PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI...

233
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP TINDAKAN PEMERINTAH BERDASARKAN KONSEP HUKUM ADMINISTRASI NEGARA (Studi Mengenai Gugatan Terhadap Pemerintah di Sidang Pengadilan Pada Putusan No. 73/Pdt.G/2013/PN.Pwt) SKRIPSI Oleh : DANI HABIBI E1A011272 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2015

Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI...

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT

TERHADAP TINDAKAN PEMERINTAH

BERDASARKAN KONSEP HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(Studi Mengenai Gugatan Terhadap Pemerintah

di Sidang Pengadilan Pada Putusan No. 73/Pdt.G/2013/PN.Pwt)

SKRIPSI

Oleh :

DANI HABIBI E1A011272

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2015

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

i

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT

TERHADAP TINDAKAN PEMERINTAH

BERDASARKAN KONSEP HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(Studi Mengenai Gugatan Terhadap Pemerintah

di Sidang Pengadilan Pada Putusan No. 73/Pdt.G/2013/PN.Pwt)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Oleh :

DANI HABIBI E1A011272

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2015

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi
Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya :

Nama : Dani Habibi

NIM : E1A011272

Angkatan : 2011

Judul : PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT

TERHADAP TINDAKAN PEMERINTAH

BERDASARKAN KONSEP HUKUM

ADMINISTRASI NEGARA (Studi Mengenai

Gugatan Terhadap Pemerintah di Sidang

Pengadilan Pada Putusan No.

73/Pdt.G/2013/PN.Pwt)

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah benar merupakan hasil dari

karya saya sendiri dan bukan saduran dari karya orang lain.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa saya melakukan pelanggaran

sebagaimana tersebut di atas, maka saya bersedia mempertanggungjawabkannya

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Purwokerto, Maret 2015

DANI HABIBI

E1A011272

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

iv

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas semua Karunia,

Hidayah, serta Kemudahan-Nya yang selalu diberikan kepada penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini sehingga bisa selesai dengan baik dan

sempurna.

Penulis dalam menulis skripsi dengan judul :

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT

TERHADAP TINDAKAN PEMERINTAH

BERDASARKAN KONSEP HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(Studi Mengenai Gugatan Terhadap Pemerintah

di Sidang Pengadilan Pada Putusan No. 73/Pdt.G/2013/PN.Pwt)

Dalam Proses penyelesaian Skripsi ini, Penulis mendapatkan berbagai

semangat, dukungan, dan support dari berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Dr. Angkasa, S.H., M.Hum. sebagai Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman.

2. Bapak Prof. Dr. H. Muh. Fauzan, S.H., M.Hum. sebagai Dosen Pembimbing

Skripsi I Penulis.

3. Bapak Weda Kupita, S.H., M.H. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi II dan

sebagai Dosen Pembimbing Akademik Penulis.

4. Bapak Dr. Kartono, S.H., M.H. sebagai Dosen Penguji Skripsi Penulis.

5. Seluruh Dosen-Dosen Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman yang

telah memberikan ilmu dan pengalamanan yang berharga kepada Penulis.

6. Kedua Orang Tua yang Penulis sangat cintai yaitu Papa (Alm. Suhariyono)

dan Mama (Rusila Madah) yang tidak henti-hentinya memberikan semangat

dan mendoakan Penulis agar sukses dalam menuntut ilmu.

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

v

7. Faradillah Haryani, S.pd. sebagai kakak kandung yang Penulis cintai, yang

saat ini studi S2 di Inggris, University of Birmingham.

8. Sahabat-sahabat terbaik Penulis yang selalu memberikan semangat kepada

Penulis dan menjadi tempat keluh-kesah Penulis selama menjadi Mahasiswa

hingga saat penyelesaian penulisan Skripsi ini.

9. All Beloved My Family Justitia English Club yaitu seluruh Organizer dan

Members yang terus setia di JEC, Justitia English Club One Big Family.

10. Teman-teman KKN Posdaya 2014 Desa Petarangan Kecamatan Kemranjen

yang selalu semangat dan ceria.

11. Teman-teman seperjuangan All PLKH Pidana, PTUN, dan Perdata demi

mendapatkan nilai terbaik.

12. Seluruh teman-teman kelas C Angkatan 2011 yang sama-sama berjuang

ketika kuliah bersama, l already miss you all...

13. Seluruh Keluarga Besar Mahasiswa Fakultas Hukum (KBMFH) Universitas

Jenderal Soedirman.

14. Petugas Transit, Akademik, Satpan dan seluruh Keluarga Besar Fakultas

Hukum Univerisitas Jenderal Soedirman.

Penulis mengutip sebuah Pepatah yang Penulis sendiri jadikan sebagai

suatu pembelajaran untuk lebih baik. yaitu, “Semakin Engkau Mengetahui Ilmu

yang Telah Dipelajari, Semakin Pula Engkau Mengetahui Kekurangan yang

Terdapat di Dalam Dirimu”. Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini

sudah diselesaikan dengan sebaik-baiknya pasti masih terdapat banyak

kekurangan, karena kritik dan saran yang membangun Penulis harapkan demi

kesempurnaan penulisan Skripsi yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Purwokerto, Maret 2015

DANI HABIBI

E1A011272

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

vi

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP TINDAKAN

PEMERINTAH BERDASARKAN KONSEP

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(Studi Mengenai Gugatan Terhadap Pemerintah di Sidang Pengadilan Pada

Putusan No. 73/Pdt.G/2013/PN.Pwt)

Oleh :

DANI HABIBI

E1A011272

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Terhadap

Tindakan Pemerintah Berdasarkan Konsep Hukum Administrasi Negara (Studi

Mengenai Gugatan Terhadap Pemerintah di Sidang Pengadilan Pada Putusan No.

73/Pdt.G/2013/PN.Pwt).Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bentuk

perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah di bidang Hukum

Administrasi Negara, untuk mengetahui penentuan kewenangan pengadilan untuk

mengadili terhadap tindakan hukum pemerintah yang menimbulkan akibat hukum

kepada rakyat, dan untuk mengetauhi pertimbangann hukum hakim dalam perkara

No. 73/Pdt.G/2013/PN.Pwt dalam menentukan kewenangan mengadili sudah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penelitian ini

menggunakan metode yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan

dan konsep.

Penelitian ini menjabarkan bahwa salah satu perlindungan hukum bagi

rakyat yakni dengan cara menggugat pemerintah ke Pengadilan Negeri atas dasar

PMH (Pasal 1365 KUH Perdata) yang dilakukan pemerintah, yang merugikan

rakyat. Oleh karena yang digugat adalah pemerintah, maka akan bersinggungan

dengan tindakan pemerintah yang diatur dalam HAN. Persinggungan hukum

tersebut berpotensi pula menimbulkan persoalan yuridis mengenai kewenangan

pengadilan. Sebagai bahan analisis penting dikemukakan konsep mengenai

kedudukan hukum pemerintah dan konsep mengenai tindakan pemerintahan.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu perlindungan hukum yang diberikan

kepada rakyat dapat dilakukan dengan cara menggugat pemerintah ke Pengadilan

sesuai dengan kewenangan masing-masing Pengadilan, dan harus memperhatikan

konsep kedudukan hukum pemerintah dan konsep tindakan pemerintahan.

Berdasarkan kedua hal tersebut, pertimbangan hukum Hakim PN Purwokerto

yang menyatakan tidak berwenang mengadili perkara a-quo, sudah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Tindakan Pemerintah, Hukum Administrasi

Negara

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

vii

LEGAL PROTECTION FOR THE PEOPLE'S ACTION AGAINST

GOVERNMENT BASED ON CONCEPT OF

STATE ADMINISTRATIVE LAW

(Study Regarding Lawsuit Against Government in the Court of Session In

Decision No. 73 / Pdt.G / 2013 / PN.Pwt)

By :

DANI HABIBI

E1A011272

ABSTRACT

This research, entitled "Legal Protection for the People's Action Against

Government Based on Concept of State Administrative Law (Study Regarding

Lawsuit Against Government in the Court of Session In Decision No. 73 / Pdt.G /

2013 / PN.Pwt). The purpose of this study is to determine the form of legal

protection for people against the government's actions in the law of State

Administration, to determine the determination of the court authority to adjudicate

against government legal action, which arises the law consequences to people and

for knowing the law consideration of judge in the case No. 73 / Pdt.G / 2013 /

PN.Pwt in determining whether the jurisdiction used has suited with the

applicable legislations or not. This study uses normative juridical approach to

legislation and concepts.

This research outlines that one of the legal protection for the people is the

way to sue the government to the District Court based on Presence of Unlawful

Acts (Article 1365 of the Civil Code) by the government, which is detrimental to

the people. Therefore, the accused party is the government, then it will intersect

with the government's actions set out in the State Administration Law . The law

intersection also potentially causes problems on the authority of the court

jurisdiction. The important analysis of this case is the concept of the legal position

of the government and the concept of government action.

The conclusion from this study is the legal protection given to the people

can be done in a way to sue the government to court in accordance with the

authority of each court, and must pay attention to the concept of the legal position

of government and the concept of government action. Based on these two things,

the consideration of Navan District Court law that states no authority to hear the

case a quo, is in conformity with the relevant legislation

Keywords: Protection Law, actions of the Government, the State Administration

Law

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ iv

ABSTRAK ................................................................................................................ xiv

ABSTRACT ............................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah ................................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ...................................................................................... 8

C. Kerangka Teori ............................................................................................. 8

D. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 11

E. Kegunaan Penelitian ................................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Negara Hukum

1. Pengertian Negara Hukum ................................................................... 13

2. Unsur-Unsur Negara Hukum ................................................................ 15

3. Indonesia sebagai Negara Hukum ........................................................ 19

B. Hukum Administrasi Negara

1. Pengertian Hukum Administrasi Negara ............................................... 21

2. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara ....................................... 25

3. Kedudukan Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Lainnya ....... 30

C. Kedudukan Hukum Pemerintah

1. Kedudukan Pemerintah dalam Hukum Privat ....................................... 36

2. Kedudukan Pemerintah dalam Hukum Publik ...................................... 40

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

ix

D. Tindakan Pemerintahan

1. Pengertian Tindakan Hukum Pemerintahan .......................................... 44

2. Unsur-Unsur Tindakan Hukum Pemerintahan ...................................... 47

3. Macam-Macam Tindakan Hukum Pemerintahan .................................. 48

4. Karakteristik Tindakan Hukum Pemerintahan ...................................... 49

E. Keputusan Tata Usaha Negara

1. Pengertian Keputusan ........................................................................... 54

2. Unsur-Unsur Keputusan ....................................................................... 57

3. Macam-Macam keputusan.................................................................... 60

F. Perlindungan Hukum

1. Pengertian Perlindungan Hukum .......................................................... 65

2. Perlindungan Hukum dalam Bidang Perdata......................................... 67

3. Perlindungan Hukum dalam Bidang Publik .......................................... 71

G. Tinjauan Terhadap Kewenangan Pengadilan ............................................... 76

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan ..................................................................................... 81

B. Spesifikasi Penelitian .................................................................................. 82

C. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 82

D. Sumber Bahan Hukum ................................................................................ 82

E. Metode Pengumpulan Bahan Hukum .......................................................... 84

F. Metode Penyajian Bahan Hukum ................................................................ 84

G. Metode Analisis Bahan Hukum ................................................................... 85

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ........................................................................................... 86

B. Pembahasan .............................................................................................. 163

1. Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Terhadap Tindakan

Pemerintah Berdasarkan Konsep Hukum Administrasi Negara ............ 159

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

x

2. Kesesuaian Antara Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Perkara

No. 73/Pdt.G/2013/PN.Pwt Dalam Menentukan Kewenangan

Mengadili dengan Konsep Hukum Administrasi Negara...................... 192

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 214

B. Saran ........................................................................................................ 216

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara Hukum, hal ini telah dijelaskan di dalam Pasal

1 ayat (3) UUD 1945 yang menyebutkan “Negara Indonesia adalah negara

hukum”. hal ini mendasarkan pada penjelasan UUD 1945 bahwa Negara

Indonesia berdasar atas hukum (rechtstaat) dan tidak berdasar atas kekuasaan

semata (machstaat). Oleh karena itu negara tidak boleh melaksanakan

aktivitasnya atas dasar kekuasaan belaka, tetapi harus berdasar pada hukum.1

di Indonesia pengaturan kepada rakyat yang dilakukan oleh pemerintah

mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara.

Hukum Administrasi Negara adalah seperangkat peraturan yang

memungkinkan administrasi negara menjalankan fungsi-fungsinya, yang

sekaligus juga melindungi warga terhadap sikap tindak administrasi negara,

dan melindungi administrasi negara itu sendiri.2

Di dalam melakukan suatu hubungan hukum (rechtsbetrekking), subjek

hukum selaku pemilik hak-hak dan kewajiban-kewajiban (de drager van de

rechten en plichten), baik itu manusia (naturlijke persoon), badan hukum

(rechtpersoon), maupun jabatan (ambt), dapat melakukan tindakan-tindakan

hukum berdasarkan kemampuan (bekwaan) atau kewenangan (bevoegdheid)

yang dimilikinya. Dalam pergaulan di tengah masyarakat, banyak terjadi

1 C.S.T. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, 1986,

hlm. 86. 2 Sjachran Basah, Perlindungan Hukum Terhadap Sikap-Tindak Administrasi Negara,

Alumni, Bandung, 1992, hlm. 4.

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

2

hubungan hukum yang muncul sebagai akibat adanya tindakan-tindakan

hukum dari subjek hukum itu. Tindakan hukum ini merupakan awal lahirnya

hubungan hukum (rechtsbetrekking), yakni interaksi antarsubjek hukum yang

memiliki relevansi hukum atau mempunyai akibat-akibat hukum. Agar

hubungan hukum antar subjek hukum itu berjalan secara harmonis, seimbang

dan adil, dalam arti setiap subjek hukum mendapatkan apa yang menjadi

haknya dan menjalankan kewajiban yang dibebankan kepadanya, maka hukum

tampil sebagai aturan main dalam mengatur hubungan-hubungan hukum

tersebut.3

Hukum diciptakan sebagai suatu sarana atau instrumen untuk mengatur

hak-hak dan kewajiban-kewajiban subjek hukum, agar masing-masing subjek

hukum dapat menjalankan kewajibannya dengan baik dan mendapatkan

haknya secara wajar. Di samping itu, hukum juga berfungsi sebagai instrumen

perlindungan bagi subjek hukum. Menurut Sudikno Mertokusumo, hukum

berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia. Agar kepentingan

manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat

berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat terjadi juga karena

pelanggaran hukum.4 Pelanggaran hukum terjadi ketika subjek hukum tertentu

tidak menjalankan kewajiban yang seharusnya dijalankan atau karena

melanggar hak-hak subjek hukum lain. Subjek hukum yang dilanggar hak-

haknya harus mendapatkan perlindungan hukum.

3 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi, RajaGrafindo Persada, Jakarta,

2011, hlm. 265. 4 Sudikno Mertokusumo, Bab-bab tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1993, hlm. 140.

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

3

Fungsi hukum sebagai instrumen pengatur dan instrumen perlindungan

ini, di samping fungsi lainnya sebagaimana akan disebutkan di bawah,

diarahkan pada suatu tujuan, yaitu untuk menciptakan suasana hubungan

hukum antarsubjek hukum secara harmonis, seimbang, damai, dan adil. Ada

pula yang mengatakan bahwa “Doel van het recht is een vreedzame ordening

van samenleving. Het recht wil de vrede... den vrede onder de mensen,

bewaart het recht door bepalde menselijk belangen (materiele zowel als

ideele), eer vriijheid, leven, vermogen enz. Tegen benaling te beschermen”5

(tujuan hukum adalah mengatur masyarakat secara damai. Hukum

menghendaki perdamaian... Perdamaian di antara manusia dipertahankan oleh

hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan manusia tertentu {baik

material maupun ideal}, kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta benda, dan

sebagainya terhadap yang merugikannya). Tujuan-tujuan hukum itu akan

tercapai jika masing-masing subjek hukum mendapatkan hak-haknya secara

wajar dan menjalankan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan aturan hukum

yang berlaku.

Hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemerintah dengan

dengan warga negara adalah Hukum Administrasi Negara atau hukum perdata,

tergantung dari sifat dan kedudukan pemerintah dalam melakukan tindakan

hukum tersebut. Telah disebutkan bahwa pemerintah memiliki dua kedudukan

hukum yaitu sebagai wakil dari badan hukum publik (publiek rechtpersoon,

public legal entity) dan sebagai pejabat (ambtsdrager) dari jabatan

5 Van Apeldoorn, Inleiding tot de Studie ven het Nederlandse Recht, W.E.J. Tjeenk

Willink, Zwolle, 1966, hlm. 9-10.

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

4

pemerintahan. Ketika pemerintah melakukan tindakan hukum dalam

kapasitasnya sebagai wakil dari badan hukum, maka tindakan tersebut diatur

dan tunduk pada ketentuan hukum keperdataan, sedangkan ketika pemerintah

bertindak dalam kapasitasnya sebagai pejabat, maka tindakan itu diatur dan

tunduk pada Hukum Administrasi Negara.6

Baik tindakan hukum keperdataan maupun publik dari pemerintah dapat

menjadi peluang munculnya perbuatan yang bertentangan dengan hukum,

yang melanggar hak-hak warga negara. Oleh karena itu, hukum harus

memberikan perlindungan hukum bagi warga negara. F.H. van Der Burg dan

kawan-kawan mengatakan bahwa, “De mogelijkheden van

rechtsbescherming zijn van belang wanner de overheid iets heeft gedaan of

nagelaten of voornemens is bepaalde handelingen te verrichten en bepaalde

persoonen of groepen zich daardoor gegriefd achten”7 (Kemungkinan untuk

memberikan perlindungan hukum adalah penting ketika pemerintah

bermaksud untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu terhadap

sesuatu, yang oleh karena tindakan atau kelalaiannya itu melanggar {hak}

orang-orang atau kelompok tertentu).

Salah satu permasalahan mengenai perlindungan hukum bagi rakyat

dari tindakan hukum pemerintah yang merugikan rakyat dapat dijumpai pada

perkara No. 73/Pdt.G/2013/PN. Pwt. Permasalahan perlindungan hukum

dalam perkara tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut :

6 Ridwan HR, op cit, hlm. 112.

7 Van der Burg et.al., Rechtsbescherming Tegen de Overheid, Nijmegen, 1985, hlm. 2.

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

5

1. Para pihak dalam perkara tersebut Fransiscus Xaverius Untung Gunawan

dan Fransisca Lana Riani berkedudukan sebagai Penggugat, melawan

Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) berkedudukan sebagai

Tergugat sedangkan Ditjen Dikti, Kantor Pertanahan Kabupaten

Banyumas, Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas, dan Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKLN) Purwokerto masing-

masing menjadi Turut Tergugat I-IV.

2. Pokok persoalan yaitu Penggugat mendalilkan dia memiliki sebidang tanah

persawahan, di mana tanah tersebut tidak memperoleh akses Jalan HR

Bunyamin karena terhalang oleh bangunan milik UNSOED dalam hal ini

sebagai Tergugat. Menurut Penggugat, UNSOED telah melakukan

Perbuatan Melawan Hukum (PMH) karena mendirikan bangunan yang

menghalangi akses jalan ke arah milik Penggugat, sehingga Penggugat

merasa sebagai pihak yang dirugikan dan merasa berhak mendapatkan

perlindungan hukum dari tindakan pemerintah (UNSOED) yang

merugikan kepentingan Penggugat.

3. Dalam posita maupun dalam petitumnya Penggugat mendalilkan bahwa

bangunan UNSOED tidak memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB),

dibangun di atas wilayah jalur hijau dan sempadan jalan serta juga

mempermasalahkan keabsahan Sertifikat Hak Pakai dan Surat Keputusan

yang dikeluarkan oleh Kepala kantor Pertanahan Kabupaten Banyumas,

bahwa kedua produk hukum ini termasuk dalam pengertian Keputusan

Tata Usaha Negara atau Beschikking.

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

6

4. UNSOED sebagai pihak Tergugat mendalilkan bahwa membantah dalil

yang disampaikan oleh Penggugat sebagai berikut :

a. Penggugat tidak mempunyai hubungan hukum dengan bangunan milik

UNSOED dan Penggugat adalah bukan pihak yang kepentingannya

dilindungi oleh Perda mengenai Garis Sempadan Jalan dan UU tentang

Jalan, sehingga Penggugat tidak mempunyai kepentingan (Legal

Standing) dalam mengajukan gugatan dalam perkara ini.

b. Bangunan UNSOED sudah didirikan sebelum Penggugat membeli

tanah persawahan, yaitu dimulai sejak tahun 1967, sedangkan

Penggugat membeli tanah miliknya sekitar tahun 1986.

c. Pengadilan Negeri Purwokerto tidak berwenang mengadili perkara a-

quo karena posita maupun petitum dari Penggugat

mempermasalahkan mengenai keabsahan suatu KTUN dalam hal ini

berupa Sertifikat Hak Pakai dan SK Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten Banyumas, dan yang berwenang mengadilinya adalah

Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).

d. Bangunan UNSOED sudah terdaftar dalam bangunan milik negara,

sehingga untuk pembongkaran maupun untuk penghapusannya tunduk

pada ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai penghapusan

milik negara.

e. Menurut UU No. 1 Tahun 2004 tentang Pembendaharaan Negara dan

menurut doktrin Hukum Administrasi Negara, disebutkan bahwa

benda milik publik tidak dapat ditempatkan dalam sita jaminan dan

tidak dapat diletakkan dalam sita eksekusi.

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

7

Berdasarkan pokok masalah tersebut di atas, menimbulkan suatu

persoalan yuridis dalam kaitannya dengan konsep perlindungan hukum bagi

rakyat sebagai salah satu materi bahasan dalam Hukum Administrasi Negara.

Persoalan-persoalan yuridis mengenai perlindungan hukum tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Perbuatan Melawan Hukum (PMH) yang dilakukan oleh UNSOED adalah

Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh pemerintah, sehingga

konsep Perbuatan Melawan Hukum sebagaimana yang diatur dalam

Hukum Perdata akan bersinggungan dengan perbuatan hukum pemerintah

berdasarkan Hukum Administrasi Negara.

2. Penggugat mempermasalahkan adanya Perbuatan Melawan Hukum dan

menggugatnya ke Pengadilan Negeri, akan tetapi berbarengan dengan itu

Penggugat mempermasalahkan keabsahan suatu KTUN sehingga dengan

demikian akan menimbulkan persoalan yuridis mengenai pengadilan mana

yang berwenang mengadilinya.

Berdasarkan persoalan-persoalan yuridis di atas, penulis tertarik untuk

mengadakan suatu penelitian dan menuangkanya dalam bentuk Skripsi dengan

judul “Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Terhadap Tindakan

Pemerintah Berdasarkan Konsep Hukum Administrasi Negara (Studi

Mengenai Gugatan Terhadap Pemerintah di Sidang Pengadilan Pada

Putusan No. 73/Pdt.G/2013/PN.Pwt).

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

8

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka

penulis merumuskan suatu perumusan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan

pemerintah berdasarkan konsep Hukum Administrasi Negara ?

2. Apakah pertimbangan hukum hakim dalam perkara No.

73/Pdt.G/2013/PN.Pwt dalam menentukan kewenangan mengadili sudah

sesuai dengan konsep Hukum Administrasi Negara ?

C. Kerangka Teori

Pembahasan mengenai pengertian negara hukum dapat dilihat dari

pengertian dari negara hukum dalam arti yang sempit (formil) dan negara

hukum dalam arti yang luas (materiil).8 Terlepas dari berbagai pandangan di

atas, melihat pada Negara kita Indonesia dikenal sebagai negara hukum dalam

arti materiil atau Welfare state, yakni suatu negara yang secara intensif

mencampuri seluruh perikehidupan individu warganegaranya, dengan tujuan

agar para individu yang hidup dalam negara tersebut mencapai derajat hidup

yang sejahtera.

Indonesia sebagai negara hukum dengan tujuan mencapai

kesejahteraan masyarakatnya membutuhkan suatu hukum yang digunakan

oleh pemerintah untuk mengatur masyarakat tersebut agar tercipta suatu

kesejahteraan yang dikehendaki. hukum tersebut yaitu Hukum Administrasi

8 Joeniarto, Negara Hukum, Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada, Yogyakarta, 1968,

hlm. 18.

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

9

Negara, suatu hukum yang mengatur hubungan hukum antara perangkat-

perangkat negara dengan warga negara.9

Di dalam pergaulan hukum di masyarakat, pemerintah dapat

menempatkan dirinya sebagai subjek hukum yang melakukan hubungan

hukum dengan warga negara baik di dalam hukum publik maupun hukum

privat. Kedudukan pemerintah dalam hukum privat adalah sebagai wakil dari

badan hukum publik, sedangkan kedudukan hukum pemerintah berdasarkan

hukum publik adalah sebagai wakil (vertegenwoordiger) dari jabatan

pemerintahan.

Kedudukan pemerintah dalam hukum privat sebagai wakil dari badan

hukum publik pastinya selalu melakukan hubungan hukum dengan rakyat

baik itu berupa melakukan jual beli, sewa menyewa, dan perbuatan hukum

perdata lainnya. Ketika perbuatan pemerintah tersebut ternyata merugikan

rakyat karena pemerintah melakukan suatu Perbuatan Melawan Hukum

(PMH), maka dapat diberlakukan Pasal 1365 KUHPerdata karena muncul

tindakan yang bertentangan dengan hukum (onrechtmatige overheidsdaad).

Pasal 1365 KUHPerdata mengalami pergeseran penafsiran melalui

Yurisprudensi yang berlaku di Indonesia. Di Indonesia terdapat dua

Yurisprudensi Mahkamah Agung yang menunjukkan kriteria perbuatan

melawan hukum oleh penguasa; pertama, Putusan MA dalam perkara Kasum

(Putusan No. 66K/Sip/1952) dan kedua, Putusan MA dalam perkara

Josopandojo (Putusan No. 838K/Sip/1970). Kedua putusan MA ini

9 Soehino, Asas-asas Hukum Tata Pemerintahan, Liberty, Yogyakarta, 1984, hlm. 2.

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

10

menunjukkan kriteria perbuatan melawan hukum oleh penguasa adalah : a)

Perbuatan penguasa itu melanggar undang-undang dan peraturan formal yang

berlaku; b) perbuatan penguasa melanggar kepentingan dalam masyarakat

yang seharusnya dipatuhinya.10

Perlindungan hukum bagi rakyat di bidang hukum perdata terhadap

tindakan hukum pemerintah, dalam kapasitasnya sebagai wakil dari badan

hukum publik dilakukan melalui peradilan umum. Kedudukan pemerintah

atau administrasi negara dalam hal ini tidak berbeda dengan seseorang atau

badan hukum perdata, yaitu sejajar.

Pemerintah dalam melakukan suatu hubungan hukum dengan warga

negara membutuhkan suatu instrumen hukum yang dibuat agar bisa

melaksanakan hubungan hukum tersebut. Hal ini dapat berupa Peraturan

(regeling) maupun Keputusan (Beschikking). Ketika pemerintah mengeluarkan

instrumen hukum tersebut ternyata menimbulkan kerugian bagi seseorang

ataupun badan hukum perdata maka dapat diselesaikan di badan peradilan

sebagai konsep perlindungan hukum kepada rakyat.

Jika pemerintah mengeluarkan peraturan (regeling) yang menimbulkan

suatu kerugian bagi seseorang atau badan hukum perdata, perlindungan

hukum akibat dikeluarkannya peraturan perundang-undangan ditempuh

melalui Mahkamah Agung, dengan cara hak uji materiil. Peraturan di sini

yaitu peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang berdasarkan

hierarki peraturan perundang-undangan, contohnya Peraturan Pemerintah;

10

Muchsan, Sistem Pengawasan terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah dan Peradilan

Tata Usaha Negara di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1997, hlm. 28.

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

11

Peraturan Presiden; Peraturan Daerah Provinsi; dan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota.

Sedangkan jika pemerintah mengeluarkan suatu Keputusan

(Beschikking) yang ternyata menimbulkan suatu kerugian bagi seseorang atau

badan hukum perdata, Perlindungan hukum akibat dikeluarkannya keputusan

dapat ditempuh melalui dua jalur, yaitu melalui upaya administratif dan

melalui PTUN.

Kewenangan Peradilan yang berwenang untuk mengadili tindakan

pemerintah yang menimbulkan kerugian bagi seseorang atau badan hukum

perdata dilihat apakah kedudukan pemerintah berada dalam hukum privat

ataukah berada dalam hukum publik. Jika kedudukan pemerintah dalam

hukum privat maka kewenangan peradilan yang berwenang mengadili adalah

Peradilan Umum, sedangkan jika kedudukan pemerintah dalam hukum publik

maka kewenangan peradilan yang berwenang mengadili adalah Peradilan Tata

Usaha Negara.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum bagi rakyat terhadap

tindakan pemerintah berdasarkan konsep Hukum Administrasi Negara.

2. Untuk mengetahui pertimbangan hukum hakim dalam perkara No.

73/Pdt.G/2013/PN.Pwt dalam menentukan kewenangan mengadili sudah

sesuai dengan konsep Hukum Administrasi Negara.

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

12

E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Diharapkan penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu hukum Hukum Administrasi

Negara pada umumnya dan khususnya pada hal-hal yang terkait dengan

perlindungan hukum bagi rakyat.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mereka

para dosen, hakim, praktisi hukum, dan pengacara.

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Negara Hukum

1. Pengertian Negara Hukum

Pembahasan mengenai pengertian negara hukum dapat dilihat dari

pengertian dari negara hukum dalam arti yang sempit (formil) dan negara

hukum dalam arti yang luas (materiil).

Bahwa faham yang kuno dari pada para Sarjana Hukum abad 19,

terutama sekali di negara-negara kontinental yang sistem hukumnya

adalah tertulis, menganggap bahwa negara hukum adalah negara yang

segala sesuatu tindakannya didasarkan semata-mata pada hukum yang

tertulis, yaitu hukum formil yang konkretnya diwujudkan dalam bentuk

perundang-undangan saja. Hukum diartikan dalam artian yang sempit,

yang formil, yaitu undang-undang.11

Berhubung dengan hal tersebut oleh para Sarjana Hukum, negara

yang demikian ini dianggap sebagai “nachtwakerststaat” (negara penjaga

malam). Negara kerjanya hanya menjaga agar jangan sampai ada

pelanggaran terhadap ketentraman dan ketertiban umum seperti yang

telah ditentukan dalam hukum yang tertulis (undang-undang). Oleh

karena itu untuk menyebut negara yang demikian ini sebaiknya

pergunakan saja nama “Negara Undang-Undang” atau dapat juga disebut

“Negara Hukum dalam arti formil atau sempit”.

11

Joeniarto, Ibid., hlm. 19.

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

14

Tetapi faham negara hukum dalam arti formil ini dalam abad

berikutnya, yaitu abad 20, tidak mungkin lagi dapat dipertahankan.

Negara yang tidak lagi hanya akan melaksanakan dan menjaga undang-

undang saja, tetapi akan menyelenggarakan kesejahteraan umum atau

disebut “Welfare state”. Di dalam Welfare state ini Freies Ermessen

(Kebebasan bertindak dari Pemerintah) mempunyai peranan yang banyak.

Di sini dikemukakan bahwa para penguasa itu boleh mengambil tindakan

sesuai dengan kebijaksanaan sendiri sepanjang itu belum ada

peraturannya dalam rangka menyelenggarakan kesejahteraan umum, hal

tersebut tidak berarti bahwa dalam mengambil tindakan semau sendiri.

Prinsip negara hukum ini dalam mengambil tindakan tentu masih

harus didasarkan kepada pedoman-pedoman tertentu yaitu asas-asas

umum pemerintahan yang berlaku di dalam negara hukum. Tindakan-

tindakan yang dilakukan oleh pemerintah sekalipun belum diadakan

peraturannya, tindakan-tindakan tersebut tentu tidak boleh menyimpang

daripada peraturan-peraturan hukum yang tidak tertulis sepanjang itu

tidak meninggalkan kebenaran dan keadilan hukumnya serta juga

kepatutan.

Negara hukum yang demikian ini disebut “Negara Hukum dalam

arti luas” atau dapat juga disebut dengan “Negara Hukum dalam arti yang

Materiil”. Dalam zaman modern abad 20 ini pada umumnya negara-

negara yang telah meningkatkan menjadi Welfare state, telah

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

15

meninggalkan faham Negara Hukum yang Formil dan mempergunakan

Negara Hukum dalam arti yang Materiil.12

Penjabaran mengenai pengertian negara hukum dikenal di Eropa

terdiri dari dua tipe pokok Negara Hukum, yaitu :

a. Type Anglo Saxon (Inggris, Amerika), yang berintikan Rule of Law

yang dimana harus memenuhi syarat: 1) Supremacy before the law,

artinya bahwa hukum diberi kedudukan yang tertinggi, hukum

berkuasa penuh atas negara dan rakyat. Konsekuensinya negara tidak

dapat dituntut apabila bersalah, karena yang bersalah hanyalah pejabat

negara, dan dialah yang dihukum; 2) Equality before of the law,

artinya baik orang, baik pejabat pemerintah maupun masyarakat biasa

adalah sama statusnya menurut pandangan hukum.

b. Type Eropa Kontinental (Jerman, Belanda, Belgia, Skandinavia), yang

berdasarkan pada kedaulatan hukum (Rechtsouvereiniteit), jadi

berintikan Rechstaat (Negara Hukum). Dalam tipe ini hukumlah yang

berdaulat. Negara dipandang sebagai subjek hukum, dan apabila

negara salah, maka dapat dituntut di muka pengadilan sebagaimana

halnya dengan subjek hukum yang lain.13

2. Unsur-Unsur Negara Hukum

Gagasan negara hukum telah dikemukakan oleh Plato, ketika ia

menulis Nomoi, sebagai karya tulis ketiga yang dibuat di usia tuanya,

sementara dalam dua tulisan pertama, Politeia dan Politicos, belum

12

Joeniarto, Ibid., hlm. 20-21. 13

C.S.T. Kansil, op.cit., hlm. 83-84.

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

16

muncul istilah negara hukum. Dalam Nomoi, Plato mengemukakan

bahwa penyelenggaraan negara yang baik ialah yang didasarkan pada

pengaturan (hukum) yang baik.14

Gagasan Plato tentang negara hukum

ini semakin tegas ketika didukung oleh muridnya, Aristoteles, yang

menuliskannya dalam buku Politica. Menurut Aristoteles, suatu negara

yang baik ialah negara yang diperintah dengan konstitusi dan

berkedaulatan hukum.

Gagasan negara hukum tersebut masih bersifat samar-samar dan

tenggelam dalam waktu yang sangat panjang, kemudian muncul kembali

secara lebih eksplisit pada abad ke-19, yaitu dengan munculnya konsep

rechtsstaat dari Freidrich Julius Stahl, yang diilhami oleh pemikiran

Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum (rechtsstaat)

adalah sebagai berikut :

a. Perlindungan hak-hak asasi manusia;

b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu;

c. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan; dan

d. Peradilan administrasi dalam perselisihan.15

Pada wilayah Anglosaxson, muncul pula konsep negara hukum

(rule of law) dari A.V. Dicey, dengan unsur-unsur sebagai berikut :

a. Supremasi aturan-aturan hukum (supremacy of the law); tidak adanya

kekuasaan sewenang-wenang (absence of arbitrary power), dalam arti

bahwa seseorang hanya boleh dihukum kalau melanggar hukum;

14

Azhary, Negara Hukum Indonesia, UI-Press, Jakarta, 1995, hlm. 20-21. 15

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1982, hlm. 57-58.

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

17

b. Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum (equality before the

law). Dalil ini berlaku baik untuk orang biasa maupun untuk pejabat;

c. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang (di negara lain

oleh undang-undang dasar) serta keputusan-keputusan pengadilan.16

Adanya unsur “peradilan administrasi dalam perselisihan” pada

konsep rechtsstaat, sementara pada konsep rule of law unsur itu tidak ada,

menunjukkan adanya hubungan historis anatra konsep negara hukum

Kontinental dengan sistem hukum Romawi dan kemunculan Hukum

Administrasi Negara.

Berkenaan dengan adanya hubungan historis ini, Philipus M.

Hadjon mengemukakan sebagai berikut :

“Konsep rechtsstaat bertumpu pada sistem hukum kontinental yang

disebut “civil law” atau “Modern Roman Law”, sedangkan konsep

rule of law bertumpu atas sistem yang disebut “common law”.

Karakteristik civil law adalah administratif sedangkan karakteristik

common law adalah judicial. Perbedaan karakteristik yang demikian

disebabkan karena latar belakang daripada kekuasaan raja. Pada

zaman Romawi, kekuasaan yang menonjol dari raja ialah membuat

peraturan melalui dekrit. Kekuasaan itu kemudian didelegasikan

kepada pejabat-pejabat administratif yang membuat pengarahan-

pengarahan tertulis bagi hakim tentang bagaimana memutus suatu

sengketa. Begitu besar peranan administrasi, sehingga tidaklah

mengherankan kalau dalam sistem kontinentallah mula pertama

muncul cabang hukum baru yang disebut “dorit administratif” dan

inti dari droit administratif adalah hubungan antara administrasi

dengan rakyat...di Kontinen dipikirkan langkah-langkah untuk

membatasi kekuasaan administrasi negara (Hukum Administrasi dan

peradilan administrasi).17

16 Mirian Budiardjo, op.cit., hlm. 58. 17

Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, PT. Bina Ilmu,

Surabaya, 1987, hlm. 73.

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

18

Dalam perkembangannya konsepsi negara hukum tersebut kemudian

mengalami penyempurnaan, yang secara umum dapat dilihat unsur-

unsurnya sebagai berikut :

a. Sistem pemerintahan negara yang didasarkan atas kedaulatan rakyat;

b. Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya

harus berdasar atas hukum atau peraturan perundang-undangan;

c. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara);

d. Adanya pembagian kekuasaan dalam negara;

e. Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke

controle) yang bebas dan mandiri, dalam arti lembaga peradilan

tersebut benar-benar tidak memihak dan tidak berada di bawah

pengaruh eksekutif;

f. Adanya peran yang nyata dari anggota-anggota masyarakat atau warga

negara untuk turut serta mengawasi perbuatan dan pelaksanaan

kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah; dan

g. Adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pembagian yang

merata sumber daya yang diperlukan bagi kemakmuran warga

negara.18

Perumusan unsur-unsur negara hukum dalam sistem Kontinental dan

Anglosakson di atas tidak terlepas dari falsafah dan sosio-politik yang

melatarbelakanginya, terutama pengaruh falsafah individualisme, yang

bertumpu pada kebebasan (liberty) individu dan hanya dibatasi oleh

18

Sri Soemantri, Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia, Alumni, Bandung, 1992,

hlm. 29-30.

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

19

kehendak bebas pihak lain termasuk bebas dari kesewenang-wenangan

penguasa.

3. Indonesia Sebagai Negara Hukum

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3) UUD negara Republik

Indonesia Tahun 1945, “Negara Indonesia adalah negara hukum”, yang

menganut desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan,

sebagaimana diisyaratkan dalam Pasal 18 ayat (1) UUD Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas

daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan

kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota mempunyai pemerintah

daerah, yang diatur dengan undang-undang”.

Sebagai negara hukum, setiap penyelenggaraan urusan

pemerintahan haruslah berdasarkan pada hukum yang berlaku

(wetmatigheid van bestuur). Sebagai negara yang menganut desentralisasi

mengandung arti bahwa urusan pemerintahan itu terdiri atas urusan

pemerintahan pusat dan urusan pemerintahan daerah. Artinya ada

perangkat pemerintah pusat dan ada perangkat pemerintah daerah, yang

diberi otonomi yakni kebebasan dan kemandirian untuk mengatur dan

mengurus urusan rumah tangga daerah.

Terlepas dari berbagai pandangan di atas, melihat pada Negara kita

Indonesia dikenal sebagai negara hukum dalam arti materiil atau Welfare

state, yakni suatu negara yang secara intensif mencampuri seluruh

perikehidupan individu warganegaranya, dengan tujuan agar para individu

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

20

yang hidup dalam negara tersebut mencapai derajat hidup yang

sejahtera.19

Dilihat dari fungsi dan tugas negara tersebut, maka unsur terpenting

dalam negara hukum material (Welfare state) adalah :

1) Jaminan terhadap hak asasi manusia;

2) Pemisahan/pembagian kekuasaan;

3) Legalitas pemerintahan;

4) Peradilan Administrasi yang bebas dan tidak berpihak;

5) Terwujudnya kesejahteraan umum warga negaranya;20

Ditemukan beberapa ketentuan dalam UUD 1945 yang

menunjukkan bahwa negara hukum Indonesia yang menganut

desentralisasi dan berorientasi kesejahteraan. Pertama, pengakuan dan

perlindungan hak asasi manusia sebagaimana terdapat dalam Pasal 28 A

sampai 28 J UUD 1945; Kedua, pemencaran kekuasaan negara, yang

berbentuk pemencaran dan pembagian kekuasaan secara horizontal dan

vertikal. Pemencaran dan pembagian kekuasaan secara horizontal tampak

pada pembentukan dan pemberian kekuasaan kepada DPR (Pasal 19, 20,

21, 22 UUD 1945), kekuasaan Presiden (Pasal 4 sampai 15 UUD 1945),

kekuasaan kehakiman (Pasal 24 UUD 1945), dan beberapa suprastruktur

politik lainnya. Pemencaran dan pembagian kekuasaan secara vertikal

muncul dalam wujud desentralisasi yaitu dengan pembentukan dan

pembagian kewenangan kepada satuan pemerintahan daerah (Pasal 18

UUD 1945). Ketiga, prinsip “Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan

19

S.F. Marbun, Dimensi-dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, UII Press,

Yogyakarta, 2002, hlm. 7. 20 B. Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan dan Hak Asasi

Manusia (Memahami Proses Konsolidasi Sistem Demokrasi di Indonesia), Universitas Atmajaya

Yogyakarta, Yogyakarta, 2003, hlm. 14.

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

21

dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”; Keempat,

penyelenggaraan negara dan pemerintahan berdasarkan atas hukum dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku; Kelima, pengawasan oleh

hakim yang merdeka, yang merupakan implementasi dari Pasal 24 UUD

1945 dan beberapa undang-undang organik tentang kekuasaan kehakiman

dan lembaga-lembaga peradilan.; Keenam, pemilihan umum yang

dilakukan secara periodik; Ketujuh, tersedianya tempat pengaduan bagi

rakyat atas tindakan pemerintah yang merugikan warga negara, yakni

upaya administratif, PTUN, dan Ombudsman.

Dengan merujuk pada konsep negara hukum yang diselenggarakan

melalui mekanisme demokrasi, Indonesia tergolong pula sebagai negara

hukum demokratis.21

Hukum yang dijadikan aturan main (spelregel)

dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan serta untuk mengatur

hubungan hukum (rechtsbetrekking) antara penyelenggara negara dan

pemerintahan di Indonesia adalah Hukum Tata Negara dan Hukum

Administrasi Negara.

B. Hukum Administrasi Negara

1. Pengertian Hukum Administrasi Negara

Apa itu hukum pemerintahan (bestuursrecht) ? apakah hukum

untuk pemerintahan ataukah hukum dari pemerintah ? , dengan kata lain

apakah hukum ini diletakkan (untuk mengatur) pemerintah ataukah

21 Kenyataan bahwa Indonesia adalah sebagai negara hukum demokratis dikemukakan

oleh Bagir Manan, Hubungan Anatara Pusat dan Daerah Berdasarkan Asas Desentralisasi

Menurut UUD 1945, Disertasi, Universitas Padjadjaran, Bandung, 1990, hlm. 245.

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

22

hukum yang diletakkan oleh pemerintah ? Pertanyaan-pertanyaan ini

dikemukakan oleh A.M. Donner, pada halaman awal bukunya.22

Guna

memahami secara lebih mendalam terhadap Hukum Administrasi Negara

ini, pertanyaan-pertanyaan itu harus diberikan jawaban sebaik-baiknya.

Untuk dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut,

terlebih dahulu dikemukakan mengenai definisi HAN yang dikemukakan

oleh para sarjana berikut ini :

a. Deskrpisi Hukum Aministrasi Negara oleh J.H.A. Logemaan ialah:

hukum administrasi meliputi peraturan-peraturan khusus, yang di

samping hukum perdata positif yang berlaku umum, mengatur cara-

cara organisasi negara ikut serta dalam lalu lintas masyarakat. (de

bijzondere regels, die naast het voor allen geldende burgerlijk recht,

beheersen de wijze, waarop de staatsorganisatie aan het

maatschappelijk verkeer deelneemt).23

Hukum Administrasi Negara

meliputi peraturan-peraturan yang berkenaan dengan administrasi.

Administrasi berarti sama dengan pemerintahan. Oleh karena itu HAN

disebut juga hukum tata pemerintahan. Perkataan Pemerintahan dapat

disamakan dengan kekuasaan eksekutif, artinya pemerintahan

merupakan bagian dari organ dan fungsi pemerintahan, yang bukan

organ dan fungsi pembuat undang-undang dan peradilan. (Het

administratief recht omvat regels, die betrekking hebben op de

22

Soehardjo, Pengantar Hukum Administrasi Negara Pertumbuhan dan

Perkembangannya, Fakultas Hukum Universitas Dipenogoro, Semarang, 1994, hlm. 11. 23

Philipus M. Hadjon et.al., Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada

University Press, Yogyakarta, 2011, hlm. 23.

