SKRIPSI - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1931/1/skripsi fix.pdf · Pada...

110
i KOMUNIKASI INTERPERSONAL USTADZ DALAM MENINGKATKAN AKHLAK SANTRI DI PONDOK PESANTREN AS’TAIN TINGKIR LOR SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Oleh : TAUFAN ARDIANSYAH NIM:117-13-025 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI) FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017

Transcript of SKRIPSI - IAIN Salatigae-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1931/1/skripsi fix.pdf · Pada...

  • i

    KOMUNIKASI INTERPERSONAL USTADZ DALAM

    MENINGKATKAN AKHLAK SANTRI DI PONDOK

    PESANTREN AS’TAIN TINGKIR LOR

    SALATIGA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

    Oleh :

    TAUFAN ARDIANSYAH

    NIM:117-13-025

    JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI)

    FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

    SALATIGA

    2017

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • ii

    MOTTO

    “ BELIEVE IN YOUR SELF ”

    (MTMA)

    “ JADILAH BERGUNA KARENA DAKWAH BUKAN

    HANYA TUGAS ULAMA”

    (TAUFAN, 2017)

    افضل الجهاد كلمة حق )رواه الترمذى( .

    . . .. .

    “JIHAD YANG PALING UTAMA ADALAH

    KALIMATUL HAQ (KALIMAT YANG BENAR)”

    (HR. AT-TIRMIDZI)

    PERSEMBAHAN

  • iii

    Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua

    Segenap keluarga besar almarhum mbah H. Sumaidi

    Teman yang selalu meluangkan waktu untuk membantu M Sulhi Mahbub, S.H

    Rekan-rekan “IPNU-IPPNU” Tingkir Lor (Kang Ilan, Barik, Pak Wil, Iwan, Pak Yam, Umam,

    Awin, Puput, Marisal, Pais, Sifa, Fajar, Angga, Fatkhi, Zacky, Noval, Rizaq”PAK BO”,

    Wahyu “MBEK”, Zidni, Bayu “o.on”, Rofiq “Bokir”, Panji, Piyan “Kepleh”, Enggar, Dani,

    Huda, Alfa “Tole”, Ayik “Bardolo” , kumala, Willy, Silmi, Sally, Sila, Maily, Hila, Atik,

    Yuniar, Sinna, Sinta, Indah)

    Terima kasih

    Atas doa dan support yang telah diberikan

    ABSTRAK

  • iv

    Ardiansyah, Taufan. 2017. Komunikasi Interpersonal Ustadz Dalam

    Meningkatkan Akhlak Santri di Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor

    Salatiga. Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

    Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Mukti Ali,

    M. Hum.

    Kata Kunci: Komunikasi Interpersonal, Ustadz, Nilai-nilai Akhlak.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Komunikasi interpersonal yang

    diterapkan ustadz dan meningkatkan nilai-nilai akhlak di pondok pesantren asta’in

    tingkir lor salatiga. Pertanyaan yang ingin dijawab adalah (1) Bagaimana cara

    ustadz membangun komuikasi interpersonal dengan santri ? (2) Bagaimana

    implementasi komunikasi interpersonal dalam menanamkan nilai akhlak (3) Apa

    yang menjadi faktor pendukung dan penghambat komunikasi interpersonal antara

    ustadz dan santri dalam menanamkan nilai-nilai akhlak di pondok pesantren

    asta’in ?

    Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan normatif

    sosiologis. dengan mengambil lokasi penelitian di Pondok Pesantren Asta’in

    Tingkir Lor Salatiga. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi,

    wawancara dan dokumentasi. Data-data yang diperoleh dicek keabsahannya,

    Selama pengumpulan data, data sudah mulai dianalisis. Data yang terkumpul,

    dipaparkan berdasarkan klasifikasi sehingga tergambar pola atau struktur dari

    fokus masalah yang dikaji kemudian diinterpretasikan sehingga mendapatkan

    jawaban dari fokus penelitian tersebut.

    Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan didapat beberapa temuan

    bahwa cara ustadz membangun komunikasi interpersonal dengan santri adalah

    mengkondisikan santri agar tidak ramai, menanyakan kabar santri, bercerita,

    mempersiapkan materi yang akan disampaikan. Implementasi komunikasi

    interpersonal dalam menanamkan nilai-nilai akhlak yaitu dengan menggunakan

    komunikasi verbal dan non verbal. Sedangkan faktor pendukung dan penghambat

    komunikasi interpersonal ustadz dengan santri dalam menanamkan nila-nilai

    akhlak di pondok pesantren asta’in adalah (1) faktor pendukung berupa

    komunikator, keterbukaan, masyarakat. (2) faktor penghambat sikap santri, orang

    tua, keadaan-keadaan yang terjadi pada diri santri.

    KATA PENGANTAR

  • v

    Assallamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

    SWT, yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan hidayahNya sehingga penulis

    dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul "KOMUNIKASI

    INTERPERSONAL USTADZ DALAM MENINGKATKAN AKHLAK SANTRI

    DI PONDOK PESANTREN ASTA’IN TINGKIR LOR SALATIGA".

    Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Agung

    Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabatnya, dan orang-orang yang

    senantiasa mengikuti jejaknya. Semoga kita semua mendapatkan syafa'atnya di

    hari kiamat kelak. Amiin.

    Penulis sangat menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini

    penulis banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dan

    kemampuan yang belum sempurna. Namun berkat adanya bantuan, motivasi dan

    bimbingan dari berbagai pihak, syukur Alhamdulillah skripsi ini dapat

    terselesaikan.

    Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan ucapan terima

    kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga

    2. Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga

    3. Drs. Muh. Choderin selaku dosen pembimbing akademik

    4. Dra. Maryatin, M. Pd selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

    5. Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku pembimbing skripsi yang telah sudi

    meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penulisan skripsi

    6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

    membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

    7. Kepada semua pihak yang telah mendukung penulis, semua pihak yang tidak

    dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan hingga

    bisa menyelesaikan skripsi

    Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena

    itu, penulis senatiasa mengharapkan masukan dan kritik yang membangun dari

  • vi

    pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para

    pembaca pada umumnya.

    Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis memohon petunjuk dan

    berserah diri memohon ampunan dan rahmatNya.

    Salatiga, 2 Mei2017

    Penulis,

    Taufan Ardiansyah

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

  • vii

    NOTA PEMBIMBING .................................................................................. ii

    PENGESAHAN ............................................................................................. iii

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... iv

    MOTTO ......................................................................................................... v

    PERSEMBAHAN .......................................................................................... vi

    ABSTRAK ..................................................................................................... vii

    PENGANTAR ............................................................................................... viii

    DAFTAR ISI .................................................................................................. x

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................... 5

    C. Tujuan Penelitian ............................................................. 5

    D. Manfaat Penelitian ........................................................... 5

    E. Penegasan Judul .............................................................. 6

    F. Tinjauan Pustaka ............................................................. 9

    G. Metode Penelitian ............................................................ 11

    H. Sistematika Penulisan ...................................................... 13

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Komunikasi ..................................................................... 16

    B. Komunikasi Interpersonal ............................................... 20

    C. Macam-macam Bentuk Komunikasi Interpersonal

    (Antarpribadi) .................................................................. 25

  • viii

    D. Fungsi Komunikasi Interpersonal ................................... 27

    E. Proses Komunikasi Interpersonal .................................... 29

    F. Tujuan Komunikasi Interpersonal ................................... 32

    G. Efektivitas Komunikasi Interpersonal ............................. 34

    H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

    Interpersonal .................................................................... 38

    I. Tinjauan Tentang Penanaman Nilai-Nilai Akhlak .......... 40

    BAB III TEMUAN PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................... 49

    B. Temuan Hasil Penelitian ................................................. 55

    BAB IV ANALISIS DATA

    A. Analisis Cara Ustadz Membangun Komunikasi

    Interpersonal dengan Santri ............................................. 68

    B. Analisis Implementasi Komunikasi Interpersonal dalam

    Menananmkan Nilai-nilai Akhlak ................................... 72

    C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat

    Komunikasi Interpersonal antara Ustadz dan Santri

    dalam Menanamkan Nilai-nilai Akhlak .......................... 76

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ...................................................................... 81

    B. Saran ................................................................................ 82

    C. Kata Penutup ................................................................... 83

    DAFTAR PUSTAKA

  • ix

    LAMPIRAN - LAMPIRAN

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial untuk saling berinteraksi

    antara satu dengan yang lain agar bisa hidup bermasyarakat. Komunikasi

    dibutuhkan sebagai dasar dari proses interaksi antar manusia. Selain itu

    komunikasi dapat memberikan makna ketika manusia saling bertukar informasi,

    pikiran, perasaan, dan kebutuhan dengan lingkungan diluar diri sendiri. Berbagai

    bentuk hubungan manusa dilatar belakangi oleh berbagai alasan, kepentingan,

    maksud dan tujuan dari tiap individu. Masing-masing hubungan tersebut

    memerlukan pola dan bentuk komunikasi yang dapat sama maupun berbeda antara

    yang satu dengan yang lainnya.

    Komunikasi merupakan suatu proses dua arah yang menghasilkan

    pertukaran informasi dan pengertian antara masing-nasing individu yang terlibat.

    Komunikasi merupakan dasar dari interaksi seluruh interaksi antar manusia.

    Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi yang dilakukan oleh

    sekelompok kecil orang untuk mendapatkan sesuatu sesuai dengan keinginannya,

    selain itu komunikasi juga dapat digunakan sebagai transformasi nilai

    agama,sosial, dan pendidikan. Komunkasi merupakan kebutuhan hakiki dalam

    kehidupan manusia untuk saling tukar menukar informasi. Karena tanpa

    komunikasi, interaksi antar manusia baik yang dilakukan secara perorangan,

    kelompok maupun organisasi tidak akan mungkin terjadi, manusia memerlukan

    kehidupan sosial.

  • 2

    Menurut Uchjana (1993: 57) komunikasi dibagi menjadi dua macam yaitu

    komunikasi pribadi dan komunikasi kelompok. Komunikasi pribadi sendiri dibagi

    menjadi dua yaitu komunikasi intrapersonal dan komunikasi interpersonal. Dalam

    penelitian ini, penulis hanya membahas tentang komunikasi interpersonal.

    Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap

    muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara

    langsung,baik secara verbal ataupun nonverbal. Komunikasi interpersonal ini

    ialah komunikasi yang hanya dilakukan dua orang. Komunikasi interpersonal

    merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap individu

    akan membutuhkan bantuan orang lain ketika menghadapi masalah. Kita butuh

    orang lain untuk berbagi kegundahan dan kebahagiaan. Intinya, kita butuh orang

    lain untuk membantu perkembangan kepribadian.

    Perlu disadari bahwa peran komunikasi tidak hanya terbaatas pada

    kegiatan besosialisasi saja, bahkan proses belajar mengajar pun sangat

    memerlukan komunikasi, karena proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah

    proses penyampaian peran berupa ilmu melalui dari komunikator (guru/ustadz)

    kepada komunikan (murid/santri). Pesan yang diberikan juga berisikan materi-

    materi pelajaran yang ada dalam kurikulum. Sumber pesan tersebut dapat

    berposisi sebagai guru, murid, ustadz, santri, dan lain sebagainya. Sedangkan

    salurannya berupa media pendidikan dan penerimanya adalah murid.

    Dalam suatu lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal tidak

    akan lepas dari proses pembinaan. Dikarenakan pembinaan memiliki arti penting

    demi tercapainya tujuan bersama dalam lembaga pendidikan tersebut. Sekolah

  • 3

    sebagai lembaga pendidikan formal terus memberikan pembinaan yaitu antara

    guru dengan siswanya. Begitupula dalam lembaga pendidikan nonformal seperti

    Pesantren, proses pembinaan dilakukan dengan cermat antara ustadz dengan

    santrinya.

    Ustadz selain sebagai pengajar, juga memiliki peran membina dan

    membimbing santri yang melanggar peraturan Pondok, baik itu dalam hal

    kedisiplinan ibadahnya, aplikasi nilai keagamaan maupun dalam proses

    pengembangan diri dan peningkatan minat belajarnya. Jadi, semua ustadz

    diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai baik itu secara keagamaan maupun

    secara umum dengan memberikan teladan yang baik kepada seluruh santri.

    Pesantren sesuai dengan fungsinya sebagai lembaga pendidikan yang

    mengajarkan ilmu-ilmu agama yang perannya sangat vital dalam menciptakan

    generasi muda yang islami seiring dengan perubahan zaman. Maka dari itu

    diperlukan peran ustadz dalam mengarahkan dan membimbing para santri untuk

    proses pembelajarannya. Santri pun tidak hanya diajarkan tentang agama,

    pendidikan, perilaku dan sikap, namun juga diajarkan untuk hidup mandiri.

    Karena pada dasarnya hidup bermasyarakat bukan untuk orang-orang yang manja,

    hidup itu sederhana, sehingga para santri telah dicetak untuk kebal akan hal itu.

    Komunikasi antara ustadz dan santri sangatlah penting karena dengan

    berkomunikasi dengan baik akan memudahkan proses pembelajaran baik

    akanemik maupun non akademik. Terutama komunikasi interpersonal antara

    ustadz dengan santri, akan langsung memberikan pengaruh terhadap santri, karena

    bertatap muka langsung dengan ustadznya.

  • 4

    Dalam Pesantren, mencari ilmu mungkin sudah menjadi tujuan utama,

    bahkan mencari ilmu itu dapat dikatakan wajib, Allah berfirman :

    يَا أَيَُّها الَِّذيَن آَمنُوا إَِذا قِيَل لَُكْم تَفَسَُّحوا فِي اْلَمَجاِلِس

    ُ لَُكْم َۖوإَِذا قِيَل اْنُشُزوافَاْنُشُزوا يَْرفَعِ هللا الِذْيَن فَاْفَسُحوا يَْفَسحِ َّللاَّ

    ْلِعْلَم َدَرَجـٍت َوهللاُ بَِما تَْعـَملُـْوَن َخـبِْيـراَمنُوا ِمنـُْكْم َوالِّذْيَن اُوتُو ا

    Artinya :

    "Wahai orang-orang beriman!Apabila dikatakan kepadamu,"Berilah

    kelapangan didalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi

    kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah,

    niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu

    dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat". (Q.S Al-Mujadalah ayat 11)

    Adapula sabda Rasulullah yang mewajibkan bagi umat muslim untuk

    mencari ilmu.

    ْعْن اَنٍَس اِْبُن َماِلٍك قََل قَاَل َرُسْول هللا صلى هللا عليه

    وسلـم َطلَُب اْلِعْلم فَْرْيَضةً َعلى ُكّل ُمْسِلٍم ووِضًع الِعْلِم ِعْنَد

    َغْيُرأْهِلِه َكُمِقلِِّد اْلَخنَا ِزْيِر ْلَجْوَهَرولَلْؤلَُؤ َوالذََّهبَ

    Artinya :

    "Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah saw, bersabda: Mencari ilmu

    itu wajib bagi setiap muslim, memberikan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya

    seperti orang yang mengalungi babi dengan permata, mutiara, atau emas".

    (HR.Ibnu Majah)

    Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

    penelitian lapangan dengan judul “KOMUNIKASI INTERPERSONAL

  • 5

    USTADZ DALAM MENINGKATKAN AKHLAK SANTRI DI PONDOK

    PESANTREN ASTA’IN TINGKIR LOR SALATIGA”.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana cara ustadz membangun komunikasi interpersonal dengan

    santri ?

    2. Bagaimana implementasi komunikasi interpersonal dalam menanamkan

    nilai-nilai akhlak ?

    3. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat komunikasi

    interpersonal antara ustadz dan santri dalam menanamkan nilai-nilai

    akhlak di Pondok Pesantren astain ?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui komunikasi interpersonal yang diterapkan ustadz di

    Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor Salatiga.

    2. Untuk mengetahui implementasi dalam berkomunikasi interpersonal

    antara ustadz dan santri dalam menanamkan nilai-nilai akhlak.

    3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat komunikasi

    interpersonal antara ustadz dan santri dalam menanamkan nilai-nilai

    akhlak.

    D. Manfaaat Penelitian

    1. Manfaat secara Teoritis

  • 6

    Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangsih pemikiran

    terhadap Program Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) jurusan Dakwah

    dan komunikasi Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga untuk

    lebih mengembangkan ilmu komunikasi interpersonal.

    2. Manfaat secara praktis

    a. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan

    sebagai sumbangan pemikiran dan pertimbangan bagi ustadz

    diPondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor Salatiga atau pun Pesantren

    lain dalam meningkatkan aktifitas pembinaan santrinya dalam

    menanamkan niali-nilai akhlak.

    b. Untuk dapat mengetahui lebih dekat tentang permasalahan yang

    terjadi diPesantren serta dapat memberikan masukan yang dibutuhkan.

    c. Bagi Peneliti penulis mengetahui peran komunikasi interpersonal

    ustadz dengan santri dalam meningkatkan akhlak santri khususnya di

    Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor Salatiga.

    E. Penegasan Judul

    Untuk menghindari adanya salah penafsiran atau pemahaman terhadap

    judul skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan arti dan maknanya agar

    pemahaman dan pembahasannya dapat terarah sesuai dengan tujuan yang hendak

    akan dicapai.

    1. Komunikasi Interpersonal

    Komunikasi interpersonal menurut Deddi Mulyana, dalam bukunya

    yang berjudul Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar yang telah dikutip oleh

  • 7

    Suranto Aw menyatakan Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar

    pribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang

    memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara

    langsung, baik secara verbal maupun nonverbal (Aw, 2011:3). Begitu pula

    menurut Wiryanto dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi,

    Komunikasi interpersonal merupakam komunikasi yang berlangsung dalam

    situasi tatap muka antar dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi

    maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2006:32).

    Berdsarkan definisi-definisi di atas, komunikasi interpersonal dapat

    disimpulkan sebagai komunikasi yang dilakukan oleh seseorang kepada orang

    lain yang dilakukan secara tatap muka mengenai suatu masalah tertentu,

    dengan harapan adanya respon dan reaksi terhadap pesan yang mereka

    komunikasikan itu. Komunikasi interpersonal yang penulis maksudkan di sini

    adalah komunikasi yang dilakukan oleh ustadz kepada santri yang dilakukan

    secara tatap muka mengenai suatu masalah tertentu khususnya pada proses

    bimbingan yang dilaksanakan pada setiap malam dengan harapan adanya

    respon dan perubahan pada diri santri.

    2. Ustadz

    Menurut J.S Badudu dan Sutan Muhammad Zain mengartikan ustadz

    sebagai “panggilan kepada seorang guru agama atau orang yang dihormati

    karena banyak pengetahuan agamanya” (Badudu dan Zain, 1994:1604).

    Ustadz yang penulis maksudkan di sini adalah orang mengajarkan ilmu-ilmu

    agama sekaligus sebagai Pembina dan pembimbing dalam menanamkan nilai-

  • 8

    nilai akhlaq kepada santri yang berada di Pondok Pesantren Asta’in Tingkir

    Lor, Salatiga.

    3. Santri

    Menurut J.S Badudu dan Sutan Muhammad Zain mengartikan santri

    sebagai “orang yang alim dan banyak melakukan ibadah serta banyak ilmunya

    atau yang pergi belajar dan mendalami agama pada suatu lembaga pendidikan

    khusus (Pesantren)” (Badudu dan Zain, 1994:1222). Santri yang penulis

    maksudkan di sini adalah peserta didik yang beljar mengenai ilmu-ilmu agama

    yang berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan kepada ustadz pada lembaga

    pendidikan khusus (Pesantren) dan telah terdaftar sebagai anggota dari Pondok

    Pesantren Asta’in Tingkir Lor, Salatiga.

    4. NIlai-nilai Akhlak

    Menurut W.J.S Purwadarminta, nilai merupakan “sifat atau (hal-hal)

    yang penting atau berguna bagi kemanusiaan” (Purwadarminta, 1984:677).

