SISTEM DAN KEBIJAKAN PERBANKAN DI INDONESIA Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan
description
Transcript of SISTEM DAN KEBIJAKAN PERBANKAN DI INDONESIA Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan
SISTEM DAN KEBIJAKAN PERBANKAN DI INDONESIA
Pusat Pendidikan dan Studi KebanksentralanBANK INDONESIA
Bandung, 15 Februari 2012
1TRAINING FOR TRAINERS K E B A N K S E N T R A L A N
MATERI KULIAH
2
1. Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia
2. Kebijakan Perbankan di Indonesia Pasca Krisis 1998 dan Pasca Krisis 2008
3. Arsitektur Perbankan Indonesia (API)4. Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)5. Basel I, II dan Basel III
Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia• Dasar: UU BI, UU Perbankan• Visi dan Misi BI
• Ada kebijakan yang relatively tidak diganti dalam jangka panjang.
• Arah Kebijakan Perbankan : Kebijakan perbankan yang lahir berdasarkan kebutuhan pada periode tertentu, bersifat dinamis misalnya Kebijakan Kepemilikan Tunggal.
• Pengaturan dan pengawasan yang dilakukan merupakan implementasi kebijakan perbankan di Indonesia.
• Tujuan: Terciptanya sistem perbankan yang sehat• Wewenang • Paradigma: Compliance based atau Risk based utk
Pengawasan3
Visi dan Misi Bank Indonesia
• Visi Bank IndonesiaMenjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.
• Misi Bank IndonesiaMencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan.
4
Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia
Dasar Hukum: UU No 7 Tahun 1992, sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 tahun 1998 Tentang Perbankan
Jenis Bank di Indonesia:1. Bank Umum2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Sistem konvensionalSistem Syariah Dual Banking
Bank umum Dapat memberikan jasa lalu lintas pembayaran Pencipta uangBPR Tidak dapat memberikan jasa lalu lintas pembayaran
Jenis Bank Umum berdasarkan pemilik:1. Bank Milik Pemerintah2. Bank Milik Pemda3. Bank Swasta Nasional4. Bank Asing5. Bank Campuran
Jenis Bank berdasarkan lingkup operasi1. Bank Devisa2. Bank Non Devisa
5
Peranan BI dalam Kebijakan Perbankan
• Perbankan Indonesia telah ada sebelum kemerdekaan• UU No. 11 tahun 1953 ttg Bank Indonesia BI diberi tugas
memajukan perkembangan yang sehat dari urusan kredit dan melakukan pengawasan terhadap urusan kredit.
• UU No. 14 tahun 1967 ttg perbankan Pengaturan dan pengawasan bank oleh BI atas nama Departemen Keuangan Seluruh ketentuan perbankan dituangkan dalam bentuk Keputusan Menteri Keuangan.
• UU No. 13 tahun 1968 ttg Bank Sentral Pembentukan Dewan Moneter
• UU No. 7 tahun 1992 ttg perbankan tidak banyak perubahan terkait peranan BI dalam mengatur mengawasi bank
• UU No. 10 tahun 1998 amandemen UU No.7 Tahun 1992 ttg perbankan perubahan mendasar: perizinan bank oleh BI, kepemilikan asing atas bank tidak dibatasi, pengembangan bank berdasarkan syariah, rahasia bank hanya meliputi nasabah penyimpan dan simpanannya, pembentukan LPS, pendirian badan khusus sementara d/r penyehatan perbankan. 6
Peranan BI dalam Kebijakan Perbankan• UU No. 23 tahun 1999 ttg Bank Indonesia Independensi
BI dan Pengawasan bank akan dialihkan ke LPJK.• UU No.3 tahun 2004 tentang perubahan atas UU No. 23
tahun 1999 Perubahan menyangkut penetapan OJK.• UU No. 6 tahun 2009 tentang perubahan kedua atas UU
No. 23 tahun 1999 Perubahan menyangkut pemberian pembiayaan darurat bagi bank yang mengalami kesulitan keuangan dan berdampak sistemik serta berpotensi membahayakan sistem keuangan serta menambahkan asset kredit berkualitas lancar sebagai agunan yang berkualitas tinggi.
7
Pengertian Kebijakan Perbankan
• Seperangkat alat-alat dalam rangka pengawasan, pengaturan dan pengembangan perbankan di Indonesia baik secara individu maupun secara keseluruhan yang terdiri dari dasar hukum/perundang-undangan dan peraturan, kewenangan, sistem pengawasan, sistem informasi, dan termasuk pengenaan sanksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
8
Tujuan Kebijakan Perbankan
• Untuk mengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia agar tercipta sistem perbankan yang sehat secara menyeluruh maupun individual, dan mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi perekonomian nasional.
9
Ruang Lingkup Kebijakan Perbankan di Indonesia
• Kewenangan memberikan izin (right to license)• Kewenangan mengatur (right to regulate)• Kewenangan mengawasi (right to control)• Kewenangan memberikan sanksi (right to impose
sanction)
10
Ruang Lingkup Kebijakan Perbankan- Kewenangan Memberikan Izin• Pendirian usaha Izin prinsip dan izin usaha• Pembukaan, penutupan, pemindahan, dan
peningkatan status KC• Kepemilikan dan kepengurusan bank fit and
proper test• Izin pelaksanaan kegiatan tertentu
11
Ruang Lingkup Kebijakan Perbankan - Kewenangan Mengatur
• Tujuan Pengaturan umumnya: - Prudential - Mengurangi risiko sistemik- Menghindarkan penyalahgunaan bank: pencucian uang- Melindungi kerahasiaan bank: nasabah penyimpan- Alokasi kredit ke sektor yang diperlukan
• Macroprudential regulation terkait kesehatan sistem keuangan secara keseluruhan; microprudential terkait kesehatan individual bank
• Pengelompokkan ketentuan: Ketentuan kelembagaan; Kepengurusan dan kepemilikan bank; Ketentuan kegiatan usaha dan produk bank; Ketentuan kehati-hatian; Ketentuan penilaian tingkat kesehatan; Ketentuan self regulatory banking (SRB); Ketentuan pembiayaan; Ketentuan dalam pelaporan; Ketentuan khusus dalam mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi; Ketentuan lainnya. 12
Ruang Lingkup Kebijakan Perbankan - Kewenangan Mengawasi • Pengawasan Berdasarkan Kepatuhan
(Compliance Based Supervision): pemantauan kepatuhan terhadap ketentuan terkait operasi dan pengelolaan bank dengan tujuan bahwa bank telah beroperasi dan dikelola secara baik dan benar menurut prinsip kehati-hatian.