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

23

administratie. Administratie betekent hetzelfde als bestuur.

Administratief recht wordt daarom ook wel bestuursrecht genoemd.

Het woord bestuur pleegt te worden gelijkgesteldmet uitvoerende

macht. Het betekent dan het gedeelte van de overheidsorganen en van

de overheidsfuncties, die niet zijn wetgevende en rechtsprekende

organen en functies).24

b. Hukum Administrasi Negara atau Hukum Tata Pemerintahan pada

dasarnya dapat dibedakan berdasarkan tujuannya dari hukum tata

negara menurut peraturan-peraturan hukum yang menentukan (tugas-

tugas yang dipercayakan) kepada organ-organ pemerintahan itu,

menentukan tempatnya dalam negara, menentukan kedudukan

terhadap warga negara, dan peraturan-peraturan hukum yang

mengatur tindakan-tindakan organ pemerintahan itu. (Het

Administratief recht of bestuursrecht-hoofdzakelijk om doelmatig-

heidsredenen van het staatsrecht te onderscheiden-omvat de

rechtsregelen, dei bepalen, aan welke organen het bestuur is

toevertrouwd, welke hun plaats is in de staat, tegenover elkander en

tegenover de burgerij, en welke rechtsregelen het handelen van die

organen beheersen).25

c. HAN sebagai menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan akan

memungkinkan para pejabat (ambtsdrager) administrasi negara

24

A.D. Belinfante, Kort Begrip van het Administratief Recht, Samsom Uitgeverij, Alphen

aan de Rijn, 1985, hlm. 11. 25

Van Poelje, Algemene Inleiding tot de Bestuurskunde, Samsom, Alphen aan de Rijn,

1964, hlm. 4.

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

24

melakukan tugas mereka yang khusus. Lebih lanjut Utrecht

menyebutkan bahwa HAN adalah hukum yang mengatur sebagian

lapangan pekerjaan administarsi negara. Bagian lain diatur oleh

Hukum Tata Negara (hukum negara dalam arti sempit), Hukum

Privat, dan sebagainya.26

d. Hukum Administrasi Negara, hukum tata pemerintahan adalah

keseluruhan hukum yang berkaitan dengan (mengatur) administrasi,

pemerintah, dan pemerintahan. Secara global dikatakan, Hukum

Administrasi Negara merupakan instrumen yuridis yang digunakan

oleh pemerintah untuk secara aktif terlibat dalam kehidupan

kemasyarakatan, dan di sisi lain HAN merupakan hukum yang dapat

digunakan oleh anggota masyarakat untuk memengaruhi dan

memperoleh perlindungan dari pemerintah. Jadi HAN memuat

peraturan mengenai aktivitas pemerintahan. (Administratief recht,

bestuursrecht het heft alles te maken met administrare, het besturen.

Global gezged; het is het recht dat de overheid die zich actief bemoeit

met de samenleving het daardoor nodige, juridische instrumentarium

biedt; en tegelijkkertijd het recht dat de leden van de samenleving

invloed op en bescherming tegen diezelfde, zich met hen en hun

omgeving bemoeiende overheid moet geven. Het recht betreffende de

actieve overheidsbemoeiing dus)27

26

E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Pustaka Tinta Mas,

Surabaya, 1988, hlm. 8-9. 27

H.D. Van Wijk/Willem Konijnenbelt, Hoofdstukken van Administratief Recht,

Uitgeverij Lemma BV, Utrecht, 1995, hlm. 1.

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

25

e. Hukum Administrasi Negara adalah hukum mengenai pemerintah di

dalam kedudukan, tugas, dan fungsinya sebagai Administrator Negara

yang di mana pemerintah adalah “pengurus harian” negara dan

pemerintah adalah keseluruhan daripada jabatan-jabatan (pejabat-

pejabat) di dalam suatu negara yang mempunyai tugas dan wewenang

POLITIK NEGARA serta PEMERINTAHAN.28

f. Pendapat kami adalah bahwa Hukum Administrasi Negara berkenaan

dengan organisasi dan fungsionalisasi pemerintahan umum dalam

hubungannya dengan masyarakat. (Onze opvatting is dat het

bestuursrecht betrekking heeft op de organisatie en functioneren van

het openbaar bestuur in zijn relatie met de sameleving).29

Mendasarkan beberapa definisi tersebut di atas, tampak bahwa

dalam Hukum Administrasi Negara terkandung dua aspek, yaitu:

pertama, aturan-aturan hukum yang mengatur dengan cara bagaimana

alat-alat perlengkapan negara itu melakukan tugasnya; kedua, aturan-

aturan hukum yang mengatur hubungan hukum (rechtsbetrekking) antara

alat perlengkapan administrasi negara atau pemerintah dengan warga

negaranya.30

2. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara

Berkaitan mengenai pembahasan tentang ruang lingkup dari

Hukum Administrasi Negara, Prajudi Atmosudirdjo membagi HAN

28

Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994,

hlm. 11. 29 P. De Haan, et al., Bestuursrecht in de Sociale Rechtstaat, deel 1, Kluwer, Devender,

1986, hlm. 21. 30

Soehino, Asas-asas Hukum Tata Pemerintahan, loc.cit., hlm. 2.

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

26

dalam dua bagian; HAN heteronom dan HAN otonom. HAN heteronom

bersumber pada UUD, TAP MPR, dan UU adalah hukum yang mengatur

seluk-beluk organisasi dan fungsi administrasi negara. HAN otonom

adalah hukum operasional yang diciptakan pemerintah dan administrasi

negara.31

Sementara penulis HAN lain, membagi bidang HAN menjadi

HAN umum (algemeen deel) dan HAN khusus (bijzonder deel).32

HAN umum berkenaan dengan peraturan-peraturan umum

mengenai tindakan hukum dan hubungan Hukum Administrasi Negara

atau peraturan-peraturan dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua

bidang Hukum Administrasi Negara,33

dalam arti tidak terikat pada

bidang tertentu. Sedangkan HAN khusus adalah peraturan-peraturan yang

berkaitan dengan bidang-bidang tertentu seperti peraturan tentang tata

ruang, peraturan tentang kepegawaian, peraturan tentang pertanahan,

peraturan kesehatan, peraturan perpajakan, peraturan bidang pendidikan,

peraturan pertambangan dan sebagainya.

P. de Haan dan kawan-kawannya mengklasifikasikan HAN yang

menurutnya ada bagian-bagian pokok (hoofdgebieden) dari Hukum

Administrasi Negara khusus, yaitu hukum ketertiban dan keamanan

umum (recht openbare orde en veiligheid), Hukum Administrasi Negara

tentang tata ruang (ruimtelijk bestuursrecht), Hukum Administrasi Negara

bidang ekonomi (economisch bestuursrecht), Hukum Administrasi

31

Prajudi Atmosudirdjo, op.cit., Cetakan 1, 1981, hlm. 35. 32

Dapat dilihat di H.D. Van Wijk/Willem Konijnenbelt, op.cit., hlm. 5. dan A.M. Donner,

Nedherlands Bestuursrecht, Samsom H.D. Tjeenk Willink, Alphen aan Rijn, 1987, hlm. 56. 33

A.D. Belinfante, op.cit., hlm. 17, P. Nicolai, et.al., Bestuursrecht, Amsterdam, 1994,

hlm. 8.

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

27

Negara bidang sosial (sociaal bestuursrecht), Hukum Administrasi

Negara bidang kebudayaan (cultureel bestuursrecht), Hukum

Administrasi Negara bidang kesehatan (medisch bestuursrecht), Hukum

Administrasi Negara bidang keuangan (fiscaal bestuursrecht).34

C.J.N Versteden menyebutkan bahwa secara garis besar Hukum

Administrasi Negara meliputi bidang pengaturan sebagai berikut :

a. Peraturan mengenai penegakan ketertiban dan keamanan kesehatan,

kesopanan, dengan menggunakan aturan tingkah laku bagi warga

negara yang ditegakkan dan ditentukan lebih lanjut oleh pemerintah;

b. Peraturan yang ditujukan untuk memberikan jaminan sosial bagi

rakyat;

c. Peraturan-peraturan mengenai tata ruang yang ditetapkan

pemerintah;

d. Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan tugas-tugas pemeliharaan

dari pemerintah termasuk bantuan terhadap aktivitas swasta dalam

rangka pelayanan umum;

e. Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pemungutan pajak;

f. Peraturan-peraturan mengenai perlindungan hak dan kepentingan

warga negara terhadap pemerintah;

g. Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penegakan hukum

administrasi;

34

P. de Haan, et.al., op.cit., hlm. 84-90.

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

28

h. Peraturan-peraturan mengenai pengawasan organ pemerintahan yang

lebih tinggi terhadap organ yang lebih rendah;

i. Peraturan-peraturan mengenai kedudukan hukum pegawai

pemerintahan.35

Philipus M. Hadjon dan kawan-kawan membagi Hukum

Administrasi Negara menjadi menjadi 2 bagian, yaitu Lapangan Hukum

Administrasi Khusus dan Lapangan Hukum Administrasi Umum. Yang

dimaksud dengan hukum administrasi khusus adalah peraturan-peraturan

hukum yang berhubungan dengan bidang tertentu dari kebijaksanaan

seperti contoh : hukum atas tata ruang dan hukum perizinan bangunan.

Sebaliknya yang dimaksud dengan hukum administrasi umum adalah

peraturan-peraturan hukum yang tidak terikat pada suatu bidang tertentu

dari kebijaksanaan penguasa, seperti contoh : algemene beginselen van

behoorlijk bestuur (asas-asas umum pemerintahan yang baik), dan

undang-undang peradilan tata usaha negara.36

Di Indonesia Hukum Administrasi Negara Khusus ini telah

dihimpun dalam Himpunan Peraturan-Perundang-Undangan Republik

Indonesia, yang disusun berdasarkan sistem Engelbrecht, yang

didalamnya dimuat tidak kurang dari 88 bidang.37

Mendasarkan dari pemaparan beberapa pendapat sarjana di atas,

dapatlah disebutkan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum

35

C.J.N. Versteden, Inleiding Algemeen Bestuursrecht, Samsom H.D. Tjeenk Willink,

Alphen aan de Rijn, 1984, hlm.16-17. 36

Philipus M. Hadjon et.al., op.cit., hlm. 32. 37

Dapat dilihat di Philipus M. Hadjon et.al., op.cit., hlm. 35-38.

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

29

yang berkenaan dengan pemerintahan (dalam arti sempit) {Bestuursrecht

of administratief recht omvat regels, die betrekking heben op de

administratie}; yaitu hukum yang cakupannya - secara garis besar -

mengatur hal-hal sebagai berikut :

a. Perbuatan pemerintah (pusat dan daerah) dalam bidang publik;

b. Kewenangan pemerintahan (dalam melakukan perbuatan di bidang

publik tersebut); di dalamnya mengatur mengenai dari mana, dengan

cara apa, dan bagaimana pemerintah menggunakan kewenangannya;

penggunaan kewenangan ini dituangkan dalam bentuk instrumen

hukum, karena itu diatur pula tentang pembuatan dan penggunaan

instrumen hukum;

c. Akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atau penggunaan

kewenangan pemerintahan itu;

d. Penegakan hukum dan penerapan sanksi-sanksi dalam bidang

pemerintahan.38

Sehubungan dengan adanya Hukum Administrasi Negara tertulis,

yang tertuang dalam berbagai peraturan perundang-undangan, dan

Hukum Administrasi Negara tidak tertulis, yang lazim disebut asas-asas

umum pemerintahan yang baik (algemene beginselen van behoorlijk

bestuur), maka keberadaan dan sasaran dari Hukum Administrasi Negara

adalah sekumpulan peraturan hukum yang mengatur tentang tugas dan

kewenangan pemerintahan dalam berbagai dimensinya sehingga tercipta

38

Ridwan HR, op.cit., hlm. 45-46.

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

30

penyelenggaraan pemerintahan dan kemasyarakatan yang baik dalam

suatu negara hukum. Dengan demikian, keberadaan Hukum Administrasi

Negara dalam suatu negara hukum merupakan conditio sine quanom.

3. Kedudukan Hukum Administrasi Negara Dengan Hukum Lainnya

a. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara

Berbagai pendapat para ahli hukum mendapatkan kesamaan

pendapat bahwa antara HAN dan HTN itu memiliki keterkaitan yang

erat. Hal ini dapat dilihat dari pendapat J.B.J.M. ten Berge bahwa

Hukum Administrasi Negara adalah sebagai perpanjangan dari

Hukum Tata Negara atau hukum sekunder dari HTN. Pendapat

J.B.J.M. ten Berge ini agaknya dipengaruhi pada abad ke-19 Hukum

Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara merupakan satu

kesatuan, dan Hukum Administrasi Negara dianggap sebagai

tambahan dari Hukum Tata Negara (aanhangsel van het staatsrecht)

atau sebagai bagian dari Hukum Tata Negara (als een deelgebied van

het staatsrecht).39

Bahsan Mustafa mengatakan bahwa Hukum Tata Negara dan

Hukum Administrasi Negara itu merupakan dua jenis hukum yang

dapat dibedakan akan tetapi tidak dapat dipisahkan yang satu dari

yang lainnya.40

Kalaupun dilakukan pembedaan, pembedaan antara

Hukum Tata Negara dan Hukum Adminisgtrasi Negara ini

39

E.M.H. Hirsch Ballin, Rechstaat & Beleid, W.E.J. Tjeenk Willink, Zwolle, 1991, hlm.

100. 40

Bahsan Mustafa, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Citra Aditya Bakti,

Bandung, 1990, hlm. 60.

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

31

sesungguhnya tidaklah prinsipil melainkan berdasarkan satu

“doelmatige arbeidsverdeling” akbat perkembangan sejarah.41

Menurut WF. Prins, tidak mungkin untuk menarik garis batas

yang tegas antara kedua jenis hukum ini.42

Karena kedua bidang

hukum ini memiliki keterkaitan yang erat, maka Kranenburg

berpendapat bahwa, “kita tidak mungkin mempelajari Hukum

Administrasi Negara, tanpa didahului (dengan pelajaran) Hukum Tata

Negara”. Hubungan semacam ini agaknya sama yang terjadi pada

Hukum Dagang dan Hukum Perdata, “Geen wetenschappelijke studie

van het handelsrecht mogelijk, zal zijn zonder voorafgaande inleiding

in het burgelijk recht”, tidak mungkin mengkaji secara ilmiah hukum

dagang tanpa didahului dengan (pelajaran) hukum perdata.43

Untuk lebih memahami korelasi antara HTN dan HAN, patut

diperhatikan pendapat F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek, yang

menyebutkan bahwa susunan dan kegiatan organ pemerintahan dan

kenegaraan diatur dalam konstitusi yang merupakan hukum tertulis.

Lebih lanjut disebutkan sebagai berikut :44

“Naast de geschreven (grond) wettelijke regels bestaan regels van

ongeschreven recht die de geschreven grondwet aanvullen... Dit

geheel van geschreven en ongeschreven regels wordt wel

constitutioneel recht genoemd. Deze term kan men synoniem achten

met staatsrecht (in enge zin). Staatsrecht ( in enge zin) en

41 Kuntjoro Purbopranoto, Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan dan Peradilan

Administrasi Negara, Alumni, Bandung, 1975, hlm. 17. 42

WF. Prins dan R. Kosim Adisapoetra, Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara,

Prandya Paramita, Jakarta, 1983, hlm. 10. 43 Kuntjoro Purbopranoto, loc.cit., hlm. 17. 44

F.A.M. Stoink en J.G. Steenbeek, Inleiding in Het Staats-en Administratief Recht,

Samsom H.D. Tjeenk Willink, Alphen aan de Rijn, 1985, hlm. 15.

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

32

administratief recht worden te zamen ook wel staatsrecht (inruime

zin) genoemd”. (Di samping peraturan-perundang-undangan {UUD}

tertulis ada peraturan-peraturan tidak tertulis yang melengkapi

konstitusi tertulis. Keseluruhan dari peraturan tertulis dan peraturan

tidak tertulis ini dinamakan hukum konstitusi. Istilah ini sinonim

dengan Hukum Tata Negara {dalam arti sempit}. Hukum Tata Negara

{dalam arti sempit} dan bersama-sama Hukum Administrasi Negara

dinamakan Hukum Tata Negara {dalam arti luas}).

Lebih lanjut disebutkan bahwa, “aan het onderscheid tussen

staatsrecht (in enge zin) en administratief recht zijn geen

rechtsgevolgen verbonden. Beide delen van het recht zijn nauw bij

elkaar betrokken. Staatsrecht (in engen zin) is zonder inzicht in het

administratiefrecht niet te begrijpen. Het omgekeerde geldt ook”,

(membedakan antara Hukum Tata Negara {dalam arti sempit} dengan

Hukum Administrasi Negara tidak menimbulkan akibat-akibat hukum

tertentu. Kedua bagian hukum {Hukum Tata Negara dan Hukum

Administrasi, pen.} saling berhubungan erat. Hukum negara {dalam

arti sempit} tanpa bantuan Hukum Administrasi tidak dapat dipahami,

begitu pula sebaliknya).

b. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Perdata

Hubungan Hukum Administrasi Negara dan Hukum Perdata

menurut beebrapa ahli adalah sebagai berikut :

1. Menurut Van Vraag : HAN dan hukum perdata tidak saling

berhubungan, jadi berdiri sendiri.

2. Scholten : bagian dari HAN yang dapat dibedakan dari hukum

perdata (hukum yang bersifat sendiri) adalah : hukum tentang

organisasi masayarakat (hukum konstitusi). Beliau berpendapat

bahwa hukum perdata adalah cadangan HAN, dengan artian apa

yang belum diatur leh HAN dapat menggunakan peraturan

Hukum Perdata.

3. Prins : HAN dapat dilengkapi oleh Hukum Perdata.

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

33

Dari keterangan para ahli di atas terlihat bahwa sepanjang

hukum publik tidak mengadakan aturan-aturan mengenai sesuatu hal,

maka hukum perdata dapat diberlakukan sebagai hukum umum atau

privat, tetapi bila hukum publik (HAN) mengaturnya, maka yang

diapakai adalah ketentuan hukum publik. Terlihat di sini bahwa

kedudukan HAN adalah hukum khusus, sedangkan perdata hukum

umum, sehingga berlaku asas Lex Specialis Derogate Lex Generalis,

yaitu hukum khusus mengesampingkan hukum umum.

Jadi bila HAN tidak mengatur maka yang dipakai adalah

ketentuan hukum perdata, umpamanya saja seperti peraturan-peraturan

yang berhubungan dengan perjanjian, pemakaian peraturan-peraturan

tentang badan-badan hukum perdata seperti PT, CV, dan lain-lain.

Bila terjadi suatu peristiwa hukum, maka hakim perdata dapat

memutuskan dengan hukum perdata.

Dalam hubungan hukum perdata, negara dapat turut campur

(Freies Ermessen) yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan

negara yaitu negara kesejahteraan. Contohnya saja : Hukum Pajak.

Menurut Cluysenaer dalam bidang hukum pajak, hubungan jelas

dikuasai oleh hukum publik, tetapi dikuasai pula oleh hukum harta

kekayaan (perdata). Ketentuan hukum publik terlihat dari hak untuk

menetapkan pajak yang sifatnya adalah menurut hukum publik.45

45

Jum Anggriani, Hukum Administrasi Negara, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012, hlm. 29.

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

34

Viktor Situmorang berpendapat, bahwa terjadinya hubungan

antara HAN dan hukum perdata diantaranya :

1. Saat/waktu terjadi adopsi/pengangkatan kaidah hukum perdata

menjadi kaidah HAN;

2. Badan Administrasi Negara melakukan perbuatan-perbuatan yang

dikuasai oleh hukum perdata;

3. suatu kasus dikuasai oleh hukum perdata dan HAN maka kasus

ini diselesaikan berdasarkan ketentuan-ketentuan HAN.46

c. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Pidana

Hubungan antara HAN dan hukum pidana menurut para ahli

adalah sebagai berikut :47

1. H.J. Romeyn, beliau adalah seorang ahli pidana yang menurutnya

hukum pidana dipandang sebagai badan pembantu (hulprecht) bagi

HAN, karena penetapan sanksi pidana merupakan salah satu sarana

untuk menegakkan HAN. Sebaliknya, peraturan-peraturan hukum

di dalam peraturan perundang-undangan administrasi dapat

dimasukkan dalam lingkungan hukum pidana.

2. Scholten, berpendapat bahwa hukum pidana memberikan sanksi

luar biasa, baik kepada beberapa kaidah hukum umum, maupun

kepada peraturan administrasi negara.

Scholten membagi hukum pidana menjadi dua yaitu:

a. Hukum pidana umum yang mengatur pelanggaran hukum;

46 Viktor Situmorang, Dasar-dasar Hukum Administrasi Negara, Bina Aksara, Jakarta,

1989, hlm. 57. 47

Jum Anggriani, op.cit., hlm. 30-31.

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

35

b. Hukum pidana pemerintahan yang mengatur pelanggaran

peraturan perundang-undangan.

3. E. Utrecht, berpendapat bahwa hukum pidana memberi sanksi

istimewa baik atas pelanggaran kaidah hukum privat maupun

hukum atas pelanggaran kaidah hukum publik yang ada. Contoh

Pasal 558 KUHP yang isinya “pegawai cacatan sipil yang alpa

menuliskan suatu akta dalam daftar/yang menuliskan suatu akta

pada sehelai kertas yang terlepas di pidana dengan denda

sebanyak-banyaknya seribu lima ratus rupiah”.

4. Van Kan mengatakan bahwa hukum pidana pada hakekatnya tidak

memuat kaidah-kaidah baru, hukum pidana tidak mengadakan

kewajban-kewajiban hukum baru, kaidah-kaidah yang telah ada di

bagian lain seperti HAN, hukum perburuhan, hukum pajak, HTN

dan sebagainya dipertahankan dengan ancaman hukuman atau

dengan penjatuhan hukuman yang berat.

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa hubungan

antara HAN dengan hukum pidana adalah bila terjadi pelanggaran

terhadap HAN, maka sanksinya terdapat dalam hukum pidana. Karena

perkembangan HAN begitu cepat sehingga banyak terjadi pelanggaran-

pelanggaran terhadap administrasi negara (peraturan-peraturan) yang

dapat dikenakan sanksi secara pidana. Biasanya berupa sanksi

administrasi atau denda administrasi. Badan hukum juga dapat dijatuhi

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

36

hukuman, yaitu yang dapat dikenakan sanksi adalah anggota pengurus

dan kuasanya.48

C. Kedudukan Hukum Pemerintah

1. Kedudukan Pemerintah dalam Hukum Privat

Negara, provinsi, dan lain-lain dalam perspektif hukum perdata

disebut sebagai badan hukum publik. Badan hukum (rechtspersoon)

adalah; “Personen al wat (buiten den enkelen mensch) zich in het

maatschappelijk leven door wetsbepaling als een persoon voordoet, als

zodanig rechten heeft en bevoegdheden bezit, zedelijk lichaam, naamloze

vennotschap, rederij, vereeniging, enz”.,49

(kumpulan orang, yaitu yang

semua di dalam kehidupan masyarakat {dengan beberapa perkecualian}

sesuai dengan ketentuan undang-undang dapat bertindak sebagaimana

manusia, yang memiliki hak-hak dan kewenangan-kewenangan, seperti

kumpulan orang {dalam suatu badan hukum}, perseroan terbatas,

perusahaan perkapalan, perhimpunan, {sukarela}, dan sebagainya).

Dalam ungkapan lain, “Wat in wettelijken zin als een persoon

beschouwd wordt en waaran alzoo volkomen rechtsbevoegdheidwordt

verschaft, om rechtshandelingen te verrichten, in rechten te verschijnen

en vermoegensrechten uit te oefenen, iedere vereeniging die

rechtspersoonlijkheid verkregen heeft”,50

yaitu (apa yang dalam

48

Jum Anggriani, loc.cit., hlm. 31. 49

R.K. Kuipers, Geillusteerd Woordenboek Nederlandsche Taal, Maatschappy

“Elssevier”, Amsterdam, 1901, hlm. 1133. 50

Van Dale’s, Groot Woordenboek der Nederlandsche Taal, ‘s-Gravenhage en Leiden,

1914, hlm. 1501.

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

37

pengertian undang-undang dianggap seperti orang dan kepada siapa yang

dengan sepenuhnya diberikan wewenang untuk melakukan tindakan

hukum dan secara hukum tampil dan bertindak dengan harta kekayaan

{terpisah}; badan hukum adalah setiap perhimpunan yang diberi status

badan hukum).

Menurut Bothlingk, “Dan is rechtpersoon een niet mens zijn

plicht-en bevoegdheidssubject”,51

(badan hukum adalah subjek kewajiban

dan kewenangan yang bukan manusia). Sebagai subjek hukum bukan

manusia, perbuatan badan hukum tidak seperti perbuatan manusia (dat de

rechtspersoon derhalve is een niet-menselijk daadsubject). Lebih lanjut

Bothlingk mengatakan, “De rechtspersoon, zo kunnen wij besluiten, is de

juriese personificatie van een uit de maatschappelijke werkelijkheid

geconstrueerde identiteit, die daden kan verrichten”,52

(kita tentukan

bahwa badan hukum adalah penjelmaan yuridis dari identitas yang

dibentuk dari realitas masyarakat, yang dapat melakukan berbagai

tindakan).

Bila berdasarkan hukum publik negara, provinsi, dan kabupaten

adalah organisasi jabatan atau kumpulan dari organ-organ kenegaraan dan

pemerintahan, maka berdasarkan hukum perdata negara, provinsi, dan

kabupaten adalah kumpulan dari badan-badan hukum yang tindakan

hukumnya dijalankan oleh pemerintah. Menurut J.B.J.M. ten Berge, “De

51

Frederick Robert Bothlingk, Het Leerstuk der Vertegenwoordiging en Zijn Toepassing

op Ambtsdragers in Nederland en in Indonesia, Juridische Boekhandel en Uitgeverij A. Jongbloed

& Zoon ‘s-Gravenhage, 1954, hlm. 23. 52

Frederick Robert Bothlingk, op.cit., hlm. 26.

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

38

overheid kan net als natuurlijke personen en privaatrechtelijke

rechtspersonen deelnemen aan het privaatrechtelijke rechtsverkeer. De

overheid koopt en verkoopt, huurt en verhuurt, pacht en verpacht, sluit

overeenkomsten en bezit eigendom”,53

Pemerintah sebagaimana manusia

dan badan hukum privat terlibat dalam lalu lintas pergaulan hukum.

Pemerintah menjual dan membeli, menyewa dan menyewakan,

menggadai dan menggadaikan, membuat perjanjian, dan mempunyai hak

milik).

Hal senada juga dikemukakan pula oleh C.J.N. Versteden berikut

ini :

“De overheid-en het bijzonder het bestuur-komt op allerlei wijzen met

privaatrecht in aanraking. Soms neemt zij aan het privaatrechtelijke

rechtsverkeer deel op gelijke voet als particulieren, zonder dat haar

bijzonder positie als overheid en behartiging van het algemeen

belang daarbij in het geding. Zo treedt de overheid op als eigenares

van gronden en gebouwen.... We zien de overheid ook geldleningen

afsluiten, apparaten en machines kopen. In deze gevallen de

overheid evenals de particuliere personen aan de regels van het

privaatrecht onderworpen”.54

(Pemerintah-dan dalam kedudukannya yang spesifik sebagai

pemerintah-menggunakan berbagai ketentuan hukum privat dalam

pergaulannya. Kadang-kadang mereka terlibat dalam lalu lintas

pergaulan keperdataan dalam kedudukan yang sama dengan pihak

swasta, tanpa kedudukan spesifiknya sebagai pemerintah dan yang

melindungi kepentingan umum dalam hal terjadi sengketa. Dengan

demikian, pemerintah dapat betindak sebagai pemilik tanah dan

bangunan.... kita juga menyaksikan pemerintah meminjam uang,

membeli mesin-mesin dan peralatan. Dalam hal ini pemerintah

seperti halnya seorang swasta tunduk pada peraturan hukum

keperdataan).

53 J.B.J.M. ten Berge, Besturen Door de Overheid, W.E.J. Tjeenk Willink, Deventer,

1996, hlm. 85. 54

C.J.N. Versteden, op.cit., hlm. 283.

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

39

Ketika pemerintah bertindak dalam lapangan hukum keperdataan

dan tunduk pada peraturan hukum perdata, pemerintah bertindak sebagai

wakil dari badan hukum (publik), bukan wakil dari jabatan. Oleh karena

itu, kedudukan pemerintah dalam pergaulan hukum keperdataan tidak

berbeda dengan seseorang atau badan hukum privat, tidak memiliki

kedudukan yang istimewa, dan dapat menjadi pihak dalam sengketa

keperdataan dengan kedudukan yang sama dengan seseorang atau badan

hukum perdata (equality before the law) dalam peradilan umum.

Untuk mengetahui kapan pemerintah bertindak sebagai wakil dari

jabatan dan kapan mewakili badan hukum (publik) dapat diperhatikan dari

penjelasan sebagai berikut :

“Orgaan en rechtspersoon dienen scherp onderscheiden te worden. In

verreweg de meeste gevallen vallen zij niet samen. Op gemeentelijk

niveau zijn bij voorbeeld de raad, het college van burgemeester en

wethouders en de burgemeester organen. De rechspersoon is het

openbaar lichaam gemeente. Men kan dus geen privaatrechtelijke

contracten afsluiten met het college van burgemeester en wethouders

of de gemeenteraad, maar alleen met de gemeente. Voor die

gemeente wordt dan privaatrechtelijk beslist door de raad of,

krachtens delegatie, door burgemeester en wethouders, terwijl de

burgemeester als formele representaant optreedt. Dit onderscheid is

onder meer belangrijk voor het procesrecht. In gevallen van

administratief beroep of administratief rechtspraak wordt het beroep

ingesteld tegen het besluit van het (beschikkende) orgaan. Dit

orgaan is dan procespartij (verweerder). Civilrechtelijk is de

rechtspersoon procespartij en moet, bij gemeente, de burgeemester

aantreden”.55

(Organ dan badan hukum dapat dibedakan dengan tegas. Dalam

berbagai hal keduanya tidak sama. Pada wilayah kabupaten terdapat

organ-organ seperti DPRD, pemerintahan harian, dan

bupati/walikota. Badan hukumnya adalah badan umum kabupaten.

Artinya kita tidak dapat membuat perjanjian dengan DPRD,

55

F.A.M. Stoink en J.G. Steenbeek, op.cit., hlm. 34.

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

40

pemerintahan harian, dan bupati/walikota, tetapi hanya dengan

kabupaten. Pembuatan keputusan yang bersifat privat bagi kabupaten

dilakukan oleh dewan, atau berdasarkan delegasi, oleh pemerintahan

harian. Dalam berbagai hal, bupati/walikota bertindak sebagai wakil

{dari kabupaten}. Perbedaan antara organ dengan badan hukum ini

sangat penting dalam proses hukum. Dalam hal upaya administratif

atau badan peradilan administrasi, gugatan ditujukan terhadap organ

yang membuat keputusan tersebut. Organ inilah yang menjadi pihak

dalam proses hukum. sementara dalam hal keperdataan, badan

hukumlah yang menjadi pihak, misalnya pada kabupaten, bupati

tampil bertindak {untuk mewakili badan hukum}, yaitu kabupaten).

Berdasarkan keterangan tersebut tampak bahwa tindakan hukum

pemerintah di bidang keperdataan adalah sebagai wakil dari badan hukum

(rechtspersoon), yang tunduk dan diatur dengan hukum perdata. Dengan

demikian, kedudukan pemerintah dalam hukum privat adalah sebagai

wakil dari badan hukum (publik). 56

2. Kedudukan Pemerintah dalam Hukum Publik

Prespektif hukum publik menyebutkan bahwa negara adalah

organisasi jabatan. Di antara jabatan-jabatan kenegaraan ini ada jabatan

pemerintahan. Menurut pendapat H.D. van Wijk/Willem

Konijnenbelt57

bahwa, “Di dalam hukum mengenai badan hukum kita

mengenal perbedaan antara badan hukum dan organ-organnya. Badan

hukum adalah pendukung hak-hak kebendaan (harta kekayaan). Badan

hukum melakukan perbuatan melalui organ-organnya, yang mewakilinya.

Perbedaan antara badan hukum dan organ berjalan paralel dengan

perbedaan antara badan umum (openbaar lichaam) dengan organ

pemerintahan.

56

Ridwan H.R., op. cit., hlm. 90 57

H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, op.cit., hlm. 97.

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

41

Paralelitas perbedaan itu kurang lebih tampak ketika menyangkut

hubungan hukum yang berkaitan dengan harta kekayaan dari badan umum

(yang digunakan oleh badan pemerintahan). Indroharto menyebutkan

bahwa lembaga-lembaga hukum publik itu memiliki kedudukan yang

mandiri dalam statusnya sebagai badan hukum (perdata). Lembaga-

lembaga hukum publik yang menjadi induk dari Badan atau Jabatan TUN

ini yang besar-besar di antaranya adalah Negara, Lembaga-lembaga

Tertinggi dan Tinggi Negara, Departemen, Badan-badan Non

Departemen, Provinsi, Kabupaten, Kotamadya, dan sebagainya dimana

menurut peraturan perundang-undangan yang bersangkutan dapat

melakukan perbuatan/tindakan hukum perdata.58

Meskipun organ atau jabatan pemerintahan dapat melakukan

hukum perdata, mewakili badan hukum induknya, namun yang

terpenting-dalam konteks Hukum Administrasi Negara-adalah mengetahui

organ atau jabatan pemerintahan dalam melakukan hukum yang besifat

publik. Dalam Hukum Administrasi yang menempatkan organ atau

jabatan pemerintahan sebagai salah satu objek kajian utama, mengenal

karakteristik jabatan pemerintahan merupakan sesuatu yang tak

terelakkan.

P. Nicolai dan kawan-kawan menyebutkan beberapa ciri atau

karakteristik yang terdapat pada jabatan atau organ pemerintahan, yaitu :59

58

Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara,

Buku I, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1993. hlm. 65-66. 59

Ciri-ciri organ pemerintahan ini disarikan dari P. Nicolai, et.al., op.cit., hlm. 2-26.

Sebagaimana dikutip oleh Ridwan H.R., op. cit., hlm 74 – 75.

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

42

a. Het bestuursorgaan oefent de beovegdheid uit op eigen naam en

verantwoordelijkheid. Dat laatste betekent dat als politiek of ambtelijk

verantwoording moet worden afgelegd, of als het bestuur zich

tegenover de rechter heeft te veranwoorden voor de wijze van

uitoefening van de bevoegdheid, het bestuursorgaan drager is van de

verantwoordingsplicht.

b. Wordt een bevoegdheidsuitoefening via een bestuursrechtelijke

voorziening, dat wil zeggen in bezwaar of beroep, bestreden, dan

treedt het bestuursorgaan als verwerende procespartij op.

c. Bestuursorganen kunnen, zoals reeds aan de orde is gemoken, in een

bestuursrechtelijke voorziening ook als klagende partij optreden.

d. Bestuursorganen bezitten in het algemeen geen eigen vermoegen, Wel

maken die organen deel uit van een privaatrechtelijke rechtspersoon

met vermoegen. Zo zijn de bergemeester, het college van B en W en de

gemeenteraad organen van het openbare lichaam “de gemeente”, een

lichaam waaraan, zoals we gezien hebben, op grond van art. 2:1 BW

privaatrechtelijke rechtspersoonlijkheid toekomt. Besluit de rechter

om aan het bestuur een dwangsom op te leggen of om het bestuur tot

vergoeding van schade te veroordelen, dan zal hij aan een

privaatrechtelijke rechtspersoon (als drager van vermoegen) de

vereiste verplichtingen moeten opleggen.

Terjemahannya :

a. Organ pemerintahan menjalankan wewenang atas nama dan tanggung

jawab sendiri, yang dalam pengertian modern, diletakkan sebagai

pertanggungjawaban politik dan kepegawaian atau tanggung jawab

pemerintah sendiri di hadapan Hakim. Organ pemerintah adalah

pemikul kewajiban tanggung jawab.

b. Pelaksanaan wewenang dalam rangka menjaga dan mempertahankan

norma hukum administrasi, organ pemerintahan dapat bertindak

sebagai pihak tergugat dam proses peradilan, yaitu dalam hal ada

keberatan, banding, atau perlawanan.

c. Di samping sebagai pihak tergugat, organ pemerintahan juga dapat

tampil menjadi pihak yang tidak puas, artinya sebagai penggugat.

d. Pada prinsipnya organ pemerintahan tidak memiliki harta kekayaan

sendiri. Organ pemerintahan merupakan bagian (alat) dari badan

hukum menurut hukum privat dengan harta kekayaannya. Jabatan

Bupati atau Walikota adalah organ-organ dari badan umum

“Kabupaten”. Berdasarkan aturan hukum badan umum inilah yang

dapat memiliki harta kekayaan, bukan organ pemerintahannya.

Olegh karena itu, jika ada putusan hakim yang berupa denda atau uang

paksa (dwangsom) yang dibebankan kepada organ pemerintah atau

hukuman ganti kerugian dari kerusakan, maka kewajiban membayar

dan ganti kerugian itu dibebankan kepada badan hukum (seabgai

pemegang harta kekayaan).

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

43

Meskipun jabatan pemerintahan ini dilekati dengan hak dan

kewajiban atau diberi wewenang untuk melakukan tindakan hukum,

namun jabatan tidak dapat bertindak sendiri. Jabatan hanyalah fiksi.

Perbuatan hukum jabatan dilakukan melalui perwakilan

(vertegenwoordiging), yaitu pejabat (ambtdrager). Pejabat bertindak

untuk dan atas nama jabatan.

Menurut E. Utrecht, oleh karena diwakili pejabat, maka jabatan itu

berjalan. Yang menjalankan hak dan kewajiban yang didukung oleh

jabatan ialah pejabat. Jabatan bertindak dengan perantaraan pejabatnya.

Jabatan walikota berjalan (= menjadi konkret = menjadi bermanfaat bagi

kota) oleh karena diwakili oleh Walikota.60

Berdasarkan ketentuan hukum, pejabat hanya menjalankan tugas

dan wewenang, karena pejabat tidak “memiliki” wewenang. Yang

memiliki dan dilekati wewenang adalah jabatan. Dalam kaitan ini

Logemaan mengatakan :

“Het is dan door het ganse staatsrecht heen het ambt, waaraan

plichten worden opgelegd, dat tot rechtshandelingen wordt bevoegd

gemaakt. Plichten en rechten werken door, ongeacht de wisseling

der ambtsdragers”.61

(Berdasarkan Hukum Tata Negara, jabatanlah yang dibebani dengan

kewajiban, berwenang untuk melakukan perbuatan hukum. Hak dan

kewajiban terus, tidak peduli dengan pergantian pejabat).

F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek memberikan ilustrasi

mengenai perbuatan hukum dari jabatan dan pejabat ini, “De

60 E. Utecht, op.cit., hlm. 202 61

J.H.A. Logemaan, Over de Theorie van een Stellig Staatsrecht, Saksama, Jakarta, 1954,

hlm. 89.

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

44

overheidsbevoegdheden (rechten en plichten) zijn verbonden aan het

ambt. Indien bij voorbeeld een burgeemester een bepaalde beschikking

afgeeft, wordt rechtens die beschikking afgegeven door het ambt

burgeemester, en niet door naruurlijke persoon die op dat moment dat

ambt bekleedt, de ambstdrager”62

(Kewenangan pemerintahan {hak-hak

dan kewajiban-kewajiban} itu melekat pada jabatan. Jika-sebagai contoh-

bupati/walikota memberikan keputusan tertentu, maka berdasarkan

hukum, keputusan itu diberikan oleh jabatan bupati/walikota, dan bukan

oleh orang yang pada saat itu diberi jabatan, yakni bupati/walikota).

Mendasarkan uraian di atas, dalam Hukum Administrasi Negara,

tindakan hukum jabatan pemerintahan dijalankan oleh pejabat

pemerintah. Dengan demikian, kedudukan hukum pemerintah

berdasarkan hukum publik adalah sebagai wakil (vertegenwoordiger) dari

jabatan pemerintahan.

D. Tindakan Pemerintahan (Bestuur Handelingen)

1. Pengertian Tindakan Hukum Pemerintahan

Pemerintah atau administrasi negara adalah sebagai subjek hukum,

sebagai drager van de en plichten atau pendukung hak-hak dan

kewajiban-kewajiban. Sebagai subjek hukum, pemerintah sebagaimana

subjek hukum lainnya melakukan berbagai tindakan baik tindakan nyata

(feiterlijkhandelingen) maupun tindakan hukum (rechtshandelingen).

62

F.A.M. Stoink en J.G. Steenbeek, op.cit., hlm. 36.

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

45

Tindakan nyata adalah tindakan-tindakan yang tidak ada

relevansinya dengan hukum dan oleh karenanya tidak menimbulkan

akibat hukum,63

sedangkan tindakan hukum menurut R.J.H.M.

Huisman,64

tindakan-tindakan yang berdasarkan sifatnya dapat

menimbulkan akibat hukum tertentu, atau “Een rechtshandeling is gericht

op het scheppen van rechten of plichten “,65

(tindakan hukum adalah

tindakan yang dimaksudkan untuk menciptakan hak dan kewajiban).

Istilah tindakan hukum ini semula berasal dari ajaran hukum perdata (het

woord rechtshandeling is ontleend aan de dogmatiek van het burgerlijk

recht),66

yang kemudian digunakan dalam Hukum Administrasi Negara,

sehingga dikenal istilah tindakan hukum administrasi (administatieve

rechtshandeling).

Menurut H.J. Romeijn, “Een administratieve rechtshandelingis

dan een wilsverklaring in een bijzonder geval uitgaande van een

administratief orgaan, gericht op het in het leven roepen van een

rechtsgevolg op het gebeid van administratief recht”.67

(tindakan hukum

administrasi adalah suatu pernyataan kehendak yang muncul dari organ

administrasi dalam keadaan khusus, dimaksudkan untuk menimbulkan

akibat hukum dalam bidang Hukum Administrasi Negara).

63

C.J.N. Versteden, op.cit., hlm. 55, lihat pula H.D. van Wijk/Willem Konjinenbelt,

op.cit., hlm. 177. 64

R.J.H.M. Huisman, Algemeen Bestuursrecht, en Inleiding, Kobra, Amsterdam, tt, hlm.

13. 65

J.B.J.M. ten Berge, op.cit., hlm. 137. 66 A.D. Belinfante, op.cit., hlm. 49. 67

H.J. Romeijn, Administratiefrecht, Hand-en Leerboek, Noorman’s Periodieke Pers

N.V., Den Haag, 1934, hlm. 89.

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

46

Akibat hukum yang lahir dari tindakan hukum adalah akibat-akibat

yang memiliki relevansi dengan hukum seperti “het scheppen van een

nieuwe, het wijzigen of het opheffen van een bestaande

rechtsverhouding”68

(penciptaan hukum baru, perubahan atau

pengakhiran hubungan hukum yang ada). Dengan kata lain, akibat-akibat

hukum (rechtsgevolgen) itu dapat berupa hal-hal sebagai berikut :69

a. Indien er een verandering optreedt in de bestaande rechten,

verplichtingen of bevoegdheid van sommigen; (jika menimbulkan

beberapa perubahan hak, kewajiban atau kewenangan yang ada);

b. Wanner er verandering opteedt in jurisdische status van een persoon

of (van) object; (bilamana menimbulkan perubahan kedudukan

hukum bagi seseorang atau objek yang ada);

c. Wanner het bestaan van zerke rechten, verplichtingen,

bevoegdheden of status bindend wordt vastgesteld; (bilamana

terdapat hak-hak, kewajiban, kewenangan, ataupun status tertentu

yang ditetapkan).

Bila dikatakan bahwa tindakan hukum pemerintahan itu merupakan

pernyataan kehendak sepihak dari organ pemerintahan (eenzijdige

wilsverklaring van de bestuursorgaan) dan membawa akibat pada

hubungan hukum atau keadaan hukum yang ada, maka kehendak organ

tersebut tidak boleh mengandung cacat seperti kekhilafan (dwaling),

68

Ibid., hlm. 90. 69

H.D. van Wijk/Willem Konjinenbelt, op.cit., hlm. 178.

Page 58: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

47

penipuan (bedrog), paksaan (dwaang), dan lain-lain yang menyebabkan

akibat-akibat hukum yang tidak sah.

2. Unsur-unsur Tindakan Hukum Pemerintahan

Muchsan menyebutkan unsur-unsur tindakan hukum pemerintahan

sebagai berikut :

1) Perbuatan itu dilakukan oleh aparat pemerintah, dalam kedudukannya

sebagai penguasa maupun sebagai alat perlengkapan pemerintahan

(bestuursorganen) dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri;

2) Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi

pemerintahan;

3) Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan

akibat hukum di bidang Hukum Administrasi Negara;

4) Perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan

kepentingan negara dan rakyat.70

Unsur-unsur yang dikemukakan oleh Muchsan ini perlu ditambah,

terutama dalam kaitannya dengan negara hukum yang mengedepankan

asas legalitas atau wetmaitgheid van bestuur, yaitu perbuatan hukum

administrasi negara harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan

yang berlaku, “Administratiefrechtelijke rechts handelingen kunnen in

principe allen verricht worden in de gevallen waarin en op de wijze

waaop een wettelijk voorschrift dat heeft voorzien of toelaat”71

(pada

prinsipnya, tindakan hukum administrasi hanya dapat dilakukan dalam hal

70 Muchsan, Beberapa Catatan tentang Hukum Administrasi Negara dan Peradilan

Administrasi Negara di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1981, hlm. 18-19. 71

A.D. belinfante, loc.cit., hlm. 50.