    Sedangkan menurut paham idealisme, nilai merupakan “sesuatu yang

    universal, normative dan sebagai ukuran baik dan buruk” (Syam, 1988:134).

    Jadi, nilai merupakan tolak ukur yang digunakan seseorang dalam

    memberikan persepsi terhadap suatu hal.

    Dari definisi-definisi tersebut dapat diketahui bahwa nilai akhlak

    merupakan sesuatu yang dianggap sangat penting atau berguna oleh

    masyarakat sebagai tolak ukur baik dan buruk mengenai suatu keadaan atau

    perbuatan yang berhubungan dengan bidang keagamaan, terutama dalam

    hubungan manusia dengan tuhannya, hubungan manusia dengan manusia,

  • 9

    serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya yang

    teraktualisasikan dalam tingkah laku manusia.

    Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin menegaskan bahwa penelitian

    ini adalah penelitian terhadap komunikasi yang dilakukan olehustadz kepada

    santri secara tatap muka, yang digunakan untuk mendapatkan umpan balik

    atau respon pada proses peningkatan nilai-nilai akhlak di Pondok Pesantren

    Asta’in Tingkir Lor Salatiga.

    F. Tinjauan Pustaka

    Penulis telah melakukan penelusuran karya ilmiah yang ada kaitannya

    dengan komunikasi interpersonal ustadz dalam meningkatkan akhlak santri.

    Adapaun karya ilmiah tersebut adalah sebagai berikut:

    Skripsi dari Irama Dhamayanti mahasiswa Universitas Mercubuana yang

    berjudul “ Efektifitas Komunikasi Internal antara Pimpinan dengan Karyawan PT

    Pidi Visual Project”. Dalam skripsi tersebut, beliau memfokuskan penelitian

    untuk mengetahui bagaimana efektifitas komunikasi antara pimpinan dengan

    karyawan PT Pidi Visual Project.

    Skripsi yang ditulis oleh Daniah Barqil dengan judul, “Peran Komunikasi

    Antarpersonal antara Pembina dan Santri dalam Meningkatkan Minat Belajar di

    Pesantren IMMIM Putra Makassar” tahun 2015. Dalam skripsi ini membahas

    tentang cara untuk mengetahui bagaimana intensitas pembina dalam melakukan

    pembinaan dan bagaimana hasil yang ditimbulkan oleh santri pada proses

    pembelajarannya serta untuk mengetahui metode apa yang diterapkan seorang

  • 10

    pembina dalam melakukan komunikasi interpersonal dengan santri untuk

    meningkatkan minat belajar diPesantren IMMIM Putra Makassar.

    Skripsi yang ditulis oleh Ida Nurhayati dengan judul, “ Komunikasi

    Antarpribadi antara Guru dengan Murid dalam Memotivasi Belajar di Sekolah

    Dasar Annajah Jakarta ”, tahun 2014. Membahas tentang upaya yang dilakukan

    oleh guru dalam memotivasi belajar murid dan mengetahui pesan komunikasi

    antarpribadi yang diberikan guru kepada murid untuk memotivasi belajar.

    Jurnal penelitian yang ditulis oleh Muhammad Arif Ikhsanudin dengan

    judul, “Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Lingkungan Keluarga terhadap

    Intensi Berwirausaha Siswa Smk Muhammadiyah 3 Yogyakarta”, tahun 2012.

    Jurnal ini membahas tentang pengaruh komunikasi interpersonal dan lingkungan

    keluarga terhadap intensi berwirausaha siswa SMK Muhammadiyah 3

    Yogyakarta.

    Jurnal penelitian yang ditulis oleh Eva Patriana dengan judul,

    “Komunikasi Interpersonal yang Berlangsung antara Pembimbing

    Kemasyarakatan dan Keluarga Anak Pelaku Pidana di Bapas Surakarta”, tahun

    2014. Membahas tentang komunikasi antar pribadi yang berlangsung dalam

    proses penggalian informasi antara Pembimbing Kemasyarakatan (PK)

    BAPAS Surakarta dan keluarga anak pelaku pidana dalam upaya menggali

    informasi terkait sebuah kasus pidana yang melibatkan anak dan faktor yang

    mendukung terjalinnya komunikasi antar pribadi dalam proses penggalian

    informasi antara Pembimbing Kemasyarakatan (PK) BAPAS Surakarta dan

  • 11

    keluarga anak pelaku pidana dalam upaya menggali informasi terkait sebuah

    kasus pidana yang melibatkan anak.

    Pada dasarnya skripsi ini berbeda dengan karya ilmiah terdahulu yaitu

    fokus penelitian dari penulis adalah untuk mengetahui komunikasi interpersonal

    yang diterapkan ustadz di Pondok Pesantren, mengetahui implementasi dalam

    berkomunikasi interpersonal antara ustadz dan santri dalam menanamkan nilai

    akhlak, serta mengetahui faktor pendukung dan penghambat komunikasi

    interpersonal antara ustadz dan santri dalam menanamkan nilai-nilai akhlak.

    G. Metode Penelitian

    1. Jenis penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field

    research) yaitu penelitian yang dilakukan di kancah atau medan terjadinya

    gejala (Hasan, 2002:11) guna melakukan penelitian pada objek yang dibahas

    yaitu komunikasi interpersonal antara ustadz dengan santri dalam

    meningkatkan nilai-nilai akhlak. Serta penelitian kualitatif yang memusatkan

    pada studi kasus terhadap satu latar atau satu peristiwa tertentu.

    2. Kehadiran peneliti

    Dalam penelitian ini kehadiran peneliti merupakan hal yang utama

    dan penting karena seorang peneliti secara langsung mengumpulkan data

    yang ada di lapangan.

    3. Lokasi penelitian

    Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian di Pondok Pesantren

    Asta’in Tingkir Lor Salatiga.

  • 12

    4. Sumber data

    Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    a. Sumber data primer, yaitu sumber yang langsung memberikan data

    kepada peneliti (Sugiyono, 2007:308), Sumber data ini meliputi para

    pihak yang terlibat dalam komunikasi interpersonal antara ustadz dan

    santri Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor Salatiga.

    b. Sumber data sekunder, yaitu mencakup dokumen-dokumen, buku-

    buku, dan hasil penelitian yang lain yang menyangkut komunikasi

    interpersonal antara ustadz dan santri.

    5. Teknik pengumpulan data

    Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk

    memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data tidak lain dari suatu

    proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian (Nazir, 1988:211).

    Dalam pengumpulan data di sini, peneliti menggunakan beberapa

    metode, yaitu:

    a. Interview (Wawancara), yaitu proses tanya jawab dalam penelitian

    yang berlangsung secara lisan dimana 2 (dua) orang atau lebih

    bertatap muka, mendengarkan secara langsung informasi atau

    keterangan (Ahmadi, 2009:83). Adapun wawancara ini dilakukan

    terkait dengan penelitian ini adalah pihak-pihak yang melakukan

    komunikasi interpersonal antara ustadz dan santri di Pondok

    Pesantren.

  • 13

    b. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data yang dikumpulkan

    berdasarkan arsip-arsip, misalnya berupa berkas penelitian di Pondok

    Pesantren Asta’in Tingkir Lor Salatiga.

    c. Observasi, pengertian observasi menurut Kamus Besar Bahasa

    Indonesia adalah peninjauan secara cermat.

    6. Analisis data

    Setelah penulis mengumpulkan data yang dihimpun, kemudian

    menganalisisnya dengan menggunakan metode deskriptif analisis yaitu

    mengumpulkan data tentang komunikasi interpersonal antara ustadz dan santri

    di Pondok Pesantren Astain Tingkir Lor Salatiga yang disertai analisis untuk

    diambil kesimpulan. Dan metode pembahasan yang dipakai adalah induktif

    merupakan metode yang digunakan untuk mengemukakan fakta-fakta atau

    kenyataan dari hasil penelitian di Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor

    Salatiga, kemudian diteliti sehingga ditemukan pemahaman yang terkait

    dengan komunikasi interpersonal antara ustadz dengan santri di Pondok

    Pesantren Asta’in Tingkir Lor Salatiga.

    H. Sistematika Penulisan

    Dalam penelitian ini penulis mencoba menguraikan secara sistematis yang

    terdiri dari lima bab. Setiap bab terdiri dari beberapa sub bab yang terperinci

    sebagai berikut:

  • 14

    BAB I Berisi pendahuluan yang terdiri latar belakang masalah, penegasan

    judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

    metode penelitian, sistematika penulisan.

    BAB II Berisi kajian pustaka, dalam bab ini akan menguraiakan kajian

    pustaka yang berisi : pengertian komunikasi,pengertian komunikasi interpersonal,

    macam-macam bentuk komunikasi interpersonal, fungsi komunikasi

    interpersonal, proses komunikasi interpersonal, tujuan komunikasi interpersonal,

    efektivitas komunikasi interpersonal,faktor-faktor yang mempengaruhi

    komunikasi interpersonal.

    BAB III Berisi tentang data penelitian yang meliputi dua bahasan yaitu:

    Pertama, sejarah singkat Pondok Pesantren Asta’in, kondisi geografis Pondok

    Pesantren Asta’in, struktur kepengurusan Pondok Pesantren Asta’in, tata tertib

    yang berlaku di Pondok Pesantren Asta’in, visi dan misi Pondok Pesantren, tujuan

    berdirinya Pondok Asta’in, program pendidikan Pondok Pesantren Asta’in,

    kegiatan di Pondok Pesantren Asta’in,Kedua temuan hasil penelitian yang

    meliputi: cara ustadz membangun komunikasi interpersonal dengan santri,

    implementasi komunikasi interpersonal dalam menananmkan nilai-nilai akhlak,

    serta faktor pendukung dan penghambat komunikasi interpersonal antara ustadz

    dan santri dalam menanamkan nilai-nilai akhlak.

    BAB IV Berisi tentang analisacara ustadz membangun komunikasi

    interpersonal dengan santri, analisa implementasi komunikasi interpersonal dalam

    menananmkan nilai-nilai akhlak, serta analisa faktor pendukung dan penghambat

  • 15

    komunikasi interpersonal antara ustadz dan santri dalam menanamkan nilai-nilai

    akhlak di Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor Salatiga.

