skenario 1 fraktur.docx

16
 Fraktur - Trauma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belak ang Pe rmasal ahan Tulang dan otot merupakan jaringan yang paling banyak mengisi tubuh manusia. Tulang merupakan jaringan tubuh yang berfungsi untuk menopang tubuh dan ba gi an-bagiannya. Karena fungsi untuk me nopang tulang mempunyai struktur yang kaku. Otot berfungsi untuk menggerakkan bagian-  bagian tubuh. Ada yang untuk menggerakkan tulang dan sendi ada yang untuk menggerakkan organ tubuh dan ada yang khusus untuk memompa darah di  jantung. Otot (muscle) jari nga n tub uh yg ber fun gsi men gub ah energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan. Rangka (  skeletal ) bagian tubuh yg tdd tulang, sendi, da n tulang raan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi. !engan makin pesatnya kemajuan lalu lintas di "ndonesia baik dari segi jumlah pemak ai jalan, jumlah kendaraan , jumla h pemak ai jasa angkutan dan bertambahnya jaringan jalan dan ke#epatan kendaraan maka mayoritas kem ungkinan terja di nya fr aktur adala h akibat ke #el akaan lalu lin tas. Ke#elakaan lalu lintas sering mengakibatkan trauma ke#epatan tinggi dan kita harus aspada terhadap kemungkinan polytrauma yang dapat mengakibatkan trauma organ $ organ lain. Trauma $ trauma lain adalah jatuh dari ketinggian, ke#elakaan kerja, #edera olah raga. Kita harus dapat membayangkan rekonstruksi terjadinya ke#elakaan agar dapat menduga fraktur yang dapat terjadi. %etiap trauma yang dap at men gakiba tka n frak tur jug a dap at sekalig us mer usa k jari nga n lunak di sek ita r fra kt ur mulai dari otot, fas#i a, kuli t, tulang, sampai strukt ur  neuro&askuler atau organ $ organ penting lainnya. Tra uma dapat terjadi se#ara langsu ng maup un tidak langsung , trauma se#ara langsung berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di System Muskuloskeletal 'age

Transcript of skenario 1 fraktur.docx

Fraktur - Trauma

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang PermasalahanTulang dan otot merupakan jaringan yang paling banyak mengisi tubuh manusia. Tulang merupakan jaringan tubuh yang berfungsi untuk menopang tubuh dan bagian-bagiannya. Karena fungsi untuk menopang tulang mempunyai struktur yang kaku. Otot berfungsi untuk menggerakkan bagian-bagian tubuh. Ada yang untuk menggerakkan tulang dan sendi ada yang untuk menggerakkan organ tubuh dan ada yang khusus untuk memompa darah di jantung.Otot (muscle) jaringan tubuh yg berfungsi mengubah energi kimia menjadi kerja mekanik sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan. Rangka (skeletal) bagian tubuh yg tdd tulang, sendi, dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.Dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas di Indonesia baik dari segi jumlah pemakai jalan, jumlah kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan dan bertambahnya jaringan jalan dan kecepatan kendaraan maka mayoritas kemungkinan terjadinya fraktur adalah akibat kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas sering mengakibatkan trauma kecepatan tinggi dan kita harus waspada terhadap kemungkinan polytrauma yang dapat mengakibatkan trauma organ organ lain.Trauma trauma lain adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja, cedera olah raga. Kita harus dapat membayangkan rekonstruksi terjadinya kecelakaan agar dapat menduga fraktur yang dapat terjadi. Setiap trauma yang dapat mengakibatkan fraktur juga dapat sekaligus merusak jaringan lunak disekitar fraktur mulai dari otot, fascia, kulit, tulang, sampai struktur neurovaskuler atau organ organ penting lainnya.Trauma dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, trauma secara langsung berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu sedangkan trauma tidak langsung terjadi bilamana titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.