• Pengawasan Berdasarkan Risiko (Risk Based Supervision): Risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko stratejik, risiko kepatuhan
13
Struktur Pedoman Pengawasan Bank (1)
PDG RBS
Pedoman terkait Aspek Kepatuhan Pedoman RBS
Pedoman terkait aspek prudensial:1. Pedoman BMPK2. Pedoman Kualitas Aktiva3. Pedoman GWM4. Pedoman PDN5. Pedoman prudensial lainnya
Pedoman terkait aspek kelembagaan:6. Pedoman Bank Umum7. Pedoman Fit & Proper Test8. Pedoman Exit Policy9. Pedoman KYC10.Pedoman Merger dan Akusisi11.Pedoman kelembagaan lainnya
Pedoman terkait Pengawasan Berdasarkan Risiko:1. Pedoman Know Your Bank2. Pedoman penilaian risiko dan
Tingkat Kesehatan Bank3. Pedoman penyusunan Supervisory
Plan4. Pedoman penyusunan Audit Working
Plan5. Pedoman Teknik Pemeriksaan
Berdasarkan Risiko6. Pedoman Penyusunan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP)7. Pedoman Tindakan Pengawasan dan
Monitoring8. Pedoman Penanganan Bank
Bermasalah14
PBI dan UU
Struktur Pedoman Pengawasan Bank (2)
PDG RBS
Pedoman terkait Aspek Kepatuhan Pedoman RBS
Pedoman terkait sistem pengawasan dan sistem informasi manajemen:1. Pedoman SIM-SPBI2. Pedoman Stress Test RBB3. Pedoman Sistem Pengendalian Intern
(SPI) Bank
Pedoman terkait produk dan layanan jasa perbankan:
4. Pedoman Pengawasan Transaksi Derivatif
5. Pedoman Pengawasan Structured Product dan Derivatif Kompleks
6. Pedoman Lainnya
Pedoman terkait SSK:7. Pedoman FPJP8. Pedoman FPD
1. Pedoman Quality Assurance melalui Forum Panel RBS
2. Pedoman Bank Performance Report3. Handbook penilaian risiko dan Tingkat
Kesehatan Banka. Handbook penilaiain risiko kreditb. Handbook penilaiain risiko pasarc. Handbook penilaiain risiko operasionald. Handbook penilaiain risiko likuiditase. Handbook penilaiain risiko kepatuhanf. Handbook penilaiain risiko reputasig. Handbook penilaiain risiko strategish. Handbook penilaiain risiko hukumi. Handbook penilaiain permodalan bankj. Handbook penilaiain rentabilitas bank
PBI dan UU
15
Pengawasan Bank Pengaturan Bank (Prudential Banking
Principles)
Pengawasan Bank (Otoritas) Memantau/memeriksa apakah pemilik/pengelola telah
melaksanakan kegiatan berdasarkan prinsip kehati-hatian
TIDAK LANGSUNG (off site supervision)
LANGSUNG (on site supervision)
Melalui laporan yang disampaikan oleh bank
kepada lembaga otoritas
Mendatangi dan memeriksa bank
• Umum• Khusus
• Periodik• Ad hoc
16
Ruang Lingkup Kebijakan Perbankan - Kewenangan Mengawasi
17
Ruang Lingkup Kebijakan Perbankan -Pengawasan: Tingkat Kesehatan Bank
Pengaturan &Pengawasan
Bank
Agar bank dapat bekerja dengan baik dan sistem perbankan stabil
Indikator?
Tingkat Kesehatan Bank
Definisi: Bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran sistem pembayaran, serta dapat dipergunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan kebijakannya, terutama kebijakan moneter.
Indikator keberhasilan pengaturan dan
pengawasan bank
18
Struktur Pemeriksaan
CapitalAdequacy
OngoingSupervision
EWS OffsiteAnalysis
OnsiteAnalysis
ExternalAuditors
AssetQuality
Risk MgtProcessManagement Earnings Liquidity
CorrectiveActions
Resolutioin& exit
Weaknesses
Detailed Assessment
OnsiteExamination
ExternalAuditors Others
Weaknesses
Is insolvencyImminent?
NoNo
CapitalAdequacy
OngoingSupervision
EWS OffsiteAnalysis
OnsiteAnalysis
ExternalAuditorsEWS Offsite
AnalysisOnsite
AnalysisExternalAuditors
AssetQuality
Risk MgtProcessManagement Earnings Liquidity
CorrectiveActions
Resolutioin& exit
Weaknesses
Detailed Assessment
OnsiteExamination
ExternalAuditors OthersOnsite
ExaminationExternalAuditors Others
Weaknesses
Is insolvencyImminent?
NoNo
Sumber: Basel Committee for Banking Supervision 19
Tingkat Kesehatan Bank
- Ketentuan Terbaru: PBI No. 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, merupakan penyempurnaan penilaian tingkat kesehatan terdahulu yang menggunakan pendekatan risiko (Risk Based Rating).
- Latar belakang: Perubahan kompleksitas usaha dan profil risiko, penerapan pengawasan secara konsolidasi, serta perubahan pendekatan penilaian secara internasional.
- Bank wajib untuk melaksanakan uji coba penilaian sejak tanggal 1 Juli 2011 yaitu untuk posisi penilaian Tingkat Kesehatan Bank akhir bulan Juni 2011.
- PBI tersebut resmi diterapkan pada tgl. 1 Januari 2012 untuk posisi akhir Desember 2011.
.
20
Tingkat Kesehatan Bank
21
Profil Risiko
Good Corporate
Governance (GCG)
Rentabilitas (Earnings)
Permodala
n (Capit
al)
Tingkat Kesehatan
Bank(1 s.d. 5)
Tingkat Kesehatan Bank- Pokok-pokok Penyempurnaan:
1. Bank (termasuk kantor cabang bank asing) wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank baik secara individual maupun konsolidasi dengan menggunakan pendekatan risiko. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara konsolidasi dilakukan bagi Bank yang melakukan pengendalian terhadap Perusahaan Anak.
