Singkong Gajah.docx

5
Bisa Kaya Karena Singkong Gajah MONDAY, 16 JULY 2012 07:13 E-MAIL | PRINT | PDF Bagi masyarakat yang ingin menambah penghasilan lebih, atau berbisnis di sektor pertanian, boleh anda mencoba beralih bisnis pengembangan singkong gajah. Sebab komoditas ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan sangat prospek untuk dikembangkan di Kukar. Pemkab Kukar melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan saat ini sedang fokus pengembangan komoditas singkong gajah. Melihat pangsa pasar singkong gajah yang sangat potensial untuk dikembangkan memenuhi kebutuhan nasional maupun internasional dimasa yang akan datang, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sumarlan bercerita tentang progam pengembangan singkong gajah di Kukar. Menurutnya, Kukar sudah sukses memenuhi kebutuhan beras kaltim sebesar 40 %, dan saatnya pengembangan komoditas Singkong Gajah mulai digalakan dalam bidang pertanian. Komoditas pertanian jenis singkong gajah sangat potensial untuk dikembangkan, dan petani bisa sejahtera, bila menikmati panen dari komoditas singkong gajah ini. “Keuntungan dari pengembangan singkong gajah adalah untuk memenuhi kebutuhan produk pertanian sebagai makanan alternatif yang sehat dan bergizi serta manfaat dari singkong gajah adalah untuk kesediaan energy alternatif bio etanol, untuk memenuhi permintaan daerah industri atau negara maju,“ Kata Sumarlan kepada Bongkar Online, Senin (16/7/2012). Khusus untuk wilayah Kukar, hasil panen singkong gajah akan diolah menjadi tepung tapioka dalam jumlah yang besar. Karena pemkab kukar juga sudah melakukan kerja sama bisnis dengan pihak investor lokal PT Bintang Kaltim Perkasa dan sudah melakukan penandatanganan MOU atau nota kesepahaman antara kedua belah pihak, infestor sebagai penampung dan membeli singkong gajah dari petani dan pihak pemkab sebagai penyedia lahan. Mengenai Keuntungan bersih yang dapat diraih petani bisa mencapai Rp 50.000.000 sekali panen dengan jangka waktu tiga bulan per hektarenya, itupun sudah dipotong dari pendapatan kotor dan ongkos total biaya produksiyang dipergunakan mulai dari pembelian bibit, pembukaan lahan, pembelian pestisida, upah tanam, biaya angkut dan biaya tak terduga. “Setiap kali panen singkong gajah dari petani sampai ke tingkat pengepul dan perusahaan, masuk proses akhir, bisa mendapatkan penghasilan kotor sekitar Rp85 juta dipotong biaya produksi sebesar Rp35 juta hingga total keuntungan bersih yang didapat mencapai Rp50 juta Jadi menanam singkong gajah bisa bikin sejahtera,“ papar Sumarlan. Mengenai pabrik yang akan disiapkan menampung singkong gajah hasil panen para petani, sedang dibangun pabrik berlokasi di Kecamatan Kota Bangun dan Desa Jongkang, Kecamatan Loa Kulu. Untuk di Kota Bangun kapasitas mampu mengola singkong

description

produktivitas singkong gajah sangat luas biasa

Transcript of Singkong Gajah.docx

Page 1: Singkong Gajah.docx

Bisa Kaya Karena Singkong GajahMONDAY, 16 JULY 2012 07:13  E-MAIL |   PRINT   | PDF  

Bagi masyarakat yang ingin menambah penghasilan lebih, atau berbisnis di sektor pertanian, boleh anda mencoba beralih bisnis pengembangan singkong gajah. Sebab komoditas ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan sangat prospek untuk dikembangkan di Kukar.

Pemkab Kukar melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan saat ini sedang fokus pengembangan komoditas singkong gajah.

Melihat pangsa pasar singkong gajah yang sangat potensial untuk dikembangkan memenuhi kebutuhan nasional maupun internasional dimasa yang akan datang, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sumarlan bercerita tentang progam pengembangan singkong gajah di Kukar. Menurutnya, Kukar sudah sukses memenuhi kebutuhan beras kaltim sebesar 40 %, dan saatnya pengembangan komoditas Singkong Gajah mulai digalakan dalam bidang pertanian.

Komoditas pertanian jenis singkong gajah sangat potensial untuk dikembangkan, dan petani bisa sejahtera, bila menikmati panen dari komoditas singkong gajah ini.

“Keuntungan dari pengembangan singkong gajah adalah untuk memenuhi kebutuhan produk pertanian sebagai makanan alternatif yang sehat dan bergizi serta manfaat dari singkong gajah adalah untuk kesediaan energy alternatif bio etanol, untuk memenuhi permintaan daerah industri atau negara maju,“ Kata Sumarlan kepada Bongkar Online, Senin (16/7/2012).

