Case Sirosis Hepatis Dengan Asites Masif DP-DF
-
Upload
adita-deka -
Category
Documents
-
view
211 -
download
14
description
Transcript of Case Sirosis Hepatis Dengan Asites Masif DP-DF
LAPORAN KASUS
“Sirosis Hepatis”
Oleh:
Dian Fithria Hidayati 109103000031
Dian Pratiwi 109103000017
Pembimbing:
Dr. Edi Mulyana, SpPD
MODUL KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M
BAB I
I. IDENTITAS
Nama : Tn. HB
Usia : 31 tahun 3 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kp. Tulang Kuning, kelurahan Waru, Kecamatan Parung,
Kabupaten Bogor
Tempat/tanggal lahir : Tangerang / 05/09/1981
Agama : Islam
Pekerjaan : Lain-lain
Status pernikahan : Belum kawin
Pendidikan : Tamat SLTA
No. RM : 01192220
Masuk instalasi gawat darurat Rumah Sakit Fatmawati pada tanggal 14
Desember 2012
Masuk instalasi rawat inap Gedung Teratai lantai 5 utara Rumah Sakit
Fatmawati pada tanggal 15 Desember 2012.
II. ANAMNESIS
Anamnesis diambil secara autoanamnesis pada tanggal 15 Desember 2012, jam
20.30 WIB di bangsal Irna Teratai, ruang 505, RSUP Fatmawati.
A. Keluhan Utama
Perut bengkak sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan perut yang
semakin lama dirasa semakin membesar. Pembesarannya terasa perlahan namun tidak
berhenti membesar. Keluhan perut membesar seperti ini baru pertama kali pasien
rasakan. Pasien juga mengeluhkan perut begah atau seperti penuh ketika makan,
sehingga tidak dapat makan dalam jumlah banyak. Nyeri perut, mual dan muntah
disangkal. BAB dan BAK normal.
Sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan perut yang
semakin membesar diikuti kaki yang membengkak. Nyeri pada kaki disangkal. Pasien
mengeluhkan demam yang dirasakan naik turun, demam dirasakan terutama saat malam
hari. Keluhan Keringat dingin, batuk , pilek, mual , muntah, dan sesak disangkal oleh
pasien. BAK lancar, warna seperti air teh, BAB normal.
Satu minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien sudah dirawat di Rumah Sakit
Dompet Dhuafa. Saat dirawat pasien sempat BAB hitam encer seperti ampas kopi 1x,
mual dan muntah berwarna hitam disangkal. Saat itu pasien dikatakan menderita liver,
kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Fatmawati. Pasien mengeluhkan susah tidur +,
keluhan sering lupa disangkal. Pasien mengeluh sesak terutama bila beraktifitas dan
mudah lelah terutama saat berjalan jauh. Pasien juga harus menggunakan 3-4 bantal
saat tidur. Pasien sering terbangun saat sesak. Nyeri dada disangkal.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa sebelumnya disangkal. Pasien mengaku pernah sakit kuning ± 3
tahun yang lalu. Riwayat diabetes mellitus sejak 1 tahun yang lalu, diobati dengan
insulin 3x10 unit. hipertensi, sakit paru, sakit jantung, asma dan alergi disangkal oleh
pasien. Riwayat transfusi darah disangkal.
D. Riwayat Penyakit keluarga
Riwayat adanya keluhan yang sama pada anggota keluarga lain disangkal.
Riwayat sakit kuning, hipertensi, diabetes melitus, sakit paru, sakit jantung dan alergi
disangkal oleh pasien.
E. Riwayat Kehidupan dan Kebiasaan
Riwayat konsumsi alkohol (+) sejak ± 15 tahun 1 botol setiap hari, berhenti sejak
± 1 tahun yang lalu. Riwayat menggunakan tatto +, Riwayat minum jamu-jamuan (-),
Riwayat sex bebas (-), Riwayat IVDU (+), riwayat transfusi disangkal.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 15 Desember 2012, jam 20.30 WIB di
bangsal Irna Teratai, ruang 505, RSUP Fatmawati.
A. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Kesan sakit : sakit sedang
BB : 65 (dengan asites)
TB : 165
Kesan gizi : tidak valid dinilai
B. Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8 ºC
C. Kepala dan Leher
Bentuk kepala : normocephali.
Rambut : hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Wajah : simetris, tidak ditemukan benjolan
Mata
tidak ada oedem palpebra dextra dan sinistra
Conjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik +/+
Pupil isokor, 3 mm
Tidak ada kekeruhan pada lensa mata dextra dan sinistra
Reflek cahaya langsung +/+
Refleks cahaya tidak langsung +/+
Telinga
Tidak ditemukan kelainan pada preaurikula dextra dan sinistra
Bentuk aurikula dextra dan sinistra normal, tidak ditemukan kelainan kulit, tidak
hiperemis
Tidak ditemukan kelainan pada retroaurikula dextra dan sinistra
Dinding meatus aurikularis dextra dan sinistra tidak oedem, tidak hipremis
Nyeri tekan tragus -/-
Nyeri tekan aurikula -/-
Nyeri tarik aurikula -/-
Nyeri tekan retroaurikula -/-
Hidung
Deviasi septum nasi -, tidak ada napas cuping hidung, nyeri tekan -
Nares anerior: sekret -/-, darah -/-, hiperemis -/-
Meatus nasi lapang, terlihat concha nasalis media, mukosa tidak oedem ataupun
hiperemis, masa -/-
Tidak ditemukan deviasi septum
Dinding concha nasalis tidak oedem, tidak hiperemis.
Nyeri tekan sinus frontalis -/-
Nyeri tekan sinus maksilaris -/-
Mulut
Bentuk mulut normal saat bicara dan diam, tidak terdapat gangguan bicara,
sudut bibir kanan dan kiri tampak simetris saat bicara dan tersenyum.
Tidak ditemukan kelainan kulit daerah perioral
Bibir tidak kering, tidak sianosis
Oral hygiene cukup
Lidah tidak kotor, tidak tremor, lurus terjulur ditengah, tidak hiperemis, tidak
kering, tidak nampak bercak-bercak
Uvula terletak ditengah, tidak oedem, tidak ada pulsasi, berwarna merah muda
Faring tidak hiperemis
Tonsila T1-T1, tenang.
Leher
Inspeksi : Bentuk leher tidak tampak ada kelainan, tidak tampak pembesaran
kelenjar tiroid, tidak tampak pembesaran KGB, tidak tampak deviasi
trakea
Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, trakea teraba di tengah, JVP
5-2 cmH2O.
