skabies

21
BAB II TINAJUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu: personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah, 2003). Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku,dan kebersihan genitalia (Badri, 2008). Banyak manfaat yang dapat di petik dengan merawat kebersihan diri, memperbaiki kebersihan diri, mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan keindahan (Wartonah, 2003). Menurut Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan unutk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Universitas Sumatera Utara

description

tinjauan pustaka

Transcript of skabies

Page 1: skabies

BAB II TINAJUAN PUSTAKA

2.1. Personal Hygiene

Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu: personal yang artinya

perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan

untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan

psikis (Tarwoto & Wartonah, 2003).

Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan

kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan

memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan

tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku,dan kebersihan genitalia

(Badri, 2008).

Banyak manfaat yang dapat di petik dengan merawat kebersihan diri,

memperbaiki kebersihan diri, mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri

dan menciptakan keindahan (Wartonah, 2003).

Menurut Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan unutk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,

kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan

perawatan kebersihan untuk dirinya.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: skabies

Usaha kesehatan pribadi adalah : daya upaya dari seorang demi seorang untuk

memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri ( Entjang, 2000)

Usaha – usaha itu adalah :

a.Kebersihan Kulit

Kebersihan individu yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan

berbagai dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering dialami

seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit (Wartonah,

2003)

Kulit yang pertama kali menerima rangsangan seperti rangsangan sentuhan,

rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari luar. Kulit berfungsi untuk melindungi

permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-kotoran

tertentu. Kulit juga penting bagi produksi vitamin D oleh tubuh yang berasal dari

sinar ultraviolet. Mengingat pentingnya kulit sebagai pelindung organ-organ tubuh

didalammnya, maka kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakit kulit dapat disebabkan

oleh jamur, virus, kuman, parasit hewani dan lain-lain. Salah satu penyakit kulit yang

disebabkan oleh parasit adalah Skabies ( DJuanda, 2000).

Sabun dan air adalah hal yang penting untuk mempertahankan kebersihan

kulit. Mandi yang baik adalah : 1). Satu sampai dua kali sehari, khususnya di daerah

tropis. 2). Bagi yang terlibat dalam kegiatan olah raga atau pekerjaan lain yang

mengeluarkan banyak keringat dianjurkan untuk segera mandi setelah selesai

kegiatan tersebut. 3). Gunakan sabun yang lembut. Germicidal atau sabun antiseptik

tidak dianjurkan untuk mandi sehari-hari. 4). Bersihkan anus dan genitalia dengan

baik karena pada kondisi tidak bersih, sekresi normal dari anus dan genitalia akan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: skabies

menyebabkan iritasi dan infeksi. 5). Bersihkan badan dengan air setelah memakai

sabun dan handuk yang tidak sama dengan orang lain (Webhealthcenter, 2006).

b.Kebersihan tangan dan kuku

Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan

tangan untuk makan, mempersiapkan makanan, bekerja dan lain sebagainya. Bagi

penderita skabies akan sangat mudah penyebaran penyakit ke wilayah tubuh yang

lain. Oleh karena itu, butuh perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku

sebelum dan sesudah beraktivitas. 1). Cuci tangan sebelum dan sesudah makan,

setelah ke kamar mandi dengan menggunakan sabun. Menyabuni dan mencuci harus

meliputi area antara jari tangan, kuku dan punggung tangan.2). Handuk yang

digunakan untuk mengeringkan tangan sebaiknya dicuci dan diganti setiap hari. 3).

