SISTEM PEMERINTAHAN, KEPARTAIAN DAN PEMILU STUDI SISTEM … · Sistem kepartaian menunjukkan format...

12
Sistem Pemerintahan, Kepartaian dan Pemilu......... (Tati Sarihati) SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012 127 SISTEM PEMERINTAHAN, KEPARTAIAN DAN PEMILU (STUDI SISTEM PEMERINTAHAN, KEPARTAIAN DAN PEMILU DI AMERIKA SERIKAT, INGGRIS DAN INDONESIA) Oleh: Tati Sarihati Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Langlangbuana Bandung e-mail: [email protected] ABSTRAK Sistem pemerintahan, kepartaian dan pemilu memiliki keterkaitan yang tak terpisahkan. Sistem kepartaian menunjukkan format keberadaan antar partai politik dalam sebuah sistem pemerintahan secara spesifik mengingat adanya perbedaan sistem politik di setiap negara. Sistem pemilihan mempengaruhi jumlah dan ukuran relatif partai politik di parlemen. Sistem pemilihan di negara yang menganut sistem dua partai berbeda dengan yang menganut multipartai. Mekanisme regulasi dalam sistem politik otoriter dan sentralistik berbeda dengan sistem demokrasi yang umumnya pembatasan dilakukan dengan memberikan prasyarat minimal. Sistem pemilihan menentukan keterpaduan internal dan disiplin masing- masing partai, sebagian sistem mungkin saja mendorong terjadinya faksionalisme. Sebuah sistem pemilu bisa mendorong atau menghalangi pembentukan aliansi di antara partai-partai, yang pada gilirannya akan mempengaruhi iklim politik yang lebih luas. Kata kunci: Sistem pemerintahan, kepartaian, pemilu ABSTRACT System of government, the party and the election has inseparable relationship. The party system shows the format of the political parties in the presence of a specific system of government given the differences in the political system of each country. Electoral system affects the number and relative size of parties in parliament. Electoral system in a country that adheres to the two-party system different with that embraces multiparty system. Regulatory mechanisms in the authoritarian and centralized political system is different from the the democratic system that gives general restriction by a minimum prerequisite. The electoral system determines the selection of internal cohesion and discipline of each party, some systems may encourage factionalism. An election system may encourage or hinder the formation of alliances between parties, which in turn will affect the broader political climate. Key word: System of Government, Political Parties, the Election System

Transcript of SISTEM PEMERINTAHAN, KEPARTAIAN DAN PEMILU STUDI SISTEM … · Sistem kepartaian menunjukkan format...

Sistem Pemerintahan, Kepartaian dan Pemilu......... (Tati Sarihati)

SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012

127

SISTEM PEMERINTAHAN, KEPARTAIAN DAN PEMILU

(STUDI SISTEM PEMERINTAHAN, KEPARTAIAN DAN PEMILU DI AMERIKA

SERIKAT, INGGRIS DAN INDONESIA)

Oleh:

Tati Sarihati

Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Langlangbuana Bandung e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Sistem pemerintahan, kepartaian dan pemilu memiliki keterkaitan yang tak terpisahkan.

Sistem kepartaian menunjukkan format keberadaan antar partai politik dalam sebuah sistem pemerintahan secara spesifik mengingat adanya perbedaan sistem politik di setiap negara.

Sistem pemilihan mempengaruhi jumlah dan ukuran relatif partai politik di parlemen. Sistem

pemilihan di negara yang menganut sistem dua partai berbeda dengan yang menganut multipartai. Mekanisme regulasi dalam sistem politik otoriter dan sentralistik berbeda

dengan sistem demokrasi yang umumnya pembatasan dilakukan dengan memberikan

prasyarat minimal. Sistem pemilihan menentukan keterpaduan internal dan disiplin masing-

masing partai, sebagian sistem mungkin saja mendorong terjadinya faksionalisme. Sebuah sistem pemilu bisa mendorong atau menghalangi pembentukan aliansi di antara partai-partai,

yang pada gilirannya akan mempengaruhi iklim politik yang lebih luas.

Kata kunci: Sistem pemerintahan, kepartaian, pemilu

ABSTRACT

System of government, the party and the election has inseparable relationship. The party

system shows the format of the political parties in the presence of a specific system of government given the differences in the political system of each country. Electoral system

affects the number and relative size of parties in parliament. Electoral system in a country

that adheres to the two-party system different with that embraces multiparty system. Regulatory mechanisms in the authoritarian and centralized political system is different from

the the democratic system that gives general restriction by a minimum prerequisite. The

electoral system determines the selection of internal cohesion and discipline of each party,

some systems may encourage factionalism. An election system may encourage or hinder the formation of alliances between parties, which in turn will affect the broader political

climate.

