Paper kel 3 dilema dana pensiun
-
Upload
kakang-zagung -
Category
Documents
-
view
1.150 -
download
3
Transcript of Paper kel 3 dilema dana pensiun
Oleh :Agatha Raharjo (01)Bara Aji Anggara (09)
Doni Iwan Prasetyo (14) Moch Reza Agung Yudhalaksana (22)
Muhammad Yusuf (23)
Semester VIII D-IV Akuntansi Kelas BPKP Angkatan II, Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara, Tangerang Selatan
2014Pengelolaan Dana Pensiun, kaitannya dengan penghematan APBN guna menghindari defisit terlalu besar
Dilema Dana Pensiun
Abstrak
Jaminan dana pensiun adalah salah satu hal kenapa masyarakat banyak yang menginginkan pekerjaan menjadi
Pegawai Negeri Sipil (PNS), atau sekarang disebut Aparatur Sipil Negara (ASN). Bahkan dana pensiun akan tetap
diberikan sampai jangka waktu tertentu walaupun yang bersangkutan telah meninggal dunia. Sejak beberapa tahun
terakhir, pensiun PNS 100% didanai dari APBN, tepatnya dari Belanja Pegawai. Setiap tahunnya anggaran pensiun
selalu naik karena bertambahnya PNS yang pensiun, ditambah dengan kewajiban pembayaran pensiun tahun-tahun
sebelumnya. Hal ini tentu sangat memberatkan pemerintah karena semakin lama akan semakin membebani APBN.
Paper ini menjelaskan mengenai metode yang dirasa tepat untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan pengelolaan
dana pensiun. Sistem dana pensiun yang diberikan setiap bulannya dirasa kurang efisien, maka metode pemberian
pesangon seperti halnya di BUMN dirasa akan lebih tepat. Selain dana yang diberikan lebih pasti dan meringankan
APBN, pensiunan PNS juga akan lebih merasakan manfaatnya, misalnya dapat digunakan untuk modal bisnis
sehingga akan pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian negara. Berdasarkan riset yang telah kami lakukan,
maka pada akhirnya beban pensiun PNS yang ditanggung APBN akan lebih ringan karena hanya akan menanggung
beban di tahun berjalan. Namun kondisi ini tidak serta merta terjadi pada tahun yang bersangkutan. Pada awalnya
beban APBN akan sedikit lebih tinggi, namun setelah berjalan beberapa tahun maka akan didapatkan dampak yang
diinginkan, yaitu mengurangi beban APBN secara signifikan.
Kata Kunci: pensiun, pesangon, APBN, ASN, PNS
1. Pendahuluan
Juni 2014, pemerintah mengklaim total defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 bisa
mencapai sekitar Rp472 trilun atau 4,69% terhadap produk domestik bruto (PDB) jika tidak dilakukan perubahan
APBN 2014. Segala upaya telah dilakukan termasuk pemotongan anggaran secara signifikan di lingkungan instansi
pemerintah untuk mengurangi beban APBN. Struktur pendapatan APBN terdiri atas pendapatan pajak (±67%) dan
penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Walaupun hampir setiap tahun target penerimaan pajak ditingkatkan,
namun realisasi penerimaan-nya belum pernah mencapai target yang ditetapkan. Jadi, apa yang bisa dilakukan
pemerintah untuk memperlebar fiscal space? Mari kita lihat struktur APBN dari segi pengeluaran/belanja. Pos
pengeluaran APBN didominasi oleh belanja pegawai dengan persentase paling besar (±20%) dibandingkan pos
belanja lainnya. Belanja pegawai terdiri atas belanja gaji dan belanja pensiun. Belanja gaji hanya bisa dikurangi bila
gaji PNS/TNI/POLRI diturunkan dan tentu saja hal ini akan memicu pergolakan. Bagaimana dengan belanja
pensiun? Belanja pensiun tahun 2014 berarti pemerintah wajib membayar uang pensiun kepada pegawai yang
pensiun tahun 2014 dan tahun-tahun sebelumnya, dan inilah yang menyebabkan jumlah anggaran belanja pensiun
tiap tahun selalu naik karena jumlah pensiunan yang naik tiap tahun tanpa mengurangi tanggung jawab pemerintah
terhadap pegawai yang telah pensiun di tahun-tahun sebelumnya. Anggaran belanja pensiun tahun 2014 adalah 90T,
anggaran ini digunakan untuk membayar pegawai yang pensiun di tahun 2014 (±110.000) ditambah jumlah pegawai
yang pensiun sebelum tahun 2014 dan masih menjadi tanggungan negara.
