skenario 4 - sistem imun
-
Upload
muthiafadhilah -
Category
Documents
-
view
11 -
download
3
description
Transcript of skenario 4 - sistem imun
11 Definisi defisiensi imun
Penyakit defisiensi imun adalah sekumpulan aneka penyakit yang karena memiliki satu atau lebih ketidaknormalan sistem imun dimana kerentanan terhadap infeksi meningkat Defisiensi imun primer tidak berhubungan dengan penyakit lain yang mengganggu sistem imun dan banyak yang merupakan akibat kelainan genetik dengan pola bawaan khusus Defisiensi imun sekunder terjadi sebagai akibat dari penyakit lain umur trauma atau pengobatan
Meskipun kemungkinan defisiensi imun harus dipikirkan pada seseorang yang sering mengalami infeksi tetapi sejatinya penyakit imunodefiensi angka kejadiannya tidak tinggi Karena itu selalu pertimbangkan kondisi lain yang membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi seperti penyakit sickle cell diabetes kelainan jantung bawaan malnutrisi splenektomi enteropati terapi imunosupresif dan keganansan
12 Etiologi defisiensi imun
Penyebab defisiensi imun sangat beragam dan penelitian berbasis genetik berhasil mengidentifikasi lebih dari 100 jenis defisiensi imun primer dan pola menurunnya terkait pada X-linked recessive resesif autosomal atau dominan autosomal
Penyebab defisiensi imun
Defek genetik Defek gen-tunggal yang diekspresikan di banyak jaringan (misal ataksia-teleangiektasia defsiensi deaminase adenosin) Defek gen tunggal khusus pada sistem imun ( misal defek tirosin kinase pada X-linked agammaglobulinemia abnormalitas rantai epsilon pada reseptor sel T) Kelainan multifaktorial dengan kerentanan genetik (misal common variable immunodeficiency)
Obat atau toksin Imunosupresan (kortikosteroid siklosporin)Antikonvulsan (fenitoin)
Penyakit nutrisi dan metabolik Malnutrisi ( misal kwashiorkor)Protein losing enteropathy (misal limfangiektasia intestinal)Defisiensi vitamin (misal biotin atau transkobalamin II)
Defisiensi mineral (misal Seng pada Enteropati Akrodermatitis)
Kelainan kromosom Anomali DiGeorge (delesi 22q11)Defisiensi IgA selektif (trisomi 18)
Infeksi Imunodefisiensi transien (pada campak dan varicella )Imunodefisiensi permanen (infeksi HIV infeksi rubella kongenital)
13 Klasifikasi defisiensi imun
Defisiensi imun terdiri atas sejumlah penyakit yang menimbulkan kelainan satu atau lebih sistem imun
A Defisiensi imun nonspesifik1 Defisiensi komplemen
Defisiensi komplemen atau fungsi komplemen berhubungan dengan peningkatan insidens penyakit dan penyakit autoimun seperti LES Komponen komplemen di perlukan untuk membunuh kuman opsonisasi kemotaksis pencegahan penyakit autoimun dan eliminasi kompleks antigen antibodi defisensi komplemen dapat menimbulkan berbagai akibat seperti infeksi bakteri yang rekuren dan peningkatan sensitivitas terhadap penyakit autoimun Kebanyakan defisiensi komplemen adalah herediter
a Defisiensi komplemen kongenitalDefisiensi komplemen biasanya menimbulkan infeksi yang berulang atau penyakit kompleks imun seperti LES san glomeluronefritis
i Defisiensi inhibitor esterase C1Defisiensi imun C1 INH berhubungan dengan angioedema herediter penyakit yang di tandai dengan edema lokal sementara tetepi sering sekali Defek tersebut menimbulkan aktivitas C1 yang tidak dapat di kontrol dan produksi kinin yang meningkatkan permeabilitas kapiler C2a dan C4a juga dilepas untuk merangsang sel mast melepas histamin di daerah dekat trauma yang berperan pada edema lokal
ii Defisiensi C2 dan C4Defisiensi C2 dan C4 dapat menimbulkan penyakit serupa LES mungkin disebabkan kegagalan eliminasi kompleks imun yang komplemen dependen
iii Defisiensi C3Defisiensi C3 dapat menimbukan reaksi berat yang fatal terutama berhubungan dengan infeksi mikroba piogenik seperti streptokok dan stafilokok Tidak adanya C3 berarti fragmen kemotaktik C5 tidak diproduksi Komoleks antigen antibodi C3b tidak diendapkan di membran dan terjadi opsonisasi
iv Defisiensi C5Defisiensi C5 menimbulkan kerentanan terhadap infeksi bakteri yang berhubungan dengan gangguan kemotaksis
v Defisiensi C6 c7 dan C8Defisiensi C6 C7 dan C8 meningkatkan kerentanan terhadap septikemi meningkok dan gonokok Lisis melalui jalur komplemen merupakan mekanisme kontrol utama dala imunitas neseria Penderita dengan defisiensi protein tersebut menunjukan derajat infeksi neseria sepsis artritis yang lebih berat dan peningkatan DIC
b Defisiensi komplemen fisiologikDefisiensi komplemen fisiologik hanya ditemukan pada neonatus yang disebabkan kadar C3 C5 dan faktor B yang masih rendah
c Defisiensi komplemen didapatDefisiensi komplemen di dapat disebabkan oleh depresi sintesis misalnya pada sirosis hati dan malnutrisi proteinkalori Pada anemia sel sabit ditemukan
gangguan aktivitas komplemen yang meningkatkan risiko infeski salmonela dan pneumokok
i Defisiensi ClqrsDefisiensi Clqrs terjadi bersamaan dengan penyakit autoimun terutama pada penderita LES Penyakit yang berhubungan dengan defisiensi C1 adalah edem angioneurogik herediter Penderita tersebut tidak memiliki inhibitor esterase C1 Akibatnya ialah efek C1 terhadap C4 atau C2 berjalan terus yang dapat mengaktifkan berbagai bahan seperti plasmin dan peptida yang vasoaktif Hal ini menimbulkan edem lokal dalam berbagai alat tubuh yang dapat fatal bila terjadi dalam larings
ii Defisiensi C4Defisiensi C4 ditemukan pada beberapa penderita LES
iii Defisiensi C2Defisiensi C2 merupakan defisiensi komplemen yang paling sering terjadi Defisiensi tersebut tidak menunjukan gejala seperti telah dijelaskan terlebih dahulu dan terdapat pada penderita LES
iv Defsiensi C3Penderita dengan defisiensi C3 menunjukan infeksi bakteri rekuren Pada beberapa penderita disertai dengan glomeluronefritis kronik
v Defisiensi C2-C8Penderita dengan defisiensi C5-C8 menunjukan kerentanan yang meningkat terhadap infeksi terutama neseria
vi Defisiensi C9Defisiensi C9 sangat jarang ditemukan Anehnya penderita tersebut tidak menunjukan tanda infeksi rekuren mungkin karena lisis masih dapat terjadi atas pengaruh C8 tanpa C9 meskipun terjadi secara perlahan
2 Defisiensi interferon dan lisozima Defisiensi interferon kongenital
Defisiensi interferon kongenital dapat menimbulkan infeksi mononukleosis yang fatal
b Defisiensi interferon dan lisozim didapatDefisiensi interferon dan lisozim dapat ditemukan pada malnutrisi protein kalori
3 Defisiensi sel NKa Defisiensi kongenital
Defisiensi sel NK kongenital telah ditemukan pada penderita dengan osteoporosis (defek osteoklas dan monosit) Kadar IgG IgA dab kekerapan auto-antibodi biasanya meningkat
b Defisiensi didapatDefisiensi sel NK yang didapat terjadi akibat imunosupresi atau radiasi
4 Defisiensi sistem fagosit Fagosit dapat menghancurkan mikroorganisme dengan atau tanpa bantuan
komplemen Defisiensi fagosit sering disertai dengan infeksi berulang Resiko infeksi meningkat bila jumlah fagosit turun smp lt 500 mm3
Defisiensi ditekankan terhadap sel PMNa Defisiensi kuantitatif Neutropenia atau granulositopenia dapat disebabkan
ndash Penurunan produksi Depresan sumsum tulang (kemoterapi)LeukemiaKondisi genetik (defek perkembangan selprogenitor)
ndash Peningkatan destruksi
Fenomena autoimun akibat pemberian obat (quinidine oksasiklin) Hipersplenisme dng ciri fungsi destruksi limpa berlebihan
b Defisiensi kualitatif Dapat mengenai fungsi fagosit seperti kemotaksis menelan memakan dan
membunuh mikroba intraseluleri Chronic granulomatous disease Ditemukan defek neutropil dan ketidakmampuan membentuk peroksid
hidrogen atau metabolit oksigen toksik lainnya Infeksi rekuren berbagai mikroba baik negatif gram maupun positif
gram Penyakit linked resesif
ii Defisiensi glucosa-6-phosphate dehydrogenase Akibat defisiensi generasi nicotinamide adenine dinucletide phosphate
dehydrogenase (NADPH) Tidak dibentuk peroksidase yg diperlukan untuk membunuh kuman
intraseluler Kerentanan yg tinggi terhadap kuman yg biasanya mempunyai
virulensi rendahiii Defisiensi mieloperoksidase
Peroksidase ditemukan dalam granul sitoplasma (neutrofil) dan dilepas ke fagosom melalui proses degranulasi yg diikuti dgn fagositosis
Proses ini terganggu Ditemukan infeksi mikroba rekuren terutama kandida albicans dan S
Aureusiv Sindroma Chediak-Higashi
Neutrofil mengandung lisosom besar abnormal yg dapat bersatu dgn fagosom ttp terganggu dlm kemampuan melepas isinya sehingga proses menelan dan menghancurkan mikroba terlambat
Ditandai dgn infeksi rekuren piogenik terutama streptokok dan stafilokok
v Sindroma Job Kemotaksis neutrofil terganggu Berupa pilek berulang abses stafilokok eksim kronis dan otitis media
vi Sindroma Leukosit malas (lazy leucocyte) Jumlah neutrofil menurun respons kemotaksis dan respon inflamasi
terganggu Rentan terhadap infeksi mikoba berat
vii Defisiensi adhesi leukosit Leukosit menunjukkan defek adhesi dgn permukaan endotel dan antar
leukosit kemotaksis dan aktivitas fagositosis yg buruk
Infeksi bakteri dan jamur rekuren dan gangguan penyembuhan luka
B Defisiensi imun spesifik Defisiensi kongenital atau primer Defisiensi imun spesifik fisiologi Defisiensi imun didapat atau sekunder
1 Defisiensi kongenital atau primerDefisiensi imun spesifik kongenital sangat jarang terjadi Beberapa orang terlahir dengansistem imun yang cacat Defek atau tidak adanya sejumlah gen menimbulkan defisiensi imun kongenital Misalnya orang yang tidak bertimus akan mempunyai imunitas selular yang tidak optimal Ada juga orang yang mempunyai sel B dalam jumlah sedikit sehingga imunitas humoralnya kurang berfungsi dengan baik
a defisiensi imun primer sel B Dapat berupa gangguan perkembangan sel BTidak ada semua Ig atau satu
kelas atau subkelas Igi X-linked hypogama globulinemia
Tidak adanya Ig dari semua kelas Pre-sel B yg ada dalam kadar normal tidak dapat berkembang menjadi