B. Rumusan Permasalahan1. Bagaimana definisi fraktur dan penyebab terjadinya fraktur?2. Bagaimana klasifikasi fraktur?3. Bagaimana manifestasi klinis dan gambaran klinis jika terjadi fraktur?4. Bagaimana komplikasi yang terjadi jika terjadi fraktur?5. Bagaimana cara diagnosis fraktur?6. Bagaimana cara penatalaksanaan fraktur?C. Tujuan Permasalahan1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi dan penyebab terjadinya fraktur.2. Mahasiswa dapat menjelaskan klasifikasi fraktur.3. Mahasiswa dapat menjelaskan manifestasi klinis dan gambaran klinis jika terjadi fraktur.4. Mahasiswa dapat menjelaskan komplikasi yang terjadi jika terjadi fraktur.5. Mahasiswa dapat menjelaskan cara diagnosis fraktur.6. Mahasiswa dapat menjelaskan cara penatalaksanaan fraktur.D. Manfaat PermasalahanDalam skenario 1 dalam blok sistem muskuloskeletal menjelaskan tentang terjadinya fraktur beserta resiko klinis untuk diambil mamfaat yaitu :1. Mengetahui tentang definisi serta klasifikasi fraktur.2. Mengetahui tentang manifestasi klinis, gambaran klinis fraktur beserta komplikasi klinis. 3. Mengetahui tentang cara diagnosis fraktur.4. Mengetahui cara penatalaksanaan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKADefinisiFraktur adalah terputusnya keutuhan tulang / kontinuitas jaringan tulang yang umumnya akibat trauma. (Dorland,dkk.2002). Patahan tersebut mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks, biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang bergeser. Bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit atau kulit diatasnya masih utuh ini disebut fraktur tertutup atau sederhana (close), sedangkan bila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi ini disebut fraktur terbuka (open/compound). (Mansjoer A,dkk.2000)Penyebab jika terjadi fraktur antara lain :1. Trauma :a. Langsung (kecelakaan lalulintas)b. Tidak langsung (jatuh dari ketinggian dengan posisi berdiri/duduk sehingga terjadi fraktur tulang belakang )2. Patologis : metastase dari tulang3. Degenerasi : usia tua. 4. Spontan : terjadi tarikan otot yang sangat kuat. (Mansjoer A. 2000)Epidemiologi Klasifikasi alfanumerik pada fraktur, yang dapat digunakan dalam pengolahan komputer, telah dikembangkan oleh. Angka pertama menunjukkan tulang yaitu :1. Humerus 2. Radius/Ulna 3. Femur 4. Tibia/Fibula Sedangkan angka kedua menunjukkan segmen, yaitu :1. Proksimal 2. Diafiseal 3. Distal 4. Maleolar (Anonim. 1997)Etiologi Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat adanya :1. Peristiwa trauma tunggal Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba tiba dan berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan.Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena; jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya; penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.Bila terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.Kekuatan dapat berupa :a. Pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiralb. Penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang menyebabkan fraktur melintangc. Penekukan dan Penekanan, yang mengakibatkan fraktur sebagian melintang tetapi disertai fragmen kupu kupu berbentuk segitiga yang terpisahd. Kombinasi dari pemuntiran, penekukan dan penekanan yang menyebabkan fraktur obliq pendeke. Penatikan dimana tendon atau ligamen benar benar menarik tulang sampai terpisah2. Tekanan yang berulang ulang Retak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam dan benda lain, akibat tekanan berulang ulang.3. Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik) Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit paget )(Harrelson J.M. 1994)Klasifikasi 1. Menurut jumlah garis fraktur :a. Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)b. Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur)c. Comminutive fraktur (banyak garis fraktur/fragmen kecil yang lepas)2. Menurut luas garis fraktur :a. Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara langsung)b. Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)c. Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada perubahan bentuk tulang)3. Menurut bentuk fragmen :a. Fraktur transversal (bentuk fragmen melintang)b. Fraktur obligue (bentuk fragmen miring)c. Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar)d. Fraktur kompresie. Fraktur avulse (trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya)

4. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar :a. Fraktur terbuka (fragmen tulang menembus kulit), terbagi 3 :1) Pecahan tulang menembus kulit, kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi ringan, luka < 1 cm.2) Kerusakan jaringan sedang, resiko infeksi lebih besar, luka > 1 cm.3) Luka besar sampai 8 cm, kehancuran otot, kerusakan neurovaskuler, kontaminasi besar.b. Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar)(Jergesen F. H. 1995)Manifestasi klinisFraktur mempunyai tanda klasik saat terjadi yaitu :1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada ekstremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.3. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.4. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.Gambaran klinis yang dapat terjadi :1. RiwayatBiasanya terdapat riwayat cedera, diikuti dengan ketidakmampuan menggunakan tungkai yang mengalami cedera, fraktur tidak selalu dari tempat yang cedera suatu pukulan dapat menyebebkan fraktur pada kondilus femur, batang femur, pattela, ataupun acetabulum. Umur pasien dan mekanisme cedera itu penting, kalau fraktur terjadi akibat cedera yang ringan curigailah lesi patologik nyeri, memar dan pembengkakan adalah gejala yang sering ditemukan, tetapi gejala itu tidak membedakan fraktur dari cedera jaringan lunak, deformitas jauh lebih mendukung.2. Tanda tanda umum :Tulang yang patah merupakan bagian dari pasien penting untuk mencari bukti ada tidaknyaa. Syok atau perdarahanb. Kerusakan yang berhubungan dengan otak, medula spinalis atau viserac. Penyebab predisposisi (misalnya penyakit paget)3. Tanda tanda lokala. Look : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbukab. Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahanc. Movement : Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi sendi dibagian distal cedera.(Apley, A G, 1995)KomplikasiDalam kejadian fraktur, dari manifestasi klinis juga bisa terjadi komplikasi yaitu :1. Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring2. Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.3. Non - union, patah tulang yang tidak menyambung kembali.4. Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.5. Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.6. Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.7. Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil8. Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.9. Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.10. Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability.(Jergesen F. H. 1995)Diagnosis 1. AnamnesisAnamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain. Penderita biasanya datang karena adanya nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.2. Pemeriksaan fisikPada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:a. Syok, anemia atau perdarahanb. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomenc. Fraktur predisposisi, misalnya pada fraktur patologis3. Pemeriksaan lokal a. Inspeksib. Palpasic. Move4. Pemeriksaan radiologiPemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka sebaliknya kita mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.(Mansjoer A. 2000)Penatalaksaan 1. Tujuan pengobatan fraktura. Reposisi dengan maksud mengembalikan fragmenfragmen ke posisi anatomi.b. Imobilisasi atau fiksasi dengan tujuan mempertahankan posisi fragmenfragmen tulang tersebut setelah direposisi sampai terjadi union.1) Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang.2) Pemasangan gips : merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah.3) Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada tempatnya. Sekarang sudah jarang digunakan, tetapi dulu pernah menjadi pengobatan utama untuk patah tulang pinggul.c. Penyambungan fraktur (union)d. Mengembalikan fungsi (rehabilitasi)2. Proses penyembuhan tulang :a. Stadium Satu - Pembentukan Hematoma; Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur.b. Stadium Dua - Proliferasi Seluler; Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. c. Stadium Tiga - Pembentukan Kallus; Selsel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik (bersifat menghasilkan/membentuk tulang), bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago.d. Stadium Empat - Konsolidasi; Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru.e. Stadium Lima - Remodelling; Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus.(Sherwood,L, 2001)

