Referat Paru Pneumonia Aspirasi

download Referat Paru Pneumonia Aspirasi

of 27

Transcript of Referat Paru Pneumonia Aspirasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia sebenarnya bukan peyakit baru. Tahun 1936 pneumonia menjadi penyebab kematian nomor satu di Amerika. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi pneumonia dan influenza kembali merajalela. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan TBC. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian.1 Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang berasal dari dalam tubuh maupun di luar tubuh penderita.1 Di Amerika pneumonia aspirasi yang terjadi pada komunitas (PAK) adalah sebanyak 1200 per 100.000 penduduk per tahun, sedangkan pneumonia aspirasi nosokomial (PAN) sebesar 800 pasien per 100.000 pasien rawat inap per tahun. PA lebih sering dijumpai pada pria daripada perempuan, terutama usia anak atau lanjut.1,3 Aspirasi merupakan proses terbawanya bahan yang ada di orofaring pada saat respirasi kesaluran napas bawah dan dapat menimbulkan kerusakan parenkim paru. Kerusakan yang terjadi tergantung jumlah dan jenis bahan yang teraspirasi serta daya tahan tubuh. Sindrom aspirasi dikenal dalam berbagai bentuk berdasarkan etiologi dan patofisiologi yang berbeda dan cara terapi yang juga berbeda.2,4 Agen-agen mikroba yang menyebabakan pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi primer: (1) aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi pada orofaring, (2) inhalasi aerosol yang infeksius, dan (3) penyebaran hematogen dari bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi

1

agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang menyebabkan pneumonia, sementara penyebaran secara hematogen lebih jarang terjadi.3 B. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti program studi kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Paru di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta. 2. Tujuan khusus Untuk mengetahui dan memahami pneumonia aspirasi dari segi patofisiologi, gambaran klinis, serta penatalaksanaan

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pneumonia aspirasi didefinisikan sebagai inhalasi isi orofaring atau lambung ke dalam larynx dan saluran pernafasan bawah. Beberapa sindrom pernafasan mungkin terjadi setelah aspirasi, tergantung pada jumlah dan jenis material aspirasi, frekuensi aspirasi dan respon host terhadap material aspirasi. Pneumonitis aspirasi (Mendelsons syndrome) adalah jejas kimia yang disebabkan oleh inhalasi isi lambung.2 Nama lain: Anaerobic pneumonia, aspirasi vomitus, pneumonia necrotizing, pneumonitis aspirasi, pneumonitis kimia. B. Epidemiologi Di Amerika pneumonia aspirasi yang terjadi pada komunitas (PAK) adalah sebanyak 1200 per 100.000 penduduk per tahun, sedangkan pneumonia aspirasi nosokomial (PAN) sebesar 800 pasien per 100.000 pasien rawat inap per tahun. PA lebih sering dijumpai pada pria daripada perempuan, terutama usia anak atau lanjut. Aspirasi pneumonia adalah penyebab kematian paling umum pada pasien dengan disfagia karena gangguan neurologis, suatu kondisi yang mempengaruhi sekitar 300.000 sampai 600.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat.1,2,5 C. Etiologi Terdapat 3 macam penyebab sindroma pneumonia aspirasi, yaitu aspirasi asam lambung yang menyebabkan pneumonia kimiawi, aspirasi bakteri dari oral dan oropharingeal menyebabkan pneumonia bakterial, Aspirasi minyak, seperti mineral oil atau vegetable oil dapat menyebabkan exogenous lipoid pneumonia. Apirasi benda asing merupakan kegawatdaruratan paru dan pada beberapa kasus merupakan faktor predisposisi pneumonia bakterial.1,33

