SKRIPSI ERMI (REVISI)

117
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak adanya manusia di muka bumi ini dengan segala peradabannya, maka sejak itu pula pada hakikatnya telah ada kegiatan pendidikan. Pendidikan merupakan segala usaha yang dilaksanakan dengan sadar, dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Pendidikan akan merangsang kreativitas seseorang agar sanggup menghadapi tantangan- tantangan alam, masyarakat, teknologi serta kehidupan yang semakin kompleks. Menyadari bahwa upaya peningkatan mutu pendidikan selama ini belum mencapai taraf yang memadai, maka saat ini pemerintah telah melakukan pengembangan dan penyempurnaan kurikulum yang disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan tahap perkembangan peserta didik dan 1

Transcript of SKRIPSI ERMI (REVISI)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Sejak adanya manusia di muka bumi ini dengan segala peradabannya, maka sejak itu pula pada hakikatnya telah ada kegiatan pendidikan. Pendidikan merupakan segala usaha yang dilaksanakan dengan sadar, dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Pendidikan akan merangsang kreativitas seseorang agar sanggup menghadapi tantangan-tantangan alam, masyarakat, teknologi serta kehidupan yang semakin kompleks. Menyadari bahwa upaya peningkatan mutu pendidikan selama ini belum mencapai taraf yang memadai, maka saat ini pemerintah telah melakukan pengembangan dan penyempurnaan kurikulum yang disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan (Hamalik, 2007:19). Dalam proses kegiatan pendidikan di sekolah, proses pembelajaran merupakan kegiatan yang paling utama. Ini menunjukkan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan, tergantung bagaimana kegiatan dalam proses pembelajarannya.

1

2

Berbicara tentang proses pembelajaran, berarti ada yang mengajar, yaitu guru dan ada yang diajar, yaitu siswa. Dalam pembelajaran, seorang guru sebagai komponen yang sangat vital dalam proses pembelajaran bukan hanya sebagai penyampai ilmu pengetahuan saja, tetapi harus mampu merangsang peserta didik belajar serta aktif dalam memperoleh pengetahuan. Seorang guru dalam proses pembelajaran fisika, memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi, melatih keterampilan dan membimbing belajar siswa sehingga para guru dituntut memiliki kualifikasi dan kompetensi tertentu, agar proses belajar dan pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Pendidikan kita selama ini masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai seperangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Pembelajaran masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan dan metode ceramah menjadi pilihan utama strategi pembelajaran. Sehingga terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kognitif saja, yang pada akhirnya membawa dampak terabaikannya aspek life-skill, yaitu yang memberikan keterampilan, kemahiran, dan keahlian pada peserta didik. Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang sangat penting yaitu metode mengajar dan media pengajaran, kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran,

3

jenis tugas, respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapatkan perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Namun kenyataannya bagian inilah yang masih sering terabaikan dengan berbagai alasan. Alasan yang sering muncul antara lain : terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, dan tidak tersedianya biaya. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru telah membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan dalam hal media pembelajaran. Sejalan dengan itu penerapan media pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar merupakan alternatif untuk memenuhi kebutuhan siswa, sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan, penalaran, dan

keterampilannya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika. Pemilihan media audio visual sebagai media pendidikan dan sumber pembelajaran fisika mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri, melalui pembelajaran mandiri, siswa dapat berpikir aktif serta mampu meningkatkan motivasi belajar siswa, siswa dapat berperan sebagai peneliti, analis, tidak hanya sebagai konsumen informasi saja, terlebih lagi siswa dan

4

guru tidak perlu hadir secara fisik di kelas (Classroom Meeting) dan proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu. Media pada mulanya hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai biasanya berupa alat bantu visual, dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar pertengahan abad ke-20 alat visual dilengkapi dengan alat audio yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap belajar siswa, sehingga dikenal adanya audio visual aids / AVA (Sadiman 1993:7). Selain penyimpanan informasi gambar dan suara pada pita magnetik, ada satu sistem lagi yaitu penyimpanan informasi gambar dan suara pada piringan (disc) yang dapat berupa Video Compact Disc (VCD). Pada saat ini hampir di setiap sekolah sudah memiliki fasilitas seperti VCD sebagai sarana pembelajaran siswa. Media VCD dalam penggunaannya sangat relevan diterapkan pada pembelajaran fisika karena dapat membantu, membina citra, dan konsep fisika lebih meningkat pada diri anak didik, sehingga diharapkan juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti sendiri selama kegiatan PPL, dalam proses pembelajaran fisika di SMP jarang/belum menggunakan media audio visual berupa VCD pembelajaran. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan media pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri Muara Beliti.

5

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh positif penerapan media pembelajaran

dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri Muara Beliti? 2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran fisika dengan

menggunakan media pembelajaran?

C. Ruang Lingkup Penelitian Mengingat luasnya permasalahan yang tercakup dalam penelitian ini, juga karena terbatasnya dana, waktu, dan kemampuan peneliti maka ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu : 1. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri Muara Beliti pada

kelas VII semester satu tahun ajaran 2009/2010. 2. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini

adalah media audio visual yang berupa VCD pembelajaran yang diproduksi oleh PUSTEKKOM DEPDIKNAS. 3. Hasil belajar yang akan diteliti dalam penelitian adalah

hasil belajar yang bersifat kognitif, yang diperoleh melalui tes setelah penyajian pokok bahasan materi tentang kalor. 4. Pembelajaran tanpa menggunakan media yang dimaksud

adalah pembelajaran konvensional.