Key word: System of Government, Political Parties, the Election System

Sistem Pemerintahan, Kepartaian dan Pemilu......... (Tati Sarihati)

SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012

128

PENDAHULUAN

A. Sistem Pemerintahan dan

Kepartaian di Amerika Serikat

Amerika Serikat merupakan negara

federasi/serikat yang berbentuk republic

dengan 50 negara bagian. Sistem

pemerintahan yang dianut adalah Sistem

Pemerintahan Presidensial, sehingga

presiden di samping sebagai pemegang

kekuasaan juga sekaligus sebagai kepala

negara. Sistem pemerintahan Amerika

Serikat ditandai oleh pemisahan

kekuasaan yang tegas antara eksekutif,

legislatif dan yudikatif yang biasa disebut

dengan “Separation of Power Theory”

dari Montesquieu yang mengajarkan

bahwa kekuasaan dalam sustu negara

harus dipisahkan dalam 3 (tiga) kekuasaan

yaitu: legislatif, eksekutif dan yudikatif

dalam rangka terciptanya check and

balance sehingga tidak ada kekuasaan

yang terlalu dominan.

Presiden memegang kekuasaan

eksekutif, berkedudukan sebagai kepala

negara dan kepala pemerintahan. Presiden

dan wapres dipilih melalui Pemilu,

sehingga tidak bertanggung jawab pada

Kongres, tetapi jika presiden dinyatakan

melakukan kejahatan dan pelanggran

berat (high crimmines and

misdemeasnors), yaitu kegiatan melawan

negara seperti: penghianatan, korupsi

besar, dll., maka presiden bisa dipecat

(impeachment).

Kekuasaan legislatif berada pada

parlemen yang disebut Konggres

(congress). Kongres terdiri dari 2 kamar,

yakni Senat dan House of

Representatif. Anggota Senat (perwakilan

negara bagian) perwakilan tiap tiap negara

bagian masing-masing 2, jadi ada 100

senator. Sedangkan House of

Representatif (DPR) ditentukan berdasar-

kan jumlah penduduk. Kekuasaan

yudikatif berada pada Mahkamah Agung

(Supreme of Court) yang bebas dan

merdeka, tidak bisa dipengaruhi oleh

kekuasaan lainnya.

Pada dasarnya, Amerika Serikat

menggunakan sistem dua partai (two-

party system). Ada sejumlah alasan

mengapa Amerika menggunakan sistem

dua partai. Pertama, orang-orang Amerika

kurang berminat dengan perbedaan

ideologi seperti halnya di Eropa sehingga

menghasilkan cukup banyak partai dengan

perbedaan ideologi masing-masing.

Kedua, sistem pemilu yang digunakan

mendorong terciptanya sistem dua partai.

Sistem pemilihan di Amerika mengguna-

kan sistem single-member districts.

Pemilihan hanya tersedia satu kursi untuk

diperebutkan. Partai yang menang dapat

meduduki kursi tersebut. Dalam jangka

panjang, sistem ini hanya membuka

Sistem Pemerintahan, Kepartaian dan Pemilu......... (Tati Sarihati)

SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012

129

peluang bagi dua partai besar untuk

bersaing. Ketiga, ketentuan negara bagian

secara sistematis menghalangi munculnya

partai ketiga atau calon presiden

independent.

a. Partai Republik

Partai Republik banyak mendapat

dukungan dari kalangan pengusaha dan

profesional dibanding Partai Demokrat.

Para pendukung partai ini terdiri dari

mereka yang berpendidikan SLTA hingga

universitas dan rata-rata beragama

Protestan. Orang-orang kulit hitam sangat

sedikit mendukung Partai Republik.

