SKRIPSI IMPLEMENTASI PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA ...
Transcript of SKRIPSI IMPLEMENTASI PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA ...
SKRIPSI
IMPLEMENTASI PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA
MELALUI PROGRAM SATU HAFIDZ SATU DESA
DI KABUPATEN GOWA
JULIANA
Nomor Stambuk : 105611116216
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
i
IMPLEMENTASI PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA
MELALUI PROGRAM SATU HAFIDZ SATU DESA
DI KABUPATEN GOWA
Sebagai Salah Satu Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun dan Diajukan Oleh :
JULIANA
Nomor Stambuk : 105611116216
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
iii
iv
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama Mahasiswa : Juliana
Nomor Induk Mahasiswa : 105611116216
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar penelitian ini adalah karya saya sendiri dan bukan hasil
plagiat dari sumber lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan
apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima Sanksi Akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Makassar, September 2021
Yang Menyatakan
Juliana
v
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah, penulis memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Peningkatan Sumber Daya
Manusia Melalui Program Satu Hafidz Satu Desa Di Kabupaten Gowa”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebsar-besarnya
kepada seluruh pihak yang telah menemani penulis selama ini. Skripsi ini penulis
persembahkan kepada yang tercinta terkhusus dan teristimewa untuk kedua
Orangtua Penulis, Orangtua yang tiada henti-hentinya mendoakan dan
memberikan dorongan baik moril maupun materil, kepercayaan, kesabaran, serta
senantiasa mengalunkan doa dan kasih sayang yang tak henti-hentinya kepada
penulis. Doa dan dedikasi yang selalu diberikan kepada penulis dan menjadi
motivasi terbesar penulis dalam menyelesaikan studinya.
vi
Selain itu, skripsi ini selesai juga berkat dukungan dari berbagai pihak.Oleh
karena itulah dalam kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih dan rasa hormat
yang sebesar-besarnya kepada.
1. Bapak selaku pembimbing I Dr. H. Mappamiring, M.Si, dan Ibunda selaku
pembimbing II Dr. Haerana, S.Sos., M,Pd, yang senantiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
2. Ibunda Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Kakanda Nasrul Haq, S.Sos., M.PA selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar.
4. Para Bapak dan Ibu Dosen-dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang
selama ini memberikan ilmunya kepada penulis serta dorongan dan semangat
yang selalu diberikan.
5. Seluruh staf dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang
senantiasa membantu penulis dalam pengurusan administrasi.
6. Seluruh Kepala Dinas, staf dan pegawai Dinas Sosial Kabupaten Gowa yang
telah ramah menerima serta meluangkan waktu untuk memberikan data
berupa wawancara kepada penulis selama proses penelitian.
7. Masyarakat Kabupaten Gowa yang sudah mau menjadi informan penelitian
penulis selama proses pengumpulan data.
vii
8. Kedua Orangtua Ayahanda Sulkifli dan Ibunda Kamba yang senantiasa
mendoakan penulis memberikan semangat dan bantuan baik moril maupun
materil.
9. Para sahabat penulis Asnawi, Mahfirah, Andila, Rita Aswati, Musdalifah,
yang senantiasa membantu memberikan ide-ide dalam penyelesaian skripsi
ini dan selalu menghibur dan menemani.
10. Semua pihak-pihak yang telah memberikan bantuannya secara langsung
maupun tidak langsung kelancaran dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, tetapi setiap
manusia berpotensi melakukan gerak penyempurnaan. Oleh karena itu dengan
segenap kerendahan hati, kritik dan saran yang sifatnya membangun serta
diharapkan unruk referensi hidup dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis
berharap semoga skripsi ini memberikan kontribisu yang bermanfaat bagi semua
pihak, dan semoga Allah SWT memberikan pahala yang melimpah atas kebaiakn
semua.Amin.
Makassar, September 2021
Penulis
Juliana
viii
ABSTRAK
Juliana. Mappamiring dan Haerana. Implementasi Peningkatan Sumber
Daya Manusia Melalui Program Satu Hafidz Satu Desa di Kabupaten Gowa
Program Satu Hafidz Satu Desa merupakan program yang bertujuan untuk
memotivasi masyarakat serta menciptakan Hafiz untuk menjadi imam masjid besar di
setiap desa. Program Satu Hafidz Satu Desa di jalankan atas dasar Peraturan Daerah
(PERDA) kabupaten Gowa No.8 Tahun 2015 tentang penataan lembaga kemasyarakatan
Desa/Kelurahan. Dimana bahwa penetapan sasaran dan tujuan yang berkjangka panjang,
agar program ini berjalan keselurahan yang ada di desa/kelurahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan sumber daya manusia
melalui Program Satu Hafidz Satu Desa di Kabupaten Gowa dan untuk mengetahui faktor
penghambat dan pendukung strategi peningkatan sumber daya manusia melalui Program
Satu Hafidz Satu Desa di Kabupaten Gowa. Jenis penelitian yang digunakan dalam
peneltian ini adalah penelitian kualitatif, penelitian ini menggambarkan bagaimana
pemerintah dalam meningkatan sumber daya manusia melalui program Satu Hafidz Satu
Desa di Kabupaten Gowa. Jumlah informan dalam penelitian ini terdiri dari 7 orang
informan. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, kedua jenis
data ini diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa implementasi peningkatan
sumber daya manusia melalui Program Satu Hafidz Satu Desa di Kabupaten Gowa belum
berjalan dengan baik. Hal tersebut dilihat dari (a) Siapa direktur program, (b) Sentralisasi-
Desentralisasi, (c) Spesifikasi Pekerjaan, (d) Rencana Program dan Anggaran, (e) Uraian
Tugas, (f) rutinitas Pekerjaan. Faktor pendukung Strategi Peningkatan Sumber Daya
Manusia Di Kabupaten Gowa adalah (a) pembinaan, Kerjasama stakeholder, jumlah yang
ikut serta dalam pembinaan, dan pelaporan yang teratur dan tepat. (b) Koordinator,
Koordinasi dengan Dinas Sosial, kegiatan monitoring, dan transparansi dan penyaluran
anggaran. Faktor penghambat (a) pada tingkat pembinaan, kendala yang dihadapi
mengedukasi masyarakat tentang bagaimana pentingnya belajar agama, (b) Koordinator,
pentingnya dalam mengedukasi pembinaan Satu Hafidz Satu Desa dan Kurangnya
sosialisasi masyarakat.
Kata Kunci: Implementasi, Peningkatan, SDM, Hafidz
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL…………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENERIMAAN TIM ................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. xii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. ... 1
A. Latar Belakang………………………………………………………… .... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 9
A. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 9
B. Konsep dan Teori Sumber Daya Manusia .................................................. 11
a. Pengertian SDM……………………………………………………….. 11
b. Fungsi MSDM…………………………………………………………. 15
c. Dimensi Kualitas SDM………………………………………………… 16
C. Subtansi Proses pembinaan……………………………………………….. 19
D. Faktor penghambat dan pendukung ............................................................ 28
E. Implementasi Kebijakan.............................................................................. 30
F. Kerangka Pikir ............................................................................................ 33
G. fokus Penelitian ........................................................................................... 35
H. Deskripsi Fokus Peneliti…………………………………………………. 35
x
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. . 38
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................... . 38
B. Jenis dan Tipe Penelitian ............................................................................ 38
C. Sumber Data ............................................................................................... . 38
D. Informan Penelitian………………………………………………...... 39
E.. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 39
F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 40
G. Teknik Pengebsahan Data .......................................................................... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 43
A. Deskripsi Lokasi Penelitian........................................................................ 43
B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 48
C. Pembahasan Penelitian ............................................................................... 74
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 80
A. Kesimpulan ................................................................................................ 83
B. Saran ........................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 85
LAMPIRAN ...................................................................................................... 87
xi
DAFTAR TABEL
3.2 Informan Penelitian………………………………………………………. 39
4.3 Jabatan dan Spesifikasi Program Satu Hafiz satu Desa…………………. 53
4.4 Kegiatan Pelatihan Pembinaan I…………………………………………. 66
4.5 Kegiatan Pelatihan Pembinaan II…………………………………………. 67
xii
DAFTAR GAMBAR
2.2 Kerangka Pikir…………………………………………………………… 33
4.2 Struktur Program satu Hafiz Satu Desa………………...……………….. 51
4.3 Tujuan dan Kegiatan……………............................................................... 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan suatu modal dasar yang paling utama
dalam setiap organisasi. Tanpa adanya sumber daya manusia dapat dipastikan
roda organisasi tidak akan bergerak. Pentingnya sumber daya manusia bukanlah
menjadi hal yang kesederhanaan baru dari manusia. Manusia adalah mahkluk
yang mengembangkan ilmu pengetahuan secara bersungguh-sungguh. Manusia
selalu menggali dan mencari serta mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya, ia ingin menemukan hal baru dan bermanfaat bagi banyak orang. Tanpa
orang-orang yang memiliki keahlian dan kompeten maka organisasi sangat sulit
mencapai tujuannya, sumber daya manusia yang membuat sumber daya lainnya
dapat berjalan.
Adapun pengertian sumber daya manusia diantaranya sumber daya manusia
adalah pegawai yang siap, mau dan mampu memberi sumbangan terhadap
pencapaian tujuan organisasi.
Pengembangan sumber daya manusia adalah fungsi manajemen sumber
daya manusia utama yang tidak hanya terdiri atas pelatihan dan pengembangan
juga aktivitas-aktivitas perencanaan dan pengembangan karir individu. Pada era
modern saat ini, menyiapkan SDM yang berkualitas menjadi semakin rumit. Akan
tetapi, sebagai tantangan yang harus dihadapi dan bukan halangan yang harus di
hindari. Manajemen suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
2
pengawasan usaha-usaha anggota yang ada dalam organisasi. Manajemen yaitu
ilmu atau seni yang mengatur proses manfaat sumber daya manusia dan sumber
lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan. Definisi
mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui
pengaturan orang lain untuk melaksankan berbagai tugas yang dilakukan. Di
dalam sebuah manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yaitu : Planning,
Organizing, actuating, dan controlling.
Perencanaan menurut Terry (1960) dalam Mardikanto (2010), Perencanaan
diartikan sebagai suatu proses pemilihan dan menghubungkan hubungkan fakta
serta menggunakannya untuk menyusun asumsi-asumsi yang di duga bakal terjadi
di masa datang, untuk kemudian merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan
demi tercapainya tujuan-tujuan yang di harapkan.
Perencanaan sangat penting dan perlu untuk setiap usaha mencapai suatu
tujuan. Alasan ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa kondisi masa depan
tidak diprediksi oleh siapapun itu. Program Satu Hafiz Satu Desa mempunyai
sebuah strategi untuk merubah menjadi lebih baik, yang salah satunya adalah
mendidik anak dalam membaca Al-quran.
Pengembangan sumber daya manusia perlu di lakukan di era globalisasi
seperti sekarang ini. Pengembangan sumber daya manusia dilakukan untuk
membentuk personal yang berkualitas dengan keterampilan, kemampuan kerja,
loyalitas kerja kepada suatu perusahan ataupun organisasi. Strategi pengembangan
sumber daya manusia bisa melalui pendidikan dan pengembangan keterampilan.
3
Dengan adanya strategi pengembangan yang baik, maka organisasi mampu untuk
berkembang dalam kerasnya persaingan organisasi dan strategi juga memberikan
manfaat yang maksimal bagi sumber daya manusia.
Manajemen sumber daya manusia juga merupakan suatu aktivitas yang
dilakukan agar sumber daya manusia dalam organisasi dapat digunakan secara
efektif dan efesien unuk mencapai suatu tujuan. Pengembangan sumber daya
manusia dapat di definisikan seperangkat aktivitas yang sistematis dan terencana
yang dirancang dalam memfasilitasi para pegawainya dengan kecakapan yang
dibutuhkan agar memenuhi tuntutan pekerjaan, baik pada saat ini hingga yang
akan datang.
Peraturan Daerah (PERDA) kabupaten Gowa No.8 Tahun 2015 tentang
penataan lembaga kemasyarakatan Desa/Kelurahan dan Peraturan Daerah
(PERDA) Kabupaten Gowa Nomor 10 tahun 2019 tentang program pendidikan
dan pelatihan. Dimana bahwa penetapan sasaran dan tujuan yang berkjangka
panjang, agar program ini berjalan keselurahan yang ada di desa/kelurahan.
Dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan sumberdaya masayarakat, maka
perlu peningkatan kemampuan peran lembaga ke masyarakatan desa ataupun
kelurahan agar berkontribusi efektif dalam mengorganisasikan diri dan dapat
menggerakkan pembangunan swadaya gotong royong di bidang pengelolaan
sumber daya manusia dan sumber daya alam secara terencana, teratur, dan
terukur.
4
Perkembangan Organisasi atau perusahaan sangat terkait dengan kualitas
sumber daya manusianya. Apabila sumber daya manusia rendah maka stagnasi
organisasi atau perusahaan kemugkinan akan terjadi, oleh karena itu
pengembangan sumber daya manusia dirancang dan mampu memandang peran
dalam organisasi secara luas. Organisasi atau perusahaan yang mempunyai
strategi dalam mengembangkan sumber daya manusianya. Strategi merupakan
satu kesatuan rencana yang komprehensip. Strategi merupakan serangkaian
rencana yang dapat menghubungkan dengan lingkungan yang dihadapinya,
strategi dapat menjamin agar tujuan organisasi dapat tercapai. Oleh karena itu,
melalui ilmu pengetahuan manusia dapat memperbaiki kekurangannya dan
menciptakan hal-hal baru yang berdaya guna dalam kehidupan masyarakat banyak
tanpa harus di barengi rasa keingintahuan yang tinggi, keinginan untuk selalu
maju dan meningkatan diri.
Program ini di lakukan untuk melihat masyarakat dalam menonjolkan diri
dalam menghafal Al-quran, akan tetapi program ini masih berjalan di 2 desa di
kabupaten Gowa dan 179 desa/kelurahan yang belum berjalan, karena desa yang
belum merealisasikan program ini menunggu anggaran APBD dari pemerintah
untuk proses pembangunan rumah hafidz Al-quran itu sendiri. Seperti yang dapat
dilihat bahwa anak milenial sekarang masih banyak yang bermain dan kurang
bermanfaat, dengan adanya program ini dapat meningkatkan potensi anak lebih
baik lagi. Karena, manusia tidak akan mencapai perkembangan seperti ini tanpa
berkekuatan dari dalam diri masing-masing seseorang yang telah di anugerahkan
Tuhan.
5
Terkait dengan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di rumah hafiz
satu desa di kabupaten Gowa menjadikan salah satu faktor utama yang harus
dimiliki oleh seseorang, oleh karena itu pihak desa/kelurahan sudah
mensosialisasikan ke masyarakat bahwa adanya program ini di kabupaten gowa
,akan tetapi kurangnya sosialisasi/koordinasi aparat dinas yang menaungi program
ini (DINSOS) sehingga program ini terkendala di beberapa desa/kelurahan, dan
hanya beberapa desa saja yang berjalan program ini, bertahapnya proses anggran
APBD sehingga masih dalam pembangunan asrama Satu Hafidz Satu Desa di
setiap kelurahan/Desa. Program pemerintah ini harus menjadi motivasi bagi
masyarakat di kabupaten Gowa sehingga harus memperbanyak sosialisasi dari
pihak aparat yang mengkordinasi tentang program Satu Hafidz Satu Desa ini,
Program ini sangat di dukung oleh masyarakat luas yang berada di kabupaten
Gowa sendiri, tetapi cuman beberapa desa dahulu yang dapat teralisasikan
program ini. Oleh itu harus saling bekerjasama dengan satu dan yang lainnya baik
tiap desa/kelurahan dan masyarakat atau sebaliknya pemerintah dan masyarakat,
Tanpa adanya kerjasama antara satu dan yang lainnya program ini tidak berjalan
dengan baik atau tidak sesuai harapan yang di inginkan. Adanya program ini dapat
membantu pemerintah dan dapat menguntungkan bagi masyarakat, program ini
tidak lain hanya untuk masyarakat agar lebih menjaga ke kedekatan serta
keimanannya baik sejak dini hingga seterusnya dan dapat diterapkan baik di
dalam keluarga , masyarakat dan pemerintah.
