Skabies
-
Upload
selley-kenanga -
Category
Documents
-
view
12 -
download
2
description
Transcript of Skabies
Kista Aterom
Christina Agustin
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Skenario
Seorang laki - laki 35 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan benjolan pada leher
bagian belakang sejak 6 tahun yang lalu. Benjolan awalnya berukuran sekitar 1x1 cm, lalu
semakin membesar, tidak ada keluhan nyeri. Pada status lokalis, didapatkan benjolan
dengan ukuran 3x2 cm pada regio colli posterior, konsistensi kenyal, melekat pada kulit,
tidak dapat digerakkan, berbatas tegas, tidak ada keluhan nyeri tekan.
Pendahuluan
Kulit adalah organ tubuh yangterletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup
manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5m2 dengan berat kira – kira 15% berat badan. Kulit
merupakan organ yang esensial dan vital sertamerupakan cermin kesehatan dan kehidupan.
Kulit dapat mengalami suatu kelainan seperti timbul gatal, bercak, bahkan benjolan yang
dapat menganggu estetika maupun fungsi kulit. Kista aterom merupakan suatu bentuk
kelainan kulit berupa benjolan yang terbentuk dari kelenjar keringat. Kista aterom disebut
juga kista sebacea. Benjolan dari kista aterom berbentuk bulat dan berbatas tegas. Dengan
tindakan bedah berupa ekstirpasi, benjolan dari kista aterom dapat ditiadakan.
Korespondensi : Christina Agustin, Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Krida Wacana 2011, NIM : 102011290, Kelompok F2, Jalan Terusan Arjuna Utara no 6,
Jakarta 11510, Telp : 021-56942061, Fax : 021-5631731, E-mail :
1
Pembahasan
A. Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara yang dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis
penyakit tertentu. Anamnesis memiliki tujuan untuk menentukan diagnosis kemungkinan
sehingga membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, termasuk pemeriksaan
fisik dan penunjang. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-
anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan
pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai.1
Anamnesis yang baik akan terdiri dari:1
1. Identitas
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit dalam keluarga
6. Riwayat pribadi
Riwayat sangat penting dalam langkah awal diagnosis semua penyakit, termasuk pula
penyakit kulit. Sebagaimana biasanya diperlukan riwayat penyakit yang deskriptif dan
kronologis; ditanyakan pula faktor pemberat penyakit dan hasil pengobatan untuk
mengurangi keluhan pasien.1
Dalam penyakit kulit, biasanya keluhan utama pasien adalah seputar gatal, ada bercak,
maupun benjolan. Dalam skenario kali ini, pasien mengeluh adanya benjolan di region colli
posteriornya dan benjolan itu dirasa semakin membesar, maka berdasarkan anamnesis ada
beberapa pertanyaan yang diajukan seputar benjolan pada pasien, antara lain :1
Dimana lokasi benjolannya, Pak ?
Ada tidak benjolan yang sama tetapi timbul di tempat yang lain ?
Sejak kapan timbul benjolan tersebut, Pak ?
Bagaimana bentuk awalnya atau bentuknya saat pertama kali muncul ?
Semakin membesar atau tidak benjolannya, Pak ?
Konsistensi benjolan ? kenyal, lunak, atau keras ?
Adakah nyeri, perubahan suhu, perubahan warna kulit, Pak ?
2
Berbatas tegas atau tidak benjolannya ?
Bagaimana permukaan benjolan ? Terlihat licin atau kasar ?
Apa mengganggu pergerakan atau aktivitas sehari – hari , Pak ?
Setelah dilakukan anamnesis, dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Sebelum
melaksanakan pemeriksaan fisik, hendaknya didahului oleh penjelasan singkat mengenai
pemeriksaan fisik yang akan dilakukan, bagaimana bentuk pemeriksaannya, apa yang nanti
harus dilakukan oleh pasien saat pemeriksaan fisik berlangsung, dan bertujuan untuk
apakah pemeriksaan tersebut, serta meminta informed consent atau permintaan izin kepada
pasien yang menunjukan bahwa pasien tersebut setuju atau tidak untu melakukan
pemeriksaan fisik. Jika pasien setuju, jangan lupa untuk mencuci tangan sebelum dan sudah
pemeriksaan.
