SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA...

121
PEMBATALAN PENDAFTARAN HAK CIPTA BERDASARKAN GUGATAN PENCIPTA ATAU PEMEGANG HAK CIPTA (Studi Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 768 K/Pdt.Sus/2010) SKRIPSI Disusun Oleh : PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2012

Transcript of SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA...

Page 1: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

PEMBATALAN PENDAFTARAN HAK CIPTA

BERDASARKAN GUGATAN PENCIPTA ATAU

PEMEGANG HAK CIPTA

(Studi Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 768 K/Pdt.Sus/2010)

SKRIPSI

Disusun Oleh :

PRIMADHIA LERAI MARISTA

E1A008215

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2012

Page 2: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

PEMBATALAN PENDAFTARAN HAK CIPTA

BERDASARKAN GUGATAN PENCIPTA ATAU

PEMEGANG HAK CIPTA

(Studi Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 768 K/Pdt.Sus/2010)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Disusun Oleh :

PRIMADHIA LERAI MARISTA

E1A008215

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2012

Page 3: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

iii

LEMBAR PENGESAHAN ISI DAN FORMAT

PEMBATALAN PENDAFTARAN HAK CIPTA BERDASARKAN GUGATAN

PENCIPTA ATAU PEMEGANG HAK CIPTA

(Studi Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 768 K/Pdt.Sus/2010)

Oleh :

Primadhia Lerai Marista

E1A008215

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Diterima dan Disahkan

pada tanggal, Agustus 2012

Pembimbing/Penguji I Pembimbing/Penguji II Penguji III

Eti Purwiyantiningsih,S.H.,M.H.

NIP. 19610707 198803 2 002

Agus Mardianto,S.H.,M.H.

NIP.19650831 200312 1 001

Th. Sri Mayani, S.H.

NIP.19480501 197402 2 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman

Hj. Rochani Urip Salami, S.H.,M.S.

NIP. 19520603 198003 2001

Page 4: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PEMBATALAN PENDAFTARAN HAK CIPTA BERDASARKAN

GUGATAN PENCIPTA ATAU PEMEGANG HAK CIPTA (Studi Terhadap

Putusan Mahkamah Agung Nomor 768 K/Pdt.Sus/2010)

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan semua sumber data serta

informasi-informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat

diperiksa kebenarannya.

Bila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi termasuk

pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Purwokerto, Agustus 2012

Hormat Saya,

PRIMADHIA LERAI MARISTA

NIM E1A008215

Page 5: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

v

MOTTO

Berusahalah Jangan Terlengah Waktu Sedetik Saja, Karena Atas Kelengahan Kita Tidak Akan Bisa Dikembalikan

Seperti Semula

Kegagalan Hanya Terjadi Bila Kita Menyerah

Page 6: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “PEMBATALAN PENDAFTARAN HAK CIPTA BERDASARKAN

GUGATAN PENCIPTA ATAU PEMEGANG HAK CIPTA (Studi Terhadap

Putusan Mahkamah Agung Nomor 768 K/Pdt.Sus/2010)”.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu dan terbatasnya

literatur. Oleh karena itu semua saran dan kritik yang sifatnya membangun akan

diterima dengan ketulusan hati.

Dalam proses penulisan ini, penulis banyak menerima bantuan dari

berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis akan menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Ibu Hj. Rochani Urip Salami, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman.

2. Bapak Joko Susanto, S.H.,S.U (Alm.) Selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Jenderal Soedirman.

3. Ibu Rochati, S.H.,M.Hum selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman.

4. Bapak Drs. Antonius Sidik Maryono, S.H.,M.S selaku Pembantu Dekan III

Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman.

5. Ibu Handri Wirastuti S, S.H., M.H selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan akademik sejak awal perkuliahan.

6. Ibu Eti Purwiyantiningsih, S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing Skripsi I

yang telah memberikan arahan, saran, serta koreksi dalam proses penyusunan

skripsi.

Page 7: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

vii

7. Bapak Agus Mardianto, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Skripsi II

yang telah yang telah memberikan arahan, saran, serta koreksi dalam proses

penyusunan skripsi.

8. Ibu Th. Sri Mayani, S.H., selaku Dosen Penguji pada seminar skripsi dan

pendadaran yang telah memberikan koreksi dan saran mengenai perbaikan

skripsi ini.

9. Bapak Edi Waluyo, S.H.,M.H selaku Ketua Bagian Hukum Keperdataan.

10. Semua Dosen dan karyawan di lingkungan Fakultas Hukum Universitas

Jenderal Soedirman.

11. Kepada Ibunda tercinta Drs. Siti Rahsetyowati, M.Si yang telah melahirkan,

mendidik, menyayangi, membesarkan dan mendoakan dalam setiap langkah

penulis. Kepada Ayahanda Marsudi, S.pd yang telah mendidik,menyayangi

dan mendoakan Penulis. Kepada Pak Amin yang telah membantu penulis

dalam banyak hal. Kakakku Pradanaditya Leroi Maristo, S.H yang telah

mengajari dan membantu banyak hal kepada Penulis. Adikku Maristo Barca

Vicgor Wardhana dan Zela yang telah mengisi hari-hari penulis dengan

kebahagiaan.

12. Kepada Eko Yuniarto Widodo, S.H yang telah mendukung, membantu,

memberikan semangat dan kasih sayang kepada penulis.

13. Sahabat-sahabatku tersayang, Nia Nurmala Ningrum, S.H., Defrina

Choirunnisaa, S.H., Intan Megawati, S.H., Wahyu Dwi Anggoro, S.H.,

Solikhatun Isnaini, S.H., Rio Widhi Kurniawan.,S.H., Sekar Dhatu Indri

Hapsari, S.H., Nurul Dwi Hastuti, S.H., Erni Rosta Saragih, S.H., Tannia

Desriane, S.H., Fergina Hardiyanti.,S.H., Nining Analita.,S.H., Elisa

Novitriana, S.H.,Aji Suparmanto, S.H., Ardi Mulyo Sayekti, S.H., Sujarwo,

S.H., Onie, Mudrik, Bayu Site, Gayul Pindo, Ditta.

14. Kepada Keluarga Besar Lembaga Kajian Hukum dan Sosial (LKHS).

15. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) Posdaya Desa Warungpring

Kecamatan Warungpring, Pemalang.

Page 8: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

viii

16. Keluarga Besar Fakultas Hukum Unsoed angkatan 2008 serta semua pihak

yang turut membantu dan tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Semoga segala kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis,

mendapatkan balasan pahala dari Allah SWT. Penulis juga memohon maaf

kepada semua pihak apabila terdapat kesalahan dalam ucapan maupun tindakan

selama berinteraksi dan berproses di Fakultas Hukum Universitas Jenderal

Soedirman, semoga skripsi ini dapat bermanfaat. dan menambah pengetahuan.

Purwokerto, Agustus 2012

PRIMADHIA LERAI MARISTA

E1A008215

Page 9: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

ix

ABSTRAK

Hak Cipta merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual yang

melindungi karya ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.

Pengaturan Hak Cipta di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 19

Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Hak Cipta pada prinsipnya dapat diperoleh ketika

ciptaan tersebut diwujudkan. Perlindungan Hukum hak cipta dikenal dengan

sistem deklaratif, yaitu negara melindungi ciptaan secara otomatis setelah terlahir

suatu ciptaan tanpa harus didahului dengan pendaftaran.

Undang-Undang Hak Cipta mengatur mengenai Pembatalan Hak Cipta

pada Pasal 42 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Pembatalan Hak Cipta merupakan perlindungan untuk pihak lain yang namanya

tidak terdaftar sebagai Pencipta tetapi sebenarnya merupakan Pencipta yang

sesungguhnya dari karya yang didaftarkan oleh orang lain.

Adapun inti perkara Hak Cipta yang dibahas pada skripsi ini adalah

tentang Pembatalan Hak Cipta oleh Wen Ken Drug Co Pte Ltd yang terdaftar

sebagai Pencipta dan Pemegang Hak Cipta bersama-sama dengan PT.Sinde Budi

Sentosa dan Budi Yuwono. Pembatalan Hak Cipta oleh Wen Ken Drug Co Pte

Ltd tidak tepat dilakukan karena Wen Ken Drug Co Pte Ltd bukan pihak lain yang

dimaksud dalam Pasal 42 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak

Cipta.

Kata Kunci : Pembatalan Hak Cipta oleh Pencipta dan Pemegang Hak Cipta.

Page 10: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

x

ABSTRACT

Copy rights is part of the Intellectual Property Rights which protects

creative works in the field of science, art, and literature. In our country, the

regulation of copy rights was progressed Act Number 15, 2001 about Copy

Rights. In Principle copy right can be obtained when the creation was realized.

Protection of copy rigts law known as declarative system which protect the

automatic creation after creation born without having to be proceded by

registration.

Copy rights act is regulated about Cancellation Copy rights at article 42.

Act Number 19, 2002 about Copy right. Cancellation Copy rights is protection

for outsider who his name not listed as a creator but actually is a real creator of

the work registered by someone else.

Concerning substance the trade-mark case in this script was about

Cancellation Copy Rights by Wen Ken Drug Co Pte Ltd who listed as a creator

and copy rights holder together with PT. Sinde Budi Sentosa and Budi Yuwono.

Cancellation Copy Rights by Wen Ken Drug Co Pte Ltd was not right because

Wen Ken Drug Co Pte Ltd was not outsider who reffered at article 42. Act

Number 19, 2002 about Copy right.

Keywords : Cancellation Copy Rights by Creator and copy rights holder.

Page 11: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN .............................................................. iv

MOTTO .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

ABSTRAK .......................................................................................................... ix

ABSTRACT ........................................................................................................ x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Perumusan Masalah .................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 10

D. Kegunaan Penelitian.................................................................... 11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang HKI ................................................... 12

1. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual .................................. 12

2. Penggolongan Hak Kekayaan Intelektual ............................ 23

3. Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual ................................. 26

B. Hak Cipta .................................................................................. 29

1. Pengertian dan Pengaturan Hak Cipta ................................ 29

2. Prinsip Dasar Hak Cipta ...................................................... 34

3. Pembatasan Hak .................................................................. 39

Page 12: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

xii

4. Pencipta ............................................................................... 41

5. Pengalihan Hak Cipta .......................................................... 45

6. Lisensi Hak Cipta ................................................................ 46

7. Sisten Pendaftaran Hak Cipta .............................................. 49

8. Masa Berlaku Hak Cipta ..................................................... 58

9. Pembatalan dan Penghapusan Hak Cipta ............................ 60

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. ................................................... 63

Metode Pendekatan. ......................................................................... 63

A. Spesifikasi Penelitian................................................................... 63

B. Sumber Data ................................................................................ 63

C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 64

D. Metode Penyajian Data................................................................ 64

E. Metode Analisis Data .................................................................. 64

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................ 66

B. Pembahasan ................................................................................. 88

BAB V. P E N U T U P

A. Simpulan ...................................................................................... 104

B. Saran ............................................................................................ 105

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan kreativitas manusia dalam menciptakan suatu karya yang

dapat mempunyai nilai ekonomis membutuhkan perlindungan hukum.

Perlindungan ini sangat penting untuk mendorong gairah inovasi orang-orang

yang kreatif. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan jawaban terhadap

Perlindungan hukum tersebut. Indonesia telah ikut dalam pergaulan masyarakat

dunia dengan menjadi anggota dalam Agreement Establishing The World Trade

Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) yang

mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property

Rights (Persetujuan tentang Aspek-Aspek Dagang Hak Kekayaan Intelektual),

selanjutnya disebut TRIPS, melalui Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994. Selain

itu, Indonesia juga meratifikasi Berne Convention for the Protection of Artistic

and Literary Works (Konvensi Berne tentang Perlindungan Karya seni dan sastra)

melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 dan World Intellectual

Property Organization Copyrights Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO), melalui

Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997.

Perkembangunan sistem HKI yang modern dan efektif merupakan

kebutuhan nyata karena kondisi domestik suatu negara seiring dengan

pembangunan ekonomi serta adaptasi terhadap dampak globalisasi. Hak

Page 14: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

2

Kekayaan Intelektual (HKI) menjadi sangat penting untuk meningkatkan laju

perekonomian negara yang pada akhirnya membawa kesejahteraan rakyatnya.

Secara normatif, HKI adalah “product of mind” atau oleh World Intellectual

Propery Organiztation atau WIPO disebut “creation of the mind” yang berarti

suatu karya manusia yang lahir dengan curahan tenaga, karsa, cipta, waktu dan

biaya. Segala jerih payah itu menjadi kontribusi yang memiliki nilai ekonomi.

Oleh karena itu, setiap karya intelektual patut diakui, dihargai dan dilindungi baik

secara moral dan etika maupun secara hukum.1 Convention Establishing The

World Intellectual Property Organization menjelaskan bahwa HKI dibagi dalam

dua kelompok substansi yaitu Hak Cipta dan Hak atas Kekayaan Industri.

Lingkup Hak cipta mencakup di dalamnya Hak Terkait atau Related Right yang

lazim disebut Neighboring Right. Bidang yang kedua meliputi Paten, Merek,

Desain Industri dan Rahasia Dagang yang kesemuanya lazim dikategorikan dalam

industrial property.2 Pengelompokan yang sama juga dianut dalam Agreement on

Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights selanjutnya disebut

Persetujuan TRIPS, yang menyatakan bahwa HKI terdiri dari: 3

1. Hak Cipta dan Hak Terkait;

2. Merek Dagang;

3. Indikasi Geografis;

1 Henry Soelistyo, 2011, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

hal.2. 2 Ibid.

3 Adrian Sutedi, 2009, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 56.

Page 15: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

3

4. Desain Industri;

5. Paten;

6. Tata Letak (topografi) sirkuit terpadu;

7. Perlindungan Informasi Rahasia;

8. Kontrol terhadap praktek persaingan usaha tidak sehat dalam perjanjian

lisensi.

Hak Kekayaan Intelektual tersebut mempunyai hukumnya sendiri dan

masing-masing mempunyai objek perlindungan hukumnya sendiri. Hak Cipta

merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual yang diatur dalam Undang-

undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta. Undang-undang Nomor 19

Tahun 2002 bukanlah produk undang-undang pertama di Indonesia tentang Hak

Cipta. Sejak menjadi bangsa yang merdeka, Indonesia tercatat memiliki 4 (empat)

buah undang-undang di bidang hak cipta yaitu Undang-undang Nomor 6 Tahun

1982, Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987, Undang-undang Nomor 12 Tahun

1997, dan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002. Revisian terakhir yang

dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dilandasi oleh dua alasan. Pertama,

pemerintah menyadari bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar

biasa dengan didukung oleh masyarakat yang sangat kreatif. Potensi tersebut

perlu dilindungi dalam bentuk undang-undang yang modern dan selalu mengikuti

zaman. Alasan kedua karena perkembangan di bidang perdagangan, industri, dan

investasi telah sedemikian pesat sehingga memerlukan peningkatan perlindungan

bagi Pencipta dan pemilik Hak Terkait dengan tetap memperhatikan kepentingan

Page 16: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

4

masyarakat luas, dan alasan ketiga terkait dengan konsekuensi Indonesia sebagai

anggota World Trade Organization (WTO) yaitu Organisasi Perdagangan Dunia.

Meskipun Pemerintah telah menyesuaikan isi Undang-undang Hak Cipta tahun

1997 dengan perlindungan TRIPS, revisi tetap perlu dilakukan untuk memberikan

perlindungan yang lebih komprehensif terhadap ciptaan yang dihasilkan oleh

bangsa Indonesia.4

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang

Hak Cipta, Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak

untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin

untuk itu dengan tidak mengurangi batasan-batasan menurut perundang-

undangan. Ciptaan adalah hasil karya setiap pencipta yang menunjukkan

keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Ciptaan yang

dilindungi harus memenuhi syarat keaslian dan konkret. Sementara itu, ide tidak

mendapat perlindungan hak cipta.5

Hak Cipta terdiri atas Hak Ekonomi (economic rights) dan Hak Moral

(moral rights). Hak Ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi

atas ciptaan serta produk hak terkait seperti memproduksi karya dalam segala

bentuk, mengedarkan perbanyakan karya kepada publik, menyewakan

perbanyakan karya, membuat terjemahan atau adaptasi dan mengumumkan karya

kepada publik. Hak Moral adalah hak yang melekat pada diri Pencipta atau

4 Tomi Sunaryo Utomo, 2010 , Hak Kekayaan Intelektual (HKI)di Era Global, Yogyakarta:

Graha Ilmu, hal.69. 5 Sudaryat, dkk, 2010, Hak Kekayaan Intelektual, Bandung: Oase Media, hal.21.

Page 17: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

5

pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun, walaupun

Hak Cipta atau Hak Terkait telah dialihkan. Secara umum, hak moral

berhubungan dengan hubungan spirit atau jiwa dari pencipta dengan karyanya.

Secara historis, hak moral berasal dari tradisi droit d’auteur (Perancis) yang

melihat kreasi intelektual sebagai perwujudan semangat atau jiwa dari pencipta.6

Menurut Pasal 1 angka 9 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak

Cipta, Hak Terkait adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta, yaitu Hak bagi

Pelaku untuk memperbanyak atau menyiarkan pertunjukannya; bagi Produser

Rekaman Suara untuk memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara

atau rekaman bunyinya; dan bagi Lembaga Penyiaran untuk membuat,

memperbanyak, atau menyiarkan karya siarannya.

Pencipta dan pemegang hak cipta kadang sama, kadang juga berbeda.

Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 Pencipta

diartikan sebagai seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas

inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi,

kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas

dan bersifat pribadi. Pemegang hak cipta tidak selalu Pencipta. Pemegang hak

cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, pihak lain yang menerima hak

cipta dari pencipta atau pihak lain yang menerima lebih lanjut dari pihak tersebut.

Pemilik hak cipta pada prinsipnya adalah sebagai berikut :7

6 Tomi Sunaryo Utomo, Op.cit, hal. 89.

7 Yusran Isnaini, 2010, Buku Pintar HAKI, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal.12.

Page 18: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

6

a. Orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada

Direktorat Jenderal atau orang yang namanya disebut dalam ciptaan atau

diumumkan sebagai pencipta pada suatu ciptaan.

b. Kecuali terbukti sebaliknya, pada ceramah yang tidak menggunakan bahan

tertulis dan tidak ada pemberitahuan siapa penciptanya, orang yang

berceramah dianggap sebagai pencipta ceramah tersebut

c. Jika suatu ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan

oleh dua orang atau lebih, yang dianggap sebagai pencipta ialah orang

yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan itu, atau

dalam hal tidak ada orang tersebut, yang dianggap sebagai pencipta adalah

orang yang menghimpunnya dengan tidak mengurangi hak cipta masing-

masing atas bagian ciptaannya itu.

d. Jika suatu ciptaan yang dirancang seseorang, kemudian diwujudkan dan

dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang yang

merancang, maka penciptanya adalah orang yang merancang ciptaannya

tersebut.

e. Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain dalam

lingkungan pekerjaannya, pemegang hak cipta adalah pihak yang untuk

dan dalam dinasnya ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada perjanjian lain

antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak pencipta apabila

penggunaan ciptaan itu diperluas sampai ke luar hubungan dinas lain

berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam hubungan dinas.

Page 19: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

7

f. Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan pesanan,

pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai pencipta dan

pemegang hak cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain antara kedua pihak.

g. Jika suatu badan hukum mengumumkan bahwa ciptaan berasal dari

padanya dengan tidak menyebut seseorang sebagai penciptanya, badan

hukum tersebut dianggap sebagai penciptanya, kecuali jika terbukti

sebaliknya.

