Siap Print
-
Author
zieraf-arek-oblo -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Embed Size (px)
description
Transcript of Siap Print
BAB 1
PAGE 20
Laporan Pendahuluan
Apendisitis di Ruang ICU
Oleh : Faris Aditiya Permana, S.Kep
A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Apendiksitis merupakan suatu peradangan pada appendik yang berbentuk cacing yang berlokasi dekat katup ileocecal (R. Sjamsuhidajat, 1996).
Appendiksitis merupakn suatu peradangan ari appendik vermiformis yang mengenai semua dinding organ tersebut (Sabiston David, 1994).
Appendiksitis juga disebut sebagai suatu peradangan yang diakibatkan karena tersumbatnya lumen oleh benda asing, fekalit, tumor atau parasit (Theodore, R. Ashrock, 1995).
Appendiksitis merupakan penyebab yang paling sering dari inflamasi akut kuadran kanan bawah rongga abdomen dari penyebab yang paling umum dari pembedahan abdomen darurat (Baughman, Diare. 2000; 45,46).2. Anatomi dan FisiologiUsus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix vermiformis Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat. Posisi apendiks berada pada Laterosekal yaitu di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen (Harnawatiaj,2008). Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbed bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Ukuran panjang apendiks rata-rata 6 9 cm. Lebar 0,3 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa mengandung amilase dan musin. Pada kasus apendisitis, apendiks dapat terletak intraperitoneal atau retroperitoneal. Apendiks disarafi oleh saraf parasimpatis (berasal dari cabang nervus vagus) dan simpatis (berasal dari nervus thorakalis X). Hal ini mengakibatkan nyeri pada apendisitis berawal dari sekitar umbilicus (Nasution,2010).
Saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana memiliki/berisi kelenjar limfoid. Apendiks menghasilkan suatu imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue), yaitu Ig A. Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi, tetapi jumlah Ig A yang dihasilkan oleh apendiks sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah Ig A yang dihasilkan oleh organ saluran cerna yang lain. Jadi pengangkatan apendiks tidak akan mempengaruhi sistem imun tubuh, khususnya saluran cerna (Nasution,2010).
3. Etiologi
Appendiksitis disebabkan oleh :
1) Sumbatan pada lumen appendik oleh hiperplasia folikel limfoid.
2) Fekalit (tinja yang keras), benda asing.
3) Striktur karena fibrosis peradangan sebelumnya.
4) Neoplasma.
5) Erosi mukosa appendik karena parasit (E. Histolitika).4. Manifestasi Klinik
1) Nyeri didaerah umbilikus yang disertai dengan muntah
2) Nyeri tekan, nyeri lepas, spasme otot
3) Anoreksia, nausea, demam
4) Diare, konstipasi
5) Nyeri beralih kesisi / kuadran kanan bawah
6) Jika sudah ruptur maka lokasi nyeri akan menyebar5. PatofisiologiAppendik menghasilkan lendir 1-2 ml / hari yang bersifat basa mengandung amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara normaldiarahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalirke caecum. Hambatan aliran lendir dimuara appendiks berperan pada patofisiologi appendiks.
Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lympoid Tissue) yang terdapat disepanjangsaluran cerna termasuk appendiks ialah Ig A. imunoglobulin itu sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi tapi pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem imunoglobulin tubuh sebab jaringan limfe kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan seluruh tubuh (R. Syamsu, 1997).
Penyebab utama appendicitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat disebabkan oleh hiperplasia dari limfoid merupakan penyebab terbanyak, adanya fekalit dalam lumen appendiks. Adanya benda asing seperti cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab lain misalnya keganasan (karsinoma karsinoid).
Obstruksi appendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium visceral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umbilicus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritonium pariental setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, kemudian ini disebut dengan appendicitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul allergen dan ini disebut dengan appendicitis gangrenosa. Bila dinding appendiks yang telah akut itu pecah, dinamakan appendicitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi appendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa local, keadaan ini disebut sebagai appendicitis abses. Pada anak-anak karena omentum masih pendek dan tipis, appendiks yang relatife lebih panjang, dinding appendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikianjuga pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih sepat. Bila appendicitis ilfiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendicitis kronis.