sel B yg matang Bayi laki-laki usia 5-6 bulan mulai infeksi bakteri berulang
ii Hipogammaglobulinemia yg sementara Kadang-kadang bayi tidak mampu memproduksi IgG dengan cukup
meskipun kadar IgM dan IgA normal Karena sel T belum matang Pada bayi (6-7 bulan) dan membaik sendiri pd usia 16-30 bulan
iii Common variable hypogammaglobulinemia Mengandung sel B tetapi tidak mampu berkembang menjadi sel
plasma yg memproduksi Ig Penyakit dapat timbul setiap saat (biasanya usia 15-35 tahun) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi kuman piogenik
iv Defisiensi imunoglobulin yg selektif (disgamma-globulinemia) Penurunan kadar satu atau lebih Ig sedang yg lain normal atau
meningkat Defisiensi IgA selektif (sering ditemukan)infeksi sino-pulmoner dan
gastrointestinal rekuren yg disebabkan virus atau bakteri Defisiensi IgM atau IgG selektif jarang ditemukan
b Defisiensi imun primer sel T Sangat rentan terhadap infeksi virus jamur dan protozoa Dpt juga menyebabkan gangguan produksi Ig
i Aplasia timus kongenital (sindroma di George) Disebabkan defek dalam perkembangan embrio baik kelenjar timus
maupun kelenjar paratiroid terkena Sel T tidak ada sedikit dalam darah kelenjar getah bening dan limpa
ii Kandidiasis mukokutan kronik Kemampuan sel T yg kurang untuk memproduksi MIF dalam respons
terhadap antigen kandida Infeksi jamur bisa non patogenik seperti kandida albicans pd kulit dan
selaput lendirc Defisiensi kombinasi sel B dan sel T yg berat
i Severe combined immunodeficiency disease
Merupakan penyakit akibat gangguan sel T dan sel B (limfositopenia) Rentan thd infeksi virus bakteri jamur dan protozoa terutama CMV
pneumonitis karini dan kandidaii Sindroma Nezelof
Imunitas sel T nampak jelas menurun Defisiensi sel B variabel dan disgammaglobulinemia Respon antibodi terhadap antigen spesifik biasanya rendah atau tidak
ada Rentan terhadap infeksi rekuren berbagai mikroba
iii Sindroma Wiskott-Aldrich IgM serum rendah kadar IgG normal sedang IgA dan IgE meningkat Jumlah sel B normal tidak memberikan respon thd antigen
polisakarida untuk memproduksi antibodi Mengenai usia muda dgn gejala trombositopenia eksim dan infeksi
rekuren
iv Ataksia telangiektasi Penyakit autosomal resesif mengenai syaraf endokrin dan sistem
vaskuler Ciri klinisnya berupa gerakan otot yg tidak terkoordinasi dan dilatasi
pembuluh darah kecil terlihat di sklera mata limfopenia penurunan IgA IgE dan kadang-kadang IgG
v Defisiensi adenosin deaminase Meningkatnya kadar bahan toksik berupa ATP dan deoxy-ATP dalam
sel limfoid
2 Defisiensi imun spesifik fisiologik
a Kehamilan Terjadi peningkatan aktivitas sel Ts atau efek supresif faktor humoral yg
dibentuk trofoblast Defisiensi imun selular dapat diturunkan pada kehamilan
b usiai Usia tahun pertama
Sistem imun balita masih belum matang Pada non radang sel T semua sel naif dan tidak memberi respons yg
adekuat thd antigen Antibodi janin disintesis pada awal minggu ke 20 tetapi kadar IgG
dewasa baru dicapai pd usia 5 thnii Usia lanjut
Atrofi timus dgn fungsi yg menurun Jumlah sel T naif dan kualitas respon sel T menurun
Imunitas humoral menurun perubahankualitas respons antibodi mengenai spesifisitas antibodi di autoantigen asing isotype antibodi dari IgG dan IgM dan afinitas antibodi dari tinggi menjadi rendah
C Defisiensi imun didapat atau sekunder1 Malnutrisi
Malnutrisi protein kaloriatrofi timus dan jaringan limfoid sekunder depresi respons sel T thd antigen dan sel alogenik pengurangan sekresi limfokin gangguan respons thd uji kulit hipersentivitas tipe lambat
2 infeksi
Infeksi virus bakteri dapat menekan sistem imun Malaria dan rubela kongenital 1048774 defisiensi antibodi Kehilangan imunitas seluler terjadi pd penyakit campak mononukleosis hepatitis
virus sifilis bruselosis lepra tuberkulosis milier dan parasit3 obat trauma tindakan kateterisasi4 penyinaran
Dosis tinggi menekan seluruh jaringan limfosit Dosis rendah menekan aktivitas sel Ts
5 penyakit berat Menyerang jaringan limfoid penyakit Hodgkin mieloma multiple leukemia
limfosarkoma Uremia menekan sistem imun GGK dan diabetes 1048774 defek fagosit sekunder
6 kehilangan imunoglobulin Pada nefrotik sindrom diare luka bakar
7Stress Stres untuk jangka waktu yang singkat justru dapat memperkuat sistem imunitas-tubuh akan memproduksi kortisol dalam jumlah lebih banyak untuk melawan dan menangkal stres Namun stres kronis memiliki pengaruh berkebalikan Hal itu dapat membuat anda rentan penyakit Stres kronis membuat hormon dan adrenalin turun yang akhirnya menekan sistem imunitas
8agamma globulinemia dengan timoma
14 Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium penting untuk diagnosis Pengukuran imunoglobulin serum dapat menunjukkan abnormalitas kuantitatif secara kasar Imunoglobulin yang sama sekali tidak ada (agamaglobulinemia) jarang terjadi bahkan pasien yang sakit berat pun masih mempunyai IgM dan IgG yang dapat dideteksi Defek sintesis antibodi dapat melibatkan satu isotop imunoglobulin seperti IgA atau grup isotop seperti IgA dan IgG Beberapa individu gagal memproduksi antibodi spesifik setelah imunisasi meskipun kadar imunoglobulin serum normal Sel B yang bersirkulasi diidentifikasi dengan antibodi monoklonal terhadap antigen sel B Pada darah normal sel-sel tersebut sebanyak 5-15 dari populasi limfosit total Sel B matur yang tidak ada pada individu dengan defisiensi antibodi membedakan infantile X-linked agammaglobulinaemia dari penyebab lain defisiensi antibodi primer dengan kadar sel B normal atau rendah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang merupakan sarana yang sangat penting untuk mengetahui penyakit defisiensi imun Karena banyaknya pemeriksaan yang harus dilakukan (sesuai dengan kelainan klinis dan mekanisme dasarnya) maka pada tahap pertama dapat dilakukan pemeriksaan penyaring dahulu yaitu
1 Pemeriksaan darah tepi
Hemoglobin
Leukosit total
Hitung jenis leukosit (persentasi)
Morfologi limfosit
Hitung trombosit
2 Pemeriksaan imunoglobulin kuantitatif (IgG IgA IgM IgE)
3 Kadar antibodi terhadap imunisasi sebelumnya (fungsi IgG)
Titer antibodi Tetatus Difteri
Titer antibodi Hinfluenzae
4 Penilaian komplemen (komplemen hemolisis total = CH50)
5 Evaluasi infeksi (Laju endap darah atau CRP kultur dan pencitraan yang sesuai)
15Manifestasi klinis
-Gejala yang biasanya dijumpai Infeksi saluran napas atas berulang Infeksi bakteri yang berat Penyembuhan inkomplit antar episode infeksi atau respons pengobatan inkomplit
-Gagal tumbuh atau retardasi tumbuhJarang ditemukan kelenjar atau tonsil yang membesarInfeksi oleh mikroorganisma yang tidak lazim
-Lesi kulit (rash ketombe pioderma abses nekrotiknoma alopesia eksim teleangiektasi warts yang hebat)
-Oral thrush yang tidak menyembuh dengan pengobatan
-Jari tabuh
-Diare dan malabsorpsi
-Mastoiditis dan otitis persisten
-Pneumonia atau bronkitis berulang
-Penyakit autoimun
-Kelainan hematologis (anemia aplastik anemia hemolitik neutropenia trombositopenia)
16 Diagnosis
a Antibodi mikrobial dalam pemeriksaan defisiensi imun
Kemampuan untuk memproduksi antibodi merupakan cara paling sensitif untuk menemukan gangguan dalam produksi antibodi Antibodi tersebut biasanya ditemukan dengan cara esai
ELISA Antibodi terhadap S Pneumoniae ditemukan hampir pada semua orang dewasa sehat Tetapi tidak pada pada individu dengan imuno defisiensi primer
bPemeriksaan In vitro
Tes in vitro dilakukan dengan uji fiksasi komplemen dan fungsi bakterisidal reduksi NBT atau stimulasi produksi superoksida yang memberikan nilai enzim oksidatif yang berhubungan dengan fagositosis aktif dan aktivitas bakterisidal
17 Pengobatan
- Pemberian globulin gama
-Pemberian sitokin
-Transfusi dalam bentuk neutrofil
-Transplatasi timus fetal dan sum-sum tulang
- Obat antivirus
-Vaksinasi
-Terapi Genetik
-Terapi potensial
13 Klasifikasi defisiensi imun
Defisiensi imun terdiri atas sejumlah penyakit yang menimbulkan kelainan satu atau lebih sistem imun
A Defisiensi imun nonspesifik1 Defisiensi komplemen
Defisiensi komplemen atau fungsi komplemen berhubungan dengan peningkatan insidens penyakit dan penyakit autoimun seperti LES Komponen komplemen di perlukan untuk membunuh kuman opsonisasi kemotaksis pencegahan penyakit autoimun dan eliminasi kompleks antigen antibodi defisensi komplemen dapat menimbulkan berbagai akibat seperti infeksi bakteri yang rekuren dan peningkatan sensitivitas terhadap penyakit autoimun Kebanyakan defisiensi komplemen adalah herediter
a Defisiensi komplemen kongenitalDefisiensi komplemen biasanya menimbulkan infeksi yang berulang atau penyakit kompleks imun seperti LES san glomeluronefritis
i Defisiensi inhibitor esterase C1Defisiensi imun C1 INH berhubungan dengan angioedema herediter penyakit yang di tandai dengan edema lokal sementara tetepi sering sekali Defek tersebut menimbulkan aktivitas C1 yang tidak dapat di kontrol dan produksi kinin yang meningkatkan permeabilitas kapiler C2a dan C4a juga dilepas untuk merangsang sel mast melepas histamin di daerah dekat trauma yang berperan pada edema lokal
ii Defisiensi C2 dan C4Defisiensi C2 dan C4 dapat menimbulkan penyakit serupa LES mungkin disebabkan kegagalan eliminasi kompleks imun yang komplemen dependen
iii Defisiensi C3Defisiensi C3 dapat menimbukan reaksi berat yang fatal terutama berhubungan dengan infeksi mikroba piogenik seperti streptokok dan stafilokok Tidak adanya C3 berarti fragmen kemotaktik C5 tidak diproduksi Komoleks antigen antibodi C3b tidak diendapkan di membran dan terjadi opsonisasi
iv Defisiensi C5Defisiensi C5 menimbulkan kerentanan terhadap infeksi bakteri yang berhubungan dengan gangguan kemotaksis
