ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

32
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah “kesemrawutan” arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur. Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 : 363). Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik memberikan pendidikan kesehatan

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf

halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi

masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi peningkatan

penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang

tinggal diperkotaan. Sehingga menambah “kesemrawutan” arus lalu lintas. Arus lalu lintas

yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan

bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.

Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan

ditentukan sesuai jenis dan luasnya.

Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan

mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah fiksasi

Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan tersebut dilakukan untuk

mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu

penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 : 363).

Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan

langsung kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik memberikan pendidikan

kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat

berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien fraktur melalui metode ilmiah.

B.      Tujuan

Menentukan asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada pasien fraktur displaced

baik itu cara penanganannya maupun solusi dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A.     Defenisi

Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. (Doenges E Marlyn, 1999, 761).

Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma atau tenaga fisik (Sylvia

A Price dan Loorine M Wilson, 1995: 1183). Pernyataan lain mengatakan bahwa fraktur

adalah terputusnya kontinuitas jaringan yang ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Suzanne C

Smeltzer dan Brenda G. Bare, 200: 2357).

Fraktur tibia dan fibula yang terjadi akibat pukulan langsung, jatuh dengan kaki dalam

posisi fleksi, dan gerakan memuntir yang keras. Fraktur kedua tulang ini sering terjadi dalam

kaitan satu sama lain .

Klasifikasi fraktur :

Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1.      Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst).

2.      Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :

a.      Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang        atau melalui kedua

korteks tulang).

b.      Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).

3.      Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :

a.      Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).

b.      Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).

c.       Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya,

misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya).

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

4.      Berdasarkan posisi fragmen :

a.      Undisplaced (tidak bergeser)/garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser.

b.      Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur

5.      Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :

a.      Tertutup

b.      Terbuka (adanya perlukaan dikulit).

6.       Berdasarkan bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma.

a.      Garis patah melintang.

b.      Oblik / miring.

c.       Spiral / melingkari tulang.

d.      Kompresi

e.      Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada patela.

7.      Berdasarkan kedudukan tulangnya :

a.      Tidak adanya dislokasi.

b.      Adanya dislokasi

8.      Berdasarkan mekanisme terjadinya fraktur :

a.      Tipe Ekstensi, trauma terjadi ketika siku dalam posisi hiperekstensi, lengan bawah dalam

posisi supinasi.

b.      Tipe Fleksi, trauma terjadi ketika siku dalam posisi fleksi, sedang lengan dalam posisi

pronasi. (Mansjoer, Arif, et al, 2000)

B.      Anatomi dan Fisiologi

Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai bawah dan

terletak medial dari fibula atau tulang betis, tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang

dan dua ujung yaitu : Ujung atas yang merupakan permukaan dua dataran permukaan

persendian femur dan sendi lutut. Ujung bawah yang membuat sendi dengan tiga tulang,

yaitu femur fibula dan talus.

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

Fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah, tulang ini

adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung.

Fungsi Tulang :

1.      Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.

2.      Tempat melekatnya otot.

3.      Melindungi organ penting.

4.      Tempat pembuatan sel darah.

5.      Tempat penyimpanan garam mineral.

C.      Etiologi

1.      Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak,

kontraksi otot ekstrim.

2.      Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.

3.      Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.

Menurut  Oswari E, (1993) ; Penyebab Fraktur adalah :

1.      Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan.

Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.

2.      Kekerasan tidak langsung

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat

terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur

hantaran vektor kekerasan.

3.      Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.

Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi

dari ketiganya, dan penarikan. Fraktur tibia dan fibula yang terjadi akibat pukulan langsung,

jatuh dengan kaki dalam posisi fleksi, dan gerakan memuntir yang keras.

D.     Manifestasi Klinik

1.      Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.

Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk

meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2.      Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di

ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat

berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat

melengketnya obat.

3.      Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat

fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm

4.      Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang.

Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.

5.      Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan

yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari

setelah cedera.

E.      Komplikasi

Komplikasi fraktur menurut Henderson 1995 )

1.      Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang

tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

2.      Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang

lebih lambat dari keadaan normal.

3.      Nonunion,  patah tulang yang tidak menyambung kembali.

4.      Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam

satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.

5.      Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang

bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

6.      Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko

terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam

pai 80 fraktur tahun.

7.      Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam  sering terjadi pada individu yang imobiil

dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada

perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah

ortopedil

8.      Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma

orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi

pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan

seperti pin dan plat.