1
Bila kita biarkan seperti ini, maka setiap tahun jumlah anggaran belanja pensiun akan terus bertambah tanpa adanya
kemungkinan turun. Sebenarnya ada cara untuk mengurangi tanggung jawab pemerintah terhadap penerima pensiun,
salah satunya adalah sistem pembayaran pesangon. Pesangon berarti jumlah uang pensiun yang seharusnya diterima
setiap bulan selama periode manfaat pensiun diganti dengan penerimaan uang pensiun sekaligus, satu kali. Ada
beberapa kelebihan dan kekurangan dengan sistem pesangon, namun yang jelas, ada waktu dimana jumlah anggaran
pensiun akan turun karena jumlah penerima pensiun hanyalah pegawai yang pensiun di tahun tersebut.
2. Method
Teori Makro
Dalam teori makro, kita mengenal konsep keseimbangan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran
dengan formula :
Y = C + I + G + X-M.
Formula ini dikenal sebagai identitas pendapatan nasional, sekaligus mencerminkan penawaran agregat. Sedangkan
variable-variabel di ruas kanan disebut permintaan agregat. Variable G menyatakan pengeluaran pemerintah
(Government expenditures), I investment, X-M adalah net ekspor. Dengan membandingkan nilai G terhadap Y serta
mengamatinya dari waktu ke waktu dapat diketahui seberapa besar kontribusi pengeluaran pemerintah dalam
pembentukan permintaan agregat atau pendapatan nasional. Dengan ini, dapat kita ketahui seberapa penting
peranan pemerintah dalam perekonomian nasional.
Dalam keuangan negara, pendapatan negara yang bersumber dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara
bukan pajak, akan digunakan untuk mendanai belanja Pemerintah. Dalam klasifikasi ekonomi (Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara), belanja Pemerintah terdiri dari: belanja pegawai, belanja barang,
belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. Sedangkan, dalam teori ekonomi makro,
belanja Pemerintah dikelompokkan dalam belanja konsumsi (Government Consumption Expenditure = GC) dan
investasi Pemerintah (Government Investment Expenditure = GI). Pengeluaran investasi ditujukan untuk
pembentukan aset (stok barang modal/capital stock) di masa depan yang diharapkan dapat menimbulkan multiplier
effect yang besar dan lebih berkelanjutan, sedangkan pengeluaran konsumsi ditujukan untuk membiayai operasional
pemerintah yang sifatnya rutin dan habis pakai yang multiplier effect-nya bersifat jangka pendek.
Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah yang
dibiayai oleh pengeluaran pemerintah. Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula
pengeluaran pemerintah yang bersangkutan. Dalam teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga
pos utama yang dapat digolongkan sebagai berikut : (Boediono,1999)
a) Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.
b) Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai.
Perubahan gaji pegawai mempunyai pengaruh terhadap proses makro ekonomi, di mana perubahan gaji
pegawai akan mempengaruhi tingkat permintaan secara tidak langsung.
c) Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment.
Transfer payment bukan pembelian barang atau jasa oleh pemerintah dipasar barang melainkan mencatat
pembayaran atau pemberian langsung kepada warganya yang meliputi misalnya pembayaran subsidi atau
bantuan langsung kepada berbagai golongan masyarakat, pembayaran pensiun, pembayaran bunga untuk
2
pinjaman pemerintah kepada masyarakat. Secara ekonomis transfer payment mempunyai status dan pengaruh
yang sama dengan pos gaji pegawai meskipun secara administrasi keduanya berbeda.