v Defisiensi C6 c7 dan C8Defisiensi C6 C7 dan C8 meningkatkan kerentanan terhadap septikemi meningkok dan gonokok Lisis melalui jalur komplemen merupakan mekanisme kontrol utama dala imunitas neseria Penderita dengan defisiensi protein tersebut menunjukan derajat infeksi neseria sepsis artritis yang lebih berat dan peningkatan DIC
b Defisiensi komplemen fisiologikDefisiensi komplemen fisiologik hanya ditemukan pada neonatus yang disebabkan kadar C3 C5 dan faktor B yang masih rendah
c Defisiensi komplemen didapatDefisiensi komplemen di dapat disebabkan oleh depresi sintesis misalnya pada sirosis hati dan malnutrisi proteinkalori Pada anemia sel sabit ditemukan
gangguan aktivitas komplemen yang meningkatkan risiko infeski salmonela dan pneumokok
i Defisiensi ClqrsDefisiensi Clqrs terjadi bersamaan dengan penyakit autoimun terutama pada penderita LES Penyakit yang berhubungan dengan defisiensi C1 adalah edem angioneurogik herediter Penderita tersebut tidak memiliki inhibitor esterase C1 Akibatnya ialah efek C1 terhadap C4 atau C2 berjalan terus yang dapat mengaktifkan berbagai bahan seperti plasmin dan peptida yang vasoaktif Hal ini menimbulkan edem lokal dalam berbagai alat tubuh yang dapat fatal bila terjadi dalam larings
ii Defisiensi C4Defisiensi C4 ditemukan pada beberapa penderita LES
iii Defisiensi C2Defisiensi C2 merupakan defisiensi komplemen yang paling sering terjadi Defisiensi tersebut tidak menunjukan gejala seperti telah dijelaskan terlebih dahulu dan terdapat pada penderita LES
iv Defsiensi C3Penderita dengan defisiensi C3 menunjukan infeksi bakteri rekuren Pada beberapa penderita disertai dengan glomeluronefritis kronik
v Defisiensi C2-C8Penderita dengan defisiensi C5-C8 menunjukan kerentanan yang meningkat terhadap infeksi terutama neseria
vi Defisiensi C9Defisiensi C9 sangat jarang ditemukan Anehnya penderita tersebut tidak menunjukan tanda infeksi rekuren mungkin karena lisis masih dapat terjadi atas pengaruh C8 tanpa C9 meskipun terjadi secara perlahan
2 Defisiensi interferon dan lisozima Defisiensi interferon kongenital
Defisiensi interferon kongenital dapat menimbulkan infeksi mononukleosis yang fatal
b Defisiensi interferon dan lisozim didapatDefisiensi interferon dan lisozim dapat ditemukan pada malnutrisi protein kalori
3 Defisiensi sel NKa Defisiensi kongenital
Defisiensi sel NK kongenital telah ditemukan pada penderita dengan osteoporosis (defek osteoklas dan monosit) Kadar IgG IgA dab kekerapan auto-antibodi biasanya meningkat
b Defisiensi didapatDefisiensi sel NK yang didapat terjadi akibat imunosupresi atau radiasi
4 Defisiensi sistem fagosit Fagosit dapat menghancurkan mikroorganisme dengan atau tanpa bantuan
komplemen Defisiensi fagosit sering disertai dengan infeksi berulang Resiko infeksi meningkat bila jumlah fagosit turun smp lt 500 mm3
Defisiensi ditekankan terhadap sel PMNa Defisiensi kuantitatif Neutropenia atau granulositopenia dapat disebabkan
ndash Penurunan produksi Depresan sumsum tulang (kemoterapi)LeukemiaKondisi genetik (defek perkembangan selprogenitor)
ndash Peningkatan destruksi
Fenomena autoimun akibat pemberian obat (quinidine oksasiklin) Hipersplenisme dng ciri fungsi destruksi limpa berlebihan
b Defisiensi kualitatif Dapat mengenai fungsi fagosit seperti kemotaksis menelan memakan dan
membunuh mikroba intraseluleri Chronic granulomatous disease Ditemukan defek neutropil dan ketidakmampuan membentuk peroksid
hidrogen atau metabolit oksigen toksik lainnya Infeksi rekuren berbagai mikroba baik negatif gram maupun positif
gram Penyakit linked resesif
ii Defisiensi glucosa-6-phosphate dehydrogenase Akibat defisiensi generasi nicotinamide adenine dinucletide phosphate
dehydrogenase (NADPH) Tidak dibentuk peroksidase yg diperlukan untuk membunuh kuman
intraseluler Kerentanan yg tinggi terhadap kuman yg biasanya mempunyai
virulensi rendahiii Defisiensi mieloperoksidase
Peroksidase ditemukan dalam granul sitoplasma (neutrofil) dan dilepas ke fagosom melalui proses degranulasi yg diikuti dgn fagositosis
Proses ini terganggu Ditemukan infeksi mikroba rekuren terutama kandida albicans dan S
Aureusiv Sindroma Chediak-Higashi
Neutrofil mengandung lisosom besar abnormal yg dapat bersatu dgn fagosom ttp terganggu dlm kemampuan melepas isinya sehingga proses menelan dan menghancurkan mikroba terlambat
Ditandai dgn infeksi rekuren piogenik terutama streptokok dan stafilokok
v Sindroma Job Kemotaksis neutrofil terganggu Berupa pilek berulang abses stafilokok eksim kronis dan otitis media
vi Sindroma Leukosit malas (lazy leucocyte) Jumlah neutrofil menurun respons kemotaksis dan respon inflamasi
terganggu Rentan terhadap infeksi mikoba berat
vii Defisiensi adhesi leukosit Leukosit menunjukkan defek adhesi dgn permukaan endotel dan antar
leukosit kemotaksis dan aktivitas fagositosis yg buruk
Infeksi bakteri dan jamur rekuren dan gangguan penyembuhan luka
B Defisiensi imun spesifik Defisiensi kongenital atau primer Defisiensi imun spesifik fisiologi Defisiensi imun didapat atau sekunder
1 Defisiensi kongenital atau primerDefisiensi imun spesifik kongenital sangat jarang terjadi Beberapa orang terlahir dengansistem imun yang cacat Defek atau tidak adanya sejumlah gen menimbulkan defisiensi imun kongenital Misalnya orang yang tidak bertimus akan mempunyai imunitas selular yang tidak optimal Ada juga orang yang mempunyai sel B dalam jumlah sedikit sehingga imunitas humoralnya kurang berfungsi dengan baik
a defisiensi imun primer sel B Dapat berupa gangguan perkembangan sel BTidak ada semua Ig atau satu
kelas atau subkelas Igi X-linked hypogama globulinemia
Tidak adanya Ig dari semua kelas Pre-sel B yg ada dalam kadar normal tidak dapat berkembang menjadi
sel B yg matang Bayi laki-laki usia 5-6 bulan mulai infeksi bakteri berulang
ii Hipogammaglobulinemia yg sementara Kadang-kadang bayi tidak mampu memproduksi IgG dengan cukup
meskipun kadar IgM dan IgA normal Karena sel T belum matang Pada bayi (6-7 bulan) dan membaik sendiri pd usia 16-30 bulan
iii Common variable hypogammaglobulinemia Mengandung sel B tetapi tidak mampu berkembang menjadi sel
plasma yg memproduksi Ig Penyakit dapat timbul setiap saat (biasanya usia 15-35 tahun) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi kuman piogenik
iv Defisiensi imunoglobulin yg selektif (disgamma-globulinemia) Penurunan kadar satu atau lebih Ig sedang yg lain normal atau
meningkat Defisiensi IgA selektif (sering ditemukan)infeksi sino-pulmoner dan
gastrointestinal rekuren yg disebabkan virus atau bakteri Defisiensi IgM atau IgG selektif jarang ditemukan
b Defisiensi imun primer sel T Sangat rentan terhadap infeksi virus jamur dan protozoa Dpt juga menyebabkan gangguan produksi Ig
i Aplasia timus kongenital (sindroma di George) Disebabkan defek dalam perkembangan embrio baik kelenjar timus
maupun kelenjar paratiroid terkena Sel T tidak ada sedikit dalam darah kelenjar getah bening dan limpa
ii Kandidiasis mukokutan kronik Kemampuan sel T yg kurang untuk memproduksi MIF dalam respons
terhadap antigen kandida Infeksi jamur bisa non patogenik seperti kandida albicans pd kulit dan
selaput lendirc Defisiensi kombinasi sel B dan sel T yg berat
i Severe combined immunodeficiency disease
Merupakan penyakit akibat gangguan sel T dan sel B (limfositopenia) Rentan thd infeksi virus bakteri jamur dan protozoa terutama CMV
pneumonitis karini dan kandidaii Sindroma Nezelof
Imunitas sel T nampak jelas menurun Defisiensi sel B variabel dan disgammaglobulinemia Respon antibodi terhadap antigen spesifik biasanya rendah atau tidak
ada Rentan terhadap infeksi rekuren berbagai mikroba
iii Sindroma Wiskott-Aldrich IgM serum rendah kadar IgG normal sedang IgA dan IgE meningkat Jumlah sel B normal tidak memberikan respon thd antigen
polisakarida untuk memproduksi antibodi Mengenai usia muda dgn gejala trombositopenia eksim dan infeksi
rekuren
iv Ataksia telangiektasi Penyakit autosomal resesif mengenai syaraf endokrin dan sistem
vaskuler Ciri klinisnya berupa gerakan otot yg tidak terkoordinasi dan dilatasi
pembuluh darah kecil terlihat di sklera mata limfopenia penurunan IgA IgE dan kadang-kadang IgG
v Defisiensi adenosin deaminase Meningkatnya kadar bahan toksik berupa ATP dan deoxy-ATP dalam
sel limfoid
2 Defisiensi imun spesifik fisiologik
a Kehamilan Terjadi peningkatan aktivitas sel Ts atau efek supresif faktor humoral yg
dibentuk trofoblast Defisiensi imun selular dapat diturunkan pada kehamilan
b usiai Usia tahun pertama
Sistem imun balita masih belum matang Pada non radang sel T semua sel naif dan tidak memberi respons yg
adekuat thd antigen Antibodi janin disintesis pada awal minggu ke 20 tetapi kadar IgG
dewasa baru dicapai pd usia 5 thnii Usia lanjut
Atrofi timus dgn fungsi yg menurun Jumlah sel T naif dan kualitas respon sel T menurun
Imunitas humoral menurun perubahankualitas respons antibodi mengenai spesifisitas antibodi di autoantigen asing isotype antibodi dari IgG dan IgM dan afinitas antibodi dari tinggi menjadi rendah
C Defisiensi imun didapat atau sekunder1 Malnutrisi
Malnutrisi protein kaloriatrofi timus dan jaringan limfoid sekunder depresi respons sel T thd antigen dan sel alogenik pengurangan sekresi limfokin gangguan respons thd uji kulit hipersentivitas tipe lambat
2 infeksi
Infeksi virus bakteri dapat menekan sistem imun Malaria dan rubela kongenital 1048774 defisiensi antibodi Kehilangan imunitas seluler terjadi pd penyakit campak mononukleosis hepatitis
virus sifilis bruselosis lepra tuberkulosis milier dan parasit3 obat trauma tindakan kateterisasi4 penyinaran
Dosis tinggi menekan seluruh jaringan limfosit Dosis rendah menekan aktivitas sel Ts
5 penyakit berat Menyerang jaringan limfoid penyakit Hodgkin mieloma multiple leukemia
limfosarkoma Uremia menekan sistem imun GGK dan diabetes 1048774 defek fagosit sekunder
6 kehilangan imunoglobulin Pada nefrotik sindrom diare luka bakar
