk jaminan pelaksanaan suatu proyek (performance bonds) atau jaminan penawaran (bid bonds).30

Dalam praktiknya implementasi akad kafalah ini dalam bank syariah adalah dalam bentuk bank garansi, yaitu tindakan dari garantor dalam hal ini bank untuk menjamin bahwa jika seseorang tidak menunaikan kewajibannya, misalnya tidak membayar hutang-hutangnya, si garantor tersebutlah yang akan melaksanakan/ mengambil alih kewajiban tersebut.31

(3) WAKALAH

Pemberian kuasa atau wakalah secara umum didefinisikan sebagai

suatu perjanjian dimana seseorang mendelegasikan atau menyerahkan

sesuatu wewenang atau kekuasaan kepada seseorang yang lain untuk

30 Ibid., hal. 151.31 Ibid.

Page 39: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

48

menyelenggarakan sesuatu urusan, dan orang lain tersebut menerimanya,

dan melaksanakannya untuk dan atas nama pemberi kuasa.

Dalam fiqih berdasarkan ruang lingkupnya wakalah dibedakan

menjadi tiga macam yaitu:

- Wakalah al mutlaqah, yaitu mewakilkan secara mutlak, tanpa batasan waktu untuk segala urusan.

- Wakalah al muqayyadah, yaitu penunjukkan wakil untuk bertindak atas namanya dalam urusan-urusan tertentu.

- Wakalah al ammah, perwakilan yang lebih luas dari al muqayyadah tetapi lebih sederhana dari al mutlaqah. 32

Dasar hukum mengenai wakalah terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al

Kahfi ayat 19 yang artinya: “Dan kami bangkitkan mereka agar saling

bertanya di antara mereka sendiri. Berkata salah seorang di antara

mereka, “Sudah berapa lamakah kamu berada disini?” Mereka

menjawab, “Kita sudah berada (di sini) satu atau setengah hari” berkata

(yang lain lagi), Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu

berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke

kota dengan membawa uang perakmu ini dan hendaknya ia lihat

manakah makan yang lebih baik dan hendaklah ia membawa makan itu

untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali

menceritakan halmu kepada seseorangpun.” Hadist: “Bahwa Rasulullah

SAW mewakilkan kepada Abu Rafi dan seorang Anshar untuk

mewakilinya mengawini Maimunah binti Harist.” (HR. Malik)

Implementasi dalam perbankan syariah, wakalah biasanya diterbitkan sebagai Letter of Credit (L/C) atau penerusan permintaan akan barang dalam neseri dari bank di luar negeri (L/C ekspor). Wakalah juga

32 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam: Suatu Kajian Kontemporer, Gema Insani Press, Jakarta, 2001, hal 32.

Page 40: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

49

diterapkan untuk mentransfer dana nasabah kepada pihak lain, serta jasa inkaso.33

(4) GADAI atau RAHN

Rahn menurut syariah adalah menahan sesuatu dengan cara yang

dibenarkan dan memungkinkan ditarik kembali. Yaitu menjadikan

barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syariah sebagai

jaminan hutang, sehingga orang yang bersangkutan boleh mengambil

hutangnya semuanya atau sebagian. Dengan kata lain Rahn adalah akad

menggadaikan barang dari satu pihak kepada pihak lain, dengan utang

sebagai gantinya.

Dasar hukum mengenai gadai (rahn) terdapat dalam Al-Qur’an Surat

Al Baqarah ayat 283 yang artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan

bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh

seorang penulis, hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh

yang berpiutang).” Dalam Hadist: “Aisyah r.a berkata bahwa Rasulullah

SAW membeli makan dari seorang Yahudi dan menjamin kepadanya baju

besi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rahn yang ada dalam perbankan syariah dapat diartikan sebagai menahan asset nasabah sebagai jaminan tambahan pada pinjaman yang dikucurkan oleh pihak bank. Rahn termasuk dalam salah satu jenis akad pelengkap, sedangkan dalam konteks perusahaan umum pegadaian rahn merupakan produk utama.34

(5) SHARF

33 Abdul Ghofur Anshori, Op. Cit., hal. 157.34 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, hal. 161 dalam Hanan Wihasto, Teknik dan Strategi Pembuatan Kontrak dalam Produk Jasa Perbankan, disampaikan pada acara “Pelatihan Nasional Pembuatan Kontrak dalam Praktik Perbankan Syariah”, BASYARNAS, Yogyakarta, 2006.

Page 41: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

50

Secara harfiah Sharf diartikan sebagai penambahan, penukaran, penghindaran, pemalingan, atau transaksi jual beli. Adapun secara istilah sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Transaksi jual beli mata uang asing (valuta asing), dapat dilakukan baik dengan sesama mata uang sejenis (misalnya rupiah dengan rupiah) maupun yang tidak sejenis (misalnya rupiah dengan dolar atau sebaliknya).35

Dasar hukum mengenai sharf terdapat dalam Hadist: “Jual beli emas

dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, kurma

dengan kurma, anggur dengan anggur, (apabila) satu jenis (harus) sama

(kualitas dan kuantitasnya dan dilakukan) secara tunai. Apabila jenis

berbeda, maka juallah sesuai kehendakmu dengan syarat secara tunai.”