(Elizabeth, 2001)
6. Klasifikasi
6.1 Appendiksitis Akut
Bila mukosa mengalami bendungan karena sumbatan lumen appendik, makin lama mukus makin banyak menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen sehingga menghambat aliran limfe, dan terjadi edema, diapedesis bakteri, ulserasi mukosa.6.2 Appendiksitis Supuratif
Bila sekresi mukus terus berlanjut dan tekanan terus meningkat akan terjadi obstruksi vena, edema bertambah, abkteri, dapat menembus dinding lumen mengakibatkan peradangan meluas dan mengenai peritoneum.6.3 Appendiksitis Ganggrenosa
Bila aliran arteri terganggua akan terjadi infark dinding appendik disertai ganggren.
6.4 Appendiksitis Perforasi
Bila dinding lumen yang telah rapuh itu pecah.6.5 Appendiksitis Infiltrat
Bila semua proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke appendik sehingga timbul suatu masaa lokal.6.6 Appendiksitis Abses
Bila massa lokal tersebut berisi nanah atau pus.7. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Darah, ditemukan leukosit 10.000-18.000 mn
Urine, ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit
2) Pemeriksaan Radiologi
BOF, tampak distensi pada appendiks akut8. Penatalaksanaan
1) Pembedahan di indikasikan jika terdiagnosa appendiksitis, lakukan appendiktomi secepat mungkin untuk mengurangi komplikasi lebih lanjut.
2) Berikan antibiotik dan cairan IV sampai pembedahan dilakukan.
3) Analgesik dapat diberika setelah diagnosa ditegakkan.9. Komplikasi Appendiktomi
1) Komplikasi mator adalah perforasi appendiks yang dapat mengarah pada peritonitis atau pembentukn abses.
2) Perforasi biasanya terjadi 24 jam setelah awitan nyeri.
10. Pathway
Keterangan :
Obstruksi appendiks menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama mukus makin banyak dan menekan dinding appendiks serta merangsangtunika serosa dan peritoneum viseral, sehingga persyarafan appendiks sama dengan usus taitu torakal dan maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umbilikus dan terjadi ansietas, gangguan tidur, anoreksia, nausea, perubahan nutrisi.
Mukus yang terkumpul lalu terinfeksi bakteri kemudian terjadi gangguan lairan vena, peradangan meluas dan mengenai peritoneum parietal setempat sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan appendiksitis supuratif.
Appendiksitis supuratif akan menjadi appendiksitis yang akut. Dimana daya tahan tubuh menurun menyebabkan peningkatan peristaltik dan terjadi diare / konstipasi, sehingga menjadi appendiksitis kronis. Hal ini akan terjadi aliran arteri terganggu dan ganggren, dan disebut appendiksitis ganggrenosa. Kemudian omentum dan usus masuk ke appendiks menimbulkan massa lokal dan terjadi nanah dalam massa tersebut menyebabkan kurangnya volume cairan dan elektrolit, peningkatan suhu tubuh.
B. Tinjauan Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1.1 Anamnesa
a. Kapan mulai mengalami gejala-gejala dari penyakit ?
b. Apa saja gejala-gejala yang dirasakan ?
c. Apa akibat dari gejala-gejala tersebut ?
1.2 Pemeriksaaan Fisik
a. Aktivitas
Gejala :malaiseb. Sirkulasi
Tanda:takikardiac. Eliminasi
Gejala:konstipasi pada awal awitan, diare
Tanda:distensi abdomen, nyeri tekan, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising ususd. Makanan / Cairan
Gejala:anoreksia, mual, muntahe. Nyeri / Kenyamanan
Gejala:nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus
Tanda:perilaku berhati-hati, berbaring dengan lutut ditekuk, meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah, nyeri lepas pada sisi karena inflmasi peritonealf. Keamanan : demam
g. Pernafasan : takipnea2. Rencana Asuhan Keperawatan2.1 Gangguan rasa nyaman (nyeri)
Dapat dihubungkan dengan :
Distensi usus oleh inflamasi, adanya insisi bedah.
