Sirosis Hepatis - Case

66
BAB I PENDAHULUAN Hepar adalah organ terbesar dalam tubuh, dengan suplai darah yang berasal dari dua sumber yaitu arteri hepatik dan vena porta. Hepar memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah sintesis portein, regulasi glukosa dan lipid, dan produksi bilirubin. Fungsi- fungsi hepar akan terganggu jika berkembang menjadi sirosis. Sirosis hepatis secara patologi adalah perubahan struktur mikroskopis dari arsitektur lobular hepar menjadi fibrosis dan nodular. Penyakit hati kronis, termasuk sirosis, menjadi 12 penyakit yang menyebabkan kematian di Amerika Serikat. Alkoholik dan hepatitis C kronik dapat menyebabkan sirosis, dan sirosis adalah penyebab tersering dari hipertensi portal. Penyebab munculnya sirosis hepatis di negara barat tersering akibat alkoholik sedangkan di Indonesia masyoritas akibat hepatitis B dan C. Sirosis hepatis diketahui disebabkan adanya peranan sel stelata dalam mengatur keseimbangan pembentukan matriks ekstraseluler dan proses degradasi, dan lama kelamaan sel stelata akan menjadi sel yang membentuk kolagen 1

description

Presentasi Kasus

Transcript of Sirosis Hepatis - Case

BAB IPENDAHULUAN

Hepar adalah organ terbesar dalam tubuh, dengan suplai darah yang berasal dari dua sumber yaitu arteri hepatik dan vena porta. Hepar memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah sintesis portein, regulasi glukosa dan lipid, dan produksi bilirubin. Fungsi-fungsi hepar akan terganggu jika berkembang menjadi sirosis. Sirosis hepatis secara patologi adalah perubahan struktur mikroskopis dari arsitektur lobular hepar menjadi fibrosis dan nodular. Penyakit hati kronis, termasuk sirosis, menjadi 12 penyakit yang menyebabkan kematian di Amerika Serikat. Alkoholik dan hepatitis C kronik dapat menyebabkan sirosis, dan sirosis adalah penyebab tersering dari hipertensi portal.

Penyebab munculnya sirosis hepatis di negara barat tersering akibat alkoholik sedangkan di Indonesia masyoritas akibat hepatitis B dan C. Sirosis hepatis diketahui disebabkan adanya peranan sel stelata dalam mengatur keseimbangan pembentukan matriks ekstraseluler dan proses degradasi, dan lama kelamaan sel stelata akan menjadi sel yang membentuk kolagen

Sampai saat ini belum ada bukti bahwa penyakit sirosis hepatis bersifat reversibel, tetapi dengan kontrol pasien yang teratur pada fase dini diharapkan dapat memperpanjang status kompensasi dalam jangka panjang dan mencegah timbulnya komplikasi. Terapi sisrosis sendiri ditujukan untuk mengurangi progresi penyakit, menghindarkan bahan-bahan yang bisa menambah kerusakan hati, pencegahan dan penanganan komplikasi.

BAB IIILUSTRASI KASUS

I. Identitas pasienTanggal masuk: 24/12/2013No. RM: 1273886Nama: Tn. B RTempat / Tgl lahir: Jakarta/5-5-1970Umur: 43 th 6 blAgama : IslamAlamat: Jl. H. Dimun III Gg. Anggrek No. 75 Sukamaju, Depok, Jawa BaratPendidikan: Tamat SLTAPekerjaan: Pegawai SwastaStatus perkawinan: KawinJaminan: Jamkesda Kota Depok

II. AnamnesisKeluhan utama :Muntah darah 1 jam sebelum masuk rumah sakit

Riwayat penyakit sekarang :Sejak 1 jam SMRS pasien mengeluh muntah darah warna merah pekat sebanyak 100 cc (separuh gelas), muntah didahului dengan perasaan mual, keluhan sudah pernah dirasakan sebelumnya dan terjadi tiba-tiba tanpa dipicu oleh makan atau minum. Pasien juga mengeluh ada BAB hitam sejak 1 hari SMRS, timbul secara tiba-tiba, BAB disertai feses, tidak ada lendir, dan tidak nyeri saat buang air besar, keluhan BAB hitam juga sudah sering dialami pasien sebelumnya. BAK pasien dikatakan normal, warna seperti teh disangkal. Pasien juga mengeluhkan perutnya semakin membuncit sejak 2 bulan SMRS., Keluhan demam disangkal, nyeri ulu hati disangkal, bengkak di kaki disangkal.Pasien di diagnosis sirosis hepatis sejak 2 tahun SMRS. Sudah masuk RS 5 kali, berulang karena keluhan muntah dan BAB hitam. Tidak pernah disarankan untuk dilakukan teropong.

Riwayat penyakit dahulu :Riwayat hepatitis C, namun pasien dan keluarga tidak terlalu yakin. DM -, HT -, penyakit jantung -, alergi

Riwayat penyakit keluarga :Keluhan yang sama dengan pasien (-) DM -, HT-, penyakit jantung -Riwayat sosial ekonomi :Pasien sudah menikah. Kebiasaan merokok (+) sejak 10 tahun yang lalu, minum-minum alkohol 1 botol tiap 3 hari (bir dan vodka) sejak tahun 1997, riwayat transfusi diakui pernah dilakukan oleh pasien, riwayat menggunakan obat-obatan dengan jarum suntik disangkal, riwayat ganti-ganti pasangan disangkal.

III. Pemeriksaan fisikBB: 170 cmTB: 70 kgKesadaran: Compos mentisKU: Tampak sakit sedangTD: 100/70 mmHgNadi: 84 x/ menitNafas: 16 x/ menitSuhu: 37 CMata: Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-Leher: JVP 5 1 cm H2OThorax: Pergerakan tampak simetris, massa (-), gynecomastia (+)Paru: I : Pergerakan nafas simetris, tidak ada pelebaran sela iga P : fremitus normal P : Sonor di seluruh lapang paru A : Vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)Jantung: I : Ictus cordis tidak terlihat P : Ictus cordis teraba di ICS 5 midclavicula sinistraP : Batas jantung kanan ICS 4 parasternal dextra, batas jantung kiri ICS 5 mid clavicula sinistra, Pinggang jantung di ICS 2 (tidak ada pelebaran pinggang jantung)

A : BJ I/II reguler, murmur(-) gallop (-)Abdomen: I : Tampak buncit, supel, spider nevi (-), pelebaran vena (-)P : Nyeri tekan (-), hepar lien tidak teraba, tidak teraba masa intra abdomen P : Shifting dullness (+) A : BU (+) normalEkstremitas: Piting edema +/+, CRT