Sistem pertanian di indonesia wahid

24
SISTEM PERTANIAN DI INDONESIA Seperti telah disebutkan, ada anggapan bahwa asal mula pertanian di dunia mulai di Asia Tenggara. Pada waktu ini, kita temui berbagai sistem yang berbeda baik tingkat efisiensi teknologinya maupun tanaman yang diusahakan: Sistem ladang, sistem tegal pekarangan, sistem sawah dan sistem perkebunan. Sistem Pertanian di Indonesia Di Indonesia dikenal ada empat sistem pertanian. Keempat sistem itu adalah : Sistem ladang merupakan sistem pertanian yang paling primitif. Suatu sistem peralihan dari tahap budaya pengumpul ke tahap budaya penanam. Pengolahan tanahnya sangat minimum, produktivitas bergantung kepada ketersediaan lapisan humus yang ada, yang terjadi karena sistem hutan. Sistem ini pada umumnya terdapat di daerah yang berpenduduk sedikit dengan ketersediaan lahan tak terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, seperti padi darat, jagung, atau umbi-umbian Sistem tegal pekarangan berkembang di lahan-lahan kering, yang jauh dari sumber-sumber air yang cukup. Sistem ini diusahakan orang setelah mereka menetap lama di wilayah itu, walupun demikian tingkatan pengusahaannya rendah. Pengelolaan tegal pada umumnya jarang menggunakan tenaga yang intensif, jarang ada yang menggunakan tenaga hewan. Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanaman tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan. Sistem sawah, merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan. Ini dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang baik. Sistem sawah merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun palawija. Di beberapa daerah, pertanian tebu dan tembakau menggunakan sistem sawah. Sistem perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar (estate) yang dulu milik swasta asing dan sekarang kebanyakan perusahaan negara, berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor. Dimulai dengan bahan-bahan ekspor seperti karet, kopi,

Transcript of Sistem pertanian di indonesia wahid

Page 1: Sistem pertanian di indonesia wahid

SISTEM PERTANIAN DI INDONESIASeperti telah disebutkan, ada anggapan bahwa asal mula pertanian di dunia mulai di

Asia Tenggara. Pada waktu ini, kita temui berbagai sistem yang berbeda baik tingkat efisiensi teknologinya maupun tanaman yang diusahakan: Sistem ladang, sistem tegal pekarangan, sistem sawah dan sistem perkebunan.

Sistem Pertanian di Indonesia Di Indonesia dikenal ada empat sistem pertanian. Keempat sistem itu adalah :

Sistem ladang merupakan sistem pertanian yang paling primitif. Suatu sistem peralihan dari tahap budaya pengumpul ke tahap budaya penanam. Pengolahan tanahnya sangat minimum, produktivitas bergantung kepada ketersediaan lapisan humus yang ada, yang terjadi karena sistem hutan. Sistem ini pada umumnya terdapat di daerah yang berpenduduk sedikit dengan ketersediaan lahan tak terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, seperti padi darat, jagung, atau umbi-umbian

                        Sistem tegal pekarangan berkembang di lahan-lahan kering, yang jauh dari sumber-sumber air yang cukup. Sistem ini diusahakan orang setelah mereka menetap lama di wilayah itu, walupun demikian tingkatan pengusahaannya rendah. Pengelolaan tegal pada umumnya jarang menggunakan tenaga yang intensif, jarang ada yang menggunakan tenaga hewan. Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanaman tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan.

                        Sistem sawah, merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan. Ini dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang baik. Sistem sawah merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun palawija. Di beberapa daerah, pertanian  tebu dan tembakau menggunakan sistem sawah.

                        Sistem perkebunan, baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar (estate) yang dulu milik swasta asing dan sekarang kebanyakan perusahaan negara, berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor. Dimulai dengan bahan-bahan ekspor seperti karet, kopi, teh dan coklat yang merupakan hasil utama, sampai sekarang sistem perkebunan berkembang dengan manajemen yang industri pertanian.

Klasifikasi Sistem PertanianSistem pertanian tropik dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok (Ruthenberg,

1980):

Page 2: Sistem pertanian di indonesia wahid

1. Sistem pertanian yang bersifat pengumpulan hasil tanaman2. Sistem pertanian yang bersifat budidaya tanaman3. Sistem pertanian untuk makanan ternak dan padang penggembalaan.

Sistem Pertanian dengan Pengumpulan Hasil Tanaman, sistem ini adalah sistem pertanian yang secara langsung memperoleh hasil tanaman dari tanaman-tanaman yang tidak dibudidayakan, sistem ini biasanya dijalankan bersamaan dengan sistem berburu binatang dan tangkapan ikan. Jarang sistem pengumpulan hasil tanaman terdapat sebagai kegiatan tunggal. Di beberapa daerah seperti di Irian Jaya sistem ini masih terdapat.

Sistem Pertanian dengan Budidaya Tanaman, sistem ini merupakan sistem pertanian yang paling utama. Di daerah tropik terdapat banyak sistem budidaya tanaman, dan klasifikasinya dapat dilakukan berdasarkan beberapa ciri-ciri spesifik sebagai berikut:

Berdasarkan Tipe RotasinyaBerdasarkan tipe rotasinya dapat diklasifikasikan 4 macam sistem budidaya tanaman

yaitu : Sistem dengan rotasi bera secara alami; sistem dengan rotasi dengan makanan ternak (ley system); sistem dengan rotasi tegalan (field system); sistem dengan rotasi tanaman tahunan.      1.   Sistem pertanian dengan rotasi bera secara alamiSistem ini adalah sistem dimana budidaya tanaman, bergantian dengan bera (bera = uncultivated fallow).Bentuk-bentuk vegetasi yang terdapat pada bera secara alami dapat berupa :- Pohon-pohon yang dominan (forest fallow)- Semak-semak yang dominan (Bush fallow)-  Kayu tahan api yang dominan dan rumput (savanna fallow)-  Rumput yang dominan (Grass fallow)2.   Sistem pertanian dengan rotasi dengan makanan ternak

Ini adalah sistem dimana lahan ditanami tanaman-tanaman semusim untuk beberapa tahun, kemudian dibiarkan rumput tumbuh, atau lahan ditanami rumput dan atau leguminosa untuk padang penggembalaan. Ley system yang diatur yaitu tanaman semusim/pangan, dirotasikan dengan tanaman rumput dan atau leguminosa, yang dipotong untuk ternak. Ley system secara alami yaitu setelah tanaman semusim, dibiarkan rumput tumbuh secara alami untuk padang penggembalaan ternak.3.   Sistem pertanian dengan rotasi tegalan

Sistem dimana tanaman semusim yang satu ditanam setelah tanaman semusim yang lain pada lahan kering.4.   Sistem pertanian dengan rotasi tanaman tahunan

Page 3: Sistem pertanian di indonesia wahid

Termasuk tanaman-tanaman tahunan adalah tebu, teh, kopi, kelapa, karet dan sebagainya. Tanaman-tanaman tahunan seperti itu dapat ditanam bergantian dengan bera, tanaman semusim, padang penggembalaan ataupun tanaman-tanaman tahunan yang lain.

