SISTEM KOMPENSASI DI MADRASAH AL -IHSAN...
Transcript of SISTEM KOMPENSASI DI MADRASAH AL -IHSAN...
SISTEM KOMPENSASI DI MADRASAH AL-IHSAN
PANDEGLANG BANTEN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
oleh:
Yayu Humaero
NIM 109018200006
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
LEMBAR PERNYATAAN PENULIS
Bismillahirrahmanirrohim
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Yayu Humaero
Nim : 109018200006
Program Studi : Manajemen Pendidikan
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini saya menyatakan:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, yang penulis ajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Strata Satu (S1) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini telah penulis
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya hasil sendiri atau
merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka penulis bersedia
menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 3 Januari 2014
Penulis
Yayu Humaero
ABSTRAK
Yayu Humaero (NIM: 109018200006), Sistem Kompensasi di Madrasah AL-
Ihsan Pandeglang Banten.
Kompensasi dalam dunia pendidikan adalah suatu elemen yang penting dalam
meningkatkan kualitas kinerja guru di kelas. Dengan adanya sistem kompensasi yang
berkualitas, tentu akan berakibat terhadap kualitas pembelajaran. Tujuan penelitian ini
adalah : 1) untuk Mengetahui sistem kompensasi yang di gunakan oleh Madrasah Al-
Ihsan Pandeglang, 2) Mengetahui tingkat produktivitas kerja guru dalam mengajar, 3)
Mengetahui tingkat kesejahteraan guru di Madrasah Al-Ihsan, dan 4) Mengetahui
tingkat keadilan dalam memberikan kompensasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode
ini dilakukan dengan tiga teknik, yaitu: observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Ketiga teknik tersebut merupakan siklus yang difokuskan kepada sistem kompensasi
di Madrasah AL-Ihsan.
Dari hasil penelitian didapat bahwa sistem kompensasi yang digunakan di
Madrasah AL-Ihsan menggunakan sistem waktu untuk menetapkan kompensasi yang
akan diberikan. Dimana dalam satu hari guru diberikan gaji pokok sebesar Rp
50.000,-/hari untuk Madrasah Aliyah dan Rp 45.000,-/hari untuk Madrasah
Tsanawiyah hasil tersebut dikalkulasikan dalam satu bulan berapa lama guru tersebut
mengajar di Madrasah. Dalam menetapkan kompensasi seharusnya dapat diberikan
dengan adil dan layak, karena kompensasi akan mempengaruhi kinerja guru di kelas.
Kata Kunci : Sistem Kompensasi
Yayu Humaero (MP)
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh
Alhamdulillahi Rabbil‘alamiin. Segala puji dan puja hanya bagi Allah swt.,
Tuhan semesta alam. Karena berkat Rahman dan Rahim-Nya lah, penulis selaku
mahasiswa Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Jakarta diberikan kemudahan dalam menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat serta salam
tak lupa penulis hanturkan atas baginda Rasulullah, Muhammad SAW. beserta
keluarga dan para pengikutnya. Karena berkat perjuangan dan pengajarannya yang
mengantarkan kita dari jaman jahiliyah menuju jaman terang benderang, sehingga
saya dapat mempelajari ilmu pengetahuan hingga sekarang, Amin.
Skripsi ini disusun untuk menambah khazanah keilmuan, selain itu tujuan dari
penyusunan skripsi ini bukanlah hanya sekedar syarat atau tugas akhir mahasiswa
untuk mendapatkan gelar S.Pd (Sarjana Pendidikan) akan tetapi jauh dari pada itu
adalah suatu kewajiban dan ajang pembuktian sebagai seorang mahasiswa untuk dapat
menyelesaikan karya tulis. Penulis sangat menyadari, dalam penyusunan skripsi ini
masih sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan, memang tidak mudah bagi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, karena banyak tantangan dan hambatan yang
harus penulis hadapi baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Atas terselesaikannya skripsi ini penulis berterima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan dan berkontribusi yang berharga kepada penulis baik selama
penyusunan skripsi maupun selama masa kuliah, dengan ketulusan hati penulis
menghaturkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Hj. Nurlena Rifa'i, M.A, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan tanda tanganya untuk pengesahan ujian
skripsi ini.
2. Bapak Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd selaku Ketua Program Studi Manajemen
Pendidikan dan dosen di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya
untuk memberikan bimbingan kepada penulis hingga pada tahap
penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Dr. Zahrudin, Lc, M.Pd selaku penasehat akademik yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan sarannya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Ibu Ifah, bapak Mu’arif SAM, M.Pd, bapak Rusydi Dzakaria, M.Phil, ibu
Nurdelima Waruwu, M.Pd, bapak H. Mujahid, M.Sc, bapak Ali Nurdin,
M.Pd dan Dosen-dosen lainnya serta jajaran staf Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan keguruan, yang telah mentransformasikan ilmunya kepada penulis
sejak awal perkuliahan hingga akhir penulisan skripsi ini.
5. Bapak H. Dodi Ahmadi, Lc. selaku Kepala Madrasah Aliyah dan Bapak H.
Ibnu Hajar Al'asy Qolani, S.H. selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah dan
segenap staf tenaga kependidikan dan guru aliyah dan tsanawiyah yang
telah memberikan bantuan dan dukunganya selama penulis skripsi ini.
6. Staf perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah dan perpustakaan
tarbiyah yang telah meminjamkan buku dan tempat yang cukup nyaman
untuk mengerjakan skripsi ini.
7. Suami saya E. Zaenal Muttaqin, M.H, M.A yang telah memberikan
dukungan dan bantuanya selama saya membuat laporan ini, sehingga dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
8. Kedua orang tua saya KH. Asmuni M. Noor dan Hj. Hayati Nufus beserta
kedua mertua saya Prof. Dr. H. E. Syibli Syarjaya, L.M.L, M.M, dan Hj.
Faryda Ruslan, S.H, M.H yang juga ikut mendukung dan mendo'akan
untuk kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Sahabat-sahabatku Rosyi, Ria, Syilvi, Vina, Mela, Yuli, Ika, Dea, Iput,
Lulu, Tines, Fitri dan teman-teman dari Manajemen Pendidikan angkatan
2009 yang telah hadir untuk memberikan semangat dan dukungannya.
10. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, baik
secara langsung maupun tidak langsung yang juga memberikan dukungan
dan do’anya dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis panjatkan do’a dan syukur kepada Allah SWT. Semoga jasa yang telah
mereka berikan menjadi amal sholeh dan medapatkan balasan yang baik dari-Nya,
Amin.
Akhirul kalam penulis mohon maaf atas kekurangan selama pelaksanaan
penulisan skripsi dan penelitian berlangsung hingga akhir, dengan ini saya menerima
kritik dan saran. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membaca dan membutuhkan.
Jakarta, 3 Januari 2014
Penulis
Yayu Humaero
109018200006
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR UJI REFERENSI
LEMBAR PERNYATAAN PENULIS
ASTRAK ............................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI……………………………………...……………………………………..iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ….……………………………...………..………......1
A Latar Belakang Masalah ………………….................................................…..1
B Identifikasi, Pembatasan, Perumusan Masalah ...........................….....……….6
C Tujuan Penelitian …………………………………………......………………7
D Manfaat Penelitian …………………………………….........…...……………7
BAB II KAJIAN TEORI ………......……...…………………........………..........8
A Pengertian Kompensasi ……………...……………………………......………8
B Sistem Kompensasi ……………………………………………....…..……...10
C Jenis-jenis Kompensasi .................................................................................. 14
D Fungsi Kompensasi …………………..………………....…………..……….18
E Tujuan Kompensasi …………………..…………...........……...……..……..19
F Keadilan dalam Kompensasi ………………………....……………………...21
G Faktor yang Mempengaruhi ……………………....………………..………..20
H Faktor Penentuan Pemberian Kompensasi ......................................................27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................31
A Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................................31
B Metode Penelitian ...........................................................................................31
C Populasi dan Sampel .......................................................................................32
D Teknik Pengumpulan Data ..............................................................................32
E Teknik Analisis Data .......................................................................................33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .....................................35
A Sejarah Madrasah AL-Ihsan ...........................................................................35
B Visi dan Misi Madrasah ..................................................................................38
C Struktur Madrasah ...........................................................................................39
D Data Guru dan Siswa Madrasah ......................................................................44
E Sarana dan Prasarana Madrasah dan Kegiatan Ekstrakurikuler .....................48
F Deskripsi Data Penelitian ................................................................................50
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 62
A. Kesimpulan ....................................................................................................62
B. Saran ..............................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3. 1 Kisi-kisi Instrumen ....................................................................... 33
2. Tabel 4. 1 Data Guru Madrasah Aliyah ........................................................ 44
3. Tabel 4. 2 Data Guru Madrasah Tsanawiyah .................................................45
4. Tabel 4. 3 Data Siswa Madrasah Aliyah ....................................................... 46
5. Tabel 4. 4 Data Siswa Madrasah Tsanawiyah ...............................................47
6. Tabel 4. 5 Jadwal Kehidupan Keseharian Siswa ...........................................47
7. Tabel 4. 6 Keadaan Sarana dan Prasarana .....................................................48
8. Tabel 4. 7 Kegiatan Ekstrakurikuler ............................................................. 49
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber Daya Manusia adalah aset penting dalam sebuah organisasi,
karena sumber daya manusia mempengaruhi efisiensi dan efektivitas dalam
organisasi tersebut. Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja dan
produktivitas sumber daya manusia dalam organisasi yaitu pemberian
kompensasi. Dengan sistem kompensasi yang baik akan mampu memberikan
kepuasan bagi karyawan dan memungkinkan organisasi memperoleh,
mempekerjakan dan mempertahankan karyawannya. Bagi organisasi atau
perusahaan, kompensasi memiliki arti penting karena kompensasi mencerminkan
upaya organisasi atau perusahaan untuk mempertahankan dan memberikan
kesejahteraan kepada karyawan.
Sistem kompensasi juga terdapat dalam Undang-undang tentang Hak Asasi
Manusia tahun 2000 dalam Pasal 38 Hak Atas Kesejahteraan. Ayat 3, yaitu "Setiap
orang baik pria maupun wanita yang melakukan pekerjaan yang sama, sebanding,
setara atau serupa, berhak atas upah serta syarat-syarat perjanjian kerja yang
sama".1 Sedangkan menurut Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang
guru dan dosen yang terdapat pada pasal 15 ayat 1 mengenai Hak dan Kewajiban,
yaitu "Sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 14 ayat 1 meliputi gaji pokok,
1 Undang-undang tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia (Bandung: Citra Umbara, 1999)
2
tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi,
tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan tambahan yang terkait dengan
tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar
prestasi".2
Sistem kompensasi juga menyangkut penghargaan organisasi terhadap
individu di dalam pekerjaannya. Secara psikologis, kompensasi yang layak akan
memacu semangat dan loyalitas seseorang pada organisasi, karena mereka merasa
diperhatikan dan dibayar sesuai dengan harapan dan kebutuhan. Sebaliknya,
kompensasi yang tidak layak akan memberikan pengaruh terhadap kinerja,
prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja karyawan, sehingga akan
menyebabkan karyawan keluar dari organisasi tersebut. Namun dalam pemberian
kompensasi ini, hal-hal yang paling sulit dilakukan adalah bagaimana cara
memberikan kompensasi yang layak dan adil kepada karyawan.
Pemberian kompensasi dalam organisasi merupakan sesuatu yang esensial
karena terkait dengan perilaku, kinerja dan efektifitas tujuan organisasi. Sebuah
organisasi hendaknya memberikan kompensasi terhadap karyawanya secara tepat
sehingga kompensasi yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan dasar
karyawannya. Kompensasi masih merupakan salah satu bentuk efektif untuk
menghargai prestasi kerja karyawan.
Sistem kompensasi yang baik, yaitu sistem kompensasi yang
mempertimbangkan kelayakan kompensasi tersebut untuk karyawan. Hal ini
diyakini akan mampu memberikan motivasi kepada karyawan untuk produktifitas
dan menghasilkan prestasi kerja yang baik. Oleh karena itu, organisasi harus
memastikan bahwa sistem kompensasinya memenuhi kriteria layak dan cukup
untuk diberikan kepada karyawan. “Kompensasi ini juga dimaksudkan sebagai
balas jasa (reward) perusahaan terhadap pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran
yang telah diberikan karyawan kepada perusahaan”.3 Kompensasi juga dipandang
sebagai hak dan merupakan sumber pendapatan utama, karena itu jumlahnya
2 Unsrat, Undang-undang Guru dan Dosen No. 4 (2005)
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_guru_dosen.htm (UU RI No. 4: 2005) 3 Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Kencana, 2011) cet. 3 h.
181
3
harus dapat memenuhi kebutuhan untuk dirinya dan keluarganya, serta adanya
jaminan kepastian penerimaanya gaji/upah.
Demikian juga halnya dengan sistem kompensasi yang menghargai
prestasi kerja akan dapat meningkatkan kinerja karyawan. Setiap karyawan akan
giat bekerja apabila organisasi memberikan penghargaan kepada usaha yang
dilakukannya, dan dengan motivasi kerja yang baik maka akan terlihat
produktivitas kerja karyawan yang tinggi. Dalam praktiknya masih banyak
organisasi yang belum memahami secara benar sistem kompensasi. Sistem
kompensasi membantu dalam memberi penguatan terhadap nilai-nilai kunci
organisasi serta memfasilitasi pencapaian tujuan organisasi.
Sistem kompensasi yang digunakan di Indonesia masih menganut sistem
tradisional. Penentuan gaji, bonus, tunjangan dan berbagai insentif lainnya masih
ditentukan oleh jenjang kepangkatan, golongan dan senioritas. Persoalan
kompensasi seringkali menjadi penyebab rendahnya kinerja karyawan, karena
penentuan gaji tidak di dasarkan atas kinerja, melainkan karena pertimbangan
kepangkatan dan senioritas. Kondisi seperti ini menjadi masalah karena setiap
orang digaji dengan bayaran yang sama walaupun kinerjanya berbeda. Seperti
PNS (Pegawai Negeri Sipil) di Indonesia dibayarkan secara sama tanpa
memperhatikan kinerjanya hanya golongan saja yang membedakan gaji yang
mereka dapatkan.
Kondisi yang perlu diperhatikan juga yaitu karyawan yang belum/bukan
PNS hanya sebagai karyawan honorer mendapatkan kompensasi yang belum
dikatakan layak dan tepat. Oleh karena itu, di dalam lembaga pendidikan atau
sekolah/madrasah sistem kompensasi sangatlah penting dalam memberikan
kesejahteraan bagi tenaga kependidikan, baik yang masih menjadi guru honorer
maupun yang sudah menjadi guru PNS.
Sebuah penghargaan tidak akan memacu motivasi kerja jika dalam
pemberian kompensasi tidak dilakukan secara adil. Memberikan rasa adil kepada
karyawan sangat penting untuk meningkatkan loyalitas dan menghindari konflik
antar organisasi dan karyawan dalam bekerja. Dengan ketidakpuasan karyawan
yang disebabkan oleh ketidakadilan dalam sistem kompensasi cenderung
4
mengakibatkan rendahnya loyalitas karyawan, yang pada akhirnya membuka
kesempatan kepada karyawan untuk pindah kerja ke tempat lain.
Akan tetapi dalam kenyataannya organisasi yang mengembangkan dan
menerapkan sistem kompensasi menghadapi berbagai kondisi dan tuntutan yang
tidak hanya bersifat internal, seperti kemampuan organisasi membayar upah dan
gaji yang wajar, tapi juga bersifat eksternal seperti berbagai peraturan perundang-
undangan, persaingan kerja, langka tidaknya tenaga kerja yang dibutuhkan,
kondisi perekonomian, tuntutan memanfaatkan teknologi dan lain sebagainya.
Layaknya sebuah organisasi perusahaan, lembaga pendidikan juga
memiliki sistem yang serupa yaitu adanya sistem kerja dan struktur organisasi
yang bekerja sesuai dengan deskripsi masing-masing dan salah satunya adalah
sistem kompensasi seperti yang telah diuraikan di atas. Sistem kompensasi dalam
lembaga pendidikan memiliki kontribusi yang penting dalam meningkatkan
kinerja guru yang kemudian akan berdampak langsung terhadap kualitas dan mutu
peserta didik.
Lembaga Pendidikan Islam (pesantren, madrasah, atau perguruan tinggi
Islam) sebagai salah satu model institusi pendidikan di Indonesia mempunyai misi
penting, yaitu mempersiapkan generasi muda umat Islam untuk ikut berperan bagi
pembangunan umat dan bangsa di masa depan. Oleh karena itu dalam lembaga
pendidikan Islam baik madrasah, pesantren maupun perguruan tinggi Islam harus
memiliki sumber daya manusia (tenaga pendidik) yang berkualitas dan
profesional. Apabila kualitas pendidikan peserta didik yang mereka peroleh di
madrasah/pesantren baik, maka mereka akan menjadi lulusan yang berkualitas
untuk bersaing di dunia pendidikan atau di bidang lainnya.
Dengan adanya sumber daya manusia baik kepala sekolah, guru, staf dan
tenaga kerja lainnya yang profesional haruslah diberikan kesejahteraan atau
kompensasi yang layak dan adil, untuk mempertahankan dan memotivasi dalam
bekerja sebagai tenaga pendidikan dalam madrasah. Sehingga guru dan tenaga
kependidikan yang berada di madrasah tersebut akan memberikan pelayanan jasa
pendidikan baik di madrasah maupun kepada peserta didik, karena termotivasi
oleh pendapatan/kesejahteraan yang diterima di madrasah.
5
Madrasah adalah lembaga pendidikan yang berkembang secara modern
dari pendidikan pesantren yang tradisional. Menurut sejarah, jauh sebelum
Belanda menjajah Indonesia, lembaga pendidikan Islam yang ada adalah
pesantren yang memusatkan kegiatannya untuk mendidik peserta didik mendalami
ilmu Agama. Perbedaan pesantren dengan madrasah terletak pada sistem
pendidikannya. Madrasah menganut sistem pendidikan formal dengan Kurikulum
Nasional, sedangkan pesantren menganut sistem non formal/tradisional dengan
kurikulum yang diberikan oleh pesantren itu sendiri.
Lulusan madrasah dianggap setara dengan lulusan umum, lulusan
madrasah dapat melanjutkan sekolah umum yang lebih tinggi dan siswa madrasah
juga dapat berpindah ke sekolah umum yang sama/sejajar. Sedangkan lulusan
pesantren tidak dapat diakui/tidak setara dengan lulusan umum. Oleh karena itu,
dengan adanya inovasi dalam pendidikan Islam yang menggabungkan dua sistem
ini (madrasah dan pesantren) mulai banyak dikembangkan di Indonesia.
Salah satunya adalah Pondok Pesantren Al-Ihsan yang terletak di
Pandeglang Banten, dimana pondok pesantren ini menggabungkan dua sistem
baik sistem madrasah yang setara dengan sistem sekolah umum maupun sistem
pesantren/tradisional. Pimpinan pondok pesantren Al-Ihsan juga memberikan
pelayanan jasa pendidikan kepada peserta didik untuk mengikuti beberapa
kegiatan yang diberikan, yaitu menghafal AL-Qur’an (Tahfidz), mengkaji kitab
kuning, berkomunikasi menggunakan bahasa arab dan inggris dan mengikuti
pelajaran umum di sekolah/madrasah. Selain peserta didik yang mengikuti
pelajaran umum dan pelajaran Agama di pondok pesantren, mereka pun
ditempatkan di asrama untuk tinggal dan mengemban ilmu yang diberikan selama
di pondok pesantren. Sehingga kegiatan yang diberikan dalam setiap harinya di
pondok pesantren bukan hanya pendidikan Agama saja, akan tetapi juga
pendidikan umum.
6
Disamping itu, pondok pesantren Al-Ihsan juga mempunyai tenaga
pendidik yang mengajar sambil menetap/tinggal dalam lingkungan pondok
pesantren dengan tempat yang sudah disediakan oleh pesantren. Tujuanya agar
guru/ustadz yang mengajar di pesantren juga dapat membina dan menjaga peserta
didik yang berada dalam pondok pesantren tersebut selama santri/siswa itu tinggal
di pesantren. Sehingga peserta didik mendapatkan ilmu yang diberikan
uztadz/guru dan kiyai (pimpinan pesantren) dengan baik dan mendapatkan
pengawasan yang cukup ketat di dalam pesantren.
Dengan latar belakang sistem pendidikan berbasis asrama (pesantren)
tersebut tentu saja peran guru/ustadz sangat sentral terhadap proses pendidikan
dan pengajaran. Peran yang sangat penting tersebut tentu saja membutuhkan
kemampuan, kualitas, dan integritas guru/ustadz, agar kualitas tersebut tetap
terjaga, maka memerlukan sistem pengupahan dan kompensasi yang baik.
Melihat realita di atas, Madrasah Al-Ihsan Pandeglang merupakan objek yang
menarik untuk diteliti mengenai sistem kompensasi yang digunakan di Madrasah
tersebut, sehingga lembaga pendidikan ini tetap mampu mempertahankan kinerja,
dan kualitas para guru/ustadz dalam membina peserta didik. Oleh karena itu
berdasarkan deskripsi di atas maka penulis merumuskan judul skripsi ini dengan
“Sistem Kompensasi Madrasah AL-Ihsan Pandeglang Banten”.
B. Identifikasi, Pembatasan, Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas maka penulis mengidentifikasi masalah, yaitu:
a. Sistem kompensasi yang digunakan oleh Madrasah AL-Ihsan
Pandeglang belum efektif
b. Kompensasi di Madrasah Al-Ihsan Pandeglang belum adil dan layak
c. Dampak sistem kompensasi di Madrasah Al-Ihsan Pandeglang
terhadap kualitas guru tidak optimal
7
2. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan penulis, maka perlu adanya pembatasan
masalah. Untuk itu penulis membatasi masalah pada sistem kompensasi
yang digunakan di Madrasah Al-Ihsan Pandeglang.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas,
rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: “Bagaimana
sistem kompensasi di Madrasah Al-Ihsan Pandeglang?”
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui sistem kompensasi yang di gunakan oleh Madrasah Al-Ihsan
Pandeglang
2. Mengetahui tingkat produktivitas kerja guru dalam mengajar
3. Mengetahui tingkat kesejahteraan guru di Madrasah Al-Ihsan
4. Mengetahui tingkat keadilan dalam memberikan kompensasi
D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna :
1. Bagi peneliti sebagai bahan masukan dalam menambah pengetahuan
mengenai sistem kompensasi
2. Dapat memberikan masukan bagi kepala sekolah untuk lebih
memperhatikan kompensasi untuk tenaga kependidikan di sekolah/
madrasah
3. Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan perbandingan untuk diuji
kembali pada periode berikutnya.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Kompensasi
Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasa
atas kerja mereka, baik berbentuk barang langsung maupun tidak langsung. Adapun
pengertian kompensasi yang dijelaskan oleh beberapa para ahli sebagaimana yang
diungkapkan oleh Veithzal dan Ella “Kompensasi merupakan sesuatu yang diterima
karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan”.1 Adapula
kompensasi menurut Suhendra dan Murdiyah ialah “Semua pendapatan yang berbentuk
uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas
jasa yang diberikan kepada perusahaan”.2
Sedangkan pengertian kompensasi yang sama dijelaskan oleh Veithzal dengan
pendapat Wayne Mondy bahwa kompensasi adalah “Total seluruh imbalan yang diterima
para karyawan sebagai pengganti jasa yang telah mereka berikan”.3 Pengertian yang
berbeda juga dikemukakan oleh Robert dan John “Kompensasi merupakan faktor penting
1
Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan (Jakarta:
PT. Rajagrafindo Persada, 2009) cet. 2. H. 741 2
Suhendar dan Murdiyah Hayati, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006)
cet 1. H. 102 3
R. Wayne Mondy, Manajemen Sumber Daya Manusia Jilid 2, Terj. Oleh Bayu Airlangga, Human
Resource Management Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2008) cet. 10. H.4
9
yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa orang-orang memilih untuk bekerja di
sebuah organisasi dari pada organisasi yang lain”.4
Menurut Andrew F. Sikula kompensasi adalah “Segala sesuatu yang dikonstitusikan
atau dianggap sebagai suatu balas jasa atau ekuivalen.”5 Selain pendapat yang diatas Dale
Yoder Ph.D juga mengemukakan pengertian kompensasi “The payment made to member
of work teams for their participation, artinya: balas jasa membuat anggota tim kerja
untuk dapat bekerja sama dan berprestasi.”6 Sedangkan menurut Tohardi bahwa
“Kompensasi dihitung berdasarkan evaluasi pekerjaan, perhitungan kompensasi tersebut
dimaksudkan untuk mendapatkan pemberian kompensasi yang mendekati kelayakan
(worth) dan keadilan (equity)”.7
Berdasarkan uraian di atas yang telah dikemukakan oleh beberapa para ahli jelaslah
bahwa peranan serta pentingnya masalah kompensasi untuk mensejahterakan karyawan
dalam sebuah perusahaan/organisasi. Karena itu semestinya pemberian kompensasi
kepada karyawan perlu mendapatkan perhatian khusus dari organisasi atau perusahaan
agar memotivasi para karyawan dan bertahan untuk bekerja di organisasi atau perusahaan
tersebut. Kompensasi juga tidak saja dapat diberikan dalam bentuk uang, tetapi dapat
juga berbentuk materil atau benda. Hal ini dikarenakan prestasi yang diberikan kadang-
kadang sukar dinilai dengan uang, tetapi lebih mudah diberikan dalam wujud materil atau
benda. Di samping uang dan materil, kompensasi juga dapat diberikan perusahaan berupa
fasilias bagi karyawan. Kompensasi berupa fasilitas ini biasanya diberikan sebagai
tambahan dari bentuk kompensasi materil.
4
Robert L. Mathis and John H.Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia, Terj. Oleh Diana Anggelica,
Human Resource Management (Jakarta: Salemba Empat: 2006) h. 419 5
Malayu S,P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Dasar dan Kunci Keberhasilan), (Jakarta:
PT. Ikrar Mandiriabadi: 1997) cet. 9, h.134 6
Ibid. h.133 7
Robert L. Mathis and John H.Jackson, op.cit. h. 420
10
B. Sistem Kompensasi
Menurut J. Long mendefinisikan sistem kompensasi adalah “Bagian dari sistem
reward yang hanya berkaitan dengan bagian ekonomi, namun demikian sejak adanya
keyakinan bahwa kompensasi tidak dapat terpisah dari keseluruhan sistem reward yang
disediakan organisasi untuk memenuhi satu atau lebih kebutuhan individual”.8 Jadi
sistem kompensasi adalah suatu penghargaan yang berkaitan dengan ekonomi yang
diberikan oleh suatu perusahaan/organisasi untuk dapat memenuhi kebutuhan
karyawanya sehingga pekerjaan yang dilakukan mendapat balasan/imbalan yang sesuai.