Jangan menggaruk atau menyentuh bagian tubuh seperti telinga, hidung, dan lain-lain

saat menyiapkan makanan. 4). Pelihara kuku agar tetap pendek, jangan memotong

kuku terlalu pendek sehingga mengenai pinch kulit (Webhealthcenter, 2006).

c. Kebersihan Genitalia

Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak kaum

remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya akibat garukan,

apalagi seorang anak tersebut sudah mengalami skabies diarea terterntu maka

garukan di area genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit skabies, karena

area genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Salah satu

contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga, misalnya bagaimana orang tua

mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak cebok harus

dibasuh dengan air bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang bukan belakang

Universitas Sumatera Utara

Page 4: skabies

ke depan. Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan lebih mudah terkena

infeksi. Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur) akan masuk ke dalam alat

genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan ilmunya sejak dini. Kebersihan genital lain,

selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu pemakaian celana dalam. Apabila ia

mengenakan celana pun, pastikan celananya dalam keadaan kering. Bila alat

reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan

pertumbuhan jamur. Oleh karena itu seringlah menganti celana dalam (Safitri, 2008).

2.1.1. Kebutuhan Personal Hygiene

Dalam kehidupan sehari- hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting

dalam dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan

psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh individu dan

kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang di perhatikan.

Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele,

padahal jika hal tersebut di biarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara

umum ( Tarwoto & Wartonah, 2003).

2.1.2. Kebersihan diri

Kebersihan diri merupakan factor penting dalam usaha pemeliharaan

kesehatan, agar kita selalu dapat hidup sehat. Menjaga kebersihan diri berarti juga

menjaga kesehatan umum. Cara menjaga kebersihan diri dapat dilakukan sebagai

berikut :

a) Mandi setiap hari minimal 2 kali sehari secara teratur dengan

menggunakan sabun, muka harus bersih, telinga juga harus dibersihkan

serta bagian genitalia.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: skabies

b) Tangan harus dicuci sebelum menyiapkan makanan dan minuman,

sebelum makan, sesudah buang air besar atau buang air kecil.

c) Kuku digunting pendek dan bersih, agar tak melukai kulit atau menjadi

sumber infeksi.

d) Pakaian perlu diganti sehabis mandi dengan pakaian yang habis dicuci

bersih dengan sabun/ detergen, dijemur di bawah sinar matahari dan di

setrika (Wolf, 2000)

2.2 Penyakit Kulit Infeksi

Penyakit kulit infeksi adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh karena

parasit,contoh penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit yaitu Skabies, Pedikulosis,

Creeping Eruption (Arif, M, dkk, 2000)

2.2.1 Pengertian Skabies

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes

scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan

hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis. Penyakit skabies

sering disebut kutu badan. Penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia,

dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Skabies mudah menyebar baik secara

langsung atau melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak

langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah

dipergunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau

sarcoptesnya. Skabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti disela-sela

jari, siku, selangkangan. Skabies identik dengan penyakit anak pondok pesantren,

penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terajaga, sanitasi yang buruk,

Universitas Sumatera Utara

Page 6: skabies

kurang gizi dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari

secara langsung. Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu komunitas

yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak

dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang

skabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah

tertular kembali penyakit skabies (Yosefw, 2007).

2.2.2 Etiologi

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina,

superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Secara

morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan

bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih, kotor, dan tidak bermata.

Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron,

sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron.

Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat

untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,

sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan

keempat berakhir dengan alat perekat.

Gambar 1.Sarcoptes Scabiei

Universitas Sumatera Utara

Page 7: skabies

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang

terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam

terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali

terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan

sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 .

Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan

menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3

pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.

Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan

betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk

dewasa memerlukan waktu antara 8 – 12 hari (Handoko, 2001).

2.2.3 Patogenesis.

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh

penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi

kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang

terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan

waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis

dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,

ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas

dari lokasi tungau (Handoko,2001)

2.2.4 Cara Penularan.

Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak

langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung yang saling bersentuhan atau

Universitas Sumatera Utara

Page 8: skabies

dapat pula melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan

penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan

orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan, bahwa skabies dapat ditularkan

melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama (Brown, 1999).

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan

lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu

tempat yang relative sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak

kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam

melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan

kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air

bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita

jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada

(Benneth, 1997).