2. Faktor-faktor penilaian Tingkat Kesehatan Bank terdiri dari: Profil risiko (risk profile), Good Corporate Governance, Rentabilitas (earnings) dan Permodalan (capital).
3. Bank wajib melakukan penilaian sendiri (self assesment) Tingkat Kesehatan Bank dan hasil self assesment Tingkat Kesehatan Bank yang telah mendapat persetujuan dari Direksi wajib disampaikan kepada Dewan Komisaris. Selanjutnya, hasil self assesment dimaksud wajib disampaikan kepada Bank Indonesia.
4. Periode penilaian Tingkat Kesehatan Bank dilakukan paling kurang setiap semester (untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember) serta dilakukan pengkinian sewaktu-waktu apabila diperlukan. 22
Profil Risiko
Dilakukan terhadap:• Risiko Inheren• Penerapan Manajemen Risiko dalam operasional
bank terhadap 8 risiko: - risiko kredit; - risiko pasar; - risiko likuiditas; - risiko operasional; - risiko hukum; - risiko stratejik; - risiko kepatuhan; - risiko reputasi 23
Good Corporate Governance (GCG)
• Penilaian berdasarkan implementasi TARIF GCG : Transparency, Accountability, Reliability, Independence, Fairness
• Penilaian GCG merupakan penilaian terhadap manajemen Bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG dan informasi lainnya terkait GCG bank.
24
Rentabilitas (Earnings)
Komponen Faktor Penilaian:1. ROA (Return on Assets), 2. ROE (Return on Equity), 3. NIM (Net Interest Margin), 4. Rasio Efisiensi (BOPO)5. Perkembangan Laba Ops (12 bulan)6. Komposisi Portfolio Aktiva Produktif7. Ketaatan terhadap metodologi pengakuan
pendapatan dan biaya8. Prospek Laba Operasional
25
Capital
Komponen Faktor Penilaian:1. Kecukupan pemenuhan KPMM terhadap ketentuan yang berlaku;2. Komposisi Permodalan;3. Trend ke depan/proyeksi KPMM; 4. Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) dibandingkan
dengan Modal Bank;5. Kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal
yang berasal dari keuntungan (laba ditahan);6. Rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha;7. Akses kepada sumber permodalan;8. Kinerja keuangan pemegang saham (PSP) untuk meningkatkan
permodalan Bank
26
Tingkat Kesehatan Bank
• Penilaian secara konsolidasi dilakukan dengan memperhatikan:- signifikansi / materialitas pangsa perusahaan anak terhadap bank secara konsolidasi- permasalahan yang berpengaruh secara signifikan terhadap permodalan secara konsolidasi.
27
Perhitungan Rasio
Analisis
Peringkat Komponen
Peringkat Faktor
Analisis & Judgement
Peringkat Komposit
Analisis
Data Base & Informasi Relevan
Judgement
PROSES PENETAPAN PERINGKAT BERDASARKAN PBI DAN SE EKSTERN
28
Peringkat Komposit
29
Peringkat Komposit 1 (PK-1)
Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
Peringkat Komposit 2 (PK-2)
Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya
Peringkat Komposit 3 (PK-3)
Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya
Peringkat Komposit 4 (PK-4)
Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya
Peringkat Komposit 5 (PK-5)
Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum tidak sehat sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
Tindak Lanjut Hasil Penilaian TKS
30
- Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau pemegang saham wajib menyampaikan action plan kepada Bank Indonesia dalam hal berdasarkan hasil penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan/atau self
assesment oleh Bank terdapat:a. Faktor Tingkat Kesehatan Bank yang ditetapkan dengan peringkat 4 atau
peringkat 5;b. Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank yang ditetapkan dengan
peringkat 4 atau peringkat 5;c. Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank yang ditetapkan dengan
peringkat 3, namun terdapat permasalahan signifikan yang perlu diatasi agar tidak mengganggu kelangsungan usaha Bank.
- Bank Indonesia berwenang melakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan action plan oleh Bank
Ruang Lingkup Kebijakan Perbankan -Kewenangan Mengenakan Sanksi
Note : Menjaga efektivitas peraturan dan ketentuan perbankan Perlu ada sanksi
SANKSI
ADMINISTRASI
Pelanggaran Ketentuan
Pidana Kejahatan
PIDANA
• Denda uang• Teguran tertulis• Penurunan Tk Kesehatan• Larangan ikut kliring• Pembekuan kegiatan usaha tt• Pemberhentian Pengurus• Pencantuman dalam DOT
Lalai dalam memberikan keterangan yg wajib dipenuhi sbgmn dimaksud dlm UU
Melanggar - Perizinan bank- Rahasia bank- PerpajakanPs. 30 ayat 1,2
kooperatif thdp pengawasan BIPs. 34 ayat 1,2 Kewajiban menyampaikan Laporan keuangan ke BI
31
Kebijakan Dalam Hal Bank-bank Mengalami Kesulitan
Kebijakan Perbankan
Keadaan normal
Prudential Banking Regulations mencegah terjadinya bank dalam kesulitan
Keadaan bank dlm kesulitan
Membahayakan kelangsungan usaha
bank ybs
Membahayakan bank lainnya (sistem
perbankan)
Membahayakan sistem keuangan dan sistem perekonomian
• Menambah modal• Pergantian pengurus• Penghapusbukuan kredit macet• Merger, konsolidasi, akuisisi• Pengalihan pengelolaan• Menjual harta/kewajiban
LIKUIDASIBI meminta pemerintah
membentuk (atas persetujuan DPR) badan
khusus yg bersifat sementara untuk penyehatan
perbankan 32
MATERI KULIAH
• Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia
33
1. Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia
2. Kebijakan Perbankan di Indonesia Pasca Krisis 1998 dan Pasca Krisis 2008
3. Arsitektur Perbankan Indonesia (API)4. Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)5. Basel I, II dan Basel III
