Sistem Penanggulangan Gawat Darurat

8
SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU Posted on 31 Oktober 2012 PENDAHULUAN Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan gawat darurat mulai dari tingkat pra rumah sakit sampai tingkat rumah sakit dan rujukan antara rumah sakit dengan pendekatan lintas program dan multisektoral. Penanggulangan gawat darurat menekankan respon cepat dan tepat dengan prinsip Time Saving is Life and Limb Saving. Merupakan suatu sistem dimana koordinasi merupakan unsur utama yang bersifat multi sektor dan harus ada dukungan dari berbagai profesi bersifat multi disiplin dan multi profesi untuk melaksanakan dan penyelenggaraan suatu bentuk layanan terpadu bagi penderita gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaan bencana dan kejadian luar biasa. Didalam memberikan pelayanan medis SPGDT dibagi menjadi 3 sub sistem yaitu : sistem pelayanan pra rumah sakit, sistem pelayanan pelayanan di rumah sakit dan sistem pelayanan antar rumah sakit. Ketiga sub sistem ini tidak dapat di pisahkan satu sama lain, dan bersifat saling terkait dalam pelaksanaan sistem. Prinsip SPGDT adalah memberikan pelayanan yang cepat, cermat, dan tepat, dimana tujuannya adalah untuk menyelamatkan jiwa dan mencegah kecacatan (time saving is life and limb saving) terutama ini dilakukan sebelum dirujuk ke rumah sakit yang dituju. SISTEM PELAYANAN MEDIK PRA RUMAH SAKIT 1. Public Safety Center

description

tata cara penanggulangan gawat darurat masal di rumah sakitmenjelaskan aneka job discription

Transcript of Sistem Penanggulangan Gawat Darurat

Page 1: Sistem Penanggulangan Gawat Darurat

SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT   TERPADU Posted on 31 Oktober 2012

PENDAHULUAN

Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan gawat darurat mulai dari tingkat pra rumah sakit sampai tingkat rumah sakit dan rujukan antara rumah sakit dengan pendekatan lintas program dan multisektoral. Penanggulangan gawat darurat menekankan respon cepat dan tepat dengan prinsip Time Saving is Life and Limb Saving.

Merupakan suatu sistem dimana koordinasi merupakan unsur utama yang bersifat multi sektor dan harus ada dukungan dari berbagai profesi bersifat multi disiplin dan multi profesi untuk melaksanakan dan penyelenggaraan suatu bentuk layanan terpadu bagi penderita gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaan bencana dan kejadian luar biasa.

Didalam memberikan pelayanan medis SPGDT dibagi menjadi 3 sub sistem yaitu : sistem pelayanan pra rumah sakit, sistem pelayanan pelayanan di rumah sakit dan sistem pelayanan antar rumah sakit. Ketiga sub sistem ini tidak dapat di pisahkan satu sama lain, dan bersifat saling terkait dalam pelaksanaan sistem.

Prinsip SPGDT adalah memberikan pelayanan yang cepat, cermat, dan tepat, dimana tujuannya adalah untuk menyelamatkan jiwa dan mencegah kecacatan (time saving is life and limb saving) terutama ini dilakukan sebelum dirujuk ke rumah sakit yang dituju.

SISTEM PELAYANAN MEDIK PRA RUMAH SAKIT

1. Public Safety Center

Didalam penyelenggaraan sistem pelayanan pra rumah sakit harus membentuk atau mendirikan pusat pelayanan yang bersifat umum dan bersifat emergency dimana bentuknya adalah suatu unit kerja yang disebut Public Safety Center (PSC), ini merupakan suatu unit kerja yang memberi pelayanan umum terutama yang bersifat emergency bisa merupakan UPT Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota, yang sehari-harinya secara operasional dipimpin oleh seorang direktur. Selain itu pelayanan pra rumah sakit bisa dilakukan pula dengan membentuk satuan khusus yang bertugas dalam penanganan bencana dimana disaat ini sering disebut dengan Brigade Siaga Bencana (BSB), pelayanan ambulans,  dan komunikasi. Dalam pelaksanaan Public Service Center dapat dilakukan oleh masyarakat untuk kepentingan masyarakat, dimana pengorganisasiannya dibawah pemerintah daerah, sedangkan sumber daya manusianya terdiri dari berbagai unsur, seperti unsur kesehatan, unsur pemadam kebakaran, unsur kepolisian, unsur linmas serta masyarakat sendiri yang bergerak dalam bidang upaya pertolongan pertama, sehingga memiliki fungsi tanggap cepat dalam penganggulangan tanggap darurat.