BAB IIIPEMBAHASANSkenario 1 blok muskuloskeletal ini membahas tentang terjadinya fraktur pada regio femuris. Dimana bentuk patahannya spiral yaitu bentuk fragmen spiral.Pak bone mengalami fraktur pada tulang femur karena adanya trauma saat melompat dan jatuh terpuntir. Mekanismenya yaitu saat pak bone melompat dan jatuh tulang tidak kuat menahan beban dari tekanan tersebut, ditambah adanya putaran sehingga tulang dan otot melintir dan adanya tekanan yang keras mengakibatkan tulang patah di tambah dengan tarikan otot yang cukup kencang. Sehingga jenis patahan yang terjadi adalah bentuk spiral, dan oleh karena adanya tarikan otot pada tulang yang patah tersebut pada akhirnya tulang tertarik ke posterior dan akhirnya keluar dari jalurnya. Pada pemeriksaan true length dan appearance length didapati pemendekan ukuran, yang didasarkan pada ukuran kaki normal (tidak mengalami fraktur). Dan pada pemeriksaan fisik jenis patah yang dialami pak bone termasuk tertutup karena tidak di dapati suatu robekan pada kulit atau luka yang terbuka. Fraktur tulang ini dapat mengakibatkan robeknya pembuluh darah yang dapat mengakibatkan perdarahan pada lokasi di sekitar fraktur atau dapat menekan pembuluh darah yang berada pada sekitar fraktur dan akhirnya terjadi sumbatan pembuluh darah. Tetepi dalam khasus pak bone ini di diagnosis adanya robekan pada pembuluh darah arteri/vena femoralis yang mengakibatkan perdarahan yang tertutup. Perdarahan yang terjadi bila tidak segera ditangani akan mengakibatkan syok Hipovolemik, karena volume cairan plasma berkurang. Dalam femur bila terjadi perdarahan yang tertutup dapat menampung 1,5 Liter darah, hal ini dapat terjadi karena dalam femur terdapat muskulus/otot yang kuat dan ukurannya besar. Mekanisme klinis terajadinya perdarahan yaitu adanya robekan pada pembuluh darah, darah keluar dari pembuluh dan akhirnya berkumpul dalam rongga extraselular dalam femur. Kejadian ini dapat menimbulkan manifestasi klinis berupa pembengkakan lokal di daerah fraktur dan daerah tersebut nampak merah. Manifestasi klinis lain yang timbul berupa penderita nampak pucat karena adanya perdarahan yang hebat dan adanya vasokonstriksi pembuluh darah yang mengakibatkan aliran darah didaerah perifer turun, perdarahan berdampak pada turunnya Hb secara drastis, dan ini dapat mengakibatkan ikatan O2 dalam darah berkurang dan dapat juga mengakibatkan penderita nampak pucat.Takicardi karena proses homeostasis untuk menyuplai darah secara cepat ke organ-organ penting hal ini terjadi karena voluma darah dalam tubuh berkurang. Vasokonstriksi pembuluh darah dan takicardi dapat menjaga tensi tetap dalam keadaan kriteria normal ( adanya penurunan tetapi tidak terlalu drastis). Proses homeostasis ini tidak berlangsung terus-menerus, bila penderita tidak segera di tengani maka manifestasi selanjutnya adalah terjadinya hipovolemik yang berlebihan, bradikardi, nadi tidak teraba, hipoksia jaringan dan akhirnya penderita akan mati. Jadi peristiwa kematian pasien fraktur kebanyakan bukan karena frakturnya tetapi karena berkurangnya plasma darah dalam tubuh (syok Hipovolemik).Perdarahan yang terjadi pada daerah fraktur menyebabkan adanya pembengkakan di daerah fraktur, hal ini berdampak pada munculnya rasa nyeri yang hebat dan dapat mengakibatkan syok Neurogenik. Rasa nyeri timbul karena adanya penekanan saraf di sekitar fraktur secara berlebihan karena darah terus menekan saraf, selain itu adanya tekanan dari tulang yang fraktur dan kontraksi otot. Penyebab rasa nyeri yang lain adalah adanya saraf yang rusak (robek) karena terkena tulang yang predisposisi. Penanganan yang dilakukan pada pak bone adalah harus dilakukan oprasi karena terjadi perdarahan tertutup pada regio femuris. Prognosis dari tidakan pembedahan tergantung pada prosesnya, bila proses baik maka hasilnya akan baik pula, dan permasalahan apakan akan pincang atau tidak tergantung jenis fraktur yang dialami dan apakan tindakan yang dilakukan benar/ sesuai prosedur. Proses penyembuhan fraktur : Ketika terjadi fraktur jaringan sekitar rusak, periosteum terpisah dari tulang dan terjadi pendarahan yang cukup berat. Bekuan darah terbentuk di daerah tersebut (hematom). Bekuan akan membentuk jaringan granulasi di dalamnya dengan sel-sel pembentuk tulang primitif (osteogenik) yang akan berdeferensiasi menjadi kodroblas dan osteoblas. Kondroblas akan mensekresi pospat yang merangsang deposisi kalsium, terbentuklah kalus disekitar lokasi fraktur yang menebal dan meluas, dan bertemu dengan lapisan kalus dari frakmen satunya kemudian menyatu yang berlanjut membentuk trabekula dan osteoblas yang melekat pada tulang dan meluas menyabrangi lokasi fraktur. Penyatuan tulang provisional ini akan menjalani transformasi meta plastik untuk menjadi lebih kuat dan terorganisir. Kalus tulang akan mengalami remodeling untuk membentuk tulang yang utuh seperti bentuk osteoblas tulang baru dan osteoklas akan menyingkirkan bagian yang rusak dan tulang sementara. Dalam kasus pak bone ini jika penanganan tidak terlambat, setelah dilakukan oprasi lalu menjalani rehabilitasi untuk mengembalikan fungsi normal kakinya maka prosentase terjadinya pincang sangat kecil. Kejadian pincang pada fraktur biasanya karena tulang dan otot mengalami atrofi, hal ini dikarenakan penderita tidak berani untuk melakukan rehabilitasi setelah dilakukan oprasi.