Berdasarkan politik luar negerinya, Partai

Republik amat mendukung superioritas

militer. Partai ini juga yang menjadi

pendukung utama kemenangan Nixon,

Ford, dan Reagan dalam merebut posisi

presiden. Partai ini juga mendapat

dukungan tinggi dari kalangan

berpenghasilan tinggi sedikit mengalami

konflik internal. Namun, hal itu tidak

berarti apa-apa, sejak awal 90-an partai ini

mengalami kemajuan yang cukup pesat di

kawasan selatan dan barat yang secara

tradisional merupakan benteng pertahanan

Partai Demokrat. Kemajuan yang

diperoleh Partai Republik disebabkan

antara lain, karena kepemimpinan partai

selalu berada di tangan politisi moderat

dan pragmatis sehingga kurang

mengundang konflik.

b. Partai Demokrat

Berbeda dengan Partai Republik,

Partai Demokrat mendapat banyak

dukungan dari kalangan buruh dan

keluarganya, mereka berpendidikan di

bawah SLTA, pemilih berkulit hitam,

Yahudi, kelompok berpenghasilan rendah,

kalangan liberal, pemilih muda dan

beragaman Katholik. Dalam politik luar

negerinya, Partai Demokrat cenderung

memiliki semacam tanggung jawab untuk

membela kepentingan Israel. Partai

Demokrat memiliki ciri-ciri khusus yakni

tempat penampungan dari beragam

kelompok mulai dari kelompok kulit putih

yang umumnya tinggal di kawasan

suburban dan kelompok-kelompok

minoritas yang umumnya tinggal di

wilayah perkotaan. Perkembangan dalam

20 tahun terakhir, menarik kalangan

minoritas baru untuk bergabung dengan

Demokrat seperti kelompok pecinta

lingkungan hidup, aktivis wanita dan

kalangan gay. Perbedaan yang bsar di

kalangan pemilih menimbulkan potensi

konflik internal partai. Diantaranya datang

dari kelompok kulit hitam yang selalu

menuntut perlakuan wajar dan lebih baik.

Selain Partai Demokrat dan Partai

Republik, ada yang disebut dengan Partai

Sistem Pemerintahan, Kepartaian dan Pemilu......... (Tati Sarihati)

SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012

130

Ketiga. Partai ketiga atau partai selain

yang dua partai utama di atas senantiasa

muncul dari waktu ke waktu. Mereka

berusaha ikut pemilihan. Ada beberapa

jenis partai ketiga. Diantaranya adalah

partai yang terbentuk oleh adanya isu

tunggal (single issue parties) yang tidak

mendapat tempat dalam platform kedua

partai besar. Selain itu ada jenis partai

ketiga lainnya, yakni splinter parties, yang

muncul dari partai besar. Dalam setiap

partai utama tidak jarang muncul

kelompok atau tokoh yang tuntutannya

tidak tersalurkan atau tersampaikan.

Tokoh ini kemudian membentuk

kelompok baru yang merupakan pecahan

dari partai tersebut.

B. Sistem Pemerintahan dan

Kepartaian di Inggris

Inggris adalah negara kesatuan

(unitary state) dengan sebutan United

Kingdom yang terdiri atas England,

Scotland, Wales dan Irlandia Utara.

Inggris berbentuk kerajaan (monarki).

Negara Inggris dikenal sebagai induk

parlementaria (the mother of parliaments)

dan pelopor dari sistem parlementer.

Inggrislah yang pertama kali menciptakan

suatu parlemen workable. Artinya, suatu

parlemen yang dipilih oleh rakyat melalui

pemilu yang mampu bekerja memecahkan

masalah sosial ekonomi kemasyarakatan.

Melalui pemilihan yang demokratis dan

prosedur parlementaria, Inggris dapat

mengatasi masalah sosial sehingga

menciptakan kesejahteraan negara

(welfare state).

Sistem pemerintahannya didasarkan

pada konstitusi yang tidak tertulis

(konvensi). Konstitusi Inggris tidak

terkodifikasi dalam satu naskah tertulis,

tapi tersebar dalam berbagai peraturan,

hukum dan konvensi. Kekuasaan

pemerintah terdapat pada kabinet (perdana

menteri beserta para menteri), sedangkan

raja atau ratu hanya sebagai kepala

negara. Dengan demikian, pelaksanaan

pemerintahan sehari-hari dijalankan oleh

perdana menteri. Raja/ratu/mahkota

memimpin tapi tidak memerintah dan

hanyalah tituler dengan tidak memiliki

kekuasaan politik. Ia merupakan simbol

keagungan, kedaulatan dan persatuan

negara. Kekuasaan pemerintah daerah

berada pada Council (dewan) yang dipilih

oleh rakyat di daerah.

Parlemen atau badan perwakilan

terdiri atas dua bagian (bikameral), yaitu

House of Commons dan House of Lord.

House of Commons atau Majelis Rendah

adalah badan perwakilan rakyat yang

anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat di

antara calon-calon partai politik. House of

Lord atau Mejelis Tinggi adalah

perwakilan yang berisi para bangsawan

Sistem Pemerintahan, Kepartaian dan Pemilu......... (Tati Sarihati)

SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012

131

dengan berdasarkan warisan. House of

Commons memiliki keuasaan yang lebih

besar daripada House of Lord. Inggris

menganut Parliament Soverengnity,

artinya kekuasaan yang sangat besar pada

parlemen.

