HUKUM DAN DILEMA PENCITRAANNYA - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Hukum dan...

16
Jurnal Hukum Pro Justitia, Januari 2006, Volume 24 No.1 12 HUKUM DAN DILEMA PENCITRAANNYA (Transisi Paradigmatis Ilmu Hukum Dalam Teori dan Praktek) Agus Raharjo l Abstrak: Hukum Indonesia, khususnya penegakan hukum, dicitrakan dengan istilah yang mengandung konotasi negatif. Penilaian ini tak lepas dari praktek dan pengembangan ilmu hukum yang berorientasi pada hukum modern yang nyata-nyata telah mengalami kegagalan dalam memberikan kepuasan (keadilan) kepada masyarakat. Kegagalan modernisme dalam membentuk tatanan sosial (dan juga hukum) disebabkan karena adanya ketimpangan pada pilar regulasi dan pilar emansipasi sebagai penyangga modernisme. Janji -janji dari kaum modernis tak dapat diwujudkan, demikian juga janji -janji dari hukum modern yang tak bisa diberikan pada masyarakat. Hukum modern telah menciptakan teror dan horor pada masyarakat yang mengakibatkan mereka (masyarakat) enggan berurusan dengan aparat penegak hukum dalam sistem peradilan pidana. Saat ini modernisme telah bergeser ke postmodernisme, dan perkembangan hukumpun telah bergeser ke sana. Teori chaos dalam fisika dapat dipakai sebagai model yang bagus untuk membentuk sebuah teori alternatif bagi pengembangan ilmu dan praktek hukumnya menjadi Chaos Theory of Law. Dengan menggunakan pendekatan baru dalam memahami dan membentuk tatanan sosial, keharmonisan antara pilar regulasi dan pi lar emansipasi menjadi suatu keharusan. Jika kedua pilar tersebut dapat berjalan harmonis dan terwujud, khususnya dalam pembentukan hukum (dalam arti teoritis ilmu hukum maupun pembuatan undang-undang) maupun dalam pelaksanaannya maka hukum akan benar-benar memberikan kebahagiaan. Pada saat itulah masyarakat dan semua aspek dari sistem peradilan pidana akan mengalami apa yang disebut dengan istilah Jouissance. Kata kunci: hukum modern, modernisme, postmodernisme, chaos theory of law. PENDAHULUAN Kita sekarang hidup dalam dunia citra, dan mau tidak mau dalam memandang dan berpendapat tentang hukum (baik sebagai ilmu maupun praktek), kita juga melihat pada citra yang ada dan dibangun oleh hukum (baik sebagai lembaga maupun pranata) ditampilkan melalui media massa. Realitas yang ada tentang hukum mempresentasikan produk atau jasa Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto. (prestasi atau kegagalan) yang telah dilakukan oleh lembaga penegak hukum selama ini, dan citra lebih mem - proyeksikan value dari prestasi atau kegagalan itu. Sayang sekali kondisi hukum Indonesia dicitrakan dengan istilah kebusukan hukum 2 . Citra yang Istil ah ini berasal dari Dato Param Cumaraswamy seorang utusan khusus PBB. Hal ini diperkuat dengan hasil jajak pendapat dari Political Economic Risk Consultancy (PERC) yang menyatakan bahwa sistem peradilan dan kepolisian di Indonesia termasuk yang terburuk di Asia, skornya 9, 83 dengan nilai terburuk 10. Baca lebih jelas dalam Warning dari Cumaraswamy, Republika, Kamis 25 Juli 2002, Jakarta, hal. 5

Transcript of HUKUM DAN DILEMA PENCITRAANNYA - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Hukum dan...

Page 1: HUKUM DAN DILEMA PENCITRAANNYA - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Hukum dan Pencitraanya.pdf · deduksi dengan kekuatan logika telah mendapatkan tempat yang signifikan

Jurnal Hukum Pro Justitia, Januari 2006, Volume 24 No.1

12

HUKUM DAN DILEMA PENCITRAANNYA

(Transisi Paradigmatis Ilmu Hukum Dalam Teori dan Praktek)

Agus Raharjol

Abstrak: Hukum Indonesia, khususnya penegakan hukum, dicitrakan dengan istilahyang mengandung konotasi negatif. Penilaian ini tak lepas dari praktek danpengembangan ilmu hukum yang berorientasi pada hukum modern yang nyata-nyatatelah mengalami kegagalan dalam memberikan kepuasan (keadilan) kepadamasyarakat. Kegagalan modernisme dalam membentuk tatanan sosial (dan jugahukum) disebabkan karena adanya ketimpangan pada pilar regulasi dan pilaremansipasi sebagai penyangga modernisme. Janji-janji dari kaum modernis tak dapatdiwujudkan, demikian juga janji-janji dari hukum modern yang tak bisa diberikan padamasyarakat. Hukum modern telah menciptakan teror dan horor pada masyarakat yangmengakibatkan mereka (masyarakat) enggan berurusan dengan aparat penegakhukum dalam sistem peradilan pidana. Saat ini modernisme telah bergeser kepostmodernisme, dan perkembangan hukumpun telah bergeser ke sana. Teori chaosdalam fisika dapat dipakai sebagai model yang bagus untuk membentuk sebuah teorialternatif bagi pengembangan ilmu dan praktek hukumnya menjadi Chaos Theory ofLaw. Dengan menggunakan pendekatan baru dalam memahami dan membentuktatanan sosial, keharmonisan antara pilar regulasi dan pilar emansipasi menjadi suatukeharusan. Jika kedua pilar tersebut dapat berjalan harmonis dan terwujud, khususnyadalam pembentukan hukum (dalam arti teoritis ilmu hukum maupun pembuatanundang-undang) maupun dalam pelaksanaannya maka hukum akan benar-benarmemberikan kebahagiaan. Pada saat itulah masyarakat dan semua aspek dari sistemperadilan pidana akan mengalami apa yang disebut dengan istilah Jouissance.

Kata kunci: hukum modern, modernisme, postmodernisme, chaos theory of law.

PENDAHULUAN

Kita sekarang hidup dalam duniaci t ra, dan mau t idak mau dalammemandang dan berpendapat tentanghukum (baik sebagai ilmu maupunpraktek), kita juga melihat pada citrayang ada dan dibangun oleh hukum (baiksebagai lembaga maupun pranata)ditampilkan melalui media massa.Realitas yang ada tentang hukummempresentasikan produk atau jasa

Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas HukumUniversitas Jenderal Soedirman (Unsoed)Purwokerto.

(prestasi atau kegagalan) yang telah

dilakukan oleh lembaga penegak hukumselama ini, dan citra lebih mem-proyeksikan value dari prestasi ataukegagalan itu. Sayang sekali kondisihukum Indonesia dicitrakan denganistilah kebusukan hukum2. Citra yang

Istilah ini berasal dari Dato Param Cumaraswamyseorang utusan khusus PBB. Hal ini diperkuatdengan hasil jajak pendapat dari Political EconomicRisk Consultancy (PERC) yang menyatakan

bahwa sistem peradilan dan kepolisian di Indonesiatermasuk yang terburuk di Asia, skornya 9, 83 dengannilai terburuk 10. Baca lebih jelas dalam Warning dariCumaraswamy, Republika, Kamis 25 Juli 2002,

Jakarta, hal. 5

Page 2: HUKUM DAN DILEMA PENCITRAANNYA - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Hukum dan Pencitraanya.pdf · deduksi dengan kekuatan logika telah mendapatkan tempat yang signifikan

Jurnal Hukum Pro Justitia, Januari 2006, Volume 24 No.1

13

demikian tentu tidak salah karenakondisi hukum kita memang dalamkeadaan kritis dan parah3.

Kegagalan hukum modern dalammenyelesaikan persoalan di Indonesia4

disebabkan karena hukum modern Iebihmemperhatikan perlindungan kemerdekaan individu daripada sebagaipengan ta r kead i l a n 5 , dan Ieb ihmengutamakan struktur yang jelas,prosedural dan rigid. Ciri instrumentalda r i h uk um m odern ya i t u pe n g -gunaannya dengan sengaja untukmengejar tujuan-tujuan atau untukmengantarkan keputusan-keputusanpolitik, sosial, dan ekonomi yang diambiloleh negara6.

