Serologi Hepatitis
-
Upload
sundari-mahendrasari -
Category
Documents
-
view
35 -
download
1
Transcript of Serologi Hepatitis
Lima jenis virus hepatitis yang dapat
dideteksi dengan uji laboratorium, yaitu :
virus hepatitis A (hepatitis A virus, HAV),
virus hepatitis B (hepatitis B virus, HBV),
virus hepatitis C (hepatitis C virus, HCV),
virus hepatitis D (hepatitis D virus, HDV),
dan virus hepatitis E (hepatitis E virus,
HEV). Virus hepatitis dapat dideteksi
dengan pengujian antigen serum, antibodi,
DNA, RNA, dan/atau immunoglobulin (IgG
dan IgM).
Perbedaan virus-virus hepatitis
berdasarkan metode transmisi, masa
inkubasi,; ikterik, fase akut dan kronis dari
penyakit, status carrier, imunitas, dan laju
mortalitas adalah sebagai berikut :
Virus Hepatitis A (HAV)
Virus hepatitis A terutama
ditransmisikan lewat kontak fekal-oral.
Ikterik merupakan tanda awal HAV yang
dapat terjadi beberapa hari setelah
infeksi virus dan dapat berlangsung
selama 12 minggu. Antibodi terhadap
HAV, yaitu IgM anti HAV dan IgG anti-
HAV digunakan untuk mengkonfirmasi
fase infeksi hepatitis A. IgM anti-HAV
mengindikasikan fase akut infeksi
(infeksi sedang berlangsung); muncul di
awal infeksi dan menghilang dalam 2-3
bulan. IgG anti-HAV muncul lebih
lambat dan mengindikasikan fase
pemulihan, pasca infeksi, atau imunitas.
Sekitar 45-50 % penderita HAV dapat
memiliki IgG anti-HAV yang menetap
seumur hidupnya.
Virus Hepatitis B (HBV)
Virus hepatitis B jga disebut hepatitis
serum. Terdapat berbagai uji serologik
untuk mendiagnosis HBV dan untuk
mengetahui daya tular serta prognosis
penderita. Uji-uji yang tersedia secara
komersial meliputi pemeriksaan antigen
permukaan hepatitis B (hepatitis B
surface antigen, HBsAg), antibodi
HBsAg (anti-HBs), antibodi inti hepatitis
B (anti HBc), antibodi IgM spesifik inti
hepatitis B (IgM anti HBc), antigen e
hepatitis B (HBeAg), antibodi e hepatitis
B (anti-HBe).
o Antigen permukaan hepatitis
(HBsAg)
Indikator paling awal untuk
mendiagnosis infeksi virus hepatitis
B adalah antigen permukaan
hepatitis B (HBsAg). Penanda serum
ini dapat muncul sekitar 2 minggu
setelah penderita terinfeksi, dan
akan tetap ada selama fase akut
infeksi sampai terbentuk anti-HBs.
Jika penanda serum ini tetap ada
selam 6 bulan, hepatitis dapat
menjadi kronis dan penderita dapat
menjadi carrier. Vaksin hepatitis B
tidak akan menyebabkan HBsAg
positif. Penderita HBsAg positif tidak
boleh mendonorkan darah.
o Antibodi antigen permukaan hepatitis
B (anti-HBs)
Fase akut hepatitis B biasanya
berlangsung selama 12 minggu, oleh
karena itu HBsAg tidak didapati dan
terbentuk anti-HBs. Penanda serum
ini mengindikasikan pemulihan dan
imunitas terhadp virus hepatitis B.
IgM anti-HBs akan menentukan
apakah penderita masih dalam
keadaan infeksius. Titer anti-HBs
>10 mIU/ml dan tanpa keberadaan
HBsAg, menunjukkan bahwa
penderita telah pulih dari infeksi
HBV.
o Antigen e hepatitis B (HBeAg)
Penanda serum ini hanya akan
terjadi jika telah ditemukan HBsAg.