Auskultasi : tidak terdengar bruit
D. Thorax
Thorax Anterior
Inspeksi
Bentuk thorax simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernapasan yang
tertinggal, pernapasan torakoabdominal
Tidak tampak retraksi sela iga
Tidak ditemukan eflouresensi pada kulit dinding dada
Tidak terdapat kelainan tulang iga dan sternum
Tidak terlihat spider navy
Palpasi
Pada palpasi secara umum tidak terdapat nyeri tekan dan tidak teraba benjolan
pada dinding dada
Gerak nafas simetris
Vocal fremitus simetris pada seluruh lapangan paru, friction fremitus (-), thrill
(-)
Teraba ictus cordis pada ics 5 linea midclavicularis kiri , diameter 2 cm, kuat
denyut cukup
Perkusi
Kedua hemithoraks secara umum terdengar sonor
Batas paru-hepar sulit dinilai, batas paru lambung sulit dinilai
Batas kanan bawah paru-jantung pada ics 5 linea sternalis kanan, batas kanan
atas paru-jantung pada ics 3 linea sternalis kanan
Batas kiri paru-jantung pada ics 5 linea midcavicularis kiri, batas atas kiri
paru-jantung pada ics 3 linea parasternalis kiri
Auskultasi
Suara nafas vesikuler +/+, reguler, ronchi -/-, wheezing-/-
BJ I, BJ II regular, punctum maksimum pada linea midclavicula kiri ics 5,
murmur (-), gallop (-), splitting (-)
Thorax Posterior
Inspeksi
Bentuk simetris saat dinamis dan saat statis
Tampak pernafasan cepat dan dalam
tidak terlihat eflouresensi
Tidak terlihat benjolan
Tidak terdapat kelainan vertebra
Palpasi
Gerak nafas simetris
Vocal fremitus simetris
Tidak ditemukan nyeri tekan
Perkusi
tidak terdapat nyeri ketuk
Perkusi secara umum terdengar sonor
Batas bawah paru kanan pada ics 10, batas bawah paru kiri pada ics 11
Auskultasi
suara nafas vesikuler +/+
E. Abdomen
Inspeksi
Bentuk perut buncit, perut tampak distensi, pinggang tampak simetris dari
anterior dan posterior
Venektasi (+), caput medusae (-)
Umbilikus terletak di garis tengah
Tidak tampak pulsasi abdomen pada regio epigastrika
Auskultasi
Bising usus (+) normal
Arterial bruit (-), venous hum (-)
Palpasi
dinding abdomen teraba distensi, defans muskular (-), turgor kulit baik
secara umum tidak ditemukan nyeri tekan
Hepar dan lien sulit dinilai
Ballotement -/-
Undulasi (-)
Perkusi
Shifting dullness (+)
Gambar 1.1 Perut pasien tampak asites
F. Extremitas
Ektremitas atas
Inspeksi
Tangan kiri dan kanan simetris, tidak terlihat deformitas, tidak terdapat
eflouresensi, tidak ada petechiae, distribusi rambut normal
Eritema palmaris (-)
Kuku tampak pucat, tidak sianosis, tidak ikterik
clubbing finger +
Tidak tampak pembengkakan sendi, kedua extremitas atas dapat bergerak aktif
dan bebas
Tidak ada gerakan involunter.
Palpasi
tidak terdapat nyeri tekan
akral hangat dan kering
pitting edema - -
+ +
refleks patologis hoffmann trommer -/-
flapping tremor +/+
tidak ada atrofi otot, tidak terdapat rigiditas sendi
kekuatan otot normal 5555 5555
Gambar 1.2 Clubbing finger
Ekstremitas bawah
Inspeksi
Tungkai kiri dan kanan simetris, tidak terlihat deformitas, tidak terdapat
eflouresensi, tidak ada ptechiae, distribusi rambut normal
Kuku tampak pucat, tidak sianosis, tidak ikterik
clubbing finger +
Tidak tampak pembengkakan sendi, kedua extremitas bawah dapat bergerak
aktif dan bebas
Tidak ada gerakan involunter
Palpasi
tidak terdapat nyeri tekan
akral hangat dan kering
pitting oedem - -
+ +
klonus patella -/-, klonus achilles -/-
tidak ada atrofi otot, tidak terdapat rigiditas sendi
kekuatan otot normal
5555 5555
Gambar 1.3 Pitting oedema pada pasien
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hasil laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan14/12 16/12 18/12 20/12 21/12
(12.09)21/12
(13.04)HematologiHemoglobin 10.1 9.7 9.4 13.2-17.3 g/dlHematokrit 30 29 29 33-45 %
Lekosit 8.2 4.4 4.8 5-10 ribu/ULTrombosit 38 49 60 150-440 ribu/ULEritrosit 3.13 2.91 2.75 4.4-5.9 juta/UL
VER 95.8 101 105.1 80-100 flHER 32.2 33.5 34.3 26-34 pg
KHER 33.6 33.1 32.6 32-36 g/dlRDW 18.1 20 20.7 11.5-14.5 %
Fungsi HatiSGOT 57 74 0-34 u/lSGPT 28 30 0-40 u/l
Albumin 2.1 2.20 3.4-4.8 g/dlBilirubin Total 12.9 9.8 0.1-1.0 mg/dlBilirubin direk 7.8 6 <0.2 mg/dl
Bilirubin indirek 5.1 3.8 <0.6 mg/dlGlobulin 4.9 2.5-3.0 g/dl
Protein Total 7.1 6-8 g/dlFungsi GinjalUreum darah 19 21 20-40
Kreatinin Darah 0.7 0.8 0.6-1.5Glukosa Darah
Sewaktu126 70-140 mg/dl
ElektrolitNatrium darah 133 134 139 134 135-147 mmol/lKalium darah 2.62 2.12 2.25 3.58 3.1-5.1 mmol/lKlorida darah 98 96 100 102 95-108 mmol/lHitung Jenis
Basofil 0 0 0-1 %Eosinofil 2 1 1-3 %Netrofil 71 81 50-70 %
Limfosit 16 10 20-40 %Monosit 9 5 2-8 %
Luc 3 3 <4.5 Retikulosit 2 0.5-1.5Hemostasis
APTT 48.8 27.4-39.3 detikKontrol APTT 34.2 -
PT 26.8 11.3-14.7 detikKontrol PT 13.7 -
INR 2.38 -Feritin 1.029 22-322
Serum Iron 73 65-175TIBC 257 253-435
LemakTrigliserida 102 <150
Kolesterol Total 84 <200Kolesterol HDL 40 28-63Kolesterol LDL 59 <130Sero-Imunologi
HepatitisHbsAg Non
ReaktifNon reaktif
Anti HCV Reaktif Non reaktifKimia Klinik
Amylase Pancreatic
58 13-53
Lipase 56 6-51
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi
A. Ronsen Thoraks
Tanggal 10-12-2012 :
Gambar 1.4 Hasil foto Ronsen thoraks pada pasien
Jantung, aorta dan mediastinum tak membesar, kedua hilus normal, corakan
bronkovaskuler kedua paru baik, tampak perselubungan homogen pada basal paru kiri, sinus
dan diafragma kanan normal, sinus dan diafragma kiri suram, tulang-tulang intak. Kesan :
suspect pleuropneumonia sinistra.
B. USG Abdomen
Tanggal 11-12-2012 :
Gambar 1.5 Hasil USG abdomen pada pasien
Hepar : ukuran normal dengan echostruktur heterogen dengan gambaran periportal
brightness, permukaan irreguler, tepi tumpul, sistem bilier tak melebar, tampak gambaran
cairan bebas pada subdiafragma kanan-kiri.
