Skenario 4

download Skenario 4

of 39

description

Edukasi

Transcript of Skenario 4

KONSEP SEHAT SAKIT

BEBERAPA DEFINISI SEHAT SAKITA. DEFINISI SEHAT SAKIT MENURUT DASAR KEPERAWATAN-DEFINISI SEHAT (WHO) 1947Sehat : Suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Mengandung 3 karakteristik :1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia.(holistic)2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan ektersnal.3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesesuaian, bukan merupakan suatu keadaan tapi merupakan ptoses.Proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.+ spiritual(WHO 84)

B. DEFINISI SEHAT SAKIT DALAM KEPERAWATAN-DEFINISI SEHAT PENDER(1982)Sehat : Perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (Aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesesuaian diperlukan untuk mempertahankanstabilitas dan integritas struktural.

C. DEFINISI SEHAT PAUNE (1983)Sehat : Fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care Resources) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri (self care Actions) secara adekual.Self care Resources: mencangkup pengetahuan, keterampilan dan sikap.Self care Actions: Perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahan kan dan menigkatkanfungsi psicososial da piritual.D. DEFINISI SEHAT MENURUT PERSEORANGANPengertian sehat menurut perseorangan dan gambaran seseorang tentang sehat sangat bervariasi. Faktor yang mempengaruhi diri seseorang tentang sakit :1.Status Pekembangan.Kemampuan mengerti tentang keadaan sehat dan kemampuan merespon terhadap perubahandalam kesehatan dikatakan dengan usia. Contoh : Bayi dapat merasakan sakit, tetapi tidak dapat mengungkapkan dan mengatasi. Pengetahuan perawat tentang status perkembangan individu memudahkan untuk melaksanakan pengkajian terhadap individu dan membantu mengatisipasi perilaku-perilku selanjutnya.2.Pengaruh sosial dan kulturalMasing-masing kultur punya pandangan tentang sehat dan diturunhan dari orang tua keanak-anak.

Contoh :- Cina : sehat adalah keseimbangan antara Yin dan yang.- Sosok (ekonomi rendah) flu suatu yang biasa, merasa sehat.3.Pengalaman masa lalu.Seseorang dapat mempertimbangkan adanya rasa nyeri / sakit disfungsi (tidak berfungsi) membantu menentukan definisi seorang tentang sehat.4.Harapan sesorang tentang dirinya.Seseorang mengharapkan dapat berfungsi pada tingkat yang tinggi baik fisik maupun psikososialnya jika mereka sehat. Faktor lain yang berhubungan dengan diri sendiri.1.Bagaimana individu menerima dirinya dengan baik / secara utuh.2.Self Esleem (harga diri), Body Image (gambaran diri), kebutuhan, peran dan kemampuan.

DEFINISI SAKIT yaitu defiasi / penyimpangan dari status sehat.PEMONS (1972)Sakit : gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas termasuk keadaan organisme sebagai siste biologis dan penyesuaian sosialnya.BAUMAN (1965)Seseoang menggunakan 3 kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit :1.Adanya gejala : Naiknya temperatur, nyeri.2.Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit.3.Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja , sekolah.Penyakit adalah istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan berkuranya kapasitas. Hubungan antara sehat, sakit dan penyakit pada dasarnya merupakan keadaan sehat dan sakit.1.Hasil interaksi seseorang dengan lingkungan.2.sebagai manifetasi keberhasilan / kegagalan dalam beradaptasi dengan lingkungan.3.Gangguan Kesehatan.Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku sehat. Sehat sakit berada pada sesuatu dimana setiap orang bergerak sepanjang kehidupannya.1.Suatu skala ukur secara relatif dalam mengukur ke dalam sehat / kesehatan seseorang.2.kedudukannya : dinamis, dan bersifat individual.3.Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan kemauan pada titik yang lain.

RENTANG SEHAT SAKIT MENURUT MODEL HOLISTIK HEALTH

SEJAHTERA, SEHAT-SEHAT, MENENGAH,YANG SEKALI SEKALI, NORMAL,SAKIT

Tahapan sakit menurut Suchman terbagi menjadi 5 tahap yaitu :a.Tahap Transisi : individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuh ; merasa dirinya tidak sehat/merasa timbulnya berbagai gejala merasa adanya bahaya. Mempunyai 3 aspek :- Secara fisik : nyeri, panas tinggi.- Kognitif : interprestasi terhadap gejala.- Respons emosi terhadap ketakutan / kecamasan. Konsultasi dengan orang terdekat : gejala perasaan, kadang-kadang mencoba pengobatan dirumah.b.Tahap asumsi terhadap peran sakit (sick Rok). Penerimaan terhadap sakit.Individu mencari kepastian sakitnya dari keluarga atau teman : menghasilkan peran sakit.Mencari pertolongan dari profesi kesehatan yang lain mengobati sendiri, mengikuti nasehat teman / keluarga. Akhir dari tahap ini dapat ditentukan bahwa gejala telah berubah dan merasa lebih buruk. Individu masih mencari penegasan dari keluarga tentang sakitnya. Rebcana pengobatan dipenuhi / dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman.

c.Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan- Individu yang sakit : meminta nasehat dari profesi kesehatan atas inisiatif sendiri.- 3 tipe informasi :1. Validasi keadaan sakit.2. Penjelasan tentang gejala yang tidak dimengerti.3. Keyakinan bahwa mereka akan baik.- Jika tidak ada gejala : individu mempersepsikan dirinya sembuh, jika ada gejala kembali pada posisi kesehatan.

d. Tahap ketergantunganJika profesi kesehatan menvalidasi (menetapkan) bahwa seseorang sakit : menjadi pasien yany tergantungan untuk memperoleh bantuan. Setiap orang mempunyai ketergantungan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.Perawat* Mengkaji kebutuhan ketergantungan pasien di kaitkan dengan tahapperkembangan.* Support terhadap perilaku pasien yang mengarah pada kemandirian.e. Tahap Penyembuhan.Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali padaDETERMINAN KESEHATAN2.2 Teori BlumKonsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan.Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat.Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh.H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan.Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan).Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat.Diantara faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan.Hal ini disebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat. Ilustrasi konsep blumSemua Negara di dunia menggunakan konsep Blum dalam menjaga kesehatan warga negaranya.Untuk Negara maju saat ini sudah fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sehingga asupan makanan anak-anak mereka begitu dijaga dari segi gizi sehingga akan melahirkan keturunan yang berbobot. Kondisi yang berseberangan dialami Indonesia sebagai Negara agraris, segala regulasi pemerintah tentang kesehatan malah fokus pada penanggulangan kekurangan gizi masyarakatnya. Bahkan dilematisnya banyak masyarakat kota yang mengalami kekurangan gizi. Padahal dari hasil penelitian membuktikan wilayah Indonesia potensial sebagai lahan pangan dan perternakan karena wilayahnya yang luas dengan topografi yang mendukung. Ada apa dengan pemerintah?.Satu jawaban yang pasti seringkali dalam analisis kesehatan pemerintah kurang mempertimbangkan pendapat ahli kesehatan masyarakat (public health) sehingga kebijakan yang dibuat cuma dari sudut pandang kejadian sehat-sakit.Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor saling keterkaitan berikut penjelasannya :1. Perilaku masyarakatPerilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan penting untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010.Hal ini dikarenakan budaya hidup bersih dan sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk menjaga kesehatannya.Diperlukan suatu program untuk menggerakan masyarakat menuju satu misi Indonesia Sehat 2010. Sebagai tenaga motorik tersebut adalah orang yang memiliki kompetensi dalam menggerakan masyarakat dan paham akan nilai kesehatan masyarakat. Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan menghasilkan budaya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.Beberapa kegiatan yang mungkin kita lakukan seperti: berolah raga, tidur, merokok, minum, dll. Apabila kita mengembangkan kebiasaan yang bagus dari sejak awal, hal tersebut berpengaruh positif terhadap kesehatan tubuh.Sekali-kali atau dalam batas-batas tertentu untuk waktu yang lebih lama, kita bebas melakukan kebiasaan-kebiasaan harian.Namun, bagaimanapun juga sikap yang tidak berlebihan merupakan suatu keharusan agar benar-benar sehat.Tubuh kita memerlukan tidur, olah raga, dan rutinitas yang sehat dalam jumlah tertentu untuk mempertahankan kesejahteraannya.2. Lingkungan Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik.Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya penyakit.Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak.

Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan. Sebagai mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi individu satu dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan masalah kejiwaan.3. Pelayanan kesehatan Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat.Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan.Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan.Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat.Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat besar perananya.sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan primer. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang memiliki kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun program-program kesehatan.Utamanya program-program pencegahan penyakit yang bersifat preventif sehingga masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit.Banyak kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah seperti diare, demam berdarah, malaria, dan penyakit degeneratif yang berkembang saat ini seperti jantung karoner, stroke, diabetes militus dan lainnya.penyakit itu dapat dengan mudah dicegah asalkan masyarakat paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan dan kesehatannya.4. Genetik Seperti apa keturunan generasi muda yang diinginkan ???. Pertanyaan itu menjadi kunci dalam mengetahui harapan yang akan datang. Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya.Oleh sebab itu kita harus terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka mampu berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masa inilah perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa mendatang.Namun masih banyak saja anak Indonesia yang status gizinya kurang bahkan buruk.Padahal potensi alam Indonesia cukup mendukung.oleh sebab itulah program penanggulangan kekurangan gizi dan peningkatan status gizi masyarakat masih tetap diperlukan. Utamanya program Posyandu yang biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan berjalannya program ini maka akan terdeteksi secara dini status gizi masyarakat dan cepat dapat tertangani.

2.3 Determinan yang mempengaruhi status kesehatan Teori klasik yang dikembangkan oleh Blum (1974) mengatakan bahwa adanya 4 determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Empat determinan tersebut secara berturut-turut besarnya pengaruh terhadap kesehatan adalah: a). lingkungan, b). perilaku, c). pelayanan kesehatan, dan d).keturunan atau herediter. Keempat determinan tersebut adalah determinan untuk kesehatan kelompok atau komunitas yang kemungkinan sama di kalangan masyarakat. Akan tetapi untukkesehatan individu, disamping empat faktor tersebut, faktor internal individujuga berperan, misalnya : umur, gender, pendidikan, dan sebagainya, disampingfaktor herediter. Bila kita analisis lebih lanjut determinan kesehatan itu sebenarnyaadalah semua faktor diluar kehidupan manusia, baik secara individual, kelompok, maupun komunitas yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kehidupan manusia itu. Hal ini berarti, disamping determinan-determinan derajat kesehatan yang telah dirumuskan oleh Blum tersebut masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi atau menentukan terwujudnya kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat.1. Faktor makananMakanan merupakan faktor penting dalam kesehatan kita. Bayi lahir dari seorang ibu yang telah siap dengan persediaan susu yang merupakan makanan lengkap untuk seorang bayi. Mereka yang memelihara tubuhnya dengan makanan yang cocok, menikmati tubuh yang benar-benar sehat.Kecocokan makanan ini menurut waktu, jumlah, dan harga yang tepat. Hanya saat kita makan secara berlebihan makanan yang tidak cocok dengan tubuh kita, maka tubuh akan bereaksi sebaliknya. Sakit adalah salah satu reaksi tubuh, dan bila kemudian dicegah atau dirawat dengan benar, tubuh kembali sehat.Penyakit merupakan peringatan untuk mengubah kebiasaan kita.Perlu diingat selalu bahwa tubuh kita hanya memerlukan makanan yang tepat dalam jumlah yang sesuai.2.Pendidikan atau tingkat pengetahuanTingkat pengetahuan akan membentuk cara berpikir dan kemampuan seseorang untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk menjaga kesehatannya. Pendidikan juga secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam menjaga kesehatannya. Biasanya, orang yang berpendidikan (dalam hal ini orang yang menempuh pendidikan formal) mempunyai resiko lebih kecil terkena penyakit atau masalah kesehatan lainnya dibandingkan dengan masyarakat yang awam dengan kesehatan.3.Faktor sosioekonomiFaktor-faktor sosial dan ekonomi seperti lingkungan sosial, tingkat pendapatan, pekerjaan, dan ketahanan pangan dalam keluarga merupakan faktor yang berpengaruh besar pada penentuan derajat kesehatan seseorang.Dalam masalah gizi buruk misalnya, masyarakat dengan tingkat ekonomi dan berpendapatan rendah biasanya lebih rentan menderita gizi buruk.Hal tersebut bisa terjadi karena orang dengan tingkat ekonomi rendah sulit untuk mendapatkan makanan dengan nilai gizi yang bisa dibilang layak.4.Latar belakang budayaLatar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu, termasuk sistem pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan kesehatan pribadi. Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke memiliki beribu-ribu suku dengan adat istiadat yang berbeda-beda pula. Sebagian dari adat istiadat tersebut ada yang masih bisa dibilang primitif dan tidak mempedulikan aspek kesehatan.Misalnya saja, pada suku Baduy yang tidak memperbolehkan masyarakat menggunakan alas kaki.5. UsiaSetiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon yang berbeda-beda terhadap perubahan kesehatan yang terjadi.6.Faktor emosionalSetiap pemikiran positif akan sangat berpengaruh, pikiran yang sehat dan bahagia semakin meningkatkan kesehatan tubuh kita. Tidak sulit memahami pengaruh dari pikiran terhadap kesehatan kita.Yang diperlukan hanyalah usaha mengembangkan sikap yang benar agar tercapai kesejahteraan.7.Faktor agama dan keyakinanAgama dan kepercayaan yang dianut oleh seorang individu secara tidak langsung mempengaruhi perilaku kita dalam berperilaku sehat.Misalnya, pada agama Islam.Islam mengajarkan bahwa anna ghafatul minal iman atau kebersihan adalah sebagian dari iman. Sebagai umat muslim, tentu kita akan melaksanakan perintah Allah SWT. untuk berperilaku bersih dan sehat.PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)Sumber : Departemen Kesehatan Republik IndonesiaPusat Promosi Kesehatan Tahun 2008Apa itu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)? PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat. PHBS itu jumlahnya banyak sekali, bisa ratusan. Misalnya tentang gizi: makan beraneka ragam makanan, minum tablet darah, mengkonsumsi Garam beryodium, memberi bayi dan balita Kapsul Vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya , membersihkan lingkungan. Setiap rumah tangga dianjurkan untuk melaksanaka semua perilaku kesehatan. Apa itu PHBS di Rumah Tangga? PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di rumah tangga di lakukan untuk mencapai rumah tangga Ber-PHBS. Rumah tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu : 1. persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan 2. memberi bayi ASI ekslusif 3. menimbang balita setiap bulan 4. menggunakan air bersih 5. mencuci tangan dengan air brsih dan sabun 6. menggunakan jamban sehat 7. memberantas jentik di rumah sekali seminggu 8. makan buah dan sayur setiap hari 9. melakukan aktifitas fisik setiap hari 10. tidak merokok di dalam rumah. Apa manfaat Rumah Tangga Ber-PHBS?Bagi Rumah Tangga : Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit. Anak tumbuh sehat dan cerdas. Anggota keluarga giat bekerja. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga. Bagi Masyarakat: Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah masalah kesehatan. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa dan lain-lain.