Batasan karakteristik:
Mayor (80 % - 100 %)
Komunikasi (verbal atau kode) dari pemberi gambaran nyeri Minor (50 % - 80 %)
Perilaku melindungi, protektif
Memfokuskan pada diri sendiri
Penyempitan fokus (perubahan persepsi waktu, menarik diri dari kontak sosial, kerusakan proses pikir)
Perilaku distraksi (merintih, menangis, mondar-mandir, mencari orang lain, gelisah)
Wajah tampak menahan nyeri (mata tak bersemangat, "tampak terpukul" gerakan terfiksasi atau menyebar, meringis)
Perubahan tonus otot (dapat berkisar dari malas sampai kaku)
Respon autonomik
Tujuan :
Nyeri berkurang dalam waktu kurang dari 24 jam
Kriteria hasil :
Individu akan melaporkan nyeri hilang / terkontrol
Tampak rileks, mampu tidur / istirahat dengan tepat
Intervensi :
1) Kaji nyeri, cvatat lokasi, beratnya (skala nyeri)
R:Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan.
2) Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
R:Gravitasi melokalisir eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis.
3) Dorong ambulasi dini
R :Meningkatkan normalitas fungsi organ.
4) Berikan teknik relaksasi dan distraksi
R :fokus perhatian kembali, meningkatkan kemampuan koping.
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik sesuai indikasi
R:Menghilangkan nyeri mempermudah kerjasama .2.2 Resiko tinggi infeksi
Dapat dihubungkan dengan :
Tidak adekuatnya pertahanan utama : perforasi / ruptur pada appendiks, pembentukan abses.
Prosedur invasif, adanya insisi bedah.
Tujuan :
Infeksi dapat dicegah / tidak terjadi
Kriteria hasil :
Individu akan meningkatnya penyembuhan luka dengan benar, bebas dari tanda infeksi / inflamasi, eritema dan demam.
Intervensi :
1) Awasi tanda-tanda vital.
R :Dugaan adanya infeksi atau terjadinya sepsis, abses, peritonitis
2) Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptik.
R:Menurunkan resiko penyebaran bakteri
3) Berikan infomrasi yang tepat, jujur pada pasien atau orang terdekat
R:Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi. Membantu menurunkan ansietas.
Ambil contoh drainase bila diindikasi
R:Kultur pewarnaan gram dan sensitivitas berguna untuk mengidentifikasi organisme penyebab dan pilihan terapi.
4) Berikan antibiotik sesuai indikasi
R:Mungkin diberikan secara profilaktik atau menurunkan jumlah organisme (pada infeksi yang telah ada sebelumnya) untuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhan pada rongga abdomen
5) Bantu irigasi dan drainage bila diindikasikan
R :Dapat diperlukan untuk mengalirkan isi abses terlokalisir.
2.3 Resiko tinggi kekurangan volume cairan
Berhubungan dengan :
Muntah praoperasi
Pembatasan pasca operasi (contoh puasa)
Status hipermetabolik (contoh demam, proses penyembuhan)
Inflamasi peritoneum dengan cairan asing
Tujuan :
Kurangnya volume cairan dapat dicegah dalam waktu 1 x 24 jam.
Kriteria hasil :
Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembaban membran mukosa, turgor kulit baik, tanda-tanda viatl stabil, haluaran urine adekuat
Intervensi :
1) Awasi TD dan nadi
R:Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intra vaskuler
2) Lihat membran mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian kapiler
R:Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
3) Awasi masukan dan haluaran, catat warna urine atau konsentrasi, berat jenis
R:Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi atau kebutuhan peningkatan cairan
4) Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus, gerakan usus
R:Indikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk pemasukan peroral
5) Pertahankan penghisapan gaster / usus
R:Selang NG biasanya dimasukkan pada pasca operasi dan dipertahankan pada fase segera pasca operasi.
2.4 Ansietas
Dapat dihubungkan dengan :
Kurang pengetahuan (belajar), mengenai kondisi dan pengobatan
Tujuan :
Kurangnya volume cairan dapat dicegah dalam waktu 1 x 24 jam.
Batasan karakteristik :
Mayor :dimanifestasikan oleh gejala-gejala dari tiga kategori, fisiologis, emosional dan kognitif. Gejala-gejala bervariasi sesuai dengan tingkat ansietas
Fisiologis:peningkatan frekwensi jantung, penmingkatan tekanan darah, peningkatan frekwensi pernafasan, pucat / kemerahan, mulut kering, diare, gelisah, sering berkemih, gemetar, kedutan
Emosional:ketakutan, ketidakberdayaan, gugup, tidak dapat rileks, marah, menangis, menarik diri, mencela diri
Kognitif:tidak dapat berkonsentrasi, mudah lupa, penurunan kemampuan belajar.
