Sindrom Koroner Akut fix.docx
Transcript of Sindrom Koroner Akut fix.docx
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
1/29
SINDROM KORONER AKUT
Disusun oleh :
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
BAGIAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2012
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
2/29
SINDROM KORONER AKUT
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu istilah atau terminologi yang digunakan
untuk menggambarkan spektrum keadaan atau kumpulan proses penyakit yang meliputi angina
pektoris tidak stabil/APTS (unstable angina/UA), infark miokard gelombang non-Q atau infark
miokard tanpa elevasi segmen ST (Non-ST elevation myocardial infarction/ NSTEMI), dan
infark miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST elevation
myocardial infarction/STEMI). APTS dan NSTEMI mempunyai patogenesis dan presentasi
klinik yang sama, hanya berbeda dalam derajatnya. Bila ditemui petanda biokimia nekrosis
miokard (peningkatan troponin I, troponin T, atau CK-MB) maka diagnosis adalah NSTEMI;
sedangkan bila petanda biokimia ini tidak meninggi, maka diagnosis adalah APTS.
Pada APTS dan NSTEMI pembuluh darah terlibat tidak mengalami oklusi total/ oklusi
tidak total (patency), sehingga dibutuhkan stabilisasi plak untuk mencegah progresi, trombosis
dan vasokonstriksi. Penentuan troponin I/T ciri paling sensitive dan spesifik untuk nekrose
miosit dan penentuan patogenesis dan alur pengobatannya. Sedang kebutuhan miokard tetap
dipengaruhi obat-obat yang bekerja terhadap kerja jantung, beban akhir, status inotropik, beban
awal untuk mengurangi konsumsi O2 miokard. APTS dan NSTEMI merupakan SKA yang
ditandai oleh ketidakseimbangan pasokan dan kebutuhan oksigen miokard. Penyebab utama
adalah stenosis koroner akibat trombus non-oklusif yang terjadi pada plak aterosklerosis yang
mengalami erosi, fisur, dan/atau ruptur.
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
3/29
ANGINA PEKTORIS TAK STABIL (APTS)
Angina pektoris adalah nyeri dada intermitten yang disebabkan oleh iskemia miokardium
yang reversibel dan sementara. Diketahui terbagi atas tiga varian utama angina pektoris: angina
pektoris tipikal (stabil), angina pektoris prinzmetal (varian), dan angina pektoris tak stabil. Pada
pembahasan ini akan lebih difokuskan kepada angina pektoris tidak stabil.
Karakteristik angina tak stabil yaitu
1. Pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, dimana angina cukup berat dan
frekuensi cukup sering, lebih dari 3 kali perhari.
2. Pasien dengan angina yang makin bertambah berat, sebelumnya angina stabil, lalu
serangan angina timbul lebih sering, dan lebih berat sakit dadanya, sedangkan factor
presipitasi makin ringan.
3. Serangan angina pada saat istirahat
Patogenesis Penyakit
1. Ruptur plak
Ruptur plak arterosklerotik dianggap penyebab terpenting angina pektoris tak
stabil, sehingga tiba-tiba terjadi oklusi subtotal atau total dari pembuluh koroner yang
sebelumnya mempunyai penyempitan yang mininal. Dua pertiga dari pembuluh yang
mengalami ruptur sebelumnya mempunyai penyempitan 50% atau kurang, dan pada 97%
pasien dengan angina tak stabil mempunyai penyempitan kurang dari 70%. Plak
arterosklerotik terdiri dari inti yang mengandung banyak lemak dan pelindung jaringan
fibrotic (fibrotic cap).Plak tidak stabil terdiri dari inti yang banyak mengandung lemak
dan adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak yang berdekatan
dengan intima yang normal atau pada bahu dari timbunan lemak. Kadang-kadang
keretakan timbul pada dinding plak yang paling lemah karena adanya enzim protease
yang di hasilkan makrofag dan secara enzimatik melemahkan dinding plak (fibrous cap).
Terjadinya ruptur menyebabkan aktivasi, adhesi dan agregasi platelet dan
menyebabkan aktivasi terbentuknya trombus. Bila trombus menutup pembuluh darah
100% akan terjadi infark dengan elevasi segmen ST, sedangkan bila trombus tidak
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
4/29
menyumbat 100% dan hanya menimbulkan stenosis yang berat akan terjadi angina tak
stabil.