Apa peran kader dalam mewujudkan Rumah Tangga Ber-PHBS? Melakukan pendataan rumah tangga yang ada di wilayahnya dengan menggunakan Kartu PHBS atau Pencatatan PHBS di Rumah Tangga pada buku kader. Melakukan pendekatan kepada kepala desa/lurah dan tokoh masyarakat untuk memperolah dukungan dalam pembinaan PHBS di Rumah Tangga. Sosialisasi PHBS di Rumah Tangga ke seluruh rumah tangga yang ada di desa/kelurahan melalui kelompok damawisma. Memberdayakan keluarga untuk melaksanakan PHBS melalui penyuluhan perorangan, penyuluhan kelompok, penyuluhan massa dan pergerakan masyarakat. Mengembangkan kegiatan-kegiatan ang mendukung terwujudnya Rumah Tangga Ber-PHBS. Memantau kemajuan pencapaian Rumah Tangga Ber-PHBS di wilayahnya setiap tahun melalui pencatatan PHBS di Rumah Tangga.Sumber= Dinkes Kota MalangPHBS Di SekolahAdalah pemberdayaan siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar mau mempraktekkan PHBS dan aktif mewujudkan sekolah sehat.

Manfaat Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat, sehingga siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindung dari berbagai ancaman dan gangguan penyakit. Meningkatnya semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar siswa. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain.INDIKATOR PHBS DI SEKOLAH1. Mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun2. Mengkonsumsi jajanan sehat di sekolah3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat4. Olahraga yang teratur dan terukur5. Memberantas jentik nyamuk6. Tidak merokok di sekolah7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan8. Membuang sampah pada tempatnyaPHBS Di Tempat-Tempat Umum (TTU)Adalah pemberdayaan pengunjung dan pengelola TTU agar mau mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan TTU sehat.

Manfaat Masyarakat menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat, mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi Lingkungan di sekitar TTU menjadi lebih bersih, indah dan sehat sehingga meningkatkan citra tempat umum Meningkatkan pendapatan TTU akibat meningkatnya kunjungan pengguna TTUINDIKATOR PHBS DI TTU1. PHBS Di Pasar Menggunakan air bersih Menggunakan jamban Membuang sampah pada tempatnya Tidak merokok di pasar Tidak meludah sembarangan Memberantas jentik nyamuk1. PHBS Di Tempat Ibadah Menggunakan air bersih Menggunakan jamban Membuang sampah pada tempatnya Tidak merokok di tempat ibadah Tidak meludah sembarangan Memberantas jentik nyamuk1. PHBS Di Rumah Makan Menggunakan air bersih Menggunakan jamban Membuang sampah pada tempatnya Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Tidak merokok di rumah makan Menutup makanan dan minuman Tidak meludah sembarangan Memberantas jentik nyamuk

1. PHBS Di Angkutan Umum (Bus, Angkot, Kereta, Pesawat, Kapal Laut, dll) Menggunakan air bersih Menggunakan jamban Membuang sampah pada tempatnya Tidak merokok di angkutan umum Tidak meludah sembaranganPHBS Di Tempat KerjaAdalah pemberdayaan para pekerja agar mau mempraktekkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.

Manfaat Setiap pekerja meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit Produktifitas pekerja meningkat yang berdampak pada peningkatan penghasilan Pengeluaran biaya rumah tangga hanya untuk meningkatkan taraf hidup bukan untuk biaya berobat Meningkatnya citra tempat kerja yang positifINDIKATOR PHBS DI TEMPAT KERJA1. Tidak merokok di tempat kerja2. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja3. Melakukan olahraga secara teratur/ aktifitas fisik4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar dan buang air kecil5. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja6. Menggunakan air bersih7. Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar8. Membuang sampah pada tempatnya9. Menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai jenis pekerjaanPHBS Di Institusi KesehatanAdalah upaya memberdayakan pasien, pengunjung dan petugas agar mau dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan institusi kesehatan sehatManfaatPasien memperoleh pelayanan kesehatan di institusi kesehatan yang sehat Pasien terhindar dari penularan penyakit Mempercepat proses penyembuhan penyakit bagi pasien Meningkatkan citra sebagai institusi kesehatan yang baikINDIKATOR PHBS DI INSTITUSI KESEHATAN1. Menggunakan air bersih2. Menggunakan jamban3. Membuang sampah pada tempatnya4. Tidak merokok di institusi kesehatan5. Tidak meludah sembarangan6. Memberantas jentik nyamuk7. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabunMALPRAKTIKDefinisi malpraktik profesi kesehatan adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956).Pengertian malpraktik medik menurut WMA (World Medical Associations) adalah Involves the physicians failure to conform to the standard of care for treatment of the patients condition, or a lack of skill, or negligence in providing care to the patient, which is the direct cause of an injury to the patient (adanya kegagalan dokter untuk menerapkan standar pelayanan terapi terhadap pasien, atau kurangnya keahlian, atau mengabaikan perawatan pasien, yang menjadi penyebab langsung terhadap terjadinya cedera pada pasien).Di dalam setiap profesi termasuk profesi tenaga kesehatan berlaku normaetika dan norma hukum. Oleh sebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah seharusnyalah diukur atau dilihat dari sudut pandang kedua norma tersebut. Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical malpractice dan dari sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice. Hal ini perlu difahami mengingat dalam profesi tenaga perawatan berlaku norma etika dan norma hukum, sehingga apabila ada kesalahan praktek perlu dilihat domain apa yang dilanggar. Karena antara etika dan hukum ada perbedaan-perbedaan yang mendasar menyangkut substansi, otoritas, tujuan dan sangsi, maka ukuran normatif yang dipakai untuk menentukan adanya ethical malpractice atau yuridical malpractice dengan sendirinya juga berbeda.Yang jelas tidak setiap ethical malpractice merupakan yuridical malpractice akan tetapi semua bentuk yuridical malpractice pasti merupakan ethical malpractice (Lord Chief Justice, 1893).Untuk malpraktik hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3 kategori sesuai bidang hukum yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil malpractice dan Administrative malpractice.

1. Criminal malpracticePerbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni :a. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan perbuatan tercela.b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan(intensional), kecerobohan (reklessness) atau kealpaan (negligence). Criminal malpractice yang bersifat sengaja (intensional) misalnya melakukaneuthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuatsurat keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis pasal299 KUHP). Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya melakukantindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent. Criminal malpractice yang bersifat negligence (lalai) misalnya kurang hati-hatimengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perutpasien saat melakukan operasi. Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminalmalpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkankepada orang lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.2. Civil malpracticeSeorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain:a.Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.b.Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambatmelakukannya.c.Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna.d.Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.

3. Administrative malpracticeDokter dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala tenaga perawatan tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan policepower, pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum administrasi.Dalam kasus atau gugatan adanya civil malpractice pembuktianya dapat dilakukan dengan dua cara yakni :1. Cara langsungOleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 D yakni :a. Duty (kewajiban)Dalam hubungan perjanjian tenaga dokter dengan pasien, dokter haruslah bertindak berdasarkan1) Adanya indikasi medis2) Bertindak secara hati-hati dan teliti3) Bekerja sesuai standar profesi4) Sudah ada informed consent.b. Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)Jika seorang dokter melakukan tindakan menyimpang dari apa yang seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka dokter dapat dipersalahkan.c. Direct Cause (penyebab langsung)d. Damage (kerugian)Dokter untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal (langsung) antara penyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya dan tidak ada peristiwa atau tindakan sela diantaranya., dan hal ini haruslah dibuktikan dengan jelas. Hasil (outcome) negatif tidak dapat sebagai dasar menyalahkan dokter. Sebagai adagium dalam ilmu pengetahuan hukum, maka pembuktiannya adanya kesalahan dibebankan/harus diberikan oleh si penggugat (pasien).