Dari kedua tabel di atas dapat kita ketahui bahwa pada tahun 2013 belanja pegawai membebani pengeluaran
pemerintah sebesar 233 triliun rupiah atau sebesar 19,5 persen dari keseluruhan belanja pemerintah. Dari belanja
pegawai tersebut dialokasikan sebesar 79 triliun atau sebesar 35,4 persen untuk kontribusi social yang terdiri dari
iuran asuransi kesehatan dan pembayaran manfaat pensiun atau sebesar 6,9 persen dari keseluruhan belanja
pemerintah. Dari tabel tersebut dapat kita analisa bahwa peningkatan rata-rata belanja kontribusi social pemerintah
meningkat sebesar 8,34 triliun rupiah setiap tahun. Sehingga dapat diproyeksikan bahwa pada tahun 2014 akan
membebani anggaran pemerintah sebesar 87,34 triliun rupiah.
3
Penetapan kebijakan untuk mengalihkan pembayaran pensiun aparatur sipil negara (ASN) kedalam bentuk uang
pesangon tentu akan memberikan dampak yang besar bagi ekonomi Indonesia secara makro. Besarnya jumlah uang
yang dikeluarkan pemerintah akan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, yaitu dengan meningkatnya
pendapatan perkapita masyarakat. Tetapi, tingkat pendapatan perkapita tidak sepenuhnya mencerminkan tingkat
kesejahteraaan dan tingkat pembangunan suatu negara. Hal ini disebabkan, adanya kelemahan dalam metode
perhitungan pendapatan perkapita dan pendaptan nasional. Faktor ekonomi yang menjadi kelemahan dalam metode
ini adalah, distribusi pendapatan yang tidak merata, corak pengeluaran masyarakat dan berkurangnya jumlah
penganguran. Pertumbuhan ini harus diimbangi dengan adanya program pembentukan usaha-usaha kecil menengah
yang bertujuan agar besarnya uang yang diterima masyarakat tidak hanya meningkatkan pola konsumsi tetapi juga
memperluas lapangan pekerjaan.
Dalam teorinya, Collin Clark mengemukakan hipotesis bahwa toleransi tingkat pajak dan pengeluaran pemerintah
diperkirakan kurang dari 25 persen dari GNP. Apabila batas 25 persen terlampaui maka akan timbul inflasi yang
akan mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat. Inflasi terjadi karena adanya keseimbangan baru yang timbul
sebagai akibat adanya kesenjangan antara permintaan agregate dan penawaran agregate.
Pengaruh terhadap Pendapatan dan Pengeluaran Pemerintah
Pengaruh pembayaran pesangon kepada Aparat Sipil Negara (ASN) terhadap perekonomian Indonesia antara lain
akan memperngaruhi sisi pengeluaran rutin pemerintah yaitu dengan bertambahnya tanggungan Pemerintah. Dapat
kita gambarkan dalam persamaan antara pendapatan dan belanja pemerintah dalam formula :
PENDAPATAN + PENERIMAAN PEMBIAYAAN = BELANJA + PENGELUARAN PEMBIYAAN
Dari formula di atas dapat dipastikan bahwa kebijakan pesangon akan mempengaruhi keseimbangan antara
penerimaan dan pengeluaran pemerintah dan manambah beban struktur APBN 2014 sebesar 68,5 triliun rupiah.
Tentunya untuk menutupi belanja tersebut pemerintah harus melakukan upaya baik berupa peningkatan pendapatan,
pengalokasian pembiayaan atau berupa pengurangan terhadap belanja pada sektor lain.
Dari sisi pendapatan, pemerintah didorong untuk meningkatkan target penerimaan dari sisi perpajakan, tetapi dari
sisi ini masih belum dapat dipastikan jumlah realisasi penerimaannya. Jika dibandingkan dari target penerimaan
pajak pada tahun 2014 (RAPBN-P 2014) sebesar 1.232,1 triliun rupiah atau meningkat sebesar 132,2 triliun rupiah
atau 12,02 persen dari realisasi pajak tahun 2013 sebesar 1.099,9 triliun rupiah. Angka tersebut masih berupa target
sehingga pemerintah juga perlu menempuh alternative lain untuk menutupi besarnya belanja pegawai tersebut.