6

D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan media pembelajaran terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri Muara Beliti. 2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran fisika dengan menggunakan media pembelajaran.

E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi siswa, dapat memperoleh pengetahuan yang lebih bermakna sehingga siswa lebih aktif melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar fisika yang diharapkan. 2. Bagi guru fisika, sebagai masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan media yang sesuai dengan bidang studi fisika dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan intelektual sehingga dapat digunakan sebagai wahana untuk mengkaji secara ilmiah tentang bagaimana mengupayakan penggunaan media pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar dan nantinya dapat diterapkan ketika bekerja di lapangan (sebagai tenaga pengajar) 4. Bagi lembaga pendidikan, sebagai masukan dalam mengambil kebijakan dalam pengembangan media pembelajaran yang efektif dan efisien di bidang dunia pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

7

F. Asumsi Penelitian Sebagai landasan dalam pengujian hipotesis, diajukan beberapa asumsi sebagai berikut : 1. Siswa dalam satu kelompok mendapat perlakuan yang sama selama

proses belajar mengajar. 2. Data hasil tes fisika siswa, benar-benar merupakan hasil belajar

fisika setelah diberi perlakuan. 3. sendiri. Dalam mengerjakan soal tes hasil belajar fisika, siswa bekerja

G. Batasan Istilah Untuk menghindari munculnya pengertian ganda terhadap istilahistilah yang digunakan di dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan penjelasan sebagai berikut : 1. VCD pembelajaran adalah suatu media yang dirancang secara sistematis dengan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku dan dalam pengembangannya mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran. Secara fisik VCD pembelajaran merupakan program pembelajaran yang dikemas dalam kaset video atau CD dan disajikan dengan menggunakan peralatan VCD player serta TV monitor. Program video yang dimaksud dalam pedoman ini adalah program program yang diproduksi oleh PUSTEKKOM DEPDIKNAS.

8

2.

Hasil belajar fisika adalah nilai hasil tes fisika yang bersifat kognitif, diberikan setelah siswa mendapat perlakuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Beberapa ahli pendidikan memberikan definisi belajar secara berbeda yang pada prinsipnya mempunyai maksud yang sama, menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan. Dalam kehidupan sehari-hari sering seseorang mengalami perubahan dalam dirinya. Adanya perubahan ini sebagian besar terjadi melalui belajar, perubahan pada orang yang belajar dapat ditunjukkan dalam beberapa bentuk, seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kebiasaan dan kecakapan. Usaha untuk mencapai perubahan-perubahan tingkah laku inilah yang dinamakan belajar, untuk lebih jelas, penulis mengutip salah satu pendapat yang dikemukakan oleh ahli tentang belajar, yaitu : belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya(Slameto, 2003:2). Sedangkan menurut Hamalik (2007:36) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is

8

9

definied as the modification or streangthening of behavior thrugh experiencing). Hamalik (2007:57) mengemukakan bahwa : Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan alat-alat tulis, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar dan ujian. Mengajar adalah suatu usaha mengorganisir lingkungan dalam hubungannya dengan siswa dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar yang menyenangkan pada diri siswa. Mengajar terdiri atas sejumlah kejadian-kejadian tertentu seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2008:184) sebagai berikut: a. Membangkitkan dan memelihara perhatian. Dengan stimulus ekstern guru berusaha untuk membangkitkan perhatian siswa. b. Menjelaskan kepada siswa hasil apa yang diharapkan setelah kegiatan belajar dilakukan. c. Merangsang siswa untuk mengingat kembali konsep, aturan, dan keterampilan yang merupakan prasyarat agar memahami pelajaran yang akan diberikan. d. Menyajikan stimuli yang berkenaan dengan bahan pelajaran. e. Memberikan bimbingan kepada siswa dalam proses belajar.

10

f. Memberikan balikan (feedback) dengan memberitahukan kepada siswa apakah hasil belajarnya benar atau salah. g. Menilai hasil belajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengetahui apakah ia telah benar-benar menguasai materi pelajaran dengan memberikan beberapa soal/tes. h. Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihanlatihan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan aktif yang dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah laku baik berbentuk pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan menyesuaikan diri ke arah yang lebih baik sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Belajar mengajar adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan antar sesama siswa dalam proses pembelajaran. Jadi pengertian belajar adalah adanya perubahan-perubahan yang menuju ke arah yang lebih sempurna (maju) dan perubahanperubahan itu dikarenakan adanya latihan-latihan yang disengaja. 2. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar siswa adalah produk yang menekankan kepada tingkat penguasaan tujuan oleh siswa baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil. Menurut

11

Hamalik (2007:28) hasil belajar yang utama adalah perubahan pola tingkah laku yang utuh. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa terutama kemampuan yang dimiliki, disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar. Nasution (2008:95) mengemukakan seseorang dikatakan berhasil dalam belajar, apabila telah terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, maupun dalam bentuk sikap dan sifat ke arah positif. Untuk mengetahui hasil belajar siswa, guru memberikan hasil tes belajar (ulangan harian) kepada siswa. Dari hasil inilah guru melakukan tindakan yang dianggap perlu guna mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam penelitian ini digunakan tes tertulis berupa ulangan harian untuk menilai hasil belajar siswa tersebut. Berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini penulis membatasi hasil belajar pada ranah kognitif. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika adalah semua perubahan tingkah laku yang terjadi akibat perubahan ilmu pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, serta aspirasi dalam bentuk sikap dan nilai setelah melakukan kegiatan atau proses belajar fisika.

