SKRIPSI -...
Transcript of SKRIPSI -...
USULAN DANA ASPIRASI DPR ( UU NO 17 TAHUN 2014 ) DALAM
PERSPEKTIF KOMUNIKASI PARTAI POLITIK ISLAM
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum sebagai salah satu
syarat mencapai gelar Sarjana Hukum (SH)
Oleh
Sholihun
NIM : 1112045200008
PROGRAM STUDI KETATANEGARAAN ISLAM FAKULTAS
SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/1348 H
iii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratakan memperoleh gelar sarjana strata 1 di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemuadian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Februari 2017
Sholihun
iv
ABSTRAK
SHOLIHUN, NIM: 1112045200008. USULAN DANA ASPIRASI DPR (UU NO.
17 TAHUN 2014) DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI PARTAI POLITIK
ISLAM. Skripsi Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah), Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dana Program Pembangunan Daerah Pemilihan atau Dana Aspirasi DPR RI
merupakan kebijakan yang telah dituangkan dalam pasal 80 huruf j UU Nomor 17
Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Dalam perjalanannya, kebijaan ini
menuai banyak pro dan kontra. Dalam perspektif kebijakan publik, munculnya
penolakan terhadap suatu kebijakan dapat disebaban oleh formulasi kebijakan yang
tidak tepat. Dalam kasus dana aspirasi, formulasi kebijakan dinilai mengikuti model
kelembagaan atau model elit karena hanya melibatkan DPR dan Pemerntah. Ke
depan, kebijakan yang dibuat di DPR, sekalipun mengatur internal DPR tetap harus
melibatkan masyarakat. Formulasi kebijakan juga harus dibuat dengan waktu yang
memadai untuk mendengar pihak-pihak yang keberatan dan mencari jalan keluar
terhadap berbagai permasalahan yang disampakan agar dicapai kesepakatan bersama
yang selanjutnya dituangkan dalam produk kebijakan, seperti undang-undang.
Dalam skripsi ini, data-data yang akan dianalisis adalah data-data yang
didapatkan dari proses wawancara dengan informan, observasi, dan dokumentasi
yang didapatkan oleh peneliti. Data yang telah didapatkan melalui dokumentasi dan
wawancara akan disusun secara sistematis atau diklasifikasikan secara khusus,
kemudian disajikan secara deskriptif untuk memberi gambaran secara mendalam
tentang kenyataan sosial yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.
Kata Kunci : Dana Aspirasi, UP2DP, Komunikasi Politik, UU NO. 17 Tahun
2014, Partai Politik Islam di Indonesia.
Pembimbing : Prof. Dr. M. Arskal Salim, MA
v
بسم هللا الرحمن الرحيم
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan seluruh alam
raya ini. Berkat nikmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “USULAN DANA ASPIRASI DPR (UU NO. 17 TAHUN 2014 )
DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI PARTAI POLITIK ISLAM”. Shalawat
teriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan alam, panutan
seluruh umat, Rasulullah SAW yang telah membawa umatnya dari alam jahiliyah ke
alam yang penuh dengan hidayah Islamiyah.
Dalam rangka penyelesaian skripsi ini, terdapat banyak kesulitan dan
hambatan yang harus penulis hadapi. Ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu dan
kekurangan pengalaman dalam penulisan skripsi, namun penulisan skripsi ini pada
akhirnya dapat penulis tuntaskan. Proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan bimbingan berbagai pihak, dan pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada para pihak tersebut yang
diantaranya:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
2. Ibu Dra. Hj. Maskufa, M.A, dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag, ketua dan sekertaris
Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah), yang telah memberikan arahan,
motivasi dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. M. Arskal Salim, GP., MA, dosen pembimbing yang telah
rela meluangkan waktunya untuk penulis, dan selalu memberikan masukan,
arahan dan kritikkan yang konstruktif pada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
4. Pimpinan perpustakaan umum dan perpustakaan Fakultas yang telah
memberikan fasilitas untuk mempermudah akses penulis dalam melakukan
studi kepustakaan berupa buku dan literatur lainnya sehingga penulis dapat
memperoleh informasi yang dibutuhkan.
5. Para dosen Fakultas Syariah dan Hukum, atas semua pengetahuan yang telah
diberikan kepada penulis selama masa pendidikan.
6. Terima kasih kepada Ayahanda sokhawi dan Ibunda Suhemi tercinta, yang
telah mengajarkan arti semangat hidup dan memberikan kasih sayang serta
doa tulus yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
7. Kepada Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan dan Dewan
Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera, yang telah membantu penulis
dalam menghimpun data-data dalam wawancara. Sehingga penulis dapat
memperoleh informasi yang dibutuhkan.
8. Kepada Organisasi IMPP-J (Ikatan Mahasiswa Pelajar Pemalang - Jakarta)
dan Satuan Tugas Gerakan Anti Narkoba (SATGAS GAN) UIN Jakarta
vii
sebagai wadah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam mencari jati diri
dan kedewasaan.
9. Teman-teman Hukum Tata Negara (Siyasah) dan Hukum Pidana Islam
angkatan 2012, yang telah penulis anggap sebagai keluarga sendiri yang
menjadi saksi perjuangan penulis selama di bangku kuliah.
10. Teman-teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi ini bersama-sama,
terhusus untuk sahabat Fadhel Akbar, Rafli Ali Yafie, Muh. Faruq, Sudirwan,
Ahmad syihabudin, Adi Supraja, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa
penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan motivasi agar penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Semoga atas segala bantuan, dukungan, motivasi dan do’a untuk penulis,
mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah swt, dan semoga skripsi ini berguna
bagi wacana keislaman, kepada-Nya kita memohon rahmat dan hidayah-Nya. Amin
ya Robbal’ Alamin.
Jakarta, 23 Februari 2017
Sholihun
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………………………i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI………………………………………………...ii
LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………….....iii
ABSTRAK……………………………………………………………………………....iv
KATA PENGANTAR………………………………………………………………….vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………...1
B. Batasan dan Rumusan Masalah…………………………………7
C. Tujuan Penelitian………………………………………………..7
D. Manfaat Penelitian………………………………………………8
E. Metode Penelitian……………………………………………….8
F. Definisi Operasional……………………………………………11
G. Sistematika Penulisan…………………………………………..12
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KOMUNIKASI POLITIK
1. Pengertian Komunikasi Politik ………………………………...12
2. Fungsi Komunikasi Politik…………………………………….24
3. Unsur-unsur Komunikasi Politik………………………………28
ix
4. Saluran-saluran Komunikasi Politik…………………………...31
BAB III DANA ASPIRASI SEBAGAI PENUNJANG KOMUNIKASI
POLITIK : STUDI KASUS DANA UP2DP
1. Dana UP2DP………….………………………............................33
2. Pork barrel (Dana Aspirasi di Amerika)………………………...35
3. Tujuan Dana UP2DP………………..………….......................... 37
4. Tinjauan Dasar Hukum/Legalitas……………………..................39
5. Mekanisme/Cara Kerja UP2DP……………….…………………42
6. Kritik Atas Dasar UP2DP………………………………………..45
BAB IV PANDANGAN PARTAI POLITIK ISLAM TENTANG UP2DP
1. Pandangan Partai PPP dan PKS terhadap UP2DP……………...54
2. Pork Barrel Menurut Partai Politik Indonesia…………………...60
3. Respon Terhadap Kritik Dana UP2DP………………………….62
4. Analisis Komunikasi Politik Partai politik Islam Tentang
UP2DP…………………………………………………………..65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………..73
B. Saran……………………………………………………………76
x
LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………………..77
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………78
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini politik di Indonesia, bahkan dibanyak Negara lain, telah
mengalami tranformasi yang sangat mendasar. Dunia politik yang selama ini
dimonopoli para elite politik telah menjadi konsumsi publik. Hal ini ditunjukan
dengan semakin tingginya partisipasi politik masyarakat, media dan LSM dibanyak
Negara dalam kehidupan politik (Huntington & Nelson, 1994). Partisipasi politik
tidak hanya terefleksikan dalam bentuk partisipasi menyuarakan suara sewaktu
pemilu, tetapi dalam semua usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik. Sehingga
bentuk-bentuk partisipasi politik dapat berupa pengerahan masa, pemogokan,
demonstrasi jalanan, dan bentuk protes lainnya. Partai politik menjadi alat untuk
menjembatani para elit politik untuk mencapai kekuasaan politik dalam negara.
Biasanya partai politik ini adalah organisasi yang mandiri dalam hal finansial,
memiliki platform atau haluan politik tersendiri, mengusung kepentingan-
kepentingan kelompok dalam urusan politik, dan turut menyumbang political
development sebagai suprastruktur politik.1
Menurut UU Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008 tentang partai politik,
partai politik adalah organisasi politik yang bersifat nasional dan di bentuk oleh
1 Firmanzah, mengelola partai politik komunikasi dan positioning ideologi politik di era
demokrasi, (Jakarta: yayasan obor Indonesia, 2007), hlm.1
2
sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak
dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota,
masyarakat, bangsa dan negara serta memelihara keutuhan NKRI berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Menurut Sigmund Neumann seorang ahli ilmu klasik dan kontemporer, partai
politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai
kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan
suatu golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.2
Bagi sejumlah negara yang menerapkan atau mengklaim diri sebagai negara
demokrasi (berkedaulatan rakyat), pemilu memang dianggap sebagai lambang
sekaligus tolak ukur utama dan pertama dari demokrasi. Artinya, pelaksanaan dan
hasil pemilu merupakan refleksi dari suasana keterbukaan dan aplikasi dari nilai dasar
demokrasi. Disamping perlu adanya kebebasan berpendapat dan berserikat yang
dianggap cerminan pendapat warga negara. Alasannya, pemilu memang dianggap
akan melahirkan suatu representatif aspirasi rakyat yang tentu saja berhubungan erat
dengan legitimasi bagi pemerintah. Melalui pemilu demokrasi sebagai sistem yang
menjamin kebebasan warga negara terwujud melalui penyerapan suara sebagai
2 Sigmund Neumann. “ Modern Political Parties,” dalam Comparative Politics: A Reader,
diedit oleh Harry Eckstein dan David E. Apter (London: The Free Press of Glencoe, 1963), hlm.352
3
bentuk partisipasi publik secara luas. Dengan kata lain bahwa pemilu merupakan
simbol dari pada kedaulatan rakyat.3
Pada suatu negara, sistem politik yang sehat harus didukung oleh komunikasi
politik yang dijalankan dan digiatkan oleh partai-partai politik. Partai politik ini
adalah pihak yang dinilai paling bertanggung jawab atas berjalannya komunikasi
politik. Fungsi komunikasi politik lebih banyak mengacu pada posisi komunikasi
yang paling klasik. Gabriel Almond mengemukakan tentang fungsi komunikasi
politik :
Semua fungsi yang dilakukan dalam sistem politik, sosialisasi politik dan
rekrutmen, artikulasi kepentingan, kepentingan bersama, pembuatan aturan,
aplikasi aturan, dan aturan ajudikasi dilakukan oleh sarana komunikasi.4
Secara umum semua fungsi input yang terdapat dalam suatu sistem politik
sosialisasi dan rekrutmen politik, perumusan kepentingan, penggabungan
kepentingan, yang dapat menghasilkan peraturan serta kemudian menjalankan
peraturan tersebut adalah merupakan bagian dari kajian komunikasi.
Secara sederhana, komunikasi politik didefinisikan sebagai: proses
penyampaian pesan atau informasi mengenai politik dari pemerintah kepada
masyarakat, dan dari masyarakat kepada pemerintah.5
3 Tutik triwulan, titik. Kontruksi hukum tata Negara Indonesia pasca amandemen UUD 1945.
(Jakarta:kencana. 2011), hlm.329-330.
4 Almond, Gabriel A., & James S. Coleman (Ed.). 1960. The Politics of The Developing
Areas. Princenton NJ: Princenton University Press
5 Pye, Lucyan W., 1963. Communication and Political Development. Princenton NJ:
Princenton University Press.
4
Disamping itu, dalam sebuah partai politik tak akan lepas juga dari seorang
aktor politik, karena partai politiklah yang kemudian melahirkan kader-kader atau
calon aktor politik yang kemudian akan berkecimpung dalam dunia politik. Peran
aktor politik sangat penting guna menghimpun kekuatan politik disuatu partai, karena
biasanya sosok seorang tokoh politik yang sudah tergambar bagus citranya
dimasyarakat cenderung akan mudah dimobilisasi oleh aktor politik. Begitu halnya
ketika seorang aktor politik suatu partai terjerat suatu kasus yang kemudian akan
memperburuk citranya dimasyarakat, maka secara tidak langsung hal itu juga akan
berdampak pada partai politik. Artinya seorang aktor politik merupakan kunci
keberhasilan atau malah menjadi awal penyebab keterpurukan suatu partai, karena
aktor-aktor politik mempunyai posisi yang vital dalam suatu partai politik.
Partai politik juga merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai
penyalur aspirasi masyarakat, dimana partai politik menjadi penghubung antara
penguasa dan kuasaan. Adanya partai politik membuat rakyat dapat terlibat secara
langsung dalam proses penyelenggaraan negara dengan menempatkan wakilnya
melalui partai politik. Secara umum partai politik dikatakan sebagai suatu kelompok
yang memiliki tujuan dan cita-cita yang sama, yang berusaha memperoleh kekuasaan
melalui pemilihan umum.
Setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri pada Mei 1998, partai-partai
baru bentukan berbagai kelompok atau golongan di Indonesia dengan basis massa
yang beragam mulai bermunculan. Umat Muslim Indonesia mengambil peranan besar
dalam trend pembentukan partai politik ini. Tercatat sejumlah partai politik Islam
5
yang saat ini (atau pernah) berada pada peringkat 10 besar partai politik di Indonesia
diantaranya adalah PBB, PPP, PKS, PAN, dan PKB. Hanya karena menjadikan Islam
sebagai landasan utama, partai politik Islam tersebut tidak lantas memiliki cara
pandang yang sama dalam berpolitik di pemerintahan.6
Secara umum, parta-partai politik Islam pasca reformasi memiliki dua aliran
berbeda yang saling bertentangan. Aliran yang pertama menganut bahwa syariah
Islam harus diterapkan dalam sistem pemerintahan. Partai-partai besar yang
menganut aliran ini adalah Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Keadilan Sejahtera
(PKS), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Sedangkan aliran kedua menolak
pengimplementasian syariah Islam dalam sistem pemerintahan. Aliran ini dianut oleh
dua partai Islam yang cukup besar yaitu Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB).7
Melihat pentingnya peran partai politik, sekarang ramai diperbincangkan
tentang dana aspirasi partai atau UP2DP yang di usulkan oleh anggota legislatif
(DPR). Dana Program Pembangunan Daerah Pemilihan (UP2DP) atau Dana Aspirasi
DPR RI merupakan salah satu kebijakan yang telah dituangkan dalam pasal 80 huruf
j UU Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Kebijakan ini
menuai banyak pro dan kontra. Dalam prespektif kebijakan publik, munculnya
penolakan terhadap suatu kebijakan dapat disebabkan oleh formulasi kebijakan yang
6 KH. Maman Imanulhaq http://www.kompasiana.com/kang_maman72/menakar-partai-
islam-atau-partai-berbasis-massa-islam_56e7ca4c64afbd500fa3958e
7 KH. Maman Imanulhaq http://www.kompasiana.com/kang_maman72/menakar-partai-islam-
atau-partai-berbasis-massa-islam_56e7ca4c64afbd500fa3958e
6
tidak tepat. Dalam kasus dana aspirasi, formulasi kebijakan dinilai mengikuti model
kelembagaan atau model elit karena hanya melibatkan DPR dan Pemerintah.8
Kebijakan dana aspirasi ini merupakan kebijakan yang baru. Disebut sebagai
kebijakan karena program dana asprirasi ini merupakan satu rencana yang
mengandung tujuan politik yang disepakati bersama antara DPR dan Pemerintahan
yang akan dilaksanakan melalui praktik administrasi. Cikal bakal keinginan DPR
untuk meluncurkan kebijakan ini sesungguhnya telah ada sejak tahun 2010 yang
dimotori oleh fraksi partai golkar.
Dana aspirasi DPR dinilai rawan untuk diselewengkan. Pasalnya, anggota
dewan akan sangat mudah berhubungan langsung dan mengintervensi proyek atau
program pemerintah mulai dari perencanaan dan eksekusi. Dana aspirasi yang
seharusnya mewakili rakyat pun sangat mudah bisa dibelokan untuk mewadahi
aspirasi para cukong atau pengusaha. Hal itu terbukti dengan terseretnya beberapa
anggota DPR dalam kasus korupsi di KPK. Seperti kasus Damayanti yang melibatkan
banyak anggota komisi V lannya, yang mereka wakili bukan rakyat didapil, tapi para
cukong dan pengusaha yang ingin melancarkan proyek yang mereka inginkan. Ini
bukti nyata betapa dana tersebut rawan untuk diselewengkan oleh para anggota
dewan.9
8 www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/06/150623_indonesia_dpr_aspirasi diunduh
23 agustus 2016 pukul 20.45
9 www.jurnas.com/mobile/artikel/8257/Awas-Dana-Aspirasi-DPR-RawanDiselewengkan/
diunduh 11 oktober 2016 pukul 14.41
7
Dari permasalahan diatas, tentang komunikasi politik para anggota dewan.
Dalam usulan program pembangunan daerah pemilihan (UP2DP), maka dari itu
penulis ingin mengangkat judul skripsi ini “USULAN DANA ASPIRASI DPR (UU
NO 17 TAHUN 2014) DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI PARTAI
POLITIK ISLAM”.