Infeksi terjadi secara endogen oleh kuman orofaring yang biasanya polimikrobial namun jenisnya tergantung kepada lokasi, tempat terjadinya, yaitu di komunitas atau di RS. Pada PAK, kuman patogen terutama berupa kuman anaerob obligat (41-46%) yang terdapat di sekitar gigi dan dikeluarkan melalui ludah, misalnya Peptococcus yang juga dapat disertai Klebsiella pnemoniae dan Stafilococcus, atau fusobacterium nucleatum, Bacteriodes melaninogenicus, dan Peptostreptococcus. Pada PAN pasien di RS kumannya berasal dari kolonisasi kuman anaerob fakultatif, batang Gram negatif, pseudomonas, proteus, serratia, dan S. aureus di samping bisa juga disertai oleh kuman ananerob obligat di atas.1,4 Kondisi yang mempengaruhi pneumonia aspirasi antara lain: Kesadaran yang berkurang, merupakan hasil ayang berbahaya dari Disfagia dari gangguan syaraf Gangguan pada system gastrointestinal, seperti penyakit esophageal, reflex batuk dan penutupan glottis.

pembedahan yang melibatkan saluran atas atau esophagus, dan aliran lambung.

Mekanisme gangguan penutupan glottis atau sfingter jantung karena

trakeotomi, endotracheal intubations (ET), bronkoskopi, endoskopi atas dan nasogastric feeding (NGT) Anestesi faringeal dan kondisi yang bermacam-macam seperti muntahan yang diperpanjang, volume saluran cerna yang lebar, gastrostomi dan posisi terlentang. Lain-lain: fistula trakeo-esofageal, pneumonia yang berhubungan Kondisi-kondisi ini kesemuanya berbagi dalam seringnya dan banyaknya volume aspirasi, yang meningkatkan kemungkinan pengembangan pneumonitis aspirasi. Pasien dengan stroke atau penyaki kritis yang membutuhkan perawatan biasanya mempunyai beberapa factor resiko dan memperbaiki kasus yang mempunyai proporsi yang besar. Kurangnya kebersihan gigi khususnya pada4

dengan ventilator, penyakit periodontal dan trakeotomi.

orang tua atau pasien yang kondisinya lemah, menyebabkan koloni dalam mulut dengan organism patogenik yang secara potensial bisa menyebabkan bertambahnya jumlah bakteri. Peningkatan resiko infeksi dapat menyebabkan aspirasi. D. Daya tahan traktus respiratorius Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah infeksi dan terdiri dari:3 1. 2.3.

Susunan anatomis rongga hidung Jaringan limfoid di nasoorofaring Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius Refleks batuk Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe Fagositosis, aksi enzimatik dan respons imuno-humoral terutama

dan sekret yang dikeluarkan oleh set epitel tersebut. 4. 5. 6.7.

terinfeksi. regional. dari imunoglobulin A (IgA).5

5

Gambar 1: Sistem respirasi Manusia7

Gambar 2: Sistem respirasi Manusia7 E. Patofisiologi Aspirasi merupakan hal yang dapat terjadi pada setiap orang. Di sini terdapat peranan aksi mukosilier dan makrofag alveoler dalam pembersihan material yang teraspirasi. Terdapat 3 faktor determinan yang berperan dalam6

pneumonia aspirasi, yaitu sifat material yang teraspirasi, volume aspirasi, serta faktor defensif host.2 Perubahan patologis pada saluran napas pada umumnya tidak dapat dibedakan antara berbagai penyebab pneumonia, hampir semua kasus gangguan terjadi pada parenkim disertai bronkiolitis dan gangguan interstisial. Perubahan patologis meliputi kerusakan epitel, pembentukan mukus dan akhirnya terjadi penyumbatan bronkus. Selanjutnya terjadi infiltrasi sel radang peribronkial (peribronkiolitis) dan terjadi infeksi baik pada jaringan interstisial, duktus alveolaris maupun dinding alveolus, dapat pula disertai pembentukan membran hialin dan perdarahan intra alveolar. Gangguan paru dapat berupa restriksi, difusi dan perfusi.2 Pneumonia aspirasi mengarah kepada konsekuensi patologis akibat secret orofaringeal, nanah, atau isi lambung yang masuk ke saluran napas bagian bawah. Penyakit ini terjadi pada orang dengan level kesadaran yang berubah karena serangan cerebrovascular accident (CVA), CNS lesion mass, keracunan obat atau overdosis dan cidera kepala. Kebanyakan individu mengaspirasi sedikit secret orofaringeal selama tidur, dan secret tersebut akan dibersihkan secara normal.3 Faktor predisposisi terjadinya aspirasi berulangkali adalah:11. Penurunan kesadaran yang mengganggu proses penutupan glottis, reflex