Hasil observasi peneliti bahwa di kabupaten Gowa memiliki 18 kecamatan,
135 desa dikabupaten Gowa, 46 Kelurahan dikabupaten Gowa dan jumlah
6
keseluruhan 181 desa/kelurahan dikabupaten Gowa, Hingga saat ini 2 desa yang
berjalan program ini dan peneliti menemukan bahwa adanya program pemerintah
ini dapat memotivasi anak-anak yang lainnya yang berada di kabupaten Gowa
karena untuk saat ini pemerintah sudah bekerja sama dengan imam masjid yang
ada di kabupaten Gowa, dari hasil observasi bahwa pemerintah meminta
masyarakat untuk membantu menyukseskan program keagaamaan ini. Karena
masih kurangnya masyarakat yang ikut turun berpartisipasi dalam meningkatkan
program hafidz ini yang di programkan langsung oleh pemerintah. Oleh karena itu
pemerintah membutuhkan strategi yang baik agar masyarakat ikut berpartisipasi
dalam mengikuti hafidz-hafidz tiap desa, membaca Al-quran lebih baik daripada
bermain yang kurang berfaedah bagi anak. (Tagarnews. 17 November 2019).
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti agar dapat dijadikan rekomendasi di
kabupaten Gowa untuk mengetahui adanya program hafiz Al-quran Satu Desa
untuk menjadikan pedoman guna meningkatkan sumber daya manusia melalui
hafidz di kabupaten Gowa. Menariknya penelitian ini untuk mengetahui dan
mendiskripsikan serta menganalisis strategi implementasi pemerintah dalam
program hafidz ini di kabupaten Gowa dengan menggunakan teori-teori dan
konsep-konsep terkait manajemen sumber daya manusia , implementasi strategi,
dan peran pemerintah.
Melihat beberapa masalah sumber daya manusia yang menyangkut banyak
orang (masyarakat) yang di nilai masih kurangnya pendekatan antara satu dan
yang lainnya maka penulis berinisiatif untuk mengadakan penelitian yang
7
berjudul "Implementasi Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Melalui
Program Satu Hafidz Satu Desa di Kabupaten Gowa".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat
dalam penelitian ini, adalah :
1. Bagaimana implementasi peningkatan sumber daya manusia melalui program
Satu Hafidz Satu Desa di Kabupaten Gowa?
2. Apa saja faktor penghambat dan pendukung Implementasi peningkatan sumber
daya manusia melalui program Satu Hafidz Satu Desa di Kabupaten Gowa?
C. Tujuan Peneliti
Berdasarakan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui peningkatan sumber daya manusia melalui program Satu
Hafidz Satu Desa di Kabupaten Gowa.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat peningkatan sumber
daya manusia melalui program Satu Hafidz Satu Desa di Kabupaten Gowa
D. Manfaat peneliti
Adapun manfaat penelitan ini sebagai berikut :
1. Manfaat Praktis
Kegunaan praktis dari hasil penelitian ini nantinya adalah sebagai bahan
masukan pemerintah kabupaten Gowa dalam meningkatan sumber daya
manusia melalui program Satu Hafidz Satu Desa.
2. Manfaat Teoritis
8
Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya untuk
memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep-
konsep, teori-teori terhadap ilmu dan pengetahuan terutama tentang
implementasi peningkatan sumber daya manusia melalui Satu Hafidz Satu
Desa.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Peneltian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan dan tidak terlepas dari penelitian yang terdahulu
yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan sekaligus pedoman peneliti.
Berikut hasil-hasil peneliti terdahulu yang dijadikan sebagai perbandingan
sekaligus pedoman tidak terlepas dari tema penelitian yaitu tentang peningkatan
sumber daya manusia melalui program Satu Hafiz Satu Desa.
Penelitian Pertama, penelitian ini berjudul “Strategi pondok Tahfidz Al-
quran Dalam Meningkatkan Motivasi Menghafal Al-quran” disusun oleh Ahmad
Rosidi Program Pascasarjana Tahun 2014. Masalah yang diteliti dalam jurnal ini
adalah untuk mengetahui bagaimana strategi dalam meningkatkan motivasi
menghafal Al-Quran. Penelitian ini dilakukan di pondok pesantren Ilmu Al-Quran
(PPIQ) PP.Nurul Jadid Paliton Probolinggo, dan Pondok pesantren Tahfizul Al-
Quran. .Persamaan dari penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang strategi
pengembangan sumber daya manusia. Sedangkan perbedaan dari peneliti
objeknya yaitu program satu hafiz satu desa di kabupaten Gowa.
Penelitian kedua, dengan penelitian yang berjudul “Peran Program Tahfiz
Dan Tahsin Al-Quran Dalam Meningkatkan Literasi Al-Quran Di Madrasah
Ibtidayah Nurul Ummah Kota Gede Yogyakarta”. Disusun oleh Muhammad
Shaleh Assingkily pada Tahun 2019. Masalah yang diteliti dalam jurnal ini adalah
untuk mengkaji literasi al-Quran yang terimplementasikan dalam program tahfiz
10
dan tahsin di MI Nurul Ummah. Persamaan dari penelitian ini yaitu sama-sama
meneliti tentang strategi pengembangan sumber daya manusia. Sedangkan
perbedaanya yaitu dari metode pendekatanya (kualitatif).
Penelitian ketiga, penelitian ini berjudul “Metode Tahfidz al-Quran di
Pondok Pesantren al-Hikmah Gubuk Rubuh Playen Gunung Kidul” disusun oleh
Ahsin Pahlehy. Masalah yang diteliti dalam jurnal ini yaitu untuk mengetahui,
pertama, untuk mengetahui pelaksanaan program tahfidz al-Qur‟an di Pondok
Pesantren al-Hikmah Gubuk Rubuh Playen Gunung Kidul, kedua, Mengetahui
Faktor Pendukung dan penghambat bagi pelaksanaan program tahfidz al-Qur‟an.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang menggunakan pendekatan
pedagogis-psikologis. Pengumpulan data data dilakukan dengan mengadakan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menelaah
seluruh data, mereduksinya, menyusunnya dalam satuan dan mengategorikannya
kemudian memeriksa keabsahan data serta menarik kesimpulan. Faktor-faktor
pendukung pelaksanaan program tahfidz adalah minat dan motivasi siswa,
perhatian pembimbing, daya ingat dan fasilitas yang memadai, sedangkan faktor
penghambat pelaksanaan program tahfidz al-Qur‟an meliputi: kurangnya
kemampuan dalam manajemen waktu, kurangnya dorongan orangtua dan
lingkungan. Perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah peneliti
lebih akan lebih menekankan kepada peningkatan Sumber Daya Manusia dalam
Program Satu Hafidz Satu Desa, dan objek peneliti yang berbeda, sedangkan
penelitian diatas lebih menekankan kepada metode pembelajaran tahfidz al-
11
Qur’an pada lembaga tersebut. Persamaan penelitian ini tentang pembelajaran
Tahfidz Al-Quran.
B. Sumber Daya Manusia
1. Pengertian Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia sering disebut sebagai Human Resource, tentang
atau kekuatan manusia (energy dan power). Sumber daya yang juga disebut
sember tenaga, kemampuan, kekuatan, keahlian yang dimiliki oleh manusia,
dipunyai juga oleh mahkluk organisme lainnya, misalnya : pada hewa, tumbuh-
tumbuhan. Manusia sebagai perencanaan, pelaksana pengendali, dan evaluasi
suatu pembangunan dan nikmati hasil evaluasi tersebut sangat mempengaruhi
keberhasilan pembangunan, karena manusia mempunyai peran yang sangat
menentukan.
Sumber daya manusia merupakan Human Resource namun ada pula ahli
menyamakan sumber daya manusia dengan manpower (tenaga kerja). Bahkan
sebagai orang menyertakan pengertian sumber daya manusia dengan personal.
Seacara umum, pengertian sumber daya manusia dapat dibagi menjadi dua, yakni
sumber daya manusia secara mikro dan makro. Menurut William B. Werther dan
Kelth davis, sumber daya manusia adalah pegawai yang siap, mau dan mampu
memberi sumbangan terhadap usaha pencapaian tujuan organisasi.
Menurut H. Handari Nawawi yang masing-masing mengatakan sebagai
berikut :
12
a. Sumber Daya Manusia (SDM) adalah manusia yang bekerja di lingkungan
suatu organisasi.
b. Sumber Daya Manusia (SDM) adalah potensi manusiawi sebagai pergerakan
organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.
c. Sumber Daya Manusia (SDM) adalah potensi yang merupakan asset dan
berfungsi sebagai modal di dalam organisasi, yang dapat diwujudkan menjadi
potensi nyata secara fisik dan non fisik dalam mewujudkaneksistensi organisasi.
Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang
memiliki akal perasaan, keinginan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya
dan karya, semua potensi sumber daya manusia tersebut berpengaruh terhadap
upaya organisasi dalam mencapai tujuan. Berapapun majunya teknologi
perkembangan bagi informasi, tersedianya modal dan memadainya bahan, tanpa
sumber daya manusia sulit bagi organisasi untuk mencapai tujuannya.
Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang dari
manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanakan dan pengendalian, proses ini terdapat dalam fungsi atau bidang
produksi, keuangan atau kepegawaian dalam mencapai tujuan. Karena sumber
daya manusia di anggap semakin penting peranannya dalam pencapaian tujuan,
maka berbagai pengalamam serta hasil penelitian dalam bidang sumber daya
manusia di kumpulkan secara sistematis dalam apa yang disebut dengan
manajemen sumber daya manusia (Rivai dan Sagala, 2010).
13
Adapun beberapa hal yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatan
sumber daya manusia termasuk membuat program-program yang telah di siapkan
untuk masyarakat. Adapula model pembangunan yang dilakukan pemerintah
dalam menciptakan lingkungan sosial yang memunginkan manusia untuk
berkembang. Yaitu lingkungan sosial yang mendorong perkembnagan manusia
dan aktualisasi potensi manusia secara lebih besar.
Tabel : 2.1
Karakteristk Strategi
Econocmic growth Basic needs People centered
Fokus Pembangunan Pelayanan
publik dan
service
Human
Empowering
(pemberdayaan)
Nilai Berpusat
pambangunan
Berkiblat
pada
manusia
Berpusat pada
manusia
Indikator Strategi Implementasi Indikator
sosial
Hubungan
manusia dengan
sumber daya
Peran
pemerintah
Entrepreneur Service
provider
Enabler/facililator
Sumber
utama
Anggaran Kemampuan
administrasi
Kreativitas dan
komitmen
14
dan anggran
Kendala - Konsentrasi
dan
marginalisasi
- Konsentrasi
pada fasilitas
dehumanisasi :
tidak
memanusiakan
manusia
Keterbatasan
anggaran dan
inkompetensi
aparat
Struktur prosedur
yang mendukung
Sumber Arifuddin 2010
Tujuan manajemen sumber daya manusia menurut Sadili (2010:30) adalah
memperbaiki kontribuksi produktif tenaga kerja terhadap organisasi dengan cara
yang bertanggung jawab secara strategis, etis dan sosial 4 (empat) tujuan MSDM,
adalah :
a. Tujuan Sosial
Agar organisasi bertanggung jawab secara sosial dan etis terhadap
kebutuhan dan tantangan masyarakat dengan meminimalkan dampak
negatifnya.
b. Tujuan Organisasional
Sasaran formal dibuat untuk membantu organisasi mencapai tujuan.
c. Tujuan Fungsioanl
15
Mempertahankan kontribusi dapartemen manajemen sumber daya manusia
pada tingkat yang sesuai dngan kebutuhan organisasi.
d. Tujuan Individual
Tujuan pribadi dari setiap anggota di capai melalui aktivitasnya dalam
organisasi. Menurut itu, Schuler, et al. (1992), mengartikan manajemen sumber
daya manusia (MSDM, merupakan pengakuan tentang pentingnya tenaga kerja
organisasi sebagai sumber daya manusia yang sangat penting dalam memberi
kontribusi bagi tujuan-tujuan organisasi, dan menggunakan beberapa fungsi
dan kegiatan untuk memastikan bahwa SDM tersebut di gunakan secara efektif
dan adil bagi kepentingan individu,organisasi dan masyarakat.
2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Malayu S.P. Hasibuan fungsi manajemen sumber daya manusia
meliputi perencanaan, pengorganisasian pemeliharaan, pengendalian, pengaduan,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan
pemberhentian.
Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi suatu organisasi
dalam mengelolah, mengatur serta memanfaatkan seseorang sehingga dapat
berfungsi secara produktif untuk mencapai tujuan. Manajemen sumber daya
manusia merupakan suatu bagian penting untuk menggerakkan potensial yang
perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu berkontribusi yang
maksimal baik bagi organisasi maupun pengembangan bagi dirinya. Realitanya
ada beberapa sejumlah negara atau kota yang dapat dikatakan tidak memiliki
16
sumber daya alami tetapi sangat maju perekonomiannya karena keunggulan
sumber daya manusianya.
Menurut Hasibun (2012:10) menyatakan bahwa manajemen sumber daya
manusia adalah ilmu seni yang mengatur hubungan dan peranana tenaga kerja
agar efektif dan efesien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan
masyarakat. Manajemen sumber daya manusia salah satu bidang manajemen yang
meliputi segi perencanaan, perorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian.
Menurut Snell dan Bohlander (2010:4) berpendapat bahwa manajemen sumber
daya manusia merupakan suatu proses yang mencakup segala sesuatu yang
berkaitan dengan organisasi dan orang-orang yang menjalankannya.
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) suatu bagian dari manajemen
keorganisasian sehingga dapat memfokuskan diri pada unsur sumber daya
manusianya. Menurut Mathis dan jackson (2011), sumber daya manusia
merupakan proses pembentukan sistem manajemen untuk memastikan potensi
yang dimiliki manusia di manfaatkan secara efektif dan efesien untuk mencapai
tujuan.
3. Dimensi Kualitas Sumber Daya Manusia
Menurut Doni Juni Priansa (2014:147) kualitas sumber daya manusia dapat
diukur dengan 2 dimensi yang di lihat dari pendidikan dan pelatihan. Dimensi
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Pendidikan
Berkaitan dengan pengetahuan secara umum. Terdapat dua level utama yang
perlu mendapatkan perhatian dalam pendidikan, yaitu manajer organisasi dan
17
tenaga operasional. Pendidikan berhubungan dengan menambah pengetahuan
umum dan pengertian tentang seluruh lingkungan kerja, pendidikan lebih banyak
berhubungan dengan teori pekerjaan.
2) Pelatihan
Pelatihan menurut Rivai (2005) adalah proses sistematis mengubah tingkah
laku seseorang untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan dengan
keahlian dan kemampuan untuk melaksanakan segala sesuatu yang di
inginkannya. Pelatihan dapat mengajarkan keahlian yang diperlukan baik untuk
pekerjaan saat ini maupun masa mendatang kepada para anak-anak yang ikut serta
dalam program ini, Untuk meningkatkan keterampilan anak dalam
mengembangkan potensinya.
3) Pengalaman
Menurut Manulang (2001:15) pengalaman adalah proses pembentukan
pengetahuan atau keterampilan tentang metode suatu pembelajaran karena
keterlibatan karyawan tersebut dalam pelaksanaan tugas pekerjaan. Sedangkan
menurut Ranupandojo (2004:71) adalah ukuran tentang lama waktu atau masa
kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas-tugas tentang suatu
pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik. Memiliki pengalaman seseorang
akan terbiasa melakukan sesuatu pekerjaan, lebih terampil, punya wawasan yang
luas dan mudah beradaptasi dengan lingkungan.
Sumber daya menurut Salusu (2015), yang dimaksud dalam pelaksanaan
strategi khususnya dalam organisasi publik adalah seluruh faktor yang dapat
mendukung strategi yang akan dilaksanakan yang terdiri atas:
18
a. Sumber daya Manusia
Organisasi pada dasarnya tidak dapat hidup dalam ruang isolasi.
Organisasi membutuhkan manusia untuk mencapai tujuannya. Manusia
mengendalikan organisasi dan melakukan interaksi baik dengan manusia lain
maupun dengan lingkungannya sehingga saling mempengaruhi satu sama lain.