Hukum yang m enjad i ka j ianintelektual di Indonesia dari saat ituhingga berpuluh-puluh tahun kemudiansesungguhnya adalah apa yang disebutlawyer's law, law for the lawyers, atau lawfor the profesionals. Maka tidak meng-herankan, bahwa konsep hukum paraprofesionallah yang dominan, tidakhanya di kalangan mereka sendiri,m e l a i n k a n m e l u a s s a m p a i k emasyarakat. Dengan kata lain, bagimereka itu, yaitu lawyer's law adalahhukum yang sebenarnya. Berbicara

Kondisi Indonesia dalam rentang waktu tiga tahunini tidaklah berubah. lni dapat dilihat dari jajakpendapat yang diadakan oleh Kompas yangmenunjukkan bahwa kondisi penegakan hukum kitadalam keadaan titik kritis. Lihat lebih jelas padaKompas, 27 Juni 2005, Penegakan Hukum dalamTitik Kritis, hal. 7.Dengan mendasarkan pada pembatasan hukummodern sebagaimana dijelaskan Roberto M. Ungerdalam karyanya, Law in Modern Society Toward aCritism of Social Theory, Collier MacmillanPubl isher, London, 1976 dan sejarahperkembangan hukum di Indonesia, sistem hukumyang ada dan berlaku di Indonesia dapatdikelompokkan sebagai hukum modern.Satjipto Rahardjo, Supremasi Hukum yang Benar,Kompas, 6 Juni 2002.Wukir Prayitno, Modernitas Hukum BerwawasanIndonesia, CV.Agung, Semarang, 1990, hal. 39

mengenai hukum adalah berbicara

mengenai hukum para profesional itu. Diluar itu tidak ada hukum'.

Hukum (tatanan) berubah dariwaktu ke waktu. Kendati hukum sebagaitatanan politik itu sekarang dominan,tidak berarti hukum dalam ranah tatanantransendental maupun tatanan sosialtidak ada. Cuma saja, hukum dalamranah kedua tatanan yang disebutterakhir itu, selalu dipinggirkan. Inilahyang mengakibatkan hukum tidakmampu menjelaskan apa yang terjadi dimasyarakatnya dengan baik8. Tulisan inibermaksud hendak menjelaskan alasan-alasan (lebih tepatnya adalah salah satualasan) mengapa kondis i hukumIndonesia demikian memprihatinkandengan mendasarkan pada pandanganhistoris dan fururistik.

HUKUM MODERN DI INDONESIAIndonesia sebagai negara jajahan

Belanda tak dapat melepaskan diri dariproses transplantasi hukum Belanda.Disamping itu, politik hukum pemerintahkolonial Hindia Belanda menerapkanasas konkordansi dan asas ketunggalanhukum (een heidsbeginsel), dalambentuk penyusunan kodif ikasi danunif ikasi sebagai asas-asas politikhukum yang mengemuka pada abad ke19, bahkan berlangsung pasca kolonialHindia Belanda9.

7 Satjipto Rahardjo, Mengajarkan KeteraturanMenemukan Ketidak-teraturan (Teaching OrderFinding Disorder), Tigapuluh Tahun PerjalananIntelektual Dad Bojong ke Pleburan, Pidatomengakhiri masa Jabatan sebagai Guru BesarTetap pada FH Undip, Semarang, 15 Desember2000, hal. 7.

8 Ibid, hal. 8.9 Tentang bagaimana proses transplantasi hukum

kolonial ke hukum nasional ini dapat dilihat Iebihjelas dan lengkap pada Soetandyo Wignjosoebroto,Dad Hukum Kolonial Ke Hukum Nasional, DinamikaSosial-Politik dalam Perkembangan Hukum diIndonesia, Rajawali Press, Jakarta, 1994.

Page 3: HUKUM DAN DILEMA PENCITRAANNYA - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Hukum dan Pencitraanya.pdf · deduksi dengan kekuatan logika telah mendapatkan tempat yang signifikan

Jurnal Hukum Pro Justitia, Januari 2006, Volume 24 No.1

14

Dengan perkembangan hukumseperti itu, otomatis jenis hukum yangberkembang (dan juga diajarkan padapendidikan hukum) saat itu berupahukum modern". Oleh karenanya ilmuhukum yang berkembang adalah ilmuhukum dalam pengertian ius, balk iusm o d e l P e r a n c i s y a n g d i s e b u tcontinental/civil law system maupunmodel anglo saxon/common law systemyang membentuk yudisial yakni hakimdan lawyer. Sedangkan teori hukumyang mengemuka adalah teori hukumHans Kelsen, ditandai dengan masihmenguatnya aliran positivisme.

Pemikiran tentang hukum yangkemudian melahirkan positivisme, takdapat dipisahkan dari kehadiran negaramodern.11 Ciri khas dari aliran positivismepada hukum modern ini bertitik temupada formalitas,12 yang berlandaskanpada obyek real dan berangkat darideduksi dengan kekuatan logika telahmendapatkan tempat yang signifikanpada kaj ian teor i hukum. Hukumdipandang sebagai suatu institusi yangotonom dan murn i agar memi l i k ikekuatan sah dan mampu berlaku, makatak boleh dan tak akan dicampuri olehaspek non hukum baik politik, ekonomi,sosial bahkan moralitas.13 Teori hukum

10 Penjelasan mengenai karakteristik hukum moderndapat dilihat lebih jelas lihat pada Marc Galenter,The Modemitization of law, dalam modernization :the dynamics of growth, voice of america forumlectures, sebagaimana dikutip oleh Wukir Prayitno,Modernitas Hukum Berwawasan Indonesia, CV.Agung, Semarang, 1990, hal. 12.

11Satjipto Rahardjo, Rekontruksi Pemikiran op.cit,hal.4

12 Formalitas menurut Unger berarti tanda-tanda yangmembedakan suatu sistem hukum: usaha untuksuatu hukum yang general, otonom, publik danpositif. Roberto M. Unger, op.cit, hal. 203.

13 Dengan kata lain menurut Hans Kelsen, suatu teorihukum yang murni harus bersih dari politik, etika,sosiologi, sejarah,. Tugasnya ialah untukmengetahui semua yang essensial dan perlu untuk

positivistik berlatar belakang pada

liberalisme yakni menjunjung tinggi padak e m e r d e k a a n i n d i v i d u m a k aperlindungan hukum individu pentinguntuk diutamakan yang memunculkanrule of law.14

NASIB DAN CITRA HUKUM MODERNSEBAGAI SEBUAH HOROR

Hukum pada masa reformasi,diharapkan dapat menjawab tuntutanreformasi akan keadilan yang semakinjarang ditemukan. Tuntutan ini sangatwajar karena justru pada masa reformasiini hukum dalam keadaan abjeksi( d eg r e da s i , dem ora l i s as i ) yan gdisebabkan oleh ulah para pejabata taupun tokoh m asyaraka t yangberlindung di batik simbol dan asas-asashukum yang perlu direkonstruksi dan jugdidekonstruksi.

Di tengah keterpurukan hukum,terdapat secercah harapan untukmendapatkan Jouissance atau yangdalam bahasa anak muda disebut jugaorgasm. Satjipto Rahardjo dalamrangkaian tulisannya, terutama yangberjudul Hukum Hendaknya MembikinKebahagiaan15 seolah-olah memberikanangin segar, akan tetapi realitas yangterjadi di masyarakat terjadi sebaliknyayaitu hukum tidak diciptakan untukmemberikan kebahagiaan.

hukum, dan oleh karen itu bebas dari segala sesuatuyang berubah dan kebetulan, W. Friedmann, Teoridan Filsafat Hukum Telaah Kritis Atas Teori-teoriHukum (Susunan 1), RajaGrafindo, Jakarta, 1993,hal. 169.

" Menurut bahasa supremasi hukum berasal dari katasupreme mempunyai arti kekuasaan tertinggi(teratas), sedangkan hukum berarti peraturan. Makasupremasi hukum berarti suatu peraturan yangtertinggi. H. Harris Soche, Supremasi Hukum danPrinsip Demokrasi Di Indonesia, Hanindita,Yogyakarta, 1985, hal. 5.

15 Lihat Kompas, 13 November 2002, hal. 4.

Page 4: HUKUM DAN DILEMA PENCITRAANNYA - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Hukum dan Pencitraanya.pdf · deduksi dengan kekuatan logika telah mendapatkan tempat yang signifikan

Jurnal Hukum Pro Justitia, Januari 2006, Volume 24 No.1

15

Hukum diciptakan agar adaketeraturan atau keselarasan dalammasyarakat serta perlindungan terhadaphak-hak warga negara. Di batik kata-kata indah tersebut, hukum menciptakanputa tujuan lain yang sama sekali luputdari perhatian, yaitu menciptakan terordan horor,16 baik pada saat prosespembuatan hukum maupun pada saathukum itu ditaksanakan.

Hukum yang dibuat oleh bangsaIndonesia dari dulu sampai kini yangmenunjukkan ciri-ciri hukum modern( p u b l i c , p o s i t i v e , g e n e r a l a n dautonomous). Dengan bertindung dibatik istitah hukum modern, seakan-akanapa yang tercantum sebagai hukumtelah dihumanisasikan dengan kata-kataindah pada pasal-pasalnya. Kita masihingat bagaimana UU Subversi telahmenyebarkan horor di tengahmasyarakat dan sekarang ada lagi UUPemberantasan Tindak PidanaTerorisme dan masih banyak undang-undang lain yang memiliki nuansaserupa. Semua itu menunjukkan bahwadalam hukum modern situasi horor pertudiciptakan agar masyarakat dapatditentramkan.