batuk (kejang, stroke, pembiusan, cedera kepala, tumor otak) 2. Disfagia sekunder akibat penyakit esophagus atau saraf (kanker nasofaring, scleroderma)3. Kerusakan sfingter esophagus oleh selang nasogastrik. Juga peran

jumlah bahan aspirasi, hygiene gigi yang tidak baik, dan gangguan mekanisme klirens saluran napas. Predisposisi terjadinya pneumonia aspirasi Perubahan tingkat kesadaran Stroke Kejang Intoksikasi (alkohol dan obat lainnya) Trauma kepala Anastesi7

Mekanisme Nasogastric tube Intubasi endotrakeal Tracheostomy upper gastrointestinal endoscopy bronchoscopy Penyakit neuromuskuler multiple sclerosis parkinsons disease myasthenia gravis bulbar atau pseudobulbar palsy Gangguan gastro-oesophageal inkompetensi sfingter cardiac striktur oesophageal neoplasma obstruksi gaster protracted vomiting Lainnya posisi recumbent general debility Tabel 1: predisposisi terjadinya pneumonia aspirasi1 Aspirasi mikroorganisme patologik yang berkoloni pada orofaring adalah cara infeksi saluran pernapasan bagian bawah yang paling sering dan menyebabkan pneumonia bakteri. Pneumonia anaerobik disebabkan oleh aspirasi sekret orofaringeal yang terdiri dari mikroorganisme anaerob seperti Bacteroides, Fusobacterium, Peptococcus, dan Peptostreptococcus yang merupakan spesies yang paling sering ditemukan diantara pasien-pasien dengan kebersihan gigi yang buruk. Awitan gejala biasanya terjadi secara perlahanlahan selama 1 hingga 2 minggu, dengan demam, penurunan berat badan, anemia, leukositosis, dispnea, dan batuk disertai produksi sputum berbau busuk. Abses-abses paru yang terbentuk pada parenkim paru dapat rusak, dan empiema dapat timbul seperti mikroba-mikroba yang berjalan ke permukaan pleura. Kebanyakan abses-abses tersebut terbentuk pada paru kanan bagian posterior dan segmen basilar bronkopulmonal akibat gaya gravitasi karena banyak cabang yang langsung menuju cabang bronkus utama kanan.2