Suksesnya sebuah strategi yang dilaksanakan juga tergantung pada sumberdaya
manusia yang mengendalikannya. Semakin berkualitas sumberdaya manusia yang
bekerja semakin mudah pula strategi yang dilaksanakan mencapai tujuannya.
a). Anggaran
Dalam menciptakan sebuah strategi yang matang salah satu faktor yang
menjadi kunci suksesnya strategi adalah ketersediaan anggaran yang cukup dalam
melaksanakan strategi.Penyediaan sarana, prasarana, tenaga ahli dan rancangan
strategi yang matang memerlukan anggaran yang memadai. Anggaran dapat
mempengaruhi suksesnya pelaksanaan strategi hingga sub unit kerja yang paling
kecil.
b). Peraturan atau regulasi
menurut Shirley (Salusu, 2015) strategi adalah keseluruhan tindakan yang
ditetapkan sebagai aturan yang direncanakan oleh suatu organisasi. Tindakan-
tindakan akan diatur secara sistematis dan menjadi dasar regulasi atau peraturan
agar pelaksanaan dari strategi tidak keluar dari koridornya. Selain itu, regulasi
dimaksudkan sebagai rambu-rambu dalam melaksanakan strategi.
19
c). Informasi
Suatu strategi hendaknya mampu memberikan informasi kepada setiap
anggota organisasi bagaimana untuk bertindak, apa yang harus dilakukan,
mengapa sebuah strategi dilakukan, berapa lama untuk melaksanakannya, berapa
banyak biaya yang harus dikeluarkan dalam melaksanakan strategi tersebut, siapa
yang menjadi pelaksananya dan penanggung jawabnya, dan hasil apa yang akan
diperoleh dalam melaksanakan strategi tersebut. Selain memberi informasi kepada
para karyawan, informasi ini juga diperuntukkan untuk masyarakat yang menjadi
sasaran strategi. Informasi ini diharapkan dapat sampai kepada masyarakat dengan
baik sehingga, memunculkan harapan bukan hanya pada organisasi juga kepada
masyarakat.
C. Subtansi Proses Pembinaan
Dalam proses pembinaan ada beberapa proses yang di lalui untuk
melangkah ke tahap-tahap selanjutnya, yaitu :
1. Mengikuti tes pelatihan
Mengikuti tes pelatihan, dalam pelatihan ini Pembina harus mengikuti tahap
awal(seleksi) sebelum melakukan pembinaan satu bulan lamanya.
2. Memasuki asrama institute
Memasuki asrama, setelah melakukan tes Pembina, lalu memasuki asrama
untuk di bina kembali sampai sejauh mana pengetahuan yang didapat selama
mengikuti tes pelatihan.
20
3. Melakukan pembinaan
Melakukan pembinaan, setelah melewati beberapa tahap Pembina boleh
membina di asrama hafidz jika memenuhi syarat dan lolos selama pelatihan
pembinaan.
4. Penilaian pelaksana Pembinaan.
Penilaian pelaksana pembinaan, di nilai langsung oleh fasilitator yang
menjalankan tugasnya sebagai Pembina yang ingini dibina untuk program Tahfidz
Al-quran.
a. Elemen-Elemen Strategi
Menurut Salusu (2015) strategi memiliki elemen-elemen fundamental,
yaitu :
1. Seni Situasional, ialah suatu keterampilan yang mana seorang pejabat eksekusif
merancang keputusan yang berdasarkan pada sumberdaya organisasi, nilai-nilai
manajerial, dan kemungkinan adanya peluang serta tantangan dari lingkungan.
2. Tujuan dan Sasaran, ialah nilai-nilai yang menjadi arah utama dari strategi
yang di buat dan sifatnya jangka panjang dan menjadi acuan dari cara bertindak
eksekusif dalam melaksanakan strategi.
3. Produk, Keunggulan Kompetetif, ialah mencakup ruang lingkup kesesuaian
produk atau pasar atau program dengan wilayah operasional atau geografis.
4. Kebijakan dan Program, keseluruhan tindakan yang menjadi aturan yang di
rencanakan oleh organisasi yang lebih spesifik sehingga menghasilkan
keputusan-keputusan yang mengarah kepada pencapaian tujuan organisasi.
21
5. Destinasi, ialah penetapan sebuah tempat atau titik perhentian akhir dari sebuah
program yang telah di rancang sebagai sebuah sasaran. Artinya adalah sebuah
program perlu mempersiapkan tempat pemberhentian tertentu agar program
yang dilaksanakan tetap efektif dan efesien.
6. Sumberdaya dan Lingkungan, sebuah strategi memiliki pertalian erat dengan
sumberdaya organisasi dan juga lingkungan. Sehingga dalam pengambilan
keputusan sebagai bagian dari perencanaan strategi snagat perlu memberikan
tempat kepada faktor lingkungan dan eksternal.
7. Program Bertindak, strategi merupakan program bertindak dengan tekat
memanfaatkan sumberdaya sebaik-baiknya untuk mencapai misi atau tujuan
utama organisasi.
8. Formulasi Strategi, arus keputusan, kedua elemen ini sangat penting dalam
pengambilan keputusan strategik formulasi dan arus keputusan strategi ikut
menentukan arah implementasi strategi yang dilaksanakan oleh eksektif.
b. Tahap-Tahapan Strategi
1. Menurut Hariadi 2005, perumusan strategi adalah proses-proses penyusunan
langkah-langkah demi langkah dan tujuan sesuai visi dan misi organisasi,
tujuan strategi menurut Hariadi, (2005) perumusan masalah :
a. Mengidentifikasi atau memahami lingkungan sekitar perusahaan di
masa depan dan menentukan visi misi perusahaan guna tercapainya
tujuan.
22
b. Melakukan analisis internal dan eksternal perusahaan untuk mengukur
kelebihan dan kekurangan serta peluang dan ancaman di masa yang
akan datang yang menghambat tercapainya misi.
c. Merumuskan dan merenanakan faktor-faktor ukuran keberhasilan key
success factors dari strategi yang sudah di buat pada tahap analisis.
d. Menentukan tujuan target, mengevaluasi dan memeriksa strategi dengan
mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki.
e. Memilih strategi yang sesuai untuk mencapainya tujuan jangka pendek
dan panjang.
c. Implementasi Strategi
Setelah sebuah strategi di rumuskan, strategi harus di kembangkan secara
logis dalam bentuk tindakan. Tahap inilah yang di sebut dengan implementasi
strategi. Masalah implementasi ini cukup rumit, oleh karena itu agar penerapan
strategi organisasi dapat berjalan dengan baik dan berhasil, manajer harus
memiliki gagasan yang jelas tentang isu-isu yang berbeda dan bagaimana cara
mengatasinya.
Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan
strategi dan kebijakan dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran
dan prosedur. Tindakan pengelolaan bermacam-macam sumber daya organisasi
dan manajemen yang mengarahkan dan mengendalikan pemanfaatan sumber-
sumber daya perusahaan melalui strategi yang di pilih. Implementasi strategi di
perlukan untuk memperinci secara lebih jelas dan tepat bagaimana sesungguhnya
pilihan strategi yang telah di ambil dan direalisasikan.
23
Impelentasi adalah seperangkat kegiatan yang dilakukan menyusul suatu
keputusan. Suatu keputusan selalu bertujuan untuk mencapai suatu sasaran
tertentu. Dalam rumus Higgins dalam salusu 2015 implementasi adalah
rangkuman dari berbagai kegiatan yang didalamnya sumber daya manusia
menggunakan sumber daya lain untuk mencapai sasaran dan strategi. Dapat
disimpulkan bahwa implementasi adalah suatu proses yang terarah dan
terkoordinasi melibatkan banyak sumber daya. Dalam implementasi strategi
terdapat skenario implementasi strategi yaitu :
1. Pengangkatan Direktur Program
Untuk melaksanakan implementasi strategi setelah strategi ditetapkan dan
disahkan oleh yang berwenang, maka kepalaorganisasi perlu menerbitkan surat
keputusan tentang pengangkatan seorang yang akan bertanggung jawab untuk
menyusun skenario, melaksanakan keputusan strategik tersebut, demikian
ditandaskan oleh Larry Alexander (Salusu, 2015) untuk keperluan analisis dalam
uraian selanjutnya penanggung jawab kita sebut sebagai Direktur program.
2. Siapa Direktur Program Itu?
Seseorang yang diangkat sebagai Direktur Program merupakan salah satu
anggota eselon atas yang berperan serta dalam proses pengambilan keputusan
strategik, itulah yang kiranya perlu diangkat sebagai Direktur program. Dipilihnya
salah satu anggota eselon menjadi direktur program karena orang atau pejabat
tersebut telah mengikuti diskusi yang panjang tentang latar belakang keputusan
strategik itu, Ia mengetahui pula alternatif-alternatif yang dipersiapkan
sebelumnya, ia mengetahui mengapa pilihan jatuh pada keputusan itu, ia
24
mengetahui konsekuensi yang akan timbul apabila keputusan itu dijalankan, ia
mengetahui tentang unsur kompetitif dalam keputusan itu, ia mengetahui tentang
situasi sumber daya organisasi, tepatnya, ia mengetahui tentang keuntungan yang
akan diperoleh organisasi apabila keputusan itu dijalankan.
3. Analogi Dengan Arsitek
Tugas penting dari seorang penanggung jawab adalah membuat desain
mengenai implementasi dari strategi yang ditetapkan. Seorang arsitek yang
mendapatkan tugas mendesain sebuah gedung akan berusaha untuk membuat
detail dari gedung tersebut sehingga mudah dimengerti oleh para pelaksana
pembangunannya. Dengan mengambil analogi dari arsitek direktur program tadi
sepatutnya sudah memiliki gambaran apa yang perlu dibuatnya untuk melicinkan
jalan bagi semua pelaksanaan keputusan seorang arsitek tidak bekerja sendirian,
tetapi dibantu oleh tenaga tenaga dari berbagai profesi dan para juru gambar.
Begitu juga dengan direktur program. Ia tidak bekerja sendirian. Kerangka
implementasi suatu keputusan haruslah menjadi tanggung jawab utamanya.
Selesai menyusun program dan anggaran, Ia juga memperkirakan keahlian yang
mungkin dibutuhkan organisasi dan bagaimana mendapatkannya. Banyak butir
yang dituangkan dalam desain itu diangkat dan diskusi selama proses perumusan
strategi berlangsung.
4. Penyempurnaan Struktur Organisasi
Berbicara masalah struktur dalam implementasi, suatu strategi dipandang
sebagai sesuatu yang mutlak perlu karena struktur menguraikan secara jelas
tindakan-tindakan spesifik yang harus dilakukan dalam masa implementasi. Selain
25
itu struktur memperlihatkan tingkat otonomi dan Tiap orang yang akan melakukan
berbagai kegiatan implementasi itu. Penyesuaian, penyempurnaan, atau modif
modifikasi suatu struktur organisasi menurut Certo (Salusu, 2015) sangat
diperlukan dengan maksud untuk meningkatkan efektivitas; yaitu sejauh mana
organisasi dapat mencapai tujuan dan sasarannya. Modifikasi ini sebaiknya
dilakukan secara regular guna menyesuaikan perkembangan dalam lingkungan
eksternal, dan tidak saja semata-mata karena adanya strategi baru.
5. Sentralisasi – Desentralisasi
Konsep sentralisasi-desentralisasi bagi Kebanyakan orang masih
memerlukan klarifikasi. Hanson (Salusu, 2015) misalnya menganggap penting
untuk membedakan antara sentralisasi struktural dengan sentralisasi administratif,
dan antara desentralisasi structural dengan desentralisasi administratif.
Karasteristik dan sentralisasi structural, antara lain: (1) Ada satu mekanisme
pengawasan terpusat pada tingkat nasional yang merupakan struktur kekuasaan
yang melaksanakan kekuasaannya melalui proses pengambilan keputusan; (2)
Wewenang dan tanggung jawab terakhir atas pengambilan keputusan, berada pada
puncak hirarki dari sistem itu; (3) Daerah tidak mempunyai yurisdiksi
pengambilan keputusan (otonomi); (4) Para Pejabat di daerah wajib melaksanakan
keputusan keputusan dari pimpinan departemen yang berada pada puncak struktur
organisasi; (5) Keputusan-keputusan yang dibuat di daerah atau pada jajaran
eselon yang lebih dibawah akan tergantung pada persetujuan dan pejabat tingkat
pusat.
26
Adapun karakteristik dari desentralisasi struktural antara lain, (1) tidak ada
mekanisme pengawasan terpusat; (2) Setiap daerah mempunyai yurisdiksi
pengambilan keputusan (otonomi); (3) tidak ada garis kewenangan yang
menghubungkan suatu sistem tertentu di tiap daerah.
a. Spesifikasi Pekerjaan
Dalam skenario implementasi itu, selanjutnya direktur program mendesain
spesifikasi pekerjaan dan membagi penugasan pekerjaan itu kepada setiap kepala
unit kerja yang akan terlibat dalam implementasi titik pada kepala unit kerja
hendaknya memahami dengan sungguh-sungguh tugas yang harus dikerjakan dan
diselesaikan serta wajib meminta klarifikasi kepada direktur program apabila ada
butir-butir penugasan yang belum jelas.
b. Rencana, Program dan anggaran
Setelah kepala unit kerja sudah menghayati penugasan yang perlu mereka
buat adalah rencana, program dan anggaran yang menjadi tanggung jawab unit
kerjanya. Dalam setiap program, setiap tindakan yang akan dilaksanakan oleh unit
kerjanya perlu ditulis secara rinci jadwal waktunya, kapan tugas-tugas itu
rampung dikerjakan, siapa yang akan bertanggung jawab, untuk apa, dan kapan.
Rencana dan program ini disampaikan kepada direktur program untuk
didiskusikan kemudian direalisasikan titik mungkin kepala unit membutuhkan
tenaga ahli tertentu, peralatan tertentu, dan jumlah biaya yang diperlukan dan
seterusnya untuk melancarkan tugas baru yang dibebankan kepada mereka. Pada
dasarnya semua rencana dan program yang sejalan dengan desain yang telah
27
disiapkan oleh direktur program tentu dapat dipenuhi Karena pada saat strategi ini
dirumuskan sudah dipikirkan dengan berbagai kebutuhan yang mungkin
diperlukan.
c. Uraian Tugas
Setelah semua keperluan terpenuhi, para kepala unit perlu membuat uraian
tugas bagi setiap pelaksanaan terdepan dalam kerjanya. Menyusun uraian tugas
seseorang perlu melibatkan orang tersebut guna melicinkan Jalan kepada
pelaksanaan pekerjaan yang sebenarnya. Suatu uraian tugas yang terencana baik
dan dapat dilaksanakan, akan membantu pihak manajemen untuk melakukan
seleksi dan terutama pengawasan pekerjaan. Dalam manajemen umumnya
Dikenal dua jenis uraian tugas AHI (Salusu, 2015), yaitu uraian tugas generik dan
uraian tugas spesifik. Uraian tugas generik ditulis dan dinyatakan secara umum
tanpa rincian tugas dan tanggung jawab. Pernyataan ini memuat uraian yang
komprehensif tentang suatu kategori pekerjaan dengan memakai common
Denominasators yaitu atribut yang sama dan semua pekerjaan yang tergolong
dalam kategori tersebut. Uraian tugas spesifik menjelaskan secara rinci dan tepat
tugas dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan titik uraian itu memperlihatkan
pula hubungan yang jelas dengan unit kerja lain dan kategori pekerjaan tersebut.
Setelah uraian tugas selesai dirumuskan, Langkah terakhir yang harus
ditempuh sebelum terjun ke lapangan adalah menyelenggarakan pelatihan. Bentuk
pelatihan mana yang diinginkan tentu harus sesuai dengan sifat dan kerjaan dan
sasaran yang diinginkan.
28
d. Rutinitas Pekerjaan
Tahap terakhir dari proses implementasi adalah proses rutinkan pekerjaan
yang berarti bahwa pekerjaan sudah harus berjalan seperti pekerjaan rutin sehari-
hari. Proses implementasi ini mungkin memakan waktu, tetapi akan mencegah
pekerjaan ulang karena setiap orang tahu betul tanggung jawab masing-masing
sebelum memulai pekerjaannya. Diharapkan kesalahan-kesalahan besar tidak akan
terjadi. Dengan begitu, setiap pekerjaan dan para karyawan akan menampilkan
kualitas yang mampu memberi kepuasan bagi para konsumen. Kepuasan yang kita
maksudkan Dalam strategi ini adalah kepuasan rata-rata. Sebelum setiap kerja
setiap orang memulai pekerjaannya. Mereka harus bertanya kepada diri sendiri,
Apakah harus saya lakukan untuk mengimplementasikan bagian tugas saya dari
program strategi itu, dan bagaimana cara terbaik untuk dapat menyelesaikannya.
e. Reaksi Terhadap Penyempurnaan Struktur
Perubahan struktur organisasi seringkali menimbulkan masalah khusus,
antara lain berupa penolakan yang tidak kentara dari sementara pejabat, di
samping ada keengganan untuk menyerahkan kekuasaannya. Pengaruh-pengaruh
politik kadang-kadang tidak dapat dielakkan, apabila terjadi perubahan struktur
sesuatu yang memang terjadi menjadi karakteristik dari birokrasi organisasi
publik yang biasanya menjalar pada organisasi non-profit. Ada hal yang patut
diperhatikan dalam menyusun proses implementasi, yaitu diperlukan adanya
fleksibilitas, Keluwesan agar semua pihak pelaksana tidak banyak menemui
29
kesulitan dalam mengadakan penyelesaian Andaikata peristiwa-peristiwa yang
tidak diinginkan timbul di kemudian hari.
