Skenario 1 Kia

download Skenario 1 Kia

of 45

description

KIA

Transcript of Skenario 1 Kia

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    1/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    1

    SKENARIO 1 : KESEHATAN IBU,ANAK DAN REMAJA

    LI 1. Memahami dan Menjeaskan Perilaku Beresiko dan Perilaku Kesehatan pada Masa Pubertas

    Sehat adalah keadaan sejahtera seutuhnya baik secara fisis, jiwa maupun sosial, bukan

    hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Remaja merupakan kelompok masyarakat yang hampirselalu diasumsikan dalam keadaan sehat. Padahal banyak remaja yang meninggal sebelum waktunya

    akibat kecelakaan, percobaan bunuh diri, kekerasan, kehamilan yang mengalami komplikasi dan

    penyakit lainnya yang sebenarnya bisa dicegah atau diobati. Banyak juga penyakit serius akibat

    perilaku yang dimulai sejak masa remaja contohnya merokok, penyakit menular seksual,

    penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA), Human

    Immunodeficiency VirusAcquired Immunodeficiency Syndrome (HIV-AIDS), kurang gizi, dan kurang

    berolahraga. Semua ini, yang akan mencetuskan penyakit atau kematian pada usia muda.

    Pada masa remaja terjadi perubahan baik fisis maupun psikis yang menyebabkan remaja

    dalam kondisi rawan pada proses pertumbuhan dan perkembangannya. Masa ini merupakan masa

    terjadinya proses awal pematangan organ reproduksi dan perubahan hormonal yang nyata. Remajamenghadapi berbagai masalah yang kompleks terkait dengan perubahan fisis, kecukupan gizi,

    perkembangan psikososial, emosi dan kecerdasan yang akhirnya menimbulkan konflik dalam dirinya

    yang kemudian memengaruhi kesehatannya. Remaja yang mengalami gangguan kesehatan berupaya

    untuk melakukan reaksi menarik diri karena alasan-alasan tersebut. Pencegahan terhadap terjadinya

    gangguan kesehatan pada remaja memerlukan pengertian dan perhatian dari lingkungan baik

    orangtua, guru, teman sebayanya, dan juga pihak terkait agar mereka dapat melalui masa transisi

    dari kanak menjadi dewasa dengan baik

    Yang termasuk dalam kelompok remaja

    Remaja dimengerti sebagai individu yang berada pada masa peralihan dari masa kanak ke masadewasa. Peralihan ini disebut sebagai fase pematangan (pubertas), yang ditandai dengan perubahan

    fisis, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Pada masa pubertas, hormon yang berhubungan dengan

    pertumbuhan aktif diproduksi, dan menjadikan remaja memiliki kemampuan reproduksi.

    Perkembangan psikologis ditunjukkan dengan kemampuan berpikir secara logis dan abstrak

    sehingga mampu berpikir secara multi-dimensi. Emosi pada masa remaja cenderung tidak stabil,

    sering berubah, dan tak menentu. Remaja berupaya melepaskan ketergantungan sosial-ekonomi,

    menjadi relatif lebih mandiri. Masa remaja merupakan periode krisis dalam upaya mencari identitas

    dirinya.

    Ditinjau dari sisi bahwa remaja belum mampu menguasai fungsi fisis dan psikisnya secara optimal,

    remaja termasuk golongan anak. Untuk hal ini, remaja dikelompokkan menurut rentang usia sesuaidengan sasaran pelayanan kesehatan anak. Disesuaikan dengan konvensi tentang hak-hak anak dan

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    2/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    2

    UU RI no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, remaja berusia antara 10-18 tahun.

    Pengertian Perilaku Beresiko

    Perilaku yang dapat membahayakan aspek-aspek psikososial sehingga remaja sulit berhasil

    dalam melalui masa perkembangannya. Perilaku berisiko dilakukan remaja dengan tujuan tertentu

    yaitu untuk dapat memenuhi perkembangan psikologisnya. Contoh : Merokok, penggunaan narkoba

    agar diterima teman sebayanya, bukti kemandirian dari orang tua

    Hubungan Perilaku Berisiko

    Tingkah laku berisiko cenderung dihubungkan satu sama lain dengan memperkirakan bahwapermulaan dari suatu perilaku dapat menunjukkan bahwa perilaku lain mempunyai kemungkinan

    besar sebagai awal dari masa yang akan datang. Hubungan yang erat antara minum alkohol dan

    kecelakaan yang tidak disengaja telah banyak diketahui. Hubungan alkohol dengan kecelakaan

    kendaraan bermotor merupakan penyebab utama kematian pada akhir remaja. Alkohol juga

    dihubungkan dengan kecelakaan termasuk bukan penggunaan kendaraan dan olah raga air.

    Penyalahgunaan obat mempunyai hubungan positif dengan mulanya perilaku seksual dini. Remaja

    wanita yang dilaporkan menggunakan obat-obat yang tidak sah dan merokok sigaret lebih suka tidak

    menggunakan kontrasepsi dan tidak menginginkan kehamilan.

    Di antara masalah penyalahgunaan obat, pola penggunaan dihubungkan dengan berbagai

    kebiasaan yang diperkirakan. Permulaan kebiasaan minum alkohol dan merokok merupakan halyang merusak. Sebagai rangkaian kemajuan selanjutnya, penggunaan mariyuana didahului dengan

    minum alkohol dan merokok; alkohol, sigaret (rokok) dan mariyuana mendahului obat-obat illegal

    yang lain (termasuk pelanggaran hokum, kokain, heroin, sedatif dan tranquiliser) dan penggunaan

    obat psikoaktif akan diikuti oleh obat-obat bius yang lain. Pada anak wanita, merokok sering

    merupakan prediksi yang penting untuk penyalahgunaan obat bius yang lain. Penggunaan obat bius

    secara umum akan mengakibatkan mudahnya penggunaan obat bius yang lain yang menyebabkan

    efek kumulatif dari semua obat bius.

    Konsekuensi medis dari perilaku berisiko dapat berdampak jangka pendek maupun jangka

    panjang dari tingkah laku berisiko. Dampak jangka pendek terlihat dalam beberapa minggu atau

    bulan, yaitu selama masa remaja; efek jangka panjang akan muncul umumnya setelah masa remaja.Konsekuensi jangka pendek dari penggunaan alkohol terlihat pada umumnya di ruang gawat darurat

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    3/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    3

    yang dikaitkan dengan kecelakaan. Bahan psikoaktif delta-9-tetra hidrokanabinol dalam mariyuana

    menyebabkan perubahan suasana hati. Risiko jangka panjang tidak akan didokumentasi. Disfungsi

    psikologis pada umumnya sering dilaporkan dalam penggunaan obat bius. Petunjuk penting untuk

    kekurangan disfungsi termasuk di sini adalah gangguan motivasi secara umum dan gangguan

    perkembangan di dalam sekolah. Pencarian identitas bagi yang sudah berpengalaman pada pecandu

    sangat sulit karena tidak mungkin untuk mengidentifikasi karena remaja tidak mungkin memakaiobat-obatan tanpa jalan pintas

    Perlunya memperhatikan kesehatan remaja

    Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dari aspek fisis, emosi, intelektual, dan sosial pada

    masa remaja merupakan pola karakteristik yang ditunjukkan dengan rasa keingintahuan yang besar,

    keinginan untuk bereksperimen, berpetualang, dan mencoba bermacam tantangan, selain

    cenderung berani mengambil risiko tanpa pertimbangan matang terlebih dahulu. Ketersediaan akan

    akses terhadap informasi yang baik dan akurat, serta pengetahuan untuk memenuhi keingintahuan

    mempengaruhi keterampilan remaja dalam mengambil keputusan untuk berperilaku. Remaja akan

    menjalani perilaku berisiko, bila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat dan

    selanjutnya menerima akibat yang harus ditanggung seumur hidupnya dalam berbagai bentuk

    masalah kesehatan fisis dan psikososial.

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    4/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    4

    Beberapa alasan mengapa program kesehatan remaja ini perlu diperhatikan antara lain disebabkan:

    1. Jumlah remaja di Indonesia lebih kurang 20% dari populasi;2. Remaja merupakan aset sekaligus investasi generasi mendatang;3. Upaya pemenuhan Hak Asasi Manusia;4. Untuk melindungi sumber daya manusia potensial.

    Keadaan kesehatan remaja di Indonesia

    Remaja menghadapi masalah kesehatan yang kompleks, walaupun selama ini diasumsikan sebagai

    kelompok yang sehat. Dari beberapa survei diketahui besaran masalah remaja, sebagaimana

    ditunjukkan oleh data berikut: survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

    menunjukkan 17% perempuan yang saat ini berusia 45-49, menikah pada usia 15 tahun; Sementara

    itu, terdapat peningkatan secara substansial pada usia perempuan pertama kali menikah.

    Perempuan usia 30-34 tahun yang menikah pada usia 15 tahun sebesar 9%, sedangkan perempuanusia 20-24 tahun yang menikah pada usia 15 tahun sebesar 4% (BPS and Macro International, 2008).

    Menurut survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007, persentase perempuan

    dan lelaki yang tidak menikah, berusia 15-19 tahun merupakan :

    Perokok aktif hingga saat ini: Perempuan: 0,7%; sedangkan lelaki: 47,0%. Mantan peminum alkohol: Perempuan: 1,7%; dan lelaki: 15,6%. Peminum alkohol aktif: perempuan: 3,7%; lelaki: 15,5 %. Lelaki pengguna obat dengan cara dihisap: 2,3%; dihirup: 0,3 %; ditelan 1,3%. Perempuan pertama kali pacaran pada usia

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    5/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    5

    Persentase kumulatif kasus AIDS pada pengguna napza suntik di yIndonesia berdasarkangolongan usia, yaitu: 15-19 tahun: 1,7%; dan 20-29 tahun: 64,7%.

    Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007:

    Secara nasional persentase kebiasaan merokok penduduk Indonesia berumur >10 tahunsebesar 23,7%, lelaki 46,8%; dan perempuan: 3 %. Jika kebiasaan merokok ini dibagi

    menurut karakteristik usia responden, didapatkan data bahwa pada usia 10-14 tahun: 0,7%;

    usia 15-24 tahun: 17,3%.