8

Resiko dari aspirasi secara langsung terkait dengan level kesadaran pasien (contoh: penurunan Glascow Coma Scale [GCS] yang dihubungkan dengan resiko aspirasi yang meningkat). Luasnya dan sulitnya penyakit ini secara langsung terkait dengan volume dan kadar asam cairan yang dihirup. Aspirasi isi lambung dalam jumlah besar juga dikenal dengan Mendelson syndrome, yang bisa menyebabkan pernafasan akut dalam waktu 1 jam. Kadar asam dan isi lambung menghasilkan pembakaran kimia pada cabang tracheobronchial yang terlibat dalam aspirasi. Sebuah penelitian pada tikus menunjukkan bahwa terdapat dua fase mekanisme kerusakan paru setelah aspirasi asam. Puncak fase pertama terjadi pada satu hingga dua jam setelah aspirasi dan menghasilkan efek langsung yang diakibatkan pH yang rendah saat aspirasi pada sel-sel alveolar-permukaan kapiler. Fase kedua, puncak pada empat hingga enam jam, berhubungan dengan infiltrasi neutrofil ke dalam alveoli dan intestinum paru, dengan karakteristik gambaran histologist inflamasi akut. Mekanisme jejas pada paru setelah aspirasi lambung melibatkan mediator-mediator inflamasi, sel-sel inflamasi, adesi molekuler, dan enzim, terdiri dari Tumor Necrosis Factor a,, interleukin-8, cyclooxygenase dan produk lipoxygenase dan Reactive Oxygen Species (ROS). Meskipun neutrofil dan komplemen berperan dalam perkembangan jejas, penelitian pada hewan, neutropenia, inhibitor fungsi neutrofil, menginaktivasi interleukin-8 (chemoatraktan poten neutrofil), dan inaktivasi komplemen melemahkan jejas akut pada paru yang diinduksi aspirasi asam.2 Karena asam lambung mencegah pertumbuhan bakteri, isi lambung tetap steril dibawah kondisi normal. kesterilan isi lambung yang relatif normal, bakteri tidak menjalankan peran dalam tahap awal penyakit. Ini tidak sepenuhnya baik bagi pasien dengan gastroparesis atau sembelit atau bagi mereka yang menggunakan antasida (Proton Pump Inhibitor [PPI],H2 receptor antagonist). Dengan tanpa melihat jumlah bakteri inokulum, infeksi bakteri yang parah bisa saja terjadi setelah cidera kimia awal. Aspirasi isi lambung secara bersama dengan adanya partikel, menyebabkan terjadi fokus peradangan dan reaksi tubuh terhadap benda asing dengan kerusakan jaringan secara9

menyeluruh akibat asam. Partikel dan asam lambung bekerja sama secara sinergis menyebabkan kebocoran kapiler alveolar. Isi lambung tidak steril sehingga aspirasi yang terjadi dapat disertai bakteri. Enam puluh sampai 100% terdiri dari kuman anaerob. Gabungan kuman aerob dan anaerob sering dijumpai pada aspirasi yang terjadi di Rumah sakit.2,5 Ada dua persyaratan untuk menghasilkan pneumonia aspirasi: 1. membahayakan bagi pertahanan biasa yang melindungi saluran bawah, termasuk penutupan glottis, reflek batuk, dan mekanisme pembukaan. 2. Sebuah inolukrum mengganggu saluran bawah dengan sifat toksiknya langsung, stimulasi proses peradangan dari bakteri inolukrum yang cukup atau penghambatan karena volume zat atau zat partikelnya yang cukup.

Gambar 3: paru-paru yang mengalami infeksi1 Sindrom aspirasi lain berkaitan dengan bahan yang diaspirasi (biasanya makanan) atau cairan bukan asam (misalnya karena hampir tenggelam atau saat pemberian makanan) yang menyebabkan obstruksi mekanik. Bila cairan teraspirasi, trakea harus segera diisap untuk menghilangkan obstruksinya. Bila10

yang diaspirasi adalah bahan padat, maka gejala yang terlihat akan bergantung pada ukuran bahan tersebut dan lokasinya dalam saluran pernapasan. Jika bahan tersebut tersangkut dalam bagian atas trakea, akan menyebabkan obstruksi total, apnea, aphonia, dan dapat terjadi kematian cepat. Jika bahan tersangkut pada bagian saluran pernapasan yang kecil, tanda dan gejala yang timbul dapat berupa batuk kronik dan infeksi berulang.2

Gambar 4: Alveoli yang terisi oleh aspirasi makanan1 F. Klasifikasi Aspirasi bisa terjadi pada individu yang sehat tanpa gejala perkembangan infeksi tergantung pada faktor-faktor lain seperti ukuran inolukrum, besarnya efek yang dihasilkan oleh organisme dan pertahanan bagian yang ditempatinya seperti penutupan glottis, reflek batuk, dan status imunologis. Pneumonia bisa muncul mengikuti aspirasi mikroorganisme yang virulen. Dan istilah pneumonia digunakan untuk kemunculan pneumonia ketika ukuran inolukrum cukup luas dan/atau gagalnya pertahanan bagian yang ditempatinya.11