B. Gejala Klinis
Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh pasien laki - laki berusia 35 tahun adalah benjolan di
regio colli posterior yang semakin membesar, tidak ada nyeri tekan, konsistensi kenyal,
melekat pada kulit, tidak dapat digerakkan, dan berbatas tegas.
C. Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan fisik dan penunjang.
1. Pemeriksaan fisik
Salah satu pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah memeriksa tanda-tanda vital
yang terdiri dari suhu, tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernapasan. Suhu tubuh
yang normal adalah 36-37oC. Pada pagi hari suhu mendekati 36oC, sedangkan pada
sore hari mendekati 37oC. Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter
dengan angka normalnya 120/80 mmHg. Pemeriksaan nadi biasa dilakukan dengan
melakukan palpasi a. radialis. Frekuensi nadi yang normal adalah sekitar 60-80 kali
permenit. Dalam keadaan normal, frekuensi pernapasan adalah 16-24 kali per
menit.1
3
Pasien dalam scenario tidak diketahui tanda – tanda vitalnya.
Selain memeriksa tanda-tanda vital, pasien juga diperiksa dengan inspeksi dan
palpasi. Inspeksi untuk melihat lokasi benjolan, bentuk benjolan, perubahan warna
kulit, vaskularisasi, permukaan benjolan, batas benjolan, dan muara benjolan
(puncta). Palpasi untuk mengetahui konsistensi benjolan, perubahan suhu tubuh,
nyeri, dan menganggu pergerakan atau tidak. Setelah pemeriksaan fisik, terdapat
beberapa tanda pada pasien. Status lokalis pada regio colli posterior, benjolan
membesar menjadi 3x2 cm. Selain itu benjolan lunak, nyeri tekan (+), batas tegas,
tidak dapat digerakkan, melekat pada kulit, dan suhu raba pasien normal.
2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dalam skenario adalah melakukan
hematologi, CT-scan, dan biopsy histopatologi.2
Nilai normal pada tes darah sebagai berikut:3
- Kadar normal Hb adalah pria dewasa: 13.5-17 g/dl, wanita dewasa: 12-15
g/dl
- Kadar normal Ht adalah pria dewasa: 40-54%, wanita dewasa: 36-46%
- Jumlah normal leukosit adalah dewasa: 4.500-10.000 l
- Jumlah normal trombosit adalah dewasa: 150.000-400.000
Hasil pemeriksaan penunjang pasien ini adalah ditemukan benjolan yang
disebabkan karena tersumbatnya muara kelenjar sebacea. Benjolan berisi material
semi padat yaitu sel – sel sisa epidermal dan kristal – kristal kolseterol.2
Gambar 1. Teknik Biopsi (a)
Insisi (b) Eksisi.2
4
D. Working Diagnosis
Kista Aterom
Kista aterom adalah suatu gelembung atau benjolan berbentuk bulat dengan dinding
yang tipis yang berisi cairan setengah padat, dan biasanya jinak. Kista aterom
berbatas tegas dan melekat ke dermis bebas dari dasar. Dinamakan kista aterom
karena benjolan yang terbentuk berasal dari muara kelenjar sebacea yang tersumbat.