    Prevalensi penyakit asma, jantung, diabetes mellitus, dan tumor menurut karakteristikresponden yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan, yaitu:

    1. Umur 5-14 tahun: asma: 1,2%; jantung: 0,2%; diabetes mellitus: 0%; tumor 1,0%.2. Umur 15-24 tahun: asma: 1,2%; jantung: 0,3%; diabetes mellitus: 0,1%; tumor: 2,4%.3. Prevalensi penyakit asma, jantung, diabetes mellitus, dan tumor menurut karakteristik

    responden yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan atau dengan gejala:

    4. Umur 5-14 tahun: asma: 2%, jantung: 2,2%, diabetes mellitus: 0%.5. Umur 15-24 tahun: asma 2,2%, jantung: 4,8%, diabetes mellitus: 0,4%. Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk berumur 15 tahun ke atas

    (berdasarkan self reporting questionnaire-20) menurut karakteristik responden 15-24 tahun

    adalah: 8,7%

    Prevalensi anemi menurut kelompok umur 5-14 tahun: 9,4%; 15-24 tahun: 6,9%. Prevalensi cedera dan penyebab cedera menurut karakteristik yresponden usia 5-14 tahun:

    cedera akibat terjatuh: 78,4%; usia 15-24 tahun: cedera akibat terjatuh 47,9%.

    Prevalensi jenis cedera menurut karakteristik responden berusia 5-14 tahun: luka lecet62,5%; usia 15-24 tahun: luka lecet 57,8%.

    Prevalensi kurang aktivitas fisik penduduk berusia 10 tahun ymenurut karakteristik usia:10-14 tahun: 66,9%; 15-24 tahun: 52%. Sedangkan jika dilihat berdasarkan jenis kelamin

    lelaki: 41,4%; dan perempuan: 54,5%.

    Tingginya perilaku berisiko pada remaja yang ditunjukkan oleh data di atas merupakan hasil akhir

    dari sifat khas remaja, pengetahuan remaja tentang kesehatan, nilai moral yang dianut, serta ada

    tidaknya kondisi lingkungan yang turut memengaruhi. Sebagai contoh bagaimana SPN akan

    menyebabkan kehamilan dan persalinan dengan komplikasi, bayi yang dilahirkan dengan komplikasi,

    atau mengakibatkan KTD yang dapat menimbulkan kejadian aborsi yang menyebabkan kematian.

    Demikian halnya dengan penyalahgunaan napza yang dapat mengakibatkan terjadinya infeksi HIV

    yang selanjutnya menjadi AIDS dan akhirnya mengakibatkan kematian. Secara tidak langsung

    masalah kesehatan remaja tersebut turut menghambat laju pembangunan manusia (humandevelopment) di Indonesia, dan pencapaian pembangunan tujuan millenium (millenium development

    goal).

    Hal yang telah dilakukan

    Penanganan masalah remaja dilakukan melalui kerjasama multi-sektoral dan multidimensional,

    dengan intervensi pada aspek preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif yang komprehensif.

    Program kesehatan remaja sudah mulai diperkenalkan di puskesmas sejak satu dekade yang lalu.

    Selama lebih dari 10 tahun, program ini lebih banyak bergerak dalam pemberian informasi, berupa

    penyuluhan dan diskusi dengan remaja tentang masalah kesehatan melalui wadah usaha kesehatansekolah (UKS), karang taruna, atau organisasi pemuda, dan kader remaja lainnya yang dibentuk oleh

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    6/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    6

    puskesmas. Petugas puskesmas berperan sebagai fasilitator dan narasumber. Pemberian pelayanan

    khusus kepada remaja yang disesuaikan dengan keinginan, selera, dan kebutuhan remaja belum

    dilaksanakan. Remaja yang berkunjung ke puskesmas masih diperlakukan selayaknya pasien lain

    sesuai dengan keluhan atau penyakitnya.

    Melihat kebutuhan remaja dan memperhitungkan tugas puskesmas sebagai barisan terdepanpemberi layanan kesehatan kepada masyarakat, puskesmas sebaiknya memberikan pelayanan

    langsung kepada remaja sebagai salah satu kelompok masyarakat yang dilayaninya. Pelayanan

    kesehatan remaja di puskesmas amat strategis dan dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien

    mengingat ketersediaan tenaga kesehatan dan kesanggupan jangkauan puskesmas ke segenap

    penjuru Indonesia seperti halnya keberadaan remaja sendiri, dari daerah perkotaan hingga terpencil

    perdesaan. Sesuai dengan kebutuhan, puskesmas sebagai bagian dari pelayanan klinis medis,

    melaksanakan rujukan kasus ke pelayanan medis yang lebih tinggi. Rujukan sosial juga dilakukan

    oleh puskesmas, misalnya penyaluran kepada lembaga keterampilan kerja untuk remaja pasca

    penyalahgunaan napza, atau penyaluran kepada lembaga tertentu agar mendapatkan program

    pendampingan dalam upaya rehabilitasi mental korban perkosaan. Sedangkan rujukan pranata

    hukum untuk memberi kekuatan hukum bagi kasus tertentu atau dukungan dalam menindaklanjutisuatu kasus belum banyak dilakukan. Pelayanan komprehensif kepada remaja ini merupakan bentuk

    kerjasama berbagai sektor yang diawali dengan komitmen antar institusi terkait.

    Bentuk pelayanan kesehatan remaja

    Beberapa tahun terakhir mulai dilaksanakan beberapa model pelayanan kesehatan remaja

    yang memenuhi kebutuhan, hak dan selera remaja di beberapa propinsi, dan diperkenalkan

    dengan sebutan pelayanan kesehatan peduli remaja atau disingkat PKPR. Sebutan ini merupakan

    terjemahan dari istilah adolescent friendly health services(AFHS), yang sebelumnya dikenal

    dengan youth friendly health services(YFHS). Pelayanan kesehatan remaja sesuai permasalahannya,

    lebih intensif kepada aspek promotif dan preventif dengan cara peduli remaja. Memberi layananpada remaja dengan model PKPR ini merupakan salah satu strategi yang penting dalam

    mengupayakan kesehatan yang optimal bagi remaja kita. Pelayanan kesehatan peduli remaja

    diselenggarakan di puskesmas, rumah sakit, dan tempat-tempat umum lainnya di mana remaja

    berkumpul.

    Hingga akhir tahun 2008, sebanyak 1611 dari 8114 puskesmas di seluruh Indonesia (22,39%)

    melaporkan telah melaksanakan PKPR dengan jumlah tenaga yang dilatih untuk menangani PKPR ini

    sejumlah 2866 orang. Sementara itu beberapa rumah sakit seperti rumah sakit Kariadi, Semarang,

    rumah sakit Fatmawati di Jakarta, dan rumah sakit Hasan Sadikin Bandung, telah melakukan

    pengembangkan tim kesehatan remaja atau poliklinik kesehatan remaja.

    Selain itu, beberapa badan donor telah memberikan dukungan bagi pendekatan pelayanan

    kesehatan peduli remaja. Di propinsi Jawa Barat, remaja di sekolah dilatih dan dibina oleh

    puskesmas menjadi konselor sebaya; di propinsi Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT) pelayanan

    bagi remaja dilaksanakan di luar gedung puskesmas; Di beberapa propinsi lainnya petugas kesehatan

    dilatih agar kompeten dalam menghadapai masalah kesehatan remaja.

    Jenis kegiatan dalam PKPR

    Kegiatan dalam PKPR sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, dapat dilaksanakan di dalam atau di

    luar gedung. Untuk sasaran perorangan atau kelompok, dilaksanakan oleh petugas puskesmas atau

    petugas lain di institusi atau masyarakat, berdasarkan kemitraan.

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    7/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    7

    Jenis kegiatan tersebut meliputi:

    1. Pemberian informasi dan edukasi

    Dilaksanakan di dalam atau di luar gedung, baik secara perorangan atau berkelompok. Dapat dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih dari sekolah, atau dari lintas

    sektor terkait dengan menggunakan materi dari (atau sepengetahuan) puskesmas.

    Menggunakan metoda ceramah tanya jawab,focus group discussion(FGD), diskusi interaktif,yang dilengkapi dengan alat bantu media cetak atau media elektronik (radio, email, dan

    telepon/hotline, SMS).

    Menggunakan sarana komunikasi informasi edukasi (KIE) yang lengkap, dengan bahasa yangsesuai dengan bahasa sasaran (remaja, orangtua, guru) dan mudah dimengerti. Khusus

    untuk remaja perlu diingat untuk bersikap tidak menggurui serta perlu bersikap santai.

    2. Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukannya.

    Hal yang perlu diperhatikan dalam melayani remaja yang berkunjung ke puskesmas adalah:

    Bagi remaja yang menderita penyakit tertentu tetap dilayani dengan mengacu padaprosedur tetap penanganan penyakit tersebut.

    Petugas dari balai pengobatan umum, balai pengobatan gigi, kesehatan ibu dan anak (KIA)dalam menghadapi remaja yangdatang, diharapkan dapat menggali masalah psikososial atau

    yang berpotensi menjadi masalah khusus remaja, untuk kemudian bila ada, menyalurkannya

    ke ruang konseling bila diperlukan.

    Petugas yang menjaring remaja dari ruangan, dan juga petugas loket atau petugaslaboratorium, seperti halnya petugas khusus PKPR juga harus menjaga kerahasiaan remaja

    tersebut, dan memenuhi kriteria peduli remaja.

    Petugas PKPR harus menjaga kelangsungan pelayanan dan mencatat hasil rujukan kasus perkasus.

    3. Konseling

    Tujuan konseling dalam PKPR yaitu:

    Membantu remaja untuk dapat mengenali masalahnya dan membantunya agar dapatmengambil keputusan dengan mantap tentang apa yang harus dilakukannya untuk

    mengatasi masalah tersebut.

    Memberikan pengetahuan, keterampilan, penggalian potensi dan sumber daya secaraberkesinambungan hingga dapat membantu remaja agar mampu:

    1. mengatasi kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya.2. meningkatkan kewaspadaan terhadap isu masalah yang mungkin terjadi pada dirinya.3. mempunyai motivasi untuk mencari bantuan bila menghadapi masalah.