D. Faktor penghambat dan pendukung Manajemen sumber daya manusia
Mengingatkan sumber daya tidaklah mudah, banyak faktor yang harus
dipertimbangkan secara cermat, karena upaya penyempurnaan peningkatan SDM
berdampak pada signifikan terhadap budaya sosial organisasi secara keseluruhan.
Untuk melihat faktor-faktor pendukung dan penghambat manajemen
sumber daya manusia, menurut tjiptono (2011:185), menungkapkan ada beberapa
faktor yang dapat meningkatkan sumber daya, yaitu :
a. Organisasi/Struktur
Dalam suatu instansi pegawai harus memiliki koordinasi dan pembaruan
hingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan menjalankan upaya pelayanan
terhadap masyarakat dengan tugas dan sesuai fungsinya masing-masing untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
b. Program
Rangkaian kegiatan dan tindakan yang dilakukan untuk mencapai suatu
tujuan yang meliputi pengelolaan program sosial masyarakat, hingga menunjang
sumber daya.
c. Komunikasi Internal
Segenap kegiatan yang secara khusus diarahkan kepada seluruh anggota
yang ada pada instansi terkait program dan terdiri atas prosedur dan kebijakan
instansi dalam membentuk peningkatan sumber daya, serta umpan balik dalam
organisasi.
30
d. Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal merupakan bentuk komunikasi yang diarahkan
kepada masyarakat, misalnya adanya program yang akan dilaksanakan ditengah-
tengah masyarakat. Sehingga pihak instansi yang bertugas akan turun dalam
mensosialisasikan terdahulu mengenai program.
E. Implementasi Kebijakan
Studi Implementasi meruapakan suatu kajian mengenai studi kebijakan yang
mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Dalam praktiknya
implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan
tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai kepentingan.
Untuk melukiskan kerumitan dalam proses implementasi tersebut dapat dilihat
pada pernyataan yang dikemukakan oleh seorang ahli studi kebijakan Bardach
(1991:3) yaitu adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum
yang kelihatannya bagus di atas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannyadalam
kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya mengenakan bagi telinga para
pemimpin dan para pemilih yang mendengarkannya. Dan lebih sulit lagi untuk
melaksanakannya dalam bentuk cara yang memuaskan semua orang termasuk
merekaanggap klien.
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan
dapat mencapai tujuannya, untuk mengimplementasikan kebijakan publik. Ada
dua pilihan langkah yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program
atau melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan publik
31
tersebut sebagai kebijakan publik penjelas atau sering diistilahkan sebagai
peraturan pelaksanaan (Riant Nugroho, 2009:949).
Grindle menyatakan, implementasi merupakan proses umum tindakan
administrative yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu. Grindle
menambahkan bahwa proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan
sasaran telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan
telah disalurkan untuk mencapai sasaran. Implementasi kebijakan
menghubungkan antara tujuan kebijakan dan realisasinya dengan hasil kegiatan
pemerintah. Hal ini dengan pandangan Van Meter dan Horn. (Grandle) bahwa
tugas implementasi adalah membangun jaringan yang memungkinkan tujuan
kebijakan publik direalisasikan melalui aktivitas instansi pemerintah yang
melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan.
Implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara
terus menerus usaha-usaha untuk mencari apa yang akan dan dapat di lakukan.
Berhasil tidaknya suatu kebijakan pada akhirnya ditentukan pada tataran
implementasinya. Sering di jumpai bahwa proses perencanaan kebijakan yang
baik sekalipun tidak dapat menjamin keberhasilan dalam implementasinya.
Implementasi pada hakikatnya juga upaya pemahaman apa yang seharusnya
terjadi setelah sebuah program dilakukan.
Implementasi melibatkan usaha dari Policy makers untuk memengaruhi apa
yang oleh lipsky disebut street level bureaucrats untuk memberikan pelayanan
atau mengatur perilaku kelompok sasaran (target group). Untuk kebijakan yang
32
sederhana, implementasi hanya melibatkan satu badan yang berfungsi sebagai
implementor.
1. Proses implemntasi kebijakan, Dalam tataran praktis, implementasi adalah
proses pelaksanaan keputusan dasar. Proses tersebut terdiri dari beberapa , yaitu :
a. Tahapan pengesahan peraturan perundangan
b. pelaksanaan keputusan dan instansi pelaksana
c. Kesediaan kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan
d. Dampak nyata keputusan baik yang dikhendaki atau tidak
e. Dampak keputusan sebagaimana yang diharpakn instansi pelaksana
f. Uapaya perbaikan atas kebijakan atau peraturan perundangan
2. Proses persiapan implementasi menyangkut beberapa hal penting :
a. penyiapan sumber daya, unit dan metode
b. penerjemahan kebijakan menjadi rencana dan arahan yang dapat diterima dan
dijalankan
c. penyediaan layanan, pembayaran dan hal secara rutin.
Implementasi kebijakan, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
sebuah implementasi Meter dan Horn dalam Wahab, (2004:79) juga menjelaskan
beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi, yaitu :
1. Ukuran dan tujuan
33
2. Sumber-sumber kebijakan
3. Komunikasi antara organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan
4. Sikap para pelaksana
5. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik
Keberhasilan suatu implementasi menurut Wahab dapat dipengaruhi
berdasarkan faktor-faktor di atas, yakni : Pertama, yaitu ukuran dan tujuan
diperlukan untuk mengarahkan di dalam melaksanakan kebijakan, hal tersebut
dilakukan agar sesuai dengan program yang direncanakan. Kedua, sumber daya
kebijakan menurut Meter dan Horn yang dikutip oleh Agustino (2006:142).
Sumber-sumber kebijakan tersebut sangat diperlukan untuk mencapai
keberhasilan suatu kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah. Sumber daya
manusia juga sangat penting karena sebagai sumber penggerak dan pelaksana
kebijakan, modalpun diperlukan untuk kelancaran pembiayaan kebijakan agar
supaya tidak menghambat proses kebijakan. Ketiga, keberhasilan kebijakan dapat
dilihat dari sifat atau ciri-ciri badan atau instansi pelaksana kebijakan.
F. Kerangka Pikir
Pada penelitian ini, peneliti mengukur strategi kebijakan tersebut
menggunakan model strategi skenario implementasi menurut Salusu (2015) yang
menyebutkan bahwa ada 6 implementasi strategi (1) Pengangkatan Direktur
Program, (2) Sentralisasi-Desentralisasi, (3) Spesifikasi Pekerjaan, (4) Rencana,
Program dan Anggaran, (5) Uraian Tugas, (6) Rutinitas Pekerjaan, (7) Faktor
34
Penghambat dan Pendukung . Dalam tujuan implementasi strategi sehingga dapat
terwujudnya Satu Hafidz Satu Desa di kabupaten gowa, dengan adanya program
ini masyarakat lebih ikut berpartisipasi dan bekerjasama.
Hasil dari penilitian ini di harapkan menjadi rekomendasi bagi Kabupaten
Gowa dalam meningkatan sumber daya manusia-nya yang berbasis pemberdayaan
masyarakat di Kabupaten Gowa dapat meningkatan secara berkelanjutan. Uraian
yang telah dikemukakan, mendasari lahirnya kerangka pikir penelitian sebagai
berikut :
Gambar 2.2
IMPLEMENTASI PENINGKATAN
SUMBER DAYA MANUSIA
MELALUI PROGRAM SATU
HAFDIZ SATU DESA DI
KABUPATEN GOWA
Strategi menurut Salusu (2015)
Skenario Implementasi Strategi:
a. Pengangkatan Direktur
Program
b. Sentralisasi-Desentralisasi
c. Spesifikasi Pekerjaan
d. Rencana, Program dan
anggaran
e. Uraian Tugas
f. Rutinitas Pekerjaan
Terwujudnya Satu Hafiz
Satu Desa di Kabupaten
Gowa
Faktor Penghambat
1. Masih kurangnaya
sosialisasi pemerintah
daerah dengan
masayarakat
2. Terhambatnya
anggaran
pembangunan
Faktor Pendukung
1. Sumber daya
manusia
2. Pendidikan
3. Pelatihan
4. Pengalaman
35
G. Fokus Penelitian
Berdasarkan bagan kerangka pikir terkait dengan penelitian strategi
berangkat dari latar belakang masalah yang dirumuskan dalam rumusan masalah
dan dikaji berdsarkan teori dan tinjauan pustaka. Fokus penelitian ini akan
berdsarkan rumusan masalah dimana melihat peningkatan sumber daya manusia
melaui program Satu Hafidz Satu Desa di kabupaten Gowa. Teori yang di
gunakan dalam penelitian ini yakni teori Salusu (2015) yang mengatakan bahwa
implementasi strategi memiliki 6 indikator yaitu: siapa direktur utama,
sentralisasi-desentralisasi, program anggran, rutinitas pekerjaan, uraian tugas,
spesifikasi pekerjaan.
G. Deskripsi Fokus Penelitian
Adapun deskripsi fokus penelitian, yaitu:
a. Pengangkatan Direktur Program
Peneliti akan meneliti proses pengangkatan Direktur Program, syarat-syarat
menjadi Direktur Program dan tugas Direktur Program di Kabupaten Gowa.
b. Sentralisasi-Desentralisasi
Sentralisasi-Desentralisasi yaitu peneliti mendalami apakah Strategi
Sumber Daya manusia yang merupakan Program Nasional diatur dan
dikendalikan secara Sentralisasi (Terpusat) atau secara Desentralisasi (Otonomi)
dan melihat kebijakan-kebijakan yang dilakukan dalam pelaksanaan Program satu
Hafidz Satu Desa.
36
c. Spesifikasi Pekerjaan
Mengidentifikasi seluruh jenis pekerjaan yang ada dan dilakukan dalam
Strategi Program Satu Hafidz Satu Desa.
d. Rencana, Program, Dan Anggaran
Mengidentifikasi dan menganalisa seluruh rencana dan program yang yang
dirancang dan dilaksanakan oleh unit kerja Strategi Peningkatan SDM serta
menganalisa anggaran yang digunakan dalam Strategi Program Satu Hafidz Satu
Desa di Kabupaten Gowa.
e. Uraian Tugas
Melihat dan mengidentifikasi seluruh tugas-tugas yang ada pada satuan unit
kerja program Satu Hafidz Satu Desa di Kabupaten Gowa.
f. Rutinisasi Pekerjaan
Melihat rutinitas pekerjaan yang dilakukan satuan unit kerja, melihat
kerajinan dan konsistensi dalam melaksanakan setiap jenis pekerjaan yang ada
pada satuan unit kerja dalam Peningkatan SDM Melalui Program Satu Hafidz
Satu Desa di Kabupaten Gowa.
g. Faktor penghambat yang dapat mempengaruhi pelaksanaan strategi SDM
melalui program Satu Hafidz Satu Desa di Kabupaten Gowa.
h. Faktor pendukung yang dapat mempengaruhi pelaksanaan strategi peningkatan
SDM dalam menciptakan Satu Hafidz Satu Desa di Kabupaten Gowa.
37
i. Melihat faktor pendukung dari pencapaian tujuan program Satu Hafidz Satu
Desa.
j. Melihat faktor penghambat dari pencapaian tujuan program Satu Hafidz Satu
Desa.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian yang di butuhkan pada penelitian ini dua (2) bulan sejak
tanggal 10 agustus – 10 oktober 2020. Lokasi penelitian berada di kantor Dinas
Sosial (DINSOS) Kabupaten Gowa. Karena, peniliti melihat bahwa adanya
program satu hafidz satu desa dapat mengembangkan potensi anak pada di zaman
sekarang ini, membaca atau menghafal Al-quran sangatlah bermanfaat dan bisa
lebih baik kedepannya.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis peneltian kualitatif dengan alasan karena,
melihat sesuai di lapangan bahwa program ini sangat bagus dan bermanfaat bagi
banyak orang, baik di kalangan anak-anak hingga dewasa.
Adapun tipe penelitian ini adalah tipe adalah deskriptif sebagaimana yang
diungkapkan sugiyono (2012:3) adalah metode kualitatif untuk mendapatkan data
yang mendalam, suatu data yang mengandung makna.
C. Sumber Data
1. Data primer, yang di peroleh secara langsung dari informasi yang bersangkutan
dengan cara wawancara untuk mendapatkan jawaban yang berkaitan dengan
peningkatan Suber Daya Manusia (SDM) yang ikut serta dalam program Satu
Hafidz Satu Desa.
39
2. Data sekunder yang di peroleh dari literature dan dokumen serta serta yang di
ambil dari internet dan buku berupa jurnal, artikel dan skripsi sebeumnya.
D. Informan Peneliti
Informan dalam penelitian ini adalah pihak yang dapat memberikan data
sesuai dengan masalah yang diteliti seacara provosive atau secara sengaja untuk
memilih orang-orang yang dianggap mempunyai pengetahuan tentang masalah
yang akan diteliti untuk memperoleh data dan informasi yang akurat. Informan
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Informan Penelitian
No. Nama Inisial Jabatan
1. H. Syamsuddin B, S.Sos,
M.Si, MH
HS Kepala Dinas Sosial
Kabupaten Gowa
2. Hj. Salma S Staf Dinas Sosial
Kabupaten Gowa
3. Ustadz A Staf Akhyar Institute
4. Ibu Kamba K Masyarakat
5. Mahfira M Masyarakat
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara mandalam (Indepth interview)
Wawancara Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan
dengancarawawancarai yaitu dengan melakukan wawancara mendalam kepada
40
pihak informan atau semua pihak yang terlibat dalam program Satu Hafiz Satu
Desa di Kabupaten Gowa, untuk memenuhi keperluan peneliti mengenai
kejelasan masalah penelitian sehingga dapat mengeksplorasi data dari informan
yang bersifat makna, nilai, serta pemahaman yang mungkin tidak
dilakukanmelalui teknik surveiDilakukan guna memperoleh data primer
tentang peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di Kabupaten Gowa.
2. Studi Dokumentasi
Dilakukan guna mendapatkan data sekunder dengan cara melakukan kajian
terhadap data-data pribadi dan dokumen resmi baik secara visual maupun
tulisan yang berkaitan dengan masalah penelitian berupa lembaran-lembaran
dokumen yang sudah ada serta dokumentasi langsung yang telah di lakukan
oleh peneliti.
3. Observasi
Melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian secara berulang terhadap
suatu objek pengamatan pada tempat yang sama ataupun berbeda. Obervasi di
fokuskan pada pengamatan langsung di lapangan dan bertemu langsung dengan
masyarakat serta yang menjalankan program Satu Hafiz Satu Desa.
F. Teknik Analisis Data
Proses analisis datayang di gunakan peneliti dalam peneliti ini adalah teknik
kualitatif interaktif yang mana bersandar pada pendapat Sugiyono (2017), adapun
langkah-langkah teknik data yang di gunakan yaitu :
1. Reduksi Data
41
Setelah memperoleh hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang
merupakan dan mentah dari lapangan, peneliti lalu melakukan reduksi data.
Reduksi data merupakan kegiatan pemilihan data, kemudian data yang dipilih
disederhakan dengan mengambil data yang pokok dan perlukan yang sesuai
dengan objek yang diteliti.
2. Penyajian Data
Setelah data dipilih dan disusun dari hasil reduksi data langkah selanjutnya
adalah penyajian data dalam bentuk narasi deskriptif. Data yang disajikan
merupakan data yang dipakai untuk merespon masalah yang akan diteliti.
Setelah data yang dipilih disajikan secara rinci dan sistematis, maka proses
selanjutnya yang akan dilakukan adalah membahas data yang telah disajikan.