Tersumbatnya kelenjar sebacea ini bisa disebabkan oleh adanya trauma, acne, atau
infeksi. Yang khas pada kista ini adalah suatu bintik (puncta) di puncak penonjolan
yang merupakan muara kelenjar yang tersumbat.4-6
Kista berisi material semi padat seperti bubur bewarna putih atau abu – abu, yaitu
berisi sel-sel debris epidermis dan kristal-kristal kolesterol. Kista aterom
mempunyai tempat predileksi atau tempat dimana kista ini biasa muncul, yaitu di
daerah dengan banyak kelenjar sebacea, seperti muka, kepala, punggung, daerah
belakang telinga, leher, dan daerah genital (scrotum dan vulva). Kista aterom dapat
mengalami infeksi sekunder. Jika kista terinfeksi, akan berwarna merah terang.4-6
Pathogenesis dari kista aterom dimulai dari sekret kelenjar keringat yaitu sebum dan
sel-sel mati tertimbun dan berkumpul dalam kantung kelenjar. Berbentuk lonjong
sampai bulat, lunak-kenyal, berbatas tegas, berdinding tipis, tidak terfiksir ke dasar,
umumnya tidak nyeri, tetapi melekat pada dermis di atasnya. Kemudian semakin
lama semakin membesar dan terlihat sebagai massa tumor. Daerah muara yang
tersumbat merupakan tanda khas yang disebut puncta.4-6
Penatalaksanaan kista ateroma dilakukan dengan mengambil benjolan dengan
menyertakan kulit dan isinya. Tujuannya ekstirpasi seluruh kapsula hingga bersih
agar tidak residif. Irisan berbentuk ellips agar tidak terkena puncta untuk mencegah
residif. Bila dinding kista tertinggal saat eksisi, kista dapat kambuh, oleh karena itu,
harus dipastikan seluruh dinding kista telah terangkat. Eksisi bedah dari kista
ateroma adalah prosedur sederhana untuk menghapus kantung dan isinya. Teknik
eksisi total bedah menghapus seluruh kista dan mencegah kekambuhan. Jika terjadi
infeksi sekunder dan terbentuk abses maka akan dilakukan pembedahan dan
5
evakuasi nanah. Pada umumnya, penderita kista ateroma akan diberikan antibotik
selama kurang lebih 2 minggu. Setelah 3-6 bulan, dapat dilakukan operasi.4-6
E. Differential Diagnosis
Kista Epidermoid
Kista epidermoid atau kista epidermal adalah bentuk kista yang paling sering
terjadi, berasal dari proliferasi sel – sel epidermis dan berisi keratin. Tidak ada
predileksi menurut ras, namun kista epidermal lebih banyak dialami oleh individu
dengan kulit gelap. Kista epidermal lebih banyak dua kali ditemukan pada pasien
pria dibanding dengan pasien wanita. Kista epidermal dapat terjadi di usia
kapanpun. Kista epidermal kecil yang disebut dengan millia umum ditemukan di
neonatus.2,4-6
Kista epidermal terbentuk dari beberapa mekanisme. Kista dapat diakibatkan
sekuestrasi dari sisa epidermal selama kehidupan embrionik, oklusi dari unit
pilosebaseus, trauma atau implantasi bedah dengan elemen epitelial. oklusi kelenjar
ekrin dapat menjadi faktor tambahan perkembangan kista epidermal. Kista
epidermoid adalah kumpulan material seperti keratin, biasanya putih, licin, mudah
digerakkan, dan cheesy di dalam dinding kista. Secara klinis, kista epidermal
muncul sebagai nodul bulat, keras berwarna daging. Kista epidermal merupakan
tumor jinak yang tidak perlu dihilangkan kecuali mengganggu secara kosmetik atau
terinfeksi.2,4-6
Pada pemeriksaan histopatologi, kista epidermal dibatasi dengan epitel skuamosa
berlapis yang mengandung lapisan granuler. Keratin terlaminisasi ditemukan dalam
kista. Respon inflamasi dapat ditemukan pada kista yang ruptur. Kista yang sudah
tua dapat terkalsifikasi. Kista dermoid dan epidermoid adalah choristoma timbul
dari permukaan ektoderm yang terjebak pada lipatan embriogenik. Kista epidermoid
hanya dibatasi oleh epitel squamous yang berhubungan dengan keratin, sedangkan
kista dermoid dibatasi oleh epitel squamous dan dermis dengan rambut, kelenjar
6
sebasea dan keratin. Komplikasi kista epidermal, kista dapat meradang atau
mungkin pecah, menyebabkan rasa nyeri akibat respon inflamasi.2,4-6
Kista Dermoid
Kista dermoid merupakan suatu choristoma yang bersifat kongenital dilapisi oleh