Sistem kompensasi sangat berpengaruh penting dalam membentuk perilaku dalam kinerja
seseorang, dengan sistem yang kurang baik maka akan berdampak langsung pada
karyawan. Oleh karena itu, dengan sistem kompensasi yang sesuai akan meningkatkan
produktivitas karyawan.
Menurut Lockyer menyatakan bahwa sistem kompensasi merupakan "Bagian integral
dalam hubungan industrial dan mempengaruhi efektifitas hubungan antara organisasi
dengan pekerja. Disamping sebagai alat motivasi, kompensasi juga sangat berperan
dalam perubahan kultur organisasi".9
Sistem kompensasi yang ideal adalah "Sistem
kompensasi yang menghargai seseorang berdasarkan usaha dan jerih payah yang telah
dikeluarkannya bukan berdasarkan golongan, pangkat dan senioritas. Sistem kompensasi
merefleksikan bagaimana organisasi menghargai pegawainya."10
Menurut Siagian yang dikutip oleh Arlan Adinata dalam usaha mengmbangkan suatu
sistem kompensasi, para spesialis di bidang manajemen sumber daya manusia perlu
melakukan empat hal, yaitu:
1. Melakukan analisis pekerjaan. Artinya perlu disusun deskripsi jabatan dan
standar pekerjaan yang terdapat dalam suatu organisasi.
8
J. Long, Compensation in Canada, 1998. h.8 9
Robert L. Mathis and John H. Jackson, Loc.cit. h. 430 10
Arlan Adinata, “Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendapatan Darah Kota
Bogor,” Skripsi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Bogor, 2011. H. 89.
Dipublikasikan.
11
2. Melakukan penilaian pekerjaan dikaitkan dengan keadilan internal.
3. Melakukan survei berbagai sistem kompensasi yang berlaku guna memperoleh
bahan yang berkaitan dengan keadilan eksternal.
4. Menentukan “harga” setiap pekerjaan dihubungkan dengan “harga” pekerjan
sejenis di tempat lain.11
Menurut Simamora terdapat lima karakteristik yang harus selalu ada dalam program
kompensasi agar dalam pelaksanaan program tersebut dapat optimal dan efektif dalam
mencapai tujuan-tujuannya. Karakteristik- karakteristik tersebut adalah :
a Arti penting sebuah imbalan tidak akan dapat mempengaruhi seseorang jika
imbalan tersebut tidak mempunyai arti penting bagi mereka. Sedapat mungkin
merancang sistem imbalan yang mendekati kisaran nilai kompensasi yang
diinginkan karyawan dengan menerapkan berbagai bentuk imbalan guna
meyakinkan bahwa imbalan-imbalan yang tersedia adalah penting bagi semua
individu dalam organisasi.
b Fleksibilitas, jika sistem imbalan disesuaikan dengan karakteristik unik dari
anggota individu dan jika imbalan disediakan dengan mempertimbangkan tingkat
kinerja tertentu, maka imbalan-imbalan memerlukan beberapa tingkat
fleksibilitas. Fleksibilatas imbalan merupakan prasarat penting dalam merancang
sistem imbalan yang terkait dengan individu-individu.
c Frekuensi, semakin sering suatu imbalan dapat diberikan, semakin besar daya
gunanya sebagai alat yang mempengaruhi kinerja karyawan. Oleh karena itu
imbalan-imbalan yang sangat didambakan adalah imbalan-imbalan yang dapat
diberikan dengan sering tanpa kehilangan arti pentingnya.
d Visibilitas, imbalan-imbalan hendaknya dapat dilihat secara fisik agar individu
merasakan adanya hubungan antara kinerja dan imbalan yang diberikan. Imbalan-
11
ibid. h. 90
12
imbalan yang terlihat (visible) mempunyai keuntungan tambahan karena dapat
memuaskan karyawan akan kebutuhan pengakuan dan penghargaan.
e Biaya, sistem kompensasi tidak dapat dirancang tanpa pertimbangan biaya.
Semakin rendah biaya semakin diinginkan imbalan tersebut dari sudut pandang
organisasi. Imbalan-imbalan berbiaya tinggi tidak dapat diberikan sesering
imbalan berbiaya rendah dan imbalan berbiaya tinggi mengurangi efektivitas dan
efisiensi organisasi/perusahaan.12
Sistem Kompensasi yang Efektif
Menurut Henry Simamora “Sistem kompensasi yang efektif terdapat dua
pertimbangan, yaitu Pertama: sistem kompensasi haruslah tanggap terhadap situasi.
Kedua: sistem kompensasi haruslah memotivasi karyawan”.13 Dimana sistem
kompensasi haruslah sesuai dengan lingkungan dan mempertimbangkan tujuan-tujuan,
sumber daya, dan struktur organisasi, sistem kompensasi haruslah memuaskan
kebutuhan-kebutuhan karyawan, memastikan perlakuan yang adil, dan memberikan
imbalan yang sesuai dengan hukum.
Menurut Malayu Hasibuan sistem kompensasi ada 3 jenis, yaitu14:
1. Sistem Kompensasi
Kompensasi dalam sistem waktu ditetapkan berdasarkan standar waktu
seperti jam, hari, minggu atau bulan dalam bekerja, sehingga dalam pemberian
kompensasi relatif mudah untuk karyawan tetap maupun karyawan honorer.
Adapun sistem hasil (output) ditetapkan atas satuan unit yang dihasilkan pekerja,
seperti perpotong, permeter, atau perkilogram. Sedangkan sistem borongan
kompensasi diberikan atas dasar kontrak untuk berapa lamanya pekerjaan yang
dilakukan oleh karyawan perusahaan/organisasi.
12
Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: YKPN: 1995) cet. 1. h. 545-545 13
Ibid. h. 433 14
Malayu S,P. Hasibuan, op.cit. h.140
13
2. Kebijaksanaan kompensasi
Besarnya kompensasi harus ditetapkan berdasarkan analisis pekerjaan,
spesifikasi pekerjaan, jabatan, serta berpedoman pada keadilan dan undang-
undang pegawai/perburuhan. Dengan kebijaksanaan ini diharapkan akan terbina
kerja sama yang serasi dan memberikan kepuasan kepada semua pihak. Selain itu,
pemberian kompensasi juga hendaknya ditetapkan waktunya yang paling tepat,
sehingga pemberian kompensasi akan memberikan dampak yang positif untuk
karyawan maupun perusahaan/organisasi yang bersangkutan.
3. Waktu pembayaran kompensasi
Kompensasi harus dibayarkan tepat pada waktunya, jangan sampai terjadi
penundaan pemberian kompensasi, karena akan menyebabkan disiplin kerja
karyawan yang menurun akibat kompensasi yang belum diberikan dan juga akan
berdampak kepada kebutuhan yang tidak terpenuhi untuk keluarga karyawan.
Oleh karena itu, pemberian kompensasi yang tepat pada waktunya akan
berdampak positif bagi karyawan dan perusahaan/organisasi yang bersangkutan.
Apabila terjadi penundaan kompensasi, perusahaan/organisasi harus memberikan
penjelasan kepada karyawan mengenai hal tersebut, sehingga karyawan dapat
memahami alasan tersebut.
Pendapat lain dikemukakan oleh Wursanto mengenai sistem kompensasi ada
tiga macam, yaitu “Sistem skala tunggal: yaitu gaji yang sama diberikan kepada pegawai
yang berpangkat sama, Sistem skala ganda: yaitu sistem penggajian yang menentukkan
besarnya gaji bukan hanya didasarkan pangkat tetapi juga pada pekerjaan yang dilakukan,
Sistem skala gabungan: yaitu sistem penggajian yang merupakan paduan antara sistem
skala tunggal dan sistem skala ganda”.15
15
Wursanto, Manajemen Kepegawaian 2, (Yogyakarta: Kanisius, 1994) cet. 3. H. 55
14
C. Jenis-jenis Kompensasi
Dalam menentukan jenis-jenis kompensasi banyak perbedaan dan persamaan
pendapat dari para ahli. Namun tujuanya hampir sama yaitu untuk memberikan
kompensasi yang layak pada karyawan perusahaan/organisasi. Menurut Hadari Nawawi
menjelaskan bahwa kompensasi dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:
1) Kompensasi Total, yaitu keseluruhan penghargaan/ganjaran yang diterima oleh
seorang pekerja untuk seluruh pekerjaan yang dilakukannya sebagai kontribusinya
pada pencapaian tujuan organisasi/perusahaan.
2) Kompensasi Khusus atau Kompensasi Tambahan, yaitu penghargaan/ganjaran
yang diberikan kepada para pekerja dengan status tertentu dalam perusahaan/
organisasi.16
Jenis-jenis kompensasi lain juga yang berbeda diungkapkan oleh Robbins bahwa
imbalan atau kompensasi secara garis besarnya terbagi dua, yaitu: “Imbalan intrinsik,
yaitu imbalan yang tidak berbentuk fisik dan hanya dapat dirasakan seperti kelangsungan
pekerjaan, jenjang karir yang jelas, kondisi lingkungan dan memberikan kepuasan kerja,
sedangkan Imbalan ekstrinsik, yaitu imbalan berbentuk uang yaitu berupa gaji dan berupa
tunjangan”.17
Imbalan intrinsik memiliki potensi untuk menghasilkan pengaruh yang kuat
terhadap karyawan/pegawai dalam organisasi/perusahaannya dan kenyataannya bahwa
imbalan intrinsik dialami langsung oleh individu akibat dari pelaksanaan yang efektif
dalam pekerjaannya sehingga memberikan motivasi kepada individu tersebut. Sedangkan
imbalan ekstrinsik yang paling sering digunakan di perusahaan/organisasi adalah uang,
meskipun penggunaan uang sebagai imbalan ekstrinsik meluas, akan tetapi bukan hanya
uang melainkan hal-hal seperti pengakuan dan pujian dari atasan, dan berbagai tunjangan
pelengkap.
16
R. Wayne, Op.cit h. 5 17
Ibid. h.6
15
Sedangkan jenis kompensasi yang banyak diungkapkan para ahli kompensasi
terdiri dari dua komponen, yaitu kompensasi finansial dan kompensasi non finansial.
Kompensasi finansial yaitu upah atau gaji yang diberikan kepada karyawan berupa
barang/uang dan rutin diberikan, sedangkan kompensasi non finansial yaitu berupa
tunjangan/asuransi jiwa dan tunjangan lain yang diterima oleh karyawan
perusahaan/organisasi. Adapun menurut Veithzal dan Ella kompensasi finansial terbagi
lagi menjadi dua, yaitu kompensasi finansial langsung dan kompensasi finansial tidak
langsung. “Kompensasi finansial langsung terdiri dari pembayaran karyawan dalam
bentuk upah, gaji, bonus atau komisi. Sedangkan kompensasi finansial tidak langsung
atau benefit, terdiri dari semua pembayaran yang tidak tercakup dalam kompensasi
langsung seperti asuransi (tunjangan) keamanan dan kesehatan”.18 Kompensasi finansial
tidak langsung juga memberikan tunjangan pada saat karyawan/pegawai tidak hadir,
seperti pada libur hari-hari besar, liburan, cuti dan izin karena sakit.
Kompensasi finansial tidak langsung menurut Hani Handoko mengelompokkan
empat kategori, yaitu: “Pembayaran upah untuk waktu tidak bekerja, perlindungan
ekonomis terhadap bahaya, program pelayanan pekerja, dan pembayaran kompensasi
yang ditetapkan secara legal”.19 Selain itu, kompensasi non finansial meliputi kepuasan
yang diterima seseorang dari pekerjaan itu sendiri atau dari lingkungan psikologis/fisik
tempat orang tersebut bekerja. Sedangkan Menurut Hasibuan, benefit atau service adalah
“Kompensasi tambahan (finansial atau non finansial) yang diberikan berdasarkan
kebijaksanaan perusahaan terhadap semua karyawan dalam usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka (tunjangan hari raya, uang pensiun, dan lain sebagainya)."20
Pendapat lain yang sama juga dikemukakan oleh Panggabean “Kompensasi
finansial langsung terdiri dari gaji dan insentif, sedangkan kompensasi finansial tidak
langsung dapat berupa berbagai macam fasilitas dan tunjangan. Adapun kompensasi
nonfinansial dapat berupa pekerjaan dan lingkungan pekerjaan di perusahaan/organisasi
18
Veithzal Rivai, Ella Jauvani Sagala, op.cit. h. 741 19
R. Wayne. op.cit. h. 6 20
Malayu S,P. Hasibuan, op.cit. h.134
16
tersebut.”21 Ada keuntungan dengan diberikan kompensasi tidak langsung/pelengkap
tersebut, yaitu meningkatkan semangat kerja dan kesetiaan karyawan pada perusahaan,
menurunkan jumlah absensi para karyawan, dan memberikan kesejahteraan kepada
karyawan erusahaan/organisasi.
Berikut penjelasan dari beberapa jenis kompensasi yang umum digunakan oleh
perusahaan/organisasi :
1. Gaji
Gaji adalah kompensasi dalam bentuk uang yang dibayarkan atas pelepasan
tanggung jawab atas pekerjaan karyawan/individu. Gaji dipergunakan untuk
memberikan kompensasi kepada tenaga kerja yang bekerja
diperusahaan/organisasi. Menurut Veithzal gaji adalah “Program pemberian upah
dan gaji harus ditetapkan atas asas adil dan asas layak serta dengan memerhatikan
undang-undang yang berlaku sehingga upah dan gaji yang diberikan merangsang
motivasi dan kepuasan kerja karyawan”.22
Sedangkan pengertian gaji menurut S.P Hasibuan ialah “Balas jasa yang
dibayarkan secara periodik kepada karyawan tetap serta mempunyai
jaminan/asuransi yang pasti.”23 Dan menurut Hasibuan yang dikutip oleh Danang
dalam jurnal Manajemen dan Administrasi Perkantoran tujuan penggajian antara
lain: “Ikatan kerja sama, kepuasan kerja, pengadaan efektif, motivasi, stabilitas
karyawan, disiplin, pengaruh serikat guru, pengaruh pemerintah”.24
Jadi dalam pemberian gaji kepada karyawannya, perusahaan/organisasi
haruslah memiliki rencana penggajian yang adil dan layak yang sesuai dengan
undang-undang kesejahteraan untuk para pekerja. Sehingga pemberian gaji akan
21
Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Kencana, 2011) cet. 3. h. 188 22
Veithzal, Op.cit, h.763 23
Malayu S,P. Hasibuan, op.cit. h.133 24
http://danang-leo-handoko.blogspot.com/2012/01/kompensasi.htmI?m=
17
memenuhi kebutuhan hidup karyawan yang layak serta memotivasi karyawan
dalam bekerja untuk lebih produktif dan profesional.
2. Upah
Upah adalah imbalan yang dibayarkan secara langsung berdasarkan waktu
yang ditentukan dan diberikanya tidak dengan waktu yang tetap/berubah-ubah.
Upah tidak seperti gaji yang jumlahnya relatif tetap, besarnya upah dapat berubah
menjadi lebih tinggi atau lebih rendah. Pada dasarnya gaji atau upah diberikan
untuk menarik calon pegawai agar mau masuk menjadi karyawan di perusahaan.
Menurut Edwin B. Flippo “Wages is defined as the adequate and equitable
renumeration of personnel for their constribution to organizational objectives,
artinya upah didefinisikan sebagai balas jasa yang adil dan layak diberikan kepada
para pekerja atas jasa-jasanya dalam mencapai tujuan organisasi”.25 Dalam
menentukan upah dapat ditempuh dengan “Analisis jabatan/tugas, evaluasi
jabatan/tugas, melakukan survei upah, menentukan tingkat upah”.26
3. Insentif
Insentif adalah imbalan yang dibayarkan kepada karyawan diluar gaji dan
upah karena bekerja melebihi standar yang ditentukan perusahaan/organisasi yaitu
berupa prestasi kerja karyawan. Menurut Mangkunegasa mengatakan pengertian
insentif adalah “Suatu penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan oleh pihak
pimpinan perusahaan/organisasi kepada karyawan agar mereka bekerja dengan
motivasi yang tinggi dan berprestasi dalam pekerjaan di perusahaan/organisasi
tersebut.”27
Insentif merupakan salah satu jenis penghargaan yang dikaitkan dengan
prestasi kerja, semakin tinggi prestasi kerjanya, semakin besar pula insentif yang
diberikan. Edy Sutrisno menggolongkan insentif dibagi menjadi dua, yaitu:
25
Malayu S.P. Hasibuan. op.cit . h. 134 26
Veithzal, op .cit, h.759 27
Danang, Op.cit
18
“Insentif individu yang bertujuan untuk memberikan penghasilan tambahan selain
gaji pokok bagi individu yang dapat mencapai standar prestasi kerja, Insentif
kelompok bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk kerja sama, atau
ketergantungan dari seseorang terhadap orang lain dan kinerja mereka juga
melebihi standar yang telah ditetapkan”.28
Menurut Sondang yang termasuk pada sistem insentif individu ialah
“Piecework, bonus produksi, komisi, kurva kematangan dan insentif bagi para
ekslusif. Sedangkan sistem insentif kelompok mencakup antara lain, insentif
produksi, bagi keuntungan dan pengurangan biaya”.29 Jelaslah bahwa pemberian
insentif kepada para karyawan, baik pada tingkat individual maupun pada tingkat
kelompok, termasuk bagi mereka yang menduduki jabatan pemimpin merupakan
bagian penting dari suatu sistem kompensasi.
4. Tunjangan
Tunjangan adalah penghargaan tidak langsung yang diberikan perusahaan/
organisasi kepada karyawan untuk mendapatkan kesejahteraan dan rasa nyaman
dalam pekejaannya tersebut. “Para pemberi kerja memberikan sebagian besar
tunjangan secara sukarela, namun hukum mewajibkan tunjangan lainnya yaitu
mencakup 10% dari kompensasi total, tunjangan tersebut meliputi jaminan sosial,
ganti rugi karyawan, asuransi, serta cuti keluarga dan pengobatan”.30 Pendapat
lain menurut Jac Fitz dan Barbara “Tunjangan adalah bagian penting tetapi
merupakan bagian sekunder dari total program kompensasi. Tunjangan perlu
kompetitif, tetapi paket tunjangan yang terbaik sekalipun tidak akan menjamin
bahwa setiap orang akan tertarik bekerja untuk sebuah perusahaan”.31
28
Edy Sutrisno, op.cit. h. 183 29
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999) cet. 7 30
R. Wayne Mondy, op.cit. h. 43 31
Jac Fitz-enz and Barbara Davision, How To Measure Human Resources Management, Terj. Widarti
Rahardjo, (Jakarta: Kencana, 2011). Cet.3 h. 113
19
Tunjangan meliputi seluruh imbalan finansial yang tidak termasuk ke dalam
kompensasi finansial langsung, yaitu bukan berupa uang/barang, akan tetapi
kompensasi berupa jaminan sosial untuk karyawan. Meskipun karyawan tidak
mendapatkan uang dari tunjangan tersebut, namun karyawan mendapatkan
manfaat perlindungan asuransi yang diberikan perusahaan/organisasi.
D. Fungsi Kompensasi
Menurut Martoyo Fungsi kompensasi adalah “Penggunaan sumber daya manusia
secara lebih efisien dan lebih efektif, mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi”.32
Dari pengertian yang dijelaskan di atas maka kompensasi memiliki fungsi yang cukup
penting di dalam memperlancar kegiatan organisasi atau perusahaan dengan kinerja yang
dihasilkan oleh karyawanya. Selain itu, kompensasi merupakan alat pengikat perusahaan
tehadap karyawannya, faktor penarik bagi calon karyawan dan faktor pendorong
seseorang menjadi karyawan di dalam sebuah perusahaan/organisasi. Kompensasi juga
memberikan kesejahteraan kepada karyawan untuk memnuhi kebutuhan ekonomi
keluarganya. Dengan kompensasi perusahaan juga dapat memberikan motivasi kepada
karyawan untuk meningkatkan produktivitas dalam pekerjaannya, sehingga produk atau
hasil kerja yang diraih mendapatkan keuntungan untuk perusahaan/organisasi dan juga
untuk karyawan itu sendiri.
E. Tujuan Kompensasi
Menurut Ivancevich yang dikutip oleh Nurlaila Fadjarwati dalam jurnalnya tujuan
dari kompensasi adalah “Menciptakan suatu sistem imbalan yang adil kepada majikan
dan karyawan sama”.33 Secara umum tujuan kompensasi adalah untuk membantu
perusahaan mencapai tujuan keberhasilan strategi perusahaan dan menjamin terciptanya
keadilan internal dan eksternal. Ada pun tujuan lain dari kompensasi menurut
Sedarmayanti adalah “Menghargai kinerja, menjamin keadilan, mempertahankan
32
Sistaka, Sumber Daya Manusia Mengenai Kompensasi (2011),
(http://sistasaka.blogspot.com/2011/12/sumber-daya-manusia-mengenai-kompensasi.html?m=1) 33
Nurlaila Fadjarwati, Kompensasi (2011)
(http://nurlailafadjarwati.blogspot.com/2011/01/kompensasi.htmI?m=1)
20
karyawan, memperoleh karyawan bermutu, mengendalikan biaya dan memenuhi
peraturan”.34
Pendapat lain dikemukakan oleh Singodimedjo tujuan kompensasi antara lain
“Menjamin sumber nafkah karyawan beserta keluarganya, meningkatkan prestasi kerja,
meningkatkan harga diri para karyawan, mempererat hubungan kerja antarkaryawan,
mencegah karyawan meninggalkan perusahaan, meningkatkan disiplin kerja, dan
perusahaan dapat memberikan teknologi baru.”35
Untuk mencapai tujuan dalam pengelolaan kompensasi tahap yang harus dilakukan
perusahaan/organisasi antara lain:
Tahap 1: Mengevaluasi setiap pekerjaan dengan memanfaatkan informasi analisis
pekerjaan guna menjamin hak internal yang adil berdasarkan pada nilai
relatif setiap pekerjaan.
Tahap 2: Melakukan penetapan gaji dan upah untuk menetapkan hak eksternal yang
adil berdasarkan tarif yang dibayarkan di pasar kerja.
Tahap 3: Menghargai setiap pekerjaan untuk menentukan tarif pembayaran
berdasarkan hak internal dan eksternal yang adil. 36
Sedangkan sasaran atau tujuan dalam pemberian kompensasi menurut Gouzali
Saydam sebagai berikut:
1) Untuk menjamin sumber nafkah karyawan
2) Meningkatkan prestasi kerja oara karyawan
3) Meningkatkan harga diri karyawan
4) Mempererat hubungan kerja antara karyawan dan perusahaan
34
Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai
Negeri Sipil (Bandung: PT. Refika Aditama, 2011) cet. 5 35
Edy Sutrisno, op.cit. h. 188 36
Sedarmayanti. op.cit.
21
5) Mencegah karyawan meninggalkan organisasi
6) Meningkatkan disiplin kerja
7) Perusahaan dapat mengefisiensikan tenaga karyawan yang potensial
8) Perusahaan dapat bersaing dengan tenaga kerja di pasaran
9) Mempermudah perusahaan mencapai tujuan
10) Melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku
11) Perusahaan dapat memanfaatkan teknologi maju.37
Kesimpulan dari tujuan kompensasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
karyawan, mendorong karyawan lebih giat bekerja, menunjukkan bahwa organisasi atau
perusahaan berlaku adil terhadap karyawannya, dan menunjukkan adanya penghargaan
atas pekerjaan karyawan. Dan tujuan lain dari kompensasi adalah untuk memperoleh
personil berkualitas, mempertahankan karyawan yang ada, menghargai pekerjaan
karyawan dan memberikan kompensasi secara adil dan mematuhi semua peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan sistem kompensasi. Tujuan pemberian
kompensasi juga hendaknya memberikan kepuasan kepada semua pihak, karyawan dapat
memenuhi kebutuhannya, perusahaan/organisasi juga mendapatkan kepuasan atas kinerja
karyawanya.
F. Keadilan dalam Kompensasi Finansial
Program kompensasi harus ditetapkan berdasarkan asas keadilan dan kelayakan serta
memperhatikan undang-undang yang berlaku mengenai kesejahteraan karyawan. Prinsip
keadilan dan kelayakan dalam pemberian kompensasi harus mendapat perhatian dengan
sebaik-baiknya agar kompensasi yang diberikan merangsang motivasi dan kepuasan
karyawan. Apabila karyawan merasa diberi kompensasi dengan tidak adil, maka
37
Gouzali Saydam, Manajemen Sumbr Daya Manusia, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1996) h. 168
22
karyawan tersebut akan membatasi atau mengurangi produktivitas dalam bekerja atau
bahkan meninggalkan perusahaan/organisasi tersebut.
Teori keadilan adalah “Teori motivasi yang menyatakan bahwa seseorang menilai
kinerja dan sikapnya dengan cara membandingkan kontribusinya pada pekerjaan dan
keuntungan yang diperoleh.”38 Menurut Hasibuan “Besarnya kompensasi yang
dibayarkan kepada setiap karyawan harus disesuaikan dengan prestasi kerja, jenis
pekerjaan, resiko pekerjaan, tanggung jawab, jabatan kerja, dan memenuhi persyaratan
internal konsistensi.”39
1. Keadilan Internal
“Keadilan internal terwujud ketika karyawan menerima bayaran menurut
nilai relatif pekerjaannya dalam organisasi yang sama, evaluasi kerja merupakan
alat utama untuk menentukan keadilan internal”.40 Selain itu, keadilan internal
juga “Menjamin bahwa posisi yang lebih banyak persyaratannya atau orang yang
lebih cakap/mampu di dalam organisasi diberi kompensasi lebih tinggi”.41
Dalam evaluasi kerja merupakan alat utama untuk menentukan keadilan
internal. Sebagian besar karyawan peduli pada keadilan kompensasi internal dan
eksternal. Dari perspektif karyawan, keadilan internal lebih penting karena
karyawan memiliki lebih banyak informasi mengenai masalah-masalah
kompensasi dalam perusahaan/organisasinya sendiri, sehingga informasi tersebut
dapat digunakan untuk membentuk persepsi keadilam kompensasi perusahaan.
2. Keadilan Eksternal
38
Sedarmayanti. op.cit. 39
Malayu S,P. Hasibuan, op.cit. h.138 40
R. Wayne Mondy, op.cit. h. 6 41
Sedarmayanti. loc.cit.