2. Cara tidak langsungCara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi pasien, yakni dengan mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil layanan perawatan (doktrin res ipsa loquitur). Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria:a. Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila dokter tidak lalaib. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab dokterc. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak ada contributory negligence.Di dalam transaksi teraputik ada beberapa macam tanggung gugat, antara lain:1. Contractual liabilityTanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya kewajiban dari hubungan kontraktual yang sudah disepakati. Di lapangan pengobatan, kewajiban yang harus dilaksanakan adalah daya upaya maksimal, bukan keberhasilan, karena health care provider baik tenaga kesehatan maupun rumah sakit hanya bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan yang tidak sesuai standar profesi/standar pelayanan.2. Vicarius liabilityVicarius liability atau respondeat superior ialah tanggung gugat yang timbul atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang ada dalam tanggung jawabnya (sub ordinate), misalnya rumah sakit akan bertanggung gugat atas kerugian pasien yang diakibatkan kelalaianperawat sebagai karyawannya.3. Liability in tortLiability in tort adalah tanggung gugat atas perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad). Perbuatan melawan hukum tidak terbatas hanya perbuatan yang melawan hukum, kewajiban hukum baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, akan tetapi termasuk juga yangberlawanan dengan kesusilaan atau berlawanan dengan ketelitian yang patut dilakukan dalam pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda orang lain (Hogeraad 31 Januari 1919).

Upaya pencegahan malpraktik dalam pelayanan kesehatanDengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga perawatan karena adanya mal praktek diharapkan para dokter dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:a.Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjianberbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaatverbintenis).b.Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.c.Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.d.Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada dokter supervisore.Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya.f.Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat sekitarnya.Pada perkara perdata dalam tuduhan civil malpractice dimana perawat digugat membayar ganti rugi sejumlah uang, yang dilakukan adalah mementahkan dalil-dalil penggugat, karena dalam peradilan perdata, pihak yang mendalilkan harus membuktikan di pengadilan,dengan perkataan lain pasien atau pengacaranya harus membuktikan dalil sebagai dasar gugatan bahwa tergugat bertanggung jawab atas derita (damage) yang dialami penggugat. Untuk membuktikan adanya civil malpractice tidaklah mudah, utamanya tidak diketemukannya fakta yang dapat berbicara sendiri (res ipsa loquitur), apalagi untuk membuktikan adanya tindakan menterlantarkan kewajiban (dereliction of duty) dan adanya hubungan langsung antara menterlantarkan kewajiban dengan adanya rusaknya kesehatan (damage), sedangkan yang harus membuktikan adalah orang-orang awam dibidang kesehatan dan hal inilah yang menguntungkan dokter.Untuk menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran, dibentuklah MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN INDONESIA (MKDKI).MKDKI adalah lembaga yang berwenang untuk :1. Menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi.2. Menetapkan sanksi disiplin.MKDKI merupakan lembaga otonom dari Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) yang dalam menjalankan tugasnya bersifat independenTujuan penegakan disiplin adalah :1. Memberikan perlindungan kepada pasien.2. Menjaga mutu dokter / dokter gigi.3. Menjaga kehormatan profesi kedokteran / kedokteran gigi.

Anggota MKDKI terdiri dari dokter, dokter gigi, dan sarjana hukumSusunan anggota MKDKI periode 2011 - 2016 :1. Prof. dr. Med. Ali Baziad, Sp.OG(K) (Ketua MKDKI)2. Dr. Sabir Alwy, SH, MH (Wakil Ketua MKDKI)3. Bambang Kusnandir, drg, Sp.Pros, PhD (Sekretaris MKDKI)4. Akhiar Salmi, SH, MH5. Dyah Silviaty, dr, Sp.A, MHKes6. Rullyanto Wirahardja, dr, MPH, DFM, SH, MHKes7. Edi Sumarwanto, drg, MM, MHKes8. Dr. Hargianti Dini Iswandari, drg, MM9. Dr. Grita Sudjana, drg, MHA10. Prof. Umar Fahmi Achmadi, MD, MPH, PHD11. Prof. Dr. Herkutanto, dr, Sp.F, SH, LL.M

Dasar HukumBab I Pasal 7 KODEKIBab II Pasal 12 KodekiParagraf 4 , Pasal 48 UU No.29/2004 ttg Praktik KedokteranSK dokter yang sering diminta :1. SK LahirBerisi tentang tanggal-jam lahirnya bayi, kelamin, berat badan, dan nama ortu. Sering anak adopsi ditulis anak kandung karena terpengaruh warisan, anak lahir di luar negeri ditulis lahir di Indonesia untuk tujuan kewarganegaraan. Masalah dalam SK Lahir:a. Anak dari inseminasi buatan dai semen donor (Arteficial Insemination byDonor=A.I.D), dan hanya dokter yang tahu pendonor.b. Anak dari hasil bayi tabung yang telur/sel maninya berasal dari donor (In Vitro Fertilization by Donor).c. Anak dari hasil konsepsi dari saudara kandung suami (kakak/adik)karena suami steril(azoospermi) dan hubungan seksual ini atas persetujuan dan permintaan suami isteriybs.(di beberapa adat di Indonesia, dibenarkan).2. SK MeninggalIdentitas jenazah,tempat, dan waktu meninggal(inti),sebab kematian, lama menderita sakit hingga meninggal, dan kematian apabila karena penyakit menular(tambahan) dicantumkan.SK meninggal ada 2 jenis:a. Surat keterangan untuk keperluan penguburanb. Surat keterangan(laporan) kematian3. SK Keterangan Sehata. Untuk Asuransi JiwaHarus objektif, tak terpengaruh apapun, jangan menguji kesehatan calon yang masih/pernah jadi pasien karena akan ada kesukaran dalam menjaga rahasia jabatan, dan jangan diberitahukan kepada calon tentang hasil pemerikssaan, berikan pada perusahaannya.b. Untuk memperoleh SIM darat,laut, dan udarac. Untuk Nikah. Dengan premarital councelling.

4. SK untuk Istirahat (Cuti)Apabila palsu dikenakan pasal 263 dan 267 HUHP5. SK Keterangan Cacat6. SK Penggantian biaya dari Asuransi KesehatanBerisi identitas pasien, dan pernyataan pemberian kuasa pasien/wali pasien kepada dokter untuk memberikan data medisnya kepada perusahaan.7. SK Cuti MelahirkanHak cuti ibu hamil 3 bulan, 1 bulan sebelum dan 2 bulan sesudah persalinan. Terserah pada instansi/perusahaan pasien.8. SK Ibu Hamil Berpergian dengan Pesawat UdaraSesuai aturan International Aviation, ibu hamil tidak boleh berpergian dengan pesawat, bila:a. Hiperemesis atau emesis gravidarumb. Hamil dengan komplikasi (pendarahan,preeklamasi,dsb.)c. Hamil 36 minggu atau lebihd. Hamil dengan penyakit lain yang berisiko.9. Visum et Repertum (VeR)Dikeluarkan untuk polisi dan pengadilan sebagai daya dan alat bukti yang sah dalam perkara pidana. Berisi laporan tertulis tentang apa yang dilihat dan ditemukan pada benda2/korban yang diperiksa dapat diminta untuk orang hidup. Contoh korban luka2 karena kekerasan, keracunan, perkosaan dan kasus psikiatri. U ntuk jenazah ada visum pemeriksaan luar serta luar dan dalam.a. Kasus PemerkosaanSulit jika korban dikirim terlambat, karena hasil tidak menunjukkan keadaan sebenarnyamisal luka pada genitalia eksterna telah sembuh, sel mani dalam liang senggama negatif,dsb.b. Bedah mayat kedokteran kehakimanHarus objektif tanpa terpengaruh pihak yang berkepentingan dalam perkara serta denganistilah yang mudah dipahami sesuai dengan yang dilihat dan ditemukan agar tidak bolakbalik dipanggil ke pengadilan untuk keterangan tambahan.10. Laporan Penyakit MenularWajib melaporkan sesuai UU No. 6 Tahun 1962 tentang Wabah yaitu kepentingan umum harus diutamakan. Pasal 50 KUHP berbunyi:Tiada boleh dihukum barang siap melakuka perbuatan untuk menjalankan aturan UU.11. KuitansiContoh masalah yang dapat dikategorikan malpraktik etik dan criminal:a. Perusahaan hanya mengganti biaya pengobatan sebesar 50%. Pasien meminta agarkuitansi dituliskan sebesar 2x imbalan jasa yang diterima dokter, agar semua biayaditanggung oleh perusahaanb. Pasien meminta agar imbalan jasa dokter dinaikkan dan sisa antara imbalan jasa dokteryang sebenarnya dengan yang dicantumkan dibagi 50-50 antara dokter dan pasiennya.c. Pasien meminta agar biaya pengangkutan pulang pergi dari luar kota ke tempat berobatdimasukkan dalam kuitansi berobat (built in), sedangkan dokter tidak menerima bagiandari biaya pengangkutan itu.Sanksi HukumPara dokter seharusnya menulis semua SK ini dengan seobjektif mungkin sesuai dengan keadaan sebenarnya. Selain tidak etis juga melanggar Pasal 267 KUHP, sebagai berikut:a. Seorang dokter dengan sengaja memberikan SK palsu tentang ada/tidaknya penyakit,atau kelemahan, atau cacat diancam dengan hukuman penjara paling lama 4 tahun.b. Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seseorang ke dalamrumah sakit gila atau untuk menahannya di situ, dijatuhkan hukuman penjara paling lama8 tahun 6 bulan.c. Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memberikan SKpalsu itu seolah-olah sesuai dengan kebenaran.Selanjutnya dalam pasal 179 KUHAP tercantum:a. Setiap orang yeng diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokterahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.b. Semua ketentuan tsb dia atas untuk sanksi berlaku juga bagi mereka yang memberikanketerangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akanmemberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurutpengetahuan dalam bidang keahliannya.