Kabinet adalah kelompok menteri

yang dipimpin oleh perdana menteri.

Kabinet inilah yang benar-benar

menjalankan praktek pemerintahan.

Anggota kabinet umumnya berasal dari

House of Commons. Perdana menteri

adalah pemimpin dari partai mayoritas di

House of Commons. Masa jabatan kabinet

sangat tergantung pada kepercayaan dari

House of Commons. Parlemen memiliki

kekuasaan membubarkan kabinet dengan

mosi tidak percaya. Oposisi dilakukan

oleh partai yang kalah dalam pemilihan.

Para pemimpin oposisisi membuat

semacam kabinet tandingan. Jika

sewaktu-waktu kabinet jatuh, partai

oposisi dapat mengambil alih

penyelenggaraan pemerintahan.

Inggris menganut sistem kepartaian

dwipartai dengan 2 partai yang saling

bersaing. Partai tersebut adalah Partai

Konservatif dan Partai Buruh. Partai yang

memenangkan pemilu dan mayoritas kursi

di parlemen merupakan partai yang akan

memerintah, sedangkan partai yang kalah

menjadi partai oposisi.

Badan peradilan ditunjuk oleh

kabinet sehingga tidak ada hakim yang

dipilih. Meskipun demikian, mereka

menjalankan peradilan yang bebas dan

tidak memihak, termasuk memutuskan

sengketa antara warga dengan pemerintah.

Inggris sebagai negara kesatuan menganut

sistem desentralisasi.

PEMBAHASAN

Sistem Pemerintahan dan Sistem

Kepartaian di Indonesia Orde Baru

dan Era Reformasi

Dalam perkembangan sistem

pemerintahan presidensial di negara

Indonesia (terutama setelah amandemen

UUD 1945) terdapat perubahan-

perubahan sesuai dengan dinamika sistem

pemerintahan di Indonesia. Perubahan

baru tersebut antara lain, adanya

pemilihan presiden langsung, sistem

bikameral, mekanisme checks and

balance dan pemberian kekuasaan yang

lebih besar pada parlemen untuk

melakukan pengawasan dan fungsi

anggaran.

1. Masa Orde Baru (1966-1998)

Orde baru lahir dengan diawali

berhasilnya penumpasan terhadap

G.30.S/PKI pada tanggal 1 Oktober 1965.

Orde baru sendiri adalah suatu tatanan

perikehidupan yang mempunyai sikap

Sistem Pemerintahan, Kepartaian dan Pemilu......... (Tati Sarihati)

SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012

132

mental positif untuk mengabdi kepada

kepentingan rakyat, dalam rangka

mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia

untuk mencapai suatu masyarakat adil dan

makmur baik material maupun spiritual

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

melalui pembangunan di segala bidang

kehidupan. Orde Baru bertekad untuk

melaksanakan Pancasila dan UUD 1945

secara murni dan konsekuen. Orde Baru

ingin mengadakan „koreksi total‟ terhadap

sistem pemerintahan Orde Lama.

Orde Baru adalah sebutan bagi

masa pemerintahan Presiden Soeharto di

Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde

Lama yang merujuk kepada era

pemerintahan Soekarno. Orde Baru

berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998.

Pada tahun 1968, MPR secara resmi

melantik Soeharto untuk masa jabatan 5

tahun sebagai presiden, dan dia kemudian

dilantik kembali secara berturut-turut pada

tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan

1998.

Dalam menjalankan kekuasaan

pemerintahan negara, tanggung jawab

penuh ada di tangan Presiden. Hal itu

karena Presiden bukan saja dilantik oleh

Majelis, tetapi juga dipercaya dan diberi

tugas untuk melaksanakan kebijaksanaan

rakyat yang berupa Garis-garis Besar

Haluan Negara ataupun ketetapan MPR

lainnya. Kedudukan Presiden dengan

DPR adalah sejajar. Dalam hal

pembentukan undang-undang dan

menetapkan APBN, Presiden harus

mendapat persetujuan dari DPR. Oleh

karena itu, Presiden harus bekerja sama

dengan DPR. Presiden tidak bertanggung

jawab kepada Dewan, artinya kedudukan

Presiden tidak tergantung dari Dewan.