23
“Menjamin bahwa pekerjaan diberi imbalan yang wajar, sebanding dengan
pekerjaan serupa di pasar kerja”.42 Selain itu “Keadilan eksternal terwujud ketika
karyawan sebuah perusahaan menerima bayaran yang sebanding dengan
karyawan yang melakukan pekerjaan yang serupa di perusahaan lain”.43
Jadi,
keadilan eksternal akan dirasakan ketika karyawan dalam perusahaan/organisasi
tertentu mendapatkan gaji yang sama dengan karyawan lain yang bekerja sesuai
dengan jenis/jenjang karir di perusahaan/organisasi lain.
Di sisi lain, organisasi/perusahaan harus kompetitif dalam pasar tenaga kerja
agar dapat terus berjalan. Dalam lingkungan/luar lingkungan perusahaan/
organisasi terutama pada situasi permintaan dan penawaran karyawan, jelaslah
bahwa keadilan eksternal merupakan hal yang penting. Survei kompensasi
membantu organisasi/perusahaan dalam menentukan sampai sejauh mana
terwujudnya keadilan eksternal.
3. Keadilan Individu dan Kelompok
“Keadilan individu berarti bahwa individu-individu merasa bahwa mereka
diperlakukan secara wajar dibandingkan dengan rekan sekerja mereka”.44
Keadilan biasanya ada pada saat seseorang merasa bahwa rasio hasil terhadap
masukan adalah seimbang, baik yang secara internal berkaitan dengan dirinya
sendiri maupun dengan orang lain. Sedangkan Menurut Mondy “Keadilan
tim/kelompok adalah pencapaian ketika tim dihargai dan diberikan imbalan
berdasarkan produktivitas kelompok mereka”.45
Tingkat kinerja untuk tim/kelompok, sebagaimana untuk individu, bisa
ditentukan melalui sistem penilaian kinerja. Namun untuk mencapai keadilan
dalam kelompok (tim) bisa menemukan masalah, apabila seluruh anggota
kelompok/tim bekerja dan ikut berkontribusi dalam bekerja sama hal itu tidak
42
ibid 43
R. Wayne Mondy. loc.cit. h.8 44
Agus Arijanto, Pengertian Kompensasi & jenis/macam kompensasi SDM 45
R. Wyne Mondy, op.cit. h. 10
24
menjadi masalah, akan tetapi tidak untuk anggota tim yang salah satunya ada
yang bekerja dengan tidak optimal, ini akan menjadi masalah dalam pemberian
kompensasi secara adil. Berbeda dengan pemberian kompensasi secara individu,
bisa ditentukan dengan sistem penilaian kinerja karyawan.
4. Keadilan Prosedur
Persepsi mengenai keadilan dari proses sebuah prosedur yang dipakai untuk
membuat keputusan mengenai karyawan, termasuk gaji mereka. Sebagaimana
dalam kompensasi, menurut Scott dan George “Keadilan prosedur termasuk
dalam proses pengambilan keputusan dalam penentuan upah minimum, alokasi
kenaikannya, dan ukuran kinerja yang juga harus berkeadilan”.46
Sedangkan menurut Mathis dan Jackson keadilan Prosedur “Is the perceived
fairness of the process and procedures used to make decisions about employees,
including their pay, artinya adalah Persepsi mengenai keadilan dari proses sebuah
prosedur yang dipakai untuk membuat keputusan mengenai karyawan, termasuk
gaji.”47 Sedangkan menurut Cascio “Keadilan prosedural digunakan untuk
menentukan kompensasi yang berkaitan dengan alat dan lebih memengaruhi
kepuasan terhadap pemimpin dan komitmen organisasi/perusahaan.”48
5. Keadilan Distributif
“Keadilan ini merujuk pada keadilan yang dirasa dalam distribusi hasil. Segi
keadilan ini menguji bagaimana imbalan kerja berhubungan dengan kinerja”.49
Asas keadilan menjadi penting dalam hal mendistribusikan kompensasi yang akan
diberikan, pastinya para pribadi karyawan merasa terangkat motivasi kerjanya jika
telah merasakan keadilan dalam proses pemberian imbalan tersebut. Sedangkan
46
Scott Snell and George Bohlander, Principles of Human Resource Management (South Western: 2010)
h.130 47
Mathis and Jackson, Human Resource Management (USA: South-Western Cengage Learning: 2009) h.
130 48
Edy Sutrisno. op.cit. h. 186 49
Robert L. Mathis and John H.Jackson, op.cit. h. 431
25
menurut Cascio “Keadilan distributif berusaha untuk menjelaskan bagaimana
seseorang bereaksi terhadap jumlah kompensasi yang diterima, dan keadilan
distributif berkaitan dengan hasil akhirnya yang lebih memengaruhi kepuasan
terhadap apa yang diberikan.”50
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Panggabean agar pemberian
kompensasi terasa adil maka proses yang harus dilakukan adalah:
1) Menyelenggarakan survei kompensasi, yaitu mengenai jumlah kompensasi
yang akan diberikan kepada karyawan
2) Menentukan nilai tiap pekerjaan dalam perusahaan melalui evaluasi
3) Mengelompokkan pekerjaan yang sama/sejenis ke dalam tingkat
kompensasi yang sama pula
4) Menyesuaikan tingkat kompensasi dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.51
Dari uraian diatas diketahui bahwa agar kompensasi terasa adil, maka evaluasi
pekerjaan, survei kompensasi, dan penilaian prestasi kerja merupakan serangkaian
kegiatan yang perlu dilakukan dalam pemberian kompensasi. Penilaian pekerjaan atau
evaluasi pekerjaan merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan nilai
relatif dari berbagai pekerjaan, antara lain dengan cara membandingkan suatu jabatan lain
yang ada dalam perusahaan.
Kesimpulan dari beberapa macam keadilan kompensasi diatas ialah sistem
kompensasi yang didisain dengan adil dan baik, memberikan dampak positif dalam
efisiensi dan hasil kerja, sehingga memotivasi karyawan/individu untuk memberikan
kinerja yang melebihi standar normal perusahaan/organisasi. Hal senada juga
dikemukakan oleh Robbins “Bahwa penghargaan dapat meningkatkan prestasi kerja dan
kepuasan kerja apabila: a) mereka merasakan adanya keadilan dalam kompensasi, b)
50
Edy Sutrisno. loc.cit, h. 187 51
Ibid, 185
26
penghargaan yang mereka terima dikaitkan dengan kinerja mereka, c) berkaitan dengan
kebutuhan individu.”52
Untuk menyusun sistem pemberian kompensasi yang adil, manajemen
perusahaan/organisasi perlu melakukan evaluasi pekerjaan. Dengan evaluasi, perusahaan/
organisasi berupaya mempertimbangkan untuk memasukan/merekrut para karyawan dan
menetapkan upah/gaji yang akan diberikan. Jadi, adil dalam hal ini bukan berarti setiap
karyawan menerima kompensasi yang sama besarnya, akan tetapi asas adil harus menjadi
dasar penilaian, perilaku dan pemberian hadia bagi setiap karyawan.
Menurut Agus Arijanto dalam jurnalnya “Konsep keadilan dalam hal ini berkaitan
dengan input dan outcome, input atau masukan antara lain meliputi pengalaman atau
masa kerja, senioritas, jenjang pendidikan, keahlian, beban tugas, prestasi dan
sebagainya. Sedangkan outcome atau hasil adalah imbalan yang diperoleh pekerja.”53
Karena bila kompensasi dirasakan tidak adil dan tidak layak oleh para karyawan, maka
tidak mustahil hal tersebut merupakan sumber kecemburuan sosial. Pemberian
kompensasi yang layak dan adil merupakan kata kunci dalam upaya mendekati
pemberian upah yang layak dan adil tersebut.
G. .Faktor yang Mempengaruhi Kompensasi
Dalam pemberian kompensasi terdapat sejumlah faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut menurut Suhendar terbagi tiga, yaitu:
Faktor Intern Organisasi yang mempengaruhi besarnya kompensasi adalah dana
organisasi dan serikat pekerja, Faktor Pribadi Karyawan yang mempengaruhi besarnya
kompensasi adalah produktifitas kerja, posisi dan jabatan, pendidikan dan pengalaman
serta jenis dan sifat pekerjaan, Faktor Ekstern yang mempengaruhi besarnya kompensasi
adalah penawaran dan permintaan kerja, biaya hidup, kebijaksanaan pemerintah, dan
kondisi perekonomian nasioal.54
52Ibid. h. 186
53Agus Arijanto. op.cit
54Suhendar dan Murdiyah Hayati, Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: UIN Jakarta Press,2006)
cet 1.
27
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Soekidjo Notoatmodjo faktor-faktor yang
mempengaruhi kompensasi antara lain: “Produktivitas, kemampuan untuk membayar,
kesediaan untuk membayar, suplai dan permintaan tenaga kerja, organisasi
karyawan/guru, berbagai peraturan dan perundang-undangan”.55 Pendapat yang hampir
serupa dengan Soekidjo diungkapkan oleh Tohardi tentang faktor yang mempengaruhi
kompensasi, yaitu “Produktivitas, kemampuan untuk membayar, kesediaan untuk
membayar, penawaran dan permintaan tenaga kerja”.56
Selain itu adapula pendapat dari Panggabean faktor yang mempengaruhi
kompensasi, yaitu “Penawaran dan permintaan serikat pekerja, kemampuan untuk
membayar, produktivitas, biaya hidup, dan pemerintah”.57 Dengan faktor-faktor tersebut,
maka jelas bahwa adanya pengaruh terhadap penentuan kompensasi yang akan diterima
oleh karyawan dari organisasi atau perusahaan. Sehingga di antara faktor-faktor yang
mempengaruhi upah dan kebijakan kompensasi baik faktor eksternal maupun internal
akan menjadi pertimbangan dalam memutuskan besaran kompensasi yang akan diberikan
oleh organisasi atau perusahaan kepada karyawannya.
Adapun pendapat yang diperjelas oleh Hasibuan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya kompensasi yaitu:
1. Penawaran dan permintaan tenaga kerja
2. Kemampuan dan kesediaan perusahaan
3. Serikat buruh/organisasi karyawan
4. Produktivitas kerja karyawan
5. Pemerintah dan undang-undang dan kepresnya
6. Biaya hidup/Cost of Living
55
Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Reneka Cipta) cet ke-3,
h.134 56
Ibid. h 194 57
Mutiara S.Pangabean, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004) cet ke-2, h.
81-82
28
7. Posisi jabatan karyawan
8. Pendidikan dan pengalaman karyawan
9. Kondisi perekonomian nasional
10. Jenis dan sifat pekerjaan.58
Selain itu ada anggapan bahwa besar kecilnya kompensasi akan selalu
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya: “Tingkat biaya hidup, tingkat kompensasi
yang berlaku di perusahaan/organisasi lain, tingkat kemampuan perusahaan/organisasi,
jenis pekerjaan dan besar kecilnya tanggung jawab, peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dan peranan serikat buruh”.59
Besar kecilnya pemberian kompensasi tidak mungkin dapat ditentukan begitu
saja, tanpa melihat perkembangan keadaan sekitar perusahaan/organisasi. Oleh karena itu
banyak faktor yang mempengaruhi kompensasi, seperti yang dikemukakan oleh Gouzali
Saydam sebagai berikut:
1. Tingkat biaya hidup tingkat kompensasi yang berlaku di perusahaan/
organisasi lain
2. Tingkat kemampuan perusahaan organisasi
3. jenis pekerjaan dan besar kecilnya tanggung jawab
4. Peraturan perundang-undangan yang berlaku
5. Peranan serikat pekerja60
H. Faktor Penentuan Pemberian Kompensasi
Besarnya kompensasi yang diberikan ditentukan oleh faktor sebagai berikut:
“Harga/nilai pekerjaan, merupakan tindakan pertama yang dilakukan dalam menentukan
58
Malayu S,P. Hasibuan, op.cit. h.144 59
Edy Sutrisno. op.cit. h. 191 60
Gouzali Saydam. op.cit. h. 180
29
besarnya kompensasi yang akan diberikan, Sistem Kompensasi beberapa sistem
kompensasi yang biasa digunakan adalah sistem prestasi dan sistem kontrak/borongan”.61
Dalam menyusun sistem kompensasi ada lima faktor yang harus dipertimbangkan
yaitu: tingkat upah dan gaji yang berlaku diberbagai organisasi/perusahaan, tuntutan
serikat kerja yaitu para serikat pekerja berperan dalam mengajukan tuntutan gaji/upah
yang lebih tinggi, produktivitas yaitu apabila para pegawai merasa tidak memperoleh
kompensasi yang wajar/adil, kebijakan organisasi/perusahaan mengenai upah dan gaji
yang diberikan, peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu daerah atau
negara, seperti upah minimum.
Walaupun para ahli berbeda pendapat tentang dasar penentuan pemberian
kompensasi, karena perbedaan sudut pandang, namun secara umum penentuan tersebut
dapat dibedakan. seperti yang dikemukakan pendapat oleh Gouzali Saydam dalam
penentuan sistem kompensasi sebagai berikut:
1. Kompensasi berdasarkan satuan volume yang dihasilkan adalah model
pemberian kompensasi yang banyak dilaksanakan dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari.
2. Kompensasi berdasarkan satuan waktu pekerjaan biasanya seorang karyawan
atau pekerja diberi kompensasi berdasarkan waktu pelaksanaan pekerjaan
yang dapat dilakukannya.
3. Kompensasi berdasarkan penilaian pekerjaan, kompensasi jenis ini banyak
ditemui dalam sistem penggajian yang ada diperusahaan, karena jenis ini
adalah suatu usaha untuk menentukan dan membandingkan nilai suatu
pekerjaan tertentu dengan nilai pekerjaan yang lain yang ada pada satu
perusahaan/organisasi.62
61
Asman blog, Kompensasi Efektif, 2010 (http://asmanannil.blogspot.com/2010//04/kompensasi-
efekif.htmI?m=) 62
Gouzali Saydam. op.cit. h. 181-184
30
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan
sistem kompensasi menurut Gauzali Saydam, yaitu ada tiga pertama kompensasi
berdasarkan satuan volume yang dimana pemberian kompensasi didasarkan pada berapa
banyak jumlah produksi yang dapat dihasilkan oleh karyawan yang bersangkutan. Model
seperti ini sering disebut sebagai “kerja borongan” karena dalam metode ini perusahaan
mengaitkan kompensasi secara langsung dengan jumlah produk yang dihasilkan oleh
karyawan.
Kedua, kompensasi berdasarkan satuan waktu pekerjaan, dimana besarnya
kompensasi yang diterima seorang karyawan atau pekerja dikaitkan langsung dengan
lama waktu yang digunakan oleh yang bersangkutan untuk bekerja, bukan pada jumlah
produk yang dihasilkan seperti jenis yang pertama. Kebaikan sistem waktu ialah
administrasi imbalan mudah dan besaranya kompenasi yang dibayarkan tetap. Namun
kelemahan sistem waktu ialah pekerja yang bekerjanya malas pun mendapatkan
kompensasi yang sama.
Sedangkan ketiga kompensasi berdasarkan penilaian pekerjaan, metode penilaian
ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Melalui metode ini kita dapat menentukan berapa harga dari suatu pekerjaan
yang dilakukan karyawan dalam melakukan pekerjaannya, sehingga perusahaan atau
organisasi dapat menentukan kompensasi dengan adil dan layak.
Menurut S.P. Hasibuan metode dalam memberikan kompensasi ada dua, yaitu
"Metode Tunggal, metode yang dalam penerapan gaji pokok hanya didasarkan atas ijazah
terakhir dari pendidikan formal yang dimiliki tenaga pendidik/pegawai. Dan Metode
Jamak, metode yang dalam gaji pokok didasarkan atas beberapa pertimbangan seperti
ijazah, sifat pekerjaan, pendidikan informal, bahkan hubungan keluarga ikut menentukan
besarannya gaji pokok seseorang".63
Dengan demikian dalam pemberian kompensasi tunggal sering digunakan dalam
instansi pemerintah seperti sekolah negeri, sedangkan kompensasi jamak sering
digunakan dilembaga/organisasi swasta. Metode apa saja yang digunakan oleh
63
Hasibuan, op.cit. h. 123
31
lembaga/organisasi tersebut, yang terpenting yaitu dapat memberikan kepuasan dan
keadilan kepada manusia pihak yang ada di dalam lembaga tersebut.
Prof. Dr. S.P Siagian dalam bukunya Manajmen Sumber Daya Manusia bahwa
"Penilaian pekerjaan adalah prosedur yang sistematis untuk menentukan nilai relatif dari
berbagai pekerjaan dalam suatu perusahaan/organisasi".64 Sedangkan menurut George
Strauss dan Leonard R. Sayles dalam bukuny Manajemen Personalia, Segi Manusia
dalam Organisasi menyebutkan bahwa "Penilaan pekerjan merupakan suatu metode
utnuk menentukan hubungan antara tarif dan upah (kompensasi)”.65
Kesimpulannya yaitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi besar/kecilnya tingkat
kompensasi. Hal ini perlu mendapat perhatian agar prinsip kompensasi dapat adil dan
layak sehingga karyawan mendapatkan kepuasan terhadap pekerjaannya di perusahaan/
organisasi. Dengan berbagai macam faktor yang mempengaruhi kompensasi sangatlah
jelas bahwa begitu pentingnya kompensasi yang akan mempengaruhi produktivitas
karyawan, karena tujuan sumber daya manusia bekerja itu adalah untuk mendapatkan
uang dari hasil pekerjaan yang dilakukannya sehingga dapat memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarganya.
Melihat realita di zaman sekarang ini, orang akan mencari pekerjaan yang dapat
memberikan kesejahteraan yang sesuai dengan hasil pekerjaannya. Kompensasi yang
tidak sesuai juga sangat mempengaruhi kesetiaan karyawan, terlebih lagi karyawan yang
memiliki kompetensi sangat baik dan profesional dalam bekerja akan sangat memilih
perusahaan/organisasi yang bisa memberikannya gaji besar. Perusahaan/organisasi yang
memberikan gaji tidak sesuai dengan kemampuan karyawan tersebut, maka karyawan
akan mudah untuk keluar, sebaliknya apabila perusahaan/organisasi memberikan
kompensasi yang layak dan sesuai, maka karyawan pun akan sukar untuk keluar dari
perusahaan/organisasi tersebut.
64
Gouzali Saydam. Ibid. h. 191
65Ibid h. 193
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Kompensasi
Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasa
atas kerja mereka, baik berbentuk barang langsung maupun tidak langsung. Adapun
pengertian kompensasi yang dijelaskan oleh beberapa para ahli sebagaimana yang
diungkapkan oleh Veithzal dan Ella “Kompensasi merupakan sesuatu yang diterima
karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan”.1 Adapula
kompensasi menurut Suhendra dan Murdiyah ialah “Semua pendapatan yang berbentuk
uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas
jasa yang diberikan kepada perusahaan”.2
Sedangkan pengertian kompensasi yang sama dijelaskan oleh Veithzal dengan
pendapat Wayne Mondy bahwa kompensasi adalah “Total seluruh imbalan yang diterima
para karyawan sebagai pengganti jasa yang telah mereka berikan”.3 Pengertian yang
berbeda juga dikemukakan oleh Robert dan John “Kompensasi merupakan faktor penting
yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa orang-orang memilih untuk bekerja di
sebuah organisasi dari pada organisasi yang lain”.4
1
Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan (Jakarta:
PT. Rajagrafindo Persada, 2009) cet. 2. H. 741 2
Suhendar dan Murdiyah Hayati, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006)
cet 1. H. 102 3
R. Wayne Mondy, Manajemen Sumber Daya Manusia Jilid 2, Terj. Oleh Bayu Airlangga, Human
Resource Management Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2008) cet. 10. H.4 4
Robert L. Mathis and John H.Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia, Terj. Oleh Diana Anggelica,
Human Resource Management (Jakarta: Salemba Empat: 2006) h. 419
9
Menurut Andrew F. Sikula kompensasi adalah “Segala sesuatu yang dikonstitusikan
atau dianggap sebagai suatu balas jasa atau ekuivalen.”5 Selain pendapat yang diatas Dale
Yoder Ph.D juga mengemukakan pengertian kompensasi “The payment made to member
of work teams for their participation, artinya: balas jasa membuat anggota tim kerja
untuk dapat bekerja sama dan berprestasi.”6 Sedangkan menurut Tohardi bahwa
“Kompensasi dihitung berdasarkan evaluasi pekerjaan, perhitungan kompensasi tersebut
dimaksudkan untuk mendapatkan pemberian kompensasi yang mendekati kelayakan
(worth) dan keadilan (equity)”.7
Berdasarkan uraian di atas yang telah dikemukakan oleh beberapa para ahli jelaslah
bahwa peranan serta pentingnya masalah kompensasi untuk mensejahterakan karyawan
dalam sebuah perusahaan/organisasi. Karena itu semestinya pemberian kompensasi
kepada karyawan perlu mendapatkan perhatian khusus dari organisasi atau perusahaan
agar memotivasi para karyawan dan bertahan untuk bekerja di organisasi atau perusahaan
tersebut. Kompensasi juga tidak saja dapat diberikan dalam bentuk uang, tetapi dapat
juga berbentuk materil atau benda. Hal ini dikarenakan prestasi yang diberikan kadang-
kadang sukar dinilai dengan uang, tetapi lebih mudah diberikan dalam wujud materil atau
benda. Di samping uang dan materil, kompensasi juga dapat diberikan perusahaan berupa
fasilias bagi karyawan. Kompensasi berupa fasilitas ini biasanya diberikan sebagai
tambahan dari bentuk kompensasi materil.
B. Sistem Kompensasi
Menurut J. Long mendefinisikan sistem kompensasi adalah “Bagian dari sistem
reward yang hanya berkaitan dengan bagian ekonomi, namun demikian sejak adanya
keyakinan bahwa kompensasi tidak dapat terpisah dari keseluruhan sistem reward yang
5
Malayu S,P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Dasar dan Kunci Keberhasilan), (Jakarta:
PT. Ikrar Mandiriabadi: 1997) cet. 9, h.134 6
Ibid. h.133 7
Robert L. Mathis and John H.Jackson, op.cit. h. 420
10
disediakan organisasi untuk memenuhi satu atau lebih kebutuhan individual”.8 Jadi
sistem kompensasi adalah suatu penghargaan yang berkaitan dengan ekonomi yang
diberikan oleh suatu perusahaan/organisasi untuk dapat memenuhi kebutuhan
karyawanya sehingga pekerjaan yang dilakukan mendapat balasan/imbalan yang sesuai.
Sistem kompensasi sangat berpengaruh penting dalam membentuk perilaku dalam kinerja
seseorang, dengan sistem yang kurang baik maka akan berdampak langsung pada
karyawan. Oleh karena itu, dengan sistem kompensasi yang sesuai akan meningkatkan
produktivitas karyawan.
Menurut Lockyer menyatakan bahwa sistem kompensasi merupakan "Bagian integral
dalam hubungan industrial dan mempengaruhi efektifitas hubungan antara organisasi
dengan pekerja. Disamping sebagai alat motivasi, kompensasi juga sangat berperan
dalam perubahan kultur organisasi".9
Sistem kompensasi yang ideal adalah "Sistem
kompensasi yang menghargai seseorang berdasarkan usaha dan jerih payah yang telah
dikeluarkannya bukan berdasarkan golongan, pangkat dan senioritas. Sistem kompensasi
merefleksikan bagaimana organisasi menghargai pegawainya."10
Menurut Siagian yang dikutip oleh Arlan Adinata dalam usaha mengmbangkan suatu
sistem kompensasi, para spesialis di bidang manajemen sumber daya manusia perlu
melakukan empat hal, yaitu:
1. Melakukan analisis pekerjaan. Artinya perlu disusun deskripsi jabatan dan
standar pekerjaan yang terdapat dalam suatu organisasi.
2. Melakukan penilaian pekerjaan dikaitkan dengan keadilan internal.
3. Melakukan survei berbagai sistem kompensasi yang berlaku guna memperoleh
bahan yang berkaitan dengan keadilan eksternal.
8
J. Long, Compensation in Canada, 1998. h.8 9
Robert L. Mathis and John H. Jackson, Loc.cit. h. 430 10
Arlan Adinata, “Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendapatan Darah Kota
Bogor,” Skripsi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Bogor, 2011. H. 89.
Dipublikasikan.
11
4. Menentukan “harga” setiap pekerjaan dihubungkan dengan “harga” pekerjan
sejenis di tempat lain.11
Menurut Simamora terdapat lima karakteristik yang harus selalu ada dalam program
kompensasi agar dalam pelaksanaan program tersebut dapat optimal dan efektif dalam
mencapai tujuan-tujuannya. Karakteristik- karakteristik tersebut adalah :
a Arti penting sebuah imbalan tidak akan dapat mempengaruhi seseorang jika
imbalan tersebut tidak mempunyai arti penting bagi mereka. Sedapat mungkin
merancang sistem imbalan yang mendekati kisaran nilai kompensasi yang
diinginkan karyawan dengan menerapkan berbagai bentuk imbalan guna
meyakinkan bahwa imbalan-imbalan yang tersedia adalah penting bagi semua
individu dalam organisasi.
b Fleksibilitas, jika sistem imbalan disesuaikan dengan karakteristik unik dari
anggota individu dan jika imbalan disediakan dengan mempertimbangkan tingkat
kinerja tertentu, maka imbalan-imbalan memerlukan beberapa tingkat
fleksibilitas. Fleksibilatas imbalan merupakan prasarat penting dalam merancang
sistem imbalan yang terkait dengan individu-individu.
c Frekuensi, semakin sering suatu imbalan dapat diberikan, semakin besar daya
gunanya sebagai alat yang mempengaruhi kinerja karyawan. Oleh karena itu
imbalan-imbalan yang sangat didambakan adalah imbalan-imbalan yang dapat
diberikan dengan sering tanpa kehilangan arti pentingnya.
d Visibilitas, imbalan-imbalan hendaknya dapat dilihat secara fisik agar individu
merasakan adanya hubungan antara kinerja dan imbalan yang diberikan. Imbalan-
imbalan yang terlihat (visible) mempunyai keuntungan tambahan karena dapat
memuaskan karyawan akan kebutuhan pengakuan dan penghargaan.
11
ibid. h. 90
12
e Biaya, sistem kompensasi tidak dapat dirancang tanpa pertimbangan biaya.
Semakin rendah biaya semakin diinginkan imbalan tersebut dari sudut pandang
organisasi. Imbalan-imbalan berbiaya tinggi tidak dapat diberikan sesering
imbalan berbiaya rendah dan imbalan berbiaya tinggi mengurangi efektivitas dan
efisiensi organisasi/perusahaan.12
Sistem Kompensasi yang Efektif
Menurut Henry Simamora “Sistem kompensasi yang efektif terdapat dua
pertimbangan, yaitu Pertama: sistem kompensasi haruslah tanggap terhadap situasi.