3. Menarik Kesimpulan
Setelah data dibahas secara mendalam dan rinci, proses selanjutnya yang
dilaksanakan adalah penarikan kesimpulan oleh peneliti. Hasil dari kesimpulan
di gunakan sebagai jawaban dari permasalahan yang diteliti.
G. Pengebsahan Data
Pengabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan:
1. Perpanjangan pengamatan
Peneliti kembali ke lapangan melakukan pengamatan, mewawancarai kembali
sumber data baik yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal ini dilakukan
untuk menguatkan hubungan dengan narasumber agar terbangun kondisi yang
akrab, terbuka dan saling mempercayai sehingga dapat menggali informasi
yang tepat.
42
2. Peningkatan ketekunan peneliti
Melakukan pengmatan secara lebih cermat dan berkesinambung, sehingga
kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat di rekam secara pasti dan
sistematis.
3. Trianggulasi
Memeriksa keabsahan dat dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data. Trigulasi
dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu:
a. Trianggulasi sumber, dengan menguji kredbilitas data melalui pengecekan
data yang telah diperoleh dari beberapa sumber.
b. Trianggulasi teknik, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
c. Trianggulasi waktu, menguji kredibilitas data melalui pengecekan dengan
wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu situasi yang berbeda.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
1. Kabupaten Gowa
Kabupaten Gowa adalah salah satu daerah tingkat II provinsi Sulawesi
Selatan, yang terletak di kota Sungguminasa. Kabupaten gowa memiliki luas
wilayah 1.883,32 dan berpenduduk 652.94± jiwa. Kabupaten Gowa.
Kabupaten yang berjarak tempuh sekitar 10 menit dari kota Makassar ini
memasok sebagian besar kebutuhan dasar kehidupan kota.
Kemampuan Kabupaten Gowa menyuplai kebutuhan bagi daerah sekitarnya
dikarenakan keadaan alamnya.Kabupaten seluas 1.883,32 kilometer persegi ini
memiliki enam gunung di mana yang tertinggi adalah Gunung
Bawakaraeng.Secara geografis, Kabupaten Gowa terletak pada 5 33’ - 5 34’
Lintang Selatan dan 120 33’ Bujur Timur. Kabupaten Gowa terdiri dari wilayah
dataran rendah dan wilayah dataran tinggi dengan ketinggian antara 10-2800
meter di atas permukaan air laut. Bahasa resmi instansi pemerintah adalah bahasa
Indonesia. Menurut badan Bahasa di Kabupaten Gowa yaitu bahasa Makassar,
khususnya dialek lakiung, dialek Turatea, dan dialek Makassar Konjo.
a. Dinas Sosial Kabupaten Gowa
Dinas Kabupaten Gowa adalah Dinas yang tergabung dengan Dinas Sosial,
Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Namun Regulasi/pembentukan struktur yang
44
baru di atur dalam peraturan Daerah No. 11 Tahun 2016 tentang pembentukan
organisasi perangkat Daerah, sehingga Dinas Sosial Berdiri Sendiri.
Dinas Sosial Kabupaten Gowa merupakan salah satu dinas yang
menyelenggarakan program-program ke masyarakatan, serta menerima keluhan
masayarakat apa yang menjadi kendala di tengah-tengah masyarakat.
Visi Dinas Sosial Kabupaten Gowa
Mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan relegius
Misi Dinas Sosial Kabupaten Gowa
a. Meningkatan pelayanan Kesejahteraan Sosial
b. Meningkatkan Pembinaan, Pelayanan dan rehabilitasi pemulihan penyandang
masalah kesejahteraan sosial
c. Meningkatkan Kualitas pengetahuan dan pemahaman terhadap nilai-nilai syiar
keagamaan
d. Meningkatkan Mutu Pelayanan Publik dan Administrasi Perkantor
Kantor Dinas Sosial Kabupaten Gowa adalah Kantor yang berada di jalan
Mesjid Raya No.30, Sungguminasa, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa,
Sulawesi Selatan 92114 6,7 .Kantor Dinas Sosial Kabupaten Gowa telah
memiliki sumber daya yang cukup memadai untuk memberikan pelayanan yang
baik sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku. Adapun
Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Kantor DInas Sosial Kabupaten Gowa
antara lain : Kasubag umum & kepegawaian 3 orang, kasubag perencanaan &
45
pelaporan 3 orang, Kasubag. Keuangan 3 orang. Adapun bidang dan staf seksi
antara lain : Bidang Pelayanan dan rehabilitas 7 orang, Bidang Pemberdayaan
Sosial 7 orang, Bidang Perlindungan Sosial 5 orang, Bidang Pembinaan Sosial
Spritual 5 orang, dan UPTD.
1). Kepala Dinas Sosial
Kepala dinas mempunyai tugas untuk mengontrol serta mengevaluasi apa
saja kegiatan yang sudah terlaksanakan di asrama Hafiz, serta mengetahui apa saja
yang di butuhkan baik fasilitas, dan yang lainnya. Program ini sangat di nantikan
ditengah masyarakat.
2). Bidang Pelyanan dan Rehabilitas Sosial
Bidang Pelayanan dan Rehabilitas Sosial mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan rumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang
pelayanan dan rehabilitas sosial.
3). Bidang Pemberdayaan Sosial
Bidang pemberdayaan sosial mempunyai tugas merencanakan dan
mengkoordinasi, membina, serta mengawasi dan mengendalikan untuk tugas
evaluasi, seksi pemberdayaan fakir miskin, seksi perizinan dan pembinaan
lembaga sosial dan seksi pelestarian nilai-nilai kepahlawanan.
4). Bidang Perlindungan Sosial
46
Bidang Perlindungan Sosial mempunyai tugas merencanakan dan
mengkoordinasikan, membina, mengawasi dan mengendalikan serta mengevaluasi
tugas-tugas seksi perlindungan sosial.
47
48
B. Hasil Penelitian
Program Satu Hafidz Satu Desa merupakan Program dari pemerintah yang
menginginkan kabupaten Gowa menjadi tahun keagamaan bukan hanya di 2(dua)
desa saja berjalan tetapi 18 kecamatan akan merealisasikan program ini. Program
Satu Hafidz Satu Desa ini adalah yang ditunggu oleh masyarakat Gowa karena
dapat membawa Kabupaten Gowa menjadi lebih baik, dari 135 desa dan 46
kelurahan baru berapa desa yang berjalan seperti di ex kantor pertahanan
kabupaten gowa dan Kecamatan Manuju Desa Lemoa Kabupaten Gowa yang di
jadikan rumah hafidz dan menunggu pembangunannya selesai.
Program ini merupakan Program Bupati Gowa dan di naungi oleh Dinas
Sosial Kabupaten Gowa. Satu Hafidz Satu Desa dibentuk sejak 14 November
2019. Seperti hasil wawancara di lakukan dengan HS sebagai berikut:
“Sesuai arahan pak bupati Gowa sudah menyampaikan tahun lalu bahwa
kebijakan di tahun keagamaan itu adalah adanya program pembelajaran Al-
quran, ada tiga Komponen jangka pendeknya ialah seluruh imam desa,
imam dusun, imam kelurahan dan imam lingkungan itu akan ditingkatkan
kapasitasnya untuk bisa menjadi penghafal Al-quran” (Hasil wawancara
dengan HS, 18 September 2020).
Adapun mekanisme dari program Satu Hafidz Satu Desa ini adalah setiap
kecamatan di harapkan mengintervensi setiap desa dan kelurahan yang ada di
kabupaten Gowa. Program Satu Hafidz Satu Desa ini akan menjadi percontohan
untuk setiap pemerintah kabupaten dalam mengembangkan setiap Hafidz-Hafidz
yang ada di daerahanya masing-masing. Selain itu Program Satu Hafidz Satu Desa
ini sudah terealisasikan di kecamatan limbung dan Desa Manuju kabupaten Gowa,
Seperti Hasil wawancara dengan HS, sebagai berikut :
49
“Untuk kabupaten Gowa sendiri baru dua yang menerapkan Satu hafiz Satu
desa , karena desa yang lain masih dalam tahap perencanaan pembangunan,
tetapi sudah ada mengikuti pembinaan di Quantum Akhyar Institute yang di
bogor pembinaan ust.Adi Hidayat”.(Hasil wawancara dengan HS, 18
September 2020).
Dinas Sosial Kabupaten Gowa mengintervensi setiap kecamatan di tahun
2019 yang di lakukan dibeberapa desa/dusun dan kelurahan adapun dasar-dasar
yang harus diintervensi setiap kecamatan adalah (1) persediaan infrakstruktur
yang memenuhi persyaratan program (2) Pengelolaan yang berkesinambung
dengan masyarakat (3) Perilaku pembinaan, pengelolah, dan masyarakat.
Strategi Program Satu Hafidz Satu Desa memiliki struktur organisasi
tersendiri dalam melakukan pelaksanaanya, walaupun terlibat dengan Dinas Sosial
akan, tetapi Program ini melibatkan pemerintah daerah. Dalam hal ini yang
membawahi mekanisme program, sebagai berikut :
Gambar 4.2
Struktur Penyelenggara program Satu Hafiz Satu Desa
Bupati Gowa
Dinas Sosial
Kabupaten Gowa
Pembinaan
Kecamatan
Pengelolah desa/dusun
dan Kelurahan
Dapartemen Agama
Kabupaten Gowa
50
Dari Gambar tersebut dapat diketahui bahwa program penyelenggaran Satu
Hafidz Satu desa di kabupaten Gowa harus dilaksanakan secara terorganisir
dengan pembagian tugas yang jelas.Dinas Sosial sebagai inisiator penyelenggara
yang merupakan lembaga yang mengupayakan terbentuknya organisasi ini
sehingga program dapat dilaksanakan secara terstruktur. Struktur organisasi
diusulkan langsung oleh Bupati Gowa sesuai hasil pelatihan awal pembinaan
Hafidz Al-quran.
Dalam penelitian ini, untuk menguraikan Peningkatan Sumber daya
Manusia di Kabupaten Gowa terdapat beberapa indikator yaitu:
a. Siapa Direktur Program Satu Hafidz Satu Desa
b. Sentralisasi-Desentralisasi
c. Spesifikasi Pekerjaan
d. Rencana, Program dan Anggran
e. Uraian Tugas
f. Rutinitas Pekerjaan
Adapun uraian hasil penelitian berdasarkan indikator tersebut, sebagai
berikut :
1. Siapa Dierektur Program Satu Hafidz Satu Desa?
Saat ini direktur program Satu Hafidz Satu Desa Kabupaten Gowa H.
Syamsuddin B, S.Sos, M.Si, MH. Yang merupakan direktur Program Satu
Hafidz Satu Desa di Kabupaten Gowa. Ia mempunyai latar belakang
pendidikan Sarjana Hukum serta menjabat sebagai Kepala Dinas Sosial
Kabupaten Gowa sejak 2016 sudah mengikuti beberapa pelatihan pembinaan
51
salah satunya pembinaan keagamaan yang termasuk dalam program Bupati
Gowa, Sehingga di percayakan menjadi direktur Program Satu Hafidz Satu
Desa.
a. Tugas Pokok
Mengupayakan peningkatan Sumber Daya Manusia serta memantau sistem
pembelajran dalam rumah Hafidz Satu Desa di kabupaten Gowa melalui
kegiatan-kegiatan serta usaha perencanaan, pengembangan, pembangunan
dan pemanfaatan segala sumber daya yang ada.
b. Fungsi
1) Perencanaan dalam rangka pengawasan Satu Hafidz Satu Desa
2) Pemeliharaan dan pengawasan terhadap Satu Hafidz Satu Desa
3) Pengelolaan terhadap biaya pembinaan yang berkenan dengan Program
4) Pelaksanaan pembinaan terhadap para anak, pengelola dan masyarakat.
Seperti hasil wawancara dengan HS, Sebagai Berikut :
“Kalau direktur utrama sebenarnya belum ada dalam program ini tapi untuk
sementara saya di angkat oleh bapak bupati secara langsung untuk
menangani program ini, jadi tugas saya itu mengawasi serta mengontrol
program ini dan agar masyarakat ikut dalam program ini, program ini tidak
wajib tapi diikut sertakan agar menciptakan Imam desa/dusun disetiap
kecamatan” Hasil wawancara dengan HS, 18 September 2020).
Dari hasil wawancara di atas diketahui bahwa kepala dinas sosial memiliki
tugas mengatur dan mengontrol program Satu Hafidz Satu Desa di Kabupaten
Gowa termasuk di ex kantor pertahanan dan di kecamatan Manuju desa Lemoa
Kabupaten Gowa, yang menjadi Rumah pembelajaran Hafidz saat ini . Tugasnya
adalah melakukan kerjasama dengan pihak kecamatan , desa/dusun dan kelurahan
untuk melaksanakan program Satu Hafidz Satu Desa.
52
Hubungan koordinasi antara Kepala Dinas Sosial, Aparat pemerintah
(kecamatan. Kelurahan, dan desa/dusun) sebagai insiator program Satu Hafidz
Satu Desa yaitu dalam proses advokasi prpgram kepala Dinsos (direktur utama)
memberikan dukungan untuk menjalankan program kerja yang akan di laksankan
selama 5 tahun kedepan. Hal ini sesuai wawancara dengan HS, yaitu:
“Jadi kami sangat membutuhkan dukungan masyarakat untuk menjalankan
program Satu Hafidz Satu Desa ini, maka itu kami selalu melakukan
sosialisai ke masyarakat dan aparat pemerintahan untuk membicarakan
program bapak bupati ini di kabupaten Gowa, semoga berjangka panjang
dan di realisasikan di seluruh kabupaten Gowa” Hasil wawancara dengan
HS, 18 September 2020).
2. Sentraslisasi-Desantralisasi
Program Satu Hafidz Satu Desa merupakan program dari Bupati Kabupaten
Gowa. Sistem Sentralisasi struktural yang digunakan dalam program ini yaitu :
a. Seluruh kegiatan Program Satu Hafidz Satu Desa di biayai oleh pemerintah
daerah kabupaten Gowa.
b. Setiap kegiatan yang di laksanakan dalam program Satu Hafidz Satu Desa
merupakan kebijakan Bupati Gowa dalam pelaksanaan program Hafiz Al-
Quran.
c. Seluruh stakeholder program Satu Hafidz Satu Desa yaitu Kecamatan,
pelaksanaan dan pembinaan ditentukan dan di awasi langsung dengan Dinas
Sosial Kabupaten Gowa.
d. Sarana dan Prasarana yang di gunakan dalam program Satu Hafidz Satu
Desa diberikan oleh Dinas Sosial seperti pelaopran kegiatan dalam proses
pembinaan.
Hal ini sejalan dengan yang di ungkap oleh S, sebagai berikut :
53
“Untuk Programnya sendiri merupakan program langsung dari pak Bupati,
jadi pak Bupati yang membuat program ini lalu di tugaskan kepada kami
Dinas Sosial untuk menangani dan mengontrol program ini, mulai dari
kecamatan, pelaksana bahkan pembinaan ditentukan oleh Dinas Sosial tapi
dalam pantauan pak Bupati”. (hasil wawancara dengan S, 21 Sepetember
2020).
Sedangkan sistem desantralisasi struktural yang digunakan dalam program
ini yaitu :
1). Pelantikan Direktur Program dilakukan Bapak Bupati Gowa bersama aparat
pemerintah dari kecamatan, kelurahan dan desa/dusun se kabupaten Gowa.
2). Setiap deskripsi pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan merupakan hasil
kebijakan Bupati Gowa dan Dinas Sosial Kabupaten Gowa dalam hal ini ex
rumah hafidz al-Quran limbung ex kantor pertahanan dan di kecamatan
Manuju desa Lemoa Kabupaten Gowa.
3). Setiap renacana dan penganggaran dan dilakukan oleh BAPEDA dalam
program Satu Hafidz Satu Desa.
3. Spesifikasi Pekerjaan
Program Satu Hafidz Satu Desa di Kabupaten Gowa melibatkan beberapa jenis
pekerjaan dalam pelaksanaannya, setiap jenis pekerjaan yang di laksankan oleh
stakeholder memiliki spesifikasi pekerjaan yang berbeda-beda. Adapun jenis
pekerjaan dalam implementasi strategi Program Satu Hafidz Satu Desa di
antaranya pembinaan dan pelaksanaan program Hafidz, berikut uraian
spesifikasi pekerjaan dan stakeholder Satu Hafidz Satu Desa, yaitu :
54
Tabel 4.2
Syarat Spesifikasi Program Satu Hafiz Satu Desa
No Jabatan Spesifikasi Pekerjaan
1. Pembina a. Merupakan delegasi dari Bupati /Dinas Sosial
b. Menguasai dasar-dasar pembinaan al-quran
c. berkompentensi
d. Mengikuti Pembinaan
e. Merupakan imam masjid desa/dusun, kelurahan
serta kecamatan
2.