Page 59: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

48

dan dengan cara yang telah diatur dan diperkenankan oleh peraturan

perundang-undangan).

3. Macam-macam Tindakan Hukum Pemerintahan

Telah jelas bahwa pemerintah atau administrasi negara adalah

subjek hukum yang mewakili dua institusi yaitu jabatan pemerintahan dan

badan hukum. Karena mewakili dua institusi maka dikenal ada dua

macam tindakan hukum, yaitu tindakan-tindakan hukum publik

(publiekrechtshandelingen) dan tindakan hukum privat

(privaatrechtshandelingen). Di dalam ABAR, tindakan hukum

pemerintahan dijelaskan sebagai berikut :

“De rechtshandelingen door de overheid in haar bestuursfunctie,

kunnen worden onderscheiden in privaatrechtelijke en

publiekrechtelijke rechtshandelingen. Onder publiekrechtelijke

rechtshandelingen worden hier verstaan de rechtshandelingen die

verricht worden op de grondslag van het publiekrecht; onder

privaatrechtelijke rechtshandelingen; rechtshandelingen die verricht

worden op grondslag van het privaatrecht”.72

(Tindakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah dalam menjalankan

fungsi pemerintahannya dapat dibedakan dalam tindakan hukum

publik dan tindakan hukum privat. Tindakan hukum publik berarti

tindakan hukum yang dilakukan tersebut didasarkan pada hukum

publik, sedangkan tindakan hukum privat adalah tindakan hukum

yang didasarkan pada ketentuan hukum keperdataan)

Berkenaan dengan tindakan hukum publik organ pemerintahan ini,

A.F.A. Korsten dan F.P.C.L. Tonnaer mengatakan sebagai berikut :73

“Publiekrechtelijke rechtshandelingen, waarvan de overheid voor de

uitoegfening van haar bestuursfunctie gebruik maakt, zijn te

onderscheiden in eenzijdige en meerzijdige publiekrechtelijke

72

Algemene Bepalingen van Administratief Recht, Rapport van De Commissie Inzake

Algemene Bepalingen van Administratief Recht, Samsom H.D. Tjeenk Willink B.V., Alphen aan

den Rijn, 1984, hlm. 3. 73

A.F.A. Korsten dan F.P.C.L. Tonnaer, Lokale Regelgeving, dalam Lokaal Bestuurin

Nederland, Samsom Tjeenk Willink, Alphen aan de Rijn, 1989, hlm. 234-235.

Page 60: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

49

rechtshandelingen. Gemeenschappelijke regelingen tussen gemeenten

en tussen gemeenten en een provincie zijn voorbeelden van

meerzijdige publiekerechtelijke rechtshandelingen”. Eenzijdige

publiekerechtelijke rechtshandelingen doen zich voor in de vorm van

handeling van een bestuursorgaan waardoor een publiekrechtelijke

rechtsgevolg ontstaat. Voorbeelden zijn het verlenen van een

bouwvergunning door burgemeester en wethouders,

bijstandsverlening, bevel tot on truiming van een onbewoonbaar

verklaarde woning”

(Tindakan hukum publik yang dilakukan oleh pemerintah dalam

menjalankan fungsi pemerintahannya, dapat dibedakan dalam

tindakan hukum publik yang bersifat sepihak dan tindakan banyak

pihak. Peraturan bersama antarkabupaten atau antara kabupaten

dengan provinsi adalah contoh dari tindakan hukum publik beberapa

pihak. Tindakan hukum publik sepihak berbentuk tindakan yang

dilakukan sendiri oleh organ pemerintahan yang menimbulkan akibat

hukum publik, contohnya adalah pemberian izin bangunan dari

Walikota, pemberian bantuan {subsidi}, perintah pengosongan

bangunan/rumah, dan sebagainya).

4. Karakteristik Tindakan Hukum Pemerintahan

Di kalangan para sarjana terjadi perbedaan pendapat mengenai sifat

tindakan hukum pemerintahan ini. Sebagian menyatakan bahwa

perbuatan hukum yang terjadi dalam lingkup hukum publik selalu bersifat

sepihak atau hubungan hukum bersegi satu (eenzijdige). Indroharto

bahkan menyebutkan bahwa tindakan hukum tata usaha negara itu selalu

bersifat sepihak. Tindakan tata usaha negara itu dikatakan bersifat sepihak

karena dilakukan tidaknya suatu tindakan hukum tata usaha negara yang

memiliki kekuatan hukum itu pada akhirnya tergantung kepada kehendak

sepihak dari badan atau jabatan tata usaha negara yang memiliki

wewenang pemerintahan untuk berbuat demikian.74

74

Indroharto, op.cit., hlm. 147-148.

Page 61: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

50

Pada perjanjian kerja jangka pendek (kortverband contract), yang

dijadikan contoh hubungan hukum dua pihak dalam hukum publik, harus

dianggap sebagai cara pelaksanaan tindakan pemerintahan bukan esensi

dari tindakan hukum pemerintahan itu sendiri. Dengan kata lain,

sebagaimana disebutkan W.F. Prins,75

yang lebih lazim terjadi ialah

pernyataan kehendak pemerintah dijadikan titik berat dalam

pelaksanaannya, yang melahirkan awal usahanya, menjadi tergeser ke

belakang, sekalipun kemudian ditentukan bahwa pihak yang bersangkutan

harus menyetujui penawaran yang diberikan pemerintah kepadanya.

Dalam Hukum Administrasi Negara, hubungan hukum

(rechtsbetrekking) antara pemerintah, dalam kapasitasnya sebagai wakil

dari jabatan pemerintahan bukan dalam kapasitasnya selaku wakil dari

badan pemerintahan, dengan seseorang atau badan hukum perdata tidak

berada dalam kedudukan yang sejajar. Pemerintah memiliki kedudukan

khusus (de overheid als bijzonder persoon), sebagai satu-satunya pihak

yang diserahi kewajiban untuk mengatur dan menyelenggarakan

kepentingan umum di mana dalam rangka melaksanakan kewajiban ini

kepada pemerintah diberikan wewenang membuat peraturan perundang-

undangan, menggunakan paksaan pemerintahan, atau menerapkan sanksi-

sanksi hukum.76

Berbeda halnya dengan hubungan hukum berdasarkan hukum

perdata, yang bertumpu pada asas otonomi dan kebebasan berkontrak.

75

WF. Prins dan R. Kosim Adisapoetra, op.cit., hlm. 58. 76

Ridwan HR, op cit., hlm. 119-120.

Page 62: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

51

Hubungan hukum berdasarkan hukum perdata bersifat sejajar.

Pemerintah, dalam kapasitasnya sebagai wakil dari badan hukum

pemerintahan, bukan sebagai wakil dari jabatan pemerintahan, dapat

mengadakan hubungan hukum berdasarkan hukum perdata dengan

kedudukan yang sejajar atau tidak berbeda dengan seseorang atau badan

hukum perdata. Meskipun hubungan hukumnya bersifat ordinatif,

pemerintah tidak dapat melakukan tindakan hukum secara bebas dan

semena-mena terhadap warga negara. Sebagaimana telah disebutkan,

tindakan hukum pemerintah tetap terikat pada asas yang mendasari pada

tindakan tersebut yaitu asas legalitas.77

Pada kenyataannya, tidak semua urusan pemerintahan dapat

diselenggarakan sendiri oleh organ pemerintahan yang diberi kewenangan

untuk menjalankan tugas dan urusan tersebut, serta tidak semua tugas dan

urusan pemerintahan dapat dijalankan secara bersama-sama dengan organ

pemerintahan lainnya. Hal ini karena ruang lingkup urusan pemerintahan

itu demikian luas dan kompleks, sehingga untuk efektivitas dan efisiensi

diperlukan pula keterlibatan pihak swasta, yang diwujudkan dengan cara

kerja sama atau perjanjian. Tindakan hukum pemerintahan yang

dilakukan dengan melibatkan pihak swasta ini disebut sebagai tindakan

hukum campuran (de gemengd rechtshandeling).

E. Utrecht menyebutkan beberapa cara pelaksanaan urusan

pemerintahan, yaitu :

77

Ridwan HR, loc.cit., hlm. 120.

Page 63: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

52

1) Yang bertindak adalah administrasi negara sendiri;

2) Yang bertindak ialah subjek hukum (=badan hukum) lain yang

tidak termasuk administrasi negara dan yang mempunyai hubungan

istimewa atau hubungan biasa dengan pemerintah;

3) Yang bertindak ialah subjek hukum lain yang tidak termasuk

administrasi negara dan yang menjalankan pekerjaannya

berdasarkan suatu konsesi atau berdasarkan izin. (vergunning) yang

diberikan oleh pemerintah;

4) Yang bertindak ialah subjek hukum lain yang tidak termasuk

administrasi negara dan yang diberi subsidi pemerintah;

5) Yang bertindak ialah pemerintah bersama-sama dengan subjek

hukum lain yang bukan administrasi negara dan kedua belah pihak

itu tergabung dalam bentuk kerja sama (vorm van samenwerking)

yang diatur oleh hukum privat;

6) Yang bertindak ialah yayasan yang didirikan oleh pemerintah atau

diawasi pemerintah;

7) Yang bertindak ialah subjek hukum lain yang bukan administrasi

negara, tetapi diberi suatu kekuasaan memerintah (delegasi

perundang-undangan).78

Sepanjang prinsip negara hukum, yaitu asas wetmatigheid van

bestuur masih dijadikan sendi utama penyelenggaraan pemerintahan,

maka tetaplah bahwa prinsip tindakan hukum pemerintahan yang bersifat

78

E. Utrecht, op.cit., hlm. 86-87.

Page 64: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

53

sepihak tersebut tidak dapat dikesampingkan, meskipun tugas-tugas dan

pekerjaan pemerintahan dapat dijalankan dengan cara kerja sama

(samenwerking), perjanjian (overeenkomst), perizinan (vergunning),

konsesi (consessie), dan sebagainya.

Untuk lebih jelas dapat dilihat dari skema tindakan pemerintahan

berikut ini :

Skema Tindakan Hukum Pemerintahan79

Keterangan/Terjemah

1. Bestuurshandelingen : Tindakan-tindakan pemerintahan

2. Feitelijke handelingen : Tindakan-tindakan nyata

79

Ridwan HR, op.cit., hlm. 123.

Bestuurshandelingen

Feitelijke

Handeling

en

Rechtshandelingen

Privaatrechtelijke

Rechtshandelingen

Publiekrechtelijke

Rechtshandelingen

Eenzijdige

Publiekrechtelijke

Rechtshandelingen

Meerzijdige

Publiekrechtelijke

Rechtshandelingen

Besluiten van Algemene

Strekking

Beschikkingen

Page 65: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

54

3. Rechtshandelingen : Tindakan-tindakan hukum

4. Privaatrechtelijke rechshandelingen : Tindakan-tindakan keperdataan

5. Publiekrechtelijke rechshandelingen : Tindakan-tindakan hukum publik

6. Meerzijdige publiekrechtelijke : Tindakan-tindakan hukum publik

rechshandelingen beberapa pihak

7. Eenzijdige pubkliekrechtelijke : Tindakan-tindakan hukum publik

rechshandelingen sepihak

8. Besluiten van algemene strekking : Keputusan yang ditujukan untuk

umum (keputusan yang bersifat

umum)

9. Bescihkking : Keputusan (yang bersifat konkret,dan

Individual)

E. Keputusan Tata Usaha Negara

1. Pengertian Keputusan

Keputusan tata usaha negara pertama kali diperkenalkan oleh

seorang sarjana Jerman, Otto Meyer, dengan istilah verwaltungsakt.

Istilah ini diperkenalkan di negeri Belanda dengan nama Beschikking oleh

van Vollenhoven dan C.W. van der Pot, yang oleh beberapa penulis,

seperti AM. Donner, H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, dan lain-

lain, dianggap sebagai “de vader van het moderne beschikkingsbegrip”,80

(bapak dari konsep beschikking yang modern).

Menurut H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, beschikking

merupakan keputusan pemerintahan untuk hal yang bersifat konkret dan

individual (tidak ditujukan untuk umum) dan sejak dulu telah dijadikan

instrumen yuridis pemerintahan yang utama.81

Menurut P. de Haan dan

kawan-kawan, “De administratieve beschikking is de meest

80 F.C.M.A. Michiels, De Arob – Beschikking, Vuga Uitgeverij B.V., ‘s-Gravenhage,

1987, hlm. 23. 81

H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, op.cit., hlm. 202.

Page 66: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

55

voorkomende en ook meest bestudeerde bestuurshandeling”,82

(Keputusan administrasi merupakan {bagian} dari tindakan pemerintahan

yang paling banyak muncul dan paling banyak dipelajari).

Terdapat perbedaan dalam mendefinisikan istilah keputusan.

Berikut ini akan disajikan beberapa definisi tentang beschikking.:

a. De beschikking is dus de wilsverklaring van een bestuursorgaan voor

een bijzonder geval, gericht op het scheppen van een nieuwe, het

wijzigen of het opheffen van een bestaande rechtsverhouding.83

(Keputusan adalah pernyataan kehendak dari organ pemerintahan

untuk {melaksanakan} hal khusus, ditujukan untuk menciptakan

hubungan hukum baru, mengubah, atau menghapus hubungan hukum

yang ada).

b. Beschikking; een wilsverklaring naar aanleiding van een ingediend

verzoekschrift, of althans een gebleken wensch of behoefte.84

(Keputusan adalah suatu pernyataan kehendak yang disebabkan oleh

surat permohonan yang diajukan, atau setidak-tidaknya keinginan atau

keperluan yang dinyatakan).

c. “ ... Eenvoudig geworden een definitie van het begrip beschikking to

geven: Een eenzijdige publiekrechtelijke rechtshandeling van een

bestuursorgaan gericht op een concreet geval”.85

(... secara

sederhana, definisi keputusan dapat diberikan suatu tindakan hukum

82

P. de Haan, et.al., op.cit., hlm. 17. 83 C.W. van der Pot, Nederlandsch Bestuursrecht, Alphen aan de Rijn, 1932, hlm. 198. 84

H.J. Romeijn, op.cit., hlm. 91. 85

C.J.N. Versteden, op.cit., hlm. 60.

Page 67: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

56

publik sepihak dari organ pemerintahan yang ditujukan pada peristiwa

konkret).

d. Een beschikking is een individuele of concrete publiekrechtelijke

rechts-beslissing: een beslissing van een bestuursorgaan, gebaseerd

op een publiek-rechtelijke bevogheid.... Geschapen voor een of meer

individuen of met betrekking tot een of meer concrete zaken of

situaties. Die beslissing verplicht mensen of organisaties tot iets, geeft

ze bevoegdheden of geeft ze aanspraken.86

(Beschikking adalah

keputusan hukum publik yang bersifat konkret dan individual:

keputusan itu berasal dari organ pemerintahan, yang didasarkan pada

kewenangan hukum publik.... Dibuat untuk satu atau lebih individu

atau berkenaan dengan satu atau lebih perkara atau keadaaan.

Keputusan itu memberikan suatu kewajiban pada seseorang atau

organisasi, memberikan kewenangan atau hak kepada mereka).

e. Onder ‘beschikking’ kan in zijn algemeenheid worden verstaan: een

besluit afkomstig van een bestuursorgaan, dat gericht is op

rechtsgevolg.87

(Secara umum, beschikking dapat diartikan;

keputusan yang berasal dari organ pemerintahan yang ditujukan untuk

menimbulkan akibat hukum).

f. Beschikking adalah keputusan tertulis dari administrasi negara yang

mempunyai akibat hukum.88

86

J.B.J.M. ten Berge, op.cit., hlm. 156. 87 R.J.H.M. Huisman, op.cit., hlm. 14. 88

Sjachran Basah, Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi Negara,

Alumni, Bandung, 1985, hlm. 230.

Page 68: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

57

g. Beschikking adalah perbuatan hukum publik bersegi satu (yang

dilakukan oleh alat-alat pemerintahan berdasarkan suatu kekuasaan

istimewa).89

h. Beschikking adalah suatu tindakan hukum yang bersifat sepihak dalam

bidang pemerintahan yang dilakukan oleh suatu badan pemerintah

berdasarkan wewenang yang luar biasa).90

Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara di dalam Undang-

Undang Nomor 51 Tahun 2009 Perubahan Kedua atas Undang-Undang

No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara Pasal 1 angka 9

menyebutkan, “Keputusan Tata Usaha Negara dalah suatu penetapan

tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang

berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan

final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum

perdata”.91

2. Unsur-unsur Keputusan

Sebelum mengetahui mengenai unsur-unsur keputusan, akan

dijabarkan terlebih dahulu mengenai pengertian keputusan berdasarkan

Pasal 2 UU Administrasi Negara (AwB) dan menurut Pasal 1 angka 3 UU

No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN jo UU No. 9 Tahun 2004 tentang

perubahan UU No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN, yaitu sebagai berikut :

89

E. Utrecht, op.cit., hlm. 94. 90 WF. Prins dan Kosim Adisapoetra, op.cit., hlm. 42. 91

Lihat Pasal 1 angka 9 UU No. 51 Tahun 2009 Perubahan Kedua Atas UU No. 5 Tahun

1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

Page 69: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

58

“De eenzijdig, naar buiten gerichte schriftelijke wilsverklaring van

een administratief orgaan van de central overheid, gegeven krachtens

een in enig staats-of administatiefrechtelijk voorschrif vervatte

bevoegdheid of verplichting en gericht op de vaststelling, de wijziging

of de opheffing van de een bestaande rechtsverhouding of het

scheppen van een nieuwe rechtsverhouding dan wel inhoudende de

weigering tot zodanig vaststellen wijzigen, opheffen of scheppen”.

(Pernyataan kehendak tertulis secara sepihak dari organ pemerintahan

pusat, yang diberikan berdasarkan kewajiban atau kewenangan dari

Hukum Tata Negara atau Hukum Administrasi Negara, yang

dimaksudkan untuk penentuan, penghapusan, atau pengakhiran

hubungan hukum yang sudah ada, atau menciptakan hubungan hukum

baru, yang memuat penolakan sehingga terjadi penetapan, perubahan,

penghapusan, atau penciptaan).

Berdasarkan definisi ini tampak ada enam unsur keputusan, yaitu

sebagai berikut :

a. Een naar buiten gerichte schriftelijke wilsverklaring;

b. Gegeven krachtens een in enig staats-of administratiefrechtelijk

voorschrift vervatte bevoegdheid of verplichting;

c. Eenzijdig;

d. Met zondering van besluiten van algemene strekking;

e. Gericht op de vaststelling, de wijziging of de opheffing van een

bestaande rechtsverhouding of het scheppen van een nieuwe

rechtsverhouding dan wel inhoudende de weigering tot zodanig

vaststellen, wizjigen, opheffen of scheppen;

f. Afkomstig van een administratief orgaan.92

Terjemahannya :

a. Suatu pernyataan kehendak tertulis;

92

P. de Haan, et.al., op.cit., hlm. 19. Dengan sedikit perbedaan redaksi, unsur-unsur

beschikking dapat dilihat pada F.C.M.A. Michiels, op.cit., hlm. 63.

Page 70: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

59

b. Diberikan berdasarkan kewajiban atau kewenangan dari Hukum

Tata Negara atau hukum administrasi;

c. Bersifat sepihak;

d. Dengan mengecualikan keputusan yang bersifat umum;

e. Yang dimaksudkan untuk penentuan, penghapusan, atau

pengakhiran hukum yang sudah ada, atau menciptakan hubungan

hukum baru, yang memuat penolakan, sehingga terjadi penetapan,

perubahan, penghapusan, atau penciptaan;

f. Berasal dari organ pemerintahan.

Berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986, keputusan

didefinisikan sebagai: “Suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh

Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan

final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum

perdata”.93

Berdasarkan definisi ini tampak bahwa KTUN memiliki

unsur-unsur sebagai berikut :

a. Penetapan tertulis;

b. Dikeluarkan oleh Badan/Pejabat TUN;

c. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

d. Bersifat konkret, individual, dan final;

e. Menimbulkan akibat hukum;

f. Seseorang atau badan hukum perdata.

93

Dalam UU No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU No. 5 Tahun 1986 tentang

PTUN, ketentuan Pasal 1 angka 3 ini tidak mengalami perubahan.

Page 71: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

60

3. Macam-macam Keputusan

Secara teoretis dalam Hukum Administrasi Negara, dikenal ada

beberapa macam dan sifat keputusan, yaitu sebagai berikut.

a. Keputusan Deklaratoir dan Keputusan Konstitutif

Keputusan deklaratoir adalah keputusan yang tidak mengubah

hak dan kewajiban yang telah ada, tetapi sekadar menyatakan hak

dan kewajiban tersebut (rechtsvaststellende beschikking).

Penetapan/keputusan itu dikatakan sifatnya deklaratoir artinya

penetapan tersebut dimaksudkan untuk menetapkan mengikatnya

suatu hubungan hukum.94

Keputusan yang bersifat konstitutif dapat berupa hal-hal

sebagai berikut :

1) Beschikking die een verplichting opleggen om iets te doen, te

laten, of te dulden, (keputusan-keputusan yang meletakkan

kewajiban untuk melakukan sesuatu, tidak melakukan sesuatu,

atau memperkenalkan sesuatu);

2) Beschikking welke aan een persoon, een instelling of een zaak

een status verlemen, waardoor op die persoon of die zaak

bepalde rechtsregel van toepassing worden, (keputusan-

keputusan yang memberikan status pada seseorang, lembaga,

atau perusahaan, dan oleh karena itu seseorang atau

perusahaan itu dapat menerapkan aturan hukum tertentu);

94

Indroharto, op.cit., hlm. 181.

Page 72: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

61

3) Beschikking welke een prestatie van de overheid in het

vooruitzicht stellen, (keputusan-keputusan yang meletakkan

prestasi atau harapan pada perbuatan pemerintah = subsidi atau

bantuan, pen);

4) Beschikking welke iets toestaan wat tevoren niet geoorlofd

was, (keputusan yang mengizinkan sesuatu yang sebelumnya

tidak diizinkan);

5) Beschikking welke aan beschikkingen van lagere organen

werking verlenen of bestaande werking ontnemen, (keputusan-

keputusan yang menyetujui atau membatalkan berlakunya

keputusan organ yang lebih rendah = pengesahan

{goedkeuring} atau pembatalan {vernietiging}, pen).95

b. Keputusan yang Menguntungkan dan yang Memberi Beban

Keputusan yang bersifat menguntungkan (begunstigende

beschikking) artinya keputusan itu memberikan hak-hak atau

memberikan kemungkinan untuk memperoleh sesuatu yang tanpa

adanya keputusan itu tidak akan ada atau bilamana keputusan itu

memberikan keringanan beban yang ada atau mungkin ada.96

Juga

dikatakan oleh Indroharto,97

bersifat menguntungkan artinya

penetapan/keputusan itu memberikan hak-hak yang sebelumnya

tidak ada seperti pemberian subsidi, pengangkatan, pemberian SIM

dll.

95 C.J.N. Versteden, op.cit., hlm. 68-69. 96

Ridwan HR, op.cit., hlm. 158. 97

Indroharto, op.cit., hlm. 182.

Page 73: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

62

Keputusan yang memberi beban (belastende beschikking)

adalah keputusan yang meletakkan kewajiban yang sebelumnya

tidak ada atau keputusan mengenai penolakan terhadap permohonan

untuk memperoleh keringanan.98

c. Keputusan Eenmalig dan Keputusan yang Permanen

Keputusan Eenmalig adalah keputusan yang hanya berlaku

sekali atau keputusan sepintas lalu, yang dalam istilah lain disebut

keputusan yang bersifat kilat (vluctige beschikking) seperi IMB atau

izin untuk mengadakan rapat umum. Sedangkan keputusan

permanen adalah keputusan yang memiliki masa berlaku yang relatif

lama. WF. Prins menyebutkan beberapa keputusan yang dianggap

sebagai keputusan ‘sepintas lalu’, yaitu :

1) Keputusan yang bermaksudkan mengubah teks keputusan yang

terdahulu;

2) Keputusan negatif. Sebab, keputusan semacam ini maksudnya

untuk tidak melaksanakan sesuatu hal dan tidak merupakan

halangan untuk bertindak, bilamana terjadi perubahan dalam

anggapan atau keadaan;

3) Penarikan kembali atau pembatalan. Seperti halnya dengan

keputusan negatif, penarikan kembali atau pembatalan tidak

membawa hasil yang positif dan tidak menjadi halangan untuk

mengambil keputusan yang identik dengan yang dibatalkan itu;

98

Ridwan HR, op.cit., hlm. 159.

Page 74: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

63

4) Pernyataan dapat dilaksanakan.99

d. Keputusan yang Bebas dan yang Terikat

Keputusan yang bersifat bebas adalah keputusan yang

didasarkan pada kewenangan bebas (vrije bevoegdheid) atau

kebebasan bertindak yang dimiliki oleh pejabat tata usaha negara

baik dalam bentuk kebebasan kebijaksanaan maupun kebebasan

interpretasi. Juga dikatakan bersifat bebas apabila peraturan dasarnya

itu memberikan kebebasan kepada Badan atau Pejabat Tata Usaha

Negara yang bersangkutan untuk menentukan sendiri bagaimana

atau perlu tidaknya ia mengeluarkan penetapan yang

bersangkutan.100

Keputusan yang terikat adalah keputusan yang didasarkan pada

kewenangan pemerintahan yang bersifat terikat (gebonden

bevoegdheid), artinya keputusan itu hanya melaksanakan ketentuan

yang sudah ada tanpa adanya ruang kebebasan bagi pejabat yang

bersangkutan.101

e. Keputusan Positif dan Negatif

Keputusan positif adalah keputusan yang menimbulkan hak

dan kewajiban bagi yang dikenai keputusan, sedangkan keputusan

negatif adalah keputusan yang tidak menimbulkan perubahan

keadaan hukum yang telah ada. Keputusan positif terbagi dalam lima

golongan, yaitu :

99 WF. Prins dan Kosim Adisapoetra, op.cit., hlm. 68. 100

Indroharto, op.cit., hlm. 183. 101

Ridwan HR, op.cit., hlm. 160.

Page 75: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

64

1) Keputusan, yang pada umumnya melahirkan keadaan hukum

baru;

2) Keputusan, yang melahirkan keadaan hukum baru bagi objek

tertentu;

3) Keputusan, yang menyebabkan berdirinya atau bubarnya

badan hukum;

4) Keputusan, yang membebankan kewajiban baru kepada

seseorang atau beberapa orang (perintah);

5) Keputusan, yang memberikan hak baru kepada seseoang atau

beberapa orang (keputusan yang menguntungkan).102

Keputusan negatif dapat berbentuk pernyataan tidak berkuasa

(onbevoegd verklaring), pernyataan tidak diterima (nietontvankelijk

verklaring) atau suatu penolakan (afwijzing. Keputusan negatif yang

dimaksudkan di sini adalah keputusan yang ditinjau dari akibat

hukumnya yakni tidak menimbulkan perubahan hukum yang telah

ada.

f. Keputusan Perorangan dan Kebendaan

Keputusan perorangan (prsoonlijk beschikking) adalah

keputusan yang diterbitkan berdasarkan kualitas pribadi orang

tertentu atau keputusan yang berkaitan dengan orang, seperti

keputusan tentang pengangkatan atau pemberhentian seseorang

102

WF. Prins dan Kosim Adisapoetra, op.cit., hlm. 60.

Page 76: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

65

sebagai pegawai negeri, atau sebagai pejabat negara, keputusan

mengenai surat izin mengemudi, dan sebagainya.

Sedangkan keputusan kebendaan (zakelijk beschikking) adalah

keputusan yang diterbitkan atas dasar kualitas kebendaan atau

keputusan yang berkaitan dengan benda, misalnya sertifikat hak

tanah. Dapat terjadi suatu keputusan itu dikategorikan bersifat

perorangan sekaligus kebendaan, misalnya surat izin mendirikan

bangunan atau izin mendirikan industri. Dalam hal ini keputusan itu

memberikan hak kepada seseorang yang akan mendirikan bangunan

atau industri (tertuju pada orang), dan di sisi lain keputusan itu

memberikan keabsahan didirikannya bangunan atau industri (tertuju

pada benda).103

F. Perlindungan Hukum

1. Pengertian Perlindungan Hukum

Kata perlindungan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia

berarti tempat berlindung atau merupakan perbuatan (hal) melindungi,

misalnya memberi perlindungan kepada orang yang lemah.104

Menurut

Sudikno Mertokusumo yang dimaksud dengan hukum adalah kumpulan

peraturan atau kaedah yang mempunyai isi yang bersifat umum dan

normatif, umum karena berlaku bagi setiap orang dan normatif karena

menentukan apa yang seyogyanya dilakukan, apa yang tidak boleh

103 Ridwan HR, op.cit., hlm. 161. 104

W.J.S. Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cetakan XI, Balai Pustaka,

Jakarta, 1986, hlm. 600

Page 77: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

66

dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan bagaimana caranya

melaksanakan kepatuhan pada kaedah-kaedah.105

Jadi perlindungan hukum adalah suatu perbuatan hal melindungi

subjek-subjek hukum dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan suatu sanksi.

Menurut Philipus M. Hadjon, Negara Indonesia sebagai negara

hukum berdasarkan Pancasila haruslah memberikan perlindungan hukum

terhadap warga masyarakatnya yang sesuai dengan Pancasila. Oleh

karena itu perlindungan hukum berdasarkan Pancasila berarti pengakuan

dan perlindungan hukum akan harkat dan martabat manusia atas dasar

nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan, Persatuan,

Permusyawaratan, serta Keadilan sosial. Nilai-nilai tersebut melahirkan

pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia dalam wadah negara

kesatuan yang menjunjung tinggi semangat kekeluargaan dalam mencapai

kesejahteraan bersama.

Perlindungan hukum di dalam negara yang berdasarkan Pancasila

maka asas yang penting ialah asas kerukunan berdasarkan

kekeluargaan.106

Asas kerukunan berdasrkan kekeluargaan menghendaki

bahwa upaya-upaya penyelesaian masalah yang berkaitan dengan

masyarakat sedapat mungkin ditangani oleh pihak-pihak yang

bersengketa. Perlindungan hukum bagi rakyat merupakan konsep

universal, dalam arti dianut dan diterapkan oleh setiap negara yang

105 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta,

1991, hlm. 38. 106

Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum..., op.cit., hlm. 84.

Page 78: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

67

mengedepankan diri sebagai negara hukum. Namun sepeti disebutkan

Paulus E. Lotulung, masing-masing negara mempunyai cara dan

mekanismenya sendiri tentang bagaimana mewujudkan perlindungan

hukum tersebut, dan juga sampai seberapa jauh perlindungan hukum itu

diberikan.107

Berkaitan dengan perlindungan hukum di bidang Hukum

Administrasi Negara akan dijabarkan mengenai macam-macam perbuatan

pemerintah yang memungkinkan lahirnya kerugian bagi masyarakat

dan/atau bagi seseorang atau badan hukum perdata. Secara umum ada tiga

macam perbuatan pemerintahan yaitu perbuatan pemerintahan dalam

bidang pembuatan peraturan perundang-undangan (regeling), perbuatan

pemerintah dalam penerbitan keputusan (beschikking) dan perbuatan

pemerintah dalam bidang keperdataan (materiele daad). Dua bidang

pertama terjadi dalam bidang publik, dan karena itu tunduk dan diatur

berdasarkan hukum publik, dan yang terakhir khusus dalam bidang

perdata, dan karenanya tunduk dan diatur berdasarkan hukum perdata.108

2. Perlindungan Hukum dalam Bidang Perdata

Kedudukan pemerintah yang serba khusus terutama karena sifat-

sifat istimewa yang melekat padanya, yang tidak dimiliki oleh manusia

biasa, telah menyebabkan perbedaan-pendapat yang berkepanjangan

dalam sejarah pemikiran hukum, yaitu berkenaan dengan apakah negara

dapat digugat atau tidak di depan hakim. Pemerintah dalam melaksanakan

107 Paulus E. Lotulung, Beberapa Sistem tentang Kontrol Segi Hukum terhadap

Pemerintah, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hlm. 123. 108

Ridwan HR, op.cit., hlm. 268.

Page 79: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

68

tugasnya memerlukan kebebasan bertindak dan mempunyai kedudukan

istimewa dibandingkan dengan rakyat biasa.109

Berkenaan dengan kedudukan pemerintah sebagai wakil dari badan

hukum publik yang dapat melakukan tindakan-tindakan hukum dalam

bidang keperdataan seperti jual beli, sewa menyewa, membuat perjanjian,

dan sebagainya, maka dimungkinkan muncul tindakan pemerintah yang

bertentangan dengan hukum (onrechtmatige overheidsdaad).

Berkenaan dengan perbuatan pemerintah yang bertentangan dengan

hukum ini disebutkan bahwa; “De burgerlijke rechter is-op het gebied

van de onrechtmatige overheidsdaad-bevoedg de overheid te veoordelen

tot betaling van schadevergoeding. Daarnaast kan hij in veel gevallen de

overheid verbienden of gebeiden bepaalde gedragingen te verrichten”.110

(Hakim perdata-berkenaan dengan Perbuatan Melawan Hukum oleh

Pemerintah- berwenang menghukum pemerintah untuk membayar ganti

kerugian. Di samping itu, hakim perdata dalam berbagai hal dapat

mengeluarkan larangan atau perintah terhadap pemerintah untuk

melakukan tindakan tertentu).

Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pemerintah

tersebut merujuk pada pasal yang berlaku terhadap perseorangan, yakni

Pasal 1365 KUH Perdata, yang berbunyi; “Tiap perbuatan melanggar

hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang

yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian

109

Ibid., hlm. 269-270. 110

J. Spier, Onrechmatige Overheidsdaad, W.E.J. Tjeenk Willink, Zwolle, 1987, hlm. 30.

Page 80: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

69

tersebut”. Ketentuan Pasal 1365 ini telah mengalami pergeseran

penafsiran, sebagaimana tampak dari beberapa yurisprudensi. Secara garis

besar munculnya pergeseran penafsiran ini terbagi dalam dua periode,

yaitu periode sebelum 1919 dan sesudah 1919.

Pada periode sebelum 1919 ketentuan Pasal 1365 ditafsirkan secara

sempit, dengan unsur-unsur: pertama, perbuatan melawan hukum; kedua,

timbulnya kerugian; ketiga, hubungan kausal antara perbuatan melawan

hukum dengan kerugian; keempat, kesalahan para pelaku.111

Berdasarkan

penafsiran demikian, tampak bahwa perbuatan melawan hukum berarti

sama dengan perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang

(onrechtmatigedaad onwetmatigedaad).

Interpretasi perbuatan melawan hukum sama artinya dengan

perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang tersebut disebabkan

oleh aliran legisme, yang dominan pada saat itu. Aliran ini menganggap

bahwa hukum hanyalah apa yang tercantum dalam undang-undang, di

luar undang-undang tidak terdapat hukum. penafsiran yang sempit

terhadap unsur-unsur perbuatan melawan hukum ini berakibat pada

sempitnya perlindungan hukum yang diberikan kepada warga negara.

Setelah tahun 1919 kriteria perbuatan melawan hukum adalah

sebagai berikut: pertama, mengganggu hak orang lain; kedua,

bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku; ketiga, bertentangan

dengan kesusilaan; keempat, bertentangan dengan kepatutan, ketelitian

111

N.E. Algra/H.C.J.G. Janssen, Rechtsingan een Orientatie in het Recht, H.D. Tjeenk

Willinkn bv, Groningen, 1974, hlm. 85.

Page 81: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

70

dan sikap hati-hati yang seharusnya dimiliki seseorang dalam pergaulan

dengan sesama warga masyarakat atau terhadap benda orang lain.112

Dengan adanya perluasan penafsiran ini, maka perlindungan hukum yang

dapat diberikan kepada warga negara juga semakin luas. Adanya

perluasan penafsiran ini dalam praktik peradilan mengalami kesulitan.

Menurut Indroharto, kesulitan ini muncul karena cara pemerintah ikut

dalam pergaulan masyarakat itu dilakukan menurut cara-cara yang serba

khusus, sedangkan ukuran kepatutan yang ingin diterapkan tersebut

sebenarnya hanya bisa 100% berlaku bagi pergaulan antarwarga

masyarakat saja dan sulit dikatakan bahwa telah tumbuh dan berkembang

norma-norma kelakuan dalam pergaulan antarwarga masyarakat dengan

pemerintah.113

Di Indonesia ada dua yurisprudensi Mahkamah Agung yang

menunjukkan pergeseran kriteria perbuatan melawan hukum oleh

penguasa; pertama, putusan MA dalam perkara Kasum (putusan No.

66K/Sip/1952), yang dalam kasus ini MA berpendirian bahwa perbuatan

melawan hukum terjadi apabila ada perbuatan sewenang-wenang dari

pemerintah atau merupakan tindakan yang tiada cukup anasir kepentingan

umum; kedua, putusan MA dalam perkara Josopandojo (putusan No.

838K/Sip/1970), yang dalam kasus ini MA berpendirian bahwa kriteria

onrechmatige overheidsdaad adalah undang-undang dan peraturan formal

yang berlaku, kepatutan dalam masyarakat yang harus dipatuhi oleh

112 P.J.P. Tak, Rechtsvorming in Nedeland, Samsom H.D. Tjeek Willink, Open

Universiteit, 1991, hlm. 349. 113

Indroharto, op.cit., hlm. 248.

Page 82: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

71

penguasa, dan perbuatan kebijakan dari pemerintah tidak termasuk

kompetensi pengadilan.114

Bahwa putusan MA ini jelas menunjukkan bahwa kriteria

perbuatan melawan hukum oleh pemerintah adalah : a) perbuatan

penguasa itu melanggar undang-undang dan peraturan formal yang

berlaku; b) perbuatan penguasa melanggar kepentingan dalam masyarakat

yang seharusnya dipatuhinya.115

Perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan hukum

pemerintah, dalam kapasitasnya sebagai wakil dari badan hukum publik,

dilakukan melalui peradilan umum. Kedudukan pemerintah atau

administrasi negara dalam hal ini tidak berbeda dengan seseorang atau

badan hukum perdata, yaitu sejajar. Sehingga pemerintah dapat menjadi

tergugat maupun penggugat. Dalam konteks inilah prinsip kedudukan

yang sama di deopan hukum terimplementasi. Dengan kata lain, hukum

perdata memberikan perlindungan yang sama baik kepada pemerintah

maupun seseorang atau badan hukum perdata.116

3. Perlindungan Hukum dalam Bidang Publik

Tindakan hukum pemerintah adalah tindakan-tindakan yang

berdasarkan sifatnya menimbulkan akibat hukum. Karakteristik paling

penting dari tindakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah adalah

keputusan-keputusan pemerintah yang bersifat sepihak. Dikatakan bersifat

sepihak karena dilakukan tidaknya suatu tindakan hukum pemerintahan

114 Philipus M. Hadjon, op.cit., hlm. 118-119. 115

Muchsan, Ibid., hlm. 28. 116

Ridwan HR, op.cit., hlm. 274.

Page 83: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

72

itu tergantung pada kehendak pihak lain dan tidak diharuskan ada

persesuaian kehendak (wilsovereenstemming) dengan pihak lain.

Mengapa warga negara harus mendapat perlindungan hukum dari

tindakan pemerintah ? Ada beberapa alasan, yaitu pertama, karena dalam

berbagai hal warga negara dan badan hukum perdata tergantung pada

keputusan-keputusan pemerintah, seperti kebutuhan terhadap izin yang

diperlukan untuk usaha perdagangan, perusahaan, atau pertambangan.

Karena itu warga negara dan badan hukum perdata perlu mendapat

perlindungan hukum, terutama untuk memperoleh kepastian hukum dan

jaminan keamanan, yang merupakan faktor penentu bagi kehidupan dunia

usaha; kedua, hubungan antara pemerintah dengan warga negara tidak

berjalan dalam posisi sejajar, warga negara sebagai pihak yang lebih

lemah dibandingkan dengan pemerintah; ketiga, berbagai perselisihan

warga negara dengan pemerintah itu berkenaan dengan keputusan,

sebagai instrumen pemerintah yang bersifat sepihak dalam melakukan

intervensi terhadap kehidupan warga negara. Perbuatan keputusan yang

didasarkan pada kewenangan bebas (vrije bevoegdheid), akan membuka

peluang terjadinya pelanggaran hak-hak warga negara.117

Ada dua macam perlindungan hukum bagi rakyat, yaitu

perlindungan hukum preventif dan represif. Pada perlindungan hukum

preventif, kepada rakyat diberikan kesempatan untuk mengajukan

keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum suatu keputusan

117

Van Wijk, H.D., en Willem Konjinenbelt, op cit, hlm. 533-535.

Page 84: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

73

pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Artinya perlindungan hukum

yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, sedangkan

sebaliknya perlindungan yang represif bertujuan untuk menyelesaikan

sengketa. Perlindungan hukum yang preventif sangat besar artinya bagi

tindak pemerintahan yang didasarkan kepada kebebasan bertindak karena

dengan adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong

untuk bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan

pada diskresi.118

Di Indonesia perlindungan hukum bagi rakyat akibat tindakan

hukum pemerintah ada beberapa kemungkinan, tergantung dari instrumen

hukum yang digunakan pemerintah ketika melakukan tindakan hukum.

Telah disebutkan bahwa instrumen hukum yang lazim digunakan adalah

peraturan perundang-undangan dan keputusan. Perlindungan hukum

akibat dikeluarkannya peraturan perundang-undangan ditempuh melalui

Mahkamah Agung, dengan cara hak uji materiil, sesuai dengan Pasal 5

ayat (2) TAP MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata

Urutan Peraturan Perundang-undangan, yang menegaskan bahwa

“Mahkamah Agung berwenang menguji peraturan perundang-undanagn

di bawah undang-undang”. Ketentuan bahwa Mahkamah Agung

berwenang menguji secara materiil peraturan perundang-undangan di

bawah undang-undang terdapat pula dalam Pasal 20 ayat 2 huruf b UU

No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwa

118

Philipus M. Hadjon, op.cit., hlm. 2.

Page 85: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

74

Mahkamah Agung berwenang menguji peraturan perundang-undangan di

bawah undang-undang terhadap undang-undang.

Dalam rangka perlindungan hukum, sebagaimana tampak di atas,

terdapat tolok ukur untuk menguji secara materiil suatu peraturan

perundang-undangan yaitu bertentangan atau tidak dengan peraturan yang

lebih tinggi dan bertentangan atau tidak dengan kepentingan umum,

“Vernietiging kan plaatsvinden wegens; a) strijd met de het recht, zelfs de

wet in formele zin; b) strijd met het algemeen belang”.119

Khusus

mengenai peraturan perundang-undangan tingkat daerah, pembatalan

sering diterapkan dalam arti pembatalan spontan, yakni pembatalan atas

dasar inisiatif sendiri dari organ yang berwenang menyatakan pembatalan,

tanpa melalui proses peradilan,120

dan tujuan utama dari pembatalan ini

adalah untuk pengawasan jalannya pemerintahan tingkat daerah dan untuk

perlindungan hukum (rechtsbescherming).121

Perlindungan hukum akibat dikeluarkannya keputusan

(beschikking) ditempuh melalui dua kemungkinan, yaitu upaya

administratif (administratief beroep) dan peradilan administrasi

(administatieve rechtspraak). Hal tersebut juga diatur di Indonesia

berdasarkan UU No. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,

di mana perlindungan hukum akibat dikeluarkannya keputusan dapat

ditempuh melalui dua jalur, yaitu melalui upaya administartif dan melalui

119 C.J.N. Versteden, op.cit., hlm. 232. 120

Ibid, hlm. 231. 121

Algemene Bepalingen van Administratief Recht, op.cit., hlm. 281.

Page 86: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

75

PTUN. Ketentuan mengenai upaya administratif ini terdapat dalam Pasal

48 UU No. 5 Tahun 1986 yang berbunyi sebagai berikut:

1) Dalam hal suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara diberi

wewenang oleh atau berdasarkan peraturan perundang-undangan

untuk menyelesaikan secara administratif sengketa tata usaha negara

tertentu, maka sengketa tata usaha negara tersebut harus diselesaikan

melalui upaya administratif yang tersedia;

2) Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan

sengketa tata usaha negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) jika

seluruh upaya administratif yang bersangkutan telah digunakan.

Upaya administratif ini ada dua macam, yaitu banding administratif

dan prosedur keberatan. Banding administratif, yaitu penyelesaian

sengketa tata usaha negara dilakukan oleh instansi atasan atau instansi lain

dari yang mengeluarkan keputusan yang disengketakan, sedangkan

prosedur keberatan adalah penyelesaian sengketa tata usaha negara

dilakukan oleh instansi yang mengeluarkan keputusan yang bersangkutan.