Kedua: sistem kompensasi haruslah memotivasi karyawan”.13 Dimana sistem
kompensasi haruslah sesuai dengan lingkungan dan mempertimbangkan tujuan-tujuan,
sumber daya, dan struktur organisasi, sistem kompensasi haruslah memuaskan
kebutuhan-kebutuhan karyawan, memastikan perlakuan yang adil, dan memberikan
imbalan yang sesuai dengan hukum.
Menurut Malayu Hasibuan sistem kompensasi ada 3 jenis, yaitu14:
1. Sistem Kompensasi
Kompensasi dalam sistem waktu ditetapkan berdasarkan standar waktu
seperti jam, hari, minggu atau bulan dalam bekerja, sehingga dalam pemberian
kompensasi relatif mudah untuk karyawan tetap maupun karyawan honorer.
Adapun sistem hasil (output) ditetapkan atas satuan unit yang dihasilkan pekerja,
seperti perpotong, permeter, atau perkilogram. Sedangkan sistem borongan
kompensasi diberikan atas dasar kontrak untuk berapa lamanya pekerjaan yang
dilakukan oleh karyawan perusahaan/organisasi.
12
Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: YKPN: 1995) cet. 1. h. 545-545 13
Ibid. h. 433 14
Malayu S,P. Hasibuan, op.cit. h.140
13
2. Kebijaksanaan kompensasi
Besarnya kompensasi harus ditetapkan berdasarkan analisis pekerjaan,
spesifikasi pekerjaan, jabatan, serta berpedoman pada keadilan dan undang-
undang pegawai/perburuhan. Dengan kebijaksanaan ini diharapkan akan terbina
kerja sama yang serasi dan memberikan kepuasan kepada semua pihak. Selain itu,
pemberian kompensasi juga hendaknya ditetapkan waktunya yang paling tepat,
sehingga pemberian kompensasi akan memberikan dampak yang positif untuk
karyawan maupun perusahaan/organisasi yang bersangkutan.
3. Waktu pembayaran kompensasi
Kompensasi harus dibayarkan tepat pada waktunya, jangan sampai terjadi
penundaan pemberian kompensasi, karena akan menyebabkan disiplin kerja
karyawan yang menurun akibat kompensasi yang belum diberikan dan juga akan
berdampak kepada kebutuhan yang tidak terpenuhi untuk keluarga karyawan.
Oleh karena itu, pemberian kompensasi yang tepat pada waktunya akan
berdampak positif bagi karyawan dan perusahaan/organisasi yang bersangkutan.
Apabila terjadi penundaan kompensasi, perusahaan/organisasi harus memberikan
penjelasan kepada karyawan mengenai hal tersebut, sehingga karyawan dapat
memahami alasan tersebut.
Pendapat lain dikemukakan oleh Wursanto mengenai sistem kompensasi ada
tiga macam, yaitu “Sistem skala tunggal: yaitu gaji yang sama diberikan kepada pegawai
yang berpangkat sama, Sistem skala ganda: yaitu sistem penggajian yang menentukkan
besarnya gaji bukan hanya didasarkan pangkat tetapi juga pada pekerjaan yang dilakukan,
Sistem skala gabungan: yaitu sistem penggajian yang merupakan paduan antara sistem
skala tunggal dan sistem skala ganda”.15
15
Wursanto, Manajemen Kepegawaian 2, (Yogyakarta: Kanisius, 1994) cet. 3. H. 55
14
C. Jenis-jenis Kompensasi
Dalam menentukan jenis-jenis kompensasi banyak perbedaan dan persamaan
pendapat dari para ahli. Namun tujuanya hampir sama yaitu untuk memberikan
kompensasi yang layak pada karyawan perusahaan/organisasi. Menurut Hadari Nawawi
menjelaskan bahwa kompensasi dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:
1) Kompensasi Total, yaitu keseluruhan penghargaan/ganjaran yang diterima oleh
seorang pekerja untuk seluruh pekerjaan yang dilakukannya sebagai kontribusinya
pada pencapaian tujuan organisasi/perusahaan.
2) Kompensasi Khusus atau Kompensasi Tambahan, yaitu penghargaan/ganjaran
yang diberikan kepada para pekerja dengan status tertentu dalam perusahaan/
organisasi.16
Jenis-jenis kompensasi lain juga yang berbeda diungkapkan oleh Robbins bahwa
imbalan atau kompensasi secara garis besarnya terbagi dua, yaitu: “Imbalan intrinsik,
yaitu imbalan yang tidak berbentuk fisik dan hanya dapat dirasakan seperti kelangsungan
pekerjaan, jenjang karir yang jelas, kondisi lingkungan dan memberikan kepuasan kerja,
sedangkan Imbalan ekstrinsik, yaitu imbalan berbentuk uang yaitu berupa gaji dan berupa
tunjangan”.17
Imbalan intrinsik memiliki potensi untuk menghasilkan pengaruh yang kuat
terhadap karyawan/pegawai dalam organisasi/perusahaannya dan kenyataannya bahwa
imbalan intrinsik dialami langsung oleh individu akibat dari pelaksanaan yang efektif
dalam pekerjaannya sehingga memberikan motivasi kepada individu tersebut. Sedangkan
imbalan ekstrinsik yang paling sering digunakan di perusahaan/organisasi adalah uang,
meskipun penggunaan uang sebagai imbalan ekstrinsik meluas, akan tetapi bukan hanya
uang melainkan hal-hal seperti pengakuan dan pujian dari atasan, dan berbagai tunjangan
pelengkap.
16
R. Wayne, Op.cit h. 5 17
Ibid. h.6
15
Sedangkan jenis kompensasi yang banyak diungkapkan para ahli kompensasi
terdiri dari dua komponen, yaitu kompensasi finansial dan kompensasi non finansial.
Kompensasi finansial yaitu upah atau gaji yang diberikan kepada karyawan berupa
barang/uang dan rutin diberikan, sedangkan kompensasi non finansial yaitu berupa
tunjangan/asuransi jiwa dan tunjangan lain yang diterima oleh karyawan
perusahaan/organisasi. Adapun menurut Veithzal dan Ella kompensasi finansial terbagi
lagi menjadi dua, yaitu kompensasi finansial langsung dan kompensasi finansial tidak
langsung. “Kompensasi finansial langsung terdiri dari pembayaran karyawan dalam
bentuk upah, gaji, bonus atau komisi. Sedangkan kompensasi finansial tidak langsung
atau benefit, terdiri dari semua pembayaran yang tidak tercakup dalam kompensasi
langsung seperti asuransi (tunjangan) keamanan dan kesehatan”.18 Kompensasi finansial
tidak langsung juga memberikan tunjangan pada saat karyawan/pegawai tidak hadir,
seperti pada libur hari-hari besar, liburan, cuti dan izin karena sakit.
Kompensasi finansial tidak langsung menurut Hani Handoko mengelompokkan
empat kategori, yaitu: “Pembayaran upah untuk waktu tidak bekerja, perlindungan
ekonomis terhadap bahaya, program pelayanan pekerja, dan pembayaran kompensasi
yang ditetapkan secara legal”.19 Selain itu, kompensasi non finansial meliputi kepuasan
yang diterima seseorang dari pekerjaan itu sendiri atau dari lingkungan psikologis/fisik
tempat orang tersebut bekerja. Sedangkan Menurut Hasibuan, benefit atau service adalah
“Kompensasi tambahan (finansial atau non finansial) yang diberikan berdasarkan
kebijaksanaan perusahaan terhadap semua karyawan dalam usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan mereka (tunjangan hari raya, uang pensiun, dan lain sebagainya)."20
18
Veithzal Rivai, Ella Jauvani Sagala, op.cit. h. 741 19
R. Wayne. op.cit. h. 6 20
Malayu S,P. Hasibuan, op.cit. h.134
16
Pendapat lain yang sama juga dikemukakan oleh Panggabean “Kompensasi
finansial langsung terdiri dari gaji dan insentif, sedangkan kompensasi finansial tidak
langsung dapat berupa berbagai macam fasilitas dan tunjangan. Adapun kompensasi
nonfinansial dapat berupa pekerjaan dan lingkungan pekerjaan di perusahaan/organisasi
tersebut.”21 Ada keuntungan dengan diberikan kompensasi tidak langsung/pelengkap
tersebut, yaitu meningkatkan semangat kerja dan kesetiaan karyawan pada perusahaan,
menurunkan jumlah absensi para karyawan, dan memberikan kesejahteraan kepada
karyawan erusahaan/organisasi.
Berikut penjelasan dari beberapa jenis kompensasi yang umum digunakan oleh
perusahaan/organisasi :
1. Gaji
Gaji adalah kompensasi dalam bentuk uang yang dibayarkan atas pelepasan
tanggung jawab atas pekerjaan karyawan/individu. Gaji dipergunakan untuk
memberikan kompensasi kepada tenaga kerja yang bekerja
diperusahaan/organisasi. Menurut Veithzal gaji adalah “Program pemberian upah
dan gaji harus ditetapkan atas asas adil dan asas layak serta dengan memerhatikan
undang-undang yang berlaku sehingga upah dan gaji yang diberikan merangsang
motivasi dan kepuasan kerja karyawan”.22
Sedangkan pengertian gaji menurut S.P Hasibuan ialah “Balas jasa yang
dibayarkan secara periodik kepada karyawan tetap serta mempunyai
jaminan/asuransi yang pasti.”23 Dan menurut Hasibuan yang dikutip oleh Danang
dalam jurnal Manajemen dan Administrasi Perkantoran tujuan penggajian antara
lain: “Ikatan kerja sama, kepuasan kerja, pengadaan efektif, motivasi, stabilitas
karyawan, disiplin, pengaruh serikat guru, pengaruh pemerintah”.24
21
Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Kencana, 2011) cet. 3. h. 188 22
Veithzal, Op.cit, h.763 23
Malayu S,P. Hasibuan, op.cit. h.133 24
http://danang-leo-handoko.blogspot.com/2012/01/kompensasi.htmI?m=
17
Jadi dalam pemberian gaji kepada karyawannya, perusahaan/organisasi
haruslah memiliki rencana penggajian yang adil dan layak yang sesuai dengan
undang-undang kesejahteraan untuk para pekerja. Sehingga pemberian gaji akan
memenuhi kebutuhan hidup karyawan yang layak serta memotivasi karyawan
dalam bekerja untuk lebih produktif dan profesional.
2. Upah
Upah adalah imbalan yang dibayarkan secara langsung berdasarkan waktu
yang ditentukan dan diberikanya tidak dengan waktu yang tetap/berubah-ubah.
Upah tidak seperti gaji yang jumlahnya relatif tetap, besarnya upah dapat berubah
menjadi lebih tinggi atau lebih rendah. Pada dasarnya gaji atau upah diberikan
untuk menarik calon pegawai agar mau masuk menjadi karyawan di perusahaan.
Menurut Edwin B. Flippo “Wages is defined as the adequate and equitable
renumeration of personnel for their constribution to organizational objectives,
artinya upah didefinisikan sebagai balas jasa yang adil dan layak diberikan kepada
para pekerja atas jasa-jasanya dalam mencapai tujuan organisasi”.25 Dalam
menentukan upah dapat ditempuh dengan “Analisis jabatan/tugas, evaluasi
jabatan/tugas, melakukan survei upah, menentukan tingkat upah”.26
3. Insentif
Insentif adalah imbalan yang dibayarkan kepada karyawan diluar gaji dan
upah karena bekerja melebihi standar yang ditentukan perusahaan/organisasi yaitu
berupa prestasi kerja karyawan. Menurut Mangkunegasa mengatakan pengertian
insentif adalah “Suatu penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan oleh pihak
pimpinan perusahaan/organisasi kepada karyawan agar mereka bekerja dengan
25
Malayu S.P. Hasibuan. op.cit . h. 134 26
Veithzal, op .cit, h.759
18
motivasi yang tinggi dan berprestasi dalam pekerjaan di perusahaan/organisasi
tersebut.”27
Insentif merupakan salah satu jenis penghargaan yang dikaitkan dengan
prestasi kerja, semakin tinggi prestasi kerjanya, semakin besar pula insentif yang
diberikan. Edy Sutrisno menggolongkan insentif dibagi menjadi dua, yaitu:
“Insentif individu yang bertujuan untuk memberikan penghasilan tambahan selain
gaji pokok bagi individu yang dapat mencapai standar prestasi kerja, Insentif
kelompok bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk kerja sama, atau
ketergantungan dari seseorang terhadap orang lain dan kinerja mereka juga
melebihi standar yang telah ditetapkan”.28
Menurut Sondang yang termasuk pada sistem insentif individu ialah
“Piecework, bonus produksi, komisi, kurva kematangan dan insentif bagi para
ekslusif. Sedangkan sistem insentif kelompok mencakup antara lain, insentif
produksi, bagi keuntungan dan pengurangan biaya”.29 Jelaslah bahwa pemberian
insentif kepada para karyawan, baik pada tingkat individual maupun pada tingkat
kelompok, termasuk bagi mereka yang menduduki jabatan pemimpin merupakan
bagian penting dari suatu sistem kompensasi.
4. Tunjangan
Tunjangan adalah penghargaan tidak langsung yang diberikan perusahaan/
organisasi kepada karyawan untuk mendapatkan kesejahteraan dan rasa nyaman
dalam pekejaannya tersebut. “Para pemberi kerja memberikan sebagian besar
tunjangan secara sukarela, namun hukum mewajibkan tunjangan lainnya yaitu
mencakup 10% dari kompensasi total, tunjangan tersebut meliputi jaminan sosial,
ganti rugi karyawan, asuransi, serta cuti keluarga dan pengobatan”.30 Pendapat
lain menurut Jac Fitz dan Barbara “Tunjangan adalah bagian penting tetapi
27
Danang, Op.cit 28
Edy Sutrisno, op.cit. h. 183 29
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999) cet. 7 30
R. Wayne Mondy, op.cit. h. 43
19
merupakan bagian sekunder dari total program kompensasi. Tunjangan perlu
kompetitif, tetapi paket tunjangan yang terbaik sekalipun tidak akan menjamin
bahwa setiap orang akan tertarik bekerja untuk sebuah perusahaan”.31
Tunjangan meliputi seluruh imbalan finansial yang tidak termasuk ke dalam
kompensasi finansial langsung, yaitu bukan berupa uang/barang, akan tetapi
kompensasi berupa jaminan sosial untuk karyawan. Meskipun karyawan tidak
mendapatkan uang dari tunjangan tersebut, namun karyawan mendapatkan
manfaat perlindungan asuransi yang diberikan perusahaan/organisasi.
D. Fungsi Kompensasi
Menurut Martoyo Fungsi kompensasi adalah “Penggunaan sumber daya manusia
secara lebih efisien dan lebih efektif, mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi”.32
Dari pengertian yang dijelaskan di atas maka kompensasi memiliki fungsi yang cukup
penting di dalam memperlancar kegiatan organisasi atau perusahaan dengan kinerja yang
dihasilkan oleh karyawanya. Selain itu, kompensasi merupakan alat pengikat perusahaan
tehadap karyawannya, faktor penarik bagi calon karyawan dan faktor pendorong
seseorang menjadi karyawan di dalam sebuah perusahaan/organisasi. Kompensasi juga
memberikan kesejahteraan kepada karyawan untuk memnuhi kebutuhan ekonomi
keluarganya. Dengan kompensasi perusahaan juga dapat memberikan motivasi kepada
karyawan untuk meningkatkan produktivitas dalam pekerjaannya, sehingga produk atau
hasil kerja yang diraih mendapatkan keuntungan untuk perusahaan/organisasi dan juga
untuk karyawan itu sendiri.
E. Tujuan Kompensasi
Menurut Ivancevich yang dikutip oleh Nurlaila Fadjarwati dalam jurnalnya tujuan
dari kompensasi adalah “Menciptakan suatu sistem imbalan yang adil kepada majikan
31
Jac Fitz-enz and Barbara Davision, How To Measure Human Resources Management, Terj. Widarti
Rahardjo, (Jakarta: Kencana, 2011). Cet.3 h. 113 32
Sistaka, Sumber Daya Manusia Mengenai Kompensasi (2011),
(http://sistasaka.blogspot.com/2011/12/sumber-daya-manusia-mengenai-kompensasi.html?m=1)
20
dan karyawan sama”.33 Secara umum tujuan kompensasi adalah untuk membantu
perusahaan mencapai tujuan keberhasilan strategi perusahaan dan menjamin terciptanya
keadilan internal dan eksternal. Ada pun tujuan lain dari kompensasi menurut
Sedarmayanti adalah “Menghargai kinerja, menjamin keadilan, mempertahankan
karyawan, memperoleh karyawan bermutu, mengendalikan biaya dan memenuhi
peraturan”.34
Pendapat lain dikemukakan oleh Singodimedjo tujuan kompensasi antara lain
“Menjamin sumber nafkah karyawan beserta keluarganya, meningkatkan prestasi kerja,
meningkatkan harga diri para karyawan, mempererat hubungan kerja antarkaryawan,
mencegah karyawan meninggalkan perusahaan, meningkatkan disiplin kerja, dan
perusahaan dapat memberikan teknologi baru.”35
Untuk mencapai tujuan dalam pengelolaan kompensasi tahap yang harus dilakukan
perusahaan/organisasi antara lain:
Tahap 1: Mengevaluasi setiap pekerjaan dengan memanfaatkan informasi analisis
pekerjaan guna menjamin hak internal yang adil berdasarkan pada nilai
relatif setiap pekerjaan.
Tahap 2: Melakukan penetapan gaji dan upah untuk menetapkan hak eksternal yang
adil berdasarkan tarif yang dibayarkan di pasar kerja.
Tahap 3: Menghargai setiap pekerjaan untuk menentukan tarif pembayaran
berdasarkan hak internal dan eksternal yang adil. 36
Sedangkan sasaran atau tujuan dalam pemberian kompensasi menurut Gouzali
Saydam sebagai berikut:
33
Nurlaila Fadjarwati, Kompensasi (2011)
(http://nurlailafadjarwati.blogspot.com/2011/01/kompensasi.htmI?m=1) 34
Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai
Negeri Sipil (Bandung: PT. Refika Aditama, 2011) cet. 5 35
Edy Sutrisno, op.cit. h. 188 36
Sedarmayanti. op.cit.
21
1) Untuk menjamin sumber nafkah karyawan
2) Meningkatkan prestasi kerja oara karyawan
3) Meningkatkan harga diri karyawan
4) Mempererat hubungan kerja antara karyawan dan perusahaan
5) Mencegah karyawan meninggalkan organisasi
6) Meningkatkan disiplin kerja
7) Perusahaan dapat mengefisiensikan tenaga karyawan yang potensial
8) Perusahaan dapat bersaing dengan tenaga kerja di pasaran
9) Mempermudah perusahaan mencapai tujuan
10) Melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku
11) Perusahaan dapat memanfaatkan teknologi maju.37
Kesimpulan dari tujuan kompensasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
karyawan, mendorong karyawan lebih giat bekerja, menunjukkan bahwa organisasi atau
perusahaan berlaku adil terhadap karyawannya, dan menunjukkan adanya penghargaan
atas pekerjaan karyawan. Dan tujuan lain dari kompensasi adalah untuk memperoleh
personil berkualitas, mempertahankan karyawan yang ada, menghargai pekerjaan
karyawan dan memberikan kompensasi secara adil dan mematuhi semua peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan sistem kompensasi. Tujuan pemberian
kompensasi juga hendaknya memberikan kepuasan kepada semua pihak, karyawan dapat
memenuhi kebutuhannya, perusahaan/organisasi juga mendapatkan kepuasan atas kinerja
karyawanya.
37
Gouzali Saydam, Manajemen Sumbr Daya Manusia, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1996) h. 168
22
F. Keadilan dalam Kompensasi Finansial
Program kompensasi harus ditetapkan berdasarkan asas keadilan dan kelayakan serta
memperhatikan undang-undang yang berlaku mengenai kesejahteraan karyawan. Prinsip
keadilan dan kelayakan dalam pemberian kompensasi harus mendapat perhatian dengan
sebaik-baiknya agar kompensasi yang diberikan merangsang motivasi dan kepuasan
karyawan. Apabila karyawan merasa diberi kompensasi dengan tidak adil, maka
karyawan tersebut akan membatasi atau mengurangi produktivitas dalam bekerja atau
bahkan meninggalkan perusahaan/organisasi tersebut.
Teori keadilan adalah “Teori motivasi yang menyatakan bahwa seseorang menilai
kinerja dan sikapnya dengan cara membandingkan kontribusinya pada pekerjaan dan
keuntungan yang diperoleh.”38 Menurut Hasibuan “Besarnya kompensasi yang
dibayarkan kepada setiap karyawan harus disesuaikan dengan prestasi kerja, jenis
pekerjaan, resiko pekerjaan, tanggung jawab, jabatan kerja, dan memenuhi persyaratan
internal konsistensi.”39
1. Keadilan Internal
“Keadilan internal terwujud ketika karyawan menerima bayaran menurut
nilai relatif pekerjaannya dalam organisasi yang sama, evaluasi kerja merupakan
alat utama untuk menentukan keadilan internal”.40 Selain itu, keadilan internal
juga “Menjamin bahwa posisi yang lebih banyak persyaratannya atau orang yang
lebih cakap/mampu di dalam organisasi diberi kompensasi lebih tinggi”.41
Dalam evaluasi kerja merupakan alat utama untuk menentukan keadilan
internal. Sebagian besar karyawan peduli pada keadilan kompensasi internal dan
eksternal. Dari perspektif karyawan, keadilan internal lebih penting karena
karyawan memiliki lebih banyak informasi mengenai masalah-masalah
38
Sedarmayanti. op.cit. 39
Malayu S,P. Hasibuan, op.cit. h.138 40
R. Wayne Mondy, op.cit. h. 6 41
Sedarmayanti. loc.cit.
23
kompensasi dalam perusahaan/organisasinya sendiri, sehingga informasi tersebut
dapat digunakan untuk membentuk persepsi keadilam kompensasi perusahaan.
2. Keadilan Eksternal
“Menjamin bahwa pekerjaan diberi imbalan yang wajar, sebanding dengan
pekerjaan serupa di pasar kerja”.42 Selain itu “Keadilan eksternal terwujud ketika
karyawan sebuah perusahaan menerima bayaran yang sebanding dengan
karyawan yang melakukan pekerjaan yang serupa di perusahaan lain”.43
Jadi,
keadilan eksternal akan dirasakan ketika karyawan dalam perusahaan/organisasi
tertentu mendapatkan gaji yang sama dengan karyawan lain yang bekerja sesuai
dengan jenis/jenjang karir di perusahaan/organisasi lain.
Di sisi lain, organisasi/perusahaan harus kompetitif dalam pasar tenaga kerja
agar dapat terus berjalan. Dalam lingkungan/luar lingkungan perusahaan/
organisasi terutama pada situasi permintaan dan penawaran karyawan, jelaslah
bahwa keadilan eksternal merupakan hal yang penting. Survei kompensasi
membantu organisasi/perusahaan dalam menentukan sampai sejauh mana
terwujudnya keadilan eksternal.
3. Keadilan Individu dan Kelompok
“Keadilan individu berarti bahwa individu-individu merasa bahwa mereka
diperlakukan secara wajar dibandingkan dengan rekan sekerja mereka”.44
Keadilan biasanya ada pada saat seseorang merasa bahwa rasio hasil terhadap
masukan adalah seimbang, baik yang secara internal berkaitan dengan dirinya
sendiri maupun dengan orang lain. Sedangkan Menurut Mondy “Keadilan
42
ibid 43
R. Wayne Mondy. loc.cit. h.8 44
Agus Arijanto, Pengertian Kompensasi & jenis/macam kompensasi SDM
24
tim/kelompok adalah pencapaian ketika tim dihargai dan diberikan imbalan
berdasarkan produktivitas kelompok mereka”.45
Tingkat kinerja untuk tim/kelompok, sebagaimana untuk individu, bisa
ditentukan melalui sistem penilaian kinerja. Namun untuk mencapai keadilan
dalam kelompok (tim) bisa menemukan masalah, apabila seluruh anggota
kelompok/tim bekerja dan ikut berkontribusi dalam bekerja sama hal itu tidak
menjadi masalah, akan tetapi tidak untuk anggota tim yang salah satunya ada
yang bekerja dengan tidak optimal, ini akan menjadi masalah dalam pemberian
kompensasi secara adil. Berbeda dengan pemberian kompensasi secara individu,
bisa ditentukan dengan sistem penilaian kinerja karyawan.
4. Keadilan Prosedur
Persepsi mengenai keadilan dari proses sebuah prosedur yang dipakai untuk
membuat keputusan mengenai karyawan, termasuk gaji mereka. Sebagaimana
dalam kompensasi, menurut Scott dan George “Keadilan prosedur termasuk
dalam proses pengambilan keputusan dalam penentuan upah minimum, alokasi
kenaikannya, dan ukuran kinerja yang juga harus berkeadilan”.46
Sedangkan menurut Mathis dan Jackson keadilan Prosedur “Is the perceived
fairness of the process and procedures used to make decisions about employees,
including their pay, artinya adalah Persepsi mengenai keadilan dari proses sebuah
prosedur yang dipakai untuk membuat keputusan mengenai karyawan, termasuk
gaji.”47 Sedangkan menurut Cascio “Keadilan prosedural digunakan untuk
menentukan kompensasi yang berkaitan dengan alat dan lebih memengaruhi
kepuasan terhadap pemimpin dan komitmen organisasi/perusahaan.”48
45
R. Wyne Mondy, op.cit. h. 10 46
Scott Snell and George Bohlander, Principles of Human Resource Management (South Western: 2010)
h.130 47
Mathis and Jackson, Human Resource Management (USA: South-Western Cengage Learning: 2009) h.
130 48
Edy Sutrisno. op.cit. h. 186
25
5. Keadilan Distributif
“Keadilan ini merujuk pada keadilan yang dirasa dalam distribusi hasil. Segi
keadilan ini menguji bagaimana imbalan kerja berhubungan dengan kinerja”.49
Asas keadilan menjadi penting dalam hal mendistribusikan kompensasi yang akan
diberikan, pastinya para pribadi karyawan merasa terangkat motivasi kerjanya jika
telah merasakan keadilan dalam proses pemberian imbalan tersebut. Sedangkan
menurut Cascio “Keadilan distributif berusaha untuk menjelaskan bagaimana
seseorang bereaksi terhadap jumlah kompensasi yang diterima, dan keadilan
distributif berkaitan dengan hasil akhirnya yang lebih memengaruhi kepuasan
terhadap apa yang diberikan.”50
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Panggabean agar pemberian
kompensasi terasa adil maka proses yang harus dilakukan adalah:
1) Menyelenggarakan survei kompensasi, yaitu mengenai jumlah kompensasi
yang akan diberikan kepada karyawan
2) Menentukan nilai tiap pekerjaan dalam perusahaan melalui evaluasi
3) Mengelompokkan pekerjaan yang sama/sejenis ke dalam tingkat
kompensasi yang sama pula
4) Menyesuaikan tingkat kompensasi dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.51
Dari uraian diatas diketahui bahwa agar kompensasi terasa adil, maka evaluasi
pekerjaan, survei kompensasi, dan penilaian prestasi kerja merupakan serangkaian
kegiatan yang perlu dilakukan dalam pemberian kompensasi. Penilaian pekerjaan atau
evaluasi pekerjaan merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan nilai
49
Robert L. Mathis and John H.Jackson, op.cit. h. 431 50
Edy Sutrisno. loc.cit, h. 187 51
Ibid, 185
26
relatif dari berbagai pekerjaan, antara lain dengan cara membandingkan suatu jabatan lain
yang ada dalam perusahaan.