Kantung Empedu : kaliber normal, dinding tebal dan irreguler, tak tampak batu.
Pankreas : ukuran normal, dinding reguler, echostruktur homogen, duct. Pancreaticus tidak
melebar.
Lien : tampak membesar dengan echostruktur homogen, V. Lienalis sedikit melebar.
Ginjal : ukuran dan tebal parenkim kedua ginjal normal dengan echostruktur homogen sistem
pelviocalicer tak melebar, tak tampak batu, tampak gambaran cairan bebas pada cavum
spleeno-renal/hepatorenal.
Buli : kaliber normal, dinding reguler, tak tampak batu,tampak gambaran cairan cavum
retrovesica.
Kesan : chirrosis hepatis dengan asites masif, spleenomegali dengan dilatasi V. Lienalis
hipertensi porta, edema kandung empedu.
Hasil EKG
Irama sinus, normo axis, heart rate 100 x per menit, Q wave normal, PR interval, 0,16, QRS
0,08, ST change -, T inverted di AVR, V1 dan V2 , LVH -, RVH -, BBB -.
VI. RESUME
Pasien laki-laki, 31 tahun datang dengan keluhan perut yang semakin lama
semakin membesar sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit. Keluhan perut begah (+)
dan penuh ketika makan. 2 bulan sebelum masuk rumah sakit kaki dirasa bengkak (+),
demam naik turun, demam terutama pada malam hari. BAK lancar berwarna seperti teh.
Satu minggu sebelum masuk rumah sakit, pernah dirawat di Rumah Sakit Dompet
Dhuafa dikatakan sakit liver, pasien BAB hitam encer seperti ampas kopi 1x, susah
tidur +, sesak + terutama bila beraktifitas dan mudah lelah terutama saat berjalan jauh.
Pasien sering terbangun karena sesak dan harus menggunakan 3-4 bantal saat tidur.
Pasien pernah sakit kuning ± 3 tahun yang lalu. Riwayat diabetes mellitus sejak 1 tahun
yang lalu, diobati dengan insulin 3x10 unit. Riwayat konsumsi alkohol (+) sejak ± 15
tahun 1 botol setiap hari, berhenti sejak ± 1 tahun yang lalu. Riwayat menggunakan
tatto +, Riwayat IVDU (+).
Pemeriksaan fisik :
Mata : sclera ikterik
Abdomen : Bentuk perut buncit, perut tampak distensi, pinggang tampak simetris dari
anterior dan posterior, Venektasi (+), Shifting dullness (+)
Extremitas : Kuku tampak pucat, clubbing finger +, flapping tremor +/+, pitting oedem
( -/-, +/+)
Pemeriksaan Laboratorium :
Kesan :
- Anemia normositik normochrom
- Peningkatan transaminase (SGOT)
- Hipoalbumin
- Hiperbilirubinemi
- Hiponatremi
- Hipokalemi
USG abdomen
Kesan : chirrosis hepatis dengan asites masif, spleenomegali dengan dilatasi V. Lienalis
hipertensi porta, edema kandung empedu.
Pemeriksaan EKG
Kesan : iskemik.
VII. DAFTAR MASALAH
1. Sirosis hepatis Child Pugh C dengan asites,
2. melena et causa suspect Pecah Varises Oesofagus
3. CAP dd TB paru + infeksi sekunder
4. Hipokalemia
5. Hiponatremia delusional
6. Anemia normositik normokrom
VIII. RENCANA PEMERIKSAAN
DPL + diff, HbsAg anti HCV, hemostasis, profil lipid, FOBT, serum iron, TIBC,
feritin, SGOT,SGPT, albumin, globulin, bilirubin (total, direct, indirect), Na/K/Cl, ureum,
kreatinin, urin lengkap, FOBT, kultur sputum BTA 3x, gram ,Mikro organisme.
IX. PENATALAKSANAAN
A. non medikamentosa punya kita
Bed rest
IVFD NaCl + KCl meq 500 cc / 24 jam
Diet hati lunak 1700 kkal/hari
Balance – 300 cc / hari
B.Medikamentosa punya kita
Lasix 1x40 mg IV
Aldacton 1x100mg
Curcuma 3 x 200
KSR 3 x 600 mg
Sucralfat 3x CI
Hp pro 3 x 1
Fujimin 3x1
X. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad malam
Ad fungsionam : malam
Ad sanationam :malam
Follow up
1. Follow Up Tanggal 17 Desember 2012
Subjektif Perut makin membesar, kaki bengkak, sesak dan terbangun saat tidur, mual (-), muntah (-),
BAK lancar, warna seperti air teh, BAB tiap 2 hari sekali,BAB hitam 1x, demam (-), nyeri
abdomen (-) gangguan tidur (+)
Objektif TSS. CM.
TD : 120/100 FN : 76 x/menit RR : 20 x/menit T : 36,5 C
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran KGB
Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Buncit, tegang, venektasi (-), H/L tidak teraba, Nte (+), asites (+), Bising usus
(+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-/-/-, palmar eritema (-), flapping tremor (+)
Assessment 1) Melena
2) Sirosis hati Child pugh C
3) CAP dd/ TB paru
4) Hipokalemia
5) Hiponatremia dilusional
6) Anemia normositik normokrom
Planning Rdx/ DPL serial, diffcount, kultur sputum, elektrolit serial, morfologi darah tepi, retikulosit, SI,
TIBC, Ferritin, MDR, BTA, anti HCV, EGD, Hemostasis lengkap, Feses lengkap
Rtx/
1. Balans cairan 300cc/24jam
2. Diet lunak 1700 kkal
3. IVFD NS 500cc + KCL 50meq/24jam
4. Omeprazol 1x20mg
5. Transamin 3x50 mg IV
6. Vitamin K 3x1
7. Sukralfat 4CI
8. Furosemid 1x40mg
9. Aldacton 1x200mg
10. Curcuma 3x20mg
11. Hp Pro 3x1
12. Propanolol 2x10
13. Cefotaxim 3x1gr
14. Azitromycin 1x500mg
15. KSR 3x60
16. Transfusi albumin
2. Follow Up Tanggal 18 Desember 2012
Subjektif Perut nyeri, BAK sedikit, nyeri (-), BAB sedikit dan berwarna hitam, sesak (-), hasil NGT
masih hijau, mual (-), muntah (-), os mengaku sulit tidur.
Objektif TSS. CM.
TD : 100/90 FN : 76 x/menit RR : 20 x/menit T : 36,5 C
Mata : Konjungtiva anemis, sklera ikterik
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran KGB
Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Buncit, tegang, venektasi (-), H/L sulit dinilai, Nte (-), Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-/+/+, flapping tremor (+)
Assessment 1. Sirosis hati Child pugh C dengan riwayat melena, encepalopati
hepatikum
2. CAP dd/ TB paru
3. Hipokalemia susp ec renal loss
4. Anemia makrositik susp e c perdarahan dd defisiensi B12/asam folat
Planning Rdx/ FL, EGD, anti HCV, kultur sputum, MDR, BTA, elektrolit serial, morfologi darah tepi,
retikulosit, SI, TIBC, Ferritin
Rtx/
1. Balans cairan 300cc/24jam
2. Diet lunak 1700 kkal
3. IVFD NS 500cc + KCL 50meq/24jam
4. Omeprazol 1x20mg
5. Sukralfat 4CI
6. Furosemid 1x40mg
7. Aldacton 1x200mg
8. Curcuma 3x20mg
9. Hp Pro 3x1
10. Hepamerz 3x1
11. Lactulac 1CI
12. Cefotaxim 3x1gr
13. Azitromycin 1x500mg
14. KSR 3x600
3. Follow Up Tanggal 19 Desember 2012
Subjektif Batuk (-), demam (-), perut membesar (+) mencret (-), muntah (-), perdarahan (-)
Objektif TSS. CM.