Pendaftaran hak cipta bukanlah untuk memperoleh perlindungan Hak

cipta. Artinya, seorang pencipta yang tidak mendaftarkan hak cipta juga

mendapatkan perlindungan asalkan ia benar-benar sebagai Pencipta suatu ciptaan

tertentu. Meskipun Hak cipta tidak memerlukan pendaftaran dan bersifat

otomatis, namun demikian dianjurkan kepada pencipta maupun pemegang hak

cipta untuk mendaftarkan ciptaannya, karena surat pendaftaran Hak Cipta dapat

dijadikan sebagai alat bukti awal di Pengadilan apabila timbul sengketa di

kemudian hari terhadap ciptaan tersebut.

Manfaat pendaftaran Hak Cipta yaitu tetap dianggap sebagai Pencipta,

sampai ada pihak yang dapat membuktikan sebaliknya di Pengadilan. Beban

pembuktian di Pengadilan pada pundak pihak lain, bukan pada pundak pihak yang

telah mendaftarkan Hak Cipta.8

Pasal 42 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

menyebutkan bahwa dalam hal ciptaan yang didaftar menurut Pasal 37 ayat (1)

8 Adrian Sutedi, Op.cit. hal. 119.

Page 20: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

8

dan (2) serta Pasal 39, pihak lain menurut Pasal 2 Undang-Undang Hak Cipta atas

Hak Cipta dapat mengajukan gugatan pembatalan melalui Pengadilan Niaga.

Kasus Hak Cipta dari Lukisan pada merek Larutan Penyegar Cap kaki tiga

dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 768 K/Pdt.Sus/2010 dimana Wen Ken

Drug Co Pte Ltd, suatu Perusahaan di Negara Singapura pemilik merek cap kaki

tiga mengadakan kerjasama dengan PT. Budi Sentosa melalui Budi Yuwono pada

tahun 1980. Wen Ken Drug Co Pte Ltd memberikan lisensi merek dagang logo

dan tulisan cap kaki tiga kepada PT. Sinde Budi Sentosa untuk memproduksi,

menjual, memasarkan dan mendistribusikan produk minuman larutan penyegar

dengan merek logo cap kaki tiga. Wen Ken Drug Co Pte Ltd mengetahui bahwa

Budi Yuwono mendaftarkan logo cap kaki tiga pada kantor Hak Cipta sebagai

milik bersama antara Wen Ken Drug Co Pte Ltd, PT. Budi Sentosa dan Budi

Yuwono dengan Nomor pendaftaran 015649. Wen Ken Drug Co Pte Ltd

mengajukan gugatan untuk membatalkan atau setidak-tidaknya menyatakan batal

pendaftaran atas nama PT. Sinde Budi Sentosa dan Budi Yuwono dalam daftar

Hak Cipta dengan Nomor pendaftaran 015649 karena menurut Wen Ken Drug Co

Pte Ltd, gambar badak yang terdapat pada merek Cap Kaki Tiga adalah

ciptaannya dan penggunaan lukisan Badak dalam Merek Cap Kaki Tiga tersebut

telah dilakukannya sejak Tahun 1937 sehingga Wen Ken Drug Co Pte Ltd menilai

Budi Yuwono dan PT. Sinde Budi Sentosa berbuat curang dengan mendaftarkan

hak cipta tersebut dengan nama bersama. Alasan Budi Yuwono mendaftarkan

Hak Cipta dengan nama bersama tersebut adalah karena Wen Ken Drug Co Pte

Page 21: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

9

Ltd hanya memberi logo atau gambar kaki tiga dalam lingkaran dengan tulisan

cap kaki tiga dan Budi Yuwono selaku pemilik PT. Sinde Budi Sentosa telah

memberi tambahan gambar etiket pada gambar ciptaan Wen Ken Drug Co Pte Ltd

yaitu bukan hanya gambar cap kaki tiga dan gambar badak semata melainkan

“Seni Lukis Etiket” yaitu berupa gambar sebuah etiket dengan paduan warna

merah, kuning, putih dan biru, terdiri atas kaligrafi arab, tulisan Larutan

Penyegar, gambar botol, gambar kaki tiga dalam lingkaran, tulisan slogan dan

seni lukis/lukisan dengan komposisi tertentu sebagai suatu kesatuan karya seni

lukis yang utuh sehingga tidak dapat dipenggal menjadi bagian-bagian.

Apabila dikaitkan dengan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2002 tentang Hak Cipta dimana pihak lain menurut Pasal 2 Hak Cipta dapat

mengajukan gugatan pembatalan melalui Pengadilan Niaga, maka yang dapat

mengajukan gugatan pembatalan adalah pihak lain yang namanya tidak terdaftar

sebagai pencipta, sedangkan Wen Ken Drug Co Pte Ltd, PT. Sinde Budi Sentosa

dan Budi Yuwono sama-sama terdaftar sebagai pencipta sekaligus pemegang Hak

Cipta atas Ciptaan yang menjadi Objek Gugatan, sehingga mempunyai

kedudukan yang sama atas ciptaan tersebut yang mana salah satu pihak tidak

dapat mengklaim kepemilikan hak cipta atas nama sendiri atau menyangkal

kepemilikan pihak lain yang sama-sama terdaftar sebagai pencipta dan pemegang

hak cipta. Oleh karena itu, berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di

atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “PEMBATALAN

PENDAFTARAN HAK CIPTA BERDASARKAN GUGATAN PENCIPTA

Page 22: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

10

ATAU PEMEGANG HAK CIPTA (Studi Terhadap Putusan Mahkamah Agung

Nomor 768 K/Pdt.Sus/2010)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

Bagaimana penerapan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang

Hak cipta dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 768 k/pdt.sus/2010?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Pasal 42 Undang-

Undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta dalam Putusan Mahkamah

Agung Nomor 768 k/pdt.sus/2010.

D. Kegunaan Penelitian

A. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

pengembangan studi tentang Hak Kekayaan Intelektual khususnya dalam Hak

Cipta.

Page 23: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

11

B. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

pembaca, khususnya bagi pembaca yang bergerak di bidang hukum dan atau

bisnis atau perdagangan.

Page 24: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Hak Kekayaan Intelektual

1. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property Rights

merupakan hak untuk menikmati hasil kreativitas intelektual manusia secara

ekonomis.9 HKI berhubungan erat dengan benda tidak berwujud serta

melindungi karya intelektual yang lahir dari cipta, rasa dan karsa manusia.10

Intellectual Property Rights (IPR) pertama kali diterjemahkan di Indonesia

menjadi “Hak Milik Intelektual”, kemudian menjadi “Hak atas Kekayaan

Intelektual”. Setelah dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Hukum dan

Perundang-undangan RI Nomor M.03.PR.07.10 Tahun 2000 dan Persetujuan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, dalam surat Nomor

24/M/PAN/1/2000, istilah Hak Atas Kekayaan Intelektual atau akronim

“HAKI” diganti menjadi Hak Kekayaan Intelektual dengan akronim HKI.

Surat Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-Undangan tersebut didasari

pula dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 144 Tahun 1998

tanggal 15 September 1998, tentang Perubahan Nama Direktorat Jenderal Hak

Cipta, Paten dan Merek berubah menjadi Direktorat Jenderal Hak Atas

9 Sudaryat, dkk, Op.cit, hal.15.

10 Tomi Suryo Utomo, Op.cit, hal.1.

Page 25: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

13

Kekayaan Intelektual (Ditjen HAKI) kemudian berdasar Keputusan Presiden

Nomor 177 Tahun 2000 Ditjen HAKI berubah menjadi Direktorat Jenderal

Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI).11

WIPO (World Intellectual Proprty Organization), sebuah lembaga

internasional di bawah PBB yang menangani masalah HKI mendefinisikan

HKI sebagai “Kreasi yang dihasilkan dari pikiran manusia yang meliputi :

invensi, karya sastra dan seni, symbol, nama, citra dan desain yang digunakan

dalam perdagangan”. Definisi dari WIPO ini merupakan contoh yang paling

nyata bahwa HKI memang tidak dapat dilepaskan dari cabang-cabang ilmu

yang melingkupinya.12

Definisi bersifat lebih umum dikemukakan oleh Jill

Mc-Keough dan Andrew Stewart yang mendefinisikan HKI sebagai

“sekumpulan hak yang diberikan oleh hukum untuk melindungi investasi

ekonomi dari usaha-usaha yang kreatif”. Definisi HKI yang tidak jauh

berbeda juga di kemukakan UNCTAD-ICTSD. Menurut kedua lembaga

tersebut, HKI merupakan hasil-hasil usaha manusia kreatif yang dilindungi

oleh hukum. Sedangkan Ditjen HKI bekerja sama dengan ECAP

mendefinisikan HKI sebagai “hak yang timbul dari hasil olah pikir otak yang

menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia”.13

11

www.hukumonline.com, Dasar Huum Perubahan Istilah HAKI menjadi HKI, tersedia di

website http://alturl.com/hgowj, diakses tanggal 7 Juni 2012. 12

Tomi Suryo Utomo, Op. cit. hal.1. 13

Ibid, hal.2.

Page 26: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

14

Menurut Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, HKI merupakan hak

yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir

manusia dalam bidang teknologi, ilmu pengetahuan maupun seni dan

sastra yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai

bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang

kehidupan manusia, juga mempunyai nilai ekonomi.14

Menurut Agus Sardjono, HKI adalah hak yang timbul dari aktivitas

intelektual manusia dalam bidang industri, ilmu pengetahuan, sastra, dan

seni.15

Menurut Ahmad M. Ramli, HKI merupakan suatu hak yang timbul

akibat dari adanya tindakan kreatif manusia yang menghasilkan karya-karya

inovatif yang dapat diterapkan dalam kehidupan manusia.16

Menurut Saidin, Hak Kekayaan Intelektual adalah hak kebendaan, hak

atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio, hasil

dari pekerjaan manusia yang menalar. Hasil kerjanya itu berupa benda

immaterial. Benda tidak berwujud.17

Secara substantif, pengertian HKI dapat dideskripsikan sebagai hak atas

kekayaan yang timbul dan lahir karena kemampuan intelektual manusia. HKI

14

myblog-zurich.blogspot.com, 2oo8, Sejarah dan Perkembangan hak Kekayaan Intelektual

Indonesia, tersedia di website http://alturl.com/2cfy7, diakses tanggal 7 Juni 2012. 15

Ibid. 16

Ibid. 17

Saidin, 2003, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta : Raja Grafindo Persada,

hal.9.

Page 27: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

15

dikategorikan sebagai hak atas kekayaan mengingat HKI pada akhirnya

menghasilkan karya-karya intelektual berupa : pengetahuan, seni, sastra,

teknologi dimana dalam mewujudkan membutuhkan pengorbanan tenaga,

waktu biaya, dan pikiran. Adanya pengorbanan tersebut menjadikan karya

intelektual tersebut menjadi memiliki nilai. Apabila ditambah dengan manfaat

ekonomi yang dapat dinikmati, maka nilai ekonomi yang melekat

menumbuhkan konsepsi kekayaan (property) terhadap karya-karya intelektual

tadi.18 Dari segi pranata, HKI dibangun sebagai instrumen hukum yang

berbasis etika pengetahuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak atas

kreasi intelektual yang diberikan sebagaimana lazimnya hak milik yang

mempunyai nilai ekonomi dan sekaligus menjadi pendorong pertumbuhan

ekonomi.19

Menurut David Bainbridge, HKI dikatakan “that area of law which

concern legal associated with creative effort or commercial repurtation

and goodwill”. Konsepsi yang di dikemukakan oleh David ini sangat

kental dengan pendekatan hukum. Hal ini logis karena dalam mengkaji

masalah HKI pada akhirnya semua akan bermuara pada konsep hukum,

terutama menyangkut upaya memberikan perlindungan terhadap hasil-

hasil karya intelektual.20

18

Budi Agus Riswandi dan M.Syamsudin, Op.cit, hal. 31. 19

Tim Lindsey dan Eddy Damian, 2006, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar,

Bandung : PT Alumni, hal. 79. 20

Budi Agus Riswandi dan M.Syamsudin, Op.cit, hal.32.

Page 28: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

16

Menurut Henry Soelistyo, HKI adalah “product of mind” atau oleh

World Intellectual Propery Organiztation atau WIPO disebut “creation

of the mind” yang berarti suatu karya manusia yang lahir dengan

curahan tenaga, karsa, cipta, waktu dan biaya. Segala jerih payah itu

menjadi kontribusi yang memiliki nilai ekonomi. Oleh karena itu, setiap

karya intelektual patut diakui, dihargai dan dilindungi baik secara moral

dan etika maupun secara hukum.21

Penciptaan Hak Kekayaan Intelekual membutuhkan banyak waktu di

samping bakat, pekerjaan, dan juga uang untuk membiayainya. Apabila tidak

ada perlindungan atas kreativitas intelektual yang berlaku di bidang seni,

industri, dan pengetahuan maka tiap orang dapat meniru dan membuat copy

secara bebas serta dapat memproduksi tanpa batas.22

Berikut ini diuraikan beberapa teori dasar perlindungan HKI yang di

kemukakan oleh Robert C. Sherwood sebagaimana dikutip oleh Ranti

Fauza Mayana dalam buku Perlindungan Desain Industri di Indonesia dalam

Era Perdagangan Bebas. Menurut Sherwood, terdapat lima teori dasar

perlindungan HKI. 23

21

Henry Soelistyo, 2011, Op.cit, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hal.2. 22

Sudargo Gautama, 1990, Segi-Segi Hukum Hak Milik Intelektual, Bandung:PT.Eresco,

hal.7. 23

Sudaryat dkk, Op. cit, hal.19-20.

Page 29: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

17

1. Reward Theory

Reward Theory memiliki makna yang sangat mendalam, yaitu

pengakuan terhadap karya intelektual yang telah dihasilkan oleh

penemu, pencipta, atau pendesain sehingga ia harus diberi

penghargaan sebagai imbangan atas upaya kreatifnya dalam

menemukan atau menciptakan karya intelektualnya.

2. Recovery Theory

Dalam Recovery Theory, dinyatakan bahwa penemu, pencipta, atau

pendesain yang telah mengeluarkan waktu, biaya, serta tenaga

untuk menghasilkan karya intelektualnya harus memperoleh

kembali apa yang telah dikeluarkannya.

3. Incentive Theory

Dalam Incentive Theory dikaitkan antara pengembangan kreativitas

dengan memberikan insentif kepada para penemu, pencipta, atau

pendesain. Berdasarkan teori ini, insentif perlu diberikan untuk

mengupayakan terpacunya kegiatan-kegiatan peneliti yang berguna.

4. Risk Theory

Dalam Risk Theory dinyatakan bahwa karya mengandung risiko.

HKI merupakan hasil penelitian yang mengandung risiko

memungkinkan pihak lain menemukan cara yang lebih baik untuk

memperbaiki kekurangan penelitian yang terdahulu yang dilakukan

Page 30: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

18

oleh pihak pertama yang melakukan penelitian dan mengakui

bahwa hasil dari penelitian tersebut merupakan hasil jerih payahnya

dan berhak sebagai pemegang HKI terhadap hasil penelitiannya.

Dengan demikian, adalah wajar memberikan bentuk perlindungan

hukum terhadap upaya atau kegiatan yang mengandung risiko

tersebut.

5. Economic Growth Stimulus Theory

Dalam Economic Growth Stimulus Theory diakui bahwa

perlindungan atas Hak Kekayaan Intelektual merupakan alat

pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi adalah keseluruhan

tujuan dibangunnya perlindungan Hak Kekayaan Intelektual.

Perlindungan dalam hal Hak Kekayaan Intelektual lebih dominan pada

perlindungan idividual, namun untuk menyeimbangkan kepentingan individu

dengan kepentingan masyarakat, maka sistem HKI mendasarkan diri pada

prinsip sebagai berikut :24

1. Prinsip Keadilan (the principle of natural justice)

Pencipta sebuah karya atau orang lain yang bekerja membuahkan

hasil dari kemampuan intelektualnya, wajar memperoleh imbalan.

Imbalan tersebut dapat berupa materi maupun bukan materi, seperti

adanya rasa aman karena dilindungi dan diakui atas hasil karyanya.

24

Budi Agus Riswandi dan M.Syamsudin, Op.cit, hal. 32-34.

Page 31: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

19

Hukum memberikan perlindungan tersebut demi kepentingan

pencipta berupa suatu kekuasaan untuk bertindak dalam rangka

kepentingannya tersebut, yang kita sebut hak. Setiap hak menurut

hukum mempunyai title, yaitu suatu peristiwa tertentu yang menjadi

alasan melekatnya hak itu pada pemiliknya. Menyangkut HKI,

maka peristiwa yang menjadi alasan melekatnya itu, adalah

penciptaan yang mendasarkan atas kemampuan intelektualnya.

Perlindungan ini tidak terbatas di dalam negeri penemu itu sendiri,

melainkan juga dapat meliputi perlindungan di luar batas

negaranya.

2. Prinsip Ekonomi (the economic argument)

Hak Kekayaan Intelektual ini merupakan hak yang berasal dari

hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang

memiliki manfaat serta berguna dalam kehidupan manusia. HKI

merupakan suatu bentuk kekayaan bagi pemiliknya. Dari

kepemilikannya, seseorang akan mendapat keuntungan, misalnya

dalam bentuk pembayaran royalty dan technical fee.

3. Prinsip Kebudayaan (the culture argument)

Karya manusia itu pada hakikatnya bertujuan untuk

memungkinkannya hidup, selanjutnya dari hidup itu pula akan

Page 32: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

20

timbul suatu gerak hidup yang harus menghasilkan lebih banyak

karya lagi. Dengan konsepsi demikian maka pertumbuhan,

perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra sangat besar

artinya bagi peningkatan taraf kehidupan, peradaban, dan martabat

manusia. Memberikan kemaslahatan bagi masyarakat, bangsa dan

negara. Pengakuan atas kreasi, karya, karsa dan cipta manusia

adalah suatu usaha yang tidak dapat dilepaskan sebagai suatu

perwujudan suasana yang diharapkan mampu membangkitkan

semangat dan minat untuk mendorong melahirkan ciptaan baru.

4. Prinsip Sosial (the social argument)

Hukum tidak mengatur kepentingan manusia sebagai perseorangan

yang berdiri sendiri terlepas dari manusia yang lain, tetapi hukum

mengatur manusia sebagai warga masyarakat. Dengan demikian,

hak apapun yang diakui oleh hukum dan diberikan kepada

perseorangan atau suatu persekutuan atau kesatuan lain, tidak boleh

diberikan semata-mata untuk memenuhi kepentingan perseorangan

atau suatu persekutuan atau kesatuan itu saja, tetapi pemberian hak

kepada perseorangan, persekutuan atau kesatuan itu diberikan, dan

diakui oleh hukum. Oleh karena dengan diberikannya hak tersebut

kepada perseorangan, persekutuan atau kesatuan hukum itu,

kepentingan masyarakat akan terpenuhi.

Page 33: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

21

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) memiliki prinsip-prinsip umum yang

berlaku, yaitu :25

a. HKI Memberikan Hak Eksklusif

Hak yang diberikan oleh sistem HKI bersifat eksklusif.

Maksudnya, hak tersebut bersifat khusus dan hanya dimiliki oleh

orang yang terkait langsung dengan kekayaan intelektual yang

dihasilkan. Melalui hak tersebut, pemegang dapat mencegah orang

lain untuk membuat, menggunakan atau berbuat sesuatu tanpa izin.

b. HKI Melindungi Usaha Intelektual yang Bersifat Kreatif

Berdasarkan Pendaftaran

Secara umum, pendaftaran merupakan salah satu syarat kekayaan

intelektual yang dihasilkan oleh seseorang. Beberapa cabang HKI

yang mewajibkan seseorang untuk melakukan pendaftaran adalah

Merek, Paten, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

dan Perlindungan Varietas Tanaman. Prinsip ini mendasari semua

Undang-undang HKI di seluruh dunia dan membawa konsekuensi

bahwa pemilik kekayaan intelektual yang tidak melakukan

pendaftaran tidak dapat menuntut seseorang yang dianggap telah

menggunakan kekayaan intelektualnya secara melawan hukum.