    BAB V Penutup dalam bab ini berisi : kesimpulan, saran, dan penutup

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Komunikasi

    Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik

    individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak

    disadari komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri, bahkan

    sejak seseorang dilahirkan ia sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak

    dan tangis yang pertama pada saat ia dilahirkan adalah tanda

    komunikasi.(Widjaja, 2000:87)

    Komunikasi dalam kehidupan manusia dalam konteks apapun merupakan

    bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan karena komunikasi merupakan

    aktivitas dasar manusia. Tidak ada manusia yang tidak berkomunikasi. dengan

    berkomunikasi mnusia bisa berhubungan dengan manusia lain kanpun dan

    dimanapun, baik dalam lingkungan keluarga, ditengah masyarakat, dilingkungan

    kerja ataupun di pasar. Manusia akan selalu terlibat dengan komunikasi.

  • 16

    Kendala dalam berkomunikasi dapat mempengaruhi proses komunikasi.

    Karena luasnya pengertian pesan yang disampaikan, sehingga dapat menimbulkan

    efek dan tindakan yang berbeda. Komunikasi akan terjadi atau berlangsung

    selama ada persamaan makna antar komunikator dengan komunikan mengenai

    apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergukan dalam percakapan

    antara komunikator dengan komunikan dapat dikatan komunikatif jika kedua-

    duanya dapat mengerti bahasa yang dipergunakan dan paham makna yang

    disampaikan. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia yang

    berupa pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan

    bahasa sebagai alat penyalurnya.

    Istilah komunikasi berasal dari perkataan latin “communication” yang

    berarti “pemberitahuan” atau “pertukaran pikiran”. Istilah bersumber pada kata

    “communis” yang berarti “sama” yang dimaksud sama disini adalah “sama

    makna” (Uchjana, 2005:9). Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga

    dapat dilancarkan secara efektif, Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik

    untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut :Who,

    Says what, In Which Channel, To Whom, With and What Effect?.

    Berdasarkan cara pandang ini, dapat diuraikan lima unsur komunikasi

    yaitu :

    1. Sumber (source) atau sering disebut Komunikator, pengirim, penyandi.

    2. Pesan (message), apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima

    (Verbal/Nonverbal)

  • 17

    3. Saluran atau media, alat yang digunakan sumber untuk menyampaikan

    pesannya kepada penerima.

    4. Penerima (receiver), sering juga disebut komunikan, orang yang menerima

    pesan dari sumber/komunikator.

    5. Efek, apa yang terjadi pada penerima setelah dia menerima pesan tersebut.

    Komunikasi memiliki fungsi dalam menginformasikan (to inform),

    mendidik (to educate), menghibur (to entertain) dan mempengaruhi (to influence).

    Sering dalam kehidupan sehari-hari seseorang gagal dalam melakukan hubungan

    atau dalam menyelesaikan suatu masalah karena menganggap ‘sepele’ atau ringan

    arti komunikasi. Mereka sering berpersepsi bahwa komunikasi sebagai sesuatu

    yang sering dilakukan manusia sehari-hari, dan itu naluri alamiah sehingga tidak

    perlu mempelajarinya lagi. Sebenarnya, dalam suatu pergaulan (hubungan)

    diperlukan suatu ketrampilan dalam berkomunikasi, perlu taktik dan strategi

    dalam penyampaian pesan sehingga sipenerima pesan dapat memahami tujuan

    kita apalagi dapat pulakita pengaruhi.

    Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri begitu juga

    halnya bagi suatu organisasi atau pondok pesantren. Dengan adanya komunikasi

    yang baik, suatu pondok pesantren dapat berjalan lancar dan berhasil. Dengan

    tidak adanya komunikasi dapat mengakibatkan pembelajaran di pondok pesantren

    tersebut tidak berjalan lancar.

    Komunikasi dapat dibagi secara umum menjadi lima konteks atau

    tingkatan sebagai berikut :

  • 18

    1. Komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi yang terjadi dalam

    diri seseorang, yang menjadi pusat perhatian adalah bagaimana jalannya

    proses pengolahan informasi yang dialami seseorang melalui sistem saraf

    dan inera.

    2. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi perorangan yang bersifat

    pribadi baik yang secara langsung maupun (tanpa medium) maupun tidak

    langsung (dengan medium) seperti percakapan tatap muka atau melalui

    telepon.

    3. Komunikasi kelompok memfokuskan pembahasan pada interaksi diantara

    orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil, komunikasi kelompok juga

    melibatkan komunikasi antar pribadi.

    4. Komunikasi organisasi menunjukkan pada pola dan bentuk komunikasi

    yang terjadi dalam konteks jaringan organisasi.

    5. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa yang

    ditunjukkan kepada sejumlah khalayak yang besar. (Nurudin, 2007:13)

    Dilihat dari hakikat dan definisi komunikasi menurut para ahli diatas,

    komunikasi mempunyai peran penting untuk dapat membangun suatu hubungan

    atau pertukaran informasi kepada orang lain. Komunikai merupakan sarana dalam

    penyampaian atau pertukaran ide (informasi) dari komunikan kepada komunikator

    yang terjadi secara simbolik, sehingga dari komunikasi yang dilakukan

    diharapkan akan merubah tingkah laku seseorang, karena komunikasi berusaha

    untuk membujuk, mengajak bahkan mempengaruhi perilaku, persepsi serta sikap

    dari orang lain. (Uchjana, 1984:11)

  • 19

    Menurut perspektif interaksionisme simbolik, kehidupan sosial pada

    dasarnya adalah ‘interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol’. Mereka

    tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang mempresentasikan

    apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga

    pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap perilaku

    pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi social. interaksionisme simbolik

    berpandangan bahwa perilaku manusia pada dasarnya adalah produk dari

    interpretasi mereka atas dunia dan sekelilingnya. (Ali, 2017:28)

    Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

    komunikasi dalam melakukan hubungan dengan seseorang atau organisasi tidak

    datang dengan sendirinya. Dalam hal ini, sebuah organisasi harus aktif dalam

    menyampaikan pesan dengan makna yang dapat di interprestasikan oleh khalayak

    sehingga akan terjadi suatu perubahan, baik itu yang positif maupun negatif. Pada

    dasarnya komunikasi merupakan proses aktivitas manusia dalam hal

    menyampaikan atau pertukaran ide (informasi) dari komunikasi yang dilakukan

    diharapkan akan merubah tingkah laku seseorang sesuai dengan yang diharapkan.

    B. Komunikasi Interpersonal

    Komuniksi interpersonal didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam

    bukunya “ The Interpersonal Communication Book”. (Devito, 1989:4) sebagai “

    Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara

    sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik

    seketika”. (the process of sending and receiving messages between two persons,

  • 20

    or among a small group of persons, with some effect and some immediate

    feedback).

    Berdasarkan devinisi Devito itu, komunikasi interpersonal atau

    komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang yang memang

    sedang berdua-duaan seperti suami istri yang sedang bercakap-cakap, atau antara

    dua orang dalam suatu pertemuan, misalnya antara penyaji makalah dengan salah

    seorang peserta suatu seminar.

    Pentingnya situasi komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya

    memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi yang berlangsung secara

    dialogis selalu lebih baik daripada secara monologis. Monolog meenunjukkan

    suatu bentuk komunikasi dimana seorang berbicara, yang lain mendengarka, jadi

    tidak terdapat interaksi. Hanya komunikator saja yang aktif, sedang komunikan

    bersikap pasif. Situasi komunikasi seperti ini terjadi misalnya ketika seorang ayah

    member nasehat kepada anaknya yang nakal, seorang istri cerewet yang tengah

    memarahi suami sabar yang memang melakukan kesalahan, seorang istruktur

    yang memberikan petunjuk tentang cara mengoperasikan sebuah mesin, dan lain

    sebagainya. (Uchjana, 1993: 60)

    Dialog adalah bentuk komunikasi interpersonal yang menunjukkan

    terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi

    ganda, masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian.

    Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari para pelaku

    komunikasi untuk terjadinya pengertian bersama (mutual understanding) dan

    empati. Disitu terjadi rasa saling menghormati bukan disebabkan status sosial

  • 21

    ekonomi. Melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masing-masing adalah

    manusia yang wajib, berhak, pantas, dan wajar dihargai dan dihormati sebagai

    manusia.

    Walaupun demikian derajat keakraban dalam komunikasi interpersonal

    dialogis pada situasi tertentu bisa berbeda. Komunikasi secara horizontal

    selalumenimbulkan derajad keakraban yang lebih tinggi ketimbang komunikasi

    secara vertikal. Komunikasi horizontal adalah komunikasi antara orang-orang

    yang memiliki kesamaan dalam apa yang disebut Wilbur Schramm Frame of

    reference (kerangka referensi) yang kadang-kadang dinamakan juga field of

    experience(bidang pengalaman). Para pelaku komunikasi yang mempunyai

    kesamaan dalam frame of reference atau field of experienceitu adalah mereka

    yang sama atau haampir sama dalam tingkat pendidikan. Jenis profesi atau

    pekerjaan, agama, bangsa atau bangsa, hobi, ideologi, dan lain sebagainya.

    Dua orang yang sama-sama mahasiswa atau sama-sama petani atau sama-

    sama anggota ABRI, apabila terlibat dalam suatu percakapan akan asyik dan

    akrab disebabkan frame of referencenya sama.

    Pada suatu saat ketika anda akan mengkomunikasikan gagasan, informasi,

    nasihat, instruksi, atau apa saja kepada orang lain, apakah orang itu istri, anak,

    kawan, rekan, anak buah, atau pengikut anda, maka anda akan dihadapkan pada

    pemilihan di antara sejumlah bentuk komunikasi: komunikasi interpersonal,

    komunikasi kelompok, komunikasi massa, atau bentuk komunikai lain. Sebabnya

    ialah karena setiap bentuk komunikasi mempunyai kelebihan dan kekurangan,

    kekuatan dan kelemahan, keuntungan dan kerugian, dibandingkan dengan bentuk

  • 22

    komunikasi lainnya. Lalu, timbul pertanyaan kini, kelebihan apa, kekuatan apa

    dan keuntungan apa dari komunikasi interpersonalyang kita bahas sekarang ini,

    manakala anda ternyata menetapkan bentuk komunikasi interpersonal. Untuk itu

    seyogyanya memahami beberapa faktor seputar komunikasi interpersonal itu.