2. Trombosis dan agregasi trombosit
Agregasi platelet dan pembentukan trombus merupakan salah satu dasar
terjadinya angina tak stabil. Terjadinya trombosis setelah plak terganggu disebabkan
karena interaksi yang terjadi antara lemak, sel otot polos dan sel busa (foam cell) yang
ada dalam plak berhubungan dengan ekspresi faktor jaringan dalam plak tak stabil.
Setelah berhubungan dengan darah, faktor jaringan berinteraksi dengan faktor VIIa untuk
memulai kaskade reaksi enzimatik yang menghasilkan pembentukan trombin dan fibrin.
3. Vasospasme
Terjadinya vasokonstriksi juga mempunyai peran penting pada angina tak stabil.
Di perkirakan ada disfungsi endotel dan bahan vasoaktif yang diproduksi oleh platelet
berperan dalam perubahan dalam tonus pembuluh darah dan menyebabkan spasme.
Spasme yang terlokalisir seperti pada angina prinzmetal juga menyebabkan angina tak
stabil. Adanya spasme sering kali terjadi pada plak yang tak stabil dan mempunyai peran
dalam pembentukan thrombus.
4. Erosi pada plak tanpa rupture
Terjadinya penyempitan juga dapat di sebabkan karena terjadinya proliferasi dan
migrasi dari otot polos sebagai reaksi terhadap kerusakan endotel; adanya perubahan
bentuk dari lesi karena bertambahnya sel otot polos dapat menimbulkan penyempitan
pembuluh dengan cepat dan keluhan iskemia.
Manifestasi Klinis
Sifat nyeri dada yang spesifik angina sebagai berikut :
Lokasi : substermal, retrostermal, dan prekordial
Sifat nyeri : rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat, seperti ditusuk,
rasa diperas, dan dipelintir.
Penjalaran ke : leher, lengan kiri, mandibula, gigi, punggung/interskapula, dan dapat juga
ke lengan kanan.
Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau obat nitrat
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
5/29
Faktor pencetus : latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah makan
Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin, dan lemas.
NSTEMI ( Non ST elevation myocardial infarction )
Patofisiologi
NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan
kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.NSTEMI terjadi karena
thrombosis akut atau proses vasokonstriksi koroner. Thrombosis akut pada arteri koroner diawali
dengan adanya rupture plak yang tak stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti
lipid yang besar, densittas otot polos yang rendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi factor
jaringan yang tinggi. Pada lokasi rupture plak dapat dijumpai sel makrofag dan limfositTyang
menunjukkan adanya proses inflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan sitokin pro-inflamasi
seperti TNF, dan IL-6. Selanjutnya IL-6 akan merangsang pengeluaran hsCRP dihati.
Penegakan diagnosis
Manifestasi klinis
Nyeri dada dengan lokasi khas substernal atau kadangkala diepigastrium dengan cirri
seperti diikat, perasaan seperti terbakar, nyeri tumpul, rasa penuh, berat atau tertekan, menjadi
presentasi gejala yang sering ditemukan pada NSTEMI.analisis berdasarkan gambaran klinis
menunjukkan bahwa mereka yang memiliki gejala dengan onset baru angina berat/ terakselerasimemiliki prognosis lebih baik dibandingkan dengan nyeri dada pada wkatu istirahat. Walaupun
gejala khas rasa tidak enak di dada iskemia pada NSTEMI telah diketaui dengan baik, gejala
tidak khas seperti dispneu, mual, diaphoresis, sinkop atau nyeri di lengan, epigastrium, bahu
atas,atau leher juga terjadi dalam kelompok yang lebih besar pada pasien-pasien berusia lebih
dari 65 tahun.
EKG
Gambaran EKG secara spesifik berupa deviasi segmen ST merupakan hal penting yang
menentukan resiko pada pasien, adanya depresi segmen ST baru sebbanyak 0.05 mV merupakan
prediktor yang buruk
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
6/29
Petanda Biokimia Jantung
Petanda biokimia seperti troponin I (TnI) dan troponin T (TnT) mempunyai nilai
prognostik yang lebih baik dari pada CKMB. Troponin C, TnI dan TnT berkaitan dengan
konstraksi dari sel miokrad. Susunan asam amino dari Troponin C sama dengan sel otot jantung
dan rangka, sedangkan pada TnI dan TnT berbeda. Nilai prognostik dari TnI atau TnT untuk
memprediksi risiko kematian, infark miokard dan kebutuhan revaskularisasi dalam 30 hari,
adalah sama.