B. Batasan dan Perumusan Masalah
Agar dalam pembahasan penelitian ini terarah dan tersusun secara sistematis
pada tema bahasan yang menjadi titik sentral, maka perlu penulis uraikan tentang
pokok-pokok bahasan dengan memberikan perumusan dan pembatasan masalah.
Untuk mendapatkan pembahasan yang objektif, maka dalam skripsi ini penulis
membatasinya dengan hanya menggunakan dua Partai Islam yaitu PPP dan PKS,
kemudian mengenai penerapan mekanisme komunikasi politik terhadap UP2DP.
Untuk itu penulis merumuskan penelitian ini pada dua hal, yaitu :
1. Bagaimana pola komunikasi politik anggota DPR RI terhadap
UP2DP?
2. Apa yang menjadi sebab pro kontra dalam penerapan UP2DP?
3. Bagaimana Partai Politik Islam (PPP dan PKS) memandang dana
aspirasi?
C. Tujuan Penelitian
Adapun hasil yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah terjawabnya
semua permasalahan yang dirumuskan, yaitu :
8
1. Untuk mengetahui dan menganalisa strategi komunikasi politik
yang dilakukan PKS dan PPP terhadap Usulan Program
Pembangunan Daerah Pemilihan.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah apa yang dilakukan pemerintah
untuk mencari jalan keluar terhadap pro kontra tentang penerapan
UP2DP atau dana aspirasi oleh DPR.
3. Untuk mengetahui pandangan dari Partai Politik Islam (PPP dan
PKS) terhadap Dana Aspirasi.
D. Manfaat Penelitian
Dengan memperoleh gambaran tentang komunikasi politik yang dilakukan
anggota dewan, diharapkan penelitian ini akan memberikan wawasan dan
pengetahuan baru kepada berbagai kalangan seperti kalangan akademisi dan dapat
memberikan pemahaman kepada anggota dewan perwakilan rakyat untuk
meningkatkan tanggung jawabnya terhadap masyarakat, khususnya pada konstituen
di daerah pemilihannya.
E. Metode Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif, yaitu metode dimana pencarian data tidak dimaksudkan untuk
membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelum penelitian dilakukan. Riset
9
kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya. Riset ini
tidak mengutamakan besarnya populasi dan sampling bahkan populasi dan sampling
terbatas. Jika data yang terkumpul sudah menjelaskan fenomena yang diteliti, maka
peneliti tidak perlu mencari sampling lainnya.10
Metodologi kualitatif menurut Taylor dan Bogdan, adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan prilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut Kirk dan Miller, yaitu
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung
dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam
peristilahannya. Dari beberapa macam penafsiran, maka pengertian secara umum dari
penelitian kualitatif adalah, penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dan lain sebagainya, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.11
2. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi
ini adalah :
10
Kriyantono, Rachmat, Riset Komunikasi, (Jakarta : Kencana Prenada Group, 2006), hlm.58
11 Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Remaja karya, Cetakan ke-23,
Januari, 2007), hlm. 4-6
10
a. Metode interview atau wawancara, yaitu suatu alat pengumpulan data
dengan cara menggunakan teknik wawancara langsung secara mendalam
(in–depth interview), dan diskusi kecil yang dilakukan oleh peneliti dengan
partai islam yaitu PPP dan PKS. Selain itu juga penulis mewawancarai
tokoh-tokoh lain baik tokoh dari LSM ataupun dari para pakar yang
berkaitan dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan penelitian
penulis.
b. Metode dokumentasi yaitu diperoleh dari penelitian pustaka (Library
Research) dengan mencari data berupa buku-buku, arsip-arsip, artikel, serta
kutipan-kutipan pernyataan para tokohnya di media massa yang sesuai
dengan judul penelitian. Sebagai bahan informasi/data sebagai bahan
penunjang wawancara penulis.
3. Teknis Analisa Data
Data-data yang akan dianalisis nantinya adalah data-data yang didapatkan dari
proses wawancara dengan informan, observasi, dan dokumentasi yang didapatkan
oleh peneliti. Data yang telah didapatkan melalui dokumentasi dan wawancara akan
disusun secara sistematis atau diklasifikasikan secara khusus, kemudian disajikan
secara deskriptif untuk memberi gambaran secara mendalam tentang kenyataan sosial
yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kenyataan sosial yang akan
dihasilkan dari penelitian ini berupa fakta yang menggambarkan bentuk komunikasi
politik anggota DPR RI yang dapat memberikan penjelasan mengenai hal ini kepada
masyarakat.
11
F. Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman
dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam judul
skripsi. Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Usulan Dana Aspirasi (UU No. 17
Tahun 2014) Dalam Perspektif Komunikasi Partai Politik Islam” maka definisi
operasional yang perlu dijelaskan, yaitu :
1. Usulan
Usulan yaitu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah dari kata
usul.an (nomina atau kata benda) yang bermakna sesuatu yang diusulkan.
2. Dana Aspirasi
Dana Aspirasi adalah dana yang muncul dari aspirasi-aspirasi masyarakat,
karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap lingkungan masyarakat
terebut. Kemudian aspirasi di himpun oleh anggota dewan (DPR), yang
nantinya akan di rapatkan oleh seluruh anggota dewan untuk di sahkan
dan di realisasikan aspirasi-aspirasi masyarakat tersebut.
3. UU No. 17 Tahun 2014
Berisi tentang anggota DPR berhak mengusulkan dan memperjuangkan
program pembangunan di daerah pemilihannya.
4. Komunikasi Politik
Komunikasi politik adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan
politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan,
pemerintahan, dan kebijakan pemerintah.
12
5. Partai Politik Islam
Partai politik islam adalah partai yang berideologi islam, mengambil dan
menetapkan ide-ide, hukum-hukum dan pemecahan problematika dari
syariat islam, serta operasionalnya mencontoh metode (thariqah)
rasulullah SAW.
Partai politik Islam yang menjadi objek pembahasan ini adalah partai
politik yang secara tegas mencantumkan asanya adalah Islam. Partai yang
berasaskan islam, antara lain yang mendapatkan kursi di DPR pada saat
ini adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera
(PKS).
G. Sistematika Penulisan
Agar penulisan lebih sistematik dan terarah, maka penulis akan menjelaskan
sistematika dalam penulisan skripsi ini, pada dasarnya skripsi ini terdiri dari lima bab
yang saling berkaitan, yaitu:
Bab I pendahuluan, latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II gambaran umum tentang komunikasi politik, pengertian, fungsi, unsur-
unsur, dan saluran-saluran komunikasi politik.
Bab III dana aspirasi sebagai penunjang komunikasi politik: studi kasus dana
UP2DP, pengertian UP2DP, pork barrel, tujuan UP2DP, tinjauan dasar hukum,
mekanisme, dan kritikan atas dana UP2DP.
13
Bab IV pandangan partai politik islam (PPP dan PKS) tentang dana aspirasi,
pork barrel menurut partai islam, respon kritikan, dan analisis komunikasi parpol
islam tentang UP2DP
Bab V merupakan penutupan, meliputi kesimpulan yang merupakan
penjelasan jawaban dari rumusan masalah diatas serta, kritik dan saran.
14
BAB II
GAMBARAN UMUM KOMUNIKASI POLITIK
1. Pengertian Komunikasi Politik
Kajian komunikasi politik pada awalnya berakar pada ilmu politik, meskipun
penamaan lebih banyak dikenal dengan istilah propaganda. Ini dimulai pada tahun
1922 dengan penelitian dari Ferdinand Tonnies dan Walter Lippmann yang meneliti
tentang opini publik pada masyarakat.
Membicarakan Komunikasi Politik tidak semudah dengan membicarakan
gerakan politik. Kesulitan itu muncul karena ada dua konsep yang mengusung
disiplin ilmu ini, yakni konsep “komunikasi” dan konsep “politik.” Komunikasi
politik adalah sebuah studi yang interdisiplinari yang dibangun atas berbagai macam
disiplin ilmu, terutama dalam hubungannya antara proses komunikasi dan proses
politik. Ia merupakan wilayah pertarungan dan dimeriahkan oleh persaingan teori,
pendekatan, agenda dan konsep dalam membangun jati dirinya.11
Komunikasi yang membicarakan tentang politik kadang diklaim sebagai studi
tentang aspek-aspek politik dari komunikasi publik, dan sering dikaitkan sebagai
11
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2009), hlm.16
15
komunikasi kampanye pemilu karena mencangkup masalah persuasi terhadap
Pemilih, debat antarkandidat, dan penggunaan media massa sebagai alat kampanye.12
Komunikasi dan politik memiliki hubungan yang erat dan istimewa karena
berada dalam kawasan (domain) politik dengan menempatkan komunikasi pada posisi
yang sangat fundamental. Komunikasi politik menyambungkan semua bagian dari
sistem politik sehingga aspirasi dan kepentingan dikonversikan menjadi berbagai
kebijaksanaan.
Komunikasi Politik (Political Communication) merupakan gabungan dua
disiplin ilmu yang berbeda namun terkait sangat erat, yakni Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Politik. Oleh karena itu, sebelum memasuki pembahasan tentang pengertian dan
proses komunikasi politik, dibahas lebih dulu tentang pengertian komunikasi dan
politik.
a. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada
orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, perilaku baik
langsung maupun tidak langsung. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris
communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata
Communis yang berarti sama, sama di sini maksudnya adalah sama makna.13
Dengan
12
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2009), hlm.16
13
Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta : PT. Lasswell
Visitama, 2010), hlm.4
16
maksud untuk mengubah pikiran, sikap, prilaku, penerima dan melaksanakan apa
yang diinginkan oleh komunikator.
Komunikasi bukan sekadar penerusan informasi dari suatu sumber kepada
publik, ia lebih mudah dipahami sebagai penciptaan kembali gagasan-gagasan
informasi oleh publik jika diberikan petunjuk dengan simbol, slogan, atau tema
pokok.14
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara
efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan
oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication
in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan
komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In
Which Channel To Whom With What Effect?.15
Sehubungan dengan kenyataan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang tidak
bisa dipisahkan dari aktivitas seorang manusia, tentu masing-masing orang
mempunyai cara sendiri, tujuan apa yang akan didapatkan, melalui apa atau kepada
siapa.16
Jika kita menyimak kandungan makna yang terdapat dalam setiap definisi
komunikasi yang telah dikemukakan, kita dapat menemukan adanya sejumlah unsur
14
Nimmo, Dan, Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan, dan Media, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1993), hlm.5
15
Heryanto, Gun Gun, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta : PT.Lasswell
Visitama, 2010), hlm.5
16
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta : Raja Gravindo Persada, 2004)
17
yang mendukungnya. Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi
meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yaitu:
1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan komunikator sebagai
pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia
sumber bisa terdiri satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok
misalnya partai, organisasi, lembaga atau negara.
2. Pesan (mengatakan apa?)
Pesan dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan
pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap
muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.
3. Media (melalui cannel/media apa?)
Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber
kepada penerima. Media komunikasi ada yang berbentuk saluran
antarpribadi, media kelompok, dan ada pula dalam bentuk media massa.
4. Komunikan (kepada siapa?)
Adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Bisa
terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk organisasi, instansi, partai
atau negara.
18
5. Efek (dengan dampak/efek apa?)
Adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan
oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. pengaruh ini bisa
terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang.
Dalam bentuknya yang paling sederhana, proses komunikasi terdiri dari
pengirim, pesan, dan penerima. Suatu tindakan komunikasi bermula dari si pengirim.
Karena itu, kualitas komunikasi sebagian besar tergantung dari keterampilan si
pengirim. Ia harus tahu isi pesan yang ingin disampaikannya, siapa penerimanya, dan
dengan sarana apa pesan itu ingin disampaikan. Selain itu ia juga harus tahu kapan
pesan itu harus disampaikan. Kemudian tanggung jawab final dari si pengirim ialah
mencari feedback atau umpan balik dan mengevaluasi secara hati-hati.17
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu. Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna
dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dan jelas masing-masing orang
mempunyai perbedaan dalam mengaktualisasikan komunikasi tersebut.
Berbeda dengan Lasswell, Steven justru mengajukan sebuah definisi yang
lebih luas bahwa komunikasi terjadi kapan saja suatu organisme memberi reaksi
17
Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001),
hlm.159
19
terhadap suatu objek atau stimuli, apakah itu berasal dari seseorang atau lingkungan
sekitarnya.18
Meski definisi yang dibuat para pakar memiliki perspektif yang berbeda satu
sama lainnya menurut latar belakang disiplin ilmu yang membuat definisi itu, pada
dasarnya definisi-definisi itu tersebut tidak terlepas dari substansi komunikasi itu
sendiri.
b. Pengertian Politik
Dalam kehidupan kita sehari-hari istilah politik sudah tidak begitu asing
karena segala sesuatu yang dilakukan atas dasar kepentingan kelompok atau
kekuasaan sering kali diatasnamakan dengan label politik. Jika dianggap bahwa ilmu
politik mempelajari politik, maka perlu kiranya dibahas dulu istilah politik itu. Dalam
kepustakaan ilmu politik ternyata ada bermacam-macam definisi mengenai politik.
Karena pada perkembangannya, komunikasi juga melahirkan apa yang disebut
komunikasi politik. Jika dilihat dari pengertian komunikasi, tak heran jika ia pun
sanggup merangkul studi politik.19
Istilah ilmu politik (science politique) pertama kali digunakan oleh Jean Bodin
di Eropa pada tahun 1576, kemudian Thomas Fithzerbert dan Jeremy Betham pada
18
Cangara, Hafied, Komunikasi politik : Konsep, Teori dan Strategi, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2009), hlm.19
19
Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998), hlm.8
20
tahun 1606. akan tetapi istilah politik yang dimaksud ialah ilmu negara sebagaimana
tertulis dalam karya-karya sarjana Eropa daratan yang bersifat institusional yuridis.20
Politik berasal dari kata politic (Inggris) yang menunjukkan sifat pribadi
(adjektive of person) atau sifat perbuatan (adjektive of action). Di sini politik berarti
bertindak bijaksana (acting wisly), dan bijak (wise).21
Kata yang lain adalah politics
(dengan ”s”) yang berarti seni atau ilmu tentang pemerintahan (the art government).
Asal kata politik adalah dari bahasa latin politicos, embrionya adalah kata polis yang
berarti kota. Sedangkan dalam bahasa dikenal dengan kata sifat yang salah satu
artinya adalah politik, sedangkan maksudnya di sini, politik adalah muslihat, tindakan
akal, kebijakan dengan tujuan mencapai suatu maksud.22
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-
macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses
menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.
Pengambilan keputusan (decisionmaking) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari
sistim politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala
prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu.23
20
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2009), hlm.26
21
AP.Cowl, oxford Leaner’s Dictionary, (Ocford : Ocford University Press, 1990)
22
Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995), cet
ke-8, hlm.836
23
Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998), hal. 8
21
Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public
goal), dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Lagipula politik
menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik dan kegiatan orang
seorang (individu). 24
Ada berbagai definisi yang diberikan oleh para ilmuan diantaranya menurut
Soelistyati Ghani dalam bukunya Pengantar Ilmu Politik menurutnya dua arti kata
politik yang penting adalah :
Pertama, politik dalam arti dipergunakan untuk menunjukkan mengenai suatu
segi dari kehidupan manusia bersama dalam masyarakat yang menyangkut
kekuasaan, menyangkut Power Relation Ship, dalam artian ini terkandung isi politik
sebagai usaha untuk memperoleh kekuasaan.
Kedua, politik di dalam arti mempergunakan untuk menunjukan kepada satu
rangkaian tujuan yang hendak dicapai atau dengan kata yang lebih singkat
kebijaksanaan.25
Dalam Bahasa Indonesia kata politik mempunyai beberapa pengertian . yaitu :
1. Ilmu pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan.
2. Segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat, dan sebagainya)
mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain.
24
Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998), hlm.8
25
Ghani, Soelistyati Ismail, Pengantar Ilmu Politik, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1984), cet.
Ke-1, hlm.17
22
3. kebijakan; cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani
suatu masalah).26
Dalam penggunaannya, istilah politik pertama kali dikenal dari buku Plato
yang berjudul “Polities”. Dari karya-karya tersebut dapat diketahui bahwa politik
merupakan istilah yang digunakan untuk konsep pengaturan kemasyarakatan sebab
yang dibahas dalam kedua buku tersebut adalah soal-soal yang berkenaan dengan
masalah bagaimana pemerintahan dijalankan agar terwujud suatu masyarakat politik
atau Negara yang sempurna, atau yang menurut Plato sebagai “Negara ideal”.27
Sedangkan menurut Deliar Noor, politik adalah “segala aktivitas atau sikap
yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang dimaksud untuk mempengaruhi,
dengan jalan mengubah, atau mempertahankan suatu macam bentuk susunan
masyarakat.28
Dalam kepustakaan ilmu politik, sebenarnya terdapat banyak ragam definisi
tentang politik. Keragaman definisi tersebut menurut Miriam, karena setiap sarjana
melihat hanya satu aspek atau unsur politik saja yang kemudian unsur tersebut
diperlakukan sebagai konsep pokok yang dipakai untuk meneropong unsur-unsur
lainnya.29
26
Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1995), cet.
ke-8, hlm.694
27
Noor, Deliar, Pengantar ke Pemikiran Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998), hlm.93
28
Noor, Deliar, Pengantar ke Pemikiran Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998), hlm.94
29
Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1992), hlm.8
23
Pada umumnya apa yang disebut politik itu berkaitan dengan bermacam-
macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara, yang menyangkut proses
penentuan dan pelaksanaan tujuan-tujuan itu.30
Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu
perlu ditentukan kebijakan-kebijakan umum yang menyangkut pengaturan dan
pembagian atau alokasi sumber-sumber dan berbagai sumber daya yang ada. Untuk
itu diperlukan kekuatan (power) dan kewenangan (authority), yang dipakai baik untuk
membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul
dalam proses tersebut.31
Dari sekian banyak definisi tentang politik tersebut, menurut pandangan Jeje
Abdul Rojak, paling tidak dapat ditemukan dua kecenderungan pendefinisian, yaitu
pandangan yang mengkaitkan politik dengan Negara, dan pandangan yang
mengkaitkan politik dengan masalah kekuasaan, otoritas, dan atau dengan konflik.32
Bagaimana seandainya dalam politik tidak terjadi komunikasi? Tentunya akan
mempengaruhi kinerja politik (atau sistem politik) yang sedang dijalankan. Berbagai
komponen infrastruktur dan suprastruktur mengalami keterputusan hubungan
sehingga mekanisme yang seharusnya dijalankan tidak bisa berkembang secara
dinamis.