    4.Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)

    Dalam menangani kesehatan remaja perlu tetap diingat dengan optimisme bahwa bila remaja

    dibekali dengan keterampilan hidup sehat maka remaja akan sanggup menangkal pengaruh yang

    merugikan bagi kesehatannya. Pendidikan ketrampilan hidup sehat merupakan adaptasi dari life

    skills education(LSE). Sedangkanlife skillsatau keterampilan hidup adalah kemampuan psikososialseseorang untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari secara

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    8/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    8

    efektif. Keterampilan ini mempunyai peran penting dalam promosi kesehatan dalam lingkup yang

    luas, yaitu: kesehatan fisis, mental, dan sosial.

    Contoh yang jelas bahwa peningkatan keterampilan psikososial ini dapat memberi kontribusi yang

    berarti dalam kehidupan keseharian adalah keterampilan mengatasi masalah perilaku yang

    berkaitan dengan ketidak sanggupan mengatasi stres dan tekanan dalam hidup dengan baik.Keterampilan psikososial di bidang kesehatan dikenal dengan istilah PKHS. Pendidikan ketrampilan

    hidup sehat dapat diberikan secara berkelompok di mana saja, antara lain: di sekolah, puskesmas,

    sanggar, rumah singgah, dan sebagainya.

    Kompetensi psikososial tersebut meliputi 10 aspek keterampilan, yaitu:

    1.Pengambilan keputusan

    Pada remaja keterampilan pengambilan keputusan ini berperan konstruktif dalam

    menyelesaikan masalah berkaitan dengan hidupnya. Keputusan yang salah tak jarang

    mengakibatkan masa depan menjadi suram.

    2.Pemecahan masalah

    Masalah yang tak terselesaikan yang terjadi karena kurangnya keterampilan

    pengambilan keputusan akan menyebabkan stres dan ketegangan fisis.

    3. Berpikir kreatif

    Berfikir kreatif akan membantu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.

    Berpikir kreatif terealisasi karena adanya kesanggupan untuk menggali alternatif yang ada

    dan mempertimbangkan sisi baik dan buruk dari tindakan yang akan diambil. Meski takmenghasilkan suatu keputusan, berpikir kreatif akan membantu remaja merespons secara

    fleksibel segala situasi dalam keseharian hidup.

    4. Berpikir kritis

    Merupakan kesanggupan untuk menganalisa informasi dan pengalaman secara

    objektif. Hal ini akan membantu mengenali dan menilai faktor yang memengaruhi sikap dan

    perilaku, misalnya: tata-nilai, tekanan teman sebaya, dan media.

    5. Komunikasi efektif

    Komunikasi ini akan membuat remaja dapat mengekspresikan dirinya baik secara verbal

    maupun non-verbal. Harus disesuaikan antara budaya dan situasi, dengan cara

    menyampaikan keinginan, pendapat, kebutuhan dan kekhawatirannya. Hal ini akan

    mempermudah remaja untuk meminta nasihat atau pertolongan bilamana mereka

    membutuhkan.

    6. Hubungan interpersonal

    Membantu menjalin hubungan dengan cara positif dengan orang lain, sehingga mereka

    dapat meciptakan persahabatan, meningkatkan hubungan baik sesama anggota keluarga,

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    9/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    9

    untuk mendapatkan dukungan sosial, dan yang terpenting adalah mereka dapat

    mempertahankan hubungan tersebut; Hubungan interpersonal ini sangat penting untuk

    kesejahteraan mental remaja itu sendiri. Keahlian ini diperlukan juga agar terampil dalam

    mengakhiri hubungan yang tidak sehat dengan cara yang positif.

    7. Kesadaran diri

    Merupakan keterampilan pengenalan terhadap diri, sifat, kekuatan dan kelemahan, serta

    pengenalan akan hal yang disukai dan dibenci. Kesadaran diri akan mengembangkan

    kepekaan pengenalan dini akan adanya stres dan tekanan yang harus dihadapi. Kesadaran

    diri ini harus dimiliki untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan hubungan

    interpersonal yang baik, serta mengembangkan empati terhadap orang lain.

    8. Empati

    Dengan empati, meskipun dalam situasi yang tidak di kenal dengan baik, remaja mampu

    membayangkan bagaimana kehidupan orang lain. Empati melatih remaja untuk mengertidan menerima orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya, dan juga membantu

    menimbulkan perilaku positif terhadap sesama yang mengalaminya.

    9. Mengendalikan emosi

    Keterampilan mengenali emosi diri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi

    dapat memengaruhi perilaku, memudahkan menggali kemampuan merespons emosi dengan

    benar. Mengendalikan dan mengatasi emosi diperlukan karena luapan emosi kemarahan

    atau kesedihan dapat merugikan kesehatan bila tidak disikapi secara benar.

    10. Mengatasi stres

    Pengenalan stres dan mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap tubuh, membantu

    mengontrol stres, dan mengurangi sumber penyebabnya. Misalnya membuat perubahan di

    lingkungan sekitar atau merubah cara hidup (lifestyle). Diajarkan pula bagaimana bersikap

    santai sehingga tekanan yang terjadi oleh stres yang tak terhindarkan tidak berkembang

    menjadi masalah kesehatan yang serius.

    Dengan menerapkan ajaran PKHS, remaja dapat mengambil keputusan segera untuk

    menolak ajakan tersebut, merasa yakin akan kemampuannya menolak ajakan tersebut,

    berpikir kreatif untuk mencari cara penolakan agar tidak menyakiti hati temannya dan

    mengerahkan kemampuan berkomunikasi secara efektif dan mengendalikan emosi,sehingga penolakan akan berhasil dilaksanakan dengan mulus.

    Dalam menghindari diri dari tindak kekerasan baik fisis ataupun mental, beberapa

    kompetensi darilife skillsini dapat membantu remaja mengambil keputusan agar dapat

    merespons ancaman atau tindak kekerasan tersebut. Kekerasan fisis termasuk kekerasan

    seksual dapat dihindari dengan berpikir kritis dan kreatif serta menggunakan komunikasi

    efektif untuk menghindari dan menyelamatkan diri dari ancaman tersebut. Kekerasan

    mental (tekanan, pelecehan, penghinaan) tidak menimbulkan akibat psikis apabila

    kompetensi life skillsditerapkan seperti berpikir kreatif, pengendalian emosi dan komunikasi

    efektif.

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    10/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    10

    Pelaksanaan PKHS di puskesmas di samping meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

    hidup sehat dapat juga menimbulkan rasa gembira bagi remaja sehingga dapat menjadi daya

    tarik untuk berkunjung kali berikut, serta mendorong melakukan promosi tentang adanya

    PKPR di puskesmas kepada temannya dan menjadi sumber penular pengetahuan dan

    keterampilan hidup sehat kepada teman-temannya.

    5. Pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya

    Pelatihan ini merupakan salah satu upaya nyata mengikut sertakan remaja sebagai salah satu syarat

    keberhasilan PKPR. Dengan melatih remaja menjadi kader kesehatan remaja atau konselor sebaya

    dan pendidik sebaya, beberapa keuntungan diperoleh, yaitu kelompok ini berperan sebagai agen

    perubahan di antara kelompok sebayanya agar berperilaku sehat. Lebih dari itu, kelompok ini

    terlibat dan siap membantu dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Kader yang

    berminat, berbakat, dan sering menjadi tempat curhat bagi teman yang membutuhkannya dapat

    diberikan pelatihan tambahan untuk memperdalam keterampilan interpersonal relationship dan

    konseling.

    Kesimpulan

    Remaja bukanlah kelompok masyarakat yang tidak menghadapi masalah kesehatan. Perilaku

    berisiko yang dijalani akibat tidak tepatnya keputusan yang diambil pada masa remaja yang labil

    menghadapkan remaja kepada masalah kesehatan. Di Indonesia, laju masalah kesehatan pada

    remaja sebagai akibat perilaku berisiko jauh lebih cepat daripada penanganan yang dilakukan oleh

    banyak pihak. Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi menjadi esensial bagi upaya penanganan

    masalah kesehatan pada remaja untuk menekan laju tersebut. Remaja dengan sifat khasnya

    dilibatkan secara aktif dalam tiap upaya, selain dididik sejak dini dan dibekali dengan pendidikan

    ketrampilan hidup sehat hingga terampil dalam mengembangkan potensi dirinya untuk hidup secara

    kreatif dan produktif. Remaja diberi kesempatan dan akses seluas-luasnya agar berperilaku positifdan sanggup menangkal pengaruh yang merugikan bagi dirinya sendiri maupun orang lain serta

    mampu menghadapi tantangan secara efektif dalam kehidupannya, sehingga pembangunan manusia

    dan tujuan pembangunan milenium dapat tercapai.

    LI 2. Memahami dan Menjeaskan Kehamilan pada Remaja dan Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)

    Kehamilan pada remaja

    Menurut BKKBN usia yang ideal 20-30 tahun, lebih atau kurang dari usia itu adalah berisiko.

    Kesiapan untuk hamil dan melahirkan ditentukan

    oleh:

    Kesiapan fisik

    Kesiapan mental/emosi/psikologis

    Kesiapan sosial ekonomi

    Usia 20 tahun secara fisik dianggap sudah siap,

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    11/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    11

    Mengapa banyak remaja (usia < 20 tahun) hamil saat ini?

    Faktor sosiodemografik (kemiskinan, kebiasaan, peran wanita di masy., seksualitas aktif &

    penggunaan kontrasepsi, media massa)

    Karakteristik keluarga (hubungan antar keluarga)

    Status perkembangan (kurang pemikiran tentang masa depan, ingin mencoba-coba,

    kebutuhan thd perhatian)

    Penggunaan dan penyalahgunaan obat obatan

    Mengapa Remaja Melakukan Hubungan Seks?

    Tekanan pasangan

    Merasa sudah siap melakukan hubungan seks

    Keinginan dicintai

    Keingintahuan ttg seks

    Keinginan menjadi populer

    Tidak ingin diejek masih perawan

    Film, tayangan TV, & media massa (termasuk internet) menampakkan bahwa normal bagi

    remaja utk melakukan hubungan seks

    Tekanan dari seseorang untuk melakukan hubungan seks

    Apa yang terjadi jika remaja menikah/hamil di usia muda?

    Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk kontrol kehamilan

    1.Risiko kehamilan (ibu & janin)

    Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami risiko

    2.Berakibat pada kematian ibu

    Kehamilan usia muda dapat berisiko menderita kanker di masa yang akan datang

    Gilbert, et al (2004): kehamilan remaja awal (11-15 th), remaja akhir (16-19 th). Komplikasi

    pd kehamilan remaja: persalinan prematur, IUGR, BBLR & kematian perinatal. Studi thd kelompok

    remaja hispanik & non hispanik, Afrika Amerika & Asia; hasil kehamilan: kematian bayi & neonatal,

    BBLR, persalinan prematur, PEB, eklampsia, pyelonefritis, komplikasi infeksi.

    Ahmad (2004) dari laporan Save the Children: 1 dari 10 persalinan dialami oleh ibu yang

    masih anak2, berusia 11-12 tahun ;komplikasi kehamilan & persalinan membunuh 70,000 remajaputeri tiap tahun, jika pun selamat maka akan menderita injuri permanen. Estimasi bayi yg dilahirkan

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    12/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    12

    pun 1 juta meninggal dlm tahun pertama kehidupannya. Risiko kematian > tinggi 50% dp bayi yg

    dilahirkan dari ibu berusia >20 th. Merekomendasikan pe biaya u/ pelayanan kesehatan,

    kelangsungan hidup anak dan program keluarga berencana yg memenuhi kebutuhan remaja puteri

    1. Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD)Suatu kehamilan yang karena suatu sebab maka keberadaannya tdk diinginkan oleh salah satu

    atau kedua orangtua bayi tersebut.

    Faktor penyebabnya:

    Karena kurangnya pengetahuan yg lengkap & benar ttg proses terjadinya kehamilan &

    metode2 pencegahannya

    Akibat terjadi tindak perkosaan

    Kegagalan alat kontrasepsi

    Jika remaja mengalami KTD:

    Hanya ada pilihan Mempertahankan atau Aborsi, hal ini akan beresiko terhadap fisik, psikis dan

    sosial remaja.

    Mempertahankan Kehamilan

    1. Risiko Fisik: kesulitan dalam persalinan seperti pendarahan, komplikasi lain (PEB, persalinan

    prematur, IUGR, CPD) hingga kematian

    2. Risiko Psikis/Psikologis.

    pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya/ tidak

    mempertanggung jawabkan perbuatannya.

    Kalau mereka menikah: perkawinan bermasalah yang penuh konflik krn sama -sama belum

    dewasa & siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua.

    Pasangan muda terutama pihak perempuan : dibebani o/ berbagai perasaan yg tdk

    nyaman (dihantui rasa malu terus menerus, rendah diri, bersalah/ berdosa, depresi atau

    tertekan, pesimis dll) hingga gangguan kejiwaan

    3. Risiko Sosial

    berhenti/putus sekolah atas kemauan sendiri krn rasa malu/cuti

    melahirkan.

    dikeluarkan dari sekolah sekolah tdk mentolerir siswi hamil.

    menjadi objek gosip, kehilangan masa remaja yg seharusnya dinikmati, & terkena cap

    buruk karena melahirkan anak "di luar nikah" kelahiran anak di luar nikah masih menjadi

    beban orang tua maupun anak yg lahir.

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    13/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    13

    4. Risiko Ekonomi

    Merawat kehamilan, melahirkan & membesarkan bayi/anak membutuhkan biaya besar

    Mengakhiri Kehamilan

    Abortus dalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum buah

    kehamilan tersebut mampu untuk hidup diluar kandungan, dimana beratnya < 500 gram

    atau sebelum kehamilan usia 20 mgg

    Abortus terbagi 2:

    Abortus spontan keguguran

    Abortus buatan pengguguran, aborsiImami/KRR 24

    Risiko aborsi tdk aman

    1. Risiko Fisik: Pendarahan & komplikasi lain (infeksi, emboli, KE, robekan ddg rahim, kerusakan

    leher rahim) kematian. Aborsi yang berulang: komplikasi & juga mengakibatkan kemandulan.

    2. Risiko Psikis

    Pelaku aborsi: perasaan takut, panik, tertekan atau stress, trauma mengingat proses aborsi

    dan kesakitan. Kecemasan karena rasa bersalah/ dosa akibat aborsi bisa berlangsung lama

    Depresi

    Perasaan sedih karena kehilangan bayi

    Kehilangan kepercayaan diri

    3. Risiko Sosial

    Ketergantungan pada pasangan menjadi > besar karena perempuan merasa sudah tidak

    perawan, pernah mengalami KTD dan aborsi.

    Remaja perempuan > sukar menolak ajakan seksual pasangannya.

    Pendidikan terputus dan masa depan terganggu.

    4.Risiko Ekonomi.

    Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya menjadi semakin tinggi.

    Kerugian & bahaya KTD pd remaja

    Remaja jadi putus sekolah

    Kehilangan kesempatan meniti karir

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    14/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    14

    Menjadi orangtua tunggal & pernikahan dini yg tdk terencana

    Kesulitan dalam beradaptasi secara psikologis (sulit mengharapkan adanya perasaan kasih

    sayang)

    Kesulitan beradaptasi menjadi orangtua (tidak bisa mengurus kehamilannya & bayinya)

    Perilaku yang tidak efektif (stress, konflik)

    Kesulitan beradaptasi dengan pasangan

    Mengakhiri kehamilannya aborsi ilegal kematian & kesakitan ibu

    LI 3. Memahami dan Menjeaskan Penatalaksanaan Resiko Tinggi Kehamilan

    1. Pengertian Kehamilan Resiko Tinggi.

    Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan

    ibu mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam

    kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya. (Ubaydillah,

    2000).

    2. Dampak Kehamilan Resiko Tinggi pada Usia Muda.

    a. Keguguran.

    Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya : karena terkejut, cemas,

    stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat

    menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat

    reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.

    b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.

    Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi

    terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR)

    juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. cacat

    bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi

    rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacatbawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti

    dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya

    sendiri.

    Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang, sehingga akan

    berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan

    mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.

    c. Mudah terjadi infeksi.

    Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil

    terlebih pada kala nifas.

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    15/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    15

    d. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.

    Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya

    gizi pada saat hamil di usia muda.karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia.

    tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk

    sel darah merah janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan

    menjadi anemis..

    e. Keracunan Kehamilan (Gestosis).

    Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan

    terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan

    eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.

    f. Kematian ibu yang tinggi.

    Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain itu

    angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga

    non profesional (dukun).

    Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:

    a. Resiko bagi ibunya :

    (1) Mengalami perdarahan.

    Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah

    dalam proses involusi. selain itu juga disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang

    tertinggal didalam rahim).kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi

    oleh adanya sobekan pada jalan lahir.

    (2) Kemungkinan keguguran / abortus.

    Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. hal ini disebabkan oleh faktor-

    faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai alat.

    (3) Persalinan yang lama dan sulit.

    Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin.penyebab dari persalinan lama sendiri

    dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan mengejan serta

    pimpinan persalinan yang salahKematian ibu.

    Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.

    b. Dari bayinya :

    (1) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    16/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    16

    Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal ini terjadi karena pada saat

    pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.

    (2) Berat badan lahir rendah (BBLR).

    Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram. kebanyakan hal ini

    dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga

    dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil.

    (3) Cacat bawaan.

    Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan.hal ini dipengaruhi

    oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor

    gizi dan kelainan hormon.

    (4) Kematian bayi.kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian

    perinatal.yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu

    (259 hari), kelahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia.(Manuaba,1998).

    Faktor-Faktor Resiko pada Kehamilan

    Menurut Azrul Azwar (2008) faktor-faktor resiko pada ibu hamil meliputi:

    1. Umur

    a. Terlalu muda yaitu < 20 tahun

    Pada usia ini rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan baik sehingga perlu diwaspadai

    kemungkinan mengalami persalinan yang sulit.

    b. Terlalu tua yaitu > 35 tahun

    Pada umur ini kesehatan dan rahim ibu sudah tidak baik seperti pada umur 20-35 tahun

    sebelumnya sehingga perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya persalinan lama, perdarahan dan

    resiko cacat bawaan.

    2. Paritas

    Paritas lebih dari 3 perlu diwaspadai kemungkinan persalinan lama, karena semakin banyak anak

    keadaan rahim ibu semakin lemah.

    3. Interval

    Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang < 2 tahun, bila jarak terlalu dekat

    maka rahim dan kesehatan ibu bulum pulih, keadaan ini perl diwaspadai persalinan lama,

    kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik atau perdarahan.

    4. Tinggi badan

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    17/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    17

    Tinggi badan < 145 cm, pada keadaan ini paerlu diwaspadai ibu yang mempunyai panggul sempit

    sehingga sulit untuk melahirkan

    5. Lingkar Lengan Atas

    Lila < 23,5 cm, ini berarti ibu beresiko memderita KEK (Kekurangan Energi Kronik) atau kekurangangizi yang lama. Pada keadaan ini perlu diwaspadai kemungkinan ibu melahirkan bayi dengan berat

    badan lahir rendah, pertumbuhan dan perkembangan otak janin terhambat sehingga mempengaruhi

    kecerdasan anak dikemudian hari.

    6. Riwayat Keluarga menderita penyakit kencing manis (DM), Hipertensi dan riwayat cacat

    kongenital.

    7. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul

    Menurut Wordpress (2008), faktor resiko atau resiko sedang dalam kehamilan yaitu: tinggi

    badan kurang dari 145 cm, jarak antara kelahiran/ kehamilan kurang dari 2 tahun, paritas lebih dari 3

    orang, usia >35 tahun dan

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    18/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    18

    Penatalaksanaan

    Kehamilan dengan faktor resiko dapat dicegah bila gejalanya dapat ditemukan sedini mungkin

    sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikannya. Pencegahannya dapat dilakukan dengan:

    Ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya sedini mungkin dan teratur ke petugas kesehatan

    minimal 4 kali selama kehamilan.