TD : 110/80 FN : 76 x/menit RR : 18 x/menit T : 36,5 C
Mata : Konjungtiva anemis, sklera ikterik
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran KGB
Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Buncit, tegang, H/L sulit dinilai, Venektasi (-), Nte (-), Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-/+/+, flapping tremor (+)
Assessment 1. Sirosis hati Child pugh C dengan riwayat melena, encepalopati
hepatikum grade 1
2. CAP dd/ TB paru
3. Hipokalemia susp renal loss
4. Anemia makrositik susp. e c perdarahan dd defisiensi B12/asam folat
Planning Rdx/ DPL serial, SGOT, SGPT, bilirubin, albumin serial, elektrolit serial, AGD, morfologi
darah tepi, retikulosit, SI, TIBC, Ferritin, kultur sputum, MDR, BTA, anti HCV, EGD, Feses
lengkap darah samar
Rtx/
1. Balans cairan 300cc/24jam
2. Diet lunak 1700 kkal
3. IVFD NS 500cc + KCL 50meq/24jam
4. Omeprazol 1x20mg
5. Sukralfat 4CI
6. Furosemid 1x40mg
7. Aldacton 1x200mg
8. Curcuma 3x20mg
9. Hp Pro 3x1
10. Hepamerz 3x1
11. Cefotaxim 3x1gr
12. Azitromycin 1x500mg
13. KSR 3x600
14. Lactulac 1CI
4. Follow Up Tanggal 20 Desember 2012
Subjektif Bengkak (+), BAB hitam (+), BAK normal
Objektif TSS. CM.
TD : 100/80 FN : 88 x/menit RR : 20 x/menit T : 36,3 C
Mata : Konjungtiva anemis, sklera ikterik
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran KGB
Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Buncit, tegang, venektasi (-), H/L sulit dinilai, Nte (-), Bising usus (+) normal,
LP 97cm
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-/+/+, flapping tremor (+)
Assessment 1. Melena susp ec PVO
2. Sirosis hati Child pugh C dengan riwayat melena, encepalopati
hepatikum grade 1, Hipertensi porta.
3. CAP dd/ TB paru
4. Hipokalemia susp ec renal loss
5. Anemia makrositik susp e c perdarahan dd defisiensi B12/Asam folat
Planning Rdx/ UL, elektrolit, albumin, globulin, DPL, bilirubin, EGD
Rtx/
1. Balans cairan 300cc/24jam
2. Diet lunak 1700 kk
3. IVFD NS 500cc + KCL 50meq/24jam
4. Omeprazol 1x20mg
5. Sukralfat 4CI
6. Furosemid 1x40mg
7. Aldacton 1x200mg
8. Curcuma 3x20mg
9. Hp Pro 3x1
10. Cefotaxim 3x1gr
11. Azitromycin 1x500mg
12. KSR 3x600
13. Lactulac 1CI
14. Pasang NGT, alirkan, jika jernih, diet cair 6x200cc
6. Follow Up Tanggal 21 Desember 2012
Subjektif Perut panas, mual (-), BAB hitam (-)
Objektif TSS. CM.
TD :110/80 FN : 96 x/menit RR : 20 x/menit T : 37 C
Mata : Konjungtiva anemis, sklera ikterik
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran KGB
Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Buncit, tegang, H/L tidak teraba, Nte (-), Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-/+/+
NGT kehijauan
Assessment 1. Sirosis hati Child pugh C dengan riwayat melena, encepalopati
hepatikum grade 1, Hipertensi porta.
2. Susp pancreatitis akut
3. CAP dd/ TB paru
4. Anemia makrositik e c perdarahan
Planning Rdx/ Retikulosit, amilase lipase, DPL, diffcount, EGD
Rtx/
1. Balans cairan 300cc/24jam
2. Puasa
3. IVFD D10% 500cc/24jam
4. Furosemid 1x40mg
5. Aldacton 1x200mg
6. Curcuma 3x200mg
7. Hp Pro 3x1
8. Omeprazol 1x20mg
9. Hepamerz 3x1
10. Sukralfat 4CI
11. Lactulac 1CI
12. Cefotaxim 3x1gr
13. Azitromycin 1x500mg
14. Vitamin K 3x1
6. Follow Up Tanggal 26 Desember 2012
Subjektif Perut nyeri, BAK sedikit, nyeri (-), BAB sedikit dan berwarna hitam, sesak (-), hasil NGT
masih hijau, mual (-), muntah (-), os mengaku sulit tidur.
Objektif TSS. CM.
TD : 90/60 FN : 90 x/menit RR : 20 x/menit T : 36,9 C
Mata : Konjungtiva anemis, sklera ikterik
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran KGB
Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Buncit, tegang, H/L tidak teraba, Nte (+), Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-/-/-
Assessment 1. Sirosis hati Child pugh C dengan riwayat melena, encepalopati
hepatikum grade 1, Hipertensi porta.
2. Ileus paralitik e c asites
3. CAP dd/ TB paru
4. Anemia makrositik e c perdarahan
Planning Rdx/ EGD, elektrolit, Ca, Mg, Bilirubin, Albumin
Rtx/
1. Balans cairan 300cc/24jam
2. Diet cair 3x200cc
3. IVFD D10% 500cc/12jam
4. Furosemid 1x40mg
5. Aldacton 1x200mg
6. Curcuma 3x200mg
7. Hp Pro 3x1
8. Omeprazol 1x20mg
9. Hepamerz 3x1
10. Sukralfat 4CI
11. Lactulac 1CI
12. Cefotaxim 3x1gr
13. Azitromycin 1x500mg
14. Vitamin K 3x1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Sirosis Hepatis
Istilah Sirosis (Cirrhosis) diperkenalkan oleh Laennec pada tahun 1819. Sirosis
berasal dari bahasa Yunani yaitu ”kirrhos” yang berarti kuning jingga.
Pengertian sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir
fibrosis hepatik yang berlangsung progresif, ditandai hilangnya pita-pita jaringan fibrosa
yang terjalin difus yang membagi parenkim hati menjadi daerah-daerah mikronodular
atau makronodular dan pembentukan nodulus regeneratif.
B. Klasifikasi Sirosis Hepatis
Sirosis secara konvensional diklasifikasikan berdasarkan ukuran nodul, yaitu :
makronodular (besar nodul lebih dari 3 mm)
mikronodular (besar nodul kurang dari 3 mm)
campuran mikro dan makronodular.