      Berdasarkan Intensitas RotasinyaUntuk klasifikasi sistem pertanian berdasarkan kriteria intensitas rotasi,     digunakan

pengertian R (intensitas  Rotasi) dimana :R = Jumlah tahun lahan ditanami     x 100 %

              Lama siklus (tahun)

Siklus = jumlah tahun lahan ditanami + tahun bera (intensitas rotasi ini memakai alat ukuran waktu). Jadi misalkan dalam siklus 10 tahun, 2 tahun lahan ditanami, dan 8 tahun diberakan, maka R = 2/10 x 100 = 20 %. Atau misalkan dalam siklus 20 tahun, 2 tahun lahan ditanami, 18 tahun diberakan, maka R = 2/20 x 100 = 10 %

- Bila R < 33 %, pertanian tersebut tergolong sistem perladangan (shifting cultivation).- Bila R adalah kurang 60 % tetapi lebih dari 33 % ( 33 < R < 66) sistem     pertanian digolongkan

sistem bera.- Bila R > 66 %, sistem pertanian ini digolongkan sistem pertanian permanen.

Bila lahan bera 7 tahun, ditanami 7 tahun, maka R = 7/14 x 100 = 50 %, ini tergolong sistem bera.Istilah lain yang serupa dengan intensitas rotasi (rotation intencity) adalah intensitas penanaman (cropping intencity). Istilah ini memakai varian (alat ukur) luasan. Intensitas penanaman atau cropping intencity index dapat dihitung berdasarkan :Bagian dari areal ditanami (ha) dibandingkan terhadap areal pertanian tersedia (ha), dikalikan 100 persen, atau dengan rumus :Cropping Intencity Index = 1

=                        luas areal ditanami (ha)                          X 100 % /tahun                                       Luas lareal pertanian total tersdia (ha)  Jadi misalkan luas areal pertanian tersedia = 100 ha, dan bila dari luas tersebut tiap tahun ditanami satu kali seluas 40 ha, maka

I = 40 /100  X 100 = 40 %.Makin besar I, makin besar persentase areal lahan ditanami (ha) dibanding dengan luas areal total (ha) tiap tahunnya. Pada pertanian permanen, indeks penanaman (I) lebih besar dari 66 % (sebagian besar atau seluruh lahan ditanami lebih dari satu kali dengan sistem pola tanam ganda).

      Berdasarkan Suplai AirPertama-tama sistem pertanian tersebut digolongkan menjadi sistem pertanian dengan,

atau tanpa pengairan. Pertanian dengan sistem pengairan adalah sistem pertanian dimana air dapat diatur masuk ke dalam lapangan sehingga tingkat kelembaban lebih tinggi dibanding bila

Page 4: Sistem pertanian di indonesia wahid

tanpa irigasi; umum disebut pula dengan nama pertanian lahan kering (dry farming). Pertanian kering umumnya terdapat pada daerah semi arid, tetapi di Indonesia dimana terdapat iklim humid – semi humid, juga banyak terdapat pertanian lahan kering.

Nama sistem pertanian yang lebih tepat berdasarkan klasifikasi pemberian air adalah sistem pertanian berpengairan (irrigated farming) dan sistem pertanian tadah hujan (rainfed farming).

Klasifikasi lain yang juga didapat berdasarkan suplai air adalah lahan sawah (lahan basah), yaitu tanah yang lembab dan dibuat berteras serta digenangi air dan ditanami padi sawah, meskipun lahan tersebut tidak selalu didukung dengan irigasi (misal sawah tadah hujan). Sebagai kebalikan dari sistem pertanian lahan sawah (lowland) adalah pertanian lahan darat (upland farming) atau pertanian lahan  kering, yaitu sistem pertanian dimana lahannya tidak digenangi air dan dalam keadaan kering (umumnya di bawah kapasitas lapang).

      Berdasarkan Pola TanamKlasifikasi sistem pertanian berdasarkan pola tanam merupakan klasifikasi sistem

pertanian yang terpenting di daerah tropis, yang biasanya didukung dengan penggunaan ternak. Petani-petani yang penghasilannya (gross returnnya = hasil yang diperoleh dan dipasarkan ditambah yang dikonsumsi keluarga, dan yang untuk persediaan) serupa, dapat dikelompokkan berdasarkan pola tanam yang dianut, misalnya : padi – palawija, kopi – pisang dan sebagainya. Dan dalam pertanian permanen yang intensif dapat dikenal berbagai bentuk pola tanam seperti : pola tanam campuran, tumpangsari, dan sebagainya.

      Berdasarkan alat-alat Pertanian yang DigunakanBerdasarkan hal tersebut secara garis besar dapat digolongkan sistem budidaya

pertanian sebagai berikut:1.  Sistem pertanian pra-teknis yaitu sistem pertanian dimana hanya digunakan alat-alat sangat

sederhana atau tanpa alat-alat sama sekali, seperti pertanian bakar (pertanian perladangan yang tanpa persiapan apa-apa, kecuali dibakar untuk mendapatkan abu), perladangan tebang-bakar, sistem pelepasan ternak untuk menginjak-injak lahan sebagai persiapan tanah atau pengolahan tanah (di pulau Sumba, Sumbawa dan sebagainya) sistem pertanian dengan tongkat tanam, dan sebagainya.

2. sistem pertanian dengan cangkul dan sekop.3. Sistem pertanian dengan bajak-garu yang ditarik hewan4. Sistem pertanian dengan bajak-garu yang ditarik traktor

     Berdasarkan Tingkat KomersialisasiDalam hal ini terdapat sistem yang berbeda, dan sesuai dengan hasil kotor (gross

return) yang dijual terdapat penggolongan sebagai berikut:1. Pertanian subsisten : yaitu dimana hampir tidak ada penjualan ( < 20 % dari produksi pertaniannya dijual).

Page 5: Sistem pertanian di indonesia wahid

2. Setengah komersial = bila +/- 50 % dari nilai hasil pertaniannya dikonsumsi oleh keluarga, dan selebihnya dipasarkan.

3.      Pertanian komersial, yaitu bila lebih dari 50 % dari hasil pertaniannya dipasarkan. 

      Berdasarkan Tingkat Teknologi dan Pengelolaan terutama untuk tanaman  perkebunan, dapat dibedakan, perkebunan rakyat, perkebunan besar, dan PIR.