30
Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1992), hlm.8
31
Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1992), hlm.8
32
Rojak, Jeje Abdul, Politik Kenegaraan : Pemikiran-Pemikiran AlGhazali dan Ibnu
Taimiyah, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1999), hlm.40
24
Apa yang dimaksud dengan komunikasi politik? Bertolak dari konsep
komunikasi dan konsep politik yang telah diuraikan pada bagian awal, upaya untuk
mendekati pengertian apa yang dimaksud komunikasi politik, pengertian komunikasi
politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang atau
simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau
kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara
berpikir, serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target
politik.33
Michael Rush dan Philip Althoff mendefinisikan komunikasi politik sebagai
suatu proses di mana informasi politik yang relevan diteruskan dari satu bagian
sistem politik kepada bagian lainnya, dan di antara sistem-sistem sosial dengan
sistem-sistem politik.34
Proses ini terjadi secara berkesinambungan dan mencakup
pola pertukaran informasi di antara individu-individu dengan kelompok-
kelompoknya pada semua tingkatan.35
Komunikasi Politik (political communication) adalah komunikasi yang
melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan
kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai
33
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2009), hlm.35
34
Michael Rush & Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 1997), hlm.24
35
Michael Rush & Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 1997), hlm.24
25
sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik
juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara “yang memerintah” dan “yang
diperintah”.36
Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkret sebenarnya telah
dilakukan oleh siapa saja: mahasiswa, dosen, tukang ojek, penjaga warung, dan
seterusnya. Tak heran jika ada yang menjuluki Komunikasi Politik sebagai
neologisme, yakni ilmu yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka.37
Komunikasi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, dalam
aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi, dan kadang-kadang
sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik. Berbagai penilaian dan
analisis orang awam berkomentar soal kenaikan BBM, ini merupakan contoh
kekentalan komunikasi politik.
Komunikator Politik pada dasarnya adalah semua orang yang berkomunikasi
tentang politik, mulai dari obrolan warung kopi hingga sidang parlemen untuk
membahas konstitusi negara. Namun, yang menjadi komunikator utama adalah para
pemimpin politik atau pejabat pemerintah karena merekalah yang aktif menciptakan
pesan politik untuk kepentingan politis mereka. Mereka adalah pols, yakni politisi
36
Michael Rush & Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 1997), hlm.24
37
Iqbal, Tengku Dhani, Komunikasi Politik, Sebuah Neologisme, (Jakarta :2006)
26
yang hidupnya dari manipulasi komunikasi, dan vols, yakni warga negara yang aktif
dalam politik secara part timer ataupun sukarela.38
Komunikasi politik merupakan suatu elemen yang dinamis dan yang
menentukan sosialisasi politik dan partisipasi politik. Dalam hal ini komunikasi
politik menentukan corak perilaku insan politik.39
Dari beberapa pengertian di atas,
jelas komunikasi politik adalah suatu proses komunikasi yang memiliki implikasi.
2. Fungsi Komunikasi Politik
Gabriel Almond berpendapat bahwa Komunikasi Politik merupakan salah satu
fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik :
“All of the functions performed in the political system-political socialization
and recruitment, intereset articulation, interest aggregations, rule making,
rule application, and rule adjudication are performed by means of
communication”.40
Kutipan diatas menunjukkan bahwa komunikasi politik bukanlah fungsi yang
berdiri sendiri, akan tetapi merupakan proses penyampaian pesan-pesan yang terjadi
pada saat ketujuh fungsi lainnya di jalankan. Ketujuh fungsi tersebut adalah :
38
ASM. Romli. Ikhtisar perkuliahan “Komunikasi Politik” (Unfari), Bandung, hlm.15
39
Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001), hlm.
159
40
Almond, Gabriel A., & James S. Coleman (Ed.). 1960. The Politics of The Developing
Areas. Princenton NJ: Princenton University Press
27
a. Sosialisasi politik (Socialization Political)
Adalah suatu proses yang dilalui seseorang dalam memperoleh sikap
dan orientasi terhadap fenomena politik yang ada dalam masyarakat
tempat orang itu berada.
b. Rekrutmen politik (Recruitment)
Merupakan fungsi penyeleksian untuk kegiatan politik dan jabatan
pemerintah melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi
anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu. Ada tiga
tahapan, mempengaruhi orang lain untuk menjadi kader, membina
loyalitas kader dan memproyeksikan kader untuk terlibat dan intensif
mewakili organisasi di dalam jabatan-jabatan politik.
c. Artikulasi Kepentingan (Intereset Articulation)
Proses yang mengolah aspirasi masyarakat yang bercorak ragam yang
disaring dan dirumuskan dalam bentuk rumusan yang teratur.
d. Agregasi Kepentingan (Interest Agregations)
Merupakan fungsi yang menggabungkan berbagai kepentingan yang
sama atau hampir sama untuk dituangkan dalam rumusan
kebijaksanaan lebih lanjut dengan demikian agregasi kepentingan ini
bukan lagi kepentingan orang perorangan atau kelompok akan tetapi
kepentingan masyarakat.
28
e. Pembuatan Aturan (Rule Making)
Merupakan fungsi yang dijalankan oleh lembaga legeslatif. Untuk
menjalankan fungsi ini legeslatif dapat bekerjasama dengan lembaga
eksekutif.
f. Penerapan Aturan (Rule Application)
Fungsi ini dijalankan oleh lembaga eksekutif beserta jajaran
birokrasinya. Tidak hanya berarti pelaksanaan peraturan sebagai
pedoman berprilaku, tetapi juga berarti pembuatan rincian dan
pedoman pelaksanaan peraturan.
g. Penghakiman Aturan (Rule Adjudication)
Merupakan fungsi untuk menyelesaikan pertikaian atau persengketaan
yang menyangkut persoalan peraturan, pelanggaran peraturan dan
penegasan fakta-fakta yang perlu untuk mendapatkan keadilan.
Sebagai disiplin ilmu, komunikasi politik menurut McNair memiliki lima
fungsi dasar, yakni sebagai berikut.
a. Memberikan informasi kepada masyarakat apa yang terjadi di sekitarnya.
Di sini media komunikasi memiliki fungsi pengamatan dan juga fungsi
monitoring apa yang terjadi dalam masyarakat.
b. Mendidik masyarakat terhadap arti dan signifikasi fakta yang ada. Di sini
para jurnalis diharapkan melihat fakta yang ada sehingga berusaha objektif
yang bisa mendidik masyarakat atas realitas fakta tersebut.
c. Menyediakan diri sebagai platform untuk menampung masalah-masalah
29
politik sehingga bisa menjadi wacana dalam membentuk opini publik, dan
mengembalikan hasil opini itu kepada masyarakat. Dengan cara demikian,
bisa memberi arti dan nilai pada usaha penegakkan demokrasi.
d. Membuat publikasi yang ditujukan kepada pemerintah dan lembaga
lembaga politik. Disini media bisa berfungsi sebagai anjing penjaga
(watchdog) sebagaimana pernah terjadi dalam kasus mundurnya Nixon
sebagai Presiden Amerika karena terlibat dalam kasus Watergate.
e. Dalam masyarakat yang demokratis, media politik berfungsi sebagai
saluran advokasi yang bisa membantu agar kebijakan dan program-
program lembaga politik dapat disalurkan kepada media massa.41
Jika fungsi komunikasi yang dikemukakan oleh McNair dikombinasikan
dengan fungsi komunikasi yang dibuat oleh Goran Hedebro, komunikasi politik
berfungsi untuk :42
a. Memberikan informasi kepada masyarakat terhadap usaha-usaha yang
dilakukan lembaga politik maupun dalam hubungannya dengan
pemerintah dan masyarakat.
b. Melakukan sosialisasi tentang kebijakan, program, dan tujuan lembaga
politik.
c. Memberi motivasi kepada politisi, fungsionaris, dan pendukung partai.
41
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2009), hlm.39-40 42
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2009), hlm.40-41
30
d. Menjadi platform yang bisa menampung ide-ide masyarakat sehingga
menjadi bahan pembicaraan dalam bentuk opini publik.
e. Mendidik masyarakat dengan pemberian informasi, sosialisasi tentang
cara-cara pemilihan umum dan penggunaan hak mereka sebagai pemberi
suara.
f. Menjadi hiburan masyarakat sebagai “pesta demokrasi” dengan
menampilkan para juru kampanye, artis, dan para komentator atau
pengamat politik.
g. Memupuk integrasi dengan mempertinggi rasa kebangsaan guna
menghindari konflik dan ancaman berupa tindakan separatis yang
mengancam persatuan nasional.
h. Menciptakan iklim perubahan dengan mengubah struktur kekuasaan
melalui informasi untuk mencari dukungan masyarakat luas terhadap
gerakan reformasi dan demokratis.
i. Meningkatkan aktivitas politik masyarakat melalui siaran berita, agenda
setting, maupun komentar-komentar politik.
j. Menjadi watchdog atau anjing penjaga dalam membantu terciptanya good
governance yang transparansi dan akuntabilitas.
31
3. Unsur-unsur Komunikasi Politik
Proses komunikasi politik sama dengan proses komunikasi pada umumnya
(komunikasi tatap muka dan komunikasi bermedia) komunikasi politik sebagai body
of knowledge juga terdiri atas berbagai unsur, yakni :
a. Komunikator Poltik
Komunikasi politik tidak hanya menyangkut partai poitik, melainkan juga
lembaga pemerintahan legislatif dan eksekutif. Dengan demikian, sumber
atau komunikator politik adalah mereka-mereka yang dapat memberi
informasi tentang hal-hal yang mengandung makna atau bobot politik
misalnya presiden, mentri, anggota DPR, MPR, KPU, gubernur,
bupati/walikota, politisi, funsionaris partai politik, fungsionaris Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), dan kelompok kelompok penekan dalam
masyarakat yang bias mempengaruhi jalanya pemerintahan.
b. Pesan Politik
Ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis maupun tidak
tertulis, baik secara verbal maupun non verbal. Tersembunyi maupun
terang-terangan, baik yang disadari maupun tidak disadari yang isinya
mengandung bobot politik. Misalnya pidato pilitik, undang-undang
kepartaian, undang-undang pemilu, penyataan politik, artikel atau isi
buku/brosur dan berita surat kabar, radio, televisi dan internet yang berisi
32
ulasan politik dan pemerintahan, spanduk atau baliho, iklan politik,
propaganda, makna logo, warna baju atau bendera dan semacamnya.
c. Saluran atau Media Politik
Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan oleh para
komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Misalnya
media cetak, yaitu surat kabar, tabloid, majalah. Media elektronik,
misalnya film, radio, televisi, komputer, internet. Media format kecil,
misalnya leaflet, brosur, selebaran, stiker, bulletin. Media luar ruang (out
door media), misalnya baliho, spanduk, reklame, bendera, jumbai, pin,
logo, topi, rompi, kaos oblong, kalender, blok note dan segala sesuatunya
yang biasa digunakan untuk membangun citra (image building).
d. Sasaran atau Target Politik
Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi
dukungan dalam bentuk pemberian suara kepada partai atau kandidat
dalam pemilihan umum. Mereka adalah pengusaha, pegawai negeri,
buruh, perempuan, ibu rumah tangga, pedagang kaki lima, mahasiswa,
petani, yang berhak memilih maupun pelajar dan siswa yang akan
memilih setelah cukup usia.
e. Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik
Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman
terhadap system pemerintahan dan partai-partai politik, dimana nuansanya
akan bermuara pada pemberian suara dalam pemilihan umum. Pemberian
33
suara sangat menentukan terpilih tidaknya seorang kandidat untuk posisi
mulai tingkat presiden dan wakil presiden, angota DPR, MPR, gubernur,
dan wakil gubernur, bupati dan wail bupati, walikota dan wakil walikota
sampai pada tingkat DPRD. 43
4. Saluran-Saluran Komunikasi Politik.
Istilah struktur Komunikasi oleh Almond dan Powell (1966), juga diartikan
sebagai saluran komunikasi, diantaranya adalah :
a. Struktur wawancara (face-to face) informal, yaitu : merupakan saluran
yang efektif dalam penyampaian pesan-pesan politik. Di samping struktrur
yang formal dalam sebuah organisasi, selalu terdapat struktur informal
yang “membayangi”nya. Saluran ini bersifat bebas dalam arti tidak terikat
oleh struktur formal, namun tidak semua orang dapat akses ke saluran ini
dalam kadar yang sama.
b. Struktur sosial tradisional, yaitu sebuah saluran komunikasi yang
ditentukan oleh posisi social pihak yang berkomunikasi (khalayak atau
sumber). Artinya, pada lapis mana yang bersangkutan berkedudukan dan
43
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2009), hlm.37-39
34
(tentunya akan menentukan pula) akses disusunan sosial masyarakat
tersebut.44
c. Struktur masukan (input) politik, yaitu : struktur yang memungkinkan
terbentuknya / dihasilkannya input bagi sistem politik yang dimaksud.
Yang termasuk struktur input adalah serikat pekerja, kelompok-kelompok
kepentingan, dan partai politik.45
d. Struktur output, yaitu : struktur formal dari pemerintah. Struktur
pemerintahan , khususnya birokrasi, memungkinkan pemimpin-pemimpin
politik mengkomunikasikan petunjuk bagi pelaksanaan peraturan-
peraturan untuk bermacam pemegang jabatan politik dengan cara yang
efisien dan jelas.46
e. Saluran media massa adalah saluran yang penting dalam sebuah
komunikasi politik. Media massa selalu mempunyai peranan tertentu
dalam menyalurkan pesan, informasi, dan political content di tengah
masyarakat. Serta sangat terkait akan pembentukan opini publik.47
44
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2009), hlm.40-41
45
Nasution, Zulkarimien, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, (Jakarta : Ghalia Indonesia,
1990), hlm.57
46
Nasution, Zulkarimien, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, (Jakarta : Ghalia Indonesia,
1990), hlm.60
47
Nasution, Zulkarimien, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, (Jakarta : Ghalia Indonesia,
1990), hlm.61
35
BAB III
DANA ASPIRASI SEBAGAI PENUNJANG KOMUNIKASI POLITI : STUDI
KASUS UP2DP
1. Dana Usulan Program Pembangunan Daerah Pemilihan (UP2DP)
Seperti kita ketahui bahwa dana UP2DP pernah diajukan DPR periode 2009-
2014,47
namun mengalami penolakan besar-besaran dari berbagai kalangan
masyarakat. DPR pun menarik lagi pengajuan itu. Kini, lima tahun kemudian, DPR
yang baru, periode 2014-2019, kembali mengajukannya dan berharap presiden yang
baru, Joko Widodo akan mengabulkannya. Penolakan bermunculan, termasuk dari
mantan presiden yang terpilih dua kali, Susilo Bambang Yudhoyono yang juga Ketua
Umum Partai Demokrat sangat menolak keras dengan adanya program UP2DP
tersebut, karena itu akan menjadi peluang baru untuk diselewengkan.