Selain itu juga diklasifikasikan berdasarkan etiologis dan morfologis, yaitu :
1. Alkoholik
2. Kriptogenk dan post hepatitis (pasca nekrosis)
3. Biliaris
4. Kardiak
5. Metabolik, keturunan, dan terkait obat.
C. Etiologi Sirosis Hepatis
Etiologi dari sirosis hati disajikan dalam tabel 1. Di negara barat yang tersering akibat
alkoholik sedangkan di Indonesia terutama akibat infeksi virus hepatitis B dan C. Hasil
Penelitian di Indonesia menyebutkan virus hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar 40-
50%, virus hepatitis C sebesar 30-40%, sedangkan 10-20% penyebabnya tidak diketahui
dan termasuk kelompok virus bukan B dan C.
Tabel 1 Sebab-Sebab Sirosis dan atau Penyakit Hati Kronik
1. Penyakit Infeksi a. Bruselosis
b. Ekinokokus
c. Skistosomiasis
d. Toksoplasmosis
e. Hepatitis Virus
2. Penyakit Keturunan dan Metabolik a. Defisiensi antitripsin
b. Sindrom Fanconi
c. Galaktosemia
d. Penyakit Gaucher
e. Penyakit simpanan Glikogen
f. Hemokromatosis
g. Intoleransi Fluktosa Herediter
h. Tirosinemia Herediter
i. Penyakit Wilson
3. Obat dan Toksin a. Alkohol
b. Amiodaron
c. Arsenik
d. Obstruksi Bilier
e. Penyakit perlemakan hati non alkoholik
f. Sirosis bilier primer
g. Kolangitis sklerosis primer
4. Penyebab lain atau tidak terbukti a. Penyakit usus inflamasi kronik
b. Fibrosis kistik
c. Pintas jejunoileal
d. Sarkoidosis
D. Epidemiologi Sirosis Hepatis
Lebih dari 40 % pasien sirosis asimptomatis. Keseluruhan insiden sirosis di Amerika
diperkirakan 360 per 100.000 penduduk. Penyebabnya sebagian besar akibat penyakit hati
alkoholik maupun infeksi virus kronik. Hasil penelitian lain menyebutkan perlemakan
hati akan mengakibatkan steatohepatitis nonalkoholik (NASH,prevalensi 4%) dan
berakhir dengan sirosis hati dengan prevalensi 0.3%. prevalensi sirosis hepatis akibat
steatohepatitis alkoholik dilaporkan 0.3% juga. Di Indonesia data prevalensi sirosis hati
belum ada, hanya laporan-laporan dari beberapa pusat pendidikan saja. Di RS Dr. Sardjito
Yogyakarta jumlah pasien sirosis hati berkisar 4,1 % dari pasien yang dirawat di Bagian
Penyakit Dalam dalam kurun waktu saru tahun (2004). Di Medan, dalam kurun waktu 4
tahun dijumpai pasien sirosis hati sebanyak 819 (4%) pasien dari seluruh pasien di Bagian
Penyakit Dalam.
E. Patogenesis Sirosis Hepatis
Sirosis alkoholik atau secara historis disebut sirosis Laennec ditandai oleh
pembentukan jaringan parut yang difus, kehilangan sel-sel hati yang uniform, dan sedikit
nodul degeneratif. Sehingga kadang-kadang disebut sirosis mikronodular.Sirosis
mikronodular dapat pula diakibatkan oleh cedera hati lainnya. Tiga lesi hati utama akibat
induksi alkohol adalah 1) Perlemakan hati alkoholik, 2) Hepatitis Alkoholik, dan 3)
Sirosis alkoholik.
1. Perlemakan hati alkoholik
Steatosis atau perlemakan hati, hepatosit teregang oleh vakuola lunak dalam
sitoplasma berbentuk makrovesikel yang mendorong inti hepatosit ke membran sel.
2. Hepatitis Alkoholik
Fibrosis perivenular berlanjut menjadi sirosis panlobular akibat masukan alkohol dan
destruksi hepatosit yang berkepanjangan. Fibrosis yang terjadi dapat berkontraksi di
tempat cedera dan merangsang pembentukan kolagen. Di daerah periportal dan
perisentral timbul septa jaringan ikat seperti jaring yang akhirnya menghubungkan
triad porta dengan vena sentralis. Jalinan jaringan ikat halus ini mengelilingi massa
kecil sel hati yang masih ada yang kemudian mengalami regenerasi dan membentuk
nodulus. Namun demikian kerusakan sel yang terjadi melebihi perbaikannya.
Peimbunan kolagen terus berlanjut, ukuran hati mengecil, berbenjol-benjol (nodular)
menjadi keras, terbentuk sirosis alkoholik.
Mekanisme cedera hati alkoholik masih belum pasti. Diperkirakan
mekanismenya sebagai berikut :
1) Hipoksia sentrilobular, metabolisme asetaldehid etanol meningkatkan konsumsi
oksigen lobular, terjadi hipoksemia relatif dan cedera sel di daerah yang jauh dari
aliran darah yang teroksigenasi (misal daerah perisentral)
2) Infiltrasi/aktivitas netrofil, terjadi pelepasan chemoattractants netrofil oleh
hepatosit yang memetabolisme etanol. Cedera jaringan dapat terjadi dari netrofil
dan hepatosit yang melepaskan intermediet oksigen reaktif, proteasa dan sitokin
3) Formasi acetaldehyde-protein adducts berperan sebagai neoantigen, dan
menghasilkan limfosit yang tersensistisasi serta antibodi spesifik yang menyerang
hepatosit pembawa antigen ini
4) Pembentukan radikal bebas oleh jalur alternatif dari metabolisme etanol, disebut
sistem yang mengoksidasi enzim mikrosomal.
Patogenesis fibrosis alkoholik meliputi banyak sitokin, antara lain faktor nekrosis
tumor, interleukin-1, PDGF, dan TGF-beta. Asetaldehid kemungkinan mengaktifasi
sel stelata tetapi bukan suatu faktor patogenik utama pada fibrosis alkoholik.
3. Sirosis Hati Pasca Nekrosis
Gambaran patologi hati biasanya mengkerut, berbentuk tidak teratur, dan
terdiri dari nodulus sel hati yang dipisahkan oleh pita fibrosis yang padat dan lebar.
Gambaran mikroskopik konsisten dengan gambaran makroskopik. Ukuran nodulus
sangat bervariasi, dengan sejumlah besar jaringan ikat memisahkan pulau
parenkimregenerasi yang susunannya tidak teratur.
Patogenesis sirosis hati menurut penelitian terakhir, memperlihatkan adanya
peranan sel stelata. Dalam keadaan normal sel stelata mempunyai peran dalam
keseimbangan pembentukan matriks ekstraselular dan proses degradasi. Pembentukan
fibrosis menunjukkan perubahan proses keseimbangan. Jika terpapar faktor tertentu
yang berlangsung secara terus menerus (misal:hepatitis virus, bahan-bahan
hepatotoksik), maka sel stelata akan menjadi sel yang membentuk kolagen. Jika
proses berjalan terus maka fibrosis akan berjalan terus di dalam sel stelata, dan
jaringan hati yang normal akan diganti oleh jaringan ikat.