Pelaksana a. Merupakan pegawai Dinas Sosial, Imam desa ,
kelurahan dan kecamatan
b. Telah melewati pembinaan di Bogor tepatnya di
institute Akhyar
c. Menguasai pedoman Hafiz untuk menciptakan Satu
Hafidz Satu Desa.
Dari tabel di atas diketahui bahwa spesifikasi pekerjaan dari pembinaan
adalah calon Pembina yang aktif dalam mengikuti pembinaan Instute Akhyar di
bogor dan direkomendasikan langsung oleh aparat kepala Dinas Sosial,
Kecamatan, kelurahan dan desa/dusun yang memiliki potensi dalam bidang
tersebut, menguasai pembacaan Al-quran yang baik dan benar, aktif
melaksanakan program mulai dari umur 17-25 tahun, sesuai hasil wawancara
dengan HS sebagai berikut :
55
“Intinya adalah sudah mengikuti pembinaan di bogor , karena yang ikut
dalam pembinaan di insitue Akhyar saya rekomendasikan untuk memimpin
maksudnya saling belajar di asrama rumah hafiz quran sehingga
menciptakan Satu Hafidz Satu Desa, maka dari itu batas usia yang
mengikuti asrama mulai 17-25 tahun”. (Hasil wawancara dengan HS, 21
september 2020).
Spesifikasi pekerjaan untuk pelaksana program Satu Hafidz Satu Desa
adalah merupakan tugas dari Dinas Sosial, telah mengikuti rangkaian pembinaan
pelaksanaan program satu hafidz satu desa di kabupaten Gowa, menguasai Al-
quran dan pedoman-pedoman pelaksanaan program. Program Satu Hafidz Satu
Desa harus menguasai seluruh pembinaan sesuai dengan binaan yang telah di ikuti
di bogor dan di terapkan kepada calon hafidz selanjutnya di kabupaten Gowa.
4. Rencana Kegiatan dan Anggaran
Rencana Kegiatan dan Anggaran pada implementasi strategi Peningkatan
Sumber Daya Manusia melalui program satu hafidz satu desa di kabupaten
Gowa dirumuskan dan dikendalikan oleh Bupati Gowa selaku Program bupati
dan Dinas Sosial sebagai naungan program, dan segala keputusan Bupati Gowa
dan Dinas Sosial dapat dituangkan dalam buku panduan pelaksanaan Satu
Hafidz Satu Desa. Adapun Uraian dari tujuan, program dan kegiatan Satu
Hafiz Satu Desa menurut panduan pelaksanaan (2020), yaitu :
Tujuan dan Kegiatan
goals Program Satu Hafidz Tiap Desa terjamin proses
keagamaannya dalam strategi pemerintahan
Impacts 1. Meningkatkan kerja sama Dinas Sosial dan
Pemerintah Daerah (PEMDA) dalam mewujudkan
Satu Hafidz Satu Desa
56
Gambar 4.3
Sumber : Pedoman pelaksanaan Satu Hafidz Satu Desa, 2020
Dari Gambar tersebut, dapat dilihat bahwa tujuan dari strategi pelaksanaan
Program Satu Hafidz Satu Desa adalah untuk menjamin setiap anak/masyarakat
yang berada di setiap kecamatan kabupaten Gowa. Untuk mencapai hal tersebut,
maka diperlukan kemandirian tiap kecamatan dalam mengawasi kelurahan,
desa/dusun di kabupaten Gowa.
Langkah yang dapat di lakukan untuk mencapai kemandirian tiap kecamatan
dalam mengawasi masyarakat untuk melakukan kerja sama serta sosialisasi baik
dari pihak pemerintah daerah (PEMDA) dan Dinas Sosial yang ikut serta dalam
Outcomes
1. Pelatihan : modul pelatihan ,pembinaan ,jumlah
Pembina yang di bina
2. Pengawasan : Jumlah Pembina yang diintervensi di
setiap kelurahan, dea/dusun.
3. Advokasi : terbentuknya tim advokasi kecamatan,
tersusunya strategi advokasi dan waktu pelaksanaan
pelatihan pembinanaan hingga terpilihnya bentuk
kegiatan advokasi
Outputs 1. Pelatihan untuk pembinaan Hafiz Tiap Desa,
Fasilitator di Kabupaten
Inputs SDM, dana kegiatan, kerja sama antara Dinas Sosial,
Pemda, dsn masyarakat
57
melaksanakan program satu hafiz satu desa ini, dalam pelaksanaan program Satu
Hafidz Satu Desa, Dinas Sosial melakukan pengawasan di setiap kecamatan,
kelurahan serta desa/dusun di kabupaten Gowa yang telah merealisasikan program
ini.
Dalam rangka mencapai hubungan kerjasama yang baik antara pemerintah
Daerah dan pihak kecamatan dan peningkatan Sumber Daya maka dilakukan
pengawasan secara langsung dari Dinas sosial, maka diperlukan serangkaian
kegiatan yang dilakukan dalam proses program Satu Hafidz Satu Desa. Adapun
bentuk kegiatan dari program satu hafidz satu desa yaitu pelatihan, pengawasan,
dan advokasi. Adapun cukupan dari kegiatan yang dilakukan dalam pembinaan
memberikan modul pelatihan kepada stakeholder yang terlibat, memberikan
petunjuk arah dalam melaksanakan kegiatan, memperhitungkan dan menetapkan
jumlah tenaga yang dibutuhkan dalam pembinaan Satu Hafidz Satu Desa.
Program ini di usung dalam pelaksanaan program Satu Hafidz Satu Desa
ada tiga kategori yang pertama adalah melakukan pembinaan untuk membina,
fasilitator program di daerah, kedua pengawasan keamanan program hafidz.
Ketiga Dinas sosial melakukan advokasi kepada pihak pemerintah daerah serta
kecamatan, kelurahan, dan desa/dusun terkait pelaksanaan program satu hafidz
satu desa.
Input yang di butuhkan dalam pelaksanaan program Satu Hafidz Satu Desa
adalah SDM yang terdri dari atas kordinator Satu Hafidz Satu Desa, pelaksanaan
58
satu hafiz satu desa, fasilitator, asrama, dana kegiatan, kerjasama antara dinas
sosial, kecamatan dan masyararakat.
Anggaran dana pada program satu hafiz tiap desa yang disediakan oleh
BAPEDA untuk pembangunan asrama hafidz mencapai miliaran, jadi anggaran
pembangunan belum dapat dipastikan berapa akan tetapi sudah ada yang berjalan
pembinaan di akhyar institute. tiap pembangunan Hafidz Satu Desa. Hal ini berarti
untuk membiayai pembinaan Asrama Hafidz, dana yang di sediakan BAPEDA
sebanyak krang lebih Rp. 500.000.000, dan setiap kloter pembina 30 orang, dana
ini sudah termasuk dengan biaya yang dikeluarkan dalam mengikuti pembinaan di
Bogor, kegiatan ini dimulai proses advokasi pemerintah, pembinaan dan
fasilitator. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara bersama HS selaku kepala
Dinas Sosial Kabupaten Gowa, sebagai berikut :
“sekitar 500.000.000; anggranya, itu biaya asrama saja, tetapi lebih jelasnya
nanti bertanya saja ke BAPEDA karena ini program masih baru, jadi kalau
mau di hitung biaya pembinaan itu sekitar 40.000.000/kloter untuk
pembinaan pelatihan di Bogor, jadi yang diberangkatkan itu ikut pembinaan
adalah yang dipilih dari pihak kecamatan dan diseleksi lagi di Akhyar
Institue, banyak pelatihan yang harus di ikuti jika mau membina di Asrama
Hafiz Satu Desa ini” (Hasil Wawancara dengan HS, 21 September 2020).
Pada unit kerja fasilitaor, kepala dinas sosial bersama staf naungan program
ini menyusun rencana kegiatan dan anggaran sesuai dengan keutuhan yang ada di
Asrama Hafidz Satu Desa lalu di laporkan di direktur program hingga ke Dinas
Sosial. Rencana kegiatan yang di laksanakan dalam Asrama. Sistem pendanaanya
adalah seluruh pengeluaran yang di keluarkan oleh fasilitator dicatat dan di
laporkan ke BAPEDA (Badan Pembangunan Daerah). Dana yang di keluarkan ini
untuk membiayai fasilitas yang di butuhkan dalam Asrama.
59
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan pelaksana S, sebagai berikut:
“program yang kami lakukan dalam baru-baru ini disesuaikan dengan
keadaan, sekarang wabah yang tak diinginkan muncul jadi asrama saat ini
kita liburkan beberapa waktu kedepan, begitupula penganggarannya dimana
kami melakukan kegiatan agaran tidak mengadakan kegiatan begitu saja
dalam Asrama agar penganggarannya dapat di laporkan, jadi pada saat
kami melakukan evaluasi barulah kami menyertakan seluruh dana yang
kami kelurkan selama kegitan Asrama Hafidz “ (Hasil Wawancara dengan
S, 25 september 2020).
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pengelolaan dana
yang dilakukan dalam program Satu Hafidz Satu Desa merupakan sitem kegiatan
dimana dana awal yang digunakan merupakan dana milik pemerintah langsung
yang nantinya dipergunakan untuk hasil laporan evaluasi tiap tahunnya.
5. Uraian Tugas
Dalam kegiatan Program Satu Hafidz Satu Desa, telah di uraikan
sebelumnya bahwa jenis pekerjaan yaitu, fasilitator program Hafidz dan
pembinaan Hafidz Satu Desa yang mana masing-masing tugasnya yaitu :
a) Fasilitator Satu Hafidz Satu Desa
Fasilitator Satu Hafidz Satu desa bertugas untuk melakukan pengujian pada
Hafiz yang telah mengikuti pembinaan di asrama, memberikan edukasi kepada
para penghapal Al-quran tentang pentingnya membaca Al-quran serta
memahami isi dalamnya, melakukan koordinasi pelaporan kepada pelaksana
dan Dinas Sosial Kabupaten Gowa. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
dengan Narasumber ,UA yaitu :
“Kami sebagai fasilitaor Program Satu Hafidz Satu Desa mengupayakan
semaksimal mungkin agar program ini tidak hanya di dua desa saja tapi di
60
seluruh kabupaten gowa agar ada menjadi panutan imam masjid besar di
setiap kecamatannya” (Hasil wawancara dengan UA, 25 September 2020).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa hanya ada dua desa
yang merealisasikan program ini, di karenakan program ini adalah program
terbaru yang ada di kabupaten Gowa.
b) Pelaksana Program Hafidz Satu Desa
Pelaksana Satu Hafidz Satu Desa dalam monitoring dan koordinasi dengan
fasilitator selama kegiatan pembinaan Satu Hafidz Satu Desa berjalan, ikut
dalam rangkaian kegiatan yang di lakukan di asrama, melakukan survey hafidz,
melakukan advokasi dengan pemerintahan baik kecamatan, kelurahan
desa/dusun serta dinas-dinas yang terkait ikut serta dalam melakukan survey
pembinaan program Satu Hafidz Satu Desa.
c) Koordinator Satu hafidz Tiap Desa
Koordinator Satu Hafidz Satu Desa bertugas untuk melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap laporan yang diberikan oleh fasilittor, ikut serta dalam
kegiatan survey Hafidz, ikut melaksanakan advokasi dengan pemerintahan
kecamatan, keluran, desa/dusun dan dinas yang terkait.
6. Rutinitas Pekerjaan
Tahapan dari rangkaian Program Satu Hafidz Satu Desa dari Asrama
pembinaan pelaksanaan dengan jelas sesuai beberapa SOP (standard
Operational Procedur) yang dilkukan secara garis besar oleh seluruh
stakeholder dari program satu hafiz satu desa , yaitu :
a. Melakukan advokasi kepada pemerintah setempat
61
b. survey Hafidz tiap desa
c. melakukan pembinaan
d. melakukan sosialisasi kepada masyarakat
e. monitoring dan evaluasi
f. tindak lanjut
Adapun uraian dari kegiatan diatas adalah :
1. Melakukan Advokasi
Kegiatan advokasi dalam rangka penyelenggaraan Satu Hafidz Satu Desa
dapat dipahami sebagai bentuk atau wadah untuk melakukan pendekatan kepada
Bupati, dinas sosial, kecamatan dan jajarannya dengan cara yang sistematis dan
terorganisir untuk terlaksananya program dan terwujudnya Satu Hafidz Satu Desa.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan F, selaku sekertaris Dinas
Sosial Kabupaten Gowa , yaitu :
“pada saat kegiatan advokasi kami mengundang beberapa sektor, seperti
bapak bupati, kepala desa, kepala kecamatan dan kelurahan” (hasil
wawancara dengan F, 28 september 2020).
Advokasi, artinya sebagai aksi strategis dan terpadu yang dilakukan
perorangan dan kelompok untuk memasukkan suatu maslah (isu) kedalam agenda
kebijakan, mendorong para pembuat kebijakan untuk menyelesaikan masalah
tersebut, mendorong para pembuat kebijakan untuk menyelesaikan masalah
tersebut, dan membangun basis dukungan atas kebijakan publik yang diambil
62
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Agar seorang fasilitator mempuyai
kemampuan melakasanakan kegiatan advokasi, diperlukan suatu pelatihan
advokasi selain pelatihan sebagai fasilitator penyelenggaraan Satu Hafidz Satu
Desa.
Kegiatan advokasi dalam rangka penyelenggaraan Satu Hafidz Satu Desa
dilakukan oleh :
a. Dinas Sosial
b. Fasilitator (staf pemerintah daerah, Staf Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
yang telah mendapatkan pembinaan program Satu Hafidz Satu Desa. (panduan
pelaksanaan Satu Hafidz Satu Desa 2020).
Adapun rangkaian pelaksanaan advokasi :
a) penyusunan strategi
b) Pembinaan advokasi
c) penyusunan pesan-pesan advokasi
d) pemilihan bentuk kegiatan advokasi
Pada point (d) dalam melkasanakan advokasi, terdapat beberapa bentuk
kegiatan advokasi penyelenggaraan Satu Hafidz Satu Desa yang dapat dilakukan
yaitu :
1. Pendekatan, advokasi ini merupakan kegiatan pendekatan kepada pihak
tertentu, umumnya yang mempunyai wewenang membuat keputusan
perubahan atau pembuat aturan.
63
2. Media massa, kegiatan ini memanfaatkan media massa dengan mengundang
Koran, radio, dan majalah untuk meliputi kegiatan advokai. Ingat, media massa
harus secara optimal dimanfaatkan. Jiika kegiatan advokasi terlaksana maka
masyarakat mengikuti setiap kegiatan inspirasi dari kegiatan advokasi ini.
Dengan demikian, advokasi menjadi terangkat secara nasional dan mendapat
dukungan dari berbagai pihak.
3. Sosialisasi kepada masyarakat dilaksanakan setelah seluruh proses pelatihan
kepada fasilititator program yang telah terlaksanakan.
Indikator kinerja dalam advokasi ini disebut sebagai indikator proses
pelaksanaan advokasi, sebagai berikut :
a. Terbentuknya organisasi/tim advokasi di kecamatan yang melakukan advokasi
b. Tersusunya strategi advokasi dan wkatu pelaksanaanya pelaksanaan pelatihan
pembinaan
c. Terpilihnya bentuk kegiatan advokasi
d. Pelaksanaan kegiatan advokasi sesuai bentuk kegiatan yang tepilih.
1) Survey atau identifikasi Asrama Hafidz
Survey program Hafidz Satu Desa adalah kegiatan meninjau asrama guna
untuk mendapatkan Asrama di setiap desa/dusun untuk diintervensi. Tujuan dasar
dari kegiatan survey Hafidz Satu Desa adalah untuk mengetahui apakah asrama
Hafidz yang akan dipilih menjadi asrama yang akan diintervensi layak dijadikan
asrama percontohan oleh pemerintah daerah dalam mengembangkan kualitas
program Hafidz Satu Desa ini.