Penularan skabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur

yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas

asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh

masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak

langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum

yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk (Meyer, 2000).

2.2.5 Gejala Klinis Skabies

a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena

aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: skabies

b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah

keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula

dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, serta kehidupan di

pondok pesantren, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang

oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh

anggota keluarganya terkena, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini

bersifat sebagai pembawa (carrier).

c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang

bewarna putih keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata

panjang satu cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel.

Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul,

ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan

tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan,

pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola

mame (wanita), umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria), dan perut

bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak

kaki.

d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik dapat

ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

e. Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada

kulit yang umumnya muncul disela-sela jari, siku, selangkangan dan

lipatan paha, dan muncul gelembung berair pada kulit (Mawali,2000).

Universitas Sumatera Utara

Page 10: skabies

Gambar 2. Ruam Pada Skabies

2.2.6 Klasifikasi Skabies

Adapun bentuk-bentuk khusus skabies yang sering terjadi pada manusia

adalah sebagai berikut :(a). Skabies pada orang bersih yang merupakan skabies pada

orang dengan tingkat kebersihannya cukup, bisa salah didiagnosis karena kutu

biasanya hilang akibat mandi secara teratur. (b). Skabies pada bayi dan anak lesi

skabies yang mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan,

telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga

terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka. (c). Skabies yang

ditularkan oleh hewan dapat menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan

erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa

Universitas Sumatera Utara

Page 11: skabies

gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat

kontak, dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-

bersih.(d). Skabies Nodular terjadi akibat reaksi hipersensitivitas. Tempat yang sering

dikenai adalah genitalia pria, lipatan paha, dan aksila. Lesi ini dapat menetap

beberapa minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah

mendapat pengobatan anti skabies. (e).Skabies Inkognito, obat steroid topikal atau

sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies, sementara infestasi tetap ada.

Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topikal yang lama dapat pula menyebabkan

lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respons

imun selular. (f). Skabies terbaring di tempat tidur merupakan penderita penyakit

kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat menderita

skabies yang lesinya terbatas. (g). Skabies krustosa ( Norwegian Scabies), lesinya

berupa gambaran eritodermi, yang disertai skuama generalisata, eritema, dan distrofi

kuku. Krusta terdapat banyak sekali, dimana krusta ini melindungi sarcoptes scabiei

di bawahnya. Bentuk ini mudah menular karena populasi sarcoptes scabiei sangat

tinggi dan gatal tidak menonjol. Bentuk ini sering salah didiagnosis, malahan kadang

diagnosisnya baru dapat ditegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke

orang banyak. Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita retardasi

mental (Down’s syndrome), sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan tabes

dorsalis), penderita penyakit sistemik yang berat (leukemia dan diabetes), dan

penderita imunosupresif (Emier, 2007).

2.2.7 Pengobatan Skabies

Pengobatan skabies dapat dilakukan dengan delousing yakni shower dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 12: skabies

air yang telah dilarutkan bubuk DDT (Diclhoro Diphenyl Trichloroetan). Pengobatan

lain adalah dengan mengolesi salep yang mempunyai daya miticid baik dari zat kimia

organic maupun non organic pada bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan dan

didiamkan selama 10 jam. Alternatif lain adalah mandi dengan sabun sulfur/belerang

karena kandungan pada sulfur bersifat antiseptik dan antiparasit, tetapi pemakaian

sabun sulfur tidak boleh berlebihan karena membuat kulit menjadi kering.

Pengobatan skabies harus dilakukan secara serentak pada daerah yang terserang

skabies agar tidak tertular kembali penyakit skabies (Sadana, 2007).

2.2. 8 Prognosis.

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat

pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan

memberikan prognosis yang baik (Harahap, 2000 ).

2.3 Lingkungan

Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan

berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan dengan cara

membersihkan jendela dan perabot santri, menyapu dan mengepel lantai, mencuci

peralatan makan, membersihkan kamar, serta membuang sampah. Kebersihan

lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan halaman dan selokan, dan

membersihkan jalan di depan asrama dari sampah (Ponpes, 2008).