Sistem Pertanian untuk Padang Penggembalaan dan Peternakan, karena rendahnya potensi lahan padang penggembalaan di daerah tropik umumnya, maka terdapat penggembalaan berpindah-pindah (nomadis – semi nomadis), yang kadang-kadang disertai dengan peningkatan padang penggembalaan dalam sistem Ranch. Nisban ternak/luas umumnya rendah yaitu 2 -3 ternak besar/ha. Pertanian ternak atau peternakan umumnya diklasifikasikan berdasarkan ketetapan tinggalnya (stationariness) dari peternak maupun ternaknya, sebagai berikut:

1.      Total nomadis = Tidak ada tempat tinggal permanen bagi peternaknya dan, tidak ada sistem budidaya tanaman makanan ternak teratur, sehingga selalu bergerak.

2.      Semi nomadis = Peternak mempunyai tempat tinggal permanen, dan di sekitarnya ada budidaya makanan ternak sebagai tambahan, tetapi untuk waktu lamanya, ternak dan penggembalaannya bergerak pada daerah-daerah yang berbeda.

3.      Transhuman = Peternak mempunyai tempat tinggal permanent, tetapi ternaknya dengan bantuan penggembala, mengembara pada daerah penggembalaan yang berpindah-pindah dan jauh letaknya.

4.      Partial Nomadis = Peternak tinggal terus menerus pada tempat pemukiman yang tetap, dan penggembalaannya hanya pada daerah sekitarnya.

5.      Peternakan menetap = Ternaknya sepanjang tahun berada pada lahan atau desanya sendiri.

Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar internasional walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan komparatif antara lain : 1) masih banyak sumberdaya lahan yang dapat dibuka untuk mengembangkan sistem pertanian organik, 2) teknologi untuk mendukung pertanian organik sudah cukup tersedia seperti pembuatan kompos, tanam tanpa olah tanah, pestisida hayati dan lain-lain.

Pengembangan selanjutnya pertanian organik di Indonesia harus ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar global. Oleh sebab itu komoditas-komoditas eksotik seperti sayuran dan perkebunan seperti kopi dan teh yang memiliki potensi ekspor cukup cerah perlu segera dikembangkan. Produk kopi misalnya, Indonesia merupakan pengekspor terbesar kedua setelah Brasil, tetapi di pasar internasional kopi Indonesia tidak memiliki merek dagang.

Page 6: Sistem pertanian di indonesia wahid

Pengembangan pertanian organik di Indonesia belum memerlukan struktur kelembagaan baru, karena sistem ini hampir sama halnya dengan pertanian intensif seperti saat ini. Kelembagaan petani seperti kelompok tani, koperasi, asosiasi atau korporasi masih sangat relevan. Namun yang paling penting lembaga tani tersebut harus dapat memperkuat posisi tawar petani.

Pertanian Organik Modern

Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus berkembang.

Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar mutu dan ini diberlakukan oleh negara-negara pengimpor dengan sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik harus dikembalikan ke negara pengekspor termasuk ke Indonesia karena masih ditemukan kandungan residu pestisida maupun bahan kimia lainnya.

Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk pertanian organik yang tidak disertifikasi membuat keraguan di pihak konsumen. Sertifikasi produk pertanian organik dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu:

a) Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan pestisida sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida, varietas toleran, maupun agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional sudah dibentuk oleh Departemen Pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait.

b) Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri, seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain masa konversi lahan, tempat penyimpanan produk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik.

Page 7: Sistem pertanian di indonesia wahid

Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan dengan sistem pertanian organik di Indonesia antara lain tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah dan obat, serta peternakan, (Tabel 2). Menghadapi era perdagangan bebas pada tahun 2010 mendatang diharapkan pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor produknya ke pasar internasional.

Tropis

2.1.Sejarah Perkembangan PertanianAwal kegiatan pertanian terjadi adalah ketika manusia mulai mengambil peranan dalam

proses kegiatan tanaman dan hewan serta pengaturannya untuk memenuhi kebutuhan. Pada dasarnya manusia terdahulu hanya mempunyai dua kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup dan kebutuhan untuk mempertahankan keturunannya. Kebutuhan untuk mempertahankan hidup yaitu dengan makan. Makanan yang dibutuhan oleh manusia telah disediakan oleh alam. Akan tetapi dengan bertambahnya jumlah manusia yang semakin cepat maka bahan pangan yang disediakan alam lambat laun akan habis. Habisnya bahan pangan pada daerah dimana manusia itu tinggal maka mereka akan mencari daerah baru yang menyediakan bahan pangan. Sehingga pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mereka hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.

Di dalam kepustakaan kuno terdapat cerita bahwa penemu kegiatan pertanian pada mulanya adalah Kaisar Cina Shen Nung. Pertanian telah dikenal oleh masyarakat pada masa kebudayaan batu muda (neolitikum), perunggu dan masa kebudayaan batu tua (megalitikum). Pertanian pada masa itu telah mengubah bentuk-bentuk kepercayaan dari pemujaan terhadapdewa-dewa perburuan menjadi pemujaan terhadap dewa-dewa kesuburan dan ketersediaan pangan. Teknik budidaya tanaman atau pertanian lalu meluas ke barat yaitu Eropa dan Afrika dan ke timur hingga Asia Timur dan Asia Tenggara.

Pertanian secara relatif merupakan inovasi yang belum lama berlangsung dibanding dengan sejarah manusia, karena untuk masa yang lama manusia hanya bertindak sebagai pengumpul makanan bukan pembudidaya tanaman. Produksi dengan penanaman dan pembudidayaan yang sesungguhnya baru terjadi pada zaman Neolitikum atau zaman batu muda.

Perkembangan pertanian telah membawa keberuntungan bagi peningkatan hasil pangan atau produk pertanian. Hal ini didukung dengan perkembangan ilmu pegetahuan manusia tentang pembudidayaan tanaman sehingga mencapai hasil yang memuaskan. Teknologi dalam bidang pertanianpun sudah diciptakan, tujuan utamanya adalah untuk mempercepat proses produksi dan menghemat tenaga manusia yang digunakan.

Setiap tanaman yang ada sekarang telah dikembangkan pada zaman prasejarah. Hal ini tercapai dengan dua cara yang berbeda, yaitu :

1.      Penjinakan (domestication), yaitu suatu cara membudidayakan atau mengelola spesies liar atau proses penjinakan tumbuhan liar untuk memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya ubi kayu mengandung zat racun asam sianida (HCN) yang berbahaya bagi kesehatan, dan racun ini dapat dikurangi zat toksinnya dengan memasak.

Page 8: Sistem pertanian di indonesia wahid

2.      Seleksi, yaitu suatu cara yang dilakukan dengan penangkaran yang berbeda-beda dari spesies tersebut. Seleksi kadang-kadang dapat menciptakan suatu spesies baru dan untuk banyak tanaman agronomi sangat efektif. Sehinga akhir-akhir ini banyak tanaman yang berbeda dengan asal usulnya dan mengakibatkan garis keturunnya telah pudar, namun mempunyai kualitas yang jauh lebih baik dibanding tanaman asalnya.