    Ibu hamil mendapatkan imunisasi TT 1 dan TT 2

    Bila ditemukan dengan kelainan resiko tinggi, pemeriksaan harus lebih sering dan lebih intensif

    Mengkonsumsi makanan dengan pola makan teratur dan gizi seimbang.

    Kehamilan dengan faktor resiko dapat dihindari dengan mengenali tanda-tanda kehamilan beresiko

    serta segera datang ke petugas kesehatan bila ditemukan tanda-tanda bahaya kehamilan

    LI 4. Memahami dan Menjeaskan AKI , AKB dan AMP

    ANGKA KEMATIAN IBU

    I. Kematian IbuKematian ibu menurut International Classification of Diseases (ICD) adalah kematian wanita

    dalam kehamilan atau 42 hari pasca terminasi kehamilan, tanpa memandang usia kehamilan dan

    kelainan kehamilan, yang disebabkan baik oleh kehamilannya maupun tatalaksana, namun bukan

    akibat kecelakaan. Kematian ini terbagi dua, yaitu kematian langsung dan tidak langsung. Kematian

    yang bersifat koinsidental, terjadi selama masa kehamilan atau 42 hari pascaterminasi kehamilan,

    namun tidak terkait dengan kehamilannya.

    Saat ini, WHO telah menetapkan sistem klasifikasi kematian ibu. Sistem klasifikasi kematian

    ibu bertujuan:

    Mengembangkan sistem klasifikasi standar guna identifikasi kausa kematian ibu yangakurat, diperlukan perbandingan berbagai studi penelitian

    Menjamin sistem tersebut dapat diterapkan secara luas Mengembangkan sistem klasifikasi paralel terhadap morbiditas maternal berat.

    Hal-hal yang mendasari sebab kematian ibu, dapat diklasifikasikan berdasarkan sejumlah

    variabel, yaitu sebab/kondisi yang secara langsung mendasari kematian, gejala/tanda dari penyakit

    yang menyebabkan kematian, misalnya perdarahan pascapartum, dan kondisi lain yang

    memperberat sebab kematian, misalnya HIV dan Anemia. Prinsip sistem klasifikasi kematian ibu

    menurut WHO, yaitu:

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    19/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    19

    Harus dapat diterapkan dan dipahami dalam penggunaannya, baik oleh dokter, ahliepidemiologi, dan pihak-pihak lain yang terkait.

    Kondisi/penyakit spesifik dengan sebab yang belum jelas harus dipisah dari kondisi lainnya. Sistem klasifikasi baru harus sesuai dengan International Classification of Diseases (ICD)

    Penyebab kematian ibu di berbagai belahan dunia dapat dilihat pada gambar berikut:

    II. Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI)Angka kematian ibu merupakan angka yang didapat dari jumlah kematian ibu untuk setiap

    100.000 kelahiran hidup, sehingga berkaitan langsung dengan kematian ibu. Penyebab kematian

    tersebut dapat berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kehamilan, dan umumnya

    terdapat sebab utama yang mendasari. Dalam upaya memudahkan identifikasi kematian ibu, WHO

    telah menetapkan sejumlah sistem klasifikasi kematian ibu. Dengan adanya sistem ini, diharapkan

    akan meningkatkan kewaspadaan, perencanaan tindakan, dan pada akhirnya akan menurunkan

    angka kematian ibu.

    Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatanperempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    20/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    20

    tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target

    yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai resiko jumlah kematian ibu. Dari

    hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian

    upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen

    dan usaha keras yang terus menerus.

    Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1994-2015

    (Dalam 100.000 Kelahiran Hidup)

    Gambar diatas menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994 sampai

    dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun.

    Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran

    Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara target Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per 100.000 Kelahiran Hidup.

    III. Penyebab Kematian Ibu MelahirkanSejumlah kondisi mayor terkait dengan angka mortalitas maternal. Penyebab mayor dari

    kematian ibu ternyata berkontribusi besar terhadap kematian bayi.

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    21/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    21

    Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu

    angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah

    ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul. Yakni pendarahan,

    keracunan kehamilan yang disertai kejang, aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata masih ada faktor lain

    yang juga cukup penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang

    pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik, kebijakan juga

    berpengaruh. Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya ikut aktif dalam segala permasalahan bidang

    reproduksi secara lebih bertanggung jawab. Selain masalah medis, tingginya kematian ibu juga

    karena masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian laki-

    laki terhadap ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan

    adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari

    masyarakat. Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah,

    swasta, maupun masyarakat terutama suami.

    Penyebab kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah

    tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Perdarahan, yang biasanya tidak

    bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu.

    Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri.

    Hal ini mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap ketiga proses kelahiran dan pelayanan

    emergensi obstetrik dan perawatan neonatal yang tepat waktu. Eklampsia merupakan penyebab

    utama kedua kematian ibu, yaitu 24 persen kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia adalah 12

    persen). Pemantauan kehamilan secara teratur sebenarnya dapat menjamin akses terhadap

    perawatan yang sederhana dan murah yang dapat mencegah kematian ibu karena eklampsia.

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    22/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    22

    Distribusi Persentase Penyebab Kematian Ibu Melahirkan

    Aborsi yang tidak aman. Bertanggung jawab ter hadap 11 persen kematian ibu di Indonesia

    (ratarata dunia 13 persen). Kematian ini sebenarnya dapat dicegah jika perempuan mempunyai

    akses terhadap informasi dan pelayanan kontrasepsi serta perawatan terhadap komplikasi aborsi.

    Data dari SDKI 20022003 menunjukkan bahwa 7,2 persen kelahiran tidak diinginkan.

    Prevalensi pemakai alat kontrasepsi.Kontrasepsi modern memainkan peran penting untuk

    menurunkan kehamilan yang tidak diinginkan. SDKI 20022003 menunjukkan bahwa kebutuhan

    yang tak terpenuhi (unmet need) dalam pemakaian kontrasepsi masih tinggi, yaitu sembilan persen

    dan tidak mengalami banyak perubahan sejak 1997. Angka pemakaian kontrasepsi (Contraceptive

    Prevalence Rate) di Indonesia naik dari 50,5 persen pada 1992 menjadi 54,2 persen pada 20026

    (Gambar 2 dan Tabel 1). Untuk indikator yang sama, SDKI 20022003 menunjukkan angka 60.3

    persen.

    Pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan terlatih. Pola penyebab kematian di atas

    menunjukkan bahwa pelayanan obstetrik dan neonatal darurat serta pertolongan persalinan oleh

    tenaga kesehatan terlatih menjadi sangat penting dalam upaya penurunan kematian ibu. Walaupun

    sebagian besar perempuan bersalin di rumah, tenaga terlatih dapat membantu mengenali

    kegawatan medis dan membantu keluarga untuk mencari perawatan darurat. Proporsi persalinan

    yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih terus meningkat dari 40,7 persen pada 1992 menjadi

    68,4 persen pada 2002. Akan tetapi, proporsi ini bervariasi antarprovinsi dengan Sulawesi Tenggara

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    23/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    23

    sebagai yang terendah, yaitu 35 persen, dan DKI Jakarta yang tertinggi, yaitu 96 persen, pada 20028

    (Tabel 2 dan 3). Proporsi ini juga berbeda cukup jauh mengikuti tingkat pendapatan. Pada ibu

    dengan dengan pendapatan lebih tinggi, 89,2 persen kelahiran ditolong oleh tenaga kesehatan,

    sementara pada golongan berpendapatan rendah hanya 21,39 persen. Hal ini menunjukkan tidak

    meratanya akses finansial terhadap pelayanan kesehatan dan tidak meratanya distribusi tenaga

    terlatih terutama bidan.

    Penyebab tidak langsung. Risiko kematian ibu dapat diperparah oleh adanya anemia dan

    penyakit menular seperti malaria, tuberkulosis (TB), hepatitis, dan HIV/AIDS. Pada 1995, misalnya,

    prevalensi anemia pada ibu hamil masih sangat tinggi, yaitu 51 persen, dan pada ibu nifas 45

    persen.10

    Anemia pada ibu hamil mempuyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam

    kandungan, meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan berat lahir rendah,

    serta sering menyebabkan kematian ibu dan bayi baru lahir. Faktor lain yang berkontribusi adalah

    kekurangan energi kronik (KEK). Pada 2002, 17,6 persen wanita usia subur (WUS) men derita KEK.

    Tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor budaya, dan akses terhadap sarana kesehatan dan

    transportasi juga berkontribusi secara tidak langsung terhadap kematian dan kesakitan ibu. Situasi

    ini diidentifikasi sebagai 3 T (terlambat). Yang pertama adalah terlambat deteksi bahaya dini

    selama kehamilan, persalinan, dan nifas, serta dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan

    pelayanan kesehatan ibu dan neonatal. Kedua, terlambat merujuk ke fasilitas kesehatan karena

    kondisi geografis dan sulitnya transportasi. Ketiga, terlambat mendapat pelayanan kesehatan yang

    memadai di tempat rujukan.

    4T (Terlambat)

    1. Terlambat deteksi dini adanya resiko tinggi pada ibu hamil di tingkat keluarga2. Terlambat untuk memutuskan mencari pertolongan pada tenaga kesehatan3. Terlabat untuk datang di fasilitas pelayanan kesehatan4. Terlambat untuk mendapatkan pertolongan pelayanan kesehatan yang cepat dan

    berkualitas di fasilitas pelayanan kesehatan

    4T (Terlalu), yang mempunyai resiko tinggi:

    1. Terlalu muda2. Terlalu tua3. Terlalu sering4. Terlalu banyak

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    24/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    24

    IV. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan atau Tenaga KesehatanSalah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif masih

    rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan target

    90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010. Perbandingan dengan hasil survei

    SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66 persen dalam

    SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan

    dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand di mana angka pertolongan persalinan

    oleh tenaga kesehatan hampir mencapai 90%. Apabila dilihat dari proyeksi angka pertolongan

    persalinan oleh tenaga kesehatan nampak bahwa ada pelencengan dari tahun 2004 dimana angka

    pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dibawah dari angka proyeksi, apabila hal ini tidak

    menjadi perhatian kita semua maka diperkirakan angka pertolongan persalinan oleh tenaga

    kesehatan sebesar 90 % pada tahun 2010 tidak akan tercapai, konsekuensi lebih lanjut bisa berimbas

    pada resiko angka kematian ibu meningkat. Kondisi geografis, persebaran penduduk dan sosial

    budaya merupakan beberapa faktor penyebab rendahnya aksesibilitas terhadap tenaga pertolongan

    persalinan oleh tenaga kesehatan, dan tentunya disparitas antar daerah akan berbeda satu sama

    lain.