Biasanya muncul 1 minggu setelah
HBsAg ditemukan dan menghilang
sebelum muncul anti-HBs. Jika
HBeAg serum masih ada setelah 10
minggu, penderita dinyatakan
sebagai carrier kronis.
o Antibodi antigen HBeAG (anti-HBe)
Bila terdapat anti-HBe, hal ini
mengindikasikan bahwa telah terjadi
pemulihan dan imunitas terhadap
infeksi HBV.
o Antibodi antigen inti (anti-HBc)
Anti HBc terjadi bersamaan dengan
temuan HBsAg positif kira-kira 4-10
minggu pada fase HBV akut.
Peningkatan titer IgM anti-HBc
mengindikasikan proses infeksi akut.
Anti-HBc dapat mendeteksi
penderita yang telah terinfeksi HBV.
Penanda serum ini dapat tetap ada
selama bertahun-tahun, dan
penderita yang memiliki anti-HBc
positif tidak boleh mendonorkan
darahnya.
Pemeriksaan anti-HBc dan IgM anti-
HBc sangat bermanfaat untuk
mendiagnosis infeksi HBV selama
“window period” antara hilangnya
HBsAg dan munculnya anti-HBs.
Virus Hepatitis C (HCV)
Istilah HBC sebelumnya dikenal dengan
sebutan hepatitis non-A non-B. Virus ini
ditransmisikan secara parenteral. Kasus
ini lebih sering terjadi pada kasus pasca
transfusi, tetapi juga perlu
dipertimbangkan pada ketergantungan
obat, tusukan jarum, hemodialisis, dan
hemophilia. Kira-kira setengah dari
kasus HCV akut menjadi carrier kronis.
Antibodi virus hepatitis C (anti-HCV) :
HCV dikonfirmasi dengan uji anti-HCV.
Anti-HCV tidak mengindikasikan
imunitas seperti yang dihasilkan oleh
anti-HBs dan anti-HBe.
Virus Hepatitis D (HDV)
Virus hepatitis D (delta) adalah suatu
virus cacat yang hanya dapat
menginfeksi penderita yang sudah
mengalami infeksi HBV aktif. Virus ini
ditransmisikan secara parenteral. Virus
ini diselubungi oleh HBsAG, dan
bergantung pada HBV untuk terjadinya
replikasi. Infeksi HDV biasanya berat
dan terjadi 7-14 hari setelah infeksi HBV
yang akut dan parah. Infeksi HDV ini
memiliki angka kejadian yang rendah,
kecuali pada penyalahgunaan obat
intravena, dan penderita yang menerima
transfusi ganda. Infeksi HDV timbul
sebagai fase akut HBV atau sebagai
carrier kronis infeksi HBV. Dari semua
jenis infeksi hepatitis, HDV merupakan
hepatitis fulminas serta menimbulkan
angka kematian yang tinggi.
Antigen Hepatitis D (HDAg) : Deteksi
HDAg dan HDV-RNA mengindikasikan
fase akut HBV dan infeksi HDV. Ketika
HBsAg hilang diikuti HDAg, anti-HDV
timbul kemudian dan dapat
mengindikasikan hepatitis D kronis.
Virus Hepatitis E (HEV)
HEV ditransmisikan secara fekal-oral
dan bukan parenteral. Hepatitis E terjadi
akibat meminum air yang tidak bersih
dan juga saat bepergian ke daerah
Meksiko, Rusia, India, atau Afrika.
Antibodi terhadap hepatitis E (anti-HEV)
digunakan untuk mendeteksi infeksi
hepatitis E.
Dihimpun dari :
1. Kee, Joyce LeFever, 2007, alih
bahasa : Sari Kurnianingsih et.al.,
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium
dan Diagnostik, edisi 6, EGC, Jakarta.
2. Sacher, Ronald A. & Richard A.
McPherson, alih bahasa : Brahm U.
Pendit & Dewi Wulandari, 2004,
Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Edisi 11, EGC, Jakarta.
3. Widmann, Frances K., alih bahasa :
S. Boedina Kresno, dkk., 1992, Tinjauan
Klinis Atas Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, EGC, Jakarta.