(HR. Jamaah)

Implementasi akad sharf dalam perbankan syariah dalam produk jasa

berupa tukar-menukar mata uang asing dengan mendasarkan pada kurs

jual dan kurs beli suatu mata uang.36

6. Profil Bank Syariah Mandiri

6.1. Sejarah berdirinya Bank Syariah Mandiri

Kehadiran Bank Syariah Mandiri selanjutnya disebut BSM sejak tahun

1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis

ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan

moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk

dipanggung politik nasional, telah menimbulkan berbagai dampak negatif

yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak

terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional

35 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2005,hal. 87.36 Abdul Ghofur Anshori, Op. Cit., hal. 165.

Page 42: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

51

yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa.

Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan

merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

Salah satu bank konvensional, PT. Bank Susila Bakti (BSB) yang

dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP), PT. Bank Dagang

Negara, dan PT. Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha

keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa

bank lain serta mengundang investor asing.

Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan atau merger

empat bank yaitu Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank exim, dan

Bapindo menjadi satu bank baru bernama PT. Bank Mandiri (Persero) pada

tanggal 1 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan

menetapkan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru

BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank mandiri melakukan

konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.

Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan

syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas

diberlakukannya Undang-undang Perbankan, yang memberi peluang bank

umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa

pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk

melakukan konversi PT. Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi

Page 43: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

52

bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera

mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB

berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan

prinsip syariah dengan nama PT. Bank Syariah Mandiri sebagaimana

tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, S.H., No. 23 tanggal 8 September

1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi

bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK

Gubernur BI No. 1/24/KEP. BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui

Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.

DGS/1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT. Bank Syariah

Mandiri. Menyusul pengakuan legal tersebut, PT. Bank Syariah Mandiri

secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau

tanggal 1 November 1999.

PT. Bank Syariah Mandiri hadir, tampil, dan tumbuh sebagai bank yang

mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang

melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme dan nilai-nilai

rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan BSM dalam kiprahnya di

perbankan Indonesia. BSM hadir bersama untuk membangun Indonesia

menuju Indonesia yang lebih baik.

6.2. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri

1. Visi Bank Syariah Mandiri

Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha

Page 44: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

53

2. Misi Bank Syariah Mandiri

a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan

b. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran

pembiayaan pada segmen UMKM

c. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan

kerja yang sehat

d. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal

e. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar bank yang sehat

3. Shared values

Setelah melalui proses yang melibatkan jajaran pegawai sejak

pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru yang

disepakati bersama untuk di-shared oleh seluruh pegawai BSM yang

disebut Shared values Bank Syariah Mandiri. Shared values Bank Syariah

Mandiri disingkat “ETHIC”.

Excellence:

Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang terpadu dan

berkesinambungan.

Teamwork:

Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi.

Humanity:

Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religius.

Integrity:

Page 45: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

54

Menaati kode etik profesi dan berpikir serta berperilaku terpuji.

Customer Focus:

Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk menjadikan Bank

Syariah Mandiri menjadi mitra yang terpercaya dan menguntungkan.

C. PEMBIAYAAN DALAM BANK SYARIAH

1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan merupakan salah satu kegiatan usaha Bank, yang umum

dijalankan baik pada Bank Konvensional maupun Bank Syariah. Terdapat

perbedaan pengertian pembiayaan pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008

tentang Perbankan syariah. Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perbankan Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah

jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Pasal 1 angka 25

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan

itu berupa:

a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;

b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk

ijarah muntahiya bittamlik;

Page 46: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

55

c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’;

d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan

e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan atau

UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan atau diberi

fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu

tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

2. Aspek Penilaian dalam Pembiayaan

Muchdarsyah Sinungan mengatakan bahwa prinsip kehati-hatian bank dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi bank sebagai badan usaha dan dari segi nasabahnya. Prinsip kehati-hatian mencakup beberapa aspek yaitu Capital, Adequancy, Assetquality, Management on risk, Earning ability, dan Liquidity sufficiency. Sedangkan prinsip kehati-hatian dilihat dari segi nasabah mencakup beberapa aspek diantaranya character, capital, capacity, collateral, dan condition of economy.37

Pelaksanaan prinsip kehati-hatian secara umum tampak dalam hal bank akan memberikan kredit atau pembiayaan dengan terlebih dahulu melakukan studi kelayakan (feasibility study). Studi kelayakan akan ditempuh dengan melakukan analisis terhadap character, capital, capacity, collateral, dan condition of economy atau yang dikenal dengan the five c’ principles.38

Character

Penilaian watak calon nasabah terutama didasarkan pada hubungan yang

telah terjalin antara bank syariah dan atau UUS dengan nasabah atau calon

nasabah yang bersangkutan atau informasi yang diperoleh dari pihak lain

yang dapat dipercaya sehingga bank syariah dan atau UUS dapat

menyimpulkan bahwa nasabah yang bersangkutan jujur, beritikad baik, dan

37 Muchdarsyah Sinungan, Uang dan Bank, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hal. 241.38 Abdul Ghofur Anshori, Op. Cit., hal. 59-60.

Page 47: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

56

tidak menyulitkan bank dan atau UUS di kemudian hari.

Capital

Penilaian terhadap modal yang dimiliki calon nasabah, terutama bank

syariah dan atau UUS harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan

secara keseluruhan, baik untuk masa yang telah lalu maupun perkiraan

untuk masa yang akan datang sehingga dapat diketahui kemampuan

permodalan calon nasabah dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha

calon nasabah yang bersangkutan.