Penularan penyakit skabies terjadi bila kebersihan pribadi dan kebersihan

lingkungan tidak terjaga dengan baik. Faktanya, sebagian pesantren tumbuh dalam

lingkungan yang kumuh, tempat mandi dan WC yang kotor, lingkungan yang lembab,

dan sanitasi buruk (Badri, 2008). Ditambah lagi dengan perilaku tidak sehat, seperti

Universitas Sumatera Utara

Page 13: skabies

menggantung pakaian di kamar, tidak dibawah terik matahari, dan saling bertukar

pakai benda pribadi, seperti sisir dan handuk (Depkes, 2007)

2.4 Hygiene dan Sanitasi Lingkungan

Hygiene dan sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik,

biologi,social, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana

lingkungan yang berguna di tingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan

diperbaiki atau dihilangkan. Usaha dalam hygiene dan sanitasi lingkungan di

Indonesia terutama meliputi :

a. Menyediakan air rumah tangga yang baik, cukup kualitas maupun

kwantitasnya.

b. Mengatur pembuangan kotoran, sampah dan air limbah

c. Mendirikan rumah-rumah sehat, menambah jumlah rumah agar rumah-

rumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat.

d. Pembasmian binatang-binatang penyebar penyakit seperti : lalat, nyamuk

(Entjang, 2000)

Istilah Hygiene dan sanitasi mempunyai tujuan yang sama, yaitu

mengusahakan cara hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit, tetapi dalam

penerapannya mempunyai arti yang sedikit berbeda. Usaha sanitasi lebih menitik

beratkan pada factor lingkungan hidup manusia, sementara hygiene lebih menitik

beratkan pada usaha-usaha kebersihan perorangan (Kusnoputranto, 1986).

Sanitasi dasar lingkungan merupakan hal yang harus diperhatikan. Oleh

karena itu untuk mencapai kemampuan hidup sehat di masyarkat, maka hal-hal yang

perlu diperhatikan adalah :

Universitas Sumatera Utara

Page 14: skabies

a.Penyediaan air Bersih

Air merupkakan suatu sarana untuk menigkatkan derajat kesehatan

masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan

penyakit (Slamet, 1996). Untuk itu penyediaan air bersih harus memenuhi

persyaratan seperti :

a. Syarat Fisik : Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening,

tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.

b. Syarat Bakteriologis : Air merupakan keperluan yang sehat yang harus bebas

dari segala bakteri, terutama bakteri patogen.

c. Syarat Kimia : Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu

dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat

kimia didalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia

(Notoatmodjo, 2003).

Air sangat erat hubungannya dengan kehidupan dan merupakan salah satu

bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Sumber air yang

banyak dipergunakan oleh ,masyarakat adalah air permukaan (air sungai, danau,

rawa, dan sebagainya). Apabila tidak diperhatikan, maka air dari sumber tersebut

diatas dapat mengganggu kesehatan manusia. Untuk mencegah timbulnya penyakit

yang dapat ditularkan melalui air, maka air yang dipergunakan terutama untuk air

minum harus memenuhi syarat-syarat kesehatan. (Depkes RI, 1993).

Universitas Sumatera Utara

Page 15: skabies

b.Jamban

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan

mengumpukan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, dan tidak menjadi

penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman ( Dirjen

P2M & PL, 1998).

Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan terjadinya berbagai

penyakit seperti diare, cholera, dysentri, ascariasis, dan sebagainya.kotoran manusia

merupakan buangan padat, selain menimbulkan bau, mengotori lingkungan juga

merupakan media penularan penyakit pada masyarakat. Perjalanan agen penyebab

penyakit melalui cara transmisi seperti dari tangan, maupun dari peralatan yang

terkontaminasi ataupun melalui mata rantai lainnya. Dimana memungkinkan tinja

atau kotoran yang mengandung agent penyebab infeksi masuk melalui saluran

pernafasan.

c.Pengelolaan Sampah

Sampah ialah suatu bahan/ benda yang terjadi karena berhubungan dengan

aktfitas manusia yang tidak terpakai lagi, tidak disenangi dan dibuang dengan cara-

cara saniter kecuali bungan yang berasal dari tubuh manusia (Kusnoputranto, 2000)

Mengingat efek dari sampah terhadap kesehatan maka pengelolaan sampah

harus memenuhi criteria sebagai berikut :

1. Tersedia tempat sampah yang dilengkapi dengan penutup

2. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat, permukaan bagian

dalam rata dan dilengkapi dengan penutup

3. Tempat sampah dikosongkan setiap 1 x 24 jam atau 2/3 bagian telah terisi penuh

Universitas Sumatera Utara

Page 16: skabies

4. Jumlah dan volume sampah disesuaikan dengan sampah yang dihasilkan sertiap

kegiatan. Tempat sampah harus disediakan minimal 1 buah untuk setiap radius 10

meter, dan tiap jarak 20 meter pada ruang terbuka dan tunggu

5. Tersedianya tempat pembuangan sampah semetara yang mudah dikosongkan, tidak

terbuat dari beton permanen, terletak dilokasi yang terjangkau kendaraan pengangkut

sampah dan harus dikosongkan sekurang-kurangnya 3 x 24 jam.

d.Pengelolaan Air Limbah

Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industry

dan pada umumya mengandung bahan atau zat yang membahayakan. Sesuai dengan

zat yang terkandung didalam air limbah, maka limbah yang tidak diolah terlebih

dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup

antara lain limbah sebagai media penyebaran penyakit (Notoadmodjo, 2003).

Saluran pembuangan air limbah yang tidak mengalir lancar, dengan bentuk SPAL

tidak tertutup dibanyak tempat, sehingga air limbah menggenang ditempat terbuka.

Keadaan ini berpotensi sebagai tempat berkembang biak vector dan bernilai negative

dari aspek estetika (Soejadi, 2003).

2.5 Kondisi Fisik Rumah

2.5.1. Ventilasi

Ventilasi adalah sarana untuk memelihara kondisi atmosfer yang menyenangkan

dan menyehatkan bagi manusia. Suatu ruangan yang terlalu padat penghuninya dapat

memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan pada penghuni tersebut, untuk

itu pengaturan sirkulasi udara sangat diperlukan (Chandra, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 17: skabies

Lubang penghawaan pada bangunan harus dapat menjamin pergantian udara

didalam kamar/ruang dengan baik. Luas lubang penghawaan yang dipersyaratkan

minimal 20% dari luas lantai (Soejadi,2003).

2.5.2 Kelembaban

Kelembaban sangat berperan penting dalam pertumbuhan kuman

penyakit.Kelembaban yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai oleh kuman

untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan yang lembab dapat mendukung

terjadinya penularan penyakit (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.829 tentang persyaratan kesehatan

rumah dari aspek kelembaban udara ruang, dpersyaratkan ruangan mempunyai

tingkat kelembaban udara yang diperbolehakan antara 40-70%.

Tingkat kelembaban yang tidak memenuhi syarat ditambah dengan prilaku tidak

sehat, misalnya dengan penempatan yang tidak tepat pada berbagai barang dan baju,

handuk, sarung yang tidak tertata rapi, serta kepadatan hunian ruangan ikur berperan

dalam penularan penyakit berbasis lingkungan seperti scabies (memudahkan tungau

Sarcoptes Scabiei berpindah dari reservoir ke barang sekitarnya hingga mencapai

pejamu baru (Soedjadi, 2003).

2.5.3. Pencahayaan

Salah satu syarat rumah sehat adalah tersedianya cahaya yang cukup, karena

suatu rumah yang tidak mempunyai cahaya selain dapat menimbulkan perasaan

kurang nyaman, juga dapat menimbulkan penyakit (Prabu, 2009).