9.      Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.

10.  Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik

abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik

dan vasomotor instability.

F.       Pemeriksaan Penunjang

1.      Radiologi :

X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.

Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi

struktur fraktur yang kompleks.

2.      Laboratorium :

Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah

akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat

luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah.

3.      Pemeriksaan rontgen

Menentukan lokasi / luasnya fraktur trauma

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

4.      Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI

Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan

jaringan lunak.

5.      Arteriogram

Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

6.      Hitung daerah lengkap

HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan sel darah putih

adalah respon stress normal setelah trauma).

7.      Kreatinin

Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.

(Doenges, 2000 : 762)

                                                                             

G.     Penatalaksanaan

1.      Tujuan pengobatan fraktur:

a)      Reposisi dengan maksud mengembalikan fragmen–fragmen ke posisi anatomi.

b)      Imobilisasi atau fiksasi dengan tujuan mempertahankan posisi fragmen–fragmen tulang

tersebut setelah direposisi sampai terjadi union.

c)      Penyambungan fraktur (union)

d)      Mengembalikan fungsi (rehabilitasi)

2.      Prinsip Dasar Penanganan Fraktur

a)      Revive, yaitu penilaian cepat untuk mencegah kematian, apabila      pernafasan ada hambatan

perlu dilakukan therapi ABC (Airway,      Breathing, Circulation) agar pernafasan lancar.

b)      Review, yaitu berupa pemeriksaan fisik yang meliputi : look feel, novemert dan pemeriksaan

fisik ini dilengkapi dengan foto rontgent untuk    memastikan adanya fraktur.

c)      Repair, yaitu tindakan pembedahan berupa tindakan operatif dan    konservatif. Tindakan

operatif meliputi : Orif, Oref, menjahit luka dan menjahit pembuluh darah yang robek,

sedangkan tindakan        konservatif berupa pemasangan gips dan traksi..

d)      Refer, yaitu berupa pemindahan pasien ke tempat lain, yang dilakukan      dengan hati-hati,

sehingga tidak memperparah luka yang diderita.

e)      Rehabilitation, yaitu memperbaiki fungsi secara optimal untuk bisa produktif.

3.      Penanganan Fraktur Tibia Dan Fibula :

a.      Imobilisasi fragmen tulang.

b.      Kontak fragmen tulang minimal.

c.       Asupan darah yang memadai.

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

d.      Nutrisi yang baik.

e.      Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang.

f.        Hormon-hormon pertumbuhan tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid anabolik.

g.      Potensial listrik pada patahan tulang.

4.      Proses penyembuhan tulang

a.      Stadium Satu-Pembentukan Hematoma

Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur.

b.      Stadium Dua-Proliferasi Seluler

Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam

dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis.

c.       Stadium Tiga-Pembentukan Kallus

Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik

(bersifat menghasilkan/membentuk tulang), bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan

mulai membentuk tulang dan juga kartilago.

d.      Stadium Empat-Konsolidasi

Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan  osteoclast menerobos melalui

reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang

tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru.

e.      Stadium Lima-Remodelling

Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa

bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan

tulang yang terus-menerus.

H.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian

a)      Anamnesa

  Data Biografi

  Riwayat kesehatan masa lalu

  Riwayat kesehatan keluarga

b)      Pemeriksaan Fisik

  Aktivitas / istirahat

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

Keterbatasan / kehilangan fungsi yang efektif (perkembangan sekunder dari jaringan yang

bengkak / nyeri)Sirkulasi

  Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri / ansietas) atau hipotensi

(kehilangan darah)

  Takikardia (respon stress , hipovolemi)

  Penurunan nadi pada distal yang cidera , pengisian kapiler lambat

  Pembengkakan jaringan atau hematoma pada sisi yang cidera

c)      Neurosensori

  Hilang gerakan / sensasi, spasme otot

  Kebas / kesemutan (parestesia)

  Nyeri / kenyamanan

  Nyeri mungkin sangat berat, edema, hematoma dan spasme otot merupakan penyebab nyeri

di rasakan

d)      Keamanan

  Laserasi kulit, avulsi jaringan, pendarahan, perubahan warna

  Pembengkakan local

e)      Pengetahuan

  Kurangnya pemajanan informasi tentang penyakit, prognosis dan pengobatan serta

perawatannya .