Hubungan Dokter-PasienHUBUNGAN DOKTER PASIENHubungan antara dokter dan pasien dalarr ilmu kedokteran umumnya berlangsung sebagai hubungan biomedis aktif-pasif. Dalam hubungan tersebut rupanya hanya terlihat superioritas dokter terhadap pasien dalam bidang ilmu biomedis; hanya ada kegiatan pihak dokter sedangkan pasien tetap pasif. Hubungan ini berat sebelah dan tidak sempurna, karena merupakan suatu pelaksanaan wewenang oleh yang satu terhadap lainnya. Oleh karena hubungan dokter-pasien merupakan hubungan antar manusia, lebih dikehendaki hubungan yang mendekati persamaan hak antar manusia.Jadi hubungan dokter yang semula bersifat patemalistik akan bergeser menjadi hubungan yang dilaksanakan dengan saling mengisi dan saling ketergantungan antara kedua belah pihak yang di tandai dengan suatu kegiatan aktif yang saling mempengaruhi. Dokter dan pasien akan berhubungan lebih sempurna sebagai partner.Sebenamya pola dasar hubungan dokter dan pasien, terutama berdasarkan keadaan sosial budaya dan penyakit pasien dapat dibedakan dalam tiga pola hubungan, yaitu:1. Activity passivity.Pola hubungan orangtua-anak seperti ini merupakan pola klasik sejak profesi kedokteran mulai mengenal kode etik, abad ke 5 S.M. Di sini dokter seolah-olah dapat sepenuhnya melaksanakan ilmunya tanpa campur tangan pasien. Biasanya hubungan ini berlaku pada pasien yang keselamatan jiwanya terancam, atau sedang tidak sadar, atau menderita gangguan mental berat.2. Guidance Cooperation.Hubungan membimbing-kerjasama, seperti hainya orangtua dengan remaja. Pola ini ditemukan bila keadaan pasien tidak terlalu berat misalnya penyakit infeksi baru atau penyakit akut lainnya. Meskipun sakit, pasien tetap sadar dan memiliki perasaan serta kemauan sendiri. la berusaha mencari pertolongan pengobatan dan bersedia bekerjasama. Walau pun dokter rnengetahui lebih banyak, ia tidak semata-rna ta menjalankan kekuasaan, namun meng harapkan kerjasama pasien yang diwujudkan dengan menuruti nasihat atau anjuran dokter.3. Mutual participation.Filosofi pola ini berdasarkan pemikiran bahwa setiap manusia memiliki martabat dan hak yang sarna. Pola ini terjadi pada mereka yang ingin memelihara kesehatannya seperti medical check up atau pada pasien penyakit kronis. Pasien secara sadar dan aktif berperan dalam pengobatan terhadap dirinya. Hal ini tidak dapat diterapkan pada pasien dengan latar belakang pendidikan dan sosial yang rendah, juga pada anak atau pasien dengan gangguan mental tertentu.