Dari sisi pembiayaan, terdapat pertimbangan bahwa apabila pembiayaan digunakan untuk meng-cover belanja rutin
maka jumlah beban bunga yang ditanggung menjadi sangat besar karena belanja tersebut akan terus berjalan dari
tahun ketahun. Adapun alternative lain yang dapat ditempuh yaitu dengan pergeseran alokasi belanja lain untuk
4
menutupi belanja pegawai ini. Dapat kita ketahui bahwa pada tahun 2013 terdapat belanja subsidi sebesar 348,1
triliun rupiah yang di dalamnya terdapat subsidi BBM sebesar 210,7 triliun rupiah. Pengurangan subsidi BBM dapat
menggunakan langkah yaitu dengan mengkhususka subsidi bahan bakar hanya untuk angkutan umum dengan
membentuk SPBU khusus angkutan umum dan menghapuskan susbsidi bagi kendaraan pribadi.
3. Results
Faktor Penghitungan:
1. Anggaran Pemerintah untuk alokasi pensiun pada tahun anggaran 2014 adalah sebesar Rp90T untuk peserta
pensiun sebanyak 4,7 juta orang.
Jika dilihat dari statistic penambahan jumlah pensiunan selama 4 tahun terakhir:
Tahun Jumlah Pensiunan (Jiwa) Pertambahan dari Tahun Sebelumnya (Jiwa)
2011 107.418
2012 124.175 16.757
2013 123.167 (1.008)
2014 133.734 10.567
Jumlah s.d 2014 488.494
Maka dapat didapatkan rata-rata pertambahan pensiunan setiap tahun adalah 8.772 orang atau
peningkatannya 7,18% per tahun.
Dengan estimasi tersebut, maka jumlah pensiunan pada tahun 2015 adalah sebanyak 143.340 orang.
2. Sesuai dengan UU No 5 Tahun 2014, bahwa usia pensiun pegawai negeri adalah 58 tahun, sehingga apabila
diselaraskan dengan rata-rata tingkat hidup orang Indonesia adalah hingga usia 71 tahun, maka setelah
pensiun, seseorang akan mendapat pensiun paling tidak selama 13 tahun.
Angka 13 tahun ini dapat dijadikan jangka waktu ideal untuk pemberian pensiun kepada setiap peserta
program pensiun.
Dengan demikian, sampai dengan tahun 2028, jumlah pensiunan di Indonesia dapat diestimasikan sebagai
berikut:
Tahun Pertambahan Jumlah Pensiunan
2014 133.734
2015 7,18 143.340
2016 7,18 153.636
2017 7,18 164.671
2018 7,18 176.500
2019 7,18 189.177
2020 7,18 202.766
2021 7,18 217.330
2022 7,18 232.941
2023 7,18 249.673
2024 7,18 267.606
2025 7,18 286.828
5
Tahun Pertambahan Jumlah Pensiunan
2026 7,18 307.431
2027 7,18 329.513
2028 7,18 353.182
3. Berikut ini ditampilkan daftar gaji pokok pegawai negeri sipil tahun 2014:
Golongan Gaji Pokok (Rp)
Golongan 2A 3.031.100
Golongan 2B 3.159.300
Golongan 2C 3.293.000
Golongan 2D 3.432.300
Golongan 3A 3.806.300
Golongan 3B 3.967.300
Golongan 3C 4.135.200
Golongan 3D 4.310.100
Golongan 4A 4.492.400
Golongan 4B 4.682.400
Golongan 4C 4.880.600
Golongan 4D 5.086.900
Golongan 4E 5.302.100
Jumlah 53.579.000
Rata-rata 4.121.462
Besaran rata-rata gaji pokok tersebut dijadikan Penghasilan Dasar Pensiun (PhDP) untuk estimasi anggaran
pada tahun 2015.
4. Dalam PMK No. 50/2012, diatur tentang Dana Pensiun yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat
Pasti yang membayarkan manfaat pensiunnya dengan menggunakan rumus bulanan maupun rumus
sekaligus:
MPbulanan = 2,5% x MK x PhDP
Pesangon = 12 x MP x FNS
Keterangan:
1) MPbulanan adalah Manfaat Pensiun Bulanan.