Kadar serum creatinine kinase (CK) dan fraksi MB merupakan indikator penting dari nekrosis
miokard. Keterbatasan utama dari kedua petanda tersebut adalah relative rendahnya spesifikasi
dan sensitivitas saat awal (
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
7/29
INFARK MIOKARD AKUT DENGAN ST ELEVASI (STEMI)
Patofisiologi
Infark miokard akut dengan ST elevasi (STEMI) umumnya terjadi jika aliran darah
koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak aterosklerosis yang sudah
ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secara lambat biasanya tidak
memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu STEMI terjadi jika
trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskular, dimana injuri ini
dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid. Pada sebagian
besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, ruptur atau ulserasi dan jika
kondisi lokal atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi trombus mural pada lokasi
ruptur yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Selanjutnya pada lokasi ruptur plak, berbagai
agonis (kolagen, ADP, epinefrin, serotonin) memicu aktivitas trombosit, yang selanjutnya akan
memproduksi dan melepaskan tromboksan A2 (vasokonstriktor lokal yang poten). Selain itu
aktivitas trombosit memicu perubahan konformasi reseptor gliko protein IIb/IIIa. Setelah
mengalami konversi fungsinya, reseptor mempunyai afinitas tinggi terhadap sekuen asam amino
pada protein adhesi yang larut (integrin) seperti faktor von Willebrand (vWF) dan fibrinogen,
dimana keduanya adalah molekul multivalen yang dapat mengikat 2 platelet yang berbeda secara
simultan, menghasilkan ikatan silang platelet dan agregasi.
Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan tissue factor pada sel endotel yang rusak.
Faktor VII dan X diaktivasi, mengakibatkan konversi protrombin menjadi trombin, yang
kemudian mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin. Arteri koroner yang terlibat (culprit)
kemudian akan mengalami oklusi oleh trombus yang terdiri atas trombosit dan fibrin. Pada
kondisi yang jarang, STEMI dapat juga disebabkan oleh oklusi arteri koroner yang disebabkan
oleh emboli koroner, abnormalitas kongenital, spasme koroner dan berbagai penyakit inflamasi
sistemik.
Diagnosis
Anamnesis
Nyeri dada yang tipikal (angina) merupakan gejala kardinal pada pasien IMA. Sifat nyeri
dada pada angina yaitu lokasi disubsterbal, retrosternal dan prekordial, sifat nyeri rasa
sakit seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas dan
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
8/29
dipelintir, penjalaran biasanya ke lengan kiri dapat juga ke leher, rahang bawah, gigi,
punggu atau interskapula, perut dan dapat juga ke lengan kanan, nyeri membaik atau
hilang dengan istirahat atau obat nitrat, faktor pencetus yaitu latihan fisik, stres emosi,
uadara dingai dan sesudah makan, gejala yang menyertai bisa mual, muntah, sulit
bernapas, keringat dingin, cemas dan lemas.
Pemeriksaan fisik
Sering kali pasien cemas dan tidak bisa istirahat (gelisah), keringat dingin, sekitar
seperempat pasien infark anterior mempunyai manifestasi hiperaktivitas saraf simpatis
(takikardia dan atau hipotensi) dan hampir setengah pasien infark inferior menunjukkan
hiperaktivitas parasimpatik (bradikardia dan atau hipotensi). Tanda fisik lain yaitu adanya
S4 dan S3 gallop, penurunan intensitas bunyi jantung pertama dan split paradoksikal
bunyi jantung kedua. Dapat ditemukan murmur midsistolik atau late sistolik apikal yang
bersifat sementara karena disfungsi aparatus katup mitral dan pericardial friction rub.
Peningkatan suhu sampai 38o
C dapat dijumpai dalam minggu pertama pasca STEMI.
Kombinasi nyeri dada substernal > 30 menit dan banyak keringat dicurigai kuat adanya
STEMI.
Pemeriksaan penunjang
1. EKG
Diagnosis IMA dengan ST elevasi ditegakkan berdasarkan anamnesis nyeri dada yangkhas dan gambaran EKG adanya elevasi ST 2mm, minimal pada dua sadapan
prekordial yang berdampingan atau 1 mm pada dua sadapan ekstremitas.