Capacity

Penilaian kemampuan calon nasabah terutama bank harus meneliti tentang

keahlian nasabah dalam bidang usahanya dan atau kemampuan manajemen

calon nasabah sehingga bank syariah dan atau UUS merasa yakin bahwa

usaha yang akan dibiayai dikelola oleh orang yang tepat.

Collateral

Penilaian terhadap agunan, bank syariah dan atau UUS harus menilai

barang, proyek, atau hak tagih yang dibiayai dengan fasilitas pembiayaan

yang bersangkutan dan barang lain, surat berharga atau garansi risiko yang

ditambahkan sebagai agunan tambahan, apakah sudah cukup memadai

sehingga apabila nasabah kelak tidak dapat memenuhi kewajibannya,

agunan tersebut dapat digunakan untuk menanggung pembayaran kembali

pembiayaan dari bank syariah dan atau UUS yang bersangkutan.

Condition of economy

Penilaian terhadap proyek usaha calon nasabah, bank syariah terutama harus

Page 48: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

57

melakukan analisis mengenai keadaan pasar, baik di dalam maupun di luar

negeri, baik untuk masa yang telah lalu maupun yang akan datang sehingga

dapat diketahui prospek pemasaran dari hasil proyek atau usaha calon nasabah

yang akan dibiayai dengan fasilitas pembiayaan.

Menurut Muhamad Syafi’i Antonio prinsip kehati-hatian dalam bank syariah meliputi ketentuan tentang Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), tingkat kesehatan, pedoman pembiayaan, serta aspek operasional lainnya yang disusun secara bertahap menurut skala prioritas.39

Asas utama dalam pembiayaan yang juga termasuk asas perbankan syariah

yaitu:

a. Keadilan

b. Kemitraan

c. Transparansi

d. Universalitas

3. Risiko dalam Pembiayaan

Risiko menurut KBBI adalah akibat yang kurang menyenangkan atau

merugikan atau membahayakan dari suatu perbuatan atau tindakan.

Pembiayaan merupakan salah satu kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank

Syariah, dalam melakukan pembiayaan memungkinkan timbulnya risiko.

Risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan pembiayaan yaitu:

3.1. Dalam pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil

a. Musyarakah

Risiko yang terdapat dalam musyarakah, terutama dalam penerapannya

39 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Suatu Pengenalan Umum, Tazkia Institute, Jakarta, 2001, hal. 252.

Page 49: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

58

dalam pembiayaan, relatif tinggi yaitu sebagai berikut:

- Side streaming, nasabah menggunakan dana bukan bukan seperti yang disebutkan dalam kontrak.

- Lalai dan kesalahan yang disengaja.- Penyembunyian keuntungan oleh nasabah apabila nasabah tidak jujur.40

b. Mudharabah

Risiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama dalam penerapannya

dalam pembiayaan, relatif tinggi yaitu sebagai berikut:

- Side streaming, nasabah menggunakan dana bukan bukan seperti yang disebutkan dalam kontrak.

- Lalai dan kesalahan yang disengaja.- Penyembunyian keuntungan oleh nasabah apabila nasabah tidak jujur.41

3.2. Dalam pembiayaan berdasarkan prinsip Jual Beli

a. Murabahah

Risiko yang terdapat dalam murabahah, terutama dalam penerapannya

dalam pembiayaan, relatif tinggi yaitu sebagai berikut:

- Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran.- Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang di pasar

naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut.

- Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk menjualnya kepada pihak lain.

- Dijual; karena murabahah bersifat jual beli dengan utang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apa pun dengan aset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, risiko untuk default akan besar.42

40 Muhammad Syafi’i Antonio, Op. Cit., hal. 94.41 Ibid., hal. 98.42 Ibid., hal. 107.

Page 50: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

59

b. Salam dan Istishna’

Pembiayaan salam dan istishna’ merupakan pembiayaan yang dicirikan

dengan pembayaran di muka dan penyerahan barang secara tangguh.

Dengan demikian, belum wujudnya barang yang menjadi objek

pembiayaan menimbulkan dua risiko, yakni:

- Risiko gagal-serah barang (non-deliverable risk). Risiko gagal-serah dapat diantisipasi bank dengan menetapkan kovenan rasio kolateral 220%, yaitu 100% lebih tinggi daripada rasio standar 120%.

- Risiko jatuhnya harga barang (price-drop risk). Risiko jatuhnya harga barang diantisipasi dengan menetapkan bahwa jenis pembiayaan ini hanya dilakukan atas dasar kontrak/pesanan yang telah ditentukan harganya.43

3.3. Dalam pembiayaan berdasarkan prinsip sewa

Ijarah

Risiko yang mungkin terjadi dalam ijarah adalah sebagai berikut:

- Default; nasabah tidak membayar cicilan dengan sengaja.- Rusak; aset ijarah rusak sehingga menyebabkan biaya pemeliharaan

bertambah, terutama bila disebutkan dalam kontrak bahwa pemeliharaan harus dilakukan oleh bank.

- Berhenti; nasabah berhenti di tengah kontrak dan tidak mau membeli aset tersebut. Akibatnya, bank harus menghitung kembali keuntungan dan mengembalikan sebagian kepada nasabah.44

4. Pembiayaan musyarakah

4.1. Pengertian Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan musyarakah merupakan salah satu produk pembiayaan bank

syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil. Musyarakah asal kata dari

syirkah yang berarti percampuran. Pengertian syirkah menurut Pasal 20 angka

43 Risiko terkait Pembiayaan Salam dan Istishna, http://esharianomics.com/, (online_), tanggal 10 Desember 2010, Diakses tanggal 3 November 2011.44 Muhammad Syafi’i Antonio, Op. Cit., hal. 119.