2. Brigade Siaga Bencana (BSB)

Page 2: Sistem Penanggulangan Gawat Darurat

Merupakan suatu unit khusus yang disiapkan dalam penanganan pra rumah sakit khususnya yang berkaitan dengan pelayana kesehatan dalam penanganan bencana. Pengorganisasian dibentuk oleh jajaran kesehatan baik di tingkat pusat maupun daerah (depkes, dinkes, rumah sakit) petugas medis baik dokter maupun perawat juga petugas non medis baik sanitarian gizi, farmasi dan lain-lain. Pembiayaan didapat dari instansi yang ditunjuk dan dimasukkan anggaran rutin APBN maupun APBD.

3. Pelayanan Ambulans

Kegiatan pelayanan terpadu didalam satu koordinasi yang memberdayakan ambulans milik puskesmas, klinik swasta, rumah bersalin, rumah sakit pemerintah maupun swasta, institusi kesehatan swasta maupun pemerintah (PT. Jasa Marga, Jasa Raharja, Polisi, PMI, Yayasan dan lain-lain). Dari semua komponen ini akan dikoordinasikan melalui pusat pelayanan yang disepakati bersama antara pemerintah dengan non pemerintah dalam rangka melaksanakan mobilisasi ambulans terutama bila terjadi korban massal.

4. Komunikasi

Didalam melaksanakan kegiatan pelayanan kasus gawat darurat sehari-hari memerlukan sebuah sistem komunikasi dimana sifatnya adalah pembentukan jejaring penyampaian informasi jejaring koordinasi maupun jejaring pelayanan gawat darurat sehingg seluruh kegiatan dapat berlangsung dalam satu sistem yang terpadu terkoordinasi menjadi satu kesatuan kegiatan.

PELAYANAN PADA KEADAAN BENCANA

Pelayanan dalam keadaan bencana yang menyebabkan korban massal memerlukan hal-hal khusus yang harus dilakukan.

Hal-hal yang perlu dilakukan dan diselenggarakan adalah :

1. Koordinasi dan Komando

Dalam keadaan bencana diperlukan pola kegiatan yang melibatkan unit-unit kegiatan lintas sektoral yang mana kegiatan ini akan menjadi efektif dan efisien bila berada didalam suatu komandio dan satu koordinasi yang sudah disepakati oleh semua unsur yang terlibat.

2. Eskalasi dan Mobilisasi Sumber Daya

Kegiatan ini merupakan penanganan bencana yang mengakibatkan korban massal yang harus melakukan eskalasi atau berbagai peningkatan. Ini dapat dilakukan dengan melakukan mobilisasi sumber daya manusia, mobilisasi fasilitas dan sarana serta mobilisasi semua pendukung pelayanan kesehatan bagi korban.

3. Simulasi

Diperlukan ketentuan yang harus ada yaitu prosedur tetap (protap), petunjuk pelaksana (juklak) dan petunjuk tekhnis (juknis) operasional yang harus dilaksanakan oleh petugas yang merupakan standar pelayanan. Ketentuan tersebut perlu dikaji melalui simulasi agar dapat diketahui apakah semua sistem dapat diimplementasikan pada kenyataan dilapangan.

Page 3: Sistem Penanggulangan Gawat Darurat

4. Pelaporan, Monitoring dan Evaluasi

Penanganan bencana perlu dilakukan kegiatan pendokumentasian, dalam bentuk pelaporan baik yang bersifat manual maupun digital dan diakumulasi menjadi satu data yang digunakan untuk melakukan monitoring maupun evaluasi, apakah yang bersifat keberhasilan ataupun kegagalan, sehingga kegiatan selanjutnya akan lebih baik.

 SISTEM PELAYANAN MEDIK DI RUMAH SAKIT

Harus diperhatian penyediaan saran, prasarana yang harus ada di UGD, ICU,kamar jenazah, unit-unit pemeriksaan penunjang, seperti radiologi, laboratorium, klinik, farmasi, gizi, ruang rawat inap, dan lain-lain.

1. HOSPITAL DISASTER PLAN

Rumah sakit harus membuat suatu perencanaan untuk menghadapi kejadian bencana yang disebut Hospital Disaster Plan baik bersifat yang kejadiannya didalam rumah sakit maupun eksternal rumah sakit.

2. UNIT GAWAT DARURAT (UGD)

Di dalan UGD harus ada organisasi yang baik dan lengkap baik pembiayaan, SDM yang terlatih, sarana dengan standar yang baik, sarana medis maupun non medis dan mengikuti teknologi pelayanan medis. Prinsip utama dalam pelayanan di UGD adalah respone time baik standar nasional maupun standar internasional.

3. BRIGADE SIAGA BENCANA RS (BSB RS)

Didalam rumah sakit juga harus di bentuk Brigade Siaga Bencana dimana ini merupakan satuan tugas khusu yang mempunyai tugas memberikan pelayanan medis pada saat-saat terjadi bencana baik di rumah sakit maupun di luar rumah sakit, dimana sifat kejadian ini menyebabkan korban massal.