Kebijakan Perbankan Indonesia Pasca Krisis 1997/1998:Latar Belakang Kebijakan
• Krisis Nilai Tukar di Thailand• Penurunan Kepercayaan Investor Asing terhadap Perekeonomian Nasional
KRISIS NILAI TUKAR RUPIAH
MEMPERBURUK PEREKONOMIAN INDONESIA
1.SEKTOR EKSTERNAL :- Neraca Pembayaran memburuk akibat capital outflow
2.SEKTOR RIIL :- Inflasi Meningkat- Pertumbuhan Ekonomi Menurun- Kewajiban hutang LN Corporate sektor meningkat (Rp)- Biaya Produksi Meningkat
3.FISKAL :- Pengeluaran Pemerintah (LN) meningkat tajam
4.KEUANGAN/MONETER :- Kewajiban LN bank dlm rupiah meningkat tajam- Kredit bermasalah karena pertumbuhan melambat- Meningkatkan Fragility di Perbankan
Krisis Perbankan berawal dari krisis nilai tukar
34
Kebijakan Perbankan Indonesia Pasca Krisis 1997/1998:Latar Belakang Kebijakan
PROGRAM STABILISASI DAN REFORMASI PERKEONOMIAN
I. Kebijakan Makroekonomi : 1. Kebijakan Fiskal :
- Mengurangi subsidi - Transparansi fiskal - Penundaan/pembatalan Proyek 2. Kebijakan Moneter : - Meningkatkan suku bunga - Intervensi valas
II.RestrukturisasiSektor Keuangan1. Pencabutan ijin usaha bank-bank tidak sehat2. Penyediaan batuan likuiditas3. Merger bank
III.Reformasi Struktural di Sektor Riil1. Perdagangan Luar Negeri2. Investasi3. Deregulasi dan Privatisasi
IV.Jaringan Pengaman Sosial - Meningkatkan bantuan ke rakyat kecil
PENYEHATAN DAN PEMULIHAN
PEREKONOMIAN INDONESIA
Dalam rangka pemulihan perekonomian nasional dari krisis dilakukan program stabilisasi dan reformasi perekonomian
35
Penutupan 16 Bank bermasalah pada 1 November 1997 yang dimaksudkan untuk menyehatkan sektor keuangan, sebaliknya telah mengakibatkan terjadinya bank runs pada sejumlah bank yang dianggap nasabah merupakan bank “Bermasalah” khususnya bank swasta. P
angsa
Dana Pihak
III
Kebijakan Perbankan Indonesia Pasca Krisis 1997/1998:Latar Belakang Kebijakan
36
Bank Umum Des-96 Des-97 Jan-98 Feb-98 Mar-98 Des-98 Des-99
Pangsa (%)
1. Bank Persero 36,0 42.8 47.7 47,0 46.6 47.34 45.782. BUSN 55,2 45,4 38,4 39,0 39,9 41.08 40.423. BPD 2.8 2.2 1.6 1.7 1.6 1.9 2.244. Bank Campuran dan Bank Asing 5,8 9,6 12,3 12,3 12,0 9.7 11.56
Sumber: Bank Indonesia
Kebijakan Perbankan Indonesia Pasca Krisis 1997/1998:Latar Belakang Kebijakan
371995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
0
20
40
60
80
100
120
140
10.4 9.58.1
50
32.818.8
12.1 8.1
81.07 78.3182.56
72.39
26.03
33.7233.06
38.38
NPL dan LDR (%)
NPL gross
Krisis perbankan telah mengakibatkan penurunan kinerja perbankan nasional. Pada tahun 1998 CAR menjadi negatif 15,7% sedangkan RoA menjadi negatif 18,76%. Non performing loan (NPL) meningkat tajam dari 8,1% pada tahun 1997 menjadi 50%.
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
-20
-10
0
10
20
30
0
2
4
6
8
10
12
-18.76
-6.14
9.19
-15.7-8.12
2.34
19.2823.01
CAR, RoA dan BO/PO (%)
RoA CAR
Keterangan 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 NPL gross 10,4 9,5 8,1 50 32,8 18,8 12,1 8,1 NPL nett n.a. n.a. n.a. n.a. 7,3 5,8 3,6 2,1 RoA 1,75 1,22 1,37 -18,76 -6,14 1,01 1,37 1,96 BO/PO 92 92 95 145 152 102,86 98,93 94,77 CAR 11,85 11,82 9,19 -15,7 -8,12 2,34 19,28 23,01 LDR 81,07 78,31 82,56 72,39 26,03 33,72 33,06 38,38 Alat likuid/simpanan 3,16 5,5 7,36 8,19 8,88 9,34 8,01 8,6 BMPK 33 52 56 n.a. n.a. n.a. n.a. n.a.
• Penutupan bank telah mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap bank sehingga terjadi bank runs dan krisis perbankan.
• Krisis perbankan telah mengakibatkan anjloknya kinerja perbankan nasional dan permasalahan likuiditas telah meluas menjadi permasalahan solvabilitas.
• Untuk mengatasi krisis perbankan tersebut beberapa langkah kebijakan dilakukan oleh Pemerintah dan BI, dengan beberapa kebijakan utama
i. Pemberian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
ii. Program Penjaminan Pemerintahiii.Pendirian Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN)iv. Restrukturisasi Perbankan
Kebijakan Perbankan Indonesia Pasca Krisis 1997/1998:Cakupan kebijakan
38
i. Pemberian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) : Seperti diuraikan sebelumnya penutupan bank telah
mengakibatkan terjadinya penarikan dana besar-besaran (Bank Runs) pada sejumlah bank.
Risiko sistemik yang terjadi pada perbankan nasional mendorong Pemerintah untuk menetapkan keputusan memberikan bantuan likuiditas kepada perbankan melalui Bank Indonesia yang kemudian dikenal sebagai BLBI.
Pemberian BLBI tersebut dimaksudkan untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank dan pada lanjutannya dapat mencegah penarikan dana besar-besaran pada seluruh bank (risiko sistemik).
Berbeda dengan fungsi lender of last resort (LOLR). BLBI merupakan bantuan likuiditas darurat untuk mencegah risiko sistemik (systemic risk), sedangkan LOLR adalah pinjaman diberikan BI terhadap bank yang mengalami liquidity missmatch.
Kebijakan Perbankan Indonesia Pasca Krisis 1997/1998:Cakupan kebijakan
39
40
Dilema Kebijakan BI 1997-1999
Ada 2 alternatif kebijakan utk mengatasi krisis tsb:– Menutup bank dan atau skors kliring
• Kepanikan deposan• Kekacauan lalu lintas pembayaran• Risiko sistemik
– Menyelamatkan sistem perbankan & Sist. Pembayaran• Bantuan likuiditas tetapi ada moral hazard
Pilihan yang diambil: Menyelamatkan sistem perbankan
dan sistem Pembayaran
41
Mengapa Sistem Perbankan Perlu Diselamatkan Melalui Bantuan Likuditas?