Kesimpulan dari beberapa macam keadilan kompensasi diatas ialah sistem
kompensasi yang didisain dengan adil dan baik, memberikan dampak positif dalam
efisiensi dan hasil kerja, sehingga memotivasi karyawan/individu untuk memberikan
kinerja yang melebihi standar normal perusahaan/organisasi. Hal senada juga
dikemukakan oleh Robbins “Bahwa penghargaan dapat meningkatkan prestasi kerja dan
kepuasan kerja apabila: a) mereka merasakan adanya keadilan dalam kompensasi, b)
penghargaan yang mereka terima dikaitkan dengan kinerja mereka, c) berkaitan dengan
kebutuhan individu.”52
Untuk menyusun sistem pemberian kompensasi yang adil, manajemen
perusahaan/organisasi perlu melakukan evaluasi pekerjaan. Dengan evaluasi, perusahaan/
organisasi berupaya mempertimbangkan untuk memasukan/merekrut para karyawan dan
menetapkan upah/gaji yang akan diberikan. Jadi, adil dalam hal ini bukan berarti setiap
karyawan menerima kompensasi yang sama besarnya, akan tetapi asas adil harus menjadi
dasar penilaian, perilaku dan pemberian hadia bagi setiap karyawan.
Menurut Agus Arijanto dalam jurnalnya “Konsep keadilan dalam hal ini berkaitan
dengan input dan outcome, input atau masukan antara lain meliputi pengalaman atau
masa kerja, senioritas, jenjang pendidikan, keahlian, beban tugas, prestasi dan
sebagainya. Sedangkan outcome atau hasil adalah imbalan yang diperoleh pekerja.”53
Karena bila kompensasi dirasakan tidak adil dan tidak layak oleh para karyawan, maka
tidak mustahil hal tersebut merupakan sumber kecemburuan sosial. Pemberian
kompensasi yang layak dan adil merupakan kata kunci dalam upaya mendekati
pemberian upah yang layak dan adil tersebut.
52Ibid. h. 186
53Agus Arijanto. op.cit
27
G. .Faktor yang Mempengaruhi Kompensasi
Dalam pemberian kompensasi terdapat sejumlah faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut menurut Suhendar terbagi tiga, yaitu:
Faktor Intern Organisasi yang mempengaruhi besarnya kompensasi adalah dana
organisasi dan serikat pekerja, Faktor Pribadi Karyawan yang mempengaruhi besarnya
kompensasi adalah produktifitas kerja, posisi dan jabatan, pendidikan dan pengalaman
serta jenis dan sifat pekerjaan, Faktor Ekstern yang mempengaruhi besarnya kompensasi
adalah penawaran dan permintaan kerja, biaya hidup, kebijaksanaan pemerintah, dan
kondisi perekonomian nasioal.54
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Soekidjo Notoatmodjo faktor-faktor yang
mempengaruhi kompensasi antara lain: “Produktivitas, kemampuan untuk membayar,
kesediaan untuk membayar, suplai dan permintaan tenaga kerja, organisasi
karyawan/guru, berbagai peraturan dan perundang-undangan”.55 Pendapat yang hampir
serupa dengan Soekidjo diungkapkan oleh Tohardi tentang faktor yang mempengaruhi
kompensasi, yaitu “Produktivitas, kemampuan untuk membayar, kesediaan untuk
membayar, penawaran dan permintaan tenaga kerja”.56
Selain itu adapula pendapat dari Panggabean faktor yang mempengaruhi
kompensasi, yaitu “Penawaran dan permintaan serikat pekerja, kemampuan untuk
membayar, produktivitas, biaya hidup, dan pemerintah”.57 Dengan faktor-faktor tersebut,
maka jelas bahwa adanya pengaruh terhadap penentuan kompensasi yang akan diterima
oleh karyawan dari organisasi atau perusahaan. Sehingga di antara faktor-faktor yang
mempengaruhi upah dan kebijakan kompensasi baik faktor eksternal maupun internal
akan menjadi pertimbangan dalam memutuskan besaran kompensasi yang akan diberikan
oleh organisasi atau perusahaan kepada karyawannya.
54
Suhendar dan Murdiyah Hayati, Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: UIN Jakarta Press,2006)
cet 1. 55
Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Reneka Cipta) cet ke-3,
h.134 56
Ibid. h 194 57
Mutiara S.Pangabean, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004) cet ke-2, h.
81-82
28
Adapun pendapat yang diperjelas oleh Hasibuan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya kompensasi yaitu:
1. Penawaran dan permintaan tenaga kerja
2. Kemampuan dan kesediaan perusahaan
3. Serikat buruh/organisasi karyawan
4. Produktivitas kerja karyawan
5. Pemerintah dan undang-undang dan kepresnya
6. Biaya hidup/Cost of Living
7. Posisi jabatan karyawan
8. Pendidikan dan pengalaman karyawan
9. Kondisi perekonomian nasional
10. Jenis dan sifat pekerjaan.58
Selain itu ada anggapan bahwa besar kecilnya kompensasi akan selalu
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya: “Tingkat biaya hidup, tingkat kompensasi
yang berlaku di perusahaan/organisasi lain, tingkat kemampuan perusahaan/organisasi,
jenis pekerjaan dan besar kecilnya tanggung jawab, peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dan peranan serikat buruh”.59
Besar kecilnya pemberian kompensasi tidak mungkin dapat ditentukan begitu
saja, tanpa melihat perkembangan keadaan sekitar perusahaan/organisasi. Oleh karena itu
banyak faktor yang mempengaruhi kompensasi, seperti yang dikemukakan oleh Gouzali
Saydam sebagai berikut:
58
Malayu S,P. Hasibuan, op.cit. h.144 59
Edy Sutrisno. op.cit. h. 191
29
1. Tingkat biaya hidup tingkat kompensasi yang berlaku di perusahaan/
organisasi lain
2. Tingkat kemampuan perusahaan organisasi
3. jenis pekerjaan dan besar kecilnya tanggung jawab
4. Peraturan perundang-undangan yang berlaku
5. Peranan serikat pekerja60
H. Faktor Penentuan Pemberian Kompensasi
Besarnya kompensasi yang diberikan ditentukan oleh faktor sebagai berikut:
“Harga/nilai pekerjaan, merupakan tindakan pertama yang dilakukan dalam menentukan
besarnya kompensasi yang akan diberikan, Sistem Kompensasi beberapa sistem
kompensasi yang biasa digunakan adalah sistem prestasi dan sistem kontrak/borongan”.61
Dalam menyusun sistem kompensasi ada lima faktor yang harus dipertimbangkan
yaitu: tingkat upah dan gaji yang berlaku diberbagai organisasi/perusahaan, tuntutan
serikat kerja yaitu para serikat pekerja berperan dalam mengajukan tuntutan gaji/upah
yang lebih tinggi, produktivitas yaitu apabila para pegawai merasa tidak memperoleh
kompensasi yang wajar/adil, kebijakan organisasi/perusahaan mengenai upah dan gaji
yang diberikan, peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu daerah atau
negara, seperti upah minimum.
Walaupun para ahli berbeda pendapat tentang dasar penentuan pemberian
kompensasi, karena perbedaan sudut pandang, namun secara umum penentuan tersebut
dapat dibedakan. seperti yang dikemukakan pendapat oleh Gouzali Saydam dalam
penentuan sistem kompensasi sebagai berikut:
60
Gouzali Saydam. op.cit. h. 180 61
Asman blog, Kompensasi Efektif, 2010 (http://asmanannil.blogspot.com/2010//04/kompensasi-
efekif.htmI?m=)
30
1. Kompensasi berdasarkan satuan volume yang dihasilkan adalah model
pemberian kompensasi yang banyak dilaksanakan dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari.
2. Kompensasi berdasarkan satuan waktu pekerjaan biasanya seorang karyawan
atau pekerja diberi kompensasi berdasarkan waktu pelaksanaan pekerjaan
yang dapat dilakukannya.
3. Kompensasi berdasarkan penilaian pekerjaan, kompensasi jenis ini banyak
ditemui dalam sistem penggajian yang ada diperusahaan, karena jenis ini
adalah suatu usaha untuk menentukan dan membandingkan nilai suatu
pekerjaan tertentu dengan nilai pekerjaan yang lain yang ada pada satu
perusahaan/organisasi.62
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan
sistem kompensasi menurut Gauzali Saydam, yaitu ada tiga pertama kompensasi
berdasarkan satuan volume yang dimana pemberian kompensasi didasarkan pada berapa
banyak jumlah produksi yang dapat dihasilkan oleh karyawan yang bersangkutan. Model
seperti ini sering disebut sebagai “kerja borongan” karena dalam metode ini perusahaan
mengaitkan kompensasi secara langsung dengan jumlah produk yang dihasilkan oleh
karyawan.
Kedua, kompensasi berdasarkan satuan waktu pekerjaan, dimana besarnya
kompensasi yang diterima seorang karyawan atau pekerja dikaitkan langsung dengan
lama waktu yang digunakan oleh yang bersangkutan untuk bekerja, bukan pada jumlah
produk yang dihasilkan seperti jenis yang pertama. Kebaikan sistem waktu ialah
administrasi imbalan mudah dan besaranya kompenasi yang dibayarkan tetap. Namun
kelemahan sistem waktu ialah pekerja yang bekerjanya malas pun mendapatkan
kompensasi yang sama.
Sedangkan ketiga kompensasi berdasarkan penilaian pekerjaan, metode penilaian
ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode yang sudah dijelaskan
62
Gouzali Saydam. op.cit. h. 181-184
31
sebelumnya. Melalui metode ini kita dapat menentukan berapa harga dari suatu pekerjaan
yang dilakukan karyawan dalam melakukan pekerjaannya, sehingga perusahaan atau
organisasi dapat menentukan kompensasi dengan adil dan layak.
Menurut S.P. Hasibuan metode dalam memberikan kompensasi ada dua, yaitu
"Metode Tunggal, metode yang dalam penerapan gaji pokok hanya didasarkan atas ijazah
terakhir dari pendidikan formal yang dimiliki tenaga pendidik/pegawai. Dan Metode
Jamak, metode yang dalam gaji pokok didasarkan atas beberapa pertimbangan seperti
ijazah, sifat pekerjaan, pendidikan informal, bahkan hubungan keluarga ikut menentukan
besarannya gaji pokok seseorang".63
Dengan demikian dalam pemberian kompensasi tunggal sering digunakan dalam
instansi pemerintah seperti sekolah negeri, sedangkan kompensasi jamak sering
digunakan dilembaga/organisasi swasta. Metode apa saja yang digunakan oleh
lembaga/organisasi tersebut, yang terpenting yaitu dapat memberikan kepuasan dan
keadilan kepada manusia pihak yang ada di dalam lembaga tersebut.
Prof. Dr. S.P Siagian dalam bukunya Manajmen Sumber Daya Manusia bahwa
"Penilaian pekerjaan adalah prosedur yang sistematis untuk menentukan nilai relatif dari
berbagai pekerjaan dalam suatu perusahaan/organisasi".64 Sedangkan menurut George
Strauss dan Leonard R. Sayles dalam bukuny Manajemen Personalia, Segi Manusia
dalam Organisasi menyebutkan bahwa "Penilaan pekerjan merupakan suatu metode
utnuk menentukan hubungan antara tarif dan upah (kompensasi)”.65
Kesimpulannya yaitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi besar/kecilnya tingkat
kompensasi. Hal ini perlu mendapat perhatian agar prinsip kompensasi dapat adil dan
layak sehingga karyawan mendapatkan kepuasan terhadap pekerjaannya di perusahaan/
organisasi. Dengan berbagai macam faktor yang mempengaruhi kompensasi sangatlah
jelas bahwa begitu pentingnya kompensasi yang akan mempengaruhi produktivitas
karyawan, karena tujuan sumber daya manusia bekerja itu adalah untuk mendapatkan
63
Hasibuan, op.cit. h. 123
64Gouzali Saydam. Ibid. h. 191
65Ibid h. 193
32
uang dari hasil pekerjaan yang dilakukannya sehingga dapat memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarganya.
Melihat realita di zaman sekarang ini, orang akan mencari pekerjaan yang dapat
memberikan kesejahteraan yang sesuai dengan hasil pekerjaannya. Kompensasi yang
tidak sesuai juga sangat mempengaruhi kesetiaan karyawan, terlebih lagi karyawan yang
memiliki kompetensi sangat baik dan profesional dalam bekerja akan sangat memilih
perusahaan/organisasi yang bisa memberikannya gaji besar. Perusahaan/organisasi yang
memberikan gaji tidak sesuai dengan kemampuan karyawan tersebut, maka karyawan
akan mudah untuk keluar, sebaliknya apabila perusahaan/organisasi memberikan
kompensasi yang layak dan sesuai, maka karyawan pun akan sukar untuk keluar dari
perusahaan/organisasi tersebut.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Al-Ihsan yang berlokasi di Jl. AMD
Kadomas Kp. Jajawai Rt/Rw 02/03 No. 1 Kab. Pandeglang kode pos 42218 Provinsi
Banten. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September 2013 sampai dengan bulan
November 2013.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan dan metode kualitatif. “Pendekatan
kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada
metodologi yang menyelediki suatu fenomena sosial dan masalah manusia”.1 Artinya
data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari
hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan instrumen di lapangan. Oleh karena itu
penelitian ini menyajikan data, analisis, dan kesimpulan yang disajikan dengan kata-kata.
1
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004) cet. 4.
34
34
Lebih lanjut, penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah
dengan mencocokan antara realita di lapangan dengan teori yang berlaku dengan
menggunakan metode deskriptif. Menurut Bugin, "Metode deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena
realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian".2 Penelitian ini
juga menggunakan metode kualitatif, yaitu “Metode kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati”.3
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang
lingkup dan waktu yang kita tentukan. Populasi diambil dalam penelitian ini adalah
Kepala Sekolah, Tenaga Administrasi dan Tenaga Pendidik (Guru). Sedangkan sampel
adalah bagian dari populasi, yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sumber
daya manusia yang ada di Madrasah AL-Ihsan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu sebagai berikut:
1. Observasi
“Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian”.4 Dalam arti yang
luas, observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengalaman yang dilakukan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam penelitian ini penulis
mengadakan pengamatan langsung di Madrasah AL-Ihsan Pandeglang.
2
Ibid 3
ibid 4
Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1998) cet 1. Hal.
129
35
35
2. Wawancara
“Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara”.5 Dengan menggunakan panduan
wawancara. Metode ini digunakan untuk melengkapi data yang dianggap perlu,
sehingga lebih meyakinkan data yang diperoleh dari sumber-sumber lainnya. Penulis
melakukan wawancara secara langsung dengan kepala sekolah, untuk memperoleh
data tentang sistem kompensasi yang digunakan di Madrasah AL-Ihsan Pandeglang
Banten. Untuk mendapatkan data yang berimbang dan akurat, maka wawancara juga
akan dilakukan kepada para guru dan tenaga administrasi. Hal ini ditujukan untuk
melihat kesinambungan antara sistem kompensasi yang digunakan dengan
realisasinya.
Tabel 3. 1
Kisi-kisi Instrumen
NO ASPEK SUB ASPEK RESPONDEN LAMPIRAN
1.
Macam-macam
Kompensasi
1. Kompensasi Finansial
Langsung
2. Kompensasi Finansial
Tidak Langsung
Kepala
Madrasah,
bendahara, guru
Lampiran 1, 2
dan 3
2.
Dasar Penentuan
Kompensasi
1. Berdasarkan satuan
volume yang dihasilkan
2. berdasarkan waktu
pekerjaan
3. berdasarkan penilaian
pekerjaan
3. Faktor Yang
Mempengaruhi
Penentuan Kompensasi
1. Faktor Internal
2. Faktor Ekstrernal
Kepala
Madrasah,
bendahara
Lampiran 1 dan
2
4.
Tujuan Kompensasi
1. Menghargai prestasi
kerja
2. Memberikan keadilan
3. Mempertahankan
Karyawan
4. memperoleh karyawan
yang bermutu
5. pengendalian biaya
6. memenuhi peraturan
5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian dan Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998) cet. 12.
Hal. 118.
36
36
3. Dokumentasi
“Dokumentasi adalah data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, peraturan-peraturan”.6 Teknik dokumentasi
dapat digunakan untuk mendapatkan data yang berkenaan dengan daftar
penggajian/kompensasi Madrasah AL-Ihsan serta latar belakang berdirinya Madrasah
AL-Ihsan atau profil Madrasah.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data disesuaikan dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai,
yaitu untuk mengetahui sistem kompensasi di Madrasah AL- Ihsan Pandeglang. Adapun
teknik analisis data yang digunakan yaitu sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Semua data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan studi
dokumentasi di Madrasah AL- Ihsan terkait dengan sistem kompensasi yang
digunakan di madrasah akan dapat diolah menjadi data yang valid untuk mencapai
tujuan penelitian.
2. Penyajian Data
Langkah selanjutnya yaitu penyajian data untuk mendapatkan kesimpulan dari
hasil penelitian. Bentuk penyajianya biasanya menggunakan naratif yang
menjelaskan panjang lebar hasil penelitian atau juga menyajikan data berupa tabel,
gambar atau grafik. Pada tahap ini peneliti berupaya mengklasifikasikan dan
menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan yang ada pada Madrasah Al-
Ihsan.
3. Penarikan Kesimpulan
Setelah data yang terkumpul di penyajian data, maka langkah selanjutnya yaitu
menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan ini dimaksudkan untuk mencari makna
dari data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan atau perbedaan,
sehingga data tersebut dapat dibandingkan dengan konsep atau teori yang ada
mengenai sistem kompensai di madrasah/sekolah.
6
Ibid. h.120
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Madrasah AL-Ihsan Pandeglang
Madrasah Al-Ihsan di dirikan pada tanggal 17 September 1989 dengan
Akta Notaris No : 09 tanggal 12 September 1989 dan telah didaftarkan kepada
Pengadilan Negeri Pandeglang pada tanggal 28 September 1989 dengan nama
“Yayasan Tri Tunggal”.
Pendirian yayasan ini di dororng oleh keinginan yang sangat kuat dari KH.
Asmuni M. Noor walaupun hanya dengan modal keberanian, karena itu maka
pada hari selasa tanggal 12 September 1989 KH.Asmuni datang kepada Ny.
Sahara T Husin,S.H notaris di Pandeglang untuk membetuk Yayasan Pendidikan
Islam, dari keterangan pihak notaris bahwa untuk membentuk yayasan tidak boleh
satu orang, sekurang-kurangnya harus tiga orang menghadap kepada notaris atau
satu orang yang menghadap untuk dirinya sendiri dan untuk atas nama orang lain
dengan membawa surat kuasa dari yang bersangkutan.
Setelah melalui proses yang cukup panjang akhirnya KH. Asmuni M.
Noor menemukan dua orang teman yang mau mendukung secara moril tetapi
kedua orang ini tidak siap untuk menghadap kepada notaris dan dia hanya
memberikan KTP (aslinya) saja kepada KH. Asmuni M. Noor maka pada hari
kamis tanggal 22 September 1989 KH. Asmuni M. Noor datang yang kedua
36
kalinya kepada notaris untuk melengkapi persyaratan yang dibutuhkan. Itulah
sebabnya yayasan ini diberi nama “Yayasan Tri Tunggal”.
Setelah memiliki Akta Notaris maka pada hari selasa tanggal 04 Oktober
1989 Abi (sebutan untuk pimpinan) mulai melangkah dengan rasa optimis
bertawakal kepada Allah SWT memulai membangun gedung yang pertama
dengan ukuran 6 x 15 M2 di atas tanah milik Ibu Hayati Nufus (istri pimpinan)
yang berlokasi di Jl. AMD Kp. Jajawai Rt/Rw 02/03 Kel. Kadomas Kec.
Pandeglang Kab. Pandeglang kode pos 42218. Atas ijin Allah SWT dengan
memberikan nikmat dan fadhal yang sangat besar kepada Abi maka selama satu
tahun pembangunan gedung Madrasah dapat di selesaikan.
Pada tanggal 1 Muharram 1412 H. Bertepatan tanggal 04 Oktober 1990
Madrasah Al-Ihsan diresmikan oleh Bupati Pandeglang Bpk. Drs. H. Suyaman,
dan dari situlah kegiatan di Madrasah Al-Ihsan sudah dimulai. Secara
Administrasi Madrasah Al-Ihsan masih menginduk kepada Madrasah Aliyah
Ciekek Pandeglang dan Madrasah Tsanawiyah Cihideung Pandeglang.
Dengan ketekunan dan ketabahan serta keseriusan dari K.H.Asmuni
selaku pimpinan melakukan usaha terus menerus kepada pihak terkait yaitu
Departemen Agama Kabupaten Pandeglang maka akhirnya pada tangga l9
desember1998 keluarlah surat rekomendasi pindirian Madrasah dari Departemen
Agama kantor kabupaten pandeglang yang ditanda tangani oleh Drs.H. Joko Nip.
150 228 593 Kepala Seksi Perguruan Agama Islam dengan nomor :MI-
02/PP.01P/10/1998.
Berangkat dari jumlah siswa sebanyak 150 orang maka pengurus
mengikuti kegiatan proses Akreditasi Madrasah sesuai dengan keputusan Menteri
Agama Republik Indonesia No. 742 tahun 1997 tentang status Madrasah Swasta,
yang persyaratannya harus diajukan kepada Departemen Agama Republik
Indonesia Direktorat Jendral pembinaan kelembagaan Agama Islam melalui
Departemen wilayah Republik Indonesia kantor Departemen Agama Provinsi
Jawa Barat. Alhamdulillah atas usaha tersebut maka pada bulan November tahun
1999 Yayasan Madrasah Aliyah dan Tsanawiyah Al-ihsan telah mendapat piagam
jenjang Akreditasi diakui dari Departemen Agama Republik Indonesia.
37
Piagam jenjang akreditasi DIAKUI untuk Madrasah Aliyah dan
Tsanawiyah dikeluarkan dari Departemen Agama Republik Indonesia Direktorat
Jjendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam tanggal 9 November 1999 yang
ditandatangani oleh Dr. H.M Bambang Pranowo Nip. 150170055 jabatan Direktur
Pembinaan Perguruan Agama Islam dengan nomor surat No:
B/E.V/MA/1186/1999.
Dalam perkembangannya madrasah Al-ihsan dipercaya oleh masyarakat
maupun pemerintah sebagai lembaga pendidikan yang baik, hal ini dapat di
buktikan dengan semakin banyaknya orang tua yang menitipkan para putra-
putrinya ke Madrasah Al-ihsan dan dimulai tahun ajaran 2003/2004 siswa Al-
ihsan sudah mencapai 250 orang terdiri dari siswa Madrasah Aliyah dan
Madrasah Tsanawiyah, sedangkan pengakuan dari pemerintah melalui
Departemen Agama kantor wilayah Provinsi Banten telah mengeluarkan nomor
statistik Madrasah tepatnya pada tanggal 1 juli tahun 2004. Nomor statistik
Madrasah Aliyah yaitu No: KW.28/1/PP0006/014/2004. Dan nomor tersebut
ditandatangani oleh Drs. H. Iding Mujtahidin. M.Pd Nip. 150228593 jabatan
Kepala Bidang Mapenda Islam pada sekolah umum.
Sesuai dengan obsesi pimpinan dengan telah membuat program prioritas
unggulan disertai dengan usaha yang keras dan dibantu oleh kurang lebih 30
tenaga pengajar dan bagian T.U. Sedangkan pengakuan dari pemerintah melalui
Departemen Agama Republik Indonesia kantor wilayah Provinsi Banten
Madrasah Al-ihsan telah mendapat piagam Akreditasi dengan peringkat B (baik).
PIAGAM AKREDITASI MADRASAH AL-IHSAN
Piagam Akreditasi Madrasah Aliyah nomor statistik 312.28.02.01.014
ditanda tangani oleh A.M Romli Nip. 150192324 jabatan Kepala kantor wilayah
Departemen Agama Provinsi Banten tanggal 11 desember tahun 2006 dengan
NOMOR : Kw.28/I/Dam.006/151/2006.
MADRASAH SETELAH MENDAPAT PIAGAM AKREDITASI
Dari semenjak Madrasah Al-ihsan mendapat piagam Akreditasi B tahun
2006 maka dari mulai tahun ajaran 2007/2008 dan 2008/2009 kepercayaan
masyarakat semakin meluas, bukan dari lingkungan Provinsi Banten saja akan
38
tetapi banyak siswa yang datang dari Provinsi Jawa Barat, DKI, Lampung, dan
Provinsi Sumatra Selatan, dengan jumlah santri 330 orang. Demikian seterusnya
priode tahun 2011/2012 sudah mencapai 500 orang yang terdiri dari siswa/santri
laki-laki dan perempuan pada jenjang Aliyah (SMA) maupun Tsanawiyah (SMP).
B. Visi Misi Madrasah AL-Ihsan Pandeglang
Visi Madrasah :
“Mewujudkan sebuah Lembaga Pendidikan Islam yang repersentatif
yang memiliki karakter responsif terhadap perkembangan zaman, dengan
didasari kepada sebuah pemikiran berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits”.
Misi Madrasah :
“Membentuk generasi Islam yang tangguh dan berkepribadian menjadi
Insan kamil yang dapat mengabdi kepada Agama, Bangsa dan Negara”.