Sebelumnya rapat paripurna DPR, pada Selasa 23 Juni 2015, mengesahkan
Peraturan DPR tentang tata cara Usulan Program Pembangunan Daerah Pemilihan
(UP2DP). Setelah sebelumnya diwarnai dengan berbagai interupsi dari fraksi yang
kontra yaitu PDI Perjuangan, Hanura dan Nasdem. Namun suara mereka kalah oleh
tujuh fraksi yaitu Golkar, PKS, PKB, Gerindra, PPP, PAN dan Demokrat.48
47
http://www.tribunnews.com/nasional/2017/01/02/10-alasan-menolak-84-trilyun-dana-
aspirasi-suburkan-calo-anggaran-dan-kesenjangan-daerah diunduh 10 november 2016 pukul 22.44
48
http://news.liputan6.com/read/2256144/dana-aspirasi-untuk-wakil-rakyat diunduh 15 april
2016 pukul 11.57
36
Menurut Supit, dana aspirasi ini adalah bagian amanat dari Undang-undang
No. 17 tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (UU MD3) pasal 80 j yang
berbunyi anggota DPR berhak mengusulkan dan memperjuangkan program
pembangunan daerah pemilihan.49
Menurut Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Golkar, Muhamad Misbakhun
soal dana UP2DP yang salah diartikan sebagai Dana Aspirasi. Karena dana aspirasi
itu tidak ada dalam konteks UP2DP, hanya ada program bernama UP2DP (Usulan
Program Pembangunan Daerah Pemilihan). Karena ini lebih dikonsentrasikan untuk
memperkuat perwakilan DPR didapil masing-masing. Sedangkan jika dilihat lebih
dalam lagi, anggota DPR dalam program ini tugasnya hanyalah menampung aspirasi
dari rakyat didaerah pilihannya untuk kemudian direkap dan diajukan dalam
pembahasan APBN. DPR sendiri tidak memegang dana pembangunan itu secara
langsung, maka ketakutan masyarakat akan APBN yang “dimakan” sendiri oleh
anggota DPR tidak akan terjadi. Justru ini adalah langkah bagi masyarakat yang ingin
melihat transparansi penggunaan anggaran Negara yang dikucurkan melalui program
yang akuntabel dan transparan. Sehingga tidak ada lagi yang namanya mafia-mafia
anggaran karena semua dapat diketahui oleh publik.50
49
http://news.liputan6.com/read/2256144/dana-aspirasi-untuk-wakil-rakyat diunduh 15 april
2016 pukul 11.57 50
http://www.kompasiana.com/lisanie_/up2dp-program-transparan-yang
dihujat_5590f222aa23bdb71fbfb917 diunduh 29 november 2016 pukul 15.57
37
2. Pork Barrel (Dana Aspirasi di Amerika)
Dana Aspirasi Anggota DPR ini sangat mirip dengan “pork barrel budget” di
Amerika Serikat (AS). Pork barrel adalah istilah dengan konotasi negatif yang
dipakai untuk mengkritik praktek budgeting pemerintah pusat (Federal) AS untuk
proyek-proyek di distrik anggota Congress (setara DPR) yang terpilih. Dana pork
barrel digunakan anggota Congress untuk “membayar balik” konstituennya dalam
bentuk bantuan dana untuk proyek-proyek di daerah pemilihannya. Membayar balik
dalam pengertian membalas dukungan politik yang didapatkannya sebelum ia
terpilih, baik dukungan dalam bentuk suara pemilih (vote) ataupun konstribusi dalam
kampanye politiknya.51
Politik “pork barrel” kali pertama diperkenalkan dalam istilah yang disebut
Bill Bonus. Pada tahun 1817 Wakil Presiden Amerika Serikat John C. Calhoun
mengusulkan Bill Bonus yang isinya penggelontoran dana untuk pembangunan jalan
raya yang menghubungkan Timur dan Selatan ke Barat Amerika. Dananya akan
diambil dari laba bonus Second Bank of the United States (Bank Kedua Amerika
Serikat). RUU tersebut di vote oleh Presiden James Madison.52
Istilah “pork barrel” sudah digunakan Edward Everett Hale dalam kisah
populer, The Children of the Public (1910), sebagai metafora sederhana untuk setiap
51
John A. Ferejhn, Pork Barrel Rivers and Harbors Legislation, (Stanford University Press,
Stanford, California, 1974), hlm.168
52 John A. Ferejhn, Pork Barrel Rivers and Harbors Legislation, (Stanford University Press,
Stanford, California, 1974), hlm.168
38
bentuk pengeluaran publik untuk warganya. Tetapi istilah itu menjadi konsumsi
publik setelah dipopulerkan oleh Chester Collins Maxey dalam artikel “A Little
History of Pork” dalam National Municipal Review pada Tahun 1919.53
Pork barrel telah demikian mengakar di dunia perpolitikan AS sehingga
walaupun dikecam tetap jalan. Saking mengakarnya praktek ini, anggota Congress
AS akhirnya dinilai berdasarkan kemampuan mencairkan dana pork barrel untuk
konstituennya. Yang berhasil mendapatkan dana besar dari Federal akan
mendapatkan kemungkinan tertinggi untuk dipilih kembali pada pemilu berikutnya.54
Praktik “pork barrel” kemudian diadopsi oleh beberapa Negara, seperti salah
satunya yaitu Filipina. Menurut Benny Subianto, dalam Skandal “pork barrel”
Filipina, sudah diterapkan sejak tahun 1930. Bahkan, dananya dikelola oleh lembaga
Priority Development Asistance Fund (PDAF) atau Dana Bantuan Pembangunan
Prioritas, konsepnya sama persis dengan anggota DPR soal konsep UP2DP. Setiap
tahun, pemerintah Filipina menganggarkan 70 juta peso atau sekitar US$ 1,5 juta per
anggota Congress (DPR). Sedangkan Senator mendapat jatah 200 juta peso atau
sekitar US$ 5 juta per orang untuk dana pembangunan di daerah masing-masing. Para
anggota Congress dan Senator kemudian membuat rencana proyek pembangunan,
53
John A. Ferejhn, Pork Barrel Rivers and Harbors Legislation, (Stanford University Press,
Stanford, California, 1974), hlm.169 54
John A. Ferejhn, Pork Barrel Rivers and Harbors Legislation, (Stanford University Press,
Stanford, California 1974), hlm.169
39
yang akan didanai dengan skema “pork barrel” ini. Tujuannya tak lain hanya untuk
menyenangkan konstituen agar terpilih kembali pada pemilihan mendatang.55
Di negara-negara lain juga, seperti Denmark, Swedia, dan Norwegia “pork
barrel” disebut “election pork” atau “babi pemilihan”, dimana para politisi
mengumbar janji-janji sebelum pemilihan berlangsung. Di Finlandia disebut “politik
gorong-gorong”, yang mengacu pada politisi nasional berkonsentrasi pada masalah-
masalah lokal. Rumania menyebutnya “sedekah pemilihan”. Sedangkan di Polandia
disebut “sosis pemilu”.56
Dana Aspirasi ini sebenarnya tidak lain adalah politik pork barrel, yang mana
untuk menjaga status quo anggota DPR dengan cara membayar balik jasa konstituen
dalam kampanye sebelumnya dengan menggunakan uang negara. Dengan cara
tersebut anggota DPR akan mempunyai nama harum di Dapil-nya dan memperbesar
kemungkinan ia terpilih kembali di pemilu berikutnya. Praktek seperti ini sudah
dilegalkan di AS dan Filipina dan Negara-negara lainnya,
3. Tujuan Dana Aspirasi
Sebelumnya Selasa 9 juni 2015 DPR RI kembali meminta jatah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Rp 15 miliar hingga Rp 20 miliar per
55
John A. Ferejhn, Pork Barrel Rivers and Harbors Legislation, (Stanford University Press,
Stanford, California 1974), hlm.140
56 John A. Ferejhn, Pork Barrel Rivers and Harbors Legislation, (Stanford University Press,
Stanford, California 1974), hlm.140
40
anggota sebagai dana usulan program pembangunan daerah pemilihan (UP2DP).
Estimasi total dana itu mencapai Rp 11,2 triliun dan sedang diupayakan masuk dalam
APBN 2016.57
Adapun alasan diusulkan Dana UP2DP DPR ini adalah mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah, pemerataan pembangunan dan percepatan turunnya
dana pembangunan ke daerah yang selama ini dirasakan masih kurang memuaskan.
Sedangkan tujuan dari dana itu sendiri adalah untuk pembangunan daerah
pemilihan masing-masing anggota dewan. Dana ini juga sebagai salah satu bentuk
pertanggung jawaban anggota terpilih pada daerah pemilihanya, dan memeratakan
anggaran pada wilayah yang tidak teralokasi oleh APBN. Dana aspirasi dipandang bisa
membantu mengatasi masalah birokrasi pemerintahan daerah yang korup dengan
membawa langsung proyek-proyek ke daerah. Dana aspirasi ini juga bisa mengefektifkan
pembangunan di daerah. Juga bisa membina hubungan lebih baik antara legislator dengan
konstituennya sehingga legislator bisa mengerti keadaan daerah pemilihannya secara
lebih baik. Disamping itu, dana aspirasi akan membantu legislator untuk lebih berakar di
daerah pemilihannya.58
57
http://nasional.harianterbit.com/nasional/2015/06/10/31614/65/25/Dana-Aspirasi-Dapil-
Ketua-DPR-Tujuannya-untuk-Program-di-Daerah oleh adiantoro/ant, diunduh 17 november 2016
pukul 19.03
58
http://www.cid.suny.edu/publications1/CDF%20-%20CPA%20Background%20Paper.pdf
oleh pengamat politik Nairobi, diunduh 2 november 2016 pukul 22.09
41
4. Tinjauan Dasar Hukum/Legalitas
Sebagai wakil rakyat yang dipilih melalui pemilu langsung dan secara
konstitusional, sudah sepantasnya anggota DPR diberi hak untuk memperjuangkan
aspirasi rakyat daerah yang memilihnya. Hadirnya peraturan DPR mengenai
pengusulan program pembangunan daerah pemilihan ini pada dasarnya merupakan
amanah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3, sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Pasal 80 huruf (j) dan Tata tertib DPR RI
No. 1 Tahun 2014 anggota DPR berhak mengusulkan dan memperjuangkan program
pembangunan di daerah pemilihannya. Prinsipnya, setiap anggota hanya dapat
mengusulkan program dari daerah pemilihannya sendiri, dimana usulan tersebut
dapat berasal dari inisiatif sendiri, pemerintah daerah atau aspirasi masyarakat
didaerah pemilihannya. Usulan program anggota dalam rangka memperjuangkan
aspirasi rakyat didaerah pemilihan yang diwakilinya tersebut kemudian diintegrasikan
ke dalam program pembangunan nasional dalam APBN.59
Ketentuan pasal 80 huruf (j) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang
MD3 tersebut secara yuridis konstitusional merupakan konsekuensi sumpah jabatan
anggota DPR RI. Secara politis konstitusional pasal 80 huruf (j) UU MD3 tersebut
dimaksudkan untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat di daerah pemilihan yang
belum terakomodir dan tersentuh oleh program pemerintah baik pemerintah pusat,
59
http://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/BALEG-19-cc1c2a6cbdb6ca2527ae32326d89057.pdf
diunduh 20 februari 2017 pukul 11.23
42
provinsi dan kabupaten/kota. Hak sebagaimana dimaksud dalam pasal 80 huruf (j)
UU MD3 tersebut, secara substansi sangat berbeda dengan “dana aspirasi” yang
selama ini berkembang dan dipahami oleh masyarakat, yaitu “dana aspirasi” adalah
dana yang dialokasikan langsung kepada setiap anggota DPR dan disalurkan sendiri
oleh anggota DPR untuk kebutuhan masyarakat di daerah pemilihan. Padahal
pengertian hak sebagaimana dimaksud dalam pasal 80 huruf (j) UU MD3 adalah
kewajiban anggota DPR untuk menindaklanjuti usulan masyarakat yang
pelaksanaannya sepenuhnya dilakukan oleh Pemerintah. Dalam hal ini anggota DPR
tidak memegang dan tidak mengelola anggaran sebagaimana yang dimaksud oleh
“dana aspirasi”. Berdasarkan hal tersebut, pelaksanaan ketentuan pasal 80 huruf (j)
UU MD3 dapat menjembatani dan mengurangi kemiskinan, pengangguran dan
meningkatkan ekonomi di daerah.60
Tetapi semua keputusan ada pada presiden, Jika UP2DP tersebut diterima
Presiden, maka pemegang dan pelaksana anggaran adalah pemerintah melalui
institusi terkait. Anggota DPR sama sekali tidak memegang anggaran atau dana.
Karena dalam hal pengelolaan Keuangan Negara, Pasal 4 ayat (1) UUD 1945
menyebutkan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut undang-undang dasar. Pasal 6 ayat (1) UU No. 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara disebutkan bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan
60
http://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/BALEG-19-cc1c2a6cbdb6ca2527ae32326d89057.pdf
diunduh 20 februari 2017 pukul 11.23
43
memegang kekuasaan pengelolaan keuangan Negara sebagai bagian dari kekuasaan
pemerintahan.61
Kemudian pada pasal 6 ayat (2) UU. No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara menyebutkan bahwa kekuasaan tersebut : (a) dikuasakan kepada Menteri
Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan
kekayaan Negara yang di pisahkan; (b) dikuasakan kepada Menteri / Pimpinan
Lembaga yang dimpinnya; dan (c) diserahkan kepada Gubernur / Bupati / Walikota
selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili
pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.62
Putusan dan tindakan yang dilakukan oleh DPR dengan mengesahkan
peraturan dana aspirasi merupakan perbuatan yang dibenarkan dalam UU MD3. Dan
tidak satu aturan pun yang dilanggar oleh karena itu program ini legal demi hukum
(legal standing).63
Yang paling penting untuk digaris bawahi adalah UP2DP adalah hak usul
anggota DPR yang diatur secara rinci dalam UUD MD3, Tata tertib DPR RI, serta
sesuai dengan UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Dalam Pasal 15
Ayat (3) UU Keuangan Negara dinyatakan bahwa: "DPR dapat mengajukan usul
61
UUD 1945, amandemen ke 4;
62 Undang-undang No. 17 tahun 2003, tentang Keuangan Negara;
63 http://m.antaranews.com/berita/503811/aspirasi-dpr-tentang-dana-aspirasi diunduh 22
desember 2016 pukul 22.30
44
yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam
Rancangan Undang-undang tentang APBN."
Salah satu tugas partai politik adalah menyalurkan aneka pendapat yang
berkembang dimasyarakat. Usulan kebijakan dimasukan dalam program partai untuk
diperjuangkan atau disampaikan kepada pemerintah agar dijadikan kebijakan umum,
dengan demikian tuntutan dan kepentingan masyarakat tersampaikan. Sedang dilain
pihak partai politik juga berfungsi untuk memperbincangkan dan meneyabar luaskan
rencana/kebijakan pemerintah. Sehingga terjadi arus informasi serta dialog dari atas
ke bawah dan dari bawah ke atas. Strategi komunikasi politik pada dasarnya
merupakan langkah-langkah dalam melakukan komunikasi politik berkaitan dengan
pembuatan, penyebarluasan, penerimaan, dan dampak-dampak informasi berkontek
politik, baik melalui interaksi antar manusia maupun media massa. Dan dari dasar-
dasar hukum yang ada, anggaran bisa tersalurkan sesuai peruntukannya, apalagi dana
Rp 20 miliar bukanlah angka yang kecil. Anggota DPR harus mensosialisasikan Dana
UP2DP ini kepada masyarakat. Supaya masyarakat tahu apa tujuan anggota dewan
terhadap UP2DP dan agar masyarakat ikut serta mengawasi dalam penerapan UP2DP
tersebut.
5. Mekanisme/Cara Kerja Dana UP2DP
Dana aspirasi merupakan dana yang dialokasikan oleh anggota dewan untuk
daerah pemilhannya guna mensejahterakan rakyat atau konstituennya. Dengan begitu
45
dana aspirasi tersebut dapat dikatakan sebagai balas budi anggota dewan terhadap
rakyatnya yang dianggap telah berhasil membawanya ke parlemen.
Rapat paripurna DPR pada 23 Juni 2015 sudah mengesahkan peraturan
tentang tata cara pengusulan program pembangunan daerah pemilihan atau dana
Aspirasi. Dana aspirasi dalam Program Pembangunan Daerah Pemilihan (UP2DP) itu
ialah perwujudan pasal 80 huruf J Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MPR,
DPR, DPD, dan DPRD yang berbunyi anggota DPR berhak mengusulkan dan
memperjuangkan program pembangunan daerah pemilihan. Sebagai upaya untuk
mendekatkan anggota DPR RI dengan masyarakat. Program itu sesuai dengan usulan
yang disampaikan oleh masyarakat di Dapil masing-masing Anggota DPR RI dimana
setiap anggota tidak memegang dana untuk pembangunan itu sendiri. Program ini
untuk memperkuat keterwakilan di dapil masing-masing sekaligus untuk membangun
transparansi dan akuntabilitas anggota DPR RI.64
Usulan masyarakat, Camat, Bupati dan Gubernur bisa melalui UP2DP.
Seluruh penggunaan anggaran tersebut akan diaudit oleh BPK dan diawasi oleh KPK.
Dari masyarakat melalui musyawarah rencana pembangunan (musrembang), yang
nantinya disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah kemudian
diteruskan ke pusat. Dan disusun pemerintah pusat agar masuk dalam rancangan
APBN. Usulan program pembangunan daerah pemilihan (UP2DP) tidak melanggar
cek and balance, maka fungsi DPR harus diperkuat dalam mengawasi pelaksanaan
64
https://nasional.sindonews.com/read/1016749/148/dpr-minta-pemerintah-pelajari-dana-
aspirasi-1435202479 diunduh 9 november 2016 pukul 18.55
46
APBN. Dengan adanya program yang diusulkan oleh anggota DPR di daerah
pemilihannya tersebut maka diharapkan penyebaran dan pemerataan pembangunan
dan program program yang dikeluarkan pemerintah bisa lebih menyebar merata
keseluruh pelosok tanah air. Dengan program itu para anggota dewan dapat benar-
benar mengerjakan tugas pengawasannya dengan baik.65
Para anggota dewan akan dipaksa berperan serta dan berpartisipasi aktif
mengawasi program tersebut. Pelaksanaannya didasarkan kepada proposal
masyarakat yang masuk ke anggota DPR. Mekanisme pengajuan dari anggota
tersebut juga harus dengan persetujuan fraksi masing-masing dari anggota DPR,
sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas anggota DPR dalam melakuan
pengawasan program pembangunan daerah khususnya di dapilnya.66
Dengan adanya dana aspirasi rakyat, anggota dewan dituntut untuk
memperbaiki kondisi daerah yang dinggap sudah memprihatinkan atau tertinggal,
sehingga dapat mengejar ketertinggalannya. Manfaat yang dapat diperoleh adalah
mulai dari perbaikan inftrastruktur daerah mulai dari perbaikan infrastruktur daerah
seperti mushola, jembatan, jalan dan fasilitas-fasilitas lainnya bahkan yang paling
mulia ialah dengan mengurangi pengangguran dan kemisikinan didaerah. Dengan
begitu, maka penggunaan dan peruntukkan dana tersebut harus tepat sasaran dan tepat
65
Wawancara penulis dengan bapak M. Hadrawi Ilham, jabatan sebagai wakil bendahara
umum, bidang hukum DPP PPP, Jakarta 22 Desember 2016
66 https://nasional.sindonews.com/read/1016749/148/dpr-minta-pemerintah-pelajari-dana-
aspirasi-1435202479 diunduh 9 november 2016 pukul 18.55
47
guna. Oleh kerena itu terdapat beberapa tindakan yang harus dilakukan diantaranya
ialah67
: Pertama, penyaluran dana aspirasi kepada lembaga yang tepat dan credible
serta bertanggung jawab, guna menghindari penyalahgunaan oleh oknum-oknum
yang tidak berhak, sehingga dana tersebut benar-benar aman keberadaannya.