Dilema kebijakan Pemerintah :Besarnya dana pihak ketiga yang harus dibayar dalam sistem
perbankan jika opsi penutupan bank secara massal dilakukan
a.Total dana perbankan tanpa bank asing
b.Utang Luar Negeri (valas) Dana pihak ketiga dan Utang Luar Negeri Jumlah Penyaluran BLBI
*) CADANGAN DEVISA DEC 98 = +/- USD 22,1 M; Kurs 1USD = Rp.17.000,-
Desember 1997376,8 triliun 77,6 triliun454,4 triliun 48,8 triliun
Desember 1998
584,5 triliun
95,7 triliun
680,2 triliun
144,54triliun
Sumber : BI
i. Pemberian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) :
ii. Program Penjaminan Pemerintah Tidak terdapatnya program penjaminan nasabah pada
saat penutupan bank dan asymmetric information nasabah terhadap bank mengakibatkan hilangnya kepercayaan nasabah terhadap bank.
Hilangnya kepercayaan nasabah mengakibatkan terjadinya penarikan dana besar-besaran (bank runs) pada bank swasta nasional.
Untuk mencegah meluasnya bank runs, Pemerintah memberikan blanket guarantee pada akhir bulan Januari 1998 sesuai dengan Keputusan Presiden No. 26 tahun 1998 tanggal 26 Januari 1998.
Kebijakan blanket guarantee merupakan pemberian jaminan atas kewajiban bank terhadap deposan dan kewajiban kreditur dalam dan luar negeri.
Pada awal penjaminan s/d akhir 2001; diperpanjang s/d akhir 2003. Secara bertahap blanket guarantee dikurangi dan dihapus setelah pendirian LPS. Setelah berdirinya LPS, penjaminan dilakukan oleh LPS sesuai ketentuan.
Kebijakan Perbankan Indonesia Pasca Krisis 1997/1998:Cakupan kebijakan
42
iii. Pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) BPPN didirikan dengan maksud agar terdapat lembaga
tersendiri untuk menyehatkan perbankan bermasalah sehingga BI dapat lebih berkonsentrasi mengawasi dan membina bank.
BPPN didirikan berdasarkan Keppres No. 27 tanggal 27 Februari 1998. Sesuai dengan PP No. 17 tanggal 27 Februari 1998, masa tugas BPPN 5 tahun, dengan tugas-tugas sbb:
Melakukan penyehatan bank yang ditetapkan dan diserahkan oleh BI
Menyelesaikan aset bank baik aset phisik maupun non phisik melalui unit pengelolaan aset
Mengupayakan pengembalian uang negara yang telah tersalur di bank-bank
BI telah mengalihkan pengawasan 54 bank yang bermasalah kepada BPPN
Kebijakan Perbankan Indonesia Pasca Krisis 1997/1998:Cakupan kebijakan
43
…Setelah ketiga kebijakan sebelumnya dilakukan, restrukturisasi perbankan menyeluruh juga dilakukan BI dan Pemerintah…..
iv. Restrukturisasi Perbankan Indonesia
Restrukturisasi perbankan dilakukan melalui dua program utama:
a. Program penyehatan perbankan, meliputi: Program Penjaminan Program Rekapitalisasi Bank Umum Program Restrukturisasi Kredit
b. Program Pemantapan Ketahanan Sistem Perbankan, meliputi:
Pengembangan Infrastruktur Perbankan Peningkatan Mutu Pengelolaan Perbankan Pemantapan Pengawasan Bank
Keseluruhan Program Restrukturisasi dapat dilihat pada Gambar 1 halaman berikutnya
44Kebijakan Perbankan Indonesia Pasca Krisis 1997/1998:Cakupan kebijakan
44
Kebijakan Perbankan Indonesia Pasca Krisis Keuangan Global 2008:Latar belakang• Merupakan imbas krisis subprime mortgage di AS.• Lehman Brothers yang merupakan salah satu bank
investasi terbesar di AS ditutup, begitu juga penutupan Northern Rock di Inggris, Credit Lyonnaise di Prancis, dan UBS di Swiss. Krisis keuangan ini kemudian merambat ke negara lain seperti Korea karena adanya cross border banking.
• Rupiah sempat melemah hingga Rp12.000/USD dari sebelumnya Rp9.000/USD.
• IHSG melemah hingga lebih dari 10% sehingga sempat disuspend.
• Terjadi segmentasi likuiditas pasar antarbank di Indonesia yang akhirnya menimbulkan peningkatan suku bunga deposito dan likuiditas mengering.
• Bank Century diselamatkan dengan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) dari BI dan kemudian diberikan bantuan likuiditas oleh LPS yang menjadi Penyertaan Modal Sementara (PMS).
45
Kebijakan Perbankan Indonesia Terkait Krisis Keuangan Global 2008Latar belakang
46Jan-08 Mar-08 Mei-08 Jul-08 Sep-08 Nov-08 Jan-09 Mar-09 Mei-09 Jul-09 Sep-09
8000
10000
12000
14000
1000
1200
1400
1600
1800
2000
2200
2400
2600
2800
9291 9217 9318 91189378
12151
11355 11575
103409920 9681
2627
2305 23492166
12571355 1285
1723
2027
2342 2408
IHSG dan Kurs USD thd IDR
Kurs Tengah IDR IHSG
Sumber: BI dan Yahoo Finance
Sumber: BI
Sumber: BI
Kebijakan Perbankan Indonesia Terkait Krisis Keuangan Global 2008Cakupan Kebijakani. Pelonggaran Likuiditas: penurunan O/N repo rate, FASBI
rate, perubahan ketentuan GWM, perpanjangan jangka waktu FX swap, perpanjangan waktu FTO.
ii. Penyediaan FPJP (Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek) Perppu No. 2 th. 2008 tentang FPJP: Perluasan jenis asset yang dapat dijadikan agunan FPJP. Kredit berkolektibilitas Lancar dapat menjadi agunan FPJP
iii. Peningkatan penjaminan Perppu No. 3 th. 2008 tentang Amandemen UU LPS: Peningkatan plafond penjaminan LPS dari Rp100 juta menjadi Rp2M/nasabah (Singapura, Inggris, Korsel, China, AS memberikan blanket guarantee) ; Penyertaan modal sementara LPS pada Bank Century
iv. Ketentuan kehati-hatian: mewajibkan adanya underlying transaksi valas, melarang transaksi derivatif structured product terkait valas.