Mereka yang bergerak datamprofesi hukum juga tidak lepas dari hororsebagai rangkaian dari jaringan terorhukum. Jarang ditemui hakim-hakimyang mempunyai integritas terhadaptugasnya sebagaimana ditunjukkan olehOliver W. Holmes di Amerika Serikat,akibatnya banyak kasus-kasus korupsilepas dari jerat hukum. Akibat yang lebih

'Bandingkan dengan tujuan hukum yang diintrodusiroleh Lawrence M. Friedman yang mengatakanbahwa sebagian besar hukum mempunyai tujuanbaik berhasil atau tidak agar menciprakan hiduplebih mudah, aman, bahagia atau nyaman.Lawrence M. Friedman, American Law: AnIntroduction, (terjemahan Whisnu Basuki), Tatanusa,Jakarta, 2001, hal. 2

jauh adalah masyarakat enggan untuk

berurusan dengan lembaga peradilansebab di sana juga bersarang parapenyamun sebagai pencipta hororkeaditan atau yang sering kita sebutsebagai mafia peradilan. Apa yangdimainkan oleh hakim, jaksa, polisi danpengacara adalah hukum modern yangberciri utama rasional. Dalampermainan itu yang utama adalahbagaimana menggunakan logika hukumdi peradilan, meski demikian fakta di luarsidang menunjukkan bahwa logika nonhukum justru lebih banyak berperan.

Felix Guattari dalam MolecularRevolution (1984) menggunakan kata"mesin" untuk menjelaskan tatananreproduksi (orderrepetition)tingkah lakuyang bersifat relatif. Dalam Chaosophy,Guattari menggunakan kata "mesin"dalam pengertian yang paling luas.Dalam pengertian yang paling luas tidakada perbedaan antara manusia dan"mesin" karena keduanya tak lebih darisebuah komponen dari sebuah mesin.17

Dapat diibaratkan Sistem PeradilanPidana (Criminal Justice System/CJS)sebagai sebuah mesin yang terdiri daripolisi, jaksa hakim dan lembagapemasyarakatan. Sebuah mesin akanmenghasilkan sebuah produk yangsecara berulang-ulang memiliki esensiyang sama, yaitu putusan peradilan yangsebagian berisi keaditan dan bagianlainnya tidak adil. Sebagai sebuah mesintentu ada yang mengontrol agar mesinitu tetap berjalan dan datam sistemperadilan pidana pengontrol dari mesinitu tidak lain adalah penguasa.

Masing-masing personel yangterlihat dalam CJS itu memiliki

'7 Felix Guattari sebagaimana dikutip oleh Yasraf AmirPiliang, Sebuah Dunia Yang Menakutkan, Mesin-mesin kekerasan Dalam Jagat Raya Chaos, Mizan,Bandung, 2001;

Page 5: HUKUM DAN DILEMA PENCITRAANNYA - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Hukum dan Pencitraanya.pdf · deduksi dengan kekuatan logika telah mendapatkan tempat yang signifikan

Jurnal Hukum Pro Justitia, Januari 2006, Volume 24 No.1

16

kekuasaan yang berbeda sesuai dengank e we n a n g a n d a n k e i n g i n a n n ya .Kekuasaan dan keinginan atau hasrat(pribadi dan/atau lembaga) akan sesuatuyang bersatu dengan mesin-mesin CJSakan membentuk mesin hasrat. Padahalmenurut Yasraf Amir Piliang, mesinhasrat yang digabungkan dengan mesinkekuasaan akan menciptakan sebuahmesin horor yang mengerikan dan jikadigabungkan dengan mesin budayadapat menc iptakan sebuah mesinsimulacrum yang menyebalkan.18 Dansekarang CJS telah menjadi mesin horor( h o r r o r m u n d i ) d a n t e r o r y a n gmenakutkan bagi masyarakat.

Dalam konteks CJS mesin horor ituberwujud keengganan masyarakat untukberurusan dengan mesin-mesin CJS.Mereka bert indak sedemikian rapiseh ingga hukum pun tak m am pumenjamahnya (criminalis perfectus).Dengan kata la in t imbu l ke t idak -percayaan pada lembaga peradilan,bahkan sampai ke tingkat masyarakatterbawah. Inilah yang dikatakan hukumki ta dalam keadaan abjeks i yai tukeadaan terpuruk pada tingkat yangpaling rendah. Dalam keadaan sepertiini teror hukum menyebar menjadi kisahhoror yang mencekam.

Para hakim, jaksa, pol is i danpengacara yang tidak berintegritasdalam tugas telah menjadi parasit-parasit keadilan yang menciptakan CJSsebagai lingkaran setan atau mafiaperadilan. Keadaan ini menjadi lebihparah lag i karena kejahatan yangmereka lakukan dibiarkan saja bahkantelah menjalar ke bidang legislatif daneksekutif. Dalam keadaan seperti itu laludimanakah ada kebahagiaan yangdigadang-gadang, tak dapat ditemukan,hanya sekedar penyejuk sesaat yang

18 !bid, hal. 106.

kemudian hilang, dan kembali pada

situasi teror dan horor.Melihat praktek hukum modern

yang tidak melulu menggunakan logikahukum semata-mata sebagaimanadisebutkan di atas, apakah ini berartihukum modern yang mengandalkanrasionalitas itu telah mati atau setidak-tidaknya hendak menemui ajal danbergan t i dengan era yang baru .Pertanyaan ini memang masih perlu diujikebenarannya, tetapi setidak-tidaknyahukum lokal di Indonesia (yang terwujuddalam hukum adat di beberapa daerahdengan penggunaan logika metafisik)t e l a h d ig un ak a n s es ua i d e ng ankosmologi masyarakat lokal tersebut.Logika metafisik hukum masyarakatlokal itu bukan seperti logika hukummodern yang penuh kolusi, korupsi dannepotisme itu.

Hukum modern yang terwujuddalam kodifikasi dan unifikasi itu dalampembentukkannya memang tidak dijiwaioleh semangat kebahagiaan sehinggayang muncul dan dikedepankan adalahkepastian, kemanfaatan dan keadilanhukum yang menjadi kredo kaumpositivis. Konstitusi di negara manapunjuga tidak menunjukkan bahwa hukumyang mereka gunakan secara letterlijkakan membahagiakan warganya,bahkan di negara yang berdasarkan atashukum sekalipun seperti Indonesia. Halini terjadi karena sesungguhnya hidup dinegara yang berdasarkan atas hukum(dengan praktek hukum seperti tersebutdi atas) memang betul-betul t idakmembahagiakan.

TRANSISI PRADIGMATIS ILMU DANTEORI HUKKUM : DARI MODERNISMEKE POSTMODERNISME

Hukum modern merupakan produkd a r i s u a t u e r a ya n g d i n am a k a nmodernisme. Karakteristik pandangan

Page 6: HUKUM DAN DILEMA PENCITRAANNYA - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Hukum dan Pencitraanya.pdf · deduksi dengan kekuatan logika telah mendapatkan tempat yang signifikan

1

Junial I Inktim Jir;lilia,111111afi 2006, Volumes 24 No.1

modernism() dapat dilihal dari cita-cita

Francois Bacon yang menginginkanm a n u s i a h a r u s m e n g g u n a k a nkekuasaannya alas alam, yaitu denganm e n y i b a k r a h a s i a a l a m s e m e s t as e b a n y a k m u n g k i n . I n i b e r a r t irnengangkat manusia menjadi pusat dant o l o k u k u r s e g a l a s e s u a t u a t a usubjektiv itas individu menjadi pusatdunia. Rene Descartes dapat dicatats e b a g a i p e l e t a k d a s a r f i l s a f a tm ode rn i sm e d eng an men ek an ka nkonsep keraguan sehingga manusiaharus menggunakan p ik i ran un tukrnenjawab keraguannya. Issac Newtonmerupakan perumus kerangka p ik irs a i n s u n t u k m o d e r n i s m e . l amenggambarkan alam semesta sebagaisebuah mesin yang mempunyai hukum-hu cum dan keteraturan, yang dapatd i p a h a m i o l e h p i k i r a n m a n u s i a .Berdasarkan Descartes dan Newton,dapat dis impulkan bahwa manusia

modern adalah mahluk otonom danr a s i on a l y a ng h i d up d a l am du n i amekanis."'