Selain aturan umum ini, dua cabang HKI lainnya, yaitu Hak Cipta

dan Rahasia Dagang tidak wajib didaftarkan untuk mendapatkan

25

Tomi Suryo Utomo, Op.cit. hal. 12-14.

Page 34: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

22

perlindungan hukum karena sifatnya yang berbeda dengan cabang-

cabang HKI lainnya. Perlindungan Hak Cipta secara otomatis ada

pada saat ide telah diwujudkan menjadi bentuk yang nyata.

Sedangkan untuk Rahasia Dagang, aturan pendaftaran tidak

diwajibkan mengingat sifat dari rahasia dagang terkait dengan

informasi yang tidak diketahui oleh umum.

c. Prinsip Pendaftaran Bersifat Teritorial

Sistem HKI mengatur bahwa pendaftaran yang melahirkan

perlindungan hukum bersifat territorial. Artinya, perlindungan

hukum hanya diberikan di tempat pendaftaran tersebut dilakukan.

Sistem ini selaras dengan kedaulatan negara di dalam hukum

publik dimana keputusan yang dihasilkan tidak dapat dipaksakan

berlaku di negara lainnya.

d. Prinsip Pemisahan Benda Secara Fisik dengan HKI yang

Terkandung di Dalam Benda Tersebut

Sistem ini bersifat sangat unik dan merupakan ciri khas HKI

karena di dalam cabang hukum lain yang bersifat berwujud,

penguasaan secara fisik dari sebuah benda sekaligus membuktikan

kepemilikan yang sah atas benda tersebut. Di dalam sistem HKI,

seseorang yang menguasai benda secara fisik tidak otomatis

memiliki hak eksklusif terhadap benda fisik tersebut.

e. Prinsip Jangka Waktu Perlindungan HKI adalah Terbatas

Page 35: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

23

Meskipun ada cabang HKI yang dapat diperpanjang jangka waktu

perlindungannya, secara umum jangka waktu perlindungan HKI

tidak selamanya atau bersifat terbatas. Tujuan pembatasan

perlindungan ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada

masyarakat mengakses kekayaan intelektual tersebut secara

optimal melalui usaha-usaha pengembangan lebih lanjut dan

sekaligus mencegah monopoli atas kekayaan intelektual tersebut.

f. Prinsip Kekayaan Intelektual yang Berakhir Perlindungan Menjadi

Public Domain

HKI yang telah berakhir jangka waktu Perlindungannya akan

menjadi milik umum. Semua orang berhak untuk mengakses HKI

yang telah berakhir jangka waktu perlindungannya. Pasca

berakhirnya perlindungan hukum, pemegang HKI tidak boleh

menghalangi atau melakukan tindakan seolah-olah masih memiliki

hak eksklusif. Sebagai contoh, perjanjian Lisensi tidak boleh

dilakukan jika jangka waktu perlindungan HKI yang menjadi dasar

bagi terjadinya perjanjian tersebut telah berakhir.

Page 36: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

24

2. Penggolongan Hak Kekayaan Intelektual

Menurut konvensi WIPO yang termasuk ke dalam ruang lingkup

Intellectual Property Rights (IPR) atau Hak Kekayaan Intelektual terdiri dari

dua unsur yaitu :26

a. Hak Milik Perindustrian (Industrial Property Right) yang meliputi

Paten, merek dagang, dan desain industri.

b. Hak Cipta yang meliputi hasil-hasil karya kesusasteraan, musik,

fotografi dan sinematografi.

Lingkup Hak cipta mencakup di dalamnya Hak Terkait atau Related

Right yang lazim disebut Neighbouring Right. Bidang yang kedua meliputi

Paten, Merek, Desain Industri dan Rahasia Dagang yang kesemuanya lazim

dikategorikan dalam industrial property.27

Hak atas Kekayaan Perindustrian atau Industrial Property dapat

diklasifikasikan menjadi :28

a. Patent (Paten)

b. Utility Models (Model dan Rancang Bangun) atau dalam hukum

Indonesia dikenal dengan istilah paten sederhana (simple patent)

c. Industrial Designs (Desain Industri)

d. Trade Marks (Merek Dagang)

e. Trade Names (Nama Dagang)

26

Taryana Soenandar, Op.cit, hal.8. 27

Henry Soelistyo, Op.cit, hal.2. 28

Saidin, Op.cit, hal. 14.

Page 37: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

25

f. Indication of Source or Appelation of Origin (Sumber tanda atau

sebutan asal).

Pengelompokan Hak atas Kekayaan Perindustrian seperti tertera di atas

didasarkan pada Convention Establishing The World Intellectual Property

Organization. Dalam beberapa literatur khususnya literatur yang ditulis oleh

para pakar dari negara yang menganut sistem hukum anglo saxon, bidang hak

atas kekayaan perindustrian tersebut masih ditambah lagi beberapa bidang lain

yaitu : trade secrets, service mark, dan unfair competition protection. Hak atas

kekayaan perindustrian itu dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 29

1. Patent

2. Utility Models

3. Industrial Designs

4. Trade Secrets

5. Trade Marks

6. Service Marks

7. Trade Names of Commercial Names

8. Appelations of Origin

9. Indications of Origin

10. Unfair Competition Protection.

29

Ibid, hal. 15.

Page 38: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

26

Berdasarkan kerangka WTO/TRIPS ada dua bidang lagi yang perlu

ditambahkan yaitu :

1. Perlindungan Varietas Baru Tanaman, dan

2. Integrated Circuit (Rangkaian Elektronika Terpadu)

Berdasarkan perkembangan HKI yang terbaru, HKI mempunyai 7

(tujuh) cabang. Yaitu :

1. Hak Cipta dan Hak Terkait

2. Merek

3. Paten

4. Desain Industri

5. Rahasia Dagang

6. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

7. Perlindungan Varietas Tanaman.30

3. Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual

Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual bukan hal baru di Indonesia.

Secara historis, peraturan yang mengatur Hak Kekayaan Intelektual di

Indonesia telah ada sejak zaman Pemerintahan Hindia Belanda. Indonesia

30

Tomi Suryo Utomo, Op.cit, hal.7-8.

Page 39: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

27

telah mempunyai Undang-undang tentang Hak Kekayaan Intelektual yang

merupakan pemberlakuan peraturan perundang-undangan pemerintahan

Hindia Belanda yang berlaku di negeri Belanda, diberlakukan di Indonesia

sebagai negara jajahan Belanda berdasarkan prinsip konkordansi.31

Bidang Hak Kekayaan Intelektual yang mendapat pengakuan pada

zaman Pemerintahan Hindia Belanda yaitu Hak Cipta, Merek, dan Paten.

Adapun peraturan perundang-undangan Belanda bidang Hak Kekayaan

Intelektual adalah sebagai berikut :32

a. Auteurs Wet 1912 (Undang-undang Hak Pengarang 1912, Undang-

undang Hak Cipta; Stb. 1912 Nomor 600).

b. Reglement Industriele Eigendom Kolonien 1912 (Peraturan Hak

Milik Industrial Kolonial 1912; Stb.1912 Nomor 545 jo. Stb. 1913

Nomor 214).

c. Octrooi Wet 1910 (Undang-undang Paten 1910; Stb. 1910 Nomor

33).

Pemerintah kolonial Belanda di Indonesia memutuskan untuk menjadi

anggota Konvensi Paris pada tahun 1888 dan disusul dengan menjadi anggota

Konvensi Berne pada tahun 1914 untuk melengkapi peraturan perundang-

undangan Hak Kekayaan Intelektual.33

31

Adrian Sutedi, Op.cit, hal. 1. 32

Ibid. 33

Tomi Suryo Utomo, Op.cit, hal. 7.

Page 40: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

28

Pada zaman pendudukan Jepang, peraturan di bidang HKI tersebut tetap

diberlakukan sampai pada saat bangsa Indonesia memproklamirkan

kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945 peraturan HKI produk Kolonial

Belanda tetap diberlakukan. Sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan

peralihan UUD 1945, seluruh peraturan perundang-undangan peninggalan

kolonial Belanda tetap berlaku berdasarkan ketentuan Pasal II Aturan

Peralihan UUD 1945 yang berbunyi: “Segala badan negara dan peraturan

yang ada masih berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-

Undang ini”. Hal ini kemudian dipertegas lagi dengan ditetapkannya

Peraturan Pemerintah Nomor 2 tanggal 10 Oktober 1945 yang menyatakan :

“Segala badan negara dan peraturan-peraturan yang ada sampai berdirinya

negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, selama belum

diadakan menurut Undang-Undang Dasar, masih berlaku asal tidak

bertentangan dengan Undang-Undang Dasar tersebut”.34

Undang-undang Hak Cipta dan Undang-undang Merek peninggalan

Belanda tetap berlaku, namun Undang-undang Paten (Octrooi Wet) sudah

tidak diberlakukan lagi karena dianggap bertentangan dengan Kedaulatan

Republik Indonesia.35

Sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Paten

peninggalan Belanda, permohonan paten dapat diajukan di Kantor Paten yang

34

Myblog-zurich.blogspot.com, Op.cit. 35

Tomi Suryo Utomo, Loc.cit.

Page 41: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

29

berada di Batavia (sekarang Jakarta), namun pemeriksaan atas permohonan

paten tersebut harus dilakukan di Belanda.36

Setelah Indonesia merdeka, pemerintah Indonesia mengundangkan

Undang-undang Merek Tahun 1961 dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun

1961 yang disusul dengan Undang-undang Hak Cipta Nasional yang pertama

pada tahun 1982 yaitu Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 dan Undang-

undang Paten Nomor 6 Tahun 1989. Setelah mengalami beberapa kali

perubahan sebagai konsekuensi keikutsertaan Indonesia dengan berbagai

konvensi internasional, diantaranya perjanjian TRIPS, Undang-undang HKI

terkini dari ketiga cabang utama tersebut adalah Undang-undang Hak Cipta

Nomor 19 Tahun 2002, Undang-undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 dan

Undang-undang Merek Nomor 15 Tahun 2001.37

Untuk melengkapi

keberadaan Undang-undang HKI, pemerintah telah membuat Undang-undang

HKI lainnya, yaitu Undang-undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang

Perlindungan Varietas Tanaman, Undang-undang Nomor 30 Tahun 2000

tentang Rahasia Dagang, Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang

Desain Industri, dan Undang-undang Nomor 32 tahun 2000 tentang Desain

Tata Letak Sirkuit Terpadu.38

36

Myblog-zurich.blogspot.com, Op.cit. 37

Tomi Suryo Utomo, Op.cit, hal.7. 38

Ibid.

Page 42: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

30

B. Hak Cipta

1. Pengertian dan Pengaturan Hak Cipta

Keaslian suatu karya, baik berupa karangan atau ciptaan merupakan

suatu hal esensial dalam perlindungan hukum melalui hak cipta. Suatu karya

tersebut harus benar-benar merupakan hasil karya orang yang mengakui

bahwa karya tersebut sebagai ciptaannya. Demikian juga, harus ada relevansi

antara hasil karya dengan yuridiksi apabila hasil karya tersebut ingin

dilindungi di Indonesia.39

Perlindungan hukum melalui hak cipta dewasa ini melindungi hasil

karya atau kreasi dari pengarang, pencipta, artis, musisi, programer,

dramawan, dan lain-lain, yakni melindungi hak-hak pencipta atau perbuatan

pihak lain yang tanpa izin memproduksi atau meniru hasil karyanya.40

Kesulitan utama memahami Hak Cipta pada dasarnya lebih banyak

berpangkal pada penggunaan kata “cipta” dan “ciptaan” yang selama ini

menjadi ungkapan umum untuk menunjuk kegiatan manusia yang

menghasilkan suatu karya.41

Selama ini, masyarakat menilai bahwa setiap

kegiatan yang membuat sesuatu dikatakan mencipta dan hasilnya disebut

sebagai ciptaan apapun bentuk dan jenis ciptaannya. Selama ini pula, kata

“cipta” lazim digunakan untuk menunjuk kegiatan kreatif yang menghasilkan

39

Endang Purwaningsih, 2005, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights, Bogor:

Ghalia Indonesia, hal.1. 40

Endang Purwaningsih, Op.cit, hal. 1. 41

Henry Soelistyo, Op.cit, hal. 46.

Page 43: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

31

ciptaan.42

Upaya memahami Hak Cipta dapat diawali dengan mengenali

objeknya yaitu segala bentuk ciptaan yang bernuansa ilmu pengetahuan, seni

dan sastra.

Menurut Endang Purwaningsih, ciptaan atau hasil karya adalah ciptaan

atau hasil karya Pencipta dalam segala bentuk yang menunjukan keasliannya

dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra.43

Luasnya ragam ciptaan, prinsip-prinsip dan norma pengaturan

perlindungan Hak Cipta sangat dipengaruhi oleh bentuk dan sifat berbagai

ragam ciptaan itu. Misalnya, bentuk ciptaan yang berupa lukisan atau gambar,

akan diakui sebagai hasil ciptaan apabila lukisan atau gambar tersebut sudah

selesai dikerjakan dan sudah berbentuk lukisan atau gambar yang sempurna.

Karya yang telah selesai diwujudkan seperti itulah yang mendapat

perlindungan Hak Cipta.

Menurut Saidin, Hak Cipta semula terkandung di alam pikiran, di alam

ide, namun untuk dapat dilindungi harus ada wujud nyata dari alam ide

tersebut.44

Menurut Perjanjian Hak Cipta Sedunia (Universal Copyrights

Convention) pasal v : “Copyrights shall include the ekclusive right of the

author to make, publish, and authorize the making and publication of

translation of works protected under this convention” atau “Hak Cipta

42

Ibid. 43

Endang Purwaningsih, Op.cit. hal. 2. 44

Saidin, Op.cit, hal. 59.

Page 44: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

32

meliputi hak tunggal si Pencipta untuk membuat, menerbitkan dan memberi

kuasa untuk membuat dan menerbitkan terjemahan dari karya yang dilindungi

oleh perjanjian ini”.45

Menurut Undang-undang Hak Cipta Auteurswet tahun 1912 Staatsblad

Nomor 600 tahun 1912, Pasal 1 menyatakan bahwa : “Hak cipta adalah hak

tunggal dari pencipta atau hak dari yang mendapatkan hak tersebut, atas hasil

ciptaannya dalam lapangan kesusasteraan, pengetahuan, dan kesenian untuk

mengumumkan dan memperbanyaknya, dengan mengingat pembatasan yang

ditentukan dalam undang-undang.46

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

Tentang Hak Cipta, Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau

penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau

memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi batasan-batasan

menurut perundang-undangan. Hak terkait (Related rights) merupakan bagian

dari Hak Cipta. Hak Terkait merujuk kepada kategori hak yang diberikan

kepada pelaku, produser rekaman dan lembaga penyiaran.47

Menurut Pasal 1 angka 9, Hak Terkait adalah hak yang berkaitan

dengan Hak Cipta, yaitu hak eksklusif bagi pelaku untuk memperbanyak atau

menyiarkan pertunjukannya ; bagi Produser Rekaman Suara untuk

memperbanyak atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman

45

Ramdlon Naning, 1982, Perihal Hak Cipta Indonesia, Yogyakarta : Liberty, hal. 2 46

Ibid. 47

Tomi Suryo Utomo, Op.cit. hal. 91.

Page 45: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

33

bunyinya ; dan bagi Lembaga Penyiaran untuk membuat, memperbanyak, atau

menyiarkan karya siarannya. Pelaku adalah aktor, penyanyi, pemusik, penari

atau mereka yang menampilkan, memperagakan, mempertunjukkan,

menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan, atau memainkan suatu

karya musik, drama, tari, sastra, folklor, atau karya seni lainnya. Produser

Rekaman Suara adalah orang atau badan hukum yang pertama kali merekam

dan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan perekaman suara atau

perekaman bunyi, baik perekaman dari suatu pertunjukan maupun perekaman

suara atau perekaman bunyi lainnya. Lembaga Penyiaran adalah organisasi

penyelenggara siaran yang berbentuk badan hukum, yang melakukan

penyiaran atas suatu karya siaran dengan menggunakan transmisi dengan atau

tanpa kabel atau melalui sistem elektromagnetik.

Menurut Pasal 12 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak

Cipta, Ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu

pengetahuan, seni dan sastra yang meliputi karya :

a. Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis

yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain

b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu

c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu

pengetahuan

d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks

Page 46: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

34

e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan

pantomim

f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir,

seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan

g. Arsitektur

h. Peta

i. Seni batik

j. Fotografi

k. Sinematografi

l. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain

dari hasil pengalihwujudan.

Hak Cipta terdiri atas Hak Ekonomi (economic rights) dan Hak Moral

(moral rights). Hak Ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat

ekonomi atas ciptaan serta produk hak terkait seperti memproduksi karya

dalam segala bentuk, mengedarkan perbanyakan karya kepada publik,

menyewakan perbanyakan karya, membuat terjemahan atau adaptasi dan

mengumumkan karya kepada publik. Hak Moral adalah hak yang melekat

pada diri Pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus

tanpa alasan apapun, walaupun Hak Cipta atau Hak Terkait telah dialihkan.

Peraturan yang mengatur Hak Cipta di Indonesia, telah ada sejak zaman

Indonesia dijajah oleh kolonial Belanda. Pada tahun 1912, pemerintah Hindia

Page 47: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

35

Belanda memberlakukan undang-undang Hak pengarang atau pencipta yang

disebut author rights dalam peraturan Auteurs Wet 1912 Stb. 1912 No. 600.

Pada zaman Jepang menjajah Indonesia, peraturan Auteurs Wet 1912 tetap

diberlakukan sampai Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.

Setelah Indonesia merdeka, Indonesia mengundangkan Undang-undang Hak

Cipta Nasional yang pertama pada tahun 1982 yaitu Undang-undang Nomor

6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta. Pada tahun 1987, Undang-undang Nomor 6

Tahun 1982 diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987.

Pasca Indonesia meratifikasi Persetujuan Pendirian Organisasi

Perdagangan Dunia (Agreement the Establishing World Trade Organization)

yang mencakup pula Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual

Property Rights selanjutnya disebut TRIPS melalui Undang-undang Nomor 7

Tahun 1994, maka Indonesia terikat dan diwajibkan untuk mengharmonisasi

hukumnya yang terkait dengan persetujuan ini. Salah satu hukum yang terkait

dalam bidang Hak Kekayaan Intelektual.48

Hak Cipta sebagai satu bagian dalam bidang Hak Kekayaan Intelektual

juga terkena imbas dari harmonisasi hukum ini dimana Undang-undang

Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta diperbaharui dengan Undang-

undang Nomor 19 Tahun 2002 untuk memberikan perlindungan yang lebih

komprehensif terhadap ciptaan yang dihasilkan oleh bangsa Indonesia.

48

Budi Agus Riswandi dan M.Syamsudin, Op.cit. hal.1.

Page 48: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

36

2. Prinsip Dasar Hak Cipta

Dalam kerangka ciptaan yang mendapatkan hak cipta setidaknya harus

memperhatikan beberapa prinsip-prinsip dasar hak cipta, yaitu :

1. Hak Cipta melindungi perwujudan ide bukan ide sendiri.

Prinsip ini merupakan prinsip yang umum dalam Undang-undang

Hak Cipta yang berlaku di kebanyakan negara di seluruh dunia.