2) Variabel tetap 2,5% adalah berdasarkan iuran yang dipungut setiap bulan selama masa kerja pegawai
yang pensiun.
3) MK adalah masa kerja pegawai mengabdi kepada negara. Dalam hal ini, jika secara umum pegawai
negeri memulai karir di usia 20 tahun dan memasuki masa pensiun di usia 58 tahun, maka masa kerja
yang ditempuh adalah 38 tahun.
4) PhDP adalah Penghasilan Dasar Pensiun yang merupakan gaji terakhir yang didapat pegawai negeri
tersebut.
6
5) Pesangon adalah pembayaran manfaat pensiun secara sekaligus.
6) Variabel tetap 12 adalah jumlah bulan dalam setahun.
7) FNS adalah Faktor Nilai Sekarang (dalam pembuatan paper ini menggunakan FNS Jamsostek)
5. Dari unsur-unsur tersebut kita akan membuat ilustrasi Manfaat Pensiun secara rata-rata dan skema
penghitungan tambahan alokasi anggaran yang harus disediakan oleh pemerintah atas pensiun bulanan
dengan rumus sebagai berikut:
MPbulanan = Iuran Pensiun x MK x PhDP
= 2,5% x 38 x 4.121.462
= 3.915.389
Maka manfaat pensiun yang harus disediakan untuk 143.340 orang selama 12 bulan adalah sebesar:
MP = Jumlah bulan dalam setahun x Estimasi Jumlah Pegawai Pensiun 2015 x MPbulanan
= 12 x 143.340 x 3.915.389
= 6.734.779.964.112,54
Maka tambahan anggaran pensiun harus dialokasikan oleh pemerintah sebesar Rp6,7 Triliun selain dari
alokasi untuk para pensiunan secara akumulatif sampai dengan tahun 2014 sebesar Rp90 Trilyun, sehingga
pada tahun 2015 paling tidak pemerintah harus menyediakan anggaran pensiun sebesar Rp96,7 Trilyun.
Nilai tersebut akan terus bertambah dari tahun ke tahun tanpa ada kepastian yang memadai.
Dengan asumsi inflasi sebesar 5,5%, tidak terjadi kenaikan gaji PNS sebagai PhDP, masa manfaat pensiun
selama 13 tahun, dan penambahan peserta pensiun sebesar 1,8%, dan tidak ada pensiunan yang pensiun
sebelum tahun 2014 yang meninggal sampai dengan tahun 2028. Maka anggaran yang harus disediakan
pemerintah sampai dengan tahun 2028 dapat diestimasi sebagai berikut:
TABEL 1
Tahun Inflasi Alokasi dengan inflasi
tanpa pertambahan
pegawai
Pertambahan
Pensiunan
Alokasi dengan inflasi dan
faktor pertambahan
pensiunan
2014 90.000.000.000.000 90.000.000.000.000
2015 5,5 94.950.000.000.000 7,18 96.820.156.644.708
2016 5,5 100.172.250.000.000 7,18 104.015.421.904.875
2017 5,5 105.681.723.750.000 7,18 111.606.426.754.351
2018 5,5 111.494.218.556.250 7,18 119.614.936.870.548
2019 5,5 117.626.400.576.844 7,18 128.063.915.043.137
2020 5,5 124.095.852.608.570 7,18 136.977.587.015.217
2021 5,5 130.921.124.502.042 7,18 146.381.510.945.762
2022 5,5 138.121.786.349.654 7,18 156.302.650.692.487
2023 5,5 145.718.484.598.885 7,18 166.769.453.125.282
2024 5,5 153.733.001.251.823 7,18 177.811.929.691.880
2025 5,5 162.188.316.320.674 7,18 189.461.742.469.642
7
Tahun Inflasi Alokasi dengan inflasi
tanpa pertambahan
pegawai
Pertambahan
Pensiunan
Alokasi dengan inflasi dan
faktor pertambahan
pensiunan
2026 5,5 171.108.673.718.311 7,18 201.752.294.950.180
2027 5,5 180.519.650.772.818 7,18 214.718.827.817.148
2028 5,5 190.448.231.565.323 7,18 228.398.519.991.799
2.016.779.714.571.190 2.268.695.373.917.020
Hal ini terus berlanjut seterusnya sampai penerima manfaat (suami/istri/anak) sudah tidak berhak menerima
lagi.
