APLIKASI PEMERIKSAAN SEROLOGI
-
Upload
christianhanjokar -
Category
Documents
-
view
99 -
download
3
description
Transcript of APLIKASI PEMERIKSAAN SEROLOGI
APLIKASI PEMERIKSAAN SEROLOGIdr.Diah Puspita Rini,SpPK
CRP (C-REACTIVE PROTEIN)
• Protein fase akut yang konsentrasinya meningkat dalam respon berbagai stimulasi radang.
• Ditemukan dalam semua cairan tubuh (kadar < atau sama dengan 1 mg/L).
• Dapat meningkat sampai 1000 kali jika terjadi radang atau kerusakan jaringan karena proses infeksi maupun non infeksi.
• CRP disintesis terutama oleh hepatosit dan sebagian kecil di ekstra hepatik
• Sintesis ekstrahepatik: neuron, otot polos arteri, tubulus ginjal, jaringan adipose, makrofag alveolar, monosit dan limfosit.
• Rangsangan sitokin: interleukin-6 (IL-6) dan Tumor necrosing factor-α (TNF-α).
• Kecepatan normal sintesis: 1-10 mg/hari.
Fisiologi dan biokimia CRP
• Respon fase akut produksi CRP > 100 kali lipat dalam sirkulasi sebanyak 1000 kali lipat dari kadar base line
• Kembali ke konsentrasi awal dalam waktu 7 sampai 12 hari.
• Peningkatan sintesis CRP akan meningkatkan viskositas plasma LED meningkat.
Fisiologi dan biokimia CRP
HEPAR
IL-1, IL-6 TNF-α
CRP
Mengikat LPS bakteri presipitasi
Aktivitas & motilitas fagosit
Aktivasi C (klasik & alternatif)
Menghambat agregasi trombosit (Adrenalin, ADP maupun kolagen)
Mempunyai daya ikat selektif terhadap Limfosit T.
NEKROSIS JARINGAN/INFLAMASI
Indikasi pemeriksaan CRP
1. Membantu diagnosis, menilai tingkat keparahan (severity) dan respon inflamasi dari kasus infeksi dan non infeksi : acute myocardial infarction, angina, keganasan, rheumatoid arthritis, inflammatory bowel disease, luka bakar, and trauma, setelah operasi.
2. Monitoring hasil pengobatan
• Kelebihan CRP dibandingkan LED
Results affected by: ESR CRP
Gender Yes No
Age Yes No
Pregnancy Yes No
Temperature Yes No
Drugs (eg. steroids,
salicylates)
Yes No
Smoking Yes No
Tabel 1: Perbandingan antara LED dan CRP
Result interpretation
CRP (mg/L) < 5
ESR (mm/hour)
Female Male
Child 1 -10 1 – 10 1 - 10Adult < 50 years
1 – 20 1 – 15
Adult > 50 years
1 - 30 1- 10
Table CRP and ESR Reference ranges
CRP (mg/L)10 – 40 Mild Inflammation, viral or bacterial
infection40 – 100 Moderate Inflammation, viral or bacterial
infection100 – 200 Marked inflammation, bacterial infection> 200 Severe bacterial infection or extensive
trauma
Table : CRP as an indication of severity
CRP dan hs-CRP keduanya adalah uji untuk mengukur molekul yang sama di dalam darah. High sensitive C-Reactive Protein (hs-CRP): uji untuk menentukan risiko penyakit kardiovaskuler pada orang sehat dengan kadar < 1 mg/L.
CRP untuk pasien dengan infeksi/ peradangan disebabkan virus, bakteri atau pasien dengan penyakit inflamasi dengan kadar CRP > 5 mg/L.
CRP & hs-CRP
Kadar hs-CRP, dikategorikan:
hs-CRP (mg/L) Kategori risiko < 1,0 relatif rendah 1,0-3,0 rata-rata/sedang 3,1-10,0 tinggi > 10,0 keradangan non
kardiovaskuler
These values are only a part of the total evaluation process for cardiovascular diseases. Additional risk factors to be considered are elevated levels of cholesterol, LDL-C, triglycerides, and glucose. In addition, smoking, high blood pressure (hypertension), and diabetes also increase the risk level.
GAMBARAN LAB INFEKSI VIRUS
DENGUE
• Klinis demam dengue :menyerupai berbagai penyakit seperti demam tifoid, leptospirosis, malaria, atau infeksi virus lain (influenza).
Klasifikasi Derajat Penyakit IVD
DD/DBD Derajat GejalaDD
DBDDBD
DBDDBD
III
IIIIV
Demam, disertai 2 atau lebih tanda: sakit kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, artralgiaGejala di atas + RL positif + perdarahan spontan
+ kegagalan sirkulasi + syok berat disertai TD dan nadi TTU/TTB
• Ada 4 serotipe : DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4
• Infeksi salah satu serotipe menimbulkan imunitas seumur hidup, tidak ada imunitas silang protektif terhadap infeksi serotipe lain.