Page 51: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

60

3 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES), syirkah adalah kerjasama

antara dua orang atau lebih dalam hal permodalan, keterampilan, atau

kepercayaan dalam usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan

nisbah yang disepakati oleh pihak-pihak yang berserikat.

Pengertian musyarakah menurut etimologi bahasa Arab adalah sebagai

berikut:

Secara bahasa musyarakah diambil dari kata syaraka yang bermakna bersekutu, meyetujui. Sedangkan menurut istilah, musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.45

Lewis dan Algaoud juga memberikan definisi musyarakah sebagai sebuah bentuk kemitraan dimana dua orang atau lebih menggabungkan modal atau kerja mereka untuk merbagi keuntungan, menikmatai hak-hak dan tanggung jawab yang sama.46

Pada prinsipnya musyarakah dan mudharabah adalah sama, yaitu

merupakan bentuk dari usaha bagi hasil. Namun, pada keduanya terdapat

perbedaan yang essensial yaitu:

Perbedaan yang essensial dari musyarakah dan mudharabah terletak pada

besarnya kontribusi atas managemen dan keuangan atau salah satu diantara

itu. Dalam mudharabah, modal hanya berasal dari satu pihak, sedangkan

dalam musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih.47

4.2. Landasan Hukum Pembiayaan Musyarakah

45 M. Irfan Syahroni, Mudharabah dan Musyarakah serta Implementasinya dalam Perbankan Syariah, http://ayahaca.wordpress.com/ (online_), tanggal 6 Juni 2011, diakses tanggal 6 November 2011.46 Ibid.47 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2006, hal. 103.

Page 52: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

61

Aspek Syariah Musyarakah

Al-Qur’an

“... Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu

sebagian mereka berbuat zhalim kepada sebagian lain kecuali orang yang

beriman dan mengerjakan amal sholeh...” (QS. Shad : 24)

“Hai orang yang beriman, Penuhilah akad-akad itu...” (QS. Al-Maidah: 1)

Hadist

“Sesungguhnya orang-orang yang mengelola harta Allah dengan tidak

benar, maka bagi mereka api neraka pada hari kiamat”. (HR. Bukhari)

Hadis riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah, Rasulullah berkata: “Allah swt

berfiman: ‘Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama

salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak

telah berkhianat, aku keluar dari mereka.’ (HR. Abu Daud, yang dishahihkan

oleh al-Hakim dari Abu Hurairah).

Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari Amr bin Auf: “Perdamaian dapat

dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan

yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat

dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal

atau menghalalkan yang haram.”

Landasan Hukum Positif

Landasan hukum musyarakah terdapat dalam Pasal 1 angka 25 Undang-

undang Perbankan Syariah dan fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000

tentang Pembiayaan Musyarakah.

Page 53: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

62

4.3. Bentuk-bentuk Pembiayaan Musyarakah

Secara garis besar musyarakah dapat dibagi kepada syirkah amlak dan syirkah uqud. Syirkah amlak berarti eksistensi suatu perkongsian tidak perlu kepada suatu kontrak membentuknya tetapi terjadi dengan sendirinya. Sedangkan syirkah uqud berarti perkongsian yang terbentuk karena suatu kontrak (Muhammad, 2000:11).

Bentuk syirkah amlak terbagi atas:

a. Amlak jabar, yang terjadinya secara otomatis dan paksa. Otomatis berarti tidak memerlukan kontrak untuk membentuknya. Paksa berarti tidak ada alternatif untuk menolaknya. Hal ini terjadi dalam proses waris-mewaris, manakala 2 (dua) saudara atau lebih menerima warisan dari kedua orang tua mereka.

b. Amlak ikhtiar, yang terjadinya secara otomatis, tetapi bebas. Otomatis berarti tidak memerlukan kontrak untuk membentuknya. Bebas berarti ada pilihan untuk menolak (Muhammad, 2000: 11).

Pada umumnya fiqih membedakan syirkah uqud menjadi 5(lima) jenis, yaitu:

- Syirkah Al‘Inan, penggabungan harta atau modal dua orang atau lebih yang tidak harus sama jumlahnya dan keuntungannya dibagi secara proporsional dengan jumlah modal masing-masing atau sesuai dengan kesepakatan.

- Syirkah Al Mufawadhah, perserikatan yang modal semua pihak dan bentuk kerjasama dilakukan baik kualitas dan kuantitasnya harus sama dan keuntungan dibagi rata.

- Syirkah Al Abdan atau Al Amal, perserikatan dalam bentuk kerja yang hasilnya dibagi bersama.

- Syirkah Al Wujuh, perserikatan tanpa modal.- Syirkah Al Mudharabah, bentuk kerjasama antara pemilik modal dan

seseorang yang punya keahlian dagang dan keuntungan dari perdagangan dari modal itu dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama.48

4.4. Rukun dan Syarat-syarat Pembiayaan Musyarakah

Dalam melaksanakan pembiayaan musyarakah terdapat rukun dan syarat

musyarakah yang sesuai dengan prinsip syariah yang harus dipenuhi, karena

hal inilah yang membedakannya dengan bank-bank konvensional.