    (Uchjana, 1993: 60-61)

    1. Keampuhan komunikasi interpersonal

    Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi

    interpersonal dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap,

    kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan.

    Alasannya adalah sebagai berikut : (Uchjana, 1993:61)

    Komunikasi berlangsung secara tatap muka, komunikasi interpersonal

    umumnya berlangsung secara tatap muka (face-to-face). Oleh karena anda

    dengan komunikan anda itu saling bertatap muka, maka terjadilah kontak

    pribadi (personal contact); pribadi anda menyentuh pribadi komunikan anda.

    Ketika anda menyampaikan pesan anda, umpan balik berlangsung seketika

    (immediate feedback); anda mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan

    terhadap pesan yang anda lontarkan, ekspresi wajah anda, dan gaya bicara

    anda. Apabila umpan baliknya positif, artinya tanggapan komunikan anda itu

    menyenangkan anda, anda sudah tentu akan mempertahankan gaya komunikai

    anda, sebaliknya jika tanggapan komunikan anda negatif, anda harus

    mengubah gaya komukasi anda sampai komunikasi anda berhasil.

    Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini,

    dan perilaku komunikan itulah, maka bentuk komunikasi interpersonal

  • 23

    acapkali dipergunakan untuk melancarkan komunikasi persuasi (persuasive

    communication) yakni suatu tekhnik komunikasi secara psikologis manusiawi

    yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan, tetapi

    komunikasi persuasif interpersonal seperti itu hanya digunakan kepada

    komunikan yang potensial saja, artinya tokoh yang mempunyai jajaran dengan

    pengikutnya atau anak buahnya dalam jumlah yang sangat banyak, sehingga

    apabila ia behasil diubah sikapnya atau ideologinya, maka seluruh jajaran

    mengikutinya.

    2. Jenis-jenis komunikasi interpersonal

    Secara teoritis komunikasi interpersonal diklasifikasikan menjadi dua

    jenis menurut sifatnya. (Uchjana, 1993: 62)

    a. Komunikasi diadik (dyadic communication)

    Komunikasi diadik adalah komunikasi interpersonal yang

    berlangsung antara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator

    yang menyampaikan pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima

    pesan. Oleh karena perilaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang

    terjadi berlangsung secara intens. Komunikator memusatkan perhatiannya

    hanya kepada diri komunikan itu.

    Situasi komunikasi seperti itu akan Nampak dalam komunikasi triadic atau

    komunikasi kelompok, baik kelompok dalam bentuk keluarga maupun

    dalam bentuk kelas atau seminar.

    b. Komunikasi triadik (triadic communication)

  • 24

    Komunikasi triadik adalah komunikasi interpersonal yang

    pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua

    orang komunikan. Jika misalanya A yang menjadi komunikator, maka ia

    pertama-tama menyampaikan kepada komunikan B, kemudian kalau

    dijawab atau ditanggapi, beralih kepada komunikan C, juga secara

    berdialogis.

    Apabila dibandingkan dengan komunikasi diadik, maka

    komunikasi diadik lebih efektif, karena komunikator memusatkan

    perhatiannya kepada seorang komunikan, sehingga ia dapat menguasai

    frame of reference komunikan sepenuhnya, juga umpan balik yangb

    berlangsung, kedua faktor yang sangat berpengaruh terhadap efektif

    tidaknya proses komunikasi.

    Walaupun demikian dibandingkan dengan bentuk-bentuk

    komunikasi lainnya, misalnya komunikasi kelompok dan komunikasi

    massa, komunikasi triadic karena merupakan komunikasi interpersonal

    lebih efektif dalam kegiatan mengubah sikap, opini, atau perilaku

    komunikan.

    Demikianlah kelebihan, keuntungan, dan kekuatan komunikasi

    interpersonal dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya.

    Dalam pada itu komunikasi kelompok dan komunikasi massa juga

    mempunyaikelebihan, keuntungan, dan kekuatan, tetapi sifatnya lain.

    C. Macam-macam Bentuk Komunikasi Interpersonal (Antarpribadi)

  • 25

    Ada beberapa bentuk komunikasi yang bisa digunakan dalam melakukan

    proses komunikasi antarpribadi diantaranya: (Hardjana, 2007: 104-120)

    1. Dialog

    Dialog berasal dari kata yunani diayang mempunyai arti antara,

    bersama. Sedangkan legein berarti berbicara, bercakap-cakap, bertukar

    pikiran, dan gagasan bersama. Dialog sendiri merupakan percakapan yang

    mempunyai maksud untuk saling mengerti, memahami, dan mampu

    menciptakan kedamaian dalam bekerjasama untuk memenuhi kebutuhannya.

    Pelaku komunikasi yang terlibat dalam bentuk dialog bisa menyampaikan

    beberapa pesan, baik kata, fakta, pemikiran, gagasan dan pendapat, dan saling

    berusaha mempertimbangkan, memahami, dan menerima. Dialog yang dapat

    dilakukan dengan baik dapat membuahkan hasil yang tidak sedikit, baik pada

    tingkat pribadi, yang dapat meningkatkan sikap saling memahami dan

    menerima, serta mengembangkan kebersamaan dan hidup yang damai serta

    saling menghormati.

    2. Sharing

    Dalam bentuk komunikasi antarpribadi yang satu ini lebih pada

    bertukar pendapat, berbagi pengalaman, merupakan pembicaraan antara dua

    orang atau lebih, di mana diantara pelaku komunikasi saling menyampaikan

    apa yang telah mereka alami dalam hal yang menjadi bahan pembicaraan.

    Semuanya tidak terlepas dari harapan untuk saling bertukar pengalaman hidup

    masing-masing guna memperkaya pengalaman hidup pribadi. Dengan bentuk

    sharing dalam komunikasi antarpribadi dapat bermanfaat untuk memperkaya

  • 26

    pengalaman diri dengan masukan yang bisa diambil dari curhatan dari lawan

    bicaranya, selain itu kita sendiri akan mampu untuk melepaskan batin yang

    mungkin selama ini masih menjadi beban pribadi.

    3. Wawancara

    Dalam komunikasi wawancara merupakan bentuk komunikasi yang

    bertujuan untuk tercapainya sesuatu. Pihak yang terjadi dalam komunukasi

    dalam bentuk wawancara ini saling berperan aktif dalam pertukaran informasi.

    Selama wawancara tersebut berlangsung pihak yang mewawancarai dan yang

    diwawancarai, keduanya terlibat dalam proses komunikasi dengan saling

    berbicara, mendengar, dan juga menjawabnya.

    Dengan menggunakan bentuk komunikasi wawancara dalam

    komunikasi antarpribadi mampu memberikan wawasan yang lebih luas,

    memberikan inspirasi dan juga mendorong semangat hidup serta mempunyai

    motivasi yang tinggi untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.

    4. Konseling

    Bentuk komunikasi antarpribadi yang satu ini lebih banyak

    dipergunakan di dunia pendidikan, perusahaan untuk masyarakat. Bentuk ini

    biasanya digunakan untuk menjernihkan masalah orang yang meminta

    bantuan (counsellee) dengan mendampinginya dalam melihat masalah,

    memutuskan masalah, menemukan cara-cara pemecahan masalah yang tepat,

    dan memungkinkan untuk mencari cara yang tepat untuk pelaksanaan

    keputusan tersebut. (Hardjana, 2007: 116)

    D. Fungsi Komunikasi Interpersonal

  • 27

    Fungsi komunikasi antarpribadi atau komunikasiinterpersonaladalah

    berusaha meningkatkan hubungan insani (human relations), menghindari dan

    mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidak pastian sesuatu, serta

    berbagi pengetahuan dan pengalaman orang lain. (Canggara, 2004, 33)

    Komunikasi antarpribadi, dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan

    diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat seseorang

    bisa memperoleh kemudahankemudahan dalam hidupnya karena memiliki banyak

    sahabat. Melalui komunikasi antarpribadi, juga dapat berusaha membina

    hubungan baik, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik

    diantara kita, apakah dengan tetangga, teman atau dengan orang lain. (Canggara,

    2004: 56)

    Fungsi komunikasi interpersonal adalah sebagai tujuan di mana

    komunikasi digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Fungsi utama komunikasi

    ialah mengendalikan lingkungan guna memperoleh imbalan-imbalan tertentu

    berupa fisik, ekonomi, dan sosial. Sebagaimana telah dikemukaan bahwa

    komunikasi insani atau human communication baik yang non antarpribadi

    maupun yang antarpribadi semuanya mengenai pengendalian lingkungan guna

    mendapatkan imbalan seperti dalam bentuk fisik, ekonomi, dan sosial (Miller &

    Steinberg, 1975). Keberhasilan yang relatif dalam melakukan pengendalian

    lingkungan melalui komunikasi menambahkemungkinan menjadi bahagia,

    kehidupan pribadi yang produktif. Kegagalan relatif mengarah kepada ketidak

    bahagiaan akhirnya bisa terjadi krisis identitas diri.

  • 28

    Sedangkan yang dimaksud dengan imbalan ialah setiap akibat berupa

    perolehan fisik, ekonomi, dan sosial yang dinilai positif. Uang sebagai perolehan

    ekonomi yang dinilai positif. Jika seorang pegawai berhasil mengendalikan

    perilaku atasannya, seperti rajin, prestasi kerja baik, dan jujur, maka menurut

    logikanya ia akan memperoleh kenaikan upah atau gaji. Inilah yang disebut

    imbalan dalam bentuk ekonomi berupa uang. Sedangkan atasannya juga

    mendapatkan imbalan dengan betuk sosial berupa kepuasan karena ia merasa puas

    akan kinerja bawahannya yang baik. Demikian pula jika seorang

    salesmanmampumengendalikan reaksi pelanggannya yaitu mau membeli produk

    yang ditawarkannya, maka ia akan memperoleh imbalan dalam bentuk ekonomi

    berupa komisi dari perusahaanya. Imbalan berupa hal-hal yang menyenangkan

    seperti yang diperoleh atasan tadi yang bukan berupa nilai materi berupa

    senyuman dengan wajah yang menyena menyenangkan sebagai rasa terima kasih

    kepada pihak lain. Rasa puas kalau kita dapat menolong orang dalam kesusahan

    sebagai imbalan dalam bentuk sosial.