47
Kebijakan Perbankan terkait Krisis Keuangan Global
Tanggal Kebijakan
16 September 2008
-BI menurunkan O/N repo rate plus 300bps menjadi BI rate plus 100 bps.-BI menyesuaikan FASBI rate dari BI rate minus 200 bps menjadi BI rate minus 100 bps.
23 September 2008
- BI memperpanjang jangka waktu atau Fine Tune Operation (FTO) dari 1 hari s.d. 14 hari menjadi 1 hari s.d. 3 bulan (PBI No. 10/14/PBI/2008).
13 Oktober 2008 -BI mengubah ketentuan tentang GWM rupiah dan GWM valas bagi Bank Umum.-BI meniadakan pembatasan posisi saldo harian Pinjaman Luar Negeri (PLN) jangka pendek (PBI No. 10/20/PBI/2008).-Penerbitan Perppu No.2 th. 2008 tentang FPJP yang memungkinkan kredit berkolektibilitas Lancar menjadi agunan FPJP.-Penerbitan Perppu No. 3 th. 2008 yang mengatur kenaikan penjaminan LPS dari Rp100 juta menjadi Rp2 milyar.
15 Oktober 2008 -BI memperpanjang FX Swap dari paling lama 7 hari menjadi 1 bulan (PBI No.10/21/PBI/2008). -BI berkomitmen menyediakan valas bagi korporasi domestik melalui perbankan (PBI No. 10/22/PBI/2008).-Penerbitan Perppu No. 4 th. 2008 tentang JPSK.
24 Oktober 2008 - BI mengeluarkan perubahan atas PBI No. 10/19/PBI/2008 untuk menyempurnakan perhitungan GWM rupiah menjadi GWM utama sebesar 5% dari DPK Rupiah, dan GWM sekunder sebesar 2,5% dari DPK Rupiah (PBI No. 10/25/PBI/2008).
29 Oktober 2008 - BI mengeluarkan peraturan tentang FPJP bagi bank umum (PBI No.10/26/PBI/2008).13 November 2008
- BI mengeluarkan peraturan yang membatasi transaksi spekulatif valas terhadap rupiah dengan mewajibkan adanya underlying transaksi untuk setiap pembelian valas yang melebihi USD 100.000 (PBI No. 10/28/PBI/2008).
14 November 2008
-BI mengeluarkan perubahan atas PBI No. 10/26/PBI/2008 tentang FPJP bagi Bank Umum (PBI No. 10/30/PBI/2008).
18 November 2008
- BI mengeluarkan aturan tentang FPJP (PBI No.10/31/PBI/2008).
16 Desember 2008
- BI melarang transaksi derivatif structured product yang terkait valas (PBI No. 10/38/PBI/2008).
48
MATERI KULIAH
• Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia
49
1. Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia
2. Kebijakan Perbankan di Indonesia Pasca Krisis 1998 dan Pasca Krisis 2008
3. Arsitektur Perbankan Indonesia (API)4. Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)5. Basel I, II dan Basel III
Banyaknya tantangan perbankan nasional baik internal, nasional dan global mendorong perlunya dilakukan penataan industri perbankan ke depan agar dapat berkembang lebih sehat, kuat dan mampu bersaing secara global.
Pada tahun 2003, BI merumuskan cetak biru pembangunan perbankan Indonesia atau lebih dikenal Arsitektur Perbankan Indonesia (API).
API merupakan suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang 5 s/d 10 tahun ke depan.
Visi API: Mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat, dam efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Arsitektur Perbankan Indonesia
50
ENAM PILAR APISistem perbankan yang sehat, kuat, dan
efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu pertumbuhan
ekonomi nasional
Struktur Perbankan yang Sehat
Sistem Pengatura
n yang Efektif
Sistem Pengawasa
n yang Independen dan Efektif
Industri Perbankan yang Kuat
Infrastruktur
Pendukung yang
MencukupiPerlindunga
n Konsumen
Pilar 1
Pilar 2
Pilar 3
Pilar 4
Pilar 5
Pilar 6
51
Arsitektur Perbankan Indonesia
Tahap-tahap Implementasi API
Program Penguatan Struktur Perbankan NasionalNo Kegiatan (Pilar 1) Periode
Pelaksanaan1 Memperkuat permodalan Bank
a. Meningkatkan persyaratan modal inti minimum bagi bank umum menjadi Rp100 miliar pada akhir 2010
b. Mempertahankan persyaratan modal Rp3 triliun untuk pendirian bank baru sampai dengan 1 Januari 2011
c. Peluncuran program BPD sebagai regional champion
2004 – 2010
2004 – 2010
20102 Memperkuat daya saing BPR
a. Meningkatkan linkage program antara bank umum dengan BPR
b. Mempermudah pembukaan kantor cabang BPR c. Memfasilitasi pembentukan fasilitas jasa bersama
untuk BPRd. Mendorong konsolidasi melalui merger, konsolidasi dan
akuisisi
2004
20062006
3 Meningkatkan akses kredit a. Memfasilitasi pembentukan skim penjaminan kreditb. Mendorong penyaluran kredit untuk sektor usaha
tertentu
2004 - 20062004 – 2006
52
Program Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan
No Kegiatan (Pilar II) Periode Pelaksanaan
1 Memformalkan proses sindikasi dalam membuat kebijakan perbankana. Membentuk panel ahli perbankan yang diselenggarakan
min. 2x dalam setahun dengan mengundang pakar dari dalam dan luar negeri
b. Memfasilitasi pembentukan lembaga riset perbankan di daerah maupun pusat. Sejauh ini telah terbentuk 4 lembaga
riset perbankan di Sumut, Sumbar, Jatim, Sulsel
2004- ...
2004- ...