Rukun dalam Pembiayaan Musyarakah adalah sebagai berikut:

48 Muhammad, Model-Model Akad Pembiayaan di Bank Syariah (Panduan Teknis Pembuatan Akad/Perjanjian Pembiayaan pada Bank Syariah), UII Press, Yogyakarta, 2009, hal. 114-115.

Page 54: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

63

1. Pihak yang berserikat atau dikenal dengan istilah Syariik

2. Modal dikenal dengan istilah Maal

3. Proyek atau Usaha atau dikenal dengan istilah Amal

4. Ijab Qobul

Berdasarkan Fatwa DSN MUI No.08/DSN-MUI/IV/2000, terdapat

beberapa ketentuan mengenai musyarakah.

1. Pernyataan ijab dan qobul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut:a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan

kontrak (akad).b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan

menggunakan cara-cara komunikasi modern.2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan memperhatikan hal-

hal berikut:a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.b. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra

melaksanakan kerja sebagai wakil.c. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam

proses bisnis normal.d. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk

mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktifitas musyarakah dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja.

e. Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk kepentingannya sendiri.

3. Obyek akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian)

a. Modal

1) Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang

nilainya sama. Modal dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti

barang-barang, properti, dan sebagainya. Jika modal berbentuk aset,

harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para

Page 55: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

64

mitra.

2) Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan

atau menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali

atas dasar kesepakatan.

3) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan,

namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat

meminta jaminan.

b. Kerja

1) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan

musyarakah; akan tetapi, kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan

syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan kerja lebih banyak dari

yang lainnya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian

keuntungan tambahan bagi dirinya.

2) Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama

pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam

organisasi kerja harus dijelaskan dalam kontrak.

c. Keuntungan

1) Keuntungan harus dikuantifikasikan dengan jelas untuk

menghindarkan perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi

keuntungan atau penghentian musyarakah.

2) Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas

dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan

diawal yang ditetapkan bagi seorang mitra.

Page 56: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

65

3) Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi

jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase itu diberikan kepadanya.

4) Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam

akad.

d. Kerugian

Kerugian harus dibagi antara para mitra secara proporsional menurut

saham masing-masing dalam modal.

4.5. Penerapan Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan musyarakah dapat dilakukan untuk membiayai suatu proyek

bersama antara nasabah dengan bank. Nasabah dapat mengajukan proposal

kepada bank syariah untuk mendanai suatu proyek tertentu atau usaha tertentu

dan kemudian akan disepakati berapa modal dari bank dan berapa modal dari

nasabah serta akan ditentukan bagi hasilnya bagi masing-masing pihak

berdasarkan prosentase pendapatan atau keuntungan bersih dari proyek atau

usaha tersebut sesuai dengan kesepakatan.

Musyarakah dapat bersifat permanen maupun menurun. Dalam musyarakah permanen, bagian modal setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad. Sedangkan dalam musyarakah menurun, bagian modal bank akan dialihkan secara bertahap kepada mitra sehingga bagian modal bank akan menurun dan pada akhir masa akad, mitra akan menjadi pemilik usaha tersebut.49

Aplikasi musyarakah dalam praktik lembaga keuangan adalah berupa

berikut ini:

1) Pembiayaan ProyekMusyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek

49 Adrian Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 85.

Page 57: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

66

tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.

2) Modal VenturaPada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap.50

Menurut M. Umer Chapra, musyarakah atau syirkah dalam praktiknya

terdapat dalam berbagai model, para mitra dapat memberikan kontribusi

bukan hanya modal dalam hal keuangan, tetapi juga tenaga, manajemen,

keahlian, dan kemauan baik, meskipun tidak harus sama.51

Musyarakah dalam aplikasi perbankan syariah dapat berbentuk yakni

sebagai berikut:

1. Pembiayaan Proyek, yaitu nasabah dan bank syariah sama-sama menyediakan dana untuk proyek tersebut. Setelah proyek selesai, nasabah mengembalikan dana yang digunakan beserta bagi hasil yang telah disepakati di awal perjanjian (ijab qobul).

2. Modal Ventura, yakni penanaman modal dilakukan oleh bank syariah untuk jangka waktu tertentu, dan setelah itu bank melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya kepada pemegang saham perusahaan.52

Terdapat banyak manfaat dari pembiayaan musyarakah, diantaranya

sebagai berikut:

1) Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.

2) Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.

3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.

4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-

50 Muhammad Syafi’i Antonio, Op. Cit., hal. 93.51 Adrian Sutedi, Op. Cit., hal. 90 dalam M. Umer Chapra, Towards a Just Monetary System, The Islamic Foundations, London, 1985. 52 Ibid., hal. 92.

Page 58: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

67

benar halal, aman, dan menguntungkan. Hal ini karena keuntungan yang riil dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

5) Prinsip bagi hasil dalam mudharabah/musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.53

Risiko yang terdapat dalam musyarakah, terutama dalam penerapannya

dalam pembiayaan, relatif tinggi yaitu sebagai berikut:

- Side streaming, nasabah menggunakan dana bukan bukan seperti yang disebutkan dalam kontrak.

- Lalai dan kesalahan yang disengaja.- Penyembunyian keuntungan oleh nasabah apabila nasabah tidak jujur.54

D. PRINSIP KEHATI-HATIAN

1. Prinsip Kehati-hatian Secara Umum

Perbankan merupakan institusi yang keberadaannya sangat memerlukan

adanya kepercayaan dari masyarakat. Prinsip yang sangat penting dalam

rangka menjaga dan mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap bank,

yaitu prinsip kehati-hatian atau dikenal dengan istilah prudential principle.