Khusus untuk wilayah Kukar, hasil panen singkong gajah akan diolah menjadi tepung tapioka dalam jumlah yang besar. Karena pemkab kukar juga sudah melakukan kerja sama bisnis dengan pihak investor lokal PT Bintang Kaltim Perkasa dan sudah melakukan penandatanganan MOU atau nota kesepahaman antara kedua belah pihak, infestor sebagai penampung dan membeli singkong gajah dari petani dan pihak pemkab sebagai penyedia lahan.

Mengenai Keuntungan bersih yang dapat diraih petani bisa mencapai Rp 50.000.000 sekali panen dengan jangka waktu tiga bulan per hektarenya, itupun sudah dipotong dari pendapatan kotor dan ongkos total biaya produksiyang dipergunakan mulai dari pembelian bibit, pembukaan lahan, pembelian pestisida, upah tanam, biaya angkut dan biaya tak terduga.

“Setiap kali panen singkong gajah dari petani sampai ke tingkat pengepul dan perusahaan, masuk proses akhir, bisa mendapatkan penghasilan kotor sekitar Rp85 juta dipotong biaya produksi sebesar Rp35 juta hingga total keuntungan bersih yang didapat mencapai Rp50 juta Jadi menanam singkong gajah bisa bikin sejahtera,“ papar Sumarlan.

Mengenai pabrik yang akan disiapkan menampung singkong gajah hasil panen para petani, sedang dibangun pabrik berlokasi di Kecamatan Kota Bangun dan Desa Jongkang, Kecamatan Loa Kulu. Untuk di Kota Bangun kapasitas mampu mengola singkong gajah mencapai 150 ton per dua hari. Sedangkan untuk pabrik yang di Jongkang mampu menampung dan mengelola singkong gajah mencapai 50 ton per hari.

Sedangkan daerah yang akan dipilih menjadi sentra komoditas singkong gajah ada di Kota Bangun dengan luas 300 hektar, kecamatan Muara Kaman 500 hektar, sedangkan untuk kecamatan Tenggarong Seberang dengan luas 150 hektar. Harapan Distan masyarakat Kukar dapat menyambut peluang bisnis ini, agar sektor pertanian semakin jaya di Kukar

Page 2: Singkong Gajah.docx

RISTONO, DARI VARIETAS SINGKONG GAJAH UNTUK ALTERNATIF BBM

Senin, 19 Maret 2012 11:09:39 - oleh : admin

Bayangkan jika minyak bumi, gas alam, dan batu bara sebagai sumber bahan bakar minyak (BBM) yang selama ini digunakan habis. Manusia bakal tak bisa berbuat apa-apa? Itulah yang menjadi dasar Ristono melakukan penelitian tentang bahan bakar alternatif di Kaltim.

SUDAH banyak penelitian yang dilakukan para ahli untuk menemukan sumber bahan bakar alternatif. Dari sekian banyak peneliti, Prof Ristono menjadi salah satu ahli yang konsen dalam pencarian sumberdaya alam (SDA) yang dapat digunakan menjadi BBM. Apalagi setelah pelaksanaan konferensi lingkungan dunia di Bali dan pertemuan pemimpin dunia yang dikenal dengan G7 di Hokaido, yang membahas tentang bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi dan batu bara. Maka, pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah, ini menjadikan singkong sebagai tanaman penyelamat energi dunia karena dapat diubah menjadi etanol atau alkohol. Senyawa kimia yang umumnya dikenal sebagai bahan pembuat minuman keras (beralkohol). Sisi positifnya, senyawa ini dapat digunakan sebagai bahan bakar.

Hal inilah yang membuat Ristono, sejak tahun 2006, hanya berkonsentrasi meneliti jenis tanaman singkong (ubi kayu) sebagai sumber energi alternatif. Meskipun sejak tahun 1992, ia telah mengumpulkan benih singkong di Kaltim, tetapi saat itu belum melakukan penelitian kegunaan singkong sebagai bahan bakar alternatif. Saat itu, dirinya hanya konsen melakukan penelitian tentang singkong sebagai bahan perekat briket batu bara, bioetanol pengganti alkohol, serta ketahanan pangan dan energi.

Perburuan benih singkong pun dilakukannya dengan mendatangi desa bekas lokasi transmigrasi, seperti Rantau Pulung, Marang Kayu, Manggar, Anggana, Sepaku, serta di Pasir. Pengamatan pertumbuhan benih serta pembesaran umbi dilakukan sejak umur 4 bulan hingga 9 bulan.

Dari hasil pengamatan pria yang pernah menjadi pengajar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unmul ini, pada tahun 2007, dia menemukan satu varietas unggulan yang dinamakan singkong gajah. Benih ini kemudian diujicobakan ke masyarakat di Desa Bukit Parianan, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara. Juga ditanam di Desa Lamaru Balikpapan, Desa Sepaku Penajam Paser Utara, Berau, Malinau, Paser, dan di Universitas Borneo Tarakan.