Aspirasi bisa dibagi menjadi dua kategori. Ini mempunyai penilaian penting, yang akan menyebabkan bakteri pneumonia dengan organism mulut mendominasi. Aspirasi isi lambung akan menyebabkan sebuah pneumonitis kimia (contoh: Mendelsons syndrome) karena isi lambung biasanya steril, tapi kadar asamnya menghasilkan perkembangan radang yang cepat pada paru-paru. Terdapat tumpang tindih antara pneumonia dan pneumonitis, tetapi memungkinkan untuk membuat perbedaan dan menyesuaikan perawatan yang sesuai. Sindrom-sindrom aspirasi yang lain termasuk penghambatan saluran karena benda asing dan pneumonia lipoid eksogen. Aspirasi meliputi beberapa sindrom aspirasi: 1. Pneumonitis kimia: aspirasi agen toksik seperti asam lambung, cidera instanteneus ditandai dengan hipoksemia. Pengobatan membutuhkan dukungan ventilator bertekanan positif. 2. Reflek penutupan saluran nafas: aspirasi cairan (air, garam, makanan nasogastrik) dapat menyebabkan laringospasme pada saluran pernafasan dan edema pulmo yang menghasilkan hipoksemia. Pengobatan termasuk pernafasan dengan tekanan positif yang tidak teratur dengan 100% oksigen dan isoproterenol.3. Obstruksi mekanik: aspirasi cairan atau zat partikel (saluran pernafasan

makanan secara parsial, hot dog, kacang) bisa menghasilkan penghambatan mekanis yang sederhana. Terjadinya batuk, desahan dab dispnea dengan atelektasis yang terlihat pada X-ray di dada. Pengobatan memerlukan penyedotan trakeobronkial dan menghilangkan zat partikel dengan serat optic bronkoskopi. 4. Pneumonia aspirasi: aspirasi bakteri dari orofaring. Pasien mengalami batuk, demam, batuk berdahak dan hasil radiografi menunjukkan infiltrasi. Pengobatan membutuhkan antibiotik. G. Gejala Klinis

12

Gejala klinis dapat berupa bronkopneumonia, pneumonia lobar, pneumonia nekrotikans, atau abses paru dan dapat diikuti terjadinya empiema. Pasien mendadak batuk dan sesak napas sesudah makan atau minum. Awitan umumnya insidious, walaupun pada infeksi anaerob bisa memberikan gambaran akut seperti pneumonia pneumokokus berupa sesak napas pada saat istirahat, sianosis. Umumnya pasien datang 1-2 minggu sesudah aspirasi, dengan keluhan demam mengigil, nyeri pleuritik, batuk, dan dahak purulen berbau ( pada 50% kasus). Kemudian bisa ditemukan nyeri perut, anoreksia, dan penurunan berat badan, bersuara saat napas (mengi), takikardi, merasa pusing atau kebingungan, merasa marah atau cemas.1,2,5 H. Diagnosis Untuk mendiagnosis pneumonia aspirasi, harus melihat gejala pasien dan temuan dari pemeriksaan fisik. Keterangan dari foto polos dada, pemeriksaan darah dan kultur sputum yang juga bermanfaat. Foto torak biasanya digunakan untuk mendiagnosis pasien di rumah sakit dan beberapa klinik yang ada fasilitas foto polosnya. Namun, pada masyarakat (praktek umum), pneumonia biasanya didiagnosis berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik saja. Mendiagnosis pneumonia bisa menjadi sulit pada beberapa orang, khususnya mereka dengan penyakit penyerta lainnya. Adakalanya CT scan dada atau pemeriksaan lain diperlukan untuk membedakan pneumonia dari penyakit lain.1,5 Orang dengan gejala pneumonia memerlukan evaluasi medis. Pemeriksaan fisik oleh tenaga kesehatan menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh, peningkatan laju pernapasan (tachypnea), penurunan tekanan darah (hipotensi) , denyut jantung yang cepat (takikardi) dan rendahnya saturasi oksigen, yang merupakan jumlah oksigen di dalam darah yang indikasikan oleh oksimetri atau analisis gas darah. Orang dengan kesulitan bernapas, yang bingung, atau memiliki sianosis memerlukan perhatian segera.2,5 Pemeriksaan fisik tergantung pada luas lesi di paru. Pada pemeriksaan terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, fremitus raba meningkat13