Usaha penjinakan dan penyebaran tanaman pertanian terutama pangan terus berkembang sesuai dengan pengetahuan dan peradapan manusia. Perkembanga tersebut dipercepat dengan penemuan teknologi dibidang pertanian. Usaha pertania pada mulanya terbatas pada lahan kering, dengan meningkatnya kebutuhan akan hasil pertanian maka usaha-usaha pertanian berkembang pada daerah rawa.

2.2

1.       Pemburu dan Pengumpul MakananManusia pertama yang menempati daerah hutan tropika sekitar Laut Cina Selatan

adalahAlitik atau Prepaleolitik yang merupakan  kelompok pengumpul makanan dengan cara mengumpulkan tumbuh-tumbuhan yang dapat dimakan, berburu, dan menangkap ikan.

Manusia pengumpul makanan dan pemburu di Asia Tenggara adalah dalam arti mereka tidak menetap lama pada suatau tempat. Pada umunya mereka hidup di gua atau di lubang-lubang pada kaki bukit, biasanya mereka makan dedaunan, bunga, biji, buah, kulit, umbi, dan akar tanaman. Pengetahuan untuk menghilangkan racun dari bahan makanan serta cara mengawetkan juga banyak dimiliki oleh para pengembara tersebut. Misalnya mereka mengawetkan makanan dengan mengeringkannya dibawah sinar matahari dan menghilangkan racun pada tanaman dengan cara memesaknya.

2.      Pertanian PrimitifKetika manusiapengumpul dan pemburu mulai berusaha mendapatkan tumbuhan sebai

sumber makanan, maka mulai terjadi suatu mata rantai antara periode pengumpul dan pemburu dengan pertanian primitif. Pada pertanian primitif, manusa sudah mengenal cara menanam dan memelihara tanaman agar tumbuh dan kemudian dapat diambil hasilnya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Sistem pertanian yang berkembang pad pertanian primitif adalah pertanian ladang berpindah.  Hal ini terjadi karena manusia pada waktu itu belum tahu cara untuk memepertahankan kesuburan tanah. Sehingga apabila tanah yang mereka tanamani kesuburannya telah berkurang, maka mereka akan mencari tanah baru untuk diolah menjadi lahan pertanian baru. Pada pertanian primitif, kayu-kayu yang telah ditebang tidak dibuang melainkan dibakar. Sistem ini dikenak dengan huma atau shifting cultivation.

3.      Pertanian TradisionalPada pertanian tradisional, petani menerima keadaan tanah, curah hujan, dan varietas

tanaman sebagaimana adanya dan sebagaimana yang diberikan alam. Bantuan terhadap pertumbuhan tanaman hanya sekedarnya sampai tingkat tertentu seperti pengairan, penyiangan, dan melindungi tanaman dari gangguan binatang liar dengan cara yang diturunkan oleh nenek moyangnya.

Page 9: Sistem pertanian di indonesia wahid

Penanaman dilakukan pada lahan yang sama untuk waktu yang lama, sehingga dikenal dengan pertanian menetap.  Pada pertanian tradisional petani sudah mengenal cara-cara untuk mempertahankan kesuburan tanah, memelihara dan melindungi tanaman dari gangguan hama dan penyakit.

4.      Pertanian ModernDalam pertanian modern, manusia menggunakan akal dan pikirannya untuk

meningkatkan penguasaannya terhadap semua yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan. Usaha pertanian merupakan usaha yang efisien, masalah-masalah pertanian dihadapi secara ilmiah melalui penelitian-penelitian, fasilitas-fasilitas irigasi dan drainase dibangun dan dimanfaatkan untuk mendapatkan hasil yang maksimum. Pemuliaan tanaman dilakukan untuk mendapatkan varietas unggul yang berproduksi tinggi, respon terhadap pemupukan, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta masak lebih cepat.

Perkembangan pertanian ke arah pertanian modern ini sangat didukung oleh perkembangan teknologi dibidang pertanian. Karena pertanian modern merupakan suatu proses produksi tanaman yang di dalamnya menggunakan alat-alat dan mesi pertanian sebagai sarana utama untuk proses produksi. Teknologi pertanian diciptakan dengan maksud menggantikan tenaga manusia yang terbatas dalam pengolahan pertanian sehingga dapat mempercepat produksi hasil pertanian.

Disamping penggunaan alat dan mesin pertanian, pertanian modern juga tidak terlepas dari zat-zat kimia yang berfungsi sebagai  peransang tumbuh dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pada awalnya penggunaan zat kimia dalam pertanian tidak menjadi masalah. Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, zat kimia tersebut dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit apabila dikonsumsi dalam waktu yang lama, dapat menurunkan kesuburan tanah dan membuat hama dan penyakit kebal terhadapnya. Sehingga dengan kondisi seperti ini lama kelamaan lingkungan pertanian akan semakin memburuk dan akan berdampak pada produksi yang dihasilkan.

5.      Pertanian BerkelanjutanPertanian berkelanjutan merupakan suatu proses pengelolaan sumberdaya untuk usaha

pertanian yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam. Namun demikian, banyak orang yang menggunakan definisi yan lebih luas dan menilai suatu pertanian dapat dikatakan pertanian berkelanjutan apabila mencakup hal berikut :

  Mantap secara ekologis, yaitu berarti bahwa kualitas sumber daya alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan dari manusia, tanaman dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Sumber daya lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga kehilangan unsur hara, biomassa dan energi dapat ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah pencemaran lingkungan.

  Berlanjut secara ekonomis, yaitu berarti bahwa petani dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan dapat memperoleh penghasilan untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang dikeluarkan. Keberlanjutan ekonomis tidak hanya diukur dalam bentuk produk pertanian namun juga dalam hal fungsinya seperti melestarikan sumberdaya alam dan meminimalkan resiko.

Page 10: Sistem pertanian di indonesia wahid

  Adil, berarti bahwa sumberdaya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi dan hak-hak mereka dalam penggunaan lahan dan modal memadai serta peluang pasar yang terjamin,

  Manusiawi, yang berarti bahwa semua bentuk kehidupan (manusia, tanaman dan hewan) dihargai. Martabat dasar semua makluk hidup dihormati, dan integritas budaya dan spiritualitas masyarakat dijaga dan dipelihara.

  Luwes, yang berarti bahwa masyarakat pedesaan mampu menyesuaikan dri dengan perubahan kondisi usaha tani yang berlangsung terus menerus, misalnya pertambahan penduduk, kebijakan pemerntah, permintaan pasar dan lain-lain. Hal ini tidak hanya meliputi penggunaan teknologi yang baru dan sesuai, namun juga meliputi inovasi dalam arti sosial dan budaya.