Melalui prinsip ini, perwujudan ide merupakan titik sentral dari

perlindungan hak cipta. Perwujudan ide dapat berupa sesuatu yang

dapat dibaca, didengar, maupun dilihat yang dalam istilah sering

disebut sebagai fixation. Beberapa literatur asing memuat beberapa

contoh dari fixation ini, misalnya sebuah lagu yang disenandungkan

seseorang belumlah mengalami sebuah perwujudan ide jika belum

direkam atau ditulis ke dalam sebuah not lagu. Demikian pula sebuah

ide pembuatan sebuah buku bukanlah menjadi objek hak cipta

sampai ide tersebut diwujudkan dalam penulisan sebuah buku yang

dapat dibaca oleh orang lain.49

Dari prinsip dasar ini telah melahirkan dua subprinsip, yaitu :50

a. Suatu ciptaan harus mempunyai keaslian (orisinil) untuk dapat

menikmati hak-hak yang diberikan Undang-undang Hak Cipta,

49

Tomi Suryo Utomo, Op.cit, hal. 70. 50

Budi Agus Riswandi dan M.Syamsudin, Op.cit. hal.9.

Page 49: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

37

sangat erat hubungannya dengan bentuk perwujudan suatu

ciptaan.

b. Suatu ciptaan, mempunyai hak cipta jika ciptaan yang

bersangkutan diwujudkan dalam bentuk tertulis atau bentuk

material yang lain. Ini berarti bahwa suatu ide atau suatu

pikiran atau suatu gagasan atau cita-cita belum merupakan

suatu ciptaan.

2. Hak Cipta tidak memerlukan pendaftaran untuk mendapatkan

perlindungan hukum.

Prinsip ini berasal dari Konvensi Bern yang mengatur bahwa

perlindungan hukum sebuah ciptaan tidak diperoleh karena sebuah

pendaftaran melainkan telah diwujudkan dalam bentuk yang nyata.

Meskipun pendaftaran bukanlah sebuah kewajiban, dalam praktik

pendaftaran ciptaan terbukti sangat bermanfaat bagi para pencipta

karena dapat dipergunakan sebagai alat bukti jika terjadi sengketa

dengan pihak ketiga.51

Ciptaan yang dilahirkan dapat diumumkan (to

make public/openbaarmaken) dan walaupun suatu ciptaan tidak

diumumkan, hak ciptanya tetap ada pada pencipta.52

3. Hak Cipta bersifat orisinil dan pribadi.

51

Tomi Suryo Utomo, Op.cit, hal. 71. 52

Budi Agus Riswandi dan M.Syamsudin, Op.cit. hal.9.

Page 50: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

38

Prinsip ini mengandung arti bahwa hak cipta lahir dari ekspresi

seseorang atau beberapa orang pencipta yang bersifat sangat khas.

Disamping itu, orisinalitas ciptaan merupakan hal penting untuk

membedakan ciptaan itu dengan ciptaan dari pihak lain.53

4. Ada pemisahan antara kepemilikan fisik dengan hak yang terkandung

dalam suatu benda.

Prinsip ini sangat penting terutama berkaitan dengan penggunaan hak

ekonomi dari ciptaan yang dilindungi oleh Undang-undang Hak

Cipta dalam bentuk kegiatan perbanyakan atau pengumuman sebuah

ciptaan. Pembelian sebuah ciptaan berupa lagu dalam bentuk kaset

atau CD oleh konsumen, tidak secara otomatis mengalihkan hak

ekonomi ciptaan itu dari pemegang hak kepada konsumen. Hal ini

berarti bahwa pembelian ciptaan itu hanya dipergunakan untuk

kepentingan sendiri dan tidak bersifat komersial. Tindakan

pengumuman atau perbanyakan yang dilakukan oleh konsumen akan

melanggar hak cipta pemiliknya jika dilakukan tanpa seizin

pemegang hak cipta.54

5. Jangka waktu perlindungan hak cipta bersifat terbatas

Prinsip ini sesuai dengan sifat HKI yang memberikan monopoli

terbatas kepada para pemegang hak. Biasanya, setelah jangka waktu

53

Tomi Suryo Utomo, Op.cit, hal. 71. 54

Ibid.

Page 51: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

39

perlindungan hukum terhadap ciptaan berakhir, ciptaan tersebut akan

menjadi milik masyarakat (public domain). Sebagai konsekuensi

dari prinsip ini, seseorang boleh menggunakan ciptaan tersebut tanpa

harus meminta izin kepada pemegang hak cipta atau tanpa harus

membayar royalti terhadap penggunaan ciptaan tersebut.55

6. Pasal-pasal pidana di dalam Undang-undang Hak Cipta bersifat delik

biasa.

Pelanggaran Hak Cipta dikategorikan sebagai delik biasa di dalam

Undang-undang Hak Cipta Indonesia. Melalui prinsip ini, para

penyidik, dalam hal ini polisi dengan dibantu oleh PNS bertindak

secara aktif di dalam melindungi ciptaan yang dilakukan oleh pihak

lain.56

7. Perlindungan Hak Cipta berlaku terhadap warga negara asing yang

terlibat dalam perjanjian yang sama.

Mengingat Undang-undang Hak Cipta tidak mewajibkan pendaftaran

sebuah ciptaan agar dapat dilindungi Undang-undang Hak Cipta,

prinsip ini menjadi sangat penting karena mengatur sejauh mana

Undang-undang Hak Cipta sebuah negara dapat diberlakukan

terhadap ciptaan warga asing jika ciptaan tersebut pertama kali

dipublikasikan di sebuah negara atau negara dimana warga negara itu

55

Ibid. 56

Ibid.

Page 52: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

40

berasal menandatangani sebuah konvensi internasional yang sama

dengan sebuah negara.57

3. Pembatasan Hak Cipta

Seperti halnya hak milik perseorangan lainnya, hak cipta juga mengenal

pembatasan dalam penggunaan atau pemanfaatannya. Undang-undang Hak

Cipta memberikan beberapa pembatasan terhadap pemanfaatan hak cipta.

Beberapa pembatasan atas pemanfaatan hak cipta tetapi tidak dikategorikan

sebagai pelanggaran hak cipta diantaranya :58

1. Pengumuman dan/atau Perbanyakan lambang Negara dan lagu

kebangsaan menurut sifatnya yang asli;

2. Pengumuman dan/atau Perbanyakan segala sesuatu yang diumumkan

dan/atau diperbanyak oleh atau atas nama Pemerintah, kecuali

apabila Hak Cipta itu dinyatakan dilindungi, baik dengan peraturan

perundang-undangan maupun dengan pernyataan pada Ciptaan itu

sendiri atau ketika Ciptaan itu diumumkan dan/atau diperbanyak;

3. Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari

kantor berita, Lembaga Penyiaran, dan surat kabar atau sumber

sejenis lain, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara

lengkap.

57

Ibid. 58

Budi Agus Riswandi dan M.Syamsudin, Op.cit. hal.14.

Page 53: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

41

Tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta Dengan syarat bahwa

sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan diantaranya :

1. Penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan

kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan

kepentingan yang wajar dari Pencipta;

2. Pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun

sebagian, guna keperluan pembelaan di dalam atau di luar

Pengadilan;

3. Pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun

sebagian, guna keperluan ceramah yang semata-mata untuk tujuan

pendidikan dan ilmu pengetahuan serta pertunjukan atau

pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan tidak

merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta;

4. Perbanyakan suatu Ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan

sastra dalam huruf braille guna keperluan para tunanetra, kecuali

jika Perbanyakan itu bersifat komersial;

5. Perbanyakan suatu Ciptaan selain Program Komputer, secara

terbatas dengan cara atau alat apa pun atau proses yang serupa oleh

perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan,

dan pusat dokumentasi yang nonkomersial semata mata untuk

keperluan aktivitasnya;

Page 54: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

42

6. Perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan pelaksanaan

teknis atas karya arsitektur, seperti ciptaan bangunan;

7. Pembuatan salinan cadangan suatu Program Komputer oleh

pemilik Program Komputer yang dilakukan semata mata untuk

digunakan sendiri.

4. Pencipta

Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

tantang Hak Cipta, pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara

bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan

kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang

dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi. Pencipta dan

pemegang hak cipta kadang sama, kadang juga berbeda.

Definisi Pencipta seperti yang diatur di dalam Pasal 1 angka 1 Undang-

undang Hak Cipta memberikan landasan yang sangat fundamental mengenai

Pencipta. Melalui definisi tersebut dapat diketahui bahwa untuk dapat disebut

sebagai Pencipta seseorang harus mempunyai kemampuan dan skill yang

memungkinkan seseorang atau beberapa orang dianggap sebagai Pencipta.59

Pemegang hak cipta tidak selalu Pencipta. Pemegang hak cipta adalah

pencipta sebagai pemilik hak cipta, pihak lain yang menerima hak cipta dari

pencipta atau pihak lain yang menerima lebih lanjut dari pihak tersebut.

59

Tomi Suryo Utomo, Op.cit, hal. 75.

Page 55: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

43

Pemilik hak cipta pada prinsipnya adalah sebagai berikut: 60

a. Orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada

Direktorat Jenderal atau orang yang namanya disebut dalam

ciptaan atau diumumkan sebagai pencipta pada suatu ciptaan.

b. Kecuali terbukti sebaliknya, pada ceramah yang tidak

menggunakan bahan tertulis dan tidak ada pemberitahuan siapa

penciptanya, orang yang berceramah dianggap sebagai pencipta

ceramah tersebut

c. Jika suatu ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang

diciptakan oleh dua orang atau lebih, yang dianggap sebagai

pencipta ialah orang yang memimpin serta mengawasi

penyelesaian seluruh ciptaan itu, atau dalam hal tidak ada orang

tersebut, yang dianggap sebagai pencipta adalah orang yang

menghimpunnya dengan tidak mengurangi hak cipta masing-

masing atas bagian ciptaannya itu.

d. Jika suatu ciptaan yang dirancang seseorang, kemudian

diwujudkan dan dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan

pengawasan orang yang merancang, maka penciptanya adalah

orang yang merancang ciptaannya tersebut.

e. Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain

dalam lingkungan pekerjaannya, pemegang hak cipta adalah pihak

60

Yusran Isnaini, Loc.cit.

Page 56: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

44

yang untuk dan dalam dinasnya ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada

perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak

pencipta apabila penggunaan ciptaan itu diperluas sampai ke luar

hubungan dinas lain berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam

hubungan dinas.

f. Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan

pesanan, pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai

pencipta dan pemegang hak cipta, kecuali apabila diperjanjikan

lain antara kedua pihak.

g. Jika suatu badan hukum mengumumkan bahwa ciptaan berasal

dari padanya dengan tidak menyebut seseorang sebagai

penciptanya, badan hukum tersebut dianggap sebagai penciptanya,

kecuali jika terbukti sebaliknya.

Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk

mengumumkan, memperbanyak ciptaannya, atau memberikan izin untuk itu

dengan tidak mengurangi batasan-batasan menurut perundang-undangan yang

berlaku. Pencipta atau pemegang hak cipta atas karya sinematografi dan

program komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang

lain tanpa persetujuannya menyewakan ciptaan tersebut untuk kepentingan

yang bersifat komersil. Ini berarti bahwa pihak lain baru dapat melakukan

Page 57: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

45

pengumuman dan/atau memperbanyak ciptaan yang dilindungi Hak Cipta

apabila telah memperoleh izin dari penciptanya. 61

Hak-hak yang dimiliki oleh pencipta dan pemegang hak cipta secara

umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu :62

1. Hak Ekonomi (Economic Rights)

Hak Ekonomi adalah hak yang dimiliki oleh pencipta atau

pemegang hak cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari

ciptaannya yang terdiri dari hak untuk :

a. Memproduksi karya dalam segala bentuk

b. Mengedarkan perbanyakan karya kepada publik

c. Menyewakan perbanyakan karya

d. Membuat terjemahan atau adaptasi

e. Mengumumkan karya kepada publik.

2. Hak Moral (Moral Rights)

Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku

yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus dengan alasan apapun,

walaupun hak cipta ataupun hak terkait telah dialihkan. Ada dua

jenis hak moral, yaitu :

a. Hak untuk diakui sebagai pencipta (authorship rights atau

paternity right)

61

Adrian Sutedi, Op.cit. hal. 117. 62

Tomi Suryo Utomo, Op.cit, hal.88.

Page 58: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

46

Jika karya dari seorang pencipta diperbanyak, diumumkan

atau dipamerkan dihadapan publik, nama pencipta harus

tercantum pada karya tersebut.

b. Hak keutuhan karya (the right to protect the integrity of the

work)

Hak Keutuhan karya ini akan mencegah tindakan

perubahan terhadap ciptaan yang berpotensi merusak

reputasi dan kehormatan pencipta. Perubahan tersebut

dapat berupa : pemutarbalikan, pemotongan, perusakan,

dan penggantian yang berhubungan dengan karya cipta.

5. Pengalihan Hak Cipta

Hak Cipta merupakan hak milik kebendaan sehingga dapat beralih atau

dialihkan baik status maupun penguasaannya kepada orang lain.63

Hak Cipta

dianggap sebagai barang bergerak dan dapat dialihkan seluruhnya atau

sebagian, karena :64

a. Pewarisan;

b. Hibah;

c. Wasiat;

d. Perjanjian tertulis; atau

63

Henry Soelistyo, Op.cit, hal. 97. 64

Adrian Sutedi, Op.cit, hal. 118.

Page 59: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

47

e. Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-

undangan.

Pengalihan Hak Cipta harus dilakukan secara tertulis. Penjelasan Pasal 3

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menjelaskan bahwa

Beralih atau dialihkannya Hak Cipta tidak dapat dilakukan secara lisan, tetapi

harus dilakukan secara tertulis baik dengan maupun tanpa akta notariil.

Menurut Henry Soelistyo, pengalihan Hak Cipta dapat melalui wakaf

sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang

Wakaf.65

Apabila Pencipta meninggal dunia maka Hak Cipta menjadi milik

ahli warisnya atau penerima wasiat sehingga tidak dapat disita dan apabila ada

perubahan suatu ciptaan maka harus dengan persetujuan ahli warisnya.66

Dalam kaitan itu, kemana pun dan sampai derajat keberapa pun Hak Cipta

telah beralih atau dialihkan, pemegang Hak Cipta tetap terikat untuk

mengakui dan menghormati Hak Moral pencipta yaitu dengan selalu

mewajibkan untuk mencantumkan nama pencipta dalam ciptaan.67

6. Lisensi Hak Cipta

Menurut Pasal 1 angka 14 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

tentang Hak Cipta, Lisensi adalah izin yang diberikan oleh Pemegang Hak

Cipta atau Pemegang Hak Terkait kepada pihak lain untuk mengumumkan

65

Henry Soelistyo, Op.cit, hal. 98. 66

Adrian Sutedi, Op.cit, hal. 118. 67

Henry Soelistyo, Op.cit, hal. 98.

Page 60: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

48

dan/atau memperbanyak Ciptaannya atau produk Hak Terkaitnya dengan

persyaratan tertentu. Pengaturan mengenai lisensi hak cipta diatur di dalam

pasal 45, Pasal 46, dan Pasal 47 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

tentang Hak Cipta.

Pasal 45 menentukan sebagai berikut :

1) Pemegang Hak Cipta berhak memberikan Lisensi kepada pihak

lain berdasarkan surat perjanjian Lisensi untuk melaksanakan

perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.

2) Kecuali diperjanjikan lain, lingkup Lisensi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) meliputi semua perbuatan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 berlangsung selama jangka waktu Lisensi diberikan

dan berlaku untuk seluruh wilayah Negara Republik Indonesia

3) Kecuali diperjanjikan lain, pelaksanaan perbuatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disertai dengan kewajiban

pemberian royalti kepada Pemegang Hak Cipta oleh penerima

Lisensi.

4) Jumlah royalti yang wajib dibayarkan kepada Pemegang Hak Cipta

oleh penerima Lisensi adalah berdasarkan kesepakatan kedua

belah pihak dengan berpedoman kepada kesepakatan organisasi

profesi.

Page 61: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

49

Sesuai rumusan tersebut, lisensi mencakup seluruh isi hak, berlaku

untuk selama jangka waktu tertentu, dan diakui implementasinya di seluruh

wilayah negara Republik Indonesia dengan kewajiban membayar royalti.68

Mengenai ketentuan besarnya royalti, dalam Undang-undang Hak Cipta tidak

disebutkan.69

Hanya dijelaskan dalam Pasal 45 ayat (1) Undang-undang

Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta bahwa dengan perjanjian lisensi

maka si penerima lisensi harus membayar royalti berdasarkan kesepakatan

kedua belah pihak dengan berpedoman kepada kesepakatan organisasi profesi.

Selanjutnya ketentuan Pasal 46 Undang-undang Hak Cipta mengatur

prinsip non-eksklusivitas perjanjian lisensi. Intinya, hukum meletakkan suatu

asumsi bahwa setiap perjanjian lisensi selalu bersifat non-eksklusif. Artinya,

pencipta atau pemegang Hak Cipta masih tetap dapat memberikan lisensi yang

sama kepada pihak ketiga lainnya. Jika tidak, hal itu harus dinyatakan secara

tegas dan jelas.70

Selain ketentuan yang berdimensi perdata, Undang-undang Hak Cipta

juga mengatur kewenangan dan kepentingan publik.71

Pasal 47 Undang-

undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta merumuskan ketentuan

sebagai berikut :

68

Henry Soelistyo, Op.cit, hal. 101. 69

Adrian Sutedi, Op.cit, hal. 118. 70

Ibid, hal.103. 71

Ibid.

Page 62: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

50

1) Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat

menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia atau

memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak

sehat sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

2) Agar dapat mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga,

perjanjian Lisensi wajib dicatatkan di Direktorat Jenderal.

3) Direktorat Jenderal wajib menolak pencatatan perjanjian Lisensi

yang memuat ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan perjanjian Lisensi

diatur dengan Keputusan Presiden.

Undang-undang Hak Cipta melarang Lisensi Hak Cipta apabila

bertentangan dengan kebijakan perekonomian Indonesia atau memuat

ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat. Dalam praktik,

bentuk-bentuk tindakan seperti itu sangat beragam, diantaranya perjanjian

lisensi di kalangan Musisi atau pencipta lagu dengan industri rekaman. Meski

tidak banyak, contoh ini pernah terjadi. Ketika itu, seorang pencipta lagu dan

sekaligus penyanyi dikontrak oleh perusahaan rekaman untuk lima album.

Perjanjian kontrak tersebut menyatakan bahwa perusahaan rekaman dapat

menghentikan kontrak itu setiap saat dengan pemberitahuan sebulan

sebelumnya. Kenyataannya perjanjian itu lebih menuntut komitmen total dari

Page 63: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

51

pencipta lagu kepada produser rekaman tanpa ada jaminan karya-karyanya

akan diedarkan di pasaran. Perselisihan akan timbul karena produser rekaman

harus menunggu timing yang dianggap tepat untuk mengedarkan hasil karya

rekamannya. Pertimbangan yang murni bisnis seperti itu sering kali menjadi

berlarut-larut dan cenderung merugikan kepentingan pencipta lagu.72

Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 47 ayat (2) di atas, perjanjian

lisensi wajib dicatatkan di Direktorat Jenderal. Pencatatan dilakukan sebagai

salah satu bentuk pelaksanaan asas publikasi agar perjanjian lisensi dapat

mempunyai akibat hukum terhadap pihak ketiga.73

7. Sistem Pendaftaran Hak Cipta

Hak Cipta pada prinsipnya dapat diperoleh ketika ciptaan tersebut

diwujudkan. Perlindungan Hukum hak cipta dikenal dengan sistem deklaratif,

yaitu negara melindungi ciptaan secara otomatis setelah terlahir suatu ciptaan

tanpa harus didahului dengan pendaftaran. Hal ini berbeda dengan karya

intelektual lain yang mensyaratkan kewajiban mengajukan permintaan

pendaftaran untuk memperoleh status dan perlindungan hukum. Pendaftaran

ciptaan lebih bersifat pilihan. Pendaftaran berfungsi sebagai pencatatan hak

pencipta atas ciptaan, identitas pencipta atau data lain yang relevan.