disisi yang sakit. Pada perkusi ditemukan redup, pernapasan bronkial, ronki basah halus, egofoni, bronkofoni, whispered pectoriloquy. Kadang- kadang terdengar bising gesek pleura (pleural friction rub). Distensi abdomen terutama pada konsolidasi pada lobus bawah paru, yang perlu dibedakan dengan kolesistitis dan peritonitis akut akibat perforasi.2 Pemeriksaan penunjang 1. Gambaran Radiologis Pemeriksaan yang penting untuk pneumonia pada keadaan yang tidak jelas adalah foto polos dada. Foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan interstitial dengan atau tanpa disertai gambaran kaviti pada segmen paru yang terinfeksi. Gambaran lusen disertai dengan infiltrat menunjukkan nekrotik pneumonia. Air fluid level mengindikasikan abses paru atau fistula bronkopleura.Sudut costofrenicus yang blunting dan meniscus yang positif menunjukkan para pneumonic pleural effusion.4 2. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan jumlah leukosit yang meningkat (lebih dari 10.000/mm3, kadang- kadang mencapai 30.000/mm3), yang mengindikasikan adanya infeksi atau inflamasi. Tapi pada 20% penderita tidak terdapat leukositosis. Hitung jenis leukosit shift to the left. LED selalu naik. Billirubin direct atau indirect dapat meningkat, oleh karena pemecahan dari sel darah merah yang terkumpul dalam alveoli dan disfungsi dari hepar oleh karena hipoksia. Untuk menentukan diagnosa etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Analisis gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.3

14

Lokasi infiltrate:

Bagian tengah dan bawah lobus kanan paru paling sering terjadi inflamasi dengan ukuran lebih besar Pasien yang mengalami aspirasi pada keadaan berdiri, infiltrat akan terbentuk pada lobus kanan dan kiri bagian bawah. Pasien yang mengalami aspirasi pada pada keadaan berbaring posisi dekubitus lateral kiri, infiltrate akan terbentuk pada sisi kiri. Pada pasien pecandu alkohol yang mengalami aspirasi pada posisi prone, kosolidasi yang terbentuk lebih sering pada lobus atas paruparu kanan.

Gambar 5: rontgen thorax pasien dengan pneumonia aspirasi paru-paru kiri5

15

Gambar 6: rontgen thorax pasien dengan aspirasi masif pada paru-paru kanan.5

Gambar 7: CT-Scan dada pada Pneumonia aspirasi1016

Tanda dan gejala infeksi tractus respiratorius inferior Riwayat aspirasi isi lambung (pasti atau suspect supect)

Ya Rontgen Thorax Negatif Positif

Tidak

Rontgen Thorax Negatif Positif Pneumonia

Peristiwa aspirasi Pneumonia asprasi Durasi gejala > 24 jam

Bronkitis

Tidak diterapi antibiotik, tindakan suportif

Terapi antibiotik, tindakan suportif

Tidak

Ya

Tidak diterapi antibiotik, tindakan suportif

Terapi antibiotik, tindakan suportif

Tabel 2. Skema diagnosis pneumonia aspirasi2 I. Penatalaksanaan Pasien dibaringkan setengah duduk. Pada pasien dengan disfagi dan atau gangguan reflex menelan perlu dipasang selang nasogastrik. Bila cairan teraspirasi, trakea harus segera diisap untuk menghilangkan obstruksinya. Lakukan maneuver Heimlich untuk mengeluarkan aspirasi bahan padat, bila bahan yang teraspirasi tidak dapat dikeluarkan segera lakukan trakeotomi17

