Sindrom Nefrotik Pediatrik

download Sindrom Nefrotik Pediatrik

of 12

Transcript of Sindrom Nefrotik Pediatrik

  • 7/25/2019 Sindrom Nefrotik Pediatrik

    1/12

    1. Latar Belakang

    Sindrom nefrotik (SN) merupakan penyakit ginjal terbanyak pada anak.

    SN adalah suatu kumpulan gejala yang ditandai dengan adanya proteinuria,

    hipoproteinemia, edema, dan hiperlipidemia. Sindrom nefrotik merupakan

    penyakit ginjal yang mengenai glomerulus. Angka kejadian sindrom nefrotik di

    Amerika Serikat mencapai 2- kasus per !"".""" pada anak usia di ba#ah !$

    tahun. %re&alensi kumulatifnya adalah !$ kasus per !"".""" anak.! Angka

    kejadian sindrom nefrotik di 'ndonesia dilaporkan terdapat $ per !"".""" anak per

    tahun. %erbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2!.2 Sindrom

    nefrotik kelainan minimal (SN*) terjadi pada +-" pasien di ba#ah usia $

    tahun. /erdasarkan catatan di 0S1% dr. ariadi Semarang, terdapat ! kasus

    sindrom nefrotik pada anak selama bulan anuari-uni 2"".3

    Sindrom nefrotik yang paling banyak dijumpai pada anak (usia 2-!4

    tahun) adalah sindrom nefrotik primer, yaitu jenis Sindrom Nefrotik elainan

    *inimal (SN*) yang mencapai +.4%ada anak usia kurang dari 2 tahun, jenis

    sindrom nefrotik berkaitan dengan sindrom nefrotik kongenital, sedangkan anak

    usia lebih dari !4 tahun berkaitan dengan penyakit ginjal sekunder. Namun, pada

    umumnya klasifikasi yang sering digunakan adalah berdasarkan respon terapi

    terhadap steroid yaitu Sindrom Nefrotik Sensitif Steroid (SNSS) dan Sindrom

    Nefrotik 0esisten Steroid (SN0S).

    *anifestasi klinis dari sindrom nefrotik yang utama adalah protenuria.

    %ronteinuria akan menyebabkan manifestasi klinik lainnya, seperti edema,

    hipoalbuminemia, dan hiperkolesterolemia. ondisi hipoalbuminemia ini

    menyebabkan manifestasi klinik selanjutnya yaitu edema yang akan berkaitan

    pula dengan kondisi berat badan anak dengan sindrom nefrotik tersebut.

    1. Definisi

    Sindrom nefrotik merupakan suatu penyakit ginjal yang terbanyak pada

    anak.4 %enyakit tersebut ditandai dengan sindrom klinik yang terdiri dari

    beberapa gejala yaitu proteinuria masif (54" mg6m27%/6jam atau rasio

    1

  • 7/25/2019 Sindrom Nefrotik Pediatrik

    2/12

    protein6kreatinin pada urin se#aktu 52 mg6mg atau dipstick 8 29),

    hipoalbuminemia : 2, g6d7, edema, dan hiperkolesterolemia.

    2. Etiologi

    /erdasarkan etiologinya, sindrom nefrotik dibagi menjadi tiga, yaitu

    kongenital, primer atau idiopatik, dan sekunder.

    !) ongenital

    %enyebab dari sindrom nefrotik kongenital atau genetik adalah!!

    -Finnish-type congenital nephrotic syndrome (NPHS1, nephrin)

    -Denys-Drash syndrome (WT1)-Frasier syndrome (WT1)

    -Diffuse mesangial sclerosis (WT1, P!"1)

    -#utosomal recessi$e, familial FS%S (NPHS&, podocin)

    -#utosomal dominant, familial FS%S (#!TN', ;-actinin-4< T(P!))