Kedua, harus dibuatnya ketentuan atau aturan/petunjuk khusus cara
menggunakan dana aspirasi tersebut, agar sesuai prosedur yang bertanggung jawab,
baik untuk proses pencairan dana sampai kepada tahap penggunaan dana.
Ketiga, harus dibentuknya team pengawas atau pelibatan lembaga tertentu
dalam penggunaan dana, guna mengantisipasi penyalahgunaan oleh orang atau
kelompok yang tidak berwenang dan keempat, dibuatnya laporan
pertanggungjawaban penggunaan dana oleh pihak pelaksana dana, guna menjaga
kesesuaian aliran dana yang keluar dan yang tersisa untuk peruntukkan daerah
sebagaimana dimaksud.
6. Kritik Atas Dasar Dana UP2DP
Dana aspirasi tidak akan menjawab persoalan penyerapan aspirasi masyarakat
oleh wakilnya. Sebaliknya, dana aspirasi akan menimbulkan sejumlah masalah. Mulai
dari ketimpangan pembangunan hingga potensi penyalahgunaan. Oleh karena itu,
67 http://suluhbali.com/2013/12/artikel-dana-aspirasi-atau-program-aspirasi.html diunduh 15
maret 2015 pukul 11.57
48
Koalisi atau pihak kontra menyatakan penolakan usulan Dana Aspirasi oleh DPR RI.
Berikut 12 alasan penolakan tersebut68
:
1. Potensi Memperluas Ketimpangan Pembangunan.
Salah satu argumentasi DPR dalam mengusulkan dana aspirasi adalah
mempercepat pembangunan daerah. Padahal, dana aspirasi justru
bertentangan dengan semangat pemerataan pembangunan. Usulan tersebut
jelas tidak sejalan dengan rencana pembangunan nasional yang
menempatkan persoalan ketimpangan pembangunan, khususnya antara
kawasan barat dan kawasan timur Indonesia, sebagai isu utama.
Alasannya, dana aspirasi akan melekat pada setiap anggota DPR. Artinya,
besaran dana aspirasi di setiap provinsi bergantung pada berapa banyak
anggota DPR yang berasal dari dapil dalam provinsi tersebut. Konsekuensi
logis dari dana aspirasi adalah memperlebar kesenjangan pembangunan
sehingga pembangunan antar wilayah semakin timpang. Sebaran anggota
DPR per provinsi, dapat dilihat sebagai berikut : Dari sebaran anggota DPR
per provinsi diatas, dapat disimpulkan bahwa dana aspirasi akan banyak
mengalir pada provinsi-provinsi dengan dengan jumlah kursi terbanyak di
DPR. Pulau Jawa dengan total 306 kursi sangat mendominasi. Padahal,
rencana pembangunan nasional tengah memprioritaskan percepatan
68
https://m.antikorupsi.org/id/content/berpotensi-bermasalah-12-alasan-dana-aspirasi-dpr-
harus-ditolak diunduh 11 januari 2017 pukul 11.29
49
pembangunan di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan
Papua.
2. Potensi Menimbulkan Calo Anggaran.
Dengan adanya dana aspirasi, fungsi DPR secara tidak langsung bertambah,
yaitu sebagai middle man atau calo anggaran. Dilihat dari rencana
penyaluran dana aspirasi, peran DPR adalah “pengantar” proposal
konstituen di dapilnya masing-masing. Dalam hal ini, DPR tidak hanya
menjadi middle man tunggal. Dikhawatirkan, dana aspirasi juga akan
menciptakan calo-calo anggaran lain yang akan memenuhi Rumah Aspirasi
DPR di daerah untuk “menyalurkan aspirasi” dalam bentuk proposal
permohonan dana aspirasi. Kekhawatiran ini mengacu kepada berbagai
macam modus korupsi anggaran yang sudah diungkap oleh penegak hukum
selama ini.
3. Fungsi Baru DPR Dalam Penyaluran Dana Aspirasi Akan Mengganggu
Fungsi DPR Yang Lainnya.
Dana aspirasi akan melahirkan fungsi dan tanggung jawab kerja baru bagi
DPR. Padahal, DPR telah mempunyai fungsi dengan turunan kerja yang
cukup padat. Pada fungsi legislasi, misalnya. DPR mempunyai target RUU
dalam prolegnas yang harus disahkan setiap tahunnya. Dalam fungsi
pengawasan, DPR tidak hanya melakukan pengawasan terhadap APBN
tetapi juga pelaksanaan UU dan kebijakan pemerintah lainnya. Oleh karena
50
itu, dana aspirasi dikhawatirkan akan membuat kuantitas dan kualitas
kinerja DPR dalam fungsi pokok yang telah diatur UU menurun.
4. Mengacaukan Sistem Anggaran Berjalan dan Tumpang Tindih dengan
Anggaran Lain.
Anggaran disalurkan untuk mewujudkan rencana pembangunan dan
kebutuhan masyarakat, baik ditingkat desa dengan APBDes, ditingkat
daerah dengan APBD, ataupun ditingkat nasional dengan APBN. Karena
itulah anggaran direncanakan dengan melihat rencana pembangunan dan
usulan masyarakat yang dimulai dengan musrenbang desa hingga
pembahasan di DPR (pembahasan bertahap).
Dana aspirasi yang diharapkan akan menjawab aspirasi konstituen DPR di
dapil sangat rawan bersinggungan dengan anggaran yang telah disusun baik
oleh desa, kabupaten/ kota, provinsi, bahkan nasional. Selain itu, akan sulit
pula melihat atau mengukur efektifitas dana aspirasi pada suatu daerah
karena tidak didasari pada data dan rencana yang jelas.
Anggaran yang efektif untuk pembangunan tentu tidak dapat serta merta
dialokasikan hanya dengan mempertimbangkan aspirasi konstituen DPR di
dapil masing-masing tanpa melihat rencana pembangunan dan data-data
yang menjadi dasar kebutuhan masyarakat.
5. Potensi Penyalahgunaan atau Korupsi Dana Aspirasi.
Akibat perencanaan pengalokasiannya yang tidak jelas, dana aspirasi
dikhawatirkan menjadi sumber baru korupsi yang berlansung secara massif.
51
Dana aspirasi sangat potensial menyuburkan “proyek fiktif” berjudul
aspirasi yang diaktori oleh anggota DPR bersama dengan kroninya di dapil
masing-masing.
Proyek fiktif, baik berbentuk pembangunan, penyelenggaraan kegiatan, atau
pengadaan fiktif, merupakan salah satu modus korupsi yang banyak terjadi,
baik dalam APBN ataupun APBD. Dengan sistem yang berjalan sekarang
saja, korupsi di sektor penganggaran sangat banyak terjadi, maka potensi
penyimpangan yang lebih besar sangat mungkin terjadi dalam dana aspirasi.
Modus yang paling potensial terjadi adalah kick back terhadap program
tertentu dengan cara memperdagangkan pengaruh (trading in influence)
terhadap alokasi dana yang “dipegang” oleh masing-masing anggota.
6. Bertentangan Dengan UU NO.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
Dalam pasal 12 UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
ditegaskan bahwa RAPBN disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan negara dan penyusunan tersebut berpedoman
pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Artinya, APBN adalah domain
pemerintah, bukan DPR. Dana aspirasi akan membuat DPR sebagai
lembaga legislatif masuk terlalu jauh ke ranah eksekutif.
7. DPR Tidak Mempunyai Hak Mengalokasikan Anggaran.
Fungsi anggaran DPR telah dijelaskan dalam UU No. 17 tahun 2014. Dalam
pasal 70 ayat 2 disebutkan bahwa fungsi anggaran DPR dilaksanakan untuk
membahas dan memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan
52
terhadap rancangan atau UU tentang APBN yang diajukan oleh Presiden.
Untuk menyikapi, menyalurkan, dan menindaklanjuti aspirasi
konstituennya, anggota DPR berhak mengajukan usulan rancangan undang-
undang. Bukan dengan menggoalkan proposal konstituen untuk
pembangunan atau kegiatan lainnya.
Dalam penentuan dana transfer daerah, usulan anggota berdasarkan aspirasi
dapil juga dapat diusulkan. Kemudian, Badan Anggaran menerima,
membahas, dan mengintegrasikan usulan tersebut kepada komisi terkait.
DPR dapat memanfaatkan hak ini untuk menyampaikan dan
memperjuangkan aspirasi konstituennya untuk masuk dalam program
pemerintah. Bukan kemudian mengambil jalan pintas dengan jalur dana
aspirasi.
8. Bias Fungsi Pengawasan.
Selain fungsi legislasi dan anggaran, DPR memiliki fungsi pengawasan.
Fungsi pengawasan tersebut juga termasuk dilakukan terhadap keuangan
negara (pelaksanaan APBN). Dengan adanya dana aspirasi, fungsi
pengawasan DPR menjadi bias dan lemah. Pertanyaan sederhananya,
bagaimana DPR dapat menjalankan fungsi pengawasannya dengan optimal,
apabila DPR telah berbenturan dengan objek yang diawasi
9. Pemborosan Anggaran (Anggaran Tidak Efektif).
Dalam konsep dana aspirasi, besaran anggaran telah terlebih dahulu ada
sebelum ada usulan program atau kegiatannya. Hal ini dikhawatirkan akan
53
berujung pada pemborosan anggaran atau anggaran dialokasikan tidak
efektif, tidak tepat sasaran, dan tidak sesuai kebutuhan. Terlebih lagi, daerah
telah mempunyai anggarannya sendiri-sendiri, dimulai dari anggaran desa,
kabupaten/ kota, hingga provinsi.
10. Tidak Jelasnya Mekanisme DPR dalam Menghimpun Aspirasi Masyarakat.
Dalam pasal 210 UU No. 17 tahun 2014 disebutkan bahwa dalam
pembukaan ruang partisipasi publik, anggota DPR dapat membuat Rumah
Aspirasi. Namun hingga saat ini, tidak jelas bagaimana DPR
mengimplementasikan sistem menghimpun aspirasi masyarakat tersebut.
Apabila dana aspirasi disetujui, bagaimana DPR menghimpun aspirasai
masyarakat, termasuk pertimbangan keadilan dan pemerataan, akan menjadi
pertanyaan penting yang harus dijawab dengan aturan yang jelas.
11. Semakin Membebani APBN.
Problem nyata yang akan terjadi jika dana aspirasi disetujui adalah akan
semakin terbebaninya APBN untuk memenuhi kebutuhan politik para
politisi DPR di dapil (dalam menjawab aspirasi konstituen di dapil). Bukan
tidak mungkin hutang negara akan bertambah untuk ini. Atau potensial
lainnya anggaran di Kementrian atau Lembaga Negara lain akan dikurangin
untuk dialihkan kepada anggaran dana Aspirasi. Padahal, masih banyak
sektor penting berbasis kebutuhan utama masyarakat yang belum terpenuhi.
Misalnya pemerataan pelayanan kesehatan dan pendidikan.
12. Potensial Digunakan Sebagai Mesin Politik Patronase Anggota DPR.
54
Dana aspirasi lebih mengarah pada kebijakan publik yang bersifat populis
dan dirancang untuk mendukung dan mempertahankan kekuasaan atau yang
biasa disebut dengan pork barrel. Dalam hal ini, DPR sebaiknya belajar dari
pengalaman Filipina yang pernah melembagakan pork barrel. Setiap
anggota House of Representative di Filipina mendapat 12,5 juta peso dan
untuk senator sebesar 18 juta peso sebagai “amunisi” untuk membina daerah
pemilihan dan konstituennya. Dana tersebut dapat digunakan untuk jenis
pekerjaan umum dan pembangunan. Sayangnya, dana tersebut banyak
digunakan untuk kepentingan politik, menjaga mesin politik patronase, dan
mengikat dukungan konstituen. Alokasi dana tersebut kemudian disadari
tidak sesuai dengan kebutuhan lokal masyarakat (ICW, 2010).
Dari 12 permasalahan diatas, Dana Aspirasi yang diusulkan oleh anggota
DPR dikhawatirkan akan menjadi masalah baru yang justru menyuburkan korupsi,
memperluas ketimpangan pembangunan antar daerah, mengacaukan anggaran, dan
merosotkan kinerja DPR. Kemudian, DPR tidak mempunyai hak mengalokasikan
anggaran, bias fungsi pengawasan, tidak jelasnya mekanisme DPR dalam
menghimpun aspirasi, semakin membebani APBN, dan potensial digunakan sebagai
mesin politik patronase anggota DPR. Itulah yang menjadi kelemahan anggota DPR
dalam program UP2DP tersebut.
Tetapi semua kritikan itu sudah terjawab semua dengan diterimanya
mekanisme atau tata cara pengusulan program UP2DP pada sidang Paripurna DPR,
55
selasa 23 Juni 2015 lalu. Karena ini merupakan amanah Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2014 tentang MD3, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
42 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Pasal
80 huruf (j), anggota DPR berhak mengusulkan dan memperjuangkan program
pembngunan didaerah pemilihannya. Jadi tidak ada lagi kekhawatiran masyarakat
terhadap program UP2DP. Karena sidang paripurna DPR tanggal 23 Juni 2015 sudah
menjelaskan detail dari program UP2DP tersebut.
56
BAB IV
PANDANGAN PARTAI POLITIK ISLAM TENTANG UP2DP
1. Pandangan partai PKS dan PPP terhadap UP2DP
Kontroversi dari dalam gedung legislatif kembali mencuat. Kali ini yang
menjadi sumber perdebatan adalah adanya usulan dana aspirasi sebesar Rp 20 miliar
yang diambil dari APBN 2016 untuk masing-masing anggota DPR. Usulan dana
tersebut dibuat dengan tujuan untuk pengembangan dan pembangunan daerah
pemilihan (dapil) masing-masing anggota dewan. Namun demikian, pro dan kontra
mewarnai adanya usulan dana tersebut.69
Dana aspirasi yang ditujukan kepada setiap anggota DPR sebesar Rp 20 miliar
per tahun akan menciptakan ketidakadilan. Hal ini merujuk fakta bahwa salah satu
provinsi, seperti Jawa Barat, diwakili 91 orang dalam DPR. Adapun provinsi seperti
Maluku Utara diwakili tiga orang. Maka dengan demikian pengenbangan dan
pembangunan daerah tetap tidak akan merata. Selain itu, dana aspirasi tersebut
berpotensi diselewengkan.70
Menurut Fraksi PPP Hadrawi mengungkapkan, Sebenarnya bukan begitu.
Semua daerah pasti terwakili, karena tidak ada satu pun daerah di indonesia yang
69
http://www.jurnalmetro.com/analisis-dana-aspirasi-20-miliar-rupiah diunduh 26 Januari
pukul 14.22
70 http://www.jurnalmetro.com/analisis-dana-aspirasi-20-miliar-rupiah diunduh 26 Januari
pukul 14.22
57
tidak punya wakil di DPR, makanya di bentuk daerah pemilihan. Untuk satu dapil itu
bisa dua kabupaten, bisa satu kabupaten kota, bisa empat kabupaten kota. Tergantung
penduduknya dan jumlah kursi yang diperebutkan di daerah tersebut. Inilah peran
wailk raykat di DPR. Jadi tidak mungkin ada yang tidak terwakili. Umpamanya satu
provinsi hanya 3 orang atau 3 kursi perwakilan di DPR, dan 3 orang itulah yang
berkewajiban memperjuangkan aspirasi masyarakat di provinsi itu. Lain lagi kalau
Cuma DPRD provinsi, yang hanya berlaku di provinsi tersebut.71
Hadrawi menambahan bahwa kalau dimasyarakat itu ada istilah musyawarah
rencana pembangunan (MUSRENBANG). Itu dari RT RW sampai desa bertingkat ke
atas yang nantinya disusun oleh BAPEDA (badan perencanaan pembangunan daerah)
dan diteruskan ke pusat. Kemudian disusun pemerintah pusat agar masuk dalam
rancangan APBN. Munculah angka-angka itu. Jadi pemerintah pusat tidak tahu kalau
tidak ada musyawarah rencana pembangunan. Dan itu tidak bisa di protes jikalau
memang belum turun, karena pemerintah juga harus lihat. Mana yang harus
didahulukan.72
Terlepas dari itu semua, sebelumnya banyak yang melontarkan pendapat dari
masing-masing partai mengenai Dana Aspirasi (UP2DP), dari yang menolak program
pembangunan dapil ini, hingga yang setuju adanya UP2DP tersebut. Seperti halnya
beberapa partai politik islam di indonesia yang setuju dengan adanya program
71
Wawancara penulis dengan bapak M. Hadrawi Ilham, jabatan sebagai wakil bendahara
umum, bidang hukum DPP PPP, Jakarta 22 Desember 2016 72
Wawancara penulis dengan bapak M. Hadrawi Ilham, jabatan sebagai wakil bendahara
umum, bidang hukum DPP PPP, Jakarta 22 Desember 2016
58
pembangunan daerah atau UP2DP. Mengungkapkan bahwa Dana Aspirasi (UP2DP)
adalah dana yang diambil dari APBN yang mana sebelumnya telah disepakati
bersama setiap partai atau anggota DPR RI. Kami setuju sepanjang itu untuk
kepentingan umat dan bangsa pasti itu kami dukung, tetapi kalau bukan untuk
kepentingan umat kami menolak dengan tegas. Makanya harus kita lihat dari aspek
politik terdahulu kemudian baru apek kepentingan masyarakat. Sebab kita disana kan
sebagai wakil rakyat. Meskipun memang itu lewat partai politik, tetapi ketika sudah
disana (DPR) suaranya jadi suara rakyat. Sekali lagi sepanjang itu untuk kepentingan
masyarakat PPP mendukung adanya UP2DP itu. Apa lagi kalau kepentingan umat.