Secara singkat dapat dikatakan

bahwa program modernisme yang

dirumuskan pada abad ke 18 melalui

filsafat pencerahan" terdiri atas

Manusia yang berpikir dan dunia yang mekanisrnembuka jalan bagi ledakan pengetahuan di bawahpanji-panji program pencerahan (EnlightmentProject, is t i lah Juergen Habermas). Tujuanpencarian pikiran manusia untuk menyingkapkannusteri alam semesta agar manusia dapat menjadituan alas alam. Pencarian tersebut merupakan ciritaus modern pada abad kedua puluh , yangberusaha membawa manajemen rasional bagikebidupan, agar metalui teknologi, kualitas hidupmanusia dapat ditingkatkan. Lihat Iebih jelas padaStanley J. Grenz, A Primer on Postmodernism,William B. Eerdmans Publishing Co., Michigan,1996. Dilerjemahkan oleh Wilson Suwanto menjadiP.i.rigantar untuk Memahami Post modernisme, YrosanAndi. Yogyakarta, 2001, hal. 10. Lihat juga I.Bambang Sugiharto, Postmodernisme, Tantangan

Bagi Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, 1996, hal. 29. K a t a" p e n c e r a h a n " d a l a m k a j i a n t e n t a n g

perkembangan thou pengetahuan yangobjektif, moral itas clan l iukurn yanguniversal, dan seni yang otonom sesuaidengan log ik a inlernalnya ma sing-rflasing. Pada saat yang sauna semua inimerupakan aktualisasi potensi-potensiyang terkumpul clari bentuk-bentuk dankegunaan mereka , ya i tu organ isas irasional dari kondisi hidup dan hubungans o s i a l . P a r a p e n g a n u t p a h a mpencerahan masih berharap bahwa senidan ilmu pengetahuan akan membantumanusia mengontrol alam, Iebih dari itumengontrol pemahaman diri dan dunia,perkembangan moral, keadilan dalaml em b a g a - l em b a g a s o s i a l , b a h k a nmengontrol kebahagiaan manusia.il

Tatanan sosial yang dihasilkan olehmodernisme itu ternyata telah melahir-kan berbagai konsekuensi buruk bagikeh idupan manus ia dan a lam padaumumnya. Janji untuk menguasai alamsebagaimana diidealkan oleh FrancisBacon yang d idukung o leh f i l s a f a tm o d e r n i s m e D e s c a r t e s d a n s a i n sNewtonian, dalam tataran praksis haltersebut oleh Boaventura De SousaSantos dipandang telah menimbulkanakibat buruk bagi alam, ekologi danmanusia sendiri. 22

p o s t m o d e r n i s m e s e r i n g ka l i d i p e r t u k a r k a nmaknanya baik sebagai perjalanan waktu yangdisebut sebagai abad, gerakan maupun sebagainama lain dari pemikiran modern. Tidak dijelaskanI e b i h l a n j u t o l e h H a b e r m a s m e n g a p a i smenggunakan isti lah fi lsafat pencerahan bukanistilah lain untuk menjelaskan mengenai persoalanmodernisme. Tetapi semua itu sebenarnya berasaldari penafsiran terhadap kata Enlightment atauAufklarung.

21 Juergen Habermas dalam Modernity: An UnfinishedProject dalam The Postmodern Reader, CharlesJencks (ed), New York: St. Martin's Press, 1992, hal.162-163 sebagaimana dikut ip oleh Stanley J.Grenz, !bid, hal. 11

2 2 Dalam pandangan Santos, modernisme dibangun

di atas dua pilar, yaitu pilar regulasi (the pillar ofregulation) dan pilar emansipasi (the pillar ofemancipation). Dalam pilar regulasi terkandung

Page 7: HUKUM DAN DILEMA PENCITRAANNYA - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Hukum dan Pencitraanya.pdf · deduksi dengan kekuatan logika telah mendapatkan tempat yang signifikan

Jurnal Hukum Pro Justitia, Januari 2006, Volume 24 No.1

18

Akibat dari kegagalan mewujudkanjanji-janjinya itu, maka modernismemendapat kritik yang tajam. Sebenar-nya modernisme sudah mendapatserangan dan kritik sejak FriederichNietzsche pertama kali melemparkankritiknya pada abad 19.23 Akan tetapiserangan tersebut belum benar-benardras t i s sebe lum tahun 1970 -an .Letupan-letupan untuk menyingkirkanmodernisme secara langsung datangmelalui kehadiran dekonstruksi sebagaisebuah teori l inguistik yang mem-pengaruhi aliran baru dalam filsafat.Dekonstruksi muncul sebagai sebuahperpanjangan tangan dari teori linguistikyang disebut strukturalisme. Kaumstruktural isme mengatakanbahwabahasa adalah sebuah produk sosial danmanusia mengembangkan tulisan, teks,sebagai usaha menyusun strukturmakna yang dapat memberikan makna

prinsip negara (the principle of the state), prinsip

pasar (the principle of the market) dan prinsip

komunitas (the principle of the community). Pilaremansipasi tersusun atas tiga logika rasionalitas

yang terdiri atas the aesthetic-expressiverationality of the arts and literature, the cognitive-instrumental rationality of science and technology, dan

the moral- practical rationality of ethics and therule of law. Pilar-pilar modernisme itu mengandungkontradiktif internal dan secara empiris berjalan diatas relnya sendiri-sendiri. Pada pilarregulasi, terjadi perkembangan yang berlebihanpada prinsip pasar yang mengakibatkan kerugianpada prinsip negara dan komunitas.Perkembangan yang berlebihan pada prinsippasar ini disebabkan karena adanya gelombangindustrialisasi, munculnya kota-kota dagang danmunculnya sistem produksi dunia sertaberkembangnya ideologi konsumerisme yangmenyebabkan ketidakseimbangan pada tiangregulasi karena berorientasi pada pasar.

Boaventura de Sousa Santos, Toward A NewCommon Sense Law, Science and Politics in TheParadigmatic Transition, Routledge, New York,London, 1995, hal. 2, 7-8. Lihat juga uraianmengenai dampak buruk gambaran dunia yangdidasarkan pada modernisme pada I. Bambang

Sugiharto, op.cit, hal. 29.

23 Kritik yang diberikan oleh Nietzsche terhadapmodernisme bukan berarti menempatkan dia

dalam pengalaman mereka yang tidakbermakna.24

F e n o m e n a p o s m o d e r n i n imenandai berakhirnya sebuah carapandang universal. Etos posmodernmenolak penjelasan yang harmonis,universal dan konsisten. Mereka meng -gantikan semua ini dengan sikap hormatkepada perbedaan dan penghargaankepada yang khusus (partikular danlokal) serta membuang yang universal.Posmodernisme menolak penekanankepada penemuan i lm iah mela lu imetode sains,yang merupakan fondasiintelektual dari modernisme untukmenciptakan dunia yang lebih baik.Pada dasarnya posmodernisme adalahantimodern.25

Transisi menuju postmodern inijuga melanda Indonesia, khususnyadalam bidang ilmu hukum. Narasi besar26

yang selama ini ada sebagai produkmodernisme

sebagai salah seorang perintis postmodernismedalam artian kronologis melainkan dari segi sejarahefektifnya, terutama lewat penafsiran Heideggeratas Nietzsche dan kultus kaum NietzscheanPrancis atas Nietzsche. Lihat lebih jelas mengenaiawal postmodemisme pada I. Bambang Sugiharto,

o p . c i t , h a l . 3 4 .

24 F i I sa fa t posmodern menerapkan teoridekons t r uks i on i sme kepada rea l i t a s .Sebagaimana setiap teks dibaca secara berbedaoleh orang yang berbeda, demikian juga realitasakan dibaca berbeda oleh setiap orang yangmenghadapi realitas tersebut. lni berarti tidak adamakna tunggal dalam dunia, tidak ada titik pusatdari realitas secara keseluruhan. Stanley J. Grenz,

Op.cit, hal. 14.

25 lbid, hal. 26.

26 Istilah ini diintrodusir oleh Lyotard untukmenjelaskan posisi pengetahuan di abad ilmiah,khususnya tentang cara ilmu dilegitimasi melaluiapa yang disebutnya "narasi besar" ataumetanarasi, seperti kebebasan, kemajuan,emansipasi. Metanarasi ini dalam era postmoderntak dimungkinkan lagi karena postmodernismedirumuskan sebagai periode dimana segalasesuatu itu didelegitimasikan. Lihat uraianmengenai istilah ini pada I. Bambang Sugiharto,

op.cit, hal. 27.

Page 8: HUKUM DAN DILEMA PENCITRAANNYA - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Hukum dan Pencitraanya.pdf · deduksi dengan kekuatan logika telah mendapatkan tempat yang signifikan

Jurnal Hukum Pro Justitia, Januari 2006, Volume 24 No,1

yset d7-"ada

inikeAre-cseterak

&dam

iemy

persoeranendcm Sdalaberka"farmeguAdaelanPrinseiwka

talu:asacong:41iroxisarorerehal ince da

p*drum

z7efoDui 2:e-Pinnernawarn

searnsc-da-ska

Pendpemy"perb:erna

a

Kita sekarang berada pada tahaptransisi, dari modernisme menuju kepostmodernisme. Narasi besar darimodernisme berupa keseragaman yangmuncul pada hukum yang disebutsebagai hukum negara telah digugat. Initerlihat dari pada banyaknya protes yangmuncul di masyarakat berkaitan denganpembuatan beberapa perundang-undangan, seperti undang-undangterorisme, penyiaran, sistem pendidikannasional dan masih banyak lagi. Protes-protes semacam ini tidak muncul padajaman orde baru yang menganut pahammodernisme sebagai akibat besarnyaperan pilar regulasi pada prinsip negara.