    -Nail-patella syndrome (*+1)

    -Pierson syndrome (#*&)

    - Schimke immuno-osseous dysplasia (S*#(!#1)+

    - %alloay-*oat syndrome

    - .culocere/rorenal 0oe syndrome

    2) %rimer

    /erdasarkan gambaran patologi anatomi, sindrom nefrotik primer atau idiopatik

    adalah sebagai berikut

    - Sindrom Nefrotik elainan *inimal (SN*)

    - =lomerulosklerosis fokal segmental (=S>S)

    -*esangial Proliferati$e Difuse 0*PD

    - =lomerulonefritis *embranoproliferatif (=N*%)

    - Nefropati *embranosa (=N*)

    3) Sekunder

    Sindrom nefrotik sekunder mengikuti penyakit sistemik, antara lain sebagai

    berikut

    - lupus erimatosus sistemik (7?S)

    - keganasan, seperti limfoma dan leukemia

    - &askulitis, seperti granulomatosis @egener (granulomatosis dengan

    poliangitis), sindrom hurg-Strauss (granulomatosis eosinofilik dengan

    2

  • 7/25/2019 Sindrom Nefrotik Pediatrik

    3/12

    poliangitis), poliartritis nodosa, poliangitis mikroskopik, purpura Benoch

    Schonlein

    - 2mmune comple3 mediated, seperti post streptococcal 0postinfectious

    glomerulonephritis

    3. Batasan

    /erikut ini adalah beberapa batasan yang dipakai pada sindrom nefrotik

    !) 0emisi

    Apabila proteinuri negatif atau trace (proteinuria C 4 mg6m27%/6jam) 3 hari

    berturut-turut dalam satu minggu, maka disebut remisi.

    2) 0elaps

    Apabila proteinuri 8 29 ( 54" mg6m27%/6jam) 3 hari berturut-turut dalam satu

    minggu, maka disebut relaps.

    3) Sindrom nefrotik relaps jarang

    Sindrom nefrotik yang mengalami relaps C 2 kali dalam $ bulan sejak respons

    a#al atau C 4 kali dalam ! tahun.

    4) Sindrom nefrotik relaps sering (fre4uent relaps)

    Sindrom nefrotik yang mengalami relaps 8 2 kali dalam $ bulan sejak respons

    a#al atau 8 4 kali dalam ! tahun.

    ) Sindrom nefrotik dependen steroid

    0elaps 2 D berurutan pada saat dosis steroid diturunkan (alternating) atau

    dalam !4 hari setelah pengobatan dihentikan.

    $) Sindrom nefrotik sensitif steroid (SNSS)

    0emisi terjadi pada pemberian prednison dosis penuh selama 4 minggu.

    ) Sindrom nefrotik resisten steroid (SN0S)

    Eidak terjadi remisi pada pengobatan prednison dosis penuh (full dose) 2

    mg6kgbb6hari selama 4 minggu.

    4. Klasifikasi

    Ada beberapa macam pembagian klasifikasi pada sindrom nefrotik.

    *enurut berbagai penelitian, respon terhadap pengobatan steroid lebih sering

    3

  • 7/25/2019 Sindrom Nefrotik Pediatrik

    4/12

    dipakai untuk menentukan prognosis dibandingkan gambaran patologi anatomi.

    /erdasarkan hal tersebut, saat ini klasifikasi SN lebih sering didasarkan pada

    respon klinik, yaitu

    !) Sindrom nefrotik sensitif steroid (SNSS)

    2) Sindrom nefrotik resisten steroid (SN0S)

    5. Manifestasi Klinis dan Klasifikasi

    elainan pokok pada sindrom nefrotik adalah peningkatan permeabilitas

    dinding kapiler glomerulus yang menyebabkan proteinuria masif dan

    hipoalbuminemia. %ada biopsi, penipisan yang luas dari prosesus kaki podosit

    (tanda sindrom nefrotik idiopatik) menunjukkan peran penting podosit. Sindrom

    nefrotik idiopatik berkaitan pula dengan gangguan kompleks pada sistem imun,

    terutama imun yang dimediasi oleh sel E. %ada focal segmental

    glomerulosclerosis (>S=S), faktor plasma, diproduksi oleh bagian dari limfosit

    yang terakti&asi, bertanggung ja#ab terhadap kenaikan permeabilitas dinding

    kapiler. Selain itu, mutasi pada protein podosit (podocin, ;-actinin 4) dan *FB

    (gen podosit) dikaitkan denganfocal segmental glomerulosclerosis (>S=S). !!