Hubungan dokter dan pasien, secara hukum umumnya terjadi melalui suatu perjanjian atau kontrak. Di mulai dengan tanya jawab (anarnnesis) antara dokter dan pasien, kemudian diikuti dengan pemeriksaan fisik, akhirnya dokter rnenegakkan suatu diagnosis. Diagnosis ini dapat merupak suatu working diagnosis atau diagnosis semenrars, bisa juga merupakan diagnosis yang definitif. Setelah itu dokter biasanya merencanakan suatu terapi dengan memberikan resep obat atau suntikan atau operasi atau tindakan lain dan disertai nasihat-nasihat yang perlu diikuti agar kesembuhan lebih segera dicapai oleh pasien. Dalam proses pelaksanaan hubungan dokter pasien tersebut, sejak tanya jawab sampai dengan Perencanaan terapi, dokter melakukan pencatatan dalam suatu Medical Records (Rekam Medis). Pembuatan rekam medis ini merupakan kewajiban dokter sesuai dengan dipenuhinya standar profesi medis. Dalam upaya menegakkan diagnosis atau melaksanakan terapi, dokter biasanya melakukan suatu tindakan medik. Tindakan medik tersebut ada kalanya atau sering dirasa menyakitkan atau menimbulkan rasa tidak menyenangkan. Secara material, suatu tindakan medis itu sifatnya tidak bertentangan dengan hukum apabila memenuhi syarat-Syarat sebagai berikut:1. Mempunyai indikasi medis, untuk mencapai suatu tujuan yang konkrit.2. Dilakukan menurut aturan-aturan yang berlaku di dalam ilmu kedokteran. Kedua syarat ini dapat juga disebut seba bertindak secara lege artis.3. Harus sudah mendapat persetujuan dahulu dari pasien.Secara yuridis sering dipermasalahkan apakah tindakan medis itu dapat dimasukkan dalam pengertian penganiayaan. Akan tetapi dengan dipenuhinya ketiga syarat tersebut di atas hal ini menjadi jelas. Sebenarnya kualifikasi yuridis mengenai tindakan medis tidak hanya mempunyai arti bagi hukum pidana saja, melainkan juga bagi hukum perdata dan hukum administratif. Dalam hukum administratif, masalahnya berkenaan antara lain dengan kewenangan yuridis untuk melaku tindakan medis. Dokter yang berpraktek harus mempunyai izin praktek yang sah. Ditinjau segi hukum perdata, tindakan medis merupakan pelaksanaan suatu perikatan (perjanjian) antara dokter dan pasien. Apabila tidak terpenuhinya syarat suatu perikatan, misalnya pada pasien tidak sadar maka keadaan ini bisa dikaitkan dengan K U H Perdata pasal 1354 yaitu yang mengatur zaakwaarnemingatau perwakilan sukarela, yaitu suatu sikap tindak yang pada dasar nya merupakan pengambil-alihan peranan orang lain yang sebenarnya bukan merupakan kewajiban si pengambil-alih itu, namun tetap melahirkan tanggung jawab yang harus di pikul oleh si pengambil-alih tersebut atas segala sikap tindak yang dilakukannya.Dalam ilmu hukum dikenal dua jenis perjanjian, yaitu1. resultaatsverbintenis, yang berdasarkan hasil kerja, artinya suatu perjanjian yang akan memberikan resultaat atau hasil yang nyata sesuai dengan apa yang diperjanjikan.2. inspanningsverbintenis, yang berdasarkan usaha yang maksimal (perjanjian upaya, artinya kedua belah pihak berjanji atau sepakat untuk berdaya upaya secara maksimal untuk mewujudkan apa yang diperjanjikanPada umumnya, secara hukum hubungan dokter-pasien merupakan suatu hubungan ikhtiar atau usaha maksimal. Dokter tidak menjanjikan kepastian kesembuhan, akan tetapi berikhtiar sekuatnya agar pasien sembuh. Meskipun demikian, mungkin ada hubungan hasil kerja pada keadaan-keadaan tertentu seperti pembuatan gigi palsu atau anggota badan palsu, oleh dokter gigi atau ahli orthopedi.Perbedaan antara kedua jenis perjanjian tersebut secara yuridis terletak pada beban pembuktiannya. Pada inspanningsverbintenis, penggugat yang harus mengajukan bukti-bukti bahwa terdapat kelalaian pada pihak dokter atau rumah sakit sebagai tergugat. Sebaliknya pada resultaatverbintenis, beban pembuktian terletak pada dokter.Menurut Subekti suatu perjanjian adalah suatu peristiwa bahwa seseorang berjanji kepada orang lain atau antara dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.Untuk sahnya perjanjian terapetik, sebagaimana lazimnya ketentuan mengenai perjanjian, maka harus dipenuhi syarat-syarat (unsur-unsur) yang ditentukan dalam Pasal 1320 K U H Perdata, sebagai berikut:1.Kesepakatan dari pihak-pihak yang bersangkutan,2.Kecakapan untuk membuat suatu perikatan,3.Mengenai Suatu hal tertentu, dan4.Suatu sebab yang halal/diperbolehkan.Dari keempat syarat tersebut, syarat 1 dan 2 merupakan syarat subyektif yang harus dipenuhi, yaitu para pihak harus sepakat, dan kesepakatan itu dilakukan oleh pihak-pihak yang cakap untuk membuat suatu perjanjian (persyaratan dari subjek yang melakukan kontrak medis), sedangkan syarat 3 dan 4 adalah tentang objek kontrak medis tersebut. Apabila dilihat terutama dari persyaratan subyektifnya, maka perjanjian medis mempunyai keunikan tersendiri yang berbeda dengan perjanjian pada umumnya.Ad. 1. Kesepakatan.Dalam kesepakatan harus memenujhi kriteria Pasal 1321 KUH Perdata, tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan. Jadi secara yuridis bahwa yang dimaksud dengan kesepakatan adalah tidak adanya kekhilafan, paksaan, atau penipuan dari para pihak yang mengikatkan dirinya. Sepakat ini merupakan persetujuan yang dilakukan oleh kedua belah pihak, dimana kedua belah pihak mempunyai persesuaian kehendak yang dalam transaksi terapetik pihak pasien setuju untuk diobati oleh dokter, dan dokter pun setuju untuk mengobati pasiennya. Agar kesepakatan ini sah menurut hukum, maka di dalam kesepakatan ini para pihak harus sadar (tidak ada kekhilafan) terhadap kesepakatan yang dibuat, tidak boleh ada paksaan dari salah satu pihak, dan tidak boleh ada penipuan di dalamnya. Untuk itulah diperlukan adanya informed consent (persetujuan tindakan medik)Dalam perjanjian medis, tidak seperti halnya perjanjian biasa, terdapat hal-hal khusus. Di sini pasien merupakan pihak yang meminta pertolongan sehingga relatif lemah kedudukannya dibandingkan dokter. Oleh karena itu syarat ini menjelma dalam bentuk informed consent, suatu hak pasien untuk mengizinkan dilakukannya suatu tindakan medis. Secara yuridis informed consent merupakan suatu kehendak sepihak, yaitu dari pihak pasien. Jadi karena surat persetujuan tersebut tidak bersifat suatu persetujuan yang murni, dokter tidak harus turut menandatanganinya. Di samping itu pihak pasien dapat membatalkan pernyataan setujunya setiap saat sebelum tindakan medis dilakukan. Padahal menurut K U H Perdata pasal 1320, suatu perjanjian hanya dapat dibatalkan atas persetujuan kedua belah pihak; pembatalan sepihak dapat mengakibatkan timbulnya gugatan ganti kerugian.Ad.2. KecakapanPasal 1329 KUH Perdata: setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan-perikatan, jika ia oleh uu tidak dinyatakan tak cakap. Seseorang dikatakan cakap-hukum apabila ia pria atau wanita telah berumur minimal 21 tahun, atau bagi pria apabila belum berumur 21 tahun tetapi telah menikah. Pasal 1330 K U H Perdata, menyatakan bahwa seseorang yang tidak cakap untuk mernbuat perjanjian adalaha. orang yang belum dewasa; ( Pasal 330 KUH Perdata adalah belum berumur 21 tahun dan belum menikah)b. mereka yang ditaruh dibawah pengampuan (Berada dibawah pengampuan, yaitu orang yang telah berusia 21 tahun tetapi dianggap tidak mampu karena ada gangguan mental)c. orang-orang perempuan, dalam hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan (dalarn hal ini masih berstatus istri) pada umumnya semua orang kepada siapa UU telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.Oleh karena perjanjian medis mempunyai sifat khusus maka tidak semua ketentuan hukum perdata di atas dapat diterapkan. Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.: 585/MEN-KES/PER/IX/1989 Pasal 8 ayat (2) yang dimaksud dewasa adalah telah berumur 21 tahun atau telah menikah. Jadi untuk orang yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah maka transaksi terapetik harus ditandatangani oleh ortu atau walinya yang merupakan pihak yang berhak memberikan persetujuannya. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam prakteknya. Dokter tidak mungkin menolak mengobati pasien yang belum berusia 21 tahun yang datang sendirian ke tempat prakteknya. Untuk mengatasi hal tersebut ketentuan hukum adat yang rnenyatakan bahwa seseorang dianggap dewasa bila ia telah kuat gawe (bekerja), mungkin dapat dipergunakan. (orang dewasa yang tidak cakap seperti orang gila, tidak sadar maka diperlukan peresetujuan dari pengampunya) sedang anak dibawah umur dari wali/ortunya.Pasal 108 KUH Perdata, menyebutkan bahwa seorang istri, memerlukan izin tertulis dari suaminya untuk membuat suatu perjanjian. Akan tetapi surat edaran Mahkamah Agung No 3/1963 tanggal 4 Agustus 1963 menyatakan bahwa tidak adanya wewenang seorang istri untuk melakukan perbuatan hukum dan untuk menghadap di pengadilan tanpa izin atau tanpa bantuan suaminya, tidak berlaku lagi. Jadi wanita yang berstatus istri yang sah diberi kebebasan untuk membuat perjanjian.Ad. 3. Hal tertentuKetentuan mengenai hal tertentu ini, menyangkut objek hukum atau benda nya (dalam hal ini jasa) yang perlu ditegaskan ciri-cirinya. Dalam suatu perjanjian medis umumnya objeknya adalah usaha penyembuhan, di mana dokter/R.S, harus berusaha semaksimal mungkin untuk menyembuhkan penyakit pasien. Oleh karena itu secara yuridis, kontrak terapeutik itu umumnya termasuk jenis inspanningsverbintenis, di mana dokter tidak memberikan jaminan akan pasti berhasil menyembuhkan penyakit tersebut.Ad. 4. Sebab yang halalDalam pengertian ini, pada objek hukum yang meniadi pokok perjanjian tersebut harus melekat hak yang pasti dan diperbolehkan menurut hukum. Dengan perkataan lain objek hukum tersebut harus memiliki sebab yang diizinkan. K U H Perdata pasal 337 menyatakan bahwa suatu sebab adalah terlarang apabila bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesusilaan atau ketertiban umum. Misalnya dokter dilarang melakukan abortus provocatus crirninalis menurut K U H P pasal 344.Apabila objek perjanjian medis ditinjau dari sudut pandang ilmu kedokteran maka kita dapat merincinya melalui upaya yang umum dilakukan dalam suatu pelayanan kesehatan atau pelayanan medis. Tahapan pelayanan kesehatan bisa dimulai dari usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Jadi variasi objek perjanjian medis dapat merupakan1. Medical check-upUpaya ini bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang berada dalam kondisi sehat atau cenderung mengalami suatu kelainan dalam taraf dini. Hal ini berkaitan dengan usaha promotif yang bertujuan memelihara atau meningkatkan kesehatan secara umum.2. ImunisasiTindakan ini ditujukan untuk mencegah terhadap suatu penyakit tertentu bagi seseorang yang mempunyai risiko terkena. Misalnya anggota keluarga dari pasien yang menderita Hepatitis B, dianjurkan sekali untuk mendapatkan vaksinasi Hepatitis B. Usaha preventif ini bersifat spesifik untuk mencegah penularan penyakit Hepatitis B.3. Keluarga BerencanaPasangan suami istri yang ingin mencegah kelahiran atau ingin mempunyai keturunan, secara umum mereka berada dalam keadaan sehat. Usaha ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga secara umum.4. Usaha penyembuhan penyakitSifat tindakan di sini adalah kuratif, Untuk menyembuhkan penyakit yang akut atau relatif belum terlalu lama di derita.5. Meringankan penderitaanUmumnya dokter memberikan obat-obat yang simptomatis sifatnya, hanya menghilangkan gejala saja, karena penyebab Penyakitnya belum dapat diatasi. Misalnya obat-obat penghilang rasa nyeri.6 . Memperpanjang hidupSeperti halnya ad.5., di sini pun penyakit pasien belum dapat diatasi sepenuhnya sehingga sewaktu-waktu perlu dilakukan tindakan medis tertentu. Misalnya pada pasien gagal ginjal yang memerlukan cuci darah.7. RehabilitasiTindakan medis yang dilakukan untuk rehabilitasi umumnya dilakukan terhadap pasien yang cacat akibat kelainan bawaan atau penyakit yang di dapat seperti luka bakar atau trauma. Ada pula mereka yang sebenamya sehat tetapi merasa kurang cantik sehingga menginginkan dilakukan suatu bedah kosmetik. Tindakan ini yang kadang menimbulkan masalah apabila harapan yang didambakan untuk memperoleh kecantikan yang dijanjikan tidak terpenuhi.Secara yuridis semua upaya tindakan medis tersebut di atas dapat menjadi objek hukum yang sah. Akan tetapi bentuk perjanjian medisnya harus jelas apakah inspanningsverbintenis atau suatu resultaatsverbintenis. Hal ini penting dalam kaitamya dengan beban pembuktian apabila terjadi suatu gugatan hukum. Akan tetapi apabila dokter bekerja sesuai dengan standar profesinya dan tidak ada unsur kelalaian serta hubungan dokter-pasien merupakan hubungan yang saling penuh pengertian, umumnya tidak akan ada permasalahan yang menyangkut jalur hukum.

