SKA - Sintesis Zeolit-A Dari Kaleng Soda Dan Abu Sekam Padi 1.1
-
Upload
cassandramills -
Category
Documents
-
view
70 -
download
6
description
Transcript of SKA - Sintesis Zeolit-A Dari Kaleng Soda Dan Abu Sekam Padi 1.1
SISNTESIS ZEOLIT-A DARI KALENG SODA DAN ABU SEKAM
PADI
Makalah Ilmiah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sintesis Kimia Anorganik
Oleh
Ekrima Astari
3325101439
Program Studi Kimia
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dengan komoditas utama berupa padi. Dari
panen padi dihasilkan produk bulir beras dan sekam padi. Sekam padi merupakan
lapisan keras yang membungkus kariopsis butir gabah, terdiri atas dua belahan yang
disebut lemma dan palea yang saling bertautan (Aina, 2007: 2). Sekitar 20 % dari bobot
padi adalah sekam padi (Hara, 1986: 98) dan 15 % berat abu akan diperoleh dari total
berat sekam padi yang dibakar (Chen et al, 1991).
Biasanya butir gabah (beras) dimanfaatkan untuk konsumsi, sedangkan sekam padi
yang dihasilkan dianggap sebagai limbah dan tidak dimanfaatkan kembali. Padahal
sekam padi memiliki kadar silika yang tinggi. Kadar silika dari sekam padi di Indonesia
adalah 94,5% dari total abu sekam padi yang didapat dari pembakaran sekam padi pada
suhu 500C hingga 700C (Priyosulistyo et al., 1999). Tingginya kadar silika pada abu
sekam padi menunjukkan bahwa abu sekam padi berpotensi untuk digunakan sebagai
bahan baku pembuatan zeolit.
Zeolit adalah suatu mineral aluminosilikat yang berpori. Berdasarkan
pembentukannya zeolit dibedakan menjadi zeolit alam dan zeolit buatan. Zeolit alam
adalah zeolit yang yang terbentuk dari proses alam dan dapat ditambang langsung dari
alam. Zeolit alam memiliki beberapa kekurangan yaitu jumlahnya yang semakin lama
semakin menipis akibat eksploitasi manusia dan ukuran pori zeolit alam yang tidak
seragam. Zeolit buatan adalah zeolit hasil sintesis manusia. Salah satu jenis zeolit
buatan adalah Zeolit-A (Na12Al12Si12O48). Zeolit-A merupakan polimer silika alumina
dengan karakter utama double 4 ring (D4R). Zeolit-A biasanya dimanfaatkan untuk
menggantikan fosfat pada deterjen. Struktur dari Zeolit-A adalah sebagai berikut:
ii
Ilustrasi struktur Zeolit-A berdasarkan Duan et al. (2007)
II. Tujuan
Berdasarkan uraian pada latar belakang, tujuan yang ingin dicapai adalah
mengetahui metode sintesis dan metode karakterisasi zeolit dari abu sekam padi dan
kaleng soda bekas.
III.Manfaat
Makalah ini diharapkan mampu memanfaatkan dan meningkatkan nilai guna sekam
padi dan kaleng bekas soda serta memberi informasi mengenai metode sintesis dan
metode karakteristik Zeolit-A.
iii
METODE SINTESIS ZEOLIT
I. Pembuatan Abu Sekam Padi
Pada makalah ini pembuatan abu sekam padi merujuk pada metode yang dilakukan oleh
Warsito et al. Berdasarkan metode yang dilakukan oleh Warsito et al. tahap pertama dari
pembuatan abu sekam padi adalah membersihkan abu sekam padi menggunakan air dari
pengotor-pengotor. Selanjutnya sekam padi dibersihkan dikeringkan di bawah sinar matahari
lalu dipanaskan di atas kompor hingga terbentuk arang. Setelah terbentuk arang , arang
sekam padi di-abu-kan dalam furnace pada suhu 700C selama 4 jam. Hasil dari proses
furnace adalah abu sekam padi yang akan digunakan pada tahap berikutnya.
II. Pembuatan Natrium Silikat
Pada makalah ini pembuatan natrium silikat merujuk pada metode yang dilakukan oleh
Warsito et al. yang mengacu pada Hadi (1993). Tahap pertama dari pembuatan natrium
silikat adalah mencampurkan 10 gram abu sekam padi dari proses I dengan 40 gram Natrium
hidroksida. Kemudian campuran dipanaskan pada suhu 350C selama 4 jam. Padatan yang
terbentuk dilarutkan dalam akuades dan didiamkan selama 12jam. Larutan yang terbentuk
adalah larutan natrium silikat.