4. HIGH CARE UNIT (HCU)

Suatu bentuk pelayanan rumah sakit bagi pasien yang sudah stabil baik respirasi hemodinamik maupun tingkat kesadarannya, tetapi masih memerlukan pengobatan perawatan dan pengawasan secara ketat dan terus menerus, HCU ini harus ada baik di rumah sakit tipe C dan tipe B.

5. INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

Merupakan suatu bentuk pelayanan di rumah sakit multi disiplin. Bersifat khusus untuk menghindari ancaman kematian dan memerlukan berbagai alat bantu untuk memperbaiki fungsi vital dan memerlukan sarana tekhnologi yang canggih dan pembiyaan yang cukup besar.

6. KAMAR JENAZAH

Page 4: Sistem Penanggulangan Gawat Darurat

Pelayanan bagi pasien yang sudah meninggal dunia, baik yang meninggal di rumah sakit maupun luar rumah sakit, dalam keadaan normal sehari-hari ataupun bencana. Pada saat kejadian massal di perlukan pengorganisasian yang bersifat komplek dimana akan di lakukan pengidentifikasian korban baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal dan memerluikan SDM yang khusus selain berhubungan dengan hal-hal aspek legalitas.

SISTEM PELAYANAN MEDIK ANTAR RUMAH SAKIT

Berbentuk jejaring rujukan yang dibuat berdasarkan kemampuan rumah sakit dalam memberikan pelayanan baik dari segi kualitas maupun kuantitas, untuk menerima pasien dan ini sangat berhubungan dengan kemampuan SDM, ketersediaan fasilitas medis didalam sistem ambulans.

1. Evakuasi

Bentuk layanan transportasi yang ditujukan dari pos komando, rumah sakit lapangan menuju ke rumah sakit rujukan atau transportasi antar rumah sakit, baik dikarenakan adanya bencana yang terjadi di rumah sakit, dimana pasien harus di evakuasi ke rumah sakit lain. Pelaksanaan evakuasi tetap harus menggunakan sarana yan terstandar memenuhi kriteria-kriteria yang suah ditentukan berdasarkan standar pelayanan rumah sakit.

2. Syarat – syarat evakuasi

Korban berada dalam keadaan paling stabil dan memungkinkan untuk di evakuasi Korban telah disiapkan/diberi peralatan yang memadai untuk transportasi. Fasilitas kesehatan penerima telah di beritahu dan siap menerima korban. Kendaraan dan pengawalan yang dipergunakan merupakan yang paling layak tersedia.

3. Beberapa bentuk evakuasi

Evakuasi darat, dimana para korban harus secara cepat dipindahkan, karena lingkungan yang membahayakan, keadaan yang mengancam jiwa, membutuhkan pertolongan segera, maupun bila terdapat sejumlah pasien dengan ancaman jiwa yang memerlukan pertolongan.

Evakuasi segera, korban harus segera dilakukan penanganan, karena adanya acaman bagi jiwanya dan tidak bisa dilakukan dilapangan, misal pasien syok, pasien stres dilingkungan kejadian dan lain-lain. Juga dilaukan pad pasien-pasien yang berada di linkungan yang mengakibatkan kondisi pasien cepat menurun akibat hujan, suhu dingin ataupun panas.

Evakuasi biasa, dimana korban biasanya tidak mengalami ancaman jiwa, tetapi masih perlu pertolongan di rumah sakit, dimana pasien akan di evakuasi bila sudah dalam keadaan baik atau stabil dan sudah memungkinkan bisa dipindahkan, ini khususnya pada pasien-pasien patah tulang.

4. Kontrol lalu lintas

Untuk memfasilitasi pengamanan evakuasi, harus dilakukan control lalu lintas oleh kepolisian, untuk memastikan jalur lalulintas antar rumah sakit dan pos medis maupun pos komando. Pos medis dapat menyampaikan kepada pos komando agar penderita dapat

Page 5: Sistem Penanggulangan Gawat Darurat

dilakukan evakuasi bila sudah dalam keadaan stabil. Maka kontrol lalu lintas harus seiring dengan proses evakuasi itu sendiri.

 

Keberhasilan Penanggulangan Pasien Gawat Darurat Tergantung 4 Kecepatan :

1. Kecepatan ditemukan adanya penderita GD2. kecepatan Dan Respon Petugas3. Kemampuan dan Kualitas4. Kecepatan Minta Tolong

Kemungkinan yang terjadi jika terlambat melakukan resusitasi

Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Koordinasi Lintas Unit

 

 

0- 4 MenitMati Klinis

Kerusakan Sel-sel otak tidak diharapkan

4-8 menit Mungkin sudah terjadi Kerusakan Sel-Sel Otak

8-10 menitMati Biologis

Sudah Mulai  terjadi Kerusakan Otak

>10 menit Hampir Dipastikan terjadi Kerusakan sel-sel Otak

 

Page 6: Sistem Penanggulangan Gawat Darurat