12

3. Media Pembelajaran a. Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar (Arsyad, 1997:3). Media adalah suatu alat yang digunakan sebagai saluran yang berfungsi untuk menyampaikan suatu pesan/informasi dari suatu sumber kepada penerima. Kaitannya dengan pengajaran dan

pembelajaran media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merasakan pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar. Gerlach (dalam Sanjaya, 2007:161) mengemukakan bahwa media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh

pengetahuan, keterampilan dan sikap. Jadi media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Di dalam proses pembelajaran pesan atau info berasal dari sumber informasi yaitu guru, sedangkan sebagai penerima

informasinya adalah murid atau siswa. Pesan atau info yang

13

dikomunikasikan tersebut merupakan sejumlah keterampilan yang perlu dikuasai oleh siswa. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaruan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru seharusnya dapat

menggunakan media tersebut secara efisien dan efektif dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat perantara atau pengantar yang berfungsi untuk menyampaikan informasi pengetahuan kepada anak didik dan salah satu media tersebut adalah media audio visual berupa VCD pembelajaran. b. Kriteria Pemilihan Media Kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Arsyad (1997:72) mengemukakan beberapa kriteria yang perlu

diperhatikan dalam memilih media, yaitu : 1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara

14

umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan psikomotor. 2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi. Agar dapat membantu proses

pembelajaran secara afektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran dan kemampuan mental siswa. 3) Praktis, luwes dan bertahan. Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimana pun dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia disekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa kemana-mana. 4) Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apa pun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran. 5) Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil dan perorangan. 6) Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus jelas. c. Manfaat Media Pengajaran

15

Berbagai manfaat media pengajaran telah dibahas oleh banyak ahli. Dale (dalam Arsyad,1997: 24) mengemukakan bahwa bahanbahan audio visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Sudjana & Rivai (dalam Arsyad,1997: 25) manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa, yaitu : 1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran. 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,

sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran. 4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti antara lain mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan memerankan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa

manfaat dari penggunaan media pengajaran di dalam proses pembelajaran sebagai berikut.

16

1) Media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. 2) Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi

langsung antara siswa dan lingkungan, serta memungkinkan siswa untuk belajar mandiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. 3) Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. 4) Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya. d. Jenis Media Pembelajaran Menurut Soeparno (dalam Suryani, 2006:10) media

pembelajaran dapat dibedakan sebagai berikut : 1) Media Pandang Non-Proyeksi

Media ini berkaitan dengan indera penglihatan. Adapun yang termasuk dalam media ini antara lain adalah papan tulis, papan planel, kubus dan flow card. 2) Media Pandang Berproyeksi

17

Media ini berkaitan dengan indera penglihatan, yang termasuk dalam media ini antara lain adalah Olip, Slide bisu, film strips, film loop dan epidrascop.

3)

Media Dengar

Media ini dilakukan dengan cara memperdengarkan atau menyimak. Yang termasuk dalam media ini antara lain adalah radio rekaman dan telepon. 4) Media Pandang Dengar

Media ini menerapkan paduan antara media pandang dan media dengar. Adapun yang termasuk dalam media ini antara lain adalah sound slide, sound film dan TV. 5) Permainan Bahasa dan Simulasi

Adapun yang termasuk dalam media permainan ini antara lain adalah bisik berantai, simonsay, sambung suku dan TTS. Anderson (dalam Suryani, 2006:10) mengelompokkan media pembelajaran menjadi 10 golongan sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) Audio : kaset audio, siaran radio, CD dan telepon. Cetak : buku pelajaran, modul, brosur, leaflet dan gambar. Audio-cetak : kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis. Proyeksi visual diam : Overhead Transparansi (OHT) dan

film bingkai (slide).

18

5) 6) 7)

Visual gerak : film bisu. Proyeksi audio visual diam : film bingkai (slide bersuara). Audio visual gerak : film gerak bersuara, video / VCD dan

televisi. 8) 9) 10) Obyek fisik : benda nyata, model dan spesimen. Manusia dan lingkungan : guru, pustakawan dan laboran. Komputer : CAI (pembelajaran berbantuan komputer) dan

CBI (pembelajaran berbasis komputer). Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengacu pada pendapat Soeparno bahwa media VCD pembelajaran termasuk pada media pandang dengar (audio visual) karena media VCD berkaitan dengan indera penglihatan dan pendengaran. 4. Media Pembelajaran Audio Visual Media pada mulanya hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai biasanya berupa alat bantu visual, dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar pertengahan abad ke-20 alat visual dilengkapi dengan alat audio yang dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar serta

mempertinggi daya serap belajar siswa, sehingga dikenal adanya audio visual aids/AVA (Sadiman, 1993:7). Selain untuk membantu siswa dalam pemahaman lebih konkrit, pemanfaatan media yang dipilih guru dalam proses pembelajaran memegang peranan penting. Sesuai dengan makna yang terkandung dalam