Presiden tidak dapat membubarkan DPR

seperti dalam kabinet parlementer, dan

DPR pun tidak dapat menjatuhkan

Presiden.

Presiden memilih, mengangkat dan

memberhentikan menteri-menteri negara.

Menteri-menteri itu tidak bertanggung

jawab kapada DPR dan kedudukannya

tidak tergantung dari Dewan, tetapi

tergantung pada Presiden. Menteri-

menteri merupakan pembantu presiden.

Meskipun kepala negara tidak

bertanggung jawab kepada DPR, tetapi

bukan berarti ia “diktator” atau tidak

terbatas. Presiden, selain harus

bertanggung jawab kepada MPR, juga

harus memperhatikan sungguh-sungguh

suara-suara dari DPR karena DPR berhak

mengadakan pengawasan terhadap

Presiden (DPR adalah anggota MPR).

DPR juga mempunyai wewenang

mengajukan usul kepada MPR untuk

mengadakan sidang istimewa guna

meminta pertanggungjawaban Presiden,

apabila dianggap sungguh-sungguh

Sistem Pemerintahan, Kepartaian dan Pemilu......... (Tati Sarihati)

SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012

133

melanggar hukum berupa pengkhianatan

terhadap negara, korupsi, penyuapan,

tindak pidana berat lainnya atau perbuatan

tarcela. Sistem kepartaian menggunakan

sistem multipartai, tetapi hanya ada 3

partai, yaitu Golkar, PDI, dan PPP. Secara

faktual hanya ada 1 partai yang

memegang kendali yaitu partai Golkar di

bawah pimpinan Presiden Soeharto.

2. Masa Reformasi (1998-sekarang)

Munculnya Era Reformasi ini

menyusul jatuhnya pemerintah Orde Baru

tahun 1998. Krisis finansial Asia yang

menyebabkan ekonomi Indonesia

melemah dan semakin besarnya

ketidakpuasan masyarakat Indonesia

terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto

saat itu menyebabkan terjadinya

demonstrasi besar-besaran yang dilakukan

berbagai organ aksi mahasiswa di

berbagai wilayah Indonesia. Pemerintahan

Soeharto semakin disorot setelah Tragedi

Trisakti pada 12 Mei 1998 yang kemudian

memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari

setelahnya. Gerakan mahasiswa pun

meluas hampir diseluruh Indonesia. Di

bawah tekanan yang besar dari dalam

maupun luar negeri, Soeharto akhirnya

memilih untuk mengundurkan diri dari

jabatannya.

Mundurnya Soeharto dari jabatan-

nya pada tahun 1998 dapat dikatakan

sebagai tanda akhirnya Orde Baru, untuk

kemudian digantikan "Era Reformasi".

Masih adanya tokoh-tokoh penting pada

masa Orde Baru di jajaran pemerintahan

pada masa Reformasi ini sering membuat

beberapa orang mengatakan bahwa Orde

Baru masih belum berakhir. Oleh karena

itu Era Reformasi atau Orde Reformasi

sering disebut sebagai "Era Pasca Orde

Baru". Dalam kurun waktu 1999-2002,

UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan

(amandemen) yang ditetapkan dalam

Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR.

Sistem Konstitusional pada era

reformasi (sesudah amandemen UUD

1945) berdasarkan Check and Balances.

Perubahan UUD 1945 mengenai

penyelenggaraan kekuasaan negara

dilakukan untuk mempertegas kekuasaan

dan wewenang masing-masing lembaga-

lembaga negara, mempertegas batas-batas

kekuasaan setiap lembaga negara dan

menempatkannya berdasarkan fungsi-

fungsi penyelenggaraan negara bagi setiap

lembaga negara. Sistem yang hendak

dibangun adalah sistem “check and

balances”, yaitu pembatasan kekuasaan

setiap lembaga negara oleh undang-

undang dasar, tidak ada yang tertinggi dan

tidak ada yang rendah, semuanya sama

diatur berdasarkan fungsi-fungsi masing-

masing.

Sistem Pemerintahan, Kepartaian dan Pemilu......... (Tati Sarihati)

SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012

134

Sistem Pemerintahan tetap dalam

frame sistem pemerintahan presidensial,

bahkan mempertegas sistem presidensial

itu, yaitu Presiden tidak bertanggung

jawab kepada parlemen, akan tetap

bertanggung kepada rakyat dan senantiasa

dalam pengawasan DPR. Presiden hanya

dapat diberhentikan dalam masa

jabatannya karena melakukan perbuatan

melanggar hukum yang jenisnya telah

ditentukan dalam Undang-Undang Dasar

atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai

Presiden. DPR dapat mengusulkan untuk

memberhentikan Presiden dalam masa

jabatannya manakala ditemukan

pelanggaran hukum yang dilakukan

Presiden sebagaimana yang ditentukan

dalam Undang-Undang Dasar.