    Kita dapat membedakan pengendalian lingkungan dalam dua tingkatan,

    yaitu:

    1. Hasil yang diperoleh sesuai dengan apa yang diinginkan yang dinamakan

    compliance.

    2. Hasil yang diperoleh mencerminkan adanya kompromi dari keinginan

    semula bagi pihak-pihak yang terlibat, yang dinamakan penyelesaian

    konflik atau conflict resolution (Miller & Steinberg, 1975). (Budiyatna,

    2011: 27-28)

  • 29

    Adapun fungsi yang lain dari komunikasi interpersonalatau komunikasi

    antarpribadi: (Widjaja, 1993)

    1. Mengenal diri sendiri dan orang lain.

    2. Komunikasi antarpribadi memungkinkan kita untuk mengetahui

    lingkungan kita secara baik.

    3. Menciptakan dan memelihara hubungan baik antar personal.

    4. Mengubah sikap dan prilaku.

    5. Bermain dan mencari hiburan dengaan berbagai kesenangan pribadi.

    6. Membantu orang lain dalam menyelesaikan persoalan.

    Fungsi global dari pada komunikasi antar pribadi adalah menyampaikan

    pesan yang feed backnya diperoleh saat proses komuniksi tersebut berlangsung.

    E. Proses Komunikasi Interpersonal

    Secara bahasa porses dapat diartikan sebagai sebuah urutan pelaksanaan

    atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain dan biasanya menggunakan

    waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya sehingga menghasilkan suatu

    hasil. Suatu proses dapatdikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-

    sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya.

    Menurut Luncaid (1987) proses adalah suatu perubahan atau rangkaian

    tindakan suatu peristiwa selama beberapa waktu dan yang menuju suatu hasil

    tertentu. Proses merupakan rangkain tindakan maupun pembuatan serta

    pengolahan yang menghasilkan sesuatu. Jadi apabila suatu perbuatan mulai dari

    awal sampai berakhirnya suatu tindakan sehingga membuahkan hasil. Apabila

    komunikasi dipandang sebagai proses, maka menurut Sunarjo (1983) komunikasi

  • 30

    sebagai suatu proses dapat menggambarkan suatu peristiwa atau perubahan yang

    susul menyusul, terus menerus dan karenanya komunikasi itu tumbuh, berubah,

    berganti, bergerak sampai akhir zaman.

    Dalam komunikasi proses komunikasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu

    proses komunikasi primer dan sekunder. Proses komunikasi primer adalah proses

    penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

    menggunakan lambang (simbol) sebagai media (Hasan, 2005). Biasanya proses

    komunikasi ini dilakukan dalam bentuk antarpribadi yang melibatkan dua orang

    dalam situasi interaksi, komunikator mengirim pesan kepada komunikan. Disini

    komunikator menjadi Encoderdan komunikan menjadi Decoder. Akan tetapi

    komunikasi antar pribadi bersifat dialogisme, makaterjadilah pertukaran pesan,

    dimana komunikator menjadi Encoder (pengirim) sementara komunikan menjadi

    decoder(penerima), maka dapat pula terjadi sebaliknya.Dalam komunikasi

    antarpribadi, karena situasinya adalah tatap muka (face to face communication),

    tanggapan komunikan dapat diketahui karena umpan baliknya bersifat langsung

    dan hal itu dikatakan umpan balik seketika (immediate feed back) berbeda dengan

    komunikasi bermedia, dimana umpan balik tertunda (delayed feed back).

    (Uchjana, 2001: 15)

    Dalam komunikasi bahasa disebut lambang verbal (verbal symbol)

    sedangkan lambang-lambang yang bukan bahasa dinamakan lambang non verbal

    (non verbal simbol).Komunikasi verbal sendiri terdiri dari bahasa lisan (spoken

    word) dan bahasa tertulis (written word) sedangkan komunikasi non verbal

    diantaranya meliputi nada suara (tone of voice), desah (sighs), jeritan (screams),

  • 31

    kualitas vokal (vocal qualities), isyarat (gesture), gerakan (movement),

    penampilan (appearance), ekspresi wajah (facial expression). (Sendjaja, 1994:

    228)

    Proses komunikasi primer telah dipaparkan diatas. Kemudian proses

    komunikasi sekunder yang merupakan bagian kedua dari proses komunikasi

    adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan

    menggunakan alat atausarana sebagai media kedua setelah memakai lambing

    sebagai media pertama. Dalam hal ini biasanya lebih dikenal dengan sebutan

    komunikasi bermedia

    Berikut merupakan gambar proses komunikasi interpersonal:

    Gambar 1.1 model Schramm

    F. Tujuan Komunikasi Interpersonal

    messege

    Encoder

    Interpreter

    decoder

    messege

    Encoder

    Interpreter

    decoder

  • 32

    Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Di sini

    akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain ( Muhammad, 2004: 165-168 ) :

    1. Menemukan diri sendiri

    Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan

    personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan

    orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.

    Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk

    berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat

    menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan

    tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain,

    kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan

    tingkah laku kita.

    2. Menemukan dunia luar

    Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami

    lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita.

    Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal,

    meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa

    hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui

    interaksi interpersonal.

    3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti

    Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan

    memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan

  • 33

    dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga

    hubungan sosial dengan orang lain.

    4. Berubah sikap dan tingkah laku

    Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah

    laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan

    mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli

    barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang

    tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak

    menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal.

    5. Untuk bermain dan kesenangan

    Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama

    adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita

    pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita

    dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang

    untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal

    semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran

    yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.

    6. Untuk membantu

    Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan

    komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk

    mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam

    interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang

  • 34

    teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah

    yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.

    G. Efektivitas Komunikasi Interpersonal

    Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum

    yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap

    mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan

    (equality).(Devito, 1997: 259-264).

    1. Keterbukaan (Openness)

    Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari

    komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif

    harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti

    bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat

    hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu

    komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri

    mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan

    pengungkapan diri ini patut. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada

    kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang

    datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya

    merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi

    secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak

    mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan,

    bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan

    keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.

  • 35

    Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran (Bochner

    dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa

    perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda

    bertanggungjawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini

    adalah dengan pesan yang menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama

    tunggal).

    2. Empati (empathy)

    Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan

    seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu

    saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain

    itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa

    ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang

    yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang

    sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami

    motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan

    dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan

    empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat

    mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif

    dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2)

    konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh

    perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang

    sepantasnya.

    3. Sikap mendukung (supportiveness)

  • 36

    Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat

    sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya

    dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan

    empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita

    memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan

    evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat

    yakin.

    4. Sikap positif (positiveness)

    Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal

    dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif

    mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif

    mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama,

    komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif

    terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi

    pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang

    lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak

    menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi

    atau suasana interaksi.

    5. Kesetaraan (Equality)

    Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang

    mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis

    daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam

    segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan

  • 37

    lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara

    diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa

    masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

    Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-

    sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami

    perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan

    pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui

    begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti

    kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan

    meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada

    orang lain.

    H. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal

    Menurut Lunandi (1994, 85) ada enam faktor yang mempengaruhi

    komunikasi interpersonal. Faktor-faktor tersebut adalah :

    1. Citra Diri (Self Image)

    Setiap manusia merupakan gambaran tertentu mengenai dirinya, status

    sosialnya, kelebihan dan kekurangannya. Dengan kata lain citra diri

    menentukan ekspresi dan persepsi orang. Manusia belajar menciptakan citra

    diri melalui hubungannya dengan orang lain, terutama manusia lain yang

    penting bagi dirinya.

    2. Citra Pihak Lain (The Image of The Others)

    Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang

    berkomunikasi. Di pihak lain, yaitu orang yang diajak berkomunikasi

  • 38

    mempunyai gambaran khas bagi dirinya. Kadang dengan orang yang satu

    komunikatif lancar, tenang, jelas dengan orang lainnya tahu-tahu jadi gugup

    dan bingung. Ternyata pada saat berkomunikasi dirasakan campur tangan citra

    diri dan citra pihak lain.

    3. Lingkungan Fisik

    Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat lain, karena

    setiap tempat ada norma sendiri yang harus ditaati. Disamping itu suatu

    tempat atau disebut lingkungan fisik sudah barang tentu ada kaitannya juga

    dengan kedua faktor di atas.

    4. Lingkungan Sosial

    Sebagaimana lingkungan, yaitu fisik dan sosial mempengaruhi tingkah

    laku dan komunikasi, tingkah laku dan komunikasi mempengaruhi suasana

    lingkungan, setiap orang harus memiliki kepekaan terhadap lingkungan tempat

    berada, memiliki kemahiran untuk membedakan lingkungan yang satu dengan

    lingkungan yang lain.

    5. Kondisi

    Kondisi fisik punya pengaruh terhadap komunikasi yang sedang sakit

    kurang cermat dalam memilih kata-kata. Kondisi emosional yang kurang

    stabil, komunikasinya juga kurang stabil, karena komunikasi berlangsung

    timbal balik. Kondisi tersebut bukan hanya mempengaruhi pengiriman

    komunikasi juga penerima. Komunikasi berarti peluapan sesuatu yang

    terpenting adalah meringankan kesesalan yang dapat membantu meletakkan

    segalanya pada proporsi yang lebih wajar.