(krikotirotomi). Pengeluaran bahan yang tersangkut, biasanya dilakukan dengan bronkoskopi. Berikan oksigen nasal atau masker bila ada tanda gagal napas berikan bantuan ventilasi mekanik. Lakukan postural drainage untuk membantu pengeluaran mukus dari paru-paru 1,2,5 Pada PAK terapi empirik haruslah mencakup patogen anaerob, sedangkan pada PAN harus pula mencakup pathogen Gram negatif dan S. aureus sampai hasil kultur sputum memberikan hasil untuk penentuan terapi antibiotika.1 Pneumonia aspirasi (PA) dengan tipe yang didapat di masyarakat diberikan penisilin atau sefalosporin generasi ke 3, ataupun klindamisin 600 mg iv/ 8 jam bila penisilin tidak mempan atau alergi terhadap penisilin. Bila PA didapatkan di rumah sakit diberikan antibiotika spectrum luas terhadap kuman aerob dan anaerob, misalnya aminoglikosida dikombinasikan dengan sefalosporin generasi ke 3 atau 4, atau klindamisin. Perlu dipertimbangkan pola dan resistensi kuman di rumah sakit bersangkutan. Dilakukan evaluasi hasil terapi dan resolusi terhadap terapi berdasarkan gambaran klinis bakteriologis untuk memutuskan penggantian atau penyesuaian antibiotik (AB).1 Tidak ada patokan pasti lamanya terapi. Antibiotik perlu diteruskan hingga kondisi pasien baik, gambaran radiologis bersih atau stabil selama 2 minggu. Biasanya diperlukan terapi 3-6 minggu. 1 Follow up

Pasien dengan keadaan hemodinamik berat atau dengan distress respiratory di rawat di ICU. Pasien dengan respiratori yang stabil di rawat di bangsal perawatan umum.

18

Gambar 8: Bronchoscopy9

19

20

21

22

23

J. Komplikasi 1. Gagal nafas dan sirkulasi Efek pneumonia terhadap paru-paru pada orang yang menderita pneumonia sering kesulitan bernafas,dan itu tidak mungkin bagi mereka untuk tetap cukup bernafas tanpa bantuan agar tetap hidup. Bantuan pernapasan non-invasiv yang dapat membantu seperti mesin untuk jalan nafas dengan bilevel tekanan positif,dalam kasus lain pemasangan endotracheal tube kalau perlu dan ventilator dapat digunakan untuk membantu pernafasan. Pneumonia dapat menyebabkan gagal nafas oleh pencetus akut respiratory distress syndrome(ARDS). Hasil dari gabungan infeksi dan respon inflamasi dalam paru-paru segera diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan ini menyatu dengan keras menyebabkan kesulitan penyaringan udara untuk cairan alveoli,harus membuat ventilasi mekanik yang dibutuhkan.22.

Syok sepsis dan septic Merupakan komplikasi potensial dari pneumonia. Sepsis terjadi

karena mikroorganisme masuk ke aliran darah dan respon sistem imun melalui sekresi sitokin. Sepsis seringkali terjadi pada pneumonia karena bakteri; streptoccocus pneumonia merupakan salah satu penyebabnya. Individu dengan sepsis atau septik membutuhkan unit perawatan intensif di rumah sakit. Mereka membutuhkan cairan infus dan obat-obatan untuk membantu mempertahankan tekanan darah agar tidak turun sampai rendah. Sepsis dapat menyebabkan kerusakan hati,ginjal,dan jantung diantara masalah lain dan sering menyebabkan kematian.2 3. Effusi pleura,empyema dan abces Ada kalanya,infeksi mikroorganisme pada paru-paru akan