Sirosis hati yang disebabkan oleh etiologi lain frekuensinya sangat kecil
sehingga tidak dibicarakan di sini.
F. Tanda dan Gejala Sirosis Hepatis
Gejala-gelaja Sirosis
Stadium awal sirosis sering tanpa gejala sehingga kadang ditemukan sewaktu pasien
melakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau karena kelainan penyakit lain. Gejala awal
sirosis kompensata meliputi perasaan mudah lelah dan lemas, selera makan berkurang,
perasaan perut kembung, mual, berat badan menurun, pada laki-laki dapat dijumpai
impotensi, testis mengecil, buah dada membesar, hilangnya dorongan seksualitas. Bila
sudah lanjut (dekompensata) gejala-gejala lebih menonjol terutama bila timbul
komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta, meliputi hilangnya rambut badan,
gangguan tidur dan demam tak begitu tinggi. Mungkin disertai adanya gangguan
pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis, perdarahan gusi, gangguan silus haid,
ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat, muntah darah dan melena,
perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi sampai koma.
G. Gambaran Laboratoris
Adanya sirosis dicurigai bila ada kelainan pemeriksaan laboratorium pada waktu
seseorang memeriksakan kesehatan rutin, atau waktu skrining untuk evaluasi keluhan
spesifik. Tes fungsi hati meliputi aminotransferase, alkali fosfatase, gamma glutamil
transpeptidase, bilirubin, albumin, dan waktu protrombin.
1) Aspartat aminotransferase (AST)/Serum Glutamil Oksalo Asetat (SGOT) dan Alanin
aminotransferase (ALT)/ Serum Glutamil Piruvat Asetat (SGPT) meningkat tapi tidak
begitu tinggi. AST lebih meningkat daripada ALT, namun bila transaminase normal
tidak mengenyampingkan adanya sirosis.
2) Alkali Fosfatase, meningkat kut=rang dari 2 sampai 3 kali batas normal atas.
Konsentrasi yang tinggi bisa ditemukan pada pasien kolangitis sklerosis primer dan
sirosis bilier primer.
3) Gamma-glutamil transpeptidase (GGT), konsentrasinya seperti halnya alkali fosfatase
pada penyakit hati. Konsentrasinya tinggi pada penyakit hati alkoholik kronik, karena
alkohol selain menginduksi GGT mikrosomal hepatik, juga bisa menyebabkan
bocornya GGT dari hepatosit.
4) Bilirubin, konsentrasinya bisa normal pada sirosis hati kompensata, tapi bisa
meningkat pada sirosis yang lanjut.
5) Albumin, sintesisnya terjadi di jaringan hati, konsentrasinya menurun sesuai dengan
perburukan sirosis.
6) Globulin, konsentrasinya meningkat pada sirosis. Akibat sekunder dari pintasan,
antigen bakteri dari sistem porta ke jaringan limfoid, selanjutnya mengimduksi
produksi imunoglobulin.
7) Protrombin time mencerminkan derajat/tingkatan disfungsi sintesis hati, sehingga
pada sirosis hati akan memanjang.
8) Natrium serum menurun terutama pada sirosis dengan asites, dikaitkan dengan
ketidakmampuan ekskresi air bebas.
9) Kelainan hematologi anemia, penyebabnya bisa bermacam-macam. Anemia dengan
trombositopenia, leukopenia, dan netropenia akibat splenomegali kongestif berkaitan
dengan hipertensi porta sehingga terjadi hipersplenisme
10) Pemeriksaan radiologis barium meal dapat melihat varises untuk konfirmasi adanya
hipertensi porta. USG sudah secara rutin digunakan karena [emeriksaannya noninvasif
dan mudah digunakan, namun sensitivitasnya kurang. Pemeriksaan hati yang bisa
dinilai dengan USG meliputi sudut hati, permukaan hati, ukuran, homogenitas, dan
adanya massa. Pada sirosis lanjut, hati mengecil dan nodular, permukaanya irregular,
dan ada peningkatan ekogenitas parenkim hati. Selain itu USG juga bisa melihat
asites, splenomegali, trombosis vena porta dan pelebaran vena porta, serta skrining
adanya karsinoma hati pada pasien sirosis.
11) Tomografi komputerisasi informasinya sama dengan USG, tidak rutin digunakan
karena biayanya relatif mahal
12) Magneting Resonance Imaging, peranannya tidak jelas dalam mendiagnosis sirosis
selain mahal biayanya.
H. Komplikasi Sirosis Hepatis
Morbiditas dan mortalitas sirosis tingi akibat komplikasinya. Kualitas hidup pasien
sirosis diperbaiki dengan pencegahan dan penanganan komplikasinya. Komplikasinya
yang sering dijumpai antara lain peritonitis bakterial spontan, yaitu infeksi cairan asites
oleh satu jenis bakteri tanpa ada bukti infeksi sekunder intra abdominal. Biasanya pasien
ini tanpa gejala, namun dapat timbul demam dan nyeri abdomen.
Pada sindrom hepatorenal, terjadi gangguan fungsi ginjal akut berupa oliguri,
peningkatan ureun dan kreatinin tanpa adanya kelainan organik ginjal. Kerusakan hati
lanjut menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang berakibat penurunan filtrasi
glomerulus.
Salah satu manifestasi hipertensi porta adalah varises esofagus. 20-40% pasien
sirosis dengan varises esofagus pecah yang menimbulkan perdarahan. Angka
kematiannya sangat tinggi, 2/3 nya akan meninggal dalam waktu satu tahun walaupun
telah dilakukan penanggulangan beberapa cara untuk menanggulanginya.
Ensefalopati hepatik, merupakan kelainan neuropsikiatrik akibat disfungsi
hati.mula-mula ada gangguan tidur (insomnia dan hipersomnia), selanjutnya dapat timbul
gangguan kesadaran yang berlanjut sampai koma.
Pada sindrom hepatopulmonal terdapat hidrotoraks dan hipertensi portopulmonal.
I. Prognosis
Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor, meliputi etiologi,
beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit hati yang menyertai. Klasifikasi Child-
Pugh (Tabel 2), juga untuk menilai prognosis pasien sirosis yang akan menjalani operasi,
variabelnya meliputi konsentrasi bilirubin, albumin, ada tidaknya asites dan ensefalopati
juga PT (Prothrombin Time). Klasifikasi ini terdiri dari Child A, B, dan C. Klasifikasi
Child-Pugh berkaitan dengan kelangsungan hidup. Angka kelangsungan hidup selama
satu tahun untuk pasien dengan Child A, B, dan C berturut-turut 100, 80, dan 45 %.