Keadaan seperti ini menyebabkanprinsip negara bergeser ke belakang,sedangkan prinsip komunitas maju kedepan dan prinsip pasar tetap berada ditempat sebaga i ak iba t ge rakanglobalisasi. Masyarakat sudah beranimenyuarakan hasratnya yang berartimereka ingin berpartisipasi dan didengaraspirasinya. lni mengisyaratkan carapandang postmodern isme te lahmerasuki masyarakat Indonesia.

Cara pandang postmodernismemenjadikan komunitas sebagai dasar

aitu positivisme mulai digugat,ak-tidaknya pada tingkat teoritis.27

tataran praktis positivisme masihan sebagaimana halnya teori fisikaton yang secara teoritis sudahr, akan tetapi secara praktis masihar kuat dan banyak dipakai orang.Hukum Indonesia yang masuk

kategori hukum modern ituata tak dapat menyelesaikanalan-persoalan yang muncul pada1980 sampai 1990 an. Denganasarkan pada apa yang dikemuka-antos, ketidakmampuan hukumm menyelesaikan masalahitan dengan ketidakseimbanganpenyangga modernisme. Pilar

iasi mengalami ketidakseimbanganprinsip negara dan prinsip pasardingkan dengan prinsip komunitas.ip negara yang di dalamnyandung kekuasaan pemerintah

dominan berkuasa dan prinsipr yang didorong maju melaluilomerasi yang didukung olehkrasi. Prinsip negara dan prinsipberpadu menjadi satu, sehingga

ka yang memiliki kekuasaan (dalami penguasa atau pejabat) juga terjun

lam bisnis. Dua prinsip itu maju ke

pa

r0

p

aeh

m

pemahaman kebenaran. la menegaskanbahwa apa pun yang kita anggap benardan cara kita mengatakan kebenaran,sangat bergantung kepada komunitaskita. Tidak ada kebenaran mutlak,kebenaran itu tergantung kepadakomunitas. Berdasarkan asumsi ini,kaum postmodern menghentikan usahak a u m m o d e r n i s u n t u k m e n c a r ikebenaran yang absolut, universal danpermanen. Mereka memusatkankepada "apa yang dianggap benar dalam

enjelasan dari gugatan terhadap positivismeda Satjipto Rahardjo, Rekonstruksi Pemikirandi Era Reformasi, Makalah pada Seminar

Menggugat Pemikiran Positivisme di erarnasi, Program Doktor Undip, Semarang, 2200. Satjipto Rahardjo dalam khasanah

cangan tentang ilmu khususnya ilmu hukumng tidak termasuk dan tak memasukkan diriostmodernisme, akan tetapi langkah yanga ini dengan memberikan penekanan padanon positivisme pada hukum merupakanh yang cukup berarti di tengah-tengah

positivisme di Indonesia. Tulisan danapat Satjipto Rahardjo menegaskantaan utama dari filsafat postmodernisme yaitudaan adalah segalanya" seperti apa yangdilakukan oleh Derrida, Foucault dan Rotry

19tulisan-tulisannya. depan, sedangkan
Page 9: HUKUM DAN DILEMA PENCITRAANNYA - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Hukum dan Pencitraanya.pdf · deduksi dengan kekuatan logika telah mendapatkan tempat yang signifikan

Jurnal Hukum Pro Justitia, Januari 2006, Volume 24 No.1komunitas tertentu". Mereka mene-

gaskan bahwa kebenaran aturan-aturandasar demi kesejahteraan komunitastempat kita berada. Dengan penekananini, masyarakat postmodern cenderungmenjadi sebuah masyarakat komunal,tidak individual.28

TEORI CHAOS HUKUM : SEBUAHALTERNATIF PEMIKIRAN DI MASATRANSISI

Pandangan lama yang modern isataupun posit ivistis dilandasi olehfondasi sains, bangunan materialismeyang dikukuhkan oleh tonggak-tonggakfisika mekanika Newton. Fisika Newtonmemandang alam semesta sebagaisebuah mesin mekanik raksasa yangtersusun atas komponen-komponenmaterial yang bergerak dan salingterhubungkan secara deterministik.29

Ciri yang mencolok dari pandangan alamsemesta yang mekanistik ini adalahreduksionistik.3° Paradigma sainsmekanistik Newton mengalami krisisyang dahsyat selama tiga dekadepertama abad ke 20 dengan terung-kapnya fenomena relativistik (teorirelativitas) dan fenomena kuantum (teorikuantum) membuka mata para saintisakan cacat-cacat konseptual dalamparad igma yang pernah ber jaya

2

2

semenjak era revolusi saintifik tersebut.31

Dalam kacamata fisika Newton,alam semesta tampak teratur atauterprediksi, ada gaya dan kaidah yangmengatur beroperasinya gaya tersebut.Inilah landasan ide bahwa alam semetaberoperasi seperti jam mekanik. Tetapihal ini dibantah kemudian oleh seorangahl i meteorologi bernama EdwardLorenz pada tahun 1960. la merupakanpengamat pertama fenomena keos yang

mengemukakan bahwa perubahansedikit saja pada suatu sistem yangkompleks akan menimbulkan perbedaany a n g l u a r b i a s a p a d a k e a d a a nberikutnya. Atraktor Lorenz dikenald e n g a n n a m a e f e k k u p u - k u p u ,menggunakan persamaan dinamika

(diterjemahkan oleh Larasmoyo menjadi Dan TuhanTidak Bermain Dadu: Argumen Bagi KeterciptaanAlam Semesta, Mizan, Bandung, 2002), hal. 17.Pandangan reduksionistik ini beranggapan bahwayang berperan penting adalah bagian, komponenatau elemen, sementara keseluruhan ataupunkeutuhan dipandang tidak berarti. Bagi seorangreduksionisme, batu bata dan semen itulah yangpokok, sedangkan tujuam pembuatan rumah,arsitektur dan rancangan interior merupakanpersoalan sekunder atau bahkan tak penting,alasannya batu bata dan semen itu merupakanelemen dasar pembangunan rumah. Watakreduksionistik ini tampaknya merupakan akibatpemutusan hubungan dengan tuhan. Tuhansebagai suatu ide yang universal, menyeluruh danutuh telah dikesampingkan. Dengan demikian yangtertinggal adalah bagian-bagian, partikular-

partikular dan keterpisahan. 'bid, hal. 7. Lihatpenjelasan mengenai fondasi sains newton untukilmu dan teori hukum pada Satjipto Rahardjo,Mengajarkan Keteraturan op.cit. hal. 15

9 Stanley J. Grenz, op.cit, hal. 17.9 Lihat lebih jelas pada Seri Penerbitan Sains,

Teknologi dan Masyarakat, Dari Cambridge MenujuKopenhagen, Edisi I 2000, Mizan bekerjasamadengan PPS Studi Pembangunan ITB dan STMIKBandung, hal. 6. Pandangan deterministikmengatakan bahwa segala sesuatu, termasukperbuatan manusia mengikuti hukum sebab akibatyang pasti. Jika kita mempunyai pengetahuan yangcukup tentang masa kini maka masa depan dapat

diramaklan. Armahedi Mahzar, Melawan ldeologiMaterialisme llmiah: Menuju Dialog Sains danAgama, pengantar dalam buku Keith Ward, God,

2

Chance and Necessity, Oneworld, Oxford, UK, 1996

0

31 Kedua teori itu mempunyai dampak historis yangsangat luas. Teori relativitas berujung padapenemuan born atom, sedangkan aplikasi kuantunmenghasilkan akselerasi kemajuan teknologiinformasi dan komunikasi yang berujung padatergelarnya Internet yang membongkar batas-batasantarnegara. Aplikasi kedua teori implikasi yangdahsyat pada pemikiran filsofis manusia tentangdirinya dan alamnya. Teori relativitas berujung padagambaran alam semesta terbatas dalam ruang danberkembang meluas tak terhindarkan bermula pada

suatu peristiwa Big Bang. Teori kuantum berujung
Page 10: HUKUM DAN DILEMA PENCITRAANNYA - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Hukum dan Pencitraanya.pdf · deduksi dengan kekuatan logika telah mendapatkan tempat yang signifikan