Tujuannya untuk mendapatkan catatan formal status kepemilikan Hak Cipta.

72

Henry Soelistyo, Op.cit, hal.100-101. 73

Ibid, hal.103.

Page 64: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

52

Hal ini penting, terutama untuk mendukung pembuktian dalam hal terjadi

sengketa kepemilikan Hak Cipta, termasuk kebenaran mengenai siapa yang

dianggap sebagai Pencipta. Demikian pula dalam pengalihan atau pelisensian

Hak Cipta akan lebih mudah dilakukan apabila terdapat dokumen tertulis

tentang ciptaan seperti sertifikat pendaftaran Hak Cipta yang bersangkutan.74

Pendaftaran ini akan memberikan manfaat bagi pendaftar yaitu tetap dianggap

sebagai pencipta sampai ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya di

pengadilan. Pendaftar menikmati Perlindungan hukum sampai adanya putusan

hakim yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan bahwa pihak lain

(bukan pendaftar) yang menjadi Pencipta.75

Pasal 35 sampai Pasal 44 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

tentang Hak Cipta mengatur tentang Pendaftaran Hak Cipta. Prinsip-prinsip

ketentuan yang diatur dalam Undang-undang tersebut adalah sebagai berikut

:76

1) Direktorat Jenderal menyelenggarakan pendaftaran Ciptaan dan

dicatat dalam Daftar Umum Ciptaan. Pendaftaran Ciptaan tidak

merupakan kewajiban untuk mendapatkan Hak Cipta.

2) Pendaftaran Ciptaan tidak mengandung arti sebagai pengesahan atas

isi, arti, atau bentuk Ciptaan yang didaftar.

74

Ibid, hal. 85. 75

Budi Agus Riswadi dan M.Syamsudin, op.cit, hal. 19. 76

Henry Soelistyo, Op.cit, hal. 83.

Page 65: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

53

3) Pendaftaran Ciptaan dilakukan atas dasar permohonan yang

diajukan oleh Pencipta atau oleh Pemegang Hak Cipta atas kuasa

(Konsultan Terdaftar). Dalam hal permohonan diajukan oleh lebih

dari seorang atau suatu badan hukum yang secara bersama-sama

berhak atas Ciptaan, maka permohonan itu harus dilampiri salinan

resmi akta atau keterangan yang membuktikan kepemilikan haknya.

4) Pendaftaran Ciptaan dianggap telah dilakukan pada saat

diterimanya permohonan oleh Direktorat Jenderal dengan lengkap,

termasuk yang diajukan oleh lebih dari seorang atau satu badan

hukum.

5) Dalam hal Ciptaan didaftar tidak sesuai dengan nama Pencipta atau

pihak yang berhak, maka pihak yang berhak atas Hak Cipta tersebut

dapat mengajukan gugatan pembatalan melalui Pengadilan Niaga.

6) Kekuatan hukum suatu pendaftaran Ciptaan harus hapus karena

dinyatakan batal oleh putusan pengadilan. Selain itu, penghapusan

dapat dilakukan atas permohonan orang atau badan hukum yang

namanya tercatat sebagai Pencipta atau Pemegang hak cipta.

Selebihnya, pendaftaran hapus karena berakhirnya Jangka waktu

perlindungan hak cipta.

Sehubungan dengan prinsip-prinsip tersebut di atas, pemerintah

memfasilitasi kebutuhan pencipta untuk mendaftarkan ciptaannya, terutama

untuk memperoleh alat bukti kepemilikan ciptaannya. Hal ini dilakukan

Page 66: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

54

pemerintah dengan menyelenggarakan administrasi khusus pendaftaran

ciptaan, dengan menetapkan syarat-syarat dan biaya pendaftaran. Administrasi

pendaftaran ciptaan diatur dalam Peraturan Menteri Kehakiman Nomor:

M.01-HC.03.01 Tahun 1987 yang diadministrasikan oleh Direktorat Jenderal

Hak Kekayaan Intelektual.77

Peraturan Menteri Kehakiman tersebut hingga

saat ini masih berlaku meski Undang-undang Hak Cipta sudah diubah dan

diganti dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia

Nomor: M.11.PR.07.06 Tahun 2003 tentang Penunjukan Kantor Wilayah

Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia untuk

Menerima Permohonan Pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual, maka Kantor

Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia ditunjuk untuk

menerima permohonan Hak Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disebut

HKI di lingkungan wilayah kerjanya.

Persyaratan Permohonan Hak Cipta adalah sebagai berikut :78

1. Mengisi Formulir pendaftaran ciptaan rangkap 2 (dua). Formulir

dapat diminta secara cuma-cuma pada kantor wilayah. Lembar

pertama dari formulir tersebut ditandatangani di atas materai

Rp.6000,00 (enam ribu rupiah).

77

Ibid. hal. 85. 78

kumham-jakarta.info, Persyaratan Permohonan Hak Cipta, tersedia di website

http://www.kumham-jakarta.info/info-layanan/hak-kekayaan-intelektual/persyaratan-hak-cipta, diakses

pada tanggal 15 Juni 2012.

Page 67: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

55

2. Formulir pendaftaran ciptaan mencantumkan :

a. Nama, kewarganegaraan dan alamat pencipta

b. Nama, kewarganegaraan dan alamat Pemegang Hak Cipta;

c. Nama, kewarganegaraan dan alamat kuasa;

d. Jenis dan judul ciptaan;

e. Tanggal dan tempat ciptaan diumumkan untuk pertama

kali;

f. Uraian ciptaan rangkap 4 (empat).

Apabila Hak Cipta dialihkan kepada pihak lain melalui suatu

perjanjian tertulis atau lisensi maka kedua pihak harus dicatatkan

nama dan kewarganegaraannya dalam surat permohonan.

Demikian pula terhadap penerima kuasa. Jenis dan judul ciptaan

harus sesuai dengan ketentuan Pasal 12 Undang-undang Hak

Cipta. Tanggal dan tempat ciptaan diumumkan untuk pertama kali

maksudnya adalah, waktu dan tempat ciptaan itu diperkenalkan

kepada publik. Sedangkan yang dimaksud uraian ciptaan adalah

gambaran umum tentang ciptaan yang dituangkan secara tertulis

dalam formulir permohonan pendaftaran yang telah dipersiapkan

secara baku oleh Departemen Kehakiman C.q.Ditjen HKI.79

3. Surat permohonan pendaftaran ciptaan hanya dapat diajukan untuk

satu ciptaan.

79

Saidin, Op.cit, hal.94-95.

Page 68: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

56

4. Melampirkan bukti kewarganegaraan pencipta dan pemegang hak

cipta berupa fotocopy KTP atau Paspor.

5. Apabila pemohon adalah Badan Hukum maka harus melampirkan

turunan resmi akta pendirian badan hukum tersebut.

6. Melampirkan Surat Kuasa apabila permohonan tersebut dilakukan

oleh seorang kuasa, beserta bukti kewarganegaraan kuasa tersebut.

Kuasa disini adalah konsultan yang terdaftar pada Direktorat

Jenderal.

7. Apabila pemohon tidak bertempat tinggal di dalam wilayah

Republik Indonesia, maka untuk keperluan permohonan

pendaftaran ciptaan ia harus memilih tempat tinggal dan

menunjukan seorang kuasa di dalam wilayah Republik Indonesia.

8. Apabila permohonan pendaftaran ciptaan yang diajukan atas nama

lebih dari seorang dan atau suatu badan hukum, maka nama-nama

pemohon harus ditulis semuanya, dengan menetapkan satu alamat

pemohon.

9. Apabila ciptaan tersebut telah dipindahkan, agar melampirkan

bukti pemindahan hak.

10. Melampirkan contoh ciptaan yang dimohonkan pendaftarannya

atau penggantinya.

Pemohon akan menerima surat tanda permohonan pendaftaran ciptaan

yang berisikan nama pencipta, pemegang hak cipta, nama kuasa, jenis dan

Page 69: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

57

judul ciptaan, tanggal dan jam surat permohonan diterima, berfungsi sebagai

bukti penyerahan permohonan pendaftaran ciptaan.

Terhadap Permohonan pendaftaran Hak Cipta tersebut, Direktorat

Jenderal akan memberikan keputusan paling lama 9 (Sembilan) bulan

terhitung sejak tanggal diterimanya permohonan secara lengkap. Apabila surat

permohonan pendaftaran ciptaan tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

dimaksudkan di atas, maka Direktorat Jenderal HKI atas nama Menteri

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia memberitahukan secara tertulis kepada

pemohon agar melengkapi syarat–syarat yang dimaksudkan. Apabila

permohonan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal pengiriman

pemberitahuan tersebut ternyata pemohon tidak memenuhi atau melengkapi

syarat–syarat yang telah ditetapkan tersebut, maka permohonannya menjadi

batal demi hukum. Artinya jika pemohon hendak meneruskan permohonannya

kembali, ia harus mengulangi kembali syarat–syarat sebagaimana

ditetapkan.80

Permohonan pendaftaran ciptaan yang telah memenuhi persyaratan

tersebut oleh Direktorat Jenderal HKI diperiksa apakah pemohon benar- benar

Pencipta atau Pemegang Hak atas Ciptaan yang dimohonkan. Hasil

pemeriksaan tersebut kemudian disampaikan kepada Menteri Kehakiman dan

Hak Asasi Manusia untuk mendapatkan keputusannya. Keputusan Menteri

80

Ibid, hal. 96.

Page 70: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

58

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia diberitahukan kepada Pemohon oleh

Direktur Jenderal HKI.81

Apabila permohonan pendaftaran ciptaan ditolak oleh Direktorat

Jenderal HKI, pemohon dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan

Niaga dengan surat gugatan yang ditandatangani pemohon atau kuasanya agar

ciptaan yang dimohonkan pendaftarannya didaftarkan dalam daftar umum

ciptaan di Direktorat Jenderal HKI. Permohonan kepada Pengadilan Niaga

tersebut harus diajukan dalam waktu 3 bulan setelah diterimanya penolakan

pendaftaran tersebut oleh pemohon atau kuasanya.82

Apabila surat permohonan pendaftaran ciptaan telah memenuhi syarat-

syarat tersebut, ciptaan yang dimohonkan pendaftarannya didaftarkan oleh

Direktorat Jenderal HKI dalam daftar umum ciptaan dengan menerbitkan

surat pendaftaran ciptaan dalam rangkap 2 (dua). Kedua lembar surat

pendaftaran ciptaan tersebut ditandatangani oleh Direktorat Jenderal HKI atau

pejabat yang ditunjuk, sebagai bukti pendaftaran, sedangkan lembar kedua

surat pendaftaran ciptaan tersebut beserta surat permohonan pendaftaran

ciptaan dikirim kepada pemohon dan lembar pertama disimpan di Kantor

Direktorat Jenderal HKI.83

Menurut Pasal 39 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak

Cipta, Daftar Umum ciptaan memuat :

81

Ibid. 82

Ibid. 83

Ibid.

Page 71: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

59

a. Nama Pencipta dan Pemegang Hak Cipta

b. Tanggal penerimaan surat permohonan

c. Tanggal lengkapnya persyaratan

d. Nomor pendaftaran ciptaan.

Setelah dimuat dalam daftar umum ciptaan, hak cipta yang telah

didaftarkan tersebut diumumkan dalam Berita Resmi Ciptaan Ditjen HKI

yang berisikan keterangan tentang : 84

a. Nama, kewarganegaraan dan alamat Pencipta;

b. Nama, kewarganegaraan dan alamat Pemegang Hak Cipta;

c. Jenis dan judul ciptaan;

d. Tanggal dan tempat ciptaan diumumkan untuk pertama kali;

e. Uraian ciptaan;

f. Nomor Pendaftaran;

g. Tanggal Pendaftaran;

h. Pemindahan hak, perubahan nama, Perubahan alamat,

penghapusan dan pembatalan;

i. Lain-lain yang dianggap perlu.

Seluruh rangkaian proses pendaftaran hak cipta dikenakan biaya.

Besarnya biaya tergantung pada jenis permohonan. Tarif permohonan

84

Ibid, hal. 97.

Page 72: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

60

pendaftaran suatu ciptaan sebesar Rp. 200.000,00. Tarif Permohonan

pendaftaran suatu ciptaan berupa program komputer Rp. 300.000,00.85

8. Masa Berlaku Hak Cipta

Sesuai dengan Prinsip Hak Cipta yaitu Jangka waktu perlindungan hak

cipta bersifat terbatas. Dalam ketentuan Undang-undang Hak Cipta, Hak Cipta

mempunyai jangka waktu perlindungannya. Pada dasarnya Undang-undang

Hak Cipta mengenal tiga ketentuan jangka waktu perlindungan. Hal ini diatur

dalam Pasal 29 sampai Pasal 34 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

tentang Hak Cipta yaitu sebagai berikut :86

a. Jangka Waktu selama hidup pencipta ditambah 50 tahun setelah

penciptanya meninggal dunia.

Ciptaan yang memperoleh perlindungan selama life time plus 50

tahun ini adalah jenis-jenis ciptaan yang asli dan bukan karya

turunan atau derivatif. Diantaranya, buku dan semua karya tulis

lain, lagu, atau musik atau drama atau drama musikal, tari,

koreografi, lukisan dan karya seni rupa dalam segala bentuknya.

Apabila ciptaan dimiliki oleh dua orang atau lebih maka Hak Cipta

berlaku selama hidup pencipta yang meninggal paling akhir dan

berlangsung 50 tahun berikutnya.

85

Dgip.go.id, diakses di website http://www.dgip.go.id/hak-cipta/tarif-biaya-hak-cipta,

tanggal 15 Juni 2012. 86

Henry Soelistyo, Op.cit, hal.80.

Page 73: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

61

b. Jangka waktu selama 50 tahun sejak pertama kali ciptaan

diumumkan.

Jenis-jenis ciptaan yang dilindungi selama 50 tahun ini meliputi

Program Komputer, sinematografi, fotografi, database dan hasil

karya pengalihwujudan. Ketentuan ini juga berlaku bagi ciptaan

yang dimiliki oleh badan hukum. Demikianm pula Hak Cipta atas

perwajahan karya tulis atau typographical arrangement yang

dihitung sejak pertama kali diterbitkan. Perlindungan selama 50

tahun juga berlaku terhadap ciptaan-ciptaan yang Hak Ciptanya

dipegang oleh negara karena ciptaan tersebut tidak diketahui

penciptanya dan ciptaan itu belum diterbitkan. Demikian pula

ciptaan yang telah diterbitkan tetapi tidak diketahui penciptanya,

atau penerbitnya.

c. Tanpa Batas Waktu.

Perlindungan abadi merupakan pengecualian dari prinsip jangka

waktu perlindungan Hak Cipta bersifat terbatas. Perlindungan

abadi ini diberikan untuk folklore atau cerita rakyat dan hasil

kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, seperti cerita,

hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan,

koreografi, tarian, kaligrafi, dan hasil karya seni lainnya. Hak

Page 74: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

62

Cipta atas ciptaan-ciptaan seperti ini dipegang oleh negara.

Perlindungan secara tanpa batas waktu juga berlaku terhadap Hak

Moral sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat (1) Undang-

undang Hak Cipta yaitu agar nama Pencipta tetap dicantumkan

dalam ciptaannya.

9. Pembatalan dan Penghapusan Hak Cipta

Pembatalan Hak Cipta diatur dalam Pasal 42 Undang-undang Nomor

19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang berisi ketentuan :

Dalam hal ciptaan didaftar menurut Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) serta

Pasal 39, pihak lain menurut Pasal 2 berhak atas Hak Cipta dapat

mengajukan gugatan pembatalan melalui Pengadilan Niaga.

Pengaturan gugatan pembatalan pendaftaran Hak Cipta tersebut pada

dasarnya merupakan manifestasi dari jaminan perlindungan Hak Moral.

Ciptaan yang terdaftar atas nama orang selain pencipta atau pemegang Hak

Cipta, pendaftaran itu harus dibatalkan. Caranya dengan mengajukan

gugatan Pembatalan ke Pengadilan Niaga untuk meluruskan status

kepemilikannya pada pencipta yang sebenarnya.87

Pembatalan hak cipta

kurang diatur secara jelas pada Undang-undang Hak Cipta. Undang-undang

Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta mengatur tentang upaya

pembatalan, namun tidak mengatur tentang kriteria-kriteria suatu hak cipta

87

Ibid, hal. 84.

Page 75: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

63

dapat dibatalkan.88

Apabila dipahami makna Pasal 42 Undang-undang

Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, pihak yang dapat melakukan

Pembatalan adalah pihak lain yang namanya tidak dicantumkan di dalam

daftar ciptaan dan merasa bahwa hasil ciptaan yang didaftarkan tersebut

miliknya.

Selain Pembatalan Hak Cipta, Undang-undang Hak Cipta juga mengatur

mengenai Penghapusan Hak Cipta. Penghapusan Hak Cipta diatur dalam

Pasal 44 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Pasal 44 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

menentukan :

Kekuatan hukum dari suatu pendaftaran Ciptaan hapus karena:

a. Penghapusan atas permohonan orang atau badan hukum yang

namanya tercatat sebagai Pencipta atau Pemegang Hak Cipta;

b. lampau waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 30,

dan Pasal 31 dengan mengingat Pasal 32;

c. dinyatakan batal oleh putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap.

Berbeda dengan Pembatalan Hak Cipta, Penghapusan Hak Cipta diatur

dengan jelas dan terdapat kriteria-kriteria penghapusan Hak Cipta seperti

yang tercantum dalam Pasal di atas. Penghapusan Hak Cipta dapat

dimohonkan oleh pencipta atau pemegang hak cipta.

88

Budi Agus Riswadi dan M.Syamsudin, Op.cit, hal.23.

Page 76: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

64

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif,

yaitu pendekatan dari segi-segi hukum dan kaidah-kaidah hukum yang ada serta

berlaku dalam masyarakat, yang merupakan usaha untuk menemukan apakah

hukumnya sesuai untuk diterapkan in-concreto guna menyelesaikan suatu perkara

tertentu dan dimana peraturan itu didapat.89

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang dipakai adalah penelitian deskriptif analisis,

yaitu menggambarkan Peraturan Perundang-udangan yang berlaku dikaitkan

dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang

menyangkut permasalahan di atas tanpa bermaksud mengambil kesimpulan secara

umum.90

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,

yaitu meliputi bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan

89

Ronny Hanitijo Soemitro, 1989. Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia

Indonesia, Jakarta, hal. 22. 90

Ibid, hal. 98.

Page 77: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

65

dan Putusan Pengadilan, bahan hukum sekunder terdiri dari arsip atau penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan obyek atau materi penelitian, serta bahan hukum

tersier yang terdiri dari buku-buku literatur yang berkaiitan langsung dengan

masalah yang diteliti.91

D. Metode Pengumpulan Data

Data sekunder diperoleh melalui studi dokumen atas data pokok

berupa Putusan Mahkamah Agung Nomor 768 k/pdt.sus/2010 dan studi pustaka

terhadap bahan-bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti. Untuk tahap awal dilakukan inventarisasi terhadap

Peraturan Perundang-undangan, dan buku literatur yang tersedia kemudian

dicatat berdasar relevansinya dengan pokok masalah yang diteliti dan selanjutnya

dipelajari sebagai satu kesatuan yang utuh.