2 Implementasi secara bertahap 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision
2004-2013
53
Tahap-tahap Implementasi API
Program Peningkatan Fungsi PengawasanN
oKegiatan (Pilar III) Periode
Pelaksanaan
1 Meningkatkan koordinasi antar lembaga pengawas
Pembentukan FSSK2008
2 Melakukan konsolidasi sektor perbankan di Bank Indonesia
a. Mengkonsolidasi fungsi pengawasan dan pemeriksaan
b. Mereorganisasi sektor perbankan di Bank Indonesia
c. Membentuk kelompok pemeriksa spesialis
200820082007
3 Meningkatkan kompetensi pemeriksa banka. Melakukan sertifikasi pemeriksa bankb. Melakukan attachment pemeriksa di lembaga
pengawas internasional
2004- ...2004- ...
Kegiatan 4 & 5 54
Tahap-tahap Implementasi API
Program Peningkatan Fungsi PengawasanNo
Kegiatan (Pilar III) Periode Pelaksanaan
4 Mengembangkan sistem pengawasan berbasis risiko
a. Membangun risk-based model untuk pengawasan2005
5 Meningkatkan efektivitas enforcementa. Menyempurnakan proses investigasi kejahatan
perbankan b. Meningkatkan transparansi pengawasan dan
enforcementc. Meningkatkan perlindungan hukum bagi
pengawas bank
2004-20052004-2005
2004
Tahap-tahap Implementasi API
Program Peningkatan Kualitas Manajemen dan Operasional Perbankan
No
Kegiatan (Pilar IV) Periode Pelaksanaan
1 Meningkatkan Good Corporate GovernanceMenetapkan minimum standar untuk GCG 2006
2 Meningkatkan kualitas manajemen risiko perbankan
Mempersyaratkan sertifikasi manajer risiko2009
3 Meningkatkan kemampuan operasional banka. Mendorong bank-bank untuk melakukan sharing
penggunaan fasilitas operasional guna menekan biaya: ATM Bersama, APEX bank
b. Memfasilitasi kebutuhan pendidikan dalam rangka peningkatan operasional bank: Penerbitan ketentuan tentang pemanfaatan Tenaga Kerja Asing (TKA )dan alih pengetahuan TKA
2004-2005
2007
56
56
Tahap-tahap Implementasi API
Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan
No
Kegiatan (Pilar V) Periode Pelaksanaan
1 Mengembangkan Credit BureauMeluncurkan credit bureau 2006
2 Mengoptimalkan penggunaan credit rating agencies
2005
57
57
Tahap-tahap Implementasi API
Program Peningkatan Perlindungan KonsumenN
oKegiatan (Pilar VI) Periode
Pelaksanaan
1 Menyusun standar mekanisme pengaduan nasabah
Menetapkan persyaratan minimum mekanisme pengaduan nasabah
2005
2 Membentuk lembaga mediasi independenMemfasilitasi pendirian lembaga mediasi perbankan, sementara lembaga ini belum berdiri, mediasi perbankan dilakukan oleh BI
2006
3 Menyusun transparansi informasi produkMemfasilitasi penyusunan standar minimum transparansi informasi produk bank
2005
4 Mempromosikan edukasi untuk konsumenMendorong bank-bank untuk melakukan edukasi kepada konsumen mengenai produk-produk finansial
2007
58
58
Tahap-tahap Implementasi API
59
Modal Yang Dibutuhkan Untuk Mendirikan Bank
Rp100M
Perm
odal
an(ti
er 1
)
Rp80M
2010
2007
2008
Persiapan BKT atauself liquidation
modal < Rp100 M (2010) = BKT OR self liquidation
Business Plan modal Rp 100 M
Capital (tier 1 + tier 2)
Banks with focuses on:
RegionalCorporate Retail Others
Rural Banks Limited Operation Banks
National Banks
International Bank s
0,1
10
50
Rp (trillions)2-3 banks
3-5 banks
30-50 banks
MATERI KULIAH
• Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia
60
1. Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia
2. Kebijakan Perbankan di Indonesia Pasca Krisis 1998 dan Pasca Krisis 2008
3. Arsitektur Perbankan Indonesia (API)4. Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)5. Basel I, II dan Basel III
• Pelajaran berharga dari krisis tahun 1997 : Stabilitas moneter hanya dapat tercapai dengan
stabilitas sistem keuangan Mahalnya biaya penyelesaian krisis (51% dari PDB
tahunan) • Stabilitas sistem keuangan telah menjadi agenda pokok
Bank Sentral dan Lembaga Internasional, e.g. : Pembentukan FSF, FSI, FSAP Pembentukan organisasi SSK dan penerbitan kajian SSK
di beberapa Bank Sentral• Rekomendasi IMF :
“BI should establish a Financial Stability Unit for conducting the micro and macro level analysis required to detect systemic vulnerability” (MAE Report - October 2002)
“….by June 2003 BI should established FSS unit… (LoI-IMF, 2003).
Latar Belakang Stabilitas Sistem Keuangan
61
Overview Konsep Stabilitas Sistem Keuangan:
Stabilitas Moneter vs Stabilitas Keuangan• Perbedaan antara stabilitas moneter dan stabilitas keuangan:
• Stabilitas moneter terkait dengan stabilitas tingkat harga secara umum (inflasi)
• Stabilitas keuangan adalah stabilitas lembaga keuangan dan pasar keuangan yang membentuk sistem keuangan
• Meskipun sasaran kebijakannya berbeda, namun keterkaitan antar keduanya semakin meningkat (BIS, Annual Report 1996-97)
(Andrew Crocket, “Why is Financial Stability a Goal of Public Policy”).
62
Hubungan SSK dengan Stabilitas Moneter
63
Overview Konsep Stabilitas Sistem Keuangan:
Apa itu SSK? • Terhindarnya dari krisis keuangan (avoidance of financial crisis)
(Sinclair, 2001; MacFarlane, 1999)
• Stabilitas lembaga dan pasar keuangan yang membentuk sistem keuangan. Stabilitas pasar keuangan adalah minimalnya volatilitas harga yang dapat mengganggu perekonomian (Crockett, 1997)
• Krisis keuangan adalah gangguan terhadap pasar keuangan sehingga pasar keuangan tidak dapat menyalurkan dana secara effisien kepada sektor-sektor investasi yang produktif (Frederick Mishkin,1991 )
64
Lembaga, Pasar
dan Infrastru
ktur Keuanga
nFiskal
Sektor Riil
Moneter
Perekonomian Internasional
Lingkup dan Fokus SSK
Fokus SSK:• Lembaga-lembaga
keuangan utama yang sehat dan berfungsi baik Tiadanya faktor-faktor yang berpotensi membahayakan kelangsungan usaha lembaga keuangan utama
• Pasar keuangan yang stabil dan berfungsi baik à Volatilitas harga yang minimal
65
Mengapa Diperlukan Stabilitas Keuangan ?