2.      Diagnosa Keperawatan

a)      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,

kerusakan serabut syaraf dan spasme otot.

b)      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka neuromuskuler,

pembatasan gerak.

c)      Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan barier pertahanan tubuh sekunder terhadap

terputusnya kontinuitas jaringan.

d)      Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan atau interupsi aliran

darah, cidera vaskuler langsung, edema berlebih.

e)      Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan status metabolik, sirkulasi,

dan sensori, penurunan aktivitas.

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

f)       Kurang pengetahuan kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan

kurang mengingat, salah interprestasi, kurang informasi.

3.      Intervensi Keperawatan

a)      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,

kerusakan serabut syaraf dan spasme otot.

Tujuan : Nyeri berkurang/hilang

Kriteria hasil : nyeri berkurang, Tekanan darah normal, nadi normal, dan pasien lebih rileks

yang ditandai dengan pernapasan normal.

Intervensi :

1)      Kaji dengan pendekatan P,Q,R,S,T

Rasional : Membantu tentukan nyeri dan intervensi selanjutnya.

2)      Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, masase sekitar nyeri.

Rasional : Membantu mengurangi rasa nyeri

3)      Monitor TTV

Rasional : Ketahui adanya peningkatan TTV sebagai salah satu indikasi nyeri.

4)      Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman

Rasional : Meningkatkan kenyamanan

5)      Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional : Mengurangi nyeri

b)      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka neuromuskuler,

pembatasan gerak.

Tujuan : Dapat melakukan fisik seoptimal mungkin

Kriteria Hasil : Dapat melakukan ADL secara mandiri

Intervensi

1)      Kaji immobilitas pasien

Rasional : Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri sendiri tentang keterbatasan fisik.

2)      Dorong partisipasi klien pada aktivitas terapeutik atau rekreasi

Rasional : Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi

3)      Bantu pasien untuk rentang gerak aktif dan pasif.

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

Rasional : Meningkatkan aliran darah ke otot tulang dan meningkatkan tonus otot.

4)      Bantu/dorong untuk perawatan diri

Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan kebersihan diri

5)      Kolaborasi dengan ahli fisioterapi

Rasional : Untuk membuat program mobilisasi.

c)      Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan barier pertahanan tubuh sekunder terhadap

terputusnya kontinuitas jaringan.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil : TTV normal, mencapai penyembuhan luka yang optimal, dan tidak terjadi

infeksi

Intervensi :

1)      Kaji tanda-tanda infeksi

Rasional : Mengetahui adanya infeksi seperti adanya PUS pada luka.

2)      Monitor TTV

Rasional : Mengetahui tanda-tanda infeksi seperti peningkatan suhu.

3)      Memberikan perawatan luka anti septik

Rasional : mengurangi resiko terjadinya infeksi

4)      Kolaborasi pemberian antibiotic

Rasional : Mengurangi terjadinya infeksi

d)      Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan atau interupsi aliran

darah, cidera vaskuler langsung, edema berlebih.

Tujuan : Tidak terjadi disfungsi neurovaskuler perifer

Kriteria Hasil : Mempertahankan perfusi jaringan dibuktikan oleh terabanya nadi, kulit

hangat, sensasi normal, dan sensasi biasa.

Intervensi :

1)      Auskultasi frekuensi dan irama jantung

Rasional : Mengetahui adanya bunyi dan irama tambahan

2)      Observasi penurunan status mental

Rasional : Mengetahui tingkat kesadaran pasien

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

3)      Observasi warna, suhu kulit, dan membrane mukosa

Rasional : Mengetahui derajat gangguan perfusi jaringan

4)      Evaluasi ekstremitas ada tidaknya kualitas nadi, nyeri tekan, dan edema.

Rasional : Mengetahui keoptimalan fungsi jantung

5)      Hangatnya ekstremitas yang dingin

Rasional : penyesuaian suhu

e)      Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan status metabolik, sirkulasi,

dan sensori, penurunan aktivitas.

Tujuan : Tidak terjadi kerusakan lebih lanjut

Kriteria hasil : - Menyatakan ketidaknyamanan hilang

-          Menunjukkan perilaku teknik untuk mencegah kerusakan kulit lebih lanjut

-          Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu

Intervensi :

1)      Inspeksi kulit terhadap perubahan warna turgor dan vaskuler

Rasional : Mendadak area sirkulasi buruk

2)      Pantau masukan cairan dan hidrasi serta membrane mukosa

Rasional : Untuk mencegah kerusakan kulit lebih luas.

f)       Kurang pengetahuan kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan

kurang mengingat, salah interprestasi, kurang informasi.