    4

  • 7/25/2019 Sindrom Nefrotik Pediatrik

    5/12

    Sindrom nefrotik resisten steroid dapat dikaitkan dengan mutasi N%BS2

    (podocin) dan gen @E!, serta komponen lain dari aparatus filtrasi glomerulus,

    seperti celah pori, dan termasuk nephrin, N?%B!, dan G-2 yang terkait protein.4

    !) %roteinuria

    %rotenuria merupakan kelainan utama pada sindrom nefrotik. Apabila

    ekskresi protein 8 4" mg6jam6m2 luas permukaan badan disebut dengan

    protenuria berat. Bal ini digunakan untuk membedakan dengan protenuria pada

    pasien bukan sindrom nefrotik.!3

    2) Bipoalbuminemia

    Abnormalitas sistemik yang paling berkaitan langsung dengan proteinuria

    adalah hipoalbuminemia. Salah satu manifestasi pada pasien sindrom nefrotik

    pada anak terjadi hipoalbuminemia apabila kadar albumin kurang dari 2, g6d7.

    %ada keadaan normal, produksi albumin di hati adalah !2-!4 g6hari (!3"-

    2"" mg6kg) dan jumlah yang diproduksi sama dengan jumlah yang dikatabolisme.

    atabolisme secara dominan terjadi pada ekstrarenal, sedangkan !" di

    katabolisme pada tubulus proksimal ginjal setelah resorpsi albumin yang telah

    difiltrasi. %ada pasien sindrom nefrotik, hipoalbuminemia merupakan manifestasi

    dari hilangnya protein dalam urin yang berlebihan dan peningkatan katabolisme

    albumin.!4

    Bilangnya albumin melalui urin merupakan konstributor yang penting

    pada kejadian hipoalbuminemia. *eskipun demikian, hal tersebut bukan

    merupakan satu-satunya penyebab pada pasien sindrom nefrotik karena laju

    sintesis albumin dapat meningkat setidaknya tiga kali lipat dan dengan begitu

    dapat mengompensasi hilangnya albumin melalui urin. %eningkatan hilangnya

    albumin dalam saluran gastrointestinal juga diperkirakan mempunyai kontribusi

    terhadap keadaan hipoalbuminemia, tetapi hipotesis ini hanya mempunyai sedikit

    bukti. Hleh karena itu, terjadinya hipoalbuminemia harus ada korelasi yang cukup

    antara penurunan laju sintesis albumin di hepar dan peningkatan katabolisme

    albumin.!4

    %ada keadaan normal, laju sintesis albumin di hepar dapat meningkat

    hingga 3"", sedangkan penelitian pada penderita sindrom nefrotik dengan

    5

  • 7/25/2019 Sindrom Nefrotik Pediatrik

    6/12

    hipoalbuminemia menunjukan bah#a laju sintesis albumin di hepar hanya sedikit

    di atas keadaan normal meskipun diberikan diet protein yang adekuat. Bal ini

    mengindikasikan respon sintesis terhadap albumin oleh hepar tidak adekuat.

    Eekanan onkotik plasma yang memperfusi hati merupakan regulator

    mayor sintesis protein. /ukti eksperimental pada tikus yang secara genetik

    menunjukkan adanya defisiensi dalam sirkulasi albumin, menunjukkan dua kali

    peningkatan laju transkripsi gen albumin hepar dibandingkan dengan tikus

    normal.!4*eskipun demikian, peningkatan sintesis albumin di hepar pada tikus

    tersebut tidak adekuat untuk mengompensasi derajat hipoalbuminemia, yang

    mengindikasikan adanya gangguan respon sintesis. Bal ini juga terjadi pada

    pasien sindrom nefrotik, penurunan tekanan onkotik tidak mampu untuk

    meningkatkan laju sintesis albumin di hati sejauh mengembalikan konsentrasi

    plasma albumin. Ada juga bukti pada subjek yang normal bah#a albumin

    interstisial hepar mengatur sintesis albumin. Hleh karena pada sindrom nefrotik

    pool albumin interstisial hepar tidak habis, respon sintesis albumin normal dan

    naik dengan jumlah sedikit, tetapi tidak mencapai le&el yang adekuat.