Tabel 2. Klasifikasi Child-Pugh
No. Derajat Kerusakan Minimal (1 poin) Sedang (2 poin) Berat (3 poin)
1. Bilirubin serum (mo.mol/dl)Bilirubin serum (mg/dL)
<35<2
35-502-3
>50>3
2. Albumin serum (gr/dl) >3.5 2.8-3.5 <2.8
3. Asites Tidak ada Mudah dikontrol Sulit dikontrol
4. Ensefalopati Tidak ada Minimal(grade 1-2)
Berat(grade 3-4)
5. Prothrombin time (detik>normal)
1-3 4-6 >6
or INR <1.7 1.8-2.3 >2.3
Klasifikasi
Klasifikasi A B C
Poin total 5-6 7-9 10-15
Tabel 3. Klasifikasi Ensefalopati Hepatikum
Grade I Altered mood/behaviour, sleep disturbance
Grade II Increasing drowsiness, confusion, slurred speech
Grade III Stupor, incoherence, restlessness, significant confusion
Grade IV Coma
Penilaian prognosis yang terbaru adalah Model End Stage Liver Disease (MELD)
digunakan untuk pasien sirosis yang akan dilakukan transplantasi hati.
J. Tatalaksana
Etiologi sirosis mempengaruhi penanganan sirosis. Terapi ditujukan mengurangi progresi
penyakit, menghindarkan bahan-bahan yang bisa menambah kerusakan hati, pencegahan
dan penanganan komplikasi. Bilamanana tidak ada koma hepatik diberikan diet yang
mengandung protein 1g/kgBB dan kalori sebanyak 2000-3000 kkal/hari.
Tatalaksana pasien sirosis yang masih kompensata ditujukan untuk mengurangi
progresi lerusakan hati. Terapi pasien ditujukan untuk menghilangkan etiologi,
diantaranya : alkohol dan bahan-bahan lain yang toksik dan dapat mencederai hati
dihentikan penggunaannya, pemberian asetaminofen, kolkisin, dan obat herbal bisa
menghambat kolagenik.
Pada hepatitis autoimun bisa diberikan steroid atau imunosupresif. Pada
hemokromatosis flebotomi setiap minggu sampai konsentrasi besi menjadi normal dan
diulang sesuai kebutuhan. Pada penyakit hati nonalkoholik, menurunkan berat badan akan
mencegah terjadinya sirosis.Pada hepatitis B, interferon alfa dan lamivudin (analog
nukleosida) merupakan terapi utama. Lamivudin sebagai terapi lini pertama diberikan 100
mg secara oral setiap hari selama satu tahun. Namun pemberian lamivudin setelah 9-12
bulan menimbulkan mutasi YMDD sehingga terjadi resistensi obat. Interferon alfa
diberikan secara suntikan subkutan 3 MIU, tiga kali seminggu selama 4-6 bulan, namun
ternyata juga banyak yang kambuh.
Pada hepatitis C kronik, kombinasi interferon dengan ribavirin merupakan terapi
standar. Interferon diberikan secara suntikan subkutan dengan dosis 5 MIU tiga kali
seminggu dan dikombinasikan ribavirin 800-1000 mg/hari selama 6 bulan.
Pada pengobatan fibrosis hati, pengobatan antifibrotik pada saat ini lebih mengarah
kepada peradangan dan tidak terhadap fibrosis. Di masa datang, menempatkan sel stelata
sebagai target pengobatan dan mediator fibrogenik akan merupakan terapi utama.
Pengobatan untuk mengurangi aktivasi dari sel stelata bisa merupakan salah satu pilihan.
Interferon mempunyai aktivitas antifibrotik yang dihubungkan dengan pengurangan
aktivasi sel stelata. Kolkisin memiliki efek anti peradangan dan mencegah pembentukan
kolagen, namun belum terbukti dalam penelitian sebagai anti fibrosis dan sirosis.
Metotrksat dan vitamin A juga dicobakan sebagai anti fibrosis. Selain itu, obat-obatan
herbal juga sedang dalam penelitian.
Asites
Tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2 gram atau
90mmol/hari. Diet rendah garam dikombinasikan dengan obat-obatan diuretik.
Awalnya dengan pemberian spironolakton dengan dosis 100-200 mg sekali sehari.
Respons diuretik bsa dimonitor dengan penurunan BB 0,5kg/hari tanpa adanya edema
kaki atau 1kg/hari dengan adanya edema kaki. Bilamana pemberian spironolakton
tidak adekuat bisa dikombinasikan dengan furosemid dengan dosis 20-40 mg/hari.
Pemberian furosemid bisa ditambah dosisnya bila tidak ada respons, maksimal
dosisnya 160mg/hari. Parasentesis dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran
asites bisa hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian albumin.
Ensefalopati Hepatik
Laktulosa membantu pasien untuk mengeluarkan amonia. Neomisin bisa digunakan
untuk mengurangi bakteri usus penghasil amonia, diet protein dikurangi sampai 0,5
gram/kgBB/hari, terutama diberikan yang kaya asam amino rantai cabang.
Varises Esofagus
Sebelum berdarah dan sesudah berdarah bisa diberikan obat penyekat beta
(propanolol). Waktu perdarahan akut, bisa diberikan preparat somatostatin atau
oktreotid, diteruskan dengan tindakan skleroterapi atau ligasi endoskopi.
Peritonitis bakterial spontan, diberikan antibiotika seperti cefotaxim IV,
amoksilin, atau aminoglikosida.
Sindrom hepatorenal, mengatasi perubahan sirkulasi darah di hati, mengatur
keseimbangan garam dan air.
Transplantasi hati, terapi definitif pada pasien sirosis dekompensata. Namun
sebelum dilakukan transplantasi ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi resipien
dahulu.
BAB 3
ANALISA KASUS
Sirosis Hati adalah kemunduran fungsi liver yang permanen yang ditandai dengan
perubahan histopatologi. Perubahan histopatologi yang terjadi menyebabkan peninggian
tekanan pembuluh darah pada sistem vena porta. Sirosis hepatis adalah penyakit dimana
sirkulasi mikro, anatomi seluruh pembuluh darah besar dan seluruh system arsitektur hati
mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan fibrosis disekitar
parenkim hati yang mengalami regenerasi.
Pada ilustrasi kasus, Pasien laki-laki, 31 tahun datang dengan keluhan perut yang
semakin lama semakin membesar sejak 4 bulan sebelum masuk rumah sakit. Keluhan perut
begah (+) dan penuh ketika makan. 2 bulan sebelum masuk rumah sakit kaki dirasa bengkak
(+), demam naik turun, demam terutama pada malam hari. BAK berwarna seperti teh. Satu
minggu sebelum masuk rumah sakit, pernah dirawat di Rumah Sakit Dompet Dhuafa
dikatakan sakit liver, pasien BAB hitam encer seperti ampas kopi 1x, susah tidur +, sesak +
terutama bila beraktifitas dan mudah lelah terutama saat berjalan jauh. Pasien sering
terbangun karena sesak dan harus menggunakan 3-4 bantal saat tidur. Pasien pernah sakit
kuning ± 3 tahun yang lalu. Riwayat diabetes mellitus sejak 1 tahun yang lalu, diobati
dengan insulin 3x10 unit. Riwayat konsumsi alkohol (+) sejak ± 15 tahun 1 botol setiap hari,
berhenti sejak ± 1 tahun yang lalu. Riwayat menggunakan tatto (+), Riwayat IVDU (+).