7Stress Stres untuk jangka waktu yang singkat justru dapat memperkuat sistem imunitas-tubuh akan memproduksi kortisol dalam jumlah lebih banyak untuk melawan dan menangkal stres Namun stres kronis memiliki pengaruh berkebalikan Hal itu dapat membuat anda rentan penyakit Stres kronis membuat hormon dan adrenalin turun yang akhirnya menekan sistem imunitas
8agamma globulinemia dengan timoma
14 Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium penting untuk diagnosis Pengukuran imunoglobulin serum dapat menunjukkan abnormalitas kuantitatif secara kasar Imunoglobulin yang sama sekali tidak ada (agamaglobulinemia) jarang terjadi bahkan pasien yang sakit berat pun masih mempunyai IgM dan IgG yang dapat dideteksi Defek sintesis antibodi dapat melibatkan satu isotop imunoglobulin seperti IgA atau grup isotop seperti IgA dan IgG Beberapa individu gagal memproduksi antibodi spesifik setelah imunisasi meskipun kadar imunoglobulin serum normal Sel B yang bersirkulasi diidentifikasi dengan antibodi monoklonal terhadap antigen sel B Pada darah normal sel-sel tersebut sebanyak 5-15 dari populasi limfosit total Sel B matur yang tidak ada pada individu dengan defisiensi antibodi membedakan infantile X-linked agammaglobulinaemia dari penyebab lain defisiensi antibodi primer dengan kadar sel B normal atau rendah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang merupakan sarana yang sangat penting untuk mengetahui penyakit defisiensi imun Karena banyaknya pemeriksaan yang harus dilakukan (sesuai dengan kelainan klinis dan mekanisme dasarnya) maka pada tahap pertama dapat dilakukan pemeriksaan penyaring dahulu yaitu
1 Pemeriksaan darah tepi
Hemoglobin
Leukosit total
Hitung jenis leukosit (persentasi)
Morfologi limfosit
Hitung trombosit
2 Pemeriksaan imunoglobulin kuantitatif (IgG IgA IgM IgE)
3 Kadar antibodi terhadap imunisasi sebelumnya (fungsi IgG)
Titer antibodi Tetatus Difteri
Titer antibodi Hinfluenzae
4 Penilaian komplemen (komplemen hemolisis total = CH50)
5 Evaluasi infeksi (Laju endap darah atau CRP kultur dan pencitraan yang sesuai)
15Manifestasi klinis
-Gejala yang biasanya dijumpai Infeksi saluran napas atas berulang Infeksi bakteri yang berat Penyembuhan inkomplit antar episode infeksi atau respons pengobatan inkomplit
-Gagal tumbuh atau retardasi tumbuhJarang ditemukan kelenjar atau tonsil yang membesarInfeksi oleh mikroorganisma yang tidak lazim
-Lesi kulit (rash ketombe pioderma abses nekrotiknoma alopesia eksim teleangiektasi warts yang hebat)
-Oral thrush yang tidak menyembuh dengan pengobatan
-Jari tabuh
-Diare dan malabsorpsi
-Mastoiditis dan otitis persisten
-Pneumonia atau bronkitis berulang
-Penyakit autoimun
-Kelainan hematologis (anemia aplastik anemia hemolitik neutropenia trombositopenia)
16 Diagnosis
a Antibodi mikrobial dalam pemeriksaan defisiensi imun
Kemampuan untuk memproduksi antibodi merupakan cara paling sensitif untuk menemukan gangguan dalam produksi antibodi Antibodi tersebut biasanya ditemukan dengan cara esai
ELISA Antibodi terhadap S Pneumoniae ditemukan hampir pada semua orang dewasa sehat Tetapi tidak pada pada individu dengan imuno defisiensi primer
bPemeriksaan In vitro
Tes in vitro dilakukan dengan uji fiksasi komplemen dan fungsi bakterisidal reduksi NBT atau stimulasi produksi superoksida yang memberikan nilai enzim oksidatif yang berhubungan dengan fagositosis aktif dan aktivitas bakterisidal
17 Pengobatan
- Pemberian globulin gama
-Pemberian sitokin
-Transfusi dalam bentuk neutrofil
-Transplatasi timus fetal dan sum-sum tulang
- Obat antivirus
-Vaksinasi
-Terapi Genetik
-Terapi potensial
gangguan aktivitas komplemen yang meningkatkan risiko infeski salmonela dan pneumokok
i Defisiensi ClqrsDefisiensi Clqrs terjadi bersamaan dengan penyakit autoimun terutama pada penderita LES Penyakit yang berhubungan dengan defisiensi C1 adalah edem angioneurogik herediter Penderita tersebut tidak memiliki inhibitor esterase C1 Akibatnya ialah efek C1 terhadap C4 atau C2 berjalan terus yang dapat mengaktifkan berbagai bahan seperti plasmin dan peptida yang vasoaktif Hal ini menimbulkan edem lokal dalam berbagai alat tubuh yang dapat fatal bila terjadi dalam larings
ii Defisiensi C4Defisiensi C4 ditemukan pada beberapa penderita LES
iii Defisiensi C2Defisiensi C2 merupakan defisiensi komplemen yang paling sering terjadi Defisiensi tersebut tidak menunjukan gejala seperti telah dijelaskan terlebih dahulu dan terdapat pada penderita LES
iv Defsiensi C3Penderita dengan defisiensi C3 menunjukan infeksi bakteri rekuren Pada beberapa penderita disertai dengan glomeluronefritis kronik
v Defisiensi C2-C8Penderita dengan defisiensi C5-C8 menunjukan kerentanan yang meningkat terhadap infeksi terutama neseria
vi Defisiensi C9Defisiensi C9 sangat jarang ditemukan Anehnya penderita tersebut tidak menunjukan tanda infeksi rekuren mungkin karena lisis masih dapat terjadi atas pengaruh C8 tanpa C9 meskipun terjadi secara perlahan
2 Defisiensi interferon dan lisozima Defisiensi interferon kongenital
Defisiensi interferon kongenital dapat menimbulkan infeksi mononukleosis yang fatal
b Defisiensi interferon dan lisozim didapatDefisiensi interferon dan lisozim dapat ditemukan pada malnutrisi protein kalori
3 Defisiensi sel NKa Defisiensi kongenital
Defisiensi sel NK kongenital telah ditemukan pada penderita dengan osteoporosis (defek osteoklas dan monosit) Kadar IgG IgA dab kekerapan auto-antibodi biasanya meningkat
b Defisiensi didapatDefisiensi sel NK yang didapat terjadi akibat imunosupresi atau radiasi
4 Defisiensi sistem fagosit Fagosit dapat menghancurkan mikroorganisme dengan atau tanpa bantuan
komplemen Defisiensi fagosit sering disertai dengan infeksi berulang Resiko infeksi meningkat bila jumlah fagosit turun smp lt 500 mm3
Defisiensi ditekankan terhadap sel PMNa Defisiensi kuantitatif Neutropenia atau granulositopenia dapat disebabkan
ndash Penurunan produksi Depresan sumsum tulang (kemoterapi)LeukemiaKondisi genetik (defek perkembangan selprogenitor)
ndash Peningkatan destruksi
Fenomena autoimun akibat pemberian obat (quinidine oksasiklin) Hipersplenisme dng ciri fungsi destruksi limpa berlebihan
b Defisiensi kualitatif Dapat mengenai fungsi fagosit seperti kemotaksis menelan memakan dan
membunuh mikroba intraseluleri Chronic granulomatous disease Ditemukan defek neutropil dan ketidakmampuan membentuk peroksid
hidrogen atau metabolit oksigen toksik lainnya Infeksi rekuren berbagai mikroba baik negatif gram maupun positif
gram Penyakit linked resesif
ii Defisiensi glucosa-6-phosphate dehydrogenase Akibat defisiensi generasi nicotinamide adenine dinucletide phosphate
dehydrogenase (NADPH) Tidak dibentuk peroksidase yg diperlukan untuk membunuh kuman
intraseluler Kerentanan yg tinggi terhadap kuman yg biasanya mempunyai
virulensi rendahiii Defisiensi mieloperoksidase
Peroksidase ditemukan dalam granul sitoplasma (neutrofil) dan dilepas ke fagosom melalui proses degranulasi yg diikuti dgn fagositosis
Proses ini terganggu Ditemukan infeksi mikroba rekuren terutama kandida albicans dan S
Aureusiv Sindroma Chediak-Higashi
Neutrofil mengandung lisosom besar abnormal yg dapat bersatu dgn fagosom ttp terganggu dlm kemampuan melepas isinya sehingga proses menelan dan menghancurkan mikroba terlambat
Ditandai dgn infeksi rekuren piogenik terutama streptokok dan stafilokok
v Sindroma Job Kemotaksis neutrofil terganggu Berupa pilek berulang abses stafilokok eksim kronis dan otitis media
vi Sindroma Leukosit malas (lazy leucocyte) Jumlah neutrofil menurun respons kemotaksis dan respon inflamasi
terganggu Rentan terhadap infeksi mikoba berat
vii Defisiensi adhesi leukosit Leukosit menunjukkan defek adhesi dgn permukaan endotel dan antar
leukosit kemotaksis dan aktivitas fagositosis yg buruk
Infeksi bakteri dan jamur rekuren dan gangguan penyembuhan luka
B Defisiensi imun spesifik Defisiensi kongenital atau primer Defisiensi imun spesifik fisiologi Defisiensi imun didapat atau sekunder
1 Defisiensi kongenital atau primerDefisiensi imun spesifik kongenital sangat jarang terjadi Beberapa orang terlahir dengansistem imun yang cacat Defek atau tidak adanya sejumlah gen menimbulkan defisiensi imun kongenital Misalnya orang yang tidak bertimus akan mempunyai imunitas selular yang tidak optimal Ada juga orang yang mempunyai sel B dalam jumlah sedikit sehingga imunitas humoralnya kurang berfungsi dengan baik
a defisiensi imun primer sel B Dapat berupa gangguan perkembangan sel BTidak ada semua Ig atau satu
kelas atau subkelas Igi X-linked hypogama globulinemia
Tidak adanya Ig dari semua kelas Pre-sel B yg ada dalam kadar normal tidak dapat berkembang menjadi
sel B yg matang Bayi laki-laki usia 5-6 bulan mulai infeksi bakteri berulang
ii Hipogammaglobulinemia yg sementara Kadang-kadang bayi tidak mampu memproduksi IgG dengan cukup
meskipun kadar IgM dan IgA normal Karena sel T belum matang Pada bayi (6-7 bulan) dan membaik sendiri pd usia 16-30 bulan
iii Common variable hypogammaglobulinemia Mengandung sel B tetapi tidak mampu berkembang menjadi sel
plasma yg memproduksi Ig Penyakit dapat timbul setiap saat (biasanya usia 15-35 tahun) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi kuman piogenik
iv Defisiensi imunoglobulin yg selektif (disgamma-globulinemia) Penurunan kadar satu atau lebih Ig sedang yg lain normal atau
meningkat Defisiensi IgA selektif (sering ditemukan)infeksi sino-pulmoner dan
gastrointestinal rekuren yg disebabkan virus atau bakteri Defisiensi IgM atau IgG selektif jarang ditemukan
b Defisiensi imun primer sel T Sangat rentan terhadap infeksi virus jamur dan protozoa Dpt juga menyebabkan gangguan produksi Ig
i Aplasia timus kongenital (sindroma di George) Disebabkan defek dalam perkembangan embrio baik kelenjar timus