keratinizing epidermis dengan struktur dermis di dalamnya, seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Kista dermoid berdinding tebal, bebas dari
kulit, melekat pada dasar, dan berisi seperti minyak yaitu cairan sebasea, keratin,
kalsium, dan kristal kolesterol. Sekitar 10-50% kista dermoid merupakan kista
dermoid orbital. Pada suatu survei histopatologis dilaporkan terdapat 307 kasus
tumor orbita, 35% merupakan kista dermoid. Selain itu, pada survei yang dilakukan
oleh Shield terhadap 645 biopsi orbita pada semua usia, 24% merupakan kista
dermoid dimana 250 anak dibawah usia 18 tahun, 46% merupakan kista dermoid.4-6
Kista dermoid biasanya ditemukan pada beberapa tahun pertama kehidupan. Akan
tetapi, kista dermoid yang profunda dapat tidak terdiagnosis pada beberapa tahun
kehidupan dan biasanya akan didiagnosis pertama kali pada usia dewasa. Kista
dermoid orbital paling banyak ditemui di bagian superolateral dengan sutura
frontozygomatic sebagai tempat perlengketannya, di daerah fusi embryonal kulit
sulkus zygomatikus pada muka, pangkal hidung, abdomen pada ovarium dan
punggung raphe median perineum/scrotu, serta jarang ditemukan pada daerah
superonasal. Kista dermoid ditemukan berupa massa berbentuk oval, membesar
perlahan, teraba lunak, dan tidak nyeri. Namun bisa juga ditemukan kista dermoid
dengan pergeseran bola mata dan proptosis non-aksial, biasanya ditemukan pada
kista dermoid tipe profunda.4-6
Diagnosis pasti kista dermoid dengan pemeriksaan histopatologi. Secara histologi,
kista dermoid berisi desquamated squamous epithelium dan keratin di lumennya dan
dibatasi oleh keratinized stratified squamous epithelium. Kunci untuk mendiagnosis
kista dermoid adalah adanya struktur-struktur adneksa seperti kelenjar sebasea.
7
Akar rambut, kelenjar keringat apokrin dan kelenjar lakrimal dapat juga ditemukan
di dinding kista. Selain itu, lumen juga dapat berisi hair shaft dan keratin.4-6
Penatalaksanaan untuk kista dermoid adalah ekstirpasi kista dengan mengangkat
seluruh kista beserta kapsulnya. Kista dermoid yang sering ditemukan pada anak-
anak adalah kista dermoid tipe superfisial sehingga dilakukan ekstirpasi di lipatan
palpebra superior untuk mengurangi terlihatnya luka bekas ekstirpasi atau langsung
diatas lesi. Selama proses pembedahan, dinding kista dijaga sebaik mungkin agar
tetap utuh karena dinding dan isi kista bersifat iritatif sehingga apabila kista ruptur
pada saat pengangkatan akan menyebabkan terjadinya proses peradangan pada
jaringan orbita sekitarnya.4-6
Limpoma
Lipoma merupakan tumor jinak jaringan lemak. Tumor ini dapat soliter atau
multipel, massa lunak, dan tidak nyeri. Lipoma tersusun dalam bentuk lobulus yang
dipisahkan oleh sekat jaringan fibrosa, terbungkus dalam kapsul tipis, mobile, dan
dapat digerakkan dari dasar. Adanya cekungan (dumpling) karena tarikan jaringan
fibrotrabekula sehingga kulit di atasnya seperti kulit jeruk. Walaupun kadang-
kadang tumbuh cepat, namun tumor ini tetap tetap jinak. Lesinya lunak tanpa nyeri.
Secara makroskopik, lipoma terdiri dari jaringan lemak dewasa yang tergabung
dalam lobulus, dikelilingi dengan jaringan ikat.4-6
F. Etiologi
Sumbatan pada muara kelenjar sebacea, dapat disebabkan oleh infeksi, trauma
(luka/benturan), atau jerawat.4-6
G. Epidemiologi
Banyak dijumpai di kulit yang banyak mengandung kelenjar keringat, misalnya di wajah,
telinga leher, punggung, telapak kai, skrotum, vulva.4-6
8
H. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik penyakit ini menyerupai penyakit yang setipe, seperti kista epidermoid
dan kista dermoid. Gambaran klinisnya adalah sebagai berikut :4-6
Bentuk bulat, berdinding tipis
Melekat ke dermis bebas dari dasar
Konsistensi lunak
Berisi bubur eksudat putih atau abu – abu yang berisi sel – sel debris epidermis dan
kristal – kristal kolesterol.
Mempunyai puncta
Puncta adalah daerah muara yang tersumbat dan bewarna hitam.