Stabilitas Keuangan:• Menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi
deposan dan investor• Meningkatkan efisiensi intermediasi keuangan• Meningkatkan fungsi pasar keuangan dan memperbaiki
alokasi sumber daya• Mengembangkan sistem keuangan yang sehat dan
transparansi• Mengurangi gejolak dan risiko sistemik
Instabilitas (Krisis) Keuangan – implikasi negatif • Besarnya biaya fiskal untuk menyelamatkan lembaga
keuangan yang bermasalah• Penurunan (kerugian) PDB akibat timbulnya krisis
perbankan dan krisis mata uang (currency crisis)66
Isu Stabilitas Keuangan menjadi Agenda Prioritas …
Sejumlah perkembangan dalam beberapa tahun terakhir telah menjadikan issu stabilitas keuangan sebagai agenda prioritas bagi otoritas moneter dan pengawas serta para pengambil kebijakan publik. • Pertumbuhan tinggi volume transaksi keuangan• Peningkatan kompleksitas instrumen keuangan baru• Besarnya biaya fiskal penyelesaian krisis keuangan• Kelemahan mendasar pada beberapa lembaga keuangan
yang berpotensi sistemik• Terintegrasinya stabilitas moneter dan stabilitas sistem
keuangan• Sistem keuangan berisiko menghadapi kegagalan
(failure) sehingga menuntut intervensi pemerintah dan kebijakan penyelamatan
67
Macro-prudential Analysis:Integrated Financial System
Economic Reform and Financial Integration
Macroeconomic conditions and policy response
Banking Sector:Initial conditions and regulatory framework
Capital Inflows
• Investment boom• Asset price
increases• Consumption
boom• Increase in short-
term debt and fx exposure Lending
boomInterest and
FX rate policies
Macroeconomic vulnerability increases while banks
portfolios become riskier
Collateral
68
Lima Pilar Utama Stabilitas Keuangan
1. Lingkungan makro-ekonomi yang stabil ;2. Kerangka pengawasan prudensial yang sehat;3. Lembaga keuangan yang dikelola dengan baik;4. Pasar keuangan yang beroperasi secara efisien dan lancar; dan5. Sistem pembayaran yang aman dan lancar.
Elemen penting lainnya adalah standar industri, termasuk standar akuntansi, kerangka hukum, corporate governance, ketentuan kepailitan.
(John F. Laker, Ass. Governor Reserve Bank of Australia – Financial Stability, 1999)
69
Framework of Financial System Stability (FSS)
Early WarningSystems
•MacroeconomicIndicators
•Micro-prudentialIndicators (agr.)
• RegulatoryFramework
• Financial Architecture• Market
discipline
•Lender of lastresort
•Depositinsurance
•Crisis resolution
• InternalCoordination
• ExternalCoordination
• J oint Committee
Surveillance CrisisManagementRegulationCoordination &
Cooperation
stable and soundfinancial systemefficient financial
markets
stablemacroeconomicenvironment
well-managedfinancial
institutions
safe and robustpayments system
sound frameworkof prudentialsupervision
Framework SSK
70
MATERI KULIAH
• Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia
71
1. Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia
2. Kebijakan Perbankan di Indonesia Pasca Krisis 1998 dan Pasca Krisis 2008
3. Arsitektur Perbankan Indonesia (API)4. Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)5. Basel I, II dan Basel III
Perkembangan Basel
72
Basel I Terbit
Amandemen Market Risk dikeluarkan
Basel II Terbit
Revisi sekuritisasi &
dikeluarkannya aturan trading
book
Dokumen konsultasi
Basel III dikeluarkan
Implementasi penuh Basel III
Basel I diterapkan
penuh
Amandemen Market Risk diterapkan
Implementasi Basel II
Implementasi Pendekatan Advanced
Basel II
Implementasi ketentuan
Trading book
Dimulainya implementasi
Basel III
07/1988 12/1996 06/2004 07/2009 12/2009 01/2019
12/1992
12/1997
12/200612/2007 12/2011
01/2013
30 Tahun Regulasi Kapital Basel
Basel I
• Ditetapkan pada tahun 1988 sebagai hasil diskusi selama 8 tahun
• Diadopsi sebagai ketentuan perbankan negara G-20 pada tahun 1992
• Menghasilkan: - ketentuan permodalan minimum berdasarkan penghitungan risiko kredit- batasan CAR minimum 8%- ATMR dengan 5 bobot risiko (0%, 10%, 20%, 50%, dan 100%)
73
Basel II• Dikeluarkan pada tahun 2004• Merupakan rekomendasi setelah krisis Asia tahun 1997 dan
pencabutan UU Glass Steagal di AS• Didesain untuk menangani tantangan dan
ketidakseimbangan yang diciptakan oleh regulatory arbitrage, risiko operasional, dan mengatur pemenuhan modal yang memperhitungkan kedua hal tersebut. Jadi selain memperhitungkan risiko kredit, Basel II juga memperhitungkan risiko operasional.
• Kerangka Basel II menghasilkan rekomendasi berdasarkan 3 pilar: pemenuhan modal, review ketentuan, dan disiplin pasar.
• Basel II langsung diadopsi oleh negara Uni Eropa sementara 95 negara lain termasuk AS menyatakan kesediaan untuk mengadopsi Basel II pada waktu yang ditentukan. 74
Basel III
• Basel III adalah versi terbaru yang diperkenalkan Komite Basel pada tahun 2010 sebagai respon kegagalan pengaturan dan pengawasan dalam menangani krisis subprime mortgage yang berawal di AS yang kemudian diikuti oleh krisis perbankan dan krisis keuangan global di seluruh dunia.
• CAR minimum akan dinaikkan dari 2% hingga 4,5% dan juga tambahan 2,5%.
• Proposal Basel III akan mengikutsertakan banyak kemajuan dalam pengukuran risk management dan prosedur ketentuan, yang hanya akan direalisasi secara bertahap, dengan implementasi seluruh paket pada tahun 2018. 75