C. Profil Madarasah AL-Ihsan
Nama Madrasah : Madrasah AL-Ihsan
Pimpinan Yayasan : KH. Asmuni M. Noor
Kepala Madrasah Aliyah : H. Dody Ahmadi, Lc
Kepala Madrasah Tsanawiyah : H. Ibnu Hajar Al’Asyqolani, S.H
Status Madrasah : Akreditas B
No Statistik Madrasah : 312.28.02.01.014
Status Kepemilikan : Hak Milik Sendiri
Alamat Madrasah : Jl. AMD Kadomas Kp. Jajawai Rt/Rw 02/03
No. 1 Pandeglang
Kabupaten/kode pos : Pandeglang/ 42218
Provinsi : Banten
Tlp/ Fax : 0253 201866
Email : [email protected]
39
D. Bagan Struktur Organisasi Madrasah AL-Ihsan Pandeglang
Setiap susunan organisasi saling berhubungan yang berkoordinasi antar
tiap struktur dan terikat di bawah garis komando dan setiap struktur organisasi
mempunyai tugasnya masing-masing.
1. Deskripsi Kerja dan Struktur Organisasi Kepengurusan Ponpes al-Ihsan
Tipe organisasi yang diadopsi oleh ponpes al-Ihsan adalah tipe
gabungan antara tipe lini dan fungsional, dalam tipe ini struktur organisasi
memiliki garis hubungan yang jelas antara atasan dan bawahan, disamping itu
setiap pimpinan bidang memiliki wewenang terhadap bawahan yang berbeda
divisi selama masih berhubungan. Oleh karena itu kepengurusan inti di ponpes
al-Ihsan terdiri dari:
a. Pelindung/Pemimpin Pondok Pesantren: adalah pucuk pimpinan tertinggi
dalam organisasi yang memiliki wewenang dan kebijakan mutlak dalam
setiap bidang
40
b. Sekretaris Pondok: memiliki tugas dan wewenang membantu pimpinan
pesantren dalam hal teknis seperti kearsipan, korespondensi. Merancang
konsep yang disampaikan oleh pimpinan, merancang konsep rencana
anggaran belanja pesantren dan hal-hal terkait.
c. Bendahara: memiliki kewenangan dalam hal pengaturan keuangan,
memberikan saran dan masukan kepada pimpinan terkait dengan
penggunaan anggaran pesantren.
d. Direktur I Bidang Pengajaran: lembaga ini diketuai oleh seorang Direktur
yang bertanggung jawab langsung kepada pimpinan pesantren dalam hal
pengajaran dan pendidikan yang ada di pesantren. Tugas dan
wewenangnya ialah mengusahakan peningkatan proses pendidikan dan
pengajaran terhadap santri baik pada pendidikan formal (MA dan
Tsanawiyah) maupun pendidikan ekstra kurikuler termasuk kurikulum
lokal pesantren. Oleh karenanya seorang direktur bidang pengajaran
membawahi para kepala sekolah, ketua lembaga bahasa, dan ketua
pengembangan kurikulum Pesantren.
e. Direktur II Bidang Pengasuhan: lembaga ini dikhususkan untuk mengatur
ketertiban santri dalam kehidupannya sehari-hari di pondok. Oleh karena
itu direktur bidang pengasuhan bertanggung jawab kepada pimpinan
pesantren dalam hal ketertiban,keamanan, kenyamanan di asrama, dan
disiplin santri dalam hal kepatuhan terhadap peraturan pesantren. Oleh
karenanya direktur bidang pengasuhan membawahi beberapa bidang, antra
lain bidang kebersihan dan kesehatan, serta bidang keamanan.
f. Direktur III Bidang Pengembangan Usaha Pondok: bertanggung jawab
langsung kepada pimpinan pesantren dalam hal pengembangan usaha
pesantren seperti pengelolaan koperasi, kantin, kebutuhan sehari-hari
santri dan lain sebagainya. Direktur bidang ini membawahi bidang
pengelolaan koperasi, kantin, dan kebutuhan primer santri.
g. Direktur IV Bidang pengembangan dan pembangunan sarana dan
prasarana: bertanggung jawab kepada pimpinan pondok dalam hal
pembangunan, pengadaan, dan pemeliharaan fasilitas pesantren yang
meliputi sarana pendidikan, asama, olahraga, dan kesehatan.
41
Beberapa lembaga yang berada dibawah kewenangan para direktur
memiliki tugsa dan fungsi antara lain:
2. Lembaga dibawah direktur pengajaran dan pendidikan
a. Kepala Madrasah Aliyah dan Tasnawiyah
Kepala madrasah memiliki kewenangan, tugas dan fungsi sebagai
educator, manager, administrator, supervisor dan motivator. Sebagai
educator memiliki tugas melaksanakan proses pembelajaran secara efektif
dan efisien. Selaku manajer mempunyai tugas memyusun perencanaan,
mengorganisasikan kegiatan, mengadakan rapat, mengambil keputusan,
mengatur proses pembelajaran, mengatur hubungan sekolah dengan
instansi pemerintah dan masyarakat.
1) Sebagai administrator bertugas:
a) perencanaan program kerja secara berkala (1 minggu, 1 bulan,
bulan, dan 1 tahun)
b) Mengevaluasi program kerja, dan kinerja jajarannya.
c) pengorgaisasian, pengarahan terhadap para bawahan.
d) koordinasi berkala antara para guru dan staff.
e) menata kurikulum yang sesuai dengan visi misi pondok.
f) mengawasi proses penjadwalan dan pengaturan guru mata
pelajaran
2) Sebagai supervisor bertugas:
Membina dan mengarahkan para guru/asatidz yang memegang
mata pelajaran, membina para peserta didik baik secara moril maupun
melalui pendidikan yang bermutu.
b. Lembaga Bahasa (Nahdhatul Lughah)
Lembaga penggerak bahasa memiliki tugas utama untuk mendidik
santri dan santriwati dalam mengembangkan kemampuan berbahasa Arab
dan Inggris. Lembaga penggerak bahasa diketuai oleh seorang ketua yang
bertanggung jawab kepada direktur bagian pengajaran dan pimpinan
pondok. Oleh karena itu tugas dan fungsinya antara lain:
42
1) merancang seluruh program dan kegiatan yang terkait dengan
pengembangan bahasa seperti muhadoroh, kewajiban berbahasa arab
dan inggris santri, muhadatsah, mahkamah lughah, pennyampaian
mufradat, dan lain sebagainya
2) mengorganisasikan seluruh kegiatan sesuai visi dan misi pesantren.
3) Membawahi pengurus bagian bahasa santri dalam meerapkan program
kerja bagian bahasa
4) Membuat perencanaan berkala terhadap program bahasa (1 bulan, 3
bulan dan 1 tahun)
5) Membina para pengurus santri dalam
6) Mengevaluasi secara berkala program kegiatan bahasa (1 bulan,)
7) Koordinasi seluruh program kegiatan kepada direktur bagian
pengajaran dan pendidikan serta bagian lainnya.
8) Membuat rancangan aturan disiplin berbahasa yang memiliki efek jera
9) Melaporkan seluruh kegiatan kepada direktur bagian pengajaran dan
pendidikan serta pimpinan pondok setiap 1 bulan sekali
c. Bagian Pengembangan Kurikulum Pesantren
Kurikulum adalah rancangan inti arah pembelajaran di pesantren
al-ihsan karenanya kurikulum yang bermutu merupakan hal yang esensi
dalam mencetak generasi yang memiliki kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Karenanya bagian ini memiliki tugas dan fungsi:
1) merancang kurikulum yang berbasis kompetensi dan kebutuhan para
santri baik sekolah dan kegiatan ekstra kurikuler
2) mengorganisasikan dan memadukan kurikulum pemerintah dan
pesantren yang memadukan kemampuan ilmu agama dan umum
3) Berkoordinasi dengan kepala MA dan MTs dalam hal perancangan
kurikulum sekolah
4) Mengevaluasi penerapan kurikulum setiap 1 semester
5) Melaporkan seluruh kegiatan kepada direktur bagian pengajaran dan
pendidikan serta pemimpin pondok setiap satu bulan sekali
43
3. Lembaga dibawah Direktur Bagian Pengasuhan
a. Bidang Pengasuhan
Pengasuhan merupakan salah satu hal yang vital bagi kehidupan
santri di asrama, karenanya bagian ini memiliki tanggung jawab yang
signifikan dalam menciptakan kehidupan yang kondusif di pesantren.
Lingkup kerja bagian pengasuhan adalah seluruh kegiatan santri di dalam
pesantren selama 24 jam. Oleh karena itu memiliki tugas dan fungsi:
1) merancang program kerja berkala selama 1 Bulan, 3 bulan, dan 1
tahun)
2) merancang seluruh kegiatan yang terkait dengan pembinaan dan
pengasuhan santri.
3) Membuat rancangan peraturan disiplin santri baik di asrama maupun
diluar asrama, termasuk disiplin ibadah
4) Membina pengurus santri terkait dengan kedisiplinan, keamanan dan
ketertiban
5) Mengontrol seluruh kegiatan dan aktivitas santri secara menyeluruh
6) Mengevaluasi program kerja setiap 1 bulan
7) Melaporkan seluruh kegiatan kepada direktur pengasuhan dan
pemimpin pondok setiap 1 bulan sekali
b. Bidang Kebersihan dan Kesehatan
1) merencanakan program dan kegiatan yang menujang kepada
kebersihan dan kesehatan seluruh santri di dalam pesantren
2) mengorganisasikan dan membina pengurus bagian terkait dalam
pelaksanaan program kerja bidang kebersihan dan kesehatan
3) menjamin kesehatan dan kebersihan lingkungan asrama
4) mengevaluasi kegiatan setiap 1 bulan
5) melaporkan seluruh kegiatan kepada direktur bagian pengasuhan dan
pemimpin pondok setiap satu bulan
44
E. Data Guru dan Siswa Madrasah AL-Ihsan
Untuk menunjang program belajar mengajar yang baik maka Lembaga
Pendidikan harus memiliki Sumber Daya Manusia/Tenaga Pendidik yang
Pofesional dan Kompeten. Adapun Tenaga Pendidik yang ada di Madrasah AL-
Ihsan Pandeglang berjumlah 47 Orang, terdiri dari Kepala Madrasah Aliyah dan
Wakil, Guru Madrasah Aliyah 23 Orang, Kepala Madrasah Tsanawiyah dan wakil
dan Guru Madrasah Tsanawiyah 20 Orang. Dari 43 guru baik dari Madrasah
Aliyah maupun Madrasah Tsanawiyah 80% lulusan S1/setara dan 20% lulusan
SMA/setara. Berikut data guru Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah AL-
Ihsan Pandeglang :
Tabel 4.1
DATA GURU MADRASAH TSANAWIYAH AL-IHSAN
TAHUN PELAJARAN 2012-2013
NO NAMA STATUS SERTIFIKASI PENDIDIKAN
TERAKHIR JABATAN
1 H. Ibnu Hadzar Al-
Asqolani S.HI
Swasta Belum SI. UIN Ciputat
Jakarta
Kepala
Madrasah
2 Munisudin, S,Ag Swasta Belum SI. PGA Serang Kurikullum
3 Indra Septiana, S.Pd,I Swasta Belum SI. IAIN Serang Kurikulum
4 Huzairi, S.Pd,I Swasta Sertifikasi SI. IAIN Serang Tata Usaha
5 Amung , S.HI Swasta Sertifikasi SI.IAIN Serang Tata Usaha
6 Ahmad Saepulloh, S,Pd Swasta Belum STKIP Banten Tata Usaha
7 Dewi Indriani, SE Swasta Sertifikasi SI. UNTIRTA
Serang
Guru
8 Nurasiah, S.Pd Swasta Belum SI. UNTIRTA
Serang
Guru
9 Dede Nurhaeni, S,Pd,I Swasta Belum SI. STAISMAN Guru
10 Lia Lianti Swasta Belum MAN Pandeglang Guru
11 Dede Nining S, S.Pd,I Swasta Belum SI. STKIP Setia
Budi
Guru
45
12 Siti Nurhayati, S.Pd Swasta Belum SI. UNINUS
Bandung
Guru
13 Iip Paturohman Swasta Belum MA Al-Ihsan Guru
14 Marlina, S,STs Swasta Belum SI. Untirta Serang Guru
15 Lis Budiawati, SH Swasta Belum SI, UNTIRTA
Serang
Guru
16 Leli Wahyuni, S,Pd,I Swasta Belum SI. UNMA Guru
17 Munawaroh Swasta Belum MA AL- IHSAN Guru
18 Anwar Sadat, S,Pd,I Swasta Belum SI.IAIN Serang Guru
19 Rahmat Ferianto, S,Pd,I Swasta Belum SI. STAISMAN Guru
20 Syaiful Anwar, S,Pd Swasta Belum SI. UIN Bandung Guru
22 Samsul Arif, S, Pd,I Swasta Belum SI. IAIN Serang Guru
23 Muhamad Arief Swasta Belum MA Al-Ihsan Guru
24 Andrean Rahmat Swasta Belum MA Al-Ihsan Guru
25 Ahmad Badru Tamam Swasta Belum MA Al-Ihsan Guru
Tabel 4.2
DATA GURU MADRASAH ALIYAH AL-IHSAN
TAHUN PELAJARAN 2012-2013
NO NAMA STATUS SERTIFIKASI PENDIDIKAN
TERAKHIR JABATAN
1 H.Dody Ahmadi, L.c Swasta Belum SI Kepsek
2 Hajar Haetami, M.H Swasta Belum S2 Wakasek
3 Drs. Anas
Ubaidillah,M.Pd
wasta Sertifikasi S2 Kurikulum
4 Alka, S.Pd.i Swasta Sertifikasi S1 Tata usaha
5 Huzairi, S.Pd.i Swasta Sertifikasi S1 Tata usaha
6 Indra Septiana Swasta Belum S1 Tata usaha
7 Hidayatullah, S.Pd.i Swasta Sertifikasi S1 Guru
46
8 Agus Hermawan Swasta Belum S1 Guru
9 Juliana, A,Md Swasta Belum D3 Guru
10 Khoiroyyaroh, S.Pd Swasta Belum S1 Guru
11 Suhada, S.Pd Swasta Sudah S1 Guru
12 Saeful Anwar, S.Pd Swasta Belum S1 Guru
13 Sri Setya Rahayu, S.Pd Swasta Sudah S1 Guru
14 Titin Rusyatin Swasta Belum S1 Guru
15 Lis Bidiawati, S.H Swasta Belum S1 Guru
16 Lia Nurlia Swasta Belum S1 Guru
17 Oyok Sunarya Swasta Belum SMA/SMK/MA Guru
18 Iip Paturrohman Swasta Belum SMA/SMK/MA Guru
19 Andi, S.Pd Swasta Belum S1 Guru
20 Nunung Rohmawati,
S.Pd
Swasta Sudah S1 Guru
21 Neneng
Rianingsih,S.Pd.i
Swasta Belum S1 Guru
22 Eha Solihat Swasta Belum S1 Guru
Tabel 4.3
DATA SISWA MADRASAH ALIYAH AL-IHSAN
TAHUN AJARAN 2012-2013
Kelas Jumlah
kelas
Jumlah
Murid/ L
Jumlah
Murid/ P Jumlah
X 2 32 37 69
XI 2 34 42 76
XII 3 41 36 77
Jumlah
Keseluruhan
7 107 115 222
47
Tabel 4.4
DATA SISWA MADRASAH TSANAWIYAH AL-IHSAN
TAHUN AJARAN 2012-2013
Kelas Jumlah
Kelas
Jumlah
Murid/ L
Jumlah
Murid/ P
Jumlah
VII 5 77 40 117
VIII 4 58 49 107
IX 2 31 31 62
Jumlah
Keseluruhan
11 166 120 286
Jumlah siswa baik dari Madrasah Aliyah maupun Madrasah Tsanawiyah
sebanyak 508 siswa, yang terdiri dari Madrasah Aliyah sebanyak 222 siswa dan
Madrasah Tsanawiyah sebanyak 286 siswa laki-laki dan perempuan. Jumlah ini
bertambah banyak setelah memasuki ajaran baru 2013 di bandingkan dengan
jumlah siswa tahun sebelumnya.
Tabel 4.5
Jadwal Kehidupan Keseharian Siswa
Waktu Jenis Kegiatan
04.00 - 06.30 Bangun tidur, MCK, Tadarus AL-Qur'an,
Sholat Subuh, wirid, do'a, mengaji kitab
kuning.
06.30 - 07.30 Sarapan pagi dan persiapan pergi sekolah
07.30 - 12.00 Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah
12.00 - 15.00 Sholat Dzhuru, makan siang, istirahat
15.00 - 17.00 Sholat Ashar, mengaji AL-Qur'an
18.00 - 19.00 Sholat Maghrib, sholat isya
19.30 - 21.00 Mengaji kitab kuning
21.00 - 04.00 istirahat
48
Kegiatan yang sudah dijelaskan di atas adalah kegiatan rutin yang selalu di
laksanakan di Madrasah AL-Ihsan setiap harinya, kecuali di hari libur yaitu hari
Jum'at siswa tidak melaksanakan pengajian kitab dan sekolah. Namun siswa
beraktifitas olah raga dan tidak ada kegiatan lainnya.
F. Sarana Prasarana dan Kegiatan Ekstrakurikuler Madrasah
Sarana Prasarana dalam Lembaga Pendidikan merupakan faktor penting
yang mendukung program Sekolah/ Madrasah untuk menjalankan aktivitas. Oleh
karena itu, sarana prasarana yang lengkap dan baik akan memberikan kenyaman
dalam proses belajar mengajar maupun kegiatan lainnya di dalam Sekolah/
Madrasah tersebut.Sarana prasarana yang di milik oleh Madrasah AL-Ihsan
Pandeglang ini cukup baik dan lengkap untuk menunjang pendidikan yang
bermutu. Berikut jumlah dan jenis sarana prasarana di Madrasah AL-Ihsan :
Tabel 4.6
KEADAAN SARANA PRASARANA MADRASAH AL-IHSAN
NO SARANA PRASARANA JUMLAH
LOKAL
KONDISI
BARANG
1 Ruang Kepala Madrasah 1 Baik
2 Ruang Guru 2 Baik
3 Ruang Tata Usaha 1 Baik
4 Ruang Kelas 20 Baik
5 Ruang Lab Komputer 1 Baik
6 Ruang Lab Bahasa 1 Baik
7 Ruang Asrama Putra 9 Baik
8 Ruang Asrama Putri 8 Baik
9 Ruang Kesehatan 1 Baik
10 Ruang Pertemuan/ Aula 1 Baik
11 Ruang Tunggu Wali Murid 1 Baik
12 Pos Satpam 1 Baik
13 Perpustakaan 1 Rusak ringan
49
14 LCD/ Digital Projektor 1 Baik
15 Masjid 1 Baik
16 Kamar Mandi 17 Rusak Ringan
17 Lapangan Olah Raga 3 Baik
18 Lapangan Parkir 1 Baik
19 Kantin/ koprasi 1 Rusak ringan
20 Dapur Siswa/ Santri 1 Rusak ringan
Sarana Prasarana yang dimiliki AL-Ihsan cukup lengkap, namun ada
beberapa ruangan yang kurang digunakan dengan baik seperti perpustakaan yang
jarang dikunjungi oleh siswa karena kurang adanya perawatan terhadap buku-
buku dan tempatnya, sehingga siswa kurang minat untuk membaca buku pelajaran
di perpustakaan.Selain itu Lab Bahasa juga jarang digunakan dengan baik, karena
faktor tenaga pendidik yang memiliki keahlian dibidang bahasa kurang maksimal.
Di samping itu, ruang kelas yang dimiliki Madrasah sebagian mengalami
kerusakan ringan dan kursi meja nya pun kurang untuk menampung seluruh
siswa, oleh karena itu sebagian siswa yang tidak endapatkan kursi dan meja
terpaksa belajar di lantai kelas. Dengan demikian, Kepala Madrasah pun sudah
merencanakan dan menjalankan pembangunan ruang kelas, ruang asrama dan
kursi meja yang baru untuk di dapat digunakan oleh siswa Madrasah AL- Ihsan.
Tabel 4.7
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MADRASAH AL- IHSAN
NO JENIS KEGIATAN
1 Mengaji AL- Qur’an
2 Mengaji Kitab Kuning
3 Belajar Bahasa Arab & Inggris
4 Muhadoroh
5 Marawis
6 Qosidahan
7 Futsal
8 Basket
9 Voli
10 Pramuka
11 Paskibra
50
Kegiatan Ekstrakurikuler di Madrasah AL- Ihsan terdiri dari 8 jenis
kegiatan yang di antaranya mengaji AL-Qur’an, mengaji kitab kuning, belajar
bahasa arab dan inggris, Muhadoroh, Marawis, Qosidahan, Futsal, Basket, Voli,
Pramuka dan Paskibra berjalan dengan baik. Adapun pelaksanaannya yaitu
Muhadoroh dilaksanakan pada malam jum’at dan Pramuka dilaksanakan pada
hari kamis. Untuk mengaji AL-Qur’an dilaksanakan pada sore hari setelah sholat
Ashar dan mngaji kitab kuning dilaksanakan 2x dalam sehari, yaitu pada waktu
pagi hari setelah sholat subuh dan pada waktu malam setelah sholat maghrib.
Adapun belajar berdialog menggunakan bahasa asing Arab dan Inggris
dilaksanakan pada pagi hari setelah subuh di hari jum’at dan minggu. Selain itu
kegiatan yang lainnya dilaksanakan tidak tentu/tidak rutin dilaksanakan pada hari
atau waktu yang sama.
G. Deskripsi dan Analisis Data Penelitian
Sistem kompensasi merupakan hal yang urgent (penting) dalam sebuah
lembaga organisasi/lembaga pendidikan baik itu kompensasi berupa finansial
maupun non finansial. Sebab, dengan adanya kompensasi yang diberikan dapat
membantu menciptakan kemauan diantara orang-orang yang berkualitas untuk
bergabung dengan lembaga pendidikan dan melakukan pekerjaan yang ada di
lembaga organisasi/lembaga pendidikan tersebut. Selain itu, tenaga pendidik
harus merasa bahwa dengan melakukan pekerjaan tersebut, mereka akan
mendapatkan imbalan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Sistem kompensasi
juga berpotensi sebagai salah satu sarana terpenting dalam membentuk prilaku
dan mempengaruhi kinerja tenaga pendidik.
Sistem kompensasi merupakan hal yang penting dalam Manajemen
Sumber Daya Manusia, baik pada organisasi publik maupun dalam organisasi
swasta. Kompensasi menyangkut penghargaan organisasi terhadap individu di
dalam organisasi. Secara psikologis, kompensasi yang layak akan memacu
semangat dan loyalitas seseorang pada organisasi karena mereka merasa
diperhatikan dan dibayar sesuai dengan harapannya. Sebaliknya, sistem
kompensasi yang buruk dapat menghilangkan produktivitas pegawai. Dalam
51
jangka panjang, hal ini akan berimplikasi pada tingginya angka turn-over
dalam organisasi karena kemampuan setiap orang tidak dihargai dengan wajar.
Oleh karena itu, keputusan strategis yang berkaitan dengan tingkat kompensasi,
struktur kompensasi, evaluasi kinerja dan sistem reward sangat mempengaruhi
tingkat kompetisi organisasi pencari kerja untuk mendapatkan pegawai yang
kompeten dan qualified.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pada Lembaga Pendidikan Islam di
Madrasah AL-Ihsan yang mempunyai kewajiban kepada tenaga pendidik maupun
karyawan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Salah satu kewajiban yang harus
dilakukan yaitu dalam memberikan kompensasi untuk membalas jasa mereka
dalam melakukan tugasnya selama periode tertentu dengan pemberian
kompensasi secara adil dan layak.
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Madrasah AL-Ihsan dengan
mewawancarai kepala Madrasah Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah, tenaga
administrasi/bendahara serta guru aliyah dan guru tsanawiyah. Dengan merujuk
kepada kisi-kisi instrumen, maka diperoleh data dari hasil wawacara yang
dilakukan sebagai berikut:
1. Macam-macam Kompensasi
Dari hasil penelitian yang didapatkan maka sistem kompensasi yang
digunakan di Madrasah ini yaitu menggunakan sistem kompensasi secara
finansial/langsung dan kompensasi non finansial/tidak langsung. Sistem
kompensasi secara finansial/langsung diberikan berupa gaji pokok. Sedangkan
kompensasi non finansial/kompensasi tidak langsung diberikan berupa
tunjangan/asuransi kesehatan.
Adapun hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala madrasah bapak
H. Dodi Ahmadi, Lc selaku Kepala Madrasah Aliyah mengatakan bahwa
"Jenis kompensasi yang kami berikan kepada tenaga pendidik dan karyawan
yang ada di Madrasah AL-Ihsan yaitu jenis kompensasi langsung dan
kompensasi tidak langsung".1 Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka
1 Wawancara dengan Kepala Madrasah Aliyah bapak H. Dodi Ahmadi, Lc pada hari rabu tanggal
13 November 2013 pukul 09.00 WIB.
52
dapat simpulkan bahwa kompensasi yang diberikan kepada tenaga pendidik
yaitu hanya berupa gaji pokok. Kompensasi diluar gaji pokok hanya berupa
tunjangan hari raya (THR) yang diberikan dua kali dalam satu tahun, yaitu
pada saat Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Seperti yang di
katakan oleh guru madrasah aliyah oleh bapak Agus Herman, S.E
"Kompensasi yang kami terima selain gaji pokok yaitu berupa tunjangan hari
raya (THR), yang diberikan dua kali selama satu tahun, yaitu pada Hari Raya
Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha".2
Selain gaji pokok dan THR yang diberikan kepada tenaga pendidik,
ada juga asuransi kesehatan, dimana tenaga pendidik bisa memeriksakan
kesehatanya di klinik yang ada di Madrasah ini dengan pengobatan secara
gratis. Madrasah tersebut bekerja sama dengan dinas kesehatan di daerah
Pandeglang untuk memberikan pelayanan kesehatan secara gratis tersebut,
dengan mendatangkan dokter umum ke Madrasah tersebut. Oleh karena itu,
pelayanan kesehatan tersebut dapat dinikmati oleh seluruh sumber daya
manusia yang ada di Madrasah AL-ihsan termasuk peserta didik.
2. Dasar Penentuan Kompensasi
Dalam penerapan sistem kompensasi langsung/kompensasi finansial
berupa gaji pokok di Madrasah ini diberikan berdasarkan sistem waktu,
dimana kompensasi diterapkan berdasarkan standar waktu seperti jam dalam
mengajar selama periode satu bulan yang diberikan pada tanggal yang sudah
ditetapkan oleh madrasah tersebut. Adapun jenis kompensasi tidak langsung
yang diberikan yaitu berupa Tunjangan Hari Raya (THR) yang diberikan dua
kali dalam satu tahun yaitu pada Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul
Adha.