Prinsip kehati-hatian adalah pedoman pengelolaan bank yang wajib dianut

guna mewujudkan perbankan yang sehat, kuat, dan efisien, sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan.

53 Muhammad Syafi’i Antonio, Op. Cit., hal. 93-94.54 Ibid., hal. 94.

Page 59: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

68

Menurut ketentuan Pasal 2 Undang-undang Perbankan dikemukakan bahwa

Perbankan Indonesia dalam melaksanakan kegiatan usahanya berasaskan

demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Dari ketentuan

ini, menunjukkan bahwa prinsip kehati-hatian adalah salah satu azas terpenting

yang wajib diterapkan atau dilaksanakan oleh bank dalam menjalankan

kegiatan usahanya.

Prinsip kehati-hatian mengharuskan pihak bank untuk selalu berhati-hati

dalam menjalankan kegiatan usahanya, dalam arti harus selalu konsisten dalam

melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang perbankan

berdasarkan profesialisme dan itikad baik. Mengenai prinsip kehati-hatian

dipertegas kembali dalam ketentuan Pasal 29 ayat (2) Undang-undang

Perbankan.

Pasal 29 ayat (2) mengemukakan bahwa:

Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Berdasarkan ketentuan Pasal 29 ayat (2) di atas, maka tidak alasan apa pun

juga bagi pihak bank untuk tidak menerapkan prinsip kehati-hatian dalam

menjalankan kegiatan usahanya dan wajib menjunjung tinggi prinsip kehati-

hatian.segala perbuatan dan kebijaksanaan yang dibuat harus mengacu pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku agar dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum.

Page 60: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

69

Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 29 ayat (3) terkandung arti perlunya

diterapkan prinsip kehati-hatian dalam rangka penyaluran kredit atau

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada nasabah debitur. Selengkapnya

ketentuan tersebut mengemukakan bahwa:

Pasal 29 ayat (3):

Dalam memberikan kredit atau Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank.

Ketentuan Pasal 29 ayat (2) dan ayat (3) berhubungan erat denganketentuan

Pasal 29 ayat (4), karena bertujuan untuk melindungi kepentingan nasabah

penyimpan dana simpanannya. Adapun ketentuan tersebut menyatakan bahwa:

Pasal 29 ayat (4):

Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.

Prinsip kehati-hatian atau dikenal dengan istilah Prudential Banking di

dalam pelaksanaannya di tuangkan dalam rambu-rambu kesehatan bank atau

biasa disebut Prudential Standards. Jenis-jenis rambu-rambu kesehatan bank

yang harus diperhatikan oleh bank khususnya dalam menjalankan usahanya,

yaitu:

a. Analisis Pembiayaan

Penegasan mengenai analisis pembiayaan terhadap nasabah pemohon

pembiayaan diatur dalam Pasal 23 Undang-undang Perbankan Syariah.

Analisis pembiayaan merupakan faktor penting yang dapat menentukan

kelanjutan dari permohonan pembiayaan yang diajukan nasabah. Dalam

Page 61: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

70

hubungan itu, kejelasan kebijakan manajemen pembiayaan, prosedur, dan

pedoman penilaian pembiayaan, serta kecermatan dan konsistensi

penerapannya menentukan kualitas pembiayaan yang diberikan. Angka 442

Pedoman Penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank menyebutkan bahwa

dalam setiap permohonan pembiayaan/kredit yang telah memenuhi

persyaratan harus melakukan analisis kredit secara tertulis dengan

memenuhi prinsip-prinsip, yaitu:

1) Bentuk, format dan kedalam analisis kredit ditetapkan oleh bank

disesuaikan dengan jumlah dan jenis kredit.

2) Analisis kredit harus menggambarkan konsep hubungan total

permohonan kredit sebagaimana dimaksudkan dalam angka 410

Pedoman Penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank, apabila pemohon

telah mendapat fasilitas kredit dari bank atau dalam waktu bersamaan

mengajukan permohonan kredit lainnya kepada bank.

3) Analisis kredit harus dibuat secara lengkap, akurat, dan obyektif yang

sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) menggambarkan semua informasi yang berkaitan dengan usaha dan

data pemohon termasuk hasil penelitian pada daftar kredit macet.

b) penilaian atas kelayakan jumlah permohonan kredit dengan proyek

atau kegiatan usaha yang akan dibiayai, dengan sasaran menghindari

kemungkinan terjadinya praktek mark-up yang dapat merugikan bank.

c) menyajikan penilaian yang obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pihak-

pihak yang berkepentingan dengan pemohon kredit. Analisis kredit

Page 62: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

71

tidak boleh merupakan suatu formalitas yang dilakukan semata-mata

untuk memenuhi prosedur kredit.

4) Analisis kredit sekurang-kurangnya harus mencakup penilaian atas

watak, kemampuan, modal,agunan, dan prospek usaha debitur atau yang

lebih dikenal dengan 5C dan penilaian terhadap sumber pelunasan kredit

yang dititikberatkan pada hasil usaha yang dilakukan pemohon serta

menyajikan evaluasi aspek yuridis perkreditan dengan tujuan untuk

melindungi bank atas risiko yang mungkin timbul.