  • 39

    6. Bahasa Badan

    Komunikasi tidak hanya dikirim atau terkirim melalui kata-kata yang

    diucapkan. Badan juga merupakan medium komunikasi yang kadang sangat

    efektif kadang pula dapat samar. Akan tetapi dalam hubungan antara orang

    dalam sebuah lingkungan kerja tubuh dapat ditafsirkan secara umum sebagai

    bahasa atau pernyataan.

    Sering kali dalam komunikasi interpersonal antara komunikator

    (bidan) dengan komunikan (klien) tidak saling memahami maksud pesan atau

    informasi yang disampaikan. Hal ini di sebabkan beberapa masalah, di

    antaranya, (Rakhmat, 1994)

    1. Komunikator, kesulitan biologis maupun gangguan psikologis dari komunikator. misal, komunikator yang gagap dan gugup

    2. Media, meliputi hambatan teknis, hambatan geografis, hambatan simbol atau bahasa, dan hambatan budaya.

    3. Komunikan, hambatan yang berkaitan dengan hambatan biologis seperti komunikan yang tuli. hambatan psikologis, seperti komunikan yang sulit

    konsentrasi dengan pembicaraan.

    4. Interaksi Sosial, hasil dari interaksi dapat bersifat positif, yaitu suatu interaksi yang mengarah kerja sama dan menguntungkan. Dan dapat juga

    bersifat negatif, yaitu suatu interaksi yang mengarah suatu pertentangan

    yang berakibat buruk atau merugikan.

    5. Kultur, istilah kultur merupakan penyebutan terhadap istilah budaya. Perbedaan kultur menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi,

    perbedaan gaya bahasa, penafsiran yang berbeda hingga tujuan pesan, Dan

    terjadi penolakan dalam komunikasi interpersonal.

    6. Experience (pengalaman), Perbedaan pengalaman antar individu bermula dari perbedaan persepsi masing- masing tentang sesuatu hal. Perbedaan

    persepsi disebabkan oleh perbedaan kemampuan kognitif, afektif, dan

    konatif, sehingga kondisi ini akan memberikan perbedaan komunikasi

    interpersonal.

    I. Tinjauan Tentang Penanaman Nilai-nilai Akhlak

    1. Pengertian Nilai-nilai Akhlak

  • 40

    Mukhtar Effendy mengartikan nilai sebagai hal-hal yang bersifat

    abstrak dan mengandung manfaat atau berguna bagi manusia(Bagus, 1996:

    713). SedangkanLorens Bagus menyebutkan nilai sebagai harkat kualitas

    suatu hal yang dianggap istimewa dan yang disukai, karena mempunyai nilai

    yang tinggi.Berbeda dengan kedua pendapat di atas, Peter Salimdan Yeny

    Salimyang menyebutkan bahwa nilai merupakan suatu konsep abstrak yang

    terdapat dalam diri manusia mengenai sesuatu yang dianggap baik dan benar

    dalamhal-hal yang dianggap benar dan salah(Salim, 1996: 1034).

    Sedangkan akhlak menurut Ahmad Warson Munawwir merupakan

    bentuk jama’ (plural) dari kata خلق yang berarti “tabiat, budi pekerti,

    kebiasaan”(Munawwir, 1997: 364).

    Zainudin dkk mengartikan akhlak sebagai ibarat (sifat atau keadaan)

    dari prilaku yang konstan (tetap) yang meresap kedalamjiwa, dari padanya

    tumbuh perbuatan-perbuatan dengan wajar dan mudah, tanpa memerlukan

    pikiran dan pertimbangan (Zainuddin, 1991: 102). Sedangkan M Ali Hasan

    dkk mengartikan akhlak sebagai kualitas dari tingkah laku, ucapan dan sikap

    seseorang yang mempunyai nilai tinggi ataupun rendah, yang dilakukan secara

    lahir maupun batin (Hasan, 1996: 18).

    Al-Ghozali sebagaimana dikutip H. Rachmat Djatnika (1996: 27), Ibnu

    Maskawih sebagaimana dikutip A. Mustofa (1999: 12), dan IbrahimAnis

    sebagaimana dikutip Asmaran AS (1992:2) yang menyatakan bahwa akhlak

    merupakan sifat ataupun keadaan jiwa seseorang yang mendorong manusia

    untuk melakukan perbuataan-perbuatan yang dianggap baik ataupun buruk

  • 41

    yang dilakukan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan

    pertimbangan terlebih dahulu. Dari definisi-definisi tersebut diketahui bahwa,

    nilai akhlak merupakan suatu hal yang abstrak, yang digunakan seseorang

    untuk memberikan tanggapan atau persepsi terhadap tingkah laku manusia,

    baik itu terhadap tingkah laku yang baik ataupun yang buruk, yakni dengan

    memberikan tanggapan bahwa tingkah laku seseorang itu baik ataupun buruk.

    Nilai merupakan reaksi yang diberikan oleh manusia sebagai pemberi nilai.

    Berkaitan dengan pembahasan akhlak, nilai dapat digunakan sebagai tolak

    ukur dalammenentukan apakah perbuatan seorang itu baik ataupun buruk. Hal

    ini dikarenakan akhlak merupakan bagian dari ajaran Islamyang berkaitan

    dengan perbuatan dan tingkah laku manusia.

    2. Komunikasi Interpersonal Sebagai Sarana Meningkatkan Akhlak

    Islamiyah Santri

    Proses dari komunikasi interpersonal dalam meningkatkan nilai-nilai

    akhlak di pesantren merupakan komunikasi yang dilakukan oleh ustadz

    dengan santrinya secara tatap muka, dengan cara mengajak dialog untuk

    mendapatkan respon dari santri tersebut secara positif, dengan menggunakan

    kata-kata yang mudah dipahamiserta dalamsuasana yang menyenangkan untuk

    menanamkan nilai-nilai akhlak.

    Menurut Wahyu Nugroho (2016) menerangkan bahwa:

    Hubungan antara warga pesantren di satu pihak dan masyarakat di

    lain pihak meliputi berbagai aspek kehidupan, salah satunya yang

    bersifat pendidikan. Pihak warga pesantren terutama para kyai

    dan mubalig berperan sebagai pemberi informasi (komunikator),

    baik yang bersifat agama (melalui pesantren), maupun ilmu

  • 42

    pengetahuan umum melalui lembaga-lembaga pendidikan formal

    yang ada di lingkungan pesantren. Sedangkan warga masyarakat

    khususnya remaja usia sekolah berperan sebagai penerima informasi

    (Galba, 1995:65-66). (Nugroho, 2016, Peran Pondok Pesantren dalam

    Pembinaan Keberagamaan Remaja,

    http://mudarrisa.iainsalatiga.ac.id/index.php/mudarrisa/article/view/48

    8/452, diakses tanggal 17 April 2017).

    Komunikasi interpersonal memiliki misi membantu semua santri agar

    dapat mengembangkan potensinya secara optimal dalamproses

    perkembangannya di bidang keagamaan dan agar ia dapat mengenal dirinya

    serta dapat memperoleh kebahagiaan hidup dengan memiliki nilai-nilai agama

    yang diaplikasikan dalamkedisiplinan beribadahnya, akhlaknya yang bagus

    dan perilaku yang sesuai dengan ilmu-ilmu agama yang diajarkan di

    pesantren. Oleh karena itu untuk menanamkan nilai akhlak yang baik

    dibutuhkan materi yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Menurut

    Abdul Mukti Bisri dkk, materi yang dipilih untuk diajarkan di pesantren yaitu

    “mengenai sifat-sifat mahmudah seperti pengendalian diri, sikap dan

    tatakrama sebagai pencari ilmu yang akan berhubungan baik dengan guru

    maupun dengan ilmu itu sendiri, sikap dan tatakrama dengan orang tua serta

    sikap dan tatakrama dengan teman sebaya”

    Dalam proses pendidikan diperlukan suatu perhitungan tentang kondisi

    dan situasi di mana proses tersebutberlangsung, karena proses pendidikan

    akan lebih terarah kepada tujuan yang hendak dicapai apabila telah

    direncanakan dengan matang. Itulahsebabnya pendidikan memerlukanstrategi

    yang menyangkut pada masalah bagaimana melaksanakan proses pendidikan

    http://mudarrisa.iainsalatiga.ac.id/index.php/mudarrisa/article/view/488/452http://mudarrisa.iainsalatiga.ac.id/index.php/mudarrisa/article/view/488/452

  • 43

    terhadap sasaran dengan melihat situasi dan kondisi yang ada. Abdul Khaliq

    Syafa’at, dkk menerangkan bahwa:

    Dengan perencanaan strategi dapat membantu lembaga dakwah

    seperti pesantren untuk menangani kondisi yang berubah, membantu

    untuk merumuskan dan menyelesaikan isu-isu penting yang dihadapi.

    Dengan perencanaan stategi dapat membantu membangun kekuatan

    dan menarik manfaat dari peluang-peluang penting, sementara di lain

    pihak dapat juga mengurangi apa yang merupakan kelemahannya

    atau menghindari ancaman serius. Bahkan perencanaan strategi

    mampu membuat lebih efektif dalam kondisi lingkungan yang penuh

    ancaman. (Syafa’at, dkk, 2014, Strategi Pengembangan Pondok

    Pesantren dalam Era Globalisasi Di KabupatenBanyuwangi,

    http://inferensi.iainsalatiga.ac.id/index.php/inferensi/article/view/291/

    226, diakses pada 17 April 2017).

    Menurut Syaiful Bahri ada empat strategi dasar dalam proses

    pembelajaran yaitu :

    a. Spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku bagaimana yang

    diinginkan sebagai hasil pembelajaran yang dilakukan.

    b. Memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat

    dan efektif untuk mencapai sasaran.

    c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar

    yang dianggap paling tepat dan efektif.

    d. Menerapkan norma-normaatau kriteria keberhasilan, sehingga guru

    mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran memilih sejauh

    mana keberhasilan tugas-tugas yang dilakukannya (Bahri, 2002: 84).

    Selain strategi pembelajaran, untuk menyelesaikan persoalan

    pokokDalam proses pembelajaran diperlukan suatu pendekatan tertentu.