2. Laboratorium
Pemeriksaan yang dianjurkan adalah creatinin knase (CK)MB dan cardiac specific
troponin(cTn)T atau cTnI dan dilakukan secara serial. cTn harus digunakan sebagai
petanda optimal untuk pasien STEMI yang disertai kerusakan otot skeletal, karena pada
keadaan ini juga akan diikuti peningkatan CKMB pasa pasien dengan elevasi ST dan
gejala IMA, terapi reperfusi diberikan segera mungkin dan tidak tergantung pada
pemeriksaan biomarker. Peningkatan nilai enzim diatas 2 kali nila batas atas normal
menunjukkan adanya nekrosis jantung (infark miokard).
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
9/29
Reaksi non spesifik terhadap injuri miokard adalah leukositosis polimorfonuklear yang
dapat terjadi dalam beberapa jam setelah onset nyeri dan menetap selama 3-7 hati.
Leukositosis dapat mencapai 12.00-15.000/uL.
Biomarker Berat Molekul
(Da)
Rentang Waktu
Untuk
Meningkat
Rerata Wajtu
Elevasi Punvak
(Non
Reperfusi)
Waktu Kembali
ke Rentang
Normal
Yang sering digunakan di praktek klinik
CK-MB 86.000 3-12 jam 24 jam 48-72 jam
cTnI 23.500 3-12 jam 24 jam 5-10 hari
cTnT 33.000 3-12 jam 12 jam-2 hari 5-14 hari
Jarang digunakan di praktek klinik6-7 jam
Myoglobin 17.800 1-4 jam 6-7 jam 24 hari
CK-MB tissue
isoform
86.000 2-6 jam 18 jam tidak diketahui
CK-MM tissue
isoform
86.000 1-6 jam 12 jam 38 jam
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
10/29
Patogenesis Sindrom Koroner Akut secara Umum
SKA merupakan salah satu bentuk manifestasi klinis dari PJK akibat utama dari proses
aterotrombosis selain stroke iskemik serta peripheral arterial disease (PAD). Aterotrombosis
merupakan suatu penyakit kronik dengan proses yang sangat komplek dan multifaktor serta
saling terkait. Aterotrombosis terdiri dari aterosklerosis dan trombosis. Aterosklerosis
merupakan proses pembentukan plak (plak aterosklerotik) akibat akumulasi beberapa bahan
seperti lipid-filled macrophages (foam cells), massiveextracellular lipid dan plakfibrous yang
mengandung sel otot polos dan kolagen. Perkembangan terkini menjelaskan aterosklerosis
adalah suatu proses inflamasi/infeksi, dimana awalnya ditandai dengan adanya kelainan dini
pada lapisan endotel, pembentukan sel busa danfatty streks, pembentukanfibrouscups dan lesi
lebih lanjut, dan proses pecahnya plak aterosklerotik yang tidak stabil.
Banyak sekali penelitian yang membuktikan bahwa inflamasi memegang peranan penting
dalam proses terjadinya aterosklerosis. Pada penyakit jantung koroner inflamasi dimulai dari
pembentukan awal plak hingga terjadinya ketidakstabilan plak yang akhirnya mengakibatkan
terjadinya ruptur plak dan trombosis pada SKA.
Perjalanan proses aterosklerosis (initiation, progression dan complication pada plak
aterosklerotik), secara bertahap berjalan dari sejak usia muda bahkan dikatakan juga sejak usia
anak-anak sudah terbentuk bercak-bercak garis lemak (fatty streaks) pada permukaan lapis dalam
pembuluh darah, dan lambat-laun pada usia tua dapat berkembang menjadi bercak sklerosis (plak
atau kerak pada pembuluh darah) sehingga terjadinya penyempitan dan/atau penyumbatan
pembuluh darah. Kalau plak tadi pecah, robek atau terjadi perdarahan subendotel, mulailah
proses trombogenik, yang menyumbat sebagian atau keseluruhan suatu pembuluh koroner. Pada
saat inilah muncul berbagai presentasi klinik seperti angina atau infark miokard. Proses
aterosklerosis ini dapat stabil, tetapi dapat juga tidak stabil atau progresif. Konsekuensi yang
dapat menyebabkan kematian adalah proses aterosklerosis yang bersifat tidak stabil /progresif
yang dikenal juga dengan SKA. Sedangkan trombosis merupakan proses pembentukan atau
adanya darah beku yang terdapat di dalam pembuluh darah atau kavitas jantung. Ada dua macam
trombosis, yaitu trombosis arterial (trombus putih) yang ditemukan pada arteri, dimana pada
trombus tersebut ditemukan lebih banyak platelet, dan thrombosis vena (trombus merah) yang
ditemukan pada pembuluh darah vena dan mengandung lebih banyak sel darah merah dan lebih
sedikit platelet. Komponenkomponen yang berperan dalam proses trombosis adalah dinding
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
11/29
pembuluh darah, aliran darah dan darah sendiri yang mencakup platelet, sistem koagulasi, sistem
fibrinolitik, dan antikoagulan alamiah.