Pertanian berkelanjutan mengarah pada pertanian organik yaitu pertanian yang dalam proses produksinya tidak menggunakan bahan kimia baik sebagai peransang tumbuh maupun pencegah hama dan penyakit tanaman. Jadi, diharapkan dengan adanya pertanian berkelanjutan ini proses produksi pertanian tetap berlajut dengan hasil yang meningkat tanpa merusak kualitas lingkungan pertanian. Sehingga kesehatan dapa terjamin dan kesuburan tanah tetap terjaga.

2.3.Sistem Bertanam Daerah TropikaDaerah tropis kering dicirikan oleh adanya perbedaan yang nyata antara musim

penghujan dan kemarau. Di daerah semacam ini dibutuhkan sistem pertanaman yang menghasilkan pangan yang cukup dan bergizi, meskipun terjadi variasi curah hujan yang sangat tinggi dari tahun ke tahun dan musim kemarau yang panjang. Hasil pertanian yang tinggi tergantung pada pemanfaatan curah hujan selama musim hujan dan air yang tersimpan di dalam tanah selama musim kering.

Krisis ekonomi dan perubahan iklim di Asia dan Pasifik telah membuktikan kelemahan-kelemahan tersebut, dan dampaknya pada kegagalan panen yang pada akhirnya mempengaruhi perekonomian petani bahkan perekonomian nasional. Curah hujan yang lebih rendah dari yang diperkirakan berpengaruh terhadap penyiapan lahan dan gangguan pertumbuhan tanaman. Hal ini menyebabkan penyempitan luas tanam dan produksi rendah. Krisis ekonomi berdampak pada harga dan ketersediaan sarana produksi pertanian.

Penerapan sistem tumpang sari pada bedeng permanen mengurangi ketergantungan petani terhadap berbagai masalah seperti pendanaan dan iklim serta memperbaiki jumlah dan kualitas gizi pangan yang dihasilkan.

1.      Sistem Perladangan BerpindahPada awalnya, sistem perladangan berpindah terjadi saat pertama kali manusia mengenal

bercocok tanam. Manusia pada waktu itu belum mengenal pengelolaan lahan dan teknologi yang digunakan karena tingkat pengetahuan yang masih rendah , sehingga sistem perladangan ini disebut sistem asal tanam. Ladang Berpindah adalah kegiatan pertanian yang dilakukan dengan cara berpindah-pindah tempat. Ladang dibuat dengan cara membuka hutan atau semak belukar. Pohon atau semak yang telah ditebang setelah kering kemudian dibakar. Setelah hujan tiba, ladang kemudian ditanami dan ditunggu sampai panen tiba. Setelah ditanami 3 – 4 kali, lahan kemudian ditinggalkan karena sudah tidak subur lagi.

Page 11: Sistem pertanian di indonesia wahid

Akibat yang ditimbulkan dari sistem perladangan berpindah ini adalah menurunnya kesuburan lahan dengan cepat karena belum mengenal pemupukan. Ketika lahan sudah tidak produktif lagi, mereka pindah lalu membuka hutan baru atau kembali mengerjakan lahan yang sudah lama ditinggal dan sudah pulih kesuburan tanahnya. Namun dinegara lain, seperti Afrika, sistem pertanian berpindah ini bukan lagi beronotasi negatif. Dengan teknologi yang terus diperbaiki, sistem ini merupakan alternatif yang cocok untuk dikembangkan.

Praktek-praktek ladang berpindah di seluruh dunia sangat beragam, namun pada dasarnya ada dua sistem yang digunakan, yaitu :

  Sistem parsial, yaitu suatu sistem yang berkembang khususnya di mana kepentingan ekonomi produsen tinggi, misalnya dalam bentuk pertanian dengan tanaman dagang, transmigrasi maupun penempatan lahan secara liar.

  Sistem integral, yang berasal dari cara hidup yang lebih tradisional yang menjamin keberlangsungan hidup sepanjang tahun.

Prinsip Utama dalam sistem perladangan berpindah adalah bahwa selama periode bera, nutrisi yang diambil oleh tumbuhan atau vegetasi yang ada akan dikembalikan ke permukaan tanah berupa sisa tanaman (sersah). Bahan organik yang tertimbun di permukaan tanah akan tersedia (melalui proses dekomposisi) bagi tanaman berikutnya setelah vegetasi tersebut ditebang atau dibakar.

Di Indonesia, sistem ladang berpindah masih mendatangkan masalah besar karena di khawatirkan dapat mengganggu fungsi lingkungan karena banyak hutan  yang ditebang dan mengurani keanekaragaman hayati serta meningkatnya emisi CO2 yang terkait dengan pemanasan global. Selain itu, kegiatan tersebut sering menyebabkan bahaya erosi dan banjir yang akan merusak lahan dan lingkungan. Oleh karena itu perlu dicari upaya pemecahanya, yang anta lain mencakup :

  Perencanaan yang lengkap dari pemerintah, yang meliputi penetapan penggunaan lahan berdasarkan tingkat kesesuaian lahan dan permintan pasar. Selain itu juga perlu dipersiapkan unit perngolahan hasil panen seperti pabrik pengolahan kayu dan lain-lain.

  Penyediaan lahan bagi setiap keluarga petani sekitar 8-10 Ha. Setiap tahun petani dibiarkan berladang pada lahan seluas 1,5 – 2,0 Ha, sesuai kemampuan masing-masing petani. Tahu kedua petani membuka lahan lagi seluas 1,5 -2,0 ha, dan bgitu seterusnya hingga 8 -10 ha tertanami secara bertahap.

  Penyediaan bibit tanaman, pupuk dan pestisida yang berfungsi untuk meransang pertumbuhan dan pegendalian hama dan penyakit tanaman.

2.      Sistem Tadah Hujan Semi Intensif dan IntensifSistem bertanam adalah pola-pola tanam yang digunakan petani dan interaksinya dengan

sumber-sumber alam dan teknologi yang tersedia. Sedangkan pola tanam adalah penyusunan cara dan saat tanam dari jenis-jenis tanaman yang akan ditanam berikut waktu-waktu kosong (tidak ada tanaman) pada sebidang lahan tertentu.

Pola tanam ini mencakup beberapa bentuk sebagai berikut:  Multiple Cropping (Sistem Tanam Ganda)

Multiple cropping adalah sistem penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada sebidang tanah yang sama dalam satu tahun. Sistem pertanian ganda ini sangat cocok bagi petani dengan

Page 12: Sistem pertanian di indonesia wahid

lahan sempit di daerah tropis, sehingga dapat memaksimalkan produksi dengan input luar yang rendah sekaligus meminimalkan resiko dan melestarikan sumberdaya alam.