19

pengertian media, eksistensinya akan membantu siswa dalam memahami sesuatu yang sedang dipelajari dan dikajinya dengan berbagai kemudahankemudahan. Melalui kerangka berpikir tersebut, penggunaan media berupa VCD pembelajaran merupakan alternatif pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa, sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan, penalaran dan keterampilannya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika. Tetapi dalam kenyataannya peserta didik seringkali mengalami kejenuhan dalam belajar fisika. Untuk mengatasi hal tersebut yang dapat dilakukan guru dalam proses mengaktifkan dan membimbing dengan memanfaatkan media. Media pendidikan sendiri dalam pemanfaatannya terkadang hanya untuk menghindari verbalisme belaka, sehingga sifat media yang digunakan hanya sebagai alat bantu, disini peserta didik sebagai penonton dari media yang disiapkan oleh guru. Sebaiknya media sebagai alat bantu pengajaran harus dapat menumbuhkan minat belajar dalam proses pembelajaran. 5. VCD Pembelajaran Media pembelajaran yang dipilih diharapkan dapat mencakup aspek penglihatan (visual), pendengaran (auditif) dan gerak (motorik), karena selain bertujuan memudahkan peserta didik dalam belajar juga mampu menanamkan konsep. Semakin banyak indera dan gerak anak yang terlibat dalam proses belajar semakin mudah anak belajar yang bermakna (Bobbi de Porter & Mike Hernaki dalam Suryani, 2006:4).

20

VCD pembelajaran adalah suatu media yang dirancang secara sistematis dengan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku dan dalam pengembangannya mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran

sehingga program tersebut memungkinkan peserta didik mencerna materi pelajaran secara lebih mudah dan menarik. Secara fisik VCD pembelajaran merupakan program pembelajaran yang dikemas dalam kaset video atau CD dan disajikan dengan menggunakan peralatan VCD player dan TV monitor. Program video yang dimaksud dalam pedoman ini adalah program program yang diproduksi oleh PUSTEKKOM DEPDIKNAS (Anna Merina dalam Mulyadi, 2008:211). Media VCD adalah alat bantu dengan memperlihatkan gambar yang bergerak dan suara secara bersama-sama saat menyampaikan informasi atau pesan. VCD merupakan media yang efektif dalam penyampaikan informasi yang mencakup unsur gerak karena dapat memperlihatkan suatu peristiwa secara berkesinambungan. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, berkembang pula jenis-jenis media pembelajaran yang lebih menarik dan dapat digunakan baik di sekolah maupun di rumah. Salah satunya adalah media pembelajaran yang berbentuk VCD pembelajaran. Penggunaan VCD dapat digunakan sebagai alternatif pemilihan media pembelajaran fisika yang cukup mudah untuk dilaksanakan. Hal ini dikarenakan akhir-akhir ini di lingkungan akademis atau pendidikan

21

penggunaan media pembelajaran yang berbentuk VCD bukan merupakan hal yang baru lagi dan dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah. Penggunaan media pembelajaran fisika yang berbentuk VCD memungkinkan digunakan di rumah karena VCD player sekarang ini bukan merupakan barang mewah lagi dan dapat ditemukan hampir di setiap rumah siswa sehingga memungkinkan siswa untuk belajar mandiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Penggunaan media dalam suatu pembelajaran fisika yang terpenting adalah bahwa materi yang disajikan melalui media tersebut menjadi lebih menarik bagi para siswa. Berdasarkan uraian diatas, maka VCD merupakan sistem penyimpanan informasi gambar dan suara pada piringan. Jadi VCD adalah kepingan yang menyimpan data dalam bentuk caption, grafis, suara dengan kapasitas maksimal 700 MB (Suryani, 2006:10). 6. Pengaruh Penggunaan Media Terhadap Hasil Belajar Untuk mencapai interaksi belajar-mengajar tentu perlu adanya

komunikasi yang jelas antara guru (pengajar) dengan siswa (pelajar). Seperti halnya proses komunikasi pada umumnya, penafsiran pesan (misalnya oleh siswa) dapat sesuai dengan yang dimaksud penyampai pesan (misalnya guru), namun adakalanya tidak sesuai. Faktor-faktor penghambat yang menyebabkan ketidaksesuaian ini dapat berasal dari karakteristik pesan tersebut, hambatan psikologis, dan hambatan fisik. Dengan media pembelajaran yang sesuai maka hambatan-hambatan

22

tersebut diharapkan dapat diatasi sehingga proses komunikasi dalam pembelajaran dapat berlangsung. Selain itu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa

sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar dan rasa senang bagi siswa, juga membantu memantapkan pengetahuan pada benak siswa. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan media dalam pembelajaran dapat berpengaruh terhadap kegiatan belajar siswa, dengan menggunakan media pembelajaran siswa dapat aktif dan bersemangat mengikuti kegiatan belajar, sehingga pengetahuan yang mereka peroleh dari proses belajar akan tetap konsisten, hal ini berpengaruh juga terhadap hasil belajar siswa. 7. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional pada umumnya memiliki kekhasan tertentu. Lebih mengutamakan hapalan yang merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran pada umumnya yang biasa kita gunakan sehari-hari arti lainnya adalah pembelajaran klasikal. Pada pembelajaran klasikal guru mengajar sejumlah siswa dalam ruangan yang kemampuannya memiliki syarat minimum untuk tingkat itu. Siswa-siswa diasumsikan bahwa minat, kepentingan, kecakapan, dan

23

kecepatan belajarnya relatif sama. Guru pada umumnya mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas dan siswa pasif hanya menerima materi.