Tujuan : agar pengetahuan pasien bertambah tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan

Kriteria Hasil : - Menyatakan pemahaman tentang kondisi, prognosis,

                           dan pengobatan.

-          Melakukan dengan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan adanya tindakan.

Intervensi :

1)      Beri pengetahuan metode mobilisasi dan ambulasi sesuai interupsi dengan terapi fisik bila

diindikasikan

Rasional : agar pasien mengerti dan mencegah terjadinya kontraktur.

2)      Buat daftar aktivitas dimana pasien dapat melakukannya sendiri dan memerlukan bantuan

Rasional : Mengurangi tingkat kebingungan pasien.

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

4.      Evaluasi Keperawatan

klien mengatakan nyeri berkurang/hilang

Klien dapat melakukan fisik seoptimal mungkin

Infeksi tidak terjadi

Klien menyatakan pemahaman tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan.

“ RESUME KEPERAWATAN DI RUANGAN IRD RSUD LABUANG BAJI “

Nama   : Tn ‘I’                                                    Diagnosa medik       : Fraktur tibia fibulaUmur            : 39                                                No. RM                       : 19 7188J. kelamin     : laki-laki                                       Tgl masuk                    : 5/11/2010Agama          : Islam                                           Tgl pemeriksaan          : 5/11/2010   Pekerjaan      :                                                     Jam pemeriksaan         : Alamat         : Jl. Sultan hasanuddin

1.      Survey primera.       Pengkajian

A ( Airway )Adanya sumbatan / obstruksi jalan nafas oleh adanya penumpukan secret akibat kelemahan reflex batuk.

B ( Breathing )Kelemahan menelan / batuk / melindungi jalan nafas, timbulnya pernafasan yang sulit dan atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi/aspirasi.

C ( Circulation )Nadi            : teraba                             turgor  kulit : normalFrekuensi    : 92 X/m               TD                   : 130/100Kekuatan    : lemahAkral           : dinginKulit dan membrane mukosa pucatSianosis (+)

D ( Disability )-      GCS = 15 ( E = 4, m = 6, V = 5 )-      Pupil respon cahaya ( miosis )-      Kekuatan otot 4

E ( Exposure )-      Trauma  : (+)-      Luka      : (+) lokasi daerah tibia fibula kanan-      Nyeri    : (+) daerah tibia fibula. Jenis tajam skala 8 ( berat )2.      Pengkajian sekunder

Alasan masuk RS : nyeri pada daerah tibia dan fibula kanan pada saat kecelakaan Keluhan utama   :  nyeri berat pada tibia kanan dan susah tidurP     :  jika bergerakQ     :  tajamR     :  pada daerah tibia fibula kanan

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

S     :  skala 8 ( berat )T     :  5-10 menit

b.      Head to toe         Kepala dan leher-      Rambut           : hitam dan kusam-      Kulit kepala : bersih-      Leher               : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid         Dada, paru-paru dan jantung-      Dada simetris kiri dan kanan-      Mammae : simetris kiri dan kanan         Abdomen dan pelvis-      Abdomen : tidak terdapat pembengkakan.

         Ekstremitas atas

-              Terpasang infuse pada tangan bagian kanan

         Ekstremitas bawah

-              Luka pada daerah tibia sebelah

-              Tidak dapat digerakkan

C . Pemeriksaan Penunjang

-    Foto rontgen

3. Analisa data dan Klasifikasi data

   Klasifikasi Data

NoData Subjektif Data Objektif

       Klien menyatakan nyeri pada daerah tibia

       Klien menyatakan sebagian pemenuhan sehari-hari dibantu

       Klien menyatakan keadaan kulit disekitar tibia luka

       Klien menyatakan sdlit tidur

       Ekspresi wajah klien tampak meringis       Klien tampak lemah       Pemenuhan kebutuhan klien sebagian

dibantu       Tampak terjadi kerusakan pada ribia       Klien tampak gelisah

         Analisa Data

      Data Analisa Data

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

Ds:klien    mengatakan nyeri pada daerah tibia

Do:Ekspresi wajah klien tampak meringis Trauma langsung

Terputusnya kontinuitas jaringan

Pergeseran fragmen tulang

Pelepasan mediator kimia(bradikinin,histamine)