I. Patogenesis
Ada baiknya patogenesis kista aterom dipandang dalam fase-fase yang saling berhubungan
untuk mempermudah kita mengenalinya. Fase – fase tersebut antara lain :4-6
1. Sekret kelenjar keringat
Dimulai dari sekret kelenjar keringat yaitu sebum dan sel – sel mati tertimbun dan
berkumpul dalam kantung kelenjar.
2. Perubahan bentuk
Sekret kelenjar keringat yang terkumpul dalam kantung kelenjar mengalami
perubahan bentuk menjadi bulat dengan konsistensi lunak-kenyal, memiliki batas
yang tegas, mempunyai dinding yang tipis, tidak terfiksir ke dasar, dan pada
umumnya tidak nyeri tetapi melekat pada dermis di atasnya.
3. Massa tumor
Setelah mengalami perubahan bentuk semakin lama semakin membesar dan terlihat
sebagai massa tumor. Pada fase ini terlihat yang dari kista aterom yaitu puncta.
Puncta merupakan puncak penonjolan dan muara yang tersumbat serta memiliki
warna hitam.
9
J. Komplikasi
Komplikasi kista aterom dapat terjadi infeksi sekunder. Jika terjadi infeksi sekunder dan
terbentuk abses maka akan dilakukan pembedahan dan evakuasi nanah. Bisa dilakukan
insisi dan drainage kemudian pada umumnya, penderita kista ateroma akan diberikan
antibotik selama kurang lebih 2 minggu. Setelah 3-6 bulan, dapat dilakukan operasi dengan
mengangkat dindingnya.4-6
K. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Non-Medika Mentosa
Sebaiknya tidak dipecahkan atau digaruk dan menjaga kebersihan diri.4-6
Penatalaksanaan Medika Mentosa
Penatalaksanaan kista ateroma dilakukan tindakan bedah minor yaitu mengambil
benjolan dengan menyertakan kulit dan isinya. Tujuannya untuk mengangkat
seluruh bagian kista hingga ke dindingnya secara utuh. Bila dinding kista tertinggal
saat eksisi, kista dapat kambuh, oleh karena itu, harus dipastikan seluruh dinding
kista telah terangkat. Ekstirpasi total dengan eksisi, bila ada tanda radang diberikan
antibiotik.4-6
L. Pencegahan
Pencegahan untuk kista aterom sampai saat ini belum ada.4-6
M. Prognosis
Prognosis untuk kista aterom baik setelah mengalami tindakan medika mentosa. Bila eksisi
dilakukan secara komplit, maka hasilnya bersifat kuratif dan sangat jarang mengalami
rekurensi.4-6
10
Penutup
Seorang yang datang dengan keluhan seperti scenario diatas, menurut saya adalah salah
satu penderita kista aterom. Kista aterom adalah penyakit yang berasal dari akne yang
tersumbat muara kelenjarnya dan berisi sel-sel debris epidermis dan kristal-kristal
kolesterol. Bentuknya bulat atau lonjong, biasanya lunak, berdinding tipis batas tegas
letaknya subkutan, sedikit menonjol. Yang khas pada kista ini adalah kadang-kadang dapat
dijumpai suatu bintik pada puncak penonjolan kista pada kulit yang merupakan muara
kelenjar yang tersumbat. Pada palpasi, teraba lekukan, konsistensi tumor kistik, dapat
digerakkan dari dasar tetapi melekat pada dermis di atasnya dan tidak nyeri tekan.
Ditemukan di daerah yang mengandung kelenjar sebasea. Daerah predileksinya adalah
kepala, wajah, telinga, leher, dan punggung.4-6
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jakarta : InternaPublishing;2009.h.25-7.
2. Brown RG, Burns T. Dermatology. Edisi ke-8. Jakarta : Erlangga;2005.h.14-6,90-5.
3. Kee JL. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. Edisi ke-6. Jakarta :
EGC; 2008.h.22-25.
4. Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke- 2. Jakarta :
EGC;2004.h.319-322.
5. Djuanda A. Tumor Kulit Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-4. Jakarta :
EGC;2005.h.91-9.
6. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari prinsip – prinsip bedah. Edisi ke-6. Jakarta :
EGC;2003.h.219-222.
11