8. Materi Pembelajaran Kalor a. Pengertian Kalor Para ilmuwan berpendapat bahwa kalor merupakan semacam zat alir yang mengalir dari suatu benda ke benda lain. Antoine Laurent Lavoiser (1743-1794) mengemukakan apabila benda yang bersuhu lebih tinggi disentuhkan ke benda bersuhu lebih rendah, maka pada saat itu zat alir mengalir. Ternyata teori tentang kalor sebagai zat alir tersebut memiliki kelemahan. Kelemahannya adalah jika kalor merupakan zat alir, maka zat tersebut harus memiliki massa. Tapi kenyataannya kalor tidak memiliki massa dan tidak dapat ditimbang, sehingga kalor merupakan suatu bentuk energi. Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang dapat berpindah karena adanya perbedaan suhu, kalor diberi lambang Q. Orang yang pertama menyatakan kalor sebagai energi adalah Robert Mayer yang diperkuat oleh James Prescoutt Joule (1818-1889). Oleh karenanya, satuan kalor dalam SI diberi nama Joule ( J ).

24

Satuan kalor lainnya adalah kalori (kal) dan Bristish Thermal Unit (BTU) dengan konversi: 1 BTU = 252 kal = 1058,4 Joule. 1 kalori = 4,18 joule dan dibulatkan menjadi 4,2 joule 1 joule = 0,24 kalori Secara alamiah, kalor berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Namun dengan bantuan mesin atau alat khusus, kalor dapat berpindah dari benda bersuhu lebih rendah ke benda bersuhu lebih tinggi. Misalnya, proses pembuatan es pada freezer dan pendingin ruangan yaitu dengan mengambil kalor dari air atau ruangan untuk dilepaskan ke lingkungan luarnya sehingga suhu air atau ruangan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan suhu lingkungannya. b. Pengaruh Kalor terhadap Suatu Benda 1) Kalor dapat Mengubah Suhu suatu Benda Air panas di dalam suatu bejana kemudian dimasukkan segelas air mineral sambil mengukur keadaan suhu kedua air, setelah dibiarkan beberapa lama ternyata air mineral mengalami kenaikan suhu dan sebaliknya air panas mengalami penurunan suhu. Lama-kelamaan suhu kedua air itu menjadi sama. Suatu benda tidak hanya menerima kalor, tetapi juga dapat melepaskan kalor. Proses penerimaan dan pelepasan kalor ini menyebabkan terjadinya perubahan suhu.

25

Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu benda sebanding dengan massa benda dan kenaikan suhunya. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Q = m . c . t Keterangan : Q = kalor yang diperlukan (Joule). m = massa benda (kg) c = suatu tetapan yang diberi nama kalor jenis (J/kg K).

t = kenaikan suhu benda (K).

Berdasarkan rumusan diatas, banyaknya kalor yang diterima atau dilepaskan bergantung pada beberapa faktor antara lain massa benda, kalor jenis benda, dan perubahan suhu pada benda tersebut. Makin besar massa benda makin besar pula kalor yang diperlukan, atau dapat dikatakan kalor yang diberikan sebanding dengan massa

benda. Makin besar kenaikan suhu (T), makin besar kalor yang diperlukan atau dapat dikatakan kalor yang diberikan sebanding dengan kenaikan suhu. Makin besar kalor jenis suatu zat makin besar pula kalor yang diperlukan, atau dapat dikatakan kalor yang diberikan sebanding dengan kalor jenis. Kalor jenis zat menunjukkan karakteristik suatu zat. Kalor jenis suatu zat didefinisikan sebagai jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan atau menurunkan suhu 1 kg massa

26

sebesar 1oC atau 1 K. Suatu zat memiliki kalor jenis yang berbeda dengan zat lainnya. Selain kalor jenis, karakteristik suatu zat juga ditunjukkan oleh kapasitas kalor zat tersebut. Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1oC atau 1 K. Secara matematis kapasitas kalor dapat dirumuskan : C= Q T atau C=m.c

Keterangan : Q = Jumlah kalor yang diserap atau dilepas (J) C = Kapasitas kalor (J/oC atau J/oK T = Perubahan suhu (oC atau K) m = Massa benda (kg) c = Kalor jenis zat (J/kgoC)

2) Kalor dapat Mengubah Wujud Zat Pemberian kalor pada suatu zat juga mengubah wujud zat tersebut. Peristiwa perubahan wujud zat dapat dilihat pada gambar 2.1. Gas 3 6 1 Padat 4 Gambar 2.1. Perubahan Wujud Zat Keterangan : Cair 2 5

27

1. 2. 3. 4. 5.

Melebur adalah perubahan wujud dari padat menjadi cair.

Menguap adalah perubahan wujud dari cair ke gas Menyublim adalah perubahan wujud dari padat menjadi gas Membeku adalah perubahan wujud dari cair menjadi padat Mengembun adalah perubahan wujud dari cair menjadi gas. 6. Deposisi (mengkristal) adalah perubahan wujud dari gas menjadi padat.