    Karena pendekatan tersebut merupakan sudut pandang kita dalammenilai

    http://inferensi.iainsalatiga.ac.id/index.php/inferensi/article/view/291/226http://inferensi.iainsalatiga.ac.id/index.php/inferensi/article/view/291/226

  • 44

    seluruh masalah yang ada dalam program pembelajaran. Pendekatan

    dalamproses pembelajaran merupakan pendekatan terpadu yang berarti bahwa

    penerapannya dapat dikembangkan lebih dari satu pendekatan proses

    pembelajaran. Pendekatan terpadu tersebut meliputi:

    a. Keimanan, memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai sumber kehidupan

    makhluk sejagat.

    b. Pengamalan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekan dan merasakan hasil-hasil ibadah serta akhlak

    dalammenghadapi tugas-tugas dan masalah dalamkehidupan.

    c. Pembiasaan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membiasakan sikap dan perilaku yang baik sesuai dengan ajaran

    Islamdan budaya bangsa dalam menghadapi masalah kehidupan.

    d. Rasional, usaha memberikan peranan pada rasio peserta didik dalammemahamidan memberikan berbagai bahan ajar dalammateri

    pokok serta kaitannya dengan perilaku yang baik serta perilaku yang

    buruk dalam kehidupan duniawi.

    e. Emosional, upaya menggugah perasaan peserta didik dalammenghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.

    f. Fungsional, menyajikan semua bentuk materi pokok (Al-Qur’an, keimanan, ibadah atau fiqih dan akhlak), dari segi manfaatnya bagi

    peserta didik dalamkehidupan sehari-hari dalamarti luas.

    g. Keteladanan, menjadi figur guru agama dan non agama serta petugas sekolah lainnya maupun orang tua peserta didik sebagai cermin

    manusia berkepribadian agama (DEPAG RI, 2004: 6).

    Dalammenanamkan nilai-nilai akhlak yang sesuai dengan ajaran

    agama, ustadz harus mengetahui strategi dan pendekatan pembelajaran, karena

    sangat penting dalam mentransformasikan nilai-nilai akhlak yang sesuai

    dengan ajaran agama Islamkepada para santri. Sehingga, dengan penanaman

    nilai agama yang benar, nilai-nilai agama dapat diaktualisasikan dengan

    mengaplikasikan nilai-nilai akhlak dalamkehidupan sehari-hari santri.

    Komunikasi yang efektif dan demokratis dalamlingkungan pendidikan

    yang dilakukan secara intens dan terus-menerus akan mempengaruhi perilaku

  • 45

    anak didiknya. Karena anak didik akan lebih mudah menerimanasehat serta

    saran dari pendidiknya tanpa merasa didikte, sehingga akan menimbulkan

    kesadaran mereka untuk berperilaku sesuai dengan yang diajarkan

    pendidiknya.

    Menurut Riyono Pratikno, supaya terjadi komunikasi yang efektif

    harus dipenuhi beberapa syarat, yaitu :

    “menciptakan susana komunikasi yang menguntungkan, menggunakan

    bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti, pesan yang

    disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat komunikan, pesan

    dapat menggugah kepentingan yang menguntungkan komunikan,

    pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan”(Pratikno, 1982: 24).

    Alex Sobur juga berpendapat bahwa untuk menimbulkan suatu

    komunikasi yang efektif diperlukan tiga hal yang mendasar yaitu “kita harus

    mencintai anak tanpa pamrih dan dengan sepenuh hati, kita harus memahami

    sifat dan perkembangan anak dan mau mendengarkan mereka, berlaku kreatif

    dengan mereka dan mampu menciptakan suasana yang menyegarkan” (Sobur

    1985: 9). Menurut Jalaluddin Rakhmat komunikasi interpersonal dinyatakan

    efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi

    komunikan (Rakmat, 1998: 13).

    Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, untuk dapat

    menimbulkan suatu komunikasi interpersonal yang efektif seperti yang

    dikatakan dalampengertian diatas, maka seorang komunikan harus

    memperhatikan beberapa hal, yakni hendaknya komunikan menggunakan

    bahasa yang mudah dipahamioleh anak didik, pesan yang disampaikan harus

    bisa memberikan keuntungan bagi semuanya, harus mencintai anak didiknya

  • 46

    dengan sepenuh hati dan tanpa pamrih, harus memahamisifat

    danperkembangan anak didiknya dan mau mendengarkan keluhan-keluhan

    mereka, serta berlaku yang kreatif dengan mereka agar tercipta suasana yang

    menyenangkan.

    Apabila ustadz mampu mengkomunikasikan nilai-nilai akhlak dengan

    baik, maka para santri pasti akan menerimanya dengan senang hati dan

    akhirnya akan berperilaku sesuai dengan ilmu yang mereka dapatkan tersebut.

    Karena penerimaan dengan senang hati dan sikap terbuka yang ditunjukkan

    oleh santri terhadap nilai-nilai akhlak yang diajarkan oleh ustadz tersebut,

    akan melahirkan suatu tindakan santri yang sesuai dengan ajaran yang

    didapatkan dari ustadznya. Hal ini sesuai dengan pendapat AbrahamMaslow,

    yang berpendapat bahwa “keseluruhan teori demokratis Jefferson dibangun

    atas dasar keyakinan bahwa pengetahuan akan melahirkan tindakan yang

    benar dan tindakan yang benar tidak akan mungkin terjadi tanpa pengetahuan”

    (Supratiknya, 1992: 153).

  • 47

    BAB III

    TEMUAN PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    1. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor

    Pondok Pesantren Asta’in adalah salah satu pendidikan islam non

    formal berupa pondok pesantren salaf (tradisional) yang didirikan oleh

    almarhum Kyai Khumaidi Soleh sekitar tahun 1970-an. Pada awal berdirinya,

    Pondok tersebut masih bernama Pondok Pesantren Salaf, namun pada awal

    1980 almarhum Kyai Haji Jufri Amin dibantu oleh kakaknya yang bernama

    almarhum Kyai Haji Kurdi Amin resmi memberi nama Pondok Pesantren

    tersebut dengan nama Pondok Pesantren Asta’in.

  • 48

    Kata Asta’in diambil dari lafal Iyyaka Na`budu wa Iyyaka Nasta`in

    yang berarti Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada

    engkaulah kami meminta pertolongan. Nama Asta’in juga merupakan

    singkatan dari Asrama Tarbiyatul Muta’alimin yang berarti asrama

    pendidikan yang memiliki tujuan mencari ilmu.

    Silsilah Kyai Pondok Pesantren Asta’in yaitu:

    a. Alm. KH. Jufri Amin (1980-1985)

    b. Alm. KH. Fadlun Nafar Al Barnawi (1985-2007)

    c. Alm. KH. Al Muhtasib (Mei 2007-Desember 2015)

    d. Kyai Faisol Al Faruq (Januari 2016-Sekarang)

    2. Kondisi Geografis Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor

    Lokasi yang digunakan untuk penelitian adalah Pondok Pesantren

    Asta’in Tingkir Lor yang terletak di Jalan KH. Hasyim Asyari No. 08 Tingkir

    Lor, Tingkir Salatiga. Tanah yang ditempati Pondok Pesantren Asta’in

    merupakan tanah yang terletak di Dusun Ngentak RT 03 RW 03 Kelurahan

    Tingkir Lor.

    Kelurahan Tingkir Lor sendiri merupakan Kelurahan yang berada di

    wilayah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, yang berbatasan dengan:

    a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kalibening

    b. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Tingkir Tengah

    c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Tingkir Tengah

    d. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Cebongan

    3. Struktur Pengurus Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor

  • 49

    a. Pengasuh : Kyai Faisol Al Faruq

    b. Penasehat : KH. Al Muhtasib

    c. Penanggung Jawab : KH. Nashir Asy’ari

    d. Pengurus : Ust. Abdullah Al-Bazi

    e. Ketua : M Salafi

    f. Sekretaris : M Hanif S

    g. Bendahara : Bambang H

    h. Keamanan : Nurul Hasan

    i. Kebersihan : Aldiansyah

    j. Perlengkapan : - Syawal

    - Rosyid M

    k. Humas : - Shohib M

    - Syahroni M

    l. Kemadrasahan : - Asep Mulyana

    - Nuril Arvah

    4. Tata Tertib Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor

    a. Santri Diwajibkan :

    1) Mengikuti sholat berjamaah

    2) Mengikuti pelajaran yang sudah ditetapkan

    3) Mengikuti kegiatan dan tunduk pada peraturan yang ada

    4) Menjaga Akhlaqul Karimah di dalam dan diluar Pondok

    b. Santri dilarang :

    1) Pulang kecuali hari libur/dengan izin

  • 50

    2) Keluar pondok diatas jam 11.00 malam

    3) Bersengketa/yang sejenis dengan kawan

    4) Merusak fasilitas pondok dan membuat kegaduhan

    5. Visi Misi Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor

    a. Visi

    Menjadi Pesantren yang unggul dengan mewujudkan

    keseimbangan kemampuan keilmuan keislaman dan kemampuan

    bermasyarakat.

    b. Misi

    1) Mewujudkan Santri yang menguasai dan memahami tradisi-tradisi

    Ahlussunah wal Jama`ah.

    2) Mewujudkan Santri yang menguasai keilmuan keislaman: Aqidah,

    Akhlak, Fiqih dan Usul Fiqih, Hadist dan Ilmu Al-Hadist, Al-

    Qur`an dan Ilmu Al-Quran dan Ilmu Falaq.

    3) Mewujudkan Santri yang menguasai ilmu-ilmu alat, yaitu bahasa

    Arab

    4) Mewujudkan Santri yang mempunyai social skill (kemampuan

    bermasyarakat) yang kuat dan kepedulian sosial yang tinggi

    6. Tujuan Pondok Pesantren Asta’in Tingkir Lor

    a. Tujuan khusus: mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang

    alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kyai yang bersangkutan

    serta mengamalkannya dalam masyarakat.

  • 51

    b. Tujuan umum: membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang

    berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi

    mubaligh Islam dalam masyarakat melalui ilmu dan amalnya.

    7. Program Pendidikan Pondok Pesantren Asta’