Aryati, 2010
Infeksi Primer• Peningkatan antibodi spesifik lambat.• Isotype imunoglobulin M yang pertama muncul• Ig M :
• Hari demam : 3-5 : 50%, 5-9 : 80%, 10 : 99%• Mencapai puncak pada minggu ke-2 dan secara
umum turun hingga tdk terdeteksi pada bulan ke 2-3• Ig G :
• Secara umum mulai muncul dengan kadar yang rendah pada akhir minggu pertama, dan meningkat perlahan.
• IgG masih dapat dideteksi hingga beberapa bulan, bahkan seumur hidup.
Infeksi Sekunder
• Kadar antibodi meningkat cepat• IgG terdeteksi pada kadar yang tinggi,
meskipun pada fase akut dan menetap hingga 10 bulan sampai seumur hidup.
• Masa awal konvalesen IgM muncul, dgn kadar yang lebih rendah dibanding pada infeksi primer.
Respon imun terhadap IVD
Ant
ibod
y Le
vel
Primary Infection
SecondaryInfection
IgG
IgM IgM
Onset of Symptoms
Onset ofSymptoms
Virus Virus
IgG
IgG capture cut-off 30 HAI 1:2560
IgM cut-off
IgM might be undetectable in most secondary infection
Diagnosis laboratorium• Diagnosis dengue yang efisien dan akurat merupakan hal
utama untuk penanganan klinis, surveilans, pengendalian KLB, patogenesis, riset, pengembangan vaksin.
infeksi virus dengue
Isolasi virus
Viral nucleic acid
antigen
antibodi
Awal penyakit
Akhir fase akut
Diagnosis LaboratoriumLab tidak spesifik
Lab spesifik
DL, Limfosit plasma biru albumin, SGOT, SGPT, PT, APTT, Fibrinogen, FDP
Pemeriksaan serologis• Uji HI (hemaglutination inhibition test)
→ standar WHO• Dengue blot/Dengue stick/dot imunoasai
Dengue• Uji Indirect ELISA, uji Captured ELISA Dengue :
IgM Captured-ELISA (MAC-ELISA) dan IgG Captured-ELISA
• Uji ICT (Immunochromatographic Test)/rapid test
Yang digunakan di pasaran untuk diagnosis adalah ELISA dan ICT (deteksi IgM, IgA, IgG antidengue maupun antigen NS1
Uji skrining : ICT – kualitatifUji konfirmasi : ELISA - kuantitatif
Aryati, 2010
Interpretasi Kombinasi IgG & IgM Captured ELISA
No HASIL INTERPRETASI
IgG IgM
1. POS POS DENGUE SEKUNDER
2. NEG POS DENGUE PRIMER
3. POS NEG DUGAAN DENGUE SEKUNDER
4. NEG NEG NON DENGUE/PRIMER AWAL → retest setelah 4-7 hari
NS1
• Glikoprotein NS1 diproduksi oleh semua flavivirus dan disekresi oleh sel mamalia.
• Dapat dideteksi dalam darah hingga hari ke 9
• Sensitivitas NS1 bervariasi :– Di Surabaya penelitian tahun 2009 (Andayani S,
Widijatmoko, Rini DP, Agustina B) didapatkan 27,8 – 52,2%. Variasi ini disebabkan : hari demam, geografis dan serotipe serta reagensia
– Blacksell 2008, sensitivitas 63%, spesifisitas 100%
• Sensitivitas NS1 pada infeksi sekunder lebih rendah daripada pada infeksi primer. (Sari SK, 2010)
• Hal ini menunjukkan bahwa hasil NS1 negatif tidak menyingkirkan adanya infeksi virus dengue.
Aryati, 2010
• Deteksi NS1 pada penderita menurun dari hari ke hari sejak timbulnya gejala → timbulnya anti-NS1 yang berikatan dengan NS1, sehingga jumlah NS1 bebas semakin menurun
A B C D Serum 50µL Buffer 1 tetes masukkan strip tunggu 15 menit
Pemeriksaan NS1 dengan Immuno Chromatography Test
Gambar . Prosedur pemeriksaan Dengue NS1 Ag STRIP
26
27
Gambar 1. SD Dengue Duo (NS1,IgG,IgM) rapid test
UJI SD DENGUE DUO® (NS1,IgG/IgM) rapid tes
MALARIA
• Indonesia: Malaria, AIDS & TB ( Global ATM=AIDS, Tb, Malaria) merupakan masalah kesehatan nasional utama
• Prevalensi me↑: – resistensi thd bbrp obat anti-malaria.– terhentinya prog. pengendalian malaria di
bbp negara.• Ditularkan melalui nyamuk
anopheles yang mengandung plasmodium
• Gejala: demam periodik
ETIOLOGI
MALARIA
Plasmodium falciparum : Malaria falciparum/tropika
Plasmodium vivax : Malaria vivax/tertiana
Plasmodium malariae : Malaria malariae/kuartana
Plasmodium ovale : Malaria ovale
31
• Plasmodium falciparum menyebabkan infeksi paling berat (Malaria serebral) dan angka kematian tinggi.