Jurnal Hukum Pro Justitia, Januari 2006, Volume 24 No.1

2

fluids untuk memodelkan perilaku keotiksistem gas dengan bantuan komputer.32

Chaos sebagai sebuah bidangkajian keilmuan sebenarnya bukanlahbarang baru, setidak-tidaknya demikian-lah yang ditulis oleh Hesoid, seorangYunani yang hidup pada abad ke 8 SM.Dalam sebuah puisinya yang berjudulTheogony, ia menul is "awal dar isegalanya adalah chaos", baru sesudahitu segalanya menjadi stabil. Dengandemikian orang Yunani percaya bahwaketeraturan muncul dari ketidakteraturan(chaos).33

Chaos, menurut Ian Stewartadalah t ingkah laku yang sangatkompleks, iregular dan random di dalamsebuah sistem yang deterministik.Chaos adalah satu keadaan di manasebuah sistem tidak bisa diprediksi dimana ia akan ditemukan di tempatberikutnya. Sistem ini bergerak secara

z:ak. Akan tetapi, menurut teori chaos,apabila keadaan acak tersebut kitaperhatikan dalam waktu yang cukuplama dengan mempert imbangkand ime ns i wak tu , maka k i t a akanm e n e m u k a n j u g s k e t e r a t u r a n .Bagaimana kacaunya sebuah sistem, iabdak akan pernah melewati batas-batastertentu. Mengapa demikian, olehkarena sistem tersebut dibatasi ruanggeraknya yang acak tersebut olehsebuah kekuatan penarik yang disebut

gambaran bahwa pada skala terkecil benda-benda termasuk jagat raya di awal hidupnya,ceristiwa-peristiwa fisik merupakan kebetulan tanpasebab. Teori relativitas berujung pada keniscayaanatau kepastian, sedangkan teori kuantum berujungcada kebetulan atau ketidakpastian. Dalam filsafat,Kedua teori itu berujung pada bangkitnya kembaliperdebatan antara aliran determinisme danindeterminisme: pandangan serba pasti danpandangan serba tak pasti. Armahedi Mahzar,op.cit, hal. 17Seri Penerbitan sains, op.cit, hal. 11-10.Zauddin Sardar dan Iwona Abrams, Mengenal

Chaos for Beginners, Mizan, Bandung, 2001, hal. 4.

strange attractor. Strange attractormenjadikan sebuah sistem bergeraksecara acak, dinamis, gelisah danfluktuatif , akan tetapi ia sekaligusmembingkai batas-batas ruang geraktersebut.34

Dunia budaya chaos adalah duniayang selalu dipenuhi kegelisahan danturbulensi. Sebuah kebudayaan yangtidak gelisah adalah kebudayaan yangtelah mati. Kegelisahan dan ketidak-puasan, sebagaimana yang dikatakanl q b a l da lam Pesan dar i T imur ,merupakan rahasia hidup dari setiapkebudayaan. Kegelisahanlah yangmendorong bagi penjelajahan pencariankreatif, serta sintesis-sintesis barukehidupan. Kegelisahan membuat orangtidak pernah mau berada di tempat yangsama pada waktu yang berbeda;kegelisahan membuat orang mencintaiketidakpastian; kegelisahan membuatorang selalu ingin mencari teritorial-teritorial yang baru inilah pola turbulensidan kegelisahan dalam chaos.35

Berbagai peristiwa di Indonesiayang berujung pada apa yang dikatakanoleh Dato Param Cumaraswamydengan ist i lah kebusukan hukumm e r u p a k a n s u a t u s i t u a s i y a n gdinamakan chaos. Akan tetapi benarkahchaos itu hanya bersifat destruktif dan

1

34

35 T

Ian Stewart sebagaimana dikutip oleh Yasraf AmirPiliang, Sebuah Dunia Yang Menakutkan, Mesin-

mesin kekerasan Dalam Jagat Raya Chaos, Mizan,Bandung, 2001, hal. 305. Chaos adalah sesuatuyang ada di mana-mana, akan tetapi sukar untukmenjelaskannya, satu situasi ketidakteraturan ataukekacauan benda (benda, ekonomi, sosial, politik)yang tidak bisa diprediksi polanya. Bandingkandengan James Gleick yang mengatakan bahwachaos muncul di dalam segala tingkah laku yang takdapat diprediksi. James Gleick, Chaos: Making a

New Science, Cardinal, 1987, hal. 5 dalam Yasraf,lbid,hal. 253.urbulensi menurut Michel Serres, adalah sebuah

keadaan "antara" atau perantara (intermediary).

Bila kita rnembedakan antara keadaan keberaturan
Page 11: HUKUM DAN DILEMA PENCITRAANNYA - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Hukum dan Pencitraanya.pdf · deduksi dengan kekuatan logika telah mendapatkan tempat yang signifikan

Jurnal Hukum Pro Justitia, Januari 2006, Volume 24 No.1

22

merusak. Tuduhan itu sayangnya tidaksepenuhnya benar. Kita menyadarib a h w a w a j a h k e k a c a u a n y a n gmemporakporandakan masyarakat kitahanya salah satu wajah saja dari berjutawajah chaos, yaitu yang disebut negativechaos sebuah pr insip chaos yangdicirikan oleh sifat perusakan, destruksi,penghancuran, agresivitas, ekplosi.

Tak semua chaos bersifat negatif.Ada wajah chaos yang disebut Serres didalam Genesis sebagai positive chaoswajah chaos yang mempunyai sifat-sifatkonstruktif, progresif, produktif dankreatif. Hanya saja, kita tidak pernahmemahami sifat positif chaos tersebut.Kita t idak pernah melihat ket idak-beraturan, ketidakpastian, multiplisitasdan pluralitas sebagai ciri-ciri dari chaosdengan sikap yang positif. Kita selamaini hanya terperangkap di dalam slogan-slogan pluralitas dan perbedaan, akantetapi tidak pernah memahami maknasubstansialnya .

36

Selama ini pendekatan budaya kitaadalah pendekatan budaya keamanan,s t a b i l i t as , k e b e r a t u r a n ( o rde r ) ,keseragaman (uniformity), perasatuandan kesatuan (un i t y ) . K i t a ing inmemaksakan keseragaman menjadisebuah kesatuan, dinamisitas menjadisebuah stabilitas, heterogenitas menjadi

dan keadaan kekacauan. Turbulensi, menurutJames Glick dalam Chaos: Making a New Science

adalah kekacauan dalam berbagai skalanya,pusaran kecil di dalam pusaran besar. la tidakstabil. la bersifat dissipative; artinya is melepaskanenergi dan kemudian dengan tiba-tibamenahannya. la adalah pergerakan dalam waktuyang acak. Ibid, hal. 304-305.

38 Chaos dalam pengertian negative chaos tidak

pernah dilihat sebagai sebuah peluang kemajuan,sebagai peluang dialektika, sebagai peluangpersaingan, sebagai peluang peningkatan etoskerja, sebagai peluang peningkatan dayakreativitas, sebagai peluang peningkatanproduktivitas. Chaos tidak pernah dilihat sebagaicara pemberdayaan; sebagai cara manajemen,

sms(mskstSs(as

dsmmkpmdktmkty

ebuah homogentias, keanekaragamanenjadi sebuah keseragaman. Kitae l a m a i n i m e l i h a t p e r b e d a a n

difference) dengan sikap penuh curiga,elihat gejolak (sosial, kultural) denganikap penuh kekhawatiran, melihatetidakberaturan (disorder) denganikap penuh kecemasan, mel ihaturbulensi dengan penuh ketakutan,ejauh ini chaos itu dianggap sebagaiebuah bahaya, ket idakberaturandisorder) itu dianggap sebagai sebuahncaman, turbulensi i tu dianggapebagai sebuah kejahatan.37

Keteraturan dan kekacauan kiniipandang sebagai dua kekuatan yanga l i n g b e r h u b u n ga n , ya n g s a t uengandung yang lain, yang satuengis i yang la in . Me lenyapkan

ekacauan berarti melenyapkan dayaerubahan dan kreativitas. Chaosenurut Serres muncul secara spontani dalam keberaturan, sementaraeberaturan itu sendiri muncul di tengah-e n g a h k e k a c a u a n . K i t a h a r u senyingkirkan ketakutan terhadap

ekacauan yang menyebabkan kitaerperangkap di dalam kerangka pikiran

ang serbaberaturan.38

sebagai sebuah cara pembelajaran, sebagai carapengorganisasian, sebagai cara pemerintahan.Ibid, hal. 298-299

Sikap yang melihat perubahan (change),ket idakpast ian ( i n d e t e r m i n a n c y ) , danketidakberaturan (disorder) sebagai sesuatu yang

menakutkan sudah masanya untuk ditinggalkan.Cara-cara pengendalian dengan pendekarankeseragaman, keberaturan, kesatuan total tidakdapat dipertahankan lagi. Cara pengendalianorganisasi seperti ini telah menyimpang, dansemakin lama kita berpegang pada cara tersebut,makin jauh k ita bergeser dar i peluangperkembangan yang menakjubkan. Sebaliknyaorganisasi apapun dapat dikendalikan di tengahperubahan dan ketidakpastian, bila kita mau belajardari prinsip chaos. Ibid, hal. 298 dan 304.