III.Pembuatan Aluminium Hidroksida
Pembuatan aluminium hidroksida dari kaleng soda (asumsi kaleng soda adalah murni
aluminium) didasarkan pada sifat kelarutan dan pengendapan hidroksida dari logam
aluminium yang tertera pada edisi terjemahan “Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Makro dan Semimikro” edisi ke-5, buku ini ditulis oleh Vogel dan diterjemahkan oleh Ir. L.
Setiono et al. Pertama, untuk melarutkan aluminium pada kaleng soda terlebih dahulu kaleng
soda diamplas lalu di crush hingga terbentuk potongan kecil kaleng soda. Selanjutnya, kaleng
soda diberi Asam klorida pekat sehingga tebentuk larutan AlCl3. Kemudian, ke dalam larutan
ditambahkan larutan Natrium hidroksida 1M (jangan berlebihan) sehingga terbentuk endapan
putih Al(OH)3 yang akan digunakan pada tahap pembuata natrium aluminat.
IV. Pembuatan Natrium Aluminat
Pembuatan natrium aluminat mengacu pada Sriatun (2004). Pembuatan natrium aluminat
diawali dengan melarutkan 30,5 gram natrium hidroksida dalam akuades hingga volunya
menjadi 100ml. Selanjutnya ditambah dengan alumunium hidroksida 21,6 gram sambil
diaduk dan diencerkan hingga volumenya 250 ml.
4
V. Pembuatan Zeolit
Pembuatan Zeolit-A pada makalah ini mengacu padametode sintesis yang dolakukan oleh
Sriatun (2004). Pembuatan zeolit A dilakukan dengan mencampurkan 8ml natrium hidroksida
dalam bejana teflon kemudian ditambahkan natrium aluminat sebanyak 6ml tetes demi tetes
sambil diaduk selama 10 menit. Selanjutnya ke dalam campuran ditambahkan 6ml natrium
silikat tetes demi tetes sambil diaduk selama 5 menit (rasio jumlah garam alumniat dan garam
silikat adalah 1:1). Campuran ditambah akuades 10 ml dan diaduk selama 10 menit. Proses
hidrotermal dilakukan dengan cara memanaskan bejana teflon tertutup pada temperatur 100C
selama 5 jam. Selanjutnya campuran didiamkan selama satu malam. Kristal yang diperoleh
dicuci hingga eluatnya netral, selanjutnya dikeringkan hingga beratnya konstan. Selama
proses sintesis pH sistem dijaga pada kisaran pH 11-12.
5
KARAKTERISASI
I. XRD
X-ray Diffraction (XRD) dilakukan untuk mendapatkan gambaran mikrostruktur kristal
yang terbentuk. XRD merupakan instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi sampel
berupa kristal dengan memanfaatkan radiasi gelombang elektromagnetik sinar-X. Sinar-X
yang dipancarkan akandihamburkan (difraksi) oleh kisi-kisi yang terdapat di antara atom-
atom. Difraksi sinar-X terjadi pada hamburan elastis foton-foton sinar-X oleh atom dalam
sebuah kisi periodik. Hamburan monokromatik sinar-X pada kisi tersebut memberikan suatu
interferensi konstruktif.
Dasar dari penggunaan XRD untuk mempelajari suatu kisi kristal adalah persamaan
Bragg, yaitu
n. = 2d sin
dengan:
n : orde pembiasan (1,2,...)
: panjang gelombang sinar-X yang digunakan (nm)
d : jarak antara 2 bidang kisi
: sudut sinar datang dengan normal
Berdasarkan persamaan Bragg jika seberkas sinar-X dijatuhkan pada sampel kristal, maka
bidang kristal akan menghamburkan sinar-X yang memiliki panjang gelombang sama besar
6
dengan jarak antar-kisi pada kristal tersebut. Sinar yang dihamburkan akan ditangkap oleh
detektor kemudian diterjemahkan sebagai puncak difraksi. dapat ditentukan komposisi besi
yang terdapat pada NZVI hasil sintesis. Puncak yang didapatkan dari data pengukuran
kemudian dicocokkan dengan standar difraksi sinar-X untuk hampir semua jenis material.