    Tempat Persalinan dan Penolong Persalinan dengan Kualifikasi Terendah

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    25/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    25

    Distribusi Persentase Anak Lahir Hidup Terakhir Dalam Lima Tahun

    Sementara dilihat dari latar belakang pendidikan, ibu dengan status tidak sekolah lebih

    banyak ditolong oleh Dukun bayi.

    Apabila dilihat dari tren pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan dari tahun

    2000-2007 menunjukkan bahwa pertolongan persalinan oleh dokter dari tahun trendnya meningkat

    baik di desa maupun di kota. Bahkan di daerah perkotaan angka pertolongan persalinan oleh dokter

    pada tahun 2007 telah lebih dari 20%. Sedangkan cakupan pertolongan persalinan oleh bidan relatif

    tidak banyak bergerak bahkan apabila dibandingkan antara tahun 2007 dan 2004 secara total

    pertolongan persalinan oleh bidan kecenderunganya menjadi turun.

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    26/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    26

    V. Upaya Menurunkan AKI1. Peningkatan pelayanan kesehatan primermenurunkan AKI 20%2. Sistem rujukan yang efektifmenurunkan sampai 80%Upaya safe motherhood

    Tahuin 1988 diadakan Lokakarya Kesejahteraan Ibu, yang merupakan kelanjutan konferensi

    tentang kematian ibu di Nairobi setahuin sebelumnya. Lokakarya bertujuan mengemukakan betapa

    kompleksnya masalah kematian ibu, sehingga penanganannya perlu dilaksanakan berbagai sector

    dan pihak terkait. Pada waktu itu ditandatangani kesepakatam oleh sejumlah 17 sektor. Sebagai

    koordinator dalam upaya itu ditetapkan Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita ( sekarang :

    Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan ).

    Tahun 1990-1991, Departemen Kesehatan dibantu WHO, UNICEF, dan UNDP melaksanakan

    Assessment Safe Motherhood. Suatu hasil dari kegiatan ini adalah rekomendasi Rencana Kegiatan

    Lima Tahun. Departemen Kesehatan menerapkan rekomendasi tersebut dalam bentuk strategi

    operasional untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu ( AKI ). Sasarannya adalah

    menurunkan AKI dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada 1986, menjadi 225 pada tahun 2000.

    Awal tahun 1996, Departemen Kesehatan mengadakan Lokakarya Kesehatan Reproduksi,

    yang menunjukkan komitmen Indonesia untuk melaksanakan upaya kesehatan resproduksi

    sebagaimana dinyatakan dalam ICPD di Kairo. Pada pertengahan tahun itu juga, Menperta

    meluncurkan Gerakan Sayang Ibu, yaitu upaya advokasi dan mobilisasi social untuk mendukung

    upaya percepatan penurunan AKI.

    Intervensi Strategis Dalam Upaya Safe Motherhood

    SAFE MOTHERHOOD

    KB

    ASUHAN

    ANTE

    NATAL

    PELAYANAN KEBIDANAN

    DASAR

    PELAYAN

    AN

    OBSTETRI

    ESENSIAL

    PERSALINAN

    BERSIH DAN

    AMAN

    PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

    PEMBERDAYAAN WANITA

    Empat pilar Safe Motherhood

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    27/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    27

    Intervensi strategis dalam upaya safe motherhood dinyatakan sebagai empat pilar safe

    motherhood, yaitu :

    a. Keluarga berencana, yang memastikan bahwa setiap orang/pasangan mempunyai akses keinformasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan,

    jarak kehamilan dan jumlah anak. Dengan demikian diharapkan tidak ada kehamilan yang

    tak diinginkan. Kehamilan yang masuk dala, kategori 4 terlalu, yaitu terlalu muda atau

    terlalu tua untuk kehamilan, terlalu sering hamil dan terlalu banyak anak.

    b. Pelayanan antenatal, untuk mencegah adanya komplikasi obstetrik bila mungkin danmemastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai.

    c. Persalinan yang aman, memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyaipengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih,

    serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi

    d. Pelayanan obstetrik esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetrik untuk resiko tinggi dankomplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkannya.

    Keempat intervensi strategis diatas perlu dilaksanakan lewat pelayanan kesehatan dasar,

    dan bersendikan kesetaraan hak dan status bagi wanita.

    Kebijaksanaan Departemen Kesehatan dalam penurunan AKI

    Tingginya AKI di Indonesia yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup ( SDKI, 1994 ) tertinggi di

    ASEAN, menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas. Penyebab langsung

    kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di negara lain adalah pendarahan, infeksi, dan eklampsia.

    Ke dalam pendarahan dan infeksi sebagai penyebab kematian, sebenarnya tercakup pula kematian

    akibat abortus terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh penyakit

    yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi yang kronis.

    Selain itu, keadaan ibu sejak pra-hamil dapat berpengaruh terhadap kehamilannya.

    Penyebab tak langsung kematian ibu ini antara lain adalah anemia, kurang energi kronis ( KEK ) dan

    keadaan 4 terlalu ( terlalu muda/tua, terlalu sering, dan terlalu banyak ). Tahun 1995, kejadian

    anemia ibu hamil sekitar 51%, dan kejadian resiko KEK pada ibu hamil ( lingkar / lengan atas kurang

    dari 23,5 cm ) sekitar 30%.

    Lagipula, seperti dikemukakan diatas, kematian ibu diwarnai oleh hal-hal nonteknis yang

    masuk kategori penyebab mendasar, seperti rendahnya status wanita, ketidakberdayaannya dan

    tarif pendidikan yang rendah. Hal nonteknis ini ditangani oleh sektor terkait diluar sektor kesehatan,

    sedangkan sector kesehatan lebih memfokuskan intervensinya untuk mengatasi penyebab langsung

    dan tidak langsung dari kematian ibu.

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    28/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    28

    Dalam menjalankan fokus intervensinya itu Departemen Kesehatan tetap memerlukan

    dukungan dari sektor dan pihak terkait lainnya. Kebijakan Departemen Kesehatan tersebut dalam

    upaya mempercepat penurunan AKI pada dasarnya mengacu kepada inventarisasi strategis Empat

    pilar Safe Mothehood . Dewasa ini, program keluarga berencana sebagai pilar pertama telah

    dianggap berhasil. Namun, untuk mendukung upaya mempercepat penurunan AKI, diperlukan

    penajaman sasaran agar kejadian 4 terlalu dan kehamilan yang tak diinginkan dapat ditekan

    serendah mungkin. Akses terhadap pelayanan antenatal sebagai pilar kedua cukup baik, yaitu

    87% pada tahun 1997; namun mutunya masih perlu ditingkatkan terus.. persalinan yang aman

    sebagai pilar ketiga - yang dikategorikan sebagai pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,

    pada tahun 1997 baru mempunyai 60%.

    Untuk mencapai AKI sekitar 200 per 100.000 kelahiran hidup diperlukan cakupan persalinan

    oleh tenaga kesehatan sekitar angka 80%. Cakupan pelayanan obstetrik esensial sebagai pilar

    keempatmasih sangat rendah, dan mutunya belum optimal. Mengingat kira-kira 90% kematian ibu

    terjadi di saat sekitar persalinan dan kira-kira 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi

    obstetrik yang sering tak dapat diperkirakan sebelumnya, maka kebijaksanaan Departemen

    Kesehatan untuk mempercepat penurunan AKI adalah mengupayakan agar setiap persalinan

    ditolong atau minimal didampingi oleh bidan, dan pelayanan obstetrik sedekat mungkin kepada

    semua ibu hamil.

    Salah satu upaya terobosan yang cukup mencolok untuk mencapai keadaan tersebut adalah

    pendidikan sejumlah 54.120 bidan ditempatkan di desa selama 1989/1990 sampai 1996/1997.

    Dalam pelaksanaan operasional, sejak tahun 1994 diterapkan strategi berikut :

    a. Penggerakan Tim Dati II ( Dinas Kesehatan dan seluruh jajarannya sampai ke tingkat kecamatandan desa, RS Dati II dan pihak terkait ) dalam upaya mempercepat penurunan AKI sesuai

    dengan peran dan fungsinya masing-masing.

    b. Pembinaan daerah yang intensif di setiap Dati II, sehingga pada akhir Pelita VII :- Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 80% atau lebih.- Cakupan penanganan kasus obstetrik ( resiko tinggi dan komplikasi obstetrik ) minimal

    meliputi 10% seluruh persalinan.

    - Bidan mampu memberikan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan obstetrikneonatal dan puskesmas sanggup memberikan pelayanan obstetrik-neonatal esensial dasar

    ( PONED ), yang didukung oleh RS Dati II sebagai fasilitas rujukan utama yang mampu

    menyediakan pelayanan obstetrik-neonatal esensial komprehensif ( PONEK ) 24 jam;

    sehingga tercipta jaringan pelayanan obstetrik yang mantap dengan bidan desa sebagai

    ujung tombaknya.

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    29/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    29

    c. Penerapan kendali mutu layanan kesehatan ibu, antara lain melalui penerapan standarpelayanan, prosedur tetap, penilaian kerja, pelatihan klinis dan kegiatan audit maternal-

    perinatal.

    d. Meingkatkan komunikasi, informasi, dan esukasi ( KIE ) untuk mendukung upaya percepatanpenurunan AKI

    e. Pemantapan keikutsertaan masyrakat dalam berbagai kegiatan pendukung untuk mempercepatpenurunan AKI.

    Keterlibatan Lintas Sektor

    Dalam mempercepat penurunan AKI, keterlibatan sector lain disamping kesehatan sangat

    diperlukan. Berbagai bentuk keterlibatan lintas sector dalam upaya penurunan AKI adalah sebagai

    berikut :

    a. Gerakan Sayang Ibu ( GSI )GSI dirintis oleh kantor Menperta pada tahun 1996 di 8 kabupaten perintis di 8 propinsi.