Ketentuan mengenai penyelesaian sengketa tata usaha negara

melalui peradilan tata usaha negara terdapat dalam Pasal 53 ayat (1) UU

No. 9 Tahun 2004 yang berbunyi; ”Seseorang atau badan hukum perdata

yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu keputusan tata usaha

negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang

berwenang yang berisi tuntutan agar keputusan tata usaha negara yang

disengketakan itu dinyatakan batal atu tidak sah, dengan atau tanpa disertai

tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi”.

Berdasarkan UU No. 9 Tahun 2004 tentang Perubahan UU No. 5

Tahun 1986 tentang PTUN alasan mengajukan gugatan, yang terdapat

pada Pasal 53 ayat (2) ini ada perubahan, yaitu menjadi sebagai berikut.

Page 87: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

76

Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan

asas-asas umum pemerintahan yang baik.

Dalam penjelasan huruf b disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

“Asas-asas umum pemerintahan yang baik” adalah meliputi asas :

a. Kepastian hukum;

b. Tertib penyelenggaraan negara;

c. Kepentingan umum;

d. Keterbukaan;

e. Proporsionalitas;

f. Profesionalitas;

g. Akuntabilitas.

G. Tinjauan Terhadap Kewenangan Pengadilan

Di Indonesia, pengaturan tentang Kekuasaan Kehakiman telah

dirumuskan dalam amandemen Pasal 24 UUD 1945 yang menyatakan : (1)

Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan; (2)

Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan

badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan Peradilan

Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer,

lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah

Konstitusi.

Page 88: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

77

Juga di dalam Pasal 18 UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman menyebutkan “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah

Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam

lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan

Peradilan Militer, lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan oleh

sebuah Mahkamah Konstitusi”. Dari Pasal 24 UUD 1945 dan Pasal 18 UU

No. 48 Tahun 2009 tersebut antara lain dapat diketauhi bahwa di Indonesia

terdapat 4 (empat) lingkungan peradilan, yaitu Lingkungan Peradilan

Umum, Lingkungan Peradilan Agama, Lingkungan Peradilan Militer,

Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara. Mengenai relevansi terhadap

pembahasan yang akan dibahas lebih lanjut adalah Peradilan Umum dan

Peradilan Tata Usaha Negara.

1. Lingkungan Peradilan Umum

Di dalam ketentuan UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman Pasal 25 ayat (2) menyebutkan bahwa “Peradilan umum

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang memeriksa, mengadili,

dan memutus perkara pidana dan perdata sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan” serta dalam Pasal 50 UU No 2 Tahun

1986 yang menentukan :

“Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang memeriksa, memutus,

dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat

pertama.”

Sekarang di Indonesia pengaturan tentang Peradilan Umum diatur

dengan UU No. 2 Tahun 1986, kemudian diperbarui dengan UU No. 8

Page 89: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

78

Tahun 2004 dan diperbarui kembali dengan UU No. 49 Tahun 2009

tentang Peradilan Umum. Peradilan umum meliputi:

1. Pengadilan Negeri, berkedudukan di ibukota kabupaten/kota,

dengan daerah hukum meliputi wilayah kabupaten/kota;

2. Pengadilan Tinggi, berkedudukan di ibukota provinsi, dengan

daerah hukum meliputi wilayah provinsi;

3. Pengadilan Khusus diatur berasarkan Pasal 8 ayat (1) UU No. 49

Tahun 2009, “Di lingkungan Peradilan Umum dapat dibentuk

pengadilan khusus yang diatur dengan undang-undang. Pengadilan

tersebut terdiri dari :

a. Pengadilan Anak;

b. Pengadilan Niaga;

c. Pengadilan Hak Asasi Manusia;

d. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, berkedudukan di ibukota

provinsi, dengan daerah hukum meliputi wilayah provinsi;

e. Pengadilan Hubungan Industrial;

f. Pengadilan Perikanan.

2. Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara

Di dalam ketentuan UU No 48. Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman Pasal 25 ayat (5) menyebutkan bahwa “Peradilan tata

usaha negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang

memeriksa, mengadili, memutus, dan menyelesaikan sengketa tata

usaha negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

Page 90: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

79

undangan.” Saat ini undang-undang tentang Peradilan Tata Usaha

Negara adalah UU No. 5 Tahun 1986 lalu diperbarui dengan UU No.

9 Tahun 2004, dan diperbarui kembali dengan UU No. 51 Tahun 2009

tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Berkaitan dengan wewenang Peradilan Tata Usaha Negara

terdapat di dalam Pasal 47 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara yang menyebutkan bahwa : “Pengadilan

bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan

sengketa tata usaha negara”.

Pengertian sengketa Tata Usaha Negara terdapat dalam Pasal 1

angka 10 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 yang menyebutkan :

“Sengketa TUN adalah sengketa dalam bidang TUN antara orang atau

badan hukum perdata dengan badan atau pejabat TUN, sebagai

akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara”.

Berdasarkan pengertian sengketa Tata Usaha Negara tersebut

berarti terjadinya sengketa Tata Usaha Negara disebabkan oleh karena

keluarnya Keputusan Tata Usaha Negara. Adapun pengertian

Keputusan Tata Usaha Negara ditentukan dalam Pasal 1 angka 9 UU

No. 51 Tahun 2009 yang menentukan bahwa : “KTUN adalah

penetapan tertulis yang dikeluarkan badan atau pejabat TUN,

yang berisi tindakan hukum TUN berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku yang bersifat konkret, individual, final dan

menimbulkan akibat hukum bagi orang atau badan hukum perdata”.

Page 91: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

80

Keputusan Tata Usaha Negara sebagai suatu tindakan

pemerintah tentunya dapat menimbulkan kerugian bagi kepentingan

orang atau badan hukum perdata, apabila Keputusan Tata Usaha

Negara merugikan kepentingan orang atau badan hukum perdata maka

pihak yang dirugikan mempunyai hak gugat sebagaimana diatur dalam

Pasal 53 ayat (1) UU No. 9 Tahun 2004 menyebutkan bahwa :

“Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya

dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat

mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang

berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang

disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau

tanpa disertai tuntutan gati rugi dan/atau rehabilitasi. “

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas, maka

berkaitan dengan kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara dapat

dideskripsikan sebagai berikut :

1) Wewenang Peradilan Tata Usaha Negara yaitu mengadili

sengketa Tata Usaha Negara;

2) Sengketa Tata Usaha Negara hanya dapat terjadi sebagai akibat

keluarnya Keputusan Tata Usaha Negara;

3) Subjek hukum Penggugat yakni orang atau badan hukum

perdata;

4) Subjek hukum Tergugat yakni badan atau pejabat Tata Usaha

Negara;

5) Tuntutan pokoknya yakni agar Keputusan Tata Usaha Negara

yang digugat dinyatakan batal atau tidak sah.

Page 92: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

81

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah

penelitian Yuridis Normatif. Menurut Jhony Ibrahim, metode pendekatan

yuridis normatif adalah suatu prosedur ilmiah untuk menemukan kebenaran

berdasarkan logika keilmuan hukum dan sisi normatifnya. Logika keilmuan

yang ajeg dalam penelitian hukum normatif dibangun berdasarkan disiplin

ilmiah dan cara-cara kerja ilmu normatif, yaitu ilmu hukum yang obyeknya

hukum itu sendiri.122

1. Pendekatan Perundang-Undangan (Statute Approach)

Suatu penelitian normatif tentu harus menggunakan pendekatan

perundang-undangan, karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan

hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral suatu penelitian.

Untuk itu peneliti harus melihat hukum sebagai sistem tertutup yang

mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

a. Comprehensive artinya norma-norma hukum yang ada di dalamnya

terkait antara satu dengan lain secara logis.

b. All-inclusive bahwa kumpulan norma hukum tersebut cukup mampu

menampung permasalahan hukum yang ada, sehingga tidak akan ada

kekurangan hukum.

c. Systematic bahwa di samping bertautan antara satu dengan yang lain,

norma-norma hukum tersebut juga tersusun secara hierarkis.

122

Jhony Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Banyumedia

Publishing, Malang, 2006, hlm. 57.

Page 93: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

82

2. Pendekatan Konsep (Conceptual Approach)

Konsep memiliki banyak pengertian yang diantaranya adalah

unsure-unsur abstrak yang mewakili kelas-kelas fenomena dalam suatu

bidang studi yang kadangkala merujuk pada hal-hal yang universal yang

diabstraksikan dari hal-hal yang partikular.123

Pendekatan ini berfungsi

untuk memunculkan suatu objek yang menarik perhatian dari sudut

pandang praktis dan sudut pengetahuan dalam pikiran dan atribut-atribut

tertentu. Dalam menggunakan pendekatan ini, peneliti perlu merujuk

pada prinsip-prinsip hukum. Prinsip ini dapat diketemukan dalam

undang-undang maupun padangangan (doktrin) para sarjana.124

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian inventarisasi peraturan perundang-undangan dan penelitian

terhadap taraf sinkronisasi

C. Lokasi Penelitian

Pencarian bahan hukum akan dilakukan di Pusat Informasi Ilmiah (PII)

Fakultas Hukum Unsoed serta Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan

Universitas Jenderal Soedirman dan Pengadilan Negeri Purwokerto.

D. Sumber Bahan Hukum

Pada penelitian normatif, data sekunder merupakan data pokok atau

utama yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku-buku

literatur maupun surat-surat resmi yang ada hubungannya dengan objek

123

Ibid., hlm. 306.

124

Ibid., hlm. 318.

Page 94: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

83

penelitian. Menurut Soerjono dan Sri Mamudji, data sekunder (bahan-

bahan pustaka) terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan

bahan hukum tersier.125

Diantaranya dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Bahan Hukum Primer, yakni bahan hukum yang terdiri atas peraturan

perundang-undangan yang diurutkan berdasarkan hierarki Undang-

Undang Dasar 1945, Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP),

Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan Daerah(Perda), dan Peraturan

Bupati (Perbup). Peraturan perundang-undangan yang digunakan penulis

sebagai bahan hukum primer yaitu :

a. Undang-Undang Dasar 1945;

b. UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria;

c. UU No. 5 Tahun 1986 diperbarui dengan UU No. 9 Tahun 2004

tentang Peradilan Tata Usaha Negara;

d. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

e. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

f. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

g. UU No. 2 Tahun 1986 diperbarui dengan UU No. 48 Tahun 2009

tentang Kekuasaan Kehakiman;

h. UU No. 2 Tahun 1986 diperbarui dengan UU No. 8 Tahun 2004 dan

diperbarui kembali dengan UU No. 49 Tahun 2009 tentang Peradilan

Umum;

i. UU No. 5 Tahun 1986 diperbarui dengan UU No. 9 Tahun 2004 dan

diperbarui kembali dengan UU No. 51 Tahun 2009 tentang Peradilan

Tata Usaha Negara;

j. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

2. Bahan Hukum Sekunder, yakni bahan hukum yang terdiri atas buku-buku

teks (textbook) yang ditulis para ahli hukum yang berpengaruh, jurnal-

jurnal hukum, kasus-kasus hukum, dan yurisprudensi. Dalam penulisan

ini, bahan hukum sekunder yang digunakan berupa buku-buku teks yang

125

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 14

Page 95: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

84

berkaitan dengan Hukum Administrasi Negara dari berbagai para ahli

Hukum Administrasi Negara serta Putusan perkara No.

73/Pdt.G/2013/PN.Pwt. .

3. Bahan Hukum Tersier, adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk

atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain.126

Dalam

penelitian ini, bahan hukum tersier yang digunakan adalah kamus umum

bahasa Indonesia.

E. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Data Sekunder yang berupa bahan hukum primer (Peraturan Perundang-

undangan, bahan hukum yang dikodifikasikan, yurisprudensi, traktat dan

bahan hukum lainnya), bahan hukum sekunder (hasil penelitian, buku-buku

hukum, dan hasil karya ilmiah di bidang hukum) dan bahan hukum tersier

(KBBI, kamus hukum, ensiklopedia) dipelajari guna mendapatkan landasan

teori berupa pendapat atau tulisan-tulisan para ahli dan juga untuk

memperoleh informasi yang ada relevansinya dengan penulis dengan cara

mengutip baik itu mengutip peraturan perundang-undangan, buku, doktrin

para ahli, serta dari sumber bahan hukum lainnya.

F. Metode Penyajian Bahan Hukum

Bahan hukum berupa Data Sekunder (primer, sekunder, dan tersier)

yang didapat oleh penulis kemudian dilakukan klasifikasi dan inventarisasi

terhadap bahan hukum tersebut. Data yang diperoleh akan disusun secara

126

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1981, hlm. 296.

Page 96: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

85

sistematis dan logis. Sehingga antara bahan hukum yang satu dengan yang

lain memiliki hubungan yang dapat menjawab permasalahan hukum yang ada

pada penelitian ini. Peneliti akan menggunakan sistem kartu, dimana bahan

hukum yang berhubungan dengan masalah yang dipaparkan, disistematisasi,

kemudian dilakukan analisis untuk menemukan jawaban permasalahan yang

ada dan penelitian ini dapat menjawab dan mengungkap kebenaran yang

ada.127

G. Metode Analisis Bahan Hukum

Analisis terhadap bahan hukum dalam penelitian ini logika deduktif

dengan menggunakan silogisme untuk membangun preskripsi kebenaran

hukum. Menempatkan peraturan perundang-undangan, asas-asas, serta

doktrin menjadi premis mayor. Sedangkan premis minor menggunakan

peristiwa atau fakta hukum yang ada. Analisis tehadap bahan hukum

dilakukan secara deduktif yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan

yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi.128

127

Jhony Ibrahim, op cit., hlm. 296. 128

Ibid, hlm. 393.

Page 97: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

86

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Hasil Penelitian yang berupa Putusan Majelis Hakim Pengadilan

Neageri Purwokerto No.: 73/Pdt.G/2013/PN.Pwt diuraikan secara sistematis

sebagai berikut :

1. Para Pihak yang Berperkara

1.1. Penggugat

a. Fransiscus Xaverius Untung Gunawan, Laki-laki, lahir di

Banjarnegara, 05 Desember 1944 (± 65 tahun) beragama

Katholik, pekerjaan wiraswasta, beralamat di Jln. RA.

Wiryaatmaja No. 25 RT. 001/RW. 004 Desa Kedungwuluh,

Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas, Provinsi

Jawa Tengah, sekarang beralamat di Perum Limnas Agung P-5

No. 11 RT. 003 RW. 012 Kelurahan Bancarkembar, Kecamatan

Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah

untuk selanjutnya disebut sebagai Penggugat I;

b. Fransisca Lana Riani, Perempuan, lahir di Purwokerto 28

Oktober 1946 (± 63 tahun) beragama Katholik, pekerjaan

wiraswasta, beralamat di Jln. RA. Wiryaatmaja No. 25 RT.

001/RW. 004 Desa Kedungwuluh, Kecamatan Purwokerto

Barat, Kabupaten Basnyumas, Provinsi Jawa Tengah, sekarang

beralamat di Perum Limnas Agung P-5 No. 11 RT. 003 RW.

Page 98: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

87

012 Kelurahan Bancarkembar, Kecamatan Purwokerto Utara,

Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah untuk selanjutnya

disebut sebagai Penggugat II;

1.2. Tergugat

a. Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purowkerto,

Jln. Prof. Dr. H. Bunyamin No. 708 Kotak Pos 115 Purwokerto

Kabupaten Banyumas 5312, selanjutnya disebut sebagai

Tergugat I;

b. Pemerintah Republik Indonesia C/q Menteri Pendidikan

Dan Kebudayaan Republik Indonesia , C/q Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi (DITJEN DIKTI), berkedudukan

di Jakarta, beralamat di Jln. Jenderal Sudirman Pintu I Senayan

Jakarta Pusat, selanjutnya disebut sebagai Turut Tergugat I;

c. Kantor Pertanahan Kebupaten Banyumas Pada Badan

Pertanahan Nasional (BPN) Dati II Kabupaten Banyumas;

berkedudukan di Purwokerto, beralamat di Jln. Jenderal

Sudirman No. 35-358 Purwokerto Kabupaten Banyumas,

selanjutnya disebut sebagai Turut Tergugat II;

d. Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas, berkedudukan di

Purwokerto, beralamat di Jln. Alun-alun No. 1 Purwokerto

Kabupaten Banyumas selanjutnya disebut sebagai Turut

Tergugat III;

Page 99: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

88

e. Pemerintah Republik Indonesia C/q. Menteri Keuangan

Republik Indonesia; Pada Kementerian Keuangan Republik

Indonesia Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN),

Kantor Wilayah Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta, Kantor

Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKLN)

Purwokerto, beralamat di Jln. Pahlawan No. 876 Purwokerto

53143, selanjutnya disebut sebagai Turut Tergugat IV.

2. Objek Gugatan

Berdasarkan dalil Penggugat, yang menjadi objek gugatannya

yaitu: Tanah seluas ± 122,5 m2 (Kuang lebih Seratus dua puluh dua

setengah meter persegi) tersebut masuk dan tertulis dalam Sertifikat

Hak Pakai No. 0001/Kel. Pabuaran Surat Ukur tanggal 09/10/2008 No.

00031/Pabuaran /2008 NIB : 11.27.74.05.01645 seluas 1.919 m2 tertulis

atas nama Departemen Pendidikan Nasional berkedudukan di Jakarta.

Dalam gugatan perdata Perbuatan Melawan Hukum (PMH),

seharusnya yang dijadikan objek gugatan adalah suatu perbuatan, bukan

suatu benda (benda tersebut umpamanya berupa sebidang tanah). Dalam

perkara aquo, seharusnya yang dijadikan objek gugatan adalah berupa

“perbuatan/tindakan Tergugat (UNSOED) mendirikan bangunan” yang

menurut dalil Penggugat tindakan berupa mendirikan bangunan tersebut

termasuk dalam PMH yang merugikan Penggugat.

3. Kasus Posisi menurut Pihak Penggugat

Kasus posisi menurut Penggugat dapat dijabarkan sebagai berikut :

Page 100: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

89

3.1. Bahwa Para Penggugat adalah pasangan Suami Istri dan pemilik

yang sah terhadap tanah pekarangan sebagaimana tersebut dalam :

a. Sertifikat Hak Milik No. 02158/Kel. Bancarkembar Surat Ukur

tanggal 20-03-1999 No. 1011/BANCARKEMBAR/1999 luas

760 m2 tertulis atas nama Franciscus Xaverius UNTUNG

GUNAWAN dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Tanah Pekrangan Ny. Lana Riani

- Sebelah Timur : Saluran Irigasi dan Objek sengketa /

UPT Percetakan dan Penerbitan UNSOED / Toko Borneo;

- Sebelah Selatan : Tanah Negara dalam pengelolaan

UNSOED;

- Sebelah Barat : Sungai Caban;

b. Serifikat Hak Milik No. 02718/Kel. Bancarkembar Suart Ukur

tanggal 12-08-2003 No. 00047/2003 luas 2.512 m2 tertulis atas

nama FRANSISCA LANA RIANI dengan batas-batas sebagai

berikut :

- Sebelah Utara : Tanah Pekarangan Ariston;

- Sebelah Timur : Saluran Irigasi dan Objek sengketa

- Sebelah Selatan : tanah pekarangan FX. Untung

Gunawan;

- Sebelah Barat : Sungai Caban;

3.2. Bahwa disebelah depan atau Timur dari Tanah-tanah Pekarangan

Milik Para Penggugat tersebut terdapat Tanah Sepanjang 24,5 m2

Page 101: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

90

(Dua Puluh Empat Setengah Meter) dan lebar 5 m (Lima Meter)

yang oleh karenanya Seluas ± 122.5 m2 (Kurang Lebih Seratus Dua

Puluh Dua setengah meter pesegi) tertulis atas nama Tergugat I

(Kesatu) yang dalam pengelolaan Tergugat dan tanpa ijin

pemanfaatan dari Turut Tergugat IV (Keempat) yang batas-batasnya

adalah :

- Utara : Awalnya adalah jalur hijau sekarang masuk dalam

Sertifikat Hak Pakai No. 00016/Kel. Pabuaran Suart Ukur

tanggal 09/10/2008 No. : 00031/Pabuaran/2008 seluas 1.919 m2

tertulis atas nama : Departemen Pendidikan Nasional

berkedudukan di Jakarta;

- Timur : Jalan Prof. Dr. Boenyamin;

- Sealatan : Gedung UPT Percetakan dan Penerbitan

UNSOED;

- Barat : Saluran Irigasi/Tanah Pekarangan Para Penggugat;

Bahwa tanah Seluas ± 122.5 m2 (Kurang Lebih Seratus Dua Puluh

Dua setengah meter pesegi) tersebut masuk dan tertulis dalam

Serifikat Hak Pakai No. 00016/Kel. Pabuaran Suart Ukur tanggal

09/10/2008 No. : 00031/Pabuaran/2008 NIB : 11.27.74.05.01645

seluas 1.919 m2 tertulis atas nama Departemen Pendidikan nasional

berkedudukan di Jakarta;

Selanjutnya mohon disebut dengan = Objek Sengketa;

Page 102: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

91

3.3. Bahwa pada waktu Para Penggugat membeli tanah-tanah miliknya

kira-kira pada tahun 1986-an Akses untuk masuk ke Tanah milik

Para Penggugat tersebut hanyalah Parit/Selokan Saluran Irigasi yang

membatasi bahu dan Sempadan Jalan Prof. Dr. Boenyamin dan pada

waktu itu hanya ada satu bangunan paling Selatan yakni : Gedung

yang awalnya digunakan untuk Radio Unsoed kemudian dipakai

Gedung Menwa dan Sekarang Gedung UPT Percetakan dan

Penerbitan UNSOED Purwokerto yang lama-kelamaan di sebelah

Utaranya yang merupakan Objek sengketa berdiri bangunan-

bangunan semi permanen yang dahulu digunakan untuk (dari

sebelah utara ke selatan) :

a. Gedung yang disewakan untuk sebagian Kopkun, sekarang

sudah tidak digunakan lagi;

b. Gedung yang disewakan untuk BNI 46 kemudian Warung Ayam

Goreng, Warung Kelapa Muda, Warung Pisang Coklat dan

sekarang sudah tidak digunakan lagi;

c. Gedung yang dahulu disewakan untuk Kantor Pos Wilayah

Purwokerto Utara sekarang sudah tidak digunakan lagi;

d. Gedung yang disewakan untuk Wartel sekaranag sudah tidak

digunakan lagi.

3.4. Bahwa ternyata bangunan-bangunan Semi permanen di atas Objek

sengketa tersebut di-daku Milik UNSOED/Tergugat dan

keberadaannya menutup akses Jalan ke tanah Pekarangan milik Para

Page 103: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

92

Penggugat sehingga sudah sejak tahun 2004 Para Penggugat

mempunyai permasalahan/sengketa dengan pihak Tergugat dan Para

Penggugat berusaha untuk menyelesaikan baik dengan Pihak

UNSOED (Tergugat) langsung maupun melalui Fasilitator dari Turut

Tergugat III (Ketiga) yang hingga Gugatan ini diajukan tidak pernah

ada titik temu penyelesaian;

3.5. Bahwa Para Penggugat Inpersona sejak tahun 2004 berusaha

mencari tahu dan mencari Solusi penyelesaian atas tanah-tanah

yang pada awalnya Para Penggugat Ketahui sebagai Jalur Hijau

atau Sempadan jalan dan berdasarkan Keterangan-keterangan

Kepala Dinas Cipta Karya pada tanggal 2 Desember 2004 yang

semuanya termuat dalam Notulen Resume Rapat di Aula Dinas Cipta

Karya memberikan keterangan sebagai berikut :

“Lokasi tersebut berdasarkan Perda No. 6 Tahun 2002 Tentang

Rencana Umum Tata Ruang Kota dengan rencana Kedalaman

rencana Detail Tata Ruang Kota Purwokerto Jo. Perda No. 6 Tahun

2002 bahwa sepanjang Jalan Prof. Bunyamin adalah jalan kolektor

Primer dengan rencana pemanfaatan ruang di kawasan tersebut

merupakan kawasan campuran”

3.6. Bahwa berdasarkan dari Informasi dan Keterangan dari berbagai

Instansi terkait yang ada pada Turut Tergugat III (Ketiga) jelas dapat

disimpulkan bahwa Pada awalnya kawasan yang merupakan Objek

Page 104: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

93

sengketa tersebut adalah Jalur Hijau atau Sempadan Jalan yang ada

pada jalan Prof. Dr. Boenyamin Purwokerto;

3.7. Bahwa karena sejak tahun 2004 tidak ada Solusi penyelesaian yang

berarti maka sejak 22 Maret 2010 para Penggugat melalui Kami

penasehat Hukumnya berusaha mencari tahu dan memohon

Konfirmasi atas Objek Sengketa baik mengenai Stastus-nya maupun

ijin-ijin yang menyertainya dan baru mendapatkan Konfirmasi dari

Kepala Badan Penanaman Modal dan pelayanan PerIjinan (BPMPP)

Kabupaten Banyumas melalui suratnya No. 503/999/2010 tertanggal

18 Mei 2010 menjawab dan memberi penegasan bahwa :

“Dengan ini kami beritahukan bahwa setelah diadakan penelitian

data administrasi dan hasil klarifikasi peninjauan di lokasi terhadap

bangunan-bangunan :

- Bangunan Gedung UPT Percetakan dan Penerbitan Universitas

Jenderal Soedirman;

- Bangunan Kantor Pos Purwokerto Utara;

- Bangunan Koperasi Mahasiswa;

- Bangunan Toko Serba Ada;

Terhadap bangunan-bangunan tersebut ternyata belum memiliki Ijin

Mendirikan Bangunan (IMB);

3.8. Bahwa terhadap Kejelasan dan Konfirmasi akan Status hak atas

Tanah dalam Objek Sengketa, Kantor Pertanahan Kabupaten

banyumas (Turut Tergugat II/KEDUA) tidak pernah menanggapi

Page 105: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

94

dan atau memberi Jawaban atas Konfirmasi Kami dan karena tidak

pernah mendapat Konfirmasi yang jelas dan tertulis akan Status

Tanah yang ada disebelah Timur Tanah Milik Para Penggugat

akhirnya Para Penggugat melaporkan dan meminta bantuan dari

Pihak Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Jawa Tengah dan

DIY dimana Turut Tergugat II (KEDUA) selaku Birokrasi dan

Administrasi Pemerintah yang Sah dan berwenang untuk itu tidak

memberikan Pelayanan publik secara baik dan benar serta

transparansi akan Status Hak Kepemilikan Tanah yang ada di

sebelah Timur milik PARA PENGGUGAT. Hasilnya Para

Penggugat sangat terkejut di mana di sebelah Timur/dekat

Tanah-tanah milik Para Penggugat yang diatasnya berdiri

bangunan Semi Permanen yang pada waktu itu di-daku milik

Tergugat dan tidak pernah mempunyai Ijin Mendirikan

Bangunan yang awalnya merupakan Jalur Hijau/Sepadan Jalan

dimana bangunan-bangunan tersebut melanggar Garis Sepadan

Bangunan (GSB) serta Garis Sepadan Sungai/Saluran Irigasi

(GSS) di belakangnya dan pada saat itu sudah tidak digunakan

lagi dan sudah sejak tahun 2004 timbul sengketa dan

permasalahan dengan Para Penggugat secara diam-diam telah

diajukan permohonan oleh Rektor UNSOED dan terbit Surat

Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Banyumas

tanggal 31/12/2008 No. : SK29/530.3/11.27/2008 yakni Pemberian

Page 106: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

95

Hak atas Tanah yang merupakan Jalur Hijau/Sepadan Jalan

dan telah terbit sebagaimana dalam : Sertifikat Hak Pakai No.

00016/Pabuaran Surat Ukur tanggal 09/10/2008 No. :

00031/Pabuaran/2008 NIB : 11.27.74.05.01645 seluas 1.919 m2

tertulis atas nama Departemen Pendidikan Nasional

berkedudukan di Jakarta diterbitkan tanggal 12-03-2009 ttd Ir.

YUSWANTO DWI KRISMASTONO NIP. 010164363 di mana

di kolom Petunjuk tertulis :

a. Pemberian hak atas Tanah Negara;

b. Penggunaannya untuk Kampus Universitas Jenderal

Soedirman Purwokerto.

3.9. Bahwa Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten

Banyumas tanggal 31-12-2008 No.: SK29/530.3/11.27/2008 yang

diputuskan berdasarkan Surat Permohonan Rektor Universitas

Jenderal Soedirman Purwokerto sepanjang menyangkut Objek

Sengketa adalah didasari Itikad Tidak Baik dan Tidak Sah

KARENA jelas bahwa Pemberian Hak tersebut adalah diatas

Jalur Hijau/Sepadan Jalan dan pada saat diberikan masih

terdapat sengketa dengan Para Penggugat, dimana kalau dilihat

dari kolom Petunjuk jelas Penggunaannya Tanah tersebut tidak

dapat dipergunakan yakni untuk Kampus Universitas Jenderal

Soedirman Purwokerto Karena Tidak mungkin terbit Ijin

Mendirikan Bangnan (IMB) Sehingga jelas bahwa terbitnya

Page 107: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

96

Sertifikat Hak Pakai No. 0001/Kel. Pabuaran/2008 NIB :

11.27.74.05.01645 seluas 1.919 m2 tertulis atas nama Departemen

Pendidikan Nasional berkedudukan di Jakarta yang di dalamnya

terdapat Objek Sengketa adalah didasari atas Perbuatan yang di

manipulasi untuk melegalkan Jalur Hijau/Sepadan Jalan sebagai

Tanah Negara yang dikelola oleh UNSOED Padahal secara

senyatanya hanya untuk menghalang-halangi masuk ke Tanah

Pekarangan milik Para Penggugat dan mengesampingkan

Fungsi Tanah sebagai Fungsi Sosial;

3.10. Bahwa telah ternyata Hasil pengelolaan atas Asset Negara tersebut

pada Objek Sengketa tersebut telah dilakukan oleh “Oknum-oknum”

tertentu yang mempunyai kepentingan pribadi karena nyata-nyata

pengelolaan Objek Sengketa telah beberapa kali disewakan kepada

pihak ketiga tanpa dapat dipertanggung-jawabkan secara jelas dan

transparan. Selain daripada itu Sertifikat Hak Pakai No.

00016/Kel.Pabuaran/2008 Surat Ukur tanggal 09/10/2008 No.

00031/Pabuaran/2008 NIB : 11.27.74.05.01645 seluas 1.919 m2

tertulis atas nama Departemen Pendidikan Nasional

berkedudukan di Jakarta yang di dalamnya terdapat Objek

Sengketa dan berdiri bangunan Semi permanen yang tidak

memiliki Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) tersebut tidak

dilaporkan dan atau dicatatkan dalam Daftar Inventaris Asset

Negara Secara Resmi dan Sah, Namun disamarkan dengan

Page 108: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

97

pelaporan atas Sertifikat Hak Pakai No. 00015/Pabuaran Surat

Ukur tanggal 09/10/2008 No. : 00030/Pabuaran/2008 seluas

11.965 m2 tertulis atas nama Departemen Pendidikan Nasional

berkedudukan di Jakarta, dimana kalau di lihat dari Gambarnya

adalah sama Namun memiliki No. Induk Bidang yang berlainan

yakni NIB : 11.27.74.05.01647;

3.11. Bahwa selain daripada itu Turut Tergugat II (KEDUA) dalam

memberikan Surat Keputusan yang menerbitkan akan Hak atas

Tanah tersebut tidak pernah meminta Keterangan-keterangan dan

atau mempertimbangkan keterangan terhadap :

a. Pemilik Tanah-tanah yang berbatasan dengan Objek yang akan

diberi Keputusan termasuk diantaranya adalah Para Penggugat;

b. Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas;

c. Badan Pemangku Jalan yang Berwenang baik dari Instansi Bina

Marga yanga ada pada Kementerian Pekerjaan Umum Republik

Indonesia.

Serta melihat Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan Pemerintah

lainnya baik tentang Jalan dan atau Peraturan-Peraturan yang

berhubungan dengan pemberian Hak tersebut;

3.12. Bahwa karenanya Surat Permohonan Tergugat yang melahirkan

Surat Keputusan Turut Tergugat II (KEDUA) Sepanjang

menyangkut Objek Sengketa adalah dilandasi itikad tidak baik

(Kwade Trouw), Cacat Yuridis dengan mengandung unsur

Page 109: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

98

kekhilafan (Dwaling), kecurangan (bedrog), tipu daya dan

merupakan Perbuatan Melawan Hukum serta sangat merugikan

Para Penggugat dalam Kedudukannya sebagai Pemilik Tanah yang

ada di belakangnya yang oleh karenanya harus dinyatakan Batal

demi hukum atau mohon dibatalkan dengan segala konsekuensinya;

3.13. Bahwa begitu juga dengan Terbitnya Sertifikat Hak Pakai No.

00016/Kel.Pabuaran/2008 Surat Ukur tanggal 09/10/2008 No. :

00031/Pabuaran/2008 Sepanjang menyangkut Objek Sengketa

haruslah dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum

mengikat berikut dengan segala konsekuensinya;

3.14. Bahwa Objek Sengketa haruslah dikembalikan Fungsinya sebagai

Jalur Hijau atau Sepadan Jalan yang mempunyai Fungsi Sosial oleh

Tergugat dengan dibantu oleh Para Turut Tergugat;

3.15. Bahwa terhadap Bangunan-bangunan yang berdiri di atas Objek

Sengketa karena telah beberapa kali Para Penggugat meminta Baik

kepada tergugat dan atau melalui Turut Tergugat III (Ketiga) untuk

memberikan Fasilitator untuk mencari Win-Win Solusi penyelesaian,

namun tidak didapatkan titik temu dimana Tergugat melalui

Wakilnya selalu “membuang” permasalahan tersebut pada

Kewenangan Pusat yakni Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia;

3.16. Bahwa Para Penggugat melalui Kami Kuasanya telah Melaporkan

dan Menulis Suart Kepada Menteri Pendidikan Nasional

Page 110: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

99

Sebagaimana Surat Kami No. 07/B&P/XII/2011 tanggal 10

Desember 2011 dan telah ternyata Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia C/q Dirjen Dikti Republik Indonesia telah

menunjuk Tim untuk melakukan Investigasi di Lapangan dan

menghasilkan rekomendasi Kepada Rektor UNSOED yang pada

pokoknya :

“.... Dengan ini Saya sarankan agar Saudara membongkar

bangunan gedung seluas 24,5 m X 5 m yang berlokasi di Jln. Prof.

Dr. H. Bunyamin sesuai prosedur penghapusan barang milik

Negara dan peraturan-perundang-undangan yang berlaku, karena

tidak memiliki bukti Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dan

melanggar Garis Sempadan Bangunan (GSB) serta Garis

Sempadan Sungai (GSS) Jika dibiarkan bangunan gedung

tersebut berpotensi menjadi temuan Tim Pemeriksa/Auditor yang

berwenang .....”

3.17. Bahwa namun demikian Pihak Tergugat tidak mau mengindahkan

Suart Rekomendasi tersebut dengan berbagai alasan-alasan yang

berbeli-belit yang dibuatnya sendiri untuk menyulitkan Para

Penggugat meskipun telah beberapa kali di berikan Somasi baik dari

Para Penggugat maupun pendekatan-pendekatan untuk mencari titik

temu baik dari pihak DPRD Kabupaten Banyumas, maupun Pihak

Turut Tergugat III (KETIGA) Sebagai Pihak pemegang Otoritas atas

tanah-tanah dalam Objek Sengketa, Sehingga tidak ada jalan lain

Page 111: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

100

bagi Para Penggugat untuk menempuh jalur hukum dengan Putusan

Pengadilan agar para Pihak tunduk atas Putusan ini;

3.18. Bahwa berdasarkan pada ketentuan yang ada pada :

1. Pasal 39 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 28

Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung yang berisi :

a. Bagunan Gedung dapat dibongkar apabila :

- Tidak Laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki;

- Dapat menimbulkan bahaya dalam pemanfaatan

lingkungannya;

- Tidak memiliki Ijin Mendirikan Bangunan;

2. Pasal 61 UU RI No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang yang

berisi :

Dalam pemanfaatan ruang setiap orang wajib :

a. Menaati rencana Tata ruang yang telah ditetapkan;

b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan Ijin pemanfaatan ruang

dari pejabat yang berwenang;

c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan Ijin

pemanfaatan ruang, dan;

d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan

perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum;

3. Pasal 6 Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1960

tentang Peraturan Pokok-Pokok Dasar Agraria : Semua hak atas

tanah mempunyai fungsi Sosial;

Page 112: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

101

3.19. Bahwa sampai dengan saat ini di atas Objek Sengketa masih berdiri

bangunan Semi permanen yang tidak mempunyai Ijin Mendirikan

Bangunan (IMB) dan melanggar GSB dan GSS serta tidak juga

mendapatkan ijin pemanfaatan atas Objek Sengketa dari Turut

Tergugat IV (KEEMPAT) yang oleh karenanya Mohon kepada yang

terhormat Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini untuk

menghukum Kepada Tergugat dengan dibantu oleh Para Tergugat

guna memulihkan dan mengembalikan Objek Sengketa pada

kedudukan semula dengan membongkar seluruh bangunan yang ada

di atasnya selambat-lambatnya 1 (satu) Minggu Setelah Putusan ini

dapat dijalankan menurut hukum yang berlaku dengan tanpa syarat

dan beban apapun juga dan bilamana perlu dengan bantuan Alat

Negara;

3.20. Bahwa selain daripada itu, Apabila Objek Sengketa telah digunakan

dan dipakai oleh Tergugat dan atau Orang-orang yang telah

mendapat ijin darinya dan atau Siapapun yang berada dan mengelola

Objek Sengketa maka Mohon kepada yang Terhormat Majelis

Hakim yang memeriksa perkara ini untuk berkenaan mengosongkan

Objek Sengketa dari penguasaan dan pengelolaan Tergugat dan atau

Siapapun yang telah mendapat ijin dari Tergugat dan atau Siapapun

yang berada dan menguasai serta mengelola Objek Sengketa untuk

dikembalikan menjadi Kawasan Jalur Hijau/Sepadan Jalan selambat-

lambatnya 1 (satu) minggu Setelah Putusan ini dapat dijalankan

Page 113: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

102

sebagaimana Ketentuan Hukum yang berlaku dengan tanpa syarat

dan beban apapun juga dan bilamana perlu dengan bantuan alat

Negara;

3.21. Bahwa dengan terhalangnya Jalan Masuk ke Pekarangan milik Para

Penggugat dengan bangunan-bangunan Semi permanen yang tidak

akan pernah mungkin mempunyai Ijin Mendirikan Bangunan karena

telah melanggar Garis Sepadan Bangunan (GSB) dan Garis Sepadan

Sungai (GSS) dan tidak juga mendapatkan ijin pemanfaatan atas

Objek Sengketa dari Turut Tergugat IV (KEEMPAT) yang

bangunan tersebut didaku milik Tergugat adalah merupakan

Perbuatan Melawan Hukum dan sangat merugikan Para Penggugat

yang kerugian tersebut apabila diperhtungkan dengan uang terhitung

sejak tahun 2005 sampai dengan diajukannya Gugatan ini adalah

tidak kurang dari Rp. 3.700.000.000,- (Tiga Milyar Tujuh ratus Juta

Rupiah) dengan perincian sebagai berikut :

Kerugian Materiil :

Apabila Tanah Pekarangan milik Para Penggugat tersebut digunakan

untuk bisnis sejak 1 Januari 2005 sampai dengan diajukannya

Gugatan ini (± 9 tahun) adalah sebesar 9 × Rp. 300.000.0000,-

(Perhitungan Keuntungan @ per-tahun) adalah Sebesar Rp.

2.700.000.000,- (Dua Milyar Tujuh Ratus Juta Rupiah)

Page 114: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

103

Kerugian Immateriil :

Para Penggugat merasa dipermainkan serta disepelekan sebagai yang

berhak untuk menggunakan Fasilitas Umum berupa Jalur

Hijau/Sepadan Jalan sebagaimana Objek Sengketa yang apabila

diperhitungkan dengan uang tidak kurang dari Rp. 1.000.000.000,-

(Satu Milyar Rupiah);

3.22. Bahwa selain kerugian di atas, Para Penggugat juga mengalami

kerugian berupa hilangnya Peluang Bisnis apabila tidak terhalang

Jalan Masuk ke Pekarangan milik Para Penggugat sebagai miliknya

tersebut yang apabila diperhitungkan dengan uang sejak diajukannya

Gugatan ini tidak kurang dari Rp. 300.000.000,- (Tiga Ratus Juta

Rupiah) setiap tahunnya sampai dengan nanti dikembalikannya

Objek Sengketa tersebut menjadi sebagaimana kedudukan semula

yaitu sebagai Jalur Hijau/Sepadan Jalan oleh Tergugat;

3.23. Bahwa seiap perubahan atas bentuk dan wujud bangunan pada Objek

Sengketa adalah dilakukan Tergugat dengan seenaknya sendiri tanpa

harus mendapat ijin dari yang berwenang yakni Turut Tergugat III

(KETIGA) sehingga “pembiaran” atas Penegakan Hukum dan

Peraturan dianggap hal yang biasa bagi Tergugat yang seharusnya

sebagai Universitas Negeri terbesar di Kota Purwokerto berkenan

untuk menjaganya dan menjadi contoh yang baik bagi penegakan

hukum dan peraturan BUKAN malah menjadi seakan akan “kebal

hukum” karen merasa tidak akan ada yang berani untuk

Page 115: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

104

mengingatkan apalagi menegurnya dalam membangun bangunan di

atas Objek Sengketa tanpa IMB sehingga Norma dan tatanan

kehidupan bermasyarakat dengan tetangganya akan “tercoreng”

karena adanya budaya “ewuh pekewuh” dalam penegakan hukum

dan peraturan yang seharusnya harus “tegas dan tegas” serta

memiliki nilai Keadilan dan Kepastian hukum dalam Masyarakat;

3.24. Bahwa untuk menjamin pemenuhan atas isi putusan ini sampai nanti

dapat dilaksanakan secara hukum, mohon kepada yang Terhormat

Ketua Pengadilan Negeri Purwokerto C/q Majelis Hakim yang

memeriksa perkara ini berkenan meletakkan Sita Jaminan

(Conservatoir Beslaag) terhadap Objek Sengketa yakni : Tanah

Sepanjang 24,5 m × 5 m = ± 122, 5 m2 (Kurang lebih Seratus Dua

Puluh Dua setengah meter persegi) Tertulis atas nama Turut

Tergugat I (KESATU) yang dalam pengelolaan Tergugat dan tanpa

ijin Pemanfaatan dari Turut Tergugat IV (KEEMPAT) yang batas-

batasnya adalah :

- Utara : Awalnya adalah Jalur Hijau sekarang masuk dalam

Sertifikat Hak Pakai No. 00016/Kel. Pabuaran Surat Ukur

tanggal 09/10/2008 No. : 00031/Pabuaran/2008 seluas 1.919 m2

tertulis atas nama Departemen Pendidikan Nasional

berkedudukan di Jakarta;

- Timur : Jalan Prof. Dr. Bunyamin;

- Selatan : Gedung UPT Percetakan dan Penerbitan UNSOED;

Page 116: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

105

- Barat : Tanah pekarangan Para Penggugat;

Bahwa Tanah seluas ± 122,5 m2 (Kurang lebih seratus dua puluh

dua setengah meter persegi) termasuk masuk dan tertulis dalam

Sertifikat Hak Pakai No. 00016/Kel. Pabuaran Surat Ukur

tanggal 09/10/2008 No. : 00031/Pabuaran/2008 seluas 1.919 m2

tertulis atas nama Departemen Pendidikan Nasional berkedudukan

di Jakarta; Selanjutnya mohon disebut dengan : Objek Sengketa,

serta barang-barang bergerak maupun barang-barang-barang tidak

bergerak milik Tergugat yang bentuk dan jenisnya akan kami

susulkan kemudian;

3.25. Bahwa untuk menjamin agar Tergugat memenuhi isi putusan perkara

ini, kepada yang Terhormat Ketua Pengadilan Negeri Purwokerto

C/q Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini untuk mengenakan

uang paksa (dwangsom) kepada tergugat sebesar Rp. 1.000.000,-

(Satu Juta rupiah) setiap hari keterlambatan Kepada Para Penggugat

Apabila Tergugat tidak melaksanakan isi putusan ini, terhitung sejak

putusan ini dapat dilaksanakan menurut hukum sampai dengan

dilaksanakannya oleh Tergugat;

3.26. Bahwa Gugatan ini adalah didasarkan bukti-bukti yang otentik dan

dapat dipertanggung jawabkan secara hukum dan kebenaran serta

untuk kepentingan Umum yang lebih luas lagi, mohon kiranya yang

terhormat Majelis Hakim Pemeriksa Perkara ini berkenan

menjatuhkan putusan serta merta (Uitvoerbaar bij vooraad)

Page 117: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

106

meskipun ada upaya hukum verzet, banding maupun kasasi baik dari

Tergugat maupun pihak lainnya;

Berdasarkan hal-hal tersebut Penggugat mengajukan

petitum/tuntutan sebagai berikut :

1. Menerima dan mengabulkan Gugatan Para Penggugat untuk

seluruhnya;

2. Menyatakan sah dan berharga Siata Jaminan (Conservatoir

beslaag) terhadap Objek Sengketa yakni : Tanah-Tanah

Sepanjang 24,5 m x 5 m = ± 122,5 m2 (Kurang lebih Seratus dua

puluh dua setengah meter persegi) tertulis atas nama Turut

Tergugat I (KESATU) yang dalam pengelolaan Tergugat dan

tanpa ijin pemanfaatan dari Turut Tergugat IV (KEEMPAT)

yang batas-batasnya adalah :

a. Utara : Awalnya adalah Jalur Hijau sekarang masuk dalam

Sertifikat Hak Pakai No. 00016/Kel. Pabuaran Surat Ukur

tanggal 09/10/2008 No. : 00031/Pabuaran/2008 seluas

1.919 m2 tertulis atas nama Departemen Pendidikan

Nasional berkedudukan di Jakarta;

b. Timur : Jalan Prof. Dr. Bunyamin;

c. Selatan : Gedung UPT Percetakan dan Penerbitan

UNSOED;

d. Barat : Tanah Pekarangan Para Penggugat

Page 118: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

107

Bahwa Tanah seluas ± 122,5 m2 (Kurang lebih seratur dua

puluh dua setengah meter persegi) tersebut masuk dan tertulis

dalam Sertifikat Hak Pakai No. 00016/Kel. Pabuaran/ Surat

Ukur tanggal 09/10/2008 No. 00031/Pabuaran/2008 seluas

1.919 m2 tertulis atas nama Departemen Pendidikan Nasional

berkedudukan di Jakarta;

Selanjutnya mohon disebut dengan : Objek Sengketa.