3. Sistem Kepartaian

Sistem Kepartaian Indonesia

menganut sistem multi partai. Aturan ini

tersirat dalam pasal 6A (2) UUD 1945

yang menyebutkan bahwa presiden dan

wakil presiden diusulkan oleh partai

politik atau gabungan partai politik. Frasa

gabungan partai politik mengisyaratkan

paling tidak ada dua partai atatu lebih

yang bergabung untuk mengusung

seorang calon pasangan presiden dan

wakil presiden dan bersaing dengan calon

lain yang diusulkan partai-partai lain.

Ketentuan tersebut menyiratkan bahwa

sistem kepartaian di Indonesia harus

diikuti oleh minimal 3 partai politik atau

lebih.

Sejak era kemerdekaan, sebetulnya

Indonesia telah memenuhi amanat pasal

tersebut. Melalui Keputusan Wakil

Presiden Nomor X/1949, pemilihan

umum pertama tahun 1955 diikuti oleh 29

partai politik dan juga peserta independen.

Pada masa pemerintahan orde baru,

Presiden Soeharto memandang terlalu

banyaknya partai politik menyebabkan

stabilitas poltik terganggu, maka Presiden

Soeharto pada waktu itu memiliki agenda

untuk menyederhanakan jumlah partai

politik peserta pemilu. Pemilu tahun 1971

diikuti oleh 10 partai politik dan pada

tahun 1974 peserta pemilu tinggal tiga

partai politik saja. Presiden Soeharto

merestrukturisasi partai politik menjadi

tiga partai (Golkar, PPP, PDI) yang

merupakan hasil penggabungan beberapa

partai. Walaupun jika dilihat secara

jumlah, Indonesia masih menganut sistem

multi partai, namun banyak ahli politik

menyatakan pendapat sistem kepartaian

saat itu merupakan sistem kepartaian

tunggal. Ini dikarenakan meskipun jumlah

partai politik masa orde baru memenuhi

syarat sistem kepartaian multi partai

namun dari segi kemampuan kompetisi

ketiga partai tersebet tidak seimbang.

Sistem Pemerintahan, Kepartaian dan Pemilu......... (Tati Sarihati)

SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012

135

Jika dirunut dari catatan sejarah,

Daniel S. Lev dalam Amal (1996)

menjelaskan bahwa dalam sejarah, sistem

kepartaian di Indonesia mulai muncul

pada dekade awal abad ini di bawah

pengaruh Politik Etis-nya Belanda,

lahirnya kelompok cendekiawan baru

Indonesia dan membanjirnya pemikiran

baru Islam serta gagasan-gagasan baru

Eropa. Dalam suatu perubahan cepat pada

tahun 1910 dan 1920-an muncul gerakan-

gerakan golongan Islam semisal

Muhammadiyah dan NU. Sedangkan

kaum Komunis dan Nasionalis timbul

tenggelam karena permusuhannya dengan

Belanda dan konflik di antara mereka

sendiri. Pengaruh cendekiawan Indonesia

saat itu mulai mampu menjawab kelesuan

terobosan baru dalam bidang politik,

termasuk partai. Soekarno termasuk salah

seorang yang mampu menggerakkan

semangat berpartai yang sudah sejak lama

terkubur karena kolonialisme Belanda dan

pendudukan Jepang. Tepat setelah

beberapa bulan Proklamasi, suatu

konstitusi yang baru dan rancangan

Undang-Undang Kepartaian mulai

dibahas untuk membentuk partai tunggal.

Tetapi kemudian Soekarno dalam sidang

Parlemen mengusulkan untuk membentuk

sistem kepartaian Parlementer. Partai yang

saat itu muncul adalah Partai Nasional

Indonesia (PNI) yang mewadahi golongan

nasionalis lama dan baru, Partai Politik

Masyumi yang terbentuk masa

pendudukan Jepang kembali muncul

dengan back-up kuat oleh hampir seluruh

elemen umat Islam semisal NU,

Muhammadiyah dan Partai Syarikat Islam

Indonesia (PSII). PKI juga muncul setelah

melewati serangkaian pemberontakan

pada kolonial Belanda dan beberapa partai

kecil semisal Partai Sosialis Indonesia

(PSI), Partai Murba dan Partai Katolik

dan Protestan (Parkindo dan Partai

Kristen Indonesia).