Standar ini disebut JCPDS (Joint Committee on Powder Diffraction Standards). Semakin
banyak bidang kristal yang terdapat pada sampel maka semakin kuat intensitas
penghamburan yang dihasilkan.
Hasil XRD Zeolit LTA (Zeolit-A) dari Khan (2010)
II. SEM
Scanning Electron Microscope (SEM) adalah suatu mikroskop yang memanfaatkan
pemantulan berkas elektron berenergi tinggi untuk menggambarkan morfologi permukaan
dari material yang dianalisis. SEM memiliki resolusi yang lebih tinggi dibanding mikroskop
optik. Hal ini disebabkan panjang gelombang de Broglie yang dimiliki elektron lebih pendek
dibanding gelombang optik karena semakin kecil panjang gelombang yang digunakan maka
semakin tinggi resolusi mikroskop.
Dalam penggunaan SEM, permukaan material yang terkena berkas elektron akan
memantulkan kembali berkas elektron yang datang ke segala arah. Berkas elektron yang
dipantulkan disebut berkas elektron sekunder, tetapi dari semua berkas elektron yang
dipantulkan terdapat satu berkas elektron yang dipantulkan dengan intensitas paling tinggi.
7
Detektor yang terdapat pada SEM akan mendeteksi berkas elektron sekunder dengan
intensitas paling tinggi yang dipantulkan oleh material yang dianalisis. Selain itu detektor
SEM juga dapat menentukan lokasi berkas elektron yang memiliki intensitas paling tinggi.
Ketika dilakukan pengamatan terhadap suatu material, lokasi permukaan benda yang
ditembak oleh berkas elektron yang berintensitas tinggi dipancarkan ke seluruh permukaan
material yang diamati. Karena luasnya daerah pengamatan, kita dapat membatasi lokasi
pengamatan yang kita lakukan dengan melakukan zoom in atau zoom out. Dengan
memanfaatkan berkas pemantulan dari permukaan material maka kita dapat mengetahui
morfologi permukaan material yang diamati dengan menggunakan program pengolahan citra
yang terdapat pada komputer.
Diagram SEM courtesy of Iowa State University (http://www.purdue.edu/rem/rs/sem.htm)
Hasil SEM Zeolit-A oleh Asociation of Detergent ZeoliteProducers (ZEODET)
8
DAFTAR PUSTAKA
Aina, H. Nuryono, dan Tahir, I. (2007). Sintesis Aditif Semen β-Ca2SiO4 Dari Abu Sekam
Padi Dengan Variasi Temperatur Pengabuan. Seminar Nasional “Aplikasi Sains dan
Matematika Dalam Industri”UKSW. Salatiga: Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas
Gadjah Mada.
Chen, J-M and Chang, F-W. (1991). The Chlorination Kinetics of Rice Hull, Ind. Eng. Chem.
Res.
Duan, T. C., Nakano, T, & Nozue, Y. (2007). Magnetic and Optical Properties of Rb and Cs
Clusters Incorporated into Zeolite A. e-Journal of Surface Science and Nanotechnology.
Hadi, S.H., (1993). “Pembuatan dan Karakterisasi Zeolit A dari Sekam Padi”, Skripsi
86/57716/PA/3926 UGM, Yogyakarta.
Hara. (1986). Utilization of Agrowastes for Buildinng Materials. Japan: International
Research and Development Cooperation Division, AIST, MITI.
Khan, G. M. A., et al. (2010). Linde Type-A Zeolite synthesis and effect of crystalization on
its surface acidity. Indian Journal of Chemical Technology 17.303-308.
Priyosulistyo, H. R. C., et al. (1999), “Pemanfaatan Limbah Abu Sekam Padi untuk
Peningkatan Mutu Beton”, Penelitian Hibah Bersaing VI/2, UGM.
Sriatun. (2004). Sintesis Zeolit A Dan Kemungkinan Penggunaannya Sebagai Penukar
Kation. No. Artikel: JKSA. Vol. VII. No. 3. Desember 2004. 64-67.
Umah, S. (2010). Kajian Penambahan Abu Sekam Padi Dari Berbagai Suhu Pengabuan
Terhadap Plastisitas Kaolin (Skripsi). Universitas Islam Negeri (Uin) Maulana Malik
Ibrahim, Malang.
9