Serta barang-barang bergerak maupun barang-barang tidak

bergerak milik Tergugat yang bentuk dan jenisnya akan kami

susulkan kemudian.

3. Menyatakan secara hukum Bahwa Objek Sengketa dalam perkara

A-quo ini adalah Jalur Hijau/Sepadan Jalan yang pengelolaan dan

kewenangannya ada pada Turut Tergugat III (KETIGA) dan

merupakan Fasilitas Umum yang mempunyai Fungsi Sosial;

4. Menyatakan secara hukum bahwa Tergugat telah melakukan

Perbuatan Melawan Hukum dan Sangat Merugikan Para

Penggugat yakni dengan sengaja mengajukan dan atau

memasukkan Objek Sengketa dalam Permohonan Hak yang

merupakan Jalur Hijau/Sepadan Jalan dan mendirikan atau

membiarkan bangunan-bangunan tanpa ijin di atas Objek

Sengketa yang tidak memiliki Ijin Mendirikan Bangunan

(IMB) dan menghalang-halangi serta menutup jalan ke Tanah

Pekarangan milik Para penggugat

Page 119: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

108

5. Menyatakan secara hukum bangunan-bangunan yang berdiri di atas

Objek Sengketa adalah Bangunan yang tidak memiliki Ijin

Mendirikan Bangunan (IMB) yang telah melanggar Garis Sepadan

Bangunan (GSB) dan Garis Sepadan Sungai (GSS) dan tidak

memiliki Ijin Pemanfaatan dari Turut Tergugat IV (KEEMPAT)

yang oleh karenanya harus dibongkar;

6. Menghukum kepada Tergugat dengan dibantu Para Turut Tergugat

lainnya serta atau Siapapun yang berada pada Objek Sengketa

untuk memulihkan dan mengembalikan pada kedudukan semula

Objek sengketa dengan Membongkar seluruh Bangunan yang tidak

sah dan mengembalikan Fungsinya sebagai Jalur Hijau/Sepadan

Jalan selambat-lambatnya 1 (satu) minggu Setelah Putusan ini

dapat dijalankan secara hukum dengan tanpa syarat dan beban

apapun juga dan bilamana perlu dengan bantuan Alat Negara;

7. Menghukum kepada Tergugat dengan dibantu Turut Tergugat

lainnya serta dan atau Siapapun yang menguasai, menghuni dan

mengelola Objek Sengketa untuk mengosongkan dan

mengembalikan fungsi semula menjadi Jalur Hijau/Sepadan Jalan

selambat-lambatnya 1 (satu) minggu Setelah Putusan ini dapat

dijalankan menurut hukum dengan tanpa syarat dan beban apapun

juga dan bilamana perlu dengan bantuan Alat Negara;

8. Menyatakan secara hukum bahwa Surat Keputusan Kepala kantor

Pertanahan Kabupaten Banyumas tanggal 31/12/2008 No. :

Page 120: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

109

SK.29/530.3/11.27/2008 sepanjang menyangkut Objek Sengketa

adalah Tidak Sah, Cacat Yuridis, Batal Demi Hukum dan atau

mohon dibatalkan berikut dengan konsekuensinya;

9. Menyatakan secara hukum Sertifikat Hak Pakai No.

00016/Pabuaran/2008 Surat Ukur tanggal 09/10/2008 No. :

00031/Pabuaran/2008 seluas 1.919 m2 tertulis atas nama

Departemen Pendidikan Nasional berkedudukan di Jakarta

Sepanjang menyangkut Objek Sengketa adalah tidak

mempunyai Kekuatan Hukum yang Mengikat;

10. Menghukum kepada Tergugat untuk membayar ganti

kerugian moril dan materiil kepada Para Penggugat sejak 1

Januari 2005 s/d diajukannya Gugatan ini yang apabila

diperhitungkan dengan uang tidak kurang dari sebesar Rp.

3.700.000.000,- (Tiga Milyar Tujuh Ratus Juta Rupiah)

selambat-lambatnya satu minggu setelah putusan ini

mempunyai kekuatan hukum yang tetap;

11. Menghukum kepada Tergugat untuk membayar kerugian atas

terhalangnya jalan masuk ke Tanah Pekarangan milik Para

Penggugat yang menyebabkan Kehilangan peluang Bisnis

yakni sebesar Rp. 300.000.000,- (tiga ratus Juta Rupiah) setiap

tahunnya terhitung sejak dimasukkannya gugatan ini sampai

dengan nanti di penuhinya gugatan ini oleh Tergugat;

Page 121: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

110

12. Menghukum kepada Tergugat untuk membayar uang paksa

(dwangsom) sebesar Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah) setiap

hari keterlambatan Kepada Para Penggugat apabila tidak

membongkar dan memulihkan Objek Sengketa dalam

kedudukan dan Keadaan sebagaimana semula Jalur Hijau

atau Sepadan Jalan sejak Putusan ini dapat dilaksanakan

menurut hukum dan dijalankan oelh Tergugat;

13. Menyatakan secara hukum bahwa putusan perkara ini dapat

dijalankan secara serta merta dahulu (Uitoerbaar bij vooraad)

meskipun ada upaya hukum Verzet, banding maupun Kasai;

14. Menghukum kepada Tergugat untuk membayar semua biaya yang

timbul dalam perkara ini;

15. Menghukum kepada semua pihak untuk tunduk dan patuh pada

putusan ini;

4. Kasus Posisi menurut Pihak Tergugat

Bahwa setelah Penggugat menyampaikan Gugatannya, Tergugat

telah mengajukan Jawaban Gugatan yang pada pokonya menerangkan

sebagai berikut :

4.1. Jawaban Dalam Eksepsi

Sebelum Tergugat menyampaikan jawaban gugatan dalam

eksepsi ini, perlu disampaikan terlebih dahulu bahwa telah terjadi

kesalahan yang sangat fatal dan mendasar dalam gugatan Para

Penggugat, yaitu :

Page 122: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

111

1) Dalam “Hal” Gugatan (Halaman 1) Para Penggugat

bermaksud mengajukan gugatan mengenai “Gugatan

Perbuatan Melawan Hukum”, akan tetapi yang dijadikan

“Objek Sengketa” oleh Para Penggugat adalah berupa

“tanah” (lihat posita 02 dan 24, serta petitum No. 2).

Seharusnya gugatan Perbuatan Melawan Hukum adalah

gugatan-gugatan yang ditujukan terhadap suatu “tindakan”,

bukan terhadap suatu “benda”;

2) Dalam petitum No. 8 Para Penggugat memohon pembatalan

Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten

Banyumas No. : SK.29/530.3/11.27/2008; dan dalam petitum

No. 9 memohon pembatalan Sertifikat Hak Pakai No. :

00031/Pabuaran/2008 seluas 1.919 m2 atas nama

Departemen Pendidikan Nasional. Kedua produk hukum

tersebut jelas-jelas merupakan Keputusan Tata Usaha Negara

(KTUN) sehingga Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk

menyatakan “batal” suatu KTUN, karena yang berwenang

adalah Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).

Berdasarkan hal tersebut di atas, telah menimbulkan kekacauan

dan ketidakjelasan dalam menentukan objek sengketa, yakni mengenai

: “apa yang sebenarnya akan dijadikan objek sengketa oleh Para

Penggugat, apakah berupa suatu benda berupa “tanah” ataukah berupa

Page 123: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

112

suatu perbuatan yang berupa “mendirikan bangunan” ? ataukah

keabsahan suatu KTUN ?”.

Atas kesalahan fatal, kekacauan, dan ketidakjelasan dalam

Gugatan Para Pengugat tersebut, dapat disusun Jawaban Gugatan

Dalam Eksepsi sebagai berikut :

4.1.1. Eksepsi Mengenai Pengadilan Negeri Purwokerto Tidak

Berwenang Mengadili Perkara A-quo;

Bahwa Pengadilan Negeri Purwokerto, tidak berwenang mengadili

perkra A-quo, berdasarkan hal-hal sebagai berikut :

1) Bahwa menurut Para Penggugat (dalam posita No. 8, 9 dan 10,

serta dalam petitum No. 8 dan 9.) yang dipermasalahkan oleh

Para Penggugat adalah mengenai keabsahan Sertifikat Hak

Pakai No. 00016/Paburan dengan Surat Ukur tanggal 09/10/2008

No. 00031/Pabuaran/2008 seluas 1.919 m2 atas nama

Departemen Pendidikan Nasional yang diterbitkan oleh Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia Kantor Pertanahan

Kabupaten Banyumas, dan Surat Keputusan Kepala Kantor

Pertanahan Kabupaten Banyumas No. SK.29/530.3/11.27/2008;

oleh karena Sertifikat Hak Pakai dan SK No.

SK.29/530.3/11.27/2008 adalah termasuk dalam pengertian

KTUN (Keputusan Tata Usaha Negara), sehingga sengketa yang

timbul akibat terbitnya SHP dan SK tersebut adalah merupakan

Sengketa Tata Usaha Negara. Berdasarkan Pasal 47 UU No. 5

Page 124: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

113

Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN),

Pengadilan yang berwenang memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan sengketa tata usaha negara adalah Pengadilan

Tata Usaha Negara.

Bahwa gugatan yang diajukan oleh Para Penggugat termasuk

dalam wewenang Pengadilan Tata Usaha Negara dapat

dijelaskan berdasarkan hal-hal sebagai berikut :

a. Berdasarkan Pasal 47 UU No. 5 Tahun 1986 menentukan

bahwa : “PERATUN bertugas dan berwenang

memerikasa, memutus, dan menyelesaikan Sengketa Tata

Usaha Negara (TUN)”.

b. Sedangkan oengertian “Sengketa TUN” ditentukan dalam

Pasal 1 angka 10 UU No. 51 Tahun 2009 tentang

Perubahan Kedua atas UU No. 5 Tahun 1986 yang

menentukan bahwa : “Sengketa TUN adalah sengketa

dalam bidang TUN antara orang atau badan hukum

perdata dengan badan atau pejabat TUN, sebagai akibat

dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara”.

Berdasarkan Pasal 1 angka 10 UU No. 51 tahun 2009 ini,

berarti terjadinya “sengketa TUN” sebagai akibat

dikeluarkannya KTUN.

c. Sedangkan pengertian KTUN ditentukan dalam Pasal 1

angka 9 UU No. 51 Tahun 2009 yang menentukan bahwa :

Page 125: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

114

“KTUN adalah penetapan tertulis yang dikeluarkan

badan atau pejabat TUN, yang berisi tindakan hukum

TUN berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku yang bersifat konkret, individual, final dan

menimbulkan akibat hukum bagi orang atau badan hukum

perdata”.

Berdasarkan pengertian KTUN sebagaimana ditentukan

dalam Pasal 1 angka 9 UU No. 51 Tahun 2009 ini, maka

Serifikat Hak Pakai No. 00061 (yang menjadi objek

perkara a-quo) adalah JELAS-JELAS termasuk dalam

pengertian KTUN !

d. Bahwa berdasarkan point huruf a, b, dan c di atas, maka

dapat disimpukan :

- Sertifikat Hak Pakai No. 00061 dan Surat Keputusan

No. : SK.29/530.3/11.27/2008 termasuk dalam

pengertian KTUN;

- Terhadap suatu perkara yang ditimbulkan oleh terbitnya

suatu KTUN, berarti merupakan “sengketa TUN”;

- Bahwa yang berwenang memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan “sengketa TUN” adalah

PENGADILAN TATA USAHA NEGARA;

- Dengan demikian dapat disimpulkan secara PASTI,

bahwa Pengadilan Negeri Purwokerto TIDAK

Page 126: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

115

BERWENANG MEMERIKSA, MEMUTUS, DAN

MENYELESAIKAN PERKARA A-QUO.

2) Bahwa menurut Para Penggugat (dalam posita no. 24) meminta

sita jaminan atas tanah yang menurut Para Penggugat adalah

objek sengketa, hal tersebut tidak benar. Yang benar adalah

Pengadilan Negeri Purwokerto tidak berwenang melakukan

sita jaminan terhadap BARANG MILIK NEGARA (Vide

Pasal 50 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara).

Karena sita pada hakekatnya adalah merupakan tindakan

pendahuluan dari eksekusi, maka dengan demikian Pengadilan

Negeri Purwokerto juga tidak berwenang melakukan eksekusi

atas barang-barang milik negara.

3) Bahwa gugatan Para Penggugat (dalam posita no. 19 dan petitum

no. 6) pada hakikatnya adalah memohon agar Pengadilan Negeri

Purwokerto menghukum Tergugat dan Turut Tergugat (mungkin

yang dimaksud Para Penggugat adalah Turut Tergugat III) untuk

membongkar bangunan milik Tergugat.

Bahwa dalam ranah Hukum Administrasi Negara, setiap

tindakan pemerintah (dalam hal ini Turut Tergugat III) untuk

membongkar suatu bangunan harus didahului dengan

menerbitkan suatu produk hukum dalam bentuk Keputusan Tata

Usaha Negara (KTUN), sedangkan mengenai kewenangan

Page 127: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

116

memerintahkan terbitnya suatu KTUN adalah kewenangan

Pengadilan Tata Usaha Negara, oleh karena itu maka Pengadilan

Negeri Purwokerto tidak berwenang memerintahkan Turut

Tergugat III untuk menerbitkan KTUN yang berisi perintah

pembongkaran bangunan milik Tergugat.

Bahwa apabila Turut Tergugat III (PEMKAB Banyumas)

menerbitkan KTUN tentang pembongkaran bangunan milik

Tergugat dengan alasan karena mendirikan bangunan di

sempadan jalan/sempadan sungai dan tidak memiliki Ijin

Mendirikan Bangunan (IMB); maka berdasarkan peraturan

perundang-undangan dan asas-asas umum pemerintahan yang

baik (AUPB), PEMKAB Banyumas HARUS memperlakukan

hal yang sama terhadap semua bangunan yang berdiri di

sepanjang jalan Prof. Bunyamin yang melanggar Sempadan

Jalan dan Sempadan Sungai serta tidak memiliki Ijin

Mendirikan Bangunan (IMB);

4) Bahwa dalam petitum No. 3 Para Penggugat memohon agar

Pengadilan Negeri Purwokerto menetapkan suatu kawasan

sebagai wilayah jalur hijau, hal tersebut adalah tidak benar dan

harus ditolak dengan tegas.

Bahwa yang benar adalah Pengadilan Negeri tidak berwenang

menyatakan secara hukum bahwa tanah yang menurut Para

Page 128: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

117

Penggugat sebagai objek sengketa dalam perkara a-quo adalah

merupakan Jalur Hijau.

Berdasarkan Eksepsi mengenai Kewenangan Pengadilan

Negeri Untuk Mengadili tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

Pengadilan Negeri Purwokerto tidak berwenang memeriksa,

memutus, dan menyelesaikan perkara a-quo. Dengan demikian

gugatan Para Penggugat harus dinyatakan “Ditolak” atau setidak-

tidaknya dinyatakan TIDAK DAPAT DITERIMA (Niet

Onvankelijkeverklaar).

Bahwa apabila Pengadilan Negeri Purwokerto berpendapat

berwenang memeriksa, memutus, dan meyelesaikan perkara a-quo,

maka Tergugat akan menyampaikan eksepsi sebagai berikut :

4.1.2. Eksepsi Mengenai Kurangnya Pihak Tergugat (Plurium

Litis Consortium);

Bahwa menurut Para Penggugat (posita No. 05 mengenai

Notulen Rapat di Aula Dinas Cipta Karya, pasda baris ke-3 sampai

dengan ke-6, yang dapat Tergugat tulis sebagai berikut :

“............bahwa sepanjang jalan Prof Bunyamin adalah jalan kolektor

Primer dengan rencana Garis Sepadan Bangunan (GSB) adalah 14 m

dari As jalan dengan rencana pemanfaatan ruang di kawasan tersebut

merupakan kawasan campuran”, menurut Para Penggugat tindakan

Tergugat mendirikan bangunan melanggar Perda No. 6 Tahun 2002

tentang RTRK dan Rencana Detail Kota Purwokerto.

Page 129: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

118

Padahal tindakan mendirikan bangunan di lokasi tersebut tidak

hanya dilakukan oleh Tergugat, sehingga apabila pihak lain yang

juga mendirikan bangunan di lokasi sepanjang jalan Prof Bunyamin

tidak ditarik sebagai pihak dalam perkara a-quo, maka gugatan Para

Penggugat harus dinyatakan “kurang pihak Tergugat (Plurium

Litis Consortium)”.

Bahwa, seharusnya gugatan Para Penggugat tidak hanya

ditujukan kepada Tergugat saja tetapi ditujukan kepada siapa saja

(temasuk pemilik Toko Borneo) yang memiliki bangunan di lokasi

sebagaimana yang ditulis Para Penggugat dalam posita 05.

Bahwa termasuk bangunan yang berada dalam lokasi

sebagaimana posita Para Penggugat No. 05 yaitu Masjid Nurul

Umum yang berdiri di atas tanah Sertifikat Hak Pakai No.

00016/Pabuaran.

Bahwa oleh karena gugatan Para Penggugat “kurang pihak

Tergugat” (Plurium Litis Consortium), maka Gugatan Para

Penggugat harus dinyatakan “TIDAK DAPAT DITERIMA (Niet

Onvankelijkeverklaar)”.

4.1.3. Eksepsi Mengenai Gugatan Penggugat Kabur (Obscuur

libel) :

Bahwa Gugatan PENGGUGAT kabur (Obscuur libel) sehingga

tidak dapat dikongkritisir dalam petitum yang jelas dan tegas.

Contohnya :

Page 130: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

119

1) Bahwa mengenai “hal” dalam Gugatan PARA

PENGGUGAT, terdapat kesalahan yang amat mendasar.

Bahwa gugatan Para Penggugat tersebut adalah mengenai

hal : Gugatan Perbuatan Melawan Hukum Pembongkaran

Bangunan yang tidak memiliki Ijin Mendirikan Bangunan

(IMB), dan mengembalikan Objek sengketa Sebagai Jalur

Hijau/Sepadan Jalan.

Kesalahan mendasar dalil Para Penggugat tersebut di atas

adalah karena yang dimaksud Para Penggugat sebagai

Objek Sengketa ternyata BUKAN merupakan Jalur

Hijau/Sepadan Jalan. Berdasarkan PERDA No. 6 Tahun

2002, tanah tersebut ternyata adalah “kawasan

campuran”.

2) Bahwa dalam posita Gugatan Para Penggugat disebutkan

bahwa gugatan yang diajukan adalah mengenai

“Perbuatan Melawan Hukum”, akan tetapi yang

dijadikan objek sengketa oleh Para Penggugat adalah

mengenai “tanah”, serta Para Penggugat juga mengajukan

permohonan “pembatalan sertifikat”.

Berdasarkan hal tersebut, berarti telah terjadi ketidak

jelasan atau kekaburan (obscuur libel) dalam Gugatan

Para Penggugat, karena tidak jelas apa yang sebenarnya

Page 131: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

120

diinginkan Para Penggugat dengan mengajukan dalam

perkara a-quo.

3) Bahwa mengani “hal” dalam Gugatan Para Penggugat,

terdapat kesalahan yang amat mendasar yaitu bahwa

bangunan-bangunan milik Pemerintah c/q UNSOED

(TERGUGAT) yang berdiri di atas tanah yang menurut

Para Penggugat sebagai objek sengketa tersebut, oleh Para

Penggugat tidak disebutkan sebagai Objek Sengketa.

Justru yang oleh Para Penggugat dijadikan objek sengketa

adalah mengenai “tanah”-nya. Sehingga berarti

“tindakan” Tergugat mendirikan bangunan bukan objek

sengketa.

Gugatan Perbuatan Melawan Hukum adalah gugatan-

gugatan yang ditujukan terhadap suatu “tindakan”, bukan

terhadap suatu “benda”, sehingga dengan demikian

Gugatan Para Penggugat harus dinyatakan kabur (obscuur

libel) karena tidak jelas mengenai apa yang diinginkan

Para Penggugat dengan mengajukan gugatan dalam

perkara a-quo.

4) Bahwa tidak benar Tergugat mendirikan bangunan semi

permanen di atas tanah yang dimaksud Penggugat

sebagai Objek sngketa, sebagaimana yang didalilkan Para

Penggugat di dalam gugatannya pada posita 03, posta 04,

Page 132: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

121

posita 19 dan posita 21, karena yang Tergugat dirikan

adalah bangunan-bangunan permanen. Bahkan Para

Penggugat mendalilkan bangunan-bangunan tersebut

sebagai gedung-gedung sebagaimana didalilkan dalam

posita 03 gugatannya pada huruf a, b, c dan d.

Berdasarkan hal-hal di atas terbukti bahwa Gugatan Para

Penggugat kabur, karena tidak ada bangunan semi

permanen berupa gedung.

5) Bahwa posita 21 dan 22 Gugatan Para Penggugat

mendalilkan bahwa Para Penggugat menderita kerugian

sejak 1 Januari 2005 sampai dengan gugatan diajukan,

yaitu berupa kerugian materiil sebesar Rp. 2.700.000.000,-

(dua milyar tujuh ratus juta rupiah) dan immateriil sebesar

Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah), serta kerugian

berupa hilangnya peluang bisnis sebesar Rp. 300.000.000,-

(tiga ratus juta rupiah).

Dalam ranah Hukum Perdata, perihal tuntutan ganti rugi

adalah didasarkan atas beberapa hal sebagai berikut :

a. Adanya kerugian yang nyata-nyata diderita

(kerugian senyatanya);

b. Keugian senyatanya dibuktikan atas perhitungan

yang pasti dan riil (schade staad) yang didasarkan

Page 133: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

122

atas rincian berkurangnya harta kekayaan dan/atau

adanya keuntungan yang diharapkan;

c. Yang dimaksud dengan kerugian immateriil adalah

kerugian-kerugian yang bukan materi berupa

kerugian psikis atau moril yang di dalam teori

hukum maupun dalam KUH Perdata tidak menjadi

dasar tuntutan ganti rugi.

Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka gugatan

yang diajukan oleh Para Penggugat pada posita 21 dan 22

adalah kabur, karena tidak didasarkan pada parameter dan

indikator yang membuktikan adanya kerugian.

Misalnya kegiatan bisnis apa, modal berapa, dapat

pemasukan berapa sehingga jelas untung stsu rugi, tidak

serta merta menyatakan besarnya kerugian sebesar yang

disebutkan di atas. Padahal Para Penggugat tidak pernah

berbisnis apapun di atas tanah-tanah milik Para Penggugat

tersebut, selain pertanian. Kalau ada kerugian, Para

Penggugat harus membuktikan berdasarkan audit akuntan

publik.

Berdasarkan Jawaban Dalam Eksepsi Mengenai Gugatan

Penggugat Kabur (Obscuur libel) tersebut di atas, maka Gugatan

Para Penggugat HARUS dinyatakan kabur (Obscuur libel),

sehingga oleh karenanya Gugatan Para Penggugat harus

Page 134: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

123

dinyatakan TIDAK DAPAT DITERIMA (Niet

Onvankelijkeverklaar).

4.1.4. Eksepsi Mengenai Error in Objecto dalam Gugatan

Penggugat :

Bahwa Gugatan PARA PENGGUGAT adalah Error in

Objecto, berdasarkan hal-hal sebagai berikut :

1) Bahwa pada halaman 3, pada posita 1 huruf a pada baris

ke-2 Gugatan PARA PENGGUGAT yang kemudian

dirubah oleh PARA PENGGUGAT dalam permohonan

renvoinya yang ke-2 pada huruf b tertulis sebagai berikut :

“Sebelah Timur : Saluran Irigasi dan Objek Sengketa /

UPT Percetakan dan Penerbitan UNSOED / Toko

Borneo”.

Dalil Para Penggugat tersebut adalah tidak benar karena

tanah yang dimaksud oleh Para Penggugat sebagai Objek

Sengketa / UPT Percetakan dan Penerbitan UNSOED /

Toko Borneo tersebut tidak berbatasan dengan tanah milik

Para Penggugat. Tanah milik Para Penggugat tersebut di

Sebelah Timur hanya berbatasan dengan saluran air.

2) Bahwa pada halaman 3, pada posita 1 huruf b pada baris

ke-2 Gugatan Para Penggugat tertulis sebagai berikut :

“Sebelah Timur : Saluran Irigasi dan Objek Sengketa”.

Page 135: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

124

Dalil Para Penggugat tersebut adalah tidak benar karena

tanah yang oleh Para Penggugat didalilkan sebagai Objek

Sengketa ternyata tidak berbatasan dengan tanha milik

Para Penggugat. Tanha milik Para Penggugat tersebut di

sebelah timur hanya berbatasan dengan saluran air;

3) Bahwa pada halaman 3, pada posita 2 pada baris ke-13

Gugatan Para Penggugat tertulis sebagai berikut : Sebelah

Barat : Saluran Irigasi / Tanah Pekarangan Para

Penggugat.

Dalil Para Penggugat tersebut adalah tidak benar karena

tanah yang didalilkan oleh Para Penggugat sebagai objek

sengketa ternyata tidak berbatasan dengan tanah milik

Para Penggugat. Tanah tersebut di sebelah barat hanya

berbatasan dengan saluran air (saluran irigasi).

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Gugatan Para

Penggugat HARUS dinyatakan Error in Objecto, sehingga oleh

karenanya Gugatan Para Penggugat harus dinyatakan TIDAK

DAPAT DITERIMA (Niet Onvankelijkeverklaar).

4.1.5. Eksepsi Mengenai Error in Subjecto dalam Gugatan Para

Penggugat :

Bahwa Gugatan Para Penggugat sudah selayaknya

dinyatakan tidak dapat diterima karena Gugatan Para Penggugat

error in subjecto, berdasarkan hal-hal sebagai berikut :

Page 136: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

125

1) Bahwa Para Penggugat telah keliru dalam hal menentukan

para pihak yang ditarik dalam gugatan tersebut, yakni

UNSOED dijadikan sebagai TERGUGAT dan DITJEN

DIKTI ditarik menjadi TURUT TERGUGAT I, padahal

secara struktural baik UNSOED maupun DITJEN DIKTI

adalah sebenarnya merupakan satu entitas di bawah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, yang

sebenarnya merupakan satu pihak. Sehingga keduanya tidak

dapat didudukan sebagai pihak yang berbeda yaitu sebagai

Tergugat dan Turut Tergugat I.

Dengan demikian, tidak bisa dalam sebuah gugatan ada 1

(satu) pihak / subjek yang ditarik 2 (dua) kali.

2) Bahwa Para Penggugat tidak mempunyai hubungan hukum

apapun dengan Tergugat yang berkaitan dengan tanah yang

menurut Para Penggugat sebagai objek sengketa, sehingga

Para Penggugat tidak mempunyai hak dan/atau

kepentingan apapun terhadap tanah tersebut. Oleh karena itu

Para Penggugat tidak mempunyai Kedudukan Hukum (legal

standing) untuk mengajukan gugatan dalam perkara a-quo.

Bahwa Para Penggugat tidak mempunyai legal standing atau

kedudukan hukum untuk mengajukan gugatan perdata dalam

perkara a-quo, karena tanah yang menurut Para Penggugat

Page 137: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

126

adalah objek sengketa tersebut ternyata tidak berbatasan

secara langsung dengan tanah-tanah milik Para Penggugat.

Bahwa oleh karena Para Penggugat tidak mempunyai legal

standing atau kedudukan hukum untuk mengajukan gugatan

perdata dalam perkara a-quo, maka Para Penggugat tidak

mempunyai hak untuk menggugat agar bangunan milik

tergugat dibongkar

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Gugatan Para

Penggugat HARUS dinyatakan Error in Subjecto, sehingga oleh

karenanya Gugatan Para Penggugat harus dinyatakan TIDAK

DAPAT DITERIMA (Niet Onvankelijkeverklaar).

4.2. Jawaban Dalam Pokok Perkara

Bahwa sebelum Tergugat menguraikan lebih lanjut mengenai

Jawaban Tergugat Dalam Pokok Perkara, terlebih dahulu akan

disampaikan hal-hal yang sangat mendasar dan hakiki yang

berkaitan dengan persoalan “Perbuatan Melawan Hukum (PMH)”.

Bahwa kasus posisi dalam perkara a-quo dapat dideskripsikan secara

singkat sebagai berikut :

“Para Penggugat membeli dan akhirnya mempunyai sebidang

tanah pertanian/persawahan, Para Penggugat mendalilkan

bangunan yang didirikan Tergugat menutup akses masuk ke

tanah milik Para Penggugat, padahal bangunan tersebut sudah

berdiri sejak sebelum Para Penggugat membeli tanah Para

Penggugat. Para Penggugat memohon agar bangunan yang

didirikan oleh Tergugat tersebut dibongkar, karena menurut Para

Penggugat bangunan tersebut melanggar Peraturan Daerah

mengenai IMB, dan Peraturan Daerah mengenai Garis

Sempadan Jalan. Peraturan Daerah merupakan sekumpulan

Page 138: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

127

norma-norma yang berisi norma perintah maupun norma

larangan. Peraturan Daerah sebagai suatu norma, dimaksudkan

sebagai sarana perlindungan hukum terhadap subjek hukum

tertentu (tidak seluruh subjek hukum) “.

Para Penggugat salah menafsirkan bahwa seolah-olah ia

adalah merupakan oknum yang harus dilindungi oleh norma-norma

yang terdapat dalam PERDA-PERDA tersebut, oleh karenanya Para

Penggugat mengajukan Gugatan PMH. Anehnya yang dijadikan

sebagai objek sengketa oleh Para Penggugat adalah “tanahnya”,

bukan “tindakan Tergugat mendirikan bangunan”, serta dalam

petitum tidak terdapat permohonan agar Para Penggugat diberi akses

jalan masuk ke tanah milik Para Penggugat”.

Terdapat kasus posisi sebagaimana diuraikan di atas, dapat

dianalisis secara normatif dengan menggunakan Teori Norma

Perlindungan (Schutznormtheorie), yang akan diuraikan secara

singkat sebagai berikut :

1) Schutznormtheorie digunakan untuk menjawab pertanyaan :

“siapa sebetulnya yang hendak dilindungi oleh suatu norma ?”.

menurut Schutznormtheorie, yang dapat menuntut ganti rugi

atas dasar pelanggaran suatu norma hukum tertentu adalah

mereka-mereka, untuk siapa norma itu bermaksud memberikan

perlindungan.

2) Menurut pendapat yang luas yang dimaksud dengan Perbuatan

Melawan Hukum adalah perilaku :

- Yang melanggar hak orang lain;

Page 139: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

128

- Yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku;

- Yang bertentangan dengan kesusilaan;

- Yang bertentangan dengan kepatutan dalam memperhatikan

kepentingan diri dan harta orang lain dalam pergaulan hidup.

3) Yang dimaksud dengan perilaku “yang bertentangan dengan

kewajiban hukum si pelaku” adalah perilaku yang bertentangan

dengan suatu peraturan undang-undang dalam arti yang formil

maupun materiil (termasuk Peraturan Daerah) yang bersifat

memerintah atau melarang.129

Sehingga apabila subjek hukum

yang dianggap berbuat melanggar Peraturan Daerah, maka dapat

digolongkan sebagai perilaku “yang bertentangan dengan

kewajiban hukum si pelaku”.

4) Adanya kewajiban hukum yang diletakkan atas diri seseorang,

adalah dimaksudkan untuk membatasi perilaku orang yang

bersangkutan, agar tidak melanggar hak (subjektif) orang lain.

Kewajiban hukum seringkali merupakan kewajiban yang

ditujukan kepada orang-orang tertentu, demi perlindungan

kepentingan orang lain.

5) Dalam hal adanya perilaku yang bertentangan dengan kewajiban

hukum si pelaku, maka yang dapat menuntut ganti rugi atas

dasar pelanggaran suatu norma hukum yang bersifat memerintah

129

J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir Dari Undang-Undang, Bagian

Pertama, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1984, hlm. 213.

Page 140: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

129

atau melarang, adalah mereka-mereka, untuk siapa norma itu

bermaksud untuk memberikan perlindungan.

6) Atas dasar pemahaman yang demikian maka dalam Ilmu

Hukum Perdata lahir apa yang disebut dengan “Teori Norma”,

yang pada intinya menyatakan bahwa : hak untuk menuntut

ganti rugi atas dasar pelanggaran terhadap norma hukum (yang

memerintah atau melarang) digantungkan dari bunyi norma itu

ditujukan kepada siapa. Sebaliknya ditinjau dari segi

perlindungan yang diberikan oleh norma yang bersangkutan,

atau segi “siapa yang hendak dilindungi oleh norma itu”, teori

tersebut disebut Teori norma Perlindungan (Schutznorm

theorie). Dengan teori ini berarti, bahwa perilaku terhadap yang

satu bisa merupakan onrechtmatig daad, sedangkan bagi yang

lain bukan, inilah yang disebut bahwa perilaku tersebut menjadi

“relatif merupakan onrechtmatig daad” (Teori Relativitas).

7) Jadi intinya : pelanggaran atas suatu norma (yang memerintah

atau melarang) tidak memberikan hak kepada “setiap orang”

untuk menuntut ganti rugi, melainkan hanya orang-orang kepada

siapa perlindungan diberikan oleh norma yang bersangkutan.

8) Berdasarkan kasus posisi dan Schutznormtheorie dalam

kaitannya dengan perkara a-quo maka dapat diambil deskripsi

mengenai siap yang hendak dilindungi oleh PERDA-PERDA

tersebut di atas.

Page 141: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

130

9) Bahwa norma perintah maupun larangan yang terdapat dalam

PERDA-PERDA yang telah disebutkan di atas adalah

dimaksudkan untuk :

a. PERDA tentang Garis Sempadan Jalan dimaksudkan untuk

melindungi mereka para pengguna jalan, agar ketika

melalui jalan tersebut ia mendapat perlindungan berupa

pandangan yang jelas dan cukup, dan tidak terhalang oleh

bangunan-bangunan di sebelah kanan atau kirinya jalan

tersebut;

b. PERDA yang berisi ketentuan mengenai IMB dimaksudkan

untuk melindungi mereka yang akan mendirikan dan

pemilik bangunan, yakni agar pemilik bangunan terlindung

dari konstruksi bangunan yang keliru, agar pemilik

bangunan terlindung dari instalasi listrik yang

membahayakan, agar pemilik bangunan terlindung dari

kesalahan pembuatan saluran air. Ketentuan mengenai IMB

sebenarnya merupakan bentuk pelayanan dari Pemerintah

terhadap pemilik bangunan, agar pemilik bangunan

terlindung dari hal-hal yang telah disebutkan.

10) Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan :

a. Tidak setiap orang mempunyai hak untuk mengajukan

Gugatan PMH dan atau tuntutan ganti rugi. Yang dapat

mengajukan gugatan tersebut hanyalah orang yang

Page 142: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

131

termasuk mereka-mereka untuk siapa norma itu bermaksud

memberikan perlindungan;

b. PERDA-PERDA tersebut di atas berupa norma

perlindungan yang dimaksudkan untuk memberikan

perlindungan kepada pengguna jalan dan pemilik bangunan;

c. Dalam konteks perkara a-quo, Para Penggugat jelas-jelas

bukan termasuk orang yang dimaksud diberi perlindungan

oleh norma-norma yang terdapat dalam PERDA-PERDA

tersebut di atas.

5. Pendapat Ahli dari Penggugat

Pada persidangan perkara No. 73/Pdt.G/2013/PN.Pwt, sebelum

pemeriksaan pokok perkara, Hakim berketetapan untuk terlebih dahulu

membuktikan apakah Pengadilan Negeri Purwokerto mempunyai

kewenangan absolut untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan

perkara a-quo.

Berdasarkan hal tersebut di atas, Majelis Hakim memerintahkan para

pihak untuk mengajukan alat-alat bukti yang berkaitan dengan persoalan

kewenangan Pengadilan.

Selanjutnya Penggugat mengajukan alat bukti berupa Keterangan

Ahli bernama Dr. RIDWAN, S.H., M.Hum yang memberikan

pendapatnya yang pada pokoknya sebagai berikut :

5.1. Bahwa mengenai asas legalitas dan hubungan hukum dengan

seseorang atau badan hukum perdata, 1. Asas legalitas yang

Page 143: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

132

kaitannya dengan pemerintah adalah asas dalam pengertian hukum

administrasi bukan asas legalitas dalam hukum pidana. Dalam

hukum administrasi asas legalitas berarti setiap tindakan pemerintah

dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan itu harus berdasarkan

wewenang yang diberikan oleh undang-undang atau harus

berdasarkan wewenang yang diberikan oleh undang-undang. Asas

legalitas dalam hukum administrasi ini berkaitan dengan tindakan

pemerintah di bidang publik; 2. Hubungan hukum pemerintah

dengan seseorang atau badan hukum perdata, hubungan hukum

adalah hubungan antara dua pihak atau lebih yang berdasarkan pada

aturan hukum tertentu atau hubungan yang menimbulkan itu

munculnya hak dan kewajiban, hubungan hukum pemerintah dengan

seseorang atau badan hukum perdata dapat bersifat publik (publiek

en privaat rechtsbetrekking) sehingga apabila pemerintah melakukan

melanggar hukum atau melanggar hak-hak pihak lain dan atau

menimbulkan kerugian bagi seseorang atau badan hukum perdata

tersebut maka bisa dituntut;

5.2. Bahwa perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pemerintah

(Onrechtmatige daad) merupakan ajaran hukum perdata yang berarti

tindakan atau perbuatan yang tidak sesuai dengan norma hukum.

dalam pengertian umum Onrechtmatige daad adalah setiap

perbuatan yang tidak sesuai dengan norma hukum baik hukum

pidana, hukum administrasi, hukum perdata dan sebagainya, namun

Page 144: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

133

dalam penegakan hukum dalam sistem hukum Kontinental termasuk

di Indonesia istilah Onrechtmatige daad diterjemahkan dengan

perbuatan melanggar hukum dalam bidang perdata, dengan kata lain

Onrechtmatige daad adalah konsep hukum perdata, sedangkan

dalam konsep hukum publik khususnya hukum pidana digunakan

istilah Wererrechtelijkheid. Apabila pelaku dari Onechtmatige daad

itu pemerintah atau badan publik (publiek lichaam) disebut

Onrechtmatige overheidsdaad. Onrechtmatige daad dapat pula

muncul karena tindakan faktual (feitelijke handeling) dari organ

pemerintah, pengertian feitelijke handeling adalah tindakan-tindakan

yang tidak dimaksudkan untuk suatu akibat hukum. comtoh

diantaranya membangun gedung, membuat jalan, menebang pohon

di pinggir jalan, namun pemerintah melakukan perbuatan melanggar

hukum (Onrechtmatige overheidsdaad) bisa di bidang hukum

perdata, hukum pidana maupun tata negara;

5.3. Bahwa pemerintah dapat terlibat dengan kegiatan yang besifat

keperdataan sebagaimana manusia dan badan-badan hukum privat

terlibat dalam lalu lintas pergaulan hukum, pemerintah menjual dan

membeli, menyewa dan menyewakan, menggadai dan

menggadaikan, membuat perjanjian dan mempunyai hak milik, dan

juga banyak urusan-urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh

pihak swasta, contohnya perkumpulan perusahaan dan lembaga

pendidikan khusus, dan dalam bidang sosial ekonomi dimana

Page 145: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

134

organisasi swasta untuk sebagian dipublikan melalui organisasi

perusahaan publik pada bidang pertanian atau perkebunan,

pendidikan, pelayanan kesehatan dan angkutan jalan. Dengan

demikian pemerintah dapat melibatkan diri dalam kegiatan yang

bersifat keperdataan (bestuur als particuleren) dan pihak swasta

sering menjalankan urusan-urusan pemerintah tertentu (particuleren

als overheid) oleh karena itu muncul istilah teori campuran

(oplostheori) yang kadang sering menyulitkan dalam penegakan

hukum;

5.4. Bahwa tolok ukur atau kriteria untuk menentukan ada tidaknya

onrechtmatige daad adalah norma hukum perdata yaitu Pasal 1365

KUH Perdata yang mana pasal tersebut terjemahan dari Pasal 1410

BW, kriteria untuk menemukan ada tidaknya onrechtmatige daad

adalah dengan menganalisis isi Pasal 1365 KUH Perdata yaitu : 1.

Perbuatan Melawan Hukum; 2. Timbulnya kerugian; 3. Hubungan

kausal antara perbuatan melawan hukum dengan kerugian, dan; 4.

Kesalahan para pelaku. Bahwa pertanggungjawaban atas Perbuatan

Melawan Hukum (onrechtmatige daad) dalam Pasal 1410 BW atau

1365 KUH Perdata didasarkan pada prinsip adanya kesalahan si

pelaku atau pertanggungjawaban atas dasar kesalahan

(schuldaansprakelijkheid), pelaku dari onrechtmatige daad dapat

berupa seseorang (natuurlijk persoon), badan hukum

(rechtspersoon), maupun pemerintah (overheid), dalam hal

Page 146: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

135

pelakunya pemerintah (onrechtmatige overheid daad) maka dapat

dipertanggungjawabkan berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata;

5.5. Bahwa contoh perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh

pemerintah, antara lain : putusan tentang perbuatan melawan hukum

(PMH) di antaranya 1. Putusan No. 256/K/Pdt/2002 antara

Departemen Agama RI c/q. Kantor Wilayah Departemen Agama

Provinsi Jawa Tengah yang digugat oleh warga karena telah

menggunakan tanah milik warga tanpa alas hak; 2. Putusan No. 352

PK/Pdt/2010, Pemerintah RI c/q. Menteri Kesehatan RI c/q. Direktur

Utama Rumah Sakit Umum dr. Muhammad Husein Palembang yang

digugat Abuyani Roni dalam kasus operasi mata yang gagal; 3.