64
Dalam rangka pelaksanaan survey atau identifikasi program, maka
diperlukan SOP dari pelaksanaan identifikasi atau survey program. Adapun SOP
identifikasi Program menurut pedoman pelaksanaan Satu Hafiz Satu Desa (2020),
yaitu :
a. Kegiatan Identifikasi program
Kegiatan ini bertujuan untuk menetapkan prioritas program Hafidz yang
menjadi sasaran sebagai program yang menetapkan dan mengendalikan
prioritas program yang menjadi sasaran sebagai pengendalian. Program yang
dikendalikan ialah mereka yang memenuhi aspek persyaratan yang mengacu
kepada keputusan peraturan Daerah (PERDA) tentang perubahan atas perda
kabupaten gowa Nomor 10 tahun 2009 tentang program wajib belajar. Lokasi
program, kondisi fisik bangunan, sanitasi air bangunan, dan fasilitas lain.
Adapun tahapan dari pelaksanaan identifikasi program Hafidz adalah :
a). Persiapan identifikai program, yaitu mempersiapkan formulir identifikais
program sasaran pengendalian dan koordinasi dengan pihak yang terkait
untuk melakukan identifikasi program.
b). Pelaksanaan identifikasi program, yaitu pengamatan terhadap keseluruhan
bangunan asrama Hafidz (bagian luar/lingkungan Hafidz dan bagian dalam
Hafidz) dan seluruh area dalam lingkungan asrama Hafidz.
c). Pelaporan hasil identifikasi program, yaitu berupa formulir identifikasi
program yang telah di isi sesuai dengan petunjuk dan dapat disertai dengan
dokumentasi/foto.
65
2. Identifikasi program dan inventarisasi Hafidz Satu Desa
Kegiatan identifikasi program Hafidz dan inventarisasi program Satu Hafidz
Satu Desa yang di duga program terbaru dari Bupati Gowa pada tahun 2019 yang
memiliki tujuan : pertama, melakukan pendataan identitas para hafiz di asrama
yang telah merealisasikan program Satu Hafidz Satu Desa. Kedua, Interventarisasi
program yang di berikan kepada asrama yang telah merealisasikan program ini.
3. Pelaporan dan pendataan program Hafidz.
Pelaopran berupa table rekapitulasi hasil pendataan program Satu Hafidz
Satu Desa. Data hasil pelaporan ini sekaligus bertujuan untuk menujukkan
pertanggung jawaban ke direktur utama program ini, yang menunjukkan seberapa
besar kemungkinan seorang Hafidz dalam melakukan pembelajaran di asrama
Hafidz. (Gowa 2020).
Hal ini sejalan dengan yang di ungkapkan oleh HS , sebagai berikut :
“Sebelum melakukan pelaporan, pihak yang bersangkutan seperti
kecamatan, kelurahan ,desa/dusun dan pihak ulama yang saling bekerja
sama dan harus memenuhi tanggung jawabnya masing-masing serta harus
mengkoordinasi apa saja yang di perlukan. Oleh itu selama pembinaan satu
bulan di akhyar institute harus di terapkan” (Hasil wawancara dengan bapak
HS, 30 september 2020). Dan juga pernyataan dari A, sebagai berikut :
“Ia benar yang dikatakan bapak karena bagaimanapun inventarisasi semua
harus terhitung dan dipertanggung jawabkan di kemudian hari ,sebagai data
pelaporan nantinya” (Hasil wawancara dengan A, 30 September 2020).
Dari hasil wawancara di atas maka penulis mampu menyimpulkan bahwa
dalam melaksanakan survey program beberapa indikator yang perlu di miliki oleh
tiap Satu Hafidz Satu Desa ,yaitu :
1. Program Satu Hafidz Satu Desa setiap hari melakukan pembelajaran.
2. Satu Hafidz Satu Desa harus di bina.
66
3. memiliki ruangan yang layak dan nyaman.
Survey program di lakukan selama 1 (satu) bulan sekali untuk selanjutnya di
ajukan kepada pihak pemerintah pusat (DINSOS) untuk di putuskan segala
keperluan yang di butuhkan di asrama Hafidz dan mempertanggung jawabkan
pelaporan dan invetarisasi nantinya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
dengan pihak program sebagai berikut :
“Kami melakukan survey itu sebulan sekali untuk melihat sejauh mana
perubahan dan apa saja yang dibutuhkan dalam asrama lalu kita berikan
yang terbaik buat anak asram hafidz di satu desa ini” (Hasil wawancara
dengan F, 28 september 2020).
Berdasarkan hasil wawancara di atas diketahui bahwa dapat dilihat sejauh
mana perubahan pembangunan yang sudah terealisasi di desa/dusun, sehingga
pihak yang menangani program ini dapat memberikan yang terbaik bagi asrama.
a. Pelatihan pembinaan program
Kegiatan pelatihan kepada pembinaan merupakan kegiatan yang
memberikan pengetahuan tentang keagamaan selama pembinaan di akhyar
institute. Pelatihan program Satu Hafidz Satu Desa diperuntukan bagi anak-anak
hingga yang dewasa sebagai dasar pembelajaran di tengah masyarakat.
Tujuan dari kegiatan pelatihan pembinaan adalah meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan partisipasi masyarakat dalam melakukan
pembinaan terhadap anak Hafidz di Desa/dusun. Adapun Rangkaian pembinaan
yang diselenggarakan di Akhyar Institute yang dibagi menjadi 3 (tiga) kegiatan
menurut pelaksanaan Akhyar Institue, 2020, yaitu :
1) Pelatihan pembinaan di Akhyar Institute
67
2) Pelatihan untuk binaan (penanggungjawab program di desa/dusun)
3) Pelatihan untuk petugas/pengelolaan penanggung jawab program
Dalam prakteknya, program pelatihan di awali dengan kegiatan pelatihan
Program Satu Hafidz Satu Desa Selama 1 (Satu) bulan yang terdiri dari
penyampaian materi dan praktek. Adapun contoh rancangan dari pelatihan
pembinaan, sebagai berikut :
Tabel 4. 3
Kegiatan pelatihan pembinaan I
No. Waktu/Jam Pelaksanaan Kegiatan
1. 11.00-13.00 Registrasi, Sholat, dan Makan Siang
2. 13.00-13.45 Pembukaan
3. 13.45-15.15 Pelatihan pengajian baca Al-Qur’an
4. 15.15-16.00 Istrahat dan Shalat
6. 16.00-17.15 Program peenyelenggaran
pembinaan (pembacaan peraturan
selama binaan
7. 17.15-17.45 Tanya Jawab
68
Sumber : Pedoman Pelaksanaan Institute Akhyar 2020
Setelah selesai melakukan pelatihan program pembinaan, selanjutnya
pembinaan menjalani pelatihan penguji hafalan Al-qur’an yang di tes secara
langsung dengan para pihak Akhyar Institute. Pelatihan pembinaan yang di duga
sangat bermanfaat kedepannya bagi anak dan masyarakat serta dapat diterapkan di
desa yang telah merealisasikan program Satu Hafidz Satu Desa.
Program Pelatihan dirancang selama sehari yang terdiri dari penyampian
materi dan praktek pengujian pembacaan dan hafalan Al-qur’an. Contoh
rancangan program pelatihan ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4
Kegiatan Pelatihan Pembinaan II
Jam/Waktu
Pelaksanaan
Kegiatan
04.30-07.30 Siap siap shalat subuh dan mengaji bersama
07.30-08.00 Registrasi
8. 17.45-19.40 Istrahat
9. 19.40. 21.00 Pembelajaran Al-Qu’an dan bacaan
serta hafalan Al-qur’an
10. 21.00-22.30 Menyetor Hafalan
69
08.00-09.00 Pembukaan
09.00-09.50 Pembinaan bagi para penghapal Al-qu’an
09.50-10.30 Istrahat
10.30-12.00 Pengetahuan mendalami Al-qu’an
12.00.13.00 Istrahat dan Shalat
13.00-15.00 Pengujian praktek dan penghapalan isi dan bacaan Al-qur’an
15.00-selesai Istrahat (Masuk Asrama)
Sumber : Pedoman Institute Akhyar 2020
b. Melakukan Sosialisasi
Kegiatan Sosialisasi adalah kegiatan serangkaian dari kegiatan Advokasi,
dimana setelah mengadvokasi Pemerintah Daerah, melakukan serangkaian
pelatihan pembinaan, maka selanjutnya adalah melakukan advokasi kepada para
Hafidz dan masyarakat sekitar melalui kegiatan sosialisasi.
Sosialisasi kepada masyarakat harus menarik perhatian masyarakat.
Bagaimana caranya? Dalam kegiatan sosialisasi lakukanlah bahasa yang baik
kepada masyarakat luas. Gunakan media pesan yang disiapkan, misalnya
penyebaran pamphlet, poster, dan lain-lain.Selain itu, dapat diadakan seminar di
Asrama Hafiz. Hal ini sejalan dengan yang di utarakan HS, sebagai berikut:
”Kegiatan yang kami lakukan adalah sosialisasi ke masyarakat agar dapat
bekerjasama dalam artian masyarakat ikut sera dalam program pemerintah
ini, selain menambah ilmu dan dapat menjadi petunjuk agar bagaimana
pentingnya membaca Al-qur’an” (Hasil wawancara dengan HS, 30 September
2020).
70
Dari wawancara tersebut diketahui bahwa kegiatan sosialisasi di
selenggarakan untuk menedukasi masyarakat tentang bagaimana pentingnya
membaca Al-Qur’an sejak dini.Kegiatan ini di lakukan di tempat terbuka dan
nyaman agar masyarakat bisa menyaksikan dan mendengarkan kegiatan
sosialisasi yang sedang berlangsung.
c. Monitoring dan Evaluasi
Sistem monitoring dan evaluasi program Satu Hafidz Satu Desa harus
dilaksanakan secara terorganisir dengan pembagian tugas yang jelas. Sistem
monitoring penyelenggaraan Satu Hafidz Satu Desa meliputi:
1. Pelaksanaan, pelaksana di daerah kelurahan, desa/dusun setiap Hafiz Satu desa
yang teralisasi.
2. Laporan dari pengawas program berupa hasil identifikasi/ data masyarakat
3. Verifikasi informasi, verifikasi laporan yang diperoleh dalam melakukan hasil
identifikasi.
4. Analisi Data, pengelolahan data informasi secara deskriptif dan statistik.
5. Penyusunan Laporan, rekapitulasi laporan dalam tahun program berjalan dan
dikirim ke Dinas Sosial.
Sistem evaluasi penyelenggara program, meliputi:
a). Pelaksana : Dinas Sosial penyelenggara Satu Hafidz Satu Desa.
b). Informasi : Laporan dari kecamatan di Dinas Sosial berupa hasil identifikasi
dan rekapitulasi selama berjalannya program.
c). Verifikasi Informasi : berdasarkan laporan yang diperoleh dilakukan verifikasi
dan hasil identifikasi masyarakat.
71
d). Analisis Data : pengelolahan data informasi secra deskriptif dan statistik.
e). Penyusunan Laporan : rekapitulasi laporan dalam tahun program berjalan dan
di gunakan untuk dasar perencanaan program.
Setelah dilakukan evaluasi jika terdapat jumlah desa yang belum
terealisasikan program ini maka dilakukan tindak lanjut. Tindak lanjut berjalan
atau dapat berupa rencana program lanjutan. Kegiatan tindak lanjut hasil
monitoring berupa :
1. Pembinaan kepada masyarakat yang mengikuti pembelajaran di Akhyar
Institute.
2. Menyampaikan laporan di Dinas Sosial untuk penindakan yang telah
melakukan pembinaan di Akhyar Institute.
Sedangkan kegiatan tindak lanjut hasil evaluasi berupa:
a. Pembinaan perihal berjalannya program Hafidz.
b. Penindakan kepada yang telah melakukan pembinaan program.
c. Perencanaan program intervensi sesuai hasil evaluasi.
Hal ini sejalan dengan hasil wawancra dengan narasumber yaitu :
”Kegiatan yang kami lakukan yaitu secara berkala kami melakukan evaluasi
kepada program yang telah diintervensi kami akan memeriksa laporan
laporan yang dilakukan oleh kepala DINSOS selama berjalannya program
ini, dan selanjutnya itu kami menyerahkan pelaksanaan, lalu untuk
melaksankan program ini di kelurahan, desa/dusun sesuai dengan arahan
yang kami berikan” (Hasil wawancra dengan A , 1 Oktober 2020).
Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa menurut narasumber harus
lebih di evaluasi dan memeriksa sejauh mana program ini terealisasi, hingga dapat
diserahkan ke pelaksana selanjutnya.
d. Faktor Pendukung dan Penghambat Program
72
Dalam kegiatan program Satu Hafidz Satu Desa maka tidak dapat
dipungkiri bahwa terdapat banyak indikator yang menjadi penghambat dan
pendukung dalam suatu kegiatan. Hal ini juga terjadi pada kegiatan pelaksanaan
Program Satu Hafidz Satu Desa. Ada beberapa faktor pendukung dan penghambat
yang dihadapi baik dari tingkat Fasilitator hingga Koordinator.
1. Faktor Pendukung
a. Pembinaan
1) Kerjasama dengan Stakeholder yang baik
2) Jumlah yang ikut serta dalam pembinaan Akhyar Institute
3) Pelaporan yang teratur dan tepat waktu.
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan S dan HS dalam wawancara ,
sebagai berikut :
“Menurut saya program ini sangat bagus karena ini program langsung dari
bapak Bupati Gowa, dan dijalankan langsung oleh kami selaku Dinas Sosial
yang diamanahkan agar program ini terjadi, tapi Alhamdulillah sudah ada
dua desa yang merealisasikan program ini dan sudah ada yang telah
berngkat pembinaan kemarin di bogor, dan hasil laporan yang telah
melakukan pembinaan akan kami laporkan kembali ke pak Bupati selaku
pembuat Program” (Hsil wawancara Daring/telfon dengan S, 1 Oktober
2020).
Dari Hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa menurut bapak
lancaranya pembinaan dikarenakan adanya kerjasama antara pihak pemerintah
daerah (PEMDA) dan Dinas Sosial yang sangat baik.
“Yah betul kalau bicara soal hal-hal yang mendukung program ini sangat
didukung sekali apalagi masyarakat sangat welcome dengan program ini,
karena program ini sangat bagus dan langsung dari bapak Bupati Gowa
sendiri” (Hasil wawancara Daring dengan HS, 1 Oktober 2020).
73
Dari wawancara tersebut dapat diketahui salah satu faktor pendukung dari
lancarnya program yang dilakukan tidak terlepas dari hubungan baik dengan
stakeholder lain yang terlibat dalam program Satu Hafiz Satu Desa.
b. Koordinator
1) Koordinasi dengan Dinas Sosial
2) Kegiatan Monitoring yang benar
3) Transparansi dan penyaluran dana anggaran yang baik
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan S, sebagai berikut:
“Jadi sebagai koordinator yang saya rasakan alhamdulilah berjalan dengan
baik kegiatan Hafiznya dan saya di amanahkan langsung dari bapak selaku
kepala Dinsos untuk mengatur serta mengecek apa saja yang harus dibenahi,
program ini” (Hasil wawancara dengan S, 1 Oktober 2020).
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa faktor pendukung dari
segi koordinator dikarenakan tugaskan langsung oleh bapak kepala Dinas Sosial
yang baik sehingga untuk melakukan koordinasi dengan mudah.
2. Faktor Penghambat
a. Pembinaan
Pada tingkat pembinaan, kendala yang di hadapi adalah mengedukasi
masyarakat tentang bagaimana pentingnya belajar agama. Program ini
dibuat langsung oleh bupati agar menjadi kabupaten yang paham akan baca
tulis A-quran. Akan tetapi ada beberapa saja yang di berangkatkan untuk
melakukan pembinaan di Akhyar Institute tiap desa perwakilan 30 orang
untuk melakukan pembinaan. Hambatan yang terjadi saat ini dalam program
Satu Hafiz Satu Desa karena adanya wabah yang tak di inginkan sehingga
pembinaan selanjutnya di tunda, tetapi di 2 dua desa tetap berjalan program
74
Hafiz Satu Desa dikarenakan sudah ada yang dapat menjalankan program
ini.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara HS, 1 Oktober 2020. Sebagai berikut
:
”Faktor penghambat program ini di karenakan adanya wabah (corona) yang
tidak di inginkan, tetapi Alhamdulillah sudah ada kloter pertama yang
berangkat pembinaan kemarin di Akhyar Institute dan yang berangkat itu
dua desa jadi satu desa 30 orang beserta dengan koordinatornya
diberangkatkan selama satu bulan untuk melakukan pembinaan” (Hasil
wawancara dengan HS, 1 Oktober 2020).
b. Koordinator
1. Pentingnya dalam mengedukasi pembinaan tentang pentingnya
mengedukasi Satu Hafiz Satu Desa.