    Asupan diet protein berkontribusi pada sintesis albumin. Sintesis m0NA

    albumin hepar dan albumin tidak meningkat pada tikus ketika diberikan diet

    rendah protein, tetapi sebaliknya, meningkat pada tikus yang diberikan diet tinggi

    protein. *eskipun begitu, le&el albumin serum tidak mengalami perubahan karena

    hiperfiltrasi yang dihasilkan dari peningkatan konsumsi protein menyebabkan

    peningkatan albuminuria.

    ontribusi katabolisme albumin ginjal pada hipoalbuminemia pada

    sindrom nefrotik masih merupakan hal yang kontro&ersial. Galam penelitian

    terdahulu dikemukakan bah#a kapasitas transportasi albumin tubulus ginjal telah

    mengalami saturasi pada le&el albumin terfiltrasi yang fisiologis dan dengan

    peningkatan protein yang terfiltrasi yang hanya diekskresikan dalam urin, bukan

    diserap dan dikatabolisme. %enelitian pada perfusi tubulus proksimal yang

    diisolasi pada kelinci membuktikan sebuah sistem transportasi ganda untuk

    uptake albumin. Sebuah sistem kapasitas rendah yang telah mengalami saturasi

    pada muatan protein yang berlebih, tetapi masih dalam le&el fisiologis, terdapat

    6

  • 7/25/2019 Sindrom Nefrotik Pediatrik

    7/12

    pula sebuah sistem kapasitas tinggi dengan afinitas yang rendah, memungkinkan

    tingkat penyerapan tubular untuk albumin meningkat karena beban yang disaring

    naik. Gengan demikian, peningkatan tingkat fraksi katabolik dapat terjadi pada

    sindrom nefrotik.!4

    Bipotesis ini didukung oleh adanya korelasi positif di antara katabolisme

    fraksi albumin dan albuminuria pada tikus dengan puromycin aminonucleoside

    %AN yang diinduksi hingga nefrosis.!4Namun, karena simpanan total albumin

    tubuh menurun dalam jumlah banyak pada sindrom nefrotik, laju katabolik

    absolut mungkin normal atau bahkan kurang. Bal ini berpengaruh pada status

    nutrisi, sebagaimana dibuktikan oleh fakta bah#a katabolisme albumin absolut

    berkurang pada tikus nefrotik dengan diet protein rendah, tetapi tidak pada asupan

    diet protein normal.

    adi cukup jelas bah#a hipoalbuminemia pada sindrom nefrotik

    merupakan akibat dari perubahan multipel pada homeostasis albumin yang tidak

    dapat dikompensasi dengan baik oleh adanya sintesis albumin hepar dan

    penurunan katabolisme albumin tubulus ginjal.!4

    3) ?dema

    Eerdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang timbulnya edema pada

    sindrom nefrotik. 5nderfilled theory merupakan teori klasik tentang pembentukan

    edema. Eeori ini berisi bah#a adanya edema disebabkan oleh menurunnya

    tekanan onkotik intra&askuler dan menyebabkan cairan merembes ke ruang

    interstisial. Adanya peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus menyebabkan

    albumin keluar sehingga terjadi albuminuria dan hipoalbuminemia. Sebagaimana

    diketahui bah#a salah satu fungsi &ital dari albumin adalah sebagai penentu

    tekanan onkotik. *aka kondisi hipoalbuminemia ini menyebabkan tekanan

    onkotik koloid plasma intra&askular menurun. Sebagai akibatnya, cairan transudat

    mele#ati dinding kapiler dari ruang intra&askular ke ruang interstisial kemudian

    timbul edema.!

    elainan glomerulus

    I

    Albuminuria

    I

    7

  • 7/25/2019 Sindrom Nefrotik Pediatrik

    8/12

    Bipoalbuminemia

    I

    Eekanan onkotik koloid plasma II

    Jolume plasma K

    I

    0etensi Na renal sekunder K

    I

    ?dema

    Gambar 1. Eeori underfilled!