Antara umat dengan masyarakat kan beda. kalau bicara rakyat kan secara global,
tetapi kalau bicara umat kan khusus (muslim). Memang terjadi tarik-menarik antara
yang pro dan kontra. Soal besaran biayanya itu persoalan lain.73
Begitu juga dengan partai PKS yang mengungkapkan pendapatnya bahwa
dana aspirasi itu berangkat dari aspirasi rakyat yang diterima oleh anggota DPR RI.
PKS sangat mendukung dengan adanya UP2DP ini, yang terpenting adalah
transparan dalam penerapannya. Yang menjadikan pro kontra kan seperti itu, karena
ditakutkan terjadi penyelewengan dalam penerapannya. Dari APBN angka sudah
disepakati, setelah sampai di derah berubah jadi berkurang.74
73
Wawancara penulis dengan bapak M. Hadrawi Ilham, jabatan sebagai wakil bendahara
umum, bidang hukum DPP PPP, Jakarta 22 Desember 2016 74
Wawancara penulis dengan bapak Andi Akmal Pasluddin jabatan sebagai komisi IV DPR
RI Fraksi PKS, Jakarta 2 Desember 2016
59
Penyebab pro kontra itu sendiri apabila dilihat dari segi pandangan politiknya
yang biasanya berbeda. Kemudian bagaimana penggunaan, mekanisme dan sistemnya
dana UP2DP seperti apa?. Biasanya pembahasan itu alot mana kala adanya
kepentingan kelompok yang lebih menonjol. Dan untuk mengatasi terjadinya pro
kontra menurut Hadrawi apabila di dalam anggota dewan itu ada semacam lobi-lobi
politik, antar anggota, antar fraksi. Apabila di komisi itu terjadi perdebatan alot nanti
ada lobi-lobi antar fraksi. Jadi anggota dewan yang ngotot kontra itu diarahkan oleh
fraksinya, itu mekanismenya.75
Namun demikian, walau mendapat kecaman dari berbagai pihak, pada
akhirnya usulan dana aspirasi tersebut tetap disahkan. Rapat paripurna DPR, pada
Selasa, 23 Juni 2015 mengesahkan Peraturan DPR tentang tata cara pengusulan
pembangunan daerah pemilihan (UP2DP) atau dana aspirasi. Andi Akmal memiliki
alasan mengapa usulan dana aspirasi tersebut disahkan. Menurutnya, program dana
aspirasi ini sudah sesuai dengan amanat Undang-Undang tentang MPR, DPR, DPD,
dan DPRD yang mewajibkan anggota DPR terpilih menjadi penyambung lidah rakyat
yang diwakilinya. Tak ada ketentuan UU yang dilanggar. Lebih lanjut Andi
menegaskan bahwa nggota DPR nantinya tidak akan memegang langsung dana
sebesar Rp 20 miliar ini. Dana akan diusulkan DPR untuk masuk ke APBN yang
kemudian akan diteruskan ke APBD. Jika dana Rp 20 miliar tak habis terserap dalam
75
Wawancara penulis dengan bapak M. Hadrawi Ilham, jabatan sebagai wakil bendahara
umum, bidang hukum DPP PPP, Jakarta 22 Desember 2016
60
satu tahun, maka dana itu akan kembali masuk ke kas negara. Jadi yang saya luruskan
ini bukan lantas Rp 20 miliar dibagi-bagi ke anggota DPR, ujarnya.76
2. Pork Barrel Menurut Partai Politik Indonesia
Jagat politik Indonesia kembali digemparkan oleh Partai Golkar yang selama
lima tahun berjuang atas Usulan Program Pembangunan Daerah Pemilihan atau yang
dikenal dengan Dana Aspirasi, dan akhirnya diterima pada sidang Paripurna DPR,
Selasa 23 Juni 2015, yang hanya dihadiri 315 dari 560. Usulan Dana Aspirasi dengan
setiap anggota DPR RI memperoleh Rp 20 miliar per daerah pemilihan itu sempat
mengundang sejumlah reaksi dari berbagai kalangan di Indonesia, apalagi rentetan
drama politik yang dipertontonkan para legislator di Senayan tak pernah sepi dari
kontroversi.77
Usulan dana aspirasi itu sebetulnya bukan hal yang baru. Di Amerika Serikat
praktik ini dikenal sebagai pork barrel politics. Istilah pork barrel berawal di bagian
selatan Amerika sebelum Perang Sipil. Setelah perang sipil berakhir, istilah itu
menjadi sesuatu yang mengandung konotasi yang negatif terkait dengan perilaku
politisi yang menggunakan uang negara untuk kepentingan politiknya dan tidak
semata-mata untuk kepentingan rakyat yang diwakilinya. Banyak kasus yang terjadi
76
Wawancara penulis dengan bapak Dr. H. Andi Akmal Pasluddin, SP, M. M. jabatan sebagai
komisi IV DPR RI Fraksi PKS, Jakarta 2 Desember 2016
77
http://nasional.kompas.com/read/2015/06/25/1507009/Pecah.Kongsi.karena.Dana.Aspirasi
diunduh 23 februari 2017 pukul 11.40
61
di Amerika Serikat sendiri dengan beberapa proyek memakan anggaran yang
sebetulnya tidak wajar. Bukan tidak mungkin hal yang sama akan terjadi di Indonesia
jika benar-benar usulan dana aspirasi ini disahkan.78
Dalam hal Dana Aspirasi di Indonesia partai politik diindonesia tidak
memungkiri dengan makna yang terkandung dalam pork barrel. Dana Aspirasi dan
pork barrel itu hampir sama maknanya, sama-sama dari legislatif yang anggarannya
diambil dari APBN. Tetapi jangan disamakan kasus-kasus yang terjadi di Amerika.
Yang ditakutkan masyarakat memang seperti itu, anggapan seperti itu justru salah,
Dana Aspirasi juga di awasi bersama dengan melibatkan BPK, KPK, bahkan rakyat
ikut serta dalam program yang dicanangkan oleh anggota DPR tersebut.79
Lanjut lagi menurut partai PPP, bahwa itu merupakan bagian dari hak budget
DPR sehingga usulan itu dianggap tidak menyalahi aturan main. Kemudian, dana
aspirasi diarahkan untuk kawasan-kawasan yang selama ini tertinggal dan tidak
tersentuh pembangunan. Masih banyak daerah yang tertinggal yang harus kita
bangun. Kita pilihan rakyat dan diamanahkan oleh rakyat. Semua anggaran diarahkan
untuk menyejahterakan rakyat dan memenuhi hak-hak dasar rakyat seperti pendidikan
dan kesehatan. Demikian juga perencanaan pembangunan yang meski kini sudah ada
78
http://nasional.kompas.com/read/2015/06/25/1507009/Pecah.Kongsi.karena.Dana.Aspirasi
diunduh 23 februari 2017 pukul 11.40 79
Wawancara penulis dengan bapak M. Hadrawi Ilham, jabatan sebagai wakil bendahara
umum, bidang hukum DPP PPP, Jakarta 22 Desember 2016
62
upaya perbaikan dengan menggelar musrenbang dari daerah hingga ke pusat, untuk
mendukung terciptanya kesejahteraan rakyat.80
Oleh karena itu dalam hal penyaluran dana aspirasi ini masyarakat
diikutsertakan mengawasi secara aktif dalam penggunaan anggaran oleh anggota
DPR dalam berbagai pembangunan agar benar-benar tepat sasaran, ikut berkontribusi
memberikan masukan yang konstruktif yang berasal benar-benar dari realitas
lapangan dan bukan hanya untuk kepentingan politik sesaat. Negara ini memerlukan
kerja yang ekstra keras mengingat masih banyak rakyat yang belum bisa menikmati
sepenuhnya dampak dari pembangunan.81
3. Respon Terhadap Kritik Dana UP2DP
Sejak dilantik menjadi anggota DPR, wakil rakyat di Senayan tak berhenti
menggulirkan gagasan yang cenderung kontroversial dan mengundang kritik.
Berbagai pihak langsung saja mengecam tetapi sebagian lainnya mendukung
khususnya bagi anggota DPR sendiri. Gagasan yang mengundang kontroversi ini
digulirkan Fraksi Partai Golkar. Fraksi terbesar kedua setelah Fraksi Partai Demokrat
ini mengusulkan agar APBN 2016 mengalokasikan dana aspirasi Rp 20 miliar per
80
Wawancara penulis dengan bapak M. Hadrawi Ilham, jabatan sebagai wakil bendahara
umum, bidang hukum DPP PPP, Jakarta 22 Desember 2016
81
Wawancara penulis dengan bapak M. Hadrawi Ilham, jabatan sebagai wakil bendahara
umum, bidang hukum DPP PPP, Jakarta 22 Desember 2016
63
anggota untuk daerah pemilihannya. Dana itu dimaksudkan untuk membantu
memenuhi kebutuhan pembangunan bagi penduduk di dapilnya. 82
Dari kritikan itulah parpol pendukung dana UP2DP khususnya PPP dan PKS
menjawab kritikan-kritikan yang ada terhadap UP2DP yaitu, sebenarnya hanya
persepsi saja, karena sesungguhnya dengan sistem sekarang. Dulu sistem
pemerintahannya itu kan sentralisasi berubah menjadi desentrlisasi. Daerah itu punya
hak otonom, untuk mengelola daerah itu sendiri. Tetapi kalau istilah calo itu dari dulu
memang sudah ada. Tetapi itu semua tergantung daerahnya. Pemerintah daerah itu
kan punya perwakilan di pusat yaitu DPD dan DPR.83
Publik beramai-ramai menghujat DPR yang telah mengesahakan dana aspirasi
mulai dari rakyat biasa sampai para elit. Ungkapan yang muncul mulai dari perampok
uang rakyat, penipu dan lain sebagainya. Sejatinya itu merupakan sikap yang wajar
dari demokrasi kita, terutama ditujukkan terhadap lembaga Negara sekelas DPR yang
dinilai memiliki citra negatif jika dibandingkan dengan lembaga Negara lainnya.
Persepsi yang digunakan sebagai bagian dari kebenaran dalam melihat dan menilai
sesuatu. Karena publik berpandangan jika cacat satu kali, maka ia akan cacat untuk
selamanya. Persepsi demikan tidaklah menjadi penuntun kita untuk selamanya dalam
melihat sesuatu, bukankah baik dan buruk itu ranah etika sedangkan salah dan benar
itu ranah hukum. Oleh kerena itu, keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh DPR
82
http://www.jurnalmetro.com/soal-dana-aspirasi-dpr-serahkan-ke-pemerintah/ oleh Arif
Effendi diunduh 28 Januari pukul 16.52 83
Wawancara penulis dengan bapak Dr. H. Andi Akmal Pasluddin, SP, M. M. jabatan sebagai
komisi IV DPR RI Fraksi PKS, Jakarta 2 Desember 2016
64
dengan mengesahakan peratuarn dana aspirasi merupakan perbuatan yang dibenarkan
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan (UU MD3) dan tidak satu peraturan
pun yang dilanggar, terlepas bukan fungsinya itu persoalan lain. Pertentangan,
penolakan dan sikap tidak setuju selalu terdapat didalamnya, namun sikap bijaksana
tetaplah megiringi dalam setiap pandangan kita. Perbedaan dan kecurigaan terhadap
penyaluran dana aspirasi harus diantisipasi dan ditemukan formulasi yang tepat, agar
penggunaannya tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.
Berdasarkan UU No.17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3)
menjadi rujukan terkait dana aspirasi. Dan kami tetap memegang teguh pada
Pancasila yaitu Sila ke–4 yakni Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan. Oleh kerena itu, keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh DPR dengan mengesahakan peratuarn dana aspirasi merupakan
perbuatan yang dibenarkan dalam ketentuan peraturan.84
Sedangkan untuk keadilannya ya pasti adil, karena merata. Semua daerah
pasti terwakili, karena tidak ada satu pun daerah di Indonesia yang tidak punya wakil
di DPR, makanya di bentuk daerah pemilihan. Untuk satu dapil itu bisa dua
kabupaten, bisa satu kabupaten kota, bisa empat kabupaten kota. Tergantung
penduduknya dan jumlah kursi yang diperebutkan di daerah tersebut. Inilah peran
wailk raykat di DPR. Jadi tidak mungkin ada yang tidak terwakili. Umpamanya satu
provinsi hanya 3 orang atau 3 kursi perwakilan di DPR, dan 3 orang itulah yang
84
Wawancara penulis dengan bapak H. Arsul Sani, jabatan sebagai Sekjen DPP PPP, Jakarta
22 Desember 2016
65
berkewajiban memperjuangkan aspirasi masyarakat di provinsi itu. Lain lagi kalau
Cuma DPRD provinsi, yang hanya berlaku di provinsi tersebut.85
Dana aspirasi yang diharapkan akan menjawab aspirasi konstituen DPR di
dapil tidak akan bersinggungan dengan anggaran yang telah disusun baik oleh desa,
kabupaten/kota, provinsi, bahkan nasional. Karena ini ada di bahas bersama-sama
pemerintah pusat dan daerah. Dana Aspirasi ini tidak akan menimbulkan
penyelewengan karena program ini bersifat transparan, bahkan masyarakat berhak
tahu dan ikut serta mengwasi program dari anggota DPR ini.86
4. Analisis Komunikasi Politik Partai politik Islam Tentang UP2DP
Demokrasi yang dianut negara Indonesia yaitu, kita sebagai warga negara
diberi kebebasan dalam menyalurkan aspirasi maupun pendapat, karena sudah
dijamin oleh undang-undang. Pada hakekatnya demokrasi berasal dari rakyat, oleh
karena itu suara rakyat sangat diperhitungkan dan menjadi bagian dalam
pemerintahan. Cara yang bisa ditempuh dalam menyampaikan aspirasi dan pendapat
adalah dengan melalui partai politik yang diwakilkan lewat DPR (Dewan Perwakilan
Rakyat). Namun masih sering kita dihadapkan pada kenyataan bahwa lembaga
perwakilan politik ini tidak mampu mengakomodasi semua aspirasi & tuntutan dari
masyarakat, karena disibukkan dengan urusan partainya sendiri. Hal ini dapat dilihat
85
Wawancara penulis dengan bapak H. Arsul Sani, jabatan sebagai Sekjen DPP PPP, Jakarta
22 Desember 2016 86
Wawancara penulis dengan bapak Dr. H. Andi Akmal Pasluddin, SP, M. M. jabatan sebagai
komisi IV DPR RI Fraksi PKS, Jakarta 2 Desember 2016
66
dari ketidakmampuan DPR dalam mengkritisi kebijakan dari pemerintah yang tidak
pro-rakyat. Sehingga masyarakat pun melakukan demonstrasi baik itu mahasiswa,
maupun para buruh agar aspirasi mereka dapat didengarkan langsung.
Partai politik harus dapat menampung aspirasi, dinamika, dan gejala-gejala
yang umumnya timbul di masyarakat, sehingga dapat mencegah / meminimalisir hal-
hal yang tidak diinginkan. Selanjutnya partai politik merumuskan aspirasi tersebut
menjadi suatu usulan, berupa kebijaksanaan yang nantinya diajukan kepada
pemerintah agar menjadi kebijaksanaan publik. Kemudian partai politik harus
melakukan sosialisasi / memberi arahan kepada masyarakat tentang kebijakan yang
diambil oleh pemerintah agar masyarakat paham. Partai politik juga harus selalu
berupaya untuk turun langsung ditengah-tengah masyarakat agar bisa tahu apa yang
menjadi keinginan rakyat.
Media komunikasi menjadi pusat perhatian penguasa sebagai alat untuk
mendapat legitimasi rakyat di dalam memperkuat kedudukan penguasa melalui
informasi-informasi yang disampaikan. Dalam menyampaikan komunikasi politik
para komunikator politik menggunakan saluran komunikasi politik dan saluran
komunikasi persuasif politik yang memiliki kemampuan menjangkau lapisan
masyarakat, bangsa, dan negara.
67
Tipe-tipe saluran kominikasi politik yang dimaksud meliputi:
1. Komunikasi massa
Adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator politik kepada
komunikan (khalayak) melalui media komunikasi massa, seperti surat kabar, radio,
televisi. Dengan komunikasi massa ini juga masyarakat akan tahu mengenai dana
usulan program pembangunan daerah pemilihan (UP2DP), dan masyarakat tidak akan
berasumsi kalau dana itu akan diselewengkan. Karena masyarakat ikut andil dalam
pengawasan, penerapan dan penggunaan dana UP2DP tersebut melalui media massa
surat kabar, radio, bahkan televisi.
2. Komunikasi Interpersonal
Adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
(khalayak) secara langsung atau tatap muka (face to face). Contohnya dialog, lobby,
komfrensi tingkat tinggi (KTT), temui publik, rapat umum, konfrensi pers, dan lain-
lain. Dengan sosialisasi dengan terjun langsung akan sangat aman dan jelas tanpa ada
rasa yang penyelewengan dari anggota DPR dalam terealisasikannya aspirasi rakyat.
3. Komunikasi Organisasi
Adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator politk kepada
komunikan (khalayak) atau komunikasi vertikal (dari atas ke bawah) dan horizontal
(dari kiri ke kanan) sejajar. Contohnya komunikasi antar sesama atasan, dan
68
komunikasi sesama bawahan (staf), serta komunikasi berperantara (pengedaran
memorandum, sidang, konvensi, buletin, news letter, lokakarya). Anggota dewan
harus saling berkomunikasi dengan baik dengan presiden, selaku eksekutif untuk
menyetujui usulan program pembangunan daerah pemilihan (UP2DP) yang diajukan
oleh anggota dewan. Begitu juga sesama anggota dewan, atau sesama fraksi harus
satu tujuan dan satu pengertian dalam membentuk program dana aspirasi.