Maka pengeluaran pemerintah selama 13 tahun ke depan adalah sekitar Rp2.200 trilyun.
6. Jika pemerintah menggunakan skema pesangon khusus untuk PNS yang pensiun pada tahun 2015, maka
dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Pesangon = Estimasi Jumlah Pegawai Pensiun 2015 x Jumlah bulan dalam setahun x FNS x PhDP
= 143.340 x 12 x 10,174585 x 3.915.389
= 68.523.598.874.717,70
Dengan asumsi tidak terjadi kenaikan gaji PNS sebagai PhDP, masa manfaat pensiun selama 13 tahun,
inflasi 5,5%, dan pertambahan pensiunan setiap tahunnya adalah 7,18%. Maka selama 13 tahun ke depan
pemerintah paling tidak harus mengalokasikan anggaran untuk pesangon sebesar:
Tabel 2
Tahun Inflasi Alokasi dengan Inflasi Pertambahan
Pensiunan
Alokasi dengan Inflasi dan
pertambahan jumlah pensiunan
2014 -
2015 5,5 68.523.598.874.718 68.523.598.874.718
2016 5,5 72.292.396.812.827 7,18 73.716.284.187.881
20142016
20182020
20222024
20262028
-
50,000,000,000,000
100,000,000,000,000
150,000,000,000,000
200,000,000,000,000
250,000,000,000,000
Grafik Pertumbuhan Alokasi Pensiun Selama 13 Tahun
Grafik Pertumbuhan Alokasi Pensiun Selama 13 Tahun
8
Tahun Inflasi Alokasi dengan Inflasi Pertambahan
Pensiunan
Alokasi dengan Inflasi dan
pertambahan jumlah pensiunan
2017 5,5 76.268.478.637.533 7,18 79.194.567.193.269
2018 5,5 80.463.244.962.597 7,18 84.974.155.763.953
2019 5,5 84.888.723.435.540 7,18 91.071.621.706.024
2020 5,5 89.557.603.224.495 7,18 97.504.448.274.909
2021 5,5 94.483.271.401.842 7,18 104.291.080.305.083
2022 5,5 99.679.851.328.943 7,18 111.450.977.096.917
2023 5,5 105.162.243.152.035 7,18 119.004.668.212.301
2024 5,5 110.946.166.525.397 7,18 126.973.812.339.032
2025 5,5 117.048.205.684.294 7,18 135.381.259.392.732
2026 5,5 123.485.856.996.930 7,18 144.251.116.034.387
2027 5,5 130.277.579.131.761 7,18 153.608.814.791.332
2028 5,5 137.442.845.984.008 7,18 163.481.186.979.909
1.390.520.066.152.920 1.553.427.591.152.450
Dari perhitungan tersebut, maka anggaran pensiun yang harus dialokasikan pemerintah sampai dengan
tahun 2028 jika berniat membayar manfaat pensiun bulanan untuk pegawai yang pensiun sampai dengan
tahun 2014 dengan asumsi tidak ada pensiunan yang pensiun sebelum tahun 2014 yang meninggal sampai
dengan tahun 2028 dan pemberian pesangon untuk pegawai mulai tahun 2015, maka selama 13 tahun
akumulasi anggaran yang harus dikeluarkan pemerintah dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 3
Tahun Alokasi Pensiun Untuk
Pensiunan Sebelum Tahun 2015
Alokasi Pesangon
Pensiunan Setelah 2014
Jumlah
2014 90.000.000.000.000 - 90.000.000.000.000
2015 94.950.000.000.000 68.523.598.874.718 163.473.598.874.718
2016 100.172.250.000.000 73.716.284.187.881 173.888.534.187.881
2017 105.681.723.750.000 79.194.567.193.269 184.876.290.943.269
2018 111.494.218.556.250 84.974.155.763.953 196.468.374.320.202
2019 117.626.400.576.844 91.071.621.706.024 208.698.022.282.868
2020 124.095.852.608.570 97.504.448.274.909 221.600.300.883.479