maupun kelenjar paratiroid terkena Sel T tidak ada sedikit dalam darah kelenjar getah bening dan limpa
ii Kandidiasis mukokutan kronik Kemampuan sel T yg kurang untuk memproduksi MIF dalam respons
terhadap antigen kandida Infeksi jamur bisa non patogenik seperti kandida albicans pd kulit dan
selaput lendirc Defisiensi kombinasi sel B dan sel T yg berat
i Severe combined immunodeficiency disease
Merupakan penyakit akibat gangguan sel T dan sel B (limfositopenia) Rentan thd infeksi virus bakteri jamur dan protozoa terutama CMV
pneumonitis karini dan kandidaii Sindroma Nezelof
Imunitas sel T nampak jelas menurun Defisiensi sel B variabel dan disgammaglobulinemia Respon antibodi terhadap antigen spesifik biasanya rendah atau tidak
ada Rentan terhadap infeksi rekuren berbagai mikroba
iii Sindroma Wiskott-Aldrich IgM serum rendah kadar IgG normal sedang IgA dan IgE meningkat Jumlah sel B normal tidak memberikan respon thd antigen
polisakarida untuk memproduksi antibodi Mengenai usia muda dgn gejala trombositopenia eksim dan infeksi
rekuren
iv Ataksia telangiektasi Penyakit autosomal resesif mengenai syaraf endokrin dan sistem
vaskuler Ciri klinisnya berupa gerakan otot yg tidak terkoordinasi dan dilatasi
pembuluh darah kecil terlihat di sklera mata limfopenia penurunan IgA IgE dan kadang-kadang IgG
v Defisiensi adenosin deaminase Meningkatnya kadar bahan toksik berupa ATP dan deoxy-ATP dalam
sel limfoid
2 Defisiensi imun spesifik fisiologik
a Kehamilan Terjadi peningkatan aktivitas sel Ts atau efek supresif faktor humoral yg
dibentuk trofoblast Defisiensi imun selular dapat diturunkan pada kehamilan
b usiai Usia tahun pertama
Sistem imun balita masih belum matang Pada non radang sel T semua sel naif dan tidak memberi respons yg
adekuat thd antigen Antibodi janin disintesis pada awal minggu ke 20 tetapi kadar IgG
dewasa baru dicapai pd usia 5 thnii Usia lanjut
Atrofi timus dgn fungsi yg menurun Jumlah sel T naif dan kualitas respon sel T menurun
Imunitas humoral menurun perubahankualitas respons antibodi mengenai spesifisitas antibodi di autoantigen asing isotype antibodi dari IgG dan IgM dan afinitas antibodi dari tinggi menjadi rendah
C Defisiensi imun didapat atau sekunder1 Malnutrisi
Malnutrisi protein kaloriatrofi timus dan jaringan limfoid sekunder depresi respons sel T thd antigen dan sel alogenik pengurangan sekresi limfokin gangguan respons thd uji kulit hipersentivitas tipe lambat
2 infeksi
Infeksi virus bakteri dapat menekan sistem imun Malaria dan rubela kongenital 1048774 defisiensi antibodi Kehilangan imunitas seluler terjadi pd penyakit campak mononukleosis hepatitis
virus sifilis bruselosis lepra tuberkulosis milier dan parasit3 obat trauma tindakan kateterisasi4 penyinaran
Dosis tinggi menekan seluruh jaringan limfosit Dosis rendah menekan aktivitas sel Ts
5 penyakit berat Menyerang jaringan limfoid penyakit Hodgkin mieloma multiple leukemia
limfosarkoma Uremia menekan sistem imun GGK dan diabetes 1048774 defek fagosit sekunder
6 kehilangan imunoglobulin Pada nefrotik sindrom diare luka bakar
7Stress Stres untuk jangka waktu yang singkat justru dapat memperkuat sistem imunitas-tubuh akan memproduksi kortisol dalam jumlah lebih banyak untuk melawan dan menangkal stres Namun stres kronis memiliki pengaruh berkebalikan Hal itu dapat membuat anda rentan penyakit Stres kronis membuat hormon dan adrenalin turun yang akhirnya menekan sistem imunitas
8agamma globulinemia dengan timoma
14 Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium penting untuk diagnosis Pengukuran imunoglobulin serum dapat menunjukkan abnormalitas kuantitatif secara kasar Imunoglobulin yang sama sekali tidak ada (agamaglobulinemia) jarang terjadi bahkan pasien yang sakit berat pun masih mempunyai IgM dan IgG yang dapat dideteksi Defek sintesis antibodi dapat melibatkan satu isotop imunoglobulin seperti IgA atau grup isotop seperti IgA dan IgG Beberapa individu gagal memproduksi antibodi spesifik setelah imunisasi meskipun kadar imunoglobulin serum normal Sel B yang bersirkulasi diidentifikasi dengan antibodi monoklonal terhadap antigen sel B Pada darah normal sel-sel tersebut sebanyak 5-15 dari populasi limfosit total Sel B matur yang tidak ada pada individu dengan defisiensi antibodi membedakan infantile X-linked agammaglobulinaemia dari penyebab lain defisiensi antibodi primer dengan kadar sel B normal atau rendah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang merupakan sarana yang sangat penting untuk mengetahui penyakit defisiensi imun Karena banyaknya pemeriksaan yang harus dilakukan (sesuai dengan kelainan klinis dan mekanisme dasarnya) maka pada tahap pertama dapat dilakukan pemeriksaan penyaring dahulu yaitu
1 Pemeriksaan darah tepi
Hemoglobin
Leukosit total
Hitung jenis leukosit (persentasi)
Morfologi limfosit
Hitung trombosit
2 Pemeriksaan imunoglobulin kuantitatif (IgG IgA IgM IgE)
3 Kadar antibodi terhadap imunisasi sebelumnya (fungsi IgG)
Titer antibodi Tetatus Difteri
Titer antibodi Hinfluenzae
4 Penilaian komplemen (komplemen hemolisis total = CH50)
5 Evaluasi infeksi (Laju endap darah atau CRP kultur dan pencitraan yang sesuai)
15Manifestasi klinis
-Gejala yang biasanya dijumpai Infeksi saluran napas atas berulang Infeksi bakteri yang berat Penyembuhan inkomplit antar episode infeksi atau respons pengobatan inkomplit
-Gagal tumbuh atau retardasi tumbuhJarang ditemukan kelenjar atau tonsil yang membesarInfeksi oleh mikroorganisma yang tidak lazim
-Lesi kulit (rash ketombe pioderma abses nekrotiknoma alopesia eksim teleangiektasi warts yang hebat)
-Oral thrush yang tidak menyembuh dengan pengobatan
-Jari tabuh
-Diare dan malabsorpsi
-Mastoiditis dan otitis persisten
-Pneumonia atau bronkitis berulang
-Penyakit autoimun
-Kelainan hematologis (anemia aplastik anemia hemolitik neutropenia trombositopenia)
16 Diagnosis
a Antibodi mikrobial dalam pemeriksaan defisiensi imun
Kemampuan untuk memproduksi antibodi merupakan cara paling sensitif untuk menemukan gangguan dalam produksi antibodi Antibodi tersebut biasanya ditemukan dengan cara esai
ELISA Antibodi terhadap S Pneumoniae ditemukan hampir pada semua orang dewasa sehat Tetapi tidak pada pada individu dengan imuno defisiensi primer
bPemeriksaan In vitro
Tes in vitro dilakukan dengan uji fiksasi komplemen dan fungsi bakterisidal reduksi NBT atau stimulasi produksi superoksida yang memberikan nilai enzim oksidatif yang berhubungan dengan fagositosis aktif dan aktivitas bakterisidal
17 Pengobatan
- Pemberian globulin gama
-Pemberian sitokin
-Transfusi dalam bentuk neutrofil
-Transplatasi timus fetal dan sum-sum tulang
- Obat antivirus
-Vaksinasi
-Terapi Genetik
-Terapi potensial
Defisiensi ditekankan terhadap sel PMNa Defisiensi kuantitatif Neutropenia atau granulositopenia dapat disebabkan
ndash Penurunan produksi Depresan sumsum tulang (kemoterapi)LeukemiaKondisi genetik (defek perkembangan selprogenitor)
ndash Peningkatan destruksi
Fenomena autoimun akibat pemberian obat (quinidine oksasiklin) Hipersplenisme dng ciri fungsi destruksi limpa berlebihan
b Defisiensi kualitatif Dapat mengenai fungsi fagosit seperti kemotaksis menelan memakan dan
membunuh mikroba intraseluleri Chronic granulomatous disease Ditemukan defek neutropil dan ketidakmampuan membentuk peroksid
hidrogen atau metabolit oksigen toksik lainnya Infeksi rekuren berbagai mikroba baik negatif gram maupun positif
gram Penyakit linked resesif
ii Defisiensi glucosa-6-phosphate dehydrogenase Akibat defisiensi generasi nicotinamide adenine dinucletide phosphate
dehydrogenase (NADPH) Tidak dibentuk peroksidase yg diperlukan untuk membunuh kuman
intraseluler Kerentanan yg tinggi terhadap kuman yg biasanya mempunyai
virulensi rendahiii Defisiensi mieloperoksidase
Peroksidase ditemukan dalam granul sitoplasma (neutrofil) dan dilepas ke fagosom melalui proses degranulasi yg diikuti dgn fagositosis
Proses ini terganggu Ditemukan infeksi mikroba rekuren terutama kandida albicans dan S
Aureusiv Sindroma Chediak-Higashi
Neutrofil mengandung lisosom besar abnormal yg dapat bersatu dgn fagosom ttp terganggu dlm kemampuan melepas isinya sehingga proses menelan dan menghancurkan mikroba terlambat
Ditandai dgn infeksi rekuren piogenik terutama streptokok dan stafilokok
v Sindroma Job Kemotaksis neutrofil terganggu Berupa pilek berulang abses stafilokok eksim kronis dan otitis media
vi Sindroma Leukosit malas (lazy leucocyte) Jumlah neutrofil menurun respons kemotaksis dan respon inflamasi
terganggu Rentan terhadap infeksi mikoba berat
vii Defisiensi adhesi leukosit Leukosit menunjukkan defek adhesi dgn permukaan endotel dan antar
leukosit kemotaksis dan aktivitas fagositosis yg buruk
Infeksi bakteri dan jamur rekuren dan gangguan penyembuhan luka
B Defisiensi imun spesifik Defisiensi kongenital atau primer Defisiensi imun spesifik fisiologi Defisiensi imun didapat atau sekunder
1 Defisiensi kongenital atau primerDefisiensi imun spesifik kongenital sangat jarang terjadi Beberapa orang terlahir dengansistem imun yang cacat Defek atau tidak adanya sejumlah gen menimbulkan defisiensi imun kongenital Misalnya orang yang tidak bertimus akan mempunyai imunitas selular yang tidak optimal Ada juga orang yang mempunyai sel B dalam jumlah sedikit sehingga imunitas humoralnya kurang berfungsi dengan baik
a defisiensi imun primer sel B Dapat berupa gangguan perkembangan sel BTidak ada semua Ig atau satu
kelas atau subkelas Igi X-linked hypogama globulinemia
Tidak adanya Ig dari semua kelas Pre-sel B yg ada dalam kadar normal tidak dapat berkembang menjadi
sel B yg matang Bayi laki-laki usia 5-6 bulan mulai infeksi bakteri berulang
ii Hipogammaglobulinemia yg sementara Kadang-kadang bayi tidak mampu memproduksi IgG dengan cukup