Menurut Sukini (1989), sinar matahari berperan secara langsung dalam

mematikan bakteri dan mikroorganisme lain yang terdapat dilingkungan rumah,

Universitas Sumatera Utara

Page 18: skabies

khususnya sinar matahari pagi yang dapat menghambat perkembangbiakan bakteri

patogen. Dengan demikian sinar matahari sangat diperlukan didalam ruangan rumah

terutama ruangan tidur.

Pencahayaan alami dan / atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat

menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan

(Kepmenkes RI,1999).

2.5.4. Kepadatan Penghuni

Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah bakteri penyebab

penyakit menular.Selain itu kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara

didalam rumah. Dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat

udara dalam rumah mengalami pencemaran oleh karena CO2 dalam rumah akan

cepat meningkat dan akan menurunkan kadar O2 yang diudara (Sukini, 1989).

Tingkat kepadatan penghuni di ponpes cenderung padat namun dalam batas

toleransi persyaratan.Kepadatan hunian merupakan syarat mutlak untuk kesehatan

rumah pemondokan termasuk ponpes, karena dengan kepadatan hunian yang tinggi

terutama pada kamar tidur memudahkan penularan berbagai penyakit secara kontak

dari satu santri kepada santri lainnya (Soejadi, 2003).

Menurut Kepmenkes RI (1999), kepadatan dapat dilihat dari :

Kepadatan hunian runag tidur : Luas ruangan tidur minimal 8 m2 dan tidak

dianjurkan lebih dari dua orang dalam satu ruangan tidur, kecuali anak dibawah usia

5 tahun.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: skabies

2.6. Pesantren

Pesantren adalah tempat mengaji, belajar`agama islam. Suatu lembaga

pendidikan islam dikatakan pesantren apabila terdiri dari unsure-unsur

Kyai/Syekh/Ustadz yang mendidik serta mengajar, ada santri yang belajar, ada

mesjid/ musalla dan ada pondok/asrama tempat para santri bertempat tinggal. Asrama

adalah rumah pemondokan yang ditempati oleh santri-santri, pegawai dan sebagainya

yang digunakan sebagai tempat untuk berlindung, beristirahat, dan sebagai tempat

bergaul antar sesama teman (Dariansyah, 2006)

Universitas Sumatera Utara

Page 20: skabies

2.7. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Personal Hygiene Santri

1. Kebersihan Kulit 2. Kebersihan Tangan

dan Kuku. 3. Kebersihan

Genitalia. 4. Kebersihan

Pakaian 5. Kebersihan

Handuk 6. Kebersihan Tempat

Tidur dan Sprei

Kejadian Penyakit Kulit Infeksi Skabies

Sanitasi Lingkungan Pesantren

1. Kelembaban 2. Ventilasi 3. Pencahayaan 4. Kepadatan Hunian

Ruangan Tidur 5. Sarana Air Bersih 6. Sarana

Pembuangan Limbah

7. Sarana Pembuangan Kotoran

8. Sarana Pembuangan Sampah

Kepemenkes RI/Non.829/Menkes/SK/VII/1999

Universitas Sumatera Utara

Page 21: skabies

2.8. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian

sebagai berikut :

1. Ada hubungan kebersihan kulit dengan kejadian penyakit kulit infeksi scabies

pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

2. Ada hubungan Kebersihan tangan dan kuku dengan kejadian penyakit kulit

infeksi scabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

3. Ada hubungan kebersihan genitalia dengan kejadian penyakit kulit infeksi

scabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

4. Ada Hubungan Kebersihan Pakaian dengan kejadian penyakit kulit infeksi

pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

5. Ada hubungan Kebersihan handuk dengan kejadian penyakit kulit infeksi

scabies pada Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru

6. Ada hubungan kebersihan tempat tidur dan sprei dengan kejadian penyakit

kulit infeksi scabies pada Pesantren Darel Hikmah kota Pekanbaru

Universitas Sumatera Utara