E. Metode Penyajian Data

Data yang diperoleh selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian-uraian

yang dikelompokan atas dasar kualifikasi data, kemudian disusun secara

sistematis. Sistematis di sini adalah keseluruhan data sekunder yang diperoleh

dihubungkan antara yang satu dengan lainnya disesuaikan dengan pokok

permasalahan yang diteliti, sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh.

91 Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 1994. Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan

Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 12-13.

Page 78: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

66

F. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara normatif kualitatif, yaitu

pembahasan dan penjabaran data hasil penelitian yang disusun secara logis dan

sistematika berdasarkan pada norma hukum, kaidah-kaidah dan doktrin hukum

yang ada relevansinya dengan pokok permasalahan.92

92

Rony Hanitijo Soemitro, op.cit., halaman 11

Page 79: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

67

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap putusan Mahkamah Agung Nomor: 768

K/ Pdt.Sus/2010, yang menghasilkan data-data sebagai berikut :

1. Para Pihak Dalam Perkara

1.1. Pemohon Kasasi

PT. Sinde Budi Sentosa, berkedudukan di Kp. Gede Setiameker,

Tambun Bekasi dan Budi Yuwono, bertempat tinggal di Jalan Waspada

No. 2 Jakarta Barat dalam hal ini memberi kuasa kepada Isnaini, SH dan

kawan-kawan, berkantor di Jalan Wahid Hasyim No. 14 Jakarta 10340,

selanjutnya disebut para Pemohon Kasasi dan dahulu merupakan Para

Tergugat I, II.

1.2. Termohon Kasasi

Wen Ken Drug Co Pte Ltd, suatu perseroan yang didirikan menurut

hukum Negara Singapura, yang berkedudukan di 2 Alexandra Road #02-

08 Delta House Building, Singapura dalam hal ini memberi kuasa kepada

Dr. Gunawan Widjaja, SH.,M.H.MM dan kawan-kawan/ Penasehat

Hukum Widjaja & Associates Law Firm, berkantor di Jalan Kapten

Page 80: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

68

Tendean No. 1 Jakarta Selatan, selanjutnya disebut Termohon Kasasi dan

dahulu merupakan Penggugat.

2. Duduk Perkara

2.1. Penggugat yaitu Wen Ken Drug Co Pte Ltd adalah suatu perusahaan

yang didirikan di Singapura pemilik Merek dan Logo CAP KAKI TIGA;

2.2. Salah satu hasil riset dan pengembangan Penggugat adalah jenis produk

minuman larutan penyegar;

2.3. Larutan Penyegar produksi Penggugat dijual dalam kemasan yang

mempergunakan Merek CAP KAKI TIGA disertai dengan lukisan Badak;

2.4. Penggunaan lukisan badak dalam Merek CAP KAKI TIGA telah

dilakukan Penggugat sejak tahun 1937;

2.5. Bahwa lukisan BADAK PENGGUGAT secara terus menerus

dipergunakan oleh PENGGUGAT, sebagaimana ternyata dalam berbagai

pengumuman dalam bentuk iklan surat kabar, yaitu antara lain pada

harian;

a. Sing Chew Ji t Poh, 31 Januari 1959;

b. Sing Chew Ji t Poh, 28 Oktober 1960;

c. Sing Chew Ji t Poh, 19 Maret 1986;

d. Berita Harian, 8 Agustus 1998;

e. Berita Minggu, 20 Desember 1998;

f. Utusan Malaysia, 24 Desember 1998;

Page 81: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

69

2.6. Bahwa pada dasarnya perlindungan terhadap Ciptaan hanya diberikan

kepada pihak yang pertama kali mengumumkan Ciptaannya kepada

masyarakat, dan dengan demikian berarti lukisan BADAK yang pertama

kali dipublikasikan oleh PENGGUGAT membawa akibat hukum (secara

otomatis) PENGGUGAT merupakan Pencipta sekaligus Pemegang Hak

Cipta atas Ciptaan berupa seni lukisan BADAK yang melekat pada

merek CAP KAKI TIGA, sebagaimana dimaksud dengan ketentuan

Pasal 2 Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (UUHC)

yang berbunyi:

“Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak

cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang

timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa

mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku”

2.7. Pada tahun 1980, untuk memasuki wilayah Indonesia Penggugat

mengadakan kerjasama dengan PT. Sinde Budi Sentosa melalui Budi

Yuwono untuk memproduksi, menjual, memasarkan dan

mendisribusikan produk minuman larutan penyegar dengan Merek dan

logo CAP KAKI TIGA;

2.8. Tergugat II yaitu Budi Yuwono mendaftarkan logo CAP KAKI TIGA

pada Kantor Hak Cipta sebagai milik bersama antara Wen Ken Drug

Co Pte Ltd, PT. Sinde Budi Sentosa dan Budi Yuwono dengan

Page 82: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

70

Pendaftaran Hak Cipta No. 015649 pada tanggal 1 Maret 1996 tanpa

sepengetahuan Penggugat;

2.9. Pendaftaran Hak Cipta atas nama bersama tersebut menunjukkan adanya

itikad tidak baik Tergugat I dan Tergugat II dengan maksud untuk turut

serta menguasai logo CAP KAKI TIGA Ciptaan Penggugat;

2.10. Perlindungan terhadap Ciptaan hanya diberikan kepada pihak yang

pertama kali mengumumkan Ciptaannya kepada masyarakat, baik yang

diumumkan dalam bentuk penjualan dan peredaran;

2.11. Wen Ken Drug Co Pte Ltd selaku satu-satunya Pencipta dan

Pemegang Hak Cipta berupa logo CAP KAKI TIGA berdasarkan Pasal

42 UUHC diberikan hak untuk mengajukan gugatan pembatalan Hak

Cipta, yang berbunyi :

“Dalam hal Ciptaan yang didaftar menurut Pasal 37 ayat (1) dan (2)

serta Pasal 39, pihak lain menurut Pasal 2 UUHC atas Hak Cipta dapat

mengajukan gugatan pembatalan melalui Pengadilan Niaga”

3. Petitum/Tuntutan

Berdasarkan atas uraian-uraian sebagaimana tersebut di atas maka Penggugat

memohon kepada Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,

agar kiranya memberikan putusan sebagai berikut :

3.1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

Page 83: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

71

3.2. Menyatakan Penggugat sebagai satu-satunya Pencipta dan atau

Pemegang Hak Cipta atas logo CAP KAKI TIGA;

3.3. Menyatakan Tergugat II telah melakukan itikad tidak baik dalam

mendaftarkan Hak Cipta logo CAP KAKI TIGA;

3.4. Membatalkan atau setidak-tidaknya menyatakan batal pendaftaran

atas nama Tergugat I dan Tergugat II dalam Daftar Hak Cipta

dengan Nomor pendaftaran 015649 ;

3.5. Mencoret nama Tergugat I dan Tergugat II dari Pendaftaran Hak

Cipta No. 015649 pada Daftar Umum Ciptaan ;

3.6. Memerintahkan DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI

MANUSIA RI u.b. DIREKTORAT JENDERAL HAK

KEKAYAAN INTELEKTUAL u.b. Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual (HKI) u.b. Direktur Hak Cipta, Desain

Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang,

beralamat di Jl. Daan Mogot Km. 24 Tangerang untuk memperbaiki

Pendaftaran Hak Cipta No. 015649 dengan cara mencoret nama

TERGUGAT I dan TERGUGAT II dari Pendaftaran Hak Cipta No.

015649 pada Daftar Umum Ciptaan;

3.7. Menghukum TERGUGAT untuk membayar biaya perkara ;

Atau

Apabila Pengadilan berpendapat lain mohon putusan yang seadIl-adilnya

(ex aequo et bono) ;

Page 84: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

72

4. Eksepsi (Jawaban) Tergugat I/Pemohon Kasasi

4.1. PENGGUGAT TIDAK MEMPUNYAI KAPASITAS UNTUK

MENGAJUKAN GUGATAN;

4.1.1 Bahwa Penggugat tidak mempunyai kapasitas untuk mengajukan

Gugatan Pembatalan Hak Cipta yang telah terdaftar pada

Departemen Hukum dan HAM RI cq. Direktorat Jenderal HKI cq.

Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit

Terpadu dan Rahasia Dagang dengan nomor pendaftaran 015649,

karena berdasarkan ketentuan Pasal 42 jo Pasal 2 ayat (1) Undang-

Undang No. 19 Tahun 2002 yang dimaksud Pihak Lain adalah

Pencipta atau Pemegang Hak Cipta ; Sedangkan dalam hal ini

Tergugat I, Tergugat II maupun Penggugat adalah sama-sama

terdaftar sebagai Pencipta sekaligus Pemegang Hak Cipta atas

ciptaan yang menjadi objek gugatan dalam perkara a quo,

sehingga baik Tergugat I, Tergugat II maupun Penggugat

mempunyai kedudukan dan hak yang sama atas ciptaan tersebut,

yang mana salah satu pihak tidak dapat mengklaim sendiri,

menyangkal, maupun membatalkan kepemilikan pihak lainnya ;

4.1.2 Bahwa oleh karena Penggugat bukan satu-satunya Pencipta

maupun Pemegang Hak atas Ciptaan terdaftar dengan nomor

015649, maka jika Penggugat ingin membatalkan Hak Cipta

tersebut harus mendapat izin atau persetujuan dari para pencipta

Page 85: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

73

lainnya yang namanya juga terdaftar sebagai Pencipta sekaligus

sebagai Pemegang Hak Cipta (yakni Tergugat I dan Tergugat II);

4.1.3 Bahwa karena Penggugat sama sekali tidak mendapat izin maupun

persetujuan dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta lainnya yang

namanya terdaftar sebagai Pencipta dari Objek Ciptaan tersebut,

maka Penggugat tidak mempunyai kapasitas untuk mengajukan

gugatan ini. Oleh sebab itu demi tegaknya keadilan dan kepastian

hukum, Tergugat I mohon agar Majelis Hakim menyatakan

Gugatan Penggugat Tidak Dapat Diterima (niet ontvanke lijk verk

laard / NO) ;

4.2. GUGATAN PENGGUGAT TIDAK JELAS/ KABUR (OBSCUUR

LIBEL) ;

4.2.1. Bahwa Penggugat mengakui telah menggunakan Lukisan BADAK

dan merek CAP KAKI TIGA tanpa didukung bukti maupun

penjelasan yang akurat, yaitu lukisan Badak yang

bagaimana/seperti apa dan siapa penciptanya. Karena dalam hal ini

Hak Cipta yang terdaftar dengan No. 015649 bukan berupa

Lukisan BADAK maupun CAP KAKI TIGA semata, melainkan

"Seni Lukis Etiket" yaitu berupa gambar sebuah etiket dengan

paduan warna merah, kuning, putih dan biru, terdiri atas kaligrafi

arab, tulisan Larutan Penyegar, gambar botol, gambar kaki tiga

dalam lingkaran, tulisan slogan, dan seni lukis/tulisan lainnya

Page 86: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

74

dengan posisi dan komposisi tertentu, sebagai satu kesatuan karya

seni lukisan utuh sehingga tidak dapat dipenggal menjadi bagian

demi bagian ;

4.2.2. Bahwa mulai dari perihal gugatan maupun pada petitum

gugatannya, Penggugat sama sekali tidak menyebutkan dengan

jelas dan rinci mengenai objek yang digugat. Penggugat hanya

menggugat pembatalan Hak Cipta No. Pendaftaran 015649, tanpa

menjelaskan Jenis Ciptaan, Judul Ciptaan, terdaftar dimana (pada

instansi/lembaga/assosiasi apa)? Hal ini menyebabkan objek

gugatan tidak jelas / kabur ;

4.2.3. Bahwa terlebih lagi petitum gugatan Penggugat antara yang satu

dengan lainnya saling bertentangan. Hal ini terlihat dimana pada

petitum nomor 4, Penggugat menggugat untuk dibatalkannya

Pendaftaran Hak Cipta Nomor 015649, sebaliknya pada petitum

nomor 5 Penggugat menggugat agar nama Tergugat I dan Tergugat

II dihapus/dicoret dari Pendaftaran Hak Cipta tersebut. Hal ini

menjadikan gugatan Penggugat simpang siur dan tidak jelas apa

yang sebenarnya maksud Penggugat ; menggugat pembatalan

Pendaftaran Hak Cipta atau menuntut Perbaikan Sertifikat

Pendaftaran ; Sebab jika Hak Cipta daftar No. 015649 tersebut

dibatalkan maka akan menjadi batal Hak Cipta tersebut sebagai

satu kesatuan secara menyeluruh, tanpa terkecuali, termasuk semua

Page 87: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

75

nama yang tercantum sebagai Pencipta dan Pemegang Hak Cipta.

Sedangkan jika Penggugat hanya ingin memperbaiki sertifikat

pendaftaran agar ada beberapa nama Pencipta dihilangkan,

seharusnya permohonan tersebut diajukan ke Departemen Hukum

dan HAM RI cq. Direktorat Jenderal HKI cq. Direktorat Hak

Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan

Rahasia Dagang, yang mana perubahan dapat dilaksanakan jika

memang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu ;

4.2.4. Bahwa disamping ketidakjelasan objek gugatan tersebut, yakni

Jenis Ciptaan, Judul Ciptaan, terdaftar dimana (pada instansi/

lembaga/assosiasi apa), Penggugat juga menggugat agar

Pengadilan Niaga mencoret Pendaftaran Hak Cipta No. 015649

dari Daftar Umum Ciptaan, tanpa menjelaskan pihak mana yang

berhak mencoretnya, karena dalam hal ini Pengadilan hanya

memutuskan dan siapa yang menjadi Pelaksananya harus

disebutkan dengan jelas. Sebab, sesuai dengan ketentuan Pasal 178

(3) HIR, Hakim dilarang mengabulkan melebihi dari apa yang

dituntut ;

4.2.5. Bahwa berdasarkan uraian tersebut terbukti bahwa Gugatan

Penggugat kabur, tidak jelas serta tidak ada keterkaitan antara

subjek dan objek gugatan, bahkan bertentangan antara petitum

yang satu dengan yang lain, sehingga gugatan menjadi bias. Oleh

Page 88: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

76

sebab itu Tergugat I mohon agar Majelis Hakim menyatakan

Gugatan Penggugat Tidak Dapat Diterima (niet ontvanke lijk verk

laard / NO) ;

5. Eksepsi (Jawaban) Tergugat II

5.1 GUGATAN PENGGUGAT TIDAK JELAS / KABUR (OBSCUUR

LIBEL)

5.1.1 Bahwa Penggugat mengakui telah menggunakan Lukisan BADAK

dan merek CAP KAKI TIGA tanpa didukung bukti maupun

penjelasan yang akurat, yaitu lukisan badak yang bagaimana/

seperti apa dan siapa penciptanya karena dalam hal ini Hak Cipta

yang terdaftar dengan No. 015649 bukan berupa Lukisan BADAK

maupun CAP KAKI TIGA semata, melainkan "Seni Lukis Etiket"

yaitu berupa gambar sebuah etiket dengan paduan warna merah,

kuning, putih dan biru, terdiri atas kaligrafi arab, tulisan Larutan

Penyegar, gambar botol, gambar kaki tiga dalam lingkaran, tulisan

slogan, dan seni lukis/tulisan lainnya dengan posisi dan komposisi

tertentu, sebagai satu kesatuan karya seni lukis yang utuh sehingga

tidak dapat dipenggal menjadi bagian demi bagian ;

5.1.2 Bahwa mulai dari perihal gugatan maupun pada petitum

gugatannya, Penggugat sama sekali tidak menyebutkan dengan

jelas dan rinci mengenai objek yang digugat. Penggugat hanya

Page 89: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

77

meggugat pembatalan Hak Cipta No. Pendaftaran 015649, tanpa

menjelaskan Jenis Ciptaan, Judul Ciptaan, terdaftar dimana (pada

instansi/lembaga/assosiasi apa)? Hal ini menyebabkan objek

gugatan tidak jelas / kabur ;

5.1.3 Bahwa terlebih lagi petitum gugatan Penggugat antara yang satu

dengan lainnya saling bertentangan. Hal ini terlihat dimana pada

petitum nomor 4, Penggugat menggugat untuk dibatalkannya

Pendaftaran Hak Cipta Nomor 015649, sebaliknya pada petitum

nomor 5 Penggugat menggugat agar nama Tegugat I dan Tergugat

II dihapus/dicoret dari Pendaftaran Hak Cipta tersebut. Hal ini

menjadikan gugatan Pegggugat simpang siur dan tidak jelas apa

yang sebenarnya maksud Penggugat ; menggugat pembatalan

Pendaftaran Hak Cipta atau menuntut Perbaikan Sertifkat

Pendaftaran ;

Sebab jika Hak Cipta daftar No. 015649 tersebut dibatalkan maka

akan menjadi batal Hak Cipta tersebut sebagai satu kesatuan

secara menyeluruh, tanpa terkecuali, termasuk semua nama yang

tercantum sebagai Pencipta dan Pemegang Hak Cipta ; Sedangkan

jika Penggugat hanya ingin memperbaiki Sertifikat pendaftaran

agar ada beberapa nama Pencipta dihilangkan, seharusnya

permohonan tersebut diajukan ke Departemen Hukum dan HAM

RI cq. Direktorat Jenderal HKI cq. Direktorat Hak Cipta, Desain

Page 90: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

78

Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang,

yang mana perubahan dapat dilaksanakan jika memang memenuhi

persyaratan-persyaratan tertentu ;

5.1.4 Bahwa disamping ketidakjelasan objek gugatan tersebut, yakni

Jenis Ciptaan, Judul Ciptaan, terdaftar dimana (pada

instansi/lembaga/ assosiasi apa), Penggugat juga menggugat agar

Pengadilan Niaga mencoret Pendaftaran Hak Cipta No. 015649

dari Daftar Umum Ciptaan, tanpa menjelaskan Pihak mana yang

berhak mencoretnya, karena dalam hal ini Pengadilan hanya

memutuskan dan siapa yang menjadi Pelaksananya harus disebut

kan dengan jelas. Sebab, sesuai dengan ketentuan Pasal 178 (3)

HIR, Hakim dilarang mengabulkan melebihi dari apa yang

dituntut ;

5.1.5 Bahwa berdasarkan uraian tersebut terbukti bahwa Gugatan

Penggugat kabur, tidak jelas serta tidak ada keterkaitan antara

subjek dan objek gugatan, bahkan bertentangan antara petitum

yang satu dengan yang lain, sehingga gugatan menjadi bias. Oleh

sebab itu Tergugat II mohon agar Majelis Hakim menyatakan

Gugatan Penggugat Tidak Dapat Diterima (niet ontvankelijk verk

laard / NO) ;

Page 91: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

79

5.2 PENGGUGAT TIDAK MEMPUNYAI KAPASITAS UNTUK

MENGAJUKAN GUGATAN

5.2.1 Bahwa Penggugat tidak mempunyai kapasitas untuk mengajukan

Gugatan Pembatalan Hak Cipta yang telah terdaftar pada

Departemen Hukum dan HAM RI cq. Direktorat Jenderal HKI cq.

Direktorat Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit

Terpadu dan Rahasia Dagang dengan nomor pendaftaran 015649,

karena berdasarkan ketentuan Pasal 42 jo Pasal 2 ayat (1) Undang-

Undang No. 19 Tahun 2002 yang dimaksud Pihak Lain adalah

Pencipta atau Pemegang Hak Cipta ; Sedangkan dalam hal ini

Tergugat I, Tergugat II maupun Penggugat adalah sama-sama

terdaftar sebagai Pencipta sekaligus Pemegang Hak Cipta atas

Ciptaan yang menjadi objek gugatan dalam perkara a quo.