5) Dalam pemberian kredit sindikasi, analisis kredit bagi bank yang

merupakan anggota sindikasi harus meliputi pula penilaian terhadap bank

yang bertindak sebagai bank induk.

b. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)

Batas maksimum pemberian kredit maupun pembiayaan yang diberikan

oleh bank tidak boleh melebihi 30% (tiga puluh persen) dari modal bank

yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Pengaturan mengenai batas maksimum pemberian kredit ini ditentukan

dalam Pasal 11 ayat 2 Undang-undang Perbankan dan Pasal 37 ayat 2

Undang-undang Perbankan Syariah.

c. Financing to Deposit Ratio

Perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana

pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. Ditetapkannya batas

Page 63: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

72

maksimum pemberian kredit atau pembiayaan dan financing to deposit ratio

yang harus diperhatikan oleh bank syariah, maka bank syariah tidak dapat

begitu saja melakukan ekspansi pembiayaan yang bertujuan memperoleh

keuntungan yang sebesar-besarnya atau bertujuan untuk secepatnya dapat

membesarkan jumlah asetnya.

d. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Bank syariah harus memenuhi kecukupan modalnya sehingga mencapai

CAR sebagaimana ditentukan oleh ketentuan Bank Indonesia.

e. Posisi Devisa Neto

Prinsip kehati-hatian telah mengharuskan pula bagi bank untuk menjaga

posisi devisa neto bank umum. Dimana merupakan penjumlahan dari nilai

absolut untuk jumlah dari selisih bersih aktiva dan pasiva dalam neraca

untuk setiap valuta asing ditambah selisih bersih tagihan dan kewajiban baik

yang merupakan komitmen maupun kontinjensi dalam rekening

administratif untu setiap valuta asing, yang semuanya dinyatakan dalam

rupiah.

f. Giro Wajib Minimum

Giro wajib minimum adalah simpanan minimum bank syariah dalam bentuk

giro pada bank Indonesia, yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Tentang giro wajib minimum bank umum syariah pada Bank Indonesia,

GWM rupiah 5% dari DPK rupiah dan GWM valas 1% dari DPK valas,

berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/23/PBI/2008.

g. Kewajiban Mengumumkan Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi Tahunan

Page 64: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

73

Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba/rugi dalam bentuk

dan waktu yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Mengingat terkaitnya

kepentingan nasabah penyimpan dana pada bank dimana nasabah itu

menyimpan dananya, maka para nasabah penyimpan dana perlu selalu

mengetahui keadaan keuangan bank yang telah dipercayanya. Undang-

undang Perbankan juga mewajibkan bank untuk mengumumkan neraca dan

perhitungan laba/rugi kepada masyarakat dalam waktu dan bentuk yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia, hal ini disebutkan dalam Pasal 35 ayat

2,3,4, dan 5 Undang-undang Perbankan Syariah.

2. Prinsip Kehati-hatian pada Bank Syariah

Salah satu jenis bank yang dikenal di Indonesia dilihat dari sistem

operasionalnya adalah Bank Islam, atau yang lebih dikenal dengan Bank

Syariah. Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya

sebagaimana Bank Konvensional, menarik dan memberikan kredit atau

pembiayaan dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang

yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariah Islam.55

Banyak ketentuan dalam hukum Islam yang bermuatan prinsip kehati-hatian

atau prinsip berusaha yang beretika Islami yang mau tidak mau juga harus

diadopsi dan diterapkan dalam praktek perbankan syariah. Ketentuan tersebut

antara lain diatur dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 49 dan Hadits

Riwayat Ath Thabrani, yang artinya sebagai berikut:

1. Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 49

55 Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hal. 5.

Page 65: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

74

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa

yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.

Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak

memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah

kepadamu...”

2. Hadits Riwayat Ath Thabrani

“Sikap hati-hati itu datangnya dari Allah, sebaliknya sikap ceroboh itu

datangnya dari syetan” (HR. Ath Thabrani)

Prinsip-prinsip tersebut akan semakin sempurna jika dalam prakteknya berbarengan dengan prinsip-prinsip berusaha sebagaimana dituntun oleh Al-Qur’an dan Sunah Nabi. Apabila prinsip-prinsip ini dijalankan maka risiko yang bersifat merugikan, baik kepada bank maupun terhadap nasabahnya. Implementasi ketentuan atau prinsip-prinsip tersebut secara konsisten akan membawa dan atau menjamin eksistensi bank, yang pada akhirnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan akan semakin kuat dan kokoh. Prinsip-prinsip berusaha (yang beretika Islam) dimaksud antara lain:

- Prinsip pelarangan riba atau bunga, sering juga dikonotasikan sebagai

prinsip bagi hasil (QS. Ar-Ruum : 39; QS. An-Nisaa’ : 160-161; QS. Al-

Imran : 130; QS. Al Baqarah : 275-279)

- Prinsip ‘itikad baik dan kejujuran (QS. Al’araf :33; QS. Huud : 84; QS. Al-

Muthaffifin :1-3)

- Prinsip keseimbangan atau keadilan (QS. Asy Syu’ara :183; QS. Al-Isra’ :

29; QS. Ar-Rahman : 9; QS. Al-Isra’ : 35 dan QS. Al-Imran : 15)

Bank wajib melakukan analisa dan penilaian yang terus menerus mengenai

sektor ekonomi, segmen pasar, kegiatan usaha dan nasabah yang berisiko

tinggi. Paling tidak bank harus menghindari melakukan kegiatan pembiayaan

Page 66: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

75

dan investasi pada:

- Usaha yang tidak sesuai dengan prinsip syariah;- Usaha yang bersifat spekulatif (maisir) dan mengandung ketidakpastian

yang tinggi (gharar);- Usaha yang tidak mempunyai informasi keuangan yang memadai;- Bidang usaha yang memerlukan keahlian khusus, sedang aparat bank tidak

memiliki keahlian atau menguasai bidang usaha tersebut;- Pengusaha yang bermasalah.56

Prinsip kehati-hatian sangat diperlukan khususnya dalam hal bank hendak

menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit/pembiayaan.