    Ruang lingkup kegiatan GSI meliputi advokasi dan mobilisasi social. Dalam pelaksanaannya, GSI

    mempromosikan kegiatan yang berkaitan dengan Kecamatan Sayang Ibu dan Rumah Sakit

    Sayang Ibu, unruk mencegah tiga macam keterlambatan, yaitu :

    - Keterlambatan di tingkat keluarga dalam mengenali tanda bahaya dan membuat keputusanuntuk segera mencari pertolongan.

    - Keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan- Keterlambatan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapat pertolongan yang

    dibutuhkan.

    Kegiatan yang terkait dengan Kecamatan Sayang Ibu berusaha mencegah

    keterlambatan pertama dan kedua, sedangkan kegiatan yang terkait dengan Rumah Sakit

    Sayang Ibu adalah mencegah keterlambatan ketiga.

    Pada tahun 1997 diadakan Rakornas GSI yang diadakan bersamaan dengan Rakerkesnas.

    Pada saat itu pengalaman di 8 kabupaten perintis diinformasikan ke wakil-eakil semua propinsi

    dan selanjutnya mereka diharapkan akan melaksanakan kegiatan GSI. Sampai pertengahan 1998

    upaya perluasan kegiatan GSI masih terus dilaksanakan.

    b. Kelangsungan hidup, perkembangan dan perlindungan ibu dan anakUpaya yang dirintis sejak 1990 oleh Dirjen Pembangunan Daerah, Depdagri, dengan

    bantuan UNICEF yang lebih dikenal sebagai upaya KHPPIA ini bertujuan menghimpun koordinasi

    lintas sector dalam penentuan kegiatan dan pembiayaan dari berbagai sumber dana, antara lain

    untuk menurunkan AKI dan AKB. Kegiatan utamanya adalah koordinasi perencanaan kegiatan

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    30/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    30

    dari sector terkait dalam upaya itu. Propinsi yang dilibatkan adalah mereka yang mendapat

    bantuan UNICEF, namun pola ini akan diperluas oleh Depdagri ke semua propinsi.

    c. Gerakan Reproduksi keluarga Sehat ( GRKS )GRKS dimulai oleh BKKBN sebagai kelanjutan dari Gerakan Sayang Ibu Sehat Sejahtera.

    Gerakan ini intinya merupakan upaya promosi mendukung terciptanya keluarga yang sadar akan

    pentingnya mengupayakan kegiatan reproduksi. Di antara masalah yang dikemukakan adalah

    masalah kematian ibu. Karena itu, promosi yang dilakukan melalui GRKS juga termasuk promosi

    untuk kesejahteraan ibu.

    Selain ketiga upaya lintas sector tersebut, masih ada perbagai kegiatan lain yang

    dilaksanakan pihak terkait, seperti organisasi profesi, yaitu POGI, IBI, Perinasia, PKK, dan pihak

    lain sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing

    Pemantauan dan Evaluasi

    Dalam memantau program kesehatan ibu, dewasa ini digunakan indicator cakupan, yaitu :

    cakupan antenatal ( K1 untuk askes dan K4 untuk kelengkapan layanan antenatal ), cakupan

    persalinan oleh tenaga kesehatan dan cakupan kunjungan neonatal/nifas. Untuk itu, sejak awal

    tahun 1990-an telah digunakan alat pantau berupa Pemantauan Wilayah SetempatKesehatan Ibu

    dan Anak ( PWS-KIA ), yang mengikuti jejak program imunisasi. Dengan adanya PWS-KIA, data

    cakupan layanan program kesehatan ibu dapat diperoleh setiap tahunnya dari semua propinsi.

    Walau demikian, disadari bahwa indikator cakupan tersebut cukup memberikan gambaran untuk

    menilai kemajuan upaya menurunkan AKI. Mengingat bahwa mengukur AKI, sebagai indicator

    dampak, secara berkala dalam waktu kurang dari 5-10 trahun tidak realistis, maka para pakar dunia

    menganjurkan pemakaian indikator praktis atau indikator outcome.Indicator tersebut antara lain :

    a. Cakupan penanganan kasus obstetrikb. Case fatality rate kasus obstetric yang ditangani.c. Jumlah kematian absoluted. Penyebaran fasilitas pelayanan obstetric yang mampu PONEK dan PONEDe. Persentase bedah sesar terhadap seluruh persalinan di suatu wilayahIndikator gabungan tersebut akan lebih banyak digunakan dalam Repelita VII, agar pemantauan dan

    evaluasi terhadap upaya penurunan AKI lebih tajam.

    Antenatal Care

    Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama

    masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan

    dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    31/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    31

    pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta

    intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam

    penerapannya terdiri atas:

    1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.2. Ukur tekanan darah.3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).4. Ukur tinggi fundus uteri.5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila

    diperlukan.

    7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.8. Test laboratorium (rutin dan khusus).9. Tatalaksana kasus10.Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

    (P4K) serta KB pasca persalinan.

    Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah, hemoglobin,

    protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan

    atau kelompok berrisiko, pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria,

    tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.

    Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap apabila

    dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa

    frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu

    pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :

    - Minimal 1 kali pada triwulan pertama.- Minimal 1 kali pada triwulan kedua.- Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.

    Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan

    kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi.

    Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal kepada Ibu

    hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.

    Pertolongan Persalinan

    Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman

    yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan di lapangan, masih

    terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    32/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    32

    pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh

    tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan.

    Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

    1. Pencegahan infeksi2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.3. Manajemen aktif kala III4. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.5. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).6. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.

    Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan pertolongan persalinan

    adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan.

    VI. Mempercepat Penurunan AKI1. Peningkatan deteksi dan penanganan RISTI2. Peningkatan cakupan pertolongan/pendampingan3. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan maternal4. Peningkatan pembinaan teknis bidan5. Pemantapan kerja Dinkes dan RS6. Pemantapan kemampuan pengelolaan KIA7. Peningkatan peran serta lintas program

    VII. Indikator Keberhasilan1. Jumlah kematian maternal menurun2. Cakupan akses dan pelayanan ANC3. Cakupan persalinan yang ditolong/didampingi4. Adanya fasilitas POED dan POEK5. Proporsi RISTI yang ditangani adekuat6. Case fatality rate RISTI per tahun dibagi jumlah RISTI yang ditangani kali 100%7. Presentasi bedah sesar terhadap seluruh persalinan

    VIII. Program Dari PuskesmasStandar minimal ANC:

    1. Medical record2. Anamnesis

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    33/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    33

    3. Pemeriksaan fisik 7K4. Pemeriksaan penunjang K1: golongan darah, Hb, AL, urine (protein, reduksi)5. Pemeriksaan pada minggu 12: Hb, AL, urine, konsultasi gizi6. Pemeriksaan pada minggu ke 36: Hb, AL, CT, BT, urine7. Konsultasi dokter ahli pada minggu 12, 28, 36, 408. USG:

    Minggu 12: kondisi janin Minggu 28: presentasi, kelainan plasenta Minggu 36: presentasi, rencana persalinan

    AUDIT MATERNAL DAN PERINATAL

    Audit maternal perinatal nerupakan suatu kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan dan kematian

    ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan dan kematian dimasa yang akan datang.

    Penelusuran ini memungkinkan tenaga kesehatan menentukan hubungan antara faktor penyebab

    yang dapat dicegah dan kesakitan/kematian yang terjadi. Dengan kata lain, istilah audit maternal

    perinatal merupakan kegiatan death and case follow up. Dari kegiatan ini dapat ditentukan:

    Sebab dan faktor-faktor terkaitan dalam kesakitan/kematian ibu dan perinatal

    Dimana dan mengapa berbagai sistem program gagal dalam mencegah kematian

    Jenis intervensi dan pembinaan yang diperlukan

    Audit maternal perinatal juga dapat berfungsi sebagai alat pemantauan dan sistem rujukan. Agar

    fungsi ini berjalan dengan baik, maka dibutuhkan :

    1. Pengisian rekam medis yang lengkap dengan benar di semua tingkat pelayanan kesehatan2. Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan cara otopsi verbal, yaitu

    wawancara kepada keluatga atau orang lain yang mengetahui riwayat penyakit atau gejala serta

    tindakan yang diperoleh sebelum penderita meninggal sehingga dapat diketahui perkiraan sebab

    kematian.

    ujuan umum audit maternal perinatal adalah meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh wilayah

    kabupaten/kota dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan perinatal

    Tujuan khusus

    Tujuan khusus audit maternal adalah :

    a. Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan perinatal secara teratur dan

    berkesimnambungan, yang dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit

    pemerintah atau swasta dan puskesmas, rumah bnersalin (RB), bidan praktek swasta atau BPS diwilayah kabupaten/kota dan dilintas batas kabupaten/kota provinsi

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    34/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    34

    b. Menetukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak yang di perlukan untuk

    mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam pembahasan kasus

    c. Mengembangkan mekanisme koordinasi antara dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit

    pemerintah/swasta, puskesmas, rumah sakit bersalin dan BPS dalam perencanaan, pelaksanaan,

    pemantauan dan evaluasi terhadap intervensi yang disepakati.

    Dalam pelaksanaan audit maternal perinatal ini diperlukan mekanisme pencatatan yang akurat ,baik

    ditingkat puskesmas,maupun ditingkat RS kabupaten/kota .pencatatan yang diperlukan adalah

    sebagai berikut

    A.Tingkat puskesmas

    Selain menggunakan rekam medis yang sudah ada dipuskesmas ,ditambahkan pula :

    1. Formulir R (formulir rujukan maternal dan perinatal )

    Formulir ini dipakai oleh puskesmas,bidan didesa maupunbidan swasta untuk merujuk kasus ibu

    maupun perinatal.

    2. Form OM dan OP (formulir otopsi verbal maternal dan perinatal )

    OM Digunakan untuk otopsi verbal ibu hamil/bersalin/nifas yang meninggal sedangkan form OP

    untuk otopsi verbal perinatal yang meninggal . untuk mengisi formulir tersebut dilakukan wawancara

    terhadap keluarga yang meninggal oleh tenaga puskesmas.