Putusan No. 2975 K/Pdt/2009 dalam perkara susu formula dan

putusan-putusan Mahkamah Agung tentang perbuatan melanggar

hukum dapat diakses di putusan mahkamahagung.go.id;

5.6. Bahwa asas praduga rechtmatige atau het vermoeden van

rechtsmatigheid itu berlaku dalam tindakan pemerintah yang bersifat

publik seperti membuat peraturan atau mengeluarkan keputusan tata

usaha negara, dengan kata lain setiap tindakan organ pemerintah di

bidang publik dianggap sah menurut hukum sampai dibuktikan

sebaliknya melalui proses peradilan, tindakan pemerintah di bidang

perdata tidak disyaratkan adanya asas legalitas, dalam hubungan

hukum keperdataan, asas yang mendasarinya adalah asas kebebasan

berkontrak (contractvrijheid beginsel), asas konsensual (consensuale

Page 147: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

136

beginsel), dan asas itikad baik (goede trouw), asas pacta sunt

servanda (het principe van pacta sunt servanda) dan asas

kepribadian (personaliteisbeginsel);

5.7. Bahwa konsep Onrechtamige daad atau Onrechtmatige

overheidsdaad adalah konsep hukum perdata dalam arti tindakan

yang tidak sesuai atau bertentangan dengan norma-norma hukum

perdata, adapun istilah penyalahgunaan wewenang (detournement de

pouvoir) dan tindakan sewenang-wenang (willekeur) merupakan

konsep hukum administrasi yaitu tindakan organ pemerintah yang

tidak sesuai dengan norma hukum administrasi. Parameter untuk

menguji penyalahgunaan wewennag (detournement de pouvoir)

adalah asas spesialitas (specialiteitbeginsel) yaitu asas yang

menentukan bahwa wewenang itu diberikan kepada subjek hukum

dengan tujuan tertentu, yang menyimpang dari tujuan diberikannya

wewenang ini dianggap sebagai penyalahgunaan wewenang

(detournement de pouvoir), terjadinya penyalahgunaan wewenang

bukanlah karena suatu kealpaan, tetapi dilakukan secara sadar yaitu

mengalihkan tujuan yang telah diberikan kepada wewenangnya itu

dengan didasari atas interest pribadi, baik untuk kepentingan dirinya

sendiri ataupun untuk orang lain. Adapun sewenang-wenang

(willekeur) adalah tidak dilakukannya perbuatan menimbang-

nimbang terhadap semua kepentingan yang terkait dengan keputusan

yang dikeluarkan atau telah dilakukan perbuatan menimbang-

Page 148: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

137

nimbang tersebut yang sedemikian tidak masuk akal, sehingga

mengakibatkan dikeluarkannya keputusan yang sama sekali tidak

bisa diterima atau dibenarkan. Maka penyalahgunaan wewenang

(detournement de pouvoir) dan tindakan sewenang-wenang

(willekeur) itu tidak sama dengan perbuatan melanggar hukum oleh

pemerintah (onrechtmatige overheid daad) dan norma hukum yang

diterapkan juga berbeda;

5.8. Bahwa mungkin saja organ pemerintah melakukan tindakan

keperdataan yang menimbulkan akibat hukum di bidang publik,

misalnya pegawai pemerintah atau panitia lelang melakukan

pelelangan benda-benda publik (publiek domain) kemudian hasil

lelangnya tidak disetorkan ke kas negara, pemerintah menyewakan

bangunan atau gedung, tetapi uangnya yang merupakan pendapatan

negara bukan pajak (PNPB) tidak disetorkan ke kas negara, pejabat

pemerintah mengadakan jual beli untuk keperluan sarana dan

prasarana instansi pemerintah, yang dalam pelaksanaannya ada unsur

kongkalingkong dengan penjual atau pembeli;

5.9. Bahwa ada beberapa jenis atau macam tindakan pemerintah yaitu : 1.

Tindakan pemerintah di bidang Regeling, produksinya berupa

peraturan perundang-undangan seperti Peraturan Pemerintah (PP),

Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan Menteri (Permen), Peraturan

Gubernur (Pergub), Peraturan Bupati (Perbup) atau Peraturan

Walikota (Perwal), dans sebagainaya. Jika ada penyimpangan norma

Page 149: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

138

hukum, pengujiannya dilakukan melalui Judicial Review dan

menjadi kewenangan absolut Mahkamah Agung; 2. Tindakan

Pemerintah di bidang Beschkking, produksinya berupa Keputusan

Tata Usaha Negara (KTUN), lembaga yang berwenang menguji

KTUN adalah instansi yang mengeluarkan KTUN itu atau instansi

lain atau instansi atasan (administratief beroep) dan Pengadilan Tata

Usaha Negara (administratieve rechtsspraak); 3. Tindakan

pemerintah di bidang kebijakan, produksinya berupa peraturan

kebijakan (beleidsregel), dalam praktik, keberatan terhadap

peraturan yang menimbulkan kerugian digugat atas dasar Perbuatan

Melawan Hukum yaitu melalui Peradilan Umum; dan 4. Tindakan

pemerintahan di bidang perdata (materiale daad) dan tindakan

faktual (feitelijke handeling) Lembaga yang berwenang menguji

adalah Peradilan Umum;

5.10. Instansi publik dibebani tanggung gugat dan tanggung jawab atas

kerugian yang dilakukan organ-organnya, bilamana organ dalam

kedudukannya sebagian organ itu telah melakukan perbuatannya

demi menunaikan tugas yang diberikan kepadanya, atau dalam

lingkungan formil dari wewenangnya, organ yang melakukan

perbuatan melanggar hukum dapat dipertanggungjawabkan secara

pribadi, bilamana organ tersebut telah melakukan perbuatan yang

bertentangan dengan statuta atau peraturan rumah tangga badan

Page 150: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

139

hukum itu atau perbuatan yang tidak sesuai dengan sikap kecermatan

yang seharusnya dilakukan terhadap pihak yang dirugikan;

5.11. Bahwa sepengetahuan Ahli, tidak ada mata anggaran yang bernama

“anggaran untuk ganti kerugian”. Jika ada dan tertulis anggaran

untuk ganti kerugian, ada kesan memberikan peluang bagi pejabat

publik untuk melakukan pelanggaran hukum. persoalan ganti rugi

oleh negara ini memang ada problem. Berdasarkan ilmu hukum,

telah menjadi pendapat umum para ahli hukum (communis opinio

doctorum) bahwa Negara, Provinsi, Kabupaten/Kota merupakan

badan hukum yang bersifat publik (publiek rechtspersoon), yakni

sebagai subjek hukum yang dapat bertindak dalam pergaulan hukum

(rechtsverkeer) dalam bidang keperdataan, dapat menuntut dan

dituntut, memiliki harta kekayaan, memiliki pengurus dan

sebagainya. Namun dalam hal ganti rugi, menurut beberapa problem.

Berbeda halnya dengan badan hukum yang berbentuk seperti PT,

yayasan, atau persero, di mana pembayaran ganti rugi itu berasal dari

aset atau modal milik badan hukum yang bersangkutan. Persoalan

ganti rugi yang berkenaan dengan badan hukum publik seperti

Negara, provinsi, Kabupaten/Kota tidak ditemukan kejelasannya

seperti darimana sumbernya, apa dan bagaimana wujud kekayaan

yang terpisah dari badan hukum publik ini, apakah normanya sama

dengan badan hukum pada umumnya, bagaimana pengaturannya dan

Page 151: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

140

sebagainya. Oleh karena itu, persoalan ini membutuhkan penelitian

hukum tersendiri;

5.12. Bahwa asas yang mendasari Pasal 1365 KUH Perdata , yang

dijadikan dasar untuk menuntut ganti rugi, adalah asas

“schuldaansprakelijkheid” (Pertanggung-jawaban atas dasar

kesalahan). Artinya ganti rugi itu diberikan jika aktivitas yang

dilakukan oleh pemerintah itu ada unsur kesalahan. Dengan kata

lain, jika unsur kesalahan itu tidak ada, ganti rugi tidak dapat

diberikan meskipun tindakan pemerintah itu merugikan pihak lain.

Pemerintah sering menggunakan tanah warga secara terbatas tanpa

perlu memberikan ganti rugi bagi pemilik tanah, misalnya untuk

pemasangan tiang-tiang listrik, saluran pipa perusahaan air minum

milik pemerintah, pemasangan pipa pertamina, dan sebagainya.

Dapat ditambahnkan, pemadaman aliran listrik oleh PLN dalam

rangka perbaikan instalasi atau pemasangan kabel, kemungkinan

besar menimbulkan kerugian bagi pihak-pihak tertentu atau tidak

mendapatkan keuntungan yang semestinya diperoleh bagi beberapa

perusahaan, pertokoan, dan sebagainya. Dalam hal demikian, PLN

tidak dapat dibebani kewajiban memberikan ganti rugi;

5.13. Bahwa dalam pengertian umum, Onrechtmatige daad adalah setiap

perbuatan yang tidak sesuai atau bertentangan dengan hukum, baik

itu Hukum Pidana, Hukum Administrasi, Hukum Perdata, dan

sebagainya. Dengan pengertian umum ini, pemilik bangunan dapat

Page 152: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

141

dikategorikan telah melakukan perbuatan melanggar hukum, yakni

melanggar Hukum Perijinan (bijzonder deel van bestuursrecht);

5.14. Bahwa Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) itu dituangkan dalam

bentuk Keputusan. Oleh karena itu, kewenangan penegakan

hukumnya terletak pada siapa yang berwenang menerbitkan

keputusan ijin itu, apakah ia Pejabat Pusat atau Pejabat Daerah. Pada

umumnya, IMB itu diterbitkan oleh Pemerintah Daerah dan

karenanya kewenangan penegakannya ada pada Pemerintah Daerah,

melalui perangkatnya;

5.15. Bahwa sanksi yang dapat diberikan terhadap pemilik bangunan tanpa

ijin atau yang melanggar syarat-syarat perijinan itu tergantung pada

peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pendirian

bangunan itu. Pada umumnya dalam peraturan perundang-undangan

tersebut sudah dicantumkan macam-macam sanksi yang akan

diterapkan sesuai dengan jenis pelanggarannya. Biasanya sanksi

yang dapat diterapkan berupa : penundaan pelayanan administrasi,

penangguhan keputusan, pencabutan keputusan, paksaan

pemerintahan (bestuursdwang), dan pengenaan uang paksa

(dwangsom). Berkenaan dengan pelanggaran norma perijinan ini

harus dilihat secara kasuistis, artinya harus dilihat apakah

pelanggaran itu bersifat substansial atau tidak. Dalam hal

pelanggaran bersifat substansial, sanksi berupa penundaan pelayanan

administrasi, penangguhan keputusan, dan pencabutan keputusan ijin

Page 153: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

142

tidak memadai (ontoereikend), sehingga sanksi yang relevan adalah

bestuursdwang atau dwangsom. Dalam hal sanksi berupa pencabutan

ijin, berlaku asas contrarius actus, dalam arti kewenangan tentang

perubahan dan pencabutan keputusan itu ada pada pejabat yang

berwenang menerbitkannya. Adapun sanksi terhadap penegak

hukum yang tidak melaksanakan tugasnya atau membiarkan

terjadinya pelanggaran, umumnya tidak diatur dalam peraturan

perundang-undangan yang bersangkutan. Secara teoretik maupun

praktik, hal ini merupakan salah satu kelemahan atau kekurangan

peraturan perundang-undangan dan karenanya perlu pembenahan

sehingga ada jaminan perlindungan hukum yang lebih baik bagi

warga negara atau pihak-pihak yang berkepentingan (belang

hebben);

5.16. Berdasarkan unsur-unsur yang disebutkan dalam hukum positif

terhadap hak pakai 1. Penetapan tertulis; 2. Dikeluarkan oleh Badan

atau Pejabat Tata Usaha Negara; 3. Berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku; 4. Bersifat konkret, individual,

dan final. Sertifikat hak pakai atau sertifikat hak milik biasanya

ditujukan untuk persoon tertentu, namanya sudah tercantum dalam

sertifikat; 5. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang, sehingga

menurut Ahli, suatu Sertifikat Hak Pakai ataupun Surat Keputusan

Kepala Kantor Pertanahan yang mendasarinya terbitnya sertifikat

Page 154: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

143

tersebut telah memenuhi kriteria unsur-unsur tersebut, sehingga

termasuk KTUN;

5.17. Bahwa contoh tindakan pemerintah di bidang hukum privat misalnya

pemerintah membeli komputer lalu harganya disepakati adanya

persyaratan, hal ini terjadi hubungan perdata persesuaian kehendak

dan bila terjadi tindakan faktual yang merugikan pihak lain, maka

hal itu menjadi kompetensi Peradilan Umum;

5.18. Bahwa apabila ada semacam keberatan dari pihak ketiga dan bukan

Pemohon terhadap suatu KTUN, menurut Ahli, pihak ketiga tersebut

mengajukan gugatannya ke PTUN;

6. Penjabaran Ahli dari Tergugat

Selanjutnya Tergugat mengajukan alat bukti berupa Keterangan

Ahli bernama WEDA KUPITA, S.H., M.H. yang memberikan

pendapatnya yang pada pokoknya sebagai berikut :

6.1 Bahwa hubungan antara Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan

oleh Pemerintah di satu sisi dengan Hukum Administrasi Negara dan

Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara di sisi lain dapat

dijelaskan sebagai berikut : Bahwa di dalam Hukum Administrasi

Negara dikenal ajaran tentang tindakan pemerintahan atau

bestuurshandelingen. tindakan pemerintah pada hakekatnya dapat

digolongkan menjadi dua yaitu tindakan nyata atau

feitelijkhandelingen dan tindakan hukum pemerintah atau

rechtshandelingen, tindakan pemerintahan berupa hukum perdata

Page 155: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

144

atau privat dan tindakan hukum publik, tindakan hukum publik dapat

dogolongkan menjadi dua yaitu yang ditujukan kepada umum yang

disebut Besluit atau keputusan yang ditujukan untuk umum atau

peraturan contoh peraturan perundang-undangan dan yang kedua

hukum publik yang ditujukan untuk individual disebut Beschikking

atau penetapan contohnya Keputusan Tata Usaha Negara, apabila

pemerintah melakukan suatu tindakan yang merugikan warga negara

maka pemerintah dapat digugat bisa melalui PMH atau apabila

melakukan tindakan KPUN maka dapat digugat melalui Peradilan

Tata Usaha Negara (PTUN) dan yang terkait dengan masalah

perlindungan hukum yang diberikan kepada subjek hukum dalam hal

itu tergantung dari kedudukan hukum pemerintah ketika melakukan

tindakan tersebut;

6.2 Bahwa dengan perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada

rakyat dari tindakan hukum yang merugikan rakyat dari tindakan

hukum yang dilakukan oleh pemerintah, perlindungan hukum

apabila atas tindakan hukum yang dilakukan Pemerintah maka

kepadanya harus diberikan perlindungan hukum itu tergantung dari

tindakan hukum pemerintah, kedudukan perbuatan hukum

pemerintah digolongkan menjadi dua yaitu dalam bidang hukum

publik dan dalam bidang hukum privat. Dalam bidang publik apabila

pemerintah melakukan tindakan hukum publik berupa keputusan

atau penetapan maka rakyat diberikan satu perlindungan hukum

Page 156: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

145

dapat mengajukan gugatan kepadanya, apabila yang dirugikan

merupakan KTUN maka digugatnya melalui PTUN, apabila

pemerintah kedudukannya sebagai wakil dari badan hukum (publik)

maka tindakan hukum pemerintah itu diatur dalam hukum perdata

apabila pemrintah melakukan hukum perdata merugikan subjek

hukum lain maka subjek hukum yang dirugikan itu dapat

mengajukan gugatannya ke Peradilan Umum;

6.3 Bahwa kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara dalam Undang-

Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara dalam Psal 47 yang

menjelaskan bahwa pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa

memutus menyelesaikan sengketa tata usaha negara, pengertian

sengketa tata usaha negara adalah sengketa antara orang atau badan

hukum dengan pejabat hukum tata usaha negara sebagai akibta

diterbitkannya Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) atau

Beschikking sehingga hubungan antara yang digugat dengan pejabat

tata usaha negara menyelesaikan suatu sengketa tata usaha negara

yang diakibatkan oleh diterbitkannya Keputusan Tata Usaha Negara;

6.4 Bahwa pengertian KTUN yang diatur pada Pasal 1 angka 9 Undang-

Undang No. 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,

KTUN adalah penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh

Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum tata

usaha negara yang bersifat konkret, individual dan final. Unsur-

unsurnya yaitu 1. Tertulis; 2. Dikeluarkan oleh Badan/Pejabat

Page 157: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

146

Negara; 3. Berisi tindakan hukum TUN yang bersifat konkret

dilindungi oleh negara, sifat induvidual, stau KTUN/Beschikking

beda dengan peraturan perundang-undangan, contoh dalam

kehidupan sehari-hari surat keputusan pengangkatan seseorang

sebagai pegawai negeri atau surat keputusan tentang pemberhentian

sebagai pegawai negeri, sertifikat hak milik, sertifikat hak guna

usaha, sertifikat hak pakai, atau keputusan-keputusan lain yang

ditujukan untuk individual dan suatu keputusan sebagai KTUN tidak

harus memerlukan suatu golongan tertentu contoh Ijazah, kartu studi

seorang mahasiswa;

6.5 Bahwa Sertifikat Hak Pakai jelas termasuk KTUN dasar hukumnya

adalah Pasal 1 angka 9 Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 tentang

pengertian dari KTUN karena telah memenuhi unsur-unsurnya yaitu

1. Tertulis; 2. Dikeluarkan oleh Pejabat Tata Usaha Negara; 3. Berisi

tindakan hukum tata usaha negara; 4. Konkret; 5. Individual; 6. Final

(Tidak memerlukan persetujuan dari pihak lain), dan mengenai

kewenangannya apabila diajukan gugatan pembatalam sertifikat hak

pakai maka jelas pengadilan yang berwenang mengadili gugatan

pembatalan sertifikat hak pakai adalah Pengadilan Tata Usaha

Negara;

6.6 Bahwa Surat Keputusan tentang pembongkaran yang dikeluarkan

oleh Pemerintah dalam hal ini Bupati ini jelas merupakan KTUN dan

karena telah memenuhi unsur-unsur Pasal 1 angka 9 Undang-

Page 158: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

147

Undang No. 51 Tahun 2009, maka yang berwenang mengadili

sengketanya tentang penerbitan perintah pembongkaran suatu

bangunan adalah Pengadilan Tata Usaha Negara karena yang

diperintahkan itu adalah agar Pemda menerbitkan suatu KTUN

berdasarkan Hukum Acara Tata Usaha Negara maupun dalam

praktek Tata Usaha Negara. Contohnya Pemda diperintahkan

dihukum untuk menerbitkan Surat Ijin Mendirikan Bangunan maka

perintah untuk menrbitkan KTUN maka kewenangan dari Peradilan

Tata Usaha Negara;

6.7 Bahwa ada beberapa Yurisprudensi PTUN Semarang antara lain No.

33 Tahun 2012 putusan sengketa antara seseorang yang menempati

suatu bangunan dalam hal ini adalah rumah dinas SMP Negeri 2

Purwokerto melawan Bupati Banyumas, itu mengenai Surat

keputusannya tentang pengosongan/pembongkaran bangunan;

6.8 Bahwa instrumen pemerintahan dalam Hukum Administrasi Negara

pada hakekatnya dibagi 2 yaitu 1. Instrumen yuridis pemerintahan; 2.

Domein Publik atau yang digunakan untuk kepentingan umum. Ad.

1. Instrumen Yuridis Pemerintahan terdiri dari : 1. Peraturan

Perundang-Undangan; 2. Ketetapan atau KTUN (Beschikking); 3.

Peraturan kebijaksanaan; 4. Perijinan; 5. Insrumen pemerintah yang

bersifat hukum privat. Bahwa instrumen peraturan perundang-

undangan atau instrumen pemerintahan yang berupa Beschikking

artinya suatu instrumen yang dapat digunakan oleh pemerintah

Page 159: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

148

dalam pemerintah menjalankan tugas-tugasnya yaitu menggunakan

instrumen yuridis yang menggunakan barang milik publik atau

barang milik negara, contohnya peraturan pemerintah, negara

menggunakan barang milik negara sebagai suatu sarana untuk

menjalankan tugas dan fungsinya;

6.9 Bahwa yang berwenang menentukan kawasan wilayah jalur hijau

atau tidak adalah harus melalui dengan peraturan daerah dan yang

berwenang menetapkan peraturan daerah adalah Bupati bersama

DPR;

6.10 Bahwa Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang berisi

aturan pemerintah mengenai bagaimana pemerintah melaksanakan

tugas untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, urusan

pemerintahan meliputi mengelola barang milik publik atau barang

milik negara mengenai pembuatannya, perwujudannya,

penghapusannya, pengaplikasiannya tunduk pada Hukum

Administrasi Negara bisa berupa undang-undang, peraturan

pemerintah, peraturan menteri, dan sebagainya hal itu menjadi

domein Hukum Administrasi Negara;

6.11 Bahwa Surat Keputusan Kantor Pertanahan yang mendasari terbitnya

suatu Sertifikat Hak Pakai merupakan KTUN, dan demikian pula

dengan Sertifikat Hak Pakainya tersebut juga merupakan KTUN;

6.12 Bahwa dalam mengajukan suatu gugatan ke Peradilan Tata Usaha

Negara ada batasan waktunya yaitu 90 (sembilan puluh) hari, dan

Page 160: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

149

menurut Pasal 55 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara diatur gugatan diproses hanya harinya

90 (sembilan puluh) hari sejak KTUN itu diterima dan diumumkan,

apabila KTUN itu ditujukan kepada Penggugat maka 90 (sembilan

puluh) hari itu dihitung sejak KTUN itu diumumkan, apabila

peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dikeluarkannya

KTUN mewajibkan atau mengharuskan suatu KTUN itu diumumkan

maka tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari dihitung sejak

KTUN itu diumumkan, yang ketiga Surat Edaran Mahkamah Agung

No. 2 Tahun 1991 mengenai tenggang waktu penggugat, apabila

penggugat bukan pihak yang dituju oleh KTUN itu maka 90

(sembilan puluh) hari itu dihitung sejak penggugat mengetahui dan

merasa kepentingannya dirugikan oleh terbitnya KTUN tersebut;

6.13 Bahwa pengaturan tenggang waktu tersebut untuk menentukan

kepastian hukum, kalu gugatan diajukan telah lampau waktu maka

gugatan tidak dapat diterima (Niet Onvankelijkeverklaar) sehingga

sudah tidak ada solusi bagi pencari keadilan untuk mengajukan

proses peradilan;

6.14 Bahwa menurut Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang No. 9 Tahun 2004

tentang perubahan atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara, bahwa orang atau badan hukum

perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu KTUN

dapat mengajukan gugatan ke pengadilan yang berwenang yang

Page 161: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

150

berisi tuntutan agar KTUN itu dinyatakan batal atau tidak sah

dengan atau tanpa disertai ganti rugi, berdasarkan Pasal 53 ayat (1)

Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tersebut dengan petitum pokok

dan petitum tambahan, pada petitum pokoknya adalah tentang

batalnya atau tidak sahnya suatu KTUN lalu petitum tambahannya

berupa ganti rugi atau rehabilitasi;

6.15 Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah, maka ganti rugi tersebut

maksimal besarnya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) ketika gugatan

dikabulkan. Artinya KTUN batal maka kepada Penggugat diberi hak

untuk mengajukan gugatan secara keperdataan di pengadilan negeri;

6.16 Bahwa apabila mengajukan ganti kerugian lebih dari lima juta rupiah

tetapi yang dikabulkan maksimal hanya lima juta rupiah sesuai

peraturan di PTUN, tetapi kalau di Peradilan Umum ganti ruginya

obyektif sesuai kerugian;

6.17 Bahwa dalam ajaran hukum tindakan pemerintahan yang berkaitan

dengan kedudukan hukum pemerintah, sebetulnya merupakan salah

satu materi perlindungan hukum, kedudukan pemerintah itu sebagai

wakil dari suatu jabatan, suatu jabatan tindakan pemerintah tunduk

dan diatur oleh Hukum Administrasi Negara, apabila pemerintah

melanggar Hukum Administrasi Negara maka subjek hukum yang

dirugikan dapat diberikan suatu perlindungan hukum dengan kaidah

Hukum Administrasi Negara, yang kedua kedudukan dalam hukum

Page 162: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

151

privat, pemerintah dalam hal ini sebagai wakil dari badan hukum

publik;

6.18 Bahwa pemerintah juga dapat melakukan tindakan dalam hukum

privat, contohnya pemerintah melakukan jual beli;

6.19 Bahwa apabila ada asetnya, maka yang memiliki adalah badan

hukumnya;

6.20 Bahwa tidak semua Keputusan pejabat Tata Usaha Negara itu

termasuk keputusan tata usaha negara, dalam konsep ajaran tindakan

hukum pemerintahan, bahwa tindakan pemerintahan bisa tindakan

hukum privat dam tindakan hukum publik. Tindakan hukum publik

ada yang ditujukan kepada individu, contohnya Beschikking atau

KTUN ada yang ditujukan kepada umum (Besluit) contohnya

peraturan perundang-undangan, keputusan Bupati mengenai tata cara

pengajuan ijin ini Besluit bukan KTUN karena ditujukan untuk

umum;

6.21 Bahwa terhadap barang milik negara yang untuk kepentingan umum

terhadapnya tidak dapat diletakkan sita jaminan dan berdasarkan

Pasal 50 Undang-Undang tentang Perbendaharaan Negara No. 1

Tahun 2004 disebutkan larangan melakukan penyitaan terhadap

barang milik negara atau barang yang dikuasai oleh Negara;

6.22 Bahwa redaksi tidak sah, pembatalan dan tidak mempunyai kekuatan

hukum yang mengikat secara hukum juga sama artinya

Page 163: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

152

7. Pertimbangan Hukum Hakim

7.1 Menimbang, bahwa eksepsi kewenangan dari Tergugat, Tuurt

Tergugat I dan turut Tergugat II adalah sebagaimana tersebut di atas;

7.2 Menimbang, bahwa oleh karena tergugat, Turut Tergugat I dan Turut

Tergugat II mengajukan eksepsi kewenangan mengadili, maka

berdasarkan ketentuan Pasal 136 HIR, Majelis terlebih dahulu

mempertimbangkan dan kemudian memutus tentang eksepsi

kewenangan mengadili tersebut;

7.3 Menimbang, bahwa mencermati dalil-dalil eksepsi kewenangan yang

diajukan oleh Tergugat, Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II pada

pokoknya adalah sama, yaitu bahwa Pengadilan Negeri Purwokerto

tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini.

7.4 Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis akan menilai apakah eksepsi

kewenangan mengadili yang diajukan Para Tergugat tersebut

beralasan menurut hukum, ataukah tidak ?

7.5 Menimbang, bahwa sebagaimana posita gugatan angka (2) dan

petitum gugatan angka (2) yang menjadi Objek Sengketa adalah tanah

seluas ± 122,5 m2 yang masuk dan tertulis dalam Sertifikat Hak Pakai

No. 00016/Kel. Pabuaran, Surat Ukur tanggal 09/10/2008 No.

00031/Pabuaran seluas 1.919 m2 tertulis atas nama Departemen

Pendidikan Nasional berkedudukan di Jakarta;

7.6 Menimbang, bahwa selanjutnya dalam posita gugatan angka (13) dan

petitum gugatan angka (9) meminta agar Sertifikat Hak Pakai No.

Page 164: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

153

00016/Kel. Pabuaran, Surat Ukur tanggal 09/10/2008 No.

00031/Pabuaran/2008 seluas 1.919 m2 tertulis atas nama Departemen

Pendidikan Nasional berkedudukan di Jakarta sepanjang menyangkut

Objek Sengketa dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum

mengikat;

7.7 Menimbang, bahwa di samping itu, dalam posita gugatan angka (8)

sampai dengan angka (12), dan petitum angka (8) terhadap Surat

Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Banyumas tanggal

31/12/2008 No. SK 29/530.3/11.27/2008 yang menjadi dasar terbitnya

Sertifikat Hak Pakai No. 00016/Kel. Pabuaran tersebut, sepanjang

menyangkut objek sengketa, Para Penggugat juga meminta agar

dinyatakan tidak sah dan dibatalkan;

7.8 Menimbang, bahwa yang menjadi pertanyaannya adalah : apakah

produk hukum yang diminta supaya dinyatakan tidak mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat dan/atau diminta supaya dinyatakan

tidak sah dan/atau dibatalkan tersebut, in casu Sertifikat Hak Pakai

No. 00016/Kel. Pabuaran dan Surat Keputusan Kepala Kantor

Pertanahan Kabupaten Banyumas tanggal 31/12/2008 No.

SK29/530.3/11.27/2008 tersebut merupakan Keputusan Tata Usaha

Negara ? dan selanjutnya apakah yang disengketakan para pihak

tersebut dikategorikan sebagai Sengketa Tata Usaha Negara ?

7.9 Menimbang, bahwa batasan/pengertian Keputusan Tata Usaha Negara

secara eksplisit disebutkan dalam Pasal 1 angka (9) Undang-Undang

Page 165: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

154

No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang

No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yaitu : “suatu

penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat Tata

Usaha Negara, yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang

bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat

hukum bagi seseorang atau badann hukum perdata”;

7.10 Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “konkret” adalah

keputusan tersebut nyata-nyata diterbitkan oleh Badan atau Pejabat

Tata Usaha Negara, keputusan tersebut tidak abstrak tetapi berwujud

keputusan tertulis, sedangkan “individual” berarti keputusan tersebut

tidak ditujukan untuk umum, tetapi ditujukan khusus kepada person

hukum tertentu, baik orang atau badan/lembaga, selanjutnya “final”

berarti keputusan Tergugat tersebut sudah tidak lagi memerlukan

persetujuan instansi lainnya, tetapi telah definitif dan telah

menimbulkan akibat hukum kepada person hukum tertentu;

7.11 Menimbang, bahwa apabila batasan-pengertian Keputusan Tata Usaha

Negara tersebut dikaitkan dengan produk hukum berupa : Sertifikat

Hak Pakai No. 00016/Kel. Pabuaran dan Surat Keputusan Kepala

Kantor Pertanahan Kabupaten Banyumas tanggal 31/12/2008 No.

SK29/530.3/11.27/2008 sebagaimana tersebut di atas, menurut

Majelis Hakim kedua produk hukum tersebut termasuk dalam kategori

Keputusan Tata Usaha Negara;

Page 166: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

155

7.12 Menimbang, bahwa baik Ahli dari Pihak Tergugat dan Turut Tergugat

I maupun Ahli dari Pihak Penggugat, di persidangan juga memberikan

pendapatnya, bahwa kedua produk hukum tersebut termasuk dalam

kategori Keputusan Tata Usaha Negara;

7.13 Menimbang, bahwa lebih daripada itu, mencermati anasir penetapan

tertulis, yang konkret, yang individual, dan yang final dari kriteria

Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) tersebut, menurut Majelis,

kedua produk hukum tersebut juga tidak termasuk produk Keputusan

Tata Usaha Negara yang dikecualikan undang-undang, yaitu tidak

merupakan keputusan fiktif-negatif, sebagaimana diatur dalam Pasal 3

UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan juga

bukan Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan

hukum perdata, atau Keputusan Tata Usaha Negara yang masih

memerlukan persetujuan, atau Keputusan Tata Usaha Negara yang

didasarkan pada peraturan perundangan pidana, atau KTUN yang

didasarkan atas hasil pemeriksaan badan peradilan, atau Keputusan

Tata Usaha Negara yang terkait dengan Tentara Nasional Indonesia,

atau Keputusan Tata Usaha Negara Komisi Pemilihan Umum,

sebagaimana diatur dalam Pasal 2 UU No. 9 Tahun 2004 tentang

perubahan atas UU No. 5 Tahun 1986;

7.14 Menimbang, bahwa selanjutnya pasal 1 angka (10) Undang-Undang

No. 51 Tahun 2009 menegaskan tentang pengertian Sengketa Tata

Usaha Negara, dimana ditentukan bahwa Sengketa Tata Usaha Negara

Page 167: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

156

adalah : “sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara

antara orang atau badan hukum perdata dengan dan atau pejabat Tata

Usaha Negara, baik di Pusat maupun di Daerah, sebagai akibat

dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara............”;

7.15 Menimbang, bahwa perihal permintaan sita jaminan, penentuan Jalur

Hijau, perintah pembongkaran atas apa yang didalilkan sebagai Aset

Negara atau Barang Milik Negara, sebagaimana petitum angka (2),

(3), dan angka (6), oleh karena itu merupakan turunan (derivasi) dan

bersifat assesoir dari hal-hal pokok tersebut di atas, maka tidak

dipertimbangkan lebih lanjut;

7.16 Menimbang, bahwa dari fakta dan uraian pertimbangan tersebut di

atas, menunjukkan bahwa materi pokok sengketa antara pihak

Penggugat dengan pihak Tergugat dan Turut Tergugat tersebut adalah

masuk dalam lingkup sengketa Tata Usaha Negara;

7.17 Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 47 Undang-Undang

No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jelas

ditegaskan, bahwa : “Peradilan Tata Usaha Negara berwennag

memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha

Negara”;

7.18 Menimbang, bahwa oleh karena pokok sengketa para pihak,

sebagaimana diuraikan di atas masuk dalam lingkup “sengketa Tata

Usaha Negara”, maka lembaga yang berwenang mengadili perkara a-

quo adalah Peradilan Tata Usaha Negara, dan dengan demikian, maka

Page 168: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

157

eksepsi kewenangan dari Tergugat dan Turut Tergugat I serta Turut

Tergugat II tersebut adalah beralasan menurut hukum, dan karenanya

harus diterima;

7.19 Menimbang, bahwa pendapat Majelis tersebut di atas, bersesuaian

dengan Putusan Mahkamah Agung RI berikut :

- Putusan MA RI No. 140 K/tun/2000 tanggal 11 Februari 2002

(Kompilasi Kaidah Hukum, Putusan Mahkamah Agung, Hukum

Acara Perdata Masa Setengah Abad, M. Ali Boediarto);

- Putusan Mahkamah Agung RI No. 330 K/TUN/2004 tanggal 10

Mei 2002 (Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Tahun 2008,

Mahkamah Agung RI 2007);

- Putusan MA RI No. 213 K/TUN/2007 tanggal 6 November

2007 (Yirsprudensi Mahkamah Agung RI Tahun 2010, Badan

Litbang & Diklat Hukum dan Peradilan, MA RI 2010);

7.20 Menimbang, bahwa karena eksepsi kewenangan dari Tergugat dan

Turut Tergugat I serta Turut Tergugat II tersebut beralasan menurut

hukum dan diterima, maka harus dinyatakan, bahwa Pengadilan

Negeri in casu Pengadilan Negeri Purwokerto tidak berwenang untuk

mengadili perkara No. 73/Pdt.G/2013/PN.Pwt. ini;

7.21 Menimbang, bahwa karena Pengadilan Negeri in casu Pengadilan

Negeri Purwokerto tidak berwenang untuk mengadili perkara No.

73/Pdt.G/2013/PN.Pwt. ini, maka terhadap materi pokok gugatan a

quo tidak dipertimbangkan lebih lanjut oleh Majelis;

Page 169: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

158

7.22 Menimbang, bahwa karena Para Penggugat berada di pihak yang

kalah, maka berdasarkan ketentuan Pasal 181 HIR, Para Penggugat

dihukum untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam perkara

ini, yang besarnya akan disebutkan dalam amar putusan;

7.23 Menimbang, bahwa karena eksepsi kewenangan tersebut diterima, dan

karenanya Pengadilan Negeri in casu Pengadilan Negeri Purwokerto

tidak berwenang untuk mengadili perkara ini, maka berdasarkan

ketentuan Pasal 190 ayat (2) HIR, bentuk putusan ini dipandang

sebagai PUTUSAN AKHIR;

7.24 Mengingat Pasal 1 angka (9) dan angka (10) Undang-Undang No. 51

Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 5

Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal 47 Undang-

Undang No. 5 Tahun 1986, Pasal 136 HIR, Pasal 190 ayat (2) HIR,

dan pasal-pasal lain dari peraturan perundang-undangan lain yang

bersangkutan;

8. Diktum Putusan Majelis Hakim

8.1. Menerima eksepsi Tergugat dan Turut Tergugat I serta Turut Tergugat

II;

8.2. Menyatakan Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili

perkara tersebut;

8.3. Menghukum Para Penggugat untuk membayar biaya perkara ini

sebesar Rp. 1.521.000,- (satu juta lima ratus dua puluh satu ribu

rupiah);

Page 170: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

159

B. PEMBAHASAN

1. Bentuk Perlindungan Hukum bagi rakyat terhadap Tindakan

Pemerintah berdasarkan Konsep Hukum Administrasi Negara

Abad ke-21 ini mulai berkembang dengan adanya konsep negara

hukum yang kini mulai dianut oleh banyak negara di dunia. Konsep

negara hukum tersebut juga diterapkan di Indonesia dengan tidak terlepas

dari konsep negara hukum kontinental. Hal tersebut dikarenakan

Indonesia dijajah oleh Belanda yang menganut konsep negara hukum

Eropa Kontinental. Salah satu unsur yang melekat dari negara hukum

(rechtstaat) menurut Stahl, yaitu pemerintahan berdasarkan peraturan

perundang-undangan,130

artinya bahwa segala tindakan pemerintahan

harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku di

negara tersebut.

Pemerintah dalam melakukan hubungan dengan warga negara

senantiasa terjadi setiap waktu karena pemerintahan tidak bisa

melaksanakan tanpa adanya rakyat. Setiap tindakan pemerintahan

haruslah dilandaskan pada suatu peraturan perundang-undangan sebagai

bentuk pencegahan pemerintah tidak melakukan perbuatan sewenang-

wenang terhadap rakyat.

Tujuan adanya pemerintahan harus dijalankan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan, dimaksudkan untuk menjamin

perlindungan hak-hak asasi manusia jika tindakan pemerintah tersebut

130

Pendapat ini dikutip dari Miriam Budiardjo, op.cit., 76.

Page 171: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

160

ternyata merugikan rakyat. Untuk menjamin hak-hak asasi tersebut

konsep negara hukum (rechtstaat) juga memberikan suatu perlindungan

hukum kepada rakyat yaitu adanya peradilan administrasi di dalam

perselisihan antara pemerintah dengan rakyat yang dirugikan.

Berdasarkan konsep Hukum Administrasi Negara (HAN), ajaran

perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada rakyat dari tindakan

pemerintah yang melanggar hukum dan merugikan rakyat, dapat

digolongkan menjadi dua yaitu :

1. Perlindungan hukum dalam bidang hukum publik (publiek

rechtsbecherming);

2. Perlindungan hukum dalam bidang hukum privat (private

rechtsbecherming).

Perlindungan hukum baik dalam bidang hukum publik (dalam hal

ini HAN), maupun dalam bidang hukum privat, erat kaitannya dengan

konsep kedudukan hukum pemerintah dan konsep tindakan pemerintah

(Bestuur handelingen).

Berdasarkan konsep kedudukan hukum pemerintah, maka

pemerintah memiliki 2 (dua) kedudukan hukum, yaitu :

1. Kedudukan pemerintah dalam bidang hukum publik, maka

pemerintah berkapasitas sebagai “pejabat” (ambtsdrager) dari

“jabatan pemerintahan”

Ketika pemerintah melakukan tindakan dalam kapasitasnya

sebagai pejabat, tindakan tersebut tunduk dan diatur berdasarkan

Page 172: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

161

ketentuan HAN. Tindakan pemerintah dalam bidang HAN dapat

mengakibatkan terjadinya perbuatan yang melanggar/bertentangan

dengan HAN, yang merugikan hak-hak warga negara. Apabila

terjadi pelanggaran hukum ini, terhadap warga negara diberikan

perlindungan hukum berdasarkan HAN.

2. Kedudukan pemerintah dalam bidang hukum privat, maka

pemerintah berkapasitas sebagai wakil dari “badan hukum

publik” (publiek rechtspersoon/ public legal entity).

Ketika pemerintah melakukan tindakan dalam kapasitasnya

sebagai wakil dari badan hukum, tindakan tersebut tunduk dan

diatur berdasarkan ketentuan hukum keperdataan. Tindakan

pemerintah dalam bidang hukum keperdataan dapat mengakibatkan

terjadinya perbuatan yang melanggar/bertentangan dengan hukum

perdata, yang merugikan hak-hak warga negara. Apabila terjadi

pelanggaran hukum ini, terhadap warga negara diberikan

perlindungan hukum berdasarkan hukum perdata.

Dalam pembahasan yang pertama ini yakni mengenai bentuk

perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah dalam

konsep Hukum Administrasi Negara, akan diawali dari perlindungan

hukum dalam bidang hukum publik.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa dalam bidang hukum

publik, kedudukan pemerintah berkapasitas sebagai wakil dari suatu

”jabatan”. Ketika pemerintah melakukan tindakan dalam kapasitasnya

Page 173: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

162

sebagai pejabat, tindakan tersebut tunduk dan diatur berdasarkan

ketentuan HAN. Tindakan pemerintah dalam bidang HAN dapat

mengakibatkan terjadinya perbuatan yang melanggar/bertentangan

dengan HAN, yang merugikan hak-hak warga negara. Apabila terjadi

pelanggaran hukum ini, terhadap warga negara diberikan perlindungan

hukum berdasarkan HAN.

Perlindungan Hukum yang ditujukan terhadap rakyat juga harus

lebih dipahami bahwa suatu tindakan pemerintah tidak hanya didasarkan

atas suatu keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah atau hal ini

pejabat atau tata usaha negara. Namun yang harus lebih ditekankan yaitu

jenis tindakan pemerintah apa yang dilakukan di dalam melakukan

hubungan hukum dengan rakyat. Hal ini penting dengan tujuan

mengarahkan pada suatu konsep perlindungan hukum dan bagaimana

konsep penyelesaian hukumnya terhadap suatu tindakan pemerintah yang

merugikan rakyat.

Konsep perlindungan hukum dalam bidang hukum publik, erat

kaitannya dengan konsep tindakan pemerintahan (bestuur handelingen),

oleh karena itu sebelum membahas konsep Perlindungan Hukum bagi

rakyat, terlebih dahulu akan penulis jabarkan mengenai Skema Tindakan

Pemerintahan yang akan mengarah pada konsep Perlindungan Hukum

bagi rakyat dalam ranah Hukum Administrasi Negara.

Tindakan Pemerintah dalam hubungannya dengan rakyat dapat

dijabarkan dengan skema Tindakan Hukum Pemerintahan:

Page 174: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

163

Skema Tindakan Hukum Pemerintahan131

Keterangan/Terjemah

1. Bestuurshandelingen : Tindakan-tindakan pemerintahan

2. Feitelijke handelingen : Tindakan-tindakan nyata

3. Rechtshandelingen : Tindakan-tindakan hukum

4. Privaatrechtelijke rechshandelingen : Tindakan-tindakan keperdataan

5. Publiekrechtelijke rechshandelingen : Tindakan-tindakan hukum publik

6. Meerzijdige publiekrechtelijke : Tindakan-tindakan hukum publik

rechshandelingen beberapa pihak

7. Eenzijdige pubkliekrechtelijke : Tindakan-tindakan hukum publik

rechshandelingen sepihak

8. Besluiten van algemene strekking : Keputusan yang ditujukan untuk

umum (keputusan yang bersifat

umum)

9. Bescihkking : Keputusan (yang bersifat konkret,dan

Individual)

131

Ridwan HR, op.cit., hlm. 123.

Bestuurshandelingen

Feitelijke

Handeling

en

Rechtshandelingen

Privaatrechtelijke

Rechtshandelingen

Publiekrechtelijke

Rechtshandelingen

Eenzijdige

Publiekrechtelijke

Rechtshandelingen

Meerzijdige

Publiekrechtelijke

Rechtshandelingen

Besluiten van Algemene

Strekking

Beschikkingen

Page 175: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

164

Skema di atas menunjukkan bahwa Bestuurshandelingen

(tindakan-tindakan pemerintahan) terdiri dari 2 (dua) yaitu : 1. Feitelijke

handelingen (tindakan-tindakan nyata); dan 2. Rechtshandelingen

(tindakan-tindakan hukum). Pengertian Feitelijke Handelingen (tindakan-

tindakan nyata) yaitu merupakan suatu tindakan yang tidak ada

relevansinya dengan hukum dan oleh karenanya tidak menimbulkan

akibat-akibat hukum.132

Sedangkan pengertian Rechtshandelingen (tindakan-tindakan

hukum) adalah tindakan-tindakan yang berdasarkan sifatnya dapat

menimbulkan akibat hukum tertentu, yaitu menciptakan adanya suatu hak

dan kewajiban.133

Di sini penulis akan menjabarkan dari unsur

Rechtshandelingen (tindakan-tindakan hukum) dikarenakan unsur ini

yang akan menurunkan unsur yang berkaitan dengan tindakan

pemerintah dengan kaitannya perlindungan hukum terhadap rakyat.

Rechtshandelingen (tindakan-tindakan hukum) dapat dibedakan

menjadi 2 (dua) macam yaitu :

1. Privaatrechtelijke rechtshandelingen (tindakan-tindakan

keperdataan); dan

2. Publiekrechtelijke rechtshandelingen (tindakan-tindakan hukum

publik).

Baik Privaatrechtelijke rechtshandelingen (tindakan-tindakan

keperdataan) maupun Publiekrechtelijke rechtshandelingen (tindakan-

132

Dikutip dari C.J.N. Versteden, op.cit., hlm. 55. 133

Dikutip dari R.J.H.M. Huisman, op.cit., hlm. 13.

Page 176: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

165

tindakan hukum publik) telah penulis uraikan pada Bab II Tinjauan

Pustaka, yang pada intinya adalah untuk menentukan apakah tindakan

pemerintahan itu diatur oleh hukum privat atau hukum hukum publik

adalah dengan melihat kedudukan pemerintah dalam menjalankan

tindakan tersebut.

Jika pemerintah bertindak dalam kualitasnya sebagai pemerintah,

maka hanya hukum publiklah yang berlaku, sedangkan jika pemerintah

bertindak tidak dalam kualitas pemerintah, maka hukum privatlah yang

berlaku,134

dengan kata lain, ketika pemerintah terlibat dalam pergaulan

keperdataan dan bukan dalam kedudukannya sebagai pihak yang

memelihara kepentingan umum, ia tidak berbeda dengan pihak swasta,

yaitu tunduk pada hukum privat.

Contoh dari penjabaran di atas yaitu ketika Kabupaten membeli

beberapa mobil bus baru untuk kepentingan perusahaannya, kabupaten

melaksanakan perjanjian jual beli yang didasarkan pada hukum perdata.

Disebutkan juga bahwa “Als zodanig is de gemeente draagster van

privaatrechtelijke rechten en plichten, zij kan deelnemen an het

“gewone” rechtsverkeer. En wanner zij dat doet neemt zijn in beginsel

dezelfde positie in als elke andere natuurlijke of rechtspersoon”

(sebagaimana badan hukum privat, kabupaten adalah pemikul hak dan

kewajiban keperdataan. Kabupaten dapat melakukan berbagai tindakan

hukum berdasarkan hukum perdata, ia dapat terlibat dalam lalu lintas

134

N.E. Algra, et.al., op.cit., hlm. 173-174.

Page 177: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

166

pergaulan hukum “biasa”. Apabila kabupaten melakukan tindakan

tersebut, secara prinsip kedudukannya sama dengan seseorang atau badan

hukum).135

Berdasarkan contoh dan keterangan tersebut tampak bahwa

pemerintah atau pemerintah daerah - sebagai wakil dari negara atau

kabupaten – dapat melakukan perbuatan atau tindakan hukum publik dan

tindakan hukum keperdataan.