Macam-macam bentuk dari multiple cropping antara lain:a)      Intercropping (Sistem Tumpang Sari)

Intercropping adalah sistem penanaman secara serentak dua atau lebih jenis tanaman dalam barisan yang berselang-seling pada sebidang tanah yang sama. Misalnya tumpangsari antara tanaman ubi kayu dan jagung atau ubi kayu dengan kacang tanah. Sistem tumpangsari memberikan beberapa manfaat bagi petani yakni antara lain mengurangi biaya pengolahan lahan, mudah dalam menanggulangi hama, memudahkan proses pembersihan atau penyiangan dan yang terakhir adalah meningkatkan hasil produksi atau panen.

b)     Mixed Cropping (Sistem Tanam Campuran)Mixed cropping adalah sistem penanaman dua atau lebih jenis tanaman secara serentak

dan bercampur pada sebidang lahan yang sama.  Sistem ini jarang diterapkan karena sulit dalam proses pemeliharaannya. Sistem tanam ini lebih banayak diterapkan dalam usaha pengendalian hama dan penyakit. Cara penataan tanaman campuran dilakukan dengan berbagi jenis tanamn secara bersamaan dan tidak teratur serta tidak terikat pada waktu.

c)      Relay Cropping (Sistem Tanam Sisipan)Relay cropping adalah sistem penanaman suatu jenis tanaman kedalam pertanaman yang

ada sebelum tanaman yang ada tersebut dipanen. Sistem penanaman ini dalam istilah lain seperti sistem tumpang sari dimana tidak semua jenis tanaman ditanam pada waktu yang sama. Contoh khas dari sistem penanaman ini di Indonesia yaitu, padi gogo dan jagung ditanam bersama-sama kemudian ubi kayu ditanam sebagai tanaman sela satu bulan atau lebih sesudahnya.

Penataan pertanaman sela merupakan penataan pertanaman dua atau lebih jenis tanaman yang berlainan dalam sifat, umur dan sebagainya. Bentuk lain dari penataan pertanaman sela antara lain :

  Intercropping (Tumpang Sari), merupakan penataan pertanaman dari dua jenis atau lebih tanaman yang umurnya tidak jauh berbeda. Tanaman ditanam secara bersamaan dan di tempat yang sama. Misalnya, beberapa baris jagung ditanami beberapa baris kacang tanah.

  Interplanting (Tanaman Sela), merupakan penataan dari dua jenis tanaman musiman yang berbeda umurnya tetapi ditanam bersamaan dan pada tempat yang sama. Bedanya dengan tumpang sari adalah umur tanamannya yang sedikit jauh berbeda. Misalnya, tanaman kacang tanah dengan tanaman ubi kayu.

  Interculture (Tanaman Sela Budidaya), merupakan penataan pertanaman dari jenis tanaman musiman yang ditanam diantara jenis tanaman berumur panjang. Misalnya, padi gogo ditanam diantara karet.

Penerapan sistem tanam ganda memilki banyak keuntungan dalam bidang pertanian, antara lain:

         Mengurangi erosi tanah atau mengurangi terjadinya kehilangan unsur hara pada tanah.         Memperbaiki tata air pada tanah-tanah pertanian, termasuk meningkatkan pasokan (infiltrasi) air

ke dalam tanah sehingga cadangan air untuk pertumbuhan tanaman akan tetap tersedia.         Menyuburkan dan memperbaiki struktur tanah, karena pengolahan tanah tidak perlu dilakukan

berulang kali         Mempertinggi daya guna tanah sehingga pendapatan petani akan meningkat.

Page 13: Sistem pertanian di indonesia wahid

         Mampu menghemat tenaga kerja         Menghindari terjadinya pengangguran musiman karena tanah bisa ditanami secara terus

menerus.         Mengurangi populasi hama dan penyakit tanaman         Memperkaya kandungan unsur hara antara lain nitrogen dan bahan organik.

   Seguantial Cropping (Pergiliran Tanaman)Seguantial cropping adalah sistem penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada

sebidang lahan dalam satu tahun, dimana tanaman kedua ditanam setelah tanaman pertama dipanen. Demikian pula bila ada tanaman ketiga, tanaman ini ditanam setelah tanaman kedua dipanen.

  Maximum Cropping (Siatem Tanam Maksimum)Maximum cropping adalah pengusahaan lahan untuk mendapatkan hasil panen yang

setinggi-tingginya tanpa memperhatikan aspek ekonomisnya (biaya, pendapatan atau keuntungan) dan apalagi aspek kelestarian produksinya dalam jangka panjang.

  Sole Cropping atau Monoculture (Sistem Tanam Tunggal)Monoculture adalah sistem penanaman satu jenis tanaman pada lahan dan periode waktu

yang sama. Penataan tanaman secara tunggal dilaksanakan di atas tanah dan dalam waktu tertentu (sepanjang umur tanaman) hanya ditanam satu jenis tanaman. Setelah dilakukan penanaman dengan satu tanaman, dan selanjutnya tanah tersebut ditanam kembali dengan jenis tanaman yang sama atau jenis tanaman lain.

Ada beberapa penataan pertanaman secara tunggal dalam variasi tanamannya sebagai berikut ;

a.       Bergiliran secara berurutanCara ini dilakukan pada musim hujan, yakni tanah sawah ditanami padi. Sedangkan pada

musim kemarau, tanah ditanami palawija dan ini tergantung pada keadaan tanah, pengairan, iklim dan sebagainya.

b.      Bergiliran secara urutan dan glebaganCara ini banyak terdapat di daeah-daerah sawah tadah hujan. Untuk mengurangi resiko

tidak memperoleh hasil tanaman yang ditanamnya secara tunggal maupun bergiliran, petani membagi tanah sawahnya menjadi dua bagian. Bagian pertama dikelola sebagai sawah dengan pergiliran tanaman dan bagian kedua dikelola sebagai tanah kering (tegalan) dan ditanami dengan tanaman yang cocok untuk tanah kering.

Di atas tegal dilakukan pertanaman tunggal dan sistem tanaman bergilir berurutan. Setelah beberapa tahn, bagian sawah dijadikan tanah kering dan bagian tanah kering dijadikan tanah sawah kembali. Sistem seperti ini disebut dengan sistem glebagan.

c.       Bergiliran secara berjajar atau paralel (tidak menganut sistem Glebagan)Sistem ini dilakukan dengan mengelola sebidang tanah sawah yang luas dengan cara pada

musim hujan seluruh sawah ditanami padi,tetapi pada musim kemarau ada bagian yang terpaksa dikosongkan karena tidak memeperoleh cukup air, dan bagian yang kosong tersebut kemudian ditanami palawija dan lain-lain. Dalam usaha tersebut sepertinya terdapat penataan pertanaman jajaran dari berbagai penataan pertanaman bergiliran berurutan.