2. Kendala pada kegiatan dalam melakukan sosialisasi pada masyarakat
karena saat kegiatan masyarakat kurang tangkap saat penyampaian.
Hal ini seperti yang dikemukakan oleh S, sebagai berikut:
“Yah biasa memang faktor penghambat banyak kendala-kendala yang
terjadi baik dalam asrama maupun ditengah-tengah masyarakat, kita juga
harus sabar. Ini program tidak wajib tapi diharuskan agar lebih bisa
mendalami membaca Al-quran serta memahami dan bisa menjadi imam
yang baik di desa masing-masing setiap kecamatan, dan itu yang diharpakan
bapak bupati dan kami selaku yang menjalankan program ini” (Hasil
wawancara dengan S, 1 Oktober 2020).
Dari hasil wawancara di atas faktor penghambat yang terjadi dalam program
ini karena wabah yang tak diinginkan sehingga di tundanya pembinaan di Akhyar
institute selama beberapa bulan terakhir. Dikarenakan program ini akan terealisasi
di desa/kelurahan selanjutnya.
C. Pembahasan Penelitian
1. Siapakah direktur program?
Dari hasil penelitian diketahui bahwa direktur program merupakan Direktur
Satu Hafidz Satu Desa Kabupaten Gowa. Diangkatnya Kepala Direktur Utama
75
Program diniliai telah sesuai jika dilihat dari pendapat Salusu (2015) yang
mengemukakan syarat-syarat menjadi Direktur Program adalah Dipilihnya salah
satu anggota Dinas menjadi direktur program karena orang atau pejabat tersebut
telah mengikuti diskusi panjang tentang latar belakang keputusan strategik itu, ia
mengetahui pula alternatif-alternatif yang dipersiapkan sebelumnya, ia
mengetahui mengapa pilihan jatuh pada keputusan itu, ia mengetahui konsekuensi
yang akan timbul apabila keputusan itu dijakankan, ia mengetahui tentang unsur
kompetitif dalam keputusan itu, ia mengetahui tentang situasi sumber daya
organisasi, tepatnya, ia mengetahui tentang keuntungan yang akan diperoleh
organisasi apabila keputusan itu dijalankan. Hal ini sesuai yang telah dijalankan di
dalam program Satu Hafidz Satu Desa yaitu menunjuk Kepala Dinas Sosial
sebagai direktur program karena dianggap bahwa kepala Dinas Sosial sebagai
direktur program karena dianggap bahwa kepala Dinas Sosial merupakan eselon
yang memenuhi syarat yang telah ditentukan.
2. Sentralisasi dan Desentralisasi
Dalam implementasi strategi program Satu Hafidz Satu Desa Kabupaten
Gowa dapat diketahui sebagai berikut :
1. Sistem sentralisasi stuktural yang digunakan dalam program ini yaitu :
a) Seluruh kegiatan program Satu Hafidz Satu Desa dibayai oleh Dinas Sosial dan
BAPEDA.
b) Setiap Kegiatan yang dilaksanakan dalam program Satu Hafidz Satu Desa
merupakan kebijakan Bupati yang dituangkan dalam pedoman Dinas Sosial
dalam pelaksanaan Satu Hafidz Satu Desa.
76
c) Seluruh stakeholder program Satu Hafidz Satu Desa yaitu koordinator, dan
pelaksana ditentukan dan diawasi oleh Bupati.
d) Sarana dan prasarana yang digunakan dalam program Satu Hafidz Satu Desa
yang diberikan oleh Dinas Sosial.
2. Sedangkan sistem desentralisasi struktural yang digunakan dalam program ini
yaitu :
a. Pelantikan direktur program dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten bersama
staf Dinas, kecamatan dan kelurahan, desa/dusun.
b. Setiap deskripso pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan merupakan hasil
kebijakan Bupati Gowa dan Dinas Sosial dalam hal ini pihak desa/dusun.
c. Setiap rencana dan penganggaran dilakukan oleh setiap unit kerja dslam
program Satu Hafidz Satu Desa.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa sistem sentralisasi
digunakan lebih dominan dibandingkan dengan sistem desentralisasi. Sehingga
dapat dikatakan bahwa yang dilaksankan dalam program Satu Hafidz Satu Desa
adalah Sistem Sentralisasi structural.
3. Spesifikasi Pekerjaan
Menurut Salusu (2015) penentuan spesifikasi pekerjaan dan membagi
penugasan kepada setiap unit kerja yang akan terlibat hendaknya benar-benar
memahami tugas yang harus dikerjakan. Penentuan spesifikasi pekerjaan pada sub
unit seharusnya ditentukan oleh Direktur Program. Dalam Program Satu Hafidz
Satu desa melalui hasil penelitian diketahui bahwa unit kerja dalam kegiatan
77
tersebut ada tiga yaitu koordinator, pelaksana, dan pembinaan Seluruh unit kerja
tersebut memiliki spesifikasi kerja yang harus dipenuhi.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan spesifikasi pekerjaan yang ada
dalam pelaksanaan program Satu Hafidz Satu Desa terdiri atas koordinator Satu
Hafidz Satu Desa, pelaksanaan dan pembinaan Satu Hafidz Satu Desa.
4. Rencana Kegiatan dan Anggaran
Menurut Salusu (2015) rencana, program anggran merupakan tanggung
jawab setiap unit kerja yang ada.Dalam kegiatan Satu Hafidz Satu Desa adalah
pembinaan, pelaksanaan dan koordinator. Dalam prakteknya, setiap unit kerja
yang ada menentukan tujuan, rencana, kegiatan dan anggaran sendiri sesuai
dengan panduan pelaksanaan program Satu Hafidz Satu Desa, kebutuhan dan
keadaan lapangan (Asrama).
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada program Satu Hafidz Satu Desa di
Kabupaten Gowa seluruh kegiatan dan pengelolaan dana dilakukan oleh masing-
masing sub unit kerja. Pada pembinaan, diketahui bahwa rencana kegiatan yang
akan dilaksankan sesuai petunjuk arahan Dinas Sosial. Contoh dari rencana
kegiatan yang akan dilaksankan adalah penentuan jadwal pembinaan di Akhyar
Institute.
Jumlah anggran yang disediakan oleh Dinas Sosial dan BAPEDA untuk
biaya pembangunan asrama dan dilakukannya pembinaan di Akhayar Institute tak
dapat biayanya akan tetapi biaya pembangunan asrama Hafidz ini mencapai
miliara. Dimulai dari kegiatan advokasi kepada Pemerintah Kabupaten,
pelaksanaan pembinaan, koordinator,hingga insentif bagi stakeholder yang terkait
78
dalam program Satu Hafidz Satu Desa ini. Penandaan yang digunakan
khususnnya kegiatan pembinaan dan insentif setelah melakukan kegiatan dan
pelaporan hasil yang telah dilakukannya pembinaan.
5. Uraian Tugas
Menurut pendapat yang dikemukakan Salusu (2015) diketahui bahwa uraian
tugas adalah serangkaian kegiatan yang di uraikan secara generic dan spesifik
untuk dilaksanakan demi mencapai tujuan strategi program. Pada strategi program
Satu Hafidz Satu Desa seluruh uraian tugas yang dilakukan oleh sub instansi
kerja, sub unit kerja sendiri, merumuskan secara rinci tugas dan tanggung jawab
dan hubungan yang jelas antara seluruh unit kerja yanitu koordinator dan
pelasksana Program Satu Hafidz Satu Desa kemudian dilaporkan kepada Direktur
Program kemudian dikoordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Gowa. Dari hasil
penelitian yang telah diketahaui bahwa uraian tugas yang ada dalam pelaksanaan
program Satu Hafiz Satu Desa adalah :
a. Pelaksanaan Satu Hafidz Satu Desa
Pelaksanaan Satu Hafidz Satu Desa bertugas dalam mengkoordinasi pembinaan
selama kegiatan asrama berjalan, ikut dalam merangkaikan kegiatan Satu
Hafidz Satu Desa dari melakukan survey pembangunan asrama, melaksanakan
advokasi dengan pemerintahan daerah serta dinas-dinas terkait, ikut serta
dalam melaksanakan proses pembinaan.
b. Koordinator Satu Hafidz Satu Desa
Koordinator Satu Hafidz satu Desa untuk melakukan evaluasi terhadap laporan
yang diberikan fasilitaator, ikut serta dalam kegiatan survey pembangunan, ikut
79
melaksankan advokasi pemerintahan daerah serta dinas-dinas terkait,
memberikan pelatihan pembinaan.
6. Rutinitas pekerjaan
Tahapan akhir dari implementasi strategi program adalah merutinitaskan
pekerjaan yang telah ditentukan. Menurut Salusu (2015) setiap orang dalam unit
kerja harus mengetahui cara terbaik dalam mengimplementasilkan pekerjaan demi
pencapaian tujuan strategi. Pada strategi pengelolaan pasar aman adapun strategi
rutinitas pekerjaan yang dilakukan adalah :
a. Advokasi pemerintah daerah untuk mendapatkan komitmen dalam pelaksanaan
program Satu Hafidz Satu Desa seharusnya dalam kegiatan ini bukan Cuma
pemerintah daerah, kecamatan, dan kelurahan saja yang di undang tetapi
seluruh lapisan masyarakat mulai dari perwakilan ormas dan mahasiswa
sehingga pengawasan dam strategi Satu Hafiz Satu Desa lebih baik.
b. Identifikasi Program dalam survey pembanguanan dilakukan untuk menilai dan
memilih dimana saja pembangunan selanjutnya yang diajukan untuk
diintervensi.
c. Melakukan pembinaan kepada fasilitator program terkait tugas yang akan di
lakukan selama menjadi fasilitaor, fasilitator yang dipilih oleh Dinas Sosial
yang merupakan Akhyar Institute. Pembinaan dilakukan selama satu bulan (30
hari).
d. Sosialisasi kepada masyarakat dan aparat yang terkait guna memberikan
edukasi kepada masyarakat dan pedagang tentang pentingnya pelaksanaan Satu
80
Hafidz Satu Desa dan pentingnya program agama ini ditengah-tengah
masyarakat.
e. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan fasilitator (monitoring) dan
koordinator (Evaluasi) Satu Hafidz Satu Desa menurut hasil penelitian
dilakukan dalam dua tahap yaitu pembinaan di Akhyar institute. Menurut hasil
wawancara dengan masyarakat kabupaten Gowa. Program ini selalu
tersampaikan di sela-sela kegiatan yang ada di desa/dusun karena program ini
akan menjadi program tahunan.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa penentuan Direktur Satu Hafidz Satu
Desa sebagai direktur program telah efektif mengingat telah memenuhi syarat
yang telah ditentukan.
2. Program yang dilaksankan dalam program Satu Hafidz Satu Desa lebih
dominan pada sistem sentralisasi struktural.
3. Spesifikasi pekerjaan dalam program Satu Hafidz Satu Desa terdiri dari
pembinaan , pelaksana, dan koordinator.
4. Rencana kegiatan dan anggaran yang dilaksanakan dalam program Satu Hafidz
Satu Desa dilandasakan dari pedoman pelaksana program, salah satu contoh
rencana kegiatan program Satu Hafidz Satu Desa adalah penentuan jadwal
pembinaan.
5. Uraian Tugas dalam program Satu Hafidz Satu Desa adalah fasilitator program
bertugas untuk melakukan kelayakan asrama, memberikan edukasi kepada
pembinaan tentang pentingnya program Satu Hafidz Satu Desa, melakukan
koordinasi dan pelaporan kepada pelaksana dan koordinator Dinas Sosial.
Pelaksana Satu Hafidz Satu Desa.
6. dalam monitoring dan koordiniasi dengan fasilitator, ikut dalam seluruh
rangkain kegiatan Satu Hafidz. Koordinator Satu Hafidz Satu Desa bertugas
82
untuk melakukan evaluasi laporan, ikut serta dalam kegiatan pembinaan, ikut
melaksanakan advokasi dengan pemerintah daerah, kecamatan, kelurahan,
desa/dusun dan dinas-dinas yang terkait.
7. Pelaksanaan rutinitas program Satu Hafidz Satu Desa belum maksimal, hal ini
dilihat dari kegiatan advokasi pemerintah kabupaten Gowa yang melibatkan
masyarakat dan aparat setempat untuk mengikuti pelaksanaan pembinaan di
Akhyar Institue.
8. Faktor penghambat dari pelaksanaan implementasi Satu Hafiz Satu Desa
karena adanya wabah yang tak di inginkan sehingga pembinaan di Akhyar
intitute di tunda untuk gelombang selanjutnya.
9. Faktor pendukung dari pelaksanaan Program satu Hafidz Satu Desa adalah
kerjasama antara stakeholder yang ada sangat optimal, masyarakat yang
berpartisipasi , aparat, dan dinas-dinas yang ikut serta dalam program ini.
B. Saran
Diharapkan tidak hanya di dua (2) desa saja yang berjalan program ini tetapi
di seluruh desa/dusun kabupaten Gowa. Karena program ini sangat bagus bagi
masyarakat Gowa dan dapat diterapkan di tengah-tengah masyarakat dan
pemerintah ,ilmu yang telah di dapat setelah memasuki asrama Satu Hafidz Satu
Desa.
83
DAFTAR PUSTAKA
Alfiansyah, K. (2018). Strategi Pemerintah Kota Bandar Lampung Dalam
Pemanfaatan Jembatan Penyebrangan Orang. (Skripsi, Universitas
Lampung, Bandar Lampung). Diperoleh dari : digilibi.unila.ac.id
Arifuddin. 2010. Pengantar Administrasi Pembangunan. Bandung: Alvabeta
Creswell. 2017. Researsch Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Cv Pustaka Pelajar
Edy Sutrisno, M.SI. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana
Prenada Group.
Hamel, G dan Prahalad,C, K, 1995. Kompitisi Masa Depan. Jakarta: PT. Bina
Rupa Aksara. Student Jurnal, Vol 16 (2). Diperoleh dari
journals.telkomuniversity.ac.id
Heene dkk. 2015. Manajemen Strategik Keorganisasian Publik. Bandung: Refika
Aditama .
Kamsah. (16 November 2019). Gowa.Luncurkan Program satu Penghafal Al
Quran di Setiap Desa. Diperoleh dari: http://online24jam.com/
Makmur. 2009. Teori Manajemen Dalam Pemerintahan dan Pembangunan,
Bandung: Refika Aditama
Nugroho, Riant. 2004. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi.
Jakarta: Pt. Elex Media Komputindo.
Qudzy, S.Z (Ed). (2015). Penelitian Kualitatif dan Desaian Riset. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Riant Nugroho Dwidjowijoto dan Randy R. Wrihatnolo.2006. Manajemen
Pembangunan Indonesia. Jakarta: Elex Media Komputindo
Rivai (2010). Analisis Hubungan Antara Motivasi Dan Kinerja Pegawai. Jurnal
Administrasi Pembangunan Unhas Makassar. http://Google.Scholar.co.id.
Salusu, 2010.Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik Dan
Organisasi Nonprofit. Jakarta: Grasindo
84
Siagian (2009).Peran Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe Dalam
Menanggulangi Pertambangan Liar Di kelurahan Kolongan Beha. Jurnal
Politico. 10 (2). 31785-66414-1. http://Google.Scholar.co.id.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung:
Alfabeta
Syaodih Ernady. 2015 Manajemen Pembangunan Kabupaten dan Kota. Bandung:
Refika Aditama
Wahab, Abdul Solichin. 2005. Analisis Kebijaksanaan: dari Formulasi ke
implementasi Kebijakan Negara. Bumi Aksara. Jakarta.
Wahyudi, AS. 1996. Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berpikir
Strategic. Jakarta: Binarupa Aksara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan implikasinya dalam pengembangan Sumber Daya Manusia.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Bandung:
Citra Umbara.
85
L
A
M
P
I
R
A
N
86
1. 30 September 2020
Wawancara bersama pelaksana Program Satu Hafiz Satu Desa
2. Bukti Program Hafiz Satu Desa di Kabupaten Gowa
87
3. 28 September 2020
Wawancara bersama kepala Dinas Sosial kabupaten Gowa
88
4. 5 Oktober 2020
Wawancara bersama salah satu masyarakat kabupaten Gowa
89
90
91