Lebih lanjut penulis jabarkan bahwa di dalam Publiekrechtelijke

rechtshandelingen (tindakan-tindakan hukum publik) terdiri dari 2 (dua)

bentuk macam yaitu : 1. Eenzijdige Publiekrechtelijke Rechtshandelingen

(tindakan-tindakan hukum publik sepihak); dan 2. Meerzijdige

Publiekrechtelijke Rechtshandelingen (tindakan-tindakan hukum publik

beberapa pihak).

Indroharto berpendapat berkaitan dengan tindakan hukum publik

sepihak bahwa :

“Tindakan hukum tata usaha negara itu selalu bersifat sepihak, dan

tindakan hukum tata usaha negara itu bersifat sepihak karena dilakukan

tidaknya suatu tindakan hukum tata usaha negara yang memiliki

kekuatan hukum itu pada akhirnya tergantung pada kehendak sepihak

dari badan atau jabatn tata usaha negara yang memiliki wewenang

pemerintahan untuk berbuat demikian” 136

Pernyataan Indroharto tersebut dapat dijabarkan bahwa inti dari

tindakan hukum publik sepihak menurut penulis yaitu hanya adanya satu

kehendak untuk dapat terlaksananya tindakan pemerintah itu, yaitu

135

W.G. Verkruisen en B.C. Vis, Gemeente en Gemeentewet, Nijmegen, 1987, hlm. 240. 136

Indroaharto, op.cit., hlm. 147-18.

Page 178: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

167

kehendak tersebut berasal dsari pemerintah yang berwenang

mengeluarkan wewenang melakukan tindakan pemerintah tersebut.

Sedangkan penjabaran mengenai tindakan-tindakan hukum publik

beberapa pihak yaitu penulis memberikan pendapat berdasarkan pada

Pendapat Indroharto yang pada pokonya tindakan-tindakan hukum

publik beberapa pihak (Meerzijdige Publiekrechtelijke

Rechtshandelingen) yaitu tindakan Hukum Tata Usaha Negara tersebut

berdasarkan pada dua kehendak atau lebih baik dari itu badan atau

jabatan tata usaha negara maupun pihak yang berkepentingan untuk dapat

terlaksananya tindakan hukum publik tersebut.

Penjabaran mengenai tindakan-tindakan hukum publik sepihak

(Eenzijdige Publiekrechtelijke rechtshandelingen) mengacu pada turunan

dari tindakan hukum publik beberapa pihak ini yang terbagi menjadi 2

(dua) macam yaitu : 1. Besluiten van Algemene Strekking (keputusan

yang ditujukan untuk umum/keputusan yang bersifat umum); dan 2.

Beschikking (Keputusan yang bersifat konkret dan individual).

Baik Keputusan yang bersifat umum / keputusan yang ditujukan

untuk umum (Besluiten van Algemene Strekking), maupun Keputusan

yang bersifat konkret dan individual (Beschikking) pada hakikatnya

merupakan suatu Instrumen Yuridis / Instrumen Hukum yang bertujuan

untuk menjalankan kegiatan mengatur dan menjalankan urusan

pemerintahan dan kemasyarakatan. Dalam hal ini berupa peraturan

perundang-undangan, keputusan-keputusan, peraturan kebijakan,

Page 179: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

168

perizinan, instrumen hukum keperdataan dan sebagainya.137

Mendasarkan hal tersebut baik Besluiten van Algemene Strekking

maupun Beschikking masuk dalam kategori Instrumen Yuridis /

Instrumen Hukum di dalam Hukum Administrasi Negara.

Penulis disini akan memulai dengan menjabarkan dua produk

Instrumen Hukum tersebut. Pada keputusan yang bersifat umum /

ditujukan untuk umum (Besluiten van Algemene Strekking) merupakan

suatu bentuk peraturan perundang-undangan.

Mengenai pengertian peraturan perundang-undangan, A. Hamid S.

Attamimi mengemukakan sebagai berikut :

“Istilah perundang-undangan (wettelijkeregels) secara harfiah dapat

diartikan peraturan yang berkaitan dengan undang-undang, baik

peraturan itu berupa undang-undang sendiri maupun peraturan lebih

rendah yang merupakan atribusian ataupun delegasian undang-

undang. Atas dasar atribusi dan delegasi kewenangan perundang-

undangan maka yang tergolong peraturan perundang-undangan di

negara kita ialah undang-undang dan peraturan perundang-undangan

yang lebih rendah daripadanya seperti Peraturan Pemerintah,

Keputusan Presiden yang berisi peraturan, Keputusan Menteri yang

berisi peraturan, Keputusan Kepala Lembaga Pemerintah Non-

Departemen yang berisi peraturan, Keputusan Direktur Jenderal

Departemen yang dibentuk dengan Undang-Undang yang berisi

peraturan, Peraturan Daerah Tingkat I, Keputusan gubernur Kepala

Daerah berisi peraturan yang melaksanakan ketentuan Peraturan

Daerah Tingkat I, Peraturan Daerah Tingkat II, dan Keputusan

Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah yang berisi peraturan yang

melaksanakan ketentuan Peraturan Daerah Tingkat II”. 138

Menurut Satjipto Raharjo, Peraturan perundang-undangan

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

137

Ridwan HR, op.cit., hlm. 125. 138

A. Hamid S. Attamimi, op.cit., hlm. 3.

Page 180: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

169

1. Bersifat umum dan komprehensif, yang dengan demikian

merupakan kebalikan dari sifat-sifat yang khusus dan terbatas;

2. Bersifat universal. Ia diciptakan untuk menghadapi peristiwa-

peristiwa yang akan datang yang belum jelas bentuk konkretnya.

Oleh karena itu, ia tidak dapat dirumuskan untuk mengatasi

peristiwa-peristiwa tertentu saja;

3. Ia memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan memperbaiki dirinya

sendiri. Adalah lazim bagi suatu peraturan untuk mencantumkan

klausul yang memuat kemungkinan dilakukannya peninjauan

kembali.139

Selanjutnya pengertian peraturan perundang-undangan secara

yuridis normatif terdapat dalam penjelasan Pasal 1 angka 2 UU No. 5

Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang menjelaskan

bahwa peraturan perundang-perundangan adalah :

“ semua peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang

dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat bersama pemerintah

baik ditingkat pusat maupun di tingkat daerah, serta semua

Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di tingkat

pusat maupun di tingkat daerah, yang mengikat umum. “

Pengertian peraturan perundang-undangan tersebut dalam

Penjelasan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tersebut

di atas, paralel dengan ketentuan Pasal 1 angka 2 UU No. 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang

menyebutkan bahwa peraturan perundang-undangan adalah peraturan

tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan

dibentuk atau diterapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang

berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan

Perundang-undangan.

139

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1996, hlm. 83-84.

Page 181: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

170

Berdasarkan pengertian peraturan perundang-undangan tersebut di

atas, terlihat bahwa ciri khas atau unsur utama peraturan perundang-

undangan adalah “mengikat secara umum”. Peraturan perundang-

undangan yang bersifat mengikat umum (algemeen verbindend

voorschrift ) disebut juga dengan istilah undang-undang dalam arti

materiil (wet in materiele zin), yaitu ieder rechtsvoorschrift van de

overheid met algemeen strekking, (semua hukum tertulis dari pemerintah

yang mengikat umum).

Berdasarkan kualifikasi norma hukum di atas, peraturan

perundang-undangan itu bersifat umum-abstrak. Perkataan bersifat

umum-abstrak dicirikan oleh unsur-unsur sebagai berikut :

1. Tijd (een regel geldt niet slechts op een moment); Waktu (tidak

berlaku pada saat tertentu);

2. Plaats (een regel geldt niet slechts op een plaants); Orang (tidak

hanya berlaku pada tempat tertentu);

3. Persoon (een regel geldt niet slechts voor bepaalde persoon); Orang

(tidak hanya berlaku pada orang tertentu); dan

4. Rechtsfeit (een regel geldt niet voor een enkel rechtsfeit, maar voor

rechtsfeiten die herhaalbaar zijn, dat wil zeggen zich telkens voor

kunnen doen). Fakta hukum (tidak hanya ditujukan pada fakta

hukum tertentu, tetapi untuk berbagai fakta hukum yang dapat

berulang-ulang, atau untuk perbuatan yang berulang-ulang). 140

Setelah penjabaran mengenai peraturan perundang-undangan

/Regeling atau jenis tindakan pemerintahan yang digolongkan sebagai

Besluiten van Algemene Strekking (keputusan yang ditujukan/bersifat

umum) di atas, maka penjabaran berikutnya yaitu mengenai Beschikking

(Keputusan yang bersifat konkret dan individual). Telah dijabarkan

140

Ridwan H.R., Op. Cit., hlm. 131.

Page 182: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

171

secara lengkap mengenai Keputusan (Beschikking) di Bab II Tinjauan

Pustaka.

Pengertian Beschikking atau ketetapan atau Keputusan Tata Usaha

Negara, secara yuridis normatif dapat dijumpai dalam ketentuan Pasal 1

angka 9 Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 ( sebelumnya diatur dalam

Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986), yang menyebutkan bahwa

Keputusan Tata Usaha Negara adalah :

“Suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau

Pejabat Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret,

individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi

seseorang atau badan hukum perdata”.

Unsur-unsur Keputusan Tata Usaha Negara dapat dijabarkan

sebagai berikut :

1. Penetapan tertulis;

2. Dikeluarkan oleh Badan/Pejabat TUN;

3. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

4. Bersifat konkret, individual, dan final;

5. Menimbulkan akibat hukum;

6. Seseorang atau badan hukum perdata.

Penulis memberikan penjelasan terhadap Instrumen Hukum baik

itu Besluiten van Algemene van Strekking maupun Beschikking. Jika

Besluiten van Algemene Strekking (keputusan yang ditujukan/bersifat

umum) merupakan suatu bentuk peraturan perundang-undangan baik itu

berupa undang-undang maupun peraturan di bawahnya, yang mana

Page 183: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

172

peraturan-peraturan tersebut bersifat “umum”. Sedangkan Beschikking

atau Keputusan Tata Usaha Negara (keputusan yang bersifat konkret dan

individual) merupakan suatu penetapan yang dibuat oleh badan/pejabat

tata usaha negara yang menimbulkan suatu akibat hukum, yang mana

penetapan tersebut bersifat “individual” karena hanya ditujukan kepada

seseorang atau badan hukum perdata tertentu saja.

Kedua produk hukum tersebut berasal dari pemerintah, dalam arti

produk hukum tersebut adalah sebagai alat untuk menjalankan tindakan-

tindakan hukum publik (Publiekrechtelijke rechtshandelingen). Sehingga

ketika tindakan hukum publik tersebut ditujukan kepada rakyat maka

berlaku hukum publik dalam menjalankan tindakan hukum tersebut.

Hubungan antara Konsep Perlindungan Hukum bagi rakyat dengan

tindakan pemerintah di bidang Hukum Administrasi Negara baik

tindakan hukum keperdataan maupun tindakan hukum publik yaitu

melihat tindakan pemerintah itu sendiri.

Sedangkan perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada

rakyat terhadap tindakan pemerintah dalam bidang hukum publik dapat

dibedakan berdasarkan jenis dari tindakan pemerintah ketika pemerintah

melakukan hubungan hukum dengan rakyat, tindakan pemerintah

tersebut dapat berupa peraturan perundang-undangan atau Regeling yaitu:

1. Suatu tindakan pemerintah yang digolongkan dalam Besluiten van

Algemen strekking (keputusan yang bersifat/ditujukan kepada

Page 184: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

173

umum), dalam hal ini yakni tindakan berupa menerbitkan peraturan

perundang-undangan;

2. Suatu tindakan pemerintah yang digolongkan dalam Beschikking

atau ketetapan atau Keputusan Tata Usaha Negara (keputusan yang

bersifat/ditujukan kepada individu).

Di Indonesia perlindungan hukum bagi rakyat akibat tindakan

hukum pemerintah ada beberapa kemungkinan, tergantung dari

instrumen hukum yang digunakan pemerintah ketika melakukan tindakan

hukum. Telah disebutkan bahwa instrumen hukum yang lazim digunakan

adalah peraturan perundang-undangan dan keputusan. Perlindungan

hukum akibat dikeluarkannya peraturan perundang-undangan ditempuh

melalui Mahkamah Agung, dengan cara hak uji materiil, sesuai dengan

Pasal 5 ayat (2) TAP MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum

dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan, yang menegaskan

bahwa “Mahkamah Agung berwenang menguji peraturan perundang-

undanagn di bawah undang-undang”. Ketentuan bahwa Mahkamah

Agung berwenang menguji secara materiil peraturan perundang-

undangan di bawah undang-undang terdapat pula dalam Pasal 20 ayat (2)

huruf b UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman;

“Mahkamah Agung berwenang untuk menguji peraturan perundang-

undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang”. Ketentuan

yang sama juga terdapat dalam Pasal 31 ayat (1) dan (2) UU No. 5 Tahun

Page 185: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

174

2004 tentang Perubahan Atas UU Nomor 14 Tahun 1985 tentang

Mahkamah Agung, yang menentukan bahwa :

(1) Mahkamah Agung mempunyai wewenang menguji peraturan

perundang undangan di bawah undang-undang terhadap undang-

undang.

(2) Mahkamah Agung menyatakan tidak sah peraturan perundang-

undangan di bawah undang-undang atas alasan bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau

pembentukannya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.

Selanjutnya mengenai siapa (subjek hukum) yang dapat

mengajukan permohonan pengujian peraturan perundang-undangan

/Yudicial Review ditentukan dalam Pasal 31A ayat (2) UU Nomor 3

Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 14 Tahun 1985

tentang Mahkamah Agung, yang menentukan :

Permohonan (pengujian peraturan perundang-undangan)

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan oleh

pihak yang menganggap haknya dirugikan oleh berlakunya peraturan

perundang-undangan di bawah undang-undang, yaitu:

a. perorangan warga negara Indonesia;

b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan

sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang;

atau

c. badan hukum publik atau badan hukum privat.

Dalam rangka perlindungan hukum, sebagaimana tampak di atas,

terdapat tolok ukur untuk menguji secara materiil suatu peraturan

perundang-undangan yaitu bertentangan atau tidak dengan peraturan

yang lebih tinggi dan pengujian secara formil tolok ukurnya yakni

apakah pembentukannya tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.

Khusus mengenai peraturan perundang-undangan tingkat daerah,

pembatalan sering diterapkan dalam arti pembatalan spontan, yakni

Page 186: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

175

pembatalan atas dasar inisiatif sendiri dari organ yang berwenang

menyatakan pembatalan, tanpa melalui proses peradilan,141

dan tujuan

utama dari pembatalan ini adalah untuk pengawasan jalannya

pemerintahan tingkat daerah dan untuk perlindungan hukum

(rechtsbescherming).142

Perlindungan hukum bagi rakyat dari suatu peraturan perundang-

undangan di tingkat Daerah (Perda Provinsi dan Perda Kabupaten/Kota,

serta Peraturan Gubernur dan Peraturan Bupati/Walikota) dapat dilihat

dari adanya ketentuan mengenai pembatalan terhadap peraturan

perundang-undangan di tingkat Daerah tersebut, ketentuan tersebut

terdapat dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Adanya ketentuan mengenai pembatalan suatu peraturan

perundang-undangan di tingkat Daerah tersebut sebagaimana yang

terdapat dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, hal

ini menunjukan bahwa khusus pembatalan terhadap produk hukum

daerah tersebut diatur tersendiri berdasarkan ketentuan yang secara

specialis terdapat dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah.

Undang-undang organik mengenai Pemerintahan Daerah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) UUD 1945 yakni

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

141

Ibid, hlm. 231. 142 Algemene Bepalingen van Administratief Recht, Rapport van De Commissie Inzake

Algemene Bepalingen van Administratief Recht, Samsom H.D. Tjeenk Willink B.V., Alphen aan

den Rijn, 1984, hlm. 281.

Page 187: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

176

Undang-undang ini dapat dikatakan sebagai undang-undang yang relatif

masih baru, yang merupakan pergantian dari Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Dalam kaitan hubungan antara UU Nomor 23 Tahun 2014 dengan

UU Nomor 32 Tahun 2004, ditentukan dalam Pasal 409 huruf b UU

Nomor 23 Tahun 2014 yang menentukan bahwa:

“ Sejak mulai berlakunya (diundangkannya) undang-undang ini, maka

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

dinyatakan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.”

Dalam UU No. 23 Tahun 2014 terdapat ketentuan yang berkaitan

dengan perlindungan hukum bagi rakyat akibat dirugikan oleh peraturan

perundang-undangan daerah yang berupa Peraturan Daerah Provinsi,

Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota, serta yang berupa peraturan kepala

daerah (Peraturan Gubernur dan Peraturan Bupati/Walikota)).

Pasal 249 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

mengatur ketentuan mengenai kewajiban kepala daerah untuk

melaporkan/menyampaikan produk hukum daerah kepada pejabat

pemerintah yang secara hierarkis lebih tinggi, ketentuan tersebut adalah

sebagai berikut :

(1) Gubernur wajib menyampaikan Perda Provinsi dan peraturan

gubernur kepada Menteri paling lama 7 (tujuh) Hari setelah

ditetapkan.

Page 188: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

177

(2) Gubernur yang tidak menyampaikan Perda Provinsi dan peraturan

gubernur kepada Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis dari Menteri.

(3) Bupati/Walikota wajib menyampaikan Perda Kabupaten/Kota dan

peraturan bupati/wali kota kepada gubernur sebagai wakil

Pemerintah Pusat paling lama 7 (tujuh) Hari setelah ditetapkan.

(4) Bupati/walikota yang tidak menyampaikan Perda Kabupaten/Kota

dan peraturan bupati/wali kota kepada gubernur sebagai wakil

Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenai

sanksi administratif berupa teguran tertulis dari gubernur sebagai

wakil Pemerintah Pusat.

Berdasarkan hal tersebut di dalam Pasal 250 UU No. 23 Tahun

2014 menyebutkan mengenai kriteria yang dilarang dalam penyusunan

peraturan tersebut sebagaimana dijelaskan pada Pasal 249 di atas,

diantaranya sebagai berikut :

(1) Perda dan Perkada sebagaimana dimaksud dalam Pasal 249 ayat

(1) dan ayat (3) dilarang bertentangan dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum,

dan/atau kesusilaan.

(2) Bertentangan dengan kepentingan umum sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi:

a. terganggunya kerukunan antar-warga masyarakat;

b. terganggunya akses terhadap pelayanan publik;

c. terganggunya ketenteraman dan ketertiban umum;

d. terganggunya kegiatan ekonomi untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat; dan/atau

e. diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan, ras, antar-

golongan, dan gender.

Berdasarkan isi dari pasal-pasal tersebut di atas, maka jika Perda

ataupun Perkada itu ternyata dalam pembuatannya bertentangan dengan

Peraturan perundang-undangan, ketentuan umum, dan kesusilaan

sebagaimana dijelaskan di dalam Pasal 250, maka pembatalannya diatur

di dalam Pasal 251 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

yang menentukan sebagai berikut :

Page 189: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

178

(1) Perda Provinsi dan Peraturan Gubernur yang bertentangan dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,

kepentingan umum, dan/atau kesusilaan dibatalkan oleh Menteri.

(2) Perda Kabupaten/Kota dan Peraturan Bupati/Walikota yang

bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi, kepentingan umum, dan/atau kesusilaan

dibatalkan oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

(3) Dalam hal Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat tidak

membatalkan Perda Kabupaten/Kota dan/atau Peraturan

Bupati/Walikota yang bertentangan dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum,

dan/atau kesusilaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Menteri

membatalkan Perda Kabupaten/Kota dan/atau Peraturan

Bupati/Walikota.

(4) Pembatalan Perda Provinsi dan Peraturan Gubernur sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Menteri dan

pembatalan Perda Kabupaten/Kota dan Peraturan Bupati/Walikota

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan

keputusan Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

(5) Paling lama 7 (tujuh) Hari setelah keputusan pembatalan

sebagaimana dimaksud pada ayat (4), kepala daerah harus

menghentikan pelaksanaan Perda dan selanjutnya DPRD bersama

kepala daerah mencabut Perda dimaksud.

(6) Paling lama 7 (tujuh) Hari setelah keputusan pembatalan

sebagaimana dimaksud pada ayat (4), kepala daerah harus

menghentikan pelaksanaan Perkada dan selanjutnya kepala daerah

mencabut Perkada dimaksud.

(7) Dalam hal penyelenggara Pemerintahan Daerah provinsi tidak

dapat menerima keputusan pembatalan Perda Provinsi dan

gubernur tidak dapat menerima keputusan pembatalan peraturan

gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan alasan

yang dapat dibenarkan oleh ketentuan peraturan perundang-

undangan, gubernur dapat mengajukan keberatan kepada Presiden

paling lambat 14 (empat belas) Hari sejak keputusan pembatalan

Perda atau peraturan gubernur diterima.

(8) Dalam hal penyelenggara Pemerintahan Daerah kabupaten/kota

tidak dapat menerima keputusan pembatalan Perda

Kabupaten/Kota dan bupati/wali kota tidak dapat menerima

keputusan pembatalan peraturan bupati/wali kota sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) dengan alasan yang dapat dibenarkan oleh

ketentuan peraturan perundang-undangan, bupati/wali kota dapat

mengajukan keberatan kepada Menteri paling lambat 14 (empat

belas) Hari sejak keputusan pembatalan Perda Kabupaten/Kota

atau peraturan bupati/wali kota diterima.

Page 190: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

179

Selanjutnya Pasal 252 UU Nomor 23 Tahun 2014 mengatur

mengenai adanya sanksi yang dijatuhkan kepada kepala daerah yang

tetap memberlakukan produk hukum daerah yang telah dibatalkan. Pasal

252 menentukan sebagai berikut :

(1) Penyelenggara Pemerintahan Daerah provinsi atau kabupaten/kota

yang masih memberlakukan Perda yang dibatalkan oleh Menteri

atau oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 251 ayat (4), dikenai sanksi.

(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. sanksi administratif; dan/atau

b. sanksi penundaan evaluasi rancangan Perda;

(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

dikenai kepada kepala Daerah dan anggota DPRD berupa tidak

dibayarkan hak-hak keuangan yang diatur dalam ketentuan

peraturan perundang-undangan selama 3 (tiga) bulan.

(4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak diterapkan pada

saat penyelenggara Pemerintahan Daerah masih mengajukan

keberatan kepada Presiden untuk Perda Provinsi dan kepada

Menteri untuk Perda Kabupaten/Kota.

(5) Dalam hal penyelenggara Pemerintahan Daerah provinsi atau

kabupaten/kota masih memberlakukan Perda mengenai pajak

daerah dan/atau retribusi daerah yang dibatalkan oleh Menteri

atau dibatalkan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat,

dikenai sanksi penundaan atau pemotongan DAU dan/atau DBH

bagi Daerah bersangkutan.

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, tampak bahwa peraturan

perundang-undangan baik itu di tingkat Provinsi dan di tingkat

Kabupaten/Kota mempunyai mekanisme pembatalan yang berbeda.

Untuk Perda Provinsi dan Peraturan Gubernur pembatalannya dilakukan

oleh menteri, dan jika dapat membuktikan bahwa Perda Provinsi atau

Peraturan Gubernur tersebut tidak bertentangan dengan Peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi, ketertiban umum, dan/atau

kesusilaan maka dapat mengajukan keberatannya kepada Presiden paling

Page 191: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

180

lambat 14 (empat belas) Hari sejak keputusan pembatalan Perda atau

peraturan gubernur diterima.

Sedangkan untuk Perda Kabupaten/Kota dan peraturan bupati/wali

kota pembatalannya dilakukan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah

Pusat, dan jika dapat membuktikan bahwa Perda Kabupaten/Kota dan

peraturan bupati/wali kota Peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi, ketertiban umum, dan/atau kesusilaan maka dapat mengajukan

keberatannya kepada Menteri paling lambat 14 (empat belas) Hari sejak

keputusan pembatalan Perda Kabupaten/Kota atau peraturan bupati/wali

kota diterima.

Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Pasal 249, Pasal 250,

Pasal 251, dan Pasal 252 UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah erat kaitannya dengan konsep perlindungan hukum

bagi rakyat dari suatu tindakan pemerintah yang berupa peraturan

perundang-undangan di tingkat Daerah yang berupa Peraturan Daerah

Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota serta yang berupa

Peraturan Gubernur dan Peraturan Bupati/Walikota.

Perlindungan hukum bagi rakyat yang secara implisit terdapat

dalam ketentuan-ketentuan Pasal 249, Pasal 250, Pasal 251, dan Pasal

252 UU Nomor 23 Tahun 2014, dapat dideskripsikan sebagai berikut :

1. Dari ketentuan Pasal 249, terdapat perlindungan hukum bagi rakyat

yang berupa mekanisme pengawasan dari pejabat lebih tinggi yang

berwenang, mekanisme kontrol tersebut berupa adanya kewajiban

Page 192: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

181

melaporkan produk hukum daerah kepada pejabat yang berwenang,

dimana apabila kewajiban laporan tersebut tidak dilakukan, maka

kepada pejabat yang melanggar akan dikenai sanksi administratif

berupa “Tegugran Tertulis”;

2. Dari ketentuan Pasal 250, terdapat semangat perlindungan hukum

bagi rakyat dari suatu produk hukum di tingkat daerah yang

bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi, kepentingan umum, dan/atau kesusilaan. Perlindungan

hukum bagi rakyat tersebut nampak dari ketentuan yang menentukan

bahwa suatu Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah

dilarang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum, dan/atau kesusilaan.

Arti penting dari ketentuan ini, dalam perspektif perlindungan

hukum bagi rakyat yakni karena suatu produk hukum yang

bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi, kepentingan umum, dan/atau kesusilaan, biasanya

bersifat merugikan kepentingan rakyat;

3. Dari ketentuan Pasal 251, semangat perlindungan hukum bagi rakyat

nampak dari adanya pembatalan oleh pejabat yang berwenang

terhadap peraturan perundang-undangan di tingkat daerah yang

bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi, kepentingan umum, dan/atau kesusilaan. Ketentuan

Pasal 251 inilah yang merupakan inti dari upaya perlindungan

Page 193: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

182

hukum bagi rakyat, yakni berupa pembatalan suatu peraturan

perundang-undangan di tingkat Daerah. Artinya apabila terdapat

suatu peraturan perundang-undangan di tingkat Daerah yang

merugikan rakyat, maka sebagai bentuk perlindungan hukum, rakyat

diberi hak untuk mengajukan permohonan/gugatan kepada pejabat

yang berwenang, agar peraturan perundang-undangan tersebut

dibatalkan.

4. Dari ketentuan Pasal 252, terlihat adanya perlindungan hukum bagi

rakyat dari tetap diberlakukannya suatu peraturan perundang-

undangan di tingkat Daerah yang telah dibatalkan oleh pejabat yang

berwenang. Karena menurut ketentuan Pasal 252 ini, apabila

Gubernur atau Bupati/Walikota serta anggota DPRD yang tetap

“nekat” memberlakukan peraturan perundang-undangan tersebut,

maka kepadanya dikenai sanksi yang cukup keras yakni berupa

tidak dibayarkan hak-hak keuangan yang diatur dalam ketentuan

peraturan perundang-undangan selama 3 (tiga) bulan”. Bahkan lebih

dari pada itu, dalam hal penyelenggara Pemerintahan Daerah

provinsi atau kabupaten/kota masih memberlakukan Perda mengenai

pajak daerah dan/atau retribusi daerah yang dibatalkan oleh Menteri

atau dibatalkan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat,

dikenai sanksi penundaan atau pemotongan DAU dan/atau DBH

bagi Daerah bersangkutan. Sanksi berupa “sanksi penundaan atau

pemotongan DAU dan/atau DBH” adalah merupakan yang lebih

Page 194: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

183

keras dan serius, karena hal tersebut dapat menimbulkan dampak

serius bagi keuangan Daerah yang bersangkutan.

Pembahasan selanjutnya yakni bentuk perlindungan bagi rakyat

dari tindakan pemerintah yang berupa “ketetapan (Beschikking)” atau

Keputusan Tata Usaha Negara.

Perlindungan Hukum akibat dikeluarkannya ketetapan

(Beschikking) ditempuh melalui dua kemungkinan, yaitu melalui

peradilan administrasi atau Peradilan Tata Usaha Negara

(administratieve rechtspraak) dan upaya administratif atau banding

administrasi (administratief beroep). Dalam konsep Hukum Administrasi

Negara, apabila terdapat suatu beschikking yang merugikan subjek

hukum, maka subjek hukum yang dirugikan diberi suatu perlindungan

hukum dengan cara mengajukan gugatan ke lembaga yang berwenang,

lembaga tersebut yakni administratief beroep dan administratieve

rechtspraak.

Administratief beroep (upaya administratif) merupakan badan yang

berwenang menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara, yang

penyelesaiannya dilakukan masih dalam lingkungan pemerintah

(eksekutif) itu sendiri. Sedangkan administratieve rechtspraak

merupakan suatu penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara, yang

penyelesaiannya dilakukan oleh suatu peradilan administrasi (di

Indonesia disebut Peradilan Tata Usaha Negara ), yakni suatu lembaga

yang berasal dari lingkungan kekuasaan kehakiman (yudikatif).

Page 195: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

184

Adapun perbedaan antara Administratief beroep dengan

administratieve rechtspraak dapat dideskripsikan sebagai berikut :

Unsur-unsur Peradilan Tata Usaha Negara / Peradilan Administrasi

(Administratieve Rechtspraak), yaitu:

1. Adanya hukum, yakni Hukum Administrasi Negara/Hukum Tata

Usaha Negara yang dapat diterapkan terhadap suatu perkara;

2. Adanya sengketa hukum yang konkrit, yang pada dasarnya

disebabkan oleh keluarnya KTUN;

3. Adanya minimal 2 (dua) pihak, dan sekurang-kurangnya salah

pihak harus administrasi negara;

4. Adanya badan peradilan yang berdiri sendiri dan terpisah,

yang berwenang memutuskan perkara secara netral atau tidak

memihak;

5. Adanya hukum formal dalam rangka menerapkan hukum,

menemukan ”hukum in concreto” untuk ditaatinya hukum materiil.

Unsur-unsur Upaya Administratif (Administratief Beroep), yaitu :

1. Adanya suatu perselisihan yang diajukan oleh seseorang atau badan

hukum perdata, sebagai akibat dikeluarkannya KTUN atau tidak

dikeluarkannya KTUN.

2. Penyelesaian sengketa/perselisihan dilakukan di lingkungan

pemerintahan sendiri, baik melalui prosedur keberatan maupun

melalui banding administrasi;

Page 196: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

185

3. Adanya hukum, yakni Hukum Administrasi Negara yang dapat

diterapkan terhadap suatu perkara;

4. Minimal dua pihak dan salah satu pihak adalah badan/pejabat

administrasi;

5. Adanya hukum formal dalam rangka menerapkan hukum in

concreto untuk menjamin ditaatinya hukum material.

Perbedaan yang utama antara Administratief beroep dengan

administratieve rechtspraak yakni terletak pada kedudukan lembaganya

dan kedudukan hakim yang mengadilinya. Pada Administratief beroep,

lembaganya berasal dari kekuasaan eksekutif (pemerintah) dan hakimnya

berasal dari pejabat pemerintah (eksekutif), sehingga lembaganya

maupun hakimnya bukan berasal dari kekuasaan yang netral atau

independen karena merupakan bagian (terpengaruh) dari kekuasaan

eksekutif. Bahwa oleh karena tidak berasal dari lembaga yudikatif, maka

Administratief beroep disebut juga sebagai “Pengadilan Semu” atau

“Quasi Pengadilan” atau diartikan sebagai “pengadilan tidak

sesungguhnya”, karena syarat-syarat untuk disebut sebagai pengadilan

sesungguhnya tidak terpenuhi, syarat tersebut yakni “independensi

kekuasaan peradilan” atau “kemerdekaan kekuasaan peradilan”. Dalam

konsep negara hukum, pilar utama yang harus dipenuhi bagi kekuasaan

kehakiman adalah adanya “kemerdekaan kekuasaan

kehakiman/peradilan”. Sedangkan “peradilan administrasi (Peradilan

Tata Usaha Negara)” dapat disebut sebagai peradilan yang sesungguhnya

Page 197: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

186

karena memang berasal dari kekuasaan kehakiman (kekuasaan yudikatif),

bahkan berdasarkan Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 Jo. Pasal 18 ayat (2)

UU Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman disebutkan

bahwa Peradilan Tata Usaha Negara merupakan salah satu lingkungan

peradilan dalam kekuasaan kehakiman di Indonesia, yang kedudukannya

berada di bawah Mahkamah Agung sebagai badan peradilan tertinggi.

Eksistensi upaya administratif, sebagai lembaga untuk

menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara semakin diakui sejak

diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986. Ketentuan

mengenai upaya administratif ini terdapat dalam Pasal 48 UU No. 5

Tahun 1986 yang berbunyi sebagai berikut :

(1) Dalam hal suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara diberi

wewenang oleh atau berdasarkan peraturan perundang-undangan

untuk menyelesaikan secara administratif sengketa tata usaha

negara tertentu, maka sengketa tata usaha negara tersebut harus

diselesaikan melalui upaya administratif yang tersedia.

(2) Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan sengketa tata usaha negara sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) jika seluruh upaya administratif yang bersangkutan

telah digunakan.

Upaya administratif ini ada dua macam, yaitu banding administratif

dan prosedur keberatan. Banding administratif, yaitu penyelesaian

sengketa tata usaha negara dilakukan oleh instansi lain dari yang

mengeluarkan keputusan yang disengketakan, sedangkan prosedur

keberatan adalah penyelesaian sengketa tata usaha negara dilakukan oleh

instansi yang mengeluarkan keputusan yang bersangkutan.

Page 198: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

187

Selanjutnya ketentuan mengenai penyelesaian sengketa tata usaha

negara melalui Peradilan Tata Usaha Negara (administratieve

rechtspraak) terdapat dalam Pasal 53 ayat (1) UU No. 9Tahun 2004 yang

berbunyi : “Seseorang atau hukum perdata yang merasa kepentingannya

dirugikan oleh suatu keputusan tata usaha negara dapat mengajukan

gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan

agar keputusan tata usaha negara yang disengketakan itu dinyatakan batal

atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau

rehabilitasi”. Pasal 53 ayat (1) merupakan ketentuan mengenai hak gugat

yang dimiliki oleh orang atau badan hukum perdata yang merasa

kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara yang

dikeluarkan oleh badan atau pejabata Tata Usaha Negara.

Mengenai alasan diajukannya gugatan, Pasal 53 ayat (2) Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2004 menentukan bahwa :

Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan

dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik.

Dalam penjelasan huruf b disebutkan bahwa yang dimaksud

dengan “Asas-asas umum pemerintahan yang baik” adalah meliputi asas :

a. Kepastian hukum;

b. Tertib penyelenggaraan negara;

c. Kepentingan umum;

d. Keterbukaan;

e. Proporsionalitas;

f. Profesionalitas;

g. Akuntabilitas.

Page 199: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

188

Berdasarkan keterangan mengenai penyelesaian sengketa terhadap

keputusan tata usaha negara yang berlaku di Indonesia tampak bahwa

tolok ukur yang digunakan adalah peraturan perundang-undangan yang

berlaku atau hukum tertulis dan dengan asas-asas umum pemerintahan

yang baik atau hukum tidak tertulis. Asas-asas umum tidak tertulis

digunakan sebagai batu uji dalam proses peradilan ini terutama

sehubungan dengan diberikannya kewenangan bebas (vrije bevoegdheid)

kepada pemerintah.

Pembahasan selanjutnya yaitu mengenai bentuk perlindungan

hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah dalam bidang hukum

privat (keperdataan).

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa dalam bidang hukum

privat, kedudukan pemerintah berkapasitas sebagai wakil dari suatu

”badan hukum (publik)” (publiek rechtspersoon/ public legal entity).

Ketika pemerintah melakukan tindakan dalam kapasitasnya sebagai

wakil dari badan hukum, tindakan tersebut tunduk dan diatur

berdasarkan ketentuan hukum keperdataan. Tindakan pemerintah dlm

bidang hukum keperdataan dapat mengakibatkan terjadinya perbuatan

yang melanggar/bertentangan dengan hukum perdata, yang merugikan

hak-hak warga negara. Apabila terjadi pelanggaran hukum ini, terhadap

warga negara diberikan perlindungan hukum berdasarkan hukum perdata.

Perlindungan Hukum yang dapat diberikan kepada rakyat terhadap

tindakan pemerintah di bidang keperdataan yaitu berdasarkan pada

Page 200: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

189

kedudukan pemerintah sebagai wakil dari badan hukum publik dapat

melakukan tindakan-tindakan hukum dalam bidang keperdataan seperti

jual beli, sewa menyewa, membuat perjanjian dan sebagainya. Dalam

melakukan tindakan pemerintah tersebut, dimungkinkan muncul tindakan

pemerintah yang bertentangan dengan hukum (onrechtmatige

overheidsdaad). Berdasarkan dengan hal tersebut maka pemerintah dapat

digugat di muka persidangan karena di dalam melakukan hubungan

dengan warga dalam kapasitasnya sebagai pemerintah yang melakukan

hubungan perdata yang menimbulkan adanya tindakan pemerintah yang

bertentangan dengan hukum.

Perlindungan hukum yang diberikan kepada rakyat ketika

pemerintah berkedudukan sebagai wakil badan hukum (publik) dilakukan

melalui sarana yangg disediakan oleh hukum perdata. Apabila tindakan

pemerintah melanggar hukum perdata, maka warga negara yang

dirugikan dapat mengajukan gugatan ke Peradilan Umum dengan

menggunakan ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata.

Pasal 1365 KUH Perdata menentukan :

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian

kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya

menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.

Penafsiran perbuatan melawan hukum secara sempit terhadap

unsur-unsur pasal tersebut yakni : 1). Perbuatan melawan hukum; 2).

Timbulnya kerugian; 3). Hubungan kausal antara perbuatan melawan

hukum dengan kerugian; 4). Kesalahan pada pelaku.

Page 201: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

190

Sebelum tahun 1919, perbuatan melawan hukum tersebut

ditafsirkan secara sempit, hal ini sebagai akibat pengaruh aliran legisme

yang dominan pada saat itu. Menurut aliran legisme, hukum

dipersamakan dengan undang-undang, sehingga perbuatan melawan

hukum disamakan dengan perbuatan melanggar undang-undang.

Akibatnya tidak akan pernah ada perbuatan melawan hukum, apabila

perbuatan tersebut tidak melanggar undang-undang. Jadi sekalipun ada

perbuatan pemerintah yang merugikan orang, akan tetapi apabila

perbuatan tersebut tidak melanggar undang-udang, maka perbuatan

pemerintah tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang

melawan hukum. Konsekuensinya rakyat tidak dapat menggugat

perbuatan pemerintah yang seperti itu (yang tidak melanggar uu).

Perlindungan hukum dalam bidang hukum perdata yang diberikan

kepada rakyat yakni dengan cara menggugat pemerintah di Peradilan

Umum. Apabila perbuatan melawan hukum ditafsirkan secara sempit,

maka hal tersebut mengakibatkan perlindungan hukum diberikan kepada

warganegara menjadi semakin sempit juga.

Sesudah tahun 1919, perbuatan melawan hukum ditafsirkan secara

luas, sehingga kriteria perbuatan melawan hukum diantaranya adalah

sebagai berikut: 1). Mengganggu hak orang lain; 2). Bertentangan dengan

kewajiban hukum si pelaku; 3). Bertentangan dengan kesusilaan; 4).

Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian, dan sikap hati-hati yang

Page 202: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

191

seharusnya dimiliki seseorang dalam pergaulan dengan sesama warga

masyarakat atau terhadap benda orang lain.

Di Indonesia kriteria Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan

oleh pemerintah telah dikuatkan di dalam Yurisprudensi dan

menghasilkan patokan-patokan untuk menentukan kriteria Perbuatan

Melawan Hukum yang dilakukan oleh pemerintah.

Beberapa Yurisprudensi telah menjelaskan tentang kriteria

perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan

berdasarkan pada Putusan Mahkamah Agung No. 66K/Sip/1952 dan

Putusan Mahkamah Agung No. 838 K/Sip/1970 yang menunjukkan

kriteria perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pemerintah

adalah : a) perbuatan-penguasa itu melanggar undang-undang dan

peraturan formal yang berlaku; b) perbuatan penguasa melanggar

kepentingan dalam masayarakat yang seharusnya dipatuhinya.143

Dengan berdasarkan pada yurisprudensi tersebut, maka

Perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan hukum pemerintah,

dalam kapasitasnya sebagai wakil dari badan hukum publik, yang

melaksanakan perbuatan hukum keperdataan dan ketika menimbulkan

kerugian bagi rakyat maka penyelesaiannya dapat dilakukan melalui

Peradilan Umum.

Hal ini karena kedudukan pemerintah atau administrasi negara

dalam hal ini tidak berbeda dengan seseorang atau badan hukum perdata,

143

Dikutip dari Muchsan, op.cit., hlm. 28.

Page 203: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

192

yaitu sejajar. Sejajar dalam arti pemerintah dapat sebagai tergugat

maupun penggugat. Sehingga penjabaran mengenai konsep Perlindungan

Hukum terhadap tindakan hukum pemerintah di bidang keperdataan,

harus dilihat bahwa pemerintah tersebut berkedudukan sebagai wakil

badan hukum publik ketika pemerintah tersebut melakukan perbuatan

hukum keperdataan dengan rakyat, baik itu nerupa jual beli, sewa

menyewa, membuat perjanjian dan sebagainya. Sehingga ketika

melakukan hubungan hukum tersebut ternyata pemerintah melakukan

tindakan pemerintah yang bertentangan dengan hukum dan merugikan

rakyat, maka dapat dituntut pemerintah melakukan perbuatan melawan

hukum dengan berdasarkan Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung

No. 66K/Sip/1952 dan Putusan Mahkamah Agung No. 838 K/Sip/1970

mengenai kriteria perbuatan melawan hukum dari pemerintah dan

penyelesaiannya di Pengadilan Negeri tempat pemerintah itu berada.

2. Kesesuaian Antara Pertimbangan Hukum Hakim dalam Perkara

No. 73/Pdt.G/2013/PN.Pwt dalam Menentukan Kewenangan

Mengadili, dengan Konsep dalam Hukum Administrasi Negara

Pembahasan ini hendak mendeskripsikan kesesuian antara

pertimbangan hukum Hakim dalam menentukan kewenangan mengadili,

dengan konsep dalam Hukum Administrasi Negara.

Konsep dalam Hukum Administrasi Negara yang dimaksud dalam

konteks ini yakni mengenai konsep perlindungan hukum bagi rakyat dari

tindakan pemerintah yang melanggar hukum dan merugikan rakyat.

Page 204: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

193

Menurut Philipus M. Hadjon, ada 2 (dua) macam perlindungan

bagi rakyat dari tindakan pemerintah yang melanggar hukum yaitu

perlindungan preventif dan perlindungan hukum represif. Pada

perlindungan hukum preventif, kepada rakyat diberikan kesempatan

untuk mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum suatu

keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Artinya

perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya

sengketa, sedangkan sebaliknya perlindungan yang represif bertujuan

untuk menyelesaikan sengketa.144

Perlindungan hukum represif disini

dimaksudkan sebagai bentuk perlindungan hukum dengan cara

menggugat atau mempermasalahkan atau memperkarakan pemerintah ke

pengadilan (sebagai bagian dari kekuasaan kehakiman/yudikatif).

Untuk lebih memperjelas penelaahan konsep perlindungan hukum

bagi rakyat sebagai bagian dari konsep dalam Hukum Administrasi

Negara, dapat dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) kriteria yakni:

1. Kedudukan hukum pemerintah (bestuur rechtspotitie) dan

tindakan pemerintahan (bestuur handelingen);

2. Ketentuan mengenai kewenangan mengadili suatu badan

peradilan menurut peraturan perundang-undangan.

Dengan menggunakan dua ktiteria tersebut di atas, akan dapat

diketahui ketepatan mengenai :

144

Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum… op.cit., hlm. 2.

Page 205: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

194

1. Kedudukan hukum pemerintah, dalam arti kapasitas pemerintah

ketika melakukan suatu tindakan sebagai wakil dari suatu badan

hukum (publik) ataukah dalam kapasitasnya sebagai pejabat yang

merupakan wakil dari suatu jabatan. Dimana tindakan pemerintah

tersebut bersifat melanggar hukum dan merugikan rakyat,

sehingga yakyat perlu mendapatkan suatu perlindungan hukum.

2. Kriteria tindakan pemerintahan dijadikan sebagai sarana untuk

menentukan jenis tindakan pemerintah, dalam arti apakah

tindakan pemerintah tersebut termasuk dalam tindakan hukum

privat ataukah tindakan hukum publik. Bahkan lebih daripada itu,

akan dapat diketahui pula apakah tindakan tersebut ditujukan

kepada umum sehingga tindakan pemerintah tersebut

dikategorikan sebagai besluit/regeling/peraturan perundang-

undangan, ataukah ditujukan kepada individu tertentu sehingga

tindakan pemerintah tersebut termasuk dalam pengertian

beschikking/ketetapan/Keputusan Tata Usaha Negara.