    B.Tingkat RS kabupaten/kota

    Formulir yang dipakai adalah

    1. Form MP (formulir maternal dan perinatal )

    Form ini mencatat data dasar semua ibu bersalin /nifas dan perinatal yang masuk kerumah sakit.

    Pengisiannya dapat dilakukan oleh perawat

    2. Form MA (formulir medical audit )

    Dipakai untuk menulis hasil/kesimpulan dari audit maternal maupun audit perinatal. Yang mengisi

    formulir ini adalah dokter yang bertugas dibagian kebidanan dan kandungan (untuk kasus ibu) atau

    bagian anak (untuk kasus perinatal)

    Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang ,yaitu :

    1. Laporan dari RS kabupaten/kota ke dinas kesehatan

    Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta sebab kematian ) ibu

    dan bayi baru lahir bagian kebidanan dan penyakit kandungan serta bagian anak.

    2. Laporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    35/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    35

    Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas ,dan jumlah kasus yang dirujuk ke RS

    kabupaten/kota

    3. Laporan dari dinas kesehatan kabupaten/kota ketingkat propinsi

    Laporan triwulan ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan perinatal ditangani oleh Rs kabupaten/kota ,puskesmas dan unit pelayanan KIA lainnya ,serta tingkat kematian dari tiap jenis komplikasi

    atau gangguan . laporan merupakan rekapitulasi dari form MP dan form R,yang hendaknya

    diusahakan agar tidak terjadi duplikasi pelaporan untuk kasus yang dirujuk ke RS.

    Pada tahap awal ,jenis kasus yang dilaporkan adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada ibu

    maternal dan perinatal.

    Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen demografi selain fertilitas dan

    migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan komposisi umur penduduk.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya

    semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran

    hidup.

    Bermacam-macam indikator mortalitas atau angka kematian yang umum dipakai adalah:

    1. Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR).Konsep Dasar

    Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya

    kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka ini disebut

    kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai risiko kematian

    yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda.

    Kegunaan

    Angka Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak memperhitungkan pengaruh umur

    penduduk. Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan

    gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan.

    Apabila dikurangkan dari Angka kelahiran Kasar akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan

    penduduk alamiah.

    Definisi

    Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian per 1000 penduduk

    pada pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu.

    X 1000

    x k

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    36/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    36

    Dimana:

    D : Jumlah kematian pada tahun x

    P : jumlah penduduk pada pertengahan tahun x

    K : 1000

    Catatan1: P idealnya adalah "jumlah penduduk pertengahan tahun tertentu" tetapi yang umumnya

    tersedia adalah "jumlah penduduk pada satu tahun tertentu" maka jumlah dapat dipakai sebagai

    pembagi. Kalau ada jumlah penduduk dari 2 data dengan tahun berurutan, maka rata-rata kedua

    data tersebut dapat dianggap sebagai penduduk tengah tahun.

    2. Age Specific Death Rate (ASDR = Angka Kematian Menurut Umur)

    3. Angka Kematian Bayi (AKB)Konsep Dasar

    Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusiatepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi

    penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.

    Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi

    yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor

    yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat

    selama kehamilan.

    Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia

    satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian

    dengan pengaruh lingkungan luar.

    Kegunaan Angka Kematian Bayi dan Balita

    Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian

    itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara

    kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor

    endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka

    kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil,

    misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan Angka Kematian Post-

    NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    37/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    37

    program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak,

    program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.

    Definisi

    Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.

    X 1000

    Angka kematian neo-natal

    Definisi

    Angka Kematian Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu bulan atau 28

    hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.

    Dimana :

    Angka Kematian Neo-Natal =Angka Kematian Bayi umur 0-

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    38/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    38

    Angka Kematian Post Neo-Natal = angka kematian bayi berumur 1 bulan sampai dengan kurang dari

    1 tahun

    D 1bulan-

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    39/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    39

    Yang dimaksud dengan anak (1-4 tahun) disini adalah penduduk yang berusia satu sampai menjelang

    5 tahun atau tepatnya 1 sampai dengan 4 tahun 11 bulan 29 hari.

    Angka Kematian Anak mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan yang langsung mempengaruhi

    tingkat kesehatan anak. Angka Kematian Anak akan tinggi bila terjadi keadaan salah gizi atau gizi

    buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk, tingginya prevalensi penyakit menular pada anak,

    atau kecelakaan yang terjadi di dalam atau di sekitar rumah (Budi Utomo, 1985).

    Definisi

    Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama satu tahun tertentu

    per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Jadi Angka Kematian Anak tidak

    termasuk kematian bayi.

    Dimana:

    Jumlah kematian Anak (1-4)th =Banyaknya kematian anak berusia 1-4 th (yang belum tepat berusia 5

    tahun) pada satu tahun tertentu di daerah tertentu.

    Jumlah Penduduk (1-4) th =jumlah penduduk berusia 1-4 th pada pertengahan tahun tertentu

    didaerah tertentu

    K = Konstanta, umumnya 1000

    6. Angka Kematian IBU (AKI)

    Konsep

    Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42

    hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni

    kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-

    sebab lain sepertikecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).

    Definisi

    Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42

    hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan

    karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000kelahiran hidup.

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    40/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    40

    Cara Menghitung

    Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000

    kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas umum. Dengan cara ini

    diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal per 100.000 kelahiran.

    Dimana:

    Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena

    kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun tertentu, di daerah tertentu.

    Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu, di daerah

    tertentu.

    Konstanta =100.000 bayi lahir hidup.

    Keterbatasan

    AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel yang besar, mengingat kejadiankematian ibu adalah kasus yang jarang. Oleh karena itu kita umumnya dignakan AKI yang telah

    tersedia untuk keperluan pengembangan perencanaan program.

    LI 5. Memahami dan Menjeaskan Resiko Hamil di Luar Nikah Menurut Islam

    Haram hukumnya seorang laki-laki menikahi seorang wanita yang sedang mengandung anak dari

    orang lain. Karena hal itu akan mengakibatkan rancunya nasab anak tersebut.

    Dalilnya adalah beberapa nash berikut ini:

    Nabi SAW bersabda, "Janganlah disetubuhi (dikawini) seorang wanita hamil (karena zina)"

    Nabi SAW bersabda, "Tidak halal bagi seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir

    untuk menyiramkan airnya pada tanaman orang lain." (HR Abu Daud dan Tirmizy)

    Adapun bila wanita yang hamil itu dinikahi oleh laki-laki yang menghamilinya di luar nikah, maka

    umumnya para ulama membolehkannya, dengan beberapa varisasi detail pendapat :

    Pendapat Imam Abu Hanifah. Imam Abu Hanifah menyebutkan bahwa bila yang menikahi wanita

    hamil itu adalah laki-laki yang menghamilinya, hukumnya boleh. Sedangkan kalau yang menikahinya

    itu bukan laki-laki yang menghamilinya, maka laki-laki itu tidak boleh menggaulinya hingga

    melahirkan.

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    41/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    41

    Pendapat Imam Malik dan Imam Ahmad bin Hanbal. Imam Malik dan Imam Ahmad bin Hanbal

    mengatakan laki-laki yang tidak menghamili tidak boleh mengawini wanita yang hamil. Kecuali

    setelah wanita hamil itu melahirkan dan telah habis masa 'iddahnya. Imam Ahmad menambahkan

    satu syarat lagi, yaitu wanita tersebut harus sudah tobat dari dosa zinanya. Jika belum bertobat dari

    dosa zina, maka dia masih boleh menikah dengan siapa pun. Demikian disebutkan di dalam kitab Al-

    Majmu' Syarah Al-Muhazzab karya Al-Imam An- Nawawi, jus XVI halaman 253.

    Pendapat Imam Asy-Syafi'i Adapun Al-Imam Asy-syafi'i, pendapat beliau adalah bahwa baik laki-laki

    yang menghamili atau pun yang tidak menghamili, dibolehkan menikahinya. Sebagaimana tercantum

    di dalam kitab Al-Muhazzab karya Abu Ishaq Asy- Syairazi juz II halaman 43.

    Semua pendapat yang menghalalkan wanita hamil di luar nikah dikawinkan dengan laki-laki yang

    menghamilinya, berangkat dari beberapa nash berikut ini :

    Dari Aisyah ra berkata,`Rasulullah SAW pernah ditanya tentang seseorang yang berzina dengan

    seorang wanita dan berniat untuk menikahinya, lalu beliau bersabda,`Awalnya perbuatan kotor danakhirnya nikah. Sesuatu yang haram tidak bisa mengharamkan yang halal`. (HR Tabarany dan

    Daruquthuny).

    Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW,`Isteriku ini seorang yang suka berzina`. Beliau

    menjawab,`Ceraikan dia`. `Tapi aku takut memberatkan diriku`. `Kalau begitu mut`ahilah dia`. (HR

    Abu Daud dan An- Nasa`i)

    Apakah hukumnya jika wanita yang hamil diluar nikah itu ditikahkan? Kemudian apa status anak

    tersebut secara humum Islam ?

    Untuk masalah tersebut, tidak ada ayat Quran atau Hadits yang menegaskan untuk masalah ini.

    Sehingga melahirkan 2 pendapat.

    Pendapat Yang Membolehkan

    Dari Imam As-SyafiI, syaratnya kedua keluarga dan pasangan tersebut tidak mengekspos kepada

    yang lain, cukup mereka dan pihak Kantor Urusan Agama. Tujuannya, supaya yang lain tidak

    melakukan perbuatan yang sama.

    Ulama yang membolehkan juga menggambarkan, misal wanita yang dihamili oleh si A, boleh dinikahi

    oleh si A walaupun belum lepas masa iddah karena masa iddah dipandang untuk memperjelas siapa

    ayah biologis si anak karena selama masa iddah, si wanita tidak disentuh oleh siapapun. Jadi, laki laki

    yang berzina dengan seorang wanita, kemudian wanita tersebut hamil, maka laki-laki itu boleh

    menikahi wanita itu, karena sudah jelas bahwa anak yang dikandung tersebut adalah anak laki-laki

    tersebut.

  • 5/26/2018 Skenario 1 Kia

    42/45

    NABIL HARIZ

    1102010

    42

    Riwayat Sebuah Hadits

    " Sesungguhnya Ummar pernah pukul seorang laki-l