Kriteria hasil :
Individu akan menggambarkan ansietas dan pola koping, menghubungkan peningkatan kenyamanan psikologis, menggunakan mekanisme koping yang efektif
Intervensi :
1) Kaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi, contoh mengangkat berat, olahraga, seks
R:memberikan informasi pada pasien untuk merencanakan kembalirutinitas biasa tanpa menimbulkan masalah
2) Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodik
R:mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan dan perasaan sehat
3) Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
R:membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien / orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stres
4) Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
R:memindahkan pasien dari stres luar meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas
5) Dorong pasien / orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian
R:tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres berkurang
6) Bantu pasien belajar mekanisme koping baru misal : teknik mengatasi stres, keterampilan organisasi
R:belajar cara baru untuk mengatasi masalah dapat membantu dalam menurunkan stress dan ansietas, meningkatkan kontrol penyakit
7) Berikan obat sesuai indikasi, misal : sedatif
R:dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat2.5 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Dapat dihubungkan dengan :
Masukan makan tidak adekuat, anoreksia, status hipermetabolik, gangguan absorbsi, disfungsi usus
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Penurunan berat badan, penurunan lemak sub cutan, tonus otot buruk, bunyi usus hiperaktif, steatorea, konjungtiva dan membran mukosa pucat, meolak makan
Batasan karakteristik:
Mayor
Seseorang yang mempunyai ketidakcukupan masukan makanan, kurang dari yang dianjurkan sehari-hari dengan atau tanpa terjadinya penurunan berat badan dan kebutuhan metabolik aktual / potensial pada kelebihan masukan terhadap penurunan berat badan.
Minor
Berat badan 10-20 % dibawah normal dan tinggi serta kerangka tubuh dibawah ideal, lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah dan lingkar otot pertengahan lengan kurang dari 60 % dari ukuran standart, kelemahan dan nyeri tekan otot, mudah tersinggung dan bingung, penurunana lbumin serum, penurunan transfein / kapasitas pengikat zat besi
Tujuan :
Nutrisi dapat terpenuhi secara adekuat
Kriteria hasil :
Tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut
Intervensi :
1) Awasi pemasukan makanan, berikan makanan sedikit dalam frekwensi sering dan tawarkan makanan pagi paling banyak
R:memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan, buruknya toleransi terhadap makan mungkin berhubungan dengan peningkatan tekanan abdomen
2) Berikan perawatan mulut sebelum makan
R:menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu
3) Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R :menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan 4) Auskultasi bising usus
R :meskipun bising usus sering tidak ada, inflamasi / iritasi usus dapat menyertai hiperaktivitas usus, penurunan absorbsi air
5) Berikan tambahan makanan / nutrisi dukungan total bila dibutuhkan
R:mungkin perlu untuk memenuhi kebutuhan kalori bila tanda kekurangan terjadi / gejala memanjang
6) Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi
R:menurunkan rangsang gaster berlebihan dan risiko iritasi
7) Berikan obat sesuai indikasi, contoh : antiemetik
R:digunakan dengan hati-hati untuk menurunkan mual / muntah dan meningkatkan masukan oral
2.6 Kerusakan mobilitas fisik
Dapat dihubungkan dengan :
Keterlibatan neuromuskuler, kelemahan, ketidakmampuan bergerak, kerusakan koordinasi, keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan / kontrol otot, prosedur pembedahan
Batasan karakteristik:
Mayor
Mampu untuk bergerak dengan maksud tertentu dalam lingkungannya seperti mobilisasi ditempat tidur, ambulasi, keterbatasan menggerakkan sendi-sendi (rentang gerak)
Minor
Adanya keterbatasan aktivitas, malas untuk bergerakTujuan :
Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan oleh tak adanya kontraktur, meningkatkan normalisasi fungsi usus
Kriteria hasil :
Individu akan mempertahankan / meningkatkan kekuatran dan fungsu bagian yang terkena atau kompensasi, mendemonstrasikan teknik atau perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
Intervensi :
1) Kaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi, contoh : bekerja, mengangkat benda berat, olahraga, seks, mencangkul
R:memberikan informasi pada pasien untuk merencanakan kembali rutinitas biasa tanpa menimbulkan masalah
2) Dorong untuk melakukan ambulasi dini
R:meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh : merangsang peristaltik dan kelancaran flatus, menurunkan ketidaknyamanan
3) Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodik
R :mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan dan perasaan sehat dan mempermudah kembali keaktivitas normal
4) Ajarkan mobilisasi bertahap
R :mencegah timbulnya rasa nyeri, menurunkan kelemahan
5) Bantu dalam ambulasi bila dibutuhkan dan pindahkan barang-barang yang tidak diperlukan dari tempat latihan
R:mencegah terjadinya risiko kecelakaan diri / jatuh
6) Ubah posisi minimal tiap 2 jam
R:menurunkan risiko terjadinya trauma / iskemia jaringan
7) Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resistif dan ambulasi pasien.