Hubungan dokter dan pasien telah terjalin sejak jaman dahulu. Hubungan ini merupakan hubungan yang sangat pribadi karena didasarkan atas kepercayaan daripasien terhadap dokter. Pelaksanaan hubungan keduanya selalu diatur denganperaturan-peraturan tertentu agar terjadi keharmonisan dalam melaksanakan hubungan. Seperti diketahui hubungan tanpa peraturan akan menyebabkan kesemerawutan dan kesimpangsiuran salah satunya aspek hukum. Hubungan hukum antara dokter dan pasien ini dimulai sejak pasien menyatakan keluhannya dan doktermenyatakan kesanggupannya untuk mengobati pasien yang dinyatakan secara lisan (oral statement), atau yang tersirat (implied statement).4Hubungan antara dokter dengan pasien berawal dari pola hubungan vertikalpaternalistik seperti hubungan bapak dan anak yang bertolak dari prinsip fatherknows best yang melahirkan hubungan yang bersifat paternalistik. Dokter disiniberupaya bertindak sebagai bapak yang baik yang cermat, berhati-hati denganbekal pengetahuan dan ketrampilan yang diperolehnya melalui pendidikan yangpanjang dan sulit serta pengalaman yang bertahun-tahun untuk kesembuhan pasien.1Dalam hubungan ini kedudukan dokter lebih tinggi daripada pasien karena dokterdianggap mengetahui tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit danpenyembuhannya. Pola ini menimbulkan dampak positif berupa lahirnya konsephubungan paternalistik ini sangat membantu pasien, dalam hal pasien awam terhadappenyakitnya, sebaliknya dapat juga timbul dampak negatif, apabila tindakan dokteryang berupa langkah-langkah dalam mengupayakan penyembuhan pasien itu membatasi otonomi pasien.1Pada dasarnya hubungan hukum antara dokter dan pasien ini bertumpu pada dua macam hak asasi manusia yang dijamin dalam dokumen maupun konvensiinternasional. Kedua macam hak tersebut adalah hak untuk menentukan nasib sendiri (the right to self determination) dan hak atas informasi (the right to information).3Kedua hak dasar tersebut bertolak dari hak atas keperawatan kesehatan (the right tohealth care) yang merupakan hak asasi individu (individual human rights). Dokumen internasional yang menjamin kedua hak tersebut adalah The Universal Declaration ofHuman Right tahun 1948, dan The United Nations International Covenant on Civiland Political righttahun 1966.

1Rony D E Hariwaluyo., 2006. Hubungan Dokter-Pasien Ditinjau dari Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. ProgramPasca Sarjana (S-2) Magister Ilmu Hukum. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Tesis3dr. H. Yunanto, S.H., 2009.Pertanggungjawaban Dokter dalam Transaksi Terapeutik. Program Magister Ilmu Hukum Program Pasca SarjanaUniversitas Diponegoro Semarang, Tesis4Dr. Hj. Endang Kusuma Astuti, SH. MHum,. Hubungan Hukum antara Dokter dengan Pasien dalam Upaya Pelayanan Medis. Verdis Jurnal.

T A N Y AJ A W A B

Apa yang dapat saya lakukan jika saya mengetahui atau merasa dirugikan atas tindakan dokter dalam menjalankan praktik kedokteran?Anda dapat mengadu ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI)

Siapa saja yang dapat mengadu ke MKDKI?Setiap orang yang mengetahui secara langsung atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran. Termasuk dalam pengertian orang adalah korporasi (badan) yang dirugikan kepentingannya. MKDKI menerima pengaduan dari masyarakat termasuk LSM, Tenaga Kesehatan, Institusi seperti Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Organisasi Profesi, dsb

Apakah MKDKI itu?Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI) adalah lembaga Negara yang berwenang untuk 1) menentukan ada atau tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter/dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran/kedokteran gigi; dan 2) menetapkan sanksi bagi dokter/dokter gigi yang dinyatakan bersalah.Dasar pembentukan dan kewenangan MKDKI adalah Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

Apa yang dimaksud dengan pelanggaran disiplin kedokteran?Pelanggaran disiplin kedokteran adalah pelanggaran terhadap aturan-aturan dan/atau ketentuan dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran/kedokteran gigi. Dokter/dokter gigi dianggap melanggar disiplin kedokteran bila :1. Melakukan praktik dengan tidak kompeten2. Tidak melakukan tugas dan tanggung jawab profesionalnya dengan baik (dalam hal ini tidak mencapai standar-standar dalam praktik kedokteran)3. Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan profesinya

Apa saja yang termasuk pelanggaran disiplin kedokteran/ kedokteran gigi?Yang termasuk pelanggaran disiplin kedokteran/kedokteran gigi antara lain ketidakjujuran dalam berpraktik, berpraktik dengan ketidakmampuan fisik dan mental, membuat laporan medis yang tidak benar, memberikan "jaminan kesembuhan" kepada pasien, menolak menangani pasien tanpa alasan yang layak, memberikan tindakan medis tanpa persetujuan pasien/keluarga, melakukan pelecehan seksual, menelantarkan pasien pada saat membutuhkan penanganan segera, mengistruksikan atau melakukan pemeriksaan tambahan/pengobatan yang berlebihan, bekerja tidak sesuai standar asuhan medis, dsb

