Skills Lab Rekam Medik (Demam Dan Diare) by Milladonaa
description
Transcript of Skills Lab Rekam Medik (Demam Dan Diare) by Milladonaa
SKILLS LAB REKAM MEDIK
Jessica Philbertha
DEMAM
Demam Tifoid
Gejala klinis :
1. Minggu pertama : demam terutama sore hingga malam hari, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi ayai diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis.
2. Minggu kedua : demam, bradikardia relative, lidah yang berselaput, hepatosplenomegali, meteorismus, gangguan mental.
Laboratorium :
1. Pemeriksaan rutin : leucopenia, anemia ringan, trombositopenia, LED meningkat, SGPT/OT meningkat,
2. Uji widal titer O dan H : mulai positif pada akhir minggu pertama.
3. Uji Tubex : hanya mendeteksi IgM.4. Uji Typhidot : untuk IgM dan IgG protein
membrane luar S. typhi.5. Uji IgM dipstick6. Kultur darah : memastikan demam tifoid.
Penatalaksanaan :
1. Non farmakologi : tirah baring, makanan lunak, rendah serat.
2. Farmakologi : kloramfenikol (pada anak : 50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis per oral atau IV selama 10-14 hari, pada dewasa : 4x500 mg oral atau IV sampai 7 hari bebas panas).
3. Rencana Evaluasi : evaluasi suhu tubuh dan tanda-tanda komplikasi.
4. Edukasi : tentang perjalanan penyakit, komplikasi, dan tatalaksana demam tifoid, upaya pencegahan dengan vaksinasi dan hygiene lingkungan.
DD : DBD, malaria, gastroenteritis akut.
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Gejala klinis : demam mendadak tinggi, nyeri kepala, nyeri retro orbita, mialgia/arthralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif, leukopenia.
Fase demam selama 2-7 hari diikuti fase kritis 2-3 hari (tanpa demam).
Laboratorium :
1. NS1, IgM dan IgG anti dengue (NS1 hari pertama demam, IgM mulai terdeteksi hari ke 3-5, IgG mulai hari ke 14).
2. Limfositosis relative dengan limfosit plasma biru, trombositopenia, Ht ≥ 20%, PT, APTT, fibrinogen, D-dimer, hipoproteinemia, SGPT/OT meningkat, elektrolit.
Radiologis : mungkin terjadi efusi pleura dan asites pada USG.
Penatalaksanaan :
1. Farmakologi : parasetamol jika demam.2. Nonfarmakologi : pemberian cairan oral
atau IV (kristaloid 1500 + 20 x (BB-20)).3. Rencana evaluasi : tanda vital, trombosit,
Hb, Ht, diuresis.4. Edukasi : tentang cara penularan,
perjalanan penyakit, terapi DBD.
DD : demam tifoid, campak, leptospirosis, influenza, chikungunya.
Malaria
Trias malaria : menggigil, demam, berkeringat banyak.
Gejala klinis :
1. Demam periodic (falsiparum tidak tentu, vivax dan ovale tertiana, malariae quartana), anemia, splenomegali.
2. Prodromal : lesu, malaise, sakit kepala, sakit belakang, dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia, perut tak enak, diare ringan.
Laboratorium : sediaan hapus darah tepi (tebal dan tipis).
Tatalaksana :
1. Farmakologi : artemeter (20 mg) + lumefantrine (120 mg) 4 tablet 2x1 sehari selama 3 hari (pada anak artesunat + amodiakuin+ primakuin).
2. Non farmakologi : tirah baring.3. Rencana evaluasi : monitoring respon
pengobatan apakah terjadi resistensi atau tidak, tanda vital tiap 6 jam, gula darah tiap 3 jam.
4. Edukasi : cara penularan, perjalanan penyakit, terapi, dan komplikasi malaria.
DD : demam tifoid, DBD, dan penyakit infeksi lainnya.
Difteri
Gejala klinis : demam sekitar 38oC, kerongkongan sakit dan suara parau, perasaan
tidak enak, mual, muntah, lesu, sakit kepala, rinorea.
Difteri tonsil dan faring: membrane putih kebiruan dan menyebar sampai ke daerah tonsil dan menutupi hampir seluruh palatum mole, melekat dan berdarah kalau dilepaskan, bullneck appearance.
PF : KU agak toksik, suhu 38oC, kesulitan bernafas, takikardi, pucat, pseudomembran,
Pemeriksaan KV : takikardi, suara jantung lemah, gallop, aritmia.
Pemeriksaan leher : edema submandibular, stridor, bullneck.
Pemeriksaan naurologis : gerakan palatum mole berukurang, paralisis otot mata, paralisis ekstremitas inferior.
Diagnosis awal cepat : pewarnaan methylene blue, pewarnaan Gram, imunofluoresence.
Diagnosis definitive : kultur
DD : common cold, sinusitis, tonsilofaringitis, laringotrakeobronkitis, croup.
Tatalaksana :
1. Non farmakologi : tirah baring, makana lunak atau cair, fisioterapi.
2. Rencana evaluasi : evaluasi pemeriksaan fisik dan tanda vital, EKG serial 2-3 kali seminggu untuk deteksi miokarditis.
3. Farmakologi : Anak : 40.000 unit ADS
IM/IV,penisilin prokain 50.000 unit/kgBB selama 7 hari, parasetamol jika demam.
Dewasa : penisilin prokain 1,2 juta unit/hari IM 2x sehari selama 14
hari, antitoksin 20-40 ribu unit IV dalam 60 menit.
4. Edukasi : komplikasi penyakit difteri dan pencegahannya dengan vaksin DPT.
Campak
Gejala klinis : demam tinggi, batuk, pilek (coryza), mata merah (konjungtivitis), ruam makulopapularmenyeluruh, riwayat kontak, riwayat imunisasi, nyeri tenggorokan, bercak koplik.