Selama terjadi perubahan wujud (melebur, membeku, menguap, mengembun, menyublim, dan deposisi) suhu zat tetap jika tekanan tidak berubah. Pada saat itu, seluruh kalor yang diserap atau dilepaskan digunakan untuk mengubah wujud zat. (a) Menguap, Mendidih, dan Mengembun Menguap adalah perubahan wujud zat dari cair ke gas. Misalnya, spiritus yang diteteskan pada kulit, setelah beberapa saat akan hilang karena spiritus tersebut menguap menjadi gas. Pada waktu menguap zat memerlukan kalor. Beberapa penguapan faktor lain yang dapat mempercepat tiupan udara proses diatas

antara

pemanasan,

permukaan, memperluas permukaan dan mengurangi tekanan di permukaan. Mengembun adalah perubahan wujud zat dari uap (gas) menjadi cair. Misalnya, apabila air panas dalam gelas yang tertutup, maka setelah beberapa saat ketika tutup gelas dibuka,

28

pada tutup tersebut akan tampak titik-titik air (embun). Titiktitik air tersebut terjadi karena suhu pada tutup gelas lebih rendah daripada suhu uap air sehingga uap air yang berada di sekitar tutup gelas melepaskan kalor pada tutup gelas. Akibatnya, air mengembun menjadi tetes-tetes air dan menempel pada tutup gelas. Jadi, pada saat mengembun zat melepaskan kalor. Air dalam sebuah panci yang dipanaskan, maka pada suhu tertentu akan timbul gelembung-gelembung air. Ketika gelembung-gelembung air terbentuk di seluruh bagian air, dapat dikatakan bahwa air di dalam panci tersebut mendidih. Suhu ketika zat cair mendidih pada tekanan 1 atmosfer disebut titik didih. Titik didih air pada tekanan 1 atmosfer (76 cmHg) adalah 100oC. Titik didih atau titik embun suatu zat sebanding dengan tekanan yang bekerja pada zat tersebut. Perbedaan antara menguap dan mendidih adalah menguap dapat terjadi pada sembarang suhu dan gelembung-gelembung uap hanya terjadi di permukaan zat cair saja, sedangkan mendidih hanya terjadi pada suhu titik didihnya dan gelembunggelembung uap terjadi di seluruh bagian zat cair. Kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud 1 kg zat cair menjadi uap pada titik didih normalnya disebut kalor laten uap atau kalor uap (U). Kalor uap suatu zat adalah banyaknya kalor per satuan massa yang harus diberikan pada suatu zat pada

29

titik didihnya agar menjadi gas seluruhnya pada titik didih tersebut. Banyaknya kalor yang diperlukan atau dilepaskan untuk mendidih atau mengembun, secara matematis dapat dirumuskan : Q=m.U

Keterangan : Q = Kalor yang diperlukan (J) M = Massa zat (kg) U = Kalor uap (J/kg) (b) Melebur dan Membeku Melebur adalah perubahan wujud zat dari padat menjadi cair, sedangkan membeku adalah perubahan wujud zat dari cair menjadi padat. Pada waktu melebur, zat memerlukan kalor sedangkan pada waktu membeku, zat melepaskan kalor. Pada waktu melebur, suhu zat tetap. Semua kalor yang diberikan kepada zat digunakan untuk mengubah wujud dari padat menjadi cair. Suhu tetap itu disebut titik lebur, yang besarnya sangat bergantung pada tekanan di permukaan zat tersebut. Titik lebur atau titik beku suatu zat akan naik bila tekanan yang bekerja pada zat tersebut diturunkan, sebaliknya, titik lebur atau titik beku akan turun bila tekanan dinaikkan.

30

Kalor yang dibutuhkan untuk mengubah wujud 1 kg zat padat menjadi zat cair pada titik didihnya disebut kalor laten lebur atau kalor lebur. Adapun kalor yang dilepaskan untuk mengubah wujud 1 kg zat cair menjadi padat pada titik bekunya disebut kalor laten beku atau kalor beku. Banyaknya kalor yang diperlukan atau dilepaskan untuk melebur atau membeku sebanding dengan massa zat dan bergantung pada jenis zat. Secara matematis dapat dirumuskan : Q=m.L Keterangan : Q = Kalor yang diperlukan (J) m = Massa zat (kg) L = Kalor lebur atau kalor beku (J/kg) c. Azas Black Apabila dua zat yang berbeda suhunya dicampur, maka kedua zat yang bercampur akan memiliki suhu yang sama. Hal ini disebabkan kalor akan berpindah dari zat yang suhunya lebih tinggi ke zat yang suhunya lebih rendah. Joseph Black (1728-1799) mengungkapkan apabila dua zat dicampur maka kalor yang dimiliki oleh zat yang suhunya lebih tinggi akan mengalir ke zat yang kalornya lebih rendah sehingga terjadi keseimbangan energi. Berdasarkan hukum kekekalan energi tidak ada energi yang hilang, sehingga dapat disimpulkan bahwa kalor yang dilepaskan sama dengan