3. Berdasarkan kedudukan hukum pemerintah dan tindakan

pemerintah tersebut dalam point nomor 1 dan 2 di atas, maka

dapat diketahui dengan jelas mengenai jenis tindakan pemerintah

tersebut apakah termasuk dalam perbuatan keperdataan, ataukah

termasuk dalam jenis tindakan besluit/regeling, ataukah termasuk

dalam jenis beschikking/Keputusan Tata Usaha Negara. Setelah

diketahui jenis-jenis tindakan tersebut, selanjutnya akan dapat

Page 206: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

195

ditentukan secara tepat pengadilan mana yang berwenang

digunakan sebagai sarana untuk menyalurkan perlindungan

hukum bagi rakyat. Untuk mengetahui pengadilan mana yang

berwenang mengadili suatu perkara harus didasarkan pada kriteria

mengenai ketentuan tentang kewenangan mengadili suatu badan

peradilan menurut peraturan perundang-undangan, dalam arti

yang berwenang mengadili perkara tersebut apakah Mahkamah

Agung, peradilan umum, ataukah Peradilan Tata Usaha Negara.

Sebagaimana telah dikemukakan di muka, pembahasan ini hendak

mendeskripsikan kesesuian antara pertimbangan hukum Hakim dalam

menentukan kewenangan mengadili, dengan konsep dalam Hukum

Administrasi Negara. Untuk memperjelas hal tersebut, berikut dalam

paragraph di bawah ini akan dipaparkan secara singkat mengenai kasus

posisi dan pertimbangan hukum Majelis Hakim dalam Putusan PN

Purwokerto Nomor : 73/Pdt.G/2013/PN.Pwt.

Para pihaknya yaitu Para Penggugat bernama Fransiscus Xaverius

Untung Gunawan dan Fransisca Lana Riani, melawan Universitas

Jenderal Soedirman sebagai Tergugat. Juga adanya pihak-pihak yang

berkedudukan sebagai Turut Tergugat yaitu Ditjen Dikti sebagai Turut

Tergugat I, Kantor Pertanahan Kabupaten Banyumas sebagai Turut

Tergugat II, Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas sebagai Turut

Tergugat III, dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

Page 207: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

196

(KPKLN) Purwokerto sebagai Turut Tergugat IV. Perkara ini

disidangkan di Pengadilan Negeri Purwokerto.

Permasalahan yang muncul antara Peggugat dengan Tergugat di

sini adalah bahwa Penggugat mendalilkan Tergugat telah melakukan

Perbuatan Melawan Hukum yaitu berupa perbuatan mendirikan

bangunan yang menghalang-halangi serta menutup akses jalan ke tanah

pekarangan berupa sawah milik Para Penggugat. Bangunan tersebut

didirikan oleh Tergugat di atas wilayah Jalur Hijau/Sempadan Jalan, serta

tidak dilengkapi persyaratan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan). Menurut

dalil Para Penggugat, Para Turut Tergugat membiarkan bangunan-

bangunan tersebut, dan tidak menanggapi keberatan dan protes yang

telah disampaikan oleh Para Penggugat.

Bangunan yang dipermasalahkan oleh Para Penggugat didirikan di

atas Tanah seluas ± 122,5 m2, tanah tersebut masuk dan tertulis dalam

Sertifikat Hak Pakai (SHP) No. 00016/Kel. Pabuaran/ Surat Ukur

tanggal 09/10/2008 No. 00031/Pabuaran/2008 seluas 1.919 m2, tertulis

atas nama Departemen Pendidikan Nasional berkedudukan di Jakarta.

SHP ini diterbitkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten

Banyumas (dalam perkara a-quo sebagai Turut Tergugat II). Adapun

dasar dari didirikannya bangunan oleh Tergugat tersebut adalah Surat

Keputusan Kepala kantor Pertanahan Kabupaten Banyumas tanggal

31/12/2008 No. : SK.29/530.3/11.27/2008 tentang Pemberian Hak atas

Tanah yang tersebut dalam SHP No. 00016/Kel. Pabuaran.

Page 208: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

197

Para Penggugat pada mulanya memang mempermasalahkan

mengenai PMH yang dilakukan oleh Tergugat yakni berupa mendirikan

bangunan yang merugikan Para Penggugat, akan tetapi juga dalam posita

maupun dalam petitum dipermasalahkan mengenai keabsahan SHP No.

00016/Kel. Pabuaran dan Surat Keputusan Kepala kantor Pertanahan

Kabupaten Banyumas tanggal 31/12/2008 No. : SK.29/530.3/11.27/2008

tentang Pemberian Hak atas Tanah. Dan menuntut agar SHP dan Surat

Keputusan tersebut agar dinyatakan batal atau tidak sah dan tidak

mempunyai kekuatan hukum mengikat. Padahal kedua produk hukum

tersebut merupakan produk hukum yang termasuk dalam jenis Keputusan

Tata Usaha Negara.

Untuk lebih jelasnya berikut ini diuraikan sebagian petitum dari

Para Penggugat yang relevan dengan pembahasan ini, yaitu :

1. Menyatakan secara hukum bahwa Surat Keputusan Kepala kantor

Pertanahan Kabupaten Banyumas tanggal 31/12/2008 No. :

SK.29/530.3/11.27/2008 sepanjang menyangkut Objek Sengketa

adalah Tidak Sah, Cacat Yuridis, Batal Demi Hukum dan atau

mohon dibatalkan berikut dengan konsekuensinya.

2. Menyatakan secara hukum Sertifikat Hak Pakai No.

00016/Pabuaran/2008 Surat Ukur tanggal 09/10/2008 No. :

00031/Pabuaran/2008 seluas 1.919 m2 tertulis atas nama

Departemen Pendidikan Nasional berkedudukan di Jakarta

Sepanjang menyangkut Objek Sengketa adalah tidak mempunyai

Kekuatan Hukum yang Mengikat.

Selanjutnya berikut ini diuraikan jawaban gugatan dari Tergugat,

dan yang relevan dengan pembahasan ini akan disampaikan jawaban

dalam eksepsi, sebagai berikut :

Page 209: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

198

1. Para Penggugat telah keliru dalam menentukan “objek sengketa”,

karena yang dijadikan sebagai objek sengketa oleh Para Penggugat

adalah berupa “tanah”, dan tanah dalam hukum perdata adalah

merupakan suatu “benda”. Padahal maksud gugatan Para Penggugat

adalah mengajukan gugatan Perbuatan Melawan Hukum (PMH),

seharusnya yang dijadikan objek sengketa adalah berupa suatu

“perbuatan”, bukan suatu “benda”.

2. Dalam posita maupun dalam petitum, Para Penggugat

mempermasalahkan keabsahan Sertifikat Hak Pakai dan Surat

Keputusan Kepala kantor Pertanahan Kabupaten Banyumas , dan

menuntut agar kedua produk hukum tersebut dibatalkan atau

dinyatakan tidak sah atau agar dinyatakan tidak mempunyai kekuatan

hukum mengikat. Padahal kedua produk hukum tersebut termasuk

dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara, sehingga yang

berwenang mengadili perkara a-quo adalah Peradilan Tata Usaha

Negara, sehingga PN Purwokerto tidak berwenang mengadilinya.

3. Berdasarkan Pasal 50 UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara dan menurut asas-asas Hukum Administrasi

Negara terkait dengan Publik Domein, Pengadilan Negeri Purwokerto

tidak berwenang melakukan sita jaminan terhadap bangunan milik

Tergugat, karena bangunan milik Tergugat merupakan benda milik

publik (public domein) atau barang milik negara.145

145

Lihat di dalam Ridwan HR, op.cit., hlm. 353 dan Indroharto, Usaha Memahami

Undang-Undang PTUN , Buku II, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1993, hlm. 244.

Page 210: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

199

Dalam pembuktian mengenai kewenangan Pengadilan, masing-

masing pihak mengajukan alat bukti berupa surat dan keterangan Ahli.

Terhadap pembuktian dalam sidang tersebut, Majelis Hakim menyatakan

dalam pertimbangan hukumnya, pada intinya sebagai berikut :

1. Menimbang, bahwa Penggugat meminta agar Sertifikat Hak Pakai

No. 00016/Kel. Pabuaran, Surat Ukur tanggal 09/10/2008 No.

00031/Pabuaran/2008 seluas 1.919 m2 dinyatakan tidak

mempunyai kekuatan hukum mengikat;

2. Menimbang, Penggugat memohon Surat Keputusan Kepala

Kantor Pertanahan Kabupaten Banyumas tanggal 31/12/2008 No.

SK 29/530.3/11.27/2008 yang menjadi dasar terbitnya Sertifikat

Hak Pakai No. 00016/Kel. Pabuaran agar dinyatakan tidak sah

dan dibatalkan;

3. Menimbang, bahwa yang menjadi pertanyaannya adalah : apakah

produk hukum yang diminta supaya dinyatakan tidak mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat dan/atau diminta supaya

dinyatakan tidak sah dan/atau dibatalkan tersebut, merupakan

Keputusan Tata Usaha Negara ? dan selanjutnya apakah yang

disengketakan para pihak tersebut dikategorikan sebagai Sengketa

Tata Usaha Negara ?

4. Menimbang, bahwa batasan/pengertian Keputusan Tata Usaha

Negara secara eksplisit disebutkan dalam Pasal 1 angka (9) UU

No. 51 Tahun 2009 yaitu : “suatu penetapan tertulis yang

dikeluarkan oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara, yang

berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan

peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang

bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat

hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata”;

5. Menimbang, Majelis Hakim berpendapat bahwa kedua produk

hukum berupa SHP dan SK Kantor Pertanahan Kabupaten

Banyumas tersebut termasuk dalam kategori Keputusan Tata

Usaha Negara;

6. Menimbang, bahwa baik Ahli dari Pihak Tergugat dan Turut

Tergugat I maupun Ahli dari Pihak Penggugat, di persidangan

juga memberikan pendapatnya, bahwa kedua produk hukum

tersebut termasuk dalam kategori Keputusan Tata Usaha Negara;

7. Menimbang, bahwa selanjutnya pasal 1 angka (10) UU No. 51

Tahun 2009 menegaskan tentang pengertian sengketa Tata Usaha

Negara, dimana ditentukan bahwa Sengketa Tata Usaha Negara

adalah : “sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara

antara orang atau badan hukum perdata dengan adan atau pejabat

Page 211: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

200

Tata Usaha Negara, baik di Pusat maupun di Daerah, sebagai

akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara............”;

8. Menimbang, bahwa dari fakta dan uraian pertimbangan tersebut

di atas, menunjukkan bahwa materi pokok sengketa antara pihak

Penggugat dengan pihak Tergugat dan Turut Tergugat tersebut

adalah masuk dalam lingkup sengketa Tata Usaha Negara;

9. Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 47 UU No. 5

Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jelas

ditegaskan, bahwa : “Peradilan Tata Usaha Negara berwennag

memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha

Negara”;

10. Menimbang, bahwa oleh karena pokok sengketa para pihak,

sebagaimana diuraikan di atas masuk dalam lingkup “sengketa

Tata Usaha Negara”, maka lembaga yang berwenang mengadili

perkara a-quo adalah Peradilan Tata Usaha Negara, dan dengan

demikian, maka eksepsi kewenangan dari Tergugat adalah

beralasan menurut hukum, dan karenanya harus diterima;

11. Menimbang, bahwa karena eksepsi kewenangan dari Tergugat

dan Turut Tergugat I serta Turut Tergugat II tersebut beralasan

menurut hukum dan diterima, maka harus dinyatakan, bahwa

Pengadilan Negeri in casu Pengadilan Negeri Purwokerto tidak

berwenang untuk mengadili perkara No. 73/Pdt.G/2013/PN.Pwt.

ini;

Berdasarkan kasus posisi dan pertimbangan hukum Majelis Hakim

yang tersebut di atas, maka kesesuaian antara kasus posisi dan

pertimbangan hukum Majelis Hakim dengan konsep Perlindungan

Hukum bagi rakyat, dapat dianalisis dengan menggunakan 2 (dua)

kriteria yaitu Kriteria Pertama mengenai kedudukan hukum

pemerintah (bestuur rechtspotitie) dan tindakan pemerintahan (bestuur

handelingen); dan Kriteria Kedua mengenai ketentuan mengenai

kewenangan mengadili suatu badan peradilan menurut peraturan

perundang-undangan.

Pembahasan pertama ditujukan terhadap maksud Para Penggugat

mengajukan gugatan PMH atas perbuatan UNSOED (Tergugat)

Page 212: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

201

mendirikan bangunan yang merugikan Para Penggugat, dengan

mengesampingkan bahwa ternyata dalam surat gugatannya Para

Penggugat mempersoalkan keabsahan suatu Keputusan Tata Usaha

Negara dan menuntut pembatalan suatu Keputusan Tata Usaha Negara.

Sesuai dengan maksud semula Para Penggugat mengajukan

gugatan PMH ke Pengadilan Negeri Purwokerto, dalam surat gugatannya

Para Penggugat antara lain mendalilkan adanya PMH yang dilakukan

oleh Tergugat (UNSOED) berupa mendirikan bangunan-bangunan yang

menutup akses jalan ke arah tanah pekarangan milik Para Penggugat,

dimana bangunan tersebut didirikan di atas wilayah jalur hijau/sempadan

jalan dan bangunan tersebut tidak memiliki IMB.

Dalil Para Penggugat mengenai adanya PMH yang dilakukan oleh

UNSOED (Tergugat), apabila PMH tersebut ditafsirkan dalam penafsiran

yang luas, maka PMH yang dilakukan oleh Tergugat dapat dikategorikan

sebagai sebagai perbuatan yang mengganggu hak Para Penggugat

untuk masuk ke tanah pekarangannya dan sebagai perbuatan yang

bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku (Tergugat).

Bertentangan dengan kewajiban hukum si Tergugat maksudnya yakni

kewajiban hukum sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Daerah yang

berkaitan dengan IMB dan berkaitan dengan Rencana Tata Ruang

Wilayah (Perda RTRW).

Page 213: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

202

Sesuai dengan dalilnya tersebut di atas, maka Para Penggugat

mengajukan gugatan PMH berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata ke

Pengadilan Negeri Purwokerto.

Pasal 1365 KUH Perdata menentukan :

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian

kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.

Dalam konteks gugatan PMH yang diajukan oleh Para Penggugat

di atas, maka berdasarkan konsep perlindungan hukum bagi rakyat dari

tindakan pemerintah yang melanggar hukum, kedudukan hukum

Tergugat (UNSOED) dapat dikategorikan sebagai kedudukan hukum

pemerintah dalam bidang hukum perdata. Dalam bidang hukum perdata,

kedudukan UNSOED sebagai wakil dari ”badan hukum (publik)”.

Sebagai wakil dari ”badan hukum”, tindakan UNSOED tunduk dan

diatur oleh hukum keperdataan, apabila tindakan UNSOED melanggar

hukum perdata, maka kepada pihak subjek hukum yang dirugikan dapat

memperoleh perlindungan hukum berdasarkan hukum perdata. Sesuai

dengan kaidah hukum perdata, suatu perbuatan yang melanggar hukum

dinamakan Perbuatan Melawan Hukum (PMH), sehingga perlindungan

hukumnya berupa mengajukan gugatan keperdataan ke Pengadilan

Negeri dalam perkara PMH sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1365

KUH Perdata.

Telah diuraikan di atas mengenai PMH di dalam Pasal 1365 KUH

Perdata yang di dalam perjalanannya perumusan pasal 1365 KUH

Page 214: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

203

Perdata menggunakan penafsiran secara luas di antaranya sebagai

berikut:

1) Mengganggu hak orang lain;

2) Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku;

3) Bertentangan dengan kesusilaan;

4) Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian, dan sikap hati-hati yang

seharusnya dimiliki seseorang dalam pergaulan dengan sesama

warga masyarakat atau terhadap benda orang lain. 146

Yang dimaksud dengan perilaku “yang bertentangan dengan

kewajiban hukum si pelaku” adalah perilaku yang bertentangan dengan

suatu peraturan undang-undang dalam arti yang formil maupun materiil

(termasuk Peraturan Daerah) yang bersifat memerintah atau melarang.147

Sehingga apabila subjek hukum yang dianggap berbuat melanggar

Peraturan Daerah, maka dapat digolongkan sebagai perilaku “yang

bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku”. Adanya kewajiban

hukum yang diletakkan atas diri seseorang, adalah dimaksudkan untuk

membatasi perilaku orang yang bersangkutan, agar tidak melanggar hak

(subjektif) orang lain. Kewajiban hukum seringkali merupakan

kewajiban yang ditujukan kepada orang-orang tertentu, demi

perlindungan kepentingan orang lain.

Dalam hal adanya perilaku yang bertentangan dengan kewajiban

hukum si pelaku, maka yang dapat menuntut ganti rugi atas dasar

146 Ridwan H.R., Op. Cit., hlm. 272 147

J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir Dari Undang-Undang, Bagian

Pertama, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1984, hlm. 213.

Page 215: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

204

pelanggaran suatu norma hukum yang bersifat memerintah atau

melarang, adalah mereka-mereka, untuk siapa norma itu bermaksud

untuk memberikan perlindungan.

Berdasarkan uraian mengenai unsur dari PMH secara luas khusus

mengenai bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku maka dapat

dideskripsikan bahwa Tergugat telah melanggar Peraturan Daerah yang

mengatur tentang IMB dan Peraturan Daerah yang berkaitan dengan

Perencanaan Tata Ruang Wilayah. Sehingga menurut Para Penggugat

dengan adanya perbuatan Tergugat yang melanggar Peraturan Daerah

dan perbuatan tersebut merugikan Para Penggugat, maka wajar jika Para

Penggugat mengajukan gugatan PMH berdasarkan Pasal 1365 KUH

Perdata ke Pengadilan Negeri Purwokerto karena perbuatan Tergugat itu

sendiri sudah memenuhi unsur ketentuan dalam Pasal 1365 KUH

Perdata.

Berkaitan dengan kewenangan mengadili suatu badan peradilan

terhadap perkara perdata, hal tersebut dapat ditentukan berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berisi ketentuan mengenai

kewenangan mengadili dari suatu badan peradilan. Pengadilan Negeri

Purwokerto adalah merupakan pengadilan tingkat I (pertama) yang

berada dalam Lingkungan Peradilan Umum. Undang-Undang yang

mengatur Peradilan Umum yakni :

1. UU Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum;

Page 216: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

205

2. UU Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU Nomor 2

Tahun 1986 tentang Peradilan Umum;

3. UU Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU

Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum;

Wewenang Peradilan Umum ditentukan dalam Pasal 50 UU No 2

Tahun 1986 tentang Peradilan Umum yang menentukan : “Pengadilan

Negeri bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat pertama.”

Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas, berkaitan

dengan maksud semula Para Penggugat untuk mengajukan gugatan PMH

terhadap UNSOED (Tergugat), dan apabila dihubungkan dengan konsep

perlindungan hukum bagi rakyat (yang merupakan konsep dalam Hukum

Administrasi Negara) dari perbuatan pemerintah yang melanggar hukum

keperdataan, maka dapat disimpulkan bahwa sudah tepat jika Para

Penggugat mengajukan gugatan PMH terhadap UNSOED (Tergugat)

berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata ke Pengadilan Negeri Purwokerto,

karena hal tersebut bersesuaian dengan kriteria kedudukan hukum

pemerintah dan tindakan pemerintahan serta bersesuaian pula dengan

kriteria kewenangan mengadili suatu badan peradilan berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya setelah pembahasan yang pertama di atas,

Pembahasan kedua dimaksudkan untuk menganalisis kesesuaian antara

pertimbangan hukum Majelis Hakim dengan konsep Perlindungan

Page 217: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

206

Hukum bagi rakyat (yang merupakan konsep dalam Hukum Administrasi

Negara), dapat dianalisis dengan menggunakan 2 (dua) kriteria yaitu

Kriteria Pertama mengenai kedudukan hukum pemerintah (bestuur

rechtspotitie) dan tindakan pemerintahan (bestuur handelingen); dan

Kriteria Kedua mengenai ketentuan mengenai kewenangan mengadili

suatu badan peradilan menurut peraturan perundang-undangan.

Untuk memperjelas mengenai substansi pembahasan ini, berikut ini

akan dikutip lagi pertimbangan hukum Majelis Hakim secara singkat,

sebagai berikut :

1. Menimbang, bahwa dalam Posita Gugatan angka 13 dan Petitum

Gugatan angka 9, meminta agar Sertifikat Hak Pakai No.

00016/Kel. Pabuaran, dinyatakan tidak mempunyai kekuatan

hukum mengikat;

2. Menimbang, bahwa dalam Posita Gugatan angka 8 s/d angka 12

dan Petitum Gugatan angka 8, Para Penggugat memohon Surat

Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Banyumas

tanggal 31/12/2008 No. SK 29/530.3/11.27/2008 yang menjadi

dasar terbitnya Sertifikat Hak Pakai No. 00016/Kel. Pabuaran

agar dinyatakan tidak sah dan dibatalkan;

3. Menimbang, bahwa berdasarkan batasan/pengertian Keputusan

Tata Usaha Negara sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka

(9) UU No. 51 Tahun 2009, Majelis Hakim berpendapat bahwa

kedua produk hukum berupa SHP dan SK Kantor Pertanahan

Kabupaten Banyumas tersebut termasuk dalam kategori

Keputusan Tata Usaha Negara;

4. Menimbang, bahwa sesuai dengan pengertian sengketa Tata

Usaha Negara sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka (10)

UU No. 51 Tahun 2009, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa

materi pokok sengketa antara pihak Penggugat dengan pihak

Tergugat dan Turut Tergugat tersebut adalah masuk dalam

lingkup sengketa Tata Usaha Negara;

5. Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 47 UU No. 5

Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jelas

ditegaskan, bahwa : “Peradilan Tata Usaha Negara berwennag

memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha

Negara”;

Page 218: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

207

6. Menimbang, bahwa oleh karena pokok sengketa para pihak,

sebagaimana diuraikan di atas masuk dalam lingkup “sengketa

Tata Usaha Negara”, maka lembaga yang berwenang mengadili

perkara a-quo adalah Peradilan Tata Usaha Negara, dan dengan

demikian, maka eksepsi kewenangan dari Tergugat adalah

beralasan menurut hukum, dan karenanya harus diterima;

7. Majelis hakim menyimpulkan bahwa Pengadilan Negeri in casu

Pengadilan Negeri Purwokerto tidak berwenang untuk mengadili

perkara No. 73/Pdt.G/2013/PN.Pwt. ini;

Pertimbangan hukum Majelis Hakim di atas pada intinya

menyatakan bahwa pokok sengketa yang dipermasalahkan oleh para

pihak adalah mengenai keabsahan SHP dan Surat Keputusan Kepala

Kantor Pertanahan Kabupaten Banyumas (Turut Tergugat II), kedua

produk hukum ini termasuk dalam pengertian KTUN, sehingga sengketa

mengenai keabsahan suatu KTUN termasuk dalam pengertian sengketa

Tata Usaha Negara, dan yang berwenang mengadili sengketa Tata Usaha

Negara adalah Peradilan Tata Usaha Negara, sehingga PN Purwokerto

tidak berwenang mengedili perkara a-quo.

Dalam konteks tindakan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten

Banyumas yang menerbitkan SHP dan Surat Keputusan tentang

Pemberian Hak Pakai, maka berdasarkan konsep perlindungan hukum

bagi rakyat dari tindakan pemerintah yang melanggar hukum, kedudukan

hukum Turut Tergugat II (Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten

Banyumas) dapat dikategorikan sebagai kedudukan hukum pemerintah

dalam bidang hukum publik. Dalam bidang hukum publik, kedudukan

hukum Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Banyumas sebagai

”pejabat” wakil dari suatu ”jabatan”. Sebagai wakil dari ”jabatan”,

Page 219: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

208

tindakan UNSOED tunduk dan diatur oleh hukum publik yang dalam hal

ini adalah Hukum Administrasi Negara, apabila tindakan Kepala Kantor

Pertanahan Kabupaten Banyumas melanggar Hukum Administrasi

Negara, maka kepada pihak subjek hukum yang dirugikan dapat

memperoleh perlindungan hukum berdasarkan Hukum Administrasi

Negara. Sesuai dengan kaidah Hukum Administrasi Negara,

perlindungan hukum bagi rakyat disesuaikan dengan jenis tindakan

pemerintahan. Tindakan pemerintahan yang dilakukan oleh Kepala

Kantor Pertanahan Kabupaten Banyumas yaitu berupa menerbitkan SHP

dan Surat Keputusan, yang mana kedua produk hukum ini termasuk

dalam pengertian KTUN, sehingga apabila KTUN tersebut merugikan

Para Penggugat, maka Para Penggugat dapat diberi perlindungan hukum

dengan cara mengajukan gugatan ke Peradilan Tata Usaha Negara, oleh

karena yang digugat adalah Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten

Banyumas, gugatan ditujukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara

Semarang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum

dari Tergugat.

Pendapat Majelis Hakim yang menyatakan bahwa pengadilan yang

berwenang mengadili perkara a-quo adalah didasarkan pada ketentuan

Pasal 47 UU Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

yang menentukan : “Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa,

memutus, dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara”. Adapun

pengertian sengketa Tata Usaha Negara ditentukan dalam Pasal 1 angka

Page 220: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

209

10 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa

terjadinya sengketa Tata Usaha Negara sebagai akibat dikeluarkannya

KTUN oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara.

Selanjutnya apabila Para Penggugat merasa dirugikan oleh

keluarnya suatu KTUN, maka ia mempunyai hak gugat sesuai dengan

ketentuan Pasal 53 Ayat (1) Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 yang

mengatur : “Orang atau badan hukum perdata yang merasa

kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara,

dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan berwenang yang

berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan

itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan

ganti rugi dan/atau rehabilitasi”.

Berdasarkan hal-hal sudah disebutkan di atas, terlihat hubungan

hukum antara Para Penggugat dengan SHP dan Surat Keputusan yang

dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Banyumas, maka

apabila Para Penggugat hendak mengajukan gugatan untuk membatalkan

SHP dan Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor

Pertanahan Kabupaten Banyumas ke PTUN Semarang, maka hal tersebut

sudah memenuhi kriteria sengketa Tata Usaha Negara, yaitu :

a. Penggugatnya adalah orang yakni Para Penggugat;

b. Tergugatnya adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, yakni

Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Banyumas,;

Page 221: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

210

c. Objek gugatannya adalah Keputusan Tata Usaha Negara, yakni

SHP dan Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten

Banyumas, ;

d. Tuntutannya atau petitumnya adalah batal atau tidak sahnya suatu

Keputusan Tata Usaha Negara.

Apabila seseorang hendak mengajukan gugatan ke Peradilan Tata

Usaha Negara, ia harus memperhatikan apakah terhadap sengketa Tata

Usaha Negara tersebut harus melalui Upaya Administrasi terlebih dahulu

ataukah dapat langsung menggugatnya ke Pengadilan Tata Usaha Negara

(PTUN) sebagai pengadilan tingkat I (pertama), hal ini berkaitan dengan

adanya ketentuan mengenai upaya administrasi sebagaimana diatur

dalam Pasal 48 UU Nomor 5 Tahun 1986 yang berbunyi:

(1) Dalam hal suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara diberi

wewenang oleh atau berdasarkan peraturan peraturan perundang-

undangan untuk menyelesaikan secara administratif sengketa tata

usaha negara tertentu, maka sengketa tata usaha negara tersebut

harus diselesaikan melalui upaya administratif yang tersedia.

(2) Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan sengketa tata usaha negara sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) jika seluruh upaya administratif yang bersangkutan

telah digunakan.

Untuk mengetahui apakah terhadap suatu sengketa Tata Usaha

Negara harus ditempuh upaya administrasi terlebih dahulu, dapat dilihat

dalam penjelasan Pasal 48 ayat (1) UU Nomor 5 Tahun 1986 yang

menjelaskan bahwa :

“Dari ketentuan dalam peraturan peraturan perundang-

undangan yang menjadi dasar dikeluarkannya Keputusan Tata

Usaha Negara yang bersangkutan dapat dilihat apakah terhadap

Page 222: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

211

suatu Keputusan Tata Usaha Negara itu terbuka atau tidak terbuka

kemungkinan untuk ditempuh suatu upaya administratif.”

Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dikeluarkannya

SHP dan Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten

Banyumas adalah UU Nomor 1 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok

Agraria dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah. Dalam peraturan perundang-undangan tersebut tidak

terdapat ketentuan yang mengatur adanya upaya administrasi, sehingga

apabila Para Penggugat hendak mengajukan gugatan untuk membatalkan

SHP dan Surat Keputusan tersebut, maka Para Penggugat bisa

mengajukan gugatan langsung ke PTUN Semarang sebagai pengadilan

tingkat I (pertama), tanpa harus terlebih dahulu mengajukan upaya

administrasi.

Adapun Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan

berdasarkan Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004

adalah :

a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan

dengan peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan

dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik.

Peraturan perundang-undangan yang dimaksud dalam konteks

perkara a-quo yaitu UU Nomor 1 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok

Agraria dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah, sedangkan asas-asas umum pemerintahan yang baik

meliputi asas :

Page 223: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

212

a. Kepastian hukum;

b. Tertib penyelenggaraan negara;

c. Keterbukaan;

d. Proporsionalitas;

e. Profesionalitas;

f. Akuntabilitas.

Pertimbangan hukum Majelis Hakim yang menyatakan bahwa

pengadilan yang berwenang mengadili perkara a-quo adalah Pengadilan

Tata Usaha Negara, dan Pengadilan Negeri Purwokerto tidak berwenang

mengadili perkara a-quo adalah didasarkan pula pada ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kewenangan

mengadili suatu badan peradilan. Ketentuan tersebut terdapat dalam :

1. Pasal 18 UU Nomor 48 Tahun 2009 yang menentukan bahwa :

“Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung

dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan

peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan

peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan

oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”.

Masing-masing lingkungan pengadilan tersebut di atas mempunyai

kewenangan yang berbeda antara lingkungan peradilan yang satu

dengan lingkungan peradilan yang lain.

2. Pasal 25 ayat (2) UU Nomor 48 Tahun 2009 : Peradilan umum

berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara pidana

dan perdata sesuai dengan ketentuan peraturan peraturan

perundang-undangan.

3. Pasal 25 ayat (5) UU Nomor 48 Tahun 2009 : Peradilan Tata

Usaha Negara berwenang memeriksa, mengadili, memutus, dan

Page 224: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

213

menyelesaikan sengketa tata usaha negara sesuai dengan ketentuan

peraturan peraturan perundang-undangan.

4. Pasal 50 UU No 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum yang

menentukan : “Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang

memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan

perkara perdata di tingkat pertama.”

5. Pasal 47 UU Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara yang menentukan : “Pengadilan bertugas dan berwenang

memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa tata usaha

negara”.

Pertimbangan hukum Majelis Hakim dalam Putusan PN

Purwokerto Nomor : 73/Pdt.G/2013/PN.Pwt yang menyatakan bahwa

pengadilan yang berwenang mengadili perkara a-quo yaitu Pengadilan

Tata Usaha Negara, dan Pengadilan Negeri Purwokerto tidak berwenang

mengadili perkara a-quo; telah sesuai dengan konsep perlindungan

hukum bagi rakyat, yang juga merupakan konsep dalam Hukum

Administrasi Negara. Kesesuaiannya dapat diukur dari Kriteria

Pertama mengenai kedudukan hukum pemerintah (bestuur

rechtspotitie) dan tindakan pemerintahan (bestuur handelingen), dan

Kriteria Kedua mengenai ketentuan mengenai kewenangan mengadili

suatu badan peradilan menurut peraturan perundang-undangan.

Page 225: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

214

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bentuk perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah

berdasarkan konsep Hukum Administrasi Negara dapat disimpulkan

sebagai berikut :

a. Perlindungan Hukum bagi rakyat di bidang Hukum Privat dapat

diberikan melalui pengajuan gugatan ke Peradilan Umum, dalam hal

ini yaitu pengadilan negeri berwenang memeriksa perkara perdata.

Perkara perdata disini yaitu Perbuatan Melawan Hukum (PMH) yang

dilakukan oleh pemerintah berdasrkan Pasal 1365 KUH Perdata dan

Yurisprudensi MA mengenai kriteria Perbuatan Melawan Hukum

yang dilakukan oleh pemerintah yaitu Putusan MA No. 66K/Sip/1952

dan Putusan MA No. 838K/Sip/1970.

b. Perlindungan Hukum bagi rakyat di bidang Hukum Publik dapat

diberikan dengan melihat tindakan pemerintah itu sendiri. Jika

tindakan pemerintah itu berupa Besluit/ peraturan perundang-

undangan maka dapat mengajukan keberatan berdasarkan UU Nomor

23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan dapat melakukan

permohonan Yudicial Review ke Mahkamah Agung. Sedangkan jika

tindakan pemerintah itu berupa Beschikking/Keputusan Tata Usaha

Negara maka dapat mengajukan upaya hukum berupa Banding

Page 226: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

215

Administratif dam mengajukan gugatan ke Peradilan Tata Usaha

Negara.

2. Pertimbangan Hukum hakim dalam perkara di dalam Putusan No.

73/Pdt.G/2013/PN.Pwt yang menyatakan bahwa Pengadilan Negeri

Purwokerto tidak berwenang mengadili perkara a-quo, dan yang

berwenang adalah Peradilan Tata Usaha Negara; sudah sesuai dengan

konsep Hukum Administrasi Negara mengenai perlindungan hukum bagi

rakyat dari tindakan pemerintah yang melanggar hukum dan merugikan

rakyat. Adapun yang menjadi alasannya yaitu :

a. Sesuai dengan posita dan petitum Penggugat yang mempermasalahkan

keabsahan suatu Keputusan Tata Usaha Negara yaitu

mempermasalahkan keabsahan Sertifikat Hak Pakai dan Surat

Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Banyumas tentang

Pemberian Hak Pakai atas Tanah, dan eksepsi dari Tergugat mengenai

kompetensi absolut mengenai kewenangan pengadilan bahwa

Pengadilan Negeri Purwokerto tidak berwenang memeriksa perkara a-

quo.

b. Sesuai dengan kriteria kedudukan hukum pemerintah dan tindakan

pemerintahan.

c. Sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan kewenangan mengadili suatu badan peradilan, yaitu:

1) Pasal 18, Pasal 25 ayat (2) dan Pasal 25 ayat (5) UU Nomor 48

Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman,

Page 227: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

216

2) Pasal 50 UU Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, dan

3) Pasal 47 UU Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara.

B. Saran

1. Perlunya sosialisasi lebih menyeluruh kepada masyarakat luas yang

sekarang masih buta mengenai proses peradilan ketika memperoleh suatu

perlindungan hukum yang diakibatkan tindakan pemerintah yang

melanggar hukum dan merugikan rakyat. Tujuannya yaitu agar bentuk

perlindungan hukum kepada rakyat terhadap tindakan pemerintah dapat

terealisasi dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Cara menentukan kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu perkara

yang diakibatkan oleh tindakan pemerintah yang melanggar hukum

merupakan suatu kajian teoretis dan konsep yang dilakukan oleh penulis.

Diharapkan kedepannya hal tersebut semoga dirumuskan lebih tegas

dalam peraturan perundang-undangan yang akan datang untuk

memperjelas kepada rakyat dalam menentukan kewenangan pengadilan

untuk mengadili suatu perkara yang diakibatkan oleh tindakan

pemerintah yang melanggar hukum.

3. Perkara dalam Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto No.

73/Pdt.G/2013/PN.Pwt menunjukkan kesalahan penerapan hukum dalam

hal mengajukan gugatan ke suatu pengadilan terhadap suatu tindakan

pemerintah. Sehingga kedepannya khusus Perlindungan Hukum bagi

rakyat terhadap tindakan pemerintah yang merugikan rakyat harus cermat

Page 228: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

217

dalam mengajukan gugatan apakah ke Pengadilan Negeri ataukah ke

Pengadilan Tata usaha Negara. Harapannya bagi praktisi hukum dalam

mendampingi rakyat ketika menggugat tindakan pemerintah harus

mengetahui dengan jelas konsep perlindungan mana yang harus dipilih

sehingga diharapkan tidak terjadi yang namanya “Gugataan tidak Dapat

Diterima” dan “Pengadilan Tidak Berwenang Mengadili Perkara

tersebut”.

Page 229: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

DAFTAR PUSTAKA

Buku/Literatur

Algra, N.E./H.C.J.G. Janssen. 1974. Rechtsingan een Orientatie in het Recht.

Groningen. H.D. Tjeenk Willink bv.

Anggriani, Jum. 2012. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Apeldoorn, Van. 1966. Inleiding tot de Studie ven het Nederlandse Recht. Zwolle:

W.E.J. Tjeenk Willink.

Atmosudirjo, Prajudi. 1994. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Azhary. 1995. Negara Hukum Indonesia. Jakarta: UI-Press.

Basah, Sjachran. 1985. Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi

Negara. Bandung: Alumni.

1992. Perlindungan Hukum Terhadap Sikap-Tindak

Administrasi Negara. Bandung: Alumni.

Budiardjo, Miriam. 1982. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.

Belinfante, A.D. 1985. Kort Begrip van het Administratief Recht. Alphen aan de

Rijn: Samsom Uitgeverij.

Dale’s, Van. 1914. Groot Woordenboek der Nederlandsche Taal. Leiden: ‘s-

Gravenhage.

Damen, L.J.A., et.al., 2005. Bestuursrecht, System, Bevoegdheid,

Bevoegdheidsuitoefening, Handhaving. Den Haag. BJU Boom Juridische

Uitgevers. Twede Druk.

De Haan, P., et al., 1986. Bestuursrecht in de Sociale Rechtstaat. deel 1, Kluwer.

Devender.

Donner, A.M., 1987. Nedherlands Bestuursrecht. Alphen aan Rijn. Samsom H.D.

Tjeenk Willink.

Hadjon, Philipus M. et. al., 2011. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Page 230: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

--------------1987. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia. Surabaya: Bina

Ilmu.

Hirsch Ballin, E.M.H. 1991. Rechstaat & Beleid. Zwolle. W.E.J. Tjeenk Willink.

Huisman, R.J.H.M. Algemeen Bestuursrecht, en Inleiding. Amsterdam. Kobra.

Ibrahim, Jhony. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang:

Banyumedia Publishing.

Indroharto. 1993. Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata

Usaha Negara. Buku I. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Joeniarto. 1968. Negara Hukum. Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gadjah

Mada.

Kuipers, R.K. 1901. Geillusteerd Woordenboek Nederlandsche Taal. Amsterdam:

Maatschappy “Elssevier”.

Korsten, A.F.A. dan F.P.C.L. Tonnaer. 1989. Lokale Regelgeving dalam Lokaal

Bestuurin Nederland. Alphen aan de Rijn. Samsom Tjeenk Willink.

Logemaan, J.H.A. 195. Over de Theorie van een Stellig Staatsrecht. Jakarta:

Saksama.

Lotulung, Paulus E. 1993. Beberapa Sistem tentang Kontrol Segi Hukum terhadap

Pemerintah. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Manan, Bagir. 1990. Hubungan Anatara Pusat dan Daerah Berdasarkan Asas

Desentralisasi Menurut UUD 1945. Disertasi. Bandung: Universitas

Padjadjaran.

Mustafa, Bahsan. 1990. Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara. Bandung:

Citra Aditya Bakti.

Muchsan. 1981. Beberapa Catatan tentang Hukum Administrasi Negara dan

Peradilan Administrasi Negara di Indonesia. Yogyakarta: Liberty.

1997. Sistem Pengawasan terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah dan

Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia. Yogyakarta: Liberty.

Michiels, F.C.M.A. 1987. De Arob – Beschikking. ‘s-Gravenhage. Vuga

Uitgeverij B.V.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra

Aditya Bakti.

Page 231: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

Mertokusumo, Sudikno. 1991. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar). Yogyakarta:

Liberty.

…………… 1993. Bab-bab tentang Penemuan Hukum. Bandung: Citra Aditya

Bakti.

Purbopranoto, Kuntjoro. 1975. Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan dan

Peradilan Administrasi Negara. Bandung: Alumni.

Poelje, Van. 1964. Algemene Inleiding tot de Bestuurskunde. Alphen aan de Rijn:

Samsom.

Poerwadaminta, W.J.S. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Cetakan XI.

Jakarta: Balai Pustaka.

Prins, WF., dan R. Kosim Adisapoetra. 1983. Pengantar Ilmu Hukum

Administrasi Negara. Jakarta: Prandya Paramita.

Ridwan HR. 2013. Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi. Jakarta:

RajaGrafindo Persada.

Robert Bothlingk, Frederick. 1954. Het Leerstuk der Vertegenwoordiging en Zijn

Toepassing op Ambtsdragers in Nederland en in Indonesia. Juridische

Boekhandel en Uitgeverij A. Jongbloed & Zoon ‘s-Gravenhage.

Romeijn, H.J. 1934. Administratiefrecht, Hand-en Leerboek. Den Haag.

Noorman’s Periodieke Pers N.V.

Raharjo, Satjipto. 1996. Ilmu Hukum. Bandung: Alumni.

Satrio, J. 1984. Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir Dari Undang-Undang,

Bagian Pertama. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Situmorang, Viktor. 1989. Dasar-dasar Hukum Administrasi Negara. Jakarta:

Bina Aksara.

Soehardjo. 1994. Pengantar Hukum Administrasi Negara Pertumbuhan dan

Perkembangannya. Semarang: Fakultas Hukum Universitas Dipenogoro.

Soehino. 1984. Asas-asas Hukum Tata Pemerintahan. Yogyakarta: Liberty.

Soemantri, Sri. 1992. Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia. Bandung:

Alumni.

Soekanto, Soerjono. 1981. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

Page 232: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

Soekanto, Soejono dan Sri Mamudji. 2011. Penelitian Hukum Normatif Suatu

Tinjauan Singkat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Spier, J. 1987. Onrechmatige Overheidsdaad. Zwolle. W.E.J. Tjeenk Willink.

Stoink, F.A.M., en J.G. Steenbeek. 1985. Inleiding in Het Staats-en Administratief

Recht. Alphen aan de Rijn. Samsom H.D. Tjeenk Willink.

Tak, P.J.P. 1991. Rechtsvorming in Nedeland. Open Universiteit. Samsom H.D.

Tjeek Willink.

Ten Berge, J.B.J.M. 1996. Besturen Door de Overheid. Deventer. W.E.J. Tjeenk

Willink.

Utrecht, E. 1988. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia. Surabaya:

Pustaka Tinta Mas.

Van der Burg et.al., 1985. Rechtsbescherming Tegen de Overheid. Nijmegen.

Algemene Bepalingen van Administratief Recht.

Van der Pot, C.W. 1932. Nederlandsch Bestuursrecht. Alphen aan de Rijn.

Van Wijk, H.D./Willem Konijnenbelt. 1995. Hoofdstukken van Administratief

Recht, Utrecht. Uitgeverij Lemma BV.

Verkruisen en B.C. Vis, W.G. 1987. Gemeente en Gemeentewet. Nijmegen.

Versteden, C.J.N. 1984. Inleiding Algemeen Bestuursrecht. Alphen aan de Rijn.

Samsom H.D. Tjeenk Willink.

Kitab Undang-Undang/Peraturan Perundang-Undangan

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 1946 Nomor : 7)

Algemene Bepalingen van Administratief Recht. Rapport van De Commissie

Inzake.

Algemene Bepalingen van Administratief Recht. 1984. Alphen aan den Rijn:

Samsom H.D. Tjeenk Willink B.V.

UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran

Negara Indonesia Tahun 1960 Nomor : 104)

UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Indonesia

Tahun 2002 Nomor : 134)

Page 233: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI RAKYAT TERHADAP …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI DANI HABIBI... · mendasarkan pada Hukum Administrasi Negara. Hukum Administrasi

UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara

Indonesia Tahun 2004 Nomor : 5)

UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Indonesia

Tahun 2007 Nomor : 68)

UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. (Lembaran Negara

Indonesia Tahun 2009 Nomor : 157)

UU No. 14 Tahun 1985 diperbarui dengan UU No 5 Tahun 2004 dan diperbarui

kembali dengan UU No. 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung

(Lembaran Negara Indonesia Tahun 1985 Nomor 73)

UU No. 2 Tahun 1986 diperbarui dengan UU No. 8 Tahun 2004 dan diperbarui

kembali dengan UU No. 49 Tahun 2009 tentang Peradilan Umum.

(Lembaran Negara Indonesia Tahun 1986 Nomor : 20)

UU No. 5 Tahun 1986 diperbarui dengan UU No. 9 Tahun 2004 dan diperbarui

kembali dengan UU No. 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara. (Lembaran Negara Indonesia Tahun 1986 Nomor : 77)

UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Indonesia Tahun 2014 Nomor : 244)

Peraturan Pemerintah

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

Internet

http://id.wikipedia.org/wiki/Peradilan_militer

http://wonkdermayu.wordpress.com/artikel/sejarah-peradilan-militer-di-indonesia/

http://www.pa-batang.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=

118&Itemid=117

http://id.wikipedia.org/wiki/Peradilan_tata_usaha_negara

http://pojokhukum.blogspot.com/2008/03/tipologi-penelitian-hukum.html

Putusan Pengadilan

Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto No. 73/Pdt.G/2013/PN. Pwt : mengenai

Sengketa Perdata Perbuatan Melawan Hukum (PMH) antara Gunawan

melawan Universitas Jenderal Soedirman.