“Dari hasil penanaman, hasilnya sangat memuaskan. Berat umbi singkong rata-rata saat berumur 4 bulan hingga 9 bulan berkisar antara 15 hingga 46 kilogram. Sedangkan berat umbi singkong biasa pada umur 4 bulan hingga 9 bulan, umumnya hanya 2 hingga 5 kilogram,” jelas alumni Universitas Tokyo, Jepang ini.

Upaya memanfaatkan hasil pengamatan bersama Borneo Environmental Community (BEC) ternyata tak semulus yang dibayangkan. Banyak kendala dalam pengembangan singkong gajah.

“Modal yang diperlukan cukup besar, khususnya untuk pembukaan dan penyiapan lahan, serta pembelian bibit, pupuk, pemeliharaan, dan pasca panen. Per hektarenya diperlukan dana Rp 10 juta hingga Rp 20 juta,” papar Ristono.

Namun tantangan itu tak membuatnya menyerah. Bersama Bambang Pranghutomo, Faisal Ahmad, dan Puji Astuti, bekerjasama dengan Pemkot Balikpapan menggelar seminar bertopik Peluang Bisnis Bioetanol di Kalimantan Timur. Kesempatan bagi BEC untuk memamerkan singkong gajah sebagai bahan baku yang cocok dikembangkan di Kaltim. Pada waktu itu varietas unggul dalam produksi di atas 100 ton per hektare.

Page 3: Singkong Gajah.docx

Seminar ini berujung pada antusiasme masyarakat yang cukup besar dengan meminta BEC untuk menyebarkan bibit dan teknologi ke masyarakat luas. Tak hanya diminta secara perorangan, namun banyak juga organisasi yang meminta mereka memberikan seminar maupun berdiskusi.

“Kata orang, kesempatan tidak datang dua kali,” tutur Ristono yang menjabat sebagai ketua umum BEC.

Kini, BEC memiliki banyak koleksi singkong unggulan yang diberi nama oleh BEC sebagai Singkong Gajah. Keunggulan varietas ini terletak pada berat umbi, kemudahan penanaman, bisa langsung dikonsumsi sebagai bahan makanan pengganti beras dengan rasa ketan, dan umur panen yang hanya memakan waktu 6 hingga 9 bulan. Benih singkong gajah kini telah tersebar dan dikembangkan oleh BEC di 8 kabupaten kota di Kaltim, seperti Samarinda, Balikpapan, Penajam Paser Utara, Paser, Kutai Kartanegara, Tarakan, Malinau, dan Nunukan.

“Jika ada kabupaten kota lainnya yang mau bekerjasama dengan kami, tentu kami siap membantu menjelaskan dari proses penanaman hingga pemanenan,” terang pria yang kini telah berusia 59 tahun ini.

Singkong Jadi Etanol

Singkong sebagai bahan baku nabati (BBN) dapat diolah menjadi bioetanol pengganti premium. Pati yang terdapat di dalam singkong merupakan senyawa karbohidrat yang dapat diubah menjadi glukosa dengan bantuan cendawan Aspergillus sp. Setelah menjadi gula baru diubah menjadi etanol melalui proses difermentasi.

Tahapan pembuatan bioetanol berbahan dasar singkong, dengan cara mengupas singkong kemudian dipotong kecil kemudian mengawetkan singkong dengan cara dikeringkan hingga kadar air 6 persen (gaplek).

Setelah itu, gaplek dimasukkan ke dalam tangki berkapasitas 120 liter sebanyak 25 kilogram. Selanjutnya ditambahkan air hingga mencapai volume 100 liter dan dipanaskan hingga suhu mencapai 100 derajat celsius dan diaduk selama 30 menit sampai mengental.

Bubur gaplek kemudian dimasukkan kedalam tangki skarifikasi (proses penguraian pati menjadai glukosa), kemudian dimasukkan cendawan Aspergillus sp sebagai pengurai setelah bubur dalam keadaan dingin. Tiap 100 liter bubur pati diperlukan 10 liter larutan cendawan Aspergillus sp atau 10 persen dari bubur.

Setelah dua jam air akan terpisah dari endapan gula kemudian difermentasi. Tangki fermentasi ditutup rapat umtuk mencegah kontaminasi. Proses fermentasi secara anaerob (tidak membutuhkan udara) pada suhu 28 derajat hingga 32 derajat.

Setelah 2 – 3 hari larutan pati berubah menjadi 3 lapisan, yaitu, lapisan terbawah berupa endapan protein, lapisan tengah air dan lapisan teratas etanol. Hasil fermentasi disebut bir yang mengandung 6 – 12 % etanol. Bir kemudian disedot dan dipisahkan dari endapan protein dengan disaring.

Bir kemudian disuling (destilasi) untuk memisahkan etanol dari air pada suhu 78 derajat celsius. Dari penyulingan dihasilkan etanol 95 persen. Untuk dapat larut dalam bensin diperlukan etanol 99 persen (etanol kering) sehingga dilakukan destilasi absorbent dengan cara etanol kering dipanaskan pada suhu 100 derajat selsius dan dihasilkan 10 liter etanol kering. (*)