2021 130.921.124.502.042 104.291.080.305.083 235.212.204.807.125
2022 138.121.786.349.654 111.450.977.096.917 249.572.763.446.571
2023 145.718.484.598.885 119.004.668.212.301 264.723.152.811.186
2024 153.733.001.251.823 126.973.812.339.032 280.706.813.590.855
2025 162.188.316.320.674 135.381.259.392.732 297.569.575.713.406
2026 171.108.673.718.311 144.251.116.034.387 315.359.789.752.697
2027 180.519.650.772.818 153.608.814.791.332 334.128.465.564.150
2028 190.448.231.565.323 163.481.186.979.909 353.929.418.545.232
Jumlah 2.016.779.714.571.190 1.553.427.591.152.450 3.570.207.305.723.640
Catatan: Nilai ini dapat mengalami kenaikian atau penurunan seiring pertambahan/pengurangan jumlah
pegawai yang dipesangon dan pengurangan jumlah pegawai yang menerima pensiun bulan.
Jika diasumsikan bahwa setelah tahun 2028 tingkat inflasi tetap sama, pertumbuhan jumlah pensiunan tetap
9
sama, dan semua pensiunan yang pensiun sebelum tahun 2014 telah meninggal dunia, maka estimasi
alokasi anggaran pensiun pada tahun tahun 2029 dapat dilihat dari perhitungan berikut:
Alokasi = Tingkat Inflasi x Tingkat Pertumbuhan Pensiunan x Alokasi 2028
= 5,5% x 7,8% x 163.481.186.979.909
= 173.896.539.638.858
Dari rumus tersebut diperoleh nilai alokasi anggaran pensiun sebesar Rp173 Trilyun. Dengan rumus yang
sama akan diperoleh alokasi untuk tahun 2030 dan seterusnya.
Dengan rumusan tersebut, ilustrasi alokasi anggaran pensiun sampai dengan tahun 2044 dapat dilihat dari
tabel berikut ini:
Tahun Alokasi Pensiun
untuk Pensiunan
sebelum tahun 2015
Alokasi Pesangon
Pensiunan setelah
2014
Jumlah Akumulasi
2014 90.000.000.000.000 - 90.000.000.000.000 90.000.000.000.000
2015 94.950.000.000.000 68.523.598.874.718 163.473.598.874.718 253.473.598.874.718
2016 100.172.250.000.000 73.716.284.187.881 173.888.534.187.881 427.362.133.062.599
2017 105.681.723.750.000 79.194.567.193.269 184.876.290.943.269 612.238.424.005.868
2018 111.494.218.556.250 84.974.155.763.953 196.468.374.320.202 808.706.798.326.070
2019 117.626.400.576.844 91.071.621.706.024 208.698.022.282.868 1.017.404.820.608.940
2020 124.095.852.608.570 97.504.448.274.909 221.600.300.883.479 1.239.005.121.492.420
2021 130.921.124.502.042 104.291.080.305.083 235.212.204.807.125 1.474.217.326.299.540
2022 138.121.786.349.654 111.450.977.096.917 249.572.763.446.571 1.723.790.089.746.110
2023 145.718.484.598.885 119.004.668.212.301 264.723.152.811.186 1.988.513.242.557.300
2024 153.733.001.251.823 126.973.812.339.032 280.706.813.590.855 2.269.220.056.148.150
2025 162.188.316.320.674 135.381.259.392.732 297.569.575.713.406 2.566.789.631.861.560
2026 171.108.673.718.311 144.251.116.034.387 315.359.789.752.697 2.882.149.421.614.260
2027 180.519.650.772.818 153.608.814.791.332 334.128.465.564.150 3.216.277.887.178.410
2028 190.448.231.565.323 163.481.186.979.909 353.929.418.545.232 3.570.207.305.723.640
2029 - 173.896.539.638.858 173.896.539.638.858 3.744.103.845.362.500
2030 - 184.884.736.694.050 184.884.736.694.050 3.928.988.582.056.550