    *enurut teori lain yaitu teori o$erfilled, retensi natrium renal dan air tidak

    bergantung pada stimulasi sistemik perifer tetapi pada mekanisme intrarenal

    primer. 0etensi natrium renal primer mengakibatkan ekspansi &olume plasma dan

    cairan ekstraseluler. .$erfilling cairan ke dalam ruang interstisial menyebabkan

    terbentuknya edema.!

    elainan glomerulus

    I

    0etensi Na renal primer

    I

    Jolume plasma K

    I

    ?dema

    Gambar 2. Eeori o$erfilled!

    4) Biperkolesterolemia

    Bampir semua kadar lemak (kolesterol, trigliserid) dan lipoprotein serum

    meningkat pada sindrom nefrosis. Bal ini dapat dijelaskan dengan penjelasan

    antara lain yaitu adanya kondisi hipoproteinemia yang merangsang sintesis

    protein menyeluruh dalam hati, termasuk lipoprotein. Selain itu katabolisme

    lemak menurun karena terdapat penurunan kadar lipoprotein lipase plasma, sistem

    enLim utama yang mengambil lemak dari plasma.

    6. Pemeriksaan Penn!ang

    %emeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis sindrom nefrotik,

    antara lain!$

    !) 1rinalisis dan bila perlu biakan urin

    /iakan urin dilakukan apabila terdapat gejala klinik yang mengarah pada

    infeksi saluran kemih ('S).

    8

  • 7/25/2019 Sindrom Nefrotik Pediatrik

    9/12

  • 7/25/2019 Sindrom Nefrotik Pediatrik

    10/12

    *. Diagnosa Banding

    Selama fase akut penyakit, sulit untuk membedakan G/G dari demam

    dengue dan penyakit &irus lain yang ditemukan di daerah tropis. *aka untuk

    membedakan dengan campak, rubela, demam chikungunya, leptospirosis, malaria,

    demam tifoid, perlu ditanyakan gejala penyerta lainnya yang terjadi bersama

    demam. %emeriksaan laboratorium diperlukan sesuai indikasi. %enyakit darah

    seperti trombositopenia purpura idiopatik ('E%), leukemia, atau anemia aplastik,

    dapat dibedakan dari pemeriksaan laboratorium darah tepi lengkap disertai

    pemeriksaan pungsi sumsum tulang apabila diperlukan. %enyakit infeksi lain

    seperti sepsis, atau meningitis, perlu difikirkan apabila anak mengalami demam

    disertai syok.

    +. Penatalaksanaan

    ,. -atalaksana mm

    Anak dengan manifestasi klinis SN pertama kali, sebaiknya dira#at di

    rumah sakit dengan tujuan untuk mempercepat pemeriksaan dan e&aluasi

    pengaturan diit, penanggulangan edema, memulai pengobatan steroid, dan edukasi

    orangtua. Gan Sebelum pengobatan steroid dimulai, dilakukan pemeriksaan-

    pemeriksaan berikut

    !. %engukuran berat badan dan tinggi badan.

    2. %engukuran tekanan darah.

    3. %emeriksaan fisis untuk mencari tanda atau gejala penyakit. sistemik,

    seperti lupus eritematosus sistemik, purpura Benoch-Schonlein.

    4. *encari fokus infeksi di gigi-geligi, telinga, ataupun kecacingan. Setiap

    infeksi perlu dieradikasi lebih dahulu sebelum terapi steroid dimulai.

    . *elakukan uji *antouD. /ila hasilnya positif diberikan profilaksis. 'NB

    selama $ bulan bersama steroid, dan bila ditemukan tuberkulosis diberikan

    obat antituberkulosis (HAE).

    %era#atan di rumah sakit pada SN relaps hanya dilakukan bila terdapat edema

    anasarka yang berat atau disertai komplikasi muntah, infeksi berat, gagal ginjal,

    10

  • 7/25/2019 Sindrom Nefrotik Pediatrik

    11/12

    atau syok. Eirah baring tidak perlu dipaksakan dan akti&itas fisik disesuaikan

    dengan kemampuan pasien. /ila edema tidak berat, anak boleh sekolah.