Kriteria WHO 2006
32
Pada daerah endemis rendah: - Derajat terpapar malaria- Demam 3 hari tanpa disertai penyakit berat lainnya
Pada daerah endemis tinggi : - demam 24 jam terakhir dengan atau tanpa anemia
Diagnosis klinis
Mikroskop cahaya
Rapid Diagnostik Test (RDT)
Diagnosis parasitolo
gi
Rapid Diagnostic TestAda 3 antigen target :
1. Histidine-rich protein 2 (HRP-2) → spesifik untuk P.falciparum
2. Plasmodium lactate dehydrogenase (pLDH) → Spesifik utk. P. falciparum. Pan spes. utk. ke-4 spesies Plasmodium
3. Pan-specific aldolase → terdapat pd semua spesies
34
35
36
Mikroskopis (+)ICT (-)• Bentukan yang mirip plasmodium dalam
darah• Dibaca bukan oleh tenaga ahliMikroskopis (-)ICT (+)• Parasitemia < 0,01%• Parasit berada di deep vein (sequestered
di otak, limpa, hati, plasenta)37
Demam Thypoid
• Penyebab demam tifoid tersering adalah Salmonella Typhi
• Salmonella Typhi mempunyai :– Antigen O somatik– Antigen H flagela– Antigen Vi envelope
Gejala tidak khas → pemeriksaan lab
• Diagnosis demam tifoid digolongkan dalam tiga kelompok yaitu:
1. Isolasi kuman (kultur)
2. Uji Serologi antibodi terhadap antigen spesifik Salmonella Typhi dan menentukan antigen spesifik Salmonella Typhi
3. Pelacakan DNA Salmonella Typhi dari spesimen penderita hibridisasi dengan pelacak DNA (DNA probe) dan tehnik Polymerase Chain Reaction (PCR)
WIDALAda dua macam metode :1. Tabung : 16 - 18 jam2. Slide : 5 - 30 menit
Strain impor – kurang spesifikInterpretasi dipengaruhi oleh :
Stadium penyakit Antibiotika Immunologis berbeda antara daerah
endemis dan non endemis Reaksi silang dengan antibodi kuman
gram negatif lainnya
Nilai Cut Off uji WIDAL secara nasional tidak ada.
Di RSUD Dr Soetomo : O titer > 1/160 dan H titer > 1/160
Pemeriksaan widal : Klinis + Kenaikan titer O 4x dalam 7-10 hari Hasil yang negatif tidak dapat menyingkirkan
diagnosa Demam Tifoid Tidak dapat dipakai untuk menentukan
kesembuhan penderita O : hilang dalam 6-12 bulan H : hilang dalam 2 tahun
UJI Ig M salmonella
TOXOPLASMOSIS
• Penyebab : Toxoplasma gondii , merupakan parasit yang terdapat pada kucing, anjing, kambing.
• Umumnya asimtomatis/subklinis, namun dapat timbulkan gejala berat dan fatal terutama infeksi kongenital
• Toksoplasmosis kongenital : - prevalensi 400-4000/th (di Amerika), - 90% asimtomatis saat kelahiran, - cacat okuler 45%, cacat neurologis 20%
pada bulan/tahun berikutnya, - gejala klinik→ trias klasik (hidrosefalus,
korioretinitis dan kalsifikasi) dan gejala lainnya (hepatomegali, slenomegali, limfadenopati, ikterus, anemia, epilepsi, tuli dsb).
Pada orang dewasa: umumnya subklinis
Indikasi Pemeriksaan
1. Membantu menegakkan diagnosis
Toxoplasmosis termasuk infeksi intra-uterine
2. Menentukan derajad aktivitas penyakit.
Uji Serologis Toxoplasmosis• 1. Uji Methylen Blue/Dye Test /
Sabin Feldman Test• 2. Uji Hemaglutinasi Tidak Langsung• 3. Uji Fiksasi Komplemen• 4. Tes IFA(Immuno Fluoresence
Assay )• 5. Tes ELISA: IgM/G Elisa, Ig
Avidity
48
Gambar Pembentukan antibodi pada toksoplasmosis
Hasil Baru Ada Artinya, bila:1. Perubahan negatif → positif2. Kenaikan titer cepat3. Titer tinggi terus menerus
Tes dapat menjadi negatif, oleh karena :
• Kortikosteroid (hambat tes serologi→ negatif )
• Humoral immune response jelek → imunodefisiensi )
• Overload Ag → Ag dlm leukosit/ makrofag→ respon imun turun.
Diagnosis Prenatal pada ibu hamil IgG-, IgM- :
Belum pernah terinfeksi. Adanya serokonversi (positif) menunjukkan infeksi akut.
IgG+, IgM- :Infeksi sebelum hamilkonfirmasi dg IgG avidity (IgG avidity tinggi menyingkirkan infeksi baru < 4 bulan, IgG avidity rendah → infeksi < 4 bulan).
TERIMA KASIH