Page 14: Sistem pertanian di indonesia wahid

3.      Sistem IrigasiIrigasi adalah pemberian air kepada tanah di mana tanaman tumbuh sehingga tanaman

tidak mengalami kekurangan air selama hidupnya. Pengairan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha penigkatan produksi pertanian melalui pancausahatani. Air adalah syarat mutlak bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Air dapat berasal dari air hujan dan pengairan yang diatur oleh manusia. Kedua hal tersebut harus disesuaikan agar tanaman benar-benar mendapatkan air yang cukup, tidak kurang dan tidak pula berlebih. Pengairan ini meliputi pengaturan kebutuhan air bagi tanaman berarti juga termasuk dreanase.

Tujuan dari iragasi yang utama adalah untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan air bagi keperluan pertumbuhan. Manfaat lain tersedianya air irigasi adalah :

a.       Mempermudah untuk pengolahan tanahb.      Membantu mengatur suhu tanah dan tanamanc.       Membatu proses pemupukan agar dapat terserap oleh tanaman secara maksimald.      Mencegah tumbuhnya tanaman pengganggu

Namun demikian, kebutuhan tanaman akan air harus diperhatikan secara bersama-sama. Jumlah kebutuhan air untuk irigasi dalam pertanian umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :

  Jenis dan sifat tanah, sifat tersebut termasuk tekstur tanah, permeabelitas yang akan mempengaruhi besarnya perkolasi atau hilangnya air ke bagian tanah yang lebih dalam.

  Macam dan jenis tanaman, ini menunjukkan kebutuhan air yang berbeda sesuai dengan perbedaan sifat tanaman dan cara-cara bercocok tanam.

  Keadaan iklim, khususnya curah hujan dan penyinaran matahari disamping keadaan musin disepanjang tahun.

  Faktor tofografi berpengaruh terhadap jumlah, terutama dari segi jumlah kehilangan air melaliu perembesan, kebocoran, dan aliran permukaan.

  Luas lahan berpengaruh terhadap kebutuhan air untuk setiap satuan luas sesuai dengan hasil pengamatan.

Air yang diperlukan tanaman hampir seluruhnya berasal dari tanah melalui proses penyerapan oleh akar. Kelebihan atau kekurangan air yang tersedia akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada tanman. Kelebihan air pada lahan kering  terjadi apabila sebagian besar atau seluruh pori tanah terisi oleh air sehingga di dalam tanah kekuranagan udara atau zat asam yang diperlukan untuk respirasi akar. Respirasi yang tidak baik akan mengakibatkan akar tanaman tidak berfungsi secara baik, sehingga berkurangnya penyerapan air meskipun jumlah air yang tersedia cukup banyak.

Kekurangan ketersediaan air dalam tanah akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil dan layu. Hal ini terjadi karena proses yang terjadi dalam tubuh tumbuhan tidak berlajan denagan baik. Pada tanah yang sering mengalami kelebihan air, upaya yang dilakukan adalah membuat saluran air selama musim hujan. Sedangkan pada tanah yang kekurangan air dibuat saluran irigasi untuk pengairan pada musim kemarau.

Cara pemberian air kepada tanaman dapat dibedakan beberapa macam, yaitu :

Page 15: Sistem pertanian di indonesia wahid

  Cara siraman, yaitu dilakukan dengan mengambil air dari sumbernya dengan menggunaka suatu wadah kemudian disiramkan pada tanaman satu persatu secukupnya.

  Cara genangan atau leb, yaitu dilakukan dengan mengalirkan air dari sumbernya mendekati lahan pertanian, kemudian dialirkan sepanjang permukaan tanah yang ditanam selama waktu tertentu.

  Cara ebor, yaitu dilakukan dengan cara mengalirkan air dari sumbernya mendekati lahan pertanian dalam suatu parit yang arahnya tegak lurus terhadap arah barisan tanaman kemudian dengan ember dilontarkan sepanjang barisan tanaman.

  Cara irigasi curah, yaitu dilakukan dengan mengalirkan air melalui pipa tertutup dengan tekanan ke lahan pertanian, kemudian melalui pipa-pipa tegak air dicurahkan seperti hujan selama waktu tertentu.

Berdasarkan lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian, sistem irigasi dibagi menjadi dua, yaitu :

1.      Sistem Irigasi Lahan KeringYang dimaksud dengan sistem bertanam irigasi lahan kering adalah sistem bertanam

irigasi di mana tidak sampai terjadi genangan air selama pertumbuhan tanaman. Sistem ini sering dipakai di daerah yang bergelombang dan berlereng. Tanaman yang sering ditanam pada daerah ini bermacam-macam mulai dari tanaman semusim seperti jagung , ubi kayu , sayuran dan lain-lain sampai tanaman tahunan seperti karet, kelapa, kelapa sawit dan sebagainya.

Penyediaan air untuk kepentingan pertumbuhan tanaman dilakukan dengan berbagai cara, namun akhir-akhir ini seiring dengan berkembangnya alat dan mesin pertanian, petani lebih memilih menggunakan pompa-pompa air bertenaga mesin untuk menyiram tanaman dari pada menggunakan cara tradisional. Apalagi dengan luas daerah pertanian sekarang tidak memungkinkan cara menyiran tradisional itu dilakukan.

2.      Sistem Padi Sawah (Siatem Irigasi Lahan Basah)Sistem padi sawah merupakan suatu sistem bertanam dimana lahan yang digunakan

pernah mengalami kondisi tergenang. Lama periode tergenang tergantung pada ketersediaan air dan pola tanam yang dilakukan. Biasanya hanya 2-3 bulan namun bisa juga sepanjang tahun. Suplai air dapat berasal dari air hujan semata atau menggunakan sistem irigasi yang diatur oleh manusia.

Disebut sawah tadah hujan apabila air yang didapat berasal hanya dari air hujan dan disebut sawah irigasi apabila sistem irigasi berjalan baik untuk mensuplai kebutuhan air bagi lahan pertanian tersebut. Dilihat dari segi pelestarian kesuburan tanah, sistem ini dianggap sistem yang paling baik. Cara penggenangan pada permukaan tanah berarti membuat lahan harus dibuat datar atau dibuat teras-teras pada lahan lereng atau bergelombang yang berarti erosi dapat ditekan sekecil mungkin.

Pada sistem padi sawah, memungkinkan lahan ditumbuhi tanaman sepanjang tahun, dan ini berarti suplai bahan organik terhadap tanah cukup tersedia. Selain itu dengan kondisi tergenang memungkinkan tumbuhnya organisme tingkat rendah seperti lumut, ganggang, bakteri dan sebagainya yang mempunyai peranan yang besar terhadap kesuburan tanah karena menyumbangkan bahan organik yang besar.