R:program yang khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan yang berarti
2.7 Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi pengobatan
Dapat dihubungkan dengan :
Kurang pemajanan, keterbatasan kognitif, kesalahan interprestasi informasi, kurang mengingat, tidak mengenal sumber-sumber informasi
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Pertanyaan, meminta informasi, pernyataan kesalahan informasi, ketidakakuratan mengikuti instruksi, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah
Batasan karakteristik:
Mayor
Menyatakan kurangnya pengetahuan atau keterampilan / meminta informasi
Mengekspresikan persepsi yang tidak akurat terhadap kondisi kesehatannya
Menampilkan secara tidak tepat perilaku sehat yang diinginkan atau yang sudah ditentukan
Minor
Kurang integrasi rencana tindakan ke dalam kegiatan sehari-hari
Tujuan :
peningkatan pemahaman tentang kondisi / prognosis dan aturan terapeutik secara optimal
Kriteria hasil :
Individu akan berpartisipasi dalam proses belajar, memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan
Intervensi :
1) Tinjau ulang prosedur dan harapan pasca operasi
R:memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
2) Diskusikan pentingnya masukan cairan adekuat, kebutuhan diet
R:meningktakan penyembuhan dan mencegah dehidrasi
3) Identifikasikan gejala yang memerlukan evaluasi medik, misal : nyeri hebat, edema
R:upaya intervensi menurunkanrisiko komplikasi serius
4) Tekankan pentingnya mengikuti prosedur tindakan keperawatan
R:periode penyembuhan luka memerlukan pengawasan ketat untuk mencegah komplikasi
5) Jadwalkan periode istirahat adekuat
R:mencegah kepenatan dan pengumpulan energi untuk kesembuhan
6) Diskusikan terapi obat-obatan, meliputi penggunaan resep dan analgesik yang dijual bebas
R:meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerjasama dalam penyembuhan tau propilaksis
7) Rujuk pada perencanaan pemulihan dirumah
R:situasi lingkungan rumah dapat meningkatkan kenyamanan dan kesembuhan
2.8 Evaluasi
1) Komplikasi dapat dicegah / minimal
2) Nyeri hilang / terkontrol
3) Prosedur bedah / prognosis, program terapi, dan kemungkinan komplikasi
DAFTAR PUSTAKABrunner & Suddarth. 2002.Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3.EGC : Jakarta.Carpenito,LyndaJuall(2000).AplicationofPracticeClinical.6th Ed.Editor:Ester.Monica, Skp. Alih Bahasa: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi 6.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.Doenges, E., Marilyn. 2002.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC :Jakarta.Peningkatan suhu tubuh
Kekurangan volume dan cairan dan elektrolit
Berisi nanah
Appendiks abses
Massa lokal
Appendiks infiltrat
Omentum dan usus masuk ke appendiks
Appendiksitis perforasi
Dinding lumen pecah
Appendiksitis ganggrenosa
Ganggren
Peningkatan peristaltik sehingga menyebabkan diare / konstipasi
Aliran arteri terganggu
Appendiksitis kronis
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Daya tahan tubuh menurun
Appendiksitis yang akut
Pola istirahat / tidur terganggu
Anoreksia, nausea
Ansietas
Appendiksitis supuratif
Nyeri sekitar umbilikus
Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum parietal setempat
Gangguan aliran vena
Persyarafan appendiks sama dengan usus
Terinfeksi oleh bakteri
Merangsang tunika serosa dan peritonium viseral
Mukus terkumpul
Menekan dinding appendiks
Resiko terjadi infeksi
Mukus yang diproduksi mukosa terbendung
Obstruksi penyumbatan oleh karena hiperplasia dari folikel limfoid
Adanya fekalit dalam lumen appendiks
PAGE Laporan Pendahuluan Apendisitis. Faris Aditiya P, S.Kep