Patogenesis terkini SKA menjelaskan, SKA disebabkan oleh obstruksi dan oklusi
trombotik pembuluh darah koroner, yang disebabkan oleh plak aterosklerosis yang vulnerable
mengalami erosi, fisur, atau ruptur. Penyebab utama SKA yang dipicu oleh erosi, fisur, atau
rupturnya plak aterosklerotik adalah karena terdapatnya kondisi plak aterosklerotik yang tidak
stabil (vulnerable atherosclerotic plaques) dengan karakteristik; lipid core besar, fibrous cups
tipis, dan bahu plak (shoulder region of the plague) penuh dengan aktivitas sel-sel inflamasi
seperti sel limfosit T dan lain-lain. Tebalnya plak yang dapat dilihat dengan persentase
penyempitan pembuluh koroner pada pemeriksaan angiografi koroner tidak berarti apa-apa
selama plak tersebut dalam keadaan stabil. Dengan kata lain, risiko terjadinya ruptur pada plak
aterosklerosis bukan ditentukan oleh besarnya plak (derajat penyempitan) tetapi oleh kerentanan
(vulnerability) plak.
Erosi, fisur, atau ruptur plak aterosklerosis (yang sudah ada dalam dinding arteri
koronaria) mengeluarkan zat vasoaktif (kolagen, inti lipid, makrofag dan tissuefactor) ke dalam
aliran darah, merangsang agregasi dan adhesi trombosit serta pembentukan fibrin, membentuk
trombus atau proses trombosis. Trombus yang terbentuk dapat menyebabkan oklusi koroner total
atau subtotal. Oklusi koroner berat yang terjadi akibat erosi atau ruptur pada plak aterosklerosis
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
12/29
yang relative kecil akan menyebabkan angina pektoris tidak stabil dan tidak sampai
menimbulkan kematian jaringan. Trombus biasanya transien/labil dan menyebabkan oklusi
sementara yang berlangsung antara 1020 menit.
Bila oklusi menyebabkan kematian jaringan tetapi dapat diatasi oleh kolateral atau lisis
trombus yang cepat (spontan atau oleh tindakan trombolisis) maka akan timbul NSTEMI (tidak
merusak seluruh lapisan miokard). Trombus yang terjadi lebih persisten dan berlangsung sampai
lebih dari 1 jam. Bila oklusi menetap dan tidak dikompesasi oleh kolateral maka keseluruhan
lapisan miokard mengalami nekrosis (Q-wave infarction), atau dikenal juga dengan STEMI.
Trombus yang terbentuk bersifatfixeddan persisten yang menyebabkan perfusi miokard terhenti
secara tiba-tiba yang berlangsung lebih dari 1 jam dan menyebabkan nekrosis miokard
transmural.
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
13/29
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
14/29
Sekarang semakin diyakini dan lebih jelas bahwa trombosis adalah sebagai dasar
mekanisme terjadinya SKA, trombosis pada pembuluh koroner terutama disebabkan oleh
pecahnya vulnerable plak aterosklerotik akibat fibrous cups yang tadinya bersifat protektif
menjadi tipis, retak dan pecah. Fibrous cupsbukan merupakan lapisan yang statik, tetapi selalu
mengalami remodeling akibat aktivitas-aktivitas metabolik, disfungsi endotel, peran sel-sel
inflamasi, gangguan matriks ekstraselular atau extra-cellular matrix (ECM) akibat aktivitas
matrix metallo proteinases (MMPs) yang menghambat pembentukan kolagen dan aktivitas
inflammatory cytokines.