Pada saat Pemilu 1955 untuk

memilih wakil rakyat di parlemen dan

majelis terdapat 48 partai dengan berbagai

karakter dan backround sosial-budayanya,

agama, kesukuan. Dalam Pemilu 1955

inilah kemudian muncul kekuatan partai

yang merupakan wajah lama dalam

gerakan revolusi yakni PNI, PKI, NU dan

Masyumi yang mengumpulkan 75% suara

dari ke seluruhan pemilih.

Salah satu kelemahan atau dalam

kondisi tertentu kelebihan dari system

multi partai adalah munculnya berbagai

latar-belakang karakter, religi, paham,

budaya yang kemudian menjelma dalam

partai. Namun, dari hasil Pemilu

kemudian muncul kekuatan partai-partai

yang cukup variatif dari berbagai latar

belakang. Namun jika diteliti lebih dalam

dalam variatifnya partai penguasa Pemilu

Sistem Pemerintahan, Kepartaian dan Pemilu......... (Tati Sarihati)

SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012

136

saat itu satu kata yang bisa menyebut

kecenderungan saat itu adalah munculnya

dominasi kejawaan di Indonesia. Dari

keempat partai pemenang di atas pada

kenyataannya lebih banyak memperhati-

kan dan diinspirasi dari pandangan hidup

dan budaya kejawaan.

Menurut Daniel S. Lev dalam Amal

(1996) selama tahun-tahun kemerdekaan,

Partai Nasional Indonesia (PNI) dan NU

menduduki posisi pusat percaturan politik

Indonesia yang sangat penting dan

strategis. Meskipun bertentangan dengan

tuntuntan ideologis ke-Indonesiaan,

namun mereka mewakili suatu kekhasan

yang agak fleksibel dari para bangsawan

Jawa dan Islam Jawa, di mana keduanya

menolak sikap ektrem universalis abad 20.

Ketika sumber konflik partai berkurang,

bersamaan dengan bubarnya Masyumi di

tahun 1960 dan Partai Komunis di tahun

1965, PNI dan NU melakukan

penyesuaian-penyesuaian pragmatis untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Pada masa Reformasi 1998,

terjadilah liberasasi di segala aspek

kehidupan berbangsa dan bernegara.

Politik Indonesia merasakan dampak

serupa dengan diberikannya ruang bagi

masyarakat untuk merepresentasikan

politik mereka dengan memiliki hak

mendirikan partai politik. Banyak sekali

parpol yang berdiri di era awal reformasi.

Pada pemilu 1999 partai politik yang lolos

verifikasi dan berhak mengikuti pemilu

ada 48 partai. Jumlah ini tentu sangat jauh

berbeda dengan era orba.

Pada tahun 2004 peserta pemilu

berkurang dari 48 menjadi 24 parpol saja.

Ini disebabkan telah diberlakukannya

ambang batas (Electroral Threshold)

sesuai UU Nomor 3/1999 tentang Pemilu

yang mengatur bahwa partai politik yang

berhak mengikuti pemilu selanjtnya

adalah parpol yang meraih sekurang-

kurangnya 2% dari jumlah kursi DPR.

Partai politikyang tidak mencapai ambang

batas boleh mengikuti pemilu selanjutnya

dengan cara bergabung dengan partai

lainnya dan mendirikan parpol baru.

Persentase threshold dapat dinaikkan jika

dirasa perlu seperti persentasi Electroral

Threshold 2009 menjadi 3% setelah

sebelumnya pemilu 2004 hanya 2%.

Begitu juga selanjutnya pemilu 2014

ambang batas bisa juga dinaikan lagi atau

diturunkan.

4. Hubungan antara Sistem Pemilu,

Sistem Kepartaian, dan Sistem

Pemerintahan

Dalam Ilmu Politik, sudah lazim

bahwa semua sistem politik modern yang

terkait dengan pemilihan oleh

konstituennya, baik kompetitif maupun

tidak, diharuskan memiliki sistem

Sistem Pemerintahan, Kepartaian dan Pemilu......... (Tati Sarihati)

SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012

137

pemilihan. Dari berbagai literatur Ilmu

Politik, baik dari Amerika maupun

kawasan Eropa ditemui bahwa secara

garis besar ada dua sistem pemilihan yang

berlaku di dunia saat ini yakni single-

member electoral system dan proportional

representation electoral system. Kedua

sistem ini di Indonesia lebih familiar

dengan sebutan Pemilu Proporsional dan

Distrik.