Ransangan reseptor medullaspinalis

Korteks serebri                    Nyeri

Ds:klien mengatakan sebagian pemenuhan kebutuhan sehari-hari ditanggung

Do:pemenuhan kebutuhan klien dibantu

Fraktur

Diskontinuitas tulang

Perubahan jaringan sekitar

Pergeseran fragmen tulang

Deformitas

Gangguan fungsi

Gangguan mobilitas fisik

Ds:klien mengatakan keadaan kulit disekitar tibia luka

Do:tampak terjadi kerusakan jaringan pada tibia

Klien tampak   Lemah

   Klien tampak gelisah.

DS  : -    Klien mengatakan

              sulit tidur.

Dekontinuitas tulang

Perubahan jaringan sekitar

Laserasi kulit:putus vena atau arteri

Kerusakan integritas kulit

Nyeri

Menstimulasi pusat jaga

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

REM menurun 

Gangguan Pola Tidur

4.  Intervensi dan Diagnosa

         Diagnosa Keperawatan

1.      Nyeri berhubungan dengan spasme otot, penggeseran fragmen tulang.

2.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur, kerusakan

rangka neuromuskuler.

3.      Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka, bedah perbaikan.

4.      Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.

         Intervensi :

NODiagnosa

KeperawatanTujuan Intervensi Rasional

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

1.

2.

Nyeri b/d spasme

otot, pergeseran

fragmen tulang

Gangguan

mobilitas fisik b/d

cedera jaringan

sekitar fraktur.

Nyeri dapat berkurang

atau hilang dengan

kriteria hasil:

    Nyeri hilang/berkurang

    Klien tampak tenang

Klien mampu

menunjukkan tingkat

mobilitas optimal

dengan kriteria :

    Penampilan yang

seimbang.

    Melakukan pergerakan

dan perpindahan.

1.      Lakukan pendekatan pada

klien dan keluarga.

2.      Kaji tingkat intensitas dan

frekuensi nyeri.

3.      Jelaskan pada klien penyebab

dari nyeri.

4.      Observasi TTV

5.      Melakukan kolaborasi dengan

tim medis dalam pemberian

analgesic.

1.      Kaji kebutuhan akan

pelayanan kesehatan dan

kebutuhan akan peralatan.

2.      Tentukan tingkat motivasi

pasien dalam melakukan

aktivitas.

3.      Ajarkan dan dukung pasien

dalam latihan ROM aktif dan

pasif.

4.      Kolaborasi dengan tim terapi

fisik atau okupasi.

5.      Hubungan yang baik

membuat klien dan keluarga

kooperatif.

6.      Tingkat intensitas nyeri dan

frekuensi menunjukkan

skala nyeri.

7.      Memberikan penjelasan

akan menambah

pengetahuan klien tentang

nyeri.

8.      Untuk mengetahui

perkembangan klien.

9.      Merupakan tindakan

dependent, perawat dimana

analgesic berfungsi untuk

memblok stimulasi nyeri.

1.      Mengidentifikasi masalah,

memudahkan intervensi.

2.      Mempengaruhi penilaian

terhadap kemampuan

aktivitas apakah

ketidakmampuan atau

ketidakmauan.

3.      Mempertahankan/

meningkatkan kekuatan dan

ketahanan otot.

4.      Sebagai suatu sumber untuk

mengembangkan

perencanaan dan

mempertahankan/

meningkatkan mobilitas

pasien.

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

3.

Kerusakan

integritas jaringan

b/d bedah

perbaikan.

Mencapai

penyembuhan luka

pada waktu yang sesuai

dengan kriteria :

    Luka bersih

1.      Kaji kulit dan identifikasi

pada tahap perkembangan

luka

1.      Mengetahui sejauh mana

perkembangan luka

mempermudah dalam

melakukan tindakan yang

tepat

Tid-Tidak lembab dan tidak kotor-Tidak ada tanda-tanda infeksi

-TTV dalam batas normal

2.       Kaji  lokasi,ukuran,warna,bau,serta jumlah dan tipe cairan luka

3.      Pantau peningkatan suh tubuh

4.      Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik.Balut luka dengan kassa kering dan steril,gunakan polester kertas.