menyebabkan bertambahnya (effusi pleura) cairan dalam ruang yang mengelilingi paru (cavum pleura). Jika mikroorganisme itu sendiri ada di rongga pleura, kumpulan cairan ini disebut empyema. Bila cairan pleura ada24

pada orang dengan pneumonia, cairan ini sering diambil dengan jarum (toracentesis) dan diperiksa, tergantung dari hasil pemeriksaan ini. Pada kasus empyema berat perlu tindakan pembedahan. Jika cairan tidak dapat dikeluarkan,mungkin infeksi berlangsung lama, karena antibiotik tiak menembus dengan baik ke dalam rongga pleura. Abses pada paru biasanya dapat dilihat dengan foto thorax dengan sinar x atau CT scan. Abses-abses khas terjadi pada pneumonia aspirasi dan sering mengandung beberapa tipe bakteri. Biasanya antibiotik cukup untuk pengobatan abses pada paru,tetapi kadang abses harus dikeluarkan oleh ahli bedah atau ahli radiologi.2 K. Prognosis Angka mortalitas PAK adalah sebesar 5% yang meningkat menjadi 20% pada PAN. Angka mortalitas pneumonia aspirasi yang tidak disertai komplikasi adalah sebesar 5%, sedangkan pada aspirsai masif dengan atau tanpa disertai sindrom Mendelson mencapai 70%. Angka mortalitas aspirasi pneumonia disertai empyema sebesar 20%.1,3 L. Pencegahan

Pada pasien yang memiliki disfungsi menelan untuk menghindari aspirasi asam lambung, diperlukan teknik kompensasi untuk mengurangi aspirasi dengan diet lunak dan takaran yang lebih sedikit

Posisikan kepala 45 dari bed tempat tidur pada pasien beresiko untuk terjadinya aspirasi. Pasang NGT pada pasien yang beresiko, contoh disfagia. Puasa 6-8 jam sebelum operasi elektif agar perut kosong sebelum operasi berlangsung.

25

BAB III SIMPULAN Pneumonia aspirasi adalah penyebab nyata kesakitan atau kematian pada pasien yang berjumlah banyak. Pengidentifikasian dan pembedaan antara beberapa sindrom aspirasi sebagian besar menggunakan kemampuan klinis atau epidemiologikal. Pengobatan biasanya bersifat empiris, dan perbedaan antara tipe aspirasi yang cukup, diperlukan untuk memperoleh hasil terbaik. Strategi pencegahan telah ditunjukkan untuk mengurangi angka sindrom aspirasi.

26

DAFTAR PUSTAKA1. Marik. E.P, 2001. Aspiration Pneumonitis and Aspiration Pneumonia. N

Engl J Med, Vol 334, No. 9. Texas tech University Health Science Center: Massacussetts 2. Marlisa. 2011. Pneumonia Aspirasi. UPN Veteran. (http://www.scribe.com/, 8 Maret 2012) 3. Chamberlain, NR. Clinical Syndromes of Pneumonia. 2002. (http://www.kcom.edu/faculty/chamberlain/Website/lectures/syllabi3.htm, 8 Maret 2012) 4. Bartlett, JG, Sexton, DJ, Thorner, AR, Aspiration Pneumonia In Adult. UpToDate For Patients 2009 (http://www.uptodate.com/, 8 Maret 2012) 5. O,connor, S. Aspiration pneumonia and pneumonitis. Australian Prescriber 2003. (http://www.australianprescriber.com/, 8 Maret 2012) 6. Swaminathan, A. Naderi S. Pneumonia aspiration. eMedicine 2008. (http://www.patient.co.uk/, 9 Maret 2011) 7. Swaminathan, A. Aspiration Pneumonia. eMedicine 2009. (http://emedicine.medscape.com/article/, 8 Maret 2011) 8. Dugdale, DC, Vyas, JM, Zieve D. Aspiration pneumonia. Medline Plus 2009. (http://medlineplus.gov/, 8 Maret 2009)

27