    Diitetik

    %emberian diit tinggi protein dianggap merupakan kontraindikasi karena

    akan menambah beban glomerulus untuk mengeluarkan sisa metabolisme protein

    (hiperfiltrasi) dan menyebabkan sklerosis glomerulus. /ila diberi diit rendah

    protein akan terjadi malnutrisi energi protein (*?%) dan menyebabkan hambatan

    pertumbuhan anak. adi cukup diberikan diit protein normal sesuai dengan 0GA

    (recommended daily alloances) yaitu !,-2 g6kgbb6hari. Giit rendah garam (!-2g6hari) hanya diperlukan selama anak menderita edema.

    Diretik

    0estriksi cairan dianjurkan selama ada edema berat. /iasanya diberikan

    loop diuretic seperti furosemid !-3 mg6kgbb6hari, bila perlu dikombinasikan

    dengan spironolakton (antagonis aldosteron, diuretik hemat kalium) 2-4

    mg6kgbb6hari. Sebelum pemberian diuretik, perlu disingkirkan kemungkinan

    hipo&olemia. %ada pemakaian diuretik lebih dari !-2 minggu perlu dilakukan

    pemantauan elektrolit kalium dan natrium darah.

    /ila pemberian diuretik tidak berhasil (edema refrakter), biasanya terjadi

    karena hipo&olemia atau hipoalbuminemia berat (: ! g6d7), dapat diberikan infus

    albumin 2"-2 dengan dosis ! g6kgbb selama 2-4 jam untuk menarik cairan dari

    jaringan interstisial dan diakhiri dengan pemberian furosemid intra&ena !-2

    mg6kgbb. /ila pasien tidak mampu dari segi biaya, dapat diberikan plasma 2"

    ml6kgbb6hari secara pelan-pelan !" tetes6menit untuk mencegah terjadinyakomplikasi dekompensasi jantung. /ila diperlukan, suspensi albumin dapat

    diberikan selang-sehari untuk memberi kesempatan pergeseran cairan dan mence-

    gah o$erload cairan. /ila asites sedemikian berat sehingga mengganggu

    pernapasan dapat dilakukan pungsi asites berulang. Skema pemberian diuretik

    untuk mengatasi edema tampak pada =ambar !.

    >urosemid ! M 3 mg6kgbb6hari

    9 spironolakton 2-4 mg6kgbb6hari

    11

  • 7/25/2019 Sindrom Nefrotik Pediatrik

    12/12

    0espons (-)

    /erat badan tidak menurun atau tidak ada diuresis dalam 4+ jam

    Gosis furosemid dinaikkan 2 kali lipat (maksimum 4-$ mg6kgbb6hari)

    0espons (-)

    Eambahkan hidroklorothiaLid !-2 mg6kgbb6hari

    0espons (-)

    /olus furosemid 'J !-3 mg6kgbb6dosis atau

    per infus dengan kecepatan ",!-! mg6kgbb6jam

    0espons (-)

    Albumin 2" !g6kgbb intra&ena

    diikuti dengan furosemid intra&ena

    Gambar 1. Algoritma pemberian diuretik.!"

    /mnisasi

    %asien SN yang sedang mendapat pengobatan kortikosteroid 52 mg6kgbb6

    hari atau total 52" mg6hari, selama lebih dari !4 hari, merupakan pasien

    imunokompromais.!! %asien SN dalam keadaan ini dan dalam $ minggu setelah

    obat dihentikan hanya boleh diberikan &aksin &irus mati, seperti '%J (inacti$ated

    polio $accine). Setelah penghentian prednison selama $ minggu dapat diberikan

    &aksin &irus hidup, seperti polio oral, campak, **0, &arisela. Semua anak

    dengan SN sangat dianjurkan untuk mendapat imunisasi terhadap infeksi

    pneumokokus dan &arisela.!2

    B. Pengobatan Dengan Kortikosteroid

    0. Prognosis

    D. Kesim)lan

    12