Namun pemberian kompensasi tidak diberikan berdasarkan lulusan
pendidikan, akan tetapi semua disamaratakan baik yang lulusan SMA/MA,
2Hasil wawancara dengan guru Madrasah Aliyah oleh bapak Agus Herman, S.E, pada hari rabu
tanggal 13 November 2013 pukul 11.00 WIB
53
lulusan S1 maupun S2. Seperti yang dikatakan oleh Kepala Madrasah
Tsanawiyah "Sistem kompensasi yang kami terapkan di Madrasah AL-Ihsan
yaitu menerapkan sistem waktu untuk membayar/memberikan kompensasi
kepada tenaga pendidik. Dimana kompensasi tersebut diberikan sesuai dengan
jam masuk yang telah ditentukan, dengan satu hari mengajar tenaga pendidik
mendapatkan Rp 50.000,- untuk Madrasah Aliyah dan Rp 45.000,- untuk
Madrasah Tsanawiyah dengan mengkalikan berapa kali dalam satu bulan guru
tersebut mengajar".3
Selain pendapat dari Kepala Madrasah hal yang lain juga dikemukakan
oleh bendahara madrasah ibu Hj. Hayati Nufus bahwa "Gaji yang diberikan
sudah diatur berdasarkan ketentuan dari pihak Madrasah dan disesuaikan
berdasarkan seluruh pengeluaran keuangan Madrasah".4
Jadi besarnya gaji yang diterima oleh setiap guru ditentukan oleh
jumlah hari ia mengajar, apabila guru yang bersangkutan tidak dapat mengisi
pelajaran (tidak masuk) maka ia tidak mendapatkan bayaran yang akan
dikalkulasikan pada tanggal gajian guru tersebut. Disamping itu dalam
pemberian kompensasi kepada tenaga pendidik yang ada di madrasah AL-
Ihsan tidak dapat dikatakan adil, karena gaji yang mereka terima itu besar
kecilnya disamaratakan dengan yang lainnya. Sehingga tenaga pendidik yang
berpendidikan lebih tinggi tidak mendapatkan kompensasi yang sesuai dengan
latar belakang pendidikan mereka.
Di samping itu, dengan kompensasi yang memang dirasakan tidak adil
tersebut tidak membuat tenaga pendidik keluar dari madrasah, akan tetapi
mereka tetap bertahan di madrasah AL-Ihsan karena faktor kebutuhan
ekonomi yang harus dipenuhi untuk keluarganya. selain itu, ada faktor
kepedulian atau rasa pengabdian terhadap almamater Madrasah AL-Ihsan,
karena mayoritas tenaga pendidik yang ada di Madrasah tersebut adalah
3 Wawancara dengan Kepala Madrasah Tsanawiyah bapak H. Ibnu Hajar Al asy Qolani pada hari
rabu tanggal 13 November 2013 pukul 09.00 WIB. 4 Hasil wawancara dengan bendahara madrasah ibu Hj. Hayati Nufus pada hari Rabu tanggal 13
November 2013 pukul 13.00 WIB
54
lulusan/alumni dari Madrasah AL-Ihsan itu sendiri. Sehingga mereka bertahan
untuk tetap mengajar di Madrasah tersebut.
Dalam menentukan kompensasi juga terdapat dalam Undang-undang
RI Nomor 14 Tahun 2005 yang terdapat pada pasal 15 ayat 3 mengenai hak
dan kewajiban yaitu "Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat diberi gaji berdasarkan perjanjian kerja atau
kesepakatan kerja bersama".5 Dengan adanya undang-undang yang mengatur
pemberian kompensasi, maka terbukti bahwa kompensasi sangat penting
untuk diperhatikan kelayakan dan keadilannya. Terlebih kompensasi yang
akan diberikan kepada tenaga pendidik yang bukan dari PNS (Pegawai Negeri
Sipil) yang memang sudah ditetapkan besaran gaji yang diterima. Oleh karena
itu, lembaga yang memiliki sumber daya manusia yang bukan pegawai harus
memberikan kompensasi yang sesuai dengan permintaan dan kesepakatan
kedua belah pihak.
Selain itu, ada beberapa faktor yang menjadi hal yang menjadi
perhatian bahwa, guru honorer masih menggunakan sistem penggajian kerja
sebulan dibayar seminggu, seberapa banyak gaji guru honorer amat
bergantung kepada jumlah jam mengajar, hari mengajar, dan tugas tambahan.
Oleh karena itu, amat banyak gaji guru honorer masih dibawah UMR (Upah
Minimum Rata-rata) penggajian guru honorer tidak sesuai dengan semangat
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa guru
dan dosen berhak memperoleh gaji di atas upah minimum.
3. Faktor yang Mempengaruhi Penentuan Kompensasi
Menurut Kepala Madrasah Aliyah faktor yang mempengaruhi
penentuan kompensasi, yaitu "Dalam memberikan kompensasi pasti akan
melibatkan dana yang besar untuk dianggarkan. Selain itu, pihak Madrasah
memberikan gaji kepada tenaga pendidik dan karyawan itu menggunakan
5 http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_guru_dosen.htm (UU RI No. 4: 2005)
55
dana milik Madrasah dan juga ditambah dengan dana BOS yang diterima
oleh Madrasah". 6
Faktor intern dapat mempengaruhi organisasi/lembaga pendidikan
untuk memberikan kompensasi adalah dana yang dimiliki organisasi/
lembaga pendidikan tersebut. Dimana organisasi/lembaga pendidikan
tersebut memiliki kemampuan untuk membayar tenaga pendidik atau
karyawan, dengan kompensasi yang sesuai dengan sistem yang berlaku di
organisasi/ lembaga pendidikan tersebut.
Dengan faktor tersebut, maka jelas bahwa adanya pengaruh terhadap
penentuan kompensasi yang akan diterima oleh tenaga pendidik/karyawan.
Sehingga di antara faktor yang mempengaruhi upah dan kebijakan
kompensasi tersebut, faktor intern akan menjadi pertimbangan dalam
memutuskan besaran kompensasi yang akan diberikan oleh
organisasi/lembaga pendidikan kepada tenaga pendidik/karyawanya.
Karena dengan faktor tersebut akan memberikan dampak terhadap
kinerja para pendidik. Selain itu, cara untuk mempertahankan sumber daya
manusia yang ada juga disebabkan oleh faktor tersebut, karenanya dalam
memberikan kompensasi yang adil dan layak harus dipertimbangkan dengan
baik dan matang. Meskipun dengan dana yang dimiliki oleh Madrasah tidak
besar, namun Madrasah mendapatkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
sebesar 20% untuk memberikan gaji kepada tenaga pendidik. Akan tetapi
dengan dana dari Madrasah dan dana BOS juga tidak dapat memberikan
kompensasi yang cukup tinggi untuk diberikan kepada guru. Hal ini
dikarenakan dana yang dimiliki oleh madrasah tidak banyak dari hasil
pembayaran SPP peserta didik tidak terlalu besar. Selain itu, manajemen
keuangan yang dikelola tidak sesuai dengan standar perencanaan keuangan
yang baik, sehingga dana yang akan di alokasikan kepada kebutuhan yang lain
tidak terencana dengan baik.
6 Wawancara dengan Kepala Madrasah Aliyah bapak H. Dodi Ahmadi, Lc pada hari rabu tanggal
13 November 2013 pukul 09.00 WIB.
56
4. Tujuan Kompensasi
Secara umum tujuan kompensasi adalah untuk membantu lembaga
organisasi/lembaga pendidikan mencapai tujuan keberhasilan
organisasi/lembaga pendidikan tersebut dan menjamin terciptanya keadilan
internal dan eksternal. Ada pun tujuan lain dari kompensasi menurut
Sedarmayanti adalah "menghargai kinerja, menjamin keadilan,
mempertahankan karyawan, memperoleh karyawan bermutu, mengendalikan
biaya dan memenuhi peraturan".7
Dengan sistem kompensasi yang sudah diterapkan di Madrasah
AL-Ihsan, maka tujuan yang sudah dicapai menurut bendahara madrasah ibu
Hj. Hayati Nufus yaitu dapat "Memberikan motivasi kepada guru dan
memberikan penghargaan kepada guru".8 Meskipun belum dapat dikatakan
adil dan layak pihak Madrasah akan berupaya memberikan kompensasi yang
lebih layak dan adil untuk periode yang akan datang demi kesejahteraan
tenaga pendidik.
Selain itu, tujuan dalam memberikan kompensasi yang adil dan layak
juga akan memberikan pelayanan jasa yang semakin baik yang diberikan oleh
tenaga pendidik kepada Madrasah, sehingga memberikan kepuasan kepada
dua belah pihak. Dengan begitu, Madrasah akan memiliki lebih banyak lagi
tenaga pendidik yang bermutu dan profesional, dengan demikian hal tersebut
akan memperbaiki kualitas tenaga pendidik yang sudah ada di Madrasah AL-
Ihsan menjadi bertambah.
Pencapaian tujuan kompensasi juga terbukti bahwa madrasah memiliki
guru/karyawan yang profesioanl, seperti yang dikatakan oleh bendahara
bahwa "Meskipun gaji yang kami berikan tidak besar, akan tetapi kami
memiliki guru/karyawan yang cukup profesional".9
7 Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai
Negeri Sipil (Bandung: PT. Refika Aditama, 2011) cet. 5 8 Hasil wawancara dengan bendahara madrasah ibu Hj. Hayati Nufus pada hari Rabu tanggal 13
November 2013 pukul 13.00 WIB 9 Hasil wawancara dengan bendahara madrasah ibu Hj. Hayati Nufus pada hari Rabu tanggal 13
November 2013 pukul 13.00 WIB
57
Menurut data yang didapatkan dari hasil observasi, mengumpulkan
dokumentasi madrasah dan hasil wawancara dengan pihak madrasah,
bendahara dan guru. Maka diperoleh hasil yang bisa dikatakan belum
mencapai sistem kompensasi yang efektif. Karena sistem yang diterapkan
masih menggunakan sistem yang kurang adil. Terbukti dengan hasil
wawancara dan dokumentasi, bahwa pemberian kompensasi tidak didasarkan
atas latar belakang pendidikan, dimana beberapa tenaga pendidik memiliki
pendidikan yang tinggi yaitu lulusan S1 dan S2 diberikan gaji yang sama
dengan lulusan SMA/MA.
Sistem tersebut dipengaruhi oleh faktor pemasukan dana yang dimiliki
Madrasah setiap bulanya, sehingga tidak cukup untuk memberikan gaji yang
tinggi kepada para tenaga pendidik. Salah satu faktor juga yang
mempengaruhi yaitu peserta didik yang ada di Madrasah AL-Ihsan tidak
sekedar hanya bersekolah formal saja, akan tetapi siswa juga tinggal dalam
asrama yang disediakan di Madrasah tersebut, sehingga membutuhkan tempat
tinggal dan makan untuk tiap harinya. Dengan bayaran yang bisa dikatakan
tidak terlalu besar yaitu dengan kisaran harga Rp 350.000,-/bulan yang harus
dibayar oleh siswa/santri Madrasah AL-Ihsan.
Dana tersebut tidak seutuhnya diterima oleh pihak Madrasah dengan
sekian banyak peserta didik, karena banyak peserta didik yang membayar
iuran/spp perbulannya secara menunggak/tidak bayar pada waktu yang telah
ditentukan. Hal ini menyebabkan pihak Madrasah kesulitan untuk mengatur
keuangan yang ada. Dalam mengatur keuangan, Madrasah menganggarkan
dana yang ada kepada kebutuhan siswa/santri itu sendiri seperti dana untuk
konsumsi dalam sehari 3 kali makan untuk peserta didik dan para ustadz dan
ustadzah. Selain itu, Madrasah juga mengganggarkan kepada kebutuhan
lainnya yang ada di Madrasah tersebut, sehingga dana yang dianggarkan
untuk menggaji tenaga pendidik tidak dapat diberikan dengan harga yang
tinggi. Oleh karenanya pihak Madrasah memberikan dana yang terbilang kecil
untuk menggaji tenaga pendidik dan tidak menggolongkan latar belakang
pendidikan mereka, karena membutuhkan dana yang lebih.
58
Dengan dana yang diterima oleh para pendidik tersebut, tidak
menyurutkan mereka untuk berhenti dan mencari Madrasah/sekolah lain
untuk mengajar. Akan tetapi mereka tetap bertahan di Madrasah AL-Ihsan
meskipun gaji yang mereka terima tidak dapat memenuhi semua
kebutuhan ekonomi, ini disebabkan oleh guru yang ada di madrasah
tersebut mayoritas alumni dari madrasah itu sendiri, seingga tingkat
loyalitasnya masih tinggi.
Selain itu, ada beberapa tenaga pendidik yang mengajar selain di
Madrasah AL-Ihsan, ini menyebabkan ketidakdisiplinanya dalam
melaksanakan tugas sebagai pengajar. Sehingga ini menimbulkan
produktivitas kerja guru yang tidak optimal, karenanya kelas yang mereka
ajar sering tidak ada kegiatan belajar mengajar. Dengan
mempertimbangkan hal tersebut, pihak Madrasah tidak membatasi para
guru untuk tidak mengajar ditempat lain, karena faktor ekonomi yang
mempengaruhi kinerja guru tersebut. Akan tetapi pihak madrasah juga
memberikan evaluasi kepada guru untuk bisa melakukan pekerjaanya
secara profesional dengan membagi waktunya dengan mengajar di
sekolah/madrasah lain.
Sekolah/Madrasah swasta secara umum dalam pemberian
kompensasinya masih sangat jauh dari harapan, karena pemberian kompensasi
yang rendah dan belum memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah untuk
seorang guru/tenaga pendidik. Walaupun demikian, masih banyak guru/tenaga
pendidik yang masih bertahan untuk tetap mengajar di Madrasah tersebut
karena faktor ekonomi dan faktor dari Madrasah itu sendiri yang
membutuhkan banyak tenaga pendidik. Meskipun ada beberapa lembaga
pendidikan yang bisa memberikan kompensasi yang jauh lebih baik dan layak,
yaitu sekolah/madrasah yang menarik SPP yang cukup tinggi, sehingga dana
untuk dialokasikan kepada gaji tenaga pendidik bisa lebih tinggi. Namun hal
tersebut sangat berbeda dengan madrasah/sekolah swasta, dimana
sekolah/madrasah swasta tidak menerapkan biaya SPP yang cukup tinggi,
59
karena untuk meringankan peserta didik yang kurang mampu untuk
membayar pendidikan mereka.
Dengan demikian, kesejahteraan guru di sekolah/madrasah swasta
kurang memadai, sehingga guru yang sudah mengajar bertahun-tahun juga
tidak/belum memiliki kesejahteraan yang lebih dari pada cukup. Seperti guru
yang ada di Madrasah AL-Ihsan, masih banyak guru yang kesejahteraanya
kurang.
Berdasarkan realita di atas, maka sesungguhnya ini merupakan hal
yang tidak asing dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia. Karena
sebagian besar lembaga pendidikan, khususnya pesantren selalu mengalami
permasalahan yang sama dalam pemberian kompensasi dan salah satunya
adalah keuangan. Meskipun demikian, hal ini dapat ditanggulangi dengan
menerapkan sistem manajemen sekolah atau madrasah yang baik. misalnya
dengan membuat aturan dan SOP (standar operasional prosedur) yang baku
di setiap lini dan aspek yang ada di sekolah. ketidakadilan pemberian
kompensasi seperti yang disebutkan di atas adalah akibat dari pengaturan
manajemen yang kurang tertata.
Apabila keadaan manajemen sudah diatur secara baku, dan juga
memiliki SOP yang jelas, maka masalah keuangan dan sistem kompensasi pun
akan mudah diatur dan dilaksanakan. Karena dengan jumlah siswa di pondok
pesantren yang berjumlah lebih dari lima ratus (baik madrasah aliyah maupun
tsanawiyah) sudah dapat memberikan surplus bagi pemasukan keuangan
pesantren, atau dalam istilah ekonomi disebut dengan break-even point.
Secara logika, pesantren seharusnya sudah mampu untuk menerapkan
kompensasi secara konsisten kepada tenaga pendidik, meskipun terdapat
beberapa biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pesantren untuk
kebutuhan primer lainnya, seperti perbaikan sarana dan prasarana. Tetapi
kompensasi juga merupakan hal yang tidak kalah penting, karena
berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar, dan terlebih adalah
kualitas output dari proses tersebut.
60
Di samping itu, manajemen kepegawaian dan sumber daya manusia
sangat penting bagi lembaga pendidikan dalam mengelola, mengatur dan
memanfaatkan karyawan dan tenaga pendidik sehingga dapat berfungsi secara
produktif untuk tercapainya tujuan lembaga pendidikan. Sumber daya
manusia di lembaga pendidikan perlu dikelola secara profesional agar
terwujud keseimbangan antara kebutuhan guru dan karyawan dengan tuntutan
dan kemampuan lembaga pendidikan. Keseimbangan tersebut merupakan
kunci utama dari lembaga pendidikan agar dapat berkembang secara produktif
dan wajar. Perkembangan lembaga pendidikan sangatlah tergantung pada
kemampuan dan produktvitas tenaga pendidik yang berada di lembaga
pendidikan. Dengan pengaturan manajemen sumber daya manusia yang
profesional, maka diharapkan karyawan dan tenaga pendidik dapat bekerja
dengan baik, yang pada akhirnya dapat berprestasi dengan baik pula.
Berdasarkan teori yang sudah dibahas di kajian teori, sistem
kompensasi yang ideal adalah sistem kompensasi yang menghargai seseorang
berdasarkan usaha dan jerih payah yang telah dikeluarkannya, bukan
berdasarkan golongan, pangkat dan senioritas. Organisasi dituntut untuk
memberikan balas jasa secara adil agar setiap orang merasa betah karena
diperlakukan secara wajar. "Guna mewujudkan prinsip keadilan dalam
memberikan reward pada pegawai, organisasi dapat menerapkan sistem
kompensasi berbasis kinerja (pay for performance). Sistem kompensasi
berbasis kinerja dibangun atas monitoring perilaku atau kontrol output
dengan tujuan mendorong setiap tenaga pendidik/pegawai untuk
memaksimalkan kinerja atau kemampuan mereka". 10
Sistem kompensasi berbasis kinerja otomatis menggunakan kinerja
sebagai patokannya sehingga perlu disusun jabatan tugas (job description)
yang jelas dan terukur bagi setiap individu, sub unit, unit dalam organisasi dan
job description organisasi secara keseluruhan. Berkaitan dengan guru,
seorang kepala sekolah dapat menggunakan acuan program jangka pendek
yang telah dirumuskan bersama dalam penentuan indikator tersebut. Sebagai
10
http://educationesia.blogspot.com/2012/10/implikasi-sistem-kompensasi-
berbasis.html#ixzz2mbiyyNtj
61
contoh dalam program jangka pendek sekolah terdapat point yang segera
dilaksanakan berkaitan dengan penggunaan bahasa inggris dalam
penyampaian materi. Dari sinilah sistem kompensasi dapat diterapkan dimana
seorang guru yang telah menggunakan bahasa inggris dalam seluruh kegiatan
belajarnya berhak mendapatkan nilai kompensasi tersebut secara lebih.
Dengan begini seorang guru yang memiliki kreativitas dan berkinerja tinggi
merasa diperlakukan adil karena reward yang mereka terima tidak sama
dengan mereka yang berkinerja kurang dan mereka yang tidak bekerja.
Melihat fenomena yang cukup banyak di hadapi oleh beberapa
madrasah/sekolah swasta mengenai kompensasi, dapat disimpulkan bahwa
kompensasi yang diterima oleh tenaga pendidik itu terbilang rendah dan tidak
efektif, sehingga tenaga pendidik disudutkan pada persoalan yang dilematis/
membingungkan. Karena satu sisi tenaga pendidik bertanggung jawab untuk
mengajar dan meningkatkan pembelajaran di madrasah, akan tetapi tenaga
pendidik juga harus bisa mengatur keuangannya untuk bisa memenuhi
kebutuhanya dengan hasil gaji yang diterima selama satu bulan
mengajar/bekerja di madrasah AL-Ihsan. Meskipun kompensasi yang diterima
tidak sesuai dengan standar yang berlaku.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi dengan mrujuk kepada rumusan masalah, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pelaksanaan sistem kompensasi yang ada pada Madrasah AL-Ihsan belum efektif,
karena dalam menentukan kompensasi madrasah hanya memberikan berdasarkan waktu..
Untuk memberikan kompensasi tersebut, guru hanya diberikan gaji berdasarkan waktu
mengajar dalam satu hari seperti guru aliyah yang diberikan sebesar Rp 50.000,-/hari dan
guru stanawiyah sebesar Rp 45.000,-/hari, gaji tersebut akan diberikan pada tanggal yang
sudah ditetapkan oleh madrasah.
Kompensasi di madrasah tersebut tidak ditentukan berdasarkan latarbelakang
pendidikan dan pengalaman dalam mengajar, akan tetapi kompensasi diberikan secara
merata, baik guru yang lulusan SMA/MA dengan guru yang lulusan SI dan S2.
Pemberian kompensasi yang berbeda hanya ditentukan oleh jabatan, seperti Kepala
Madrasah dan wakil, kepala bagian tata usaha dan administrasi. Dengan demikian
kompensasi yang diberikan belum layak dan tidak adil, karena dalam menentukan
kompensasi tidak mempertimbangkan latar belakang pendidikan dan pengalaman
mengajar di Madrasah tersebut.
Selain itu, kompensasi tersebut juga tidak memberikan dampak yang berarti
kepada produktifitas kerja guru. Karena gaji yang diberikan kecil, maka banyak guru
yang memilih untuk mengajar juga di madrasah lain, sehingga ini mempengaruhi
terhadap kinerja guru di madrasah AL-Ihsan yang tidak optimal. Oleh karena itu, dengan
gaji yang kecil tersebut tidak memberikan kesejahteraan yang lebih dari cukup untuk
memenuhi kebutuhan para pendidik dengan hanya mengandalkan pekerjaannya di
Madrasah AL-Ihsan.
63
B. Saran
Berdasarakan hasil penelitian dan temuan masalah yang dihadapi oleh Madrasah
AL-Ihsan, maka penulis memberikan saran kepada pihak yayasan dan pihak madrasah
diharapkan agar manajemen keuangan yang sudah ada diperbaiki dengan merujuk
kepada standar pengelolaan keuangan yang baik, sehingga akan mempengaruhi juga
kepada penentuan kompensasi yang akan diberikan kepada sumber daya manusia
yang dimiliki Madrasah tersebut.
Dalam memberikan kompensasi juga dapat mempertimbangkan latarbelakang
pendidikan dan pengalaman tenaga pendidik. Sehingga kompensasi tersebut dapat
dirasakan layak dan adil untuk membayar atas kinerja guru di madrasah. Dengan
demikian akan mempengaruhi kepada produktivitas kerja guru yang selama ini belum
opimal dan memberikan kesejahteraan yang cukup untuk tenaga kependidikan yang
ada di madrasah.
Selain itu, pihak yayasan dan kepala madrasah juga dapat bersikap tegas untuk
mendisiplinkan para pendidik, agar dapat bekerja dengan baik dan
mempertanggungjwabkan pekerjaannya sebagai guru di madrasah AL-Ihsan.
Sehingga pekerjaan yang dilakukannya diluar madrasah AL-Ihsan tidak dipengaruhi
oleh pekerjaannya madrasah lain.
DAFTAR PUSTAKA
Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia,
cet 1. 1998
Arlan Adinata, “Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendapatan
Darah Kota Bogor,” Skripsi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB, Bogor, 2011. Dipublikasikan.
Agus Arijanto, Pengertian Kompensasi & jenis/ macam kompensasi SDM
Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Kencana, 2011) cet. 3
Gouzali Saydam, Manajemen Sumbr Daya Manusia, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung,
1996)
Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: YKPN: 1995) cet. 1.
Jac Fitz-enz and Barbara Davision, How To Measure Human Resources Management,
Terj. Widarti Rahardjo, (Jakarta: Kencana, 2011). Cet.3 h.
Mathis and Jackson, Human Resource Management (USA: South-Western Cengage
Learning: 2009)
Malayu S,P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Dasar dan Kunci
Keberhasilan), (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi: 1997) cet. 9
Mutiara S.Pangabean, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2004) cet ke-2.
R. Wayne Mondy, Manajemen Sumber Daya Manusia Jilid 2, Terj. Oleh Bayu
Airlangga, Human Resource Management Jilid 2. Jakarta: Erlangga, cet. 10. 2008
Robert L. Mathis and John H.Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia, Terj. Oleh
Diana Anggelica, Human Resource Management. Jakarta: Salemba Empat, 2006.
Scott Snell and George Bohlander, Principles ofHuman Resource Management. South -
Western, 2010
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, cet. 4. 2004
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian dan Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka
Cipta,1998) cet. 12.
Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, cet. 9.
2001
Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Reneka
Cipta) cet ke-3,
Suhendar dan Murdiyah Hayati, Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta: UIN Jakarta
Press, cet 1. 2006.
Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan Manajemen
Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT. Refika Aditama, cet. 5. 2011.
Undang-undang tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia (Bandung: Citra Umbara, 1999)
Veithzal Rivai dan Ella Jauvani Sagala, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan.Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, cet. 2. 2009.
Wursanto, Manajemen Kepegawaian 2, (Yogyakarta: Kanisius, 1994) cet. 3
Nurlaila Fadjarwati, Kompensasi (2011)
http://nurlailafadjarwati.blogspot.com/2011/01/kompensasi.htmI?m=1
http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/116-metode-penelitian-
kualitatif.htm
http://sistasaka.blogspot.com/2011/12/sumber-daya-manusia-mengenai-
kompensasi.html?m=1
http://danang-leo-handoko.blogspot.com/2012/01/kompensasi.htmI?m=
Asmanblog,KompensasiEfektif,2010
(http://asmanannil.blogspot.com/2010//04/kompensasi-efekif.htmI?m=)
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_guru_dosen.htm (UU RI No. 4: 2005)
http://educationesia.blogspot.com/2012/10/implikasi-sistem-kompensasi-
berbasis.html#ixzz2mbiyyNtj
LAMPIRAN 1
Instrumen Wawancara dengan Kepala Madrasah Aliyah
dan Madrasah Tsanawiyah AL-Ihsan Pandeglang Banten
Nama Responden : H. Dodi Ahmadi, Lc
Jabatan : Kepala Madrasah Aliyah AL-Ihsan
Nama Responden : H. Ibnu Hajar Al 'Asy Qolani, S.H
Jabatan : Kepala Madrasah Tsanawiyah AL-ihsan
Tempat Wawancara : Ruang Kepala MadrasahAL-Ihsan
Hari/Tanggal : Rabu, 13 November 2013
Pukul : 09.00 WIB
Pertanyaan!
1. Sistem kompensasi jenis apa yang bapak terapkan di Madrasah AL-Ihsan?
Jawaban:
Jenis kompensasi yang kami berikan kepada tenaga pendidik dan karyawan yang
ada di Madrasah AL-Ihsan yaitu jenis kompensasi langsung dan kompensasi tidak
langsung.