Masalah pada pasien ini adalah Sirosis hepatis Child Pugh C dengan asites,
hiperbilirubinemia, hipoalbuminemia, melena et causa suspect Pecah Varises Oesofagus.
Pada pasien terdapat faktor resiko terjadinya sirosis hepatis yaitu kebiasaan pasien sejak 15
tahun yang lalu dalam mengkonsumsi alkohol ± 1 botol setiap harinya. Alkohol sebagai zat
toksik yang langsung diserap oleh hati yang dapat menyebabkan perlemakan hati. Dari
anamnesis juga didapatkan faktor resiko yang lain yaitu riwayat penggunaan tatto dan
penggunaan obat-obatan terlarang suntik yang merupakan faktor resiko penularan virus
hepatitis C atau hepatitis B yang akan menginfeksi sel hati. Pada pemeriksan laboratorium
ditemukan anti HCV reaktif yang mendukung bahwa pasien menderita hepatitis C. Konsumsi
alkohol dan virus hepatitis C akan menyebabkan peradangan dan nekrosis yang luas pada
hepatoseluler, terjadi kolaps lobulus hati dan memacu timbulnya jaringan parut disertai
terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati. Jaringan parut ini dapat menghubungkan
daerah portal yang satu dengan yang lain dan juga jaringan portal dengan sentral. Beberapa
sel dapat tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai ukuran dan ini
menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran darah portal dan
menyebabkan hipertensi portal. Pada pasien sirosis akan terjadi distensi pembuluh darah yang
akan membentuk varises/hemoroid tergantung lokasinya. Adanya tekanan yang tinggi pada
hipertensi porta dapat menyebabkan ruptur dan perdarahan. Pada pasien ditemukan melena
dan muntah darah berwarna hitam 1x yang diduga akibat pecahnya varises esofagus akibat
hipertensi porta karena sirosis hepatis. Pada hasil pemeriksaan USG abdomen pasien tampak
kesan chirrosis hepatis dengan asites masif, spleenomegali dengan dilatasi vena lienalis yang
mengarah ke hipertensi porta yang mendukung dari diagnosis masalah pasien.
Hati sebagai organ yang hampir menghasilkan seluruh plasma protein, termasuk
albumin dan faktor-faktor pembekuan darah protein spesifik dan sebagian besar lipoprotein
plasma. Karena kerusakan sel hepatoseluler yang telah berubah menjadi jaringan ikat, maka
terjadi penurunan fungsi hati dalam pembentukan albumin sehingga pada pasien ditemukan
hipoalbuminemia. Albumin dalam pembuluh darah berfungsi untuk mempertahankan cairan
plasma dalam pembuluh darah. Ketika terjadi penurunan jumlah albumin yang diproduksi,
maka terjadi ekstravasasi cairan plasma ke ekstravaskular sehingga menyebabkan
penumpukan cairan dirongga peritoneal pada pasien. Pada pemeriksaan fisik pasien,
ditemukan distensi abdomen, shiffting dullness +, pitting oedema di pretibia +. Pada
pemeriksaan fisik pasien tampak ikterik dan sklera pasien interik +, hal tersebut didukung
oleh pemeriksaan laboratorium yang ditemukan peningkatan bilirubin total, direct dan
indirect. Bilirubin merupakan pigmen yang berasal dari pemecahan hemoglobin oleh sistem
retikuloendotelial termasuk sel kuffer di hati. Hepatosit mengeluarkan bilirubin dari dalam
darah dan mengubahnya menjadi bentuk yang lebih larut melalui proses konjugasi dan
disekresikan oleh hepatosit kedalam kantung empedu yang nantinya akan dibuang melalui
saluran pencernaan dan menyebabkan warna kuning pada feses. Pada pasien ini sel kuffer
gagal mengkonjugasi bilirubin didarah sehingga total bilirubin total didalam darah meningkat
dan menyebabkan warna pekat seperti teh pada urin.
Hiponatremia delusional yang menjadi masalah pada pasien ini dikarenakan
meningkatnya cairan yang membuat seolah-olah jumlah natrium yang ada menjadi lebih
rendah. Pada pasien diduga telah terjadi ensefalopati hepatikum yang di dukung dengan
anamnesis yaitu pasien mengeluhkan gangguan tidur, pada pemeriksaan fisik ditemukan
flapping tremor +.
Rencana pemeriksaan pada pasien ini adalah pemeriksaan hemostasis untuk
mengetahui adanya kelainan factor pembekuan yang disebabkan oleh penurunan factor
pembekuan dependent Vit K, akibat penurunan absorpsi Vit K akibat gangguan faal hati.
Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu secara simptomatis, suportif dan pengobatan
spesifik terhadap komplikasinya. Pada pasien ini dianjurkan tirah baring, IVFD NaCl 0,9% +
KCl 500 cc / 24 jam, diet hati 1700 kkal lunak, Omepraol 1 x 20 mg, Sukralfat 4x C1, dan
Transamin 3 x 50 g diberikan untuk mengatasi keluhan melena pada pasien.
Masalah kedua pada pasien ini adalah asites masif e.c Sirosis hepatic child Pugh C.
diberikan tatalaksana spironolakton 1 x 200 mg diuretik hemat kalium dikombinasi dengan
pemberian Furosemid 1 x 40 mg sebagai diuretik kuat untuk mengurangi asites masif pada
pasien. Curcuma 3 x 20 mg dan HP pro 3 x 1 diberikan untuk melindungi hepatosit yang
masih sehat dan mencegah kerusakan hepatosit. Pada pasien diberikan tatalaksana albumin 20
% 100 cc untuk mengatasi keadaan hipoalbumin pada pasien. Balance cairan – 300 / 24 jam
dilakukan untuk mencegah overload pada pasien. KSR 3 x 60 mg diberikan untuk mngatasi
keadaan hipokalemia pada pasien. Untuk keadaan anemia normositik normokron pada psien
diduga karen aperdarahan yang terjadi pada Pecahnya varises eosofagus. Sehingga pada
penatalaksaannya perlu dilakukan pemeriksaan darah perifer lengkap, serum iron, TIBC,
feritin dan retikulosit.
Daftar Pustaka
1. Suyono, Slamet, Prof. Dr. SpPD,KE ,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Ketiga
Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2001
2. Sudoyo, AW , dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid I. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam ; 2006
3. Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Media
Aesculapius ; 1999
4. Price&Wilson. Patofisiologi. Konsep-konsep Proses Proses Penyakit. Edisi 6 Volume 1.
Jakarta : EGC;2006
5. McPhee, Papadakis, Tierney. Lange, Current Medical Diagnosis & Treatment 46 Edition.
Mc Graw Hill ; 2007
6. Rani, Aziz, Prof, Dr. SpPD, KGEH, dkk. Panduan Pelayanan Medik Ilmu Penyakit
Dalam. Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM. Jakarta ;2004
7. Hannahs B. Cirrhosis Hepatis. In : Kasper DL, Fauci AS, Longo DL et al (eds).
Harrison’s Principles of Internal Medicine, vol IV, 13th ed. McGraw Hill Medical
Publishing Division, New York; 1994