Perkembangan terkini menjelaskan dan menetapkan bahwa proses inflamasi memegang
peran yang sangat menentukan dalam proses poto-biologis SKA, dimana vulnerabilitas plak
sangat ditentukan oleh proses inflamasi. Inflamasi dapat bersifat lokal (pada plak itu sendiri) dan
dapat bersifat sistemik. Inflamasi juga dapat mengganggu keseimbangan homeostatik. Pada
keadaan inflamasi terdapat peninggian konsentrasi fibrinogen dan inhibitor aktivator
plasminogen di dalam sirkulasi. Inflamasi juga dapat menyebabkan vasospasme pada pembuluh
darah karena tergganggunya aliran darah.
Vasokonstriksi pembuluh darah koroner juga ikut berperan pada pathogenesis SKA.
Vasokonstriksi terjadi sebagai respon terhadap disfungsi endotel ringan dekat lesi atau sebagai
respon terhadap disrupsi plak dari lesi itu sendiri. Endotel berfungsi mengatur tonus vaskular
dengan mengeluarkan faktor relaksasi yaitu nitrit oksida (NO) yang dikenal sebagaiEndothelium
Derived Relaxing Factor (EDRF), prostasiklin, dan faktor kontraksi seperti endotelin-1,
tromboksan A2, prostaglandin H2. Pada disfungsi endotel, faktor kontraksi lebih dominan dari
pada faktor relaksasi. Pada plak yang mengalami disrupsi terjadi platelet dependent
vasocontriction yang diperantarai oleh serotonin dan tromboksan A2, dan thrombin dependent
vasoconstriction diduga akibat interaksi langsung antara zat tersebut dengan sel otot polos
pembuluh darah.
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
15/29
PERBEDAAN MANIFESTASI KLINIS
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
16/29
TERAPI SINDROMA KORONER AKUT
Tujuan utama terapi pada pasien dengan Sindroma Koroner Akut adalah:
Mereduksi tingkatan nekrosis miokardium yang terjadi pada pasien dengan Infark
Miokardium Akut (IMA), menjaga fungsi dari ventrikel kiri, mencegah gagal jantung, dan
membatasi terjadinya komplikasi kardiovaskular lainnya.
Mencegah terjadinya proses perburukan mayor pada jantung: kematian, infark miokardium
non-fatal, dan kebutuhan untuk revaskularisasi mendesak.
Menatalaksanai kondisi akut dan komplikasi mengancam nyawa dari sindroma korner akut,
seperti fibrilasi ventrikel, takikardi ventrikel, takikardia yang tidak stabil, bradikardia
simptomatik, edema pulmonar, syok kardiogenik, dan komplikasi mekanikal dari infark
miokardium akut.
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
17/29
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
18/29
Prinsip Penanganan Pasien Dengan Sindroma Koroner Akut
Terapi Inisial Sindroma Koroner Akut
Terapi inisial ini meliputi monitoring kontinyu jantung, pemasangan jalur akses intravena
(IV), dan mempertimbangkan pemberian beberapa macam obat-obatan seperti berikut.
Oksigen
Oksigen harus diberikan kepada pasien yang kesulitan bernapas, pasien dengan tanda
kegagalan jantung, pasien dalam kondisi syok, atau pada pasien dengan saturasi oksihemoglobin
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
19/29
sindroma koroner akut dan harus dihentikan pemberiannya pada pasien yang telah mendapatkan
terapi OAINS. Terapi OAINS ini (selain aspirin) pada STEMI (ST-Elevation Myocard
Infarction) dihubungkan dengan peningkatan resiko mortalitas, reinfarksi, hipertensi, kegagalan
jantung, dan ruptur miokardium.
Nitrogliserin (atau Gliseril Trinitrat)
Nitrogliserin memiliki manfaat hemodinamik, meliputi dilatasi dari arteri koroner
(terutama pada bagian dari disrupsi plak), dilatasi bantalan arterial perifer, dan pembuluh vena.
Tidak ada bukti yang menyarankan pemberian rutin nitrogliserin IV, oral atau nitrat topikal pada
pasien infark miokard akut (IMA), sehingga pemberian agen ini harus dipertimbangkan dengan
hati-hati terutama pada pasien dengan tekanan darah rendah dan jika agen ini digunakan sebagai
terapi awal sebelum pemberian agen lain seperti inhibitor ACE (angiotensin-converting
enzyme). Pasien dengan rasa tidak nyaman akibat iskemik sebaiknya diberikan nitrogliserin
dosis sublingual atau aerosol hingga maskimal tiga dosis pemberian dengan interval pemberian
3-5 menit hingga nyeri reda atau penurunan tekanan darah membatasi penggunaan obat ini.