5.      Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi

2.      Mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi

3.      Suhu tubuh yang meningkat dapat didentifikasikan sebagai adanya proses peradangan

4.       Tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi

5.      Antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang bereisiko terjadi infeksi .

1.      Untuk mengetahui sejauh mana

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

Gangguan pola tidur b/d nyeri

Klien dapat istirahat dengan kriteria :-tidur/istirahat diantara gangguan

-melaporkan peningkatan rasa sehat dan merasa dapat istirahat

1.      Kaji tingkat keamanan dan kebutuhan untuk tidur

2.      Jika berkemih sepanjang malam mengganggu,batasi masukan cairan waktu malam

3.      Batasi masukan minuman yang mengandung kafein

4.      Kolaborasi pemberian analgetik

kebutuhan tidur klien sehingga dapat dijadikan acuan untuk intervensi selanjutnya

2.      Dapat mempengaruhi tahap tidur REM

3.      Dapat memperlambat pasien untuk tidur

4.      Obat dapat meningkatkan istirahat/tidur

5.      IMPLEMENTASI DAN EVAALUASI (SOAP)

IMPLEMENTASI

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

NO.

1.

2.

Hari/tgl/jam

Jumat 13/05/201021.20

21.27

22.00

21.45

22.15

22.20

22.30

DIAGNOSA

Nyeri b/d pergeseran fragmen tulang

Gangguan mobilitas fisik b/d cedera jaringan sekitar fraktur

IMPLEMENTASI

1.      Mengkaji  tingkat  nyeri  H / Skala 8 (berat)

2.     

Menjelaskan pada klien penyebab dari nyeri  H / klien mengerti

3.     

Mengobservasi  TTVH /   TD = 130 / 100 mmHg         N   = 80 x/m         S    = 36 C         N   = 20 x/m

4.      Pemberian analgetikH / Ketorolac 1 amp / 8 jam      Ranitidin 1 amp / 8 jam

1.      Mengkaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

akan peralatanH / berhasil

2.     

Menentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktifitasH / klien mampu melakukannya

3.     

Mengajarkan pasiendalam latihan  ROM aktif dan pasiifH / klien mampu mengikutinya

22.45      4. Pemberian terapi fisik dan

         okupasi H/.

3 23.00 Kerusakan intugritas kulit b/d bedah oerbaikan

1.      Mengkaji keadaan kuklit  H/ Keadaan didaerah tibia masih luka

23.10 2.      Mengobservasi balutan luka H/ mengganti verban.

23.11 3.      Merawat luka H/ luka di verban23.25 4.      Penatalaksanaan pemberian obat

antibiotic H/ cefotaxime.4 01.00 Gangguan pola tidur b/d nyeri 1.      Mengkaji tingkat kelemahan dan

kebutuhan untuk tidur H/ kebutuhan tidur klien berkurang .

05.00 2.       Membatasi jum;ah dan panjang waktu tidur jika berlebihan. H/  klien tidur dengan nyenyak.

00.50 3.      Membatasi minum yang mengandung

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

cafein. H/ klien dapat tidur tanpa adanya gangguan.

00.55 4.      Penatalaksanaan pemberian analgetik H/. Ativan 1x/oral

EVALUASI

TGL/jam No EVALUASI (SOAP)14/05/201021.50

1 S: Klien tampak masih nyeri pada daerah tibiaO: Ekspresi wajah tampak meringisA:  Masalah belum teratasiP: tunjukkan intervensi 1,2,3 dan 4.

22.50 2. S: Klien mengatakan pemenuhan kebutuhan sehari-hari     masih dibantu.O: Pemenuhan kebutuhan  klien sebagian dibantu.A: Masalah belum teratasiP: Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4.

00.00 3. S: Klien mengatakan keadaan di sekitar tibia masih luka,.O: Nampak luka pada daerah tibia.A: Masalah belum teratasi.P: Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4.

05.13 4. S:  Klien mengatakan tidak sulit tidur lagiO: Klien tampak segarA: Masalah teratasiP: Pertahankan intervensi

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR.docx

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer Suzanne C, Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. EGC:

Jakarta

Doenges Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC : Jakarta

Price Sylvia, A. 1994. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. EGC:

Jakarta

http://www.fraktur/Fraktur atau patah tulang _ Blog Priyanta.html

http://www./fraktur/fraktur (patah tulang) _ NursingBegin.com.htm

http://www.fraktur/fraktur-tibia-fibula.html