Bagaimana cara mengadukan dokter/dokter gigi ke MKDKI?1. Buatlah pengaduan secara tertulis dengan mengisi formulir yang dapat didownload di www.inamc.or.id (Format Pengaduan) atau Anda dapat memperoleh formulir tersebut dengan menghubungi petugas kami di (021) 728009202. Bila Anda tidak dapat membuat pengaduan secara tertulis, Anda dapat mendatangi kantor MKDKI, dimana petugas kami akan membantu Anda membuat pengaduan secara tertulis3. Jika menemukan kesulitan dalam mengisi form tersebut, Anda dapat menanyakannya kepada petugas kami4. Pengaduan tersebut ditujukan kepada Ketua MKDKI, Jl. Hang Jebat III Blok. F3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 121205. Pengaduan tersebut harus dibubuhi tandatangan Pengadu/Pelapor diatas meterai yang cukup

Informasi apa yang harus dimuat dalam pengaduan tersebut?Dalam formulir pengaduan yang kami sediakan, terdapat beberapa informasi yang harus diberikan, antara lain : 1. Identitas pengadu/pelapor;2. Identitas pasien (jika pengadu bukan pasien);3. Nama dan tempat praktik dokter/dokter gigi yang diadukan;4. Waktu tindakan dilakukan;5. Alasan pengaduan dan kronologis;6. Pernyataan tentang kebenaran pengaduan, dsb

Jika pengadu/pelapor tidak mencantumkan identitasnya dalam formulir pengaduan, dapatkah MKDKI menangani pengaduan tersebut?MKDKI membutuhkan identitas pengadu/pelapor untuk mendapatkan informasi yang cukup, untuk melakukan investigasi, dan untuk melakukan pemeriksaan oleh Majelis. Tanpa identitas yang jelas dari pengadu/pelapor akan menyulitkan kami dalam melaksanakan hal-hal tersebut

Apa yang terjadi setelah pengaduan diterima MKDKI?Setelah semua kelengkapan data pengaduan diterima, Anda akan mendapatkan tanda terima pengaduan (berisi nomor register pengaduan). Setelah dilakukan verifikasi, pengaduan akan ditangani oleh Majelis Pemeriksa Awal ataupun Majelis Pemeriksa Disiplin. Alur proses penanganan pengaduan dugaan pelanggaran disiplin oleh MKDKI dapat dilihat pada www.inamc.or.id (Proses Penanganan Pengaduan di MKDKI)

Apa tujuan pemeriksaan awal oleh Majelis Pemeriksa Awal?Pemeriksaan awal oleh Majelis Pemeriksa Awal (MPA) untuk menentukan kewenangan MKDKI terhadap pengaduan tersebut

Apa batasan kewenangan MKDKI terhadap suatu pengaduan?Suatu pengaduan diputuskan menjadi kewenangan MKDKI apabila : 1. Dokter/dokter gigi yang diadukan telah terregistrasi di Konsil Kedokteran Indonesia.2. Tindakan medis yang dilakukan oleh dokter/dokter gigi yang diadukan terjadi setelah tanggal 6 Oktober 2004 (setelah diundangkannya UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran)3. Terdapat hubungan profesional dokter-pasien dalam kejadian tersebut4. Terdapat dugaan kuat adanya pelanggaran disiplin kedokteran/kedokteran gigiJika keempat kriteria tersebut terpenuhi, akan dilanjutkan dengan pemeriksaan oleh Majelis Pemeriksa Disiplin (MPD)

Apakah saya bisa mendapatkan informasi tentang proses penanganan pengaduan saya di MKDKI?Anda dapat mengetahui proses penanganan pengaduan Saudara melalui telepon kepada petugas MKDKI di nomor (021) 72800920

Dapatkah pengadu menghadiri setiap persidangan di MKDKI?Pengadu hanya dapat menghadiri : 1. Sidang tertutup dengan agenda mendengarkan keterangan pengadu sebagai saksi (jika diminta oleh Majelis)2. Sidang terbuka dengan agenda pembacaan keputusanHal tersebut dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Persidangan oleh MKDKI mengutamakan prinsip menjaga rahasia kedokteran2. Penegakan disiplin oleh MKDKI pada hakikatnya dilakukan dalam rangka membina dan meningkatkan kinerja dokter dan dokter gigi

Sanksi apa yang diberikan kepada dokter/dokter gigi yang dinyatakan melanggar disiplin kedokteran/ kedokteran gigi?Sesuai UU Praktik Kedokteran, sanksi disiplin dalam keputusan MKDKI dapat berupa: 1. Pemberian peringatan tertulis2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi (STR) atau Surat Izin Praktik (SIP); dan/atau3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi

Apakah MKDKI dapat menangani permintaan ganti rugi/kompensasi yang diajukan terhadap dokter teradu?1. MKDKI berwenang untuk menentukan ada tidaknya pelanggaran disiplin oleh dokter/dokter gigi2. MKDKI berwenang menetapkan sanksi disiplin kepada dokter/dokter gigi yang dinyatakan melanggar disiplin kedokteran/kedokteran gigi3. MKDKI tidak menangani sengketa antara dokter dan pasien/keluarganya4. MKDKI tidak menangani permasalahan ganti rugi yang diajukan pasien/keluarganya

Bagaimana saya dapat mengetahui hasil keputusan MKDKI terhadap pengaduan saya?Anda dapat mengetahui hasil keputusan MKDKI dengan menghadiri dan mendengarkan pembacaan keputusan yang dilaksanakan secara terbuka.Keputusan MKDKI akan diserahkan kepada Konsil Kedokteran Indonesia untuk pelaksanaan sanksi disiplin jika dokter/dokter gigi yang diadukan terbukti bersalah. Pengaduan dokter/dokter gigi kepada MKDKI ditujukan untuk meningkatkan kinerja dokter/dokter gigi yang bersangkutan.

Apakah terhadap Keputusan MKDKI dapat diajukan banding?Keputusan MKDKI bersifat final dan mengikat dokter/dokter gigi yang diadukan, KKI, Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, serta instansi terkait. Dokter/dokter gigi yang diadukan dapat mengajukan keberatan terhadap keputusan MKDKI kepada Ketua MKDKI dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari sejak dibacakan atau diterimanya keputusan tersebut dengan mengajukan bukti baru yang mendukung keberatannya

Apakah pemeriksaan MKDKI berjalan secara objektif?Majelis Pemeriksa Disiplin terdiri dari dokter, dokter gigi, dan sarjana hukum yang bukan dokter/dokter gigi. Dengan hadirnya anggota majelis bukan dari profesi kedokteran/kedokteran gigi, diharapkan dapat mencapai objektifitas yang dapat dipertanggungjawabkan

Berapa lama MKDKI menangani pengaduan saya?Lama penanganan pengaduan dugaan pelanggaran disiplin kedokteran/kedokteran gigi oleh MKDKI tidak dapat ditentukan, tergantung pada kompleksitas kasus dan banyaknya informasi yang diperlukan dalam pemeriksaan oleh majelis

Apakah MKDKI dapat memberikan nasihat atau pendapat kepada pengadu atau dokter/dokter gigi teradu?MKDKI dapat memberikan informasi tentang ketentuan-ketentuan yang berlaku di MKDKI, proses dan bentuk sanksi disiplin yang dapat diputuskan oleh MKDKI, tetapi tidak dapat memberi nasihat tentang masalah hukum maupun masalah teknis medis. Untuk permasalahan hukum Anda dapat menghubungi penasihat hukum Anda

Perilaku Sehat=tindakan orang yang merasa sehat dan memelihara, menjaga, dan meningkatkan kesehatan