Sistem tanam padi sawah dapat dibagi menjadi 3 macam :1)      Padi air dangkal

Page 16: Sistem pertanian di indonesia wahid

Padi air dangkal biasanya memiliki kedalaman kurang dari 1 meter. Sebagian besar berupa sawah tadah hujan dan sawah irigasi di dataran rendah. Karena kondisi iklim dan irigasi yang sangat beragam disetiap daerah menyebabkan pola tanam yang ada juga bervariasi. Misalkan pada daerah yang curah hujannya terbatas hanya bisa melakukan penanaman padi satu kali setahun atau mungkin dua kali apabila adanya irigasi yang lancar.

2)      Padi air dangkal dan tanaman-tanaman lahan keringBiasanya dilakukan oleh petani yang tinggal pada daerah yang curah hujannya sangat

terbatas. Misalkan dalam satu tahun mereka hanya bisa menanam padi satu kali, setelah itu lahan sawah yang mereka kelola akan kering karena kurangnya ketersediaan air. Pada saat lahan sawah menjadi kering petani memanfaatkannya untuk menanam tanaman lahan kering seperti jagung dan kacang tanah. Sehingga tanah tidak mengalami masa bera atau masa pengangguran untuk ditanam. Pada kondisi lahan yang seperti ini biasanya terjadi sistem pertanian bergilir. Sistem ini sangat bagus untuk pengembalian kesuburan tanah.

3)      Padi air dalamPadi air dalam ini memiliki kedalam lebih dari 1 meter berlangsung lebih dari satu bulan

selama pertumbuhan tanaman dan oleh karena kedalaman air mengalami turun naik dan berlangsung dalam waktu yang cepat, maka pada kondisi ini dibutuhkan jenis tanaman padi tertentu. Panen biasanya dilakuakan denagn menggunakan perahu dan justru dilakukan pada keadaan air yang banyak, tujuannya adalah untuk memudahkan mendayung perahu.

Sistem padi air dalam ini biasanya banyak dijumpai pada daerah deta sungai-sungai besar. Salah satu alternatif pengembangan sistem padi air dalam adalah pemanfaatan lahan rawa. Di indonesia lahan rawa memiliki potensi untuk dikembangkan, mengingat banyaknya jumlah lahan rawa yang tersebar di kepulauan yang ada di Indonesia. Sehingga dengan memenfaatkan lahan rawa tersebut terjadi pengurangan penebangan hutan di daerah perbukitan untuk lahan pertanian.

  Sistem Tanam campuran Tanaman Semusim dan TahunanIndonesia mempunyai lahan pertanian yang cukup luas, namun kepemilikan oleh petani

masih relatif sempit. Petani umumnya hanya terfokus pada tanaman pangan meskipun tanaman tahunan juga di usahakan, sehingga terbentuk suatu sistem tanaman campuran antara tanaman pangan yang berumur pendek dengan tanaman buah-buahan atau tanaman industri lainnya sebagai tanaman tahunan.

Sistem tanaman campuran antara tanaman semusim dan tanaman tahunan dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

 Sistem tanam campuran antara tanaman semusim dengan tanaman herba tahunan atau semi tahunan seperti pisang.

 Kebun campuran (mixed garden), yaitu sistem penanaman di pekarangan yang sangat beragam, baik pola tanam maupun jenis tanamannya.

 Sistem tanaman campuran antara tanaman semusin dengan tanaman pohon tahunan seperti kopi, karet, kelapa dan sebagainya.

Melihat kondisi tanah yang ada di indonesia, pada umunya pertanian di Indonesia terletak pada daerah pegunungan yang mempunyai lereng-lereng yang dalam. Melihat keadaan seperti ini sangat baik digunakan pola usaha tani Kontur. Sistem usaha tani kontur yang disebutSloping

Page 17: Sistem pertanian di indonesia wahid

Agricultural Land Technology (SALT) , ini merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mengubah suatu petak lahan di lereng menjadi lahan dataran tinggi yang produktif. Hal ini memungkinkan petani menstabilkan dan memperkaya tanah, mempertahankan kelembapan tanah, mengurangi hama dan penyakit tanaman serta mengurangi kebutuhan input yang mahal seperti penggunaan pupuk kimia.

Penanaman tanaman dengan usahatani kontur ini menjadikan sisi bukit yang sering mengalami erosi menjadi lanskap bertingkat dan hijau. Yang paling penting adalah penerapan sistrm ini dapat meningkatkan pendapatan petani di daerah sekitar lereng pegunungan.

SALT dirancang untuk keluarga petani kecil yang ingin meningkatkan pendapatan tanaman musiman maupun tanaman tahunan. SALT mencakup beberapa langkah, yaitu :

a.       Menempatkan garis-garis kontur dan mengolah tanah sepanjang garis kontur dengan jarak 4-6 meter pada bukit yang terjal dan jarak 7-10 meter pada daerah yang lereng.

b.      Menanam tanaman pengikat nitrogen sebagai lajur tanaman pagar ganda dalan dua alur dengan jarak 50 cm sepanjang tiap garis kontur.

c.       Mengolah dan menanam tanaman tahunan misalnya kopi, jeruk, mangga dan lain-lain pada setiap baris ketiga atau keempat.

d.      Mengolah baris tambahan antar jalur tanaman pagar sebelum tumbuh secara penuh.e.       Menanam tanaman musiman misalnya jagung diantara baris tanaman tahuanan sebagai sumber

bahan pangan dan pendapatan.f.       Memangkas tanaman pagar hingga tinggi 1 meter di atas tanah dan memanfaatkan hasil

pemangkasan untuk bahan organik.g.      Melakukan perputaran atau pergiliran tanaman secara permanen untuk mempertahankan

produktivitas, kesuburan dan formasi tanah.h.      Membangun sengkedan dengan cara menumpuk pohon, dedaunan dan batuan pada bagian

bawah tanaman pagar untuk menahan dan memperkaya tanah.Mineral Tanah

Bahan mineral tanah merupakan bahan anorganik tanah yang terdiri dari berbagai ukuran, komposisi dan jenis mineral. Mineral tanah berasal dari hasil pelapukan batuan-batuan yang menjadi bahan induk tanah. Pada mujlanya batuan dari bahan induk tanah mengalami proses pelapukan dan menghasilkan regolit. Pelapukan lebih lanjut menghasilkan tanah dengan tektur masih kasar.

sub soil adalah tanah bagian bawah dari lapisan top soil yang mengalami cukup pelapukan, mengandung lebih sedikit bahan organik. Dan lapisan dari sub soil juga dibedakan menjadi dua bagian, terutama dalam tanah yang mengalami pelapukan mendalam yakni tanah-tanah di daerah lembap, bagian sebelah atasnya disebut daerah transisi (peralihan), dan sebelah bawahnya disebut daerah penimbunan (illuviasi). Dalam daerah gkat perkembangan tanah.

Jaringan granulasi adalah jaringan fibrosa yang terbentuk dari bekuan darah sebagai bagian dari proses penyembuhan luka, sampai matang menjadi jaringan parut.[1]