Kini perseteruan politik kembali muncul yang bersumber dari UU MD3,
khususnya pada pasal mengenai Usulan Program Pembangunan Daerah Pemilihan
(UP2DP) atau lebih dikenal dengan dana aspirasi. Nilai dana aspirasi
menggemparkan publik, yaitu Rp20 miliar per anggota per tahun sehingga jumlah
totalnya sekitar Rp11,2 triliun. Dengan dana aspirasi itu, publik sedang menyoroti
bahwa anggota DPR akan menggenggam dana begitu besar untuk daerah
pemilihannya. Berbagai kecaman, kritikan, dan tuduhan diarahkan ke DPR RI.
Apalagi dalam sidang paripurna DPR, dalam merancang mekanisme penggunaan
dana itu telah disetujui oleh mayoritas fraksi. Persetujuan atas mekanisme
penggunaan dana aspirasi itu semakin memicu sorotan tajam kepada DPR.87
Usulan Program Pembangunan Daerah Pemilihan (UP2DP) atau dikenal
dengan dana aspirasi akhirnya sah menjadi bagian diperaturan DPR. Meski banyak
87
http://jurnal.selasar.com/politik/menanti-keputusan-akhir-dana-aspirasi oleh Hendriq
Fauzan Kusfanto diunduh 22 november 2016 pukul 19.11
69
catatan keberatan dari sejumlah perwakilan fraksi, dana aspirasi DPR tetap disahkan
dalam sidang paripurna DPR, dengan persetujuan dari tujuh fraksi.
Tabel Pro Kontra Partai Politik Terhadap dana UP2DP
NO PRO KONTRA
1
2
3
4
5
6
7
PARTAI GOLKAR
PARTAI GERINDRA
PAN
PKS
PARTAI DEMOKRAT
PKB
PPP
PDIP
PARTAI NASDEM
PARTAI HANURA
Pembahasan terkait dengan pengesahan peraturan tentang usulan program
pembangunan daerah pemilihan (UP2DP) atau yang disebut dengan dana aspirasi
DPR telah berlangsung pada hari selasa tanggal 23 Juni 2015 lalu digedung Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Dengan begitu, pro kontra tak dapat dihindari yang mana
terdapat perbedaan pendapat dari beberapa fraksi partai yang menolak dana aspirasi.
Partai yang menolak berasal dari partai pendukung pemerintah (KIH) ialah, PDIP,
Partai Nasdem, dan Partai Hanura. Walaupun pada akhirnya penolakan yang
dilakukan oleh ketiga fraksi tersebut tidak memberikan dampak positif untuk tidak
70
disahkannya dana aspirasi yang dimaksud. Oleh karena itu paripurna yang dilakukan
berjalan dengan lancer dan sesuai rencana sebagian mayoritas anggota dewan.88
Ada beberapa alasan kenapa partai politik dengan perolehan kursi terbawah di
DPR menolak program UP2DP.
Pertama, partai tersebut takut akan stagnan perolehan suara mereka pada
Pemilu 2019. Partai yang setuju UP2DP akan lebih aktif sosialisasi dengan dapilnya.
Sosialisasi UP2DP di dapil yang dilakukan oleh banyak partai membuat mereka bisa
memperkuat basis konstituennya dengan program pembangunan. Sehingga
masyarakat di dapil menjadi lebih diperhatikan aspirasinya. Maka anggota DPR
menjadi kuat fungsi representasinya di dapil. Anggota DPR yang aspiratif dan rajin
memperhatikan dapil menjadi upaya yang sah secara konstitusional, ikut dalam
memperkuat lembaga DPR. Bagi partai yang jumlah anggota DPR nya tidak banyak,
ini tentu akan menjadi penghalang bagi mereka memperlebar basis dukungan.
Kedua, partai papan bawah takut bersaing dengan partai lain yang jumlah
anggota DPR lebih banyak dan aktif sosialisasi. Partai papan bawah tentu ingin
memperluas basis dukungannya supaya bertambah di Pemilu 2019. Adanya UP2DP
ini bisa jadi penghalang. Untuk menggagalkan program UP2DP yang didasarkan
pada kepentingan rakyat yang berbasis dapil, mereka melakukan berbagai cara dan
upaya. Isu yang dihembuskan pertama adalah bahwa UP2DP diasosiasikan sebagai
dana aspirasi. Di mana tiap anggota DPR mendapat uang tunai 20 Miliar. Padahal
88
http://jurnal.selasar.com/politik/menanti-keputusan-akhir-dana-aspirasi oleh Hendriq
Fauzan Kusfanto diunduh 22 november 2016 pukul 19.11
71
jelas sekali UP2DP adalah Usulan Program Pembangunan Daerah Pemilihan dimana
tidak ada uang tunai atau dana kontan sama sekali. Anggota DPR hanya menerima
usulan program pembangunan dari kelompok masyarakat di dapilnya untuk
disampaikan kepada pemerintah. Usulan dari masyarakat di dapil tersebut kemudian
di rekap, lalu disampaikan untuk diintegrasikan dengan program pembangunan yang
ada di APBN. Menggiring opini bahwa UP2DP sebagai dana aspirasi dimana anggota
DPR mendapat uang tunai 20 Miliar untuk dibagi di dapil dicoba dibangun. Setelah
Tim Mekanisme UP2DP DPR RI melakukan sosialisasi maka publik makin tahu isi
dan bentuk sebenarnya dari program UP2DP ini. Usulan sebesar 20 Miliar untuk
dialokasikan per anggota DPR itu adalah dana pembangunan untuk rakyat di dapil
lewat mekanisme APBN. Anggota DPR tidak memegang dana tunai atau uang kontan
dalam proses pelaksanaan UP2DP ini. Semuanya melalui mekanisme APBN dan
APBD. Uang milyaran dan triliunan itu program pembangunan, rakyat yg menerima
manfaatnya. Tugas masyarakat di setiap dapil untuk mengawal dan mengawasi
program UP2DP ini supaya berjalan secara tranparan dan akuntabel. Karena
semangat program UP2DP adalah menghapus adanya praktek duplikasi, kick back
dan fiktif dalam proses pengusulan program dapil. UP2DP akan memperkuat fungsi
keterwakilan anggota DPR di dapilnya masing-masing. Secara kelembagaan akan
memperkuat DPR. Sebagai lembaga negara yg punya peran sangat penting dalam
sistem bernegara, tugas anggota DPR ikut mempekuatnya, dan itu adalah tugas setiap
anggotanya. Menjadi wakil rakyat yang aspiratif dan menjaga amanah dengan baik.
72
Pada kegiatan sosialisasi yang dirangkai dengan acara buka bersama ini, Andi
Akmal juga menjelaskan usulan program pembangunan daerah pemilihan (UP2DP).
Ia mengungkapkan ada informasi yang terputus dan tidak lengkap diterima
masyarakat mengenai program yang lebih dikenal dengan nama dana aspirasi
tersebut. Persepsi masyarakat selama ini tentang dana aspirasi seolah-olah anggota
dewan diberi uang 20 miliar lalu bebas membagi-bagikannya, atau malah masuk ke
kantong pribadi adalah hal yang salah. Padahal, anggota dewan sebatas mengusulkan
program. Sedangkan pelaksanaan UP2DP tetap berada di pihak eksekutif, yaitu
gubernur atau bupati. Ia pun berharap dengan adanya UP2DP, anggota dewan bekerja
untuk masyarakat tidak sekedar menyerap aspirasi, melainkan juga membawa
program pembangunan.
Terlepas dari semua pro kontra yang terjadi di DPR, usulan dana aspirasi
sebesar Rp 20 miliar tersebut memang menjadi sesuatu hal yang dapat membawa dua
dampak sekaligus. Bila dana aspirasi dimanfaatkan secara optimal, maka
pengembangan dan pembangunan daerah-daerah di Indonesia akan lebih mudah
untuk dicapai. Namun demikian, bila dana aspirasi sebesar itu diselewengkan oleh
oknum anggota dewan, maka bukan pembangunan yang akan terjadi di daerah,
melainkan keterpurukan negeri ini akan semakin merajalela.89
89
http://indonesia-berbicara.weebly.com/rangkuman/analisis-dana-aspirasi-20-miliar-rupiah
diunduh 26 Januari pukul 14.22
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skripsi ini telah membahas bagian Dana Aspirasi dari tanggapan partai
politik. Skripsi ini mengulas dari perspektif komunikasi politik. Dana aspirasi sudah
seharusnya ditinjau dan dimatangkan kembali jika memang program tersebut
bertujuan untuk membangun daerah-daerah pemilihan (Dapil) di seluruh Indonesia.
Anggota dewan disini hanya memiliki posisi atau peran sebagai medium atau
perantara bagi mengucurnya dana tersebut di dapilnya masing-masing. Tentunya
dengan berbagai kritik publik akan kelemahan dan kekurangan mengenai program
dana aspirasi, diharapkan mampu menjadi pertimbangan pemerintah dan anggota
dewan untuk mengambil sikap atau kebijakan yang lebih baik. Sehingga resiko dan
konsekuensi yang ditimbulkan dari program ini dapat diminimalisir. Namun, apabila
pemerintah belum merasa mampu untuk memperbaiki mekanisme/cara kerja dari
dana aspirasi itu sendiri alangkah lebih baiknya untuk meniadakan program ini,
kemudian fokus kepada program lama dan menjalankanya dengan konsekuen.
Hendaknya pemerintah dan anggota dewan tidak gegabah dalam memutuskan segala
kebijakan yang menyangkut uang rakyat (APBN).
Dengan demikian hasil kajian penulis menunjukan bahwa :
1. Pada hakekatnya demokrasi berasal dari rakyat, oleh karena itu suara
rakyat sangat diperhitungkan dan menjadi bagian dalam pemerintahan.
74
Cara yang bisa ditempuh dalam menyampaikan aspirasi dan pendapat
adalah dengan melalui partai politik yang diwakilkan lewat DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat). Partai politik harus dapat menampung aspirasi,
dinamika, dan gejala-gejala yang umumnya timbul di masyarakat,
sehingga dapat mencegah atau meminimalisir hal-hal yang tidak
diinginkan. Selanjutnya partai politik merumuskan aspirasi tersebut
menjadi suatu usulan, berupa kebijaksanaan yang nantinya diajukan
kepada pemerintah agar menjadi kebijaksanaan publik. Kemudian partai
politik harus melakukan sosialisasi atau memberi arahan kepada
masyarakat tentang kebijakan yang diambil oleh pemerintah agar
masyarakat paham. Partai politik juga harus selalu berupaya untuk turun
langsung ditengah-tengah masyarakat agar bisa tahu apa yang menjadi
keinginan rakyat. Dalam hal ini Dana Aspirasi merupakan media
komunikasi sebagai salah satu alat untuk mensosialisasikan usulan
anggota Dewan tersebut.
2. Adanya pro kontra terhadap Dana Aspirasi itu sendiri apabila dilihat dari
segi pandangan partai politiknya yang biasanya berbeda. Kemudian
bagaimana penggunaan, mekanisme dan sistemnya dana UP2DP seperti
apa? Melihat perdebatan yang muncul, inti persoalannya adalah pada
angka. Kalau saja tak ada angka itu, mungkin saja perdebatan dan sorotan
publik bisa menjadi lain. Hal ini karena menyangkut uang, apa lagi dalam
jumlah fantastis. Angka-angka nominal uang rakyat itu mudah memicu
75
perhatian publik. Selama ini ingatan publik masih lekat pada kasus-kasus
penyalahgunaan kewenangan yang diduga melibatkan oknum anggota
parlemen sehingga bergulirnya dana aspirasi akan sangat mudah
menggugah kecaman dan sinisme publik.
3. Indonesia sebagai negara yang penduduknya mayoritas menganut agama
Islam, nampak dalam perpolitikan nasionalnya lebih terwarnai dengan
hadirnya partai-partai yang didirikan oleh umat Islam, baik mengarah pada
visi dan misinya demi Islam, ataupun bercirikan Islam dan bahkan hanya
konstituennya (yang diharapkan lebih banyak) bergantung pada umat
Islam. Politik seringkali diartikan dengan kekuasaan dan kepentingan,
walaupun tidak selamanya keduanya dikonotasikan dalam bentuk negatif.
Keduanya dapat dikatakan menjadi baik, apabila dapat merealisasikan
aspirasi rakyat. Islam disampaikan untuk menciptakan kesejahteraan
umum bagi manusia secara menyeluruh, ia tidak memberi batas pada
perbedaan ras dan warna kulit, muslim atau non muslim, atau manusia
dalam bahasa apapun. Hal ini karena ajaran Islam tentang ibadah,
mu’amalah, social, ekonomi, pemerintahan, politik dan sebagainya, telah
diatur didalam Al Qur’an yang tentunya harus dipahami secara mendasar
dan bersifat universal, serta merupakan suatu kewajiban untuk
mematuhinya. Harapan yang disandarkan umat Islam kepada para elit
partai yang duduk di atas kursi empuk kekuasaan, semoga membawa
perubahan yang berarti bagi umat Islam sendiri. Pada intinya, selagi
76
aspirasi tersebut bermanfaat buat umat/rakyat partai islam (PPP & PKS)
mendukung adanya dana aspirasi.
B. Saran
Dalam skripsi ini penulis menambah beberapa saran, yang bertujuan untuk
mencoba memberikan wawasan keilmuan mengenai Usulan Dana Aspirasi DPR ( UU
No. 17 Tahun 2014 ) dalam Perspektif Komunikasi Partai Politik Islam, yang
diharapan wawasan keilmuan ini bisa terus dikembangkan, adapun sarannya sebagai
berikut:
1. Kepada para mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah yang mempelajari Hukum Ketatanegaraan Islam (Siyasah) agar
kajian ini bisa dijadikan suatau referensi wawasan keilmuan bagi para
mahasiswa untuk menambah ilmu pengetahuan dibidang Siyasah pada
umumnya dan khusunya dibidang komunikasi partai politik islam terhadap
dana aspirasi.
2. Kepada masyarakat umum melalui media, agar mengetahui hasil kinerja
anggota DPR RI dan cara mengimplementasikan apa yang sudah masyarakat
ajukan melalui aspirasinya dalam Dana UP2DP ini. Dan ketransparansian
yang dilakukan dalam penerapan Dana UP2DP.
78
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Firmanzah, mengelola partai politik komunikasi dan positioning ideologi politik di
era demokrasi, (Jakarta: yayasan obor Indonesia, 2007)
Sigmund Neumann. “ Modern Political Parties,” dalam Comparative Politics: A
Reader, diedit oleh Harry Eckstein dan David E. Apter (London: The Free
Press of Glencoe, 1963)
Titik, Triwulan Tutik. Kontruksi hukum tata Negara Indonesia pasca amandemen
UUD 1945. (Jakarta:kencana. 2011)
Almond, Gabriel A., & James S. Coleman (Ed.). 1960. The Politics of The
Developing Areas. Princenton NJ: Princenton University Press
Pye, Lucyan W., 1963. Communication and Political Development. Princenton NJ:
Princenton University Press.
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Remaja karya, Cetakan ke-
23, Januari, 2007)
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2009)
Gun Gun, Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, (Jakarta : PT. Lasswell
Visitama, 2010)
Dan, Nimmo, Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan, dan Media, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 1993)
79
John A. Ferejhn, pork barrel rivers and harbors legislation, (Stanford
university press, Stanford, California, 1974)
Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Jakarta : Raja Gravindo Persada, 2004)
Rafael Raga, Maran, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2001)
Mariam, Budihardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998)
AP.Cowl, oxford Leaner’s Dictionary, (Ocford : Ocford University Press, 1990)
Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,
1995), cet ke-8
Rachmat, Kriyantono, Riset Komunikasi, (Jakarta : Kencana Prenada Group, 2006)
Budiharjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998)
Soelistyati Ismail, Ghani, Pengantar Ilmu Politik, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1984),
cet. ke-1
Deliar, Noor, Pengantar ke Pemikiran Politik, (Jakarta : Gramedia, 1998)
Jeje Abdul, Rojak, Politik Kenegaraan : Pemikiran-Pemikiran AlGhazali dan Ibnu
Taimiyah, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1999)
Michael Rush & Philip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 1997),
Tengku Dhani, Iqbal, Komunikasi Politik, Sebuah Neologisme, (Jakarta : Gramedia,
2006)
ASM. Romli. Ikhtisar perkuliahan “Komunikasi Politik” (Unfari), Bandung.