Diagnosis berdasarkan gejala yang khas.
PP yang mungkin dilakukan : pemeriksaan darah tepi, IgM anti campak.
Tatalaksana :
1. Farmakologi : vitamin A (< 6 bulan 50 ribu IU, 6-11 bulan 100 ribu IU, 12 bulan-5tahun 200 ribu IU), parasetamol jika demam.
2. Non farmakologi : tirah baring, makanan yang bergizi.
3. Edukasi : perjalanan penyakit campak dan pencegahannya dengan imunisasi campak.
4. Rencana evaluasi : PF dan tanda vital.
DD : rubella dan demam skarlatina.
Demam Skarlatina
Diagnosis : demam ≥ 5 hari, eksentema polimorf, injeksi konjungtiva bilateral, lidah strawberry, mukosa bibir hiperemi dan lesi, limfadenitis servikal unilateral, akral edema dan eritema, ujung jari deskuamasi.
Gejala klinis : sakit kepala, nausea, vomit, sore throat, nyeri perut, mialgia, malaise.
Laboratorium : leukositosis, eosinofilia, kultur ditemukan GABHS.
Tatalaksana :
1. Farmakologi : benzatin penisilin G.2. Non farmakologi : tirah baring dan nutrisi
yang cukup.3. Edukasi : perjalanan penyakit dan
komplikasi scarlet fever.4. Rencana evaluasi : pemantauan
glomerulonefritis dan demam rematik akut.
DD : rubella, rubeola, infeksi mononucleosis.
Demam Rematik Akut
Gejala :
1. Carditis : demam, batuk, pilek, sesak, nyeri dada.
2. Polyarteritis migrans : radang pada sendi besar.
3. Chorea syndenham4. Erythema marginatum5. Subcutan nodule
PP : leukositosis, reaktan fase akut + (CRP, LED), EKG (pemanjangan interval PR), ASTO +.
Tatalaksana :
1. Non farmakologi : tirah baring2. Farmakologi : eradikasi streptococcus
(benzatin penisilin G), obat antiinflamasi (salisilat, prednisone), suportif (digitalis, ACE-I, diuretic, suplementasi K).
3. Edukasi : perjalanan dan komplikasi DRA seperti carditis.
4. Rencana evaluasi : EKG dan pemeriksaan neurologis.
DD : Kawasaki disease, SLE.
Varisella
Keluhan : demam, pilek, lelah, lesi, mialgia, dan gejala infeksi virus lainnya, kemerahan dan lenting kecil berisi cairan dengan dinding tipis, ruam kulit, nyeri, gatal.
PP : Tzank smear, kultur, tes aglutinasi lateks.
Tatalaksana :
1. Non farmakologi : gunting kuku, hindari pecahnya lenting, istirahat, mandi seperti biasa.
2. Farmakologi : asiklovir tablet 800 mg/hari setiap 4 jam selama 7-10 hari.
3. Edukasi : cara mencegah penularan varisella, pentingnya vaksinasi varisella, dan perjalanan penyakit varisella.
4. Rencana evaluasi : evaluasi keadaan fisik pasien.
DD : herpes zooster, pemfigus bulosa, smallpox.
DIARE
Kolera
Gejala klinis : diare encer tanpa didahului rasa mulas berwarna seperti air cucian beras, muntah, kejang otot karena kurang Ca, asidosis metabolik, lemah, dehidrasi.
PP : biakan dan pewarnaan, elektrolit, AGD.
Tatalaksana :
1. Farmakologi : Anak : tetrasiklin 12,5 mg/kgBB per
oral 4x sehari selama 3 hari. Dewasa : tetrasiklin 500 mg per oral
4x sehari selama 3 hari.
2. Non farmakologi : rehidrasi (ORS/IV).3. Edukasi : cara penularan kolera dan
pentingnya sanitasi lingkungan.4. Rencana evaluasi : evaluasi tanda-tanda
dehidrasi dan syok hipovolemik.
DD : penyakit diare sekretorik lainnya.
Amebiasis
Gejala : diare darah bercampur lendir yang terpisah dapat mencapai 10x/hari, nyeri perut, demam, anoreksia, berat badan turun.
DD : shigellosis, IBS, enteritis.
PP : pemeriksaan tinja, biakan, USG.
Tatalaksana :
1. Farmakologi : paramomycin 3x500 mg/hari selama 10-13 hari atau metronidazole 35-50 mg/kgBB atau 3x500 mg sehari selama 5 hari.
2. Non farmakologi : rehidrasi.3. Edukasi : personal hygiene, masak air
minum, cara penularan, cuci tangan setelah BAB, BAB di jamban.
4. Rencana evaluasi : evaluasi kemungkinan amebiasis hati dengan USG.
Disentri Basiler
Gejala klinis : : diare sedikit-sedikit, terus menerus, berlendir bercampur darah, sakit perut yang melilit, muntah-muntah, sakit kepala, suhu badan abnormal, dehidrasi, syok, rasa haus, turgor kulit turun.
PP : pemeriksaan tinja dengan rectal swab, endoskopi.
DD : radang kolon yang disebabkan kuman enterohemoragik dan enteroinvasif seperti E. coli, E. histolytica.
Tatalaksana :
1. Non farmakologi : cairan dan elektrolit, diet makanan lunak.
2. Farmakologi : ciprofloxasin 2x500 mg/hari selama 3 hari.
3. Rencana evaluasi : evaluasi elektrolit, leukosit, trombosit, glukosa darah, serta kemungkinan komplikasi lainnya.
4. Edukasi : higiene diri dengan mencuci tangan menggunakan sabun, suplai air yang tidak terkontaminasi, jamban yang bersih.
***