38

37

Ibid, hal. 304. Bandingkan dengan pendapat dari

Redaksi Penerbitan Sains ... yang mengatakan

Teori chaos sering dipandang dengan pandangan
Page 12: HUKUM DAN DILEMA PENCITRAANNYA - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Hukum dan Pencitraanya.pdf · deduksi dengan kekuatan logika telah mendapatkan tempat yang signifikan

Jurnal Hukum Pro Justitia, Januari 2006, Volume 24 No.1

Apa yang dikemukakan di atasinereurijukkan bahwa dalam perjalananoath", teroi fisika Newton tak dapatimemielaskan realitas yang serbai l i smapieks dan re la t i f h inggatirivaryebabkan teorinya itu gugur, tetapith-scar berarti hilang sama sekali. Samatarya dengan teori Newton, menurutI to Rahardjo, teor i pos i t iv isme

juga membuang kenyataan yangrenanggu keutuhan dan mengang-porlya sebagai kenyataan yang salahEau menyimpang. Teori posit ivisbocimatis hanya manu melihat tubuh''uurn sebagai suatu tatanan logis

tertib teratur, tak dapat7f..÷-erima adanya ketidakteraturan.:-*erenmaannya akan merusak teoriilieneraturan yang dianutnya yang berartilecir menjadi roboh. Keteraturan daniier..dakteraturan adalah dua hal ataus yang berseberangan. Keduanya tak,wcat berada di dalam tubuh teori yang

Charles Stamford dalam bukunyaTie Disorder of Law, A Critique of LegalTheory, mengemukakan teori sekaligusiic terhadap teori-teori hukum yangcibangun berdasarkan konsep sistemsistemik) atau keteraturan. Menurut

Stamford, tidak selalu teori hukum itudidasarkan kepada teori s istem(mengenai) hukum, karena padadasarnya hubungan-hubungan yangterjadi dalam masyarakat menunjukkanadanya hubungan yang tidak simetris(asymmetries)40 Inilah ciri khas darisekalian hubungan sosial, hubungan-hubungan sosial itu dipersepsikansecara berbeda oleh para pihak.D e n g a n d e m i k i a n a p a y a n gdipermukaan tampak sebagai tertib,teratur, jelas, pasti, sebenarnya penuhdengan ketidakpastian.41

Beberapa teori sosiologi men-dasarkan konsepnya kepada kondisiketidaktertiban (disorder), merekamelihat hukum atau masyarakat bukansebagai sesuatu yang sistematis.42

Berkaitan dengan hal tersebut, SatjiptoRahardjo mengemukakan komentarnyaketika membicarakan konsep dariCharles Stamford,

"... Stamford bertolak dari basissosial dari hukum yang penuh denganhubungan yang bersifat asimetris. Inilahciri-ciri khas dari sekalian hubungansosial; hubungan-hubungan sosial itudipersepsikan secara berbeda oleh parapihak. Dengan demikian apa yang

!4

dIrnppscy:sKKPS

dipermukaan tampak sebagai tertib,teratur, jelas, pasti, sebenarnya penuhdengan ketidakpastian. Ketidak-

erg keliru, termasuk teori chaos tentang hukunn.7esalahpahaman yang umum adalah bahwa teori

aos berkenaan dengan ketakteraturan. Teori

teraturan dan ketidakpastian disebabkanhubungan-hubungan dalam masyarakatbertumpu pada hubungan antarkekuatan (power relations). Hubungankekuatan ini tidak tercermin dalamhubungan formal dalam masyarakat.Maka terdapat kesenjangan antara

4° Charles Stamford, The Disorder of Law, A Critique ofLegal Theory, Basil Blackwell, 1989, hal. 160

41 Ibid.

uostidak menyatakan bahwa sistem yang teraturL; ada. lstilah chaos dalam teori chaos justruenipakan keteraturan, bukan sekedar keteraturan,nelai *an esensi keteraturan. Ketakteraturanermang hadir ketika kita mengambilandangan -eduksionistik dan memusatkanerhatian pada :Jettacu saja, akan tetapi kalauikap holistik yang

ambit dan memandang pada perilakueseluruhan sistem secara terpadu, keteraturanlahang akan tampak. Jadi teori chaos yang dianggaperkeiaan dengan ketakteraturan, pada saat yangama berbicara tentang keteraturan.etakteraturan dalam pandangan reduksionistik,eteraturan dalam pandangan holistik. Seri

23

enerbitan Sains ......, op.cit, hal. 10atjiptoRahardjo,op.....cit,hal.19.

lbid, hal. 103

Page 13: HUKUM DAN DILEMA PENCITRAANNYA - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Hukum dan Pencitraanya.pdf · deduksi dengan kekuatan logika telah mendapatkan tempat yang signifikan

Jurnal Hukum Pro Justitia, Januari 2006, Volume 24 No.1

hubungan formal dan hubungan nyatayang didasarkan pada kekuatan. Inilahyang menyebabkan ketidakteraturanitu'.43

Di atas basis sosial yang demikianitu, hukum berdiri atau berada. MenurutSatjipto Rahardjo adalah mungkinuntuk menerima adanya suatu sistemhukum di tengah-tengah masyarakatyang tidak teratur. Sejak hukum ituberdiri dan berada di tengah-tengahjaringan hubungan yang demikian itupula yang diambil oper oleh sejumlahbe s a r pe j aba t hukum da l amhubungannya satu sama lain dan dalamhubungan mereka dengan warganegara. Keadaan demikian itulah yangmenyebabkan Stamford mengatakan,bahwa hukum itu sesunguhnya penuhdengan ketidakteraturan. Maka teorihukum tidak perlu berupa teori tentangsistem hukum (theories of legal system),melainkan teori tentang ketidakteraturanhukum (theories of legal disorder).Stamford bertanya, bagaimana mungkinkeadaan yang dalam kenyataannyapenuh ketidakteraturan itu dalampositivisme di lihat sesuatu yang penuhdengan keteraturan?, dengan demikianmaka sebetulnya, keteraturan itu bukansesuatu yang nyata dalam kenyataanada, melainkan sesuatu yang oleh parapositivistis "ingin dilihat sebagai ada".44

Teori tentang ketidateraturan hukumStamford membawa pemahamankepada teori yang lain, yaitu teorikekacauan (chaos theory) atau teorihukum yang kacau (chaos theory oflaw)."

Meski demikian yang perlu kitaperhatikan adalah meskipun secarateoritis teori positivis tak dapatmenjelaskan secara tuntas fenomenachaos yang terjadi dalam masyarakat,bukan berarti teori tersebut hilang dariperedaran, akan tetapi tetap hidupbahkan mendominasi kehidupan hukumdi Indonesia. Ini disebabkan karena teoripositivis telah mengakar kuat, tidakhanya dalam lembaga pendidikan tinggi,tetapi juga pada lembaga-lembagapenegak hukum yang mewujudkanhukum yang ada dalam undang-undangsebagai hukum yang hidup. Jadi dalamtataran praktis, teori chaos hukum belummemiliki posisi yang kuat seperti halnyateori positivis meskipun dalam wacanateoritis teori positivis sudah haruslengser.

Sebagai arah dalam penegakanhukum, maka teori chaos dapatdigabungkan dengan kecerdasanspiritual. Kecerdasan spiritual demikianyang dikatakan Satjipto Rahardjo tidakberhenti menerima keadaan dan beku,tetapi kreatif dan membebaskan. Dalamkreativitasnya, is mungkin bekerja danmematahkan patokan yang ada (rulebreaking) sekaligus membentuk yangbaru (rule making). Kecerdasan spiritualsama sekali tidak menyingkirkan duamodel yang lain, tetapi meningkatkankualitasnya sehingga mencapai tingkatyang oleh Zohar dan Marshall disebutkecerdasan sempurna (u lt imateintelligence)"

Di era Quantum ini, self critiqueterhadap paradigma hukum yang ada

44 I

sekarang in i te tap dan harusdimunculkan. Hal ini terutama padapenggunaan IQ (Intellectual Quotient)

46 Satjipto Rahardjo, Menjalankan Hukum Dengan

Satjipto Rahardjo, Rekonstruksi Pemikiran HukumDi Era Reformasi, Makalah Seminar NasionalMenggugat Pemikiran Hukum Positivistik di EraReformasi, Semarang, 22 Juli 2000, hal. 15-17.bid, hal. 16-17.Pendapat dari Denis J. Brion sebagaimana dikutipoleh Satjipto Rahardjo sebagai footnote dalam

24

Pidato Emeritus Guru Besarnya.Kecerdasan Spiritual Kompas, Januari 2003.