Sehingga baik Tergugat I, Tergugat II maupun Penggugat

mempunyai kedudukan dan hak yang sama atas Ciptaan tersebut,

yang mana salah satu pihak tidak dapat mengklaim sendiri,

menyangkal, maupun membatalkan kepemilikan pihak lainnya ;

5.2.2 Bahwa oleh karena Penggugat bukan satu-satunya Pencipta

maupun Pemegang Hak atas Ciptaan terdaftar dengan nomor

015649, maka jika Penggugat ingin membatalkan Hak Cipta

tersebut harus mendapat izin atau persetujuan dari Para Pencipta

Page 92: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

80

lainnya yang namanya juga terdaftar sebagai Pencipta sekaligus

sebagai Pemegang Hak Cipta (yakni Tergugat I dan Tergugat II) ;

5.2.3 Bahwa karena Penggugat sama sekali tidak mendapat izin maupun

persetujuan dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta lainnya yang

namanya terdaftar sebagai Pencipta dari Objek Ciptaan tersebut,

maka Penggugat tidak mempunyai kapasitas untuk mengajukan

gugatan ini. Oleh sebab itu demi tegaknya keadilan dan kepastian

hukum, Tergugat II mohon agar Majelis Hakim menyatakan

Gugatan Penggugat Tidak Dapat Diterima (niet ontvankelijk

verklaard / NO);

6. Amar Putusan Pengadilan Tingkat Pertama

(Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

Nomor : 31/Hak Cipta /2010 /PN.Niaga. Jkt.Pst)

DALAM EKSEPSI :

- Menyatakan eksepsi Tergugat I dan Tergugat II tidak dapat diterima ;

DALAM POKOK PERKARA :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;

2. Menyatakan Penggugat sebagai Pencipta dan Pemegang Hak Cipta atas

logo CAP KAKI TIGA ;

3. Menyatakan Tergugat II telah melakukan itikad tidak baik dalam

mendaftarkan Hak Cipta logo CAP KAKI TIGA ;

Page 93: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

81

4. Membatalkan pendaftaran atas nama Tergugat I dan Tergugat II dalam

Daftar Hak Cipta dengan nomor Pendaftaran 015649 ;

5. Memerintahkan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI u.b.

Direktrat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, u.b. Direktur Hak Cipta,

Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Rahasia Dagang,

beralamat di Jalan Daan Mogot Km. 24 Tangerang untuk memperbaiki

Pendaftaran Hak Cipta No. 015649 pada Daftar Umum Ciptaan ;

6. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp

641.000, - (enam ratus empat puluh satu ribu rupiah) ;

7. Alasan Pengajuan Kasasi

7.1. Dalam Eksepsi

Judex Facti salah dalam menerapkan hukum

Termohon Kasasi / dahulu Penggugat tidak berkapasitas untuk

mengajukan gugatan ;

7.1.1 Bahwa Pemohon Kasasi sangat keberatan terhadap Putusan

Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat daIam Perkara No.

31/Hak Cipta/2010/PN.Niaga.Jkt.Pst dan menolak dengan tegas

putusan tersebut karena Judex Facti salah atau keliru dalam

menerapkan hukum dan bertentangan dengan hukum yang berlaku

sehingga tidak memenuhi rasa keadilan ;

Page 94: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

82

7.1.2 Bahwa keberatan Pemohon Kasasi sangatlah beralasan, karena

setelah membaca secara seksama, dan setelah mempelajari isi

putusan, Pemohon Kasasi / dahulu Tergugat yakin bahwa Judex

facti Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah melanggar hukum yang

berlaku karena membenarkan pemikiran dan dalil yang

dikemukakan oleh Termohon Kasasi /dahulu Penggugat dengan

mempertimbangkan hukum yang keliru ;

7.1.3 Bahwa dalam hal ini Judex facti telah salah dalam pertimbangan

hukum karena tanpa mempertimbangkan eksepsi Tergugat I dan

Tergugat II dan langsung menolak eksepsi Tergugat I dan

Tergugat II dengan alasan eksepsi tersebut merupakan materi dan

langsung masuk pokok perkara padahal Penggugat mengakui telah

menggunakan lukisan Badak dan Cap Kaki Tiga tanpa di dukung

bukti maupun penjelasan yang akurat, karena dalam hal ini SENI

LUKlS ETIKET merupakan hasil ciptaan Pemohon Kasasi /

dahulu Tergugat II bersama Tergugat I yang orisinil (asli) yang

mana telah jelas di dalam undang undang No. 19 Tahun 2002

tentang Hak Cipta dimana mengenai Orisinil (keaslian) di sini

adalah sesuatu yang berasal dari sumber asal orang yang membuat

atau yang menciptakan atau sesuatu yang langsung di temukan

oleh orang yang dapat membuktikan sumber asalnya ;

Page 95: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

83

7.1.4 Bahwa oleh karena Penggugat / Termohon Kasasi tidak cukup

bukti untuk dinyatakan sebagai Pencipta maupun Pemegang Hak

Cipta maka secara hukum tidak berkualitas untuk mengajukan

gugatan pembatalan Hak Cipta dalam sengketa sekarang ini.

Sebab, berdasarkan ketentuan Pasal 42 jo Pasal 2 ayat (1)

Undang- Undang No. 19 Tahun 2002 yang dimaksud Pihak Lain

adalah Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Dengan demikian

sudah sepatutnya Gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet

ontvanke lijk verk laard / NO);

7.2 DALAM POKOK PERKARA

7.2.1 Bahwa Judex facti telah salah di dalam pertimbangan hukum

maupun penerapan hukum Hak Cipta terlihat dimana hal yang

mengenai pendaftran Hak Cipta sama sekali tidak

dipertimbangkan, dalam hal ini seharusnya Judex facti

mempertimbangkan azas atau prinsip dasar sebagaimana

disebutkan di dalam penjelasan umum Undang-undang No :

19/2002 tentang Hak Cipta yaitu :

"Perlindungan Hak cipta tidak diberikan kepada ide atau gagasan

karena karya cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat

pribadi dan menunjukkan keaslian/orisinil sebagai ciptaan atau

keahlian yang lahir berdasarkan kemampuan, kreatifitas, atau

keahlian sehingga ciptaan itu dapat dilihat, dibaca dan didengar”

Page 96: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

84

7.2.2 Bahwa dengan dipenuhinya azas orisinil (keaslian) dari ciptaan

Pemohon Kasasi / dahulu Tergugat I berupa seni lukis dengan

judul "SENI LUKIS ETIKET LARUTAN PENYEGAR CAP

KAKI TIGA", maka diterimanya pendaftaran ciptaan milik

pemohon kasasi berturut-turut dengan No. 015649 tersebut,

adalah sudah tepat dan sesuai memenuhi persyaratan / ketentuan

hukum yang berlaku, khususnya Undang-Undang no. 19 tahun

2002 tentang Hak Cipta ;

7.2.3 Bahwa ternyata Judex Facti telah salah dalam menafsirkan azas

orisinil / keaslian dari suatu ciptaan yang jelas-jelas merupakan

persyaratan mutlak dalam pendaftaran Hak Cipta, prinsip dasar

dalam pendaftaran Hak Cipta adalah orisinil atau tidaknya suatu

ciptaan yang diajukan pendaftarannya maka Pemohon Kasasi /

dahulu Tergugat I telah dapat membuktikan bahwa ciptaannya

benar-benar asli (orisinil), dan sudah sepatutnya serta sewajarnya

ciptaan Pemohon Kasasi tersebut mendapat perlindungan hukum

di Indonesia ;

7.2.4 Bahwa dengan demikian dalil Termohon Kasasi/dahulu

Penggugat yang mengaku sebagai pihak yang pertama kali

mengumumkan ( to make publik ) logo CAP KAKl TIGA tidak

dapat dianggap dialah yang menciptakan logo tersebut, dengan

kata lain orang yang mengumumkan belum tentu yang

Page 97: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

85

menciptakan dan tidak dapat dianggap sebagai yang menciptakan.

Dalam hal ini dan dalam banyak kasus dapat saja seseorang

mengumumkan, menggunakan, menyebarluaskan suatu karya

cipta orang lain sebelum si Pencipta mendaftarkan ciptaannya

tersebut, atau bahkan ciptaan tersebut tidak di daftarkan oleh

Penciptanya. Dengan demikian Termohon Kasasi l dahulu

Penggugat adalah tidak benar sebagai Pencipta atau Pemegang

Hak Cipta dari objek yang jadi sengketa dalam parkara a quo yang

berupa "SENI LUKIS ETIKET"

Pertimbangan hukum semacam itu jelas suatu penerapan hukum

yang salah, karena orang/pihak yang menggunakan atau

mengumumkan saja suatu ciptaan tidak dapat dianggap sebagai

Pencipta.

8. Pertimbangan Hukum Mahkamah Agung

8.1. Bahwa Termohon Kasasi tidak mempunyai bukti sebagai Pemegang Hak

Cipta dari Negara Singapura dan atau Negara lain atas hak cipta logo

“Cap Kaki Tiga” ;

8.2. Termohon Kasasi tidak dapat membuktikan sebagai pencipta logo “Cap

Kaki Tiga”, hal mana sesuai dengan Pasal 5 UU No. 19 Tahun 2002

tentang Hak Cipta, Pasal a dan b, Termohon Kasasi bukan sebagai

Pencipta;

Page 98: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

86

8.3. Bahwa Judex Facti salah dalam menerapkan hukum, membatalkan

pendaftaran Hak Cipta atas merek Cap Kaki Tiga sebagaimana tersebut

dalam daftar No. 15649 tanggal 1 Maret 1996 ;

a. Baik Penggugat maupun Tergugat I dan II berdasarkan daftar tersebut

adalah sebagai pencipta dan pemegang Hak Cipta atas seni lukis etiket

Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga sehingga tidak ada alasan yang dapat

dibenarkan bahwa Penggugat mengajukan gugatan terhadap Tergugat I

dan II untuk pembatalan;

b. Bahwa pendaftaran yang dilakukan dari Tergugat adalah sebagai

tindak lanjut dari kesepakatan tanggal 8 Februari 1978 antara

Penggugat dan Tergugat yang pada pokoknya Tergugat harus

mengatur daftar merek dagang dan hak ciptanya, sehingga tidak ada

alasan untuk menyebut perbuatan Tergugat sebagai perbuatan yang

tidak beritikad baik ;

c. Bahwa Penggugat dalam perkara a quo tidak mengajukan data bukti

formil sebagai pencipta dan pemegang Hak Cipta dari merek Kaki

Tiga, selama dari pendaftaran yang dilakukan bersama dengan

Tergugat telah menunjukkan bahwa Kaki Tiga sudah banyak

digunakan dalam berbagai hal ;

d. Bahwa pendaftaran Hak Cipta No. 015649 dilakukan pada tanggal 1

Maret 1996 dan telah diketahui oleh Penggugat karena Tergugat selalu

Page 99: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

87

mengurus Produk yang ada pada Penggugat sehingga gugatan sudah

lewat waktu karena telah berlalu selang 14 tahun ;

e. Dengan alasan tersebut Penggugat tidak berkualitas untuk mengajukan

gugatan pembatalan pendaftaran yang telah dilakukan secara resmi

secara hukum yang berlaku di Indonesia ;

9. Diktum Putusan Mahkamah Agung

MENGADILI

1. Mengabulkan Permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi I : PT.

SINDE BUDI SENTOSA, dan Pemohon Kasasi II : BUDI

YUWONO;

2. Membatalkan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat Nomor : 31/Hak Cipta /2010 /PN.Niaga. Jkt.Pst ;

MENGADILI SENDIRI

DALAM EKSEPSI

Menolak eksepsi para Tergugat ;

DALAM POKOK PERKARA

1. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima

2. Menghukum Penggugat untuk membayar perkara sebesar

Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah)

Page 100: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

88

B. Pembahasan

Karya cipta merupakan hasil karya dari seseorang atau beberapa orang

yang dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta. Menurut Endang Purwaningsih,

ciptaan atau hasil karya adalah ciptaan atau hasil karya Pencipta dalam segala

bentuk yang menunjukan keasliannya dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan

sastra.93

Karya Cipta yang dilindungi secara tegas diatur dalam Pasal 12 Undang-

undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Menurut Pasal 12 Undang-Undang Hak Cipta, ciptaan yang dilindungi

adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang

mencakup :

a. Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis

yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain

b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu

c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu

pengetahuan

d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks

e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan

pantomime

f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir,

seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan

g. Arsitektur

93

Endang Purwaningsih, Op.cit. hal. 2.

Page 101: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

89

h. Peta

i. Seni batik

j. Fotografi

k. Sinematografi

l. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain

dari hasil pengalihwujudan.

Undang-Undang Hak Cipta memberikan pengertian dan penjelasan dari

berbagai jenis ciptaan yang telah disebutkan di atas, diantaranya sebagai berikut :

a. Susunan perwajahan karya tulis atau typhographical arrangement,

yaitu aspek seni dan estetika pada susunan dan bentuk penulisan karya

tulis. Hal ini antara lain mencakup format, hiasan, warna, dan susunan

atau letak huruf yang secara keseluruhan menampilkan wujud yang

khas.

b. Ciptaan lain yang sejenis, yaitu ciptaan-ciptaan yang belum

disebutkan, tetapi dapat disamakan dengan ciptaan, seperti ceramah,

kuliah, dan pidato.

c. Alat peraga adalah ciptaan yang berbentuk dua atau pun tiga dimensi

yang berkaitan dengan geografis, topografi, arsitektur, biologi, atau

ilmu pengetahuan lain.

Page 102: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

90

d. Lagu atau musik diartikan sebagai karya yang bersifat utuh, sekali

pun terdiri atas unsur lagu atau melodi; syair atau lirik, dan

aransemennya, termasuk notasi.

e. Gambar, antara lain meliputi: motif, diagram, sketsa, logo, dan bentuk

huruf indah, di mana gambar tersebut dibuat bukan untuk tujuan

desain industri. Kolase diartikan sebagai komposisi artistik yang

dibuat dari berbagai bahan (misalnya dari kain, kertas, dan kayu) yang

ditempelkan pada permukaan gambar.

f. Arsitektur, antara lain meliputi: seni gambar bangunan, seni gambar

miniatur, dan seni gambar maket bangunan.

g. Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan/atau buatan

manusia yang berada di atas atau pun di bawah permukaan bumi yang

digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu.

h. Batik yang dibuat secara konvensional dilindungi dalam undang-

undang ini sebagai bentuk ciptaan tersendiri. Karya-karya tersebut

memperoleh perlindungan karena mempunyai nilai seni, baik pada

ciptaan motif, gambar, maupun komposisi warnanya. Pengertian seni

batik juga diterapkan pada karya tradisional lainnya yang merupakan

kekayaan bangsa Indonesia yang terdapat di berbagai daerah, seperti

seni songket, ikat, dan lain-lain yang dewasa ini terus dikembangkan.

i. Karya sinematografi, yaitu ciptaan yang merupakan media komunikasi

massa gambar bergerak (moving images), antara lain film dokumenter,

Page 103: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

91

film iklan, reportase atau film cerita yang dibuat dengan scenario, dan

film kartun. Karya ini dibuat dalam pita seluloid, pita video, piringan

video, cakram optic, dan/atau media lain yang memungkinkan untuk

dipertunjukkan di bioskop, di layar lebar, ditayangkan di televise, atau

media lainnya.

j. Bunga Rampai, meliputi ciptaan dalam bentuk buku yang berisi

kumpulan berbagai karya tulis pilihan; himpunan lagu-lagu pilihan

yang direkam dalam satu kaset, cakram optic, atau media lainnya, serta

komposisi dari berbagai karya tari pilihan.

k. Database diartikan sebagai kompilasi data dalam bentuk apa pun yang

dapat dibaca oleh mesin (komputer) atau dalam bentuk lain, di mana

karena alasan pemilihan atau pengaturan atas isi data itu merupakan

kreasi intelektual. Perlindungan terhadap database diberikan dengan

tidak mengurangi hak pencipta lain yang ciptaannya dimasukkan

dalam database tersebut.

l. Pengalihwujudan adalah pengubahan bentuk, misalnya dari bentuk

patung menjadi lukisan, cerita roman menjadi drama, atau film dan

lain-lain.

Menurut Saidin, Hak Cipta semula terkandung di alam pikiran, di alam

ide, namun untuk dapat dilindungi harus ada wujud nyata dari alam ide

Page 104: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

92

tersebut.94

Misalnya, untuk karya seni harus sudah menjelma dalam bentuk

lukisan, penggalan irama lagu atau musik.

Berdasarkan hasil penelitian Nomor 4.2.1, 5.1.1, 7.1.3, 7.2.4 tentang Seni

Lukis Etiket Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga apabila dihubungkan dengan Pasal

12 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, pendapat Endang

Purwaningsih, dan pendapat Saidin maka dapat dideskripsikan bahwa Seni Lukis

Etiket Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga merupakan Karya Cipta dan dilindungi

oleh Undang-undang Hak Cipta karena seni lukis etiket tersebut tergolong ke

dalam seni yang berupa seni rupa. Seni lukis etiket tersebut juga sudah bukan

merupakan ide dan sudah menjadi wujud nyata sehingga dapat dikategorikan

sebagai karya cipta.

Seseorang atau beberapa orang yang menciptakan karya cipta disebut

sebagai Pencipta. Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 19 Tahun

2002 tentang Hak Cipta, pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara

bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan

kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang

dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.

Menurut Yusran Isnaini, Hak Cipta dari suatu karya cipta dapat dimiliki

oleh lebih dari satu orang karena seseorang dapat bekerja sama dengan orang lain

dalam menghasilkan suatu karya cipta.95

94

Saidin, Op.cit, hal. 59. 95

Yusran Isnaini, Op.cit. hal. 14.

Page 105: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

93

Menurut Tomi Suryo Utomo, untuk dapat disebut sebagai pencipta

seseorang harus mempunyai kemampuan dan skill yang memungkinkan

seseorang atau beberapa orang dianggap sebagai pencipta.96

Menurut Adrian Sutedi, Pendaftaran Hak Cipta bukanlah untuk

memperoleh perlindungan Hak Cipta. Artinya seorang pencipta yang tidak

mendaftarkan Hak Cipta atas karya ciptanya juga mendapatkan perlindungan

asalkan ia benar-benar sebagai Pencipta suatu ciptaan tertentu.97

Perlindungan

Hukum hak cipta dikenal dengan sistem deklaratif, yaitu negara melindungi

ciptaan secara otomatis setelah terlahir suatu ciptaan tanpa harus didahului

dengan pendaftaran.

Menurut Adrian Sutedi, meskipun Hak Cipta tidak memerlukan

Pendaftaran dan bersifat otomatis, namun demikian dianjurkan kepada Pencipta

maupun Pemegang Hak Cipta untuk mendaftarakan ciptaannya, karena Surat

Pendaftaran Ciptaan tersebut dapat dijadikan sebagai bukti awal di Pengadilan

apabila timbul sengketa di kemudian hari terhadap ciptaannya itu.98

Pemegang hak cipta tidak selalu menjadi Pencipta. Pemegang hak cipta

adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, pihak lain yang menerima hak cipta

dari pencipta atau pihak lain yang menerima lebih lanjut dari pihak tersebut.

96

Tomi Suryo Utomo, Loc.cit. 97

Adrian Sutedi. Loc.cit. 98

Ibid.

Page 106: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

94

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta mengatur

mengenai siapa yang dapat disebut Pencipta Pada Pasal 5 sampai dengan Pasal 9.