meskipun kadar IgM dan IgA normal Karena sel T belum matang Pada bayi (6-7 bulan) dan membaik sendiri pd usia 16-30 bulan
iii Common variable hypogammaglobulinemia Mengandung sel B tetapi tidak mampu berkembang menjadi sel
plasma yg memproduksi Ig Penyakit dapat timbul setiap saat (biasanya usia 15-35 tahun) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi kuman piogenik
iv Defisiensi imunoglobulin yg selektif (disgamma-globulinemia) Penurunan kadar satu atau lebih Ig sedang yg lain normal atau
meningkat Defisiensi IgA selektif (sering ditemukan)infeksi sino-pulmoner dan
gastrointestinal rekuren yg disebabkan virus atau bakteri Defisiensi IgM atau IgG selektif jarang ditemukan
b Defisiensi imun primer sel T Sangat rentan terhadap infeksi virus jamur dan protozoa Dpt juga menyebabkan gangguan produksi Ig
i Aplasia timus kongenital (sindroma di George) Disebabkan defek dalam perkembangan embrio baik kelenjar timus
maupun kelenjar paratiroid terkena Sel T tidak ada sedikit dalam darah kelenjar getah bening dan limpa
ii Kandidiasis mukokutan kronik Kemampuan sel T yg kurang untuk memproduksi MIF dalam respons
terhadap antigen kandida Infeksi jamur bisa non patogenik seperti kandida albicans pd kulit dan
selaput lendirc Defisiensi kombinasi sel B dan sel T yg berat
i Severe combined immunodeficiency disease
Merupakan penyakit akibat gangguan sel T dan sel B (limfositopenia) Rentan thd infeksi virus bakteri jamur dan protozoa terutama CMV
pneumonitis karini dan kandidaii Sindroma Nezelof
Imunitas sel T nampak jelas menurun Defisiensi sel B variabel dan disgammaglobulinemia Respon antibodi terhadap antigen spesifik biasanya rendah atau tidak
ada Rentan terhadap infeksi rekuren berbagai mikroba
iii Sindroma Wiskott-Aldrich IgM serum rendah kadar IgG normal sedang IgA dan IgE meningkat Jumlah sel B normal tidak memberikan respon thd antigen
polisakarida untuk memproduksi antibodi Mengenai usia muda dgn gejala trombositopenia eksim dan infeksi
rekuren
iv Ataksia telangiektasi Penyakit autosomal resesif mengenai syaraf endokrin dan sistem
vaskuler Ciri klinisnya berupa gerakan otot yg tidak terkoordinasi dan dilatasi
pembuluh darah kecil terlihat di sklera mata limfopenia penurunan IgA IgE dan kadang-kadang IgG
v Defisiensi adenosin deaminase Meningkatnya kadar bahan toksik berupa ATP dan deoxy-ATP dalam
sel limfoid
2 Defisiensi imun spesifik fisiologik
a Kehamilan Terjadi peningkatan aktivitas sel Ts atau efek supresif faktor humoral yg
dibentuk trofoblast Defisiensi imun selular dapat diturunkan pada kehamilan
b usiai Usia tahun pertama
Sistem imun balita masih belum matang Pada non radang sel T semua sel naif dan tidak memberi respons yg
adekuat thd antigen Antibodi janin disintesis pada awal minggu ke 20 tetapi kadar IgG
dewasa baru dicapai pd usia 5 thnii Usia lanjut
Atrofi timus dgn fungsi yg menurun Jumlah sel T naif dan kualitas respon sel T menurun
Imunitas humoral menurun perubahankualitas respons antibodi mengenai spesifisitas antibodi di autoantigen asing isotype antibodi dari IgG dan IgM dan afinitas antibodi dari tinggi menjadi rendah
C Defisiensi imun didapat atau sekunder1 Malnutrisi
Malnutrisi protein kaloriatrofi timus dan jaringan limfoid sekunder depresi respons sel T thd antigen dan sel alogenik pengurangan sekresi limfokin gangguan respons thd uji kulit hipersentivitas tipe lambat
2 infeksi
Infeksi virus bakteri dapat menekan sistem imun Malaria dan rubela kongenital 1048774 defisiensi antibodi Kehilangan imunitas seluler terjadi pd penyakit campak mononukleosis hepatitis
virus sifilis bruselosis lepra tuberkulosis milier dan parasit3 obat trauma tindakan kateterisasi4 penyinaran
Dosis tinggi menekan seluruh jaringan limfosit Dosis rendah menekan aktivitas sel Ts
5 penyakit berat Menyerang jaringan limfoid penyakit Hodgkin mieloma multiple leukemia
limfosarkoma Uremia menekan sistem imun GGK dan diabetes 1048774 defek fagosit sekunder
6 kehilangan imunoglobulin Pada nefrotik sindrom diare luka bakar
7Stress Stres untuk jangka waktu yang singkat justru dapat memperkuat sistem imunitas-tubuh akan memproduksi kortisol dalam jumlah lebih banyak untuk melawan dan menangkal stres Namun stres kronis memiliki pengaruh berkebalikan Hal itu dapat membuat anda rentan penyakit Stres kronis membuat hormon dan adrenalin turun yang akhirnya menekan sistem imunitas
8agamma globulinemia dengan timoma
14 Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium penting untuk diagnosis Pengukuran imunoglobulin serum dapat menunjukkan abnormalitas kuantitatif secara kasar Imunoglobulin yang sama sekali tidak ada (agamaglobulinemia) jarang terjadi bahkan pasien yang sakit berat pun masih mempunyai IgM dan IgG yang dapat dideteksi Defek sintesis antibodi dapat melibatkan satu isotop imunoglobulin seperti IgA atau grup isotop seperti IgA dan IgG Beberapa individu gagal memproduksi antibodi spesifik setelah imunisasi meskipun kadar imunoglobulin serum normal Sel B yang bersirkulasi diidentifikasi dengan antibodi monoklonal terhadap antigen sel B Pada darah normal sel-sel tersebut sebanyak 5-15 dari populasi limfosit total Sel B matur yang tidak ada pada individu dengan defisiensi antibodi membedakan infantile X-linked agammaglobulinaemia dari penyebab lain defisiensi antibodi primer dengan kadar sel B normal atau rendah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang merupakan sarana yang sangat penting untuk mengetahui penyakit defisiensi imun Karena banyaknya pemeriksaan yang harus dilakukan (sesuai dengan kelainan klinis dan mekanisme dasarnya) maka pada tahap pertama dapat dilakukan pemeriksaan penyaring dahulu yaitu
1 Pemeriksaan darah tepi
Hemoglobin
Leukosit total
Hitung jenis leukosit (persentasi)
Morfologi limfosit
Hitung trombosit
2 Pemeriksaan imunoglobulin kuantitatif (IgG IgA IgM IgE)
3 Kadar antibodi terhadap imunisasi sebelumnya (fungsi IgG)
Titer antibodi Tetatus Difteri
Titer antibodi Hinfluenzae
4 Penilaian komplemen (komplemen hemolisis total = CH50)
5 Evaluasi infeksi (Laju endap darah atau CRP kultur dan pencitraan yang sesuai)
15Manifestasi klinis
-Gejala yang biasanya dijumpai Infeksi saluran napas atas berulang Infeksi bakteri yang berat Penyembuhan inkomplit antar episode infeksi atau respons pengobatan inkomplit
-Gagal tumbuh atau retardasi tumbuhJarang ditemukan kelenjar atau tonsil yang membesarInfeksi oleh mikroorganisma yang tidak lazim
-Lesi kulit (rash ketombe pioderma abses nekrotiknoma alopesia eksim teleangiektasi warts yang hebat)
-Oral thrush yang tidak menyembuh dengan pengobatan
-Jari tabuh
-Diare dan malabsorpsi
-Mastoiditis dan otitis persisten
-Pneumonia atau bronkitis berulang
-Penyakit autoimun
-Kelainan hematologis (anemia aplastik anemia hemolitik neutropenia trombositopenia)
16 Diagnosis
a Antibodi mikrobial dalam pemeriksaan defisiensi imun
Kemampuan untuk memproduksi antibodi merupakan cara paling sensitif untuk menemukan gangguan dalam produksi antibodi Antibodi tersebut biasanya ditemukan dengan cara esai
ELISA Antibodi terhadap S Pneumoniae ditemukan hampir pada semua orang dewasa sehat Tetapi tidak pada pada individu dengan imuno defisiensi primer
bPemeriksaan In vitro
Tes in vitro dilakukan dengan uji fiksasi komplemen dan fungsi bakterisidal reduksi NBT atau stimulasi produksi superoksida yang memberikan nilai enzim oksidatif yang berhubungan dengan fagositosis aktif dan aktivitas bakterisidal
17 Pengobatan
- Pemberian globulin gama
-Pemberian sitokin
-Transfusi dalam bentuk neutrofil
-Transplatasi timus fetal dan sum-sum tulang
- Obat antivirus
-Vaksinasi
-Terapi Genetik
-Terapi potensial
Infeksi bakteri dan jamur rekuren dan gangguan penyembuhan luka
B Defisiensi imun spesifik Defisiensi kongenital atau primer Defisiensi imun spesifik fisiologi Defisiensi imun didapat atau sekunder
1 Defisiensi kongenital atau primerDefisiensi imun spesifik kongenital sangat jarang terjadi Beberapa orang terlahir dengansistem imun yang cacat Defek atau tidak adanya sejumlah gen menimbulkan defisiensi imun kongenital Misalnya orang yang tidak bertimus akan mempunyai imunitas selular yang tidak optimal Ada juga orang yang mempunyai sel B dalam jumlah sedikit sehingga imunitas humoralnya kurang berfungsi dengan baik
a defisiensi imun primer sel B Dapat berupa gangguan perkembangan sel BTidak ada semua Ig atau satu
kelas atau subkelas Igi X-linked hypogama globulinemia
Tidak adanya Ig dari semua kelas Pre-sel B yg ada dalam kadar normal tidak dapat berkembang menjadi
sel B yg matang Bayi laki-laki usia 5-6 bulan mulai infeksi bakteri berulang
ii Hipogammaglobulinemia yg sementara Kadang-kadang bayi tidak mampu memproduksi IgG dengan cukup
meskipun kadar IgM dan IgA normal Karena sel T belum matang Pada bayi (6-7 bulan) dan membaik sendiri pd usia 16-30 bulan
iii Common variable hypogammaglobulinemia Mengandung sel B tetapi tidak mampu berkembang menjadi sel
plasma yg memproduksi Ig Penyakit dapat timbul setiap saat (biasanya usia 15-35 tahun) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi kuman piogenik
iv Defisiensi imunoglobulin yg selektif (disgamma-globulinemia) Penurunan kadar satu atau lebih Ig sedang yg lain normal atau
meningkat Defisiensi IgA selektif (sering ditemukan)infeksi sino-pulmoner dan
gastrointestinal rekuren yg disebabkan virus atau bakteri Defisiensi IgM atau IgG selektif jarang ditemukan
b Defisiensi imun primer sel T Sangat rentan terhadap infeksi virus jamur dan protozoa Dpt juga menyebabkan gangguan produksi Ig
i Aplasia timus kongenital (sindroma di George) Disebabkan defek dalam perkembangan embrio baik kelenjar timus
maupun kelenjar paratiroid terkena Sel T tidak ada sedikit dalam darah kelenjar getah bening dan limpa
ii Kandidiasis mukokutan kronik Kemampuan sel T yg kurang untuk memproduksi MIF dalam respons