Pemberian nitrat topical dapat menjadi alternative pada pasien yang membutuhkan terapi anti-
angina namun berada dalam kondisi hemodinamik stabil dan tidak sedang dalam gejala iskemik
refratorik. Formulasi parenteral, dibandingkan dengan preparasi oral long acting, dapat
digunakan pada kondisi akur untuk dapat memungkinkan titrasi pada pasien dengan sindroma
koroner akut yang nyata, dengan abnormalitas hasil uji obyektif, dan dengan rasa tidak nyaman
iskemik. Pada pasien dengan iskemik berulang, pemberian nitrat diindikasikan pada 24 jam
hingga 48 jam pasca serangan. Pemberian nitrat ini dikontraindikasikan pada pasien dengan
hipotensi (Tekanan Darah Sistolik < 90 mm Hg atau 30 mm Hg dibawah baseline), bradikardia
ekstrim (100 bpm) dan pada pasien
dengan infark ventrikel kanan. Harus dilakukan evaluasi ketat pada pasien dengan STEMI
dinding inferior yang mendapat pemberian nitrogliserin dengan EKG untuk mengevaluasi
adanya infark ventrikel kanan, karena pada pasien ini dibutuhkan preload ventrikel kanan yang
adekuat. Nitrogliserin tidak boleh diberikan pada pasien yang mendapat terapi inhibitor
fosfodiesterase (misalnya sildenafil) untuk mengatasi keluhan disfungsi erektil dalam rentang
waktu 24 jam terakhir (48 jam jika yang digunakan tadalafil). Pemberian nitrogliserin tidak
sensitif dan spesifik untuk sindroma koroner akut; etiologi rasa tidak nyaman gastrointestinal dan
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
20/29
penybab lain rasa tidak nyaman pada dada dapat berespon dengan baik terhadap pemberian
nitrogliserin.
Analgesik
Tenaga kesehatan harus memberikan analgesik, seperti morfin intravena untuk rasa tidak
nyaman pada dada yang tidak berespon terhadap pemberian nitrat. Morfin merupakan analgesik
pilihan pada pasien dengan STEMI.
Terapi Reperfusi
Terapi reperfusi akut dengan PPCI (Primary Percutaneous Coroner Intervention) atau
dengan terapi fibrinolitik akan mengembalikan aliran koroner pada daerah infark, membatasi
daerah infark dan menurunkan resiko mortalitas. PPCI memiliki efek terhadap infark lebih baik
dibandingkan terapi fibrinolitik. PPCI juga menurunkan resiko perdarahan intracranial dan
stroke, sehingga merupakan cara reperfusi yang dipilih pada pasien usia lanjut dan pasien yang
memiliki resiko mengalami perdarahan.
Fibrinolitik
Terapi awal dengan fibrinolitik merupakan modalitas terapi yang baik bagi pasien dengan
STEMI pada 12 jam setelah onset dari gejala dan pada mereka yang tidak memiliki banyak
kontraindikasi untuk penggunaan terapi ini. Pasien dievaluasi untuk menilai resiko dan
keuntungan terapi; serta menilai kontrindikasi mutlak dan relatif dari terapi fibrinolitik.
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
21/29
Instalasi Gawat Darurat
Pasien-pasien yang tiba di UGD, harus segera dievaluasi karena perburukan kondisipasien akan semakin berat dengan seiring berjalannya waktu, karena makin cepat tindakan
reperfusi dilakukan hasilnya akan lebih baik. Tujuannya adalah mencegah terjadinya infark
miokard ataupun membatasi luasnya infark dan mempertahankan fungsi jantung. Manajemen
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Dalam 10 menit pertama harus selesai dilaksanakan adalah:
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
22/29
a. pemeriksaan klinis dan penilaian rekaman EKG 12 sadapan,
b. periksa enzim jantung CK/CKMB atau CKMB/cTnT,
c. berikan segera: 02, infus NaCl 0,9% atau dekstrosa 5%,
d. pasang monitoring EKG secara kontinyu,
e. pemberian obat:
f. nitrat sublingual/transdermal/nitrogliserin intravena titrasi (kontraindikasi bila TD sistolik
< 90 mmHg), bradikardia (< 50 kali/menit), takikardia,
g. aspirin 160-325 mg: bila alergi/tidak responsif diganti dengan dipiridamol, tiklopidin atau
klopidogrel (AHA 2010: dosis klopedigrel 300 mg), dan
h. mengatasi nyeri: morfin 2,5 mg (2-4 mg) intravena, dapat diulang tiap 5 menit sampai
dosis total 20 mg atau petidin 25-50 mg intravena atau tramadol 25-50 mg intravena.