2031 - 196.477.284.587.276 196.477.284.587.276 4.125.465.866.643.820
2032 - 208.707.422.614.630 208.707.422.614.630 4.334.173.289.258.450
2033 - 221.610.218.233.489 221.610.218.233.489 4.555.783.507.491.940
2034 - 235.222.667.611.385 235.222.667.611.385 4.791.006.175.103.330
2035 - 249.583.801.705.065 249.583.801.705.065 5.040.589.976.808.390
2036 - 264.734.798.173.898 264.734.798.173.898 5.305.324.774.982.290
2037 - 280.719.099.448.516 280.719.099.448.516 5.586.043.874.430.810
2038 - 297.582.537.293.239 297.582.537.293.239 5.883.626.411.724.050
2039 - 315.373.464.219.421 315.373.464.219.421 6.198.999.875.943.470
2040 - 334.142.892.126.543 334.142.892.126.543 6.533.142.768.070.010
2041 - 353.944.638.568.557 353.944.638.568.557 6.887.087.406.638.570
2042 - 374.835.481.064.881 374.835.481.064.881 7.261.922.887.703.450
10
Tahun Alokasi Pensiun
untuk Pensiunan
sebelum tahun 2015
Alokasi Pesangon
Pensiunan setelah
2014
Jumlah Akumulasi
2043 - 396.875.319.898.504 396.875.319.898.504 7.658.798.207.601.950
2044 - 420.127.349.867.976 420.127.349.867.976 8.078.925.557.469.930
Seperti terlihat pada grafik di bawah ini:
7. Berdasarkan PMK Nomor 50/PMK.010/2012, dimungkinkan untuk memberikan manfaat pensiun sekaligus
(pesangon) kepada para pensiunan yang telah mendapatkan pensiun secara bulanan, maka pada tahun 2015
estimasi anggaran yang harus disediakan oleh pemerintah adalah sebesar:
Pesango
n
= Jumlah Pensiunan sampai dengan 2015 x Jumlah bulan dalam setahun x FNS
Usia rata-rata Pensiunan yang masih hidup x MP
= 4,9jt jiwa x 12 bulan x 8,078394 x 3.915.389
= 1.859.847.186.808.680
Keterangan: Dengan dasar rata-rata usia pensiun adalah 58 tahun, dan usia harapan hidup penduduk
20142016
20182020
20222024
20262028
20302032
20342036
20382040
20422044
-
50,000,000,000,000
100,000,000,000,000
150,000,000,000,000
200,000,000,000,000
250,000,000,000,000
300,000,000,000,000
350,000,000,000,000
400,000,000,000,000
450,000,000,000,000
Series1Series2Series3
11
Indonesia adalah 71 tahun, FNS yang digunakan adalah untuk usia 65 tahun.
Dengan demikian, jika pemerintah memilih untuk mengkonversi pensiun bulanan untuk pegawai yang
pensiun sebelum 2015 dan memberikan pesangon kepada pegawai yang pensiun pada tahun 2015. Maka
anggaran pemerintah pada tahun 2015 akan terbebani sebesar Rp1.859 trilyun atau setara dengan beban
APBN Tahun Anggaran 2014 secara keseluruhan, namun kewajiban pemerintah setelah tahun 2015 hanya
untuk pesangon pegawai yang pensiun pada tahun bersangkutan seperti diilustrasikan pada tabel 2.
Sehingga pada tahun 2015, paling tidak pemerintah harus menyediakan angggaran belanja sekitar Rp3.700
trilyun.
Walaupun terasa sangat berat dan sulit diwujudkan, penggunaan skema ini akan memberikan efisiensi yang
sangat besar secara jangka panjang terhadap keuangan negara.
References
KMK Nomor 50 Tahun 2012 tentang Iuran Dana Pensiun
Portal Badan Kepegawaian Negara, http://www.bkn.go.id
Info Grafis APBN Tahun 2014
Nota Keuangan 2014, Kementerian Keuangan Indonesia
12