terhadap antigen kandida Infeksi jamur bisa non patogenik seperti kandida albicans pd kulit dan
selaput lendirc Defisiensi kombinasi sel B dan sel T yg berat
i Severe combined immunodeficiency disease
Merupakan penyakit akibat gangguan sel T dan sel B (limfositopenia) Rentan thd infeksi virus bakteri jamur dan protozoa terutama CMV
pneumonitis karini dan kandidaii Sindroma Nezelof
Imunitas sel T nampak jelas menurun Defisiensi sel B variabel dan disgammaglobulinemia Respon antibodi terhadap antigen spesifik biasanya rendah atau tidak
ada Rentan terhadap infeksi rekuren berbagai mikroba
iii Sindroma Wiskott-Aldrich IgM serum rendah kadar IgG normal sedang IgA dan IgE meningkat Jumlah sel B normal tidak memberikan respon thd antigen
polisakarida untuk memproduksi antibodi Mengenai usia muda dgn gejala trombositopenia eksim dan infeksi
rekuren
iv Ataksia telangiektasi Penyakit autosomal resesif mengenai syaraf endokrin dan sistem
vaskuler Ciri klinisnya berupa gerakan otot yg tidak terkoordinasi dan dilatasi
pembuluh darah kecil terlihat di sklera mata limfopenia penurunan IgA IgE dan kadang-kadang IgG
v Defisiensi adenosin deaminase Meningkatnya kadar bahan toksik berupa ATP dan deoxy-ATP dalam
sel limfoid
2 Defisiensi imun spesifik fisiologik
a Kehamilan Terjadi peningkatan aktivitas sel Ts atau efek supresif faktor humoral yg
dibentuk trofoblast Defisiensi imun selular dapat diturunkan pada kehamilan
b usiai Usia tahun pertama
Sistem imun balita masih belum matang Pada non radang sel T semua sel naif dan tidak memberi respons yg
adekuat thd antigen Antibodi janin disintesis pada awal minggu ke 20 tetapi kadar IgG
dewasa baru dicapai pd usia 5 thnii Usia lanjut
Atrofi timus dgn fungsi yg menurun Jumlah sel T naif dan kualitas respon sel T menurun
Imunitas humoral menurun perubahankualitas respons antibodi mengenai spesifisitas antibodi di autoantigen asing isotype antibodi dari IgG dan IgM dan afinitas antibodi dari tinggi menjadi rendah
C Defisiensi imun didapat atau sekunder1 Malnutrisi
Malnutrisi protein kaloriatrofi timus dan jaringan limfoid sekunder depresi respons sel T thd antigen dan sel alogenik pengurangan sekresi limfokin gangguan respons thd uji kulit hipersentivitas tipe lambat
2 infeksi
Infeksi virus bakteri dapat menekan sistem imun Malaria dan rubela kongenital 1048774 defisiensi antibodi Kehilangan imunitas seluler terjadi pd penyakit campak mononukleosis hepatitis
virus sifilis bruselosis lepra tuberkulosis milier dan parasit3 obat trauma tindakan kateterisasi4 penyinaran
Dosis tinggi menekan seluruh jaringan limfosit Dosis rendah menekan aktivitas sel Ts
5 penyakit berat Menyerang jaringan limfoid penyakit Hodgkin mieloma multiple leukemia
limfosarkoma Uremia menekan sistem imun GGK dan diabetes 1048774 defek fagosit sekunder
6 kehilangan imunoglobulin Pada nefrotik sindrom diare luka bakar
7Stress Stres untuk jangka waktu yang singkat justru dapat memperkuat sistem imunitas-tubuh akan memproduksi kortisol dalam jumlah lebih banyak untuk melawan dan menangkal stres Namun stres kronis memiliki pengaruh berkebalikan Hal itu dapat membuat anda rentan penyakit Stres kronis membuat hormon dan adrenalin turun yang akhirnya menekan sistem imunitas
8agamma globulinemia dengan timoma
14 Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium penting untuk diagnosis Pengukuran imunoglobulin serum dapat menunjukkan abnormalitas kuantitatif secara kasar Imunoglobulin yang sama sekali tidak ada (agamaglobulinemia) jarang terjadi bahkan pasien yang sakit berat pun masih mempunyai IgM dan IgG yang dapat dideteksi Defek sintesis antibodi dapat melibatkan satu isotop imunoglobulin seperti IgA atau grup isotop seperti IgA dan IgG Beberapa individu gagal memproduksi antibodi spesifik setelah imunisasi meskipun kadar imunoglobulin serum normal Sel B yang bersirkulasi diidentifikasi dengan antibodi monoklonal terhadap antigen sel B Pada darah normal sel-sel tersebut sebanyak 5-15 dari populasi limfosit total Sel B matur yang tidak ada pada individu dengan defisiensi antibodi membedakan infantile X-linked agammaglobulinaemia dari penyebab lain defisiensi antibodi primer dengan kadar sel B normal atau rendah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang merupakan sarana yang sangat penting untuk mengetahui penyakit defisiensi imun Karena banyaknya pemeriksaan yang harus dilakukan (sesuai dengan kelainan klinis dan mekanisme dasarnya) maka pada tahap pertama dapat dilakukan pemeriksaan penyaring dahulu yaitu
1 Pemeriksaan darah tepi
Hemoglobin
Leukosit total
Hitung jenis leukosit (persentasi)
Morfologi limfosit
Hitung trombosit
2 Pemeriksaan imunoglobulin kuantitatif (IgG IgA IgM IgE)
3 Kadar antibodi terhadap imunisasi sebelumnya (fungsi IgG)
Titer antibodi Tetatus Difteri
Titer antibodi Hinfluenzae
4 Penilaian komplemen (komplemen hemolisis total = CH50)
5 Evaluasi infeksi (Laju endap darah atau CRP kultur dan pencitraan yang sesuai)
15Manifestasi klinis
-Gejala yang biasanya dijumpai Infeksi saluran napas atas berulang Infeksi bakteri yang berat Penyembuhan inkomplit antar episode infeksi atau respons pengobatan inkomplit
-Gagal tumbuh atau retardasi tumbuhJarang ditemukan kelenjar atau tonsil yang membesarInfeksi oleh mikroorganisma yang tidak lazim
-Lesi kulit (rash ketombe pioderma abses nekrotiknoma alopesia eksim teleangiektasi warts yang hebat)
-Oral thrush yang tidak menyembuh dengan pengobatan
-Jari tabuh
-Diare dan malabsorpsi
-Mastoiditis dan otitis persisten
-Pneumonia atau bronkitis berulang
-Penyakit autoimun
-Kelainan hematologis (anemia aplastik anemia hemolitik neutropenia trombositopenia)
16 Diagnosis
a Antibodi mikrobial dalam pemeriksaan defisiensi imun
Kemampuan untuk memproduksi antibodi merupakan cara paling sensitif untuk menemukan gangguan dalam produksi antibodi Antibodi tersebut biasanya ditemukan dengan cara esai
ELISA Antibodi terhadap S Pneumoniae ditemukan hampir pada semua orang dewasa sehat Tetapi tidak pada pada individu dengan imuno defisiensi primer
bPemeriksaan In vitro
Tes in vitro dilakukan dengan uji fiksasi komplemen dan fungsi bakterisidal reduksi NBT atau stimulasi produksi superoksida yang memberikan nilai enzim oksidatif yang berhubungan dengan fagositosis aktif dan aktivitas bakterisidal
17 Pengobatan
- Pemberian globulin gama
-Pemberian sitokin
-Transfusi dalam bentuk neutrofil
-Transplatasi timus fetal dan sum-sum tulang
- Obat antivirus
-Vaksinasi
-Terapi Genetik
-Terapi potensial
Merupakan penyakit akibat gangguan sel T dan sel B (limfositopenia) Rentan thd infeksi virus bakteri jamur dan protozoa terutama CMV
pneumonitis karini dan kandidaii Sindroma Nezelof
Imunitas sel T nampak jelas menurun Defisiensi sel B variabel dan disgammaglobulinemia Respon antibodi terhadap antigen spesifik biasanya rendah atau tidak
ada Rentan terhadap infeksi rekuren berbagai mikroba
iii Sindroma Wiskott-Aldrich IgM serum rendah kadar IgG normal sedang IgA dan IgE meningkat Jumlah sel B normal tidak memberikan respon thd antigen
polisakarida untuk memproduksi antibodi Mengenai usia muda dgn gejala trombositopenia eksim dan infeksi
rekuren
iv Ataksia telangiektasi Penyakit autosomal resesif mengenai syaraf endokrin dan sistem
vaskuler Ciri klinisnya berupa gerakan otot yg tidak terkoordinasi dan dilatasi
pembuluh darah kecil terlihat di sklera mata limfopenia penurunan IgA IgE dan kadang-kadang IgG
v Defisiensi adenosin deaminase Meningkatnya kadar bahan toksik berupa ATP dan deoxy-ATP dalam
sel limfoid
2 Defisiensi imun spesifik fisiologik
a Kehamilan Terjadi peningkatan aktivitas sel Ts atau efek supresif faktor humoral yg
dibentuk trofoblast Defisiensi imun selular dapat diturunkan pada kehamilan
b usiai Usia tahun pertama
Sistem imun balita masih belum matang Pada non radang sel T semua sel naif dan tidak memberi respons yg
adekuat thd antigen Antibodi janin disintesis pada awal minggu ke 20 tetapi kadar IgG
dewasa baru dicapai pd usia 5 thnii Usia lanjut
Atrofi timus dgn fungsi yg menurun Jumlah sel T naif dan kualitas respon sel T menurun
Imunitas humoral menurun perubahankualitas respons antibodi mengenai spesifisitas antibodi di autoantigen asing isotype antibodi dari IgG dan IgM dan afinitas antibodi dari tinggi menjadi rendah
C Defisiensi imun didapat atau sekunder1 Malnutrisi
Malnutrisi protein kaloriatrofi timus dan jaringan limfoid sekunder depresi respons sel T thd antigen dan sel alogenik pengurangan sekresi limfokin gangguan respons thd uji kulit hipersentivitas tipe lambat
2 infeksi
Infeksi virus bakteri dapat menekan sistem imun Malaria dan rubela kongenital 1048774 defisiensi antibodi Kehilangan imunitas seluler terjadi pd penyakit campak mononukleosis hepatitis
virus sifilis bruselosis lepra tuberkulosis milier dan parasit3 obat trauma tindakan kateterisasi4 penyinaran
Dosis tinggi menekan seluruh jaringan limfosit Dosis rendah menekan aktivitas sel Ts
5 penyakit berat Menyerang jaringan limfoid penyakit Hodgkin mieloma multiple leukemia
limfosarkoma Uremia menekan sistem imun GGK dan diabetes 1048774 defek fagosit sekunder
6 kehilangan imunoglobulin Pada nefrotik sindrom diare luka bakar
7Stress Stres untuk jangka waktu yang singkat justru dapat memperkuat sistem imunitas-tubuh akan memproduksi kortisol dalam jumlah lebih banyak untuk melawan dan menangkal stres Namun stres kronis memiliki pengaruh berkebalikan Hal itu dapat membuat anda rentan penyakit Stres kronis membuat hormon dan adrenalin turun yang akhirnya menekan sistem imunitas
8agamma globulinemia dengan timoma