Page 14: HUKUM DAN DILEMA PENCITRAANNYA - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Hukum dan Pencitraanya.pdf · deduksi dengan kekuatan logika telah mendapatkan tempat yang signifikan

Jurnal Hukum Pro Justitia, Januari 2006, Volume 24 No.1

25

yang selama ini menjadi andalan untukmengukur kecerdasan seseorang.Janganlah berpretensi bahwa denganpergeseran paradigma, menjadikanpermasalahan-permasalahan sosial bisadijelaskan dan diatasi keseluruhan-nyadengan baik. Dalam pandangan DanahZohaar dan Ian Marshall, hanya dengankomplementaritas, antara IQ dan SQ(Spiritual Quotient), maka seseorangbisa mencapai puncak pemahaman,yaitu sampai konteks-makna. lni pulayang menurut Satjipto Rahardjodipandang sebagai tingkat pembelajaranpaling tinggi, jugs dalam bidang hukum.47

Kita menggunakan SQ untukb e r h a d a p a n d e n g a n m a s a l a heksistensial yaitu saat kita secara pribadimerasa te rpuruk , te r jebak o lehkebiasaan, kekhawatiran dan masalahasa lalu akibat penyakit dan kesedihan.SQ menjadikan kita sadar bahwa kitamemiliki masalah eksistensial danmembuat kita mampu mengatasinyaatau setidak-tidaknya berdamai denganmasalah tersebut. SQ memberi kitasemua rasa yang "dalam" menyangkutperjuangan hidup. SQ adalah pedomanscat kita berada di "ujung". Masalah-masalah eksistensial yang palingmenantang dalam hidup berada di luaryang diharapkan dan dikenal, di luaraturan-aturan yang telah diberikan,melampaui masa lalu, dan melampauisesuatu yang kita hadapi.48

Satjipto Rahardjo, Mengejar dst, Op.cit, hal. 13.Dalam teori kekacauan (chaos), "ujung" adalahperbatasan antara keteraturan dan kekacauan,antara mengetahui diri kita sama sekali kehilangan jatidirt "Ujung" adalah suatu tempat bagi kita dapat menjadisangat kreatif. SQ, pemahaman kita yang a1.3m danintuitif kita akan makna dan nilai merupakanpetunjuk

PENUTUPKebusukan hukum yang ada di

Indonesia tidak jatuh dari langit. la adakarena diciptakan atau lebih tepatnyaterjadi akibat proses dari pengembanganilmu dan praktek penegakan hukum yangmendewa-dewakan kete ra tu ransehingga yang didapatkan ketidak-teraturan. Selain itu, hukum modernyang ada ternyata tak mampu menjawabberibu tantangan yang menghadangsebagai akibat perkembangan jamanyang sekarang menuju pada erapostmodernism. Akibatnya hukum taklagi memberi keteraturan, ketentramandan ketertiban sebagaimana diharapkanmalah berbalik memberikan suasanateror dan horor dalam masyarakat.

P o s t m o d e r n i s m e m e n o l a kdeskripsi yang tepat. Apapun maksud-nya, postmodernisme adalah penolakanradikal terhadap pemikiran modern.Postmodernisme adalah sebuah revolusipengetahuan. Secara khusus, erapostmodern menandai berakhirnyakonsep universe, berakhirnya carap a n d a n g y a n g t o t a l d a n u t u h .Postmodernisme menolak adanyarealitas yang utuh sebagai objek daripersepsi kita. Lenyapnya konseptentang dunia objektif adalah hasilpenolakan postmodern terhadappandangan realis dan mengadopsipandangan nonrealis. Kita sudahberpindah dari pandangan objektiviskepada konstruksionis.

Penggunaan teori chaos hukum(chaos theory of law) untuk menye-lesaikan persoalan hukum merupakansebuah alternatif. Kita tentu berharapbahwa pada masa transisi ini, hukumdapat terbentuk dan dijalankan denganbalk. Keharmonisan antara pilar regulasidan pilar emansipasi dapat terwujud balkdalam pembentukan hukum maupun

Page 15: HUKUM DAN DILEMA PENCITRAANNYA - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Hukum dan Pencitraanya.pdf · deduksi dengan kekuatan logika telah mendapatkan tempat yang signifikan

dalam pelaksanaannya.

Page 16: HUKUM DAN DILEMA PENCITRAANNYA - fh.unsoed.ac.idfh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Hukum dan Pencitraanya.pdf · deduksi dengan kekuatan logika telah mendapatkan tempat yang signifikan

JurnalHukumProJustitia,Januari2006,Volume24No.1

27

DAFTAR PUSTAKAFriedman, Lawerence M. 2001. American

Law: An Introduction, (terjemahanWhisnu Basuki), Tatanusa, Jakarta;

Friedmann, W. 1993, Teori dan FilsafatHukum Telaah Kritis Atas Teori-teoriHukum (Susunan I), RajaGrafindo,Jakarta;

Gleick, James. 1987, Chaos: Making a NewScience, Cardinal;

Grenz, Stanley J., 1996, A Primer onPostmodernism, William B. EerdmansP u b l i s h i n g C o . , M i c h i g a n .Diterjemahkan oleh Wilson Suwantomenjadi Pengantar untuk MemahamiPostmodernisme, Yayasan Andi,Yogyakarta, 2001;

Kompas, 27 Juni 2005, Penegakan HukumDalam Titik Kritis, hal. 7;

Michel Serres, Michel. 1992, Genesis, TheUniversity of Michigan Press;

Nggermanto, Agus . 2001, QuantumQuotient (Kecerdasan Quantum),

Nuansa, MUC, Yayasan Quantum, ZQTC,Bandung;

Piliang, Yasraf Amir. 2001, Sebuah DuniaYang Menakutkan, Mesin-mesinkekerasan Dalam Jagat Raya Chaos,Mizan, Bandung;

Prayitno, Wukir, 1990, Modernitas HukumBerwawasan Indonesia, CV. Agung,Semarang;

Rahardjo, Satjipto, Rekonstruksi PemikiranHukum di Era Reformasi, Makalahpada Seminar Nasional MenggugatP e m i k i r a n P o s i t i v i s m e d i e r aReformasi, Program Doktor Undip,Semarang, 22 Juli 2000;

---------------- . Mengajarkan KeteraturanMenemukan Ketidak-teraturan(Teaching Order Finding Disorder),Tigapuluh Tahun Perja lanan Intelektual Dari Bojong ke Pleburan,Pidato mengakhiri masa Jabatansebagai Guru Besar Tetap pada FHUndip, Semarang, 15 Desember 2000;. Era Hukum Rakyat,Kompas, 20-21 Januari 2000;. Supremasi Hukum yangBenar, Kompas, 6 Juni 2002

. I n d o n e s i a I n g i n k a nPenegakan Hukum Progres i f ,Kompas, 19 September 2002;

---------- . Hukum Itu Perilaku KitaSendiri, Kompas; 23 September 2002;---------- . Indonesia Butuh Keadilanyang Progresif, Kompas, 12 Oktober2002;

-------------------- . Hukum HendaknyaMembikin Kebahagiaan, Kompas, 13November 2002;

-------------------------- Menjalankan HukumDengan Kecerdasan Spiritual,Kompas, Januari 2003;

Republika, 25 Juli 2002Santos, Boaventura de Sousa, 1995, Toward

A New Common Sense Law, Scienceand Politics in The ParadigmaticTransition, Routledge, New York,London;

Sardar, Ziauddin dan Abrams, Iwona. 2001,Mengenal Chaos for Beginners, Mizan,Bandung;

Seri Penerbitan Sains, Teknologi danMasyarakat, Dari Cambridge MenujuKopenhagen, Edisi I 2000, Mizanbekerjasama dengan PPS StudiPembangunan ITB dan STMIKBandung;

Soche, H. Harris, 1985, Supremasi Hukumdan Prinsip Demokrasi Di Indonesia,Hanindita, Yogyakarta;

Stamford, Charles. 1989, The Disorder ofLaw, A Critique of Legal Theory, BasilBlackwell;

S u g i h a r t o , I . B a m b a n g , 1 9 9 6 ,Postmodernisme, Tantangan BagiFilsafat, Kanisius, Yogyakarta;

Unger, Roberto M. 1976, Law in ModernSociety Toward a Critism of SocialTheory, Collier Macmillan Publisher,London;

Virlio, Paul, 1986. Speed and Politics,Semiotex (e), New York;

Ward, Keith. 1996, God, Chance andNecessity, Oneworld, Oxford, UK,1996 (diterjemahkan oleh Larasmoyomenjadi Dan Tuhan Tidak BermainDadu: Argumen Bagi KeterciptaanAlam Semesta, Mizan, Bandung,2002);

Wignjosoebroto, Soetandyo, 1994, DariHukum Kolonial Ke Hukum Nasional,Dinamika Sosial-Politik dalamPerkembangan Hukum di Indonesia,Rajawali Press, Jakarta.