2. Jenis kompensasi langsung apa saja yang diberikan kepada guru atau karyawan
bapak?
Jawaban:
Jenis kompensasi langsung yang diberikan yaitu berupa gaji pokok yang diberikan
setiap bulanya secara tepat waktu.
3. Apakah ada jenis kompensasi tidak langsung (non finansial) yang diberikan
kepada guru atau karyawan bapak?
Jawaban:
Jenis kompensasi tidak langsung yang diberikan yaitu berupa asuransi kesehatan
dengan memeriksakan kesehatan di klinik yang ada di Madrasah AL-Ihsan.
4. Apakah kompensasi yang sudah diberikan dapat memenuhi kebutuhan dan
kesejahteraan tenaga pendidik di Madrasah AL-Ihsan?
Jawaban:
Dapat dikatakan memenuhi kebutuhan atau tidak itu relatif kepada tiap
masing-masing individu guru atau karyawan tersebut, ada yang merasa cukup
dan ada yang merasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka. Karenanya
pihak dari Madrasah berusaha untuk bisa memberikan kompensasi dengan baik,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan ekonomi, meskipun tidak dapat dikatakan
memenuhi seluruh kebutuhan ekonomi guru/karyawan tersebut.
5. Apakah pemberian kompensasi yang diberikan itu sudah dikatakan adil dan
layak?
Jawaban:
Pemberian kompensasi memang belum bisa dikatakan adil, karena gaji yang
diberikan itu tidak berdasarkan pendidikan terakhir yang diperoleh tenaga
pendidik. Namun semua disamaratakan, baik yang lulusan SMA/MA, S1 dan S2.
Akan tetapi pihak Madrasah akan memperbaiki sistem kompensasi yang sudah
ada dengan sistem yang lebih baik sehingga dapat dirasakan lebih adil dan layak
untuk periode yang akan datang.
6. Apakah dengan pemberian kompensasi yang sudah ada telah memperoleh tenaga
pendidik yang bermutu dan profesional?
Jawaban:
Ketika kompensasi itu diberikan sesuai dengan semestinya, maka akan
menjadikan tenaga pengajar yang bermutu dan profesional. Akan tetapi di
Madrasaha AL-Ihsan hanya beberapa tenaga pendidik yang dapat dikatakan
bermutu dan profesional. Terbukti dengan pendidikan terakhir mereka yaitu ada
yang lulusan S1 dan lulusan S2, dan kinerja guru/karyawan tersebut menghasilkan
pekerjaan yang baik.
7. Bagaimana bapak mengatur sistem kompensasi yang diberikan kepada tenaga
pendidik untuk mempertahankan sdm yang ada dengan kemampuan yang
profesional yang dimiliki oleh tenaga pendidik tersebut?
Jawaban:
Sistem kompensasi yang kami terapkan untuk mengatur penggajian yang
diberikan kepada tenaga pendidik yaitu sesuai dengan aturan yang dipakai oleh
lembaga kami, dimana menggunakan sistem waktu pembayaran. selain itu kami
juga menerapkan sistem penawaran dan pemintaan kepada para pendidik untuk
menentukan kompensasi yang akan diterima/diberikan. meskipun semuanya
disamaratakan, akan tetapi itu cukup bisa mempertahankan sdm yang ada.
8. Faktor apa saja yang mempengaruhi guru dalam menerima kompensasi? Apakah
ada dampak yang ditimbulkan setelah menerima kompensasi?
Jawaban:
Faktor yang mempengaruhi yaitu faktor internal dan eksternal. karena dalam
memberikan kompensasi pasti akan melibatkan dana yang besar untuk
dianggarkan, oleh karenanya, faktor internal juga tidak kalah penting dengan
faktor eksternal. dimana pengaruh dalam penawaran dan permintaan terhadap
penggajian yang akan diberikan/diterima. Selain itu, pihak Madrasah memberikan
gaji kepada tenaga pendidik dan karyawan itu menggunakan dana milik Madrasah
juga ditambah dengan dana BOS yang diterima oleh Madrasah.
Dampak yang ditimbulkan yaitu ketika kompensasi berupa gaji pokok atau
tunjangan hari raya itu diberikan tepat pada waktu yang sudah ditentukan. maka
akan memberikan motivasi kepada para pendidik untuk bekerja dengan baik.
9. Apakah pemberian kompensasi dibagikan berdasarkan pangkat dan jabatan di
Madrasah AL-ihsan?
Jawaban:
Kompensasi yang diberikan tidak berdasarkan pangkat dan jabatan, akan tetapi
diberikan berdasarkan kinerja tenaga pendidik dengan menyesuaikan jam masuk
yang telah ditentukan oleh Madrasah.
10. Bagaimana cara anda menentukan kompensasi yang akan diberikan kepada tenaga
pendidik?
Jawaban:
Sistem kompensasi yang kami terapkan di Madrasah AL-Ihsan yaitu menerapkan
sistem waktu untuk membayar/memberikan kompensasi kepada tenaga pendidik
dan karyawan. Dimana kompensasi tersebut diberikan sesuai dengan jam masuk
yang telah ditentukan, dengan satu hari mengajar tenaga pendidik mendapatkan
Rp 50.000,- untuk Madrasah Aliyah dan Rp 45.000,- untuk Madrasah Tsanawiyah
dengan mengkalikan berapa kali dalam satu bulan guru tersebut mengajar.
LAMPIRAN 2
Instrumen Wawancara dengan Bendahara
Madrasah AL-Ihsan Pandeglang Banten
Nama Responden : Hj. Hayati Nufus
Jabatan : Bendahara Madrasah
Tempat Wawancara : Ruang Administrasi MadrasahAL-Ihsan
Hari/Tanggal : Rabu, 13 November 2013
Pukul : 13.00 WIB
Pertanyaan !
1. Jenis kompensasi apa yang diberikan kepada guru di Madrasah AL-Ihsan?
Jawaban:
Kompensasi langsung berupa gaji pokok dan Tunjangan Hari Raya (THR) dan
tidak langsung berupa asuransi kesehatan.
2. Sistem apa yang digunakan dalam mengatur kompensasi di Madrasah AL-Ihsan?
Jawaban:
Pihak Madrasah memberikan gaji kepada guru-guru dengan sistem waktu, guru
mengajar dalam satu hari diberikan sebesar Rp 50.000,-/hari untuk Madrasah
Aliyah dan Rp 45.000,-/hari Madrasah Tsanawiyah dan diberikan selama satu
bulan terhitung dari guru mulai mengajar di hari/tanggal yang sudah ditentukan.
3. Apakah dalam pemberian kompensasi masuk dalam aturan baku? Artinya menjadi
kebijakan baku dan tetap diberikan tanpa melihat keadaan keuangan sekolah?
Jawaban:
Gaji yang diberikan sudah diatur berdasarkan ketentuan dari pihak Madrasah dan
disesuaikan berdasarkan seluruh pengeluaran keuangan Madrasah, meskipun
hasilnya dana untuk gaji guru tidak terlalu besar seperti pengeluaran yang lainnya.
4. Apa tujuan pemberian kompensasi di Madrasah AL-Ihsan ?
Jawaban:
Memberikan motivasi kepada guru dan memberikan penghargaan kepada guru
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi dalam menetapkan kompensasi?
Jawaban:
Dana yang diberikan harus sesuai dengan keuangan yang dimiliki oleh Madrasah,
karena dana yang dimiliki tidak semuanya dialokasikan untuk gaji guru.
6. Faktor apa saja yang menjadi dasar dalam menentukan kompensasi?
Jawaban:
Hanya diberikan berdasarkan waktu dalam mengajar dan tidak diberikan
berdasarkan pangkat/tingkat pendidikan
7. Apakah dengan menetapkan kompensasi tersebut sudah mendapatkan
guru/karyawan yang bermutu?
Jawaban:
Meskipun gaji yang kami berikan tidak besar, akan tetapi kami memiliki
guru/karyawan yang cukup profesional.
LAMPIRAN 3
Instumen Wawancara dengan Guru Madrasah Aliyah
Madrasah AL-Ihsan Pandeglang Banten
Nama Responden : Agus Hermawan, S.E
Jabatan : Kurikulum/Guru Madrasah Aliyah
Tempat Wawancara : Ruang Guru
Hari/Tanggal : 13 November 2013
Pertanyaan !
1. Kompensasi langsung apa saja yang sudah bapak/ibu terima selama mengajar di
Madrasah AL-Ihsan?
Jawaban:
Kompensasi yang sudah kami terima yaitu berupa gaji pokok yang diterima setiap
bulanya sebesar Rp 50.000,- dalam satu hari mengajar. Setiap guru menerima gaji
pokok berbeda-beda sesuai dengan jadwal mengajarnya.
2. Apakah ada kompensasi yang diberikan diluar gaji pokok?
Jawaban:
Kompensasi yang kami terima selain gaji pokok yaitu berupa tunjangan hari raya
(THR). Yang diberikan dua kali selama satu tahun, yaitu pada Hari Raya Idul Fitri
dan Hari Raya Idul Adha.
3. Apakah ada layanan asuransi yang bapak/ibu terima di Madrasah AL-Ihsan?
Jawaban:
Kami mendapatkan layanan asuransi secara gratis dengan memeriksakan
kesehatan di klinik yang ada di Madrasah AL-Ihsan.
4. Menurut bapak/ibu kompensasi yang sudah diterima dapatkah memenuhi
kebutuhan ekonomi selama satu bulan?
Jawaban:
Kompensasi yang sudah kami terima tidak dapat memenuhi semua kebutuhan
ekonomi dalam satu bulan, namun dapat meringankan.
5. Sudah adil dan layakah kompensasi yang bapak/ibu terima selama ini?
Jawaban:
Kami merasa gaji yang diberikan belum adil, karena kompensasi yang diberikan
tidak sesuai dengan jabatan atau pendidikan terakhir yang ditempuh oleh kami
sebagai guru di Madrasah AL-Ihsan.
6. Dampak apa yang ditimbulkan kepada bapak/ibu setelah menerima kompensasi
tersebut?
Jawaban:
Setelah menerima kompensasi berupa gaji pokok yang kami terima selama satu
bulan, itu dapat memeberikan motivasi untuk bekerja dengan baik. meskipun
masih dirasakan kurang .
7. Apa alasan bapak/ibu bertahan mengajar di Madrasah AL-Ihsan?
Jawaban:
Karena faktor ekonomi yang membuat kami bertahan untuk mengajar di
Madrasah AL-Ihsan.
Instumen Wawancara dengan Guru Madrasah Aliyah
Madrasah AL-Ihsan Pandeglang Banten
Nama Responden : Neneng Rianingsih,S.Pd.i
Jabatan : Guru Madrasah Aliyah
Tempat Wawancara : Ruang Guru
Hari/Tanggal : 13 November 2013
Pertanyaan !
1. Kompensasi langsung apa saja yang sudah bapak/ibu terima selama mengajar di
Madrasah AL-Ihsan?
Jawaban:
Kompensasi yang sudah kami terima yaitu berupa gaji pokok yang diterima setiap
bulanya sebesar Rp 50.000,- dalam satu hari mengajar. Setiap guru menerima gaji
pokok berbeda-beda sesuai dengan jadwal mengajarnya.
2. Apakah ada kompensasi yang diberikan diluar gaji pokok?
Jawaban:
Kompensasi yang kami terima selain gaji pokok yaitu berupa tunjangan hari raya
(THR). Yang diberikan dua kali selama satu tahun, yaitu pada Hari Raya Idul Fitri
dan Hari Raya Idul Adha.
3. Apakah ada layanan asuransi yang bapak/ibu terima di Madrasah AL-Ihsan?
Jawaban:
Kami mendapatkan layanan asuransi secara gratis dengan memeriksakan
kesehatan di klinik yang ada di Madrasah AL-Ihsan.
4. Menurut bapak/ibu kompensasi yang sudah diterima dapatkah memenuhi
kebutuhan ekonomi selama satu bulan?
Jawaban:
Tidak dapat memenuhi kebutuhan selama satu bulan penuh.
5. Sudah adil dan layakah kompensasi yang bapak/ibu terima selama ini?
Jawaban:
Belum dapat dirasakan adil
6. Dampak apa yang ditimbulkan kepada bapak/ibu setelah menerima kompensasi
tersebut?
Jawaban:
Tidak ada dampak yang berarti
7. Apa alasan bapak/ibu bertahan mengajar di Madrasah AL-Ihsan?
Jawaban:
Karena faktor ekonomi yang membuat kami bertahan untuk mengajar di
Madrasah AL-Ihsan.
Instumen Wawancara dengan Guru Madrasah Tsanawiyah
Madrasah AL-Ihsan Pandeglang Banten
Nama Responden : Leli Wahyuni, S,Pd,i
Jabatan : Guru Madrasah Tsanawiyah
Tempat Wawancara : Ruang Guru
Hari/Tanggal : 13 November 2013
Pertanyaan !
1. Kompensasi langsung apa saja yang sudah bapak/ibu terima selama mengajar
di Madrasah AL-Ihsan?
Jawaban:
Kompensasi yang sudah kami terima yaitu berupa gaji pokok yang diterima
setiap bulanya sebesar Rp 45.000,- dalam satu hari mengajar. Setiap guru
menerima gaji pokok berbeda-beda sesuai dengan jadwal mengajarnya.
2. Apakah ada kompensasi yang diberikan diluar gaji pokok?
Jawaban:
Kompensasi yang kami terima selain gaji pokok yaitu berupa tunjangan hari
raya (THR). Yang diberikan dua kali selama satu tahun, yaitu pada Hari Raya
Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha
3. Apakah ada layanan asuransi yang bapak/ibu terima di Madrasah AL-Ihsan?
Jawaban:
Kami mendapatkan layanan asuransi secara gratis dengan memeriksakan
kesehatan di klinik yang ada di Madrasah AL-Ihsan.
4. Menurut bapak/ibu kompensasi yang sudah diterima dapatkah memenuhi
kebutuhan ekonomi selama satu bulan?
Jawaban:
Kompensasi yang sudah kami terima tidak dapat memenuhi semua kebutuhan
ekonomi dalam satu bulan, namun dapat lebih meringankan.
5. Sudah adil dan layakah kompensasi yang bapak/ibu terima selama ini?
Jawaban:
Dapat dikatakan adil dan layak juga tidak, karena kompensasi yang diberikan
tidak sesuai dengan jabatan atau pendidikan terakhir yang ditempuh oleh
tenaga pendidik/karyawan yang ada di Madrasah AL-Ihsan.
6. Dampak apa yang ditimbulkan kepada bapak/ibu setelah menerima
kompensasi tersebut?
Jawaban:
Setelah menerima gaji dapat termotivasi dalam mengajar dengan giat,
meskipun kadang ada saat tidak masuk mengajar.
7. Apa alasan bapak/ibu bertahan mengajar di Madrasah AL-Ihsan?
Jawaban:
Karena faktor ekonomi yang membuat kami bertahan untuk mengajar di
Madrasah AL-Ihsan.
Instumen Wawancara dengan Guru Madrasah Tsanawiyah
Madrasah AL-Ihsan Pandeglang Banten
Nama Responden : Dewi Indriani, S.E
Jabatan : Guru Madrasah Tsanawiyah
Tempat Wawancara : Ruang Guru
Hari/Tanggal : 13 November 2013
Pertanyaan !
1. Kompensasi langsung apa saja yang sudah bapak/ibu terima selama mengajar
di Madrasah AL-Ihsan?
Jawaban:
Kompensasi yang sudah kami terima yaitu berupa gaji pokok yang diterima
setiap bulanya sebesar Rp 45.000,- dalam satu hari mengajar. Setiap guru
menerima gaji pokok berbeda-beda sesuai dengan jadwal mengajarnya.
2. Apakah ada kompensasi yang diberikan diluar gaji pokok?
Jawaban:
Kompensasi yang kami terima selain gaji pokok yaitu berupa tunjangan hari
raya (THR). Yang diberikan dua kali selama satu tahun, yaitu pada Hari Raya
Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha
3. Apakah ada layanan asuransi yang bapak/ibu terima di Madrasah AL-Ihsan?
Jawaban:
Kami mendapatkan layanan asuransi secara gratis dengan memeriksakan
kesehatan di klinik yang ada di Madrasah AL-Ihsan.
4. Menurut bapak/ibu kompensasi yang sudah diterima dapatkah memenuhi
kebutuhan ekonomi selama satu bulan?
Jawaban:
Kompensasi yang sudah kami terima tidak dapat memenuhi semua kebutuhan
ekonomi dalam satu bulan, namun dapat lebih meringankan.
5. Sudah adil dan layakah kompensasi yang bapak/ibu terima selama ini?
Jawaban:
Belum adil, karena kompensasi yang diberikan tidak sesuai dengan jabatan
atau pendidikan terakhir yang ditempuh oleh guru yang ada di Madrasah AL-
Ihsan.
6. Dampak apa yang ditimbulkan kepada bapak/ibu setelah menerima
kompensasi tersebut?
Jawaban:
Setelah menerima kompensasi berupa gaji pokok yang kami terima selama
satu bulan, itu dapat memeberikan motivasi untuk bekerja dengan baik.
meskipun masih dirasakan kurang.
7. Apa alasan bapak/ibu bertahan mengajar di Madrasah AL-Ihsan?
Jawaban:
Karena faktor ekonomi yang membuat kami bertahan untuk mengajar di
Madrasah AL-Ihsan.
LAMPIRAN 4
DAFTAR REFERENSI
Judul : Sistem Kompensasi di Madrasah AL-Ihsan Pandeglang
Banten
Nama : Yayu Humaero
NIM : 109018200006
Dosen Pembimbing : Dr. Hasyim Asy'ari, M. Pd
No. No.
Footnote Nama Rujukan/Sumber
Halaman
Skripsi Halaman
Referensi Paraf
Pembimbing
BAB I
1
1
Undang-undang tentang Pengadilan
Hak Asasi Manusia (Bandung:
Citra Umbara, 1999)
2
-
2 2 http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_gu
ru_dosen.htm (UU RI No. 4: 2005)
2 173
3
3
Edy Sutrisno, Manajemen Sumber
Daya Manusia, (Jakarta: Kencana,
2011) cet. 3 h. 181
3
181
BAB II
4
1
Veithzal Rivai dan Ella Jauvani
Sagala, Manajemen Sumber Daya
Manusia untuk Perusahaan
(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2009) cet. 2.
9
741
5
2
Suhendar dan Murdiyah
Hayati, Manajemen Sumber
Daya Manusia, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006) cet 1. H.
102
9
102
6
3
R. Wayne Mondy, Manajemen
Sumber Daya Manusia Jilid 2,
Terj. Oleh Bayu Airlangga, Human
Resource Management Jilid 2,
(Jakarta: Erlangga, 2008) cet. 10.
10
4
7
4
Robert L. Mathis and John
H.Jackson, Manajemen Sumber
Daya Manusia, Terj. Oleh Diana
Anggelica, Human Resource
Management (Jakarta: Salemba
Empat: 2006)
10
419
8
5
Malayu S,P. Hasibuan, Manajemen
Sumber Daya Manusia (Dasar dan
Kunci Keberhasilan), (Jakarta: PT.
Ikrar Mandiriabadi: 1997) cet. 9
10
134
9
6
Ibid.
10
133
10 7 Robert L. Mathis and John
H.Jackson, op.cit. h. 420
11 420
11 8 J. Long, Compensation in Canada,
1998.
11 8
12 9 Robert L. Mathis and John H.
Jackson, Loc.cit.
11 430
13
10
Arlan Adinata, “Pengaruh
Kompensasi Terhadap Kinerja
Pegawai Dinas Pendapatan
Darah Kota Bogor,” Skripsi
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB, Bogor, 2011.
Dipublikasikan.
12
8-9
14
11
Henry Simamora, Manajemen
Sumber Daya Manusia,
(Yogyakarta: YKPN: 1995) cet. 1.
h. 545-545
13
545-545
15 12 Ibid. h. 433 13 433
16 13 Malayu S,P. Hasibuan, op.cit. 13 140
17
14
Wursanto, Manajemen
Kepegawaian 2, (Yogyakarta:
Kanisius, 1994) cet. 3.
15
55
18 15 R. Wayne, Op.cit h. 5 15 5
19 16 Ibid. 15 6
20 17 Veithzal Rivai, Ella Jauvani Sagala,
op.cit.
16 741
21 18 R. Wayne. Op.cit. 16 6
22 19 Malayu S,P. Hasibuan, op.cit. 16 134
23
20
Edy Sutrisno, Manajemen Sumber
Daya Manusia, (Jakarta: Kencana,
2011) cet. 3.
17
188
24 21 Veithzal, Op.cit, 17 763
25 22 Malayu S,P. Hasibuan, op.cit. 17 133
26
23
http://danang-leo-
handoko.blogspot.com/2012/01/ko
mpensasi.htmI?m=
18
-
27 24 Malayu S.P. Hasibuan. loc.cit . 18 134
28 25 Veithzal, op .cit. 18 759
29 26 Danang, Op.cit 19
30 27 Edy Sutrisno, op.cit. 19 183
31
28
Sondang P. Siagian, Manajemen
Sumber Daya Manusia, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1999) cet. 7
19
-
32 29 R. Wayne Mondy, op.cit. h. 43 20 43
33
30
Jac Fitz-enz and Barbara Davision,
How To Measure Human
Resources Management, Terj.
Widarti Rahardjo, (Jakarta:
Kencana, 2011). Cet.3
20
113
34
31
http://sistasaka.blogspot.com/2011/
12/sumber-daya-manusia-
mengenai-kompensasi.html?m=1
21
-
35
32
Nurlaila Fadjarwati, Kompensasi
(2011)
http://nurlailafadjarwati.blogspot.co
m/2011/01/kompensasi.htmI?m=1
21
-
36
33
Sedarmayanti, Manajemen Sumber
Daya Manusia, Reformasi
Birokrasi dan Manajemen Pegawai
Negeri Sipil (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2011) cet. 5
21
-
37 34 Edy Sutrisno, op.cit. 21 188
38 35 Sedarmayanti. op.cit. 22 -
39
36
Gouzali Saydam, Manajemen
Sumbr Daya Manusia, (Jakarta: PT
Toko Gunung Agung, 1996)
22
168
40 37 Sedarmayanti. Op.cit 23 -
41 38 Malayu S,P. Hasibuan, op.cit. h.138 23 138
42 39 R. Wayne Mondy, op.cit. h. 6 24 6
43 40 Sedarmayanti. op.cit. 24 -
44 41 ibid 24 -
45 42 R. Wayne Mondy. Loc.cit. 24 8
46
43
Agus Arijanto, Pengertian
Kompensasi & jenis/ macam
kompensasi SDM
25
-
47 44 R. Wyne Mondy, op.cit 25 -
48
45
Scott Snell and George Bohlander,
Principles of Human Resource
Management (South Western:
2010)
26
130
49
46
Mathis and Jackson, Human
Resource Management (USA:
South-Western Cengage Learning:
2009)
26
130
50 47 Edy Sutrisno. Op.cit. h. 186 26 186
51 48 Robert L. Mathis and John
H.Jackson, op.cit.
26 431
52 49 Edy Sutrisno. loc.cit, 26 187
53 50 Ibid 27 185
54 51 ibid 27 186
55 52 Agus Arijanto. op.cit 28 -
56
53
Suhendar dan Murdiyah Hayati,
Manajemen Sumber Daya
Manusia. (Jakarta: UIN Jakarta
Press,2006) cet 1.
28
-
57
54
Soekidjo Notoatmodjo,
Pengembangan Sumber Daya
Manusia, (Jakarta: PT. Reneka
Cipta) cet.3
29
134
58 55 Ibid. 29 194
59
56
Mutiara S.Pangabean, Manajemen
Sumber Daya Manusia, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2004) cet ke-2.
29
81-82
60 57 Malayu S,P. Hasibuan, op.cit.
h.144
30 144
61 58 Edy Sutrisno. op.cit. 30 191
62 59 Gouzali Saydam. Op.cit. 30 180
63
60
Asman blog, Kompensasi Efektif,
2010
(http://asmanannil.blogspot.com/20
10//04/kompensasi-
efekif.htmI?m=)
31
-
64 61 Gouzali Saydam. op.cit. 32 181-184
65 62 ibid. 33 191
66 63 Ibid 33 193
BAB III
67
1
S. Margono, Metodologi Penelitian
Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2004) cet. 4
34
-
68 2 Margono. Ibid 35 -
69 3 ibid 35 -
70
4
Amirul Hadi dan Haryono,
Metodologi Penelitian Pendidikan,
(Bandung: Pustaka Setia, 1998) cet
1.
35
129
71 5 Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian dan Pendekatan
Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
1998) cet. 12.
36 118
72 6 Ibid. h.120 37 120
BAB IV
73
1
Wawancara dengan Kepala
Madrasah Aliyah bapak H. Dodi
Ahmadi, Lc pada hari rabu tanggal
13 November 2013 pukul 09.00
WIB.
51
-
74
2 Hasil wawancara dengan guru
Madrasah Aliyah oleh bapak Agus
Herman, S.E, pada hari rabu
tanggal 13 November 2013 pukul
11.00 WIB
52
-
75
3
Wawancara dengan Kepala
Madrasah Aliyah bapak H. Dodi
Ahmadi, Lc pada hari rabu tanggal
13 November 2013 pukul 09.00
WIB.
52
-
76
4
Wawancara dengan Kepala
Madrasah Tsanawiyah bapak H.
Ibnu Hajar Al asy Qolani pada hari
rabu tanggal 13 November 2013
pukul 09.00 WIB.
54
-
77
5 Hasil wawancara dengan bendahara
madrasah ibu Hj. Hayati Nufus
pada hari Rabu tanggal 13
November 2013 pukul 13.00 WIB
54
-
78 6 http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_gu
ru_dosen.htm (UU RI No. 4: 2005)
55
79
7
Hasil wawancara dengan bendahara
madrasah ibu Hj. Hayati Nufus
pada hari Rabu tanggal 13
November 2013 pukul 13.00 WIB
56
80
8
Hasil wawancara dengan bendahara
madrasah ibu Hj. Hayati Nufus
pada hari Rabu tanggal 13
November 2013 pukul 13.00 WIB
57
81
9
http://educationesia.blogspot.com/2
012/10/implikasi-sistem-
kompensasi-
berbasis.html#ixzz2mbiyyNtj
60
Untuk memenuhi validasi skripsi yang berjudul Sistem Kompensasi di
Madrasah AL-Ihsan Pandeglang Banten, maka perlu pengujian daftar referensi untuk
mengetahui sumber data yang diperoleh.
Jakarta, 11 Desember 2013
Pembimbing
Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd
NIP. 196610091993031004