Zulkarimien, Nasution, Komunikasi Politik Suatu Pengantar, (Jakarta : Ghalia
Indonesia, 1990)
80
WEBSITE
http://www.kompasiana.com/kang_maman72/menakar-partai-islam-atau-partai-
berbasis-massa-islam_56e7ca4c64afbd500fa3958e
http://www.tribunnews.com/nasional/2017/01/02/10-alasan-menolak-84-trilyun-dana-
aspirasi-suburkan-calo-anggaran-dan-kesenjangan-daerah
www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/06/150623_indonesia_dpr_aspirsi
http://indonesia-berbicara.weebly.com/rangkuman/analisis-dana-aspirasi-20-miliar-
rupiah
https://m.antikorupsi.org/id/content/berpotensi-bermasalah-12-alasan-dana-aspirasi-
dpr-harus-ditolak
https://nasional.sindonews.com/read/1016749/148/dpr-minta-pemerintah-pelajari-
dana-aspirasi-1435202479
http://nasional.kompas.com/read/2015/06/25/1507009/Pecah.Kongsi.karena.Dana.As
pirasi
http://jurnal.selasar.com/politik/menanti-keputusan-akhir-dana-aspirasi oleh Hendriq
Fauzan Kusfanto
www.jurnas.com/mobile/artikel/8257/Awas-Dana-Aspirasi-DPR-Rawan
Diselewengkan/ oleh marlen sitompul
http://www.jurnalmetro.com/soal-dana-aspirasi-dpr-serahkan-ke-pemerintah/ oleh
Arif Effendi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
HASIL OBSERVASI/WAWANCARA DENGAN DEWAN PIMPINAN PUSAT
PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (DPP PPP)
Nama : M. HADRAWI ILHAM, SH
Jabatan : Wakil Bendahara Umum Bidang Hukum
1. Apa pendapat Partai Islam tentang Dana Aspirasi atau UP2DP?
Jawab : Sepanjang itu untuk kepentingan umat dan bangsa pasti itu kita dukung,
tetapi kalau bukan untuk kepentingan umat kita menolak dengan tegas. Makanya
harus kita lihat dari aspek politik terdahulu kemudian baru sapek kepentingan
masyarakat. Sebab kita disana kan sebagai wakil rakyat. Meskipun memang itu
lewat partai politik, tetapi ketiak sudah disana (DPR) suaranya jadi suara rakyat.
Sekali lagi sepanjang itu untuk kepentingan masyarakat PPP mendukung adanya
UP2DP itu. Apa lagi kalau kepentingan umat. Antara umat dengan masyarakat
kan beda. kalau bicara rakyat kan secara global, tetapi kalau bicara umat kan
khusus (muslim). Memang terjadi tarik-menarik antara yang pro dan kontra. Soal
besaran biayanya itu persoalan lain.
2. Bagaimana tata cara pengajuan Dana Aspirasi dan UP2DP dari bawah
(Desa)?
Jawab : Kalau dimasyarakat itu ada istilah musyawarah rencana pembangunan
(MUSREMBANG). Itu dari RT RW sampai desa bertingkat yang nantinya
disusun oleh BAPEDA (badan perencanaan pembangunan daerah) yang nantinya
diteruskan ke pusat. Kemudian disusun pemerintah pusat agar masuk dalam
rancangan APBN. Nah munculah angka-angka itu. Jadi pemerintah pusat tidak
tahu kalau tidak ada MUSREMBANG. Dan ita tidak bisa di protes jikalau
memang belum turun, karen pemerintah juga harus lihat. Mana yang harus
didahulukan.
3. Apa yang menjadi penyebab terjadinya pro kontra dalam penerapan Dana
Aspirasi atau UP2DP?
Jawab : Dari sisi pandangan politik yang biasanya berbeda, kemudian bagaimana
penggunaan, mekanisme dan sistemnya dana UP2DP seperti apa? Biasanya
pembahasan itu alot mana kala adanya kepentingan kelompo yang lebih
menonjol, PPP tidak selalu pro terhadap pembahasan UU atau sebuah kebijaan itu
mana kala apabila dilihat dari segi kepentingan itu tidak pro rakyat. PPP memang
partai islam yang rahmatan lil alamin, tentunya harus memperhitungkan
kepentingan rakyat yang lebih luas. Seperti contohnya dana-dana reses, yang
menyalahgunakan dana-dana seperti itu, dana itukan diberiakan kepada anggota
dewan untuk terjun ke bawah dan selama ini PPP kan diaudit oleh BPK,
meskipun yg ditunjuk itu auditor independen, seperti akuntan publik, kalau tidak
bisa dipertanggungjawabkan maka akuntan ini tidak mau tanda tangan. Apalagi
anggota dewan perorang punya staff itu 5 orang, tetapi ada yang tidak
memaksimalkan itu. Apabila anggota dewan yang bersangkutan merasa cukup
untuk bekerja sendiri. Dan itu digaji oleh Negara, yaitu dari anggaran APBN.
Tetapi bagi PPP tidak, tergantung kepentingan dan kebutuhan. Toh kalau cukup
ditangani oleh 3 orang dan itu efisien ya sudah, cukup.
4. Siapa saja penerima manfaat UP2DP?
Jawab : Dimulai dari desa, kelompo masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga
sosial, perbaikan jalan, fasilitas-fasilitas yang belum memadai guna kelangsungan
masyarakat beraktifitas sehari-hari
5. menjalankan Dana Aspiasi atau UP2DP, apakah perlu peran dari media
untuk transparansi?
Jawab : Sebarnya sudah ada UU NO. 14 Tahun 2008 tentang keterbuakan
informasi. Kecuali yang masuk ke ranah rahasia Negara, maka tidak boleh
diungkap, jadi masyarakat boleh tahu. Dan memang itu harus dipertanggung
jawaban. PPP sehabis reses di audit, dilaporkan secara berkala. Jadi setiap
anggota harus membuat laporan tentang penggunaan dana aspirasi itu. Masyaraat
bahakan harus tahu. Dengan cara diposting semua kegiatanya didaerah dengan
adanya dokumentasi acara. Jadi DPP tahu semua. Dan tu nantinya dikirim ke
sekertariat jendral DPR untuk membuktikan kegiatan bahwa bener ada. Dan tudak
bisa asal-asalan. Seperti membuat spanduk umpamannya, tanggalnya ditulis. Jadi
harus benar-benar detail.
6. Sebenernya bagaimana menurut Partai Politik Islam Indonesia terhadap
Pork Barrel, apakah sama dengan Dana Aspirasi?
Jawab : Dalam hal Dana Aspirasi di Indonesia kami tidak memungkiri dengan
makna yang terkandung dalam pork barrel. Dana Aspirasi dan pork barrel itu
memang sama maknanya, sama-sama dari legislatif yang anggarannya diambil
dari APBN. Tetapi jangan disamakan kasus-kasus yang terjadi di Amerika sana.
Yang ditakutkan masyarakat memang seperti itu, anggapan seperti itu justru
salah, Dana Aspirasi ini nantinya juga di awasi bersama dengan melibatkan BPK,
KPK, bahkan rakyat ikut serta dalam program yang dicanangkan oleh anggota
DPR tersebut. Karena Dana Aspirasi merupakan bagian dari hak budget DPR
sehingga usulan itu dianggap tidak menyalahi aturan main. Kemudian, dana
aspirasi diarahkan untuk kawasan-kawasan yang selama ini tertinggal dan tidak
tersentuh pembangunan. Masih banyak daerah yang tertinggal yang harus kita
bangun. Kita pilihan rakyat dan diamanahkan oleh rakyat. Semua anggaran
diarahkan untuk menyejahterakan rakyat dan memenuhi hak-hak dasar rakyat
seperti pendidikan dan kesehatan. Demikian juga perencanaan pembangunan yang
meski kini sudah ada upaya perbaikan dengan menggelar musrenbang dari daerah
hingga ke pusat, untuk mendukung terciptanya kesejahteraan rakyat. Oleh karena
itu dalam hal penyaluran dana aspirasi ini masyarakat diikutsertakan mengawasi
secara aktif dalam penggunaan anggaran oleh anggota DPR dalam berbagai
pembangunan agar benar-benar tepat sasaran, ikut berkontribusi memberikan
masukan yang konstruktif yang berasal benar-benar dari realitas lapangan dan
bukan hanya untuk kepentingan politik sesaat.
LAMPIRAN 2
HASIL OBSERVASI/WAWANCARA DENGAN DEWAN PIMPINAN PUSAT
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (DPP PKS)
Nama : Dr. H. Andi Akmal Pasluddin, SP, M. M.
Jabatan : Komisi IV DPR RI Fraksi PKS
1. Apa pendapat Partai Islam tentang Dana Aspirasi atau UP2DP?
Jawab : Begitu juga dengan partai PKS yang mengungkapkan pendapatnya
bahwa dana aspirasi itu berangkat dari aspirasi rakyat yang diterima oleh anggota
DPR RI. PKS sangat mendukung dengan adanya UP2DP ini, yang terpenting
adalah transparan dalam penerapannya. Yang menjadikan pro kontra kan seperti
itu, karena ditakutkan terjadi penyelewengan dalam penerapannya. Dari APBN
angka sudah disepakati, setelah sampai di derah berubah jadi berkurang.
2. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan untuk menghadapi yang kontra
agar setuju dengan adanya UP2DP?
Jawab : Walau mendapat kecaman dari berbagai pihak, toh pada akhirnya usulan
dana aspirasi tersebut tetap disahkan. Rapat paripurna DPR, pada Selasa, 23 Juni
2015 sudah disahkan Peraturan DPR tentang tata cara pengusulan pembangunan
daerah pemilihan (UP2DP) atau dana aspirasi. Program dana aspirasi ini sudah
sesuai dengan amanat Undang-Undang tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD
yang mewajibkan anggota DPR terpilih menjadi penyambung lidah rakyat yang
diwakilinya. Tak ada ketentuan UU yang dilanggar. Anggota DPR nantinya tidak
akan memegang langsung dana sebesar Rp 20 miliar ini. Dana akan diusulkan
DPR untuk masuk ke APBN yang kemudian diteruskan ke APBD. Jika dana Rp
20 miliar tidak habis terserap dalam satu tahun, ya dana itu akan kembali masuk
ke kas negara. Jadi yang saya luruskan ini bukan lantas Rp 20 miliar dibagi-bagi
ke anggota DPR.
3. Apakah peranggota dewan berhak memegang 2 miliar, seperti apa yang
dikatakan dalam UP2DP?
Jawab : Itu kan hanya dalam kontes besaran peranggota 2 miliar. Tetapi belum
tentu itu diberian ke anggota. Sama seperti halnya partai politik, parpol dapat
bantuan anggaran dari APBN bukan berdasaran partai politiknya. Tetapi jumlah
suara yg diperoleh di anggota dewan. Jadi tidak sama, karena keadilan ekonomi
tidak bisa sama rata. PKS tidak sama seperti PDIP, karena PDIP lebih besar
kursinya.
4. Jawaban dari kritikan pihak yang kontra?
Jawab : Itu sebenarnya hanya persepsi saja, karena sesungguhnya dengan system
sekarang. Dulu sistem pemerintahannya itu sentralisasi berubah menjadi
desentrlisasi. Daerah itu punya hak otonom, untuk mengelola daerah itu sendiri.
Tetapi kalau istilah calo itu dari dulu memang sudah ada. Tetapi itu semua
tergantung daerahnya. Pemerintah daerah itu kan punya perwakilan di pusat yaitu
DPD dan DPR, jadi tidak perlu ada calo sebenernya. Dana aspirasi yang
diharapkan akan menjawab aspirasi konstituen DPR di dapil tidak akan
bersinggungan dengan anggaran yang telah disusun baik oleh desa,
kabupaten/kota, provinsi, bahkan nasional. Karena ini ada di bahas bersama-sama
pemerintah pusat dan daerah. Dana Aspirasi ini tidak akan menimbulkan
penyelewengan karena program ini bersifat transparan, bahkan masyarakat berhak
tahu dan ikut serta mengwasi program dari anggota DPR ini
5. Bagaimana Mekanisme pengajuan Dana Aspirasi atau UP2DP?
Jawab : Anggota menyampaikan usulan program dalam bentuk tertulis kepada
pimpinan fraksi. Lalu pimpinan fraksi menyampaikan usulan seluruh anggota
fraksinya kepada sekertariat jendral, melalui sekertariat fraksi. Seluruh usulan
program DPR diinfeterisasi oleh sekertariat jenderal yang selanjutnya
disampaikan kepada pimpinan DPR sebagai bahan keputusan dalam rapat
paripurna. Di dalam rapat paripurna juru bicara fraksi dapat menyampaikan
usulan program menurut fraksinya secara umum. Dan hasil rapat paripurna
disampaikan kepada presiden.
LAMPIRAN 3
HASIL OBSERVASI/WAWANCARA DENGAN DEWAN PIMPINAN PUSAT
PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN (DPP PPP)
Nama : H. Arsul Sani, SH, M. Si
Jabatan : Sekjen DPP PPP
1. Bagaimana Mekanisme pengajuan Dana Aspirasi atau UP2DP?
Jawab : Setiap anggota DPR akan diberi jatah untuk mengakomodir atau
menyerap aspirasi masyarakat untuk pembangunan dapilnya masing-masing Rp
20 miliar per anggotanatau total Rp 11,2 triliun untuk 560 anggota DPR. Dana
aspirasi sebesar Rp 20 miliar peranggota ini tidak untuk digunkan langsung oleh
para legislator, tetapi diserahkan ke pemerintah daerah untuk membiayai program
pembangunan. Anggota DPR hanya berhak mengajukan usulan program dapilnya
saja. Posisi anggota DPR hanya menyampaikan aspirasi saja. Program
pembangunan dapil diklaim seperti usulan masyarakat melalui Musyawarah
Rencana Pembangunan Nasional. Setip dana spirasi dapil yang masuk akan
dikumpulkan oleh pihak sekretariat jenderal DPR untuk diteruskan berupa
pengusulan kepada badan anggaran, Komisi XI DPR untuk disingkronkan dengan
program kerja pemerintah. Dana aspirasi dapil ini menjadi akses dari kebuntuan
dan kurang diresponsnya aspirasi masyarakat didaerah. Pengusulan dana program
aspirasi dapil kedalam RAPBN 2016 adalah salah satu strategi untuk
melaksanakan pemerataan pembangunan nasional
2. Dalam penerapan Dana Aspirasi atau UP2DP apakah akan adil dalam
pembagian disetiap daerah, sedangan tidak semua daerah punya anggota
perwakilan dewan?
Jawab : Sebenarnya bukan begitu. Semua daerah pasti terwakili, karena tidak ada
satu pun daerah di indonesia yang tidak punya wakil di DPR, makanya di bentuk
daerah pemilihan. Untuk satu dapil itu bisa dua kabupaten, bisa satu kabupaten
kota, bisa empat kabupaten kota. Tergantung penduduknya dan jumlah kursi yang
diperebutkan di daerah tersebut. Inilah peran wailk raykat di DPR. Jadi tidak
mungkin ada yang tidak terwakili. Umpamanya satu provinsi hanya 3 orang atau
3 kursi perwakilan di DPR, dan 3 orang itulah yang berkewajiban
memperjuangkan aspirasi masyarakat di provinsi itu. Lain lagi kalau Cuma
DPRD provinsi, yang hanya berlaku di provinsi tersebut.
3. Dana Aspirasi atau UP2DP melingkupi apa saja?
Jawab : Dilihat dari daerah masing-masing, ada penyediaan air bersih, perbaikan
jalan-jalan desa, pembangunan atau perbaikan sarana desa, kantor, puskesmas,
pengadaan benih dan bibit, penyediaan sarana internet, dan yang lainya.
tergantung dari desa mengusulkannya apa?, karena setiap daerah kebutuhannya
berbeda-beda. Anggota dewan yang ada di DPR RI nantinya dilihat dari dapilnya
masing-masing. Apa yang sekiranya dibutuhan masyarakat. Seperti halnya
APBN, tidak semua kabupaten menerima APBN tersebut. Karena tidak semua
satuan kerja menerima dana UP2DP porsinya berfariasi.
4. Apa respon dari kritikan yang bermuncul dikalangan masyarakat Indonesia
terhadap Dana Aspirasi ini?
Jawab : memang publik beramai-ramai menghujat DPR yang telah
mengesahakan dana aspirasi mulai dari rakyat biasa sampai para elit. Ungkapan
yang muncul mulai dari perampok uang rakyat, penipu dan lain sebagainya.
Sejatinya itu merupakan sikap yang wajar dari demokrasi kita, terutama
ditujukkan terhadap lembaga Negara sekelas DPR yang dinilai memiliki citra
negatif jika dibandingan dengan lembaga Negara lainnya. Persepsi yang
digunakan sebagai bagian dari kebenaran dalam melihat dan menilai sesuatu.
Karena publik berpandangan jika cacat satu kali, maka ia akan cacat untuk
selamanya. Persepsi demikan tidaklah menjadi penuntun kita untuk selamanya
dalam melihat sesuatu, bukankah baik dan buruk itu ranah etika sedangkan salah
dan benar itu ranah hukum. Oleh kerena itu, keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh DPR dengan mengesahakan peratuarn dana aspirasi merupakan
perbuatan yang dibenarkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan (UU
MD3) dan tidak satu peraturan pun yang dilanggar, terlepas bukan fungsinya itu
persoalan lain. Pertentangan, penolakan dan sikap tidak setuju selalu terdapat
didalamnya, namun sikap bijaksana tetaplah megiringi dalam setiap pandangan
kita. Perbedaan dan kecurigaan terhadap penyaluran dana aspirasi harus
diantisipasi dan ditemukan formulasi yang tepat, agar penggunaannya tidak
disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Berdasarkan UU
No.17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (MD3) menjadi rujukan
terkait dana aspirasi. Dan kami tetap memegang teguh pada Pancasila yaitu Sila
ke – 4 yakni Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Oleh kerena itu, keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh DPR dengan mengesahakan peratuarn dana aspirasi merupakan
perbuatan yang dibenarkan dalam ketentuan peraturan.
5. Adakah Dasar hukum Dana Aspirasi atau UP2DP?
Jawab : Usulan program pembangunan daerah pemilihan (UP2DP) merupakan
amanat UU No.17 tahun 2014 tentang MD3. Sebagaimana telah diubah oleh
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014, sebagai upaya untuk mendekatkan
anggota DPR RI dengan masyarakat. Program itu sesuai dengan usulan atau
program yang disampaikan oleh masyarakat di daerah pemilihannya masing-
masing anggota DPR RI, dimana setiap anggota tidak memegang dana untuk
pembangunan itu sendiri. Jadi, dana aspirasi memang tidak disebutkan secara
eksplisit dalam peraturan perundang-undangan, namun dalam UU No. 17 tahun
2014 dikenal dengan dana program pembangunan daerah pemilihan.