Clymer & Rodee (2000)

mengemukakan bahwa yang dimaksud

dengan single-member electoral system

adalah geografi politik negara itu dibagi

dalam beberapa wilayah pemilih. Hanya

satu wakil dapat dipilih dari setiap

wilayah. Meski suara rakyat dalam

wilayah itu sangat terbagi-bagi dan

banyak calon yang mungkin terdapat di

kartu suara, hanya satu calon atau partai

yang bisa menang. Sedangkan

Proportional Representation electoral

system adalah geografi politik negara itu

dibagi menjadi beberapa wilayah pemilih.

Akan tetapi dalam sistem pemilihan ini,

setiap wilayah memilih beberapa wakil,

biasanya antara tiga sampai tujuh,

tergantung menurut banyaknya jumlah

penduduk di wilayah itu. Pembagian

wakil dalam setiap wilayah sebanding

dengan jumlah suara rakyat di wilayah

yang bersangkutan.

KESIMPULAN

Sistem pemerintahan yang dianut

Amerika Serikat adalah adalah Sistem

Pemerintahan Presidensial, sehingga

presiden di samping sebagai pemegang

kekuasaan juga sekaligus sebagai kepala

negara dengan ditandai oleh pemisahan

kekuasaan yang tegas antara eksekutif,

legislatif dan yudikatif dalam rangka

terciptanya check and balance sehingga

tidak ada kekuasaan yang terlalu dominan.

Amerika Serikat menggunakan

sistem dua partai (two-party system).

Sistem pemilihan di Amerika

menggunakan sistem single-member

districts. Pemilihan hanya tersedia satu

kursi untuk diperebutkan. Partai yang

menang dapat meduduki kursi tersebut.

Dalam jangka panjang, sistem ini hanya

membuka peluang bagi dua partai besar

untuk bersaing. Ketiga, ketentuan negara

bagian secara sistematis menghalangi

meunculnya partai ketiga atau calon

presiden independent.

Inggris adalah negara kesatuan

(unitary state) berbentuk kerajaan

(monarki). Kekuasaan pemerintah

terdapat pada kabinet (perdana menteri

beserta para menteri), sedangkan raja atau

ratu hanya sebagai kepala negara. Dengan

demikian, pelaksanaan pemerintahan

sehari-hari dijalankan oleh perdana

menteri. Raja/ratu/mahkota memimpin

Sistem Pemerintahan, Kepartaian dan Pemilu......... (Tati Sarihati)

SOSIOHUMANITAS, XIV (2), Agustus 2012

138

tapi tidak memerintah dan hanyalah tituler

dengan tidak memiliki kekuasaan politik

namun merupakan simbol keagungan,

kedaulatan dan persatuan negara.

Parlemen atau badan perwakilan

terdiri atas dua bagian (bikameral), yaitu

House of Commons dan House of Lord.

House of Commons atau Majelis Rendah

adalah badan perwakilan rakyat yang

anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat di

antara calon-calon partai politik. House of

Lord atau Mejelis Tinggi adalah

perwakilan yang berisi para bangsawan

dengan berdasarkan warisan.

Sistem pemerintahan Indonesia

menganut sistem pemerintahan

presidensial dengan perubahan pada

pemilihan secara langsung, sistem

bikameral, mekanisme cheks and balance,

dan pemberian kekuasaan yang lebih

besar kepada parlemen untuk melakukan

pengawasan dan fungsi anggaran.

Sistem Kepartaian Indonesia

menganut sistem multi partai yang

mengisyaratkan paling tidak ada dua

partai atatu lebih yang bergabung untuk

mengusung seorang calon pasangan

presiden dan wakil presiden dan bersaing

dengan calon lain yang diusulkan partai-

partai lain.

Sistem pemilihan mempengaruhi

jumlah dan ukuran relatif parpol di

parlemen. Sistem pemilihan bisa

mendorong atau menghalangi

pembentukan alinasi di antara partai-

partai, yang pada gilirannya akan

mempengaruhi iklim politik yang lebih

luas.

DAFTAR PUSTAKA

Amal, I. (Ed), 1996, Teori-Teori Mutakhir

Partai Politik, Tiara Wacana,

Jogjakarta.

Clymer & Rodee, 2000, Pengantar Ilmu

Politik, Rajawali Press.

DOKUMEN

Undang-Undang Dasar RI 1945 Hasil Amandemen Pertama-Keempat.

Undang-Undang Pemilu Tahun 2003,

2004, 2008.