BAB IVKesimpulan dan SaranA. Simpulan1. Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang / kontinuitas jaringan tulang yang umumnya akibat trauma, penyebab fraktur yaitu trauma ( sebagian besar ), patologis ( penyakit ), degenerasi ( usia tua ), dan spontan.2. Klasifikasi alfanumerik pada fraktur, yang dapat digunakan dalam pengolahan komputer, telah dikembangkan oleh. Angka pertama menunjukkan tulang, Sedangkan angka kedua menunjukkan segmen.3. Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapt tejadi karena trauma tunggal, tekanan yang berulang ulang, dan kelemahan abnormal tulang.4. Klasifikasi fraktur :a. Menurut jumlah garis fraktur.b. Menurut luas garis fraktur.c. Menurut bentuk fragmen.d. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar.5. Fraktur mempunyai tanda klasik yaitu nyeri berulang ulang, deformitas (kelainan), krepitus, dan terjadi pembengkakan. Gambaran klinis dari fraktur dapat terjadi dari riwayat penderita, tanda tanda umum dari fraktur dan tanda local yang terjadi.6. Dari manifestasi klinis dapat terjadi komplikasi yaitu Malunion, non union, Delayed union, Compartment syndroma dan lain lain.7. Diagnosis banding dari fraktur tidak ada, dan diagnosis pasti dimulai dari anamnesis pasien (tempat, luas,dan bentuk), pemeriksaan fisik (syok, kerusakan organ, dan fraktur predisposisi), pemeriksaan local ( inspeksi, palpasi, dan moving), dan pemeriksaan radiologi.8. Penatalaksaan dilakukan dengan tujuan untuk menyembuhkan luka fraktur dan mengembalikan tulang ke semua (reposisi), tapi di dalam tubuh sudah ada proses untuk menyembuhkan (healing) dengan melalui beberapa cara yaitu a. Stadium Satu - Pembentukan Hematoma.b. Stadium Dua - Proliferasi Seluler.c. Stadium Tiga - Pembentukan Kallus.d. Stadium Empat Konsolidasi.e. Stadium Lima Remodelling.B. Saran1. Pada saat terjadinya cidera yang diduga fraktur, jangan melakukan transportasi tanpa dilakukan imobilisasi terlabih dahulu.2. Pada fraktur terbuka, sebaiknya dilakukan dengan cepat sebelum terjadi infeksi.3. Pada pambidaian, balutan jangan terlalu kencang ataupun terlalu longgar. Yang penting daerah fraktur tidak dapat bergerak.4. Saat penanganan harus teliti agar tidak terjadi infeksi lanjutan.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.Apley, A G, 1995, Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur system, Jakarta : Widya MedikaDorland, W.A,dkk. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Ed 25. Jakarta : EGCHarrelson J.M. 1994. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Sabiston. Jakarta: EGC.Jergesen F. H. 1995. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery)Ortopedi. Jakarta: EGC.Mansjoer A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGCSherwood,L, 2001, Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke Sistem, Jakarta: EGC

System MuskuloskeletalPage 9