Prinsip kehati-hatian pada hakikatnya juga memberikan perlindungan hukum

bagi nasabah secara implisit, khususnya bagi nasabah penyimpan dana. Intinya

bank harus berhati-hati dalam menyalurkan dana yang dihimpun dari

masyarakat agar dana tersebut terlindungi dan kepercayaan masyarakat

terhadap bank dapat dipertahankan dan ditingkatkan.

Prinsip kehati-hatian dalam perbankan syariah diatur dalam Pasal 35

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang

berbunyi:

Pasal 35

(1) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian.

(2) Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia laporan keuangan berupa neraca tahunan dan perhitungan laba rugi tahunan serta penjelasannya yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang diatur dengan Peraturan Bank Indonesia.

(3) Neraca dan perhitungan laba rugi tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib terlebih dahulu diaudit oleh kantor akuntan publik.

(4) Bank Indonesia dapat menetapkan pengecualian terhadap kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

56 Zainul Arifin, Mekanisme Kerja Perbankan Syariah dan Permasalahannya, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 11, Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis, Jakarta, 2000, hal. 48.

Page 67: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

76

(5) Bank Syariah wajib mengumumkan neraca dan laporan laba rugi kepada publik dalam waktu dan bentuk yang ditentukan oleh Bank Indonesia.

Lebih lanjut dalam rangka pelaksanaan prinsip kehati-hatian ini, dalam

menyalurkan pembiayaan dan melakukan kegiatan usaha lainnya, Bank

Syariah wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan Bank Syariah dan

kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya.

Penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah oleh bank syariah

mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya sehingga

dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank syariah itu sendiri. Penyaluran

dana tersebut berasal dari simpanan masyarakat, sehingga bank syariah

menanggung risiko yang dapat berpengaruh terhadap simpanan tersebut. Oleh

karena itu, bank diwajibkan untuk menyebar risiko dengan cara mengatur

penyaluran kredit atau pembiayaan berdasar prinsip syariah agar tidak terpusat

pada nasabah tertentu.

Dengan demikian prinsip kehati-hatian merupakan prinsip yang sangat

penting dalam pengelolaan perbankan. Kehati-hatian khususnya dalam

penyaluran dana bertujuan agar bank berhasil dalam mengelola dana

masyarakat secara optimal dan dapat bermanfaat bagi nasabah yang

menginvestasikan dana pada bank syariah, sehingga kepercayaan masyarakat

terhadap bank syariah pun dapat tetap terjaga bahkan meningkat.

Prinsip pemberian pembiayaan musyarakah dilandasi dengan prinsip

kehati-hatian atau dikenal dengan istilah prudential banking regulation bank

berdasarkan prinsip syariah Islam, yang bertujuan untuk mencegah pembiayaan

yang bermasalah atau macet. Pembiayaan yang macet inilah yang akhirnya

Page 68: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

77

dapat membuat bank syariah mengalami kerugian. Selain itu, bank syariah

dalam memberikan pembiayaannya tidak boleh melanggar norma agama,

norma kesusilaan, dan usaha yang dilarang pemerintah.

Bentuk penerapan prinsip kehati-hatian dalam pembiayaan musyarakah

lebih ditujukan kepada analisis pembiayaan diawal nasabah mengajukan

permohonan pembiayaan musyarakah dengan tidak mengesampingkan rambu-

rambu kesehatan bank atau dikenal dengan istilah prudential standards yang

lain. Risiko pembiayaan yang bermasalah atau macet dapat diperkecil dengan

melakukan analisa pembiayaan, yang tujuan utamanya adalah menilai seberapa

besar kemampuan dan kesediaan nasabah pembiayaan mengembalikan

pembiayaan yang mereka pinjam dan membayar margin keuntungan dan bagi

hasil sesuai dengan isi akad pembiayaan. Berdasarkan penilaian ini, bank dapat

memutuskan apakah permintaan pembiayaan yang diajukan ditolak, diteliti

lebih lanjut, atau diluluskan (kalau perlu dengan mengajukan syarat-syarat

khusus ke dalam akad pembiayaan). Prinsip analisis pembiayaan yang diajukan

berdasarkan rumus 5C, yaitu character, capacity, capital, collateral, condition

of economy, tetapi prinsip ini juga harus memperhatikan kondisi amanah,

kejujuran, dan kepercayaan diri masing-masing nasabah pemohon pembiayaan

musyarakah. Dasar hukum atas analisis pembiayaan diatur dalam Pasal 23

Undang-undang Perbankan Syariah bahwa dalam memberikan kredit atau

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai

keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad baik dan

Page 69: fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/BAB II.docx · Web viewBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. PERBANKAN. PADA UMUMNYA. Pen. ge. rtian . Bank. Kata . bank. berasal

78

kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau

mengembalikan pembiayaan yang dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.