(Pada Guideline AHA 2010)
i. dilakukan pengambilan foto thoraks segera (
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
23/29
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
24/29
2. Hasil penilaian EKG, bila:
a. Elevasi segmen ST > 0,1 mV pada 2 atau lebih sadapan ekstremitas berdampingan atau > 0,2
mV pada dua atau lebih sadapan prekordial berdampingan atau blok berkas (BBB) dananamnesis dicurigai adanya IMA maka sikap yang diambil adalah dilakukan reperfusi
dengan :
terapi trombolitik bila waktu mulai nyeri dada sampai terapi < 12 jam, usia < 75 tahun
dan tidak ada kontraindikasi.
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
25/29
angioplasti koroner (PTCA) primer bila fasilitas alat dan tenaga memungkinkan. PTCA
primer sebagai terapi alternatif trombolitik atau bila syok kardiogenik atau bila ada
kontraindikasi terapi trombolitik
b. Bila sangat mencurigai ada iskemia (depresi segmen ST, insersi T), diberi terapi anti-
iskemia, maka segera dirawat di ICCU; dan
c. EKG normal atau nondiagnostik, maka pemantauan dilanjutkan di UGD. Perhatikan
monitoring EKG dan ulang secara serial dalam pemantauan 12 jam pemeriksaan enzim
jantung dari mulai nyeri dada dan bila pada evaluasi selama 12 jam, bila:
- EKG normal dan enzim jantung normal, pasien berobat jalan untuk evaluasi stress test
atau rawat inap di ruangan (bukan di ICCU), dan
- EKG ada perubahan bermakna atau enzim jantung meningkat, pasien di rawat di ICCU.
STRATIFIKASI RESIKO PASIEN APTS/NSTEMI
Pasien dengan APTS/NSTEMI memiliki peningkatan terhadap risiko kematian, infark berulang,
iskemia berulang dengan simptom, aritmia berbahaya, gagal jantung dan stroke. Penilaian
prognosis tidak hanya menolong untuk penanganan kegawatan awal dan pengobatannya, tetapi
juga membantu penentuan pemakaian fasilitas seperti:
1.
Seleksi ruang perawatan (CVCU, intermediate ward, atau rawat jalan) dan2. Seleksi pengobatan yang tepat, seperti antagonis GP IIb/ IIIa dan intervensi koroner
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
26/29
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
27/29
Rekomendasi AHA 2010
Penilaian resiko pada pasien NSTEMI dan pasien dengan Angina Pektoris Tidak Stabil (APTS)
dilakukan dengan menggunakan TIMI (Thrombolysis in Myocardial Infarction). Penilaian ini
dilakukan bersamaan dengan proses diagnosis dari pasien sindroma koroner akut.
Kemudian stratifikasi ini dapat digunakan untuk menentukan tindakan terapi pada pasien, yaitu
sebagai berikut.
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
28/29
-
7/28/2019 Sindrom Koroner Akut fix.docx
29/29
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Idris. 2006. Ilmu penyakit Dalam Infark Myokard Akut dengan Elevasi ST.
FKUI:Jakarta
Alwi, Idris. 2006. Ilmu penyakit Dalam Infark Myokard Akut Tanpa Elevasi ST.
FKUI:Jakarta.
Departemen kesehatan RI, 2006.Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner :
Fokus Sindrom Koroner Akut. Bhakti Husad:Jakarta
Kumar, et al. 2007.Buku Ajar Patologi Ed.7. EGC:Jakarta
Oconner, Robert E, et all, 2010. Acute Coronary Syndromes 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Available inhttp://circ.ahajournals.org/content/122/18_suppl_3/S787
Trisnohadi, 2006.Ilmu penyakit Dalam Angina Pektoris Tak Stabil. FKUI:Jakarta
http://circ.ahajournals.org/content/122/18_suppl_3/S787http://circ.ahajournals.org/content/122/18_suppl_3/S787http://circ.ahajournals.org/content/122/18_suppl_3/S787