31

kalor yang diterima. Azas ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah menghitung suhu akhir campuran dan dapat dirumuskan sebagai berikut: Qterima = Qlepas m x c x ( ta suhu awal zat yang suhunya lebih rendah ) = m x c x ( suhu awal zat yang suhunya lebih tinggi - ta ). Persamaan diatas dikenal dengan asas Black, berdasarkan persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa kalor yang dilepaskan oleh zat yang bersuhu tinggi sama dengan kalor yang diterima oleh zat yang bersuhu rendah. d. Perpindahan Kalor Secara alamiah, kalor berpindah dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah. Ada tiga cara perpindahan kalor, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi. 1) Perpindahan Kalor secara Konduksi Konduksi atau hantaran adalah perpindahan kalor melalui zat tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Misalnya, jika salah satu ujung sebatang logam dipanaskan di atas nyala api, maka ujung dari logam tersebut menjadi panas pula. Hal ini menunjukkan bahwa kalor berpindah melalui batang logam tersebut, tetapi partikelpartikel dari logam tidak ikut berpindah. Berdasarkan kemampuannya dalam menghantarkan kalor, zat terbagi dalam dua golongan yaitu: konduktor yaitu zat yang mudah menghantarkan kalor, misalnya: besi, aluminium, dan tembaga.

32

Isolator yaitu zat yang sukar menghantarkan kalor, misalnya : kayu, kertas, dan kain. 2) Perpindahan Kalor secara Konveksi Konveksi atau aliran adalah perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan partikel-partikelnya. Konveksi tidak terjadi pada zat padat, tetapi hanya terjadi pada zat cair dan gas. Perpindahan kalor secara konveksi disebabkan oleh perbedaan massa jenis suatu zat. Peristiwa perpindahan kalor secara konveksi dalam kehidupan sehari-hari antara lain dapat diamati pada peristiwa : (a) Arus konveksi udara, yang membantu asap pada cerobong asap bergerak naik. (b) Terjadinya angin laut dan angin darat (c) Konveksi udara pada ventilasi rumah, yang menyebabkan ruangan berventilasi tetap terasa nyaman walaupun udara luar sangat panas. 3) Perpindahan Kalor secara Radiasi Radiasi atau pancaran adalah perpindahan kalor tanpa zat perantara. Perpindahan kalor dapat melalui ruang hampa (tanpa zat perantara) karena energi kalor dibawa dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Misalnya kalor dari matahari dapat sampai kebumi melalui ruang hampa tanpa zat perantara. Besarnya radiasi kalor yang dipancarkan atau yang diserap oleh suatu benda bergantung pada warna benda. Benda-benda yang

33

berwarna terang dan mengkilap merupakan penyerap sekaligus pemancar kalor yang buruk sedangkan benda-benda berwarna gelap merupakan penyerap sekaligus pemancar kalor yang baik.

B. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap suatu permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002:64). Berdasarkan pengertian hipotesis dan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada pengaruh positif penerapan media pembelajaran terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri Muara Beliti.

34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Sesuai dengan masalah dan hipotesis yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka jenis penelitian adalah penelitian eksperimen murni, dimana siswa dikelompokkan menjadi dua kelas, yaitu kelas ekperimen dan kelas kontrol. Dalam penelitian ini dilaksanakan pretes-postes yang melibatkan dua kelompok yang membandingkan antara pembelajaran menggunakan media pembelajaran sebagai kelompok eksperimen dengan pembelajaran konvensional sebagai kelompok kontrol. Desain penelitian menunjukkan kerangka konseptual yang akan dilakukan dalam penelitian. Desain penelitian yang digunakan adalah Control Group Pretest-postest Design secara umum menurut Sukardi (2007:186) dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Desain Penelitian Group E K Pre-test T1 T1 Treatment X Post-test T2 T2

35

Keterangan : E : Kelas Eksprimen K : Kelas Kontrol X : Pengajaran dengan menggunakan media VCD pembelajaran T : Pre-test / Post-test B. Variabel Penelitian 34 Arikunto (2002:104) mengemukakan bahwa variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian. Maka variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu penerapan media pembelajaran pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. 2. Variabel terikat adalah variabel yang terpengaruh. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar fisika siswa setelah diberi perlakuan.

C. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VII SMP Negeri Muara Beliti pada tahun pelajaran 2009/2010. Secara rinci populasi penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Populasi penelitian Kelas VII 1 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 15 22 Jumlah 37

36

VII 2 18 VII 3 19 VII 4 18 VII 5 17 Jumlah 87 Sumber : TU SMP Negeri Muara Beliti

19 17 18 19 95

37 36 36 36 182

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002:109). Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster Sampling. Dalam hal ini diambil dua kelas secara acak. Teknik ini digunakan karena berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran fisika kelas VII bahwa setiap kelas memiliki kemampuan yang yang relatif sama, kecuali kelas VII-1 dan VII-5. Setelah dilakukan pre-test, maka dari seluruh kelas yang ada dipilih dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian, yaitu kelas VII-3 sebagai kelas kontrol dan kelas VII-4 sebagai kelas eksperimen. Kelas VII-3 adalah kelas yang diberikan pengajaran tanpa menggunakan media pembelajaran dan kelas VII-4 dilakukan pengajaran menggunakan media pembelajaran.

C. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data berupa tes hasil belajar dan angket respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran secara lengkap dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Tes hasil belajar Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan, dan bakat yang dimiliki oleh individu dan kelompok"

37

(Arikunto, 2002:127). Untuk memperoleh data tentang hasil belajar fisika siswa, penulis menggunakan alat pengumpul data dalam bentuk tes. Tes diberikan sebanyak dua kali yaitu pre-test untuk melihat kemampuan awal siswa dan post-test untuk memperoleh data hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan penerapan media pembelajaran. Tes yang penulis gunakan dalam penelitian ini berbentuk essay sebanyak enam soal disusun berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam kisi-kisi penulisan soal, sebelum digunakan soal tes diuji cobakan terlebih dahulu. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam membuat soal tes adalah sebagai berikut : a. Menyusun Tes Tes yang penulis susun terdiri dari soal-soal dalam bentuk essay, dalam penyusunan tes tersebut penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu untuk mendapatkan dan mengetahui hasil belajar siswa. 2) Membuat batasan terhadap materi yang akan diujikan, yaitu materi pokok tentang kalor dan perpindahan kalor. 3) Menyusun kisi-kisi soal tes belajar fsika. 4) Menyusun soal-soal dalam bentuk tes berjumlah enam soal. b. Melaksanakan uji coba instrumen tes pada objek yang hampir sama dan telah mempelajari materi tes. Uji coba dilakukan di kelas VIII.1

38

SMP Negeri Muara Beliti tahun pelajaran 2009/2010 yang diikuti 30 siswa. c. Melaksanakan analisis item soal tes. Analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kelebihan dan kekurangan suatu soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan soal tersebut. 2. Angket respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran, yang meliputi: materi pembelajaran, cara belajar,

penggunaan media berupa VCD pembelajaran dan penampilan guru dalam mengajar. Data tentang respon siswa terhadap pembelajaran dianalisis dengan mencari persentase jawaban siswa untuk setiap butir aspek yang ditanyakan dalam angket dengan menggunakan rumus : % Alternatif jawaban = Alternatif jawaban 100% Jumlah sampel

Rata-rata persentase setiap aspek yang dinilai ditentukan dengan cara menentukan jumlah persentase setiap butir aspek dibagi banyaknya butir yang ditanyakan pada aspek butir tersebut.

E. Teknik Analisis Data

39

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terhadap hasil belajar baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen, penulis menggunakan cara statistik. Penelitian ini diarahkan untuk melihat apakah penerapan media pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa. Data yang diperoleh terlebih dahulu dihitung skor rata-rata dan standar deviasi kemudian dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians dari kedua kelompok data. 1. Menentukan skor rata-rata dan standar deviasi

Skor rata-rata dan standar deviasi diambil dari hasil tes awal dan tes akhir, untuk semua data hasil belajar kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dengan rumus: X i X = dan S = n

( X i X ) n 1

2

(Sudjana, 2002:93)

Keterangan : X Xi n S 2.

= Rata-rata = Nilai hasil pengamatan atau observasi = Jumlah semua observasi = Simpangan baku Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah kedua kelompok

data, populasi berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengujinya digunakan rumus chi-kuadrat (2 ) yaitu :

40

2 = Keterangan :

( fo fe ) 2fe

2 = Harga chi-kuadrat yang dicari fo = Frekuensi dari hasil observasi fe = Frekuensi dari hasil estimasi Selanjutnya 2hitung

dibandingkan dengan 2tabel dengan derajat

kebebasan (dk) = J - 1, dimana J adalah banyaknya kelas interval. 2hitung < 2tabel

, maka dapat dinyatakan bahwa data tersebut berdistribusi normal,

dalam hal lainnya jika data tidak berdistribusi normal (Sudjana, 2002:145). 3. Uji Homogenitas Uji homogenitas varians bertujuan untuk melihat apakah kedua kelompok data mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas ini mengujikan uji varians dua peubah. Dengan demikian hipotesis yang akan diuji adalah : H0 = Hipotesis pembanding, kedua varians sama atau homogen Ha = Hipotesis kerja, kedua varians tidak sama atau tidak homogen. Uji statistik menggunakan uji Varians (F), dengan rumus : F= Keterangan : S12 2 S2 (Sudjana, 2002:249)

S12 = Varians terbesar2 S 2 = Varians terkecil

41

Kriteria pengujiannya adalah jika F kelompok data mempunyai varians yang sama 4. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata.

hitung

< Ftabel, maka kedua (Sudjana, 2002:249).

Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji kesamaan dua ratarata. Uji kesamaan dua rata-rata ini digunakan untuk menguji kesamaan antara skor rata-rata data baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. 1. Jika kedua kelompok data berdistribusi normal dan bervarians homogen maka digunakan uji t dengan rumus: t= x1 x 22 1 1 dengan S = S + n1 n2 2 ( n1 1) S12 + (n2 1) S 2 (Sudjana, 2002:239) n1 + n2 2

Keterangan : x1 : Skor rata - rata kelompok eksperimen x2 : Skor rata-rata kelompok kontrol n1 : Jumlah siswa kelompok eksperimen n2 : Jumlah siswa kelompok kontrol S1 : Simpangan baku kelompok eksperimen S2 : Simpangan baku kelompok kontrol Kriteria pengujiannya adalah terima Ho jika t ( 11 / 2 )