Pada prinsipnya, pencipta adalah sebagai berikut :

a. Orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada

Direktorat Jenderal atau orang yang namanya disebut dalam ciptaan

atau diumumkan sebagai pencipta pada suatu ciptaan.

b. Kecuali terbukti sebaliknya, pada ceramah yang tidak menggunakan

bahan tertulis dan tidak ada pemberitahuan siapa penciptanya, orang

yang berceramah dianggap sebagai pencipta ceramah tersebut

c. Jika suatu ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang

diciptakan oleh dua orang atau lebih, yang dianggap sebagai pencipta

ialah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh

ciptaan itu, atau dalam hal tidak ada orang tersebut, yang dianggap

sebagai pencipta adalah orang yang menghimpunnya dengan tidak

mengurangi hak cipta masing-masing atas bagian ciptaannya itu.

d. Jika suatu ciptaan yang dirancang seseorang, kemudian diwujudkan

dan dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan

orang yang merancang, maka penciptanya adalah orang yang

merancang ciptaannya tersebut.

e. Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain

dalam lingkungan pekerjaannya, pemegang hak cipta adalah pihak

yang untuk dan dalam dinasnya ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada

Page 107: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

95

perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak

pencipta apabila penggunaan ciptaan itu diperluas sampai ke luar

hubungan dinas lain berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam

hubungan dinas.

f. Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan

pesanan, pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai

pencipta dan pemegang hak cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain

antara kedua pihak.

g. Jika suatu badan hukum mengumumkan bahwa ciptaan berasal dari

padanya dengan tidak menyebut seseorang sebagai penciptanya, badan

hukum tersebut dianggap sebagai penciptanya, kecuali jika terbukti

sebaliknya.

Hak-hak yang dimiliki oleh pencipta dan pemegang hak cipta secara

umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu :99

1. Hak Ekonomi (Economic Rights)

Hak Ekonomi adalah hak yang dimiliki oleh pencipta atau pemegang

hak cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari ciptaannya yang

terdiri dari hak untuk :

a. Memproduksi karya dalam segala bentuk

b. Mengedarkan perbanyakan karya kepada publik

c. Menyewakan perbanyakan karya

99

Tomi Suryo Utomo, Op.cit, hal.88.

Page 108: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

96

d. Membuat terjemahan atau adaptasi

e. Mengumumkan karya kepada publik.

2. Hak Moral (Moral Rights)

Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku

yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun,

walaupun hak cipta ataupun hak terkait telah dialihkan. Ada dua jenis

hak moral, yaitu :

a. Hak untuk diakui sebagai pencipta (authorship rights atau

paternity right)

Jika karya dari seorang pencipta diperbanyak, diumumkan atau

dipamerkan dihadapan publik, nama pencipta harus tercantum

pada karya tersebut.

b. Hak keutuhan karya (the right to protect the integrity of the work)

Hak Keutuhan karya ini akan mencegah tindakan perubahan

terhadap ciptaan yang berpotensi merusak reputasi dan kehormatan

pencipta. Perubahan tersebut dapat berupa : pemutarbalikan,

pemotongan, perusakan, dan penggantian yang berhubungan

dengan karya cipta.

Menurut Henry Soelistyo, penentuan mengenai siapa yang dimaksud

sebagai pencipta lebih dirujukkan pada pedoman yang tertulis secara formal.

Apabila terjadi sengketa mengenai kepemilikan Hak Cipta, maka yang pertama-

Page 109: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

97

tama digunakan sebagai rujukan adalah orang yang namanya terdaftar dalam

Daftar Umum Ciptaan.100

Pasal 5 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta berisi

ketentuan:

i. Kecuali terbukti sebaliknya, yang dianggap sebagai Pencipta adalah:

a. Orang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada

Direktorat Jenderal ; atau

b. Orang yang namanya disebut dalam Ciptaan atau diumumkan

sebagai Pencipta pada Suatu Ciptaan.

ii. Kecuali terbukti sebaliknya, pada ceramah yang tidak menggunakan

bahan tertulis dan tidak ada pemberitahuan siapa Penciptanya,

orang yang berceramah dianggap sebagai Pencipta ceramah

tersebut.

Berdasarkan Hasil penelitian 2.8, 3.4, 3.6, 4.1.2, dan 5.2.2 tentang

Pencipta maupun Pemegang Hak atas Ciptaan Seni Lukis Etiket Larutan

Penyegar Cap Kaki Tiga, apabila dihubungkan dengan Pasal 5 ayat (1) huruf a

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan pendapat Henry

Soelistyo maka dapat dideskripsikan bahwa Wen Ken Drug Co Pte Ltd, PT.

Sinde Budi Sentosa, dan Budi Yuwono disebut sebagai Pencipta atas Seni Lukis

Etiket Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga yang terdaftar dalam Daftar Umum

100

Henry Soelistyo, Op.cit¸ hal. 65.

Page 110: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

98

Ciptaan dari Pendaftaran Hak Cipta Nomor 15649 tanggal 1 Maret 1996 karena

nama mereka terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan.

Pencipta yang telah menciptakan suatu karya cipta yang telah berwujud

maka Pencipta tersebut mempunyai Hak Cipta dari karya cipta tersebut.

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang

Hak Cipta, Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak

untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin

untuk itu dengan tidak mengurangi batasan-batasan menurut perundang-

undangan.

Menurut Saidin, Eksklusif bersifat khusus, spesifik, unik. Keunikannya

sesuai dengan sifat dan cara melahirkan hak tersebut.101

Tidak semua orang dapat

menjadi seorang peneliti, komponis, atau sastrawan. Hanya orang-orang tertentu

yang diberikan kecerdasan intelektual yang dapat berkreasi untuk menghasilkan

karya cipta.102

Menurut Sudaryat, Hak Eksklusif adalah hak yang hanya dimiliki oleh

pemilik HKI dan tidak seorangpun berhak menikmatinya tanpa izin

pemiliknya.103

Menurut Yusran Isnaini, Pencipta diberikan Hak khusus ini didasarkan

pada adanya kemampuan pencipta untuk menghasilkan keaslian kreativitas

101

Sidin, Op.cit, hal. 59. 102

Ibid. 103

Sudaryat, dkk, Op.cit, hal.18.

Page 111: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

99

sebagai individu.104

Bentuk khas yang dimaksud adalah perwujudan ide dan

pikiran pencipta ke dalam bentuk karya materi yang dapat dilihat, didengar,

diraba, dan dibaca oleh orang lain.105

Hak Cipta sebagai Hak Kebendaan. Prof. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan

memberikan rumusan tentang hak kebendaan yakni :”hak mutlak atas suatu

benda dimana hak itu memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda dan

dapat dipertahankan terhadap siapapun juga”.106

Ciri pokok Hak Kebendaan yaitu :107

a. Merupakan hak yang mutlak, dapat dipertahankan terhadap

siapapun juga

b. Mempunyai zaakgevilog atau droit de suite (hak yang mengikuti).

Artinya hak itu terus mengikuti bendanya di mana pun juga dan

dalam tangan siapapun benda itu berada. Hak ini terus mengikuti

orang yang mempunyainya

c. Sistem yang dianut dalam hak kebendaan di mana terhadap yang

lebih dahulu terjadi mempunyai kedudukan dan tingkat yang lebih

tinggi daripada yang terjadi kemudian.

d. Mempunyai sifat droit de preference (hak yang didahulukan)

e. Adanya yang dinamakan gugat kebendaan.

104

Yusran Isnaini,Op.cit, hal. 2 105

Ibid. 106

Saidin, Op.cit, hal. 49. 107

Ibid.

Page 112: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

100

f. Kemungkinan untuk dapat memindahkan hak kebendaan itu dapat

secara sepenuhnya dilakukan.

Jika kita kaitkan dengan Hak Cipta maka dapatlah dikatakan bahwa Hak

Cipta itu sebagai hak kebendaan. Pandangan ini dapat disimpulkan dalam

rumusan Pasal 1 Undang-undang Hak Cipta Indonesia yang menyatakan bahwa

Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk

mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu

dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.108

Hal ini menunjukan bahwa hak cipta itu hanya dapat

dimiliki oleh si pencipta atau si penerima hak. Hanya namanya yang disebut

sebagai Pencipta atau Pemegang Hak Cipta yang boleh menggunakan hak cipta

dan ia dilindungi dalam penggunaan haknya terhadap subjek lain yang

mengganggu atau menggunakannya tidak dengan cara yang diperkenankan oleh

aturan hukum.109

Pasal 499 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata memberikan batasan

tentang rumusan benda, menurut pasal tersebut, benda adalah tiap-tiap barang

dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai hak milik. Hak cipta termasuk dalam benda

sehingga dapat menguasai hak ciptanya sebagai hak milik. Hak Cipta merupakan

108

Ibid, hal. 50. 109

Ibid.

Page 113: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

101

Hak Kekayaan yang termasuk dalam cakupan benda tidak berwujud (benda tidak

bertubuh).

Hak milik immaterial termasuk ke dalam hak yang disebut pasal 499

KUH Perdata. Oleh sebab itu, hak milik immaterial itu sendiri dapat menjadi

objek dari sesuatu hak benda.110

Hak benda adalah hak absolut atas sesuatu

benda, tetapi ada hak absolut yang objeknya bukan benda berwujud (barang).

Itulah yang disebut dengan nama hak milik intelektual (intellectual property

rights).111

Berdasarkan Hasil penelitian 2.8, 3.4, 3.6, 4.1.2, dan 5.2.2 tentang

pendaftaran ciptaan atas nama Wen Ken Drug Co Pte Ltd, PT. Sinde Budi

Sentosa, dan Budi Yuwono yang terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan dari

Pendaftaran Hak Cipta Nomor 15649 tanggal 1 Maret 1996, apabila dihubungkan

dengan ketentuan Pasal 5 ayat (1) huruf a dan Pendapat Henry Soelistyo maka

dapat dideskripsikan bahwa Wen Ken Drug Co Pte Ltd, PT. Sinde Budi Sentosa,

dan Budi Yuwono adalah Pencipta dan sebagai pemilik hak cipta atas Seni Lukis

Etiket Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga sehingga mendapatkan perlindungan

hukum atas karya ciptanya dan mempunyai hak eksklusif terhadap karya

ciptanya tersebut. Hak Cipta tersebut merupakan hak kebendaan yang

mempunyai sifat khusus dan hanya dapat dimiliki oleh si pencipta atau si

penerima hak. Hanya namanya yang disebut sebagai Pemilik atau pemegang hak

110

Ibid, hal. 53. 111

Ibid.

Page 114: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

102

cipta yang boleh menggunakan hak cipta dan ia dilindungi dalam penggunaan

haknya terhadap subjek lain yang mengganggu atau menggunakannya tidak

dengan cara yang diperkenankan oleh aturan hukum.

Undang-undang Hak Cipta mengatur mengenai Pembatalan dan

Penghapusan Hak Cipta. Pembatalan Hak Cipta diatur dalam Pasal 42 Undang-

undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang berisi ketentuan :

Dalam hal ciptaan didaftar menurut Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) serta

Pasal 39, pihak lain yang menurut Pasal 2 berhak atas Hak Cipta dapat

mengajukan gugatan pembatalan melalui Pengadilan Niaga.

Pasal 2 Undang-Undang Hak Cipta, menentukan:

1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang

Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya,

yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa

mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

2. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan

Program Komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau

melarang orang lain yang tanpa persetujuannya menyewakan

Ciptaan tersebut untuk kepentingan yang bersifat komersial.

Menurut Pasal 42 Undang-undang Hak Cipta, “…pihak lain yang

menurut Pasal 2 berhak atas Hak Cipta…”. Berdasarkan kata “berhak atas hak

Page 115: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

103

cipta” merupakan arti dari pihak lain yang dimaksud dalam Pasal ini yaitu orang

yang sebenarnya seorang Pencipta dari suatu karya tetapi karya tersebut tidak

didaftarkan atas namanya.

Menurut Henry Soelistyo, dalam hal ciptaan didaftar tidak sesuai dengan

nama Pencipta atau pihak yang berhak, maka pihak yang berhak atas Hak Cipta

tersebut dapat mengajukan gugatan pembatalan melalui Pengadilan Niaga. 112

Menurut Henry Soelistyo, Pengaturan gugatan pembatalan pendaftaran

Hak Cipta tersebut pada dasarnya merupakan manifestasi dari jaminan

perlindungan Hak Moral. Ciptaan yang terdaftar atas nama orang selain pencipta

atau pemegang Hak Cipta, pendaftaran itu harus dibatalkan. Caranya dengan

mengajukan gugatan Pembatalan ke Pengadilan Niaga untuk meluruskan status

kepemilikannya pada pencipta yang sebenarnya.113

Menurut Adrian Sutedi, Beban pembuktian di Pengadilan pada pundak

pihak lain, bukan pada pundak pihak yang telah mendaftarkan Hak Cipta.114

Berdasarkan Hasil Penelitian Nomor 2.11, 4.1.1, 5.2.1 7.1.4, tentang

Pembatalan Hak Cipta Seni Lukis Etiket Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga, yang

dimaksud pihak lain dalam Pasal 42 adalah Pencipta atau Pemegang Hak Cipta,

apabila dihubungkan dengan Pasal 42 Undang-undang Hak Cipta, Pasal 2

Undang-undang Hak Cipta, pendapat Henry Soelistyo dan pendapat Adrian

Sutedi maka dapat dideskripsikan bahwa Putusan Hakim dalam Putusan

112

Henry Soelistyo, Loc.cit. 113

Ibid. 114

Adrian Sutedi, Loc.cit.

Page 116: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

104

Mahkamah Agung Nomor 768 K/Pdt.Sus/2010 yang menolak gugatan Penggugat

karena Wen Ken Drug Co Pte Ltd, PT. Sinde Budi Sentosa dan Budi Yuwono

sama-sama terdaftar sebagai Pencipta dan Pemegang Hak Cipta atas Seni Lukis

Etiket Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga sebagai suatu kesatuan sudah sesuai

sehingga Wen Ken Drug Co Pte Ltd tidak bisa menggugat Pembatalan karena

sama saja dengan menggugat dirinya sendiri dan Wen Ken Drug Co Pte Ltd

bukan pihak lain yang dimaksud dalam Pasal 42 Undang-undang Hak Cipta.

Pasal 44 Undang-undang Hak Cipta lebih tepat digunakan mengenai

Penghapusan Hak Cipta.

Pasal 44 Undang-undang Hak Cipta berisi Ketentuan :

Kekuatan hukum dari suatu pendaftaran Ciptaan hapus karena:

a. penghapusan atas permohonan orang atau badan hukum yang

namanya tercatat sebagai Pencipta atau Pemegang Hak Cipta;

b. lampau waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 30,

dan Pasal 31 dengan mengingat Pasal 32;

c. dinyatakan batal oleh putusan pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap.

Berdasarkan Hasil Penelitian diatas dimana Wen Ken Drug Co Pte Ltd

yang merupakan Pencipta dan Pemegang Hak Cipta mengajukan gugatan

pembatalan Hak Cipta lebih tepat mengajukan Penghapusan Hak Cipta karena

menurut Pasal 44 Undang-undang Hak Cipta huruf a, Penghapusan Hak Cipta

dapat dimohonkan oleh pencipta atau pemegang hak cipta.

Page 117: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

105

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

Putusan Mahkamah Agung Nomor 768 K/Pdt.Sus/2010 telah menerapkan

Pasal 42 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, hal ini

terlihat pada dibatalkannya Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat Nomor : 31/Hak Cipta /2010 /PN.Niaga. Jkt.Pst karena

Termohon Kasasi dan dahulu Penggugat yaitu Wen Ken Drug Co Pte Ltd

mengajukan gugatan Pembatalan hak cipta atas Seni Lukis Etiket Larutan

Penyegar Cap Kaki Tiga pada Pengadilan Niaga dan Wen Ken Drug Co Pte

Ltd terdaftar sebagai Pencipta dan Pemegang Hak Cipta atas Seni Lukis Etiket

Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga tersebut. Pasal 42 Undang-undang Nomor

19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta digunakan untuk Pencipta yang sebenarnya

menciptakan suatu karya tetapi hasil karyanya di daftarkan oleh Pihak lain dan

Wen Ken Drug Co Pte Ltd yang terdaftar sebagai Pencipta dan pemegang hak

cipta bukan merupakan pihak lain yang dimaksud dalam Pasal 42 Undang-

undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Page 118: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

106

B. Saran

Sebaiknya Wen Ken Drug Co Pte Ltd menggunakan Pasal 44 Undang-undang

Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan mengajukan Penghapusan

pendaftaran ciptaan kepada Pengadilan Niaga karena pada Pasal 44 Pencipta

dan Pemegang Hak Cipta dapat mengajukan Penghapusan ciptaan.

Page 119: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

107

DAFTAR PUSTAKA

Literatur

Damian, Eddy dan Tim Lindsey. 2006. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar.

Bandung : PT Alumni.

Djaja , Ermansyah. 2009. Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta: Sinar Grafika.

Gautama, Sudargo. 1990. Segi-Segi Hukum Hak Milik Intelektual. Bandung: PT

Eresco.

Hasyim, Farida. 2009. Hukum Dagang. Jakarta : Sinar Grafika.

Isnaini, Yusran. 2010. Buku Pintar HAKI. Bogor: Ghalia Indonesia.

____________. 2009. Hak Cipta dan Tantangannya di Era Cyber Space. Jakarta :

Ghalia Indonesia.

Naning, Ramdlon.1982. Perihal Hak Cipta Indonesia. Yogyakarta : Liberty.

Purwaningsih, Endang. 2005. Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights.

Bogor : Ghalia Indonesia.

Riswandi, Budi Agus dan M. Syamsudin. 2004. Hak Kekayaan Intelektual dan

Budaya Hukum. Jakarta : PT RajaGrafindo.

Saidin, 2003. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta : Raja Grafindo

Persada.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji. 1994. Penelitian Hukum Normatif, Suatu

Tinjauan Singkat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Page 120: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

108

Soelistyo, Henry. 2011. Hak Cipta Tanpa Hak Moral, Jakarta : PT RajaGrafindo

Persada.

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1989. Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri,

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Soenandar, Taryana. 2007. Perlindungan HAKI di Negara-negara ASEAN, Jakarta:

Sinar Grafika.

Sudaryat, dkk. 2010. Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta: Oase Media.

Sutedi, Adrian. 2009. Hak Atas Kekayaan Intelektual. Jakarta: Sinar Grafika.

Utomo, Tomi Suryo.2010. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Globa, Sebuah

Kajian Kontemporer. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4220).

Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.11.PR.07.06 Tahun

2003 tentang Penunjukan Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia untuk Menerima Permohonan Hak

Kekayaan Intelektual.

Peraturan Menteri Kehakiman Nomor: M.01-HC.03.01 Tahun 1987 tentang

Pendaftaran Ciptaan mengatur mengenai isi dari daftar umum ciptaan.

Page 121: SKRIPSI Disusun Oleh PRIMADHIA LERAI MARISTA E1A008215fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI PRIMADHIA... · dari sempurna, mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu

109

Internet

Hukumonline.com, Dasar Hukum Perubahan Istilah HAKI menjadi HKI, tersedia di

website http://alturl.com/hgowj, diakses tanggal 7 Juni 2012.

Kumham-jakarta.info, Persyaratan Permohonan Hak Cipta, tersedia di

website http://www.kumham-jakarta.info/info-layanan/hak-kekayaan-

intelektual/ persyaratan-hak-cipta, diakses pada tanggal 15 Juni 2012.

myblog-zurich.blogspot.com, 2oo8, Sejarah dan Perkembangan hak Kekayaan

Intelektual Indonesia, tersedia di website http://alturl.com/2cfy7, diakses

tanggal 7 Juni 2012.