14 Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium penting untuk diagnosis Pengukuran imunoglobulin serum dapat menunjukkan abnormalitas kuantitatif secara kasar Imunoglobulin yang sama sekali tidak ada (agamaglobulinemia) jarang terjadi bahkan pasien yang sakit berat pun masih mempunyai IgM dan IgG yang dapat dideteksi Defek sintesis antibodi dapat melibatkan satu isotop imunoglobulin seperti IgA atau grup isotop seperti IgA dan IgG Beberapa individu gagal memproduksi antibodi spesifik setelah imunisasi meskipun kadar imunoglobulin serum normal Sel B yang bersirkulasi diidentifikasi dengan antibodi monoklonal terhadap antigen sel B Pada darah normal sel-sel tersebut sebanyak 5-15 dari populasi limfosit total Sel B matur yang tidak ada pada individu dengan defisiensi antibodi membedakan infantile X-linked agammaglobulinaemia dari penyebab lain defisiensi antibodi primer dengan kadar sel B normal atau rendah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang merupakan sarana yang sangat penting untuk mengetahui penyakit defisiensi imun Karena banyaknya pemeriksaan yang harus dilakukan (sesuai dengan kelainan klinis dan mekanisme dasarnya) maka pada tahap pertama dapat dilakukan pemeriksaan penyaring dahulu yaitu
1 Pemeriksaan darah tepi
Hemoglobin
Leukosit total
Hitung jenis leukosit (persentasi)
Morfologi limfosit
Hitung trombosit
2 Pemeriksaan imunoglobulin kuantitatif (IgG IgA IgM IgE)
3 Kadar antibodi terhadap imunisasi sebelumnya (fungsi IgG)
Titer antibodi Tetatus Difteri
Titer antibodi Hinfluenzae
4 Penilaian komplemen (komplemen hemolisis total = CH50)
5 Evaluasi infeksi (Laju endap darah atau CRP kultur dan pencitraan yang sesuai)
15Manifestasi klinis
-Gejala yang biasanya dijumpai Infeksi saluran napas atas berulang Infeksi bakteri yang berat Penyembuhan inkomplit antar episode infeksi atau respons pengobatan inkomplit
-Gagal tumbuh atau retardasi tumbuhJarang ditemukan kelenjar atau tonsil yang membesarInfeksi oleh mikroorganisma yang tidak lazim
-Lesi kulit (rash ketombe pioderma abses nekrotiknoma alopesia eksim teleangiektasi warts yang hebat)
-Oral thrush yang tidak menyembuh dengan pengobatan
-Jari tabuh
-Diare dan malabsorpsi
-Mastoiditis dan otitis persisten
-Pneumonia atau bronkitis berulang
-Penyakit autoimun
-Kelainan hematologis (anemia aplastik anemia hemolitik neutropenia trombositopenia)
16 Diagnosis
a Antibodi mikrobial dalam pemeriksaan defisiensi imun
Kemampuan untuk memproduksi antibodi merupakan cara paling sensitif untuk menemukan gangguan dalam produksi antibodi Antibodi tersebut biasanya ditemukan dengan cara esai
ELISA Antibodi terhadap S Pneumoniae ditemukan hampir pada semua orang dewasa sehat Tetapi tidak pada pada individu dengan imuno defisiensi primer
bPemeriksaan In vitro
Tes in vitro dilakukan dengan uji fiksasi komplemen dan fungsi bakterisidal reduksi NBT atau stimulasi produksi superoksida yang memberikan nilai enzim oksidatif yang berhubungan dengan fagositosis aktif dan aktivitas bakterisidal
17 Pengobatan
- Pemberian globulin gama
-Pemberian sitokin
-Transfusi dalam bentuk neutrofil
-Transplatasi timus fetal dan sum-sum tulang
- Obat antivirus
-Vaksinasi
-Terapi Genetik
-Terapi potensial
Infeksi virus bakteri dapat menekan sistem imun Malaria dan rubela kongenital 1048774 defisiensi antibodi Kehilangan imunitas seluler terjadi pd penyakit campak mononukleosis hepatitis
virus sifilis bruselosis lepra tuberkulosis milier dan parasit3 obat trauma tindakan kateterisasi4 penyinaran
Dosis tinggi menekan seluruh jaringan limfosit Dosis rendah menekan aktivitas sel Ts
5 penyakit berat Menyerang jaringan limfoid penyakit Hodgkin mieloma multiple leukemia
limfosarkoma Uremia menekan sistem imun GGK dan diabetes 1048774 defek fagosit sekunder
6 kehilangan imunoglobulin Pada nefrotik sindrom diare luka bakar
7Stress Stres untuk jangka waktu yang singkat justru dapat memperkuat sistem imunitas-tubuh akan memproduksi kortisol dalam jumlah lebih banyak untuk melawan dan menangkal stres Namun stres kronis memiliki pengaruh berkebalikan Hal itu dapat membuat anda rentan penyakit Stres kronis membuat hormon dan adrenalin turun yang akhirnya menekan sistem imunitas
8agamma globulinemia dengan timoma
14 Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium penting untuk diagnosis Pengukuran imunoglobulin serum dapat menunjukkan abnormalitas kuantitatif secara kasar Imunoglobulin yang sama sekali tidak ada (agamaglobulinemia) jarang terjadi bahkan pasien yang sakit berat pun masih mempunyai IgM dan IgG yang dapat dideteksi Defek sintesis antibodi dapat melibatkan satu isotop imunoglobulin seperti IgA atau grup isotop seperti IgA dan IgG Beberapa individu gagal memproduksi antibodi spesifik setelah imunisasi meskipun kadar imunoglobulin serum normal Sel B yang bersirkulasi diidentifikasi dengan antibodi monoklonal terhadap antigen sel B Pada darah normal sel-sel tersebut sebanyak 5-15 dari populasi limfosit total Sel B matur yang tidak ada pada individu dengan defisiensi antibodi membedakan infantile X-linked agammaglobulinaemia dari penyebab lain defisiensi antibodi primer dengan kadar sel B normal atau rendah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang merupakan sarana yang sangat penting untuk mengetahui penyakit defisiensi imun Karena banyaknya pemeriksaan yang harus dilakukan (sesuai dengan kelainan klinis dan mekanisme dasarnya) maka pada tahap pertama dapat dilakukan pemeriksaan penyaring dahulu yaitu
1 Pemeriksaan darah tepi
Hemoglobin
Leukosit total
Hitung jenis leukosit (persentasi)
Morfologi limfosit
Hitung trombosit
2 Pemeriksaan imunoglobulin kuantitatif (IgG IgA IgM IgE)
3 Kadar antibodi terhadap imunisasi sebelumnya (fungsi IgG)
Titer antibodi Tetatus Difteri
Titer antibodi Hinfluenzae
4 Penilaian komplemen (komplemen hemolisis total = CH50)
5 Evaluasi infeksi (Laju endap darah atau CRP kultur dan pencitraan yang sesuai)
15Manifestasi klinis
-Gejala yang biasanya dijumpai Infeksi saluran napas atas berulang Infeksi bakteri yang berat Penyembuhan inkomplit antar episode infeksi atau respons pengobatan inkomplit
-Gagal tumbuh atau retardasi tumbuhJarang ditemukan kelenjar atau tonsil yang membesarInfeksi oleh mikroorganisma yang tidak lazim
-Lesi kulit (rash ketombe pioderma abses nekrotiknoma alopesia eksim teleangiektasi warts yang hebat)
-Oral thrush yang tidak menyembuh dengan pengobatan
-Jari tabuh
-Diare dan malabsorpsi
-Mastoiditis dan otitis persisten
-Pneumonia atau bronkitis berulang
-Penyakit autoimun
-Kelainan hematologis (anemia aplastik anemia hemolitik neutropenia trombositopenia)
16 Diagnosis
a Antibodi mikrobial dalam pemeriksaan defisiensi imun
Kemampuan untuk memproduksi antibodi merupakan cara paling sensitif untuk menemukan gangguan dalam produksi antibodi Antibodi tersebut biasanya ditemukan dengan cara esai
ELISA Antibodi terhadap S Pneumoniae ditemukan hampir pada semua orang dewasa sehat Tetapi tidak pada pada individu dengan imuno defisiensi primer
bPemeriksaan In vitro
Tes in vitro dilakukan dengan uji fiksasi komplemen dan fungsi bakterisidal reduksi NBT atau stimulasi produksi superoksida yang memberikan nilai enzim oksidatif yang berhubungan dengan fagositosis aktif dan aktivitas bakterisidal
17 Pengobatan
- Pemberian globulin gama
-Pemberian sitokin
-Transfusi dalam bentuk neutrofil
-Transplatasi timus fetal dan sum-sum tulang
- Obat antivirus
-Vaksinasi
-Terapi Genetik
-Terapi potensial
Morfologi limfosit
Hitung trombosit
2 Pemeriksaan imunoglobulin kuantitatif (IgG IgA IgM IgE)
3 Kadar antibodi terhadap imunisasi sebelumnya (fungsi IgG)
Titer antibodi Tetatus Difteri
Titer antibodi Hinfluenzae
4 Penilaian komplemen (komplemen hemolisis total = CH50)
5 Evaluasi infeksi (Laju endap darah atau CRP kultur dan pencitraan yang sesuai)
15Manifestasi klinis
-Gejala yang biasanya dijumpai Infeksi saluran napas atas berulang Infeksi bakteri yang berat Penyembuhan inkomplit antar episode infeksi atau respons pengobatan inkomplit
-Gagal tumbuh atau retardasi tumbuhJarang ditemukan kelenjar atau tonsil yang membesarInfeksi oleh mikroorganisma yang tidak lazim
-Lesi kulit (rash ketombe pioderma abses nekrotiknoma alopesia eksim teleangiektasi warts yang hebat)
-Oral thrush yang tidak menyembuh dengan pengobatan
-Jari tabuh
-Diare dan malabsorpsi
-Mastoiditis dan otitis persisten
-Pneumonia atau bronkitis berulang
-Penyakit autoimun
-Kelainan hematologis (anemia aplastik anemia hemolitik neutropenia trombositopenia)
16 Diagnosis
a Antibodi mikrobial dalam pemeriksaan defisiensi imun
Kemampuan untuk memproduksi antibodi merupakan cara paling sensitif untuk menemukan gangguan dalam produksi antibodi Antibodi tersebut biasanya ditemukan dengan cara esai
ELISA Antibodi terhadap S Pneumoniae ditemukan hampir pada semua orang dewasa sehat Tetapi tidak pada pada individu dengan imuno defisiensi primer
bPemeriksaan In vitro
Tes in vitro dilakukan dengan uji fiksasi komplemen dan fungsi bakterisidal reduksi NBT atau stimulasi produksi superoksida yang memberikan nilai enzim oksidatif yang berhubungan dengan fagositosis aktif dan aktivitas bakterisidal
17 Pengobatan
- Pemberian globulin gama
-Pemberian sitokin
-Transfusi dalam bentuk neutrofil
-Transplatasi timus fetal dan sum-sum tulang
- Obat antivirus
-Vaksinasi
-Terapi Genetik
-Terapi potensial
ELISA Antibodi terhadap S Pneumoniae ditemukan hampir pada semua orang dewasa sehat Tetapi tidak pada pada individu dengan imuno defisiensi primer
bPemeriksaan In vitro
Tes in vitro dilakukan dengan uji fiksasi komplemen dan fungsi bakterisidal reduksi NBT atau stimulasi produksi superoksida yang memberikan nilai enzim oksidatif yang berhubungan dengan fagositosis aktif dan aktivitas bakterisidal
17 Pengobatan
- Pemberian globulin gama
-Pemberian sitokin
-Transfusi dalam bentuk neutrofil
-Transplatasi timus fetal dan sum-sum tulang
- Obat antivirus
-Vaksinasi
-Terapi Genetik
-Terapi potensial